BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Jenis Kelamin
Sidik Jari
Suku
3.2 Defenisi Operasional No. 1.
Cara Penilaian
Defenisi
Kepadatan alur Menghitung sidik
jari alur
Alat Ukur Dengan
epidermal menggunakan
Hasil Ukur
sidik
jari
alur/25
satu sudut segi transparan segi dalam 25 mm2.
garis-garis
empat ke sudut empat
dalam 25 mm2.
berlawanan.
Ukur Jumlah
banyaknya
di yang
Ukur
alur Numerik
mulai dari salah plastik
dihitung
Satuan
Jumlah
adalah
sidik jari yang diagonalnya
Skala
dihitung
di
mm2.
berukuran 5x5 mm2
yang
ditempatkan pada
sampel
sidik jari pada area yang telah dipilih. Kemudian diperiksa jumlah
alur
sidik jari dalam 25 mm2 dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kaca pembesar. 2.
Jenis
kelamin Wawancara
Kuisioner
Jenis kelamin:
Nominal
-
Suku Melayu, Nominal
-
adalah
- Laki-laki
perbedaan
- Perempuan.
keadaan antara laki-laki
dan
perempuan. 3.
Suku adalah
Wawancara
Kuisioner
suatu golongan
Batak,
Jawa,
manusia yang
Minangkabau,
anggota-
Aceh dan Nias.
anggotanya mengidentifika sikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan design penelitiannya adalah cross sectional untuk Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Kerapatan Alur Sidik Jari. 4.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP H. Adam Malik/ RSUD dr. Pirngadi Medan yang dilakukan selama 10 minggu yang dimulai sejak 2 Mei 2016 sampai 10 Juli 2016 yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, pengumpulan sampel, penelitian dan penulisan. 4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi target Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran di provinsi Sumatera Utara. 4.3.2 Populasi terjangkau Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi Medan. 4.3.3 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr.
Universitas Sumatera Utara
Pirngadi Medan yang bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti ketentuan yang berlaku. Kriteria inklusi 1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi Medan. 2. Laki-laki dan perempuan berusia 20-30 tahun. 3. Tidak memiliki luka, cacat ataupun kelainan pada jari-jari kedua tangan yang dapat mengakibatkan pengambilan sidik jari tidak utuh dan lengkap. 4. Bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi 1. Bukan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi Medan. 2. Laki-laki dan perempuan berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. 3. Memiliki luka, cacat ataupun kelainan pada jari-jari kedua tangan yang dapat mengakibatkan pengambilan sidik jari tidak utuh dan lengkap. 4. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian. 4.3.4 Perkiraan sampel penelitian Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang secara berurutan dan
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.18 Untuk menentukan besar sampel minimal yang diperlukan digunakan rumus berikut: n = (Z1 – α/2)2(PQ) d2 n
= besar sampel minimal.
Z1 – α/2
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5% = 1,96.
P
= referensi yaitu proporsi orang dengan >12 alur/25 mm2 = 77% = 0,77
Q
=1–P = 1 – 0,77 = 0,23.
d
= perkiraan koefisien korelasi (0,05).18
Hasil perhitungan diperoleh n = 272,13. Maka besar sampel adalah 273 orang. 4.4 Variabel penelitian Variabel tergantung
: Jenis kelamin dan suku.
Variabel bebas
: Kerapatan alur sidik jari.
4.5 Izin Subjek Penelitian Semua pengukuran yang dilakukan telah mendapat izin dari subjek penelitian setelah terlebih dahulu mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan, cara, manfaat dan resiko dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian (terlampir), selanjutnya persetujuan/izin dari
Universitas Sumatera Utara
subjek (Informed Consent) dilakukan pada Lembaran Persetujuan Subjek Penelitian (terlampir). 4.6 Etika Penelitian Penelitian yang dilakukan telah mendapat persetujuan komisi etik Health Research Ethical Committee of North Sumatera c/o Medical School, Universitas Sumatera Utara Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan, Nomor: 442/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016 (terlampir). 4.7 Instrumen penelitian 1. Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan sidik jari meliputi: a) Tinta daktiloskopi, sejenis tinta cetak hitam yang dicampur dengan minyak sehingga tinta cepat kering. Merk tinta yang dipergunakan adalah “Fingerprint Black Ink”. b) Plat kaca, ukuran ± 12x28 cm, tempat tinta daktiloskopi diratakan. Dapat juga digunakan bahan-bahan tak berpori seperti porselin dan plastik. c) Roller, sepotong karet bulat berdiameter ± 2 cm dan panjang ± 5-6 cm digunakan untuk meratakan (menggulingkan) tinta daktiloskopi pada plat kaca. Merk roller yang dipergunakan adalah Roll-Ease Fingerprint Ink Roller ukuran 3 inchi. d) Kartu sidik jari, dibuat dari kertas tebal licin berukuran 20x20 cm. e) Loop (kaca pembesar) ukuran 75 mm dengan merk Classic Magnifier 75. 2. Peralatan yang diperlukan untuk penghitungan kerapatan alur sidik jari: a) Lembar data hasil penghitungan kerapatan alur sidik jari subjek penelitian (terlampir).
