BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kualitas hidup pekerja pandai besi yang terpajan bising
Tinitus
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional 3.2.1
Tinitus Tinitus merupakan suara berdenging pada telinga yang terdengar oleh penderita baik lebih ataupun kurang dari lima menit pada pekerja pandai besi di kota Medan yang terpajan bising.
3.2.2
Kualitas hidup Kualitas hidup adalah keadaan dimana individu dapat melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari tanpa adanya gangguan emosional, fungsional dan adanya aspek yang membahayakan yang seluruh gangguan ini diakibatkan oleh tinitus. a. Cara ukur : Angket b. Alat ukur : Kuesioner, yang terdiri dari 25 nomor pertanyaan. Pertanyaan nomor 03, 06, 10, 14, 16, 17, 21, 22 dan 25 mengevaluasi aspek emosional. Pertanyaan nomor 01, 02, 04, 07, 09, 12, 13, 15, 18, 20, dan 24 mengevaluasi aspek fungsional, dan pertanyaan nomor 05, 08, 11, 19, dan 23 mengevaluasi aspek yang membahayakan. Jawaban dari kuesioner ini terdiri dari tiga jawaban:
Universitas Sumatera Utara
Jawaban “Ya” diberi skor 4. Jawaban “Tidak” diberi skor 0. Jawaban “Kadang-kadang” diberi skor 2. c. Kategori :
Grade 1 (total skor 0-16).
Grade 2 (total skor 18-36).
Grade 3 (total skor 38-56).
Grade 4 (total skor 58-76).
Grade 5 (total skor 78-100).
d. Skala pengukuran : Skala ordinal. Tabel 3.1: Grading THI Grade
Jumlah nilai Gangguan
Grade 1
0−16
Tidak ada hambatan (hanya mendengar di lingkungan yang tenang).
Grade 2
18−36
Ringan (mudah disembunyikan oleh suara lingkungan
dan
mudah
dilupakan
dengan
kegiatan). Grade 3
38−56
Sedang
(mendengar meskipun dengan latar
belakang yang
bising, meskipun kegiatan
sehari-hari masih dapat dilakukan). Grade 4
58−76
Berat (hampir selalu mendegar, menyebabkan pola tidur terganggu, dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari).
Grade 5
78−100
Membahayakan
(selalu
mendengar,
mengganggu pola tidur dan menyebabkan kesulitan dengan kegiatan).
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan design penelitian
cross sectional (potong lintang). 4.2.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di bengkel-bengkel besi di kota Medan.
Pemilihan lokasi tersebut didasarkan kurangnya perlindungan diri para pekerja pandai besi terhadap pajanan bising. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan November 2013 pada jam makan siang.
4.3.
Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini merupakan semua karyawan yang secara langsung terpajan bising di toko besi di kota Medan. 4.3.2. Sampel Sampel yang diambil merupakan subjek dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling, yaitu total sampling. Sampel diambil dengan cara mengambil seluruh data responden yang mengalami tinitus subjektif berdasarkan anamnesis dan sesuai dengan kriteria inklusi mulai dari bulan September 2013 hingga bulan November 2013.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut: a. Kriteria inklusi 1. Karyawan toko besi yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. 2. Telah bekerja ≥1 tahun. 3. Terpajan kebisingan ≥ 85 desibel. 4. Karyawan yang mengalami tinitus subjektif.
b. Kriteria eksklusi 1. Karyawan yang memiliki hobi yang berkaitan dengan bising. 2. Karyawan yang mengonsumsi obat-obatan ototoksik lebih atau sama dengan 6 bulan. 3. Karyawan yang memiliki riwayat penyakit telinga yang berkaitan dengan tinitus.
4.4.
Teknik Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data primer melalui
kuesioner yang secara langsung diisi oleh responden. Data yang didapatkan dari kuesioner adalah mengenai derajat gangguan kualitas hidup penderita tinitus akibat pajanan bising pada karyawan toko besi di kota Medan.
4.5.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul telah ditabulasi dan kemudian telah diolah secara
komputerisasi.
Universitas Sumatera Utara
4.6.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengambilan sampel, seperti: 1. Keterbatasan waktu dalam pengambilan sampel 2. Kurangnya kerjasama pemilik bengkel besi Beberapa responden yang sudah setuju untuk dilakukan wawancara, mengundurkan niat mereka karena tidak diperbolehkan oleh pemilik bengkel tempat mereka bekerja. Peneliti telah melakukan pendekatan dengan pemilik bengkel, meng enai kerahasiaan yang terjamin, dan sebagainya, tetapi tetap tidak mendapat persetujuan pemilik bengkel.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Medan Kota dan kecamatan Medan Selayang, tepatnya di Jalan Mahkamah, Jalan Wahidin, Jalan Sambas, dan Jalan Setia Budi. Jalan Mahkamah dan Jalan Sambas bertempat di kelurahan Masjid, kecamatan Medan Kota. Jalan wahidin terletak di kelurahan Pandau Hulu I, kecamatan Medan kota, dan Jalan Setia Budi terletak di kelurahan Asam Kumbang, kecamatan Medan Selayang. 5.1.2. Deskripsi karakteristik responden Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 51 orang yang merupakan pekerja pandai besi di kota Medan yang mengalami tinitus.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelompok usia Jumlah (orang)
Persentasi (%)
16−25 tahun
21
41,2
26−35 tahun
15
29,4
36−45 tahun
7
13,7
46−55 tahun 56−65 tahun
5 3
9,8 5,9
Total
51
100,0
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 orang (41,2%) untuk kelompok usia 16-25 tahun, 15 orang (29,4%) kelompok usia 26-35 tahun, 7 orang (13,7%) untuk kelompok usia 36-45 tahun, 5 orang (9,8%) untuk kelompok usia 46-55 tahun, dan 3 orang (5,9%) untuk kelompok usia 56-65 tahun.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Kualitas hidup penderita berdasarkan karakteristik reponden Tabel 5.2. Frekuensi Gangguan Kualitas Hidup Responden Gangguan Tidak ada Ringan Sedang Berat Membahayakan Total
Jumlah (Orang) 10 20 9 6 6 51
Persentase (%) 19,6 39,2 17,6 11,8 11,8 100,0
Responden dengan hasil tidak ada gangguan terhadap kualitas hidup terdapat sebanyak 10 orang (19,6%), gangguan ringan sebanyak 20 orang (39,2%), gangguan sedang
sebanyak 9 orang (17,6%), gangguan berat dan
gangguan yang membahayakan sebanyak 6 orang (11,8%).
Tabel 5.3. Frekuensi Gangguan Kualitas Hidup Berdasarkan Usia Usia (Tahun)
Gangguan Kualitas Hidup Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat
Membahayakan
Total
J
%
J
%
J
%
J
%
J
%
J
%
16−25 26−35 36−45 46−55 56−65
2 5 1 1 1
3,9 9,8 2,0 2,0 2,0
9 4 2 3 2
17,6 7,8 3,9 5,9 3,9
6 1 2 0 0
11,8 2,0 3,9 0 0
2 3 0 1 0
3,9 5,9 0 2,0 0
2 2 2 0 0
3,9 3,9 3,9 0 0
21 15 7 5 3
41,2 29,4 13,7 9,8 5,9
Total
10
19,6
20
39,2
9
17,6
6
11,8
6
11,8
51
100,0
Berdasarkan tabel 5.3., persentase gangguan kualitas hidup terbesar berupa gangguan ringan yaitu 17,6% terjadi pada rentang usia 16−25 tahun. Persentase gangguan terendah berupa tidak ada gangguan yaitu sebesar 2% terjadi pada rentang usia 56−65 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Frekuensi Gangguan Kualitas Hidup Berdasarkan Lokasi Lokasi
Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat
Membahayakan
Total
J
%
J
%
J
%
J
%
J
%
J
%
Medan Kota
10
19,6
15
29,4
6
11,8
3
5,9
6
11,8
40
78,4
Medan Selayang
0
0
5
9,8
3
5,9
3
5,9
0
0
11
21,6
Total
10
19,6
20
39,2
9
17,6
6
11,8
6
11,8
51
100,0
Berdasarkan tabel 5.4., persentase gangguan kualitas hidup terbesar terdapat di kecamatan Medan Kota yaitu berupa gangguan ringan dengan jumlah 40 orang atau sebesar 29,4 % Persentase gangguan kualitas hidup terkecil terdapat pada kecamatan Medan Selayang yaitu berupa gangguan sedang dan berat yang masing-masing berjumlah tiga orang atau sebesar 5,9%. 5.1.4. Aspek-aspek kuesioner THI berdasarkan hasil jawaban responden Tabel 5.5. Nilai Rata-rata Berdasarkan Aspek Fungsional Kode F1 F2 F4 F7 F9 F12 F13 F14 F15 F18 F20 F24
Rata-rata 2,55 2,78 1,84 1,22 1,37 1,33 1,49 1,73 1,33 2,16 1,22 1,57
Berdasarkan tabel 5.5., nilai rata-rata tertinggi terdapat pada pertanyaan F2 yaitu 2,78. Nilai rata-rata terendah terdapat pada pertanyaan F7 dan F20 yaitu 1,22.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Nilai Rata-rata Berdasarkan Aspek Emosional Kode E3 E6 E10 E16 E17 E21 E22 E25
Rata-rata 2,12 1,88 ,55 2,24 1,41 ,90 1,53 1,96
Berdasarkan tabel 5.6., nilai rata-rata terbesar pada aspek emosional terdapat pada pertanyaan E16 yaitu sebesar 2,24. Nilai rata-rata terendah terdapat pada pertanyaan E10 sebesar 0,55.
Tabel 5.7. Nilai Rata-rata Berdasarkan Aspek yang Membahayakan Kode C5 C8 C11 C19 C23
Rata-rata ,82 1,22 ,94 1,88 1,02
Berdasarkan tabel 5.7., nilai rata-rata tertinggi dari aspek yang membahayakan terdapat pada pertanyaan C19 dengan nilai rata-rata sebesar 1,88. Nilai rata-rata terendah rerdapat pada pertanyaan C5 dengan nilai rata-rata sebersar 0,82.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Nilai Rata-rata Setiap Pertanyaan, Disusun dari yang Terbesar Kode
Pertanyaan
Rata-rata
F2
Apakah kuatnya suara telinga berdenging membuat anda kesulitan untuk mendengar orang lain?
2,78
F1
Apakah karena keluhan telinga berdenging, anda sulit berkonsentrasi?
2,55
E16
Apakah keluhan telinga berdenging membuat anda kesal?
2,24
F18
Apakah anda kesulitan untuk menghilangkan perhatian terhadap telinga berdenging dibandingkan hal yang lain?
2,16
E3
Apakah keluhan telinga berdenging membuat anda marah?
2,12
E25
Karena telinga berdenging anda merasa tidak aman?
1,96
E6
Apakah anda sangat mengeluhkan telinga berdenging ini?
1,88
C19
Apakah anda kesulitan mengontrol telinga berdenging anda?
1,88
F4
Apakah keluhan telinga berdenging membuat anda bingung?
1,84
F14
Karena telinga berdenging, anda merasa anda sangat terganggu?
1,73
F24
Apakah keluhan telinga berednging bertambah kuat saat anda dibawah tekanan?
1,57
E22
Karena telinga berdenging anda merasa cemas?
1,53
F13
Apakah telinga berdenging mengganggu pekerjaan anda?
1,49
E17
Apakah telinga berdenging membuat anda kesulitan menjaga hubungan dengan anggota keluarga dan teman anda?
1,41
F9
Apakah karena keluhan telinga berdenging, anda menjadi terganggu dengan aktivitas sosial anda?
1,37
F12 C8 F20
Apakah karena telinga berdenging anda kesulitan menikmati kehidupan anda? Apakah anda merasa tidak dapat menghilangkan dengingan pada telinga anda? Karena telinga berdenging anda merasa lelah?
1,33 1,22 1,22
C23
Apakah karena telinga berdenging anda merasa tidak dapat mengatasi keluhan tersebut?
1,02
C11
Karena telinga berdenging anda merasa menderita penyakit yang berbahaya?
0,94
E21
Karena telinga berdenging anda merasa depresi?
0,9
C5
Apakah keluhan telinga berdenging membuat anda putus asa?
0,82
E10
Karena telinga berdenging, anda merasa frustasi?
0,55
Berdasarkan tabel 5.8., nilai rata-rata terbersar secara keseluruhan terdapat pada pertanyaan F2 dari aspek fungsional yaitu Apakah kuatnya suara telinga berdenging membuat anda kesulitan untuk mendengar orang lain? dengan nilai rata-rata sebesar 2,78. Nilai rata-rata terkecil secara keseluruhan terdapat pada pertanyaan E10 dari aspek emosional yaitu Karena telinga berdenging, anda merasa frustasi? dengan nilai rata-rata sebesar 0,55.
Universitas Sumatera Utara
5.2.
Pembahasan
5.2.1. Frekuensi gangguan kualitas hidup responden Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan gangguan kualitas hidup penderita tinitus dengan jumlah terbesar adalah gangguan ringan yaitu sebesar 39,2%, dilanjutkan dengan tidak adanya gangguan sebesar 19,6%, gangguan sedang sebesar 17,6%. Jumlah terkecil terdapat pada gangguan berat dan gangguan yang membahayakan dengan jumlah terkecil sebesar 11,8%. Hal ini menyerupai penelitian yang dilakukan oleh Steinmetz et. al. (2009), penderita tinitus dengan gangguan ringan terdapat sebersar ≥35% dan gangguan berat berjumlah <12%. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Handscomb pada tahun 2006, didapatkan persentase tertinggi gangguan kualitas hidup terdapat pada gangguan berat dan membahayakan yakni sebesar 39,8%. Persentase terkecil terdapat pada tidak adanya gangguan yakni sebesar 11,3%. Gangguan ringan (grade 2) dapat dengan mudah tertutupi dengan suarasuara sekitar yang lebih kuat dan dapat dengan mudah terlupakan ketika penderita sibuk bekerja (Steinmetz et. al., 2009). Faktor-faktor risiko tinitus yang berbeda pada masing-masing populasi seperti pajanan bising, penyakit penyerta, obat-obatan, trauma kepala, dan sebagainya (Engdahl, et. al., 2011) dapat memengaruhi hasil penelitian. Tinitus akibat pajanan bising, dapat memiliki hasil yang bervariasi disebabkan oleh faktor-faktor seperti jenis suara, lamanya pajanan terhadap bising, dan besarnya desibel (Axelsson & Deepak, 2000; Steinmetz et. al., 2009). 5.2.2. Frekuensi Gangguan Kualitas Hidup Berdasarkan Usia Penderita tinitus terbanyak berada pada rentang usia 16−25 tahun yaitu sebesar 41,2%. Persentase terkecil terdapat pada rentang usia 56−65 tahun yaitu sebesar 3%. Persentase gangguan kualitas hidup terbesar berupa gangguan ringan yaitu 17,6% terjadi pada rentang usia 16−25 tahun. Persentase gangguan terendah
Universitas Sumatera Utara
berupa tidak ada gangguan yaitu sebesar 2% terjadi pada rentang usia 56−65 tahun. Persentase gangguan ringan dan gangguan sedang (11,8%) terbesar terdapat pada rentang usia 16−25 tahun. Persentase tidak adanya gangguan (9,8%) dan gangguan berat (5,9%) terbesar terdapat pada rentang usia 26−35 tahun. Gangguan yang membahayakan memiliki persentase yang sama pada rentang usia 16−45 tahun, yakni sebesar 3,9%. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyaknya pekerja yang berada pada rentang usia 25−35 tahun. Sebagai contoh, salah satu provinsi di Indonesia memiliki data tenaga kerja terbanyak terdapat pada rentang usia 25−35 tahun atau sebesar 13,67% (jabarprov.go.id). Pendidikan akhir merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah tenaga kerja pada usia tertentu dan juga menentukan produktivitas kerja. Tingkat pendidikan yang relatif rendah (dibawah SLTA) membuat peluang untuk mendapatkan pekerjaan di sektor-sektor formal dengan produktivitas tinggi menjadi terbatas. Persentase pendidikan akhir di kota Medan masih didominasi pada tingkat SLTA kebawah. Persentase terbesar terdapat pada tingkat SLTA yaitu sebesar 39,9%, pada tingkat SLTP sebesar 20,15%, dan tingkat SD sebesar 17,48%. Persentase tingkat pendidikan akhir S1 dan D3 masih relatif rendah dengan jumlah sebesar 9,06% dan 2,41% (pemkomedan.go.id). 5.2.3. Frekuensi Gangguan Kualitas Hidup Berdasarkan Lokasi Berdasarkan distribusi frekuensi lokasi responden, 78,4% berasal dari kecamatan Medan Kota, dan 21,6% berasal dari kecamatan Medan Selayang. Berdasarkan hasil crosstab antara gangguan kualitas hidup dengan lokasi responden, didapatkan di kecamatan Medan Kota, persentase gangguan kualitas hidup terbesar berupa gangguan ringan sebesar 29,4%, dilanjutkan dengan tidak adanya gangguan sebesar 19,6%, gangguan sedang dan gangguan yang
Universitas Sumatera Utara
membahayakan masing-masing sebesar 11,8%. Persentase gangguan kualitas hidup terkecil berupa gangguan berat sebesar 5,9%. Persentase gangguan kualitas hidup di kecamatan Medan Selayang, yang terbesar berupa gangguan ringan sebesar 9,8%, dilanjutkan dengan gangguan sedang dan berat yang masing-masing sebesar 5,9%. 5.2.4. Frekuensi Nilai Rata-rata Berdasarkan Aspek Fungsional Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada pertanyaan F2 yaitu 2,78. Nilai ratarata terendah terdapat pada pertanyaan F7 dan F20 yaitu 1,22. Responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan F2 sebanyak 56,9%. Hal ini menggambarkan lebih dari setengah responden mengalami gangguan untuk mendengar orang lain ketika terjadi tinitus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderson dan Baguley pada tahun 2003, pertanyaan F2 termasuk kedalam pertanyaan tiga terbanyak yang menjawab “ya” dengan nilai rata-rata 2,3. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeng, et. al. (2010), pertanyaan F2 menempati urutan tiga terbawah dari seluruh pertanyaan. Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan lamanya serangan tinitus pada setiap individu. Tinitus kronik adalah tinitus yang bersifat persisten, diatas 6 bulan atau lebih (Folmer, et. al., 2004). Responden
penelitian ini
mengeluhkan tinitus yang terjadi hanya sekali-sekali dan tidak persisten atau yang disebut dengan tinitus akut. 5.2.5. Frekuensi Nilai Rata-rata Berdasarkan Aspek Emosional Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata terbesar pada aspek emosional terdapat pada pertanyaan E16 yaitu sebesar 2,24. Nilai rata-rata terendah terdapat pada pertanyaan E10 sebesar 0,55. Responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan E16 adalah sebanyak 49%. Hal ini menunjukan hampir separuh responden yang merupakan penderita tinitus merasa kesal dengan tinitusnya.
Universitas Sumatera Utara
Responden yang menjawab “ya” untuk pertanyaan E10 adalah 11,8%, sedangkan responden yang menjawab “tidak” sebanyak 43 orang atau sebesar 84,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Zeng, et. al. (2010) memiliki hasil yang serupa dalam aspek emosional. E16 merupakan nilai dari aspek emosional tertinggi, dan E10 merupakan aspek emosional dengan nilai terendah. 5.2.6. Frekuensi Nilai Rata-rata Berdasarkan Aspek yang Membahayakan Nilai rata-rata tertinggi dari aspek yang membahayakan terdapat pada pertanyaan C19 dengan nilai rata-rata sebesar 1,88. Nilai rata-rata terendah rerdapat pada pertanyaan C5 dengan nilai rata-rata sebersar 0,82. Responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan C19 adalah orang sebanyak 39,2%. Pertanyaan C19 menggambarkan kesulitan responden dalam mengontrol tinitus yang dialami. Responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan C5 adalah sebanyak 19,6%. Pertanyaan C5 menggambarkan rasa putus asa yang dialami respondedn akibat tinitus. Serupa dengan penelitian yang dilakukan Zeng, et. al. (2010), nilai tertinggi dari aspek yang membahayakan terdapat pada pertanyaan C19 dan nilai terendah terdapat pada pertanyaan C5. 5.2.7. Frekuensi Nilai Rata-rata dari Keseluruhan Pertanyaan Kuesioner Nilai rata-rata terbersar secara keseluruhan terdapat pada pertanyaan F2 dari aspek fungsional yaitu Apakah kuatnya suara telinga berdenging membuat anda kesulitan untuk mendengar orang lain? dengan nilai rata-rata sebesar 2,78. Nilai rata-rata terkecil secara keseluruhan terdapat pada pertanyaan E10 dari aspek emosional yaitu Karena telinga berdenging, anda merasa frustasi? dengan nilai rata-rata sebesar 0,55. Pertanyaan F1 menempati urutan kedua terbanyak dengan nilai rata-rata 2,55, dilanjutkan dengan E16 dan F18 dengan nilai rata-rata masing-masing 2,24
Universitas Sumatera Utara
dan 2,16. Hal ini menunjukan, lima nilai tertinggi dari setiap pertanyaan di dominasi oleh aspek fungsional dan aspek emosional yang terganggu. Responden
merasa
kesulitan
untuk
mendengar
orang
lain
dan
berkonsentrasi ketika awal serangan, responden juga merasa kesal dan sulit untuk menghilangan tinitus yang dialami. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Handscomb (2006), Anderson & Baguley (2003), memiliki persamaan dalam pertanyaan F1 yang masuk kedalam lima nilai rata-rata tertinggi. Namun, terdapat perbedaan pada nilai rata-rata tertinggi. Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada C19 dan C8 dimana terjadi kesulitan dalam mengontrol tinitus (Handscomb, 2006; Anderson & Baguley , 2003). Kesulitan untuk mengontrol tinitus yang terjadi pada penderita tinitus kronik (Zeng, et. al.,2010) menjadi dasar dari penderita untuk mencari pertolongan (Handscom, 2006). Pertanyaan E10, C5, E21, C11, dan C23 menempati urutan lima pertanyaan dengan nilai rata-rata terendah dengan nilai rata-rata masing-masing 0,55, 0,82, 0,9, 0,94, dan 1,02. Hal ini menggambarkan sedikitnya responden yang merasa frustasi, putus asa, depresi dan merasa bahwa tinitus adalah penyakit yang berbahaya dan sulit di kontrol.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan sebelumnya di dapatkan beberapa kesimpulan seperti berikut: 1. Pekerja pandai besi di kota Medan yang mengalami tinitus berjumlah 51 orang. 2. Pekerja dengan tidak ada gangguan terhadap kualitas hidup (grade 1) terdapat sebanyak 10 orang (19,6%), gangguan ringan (grade
2)
sebanyak 20 orang (39,2%), gangguan sedang (grade 3) sebanyak 9 orang (17,6%), gangguan berat (grade 4) dan gangguan yang membahayakan (grade 5) sebanyak 6 orang (11,8%).
6.2. Saran Beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak antara lain: 1. Hendaknya pekerja pandai besi dibekali dengan alat pelindung telinga sebagai upaya preventif kejadian tinitus. 2. Hendaknya jam kerja pekerja terhadap pajanan bising dikurangi. 3. Perlunya waktu yang lebih lama dalam melakukan penelitian. 4. Penderita tinitus hendaknya memeriksakan diri ke dokter THT 5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan lama bekerja sebagai pandai besi dengan kejadian tinitus.
Universitas Sumatera Utara