BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Tergantung
Jumlah Jam Tidur
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel - Variabel bebas (independen): jumlah jam tidur. - Variabel tergantung (dependen): indeks massa tubuh.
3.2.2. Definisi Operasional 1. Variabel Independen : Jumlah Jam Tidur - Jumlah jam tidur adalah total waktu tidur si individu pada malam hari. Jumlah jam tidur tiap individu bergantung pada usia masing-masing si individu, semakin bertambah usia si individu maka semakin berkurang jumlah jam tidur individu tersebut secara fisiologis. - Alat ukur jumlah jam tidur adalah kuesioner dengan teknik wawancara. - Cara kerja dalam mengambil data jumlah jam tidur pada sampel adalah dengan menanyai jam berapa sampel bangun dan tidur pada hari aktif kuliah (SeninSabtu) dan hari minggu. Kemudian hasilnya dijumlahkan lalu dibagi tujuh sehingga didapat rata-rata jam tidur per minggu. - Skala ukur jumlah jam tidur adalah numerik.
2. Variabel Dependen: Indeks Massa Tubuh
Universitas Sumatera Utara
- Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Obesitas merupakan peningkatan berat badan dengan IMT ≥ 25 kg/m2 akibat akumulasi lemak yang berlebihan. - Alat ukur indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa dan meteran dinding. - Cara kerja menentukan IMT: sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
Berat Badan (kilogram) IMT= Tinggi Badan2 (meter2)
Kemudian interpretasikan hasil yang didapat ke dalam tabel di bawah ini:
Klasifikasi Berat badan kurang Kisaran normal Berat badan lebih Berisiko Obes I Obes II -
IMT < 18.5 18.5-22.9 ≥ 23 23 -24.9 25-29.9 ≥ 30
Skala dalam pengukuran IMT adalah numerik.
3.3. Hipotesa
Ha: Terdapat hubungan jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Di dalam penelitian analitik observasional desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional berarti pengukuran variabelvariabelnya dilakukan hanya satu kali.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, hal ini dikarenakan aplikasi indeks massa tubuh dapat digunakan pada individu dewasa.
4.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2011 sampai Desember 2011, mulai dari pembuatan proposal sampai dengan penulisan hasil penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Yang menjadi populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3.2. Sampel Sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009 dan 2010.
Universitas Sumatera Utara
Perkiraan jumlah sampel yang dibutuhkan: n=
(Zα+Zβ) 0,5ln[(1+r)/(1-r)]
2
+3
Keterangan : = besar sampel minimum n Zα = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu Zβ = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu r = perkiraan koefisien korelasi, (dari pustaka) Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi adalah 0,33. Bila a (2 arah) = 0,05 (zα = 1.960) dan power = 0,80 (Zβ = 0.842), maka besar sampel minimum yang diperlukan adalah:
n=
(1.96+0.842) 0,5ln[(1+0.33)/(1-0.33)]
2
+3
n=69.9 n≈70 Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 70 subjek. 4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan metode consecutive sampling, yang mana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
Kriteria inklusi: 1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, dan 2010, 2. Bersedia menjadi sampel. Kriteria eksklusi:
Universitas Sumatera Utara
1. Mempunyai riwayat keluarga obesitas, 2. Memakai obat-obatan (obat flu, antihistamin, antidepresan, steroid, hormonal, kafein, rokok, alkohol), 3. Menderita suatu penyakit kronik (asma, diabetes, penyakit jantung bawaan, hiper/hipotiroid, gangguan pola tidur, kanker), 4. Tidak memiliki pekerjaan selain sebagai mahasiswa fakultas kedokteran USU (guru privat, guru bimbingan belajar, programmer dsb).
4.4.2. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang dipakai pada penelitian ini adalah: 1. Meteran: alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan sampel. 2. Timbangan berat badan: untuk mengukur berat badan sampel. 3. Kuesioner: untuk menanyakan jumlah jam tidur dan menyingkirkan sampel yang memenuhi kriteria eksklusi melalui beberapa pertanyaan.
4.4.3 Cara Kerja 4.4.3.1. Menentukan Indeks Massa Tubuh Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya. Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT: 1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke depan, membelakangi alat. 2. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukan jarum timbangan (dipakai hitungan dalam kilogram). 3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak kepala sampel (vertex). 4. Melihat tinggi badan sampel. 5. Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Berat Badan (kilogram) IMT= Tinggi Badan2 (meter2)
Lalu interpretasikan hasil yang didapat ke dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Klasifikasi IMT menurut Asia Pasifik Klasifikasi IMT Berat badan kurang < 18,5 Kisaran normal 18,5-22,9 Berat badan lebih ≥ 23 Berisiko 23 -24,9 Obes I 25-29,9 Obes II ≥ 30 Sumber: Sugondo, S., 2006. IPD FK UI.