Universitas Sumatera Utara
b) Sebuah segi empat berukuran 5x5 mm2 digambar pada plastik transparan dan ditempatkan pada sampel sidik jari pada area yang telah dipilih. 4.8 Cara Kerja Penelitian 1. Pengumpulan data subjek penelitian dilakukan meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, dan alamat. 2. Pemeriksaan terhadap kondisi jari-jari kedua tangan untuk kelayakan pengukuran yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3. Pengambilan kesepuluh sidik jari kedua tangan dengan menggunakan alat penelitian oleh peneliti yang didampingi oleh seorang petugas bagian Identifikasi dari Kepolisian (INAFIS) sebagai konsultan. 4. Penghitungan kerapatan alur sidik jari dengan menggunakan alat penelitian. 5. Menentukan mean kerapatan alur sidik jari dari kesepuluh sidik jari setiap subjek penelitian 4.9 Batasan Operasional 1. Langkah-langkah pengambilan sidik jari: a) Subjek diminta untuk mencuci bersih tangan mereka. b) Tuangkan sejumlah tetes tinta daktiloskopi di atas plat kaca. Ratakan tinta tersebut dengan roller yang digerakkan maju-mundur. Usahakan tinta tidak terlalu tebal. c) Berikan blanko kartu sidik jari pada orang yang hendak diambil sidik jarinya untuk ditulis nama serta keterangan-keterangan yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
d) Tekankan jari-jari tersebut satu kali saja pada kartu sidik jari sesuai dengan kolomnya masing-masing. Jari ditekan dengan tekanan sedang dan sidik jari ke-10 jari tangan diambil. e) Setelah selesai pengambilan sidik jari, berikan pada oranga yang bersangkutan alat pembersih tangan seperti “ink cleaner”, bensin, atau sabun dan kain lap. 2.
Langkah-langkah penghitungan kepadatan alur sidik jari:
a) Bagian atas pada batas radial dari cetakan sidik jari dipilih sebagai daerah untuk dianalisa karena pada semua jenis pola sidik jari menunjukkan kesamaan arah alur pada area tersebut. Metode ini berfungsi untuk mengisolasi alur dalam area yang telah ditentukan untuk dapat dilakukan proses penghitungan alur pada sidik jari. Sebuah segi empat berukuran 5x5 mm2 digambar pada plastik transparan dan ditempatkan pada sampel sidik jari pada area yang telah dipilih. b) Hitung alur epidermal mulai dari salah satu sudut segi empat ke sudut diagonalnya yang berlawanan. Titik (dot) tidak dihitung. Garpu (fork) dihitung sebagai dua alur tidak termasuk pegangannya dan danau dihitung sebagai dua alur. Nilai ini mewakili jumlah alur di dalam 25 mm2 dan mencerminkan nilai kepadatan alur. c) Nilai kepadatan alur diambil untuk ke-10 jari dan meannya dihitung. Nilai ini merupakan satu data tunggal untuk tiap individu.
Universitas Sumatera Utara
4.10 Pengolahan dan analisa data Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan data yang diperoleh untuk menghindari bias. 2. Coding yaitu pemberian tanda pada data untuk mempermudah waktu pengadaan tabulasi dan analisa. 3. Cleaning data yaitu pemeriksaan kembali semua data yang telah dikumpulkan guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. 4. Saving yaitu penyimpanan data untuk dianalisa. 5. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Stata. Analisis data meliputi univariat untuk melihat karakteristik jenis kelamin dan suku. Statistik analitik digunakan untuk menghitung nilai duga positif, nilai duga negatif, dan likelihood ratio kepadatan alur sidik jari dalam menentukan jenis kelamin.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian penentuan jenis kelamin berdasarkan sidik jari ini dilakukan terhadap 276 orang
(157 orang laki-laki dan 119 orang perempuan) dari periode bulan
Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 dan disusun dalam tabel induk (lihat lampiran) dengan kolom isian: nomor urut, nomor identifikasi, jenis kelamin, suku, dan rerata kerapatan alur sidik jari per 25 mm2. Berikut ini dipaparkan perincian tabel dan data deskriptifnya. 5.1.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (n) 157 119 276
Persenatase (%) 56,9 43,1 100
Dari 276 subjek penelitian ini didapatkan laki-laki lebih banyak dari perempuanya itu jumlah subjek laki-laki 157 orang (56,7%) dan perempuan 119 orang (43,1%). 5.1.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Distribusi subjek penelitian berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Suku No Jenis Kelamin Jumlah (n) 1. Batak 116 2. Melayu 65 3. Jawa 57 4. Minang 16 5. Aceh 15 6. Nias 7
Persenatase (%) 42,0 23,6 20,7 5,8 5,4 2,5
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa suku dengan jumlah subjek yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 116 orang (42,0%) dan jumlah subjek yang paling sedikit adalah suku Nias yaitu hanya berjumlah 7 orang (2,5%). Jumlah subjek suku Melayu adalah 65 orang (23,6%), suku Jawa 57 orang (20,7%), suku Minang 16 orang (5,4%) dan suku Aceh 15 orang (2,5%). 5.1.3 Distribusi Suku Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi suku berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Suku berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Suku Batak Melayu Jawa Minang Aceh Nias
Laki-laki n 60 38 39 6 9 5
% 51,7 58,5 68,4 37,5 60,0 71,4
n 56 27 18 10 6 2
Perempuan % 48,3 41,5 31,6 62,5 40,0 28,6
Dari data penelitian ini diketahui bahwa dari 116 orang suku Batak didapati 60 orang laki-laki (51,7%) dan perempuan 56 orang (48,3%). Dari 65 orang suku Jawa didapati 38 orang laki-laki (58,5%) dan perempuan 27 orang (41,5%), dari 57 orang suku Jawa didapati 39 orang laki-laki (68,4%) dan 18 orang perempuan(31,6%), dari 16 orang suku Minang didapati 6 orang laki-laki (37,5%) dan 10 orang perempuan (62,5%), dari 15 orang suku Aceh didapati 9 orang lakilaki (60,0%) dan 6 orang perempuan (40,0%), dan dari 7 orang suku Nias didapati 5 orang laki-laki (71,4%) dan 2 orang perempuan (28,6%). 5.1.4 Rerata Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 Rerata kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dapat dilihat pada tabel 5.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Rerata Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 No
Alur Sidik Jari
1.
Kerapatan alur sidik jari
Rerata (alur/25 mm2) 11,68
Simpangan Baku (alur/25 mm2) 1,26
Dari data penelitian ini diketahui bahwa rata-rata kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 adalah 11,68 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,26 alur sidik jari/25 mm2.
5.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Hubungan Antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 dengan Jenis kelamin Hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dengan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 dengan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Rerata (alur/25 mm2) 1. Laki-laki 11,23 2. Perempuan 12,29 *P-value menggunakan uji Mann-Whitney U
Simpangan Baku (alur/25mm2) 1,18 1,10
P-value* 0,00001
Dari data penelitian ini diketahui bahwa rata-rata kerapatan alur sidik jari pada subjek dengan jenis kelamin laki-laki adalah 11,23 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,18 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan pada subjek penelitian jenis kelamin perempuan didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari 12,29 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,10 alur sidik jari/25 mm2. Dengan Pvalue yang didapatkan dari data tersebut adalah 0,00001 maka dapat diambil
Universitas Sumatera Utara
kesimpulan bahwa ada hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin. 5.2.2 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 dengan Suku Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2
dengan Suku
dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 dengan Suku No
Suku
Rerata (alur/25 mm2) 1. Batak 11,81 2. Melayu 11,69 3. Jawa 11,40 4. Minang 12,09 5. Aceh 11,43 6. Nias 11,29 *P-value menggunakan uji Krukal-Wallis
Simpangan Baku (alur/25 mm2) 1,36 1,22 1,10 1,13 1,12 1,44
P-value*
0,2334
Dari data pada tabel 5.6 didapati bahwa rata-rata kerapatan alur sidik jari pada subjek suku Batak adalah 11,81 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,36/25 mm2. Pada suku Melayu didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah 11,69 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,22/25 mm2. Pada suku Jawa didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah 11,40 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,10/25 mm2. Pada suku Minang didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah 12,09 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku
1,13/25 mm2. Pada suku Aceh didapati rata-rata kerapatan alur sidik
jari adalah 11,43 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,12/25 mm2. Dan pada suku Nias didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah 11,29 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku
1,44/25 mm2. P-value yang
Universitas Sumatera Utara
didapatkan dari data tersebut 0,2334 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan suku. 5.2.3 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 dengan Jenis Kelamin berdasarkan Suku Hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dengan jenis kelamin berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 dengan Jenis Kelamin berdasarkan Suku No
Suku
Rerata (alur/mm2)
Batak 11,31 • Laki-laki 12,36 • Perempuan 2. Melayu 11,01 • Laki-laki 12,64 • Perempuan 3. Jawa 11,04 • Laki-laki 12,19 • Perempuan 4. Minang 12,45 • Laki-laki 11,87 • Perempuan 5. Aceh 11,51 • Laki-laki 11,30 • Perempuan 6. Nias 11,32 • Laki-laki 11,20 • Perempuan *P-value menggunakan uji Mann-Whitney U
Simpangan Baku (alur/mm2)
P-value*
1,30 1,20
0,00001
0,96 0,89
0,00001
1,04 0,78
0,0003
1,35 0,98
0,252
1,08 1,28
0,860
1,65 1,27
1,000
1.
Dari tabel 5.7 didapatkan bahwa pada suku Batak, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah 11,31 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,30 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 12,36 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,20 alur sidik jari/25 mm2. P-value yang didapatkan adalah 0,00001.
Universitas Sumatera Utara
Pada suku Melayu, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah 11,01 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 0,96 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 12,64 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 0,89 alur sidik jari/25 mm2. P-value yang didapatkan adalah 0,00001. Pada suku Jawa, rata-rata kerapatan alur sidik jari padalaki-laki adalah 11,04 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,04 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 12,19 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 0,98 alur sidik jari/25 mm2. P-value yang didapatkan adalah 0,0003. Pada suku Minang, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah 12,45 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,35 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 11,87 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,28 alur sidik jari/25 mm2. P-value yang didapatkan adalah 0,252. Pada suku Aceh, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah 11,51 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,08 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 11,30 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku
1,28 alur sidik jari/25 mm2. P-value
yang didapatkan adalah 0,860. Pada suku Nias, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah 11,32 alur sidik
jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,65 alur sidik jari/25
mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 11,20
Universitas Sumatera Utara
alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku
1,27 alur sidik jari/25 mm2. P-
value yang didapatkan adalah 1,000. Dari data-data pada tabel 5.7 maka dapat disimpulkan pada suku Batak, Melayu dan Jawa berdasarkan P-value pada masing-masing suku bahwa ada hubungan antara kerapatan alur sidik jari/25 mm2 dengan jenis kelamin berdasarkan suku. Sedangkan pada suku Minang, Aceh sertaNias berdasarkan Pvaluenya diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dengan jenis kelamin berdasarkan suku.