BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah: Glukosa Suplementasi madu Sekresi insulin
Nukleus ventromedia hipotalamus
Sel-sel lemak
Sekresi leptin
Sinyal rasa kenyang
Sinyal rasa kenyang menurun Perilaku makan terus menerus
Intake zat-zat gizi yang utama
Mencit
Peningkatan jumlah kalori masuk
Keseimbangan energi positif
Peningkatan berat badan mencit
Universitas Sumatera Utara
3.2
Alur Penelitian Pengambilan sampel Berupa mencit jantan homogen dengan strain Swiss Webster
Kelompok kontrol Terdiri atas 20 ekor mencit, sebagai kontrol atas perlakuan yang diberikan
Pemisahan sampel Kedalam dua kelompok, kontrol dan perlakuan. Mencit diambil dari kandang utama, pengambilan dengan nomor ganjil masuk kelompok kontrol, dan nomor genap masuk kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan Terdiri atas 22 ekor mencit, mendapatkan perlakuan berupa suplementasi madu
Adaptasi Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dipelihara secara normal selama seminggu, tanpa ada intervensi. Pengukuran pre-test Penimbangan berat badan awal sebelum dilakukan intervensi Kelompok kontrol Diberikan pakan dan air secara ad libitum
Intervensi
Kelompok perlakuan Diberi pakan dan air secara ad libitum ditambah dengan suplementasi madu
Pengukuran post-test Penimbangan berat badan setelah dilakukan intervensi
Universitas Sumatera Utara
3.3
Definisi operasional
3.3.1
Suplementasi Suplementasi adalah pemberian zat-zat gizi tambahan diluar makanan
utama. A. Pemberian suplementasi Pada penelitian ini makanan utama adalah pellet dan suplementasi berupa madu yang diberikan dengan dosis yang berbeda sesuai dengan berat badan mencit setiap harinya dan diberikan menggunakan spuit 1 cc dan jarum gavage khusus untuk menghindari terjadinya error karena mencit (Mus musculus) memuntahkan atau tidak mengkonsumsi suplemen tersebut. Pemberian suplementasi dilakukan secara per oral, dan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU yaitu Adi Gunawan (NIM 080805003) yang sudah terlatih untuk melakukan pemberian suplementasi dengan menggunakan jarum gavage per oral tersebut.
Gambar 3.1
Jarum gavage per oral
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 3.3.2
Suplementasi terhadap mencit (Mus musculus)
Madu Cairan kental dan manis yang dikumpulkan oleh lebah dari nektar tumbuh-
tumbuhan, terutama bunga, ditransportasikan ke sarang lebah untuk pematangan dan disimpan sebagai makanan. Madu yang digunakan adalah madu murni yang diproduksi oleh New Zealand Honey Producers Co. Ltd dan diimpor serta didistribusikan oleh PT. Harmonik Dinamik Indonesia dengan merk dagang Natural Unprocessed Clover Honey. Madu ini adalah madu murni yang terdiri atas 99.7% madu dan 0.3% serbuk sari dan tidak mengandung air sama sekali. Madu ini kemudian diencerkan menjadi larutan dengan konsentrasi 20% dengan cara yang akan dijelaskan pada bagian 4.4.1 Penentuan dosis madu.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 3.3.3
Natural unprocessed clover honey
Berat badan Berat badan mencit (Mus musculus) diukur dengan menggunakan
timbangan elektronik dengan satuan gram menggunakan 4 (empat) angka penting. Angka penting kelima akan dibulatkan sesuai dengan angka keempat. Jika angka keempat adalah bilangan ganjil, dengan angka kelima ≥ 5, dilakukan pembulatan ke atas. Jika angka keempat adalah bilangan genap, dan angka kelima ≤ 5, dilakukan pembulatan ke bawah. A. Pengukuran berat badan Pengukuran dilakukan oleh mahasiswi FMIPA USU Nanin Triana (NIM 080805032). Pengukuran dilakukan dengan seluruh badan mencit (Mus musculus) berada diatas timbangan. Hal ini dilakukan dengan cara meletakkan mencit didalam suatu wadah sehingga seluruh anggota badan mencit berada diatas timbangan yang sudah ditera, dan memperkecil kemungkinan bias.
