BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.
Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
Variabel Bebas
Variabel Terikat Distribusi frekuensi
Pasien PGK dengan HD regular yang mendapat
Dipengaruhi oleh: Riwayat keluarga
OAH lebih dari satu Diabetes Mellitus Interdialytic Weight Gain (IDWG) Pemakaian Eritropoeitin (EPO)
Gambar 4. Kerangka konsep penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.2.
Varibel dan Definisi Operasional Variabel
Definisi
Cara
Operasional
Pengukuran
Hasil Pengukuran
Skala Pengukuran
Variabel Bebas Pasien PGK Pasien
yang Rekam
dengan HD telah didiagnosis medis regular yang oleh mendapat
Nominal
2.Tidak
dokter
menderita PGK
OAH lebih yang dari satu
1.Ya
sedang
menjalani terapi HD
dan
mendapatkan OAH lebih dari satu
Umur
Masa
hidup Wawancara
1. <19 tahun
responden yang langsung
2. 20-29 tahun
dinyatakan
3. 30-39 tahun
dalam
satuan
4. 40-49 tahun
tahun dan sesuai
5. 50-59 tahun
dengan
6. 60-69 tahun
pernyataan
7. >70 tahun
Interval
responden
Jenis
Perbedaan antara Wawancara
1. Laki-laki (L)
Kalamin
perempuan
2. Perempuan (P)
dan langsung
laki-laki
secara
biologis
sejak
Nominal
seorang lahir
Universitas Sumatera Utara
Variabel Terikat Riwayat
Ada
keluarga
keluarga
anggota Wawancara yang langsung
mengalami
dengan
hipertensi
pasien
1. Tidak ada
Nominal
2. Keluarga derajat pertama 3. Keluarga derajat kedua 4. Keluarga derajat pertama
dan
kedua Diabetes
Pasien
PGK Rekam
1.Ya
Mellitus
dengan
HD medis
reguler
dan wawancara
atau 2. Tidak
sudah
langsung
didiagnosis
dengan
menderita
Nominal
DM pasien
sebelumnya
Interdialytic
Peningkatan
Weight Gain berat (IDWG)
Rekam
1.Tidak lebih dari Ordinal
badan medis
4,8%
antara dua sesi
2. Lebih dari 4,8%
HD
Pemakaian
Pasien
yang Rekam
Eritopoeitin
mendapatkan
(EPO)
EPO
dialaminya
Nominal
atau 2. Tidak
dalam wawancara
penatalaksanaan PGK
medis
1.Ya
langsung
yang dengan pasien
Tabel: 3.1.Variabel dan Definisi operasional penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan potong lintang (cross sectional study) dimana data yang menyangkut variabel independen dan variabel dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini atas pertimbangan jumlah pasien PGK yang menjalani HD di rumah sakit ini memadai untuk dijadikan sampel penelitian dan rumah sakit ini mempunyai data yang cukup lengkap tentang pasien-pasien yang mendapat perawatan dan menjalani HD. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dan mempunyai fasilitas HD yang cukup memadai di Medan. Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan, pasien yang menjalani HD reguler di RSUP HAM sebanyak 129 orang berdasarkan data Januari hingga Mei 2013. Diantara jumlah pasien tersebut yang diketahui mendapatkan OAH lebih dari satu terdapat lebih dari 80 pasien. Dengan banyaknya jumlah pasien PGK dengan HD reguler yang mendapatkan OAH lebih dari satu di RSUP HAM, hasil penelitian diharapkan representatif untuk pasien yang menjalani HD reguler.
4.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2013.
Universitas Sumatera Utara
Populasi dan Sampel
4.3.
4.3.1. Populasi Populasi target adalah pasien PGK dengan HD reguler yang mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik-Medan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien PGK dengan HD regular yang stabil (rawat jalan) dan mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Agustus-November 2013.
4.3.2. Sampel •
Sampel Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang
memenuhi kriteria penelitian yaitu pasien-pasien PGK yang menjalani HD reguler yang mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Agustus-November 2013. •
Cara pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
total sampling yaitu semua data pasien yang ada dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian. Sampel diambil memiliki kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut : •
Kriteria Inklusi
1. Pasien PGK dengan HD regular di instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan yang mendapatkan OAH lebih dari satu. 2. Usia pasien ≥ 18 tahun. 3. Telah menjalani HD lebih dari tiga bulan. 4. Merupakan pasien stabil (pasien rawat jalan). •
Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
Universitas Sumatera Utara
4.4.
Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Teknik Pengumpulan Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari hasil wawancara langsung dengan pasien, dan data sekunder adalah data rekam medik pasien PGK dengan HD regular yang mendapatkan OAH lebih dari satu pada Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan bulan Agustus hingga November 2013. Data dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan sesuai gambaran pasien PGK dengan HD regular yang mendapatkan OAH lebih dari satu.
4.5.
Pengolahan dan Analisis Data Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian
diolah dengan menggunakan program Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software analisis statistika untuk windows dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran pasien PGK dengan HD yang mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik-Medan, kemudian dinarasikan serta melakukan pembahasan sesuai dengan kepustakaan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan wawancara langsung dengan pasien dan data sekunder adalah data rekam medis pasien di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik. Sampel dalam Penelitian ini berjumlah 80 orang yaitu pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan. Seluruh sampel akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pasien PGK dengan HD yang mendapat 2 antihipertensi dan pasien PGK dengan HD yang mendapat antihipertensi lebih dari 2 antihipertensi yang masing-masing berjumlah 35 pasien (43,75%) dan 45 pasien (56,25%). Dalam penelitian ini, hanya satu pasien (1,2%) yang mendapatkan 5 antihipertensi. Pasien yang mendapatkan 3 antihipertensi dan 4 antihipertensi masing- masing sebanyak 34 pasien (42,5%) dan 10 pasien (12,5%). Keterangan Jenis Antihipertensi yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Dekripsi Jenis Antihipertensi yang digunakan Jenis Antihipertensi
Frekuensi
(%)
CCB-ACEi
14
17,5
CCB-ARB
18
22,5
CCB-BB
1
1,2
ACEi-ARB
1
1,2
ACEi-BB
1
1,2
CCB-ACEi-ARB
22
27,5
CCB-ACEi-ACEi
4
5
CCB-ARB-BB
2
2,5
ACEi-ARB-BB
1
1,2
CCB-ACEi-BB
2
2,5
CCB-ARB-HCT
2
2,5
CCB-BB-HCT
1
1,2
CCB-ACEi-ACEi-BB
2
3,8
CCB-ACEi-ACEi-antiangina
1
1,2
CCB-ACEi-ARB-BB
4
5
CCB-ARB-BB-HCT
1
1,2
CCB-ACEi-ARB-HCT
1
1,2
CCB-ACEi-BB-HCT
1
1,2
1
1,2
81
100
Dua Antihipertensi
Tiga Antihipertensi
Empat Antihipertensi
Lima Antihipertensi CCB-ACEi-ACEi-BB-HCT
JUMLAH
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: CCB
: Calsium Channel Blocker
ACEi : Angiotensin Converting Enzyme Blocker
BB : β-Blocker HCT : Hidrchlorothiazid
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
Dari deskripsi diatas ditemukan antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan Calsium Channnel Blocker yang dikombinasikan dengan penghambat renin-angiotensin-aldosteron( ACE-I dan ARB). Untuk kelompok pasien yang mendapatkan dua antihipertensi terapi kombinasi CaCBACEi dan CaCB-ARB masing-masing sebanyak 14 pasien (17,5%) dan 18 pasien (22,5%). Pada kelompok pasien yang mendapatkan antihipertensi lebih dari 2, mayoritas pasien mendapatkan kombinasi tiga antihipertensi yaitu kombinasi CaCB-ACEi-ARB sebanyak 22 pasien (27,5%). Pada kelompok pasien dengan 4 antihipertensi kombinasi antihipertensi yang paling banyak adalah CCB-ACEiARB-BB yaitu sebanyak 4 pasien (5%). Hanya ada satu pasien yang mendapatkan 5 antihipertensi yang ditemukan dalam penelitian ini.
5.1.2.1. Distribusi Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Diagnosis Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristik yang mencakup umur, jenis kelamin,dan diagnosis PGK.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Distribusi karakteristik sampel yang dikelompokkan oleh jumlah antihipertensi 2
>2
Antihipertensi
Antihipertensi JUMLAH
n
%
n
%
(%)
<19
0
0
1
1,2
1 (1,2)
20-29
1
1,2
2
2,5
3(3,7)
30-39
6
7,5
3
3,8
9(18,8)
40-49
5
6,2
18
22,5
23(28,7)
50-59
10
12,5
11
13,8
21(26,3)
60-69
13
16,2
9
11,2
22(27,4)
>70
0
0
1
1,2
1(1,2)
35
43,7
45
56,3
80(100)
Laki-laki
23
28,7
33
41,2
56(70)
Perempuan
12
15
12
15
24(30)
JUMLAH
35
43,7
45
56,3
80(100)
Hipertensi nefropati
10
12,5
24
30
34(42,5)
Diabetik nefropati
14
17,5
13
16,2
27(33,7)
Glomerulonefritis kronik
8
10
6
7,5
14(17,5)
truksi & Infeksi
2
2,5
1
1,2
3(3,7)
Nefropati asam urat
1
1,2
0
0
1(1,2)
Nefritis Lupus
0
0
1
1,2
1(1,2)
35
43,7
45
56,3
80(100)
Kelompok Umur (tahun)
JUMLAH Jenis kelamin
Diagnosis
Penyakit Ginjal Obs-
JUMLAH
Dalam penelitian ini didapatkan kelompok umur paling banyak adalah kelompok umur 40-49 tahun yang mendapatkan lebih dari 2 antihipertensi yaitu berjumlah 18 responden (22,5%). Rata-rata umur responden adalah 50,94 tahun
Universitas Sumatera Utara
(SD 11,42) dengan umur termuda adalah 19 tahun dan umur tertua adalah 73 tahun. Jika dikumulatifkan antarkelompok antihipertensi (2 antihipertensi dan lebih dari dua antihipertensi), perbedaan kelompok umur tidak begitu mencolok antara kelompok umur 40-49 tahun , kelompok umur 50-59 tahun, dan kelompok umur 60-69 tahun yaitu masing-masing 23 responden (28,8%), 21 responden (26,2%), dan 22 reponden (27,5%). Dalam Tabel 5.1. ditemukan bahwa kelompok laki – laki lebih banyak yang menjalani HD lebih banyak dibandingkan kelompok perempuan. Jika dibandingkan lebih banyak kelompok laki-laki yang mendapatkan lebih dari 2 antihipertensi yaitu 33 responden (41,2%) daripada yang mendapatkan 2 antihipertensi yaitu 23 reponden (28,7%). Hal ini berbeda pada kelompok perempuan dimana ditemukan jumlah yang sama pada kedua kelompok 2 antihipertensi dan lebih dari dua antihipertensi yaitu sebanyak 12 pasien (15%). Hipertensi nefropati merupakan diagnosis yang paling banyak pada penelitian ini yang ditemukan dalam 34 responden (42,5%) yang dibagi berdasarkan jumlah antihipertensi yaitu 2 antihipertensi sebanyak 10 responden (12,5%) dan lebih dari 2 antihipertensi sebanyak 24 responden (30%). Diagnosis terbanyak kedua yang ditemukan adalah diabetik nefropati sebanyak 27 pasien (33,8%). Pada kelompok pasien dengan diagnosis diabetik nefropati ditemukan lebih banyak pasien mendapatkan 2 antihipertensi yaitu pada 14 pasien (17,5%) dibanding pasien yang mendapatkan antihipertensi lebih dari 2 yaitu 13 pasien (16,2%).
Diagnosis lain yang ditemukan adalah glomerulonefritis kronik
sebanyak 14 pasien (17,5%). Diagnosis yang lebih sedikit ditemukan pada diagnosis penyakit ginjal obstruksi & infeksi sebanyak 3 pasien (3,8%), nefropati asam urat sebanyak 1 pasien (1,2%), dan nefritis lupus sebanyak 1 pasien (1,2%).
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2. Distribusi Sampel berdasarkan Riwayat Keluarga Tabel 5.3. Distribusi Sampel berdasarkan Riwayat Keluarga Riwayat
2
>2
Keluarga
Antihipertensi
Antihipertensi
JUMLAH
n
%
n
%
(%)
Tidak ada
14
17,5
11
13,8
25(31,3)
Kerabat derajat pertama
18
22,5
24
30
42(52,5)
Kerabat derajat kedua
2
2,5
2
2,5
4(5)
1
1,2
8
10
9(11,2)
35
43,7
45
56,3
80100
Kerabat derajat pertama dan kedua JUMLAH
Riwayat keluarga paling banyak didapatkan pada responden dengan antihipertensi lebih dari 2 dan mempunyai keluarga/kerabat derajat pertama yaitu sebanyak 24 responden (30%) dan responden yang mendapatkan 2 antihipertensi dengan kerabat derajat pertama adalah 18
responden (22,5%) dengan total
seluruh pasien yang memiliki riwayat keluarga derajat pertama adalah 42 pasien (52,5%) dari seluruh responden yang ada. Ditemukan juga pasien yang yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu sebanyak 35 pasien (43,75%) dan 14 pasien (17,5%) diantaranya mendapatkan 2 antihipertensi dan 11 pasien(13,8%) sisanya mendapatkan lebih dari satu antihipertensi. Tidak adanya riwayat keluarga dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa kasus ini tidak pernah ditemukan sebelumnya pada keluarga responden, ketidaktahuan responden, atau belum terdiagnosisnya kasus pada keluarga responden.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Diabetes Mellitus Tabel 5.4. Distribusi Sampel berdasarkan Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM)
2
>2
Antihipertensi
Antihipertensi
JUMLAH (%)
n
%
n
%
Menderita DM
16
20
21
26,2
37(46,2)
Tidak Menderita DM
19
23,8
24
30
43(53,8)
35
43,7
45
56,3
80(100)
JUMLAH
Dalam penelitian ini didapatkan total responden yang menderita DM adalah 37 responden ( 46,2%) yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden yang DM dengan 2 antihipertensi sebanyak 16 responden (20%) dan kelompok responden yang DM dengan lebih dari 2 antihipertensi sebanyak 21 responden (26,2%). Kelompok responden yang menderita DM lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak menderita DM yaitu sebanyak 43 responden (53,7%) dengan 19 pasien (23,8%) mendapatkan 2 antihipertensi dan 24 pasien (30%) mendapatkan lebih dari dua antihipertensi.
5.1.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Tabel 5.5. Distribusi Sampel berdasarkan IDWG 2 Interdialytic Weight Gain (IDWG)
>2
Antihipertensi Antihipertensi n
%
n
%
JUMLAH
berat
badan
15
18,8
15
18,8
30(37,6)
berat
badan
19
23,8
28
35
47(58,8)
Tidak ada penambahan berat badan
1
1,2
2
2,5
3(3,7)
JUMLAH
35
43,7
45
56,3
80(100)
Penambahan interdialisis <4,8% Penambahan interdialisis >4,8%
Universitas Sumatera Utara
Penambahan berat badan diantara dua waktu HD lebih dari 4,8% berat badan awal ditemukan lebih banyak pada kelompok dengan lebih dari 2 antihipertensi yaitu sebanyak 28 responden (35%) dan pada kelompok 2 antihipertensi sebanyak 19 responden (23,8%). Penambahan berat badan yang kurang dari 4,8% ditemukan dengan proporsi yang sama pada kelompok pasien yang mendapat 2 antihipertensi dan lebih dari 2 antihipertensi yang masingmasing sebanyak 15 responden (18,8%). Dalam penelitian ini juga ditemukan responden yang tidak mengalami peningkatan berat badan yaitu sebanyak 2 responden (2,5%) pada kelompok 2 antihipertensi dan 1 responden pada kelompok lebih dari 2 antihipertensi.
5.1.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan Pemberian Eritropoietin (EPO) Tabel 5.5. Distribusi Sampel berdasarkan Pemberian Eritopoietin
Pemberian Eritropoietin (EPO)
2
>2
Antihipertensi
Antihipertensi
JUMLAH
n
%
n
%
Diberikan Eritropoietin
29
36,3
41
51,3
70(87,6)
Tidak diberikan Eritropoietin
6
7,5
4
5
10(12,5)
JUMLAH
35
43,7
45
56,3
80(100)
Dari keseluruhan jumlah sampel ditemukan lebih banyak yang diberikan EPO dibandingkan yang didak diberikan EPO. Sebanyak 70 pasien (87,5%) diberikan EPO setelah menjalani HD
dibanding yang tidak diberikan EPO
sebanyak 10 responden (12,5%). Pemberian EPO ditemukan lebih banyak pada kelompok pasien yang mendapat antihipertensi lebih dari 2 yaitu sebanyak 41 pasien (51,3%) dibandingkan dengan kelompok pasien yang diberikan EPO dengan 2 antihipertensi sebanyak 29 responden ( 36,3%). Dijumpai juga pada penelitian ini kelompok pasien yang tidak diberikan EPO yaitu sebanyak 10 pasien (12,5%).
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pembahasan 5.2.1. Deskripsi Jenis Antihipertensi yang Digunakan Pada pasien PGK dengan HD sering ditemukannya tekanan darah yang tidak terkontrol dengan satu antihipertensi maka diperlukan terapi kombinasi antihipertensi (Horl, 2010). Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa terapi kombinasi antihipertensi yang paling banyak adalah golongan Calsium Channnel Blocker (CCB) yang dikombinasikan dengan penghambat renin-angiotensin-aldosteron( ACE-I dan ARB). CCB adalah golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada pasien HD (Agarwal, 2006). CCB dianggap lebih efektif ketika terjadi ekspansi volume plasma . Sebagai contoh, Amlodipine (golongan CCB dihidropiridine) tidak dibuang oleh HD maka dari itu tidak memerlukan dosis tambahan post-dialisis. Selain itu, kebanyakan golongan CCB dipakai sekali sehari memebuat golongan antihipertensi ini sering digunakan (Inrig, 2011). CCB merupakan vasodilator yang kuat dan bersifat natriuremik sehingga dapat berakibat menyeimbangkan natrium dan menstimulasi sistem RAA. Sebaliknya, ARB dan ACEi dapat menghambat sistem RAA, dan bila dikombinasi dengan CCB dapat meningkatkan efek antihipertensinya. Dan saat ini sudah terdapat fixed-dose combination yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien karena mengurangi jumlah pil yang harus diminum setiap hari (Niemejer & Cleophas, 2009). Guidelines K/DOQI menyatakn bahwa antihipertensi yang menghambat sistem RAA
seperti penghambat ACE dan pemblok reseptor angiotensin-II
merupakan first choice untuk mengobati hipertensi pada pasien PGK dan untuk mengurangi progresivitas kerusakan ginjal ( Santos et al, 2012)
5.2.1. Distribusi Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Diagnosis Umur adalah masa hidup responden yang dinyatakan dalam satuan tahun dan sesuai dengan pernyataan responden. PGK lebih sering ditemukan pada usia lanjut disebabkan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus. Setelah usia 30 tahun, nilai LFG menurun dengan kecepatan sekitar 1ml/menit/tahun. Pada proses
Universitas Sumatera Utara
penuaan, jumlah nefron berkurang dan berkurangnya kemampuan untuk menggantikan sel-sel yang mengalami kerusakan. Penurunan faal ginjal ini dapat mencapai 50% pada usia mencapai 60 tahun. Pada analisis data dari suatu subpopulasi yang berjumlah 15.625 orang dalam survey NHANES III (National health and Nutrition Examination Survey), faktor usia mempengaruhi penurunan laju glomerulus yang progresif. 10,8% individu yang berusia diatas 65 tahun, tanpa hipertensi atau diabetes ditemukan menderita PGK derajat III atau lebih. Dari hasil penelitian didapatkan pasien kelompok usia 40-49 tahun mempunyai proporsi terbesar yaitu 28,8%. Kelompok usia lain yang memiliki proporsi yang lebih kecil adalah kelompok usia 60-69 tahun dan 50-59 tahun yang proposinya masing-masing adalah 27,2% dan 26,2%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian I Gusti Agung Tresna Wicaksana (2008) yang berjudul “ Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Klien Gagal Ginjal Kronik dalam Menjalani HD Di Unit HD Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto” didapatkan hasil dari 55 responden yang menjalani HD sebagian besar berusia diatas 40 tahun (83,6%). Hal ini juga sesuai dengan data USRDS, 2012, dimana usia yang paling banyak menderita PGK dengan HD adalah kelompok umur 45-64 tahun. Pada hasil penelitian didapatkan lebih banyak kelompok laki-laki yang mendapatkan antihipertensi lebih dari dua dibandingkan yang mendapatkan 2 antihipertensi. Hal ini berbeda pada kelompok perempuan yang lebih sedikit mendapat antihipertensi lebih dari dua dibanding 2 antihipertensi. Perbedaan ini dapat dipengaruhi hormon estrogen. Walaupun kebanyakan umur responden perempuan pada penelitian diatas 50 tahun yang sudah memasuki masa menopausenya namun progresifitas PGK
tidak terlalu cepat pada wanita
dibanding pria (Coresh et al, 2003). Saat ini, diabetik nefropati dan hipertensi nefropati menjadi etiologi pertema dan kedua paling banyak menyebabkan pasien PGK menjalani HD. Namun pada penelitian ini didapatkan, pasien HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu yang didiagnosis hipertensi nefropati lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
dari diabetik nefropati. Hal ini disebabkan oleh sudah adanya hipertensi pada psien yang harus ditangani dengan lebih banyak antihipertensi.
5.2.2. Distribusi Sampel berdasarkan Riwayat Keluarga Riwayat keluarga menggambarkan proporsi genetik yang terdapat pada saudara (keluarga) sedarah. Riwayat keluarga dibagi menjadi 3 derajat yaitu keluarga derajat pertama adalah orangtua, saudara kandung, atau anak. Keluarga derajat kedua adalah paman, bibi, keponakan, nenek/kakek, cucu, atau saudara tiri. Keluarga derajat ketiga adalah sepupu pertama, nenek/kakek buyut, atau cicit ( NHS National and Genomic Education Centre, 2013). Hiperaktivitas sistem renin-angiotensin berhubungan dengan perburukan kerusakan ginjal dan banyak panduan tatalaksana hipertensi pada pasien PGK mengatakan obat yang menghambat RAS adalah lini pertama pengobatan. Adanya faktor genetic ini dapat membuat kecenderungan individu untuk mengalami hipertensi. Diduga terjadi polimorfisme gen RAS pada pasien hipertensi yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dengan Rika Lolyta dkk dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah HD pada Klien Gagal Ginjal Kronik (Studi Kasus di RS Telogorejo Semarang)”, yang menyatakan riwayat keluarga mempunyai hasil yang signifikan dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien HD (p<0,05).
5.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus akan menyebabkan terjadinya kelainan pembuluh darah berupa mikroangiopati dengan gambaran klinis diantaranya berupa PGK atau diabetik nefropati (DN) . DN merupakan penyebab terbanyak terjadinya PGTA (35-40% penderita baru dialisis disebabkan oleh DN). Pada penelitian juga didapatkan sebanyak 27 (33,7%) responden menderita DN. Namun, dalam penelitian ini, DN merupakan diagnosis paling banyak kedua setelah hipertensi nefropati.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data yang diperoleh dari UK Renal Registry pada tahun 1998, DN merupakan penyebab utama PGK yang menjalani terapi pengganti ginjal (16%). Dari angka tersebut sebanyak 9,5% disebabkan oleh DN, (6,8%) dilaporkan disebabkan oleh DM tipe I dan 2,7% disebabkan oleh DM tipe II. Prevalensi mikroalbuminuria pada penderita yang menderita DM tipe I selama 30 tahun adalah sekitar 30 %. Sedangkan prevalensi mikroalbuminuria pada penderita yang menderita DM tipe II selama 10 tahun adalah sekitar 20-25%. Sumber lain menyebutkan dari hasil estimasi 12 sampai 14 juta penderita DM di USA diperoleh bahwa 30% sampai 40% penderita DM tipe I akan mengalami komplikasi menjadi PGTA sedangkan pada penderita DM tipe II hanya sekitar 510% yang berkembang menjadi PGTA. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak mendapatkan data yang lengkap mengenai status DM pasien.
5.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Interdialytic Weght Gain (IDWG) diartikan sebagai perbedaan antara berat badan pasien predialisis dengan berat badan setelah HD sebelumnya. IDWG dianggap merupakan suatu indikator status nutrisi yang baik karena menandakan peran nafsu makan yang lebih besar dan intake makanan dan cairan yang lebih (Hecking et al, 2013). Namun, IDWG yang tinggi juga terkait dengan semakin tingginya kejadian hipertensi diantara waktu HD pada pasien. Guideline K/DOQI 2006 menyatakan bahwa kenaikan berat badan interdialitik sebaiknya tidka melebihi dari 4,8 % berat badan kering (K/DOQI, 2006). Tingginya IDWG juga berkorelasi dengan semakin tinginya mortalitas. Temuan
pada penelitian ini juga ditemukan pada penelitian yang
dilakukan oleh Welas Ryanto, 2011 yang membagi IDWG kedalam 3 tingkatan yaitu IDWG<4%, IDWG 4-6%, dan IDWG >6%, dimana hasil yang didapatkan lebih banyak terjadi peningkatan IDWG pada kelompok IDWG 4-6% dan IDWG> 6% dengan rincian 64,5% dan 23,7%. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitan Rika Lolyta dkk dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah HD pada Klien Gagal Ginjal Kronik (Studi Kasus
Universitas Sumatera Utara
di RS Telogorejo Semarang)”, yang menyatakan IDWG mempunyai hasil yang signifikan untuk dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien HD (p<0,05).
5.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan pemberian EPO Pemberian EPO pada pasien HD merupakan terapi penanganan anemia yang paling ideal. EPO diberikan pada pasien yang mempunyai Hb<10 gr/dl di RSUP H. Adam Malik Medan. Namun, koreksi cepat anemia berat pada pasien terbukti meningkatkan angka kejadian hipertensi. Peningkatan tekanan darah 10 mmHg atau lebih muncul pada pasien gagal ginjal yang diterapi dengan EPO. Resiko paling besar pada pada pasien anemia berat yang dikoreksi cepat dan dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya (Cianci et al, 2009). Mekanisme yang mungkin EPO menyebabkan hipertensi adalah terkait dengan stimulus endothelium vascular oleh EPO menghasilkan peningkatan kadar endotelin yang bersirkulasi dan peningkatan hemoglobin oleh terapi EPO dapat meningkatkan viskositas darah menghasilkan vasospasme (Hayat et al, 2008) .
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah pasien PGK dengan HD
yang mendapatkan antihipertensi
lebih dari satu adalah 80 orang dan dipatkan lebih banyak pasien yang mendapatkan antihipertensi lebih dari dua yaitu dan 45 pasien (56,25%). 2. Karakteristik terbanyak pada pasien PGK dengan HD
yang
mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dalam penelitian ini adalah usia rata- rata pasien adalah 50,94 tahun (SD 11,42), mayoritas terjadi pada laki-laki, diagnosis yang paling banyak adalah hipertensi nefropati. 3. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dan mempunyai riwayat keluarga (keluarga derajat pertama) hipertensi adalah 42 pasien (52,5%). 4.
Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dan menderita diabetes mellitus ada sebanyak 37 responden (46,2%) dan lebih banyak pasien yang mnedapatkan lebih dari dua antihipertensi yaitu 24 pasien.
5. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu yang mengalami penambahan BB (IDWG) >4,8 % BB awal ditemukan
lebih banyak pada kelompok lebih dari 2
antihipertensi yaitu sebanyak 28 pasien (35%) dan pada kelompok 2 antihipertensi sebanyak 19 pasien (23,8%). 6. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dan diberikan EPO adalah 70 pasien (87,5%) , dengan
Universitas Sumatera Utara
proporsi yang lebih banyak pada kelompok yang mendapatkan antihipertensi lebih dari dua yaitu 41 pasien (51,3%). 6.2. Saran Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu: 1. Diharapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya bagian Instalasi HD untuk dapat memberikan penanganan yang tepat pada pasien HD untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya hipertensi atau komplikasi hipertensi. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali faktor resiko pada pasien dan memberikan antihipertensi yang sesuai. 2. Diharapkan agar penanganan pasien PGK dengan HD
yang
mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dapat diberikan secara adekuat. Baik dari pihak dokter dan rumah sakit, maupun keluarga pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. 3. Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang kedokteran dan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara