26
D. Kerangka Konsep Penelitian Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Supervisi
Kepuasan kerja perawat
E. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas yaitu supervisi kepala ruang, yang meliputi : prinsip supervisi, ketrampilan supervisi dan kompetensi supervisi 2. Variabel terikat yaitu kepuasan kerja perawat pelaksana
F. Hipotesis Ada hubungan antara supervisi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap B
25
C. Kerangka Teori Gambar 2.1 Kerangka Teori
Kepuasan kerja perawat Prinsip supervisi : - Kejelasan berkomunikasi - Harapkan yang terbaik - Berpegang pada tujuan -Mendapatkan komitmen staf
Ketrampilan supervisi : - Ketrampilan manajemen - Ketrampilan teknis - Ketrampilan administratif - Ketrampilan hubungan antar manusia
Kompetensi supervisi : - Pengetahuan - Kewirausahaan - Intelektual - Emosional - Interpersonal
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja : 1. Marriner (1996),pencapaian,pengakuan, pek. Menantang,tg-jwb,potensi pengembangan,otonomi,wewe nang;ling-pek dan jam kerja 2. Cushway &Lodge (1995); keragaman,pengawasan, relevansi tugas,umpan balik hsl pek dan pertumb. Pribadi 3. Stamps (1997); gaji wewenang,citra,kebij Orgnss,tuntutan tgs dan interaksi
-
Teori kebutuhan Maslow Teori motivasi social (Mc Celland) Teori Keseimbangan/keadilan (Equity theory)
Sumber : Marriner (1996), Cushway &Lodge (1995),Stamps (1997)
24
mampu berkomunikasi dengan baik, mengembangkan anekdot-anekdot dan memberikan ilustrasi
agar orang lain dapat
dengan mudah
memahami. Berpandangan positif yaitu memiliki kepercayaan bahwa semua orang di dalam organisasi mampu bekerja dengan baik jika diberi tanggung jawab. Mengelola proses kelompok adalah mampu memberi inspirasi, meningkatkan kerja sama dan dapat mengkoordinasikan semua kegiatan, serta meningkatkan jati diri dan moral yang baik di dalam kelompok kerjanya.
23
kemampuan
supervisor
untuk
memahami
kemampuannya
kekurangannya. Memiliki adaptasi stamina yang mencakup tingkat energi yang tinggi berfungsi
secara
efektif
memiliki
dan semangat yang tinggi dan walaupun
dalam
keadaan
dan
mampu
yang
tidak
menyenangkan atau dibawah stresor.
Kompetensi interpersonal meliputi delapan kemampuan penting supervisor
yaitu : kepercayaan diri adalah
bagi
memiliki kepercayaan
terhadap diri sendiri yang kuat sehingga dapat mencapai tujuan. Mengembangkan orang lain yaitu memiliki pendirian untuk membantu yang lain untuk meningkatkan tanggung jawab, kedisiplinan, dan memberi
meningkatkan
nasehat dan bimbingan. Memperhatikan
dampak yang terjadi adalah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap cara dan segala sesuatu yang dikerjakannya dan menyadari bahwa hal itu dapat berpengaruh terhadap bawahan dan organisasi. Kekuasaan unilateral adalah supervisor mampu mengajak bawahan untuk mengikuti perintah, memberikan arahan,
dan dapat menjelaskan semua kebijakan dan
prosedur.
Kekuasaan bersosial yaitu kemampuan untuk membangun jaringan kerja dengan unit lain dan mampu memberi dorongan di dalam dan di luar organisasi. Komunikasi oral adalah kemampuan untuk berbicara dengan baik sehingga dapat dipahami orang lain, manajer yang sukses
karena
22
yang sukses
memiliki pengetahuan yang cukup, sehingga pengetahuan
yang kurang tidak akan dapat menjadi supervisor yang hebat.
Kompetensi kewirausahaan meliputi orientasi yang efisien adalah suatu keinginan untuk
secara terus menerus melakukan
semua pekerjaan
dengan lebih baik dan mencari serta mengkombinasikan sumber-sumber yang tersedia. Proaktif yaitu dengan memiliki inisiatif, dengan menulis laporan, menghubungi pelanggan dan memiliki inisiatif untuk memulai mengerjakan sesuatu.