Universitas Sumatera Utara
B. Hasil pengukuran berat badan Hasil pengukuran dicatat dengan menggunakan skala pengukuran numerik dan dinyatakan dalam satuan gram.
Gambar 3.4
Timbangan elektronik bersama wadah penimbangan setelah ditera
Gambar 3.5
Penimbangan mencit
Universitas Sumatera Utara
3.3.4
Mencit (Mus musculus) Mencit yang digunakan adalah mencit galur murni (homogen), didapat
dari wirausaha penjualan mencit D’Tik Pop (Dagangan Tikus Populer). Mencit yang digunakan berasal dari strain Swiss webster. A. Pemisahan mencit Mencit dipisahkan dalam kandang-kandang terpisah dengan jumlah maksimum sebanyak 12 ekor dalam setiap kandang. Pemisahan mencit dilakukan secara simple random sampling dengan cara menangkap mencit secara acak dari kandang awal. Penangkapan dengan nomor ganjil masuk ke dalam kelompok kontrol dan penangkapan dengan nomor genap masuk ke dalam kelompok perlakuan. Jumlah sampel total adalah 42 ekor, dan setelah dipisahkan secara acak dimana kelompok kontrol mencapai jumlah 20 ekor dan kelompok perlakuan 20 ekor, dua ekor mencit terakhir dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan tingkat kematian yang lebih tinggi didalam kelompok perlakuan.
3.4
Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternans atau Ha dimana
dijumpai hubungan antara suplementasi madu dengan peningkatan berat badan mencit (Mus musculus).
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan. Pendekatan yang dilakukan adalah studi pre-klinis (PreClinical Study) (Notoadmodjo, 2010). Penelitian pre-klinis adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat efek dari zat-zat tertentu yang dilakukan pada hewan coba, sebelum diuji secara langsung pada manusia (Clinical study). Penelitian ini dirancang dengan menggunakan dua kelompok hewan percobaan mencit putih (Mus musculus), yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan satu kelompok yang diberi intervensi. Hasil yang diperoleh kemudian akan dilakukan analisis untuk melihat adanya perbedaan pada peningkatan berat badan. Pretest dilakukan pada seluruh kelompok eksperimen sebelum diberikan intervensi berupa suplementasi madu, kelompok eksperimen I diberi hanya diberikan pakan harian pellet, dan pada kelompok eksperimen II diberikan pakan harian pellet beserta suplementasi madu.
4.2
Lokasi dan waktu penelitian
4.2.1
Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di kandang hewan Laboratorium Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, yang bertempat di Jalan Universitas kampus Universitas Sumatera Utara Medan untuk perawatan dan pemberian perlakuan, disertai pencatatan data yang dilakukan setiap hari. 4.2.2
Waktu penelitian Pengukuran dan pencatatan data sampel pada penelitian ini dilakukan pada
Juli-Agustus 2011 dengan waktu yang sama setiap hari, yaitu pukul 09.00 WIB selama 4 minggu.
Universitas Sumatera Utara
4.3
Sampel Sampel pada penelitian ini adalah mencit jantan umur 8-12 minggu dengan
berat badan 15-45 gram dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus : (t-1) (n-1) ≥ 15 Dengan ;
(Federer, 1963)
t = kelompok perlakuan (2 kelompok) n = jumlah sampel tiap kelompok
Banyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : (t-1) (n-1)
≥ 15
(2-1) (n-1)
≥ 15
n-1
≥ 15
n
≥ 16
Dari hasil perhitungan di atas, dibutuhkan jumlah sampel sebanyak 16 ekor mencit pada tiap perlakuan sehingga total jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 32 ekor mencit dengan perincian sebagai berikut : 1. K = kelompok kontrol yang diberikan hanya pakan harian berupa pellet. 2. P1 = kelompok perlakuan yang diberikan pakan harian berupa pellet dan suplementasi madu. 4.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi: 1.Mencit jantan (Mus musculus) berumur 8-12 minggu 2.Berat mencit 15-45 gram Kriteria eksklusi: 1.Terdapat kelainan anatomis 2.Mencit terlihat sakit, tidak aktif bergerak
Universitas Sumatera Utara
4.4
Pelaksanaan Penelitian
4.4.1
Penentuan Dosis Madu Dosis madu adalah sebanyak 15 mL, dengan jumlah yang diberikan
ditentukan berdasarkan hasil konversi dari manusia ke mencit (Ngatidjan, 1991), yaitu sebagai berikut: Nilai konversi x 15 mL madu = 0,0026 x 15 mL madu = 0,04 mL madu Pengenceran madu : 2 mL madu + aquadest 10 mL larutan madu Dalam 1 mL larutan mengandung 0,2 mL madu, dimana 0,2 mL larutan mengandung 0,04 mL madu. Madu yang diberikan kepada hewan coba adalah madu yang telah diencerkan sebanyak 0,2 mL setiap kali pemberian sebanding dengan pemberian madu sebanyak 15 mL kepada manusia. 4.4.2
Pemeliharaan Hewan Coba Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit
jantan (Mus musculus) berumur 8-12 minggu dengan berat badan 15-45 gr. Kebersihan kandang selalu dijaga setiap hari agar mencit terhindar dari infeksi akibat kotorannya sendiri. Suhu kandang dijaga agar tetap dalam suhu ruangan dan pencahayaan ruangan menggunakan cahaya lampu dan sinar matahari secara tidak langsung. Makanan yang diberikan berupa pellet. Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari. Madu diberikan pada mencit dengan menggunakan jarum gavage per oral. 4.4.3
Persiapan Hewan Coba Masing–masing kelompok percobaan disiapkan dalam kandang yang
terpisah. Mencit dipilih dan dipisahkan secara random dalam keadaan baik, disiapkan untuk beradaptasi selama 1 minggu sebelum dilakukan penelitian. Sebelum perlakuan, setiap mencit ditimbang berat badannya dan diamati kesehatannya secara fisik (gerakannya, berat badan, makan, dan minum). Jika ada mencit yang sakit pada saat adaptasi ini, maka diganti dengan mencit yang baru dengan kriteria sama dan diambil secara acak. (Anggraini, 2008). 4.4.4
Perlakuan Hewan Percobaan Setelah semua persiapan selesai, maka hewan percobaan pada tiap
kelompok (K dan P1) akan diberikan perlakuan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
A. Pengukuran berat badan mencit (Mus musculus) pada pukul 09.00 WIB setiap hari. B. Pemberian suplementasi madu setiap hari sesuai dosis sebelum pemberian pakan harian berupa pellet. Dosis madu yang diberikan disesuaikan dengan berat badan mencit yang telah ditimbang sebelumnya. Larutan yang diberikan berupa larutan dengan konsentrasi 20% dengan dosis yang setara dengan 15 mL madu pada manusia. Pemberian suplementasi tersebut dilakukan dengan menggunakan jarum gavage per oral untuk memastikan hewan coba mengkonsumsi suplementasi tersebut.
4.5
Metode Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran berat badan akan dianalisis
menggunakan perangkat lunak komputer. Variabel independen berbentuk nominal dikotomik, sedangkan variabel dependen berbentuk numerik, sehingga metode analisa data adalah secara parametrik dengan menggunakan uji-t independen atau jika terdapat distribusi data yang tidak normal, akan digunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Sudigdo, 2008).
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil penelitian Proses pengambilan data untuk penelitian ini adalah dengan melakukan
pengukuran langsung terhadap berat badan sampel secara harian menggunakan timbangan digital. Timbangan yang digunakan memiliki ketepatan hingga 0.01 gram dan ditera setiap digunakan. 5.1.1
Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan Bioteknologi I USU di dalam kampus USU yang berlokasi di jalan Dokter Mansur, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan 20155. Kampus ini memiliki luas sebesar 122 Ha, dengan lokasi akademik sekitar 100 Ha di bagian tengahnya. Fakultas ini sendiri terbagi menjadi beberapa departemen yang terdiri dari departemen Matematika dan departemen Ilmu Pengetahuan Alam, yang terdiri dari departemen Ilmu Fisika, Ilmu Kimia, dan Ilmu Biologi. 5.1.2
Deskripsi karakteristik sampel Sampel dari penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan yang
dipilih secara acak (Simple random sampling) dengan cara menangkap mencit secara acak dari kandang awal. Penangkapan dengan nomor ganjil masuk ke dalam kelompok kontrol dan penangkapan dengan nomor genap masuk ke dalam kelompok perlakuan. Jumlah sampel total adalah 42 ekor, dan setelah dipisahkan secara acak dimana kelompok kontrol mencapai jumlah 20 ekor dan kelompok perlakuan 20 ekor, dua ekor mencit terakhir dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan tingkat kematian yang lebih tinggi didalam kelompok perlakuan. Sampel awal dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang ada. Sampel yang digunakan adalah mencit galur murni (homogen) dengan strain Swiss Webster. Dari keseluruhan sampel, diperoleh data mengenai berat badan awal sebelum perlakuan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Nomor
Sebaran berat badan sampel Kontrol
Perlakuan
S1
36.8
27.59
S2
35.26
19.95
S3
31.63
22.13
S4
29.77
29.43
S5
39.53
27.98
S6
29.77
29.05
S7
41.3
33.5
S8
36.65
30.97
S9
27.83
16.7
S10
24.24
16.67
S11
26.6
25.6
S12
24.92
19.39
S13
33.15
21.2
S14
21.7
31.66
S15
26.71
27.22
S16
35.8
31.58
S17
32.05
27.32
S18
27.61
22.72
S19
30.47
20.24
S20
24.13
36.58
S21
-
25.66
S22
-
34.08
Berdasarkan sebaran sampel, ditemukan bahwa berat maksimum pada adalah 41.3 gram, dan berat minimum adalah 16.67 gram. Sedangkan untuk pangan yang dikonsumsi oleh sampel sendiri sangat bervariasi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2
Pakan rata-rata harian kelompok sampel dan perlakuan (dalam satuan gram) PakanK
PakanP
4.204737
7.43625
3.570526
7.395833
4.124211
4.323913
3.206667
4.727826
2.637778
3.965652
2.756471
2.883478
2.975
3.610435
3.03625
2.913913
3.549333
3.044783
2.979333
3.526957
2.712
2.833043
2.652
3.664348
2.370667
3.624783
3.422667
3.143913
3.725333
3.392174
3.994
3.403913
3.882667
3.143043
3.038
3.094348
3.690667
3.206957
3.208
4.123913
2.376
4.323913
2.838462
3.652174
3.011538
3.472609
5
3.255652
Seperti terlihat pada tabel, jumlah pakan rata-rata harian baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan sangat bervariasi dengan pola yang tidak dapat diprediksi sehingga sulit untuk dianalisa secara kuantitatif. 5.1.3. Hasil Analisa Data Sebelum dilakukan analisa data,dilakukan terlebih dahulu uji normalitas untuk mengetahui sebaran data penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Hasil uji normalitas data Kolmogorov-Smirnova
KenaikanBerat
Shapiro-Wilk
Madu
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
1
.231
13
.055
.865
13
.045
2
.169
22
.102
.926
22
.101
Berdasarkan analisa data kenaikan berat badan, didapati nilai Sig.(P) sebesar
0,055 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig.(P) sebesar 0,045
menurut uji Shapiro-Wilk untuk berat badan kontrol. Untuk kelompok perlakuan didapati nilai Sig.(P) sebesar 0,102 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig.(P) sebesar 0,102 menurut uji Shapiro-Wilk sebesar 0,101. Dikarenakan jumlah data yang kecil (<50 sampel) maka nilai Sig.(P) yang digunakan adalah berdasarkan uji Shapiro-Wilk sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol memiliki distribusi data yang tidak normal, sedangkan kelompok perlakuan memiliki distribusi data normal sehingga uji parametrik tidak dapat digunakan karena adanya kelompok data yang tidak memiliki distribusi normal dan harus menggunakan uji non-parametrik yaitu Mann-Whitney test untuk melakukan uji rata-rata dua kelompok yang tidak berpasangan.
Tabel 5.4 Hasil uji statistika KenaikanBerat Mann-Whitney U
10.000
Wilcoxon W
101.000
Z
-4.541
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Madu
Universitas Sumatera Utara
Data tabel menunjukkan adanya signifikansi hubungan perubahan berat badan antara kelompok kontrol yang tidak diberikan madu dengan kelompok perlakuan yang mendapatkan suplementasi madu disamping pakan harian. Hal ini terlihat dari nilai P sebesar 0.001 dimana nilai tersebut lebih kecil daripada 0.05 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan interval kepercayaan 95%.
5.2.
Pembahasan Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney ditemukan adanya hubungan yang
signifikan antara pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan. Hubungan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Reny Fitriasari Yasin dimana pada penelitian tersebut juga ditemukan peningkatan berat badan pada anak-anak yang diberikan madu temulawak untuk meningkatkan nafsu makannya, dan juga sesuai dengan hipotesa alternatif bahwa madu akan meningkatkan berat badan ditilik dari komposisi dan perbandingan berbagai monosakarida yang dikandung oleh madu. Berat badan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi berupa suplementasi madu adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok kontrol Nomor Sampel
Kelompok
Berat Awal
Berat Akhir
S1
Kontrol
36.8
37.92
S2
Kontrol
35.26
37.33
S3
Kontrol
31.63
32.3
S4
Kontrol
29.77
32.5
S5
Kontrol
39.53
34.89
S6
Kontrol
29.77
34.43
S7
Kontrol
41.3
44.18
S8
Kontrol
36.65
33.92
S9
Kontrol
27.83
30.49
S10
Kontrol
24.24
28.4
S11
Kontrol
26.6
Exitus
S12
Kontrol
24.92
27.17
S13
Kontrol
33.15
28.73
S14
Kontrol
21.7
Exitus
S15
Kontrol
26.71
Exitus
S16
Kontrol
35.8
36.85
S17
Kontrol
32.05
Exitus
S18
Kontrol
27.61
Exitus
S19
Kontrol
30.47
Exitus
S20
Kontrol
24.13
Exitus
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok perlakuan Nomor Sampel
Kelompok
Berat Awal
Berat Akhir
Perubahan Berat
S1
Perlakuan
27.59
36.01
8.42
S2
Perlakuan
19.95
37.09
17.14
S3
Perlakuan
22.13
34.19
12.06
S4
Perlakuan
29.43
36.74
7.31
S5
Perlakuan
27.98
29.18
1.2
S6
Perlakuan
29.05
36.16
7.11
S7
Perlakuan
33.5
39.95
6.45
S8
Perlakuan
30.97
35.8
4.83
S9
Perlakuan
16.7
24.68
7.98
S10
Perlakuan
16.67
26.12
9.45
S11
Perlakuan
25.6
28.96
3.36
S12
Perlakuan
19.39
27.68
8.29
S13
Perlakuan
21.2
30.76
9.56
S14
Perlakuan
31.66
37.66
6
S15
Perlakuan
27.22
35.74
8.52
S16
Perlakuan
31.58
40.63
9.05
S17
Perlakuan
27.32
34.65
7.33
S18
Perlakuan
22.72
28.54
5.82
S19
Perlakuan
20.24
29.95
9.71
S20
Perlakuan
36.58
43.16
6.58
S21
Perlakuan
25.66
30.29
4.63
S22
Perlakuan
34.08
42.07
7.99
Pada penelitian lainnya tidak ditemukan adanya peningkatan berat badan pada subjek penelitian. Penelitian tersebut dilakukan pada manusia, baik yang memiliki indeks massa tubuh normal ataupun obesitas dimana dilakukan perbandingan
antara
kelompok
kontrol
yang
diberi
konsumsi
sukrosa
dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang diberikan madu. Walaupun ditemukan bahwa kelompok kontrol memiliki berat rata-rata yang lebih tinggi, namun tidak ditemukan adanya peningkatan berat badan yang signifikan pada kelompok perlakuan yang diberikan madu (Yaghoobi et al. 2008).
Universitas Sumatera Utara
Ditemukan juga penurunan indeks massa tubuh yang tidak signifikan pada sampel yang terdiri atas orang-orang dari kedua jenis gender dengan indeks massa tubuh normal ataupun obesitas (Mushtaq et al. 2011) yang cukup berbeda dengan hasil penelitian ini. Penelitian lain menyatakan bahwa pada percobaan dengan hewan coba, madu menyebabkan peningkatan berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan glukosa ataupun HFCS (High Fructose Corn Syrup). Hal ini disebabkan oleh karena fruktosa merangsang hati melepaskan hormon glukokinase yang kemudian akan merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen yang kemudian akan disimpan di dalam hati. Penyimpanan glikogen ini sendiri menyebabkan kelebihan glukosa yang masuk kedalam tubuh tidak diubah menjadi sel-sel lemak sehingga dengan mengkonsumsi madu dapat mencegah krisis metabolik yang disebabkan oleh karena kelebihan asupan gula harian (Fessenden, 2007). Secara kualitatif sendiri, ditemukan juga bahwa kelompok perlakuan yang mendapatkan suplementasi madu memiliki keadaan umum yang lebih baik. Hal ini terlihat dari bulu mencit (Mus musculus) yang lebih sehat dan cerah dan tidak ada mencit yang mati karena sakit, dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana terdapat 3 ekor mencit yang mati akibat sakit. Pemberian suplementasi madu juga mempengaruhi agresifitas kelompok percobaan, dimana pada kelompok percobaan tidak ada mencit yang mati akibat tingkah laku agresif kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan 4 ekor mencit mati. Data mengenai mencit yang mati dapat dilihat pada tabel 5.5 dan 5.6. Berdasarkan penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa madu mengandung berbagai macam zat gizi yang memiliki berbagai macam efek positif untuk tubuh, dan melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan data-data yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan. Selain itu juga ditemukan hal-hal lainnya yang walaupun hanya diamati secara kualitatif, menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN & SARAN
6.1.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1. Pemberian suplementasi madu dapat meningkatkan berat badan hewan coba secara signifikan. 2. Adanya efek madu pada berbagai variabel yang bukan merupakan parameter pengukuran utama, namun dapat dinilai secara kualitatif dan subjektif, seperti keadaan umum sampel, dan juga agresifitas sampel dalam kelompoknya.
6.2.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa
saran yaitu: 1. Penelitian ini adalah uji pre-klinis pada hewan coba. Untuk melihat efek langsung madu terhadap manusia, perlu dilakukan uji klinis pada manusia untuk melihat efek madu tersebut, bukan hanya pada hewan coba. Dimana diharapkan dari hasil uji klinis, hasil penelitian ini dimana ada hubungan pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan suplementasi madu kepada masyarakat dengan indeks massa tubuh rendah, ataupun kepada balita atau anak-anak yang memiliki masalah dengan nafsu makan sehingga memiliki berat tubuh yang kurang dari ideal, dengan harapan dapat meningkatkan berat badannya. 2. Penelitian dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 20 ekor untuk kelompok kontrol dan 22 ekor untuk kelompok perlakuan. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak sehingga kesahihannya semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian dilakukan satu kandang untuk satu kelompok sampel hewan coba. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat dicoba untuk memisahkan hewan coba sehingga mengurangi efek agresifitas antar sampel. 4. Pengamatan terhadap pakan hewan coba memiliki hasil yang bervariasi akibat tingginya kemungkinan terjadinya error akibat perilaku sampel. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya error tersebut diusahakan untuk dicegah baik dengan perubahan cara pemberian pakan atau perubahan bentuk tempat makan sampel sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi hewan coba dapat diukur secara kuantitaif dan menghasilkan suatu hasil yang bermakna. 5. Penelitian ini dilangsungkan selama 28 hari (4 minggu). Untuk melihat hasil yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jangka waktu yang lebih panjang untuk melihat efek jangka panjang madu terhadap berat badan dan kesehatan, baik secara uji pre-klinis (pada hewan coba) maupun secara uji klinis (pada manusia).
Universitas Sumatera Utara