4.4.3.2. Menentukan Jumlah Jam Tidur Untuk mengetahui rata-rata jumlah jam tidur, sampel akan ditanyai melalui kuesioner. Pada kuesioner itu pula dicantumkan beberapa pertanyaan untuk kriteria eksklusi sampel. Sehingga melalui kuesioner tersebut, peneliti mendapatkan data berupa jumlah jam tidur dan jumlah sampel yang tidak memenuhi kriteria eksklusi.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data Untuk menganalisis data-data yang akan didapat pada penelitian, maka peneliti menggunakan uji korelasi. Pada uji ini dapat menentukan seberapa kuat hubungan antara faktor resiko dengan kejadian suatu penyakit. Data pada variabel baik independen maupun dependen merupakan data numerik. Data-data yang didapat tersebut akan diolah dengan menggunakan program SPSS.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), yang berlokasi di Jl. Dr. Mansur No.5 Medan. Fakultas Kedokteran USU dibuka tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan. Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus USU Padang Bulan ini dapat dicapai dengan mudah dari pusat kota maupun Bandar udara Polonia. Jarak kampus dengan pusat kota (Lapangan Merdeka) sekitar 15 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan taksi selama sekitar 15 menit. Jarak kampus dengan Bandar udara Polonia Internasional Airport sekitar 6 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan taksi selama sekitar 15 menit (Administrasi, 2009). Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400 orang lebih orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri dan Internasional dengan syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Fakultas.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran USU, mulai dari angkatan 2011, 2010, 2009 dan 2008. Usia berkisar antara 17 - 23 tahun. Sampel adalah mahasiswa yang telah menyetujui untuk menjadi responden dan tidak memiliki kriteria eksklusi yaitu tidak mempunyai penyakit, tidak ada riwayat keluarga obese, tidak memakai obat-obatan dan tidak memiliki pekerjaan tambahan, misalnya mengajar, selain sebagai mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
Sampel yang diperoleh selama periode September – Oktober 2011 sebanyak 96 orang. Sampel terdiri dari 47 orang mahasiswa laki-laki dan 49 orang mahasiswa perempuan. Data yang diperoleh telah diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya. Semua data yang diperoleh adalah data primer.
Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
17-18 19-20 21-22 23-24
24 52 19 1
25 54.2 19.8 1
Untuk mempermudah membaca interpretasi hasil penelitian maka klasifikasi IMT dikategorikan sebagaimana berikut ini: < 18.5 (underweight), 18.5 – 22.9 (normoweight), ≥23 – 24.9 (overweight), 25 – 29.9 (obese I) dan ≥30 (obese II). Dari hasil yang didapat, nilai indeks massa tubuh yang terbanyak adalah untuk kriteria berat badan normal (normoweight) yakni 49 orang (49%), namun jumlah sampel yang overweight dan obese juga tidak kalah banyak, yaitu 40 orang (41.7%), dengan usia yang paling banyak berada pada usia 19 tahun.
Tabel 5.2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Klasifikasi IMT Klasifikasi IMT
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
Underweight Normoweight Overweight Obese 1 Obese 2
7 49 16 16 8
7.3 51.0 16.7 16.7 8.3
Dari hasil yang didapat, jumlah jam tidur yang paling banyak didapati pada sampel berada pada range 6-7 jam (37.5 %), dengan jumlah jam tidur yang paling sedikit berada pada range 3-4 jam dan 9-10 jam, masing-masing 1%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jumlah Jam Tidur Jumlah Jam Tidur (Jam)
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10
1 3 19 36 27 9 1
1.0 3.1 19.8 37.5 28.1 9.4 1.0
5.1.3. Tabulasi Silang Jumlah Jam Tidur dengan IMT Berikut ini akan ditampilkan data tabulasi silang antara jumlah jam tidur dengan masing-masing klasifikasi indeks massa tubuh. Pada data tabulasi silang tersebut dapat kita lihat berapa jumlah sampel yang underweight, normoweight, overweight dan obese I maupun obese II pada masing-masing rentang jumlah jam tidur. Dari tabel tabulasi silang di bawah ini, dapat kita lihat untuk klasifikasi normoweight paling banyak dijumpai pada kisaran jam tidur 6-7 jam (18 orang) diikuti 7-8 jam (15 orang). Sedangkan untuk klasifikasi underweight paling banyak dijumpai pada rentang jam tidur 7-8 jam (4 orang). Dan untuk kriteria berat badan berlebih (overweight dan obesitas) paling banyak dijumpai pada rentang tidur 6-7 jam. Pada tabel tabulasi silang ini pula dapat kita lihat jumlah sampel yang memiliki indeks massa tubuh kurang (underweight) sebanyak 2 orang pada tidur kurang dari 7-8 jam. Terdapat 1 orang untuk kriteria underweight pada tidur lebih dari 7-8 jam. Untuk kriteria berat badan berlebih (overweight dan obesitas) sebanyak 27 orang pada jam tidur kurang dari 7-8 jam. Meskipun demikian, didapati pula responden yang memiliki indeks massa tubuh berlebih pada jam tidur di atas 7-8 jam, yakni sebanyak 5 orang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Tabulasi Silang Jumlah Jam Tidur dengan IMT Jumlah Jam Tidur (Jam) 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10 Total
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (kg/m2) Under Normo Over Obese I Obese II Total weight weight weight 0 0 0 1 0 1 0 3 0 0 0 0 0 9 3 3 4 19 2 18 8 5 3 36 4 15 3 4 1 27 1 4 2 2 0 9 0 0 0 1 0 1 7 49 16 16 8 96
5.2. Hasil Analisis Statistik Tabel 5.5. Nilai P Pearson Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan IMT IMT (kg/m2)
Pearson correlation (r) p
Jumlah Jam Tidur (Jam) -0.131 0.205
Nilai korelasi pearson (r) pada penelitian ini, r = -0.131, menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik antara jumlah jam tidur dengan nilai IMT, yakni makin sedikit jumlah jam tidur maka makin tinggi nilai IMT. Namun hubungan (korelasi) ini sangat rendah (Wahyuni, 2007). Berdasarkan hasil analitik pada penelitian mengenai Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Indeks Massa Tubuh ini, diperoleh nilai signifikansi (p value) = 0.205, hal ini berarti Ha ditolak oleh karena p value > 0.05. Ini menyatakan bahwa hasil yang didapat dalam penelitian ini tidak bermakna di dalam populasi. Dalam buku Statistika Kedokteran dan Aplikasi SPPS, karangan dr. Arlinda Wahyuni, disebutkan bahwa nilai p dapat diartikan sebagai nilai besarnya peluang hasil penelitian terjadi karena faktor kebetulan, harapan kita bahwa adanya hubungan pada penelitian juga menunjukkan adanya hubungan di populasi. Ini berarti hubungan jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh pada penelitian memiliki harapan yang sangat kecil bahkan hampir tidak ada hubungan di populasi.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan terbalik antara jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh (r = -0.131), hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan di Hongkong (r = -0.037) namun pada penelitian tersebut memiliki nilai signifikasi (p) = 0.02, yang berarti penelitian tersebut memiliki harapan munculnya hubungan jumlah jam tidur dengan IMT pada populasi. Menurut penelitian longitudinal prospektif oleh Seegers et al (2011) didapati hubungan jumlah jam tidur kurang dengan overweight (OR = 1.99) dan obesitas (OR = 2.23) dibandingkan dengan yang memiliki jumlah jam tidur lebih atau sama dengan 11 jam. Penurunan jumlah jam tidur dikaitkan dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh dikarenakan penurunan kadar leptin dan peningkatan kadar ghrelin, seperti percobaan yang dilakukan Taheri et al (2004) secara kohort prospektif, didapati penurunan leptin p = 0.01 dan peningkatan ghrelin p = 0.008. Peningkatan rasio ghrelin dan leptin ini pada akhirnya akan meningkatkan nafsu makan pada orangorang yang memiliki jumlah jam tidur kurang, seperti pada penelitian yang dilakukan Spiegel et al (2004) didapati peningkatan appetite pada hampir seluruh jenis makanan pada responden yang memiliki jumlah jam tidur hanya 4 jam, dibandingkan dengan total 8 jam tidur, p = 0.01. Peningkatan nafsu makan ini kemungkinan
