I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam melakukan pembangunan pedesaan ataupun dalam hal pengentasan kemiskinan. Data Badan Pusat Statistika pada September 2013 menggambarkan bahwa angka penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,55 juta orang. Sekitar 17,92 juta orang adalah kemiskinan yang terjadi di pedesaan. Fenomena ini seharusnya tidak perlu terjadi, karena desa merupakan harta yang paling berharga dengan sumber daya alam yang tersedia. Namun, angka kemiskinan di pedesaan yang persentasenya bertambah, dari 17,74 juta orang menjadi 17,92 juta orang dapat diakibatkan oleh salah satu faktor, yaitu ketidakseriusan pemerintah dalam melakukan pembangunan pertanian. Hal ini ada keterkaitannya, karena secara logika pun bahwa penduduk di pedesaan mayoritas bermata
pencaharian
di
bidang
pertanian.Apabila
pemerintah
melakukan
pembangunan pertanian dengan serius, maka dapat tersentuh kemiskinan di pedesaan agar persentase kemiskinannya dapat menurun. Ketika berbicara mengenai pembangunan pertanian, maka berbicara banyak aspek.Dari segi agraria, modal petani, teknologi, kebijakan, pasar, dan yang tak boleh luput adalah sumber daya manusianya.Sumber daya manusia dalam pembangunan pertanian juga terdiri dari berbagai pihak, yaitu para pengambil kebijakan di pemerintahan, penyuluh, dosen atau para peneliti di perguruan tinggi, dan petani sebagai produsen pertanian.Apabila kita melihat pihak-pihak yang terkait dengan petani, maka penyuluh merupakan orang yang memiliki kedekatan tertinggi dengan petani. Ini dijelaskan oleh Hubeis (2007) dalam jurnalnya, bahwa Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai komunikator pembangunan diharapkan dapat bermain multiperan, sebagai guru, pembimbing, penasehat, penyampai informasi dan mitrapetani. Dengan berbagai peran yang banyak tersebut, penyuluh satu-satunya pihak yang berada di lapangan bersama petani.Menurut Ban dan Hawkins (1999) bahwa tugas
utama
penyuluh
adalah
membantu
petani
dalam
pengambilan
keputusan.Menyangkut kesadaran petani terhadap masalah yang dihadapi dan bagaimana memanfaatkan peluang yang ada pada situasi-situasi di mana agen
1
penyuluhan menyerahkan sepenuhnya hak petani untuk membuat keputusankeputusan optimal yang sesuai dengan tujuan serta kondisi masing-masing. Ketika dalam melaksanakan tugas-tugasnya agen penyuluhan bukan hanya melakukan pendidikan, tetapi juga melakukan suatu pelayanan serta menyajikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh petani.Dengan interaksi yang begitu tinggi, maka penyuluh mempunyai kesempatan yang tinggi untuk dapat menjadi mitra petani secara professional. Dalam kerjanya seorang penyuluh akan mempunyai wilayah kerjanya tersendiri, hal ini diatur oleh pemerintah ataupun badan yang menaungi kegiatan penyuluhan di wilayah tersebut. Di daerah Kabupaten Kuningan, pemerintah ataupun BP4K mengatur agen penyuluh sebanyak 275 – 320 penyuluhyang mengatur lima belas BP3K terpencar dalam tiga puluh dua kecamatan dan tersebar luas hingga 336 desa. Sekitar 275 - 320 penyuluh yang ada di Kabupaten Kuningan tersebut membina 1.675 – 1.771 kelompok tani yang tersebar di tiga puluh dua kecamatan di Kabupaten Kuningan. Kabupaten Kuningan juga merupakan salah satu daerah yang mempuyai potensi tinggi dalam bidang pertaniannya. Kabupaten Kuningan yang terletak di ujung timur Jawa Barat memiliki Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan yang mempunyai tugas dalam melakukan kegiatan penyuluhan di wilayah tersebut. Kabupaten Kuningan memiliki tiga puluh dua kecamatan dengan luas baku panen sawah pada tahun 2012 seluas 28.862 ha dan 113.329 rumah tangga usaha pertanian hasil sensus 2013. Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tinggi di bidang pertanian menjadi kunci penting dalam melakukan pembangunan pertanian.Mosher dalam Mardikanto (1992) berbicara mengenai pembangunan pertanian, menurutnya salah satu syarat pokok dan faktor pelancar pembangunan pertanian adalah kegiatan penyuluhan atau pendidikan pembangunan. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan (2012) mempunyai delapan belas komoditi yang dibudidayakan di daerahnya, yaitu padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, bawang merah, bawang daun, kubis, kentang, cabe besar, cabe rawit, tomat, petsai, wortel, dan kacang panjang. Namun, menurut Dinas Pertanian Jawa Barat : Kabupaten Kuningan merupakan beberapa sentra untuk tanaman pangan dari beberapa komoditi, yaitu pertama adalah sentra untuk komoditi jagung dengan luas 5.500 Ha yang
2
berpusat di Kecamatan Ciawi, Maleber, dan Ciniru. Kedua sentra untuk komoditi kedelai dengan luas 1.370 Ha yang berpusat di Kecamatan Cibingbin.Ketiga sentra untuk ketela pohon dengan luas 7.021 Ha yang berpusat di Kecamatan Ciniru dan Darma.Keempat sentra untuk ketela rambat dengan luas 4.338 Ha yang berpusat di Kecamatan Cilimus, Jalaksana dan Darma.Dalam bukunya Statistik Daerah (2013) Kabupaten Kuningan menegaskan bahwa komoditi di Kabupaten Kuningan yang menjadi andalan dan sebagian produk turunannya telah berhasil diekspor ke luar negeri adalah komoditi palawija khususnya komoditi ubi jalar. Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh seorang penyuluh dengan sasaran petani. Keberhasilan suatu penyuluhan akan difaktorkan oleh beberapa hal, Mardikanto (1992) dalam bukunya sudah berbicara bahwa kunci keberhasilan penyuluh difaktorkan oleh tiga hal, yaitu : 1.
Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin hubungan secara langsung maupun tak langsung (melalui tokoh-tokoh masyarakat, pemuka pendapat, lembaga swadaya masyarakat) dengan masyarakat sasarannya.
2.
Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara antara sumbersumber
inovasi
(lembaga
penelitian/keilmuan,
petani-maju,
dan
pedagang/konsumen) dengan pemerintah/lembaga penyuluhan dan masyarakat petani sasarannya. 3.
Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah/lembaga penyuluhan dan masyarakat sasarannya. Mardikanto (1992) mengatakan terdapat tiga kunci keberhasilan penyuluh
yaitu hubungan, perantara, dan menyesuaikan. Apabila kita melihat dari aspek lain, maka ada satu hal yang belum masuk dalam faktor tersebut yaitu keterkaitan antara potensi pertanian di suatu wilayah dengan sumber daya manusia yang memberikan penyuluhan yaitu seorang penyuluh. Hal tersebut akankah dipengaruhi oleh luas wilayah kerja penyuluh dan lain halnya, mengingat Kabupaten Kuningan memiliki tiga puluh dua kecamatan dengan sumber daya alam pertaniannya yang berpotensi tinggi, dan luas wilayah kabupatennya yang luas mencapai 1.195,71 km2dengan
3
113.329 rumah tangga yang melakukan usaha pertanian, maka akan menjadi hal yang menarik apabila dapat melakukan penelitian tersebut.
2. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis keterkaitan potensi pertanian dengan sumber daya manusia aparat pemerintah (penyuluh)di Kabupaten Kuningan yang dilihat dari berbagai aspek berikut : a. Luas panen dengan sumber daya manusia penyuluh. b. Keberagaman komoditi dengan sumber daya manusia penyuluh. c. Tingkat produksi dengan sumber daya manusia penyuluh. d. Fasilitas dan jenis irigasi dengan sumber daya manusia penyuluh.
2.
Menganalisis keterkaitan potensi pertanian dengan sumber daya manusia petani (kelompok tani) di Kabupaten Kuningan yang dilihat dari aspek berikut : a. Luas panen dengan sumber daya manusia petani. b. Keberagaman komoditi dengan sumber daya manusia petani. c. Tingkat produksi dengan sumber daya manusia petani. d. Fasilitas dan jenis irigasi dengan sumber daya manusia petani.
3.
Menganalisis keterkaitan sumber daya manusia aparat pemerintah (penyuluh) dengan sumber daya manusia petani (kelompok tani) di Kabupaten Kuningan.
4
3. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Dapat digunakan sebagai penentu kebijakan oleh pemerintah baik melalui Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K), Dinas Pertanian ataupun stakeholders lainnya untuk mengoptimalkan potensi pertanian di Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
2.
Sebagai alat pertimbangan bagi pemerintah dalam merencanakan program pembangunan di daerah Kabupaten Kuningan agar tidak merusak sumber daya alam yang ada di daerah tersebut.
3.
Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.
5