Kompetensi intelektual yaitu dengan berfikir logis, dengan mencari semua penyebab
terhadap semua
kejadian. Konseptualisasi yaitu
kemampuan untuk merangkai informasi dan membedakan ide yang tidak relevan dengan suatu masalah. Kemampuan membuat diagnosis masalah yaitu mampu untuk mengaplikasikan konsep dan teori kedalam situasi dalam kehidupan. Kompetensi emosisosial meliputi
lima hal penting dintaranya kontrol
diri adalah kemampuan untuk meletakkan kebutuhan organisasi di atas kepentingan umum. Memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide dan gagasan secara bebas dan spontan dengan mudah. Persepsi yang obyektif artinya supervisor harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerti terhadap
segala kejadian walaupun dalam keadaan kontra,
khususnya pada situasi konflik. Pengkajian diri secara akurat adalah
21
mengkomunikasikan, dan mengarahkan, (5). Mengendalikan;
dengan
cara mengatur proses manajemen dan biaya, serta mengatur orang yang melaksanakan.
Ketrampilan lain yang harus dimiliki oleh seorang supervisor diantaranya (Bittel, 1990) :Ketrampilan teknis; Pengetahuan tentang pekerjaan secara teknis, pengetahuan tentang industri dan prosesnya, mesin serta berbagai masalah yang khusus. Ketrampilan administratif; Pengetahuan tentang organisasi secara
keseluruhan dan pengorganisasiannya, pengetahuan
tentang pencatatan dan informasi serta kemampuan untuk merencanakan dan mengendalikan pekerjaan. Ketrampilan hubungan antar manusia; Pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan bekerja secara efektif dengan perorangan atau kelompok.
Seorang kepala ruangan harus dapat melakukan supervisi secara efektif, agar dapat melaksanakan supervisi secara efektif kemampuan-kemampuan yang dapat mendukung melaksanakan supervisi
terhadap perawat pelaksana.
harus memiliki perannya dalam Menurut Bittel
(1987) untuk menjadi supervisor yang sukses ada lima kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki. Diantara kemampuan atau kompetensi tersebut
adalah sebagai berikut :
Kompetensi pengetahuan yaitu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisor. Semua manajer
20
diputuskan. Komitmen dapat diperoleh
dengan menggunakan cara
sebagai berikut ; 1) Ringkas dan ulangi kembali hal-hal yang telah dibicarakan, 2) Mintakan keikutsertaan, 3) Dengarkan sebaik-baiknya pada saat orang lain berbicara, 4) Pastikan orang lain mengerti terhadap hal-hal yang telah dikemukakan, 5) Mintakan persetujuan atau komitmen secara langsung, 6) Menindaklanjuti masalah yang telah dibicarakan atau yang telah diputuskan. Menurut Tveiten (2004), bahwa
kegiatan
supervisi
adalah
kegiatan
mengkoordinasikan
pekerjaan yang dilakukan orang lain, disamping itu juga harus mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan dan mengambil tindakan.
Ketrampilan Supervisor Menurut Bittel (1996) supervisor
merupakan bagian penting dari proses
manajemen. Mereka melakukan fungsi-fungsi yang
sama dengan
manajer-manajer lain dalam organisasinya. Setiap tugas, tanggung jawab dan berbagai peran yang harus diemban supervisor dilaksanakan melalui proses manajemen. Proses tersebut terdiri atas fungsi-fungsi sebagai berikut :
(1). Merencanakan; yaitu meliputi
menetapkan tujuan dan
menyusun rencana serta prosedur untuk mencapai tujuan tersebut, (2). Pengorganisasian; dengan cara menyusun tugas-tugas yang harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat lebih efektif, (3). Staffing; yaitu dengan memilih dan menempatkan beberapa orang yang tepat dalam pekerjaan yang paling sesuai, (4). Menggerakkan; meliputi memotivasi,
19
kinerja yang positif di masa yang akan datang. Hindari membicarakan kinerja yang jelek di masa lalu.
c. Prinsip 3 : Berpegang pada tujuan Komunikasi yang paling efektif yaitu komunikasi yang terkendali dan berpusat pada tugas. Untuk dapat berpegang pada satu tujuan, maka perlu memperhatikan hal berikut ini; 1) Berfokus pada satu topik; Jangan membicarakan banyak hal pada satu waktu sekaligus. Hindari membicarakan topik yang lain sebelum topik utama selesai. Jika ingin berpindah ke topik yang lain sebelum ada kesimpulan dari topik utama,
maka usahakan untuk segera kembali ke topik semula. 2)
Dorong perilaku mengarah pada tujuan; Dorong
kegiatan dan
pembicaraan mengarah pada tujuan pekerjaan dan hindari memberi perhatian interupsi;
terhadap perilaku yang tidak relevan. 3) Batasi adanya Komunikasi yang sering terputus
umumnya kurang
produktif, maka usahakan sedapat mungkin untuk diskusi atau rapat pada waktu dan tempat yang bebas interupsi. Jika seseorang menginterupsi pembicaraan, maka katakan untuk membicarakan topik tersebut pada kesempatan lain.