juga
dikarenakan
peningkatan
kebutuhan
energi
untuk
mempertahankan agar tetap dalam keadaan terjaga. Menurut hasil penelitian Spiegel et al (1999) pada review oleh Cauter et al (2008) didapati pada orang-orang yang memiliki jumlah jam tidur kurang (5 jam) selama 8 hari menunjukkan penurunan sensitivitas insulin secara konsisten tanpa adanya kompensasi dari responsivitas sel B pankreas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan resiko timbulnya diabetes, di samping peningkatan kejadian obesitas. Pada penelitian ini didapati p = 0.205, hal ini berarti penelitian ini tidak bermakna. Kemungkinan penyebab-penyebab terjadinya hal ini adalah pengaruh jumlah jam tidur kurang dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh lebih terlihat pada anak dibandingkan dewasa (Patel & Hu, 2008; Sharma et al, 2010),
Universitas Sumatera Utara
dimana menurut Seegers et al (2011) hal ini mungkin dikarenakan toleransi homeostasis terhadap perubahan biologis yang lebih baik dibandingkan pada anak. Sehingga, seperti pada review yang dibuat oleh Cauter et al (2004), penting dilakukan edukasi publik efek penurunan jumlah jam tidur sejak usia dini, terutama pada orang tua yang memiliki anak dengan jumlah jam tidur kurang. Kemungkinan penyebab lain adalah responden pada penelitian ini tidak menghabiskan waktu pada saat terjaga di malam hari untuk mengonsumsi makanan, meskipun terdapat kemungkinan peningkatan kadar ghrelin dalam tubuh responden. Kemungkinan waktu terjaga dihabiskan untuk mengerjakan bahan tutorial, mencari jurnal, atau mengerjakan tugas praktikum. Beberapa penelitian tidak hanya menunjukkan penurunan jumlah jam tidur dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh akan tetapi peningkatan jumlah jam tidur juga menunjukkan peningkatan indeks massa tubuh (Sharma et al, 2010; Patel & Hu, 2008). Namun mekanisme peningkatan jumlah jam tidur dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh berbeda dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh pada penurunan jumlah jam tidur. Peningkatan jumlah jam tidur menyebabkan peningkatan nilai indeks massa tubuh diyakini sebagai konsekuensi peningkatan indeks massa tubuh, yakni akibat peningkatan nilai indeks massa tubuh maka individu akan malas bergerak dan pada akhirnya memiliki jumlah jam tidur yang lebih panjang dibanding normal (Sharma et al, 2010; Patel & Hu, 2008).
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini: 1. Tidak ada hubungan antara jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh dikarenakan p value = 0.205 (p value > 0.05) meskipun didapati r = -0.131, 2. Di penelitian ini, klasifikasi IMT yang paling banyak pada mahasiswa FK adalah normoweight (51%) diikuti overweight dan obese (41.7%), 3. Rata-rata jumlah jam tidur mahasiswa FK yang paling banyak ditemui pada penelitian ini adalah 6-7 jam, 4. Didapati 27 orang overweight dan obese dengan rata-rata jam tidur kurang dari 7-8 jam dan 5 orang pada rata-rata jam tidur di atas 7-8 jam, 5. Dijumpai 2 orang underweight pada rentang kurang dari 7-8 jam dan 1 orang pada rentang lebih dari 7-8 jam, 6. Dan untuk kriteria normoweight pada rentang kurang dari 7-8 jam terdapat 30 orang sedangkan pada rentang lebih dari 7-8 jam didapati hanya 4 orang.
6.2. Saran Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian mengenai hal yang sama dengan penelitian ini, maka disarankan untuk: 1. Perlu dilakukan penelitian hormonal untuk melihat lebih jelas ada atau tidaknya kaitan peningkatan ghrelin dan atau penurunan leptin pada orang-orang yang memiliki jumlah jam tidur kurang sehingga dapat diperkirakan hal yang menyebabkan timbulnya peningkatan indeks massa tubuh selain faktor ghrelin ataupun sejenisnya jika nilai faktor-faktor ini ternyata didapati normal, 2. Perlu dilakukan penelitian pada responden dengan usia lebih muda, hal ini dikarenakan pada penelitian sebelumnya didapati korelasi jumlah jam tidur kurang dengan peningkatan indeks massa tubuh lebih terlihat nyata pada usia muda dibandingkan dewasa,
Universitas Sumatera Utara
3. Desain penelitian sebaiknya case control atau kohort prospektif agar benarbenar didapati hasil yang valid bahwa hubungan jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh hanya dipengaruhi oleh kedua hal ini saja.
Universitas Sumatera Utara