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 PEMBAHASAN Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 276 orang dimana jumlah subjek laki-laki 157 orang (56,7%) dan perempuan 119 orang (43,1%). Berdasarkan suku maka subjek penelitian ini terdiri dari suku Batak 116 orang (42,0%), suku Melayu 65 orang (23,6%), suku Jawa 57 orang (20,7%), suku Minang 16 orang (5,4%), suku Aceh 15 orang (2,5%) dan suku Nias 7 orang (2,5%). Dari data penelitian ini diketahui bahwa dari 116 orang suku Batak didapati 60 orang laki-laki (51,7%) dan perempuan 56 orang (48,3%). Dari 65 orang suku Jawa didapati 38 orang laki-laki (58,5%) dan perempuan 27 orang (41,5%), dari 57 orang suku Jawa didapati 39 orang laki-laki (68,4%) dan 18 orang perempuan (31,6%), dari 16 orang suku Minang didapati 6 orang laki-laki (37,5%) dan 10 orang perempuan (62,5%), dari 15 orang suku Aceh didapati 9 orang laki-laki (60,0%) dan 6 orang perempuan (40,0%), dan dari 7 orang suku Nias didapati 5 orang laki-laki (71,4%) dan 2 orang perempuan (28,6%). Penelitian tentang penentuan jenis kelamin berdasarkan kepadatan alur sidik jari telah banyak lakukan oleh para peneliti di luar negeri antara lain oleh Sudesh Gungadin di India pada tahun 20067, Vinod C. Nayak MD dkk untuk populasi India pada tahun 20072, Intira Suthiprapha dkk pada orang Thailand pada tahun 20104, dan Lalit Kumar dkk untuk daerah Uttarakhand di India pada tahun 20133. Di dalam penelitiannya, Vinod C. Nayak MD dkk mendapatkan bahwa kepadatan rata-rata alur sidik jari≤ 12 alur/25 mm
2
cenderung berasal dari laki-
Universitas Sumatera Utara
laki dan kepadatan rata-rata alur sidik jari > 12 alur/25 mm2 cenderung dari perempuan.2 Hasil penelitian Sudesh Gungadin di India pada tahun 2006 didapatkan bahwa kepadatan rata-rata alur sidik jari ≤ 1 3 alur/25 mm2 cenderung berasal dari laki-laki dan kepadatan rata-rata alur sidik jari > 14 alur/25 mm2 cenderung dari perempuan. Hasil penelitian Intira Suthiprapha dkk pada orang Thailand pada tahun 20104 didapatkan bahwa persentasi terbanyak laki-laki yaitu 31,54% dengan 15 alur/25 mm2 dan sebanyak 26,92% pada perempuan dengan 16 alur/25 mm2. Lalit Kumar dkk untuk daerah Uttarakhand di India pada tahun 20133 mendapatkan hasil penelitian yaitu bahwa kepadatan rata-rata alur sidik jari ≤ 12 alur/25 mm2 cenderung berasal dari laki-laki dan kepadatan rata-rata alur sidik jari > 14 alur/25 mm2 cenderung dari perempuan. Dari penelitian-penelitian tersebut didapatkan bahwa jumlah alur sidik jari pada perempuan kecenderungan lebih banyak dibandingkan pada laki-laki. Pada penelitian ini didapatkan rata-rata kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 adalah 11,68 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,26 alur sidik jari/25 mm2. Rata-rata kerapatan alur sidik jari pada subjek dengan jenis kelamin laki-laki adalah 11,23 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,18 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan pada subjek penelitian jenis kelamin perempuan didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari 12,29 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,10 alur sidik jari/25 mm2. Dari analisis bivariat yang dilakukan pada data hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25mm2 dengan jenis kelamin maka didapatkan bahwa ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin (tabel 5.5) yang didapatkan dari nilai P-value 0,00001 dimana
P-value < 0,05 menunjukkan
adanya hubungan intervariabel. Sedangkan pada data hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dengan suku didapatkan nilai P-value 0,2334 (tabel 5.6) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dengan suku. Pada data hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25mm2 dengan jenis kelamin pada suku Batak, Melayu, dan Jawa (pada tabel 5.7) didapatkan Pvalue < 0,05 pada masing-masing suku tersebut yang berarti menunjukkan adanya hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin pada suku Batak, Melayu dan Jawa. Sedangkan pada data hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm2 dengan jenis kelamin pada suku Minang, Aceh dan Nias (tabel 5.7) didapatkan P-valuenya > 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin pada suku Minang, Aceh serta Nias. Dijumpainya perbedaan hasil pada suku-suku asli Indonesia di Medan ini mungkin disebabkan karena kurangnya jumlah subjek penelitian untuk suku Minang, Aceh dan Nias dan tidak meratanya jumlah subjek untuk tiap-tiap suku.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepadatan alur sidik jari <12 alur sidik jari/25 mm2 cenderung berjenis kelamin laki-laki. 2. Kepadatan alur sidik jari≥ 12 alur sidik jari/25 mm2 cenderung berjenis kelamin perempuan. 3. Kepadatan alur sidik jari berdasarkan suku-suku asli Indonesia di Medan tidak ada perbedaan yang signifikan.
7.2 Saran 1. Peran pemeriksaan sidik jari yang unik dan khas dapat dijadikan sebagai alat identifikasi yang sederhana dan murah sehingga di masa yang akan datang diharapkan pengembangan dan penelitian bidang ini lebih luas lagi sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. 2. Pemeriksaan sidik jari dengan memanfaatkan alur sidik jari dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin seseorang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat identifikasi forensic, sedangkan untuk penentuan suku berdasarkan alur sidik jari masih belum bisa ditentukan. Mungkin dengan ditambahnya jumlah subjek penelitian dan bentuk penelitian yang lebih baik lagi akan dapat memberikan hasil yang lebih bermakna.
Universitas Sumatera Utara