d. Prinsip 4 : Mendapatkan komitmen staf Tujuan utama supervisi adalah untuk memperoleh komitmen bagi keikutsertaan dan keterlibatan terhadap semua keputusan yang telah
18
2) Langsung; Hindari membuang waktu yang dapat mengaburkan terhadap
tingkat pentingnya pesan yang akan disampaikan. 3)
Ringkas; Pesan akan lebih jelas apabila disampaikan
dengan
menggunakan kata-kata yang ringkas berisi informasi yang diperlukan. 4) Hindari pesan yang bertolak belakang; Usahakan memberikan
pesan
selalu
konsisten.
Jika
ingin
dalam
menyatakan
penghargaan prestasi yang baik terhadap staf, maka tunda untuk melakukan tindakan koreksi atau dapat dilakukan pada kesempatan lain.
b. Prinsip 2 : Harapkan yang terbaik Pada prinsip ini hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : 1) Hargai martabat staf; Untuk mendapatkan kerja sama dan rasa hormat dari staf, maka
seorang manajer harus menghargai staf.
Hindarkan
perilaku yang merendahkan staf, seperti dengan pembicaraan yang dapat merusak harga diri dan optimisme staf. 2) Sampaikan harapan yang melambung; Komunikasikan kepada staff tentang kerja sama dan hasil kerja yang memuaskan dengan penuh keyakinan. Hindarkan menakut-nakuti staf dengan
mengungkap kesulitan yang dihadapi
secara berlebihan. 3) Penekanan pada kebutuhan di masa yang akan datang;
Kejadian
dapat membuat kita dapat memperkirakan
kemungkinan negatif yang
mungkin
terjadi, untuk menghindari
kemungkinan yang terjadi maka perlu ditekankan pada staf pentingnya
17
consumers” artinya bahwa supervisi klinik sebagai suatu strategi untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada konsumen. Darma (2004) mengatakan bahwa aspek terpenting bagi manajer tingkat bawah adalah melakukan supervisi, jika kepala ruangan melaksanakan supervisi dengan efektif, maka dampak positif dapat ditimbulkan dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja yang tinggi bagi perawat. Agar kepala ruangan sebagai manajer
dapat melaksanakan
supervisi
dengan efektif maka harus berpijak pada empat prinsip utama supervisi. Keempat prinsip supervisi tersebut diantaranya adalah
memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan jelas, memiliki harapan terbaik dari staf, berpegang pada tujuan, dan berusaha memperoleh komitmen.
Selanjutnya Darma (2004) memberi penjelasan terhadap keempat prinsip tersebut yaitu sebagai berikut : a. Prinsip 1 : Kejelasan berkomunikasi Kejelasan berkomunikasi merupakan prinsip yang sangat penting, dan prinsip-prinsip yang lain merupakan
fungsi penunjang.
Adapun
prinsip dasar berkomunikasi dengan jelas diantaranya adalah seperti berikut ini : 1) Gunakan istilah atau kata-kata yang dapat dimengerti; Gunakan bahasa yang tidak menimbulkan salah penafsiran, karena dapat menimbulkan salah pengertian. Hindari menggunakan istilah atau kata-kata yang menimbulkan kesan mementingkan diri sendiri.
16
kegiatan kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam meaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari. Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian morivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiaptiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variable yang harus disupervisi.
2. Supervisi Kepala Ruang Menurut Landmark (2003) mengatakan bahwa supervisi merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan untuk memberikan support dalam pengembangan kompetensi seorang perawat pelaksana Sebagai manajer, seorang kepala ruangan harus memahami dan mengerti tentang supervisi keperawatan yang meliputi pengertian supervisi dan prinsip-prinsip supervisi yang efektif serta ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang supervisor. Supervisi yang baik adalah supervisi yang intensitas supervisi disesuaikan dengan
tidak
ada pembatasan,
kebutuhan atau situasi, sesuai
kebutuhan bawahan, dan disesuaikan dengan ketrampilan dari supervisor (Clough,2003). Menurut Hancox (2004) dalam International Journal of mental Health Nursing, “ Clinical supervision as a stategy to improve both the job satisfaction of nurses and the quality of care provided to
15
kerja sama dengan sesama
perawat/dokter/tenaga kesehatan lain/
pasien ataupun keluarganya.
B. Supervisi 1. Supervisi Menurut Azwar (1996) supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk, atau bantuan atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Admosudiro (1982) dalam Cahyati (2000) mendefinisikan supervisi sebagai suatu pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin. Swansburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas. Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong,
memperbaiki,
memercayai
dan
mengevaluasi
secara
berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. Mc Farland, Leonard & Morris (1984) mengaitkan supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dismpulkan bahwa supervisi adalah
14
wewenang yang dimiliki untuk menjalankan tugas, kebebasan menyatakan pendapat dan mengambil keputusan dalam perawatan pasien, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan untuk melaksanakan tugas. c. Citra/status sosial; yaitu perasaan penting atau berarti dalam pekerjaannya pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi, misalnya
kebanggaan
sebagai
perawat
disuatu
rumah
sakit,
pekejaannya merupakan pekerjaan yang penting, rasa bangga terhadap tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan atasan untuk melaksanakan tugas/pekerjaaan keperawatan. d. Kebijakan organisasi; yaitu aturan-aturan yang ditetapkan dan diberikan oleh pihak manajemen rumah sakit terhadap kegiatan di suatu unit. Hal ini antara lain pengurusan pegawai, pegaturan jadual kerja pada hari libur, kesempatan untuk promosi, kesempatan untuk berkembang dan kesejahteraan perawat. e. Tuntutan tugas; yaitu tugas yang harus dilaksanakan secara teratur sebagai bagian dari pekerjaan. Hal ini antara lain pekerjaan administrasi dan tugas keperawatan, serta waktu yang disediakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. f. Interaksi; yaitu kesempatan untuk melakukan kontak social dan professional baik secara formal maupun informal selama waktu bekerja (jam kerja). Interaksi ini misalnya hubungan dengan atasan,
13
menyenangkan dan jam kerja yang disepakati. Sedangkan sumber yang menyebabkan ketidakpuasan adalah perencanaan yang buruk, penjelasan yang tidak memadai tentang keputusan yang mempengaruhi pekerjaan, peraturan dan kebijakan yang tidak jelas, tekanan yang tidak pada tempatnya, beban kerja yang berlebihan, tenaga medis yang kurang kooperatif dan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan tugas keperawatan. Komponen kegunaan kerja menurut stamp (1997, dlm musri,2002) terdapat enam komponen kepuasan kerja yang relevan dengan bidang kesehatan. Keenam
komponen kepuasan kerja tersebut sering
digunakan dalam penelitian keperawatan di negara lain karena di anggap lebih sesuai dan instrumennya juga telah dikembangkan. Adapun komponen-komponen tersebut yaitu; a. Penghasilan/gaji; yaitu upah dan tunjangan, pembayaran dapat dalam bentuk uang ataupun jaminan lainnya yang diterima oleh karyawan atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Penghasilan ini menyangkut besarnya gaji/upah ataupun jasa pelayanan
yang diterima sesuai
dengan tanggung jawab dan pekerjaannya. Menurut Stamps, bahwa upah merupakan komponen
kepuasan kerja yang sangat penting,
sedangkan menurut Herzberg (1966; dalam As’ad 2000) upah bukan faktor utama penentu kepuasan kerja. b. Wewenang atau otonomi; yaitu ukuran terhadap sejumlah pekerjaan yang berhubungan dengan kemandirian, inisiatif dan kebebasan yang diijinkan atau dituntut dalam kegiatan kerja sehari-hari, misalnya
12
b. Pengawasan; kepuasan kerja dipengaruhi oleh derajat kebebasan atas pekerjaan yang dilakukan dan lingkup kewenangan untuk membuat keputusan mengenai pekerjaan tersebut. c. Relevansi tugas; Pegawai hanya akan tertarik tugas yang mereka lakukan apabila mereka merasa bahwa tugas tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi dan mereka dapat melihat bagaimana pekerjaan tersebut sesuai dengan proses di dalam organisasi secara keseluruhan. d. Umpan balik hasil pekerjaan Umpan balik atas hasil pekerjaan
seseorang
khususnya
perkembangan pekerjaannya akan menimbulkan perasaan dihargai karena telah melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya e. Pertumbuhan pribadi Derajat perasaan seseorang
terhadap
pekerjaan yang telah
dilakukannya akan membantu mengembangkan
pengetahuan dan
keahliannya.
4. Kepuasan Kerja Perawat Kepuasan kerja perawat adalah penilaian atau cerminan dari perasaan perawat terhadap pekerjaannya. Menururt hasil survei yang dilakukan oleh Marriner (1996), mengatakan Sumber kepuasan kerja perawat yaitu : pencapaian, pengakuan, pekerjaan yang menantang, tanggung jawab, potensi pengembangan, otonomi, wewenang, lingkungan pekerjaan yang
11
4) Comparision person; adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama dan seorang pegawai dalam organisasi yang berbeda
atau
pekerjaan sebelumnya. Menurut teori ini bahwa seorang pegawai merasa puas dan tidak puas merupakan hasil dari membandingkan input dan outcome pegawai lain (comparation person). Dimana jika pegawai tersebut merasa pegawai
adanya keseimbangan (equity), maka
tersebut dapat merasa puas, tetapi apabila terjadi
ketidakseimbangan
(inequity) maka dapat menimbulkan
dua
kemungkinan yaitu ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya (over compensatory inequity) atau dapat juga sebaliknya yaitu ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding (under compensatory inequity).
3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut para ahli, kepuasan kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh sumber kepuasan kerja dan
faktor atau komponen kepuasan
kerja.
Menurut Cushway & Lodge (1995) ada lima faktor kepuasan kerja; a. Keragaman; pemusatan pada
satu tugas tertentu dapat mengarahkan
kepada tingkat keahlian dan efisiensi tinggi, tetapi terbukti sangat membosankan. Kebosanan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan kerja, kurang motivasi atau tingkat absensi tinggi.
10
pekerjaan, 2) need for affiliation, merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan dalam hubungannya dengan orang lain serta mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain, dan 3) need for power, merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain.
c. Teori keseimbangan/keadilan (Equity theory). Teori ini dikembangkan oleh Adam (1958; dalam Mangkunegara, 2000), bahwa prinsip teori ini adalah orang merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasa adanya keadilan (equity) atau tidak atas situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor ataupun tempat lain. Menurut teori ini ada empat elemen dari equity, yaitu : 1). Input; adalah semua nilai yang di terima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja misalnya pendidikan, pengalaman, ketrampilan, usaha, peralatan pribadi dan jumlah jam kerja. 2) Outcome; adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai, misalnya gaji, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan diri (recognition), dan kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan dirinya. 3) Person; adalah seorang pegawai yang diperlakukan adil atau tidak adil
9
a. Teori kebutuhan (Maslow). Maslow (1964 dalam Indrawijaya, 2000), mengatakan bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tersusun berdasarkan hirarki kepentingan. Kebutuhan manusia ini di bagi dalam lima tingkatan yaitu; 1) kebutuhan fisiologis; adalah kebutuhan dasar
manusia yang harus
dipenuhi untuk bertahan hidup, seperti kebutuhan oksigen, biologis, sandang dan pangan; 2) kebutuhan rasa aman dan bebas ancaman termasuk rasa aman dalam pekerjaan dan masa depan; 3) kebutuhan rasa memiliki dalam arti dapat diterima dalam suatu lingkungan sosial dan persahabatan; 4) kebutuhan penghargaan, menyangkut kedudukan, prestice, status dan kepercayaan diri bila kebutuhan terpenuhi; 5) kebutuhan
aktualisasi
diri
atau
kebutuhan
akan
kesempatan
mengembangkan potensi yang dimiliki. Jika kebutuhan tersebut telah terpuaskan, maka
kebutuhan tersebut tidak lagi
dapat dianggap
sebagai motivator karena orang hanya akan termotivasi oleh sesuatu yang sedang mereka cari (Maslow, 1965; dalam Burgess, 1998).
b. Teori motivasi sosial (Mc. Celland) Menurut Mc. Celland (1974; dalam As’ad, 2000), timbulnya tingkah laku dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan manusia. Dalam diri seorang individu terdapat tiga kebutuhan pokok, yaitu : 1) need for achievement, merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses hal ini diukur berdasarkan standar kesempurnaan misalnya dalam melakukan
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan suatu hal yang bersifat individual, bahwa setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan nilai yang berlaku pada dirinya (Hasibuan, 1999). Hal tersebut senada dengan pendapat beberapa pakar
tentang kepuasan kerja. Yaitu
reaksi emosional terhadap pengalaman kerja yang tidak dapat dihindari, merupakan kesatuan pikiran, perasaan dan tindakan terhadap pekerjaan (sikap) sehingga tingkat kepuasan
kerja seseorang
dipengaruhi oleh
pengalaman. Pendapat Tiffin (1958; dalam As’ad, 2000) bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja sama dengan pimpinan dan dengan sesama karyawan.
2. Teori Kepuasan Kerja Hasil penelitian beberapa ahli diketahui bahwa kepuasan kerja banyak dipengaruhi oleh teori-teori motivasi yang dikembangkan oleh para pakar psikologi. Adapun teori tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :