BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI
2.1. GAMBARAN UMUM SANITASI KABUPATEN REMBANG 2.1.1. Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan berkaitan erat dengan masalah air bersih, persampahan dan sanitasi. Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang, khususnya dalam menjaga kesehatan lingkungan
dan
masyarakat.
Pada
tahun 2010,
Kabupaten Rembang
berhasil
mendapatkan Adipura untuk kategori kota kecil. Kriteria penilaian adalah meliputi 2 indikator pokok, yaitu: • Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota. • Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap. Dengan demikian, pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Rembang berkomitmen menjaga kenyamanan lingkungan dalam berbagai bidang bukan hanya persoalan pengelolaan sampah. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga. Indikator kesehatan lingkungan di Kabupaten Rembang dapat dilihat dari jumlah Rumah Sehat, Sarana Ibadah Sehat serta
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 1
Sekolah Sehat yang terdiri dari komponen fisik, sarana sanitasi dan perilaku penghuninya yang secara umum masih relatif rendah sehingga masih perlu peningkatan.
2.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Secara umum tingkat kesehatan dan pola hidup masyarakat di Kabupaten Rembang dapat terlihat dari angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk seperti ditunjukkan melalui angka kesakitan diare ataupun kasus ISPA. Jumlah penderita diare di Kabupaten Rembang pada tahun 2006 mengalami penurunan dari 11.248 menjadi 6.142 penderita pada tahun 2007. Dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah penderita diare yaitu sebesar 10.942. Dari periode tahun 20062008 angka kejadian diare tertinggi adalah pada tahun 2008. Distribusi penderita diare di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel II.1. Distribusi Penderita Diare Kabupaten Rembang Tahun 2006-2008 Diare No. Puskesmas 2006 2007 2008 1. Sedan 1.135 494 1.127 2.
Rembang 1
1.775
1.222
1.098
3.
Rembang 2
744
709
615
4. 5. 6.
Kragan 2 Sarang Sumber
556 1.611 466
477 405 386
607 590 472
7. 8. 9. 10. 11.
Pamotan Kragan 1 Sale Pancur Kaliori
670 768 343 733 309
428 242 273 229 292
393 371 361 315 305
12.
Lasem
1.056
329
213
13.
Gunem
219
170
196
14. 15. 16.
Sluke Bulu Sulang Jumlah
358 215 290 11.248
199 157 130 6.142
172 164 62 10.942
Sumber : Dinkes Rembang, 2009
PENDERITA DIARE PER PUSKESMAS DI Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang REMBANG II - 2 TH. 2008 KABUPATEN 1200 1000
Sumber : Dinkes Rembang, 2009
Gambar 2.1. Grafik Distribusi Jumlah Penderita Diare Kabupaten Rembang Tahun 2008
Dari grafik distribusi penderita diare di puskesmas se Kabupaten Rembang dapat dilihat bahwa jumlah penderita diare tahun 2008 tertinggi adalah di Kecamatan Sedan, peringkat kedua adalah di kecamatan Rembang. Tingkat kejadian penyakit DBD dan malaria terkait dengan kondisi drainase lingkungan yang buruk serta tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan yang rendah. Berikut ini adalah Angka Kesakitan (Inciden Rate) Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Rembang tahun 2006 - 2008 :
No.
Tabel II.2. Incidence Rate DBD di Kabupaten Rembang Tahun 2005-2008 IR Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Kasus (/10.000 pddk)
1
2006
582,037
140
2.37
2
2007
585,446
692
11.69
3
2008
591,786
310
5.24
Sumber : Dinkes Rembang, 2009
Incidence Rate Diare di Kabupaten Rembang Tahun 2005 - 2008 14 12
11.69
Strategi10 Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang 8 6 4 2
II - 3 IR 5.24
2.37
(/10.000 pddk)
Sumber : Dinkes Rembang 2009
Gambar 2.2. Grafik Incidence Rate DBD di Kabupaten Rembang Tahun 2005-2008
Dari grafik diatas menggambarkan bahwa angka kesakitan Penyakit DBD di Kabupaten Rembang pada tahun 2008 mengalami penurunan disbanding tahun 2007. Distribusi jumah kasus DBD terbanyak terjadi di Kecamatan Rembang sebanyak 52 kasus, sedang angka kesakitan tertinggi terdapat di Kecamatan Sluke 14,3/10.000 penduduk, sedang kasus dan angka kesakitan paling rendah terjadi di Kecamatan Gunem dengan jumlah 1 kasus, dengan angka kesakitan 0,43/10.000 penduduk. Lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel II.3. Incidence Rate DBD per Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2008 IR Jumlah Jumlah No. Kecamatan (/10.000 Penduduk Kasus pddk) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur Kragan Sluke Lasem JUMLAH
34,403 26,702 23,657 36,334 60,745 52,607 46,708 38,840 39,360 83,981 28,653 59,504 27,575 48,683 607,752
13 5 1 2 12 30 3 12 9 52 20 40 39 47
3.8 1.87 0.42 0.55 1.99 5.75 0.65 3.11 2.31 6.19 6.98 6.72 14.14 9.65
Sumber : Dinkes Rembang 2009
Bulan Desember sampai dengan Januari merupakan puncak kasus DBD, sedang Bulan September sampai dengan Oktober merupakan titik terendah kasus DBD, sehingga upaya PSN dapat dilakukan pada Bulan September. Jumlah Kematian (CFR) Penyakit Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 4
Demam Berdarah di Kabupaten Rembang paling tinggi terjadi pada tahun 2007 dengan CFR sebesar 3, dengan jumlah kematian sebanyak 21 jiwa. Sehingga pada tahun 2007 ditetapkan Kejadian Luar Biasa penyakit DBD. CFR DBD di Kabupaten Rembang tahun 2005-2009 adalah sebagai berikut : Tabel II.4. Jumlah dan Angka Kematian Penyakit DBD Tahun 2005-2008 No. 1 2 3
Tahun
Jumlah Kasus
2006 2007 2008
Jumlah Kematian
140 492 310
4 21 9
CFR 2.9 3 2.9
Sumber : Dinkes Rembang 2009
Endemis penyakit DBD di Kabupaten Rembang hampir merata di seluruh kecamatan yaitu di 11 kecamatan, sedangkan kecamatan yang lainnya merupakan kecamatan seporadis. Secara lebih lengkap data wilayah endemis DBD di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No.
Tabel II.5. Wilayah Endemis DBD di Kabupaten Rembang Tahun 2009 Kecamatan Desa No. Kecamatan Desa
I
Rembang
II III
Sumber Kaliori
IV
Kragan
1. Sumberjo 2. Pacar 3. Pandean 4. Tasikagung 5. Kutoharjo 6. Tireman 7. Leteh 8. Sawahan 9. Kabongan Lor 10. Sridadi 11. Waru 12. magersari 13. Grawan 14. Banggi 15. Babadan 16. Kendalagung 17. Sendangwaru 18. Kragan 19. Karangharjo 20. Kebloran 21. Karanganyar 22. Karanglincak 23. Pandangan Kulon
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
VI
Sedan
V VI VII
Sale Pamotan Sarang
30. Sedan 31. Karas 32. Karangasem 33. Sidorejo 34. Dadapan 35. Gandrirojo 36. Jolotundo 37. Sumbergirang 38. Ngemplak 39. Soditan 40. Gedongmulyo 41. Selopuro 42. Sendangcoyo 43. Sluke 44. Pangkalan 45. Labuhan Kidul 46. Manggar 47. Leran 48. Trahan 49. Sale 50. Sidorejo 51. Bonjor 52. Bajingjowo
II - 5
No.
Kecamatan
Desa
No.
Kecamatan
24. Woro 25. Sumurtawang V
Pancur
Desa 53. Sendangmulyo
26. Warugunung 27. Tuyuhan 28. Ngroto 29. Banyuurip
Sumber : Dinkes Rembang, 2009
2.1.3. Kualitas dan Kuantitas Air 2.1.3.1.
Sumber Air Sistem (PDAM) Kualitas air bersih yang digunakan oleh PDAM sebagai sumber air baku di
Kabupaten Rembang relatif aman atau memenuhi baku mutu standar kualitas air minum
dari
Departemen
Kesehatan,
khususnya
Permenkes
RI
No.
416/Menkes/Per/IX/90. Sumber air yang digunakan berasal dari mata air, embung, sungai dan sumur dalam. Pemeriksaan kualitas air PDAM dilakukan oleh Dinas Kesehatan Rembang secara berkala. Pemeriksaan meliputi aspek bakteriologis dan kimiawi. Sesuai Kepmenkes Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 dan Perda Kabupaten Rembang Nomor 5 Tahun 2004, tes bakteoriologis untuk sumber air baku, instalasi pengolahan dan jaringan distribusi disyaratkan minimal 1 sampel per bulan per 5.000 jiwa yang dilayani atau setidaknya 6 bulan sekali. Sedangkan tes kimiawi pada jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah sampel bacteriologis dan dilaksanakan sekurang kurangnya 1 (satu) tahun sekali. Yang menjadi permasalahan adalah pada kuantitas air baku yang mengalami penurunan debit setiap tahunnya sehinggga berpengaruh terhadap supply air ke pelanggan terutama pada saat musim kemarau.
2.1.3.2.
Sumber Air Non Sistem (PSAB) Pelayanan air bersih (air minum) non sistem diselenggarakan oleh sebagian
besar masyarakat, baik yang dikelola secara individu, kelompok maupun oleh institusi di tingkat desa, hampir mencapai 91%. Prosentase sumber air non sistem di Kabupaten Rembang meliputi PAB Stimulan sebanyak 26% dan Non perpipaan pedesaan sebesar 34,89%.. Sumber air yang dimanfaatkan adalah sumber air, sungai, embung, sumur dangkal dan air hujan (PAH). Kualitas air bersih yang digunakan sebagaian besar belum terkontrol, karena pemeriksaan kualitas air
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 6
secara berkala meliputi seluruh Kabupaten Rembang hanya dilakukan di beberapa titik sampel saja. 2.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga Pengelolaan limbah cair rumah tangga di lingkungan masyarakat Kabupaten Rembang, terutama diwilayah perkotaan dan IKK, sebagian besar dilakukan dengan sistem septic tank, dan sebagian lainnya dibuang ke drainase (SPAL), baik saluran drainase terbuka maupun tertutup. Di wilayah perdesaan pengelolaan limbah cair rumah tangga masih menggunakan sistem yang sederhana seperti cubluk/jumbleng, dan saluran drainase lingkungan atau sungai. Dalam jangka menengah ke depan, perlu adanya pemikiran limbah cair rumah tangga diolah secara khusus melalui suatu sistem terpusat untuk skala kota (off site system). Air limbah rumah tangga terbagi dalam dua kategori, yaitu Black Water yang berupa tinja, urine, air pembersih, air penggelontor, dan kertas pembersih. Sedangkan kategori kedua adalah Grey Water yang terdiri dari air cucian dari dapur, air bekas mandi, dan air cucian pakaian. Untuk kategori Black Water di sebagian besar wilayah perkotaan dan IKK sudah menggunakan teknologi kakus basah dengan sistem septik tank (sistem on site). Limbah Grey Water di Kabupaten Rembang belum mendapatkan penanganan yang baik, hampir 95% limbah ini dibuang di sistem drainase, karena di Kabupaten Rembang belum ada SPAL, baik SPAL skala perkotaan maupun skala lingkungan. Diagram Sistem Air Limbah (DSS) berikut menggambarkan diagram air limbah yang ada diperkotaan maupun perdesaan. Tabel II.6. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah (Domestik) PENAMPUNGAN/ PENGOLAHAN AWAL
DAUR ULANG PEMBUAN GAN AKHIR
USER INTERFACE
PENGUMPULA N
TINJA
Leher Angsa
1. Septictank
-
2. Leher Angsa Non Septictank Tidak Kedap Air
-
Sungai
-
Pantai/Laut
1. Septictank
-
Sungai
-
Laut/Sungai
Cemplung BAB di pantai WC Umum BAB di sungai BAB di tegalan BAB di kolam ikan
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
PENGANGKUTA N/ PENGALIRAN
PENGOLAHA N AKHIR (SEMI) TERPUSAT
PRODU K INDUK
Truck Tangki Sedot WC
Laut
Kolam ikan
II - 7
PRODU K INDUK
USER INTERFACE
PENGUMPULA N
URINE
WC KM
Septictank 1. Resapan 2. Saluran Air
WC/KM Umum
PENAMPUNGAN/ PENGOLAHAN AWAL
PENGANGKUTA N/ PENGALIRAN
PENGOLAHA N AKHIR (SEMI) TERPUSAT
1. Septictank 2. Saluran Air
Badan Air
Di Jalan/Di Bawah pohon Selokan
LIMBAH AIR
Tempat Mencuci Bahan Makanan
DAUR ULANG PEMBUAN GAN AKHIR
Badan Air Badan Air Badan Air 1. Resapan 2. Saluran Air 3. Halaman
LIMBAH KM
Lubang Pembuanga n KM
1. Resapan Badan Air 2. Saluran Air 3. Halaman
LIMBAH CUCIAN
Lubang Pembuanga n Air
1. Resapan Badan Air 2. Saluran Air 3. Halaman
Sumber: Lokakarya SSK Kab. Rembang, 2009
2.1.5. Limbah Padat (Persampahan) Kondisi eksisting pelayanan persampahan di Kabupaten Rembang hanya mampu melayani penduduk perkotaan Rembang dan IKK yaitu di IKK Lasem, Pamotan, Sulang, Kragan, Sarang, Sedan dan Sluke. Total Timbunan sampah kota pada tahun 2008 sampai dengan 2009 adalah 343,14 m³/ hari sedangkan jumlah sampah yang terangkut adalah 252 m³/ hari. Khusus di wilayah perkotaan Rembang, produksi sampah di kawasan perkotaan Rembang yang harus ditangani untuk empat tahun ke depan adalah adalah sebagai berikut : Tabel II.7. Produksi Sampah di Kawasan Perkotaan Rembang yang Harus Ditangani TAHUN NO. DESKRIPSI SATUAN 2011 2016 A PRODUKSI SAMPAH DOMESTIK Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 8
NO.
DESKRIPSI
SATUAN
1 2 3 4 5 6
Jumlah Penduduk Tingkat Pelayanan Penduduk Terlayani Timbulan Sampah Produksi Sampah Sampah Terlayani Sub Total Produksi Sampah PRODUKSI SAMPAH NON DOMESTIK Pasar kota Pasar magersari Terminal bus Terminal angkot Industri Non domestik lainya Sub total Non Domestik Total Timbulan Sampah Sampah Terlayani
Jiwa % Jiwa ltr/or/hari m3/hari m3/hari m3/hari
B 1 2 3 4
m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari
TAHUN 2011 2016 70,767 77,515 60 70 42,46 42,46 1.60 1.60 113.23 124.02 67.94 86.82 82.60 109.04
137.36 100.55 53.20 31.63 45.95 115.26 483.95 566.55 551.89
151.10 110.61 58.52 34.80 50.54 126.79 532.35 641.39 619.17
Sumber : RDTRK Rembang Tahun 2006 – 2026
Untuk wilayah yang tidak mendapat pelayanan persampahan, masyarakat mengelola sendiri sampah domestiknya dengan menggunakan metode tradisional yaitu dengan megumpulkan dan membakar di pekarangan. Diagram Sistem Persampahan berikut
menggambarkan
diagram
persampahan
yang
perdesaan. Tabel II.8. Diagram Sistem Sanitasi Sampah
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 9
ada
diperkotaan
maupun
Sumber: Lokakarya SSK Kab. Rembang, 2010
2.1.6. Drainase Lingkungan Kondisi eksisting pelayanan drainase masih dalam kawasan perkotaan Rembang. Pada umumnya, drainase lingkungan di Kota Rembang masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan), dan saluran limbah rumah tangga (grey water). Sistem drainase yang ada di wilayah perencanaan di alirkan ke dalam 3 (tiga) sistem pembuang utama / sungai utama yaitu : • Kali Sambung, bermuara di Desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter; • Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan Desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari dengan bentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu Kali Karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora; • Kali Bedahan, bermuara di Desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kali kecil ini merupakan avour dari persawahan di Desa Waru dan Magersari. Kondisi ketiga pembuang utama tersebut merupakan saluran alam/ sungai dengan penampang yang tidak beraturan. Disamping ketiga pembuang utama tersebut, masih terdapat 3 (tiga) pembuang sekunder lagi yang sudah ada/ sudah dibangun yaitu : Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo, dan Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul. Tabel II.9. Kondisi Saluran Drainase Perkotaan Rembang NO. 1 2 3
SALURAN Saluran Primer Saluran Sekunder Saluran Tersiar
VOLUME 3.050 1.800 6.270 15.100
Sumber : DPU Kabupaten Rembang, 2009
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 10
DIMENSI M3 M3 M3 M3
D.1.40 D.0.80 D.0.70 D.0.30
KONDISI Sedang Rusak Sedang Rusak
Sumber: Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Rembang
2010
Gambar 2.3. Sistem Drainase Kota Rembang
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 11
Diluar wilayah perkotaan Rembang belum terlayani oleh sistem drainase kota, tapi masih berupa sistem drainase lingkungan yang sederhana. Gambaran penanganan drainase di Kabupaten Rembang selengkapnya seperti pada tabel berikut. Tabel II.10. Diagram Sistem Sanitasi Drainase PRODUK INDUK
USER INTERFACE
PENGUMPULAN
PENAMPUNGAN / PENGOLAHAN AWAL
PENGANGKUTAN / PENGALIRAN
PENGOLAHAN AKHIR (SEMI) TERPUSAT
DAUR ULAN PEMBUANG AKHIR
Sistem I 1. Air Hujan
Talang
Saluran / Got
Sawah, Sung Laut, Embun
2. Air Limbah Mandi, Cuci
SPAL
Saluran / Got
Sawah, Sung Laut, Embun
Sistem II 1. Air Hujan
Talang / Atap
Tanah
Talang 2. Air Limbah Mandi, Cuci
Saluran
Parit
Sumur Peresapan Tanah
Sistem III 1. Air Hujan
Saluran / Talang
Galian Tana Gowakan
PAH
Sumber: Lokakarya SSK Kab. Rembang, 2010
2.1.7. Pencemaran Udara Kondisi pencemaran udara di Kabupaten Rembang pada umumnya masih di bawah ambang batas pencemaran, tetapi dengan berkembangnya sektor industri dan meningkatnya jumlah kendaraan perlu pemikiran ke depan dalam mengupayakan Pengelolaan Pencemaran Udara. 2.1.8. Limbah Industri Limbah industri di Kabupaten Rembang sebagian besar berasal dari industri hasil perikanan, batik, tahu dan tempe. Untuk industri yang berbasis perikanan tersebar di 6 kecamatan pesisir yaitu Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, kragan dan Sarang. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dan padat. Sedangkan untuk industri batik terdapat di Kecamatan Lasem dan Pancur dengan limbah yang dihasilkan berupa limbah cair. Ratarata industri tersebut berupa home industry. Sebagian besar industri tersebut belum memiliki IPAL. Data mengenai jenis usaha, jenis limbah dan titik pencemaran ke badan
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 12
sungai
dapat
dilihat
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
pada
II - 13
tabel
berikut.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 14
Tabel II.11. Inventarisasi dan Identifikasi Sebaran Industri dan Limbah yang Dihasilkan di Kabupaten Rembang Tahun 2009
NO .
NAMA PERUSAHAAN/USAHA /KEGIATAN SEBAGAI SUMBER PENCEMAR
JENIS USAHA /KEGIATA N
LOKASI
DEBIT AIR LIMBAH (M3/BLN)
OBAT
LOROT AN
CUCIA N
1
UD PURNOMO/KUDA
Ds. Babagan Lasem
IK. Batik Tulis
0.18
0.60
0.60
2
UD. BEE
Ds. Babagan Lasem
IK. Batik Tulis
0.18
0.60
0.60
3
UD. SEKAR KENCONO
0.45
0.45
UD. PADIE BOLOE
0.05
0.40
5
UD. DUA BERSAUDARA
IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis
0.08
4
Ds. Babagan Lasem Ds. Babagan Lasem Ds. Babagan Lasem
0.05
0.20
Ds. Babagan Lasem
IK. Batik Tulis
Ds. Karangturi Lasem Ds. Karasgede Lasem Ds. Karasgede Lasem Ds. Sumbergirang Lasem
IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis
6
UD. TALENTA
7
UD. POMO BATIK
8
UD. SAMUDRA ART
9
UD. CANTING INDAH
10
UD. PUSAKA BERUANG I
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 15
SISTEM IPAL YANG DIMILIKI
Bak pengendap Bak penampunga n sementara (bak pengendapan )
NAMA SUNGAI YANG MENERIMA BUANGAN AIR LIMBAH
JARAK TEMPAT BUANGAN LIMBAH SAMPAI SUNGAI (DAS) (M)
S. Babagan
± 100
S. Babagan
± 100
Saluran/got
S. Babagan
± 100
0.45
Saluran/got
S. Babagan
± 75
0.25
Saluran/got
S. Babagan
± 250
0.06
0.40
2.56
Bak pengendapan dan peresapan
0.05
0.45
0.45
Saluran/got
S. Babagan
0.16
0.55
0.55
Saluran/got
-
-
0.05
0.20
0.25
Saluran/got
-
-
0.80
3.60
8.00
Saluran/got
S. Kumendung
-
-
± 50
± 50
NO .
NAMA PERUSAHAAN/USAHA /KEGIATAN SEBAGAI SUMBER PENCEMAR
JENIS USAHA /KEGIATA N
LOKASI
11
UD. PUSAKA BERUANG II
12
UD. TIGA BERLIAN
13
UD. MELATI MUDA
14
UD. HAMDANAH
Ds. Soditan Lasem
15
UD. CAMPA
Ds. Ngemplak Lasem
IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis
16
UD. DAMPU AWANG
Ds. Sumbergirang Lasem
IK. Batik Tulis
17
UD. KUSNO
18
UD. EDI
19
UD. SINAR BERUANG
20
UD. PESONA CANTING
21
UD. KRESNO AJI
Ds. Jolotundo Lasem Ds. Sendangsari Lasem Ds. Doropayung Pancur Ds. Karaskepoh Pancur Ds. Pohlandak Pancur
IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis
Ds. Gembleng Mulyo Pancur
IK. Batik Tulis
22
UD. CANTIKA JAYA
Ds. Karangturi Lasem Ds. Selopuro Lasem Ds. Sumbergirang Lasem
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 16
DEBIT AIR LIMBAH (M3/BLN)
OBAT
LOROT AN
CUCIA N
SISTEM IPAL YANG DIMILIKI
NAMA SUNGAI YANG MENERIMA BUANGAN AIR LIMBAH
JARAK TEMPAT BUANGAN LIMBAH SAMPAI SUNGAI (DAS) (M)
0.80
3.60
8.00
Saluran/got
S. Kumendung
0.20
0.50
0.55
Saluran/got
-
0.15
0.50
2.00
Saluran/got
S. Sanawi
0.15
0.50
0.55
Saluran/got
-
-
0.05
0.25
0.25
Saluran/got
-
-
Bak pengendapan dan peresapan
-
-
± 108 ± 75
2.00
2.90
10.00
0.05
0.45
0.45
Saluran/got
-
-
0.05
0.20
0.25
Saluran/got
-
-
0.80
3.60
8.00
Saluran/got
-
-
0.09
0.50
0.55
Saluran/got
-
-
0.05
0.30
0.30
Saluran/got
-
-
3.60
Bak pengendapan dibuang di sawah sendiri
-
-
0.18
1.20
NO .
NAMA PERUSAHAAN/USAHA /KEGIATAN SEBAGAI SUMBER PENCEMAR
LOKASI
JENIS USAHA /KEGIATA N
IK. Batik Tulis
23
UD. KALIMASADA
Ds. Langkir Pancur
24
UD. SRIKANDI
Ds. Jeruk Pancur
25
UD. GUNUNG BUGEL ART
Ds. Pohlandak Pancur
IK. Batik Tulis IK. Batik Tulis
26
UD. SRI REJEKI
Ds. Karaskepoh Pancur
IK. Batik Tulis
Ds. Sidowayah IK. Batik Rembang Tulis Ds. Karangturi IK. Batik 28 UD. SURYA KENCANA Lasem Tulis Ds. Dorokandang IK. Batik 29 UD. LASEM ART Lasem Tulis Ds. Ds. Babagan IK. Batik 30 UD. PT SEMBILAN Lasem Tulis Ds. Karangturi IK. Batik 31 UD. MARANATA Lasem Tulis Ds. Dorokandang IK. Batik 32 UD. PTRA KEMBAR Lasem Tulis Ds. Gedongmulyo IK. Batik 33 UD. PALAPA Lasem Tulis Ds. Sendangmulyo 34 GIARTO IK. Tahu Sluke Ds. Sendangmulyo 35 JARWATI IK. Tahu Sluke Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang II - 17 27
UD.JUWITA
DEBIT AIR LIMBAH (M3/BLN)
OBAT
LOROT AN
CUCIA N
SISTEM IPAL YANG DIMILIKI
NAMA SUNGAI YANG MENERIMA BUANGAN AIR LIMBAH
JARAK TEMPAT BUANGAN LIMBAH SAMPAI SUNGAI (DAS) (M)
-
-
0.12
0.20
3.60
Bak pengendapan dibuang di sawah sendiri
0.08
0.25
0.25
Saluran/got
-
-
2.08
4.80
7.20
Saluran/got
-
-
0.11
1.12
3.20
Saluran ke sungai Mbagan
S. Babagan
0.03
0.15
0.20
Saluran/got
-
0.10
0.50
1.00
Saluran/got
S. Kumendung
0.05
0.25
0.30
Saluran/got
-
0.05
0.20
0.25
Saluran/got
S. Babagan
± 200
0.08
0.40
0.45
Saluran/got
S. Babagan
± 10
0.05
0.20
0.25
Saluran/got
-
-
0.05
0.30
0.35
Saluran/got
-
-
-
-
50.00
Saluran/got
-
-
37.50
IPAL
± 100 ± 50 -
NO .
NAMA PERUSAHAAN/USAHA /KEGIATAN SEBAGAI SUMBER PENCEMAR
JENIS USAHA /KEGIATA N
LOKASI
Ds. Gedongmulyo Lasem Ds. Sulang Sulang Ds. Karangturi Lasem Ds. Selopuro Lasem Ds. Sumber Gayam Kragan Ds. Sendangmulyo Sluke
DEBIT AIR LIMBAH (M3/BLN)
OBAT
LOROT AN
IK. Tahu
-
-
62.50
IPAL
IK. Tahu
-
-
62.50
IK. Tahu
-
-
50.00
IK. Tahu
-
-
62.50
IK. Tahu
-
-
60.00
IK. Tahu
-
-
50.00 75.00
IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL
36
SUGENG HARTONO
37
LILIK CHANA
38
UD "SR"
39
SUMBER JAYA
40
UD. TAHU SEJAHTERA
41
UD. BAARIKLANA
42
UD. ENI
Ds. Maguan Kaliori
Ik. Tahu Tempe
-
-
43
UD. SARI KEDELAI
Ds. Sendangmulyo Gunem
IK. Tahu
-
-
44
UD. ALAMIN
Ds. Pengkol Kaliori
IK. Tahu
-
-
-
-
-
-
IK. Tahu
-
-
Ik. Tahu Tempe
-
-
IK. Tahu
-
-
Ik. Tahu Tempe
-
-
45
UD. SAHMA JAYA
46
UD. KARYA BAKTI
47
UD. KARYA MANDIRI
48
UD. SULIKAN
49
UD. SAMPURNA
50
UD. YOTO
Ds. Mrayun Sale Ds. Sidorejo Pamotan Ds. Tegaldowo Gunem Ds. Sendangmulyo Sluke Ds. Sendangmulyo Sluke Ds. Sendangmulyo Sluke
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
Ik. Tahu Tempe Ik. Tahu Tempe
II - 18
CUCIA N
SISTEM IPAL YANG DIMILIKI
60.00 55.00 80.00 75.00 65.00 70.00 62.00 62.50
Laut
NAMA SUNGAI YANG MENERIMA BUANGAN AIR LIMBAH
JARAK TEMPAT BUANGAN LIMBAH SAMPAI SUNGAI (DAS) (M)
NO .
NAMA PERUSAHAAN/USAHA /KEGIATAN SEBAGAI SUMBER PENCEMAR
JENIS USAHA /KEGIATA N
LOKASI
DEBIT AIR LIMBAH (M3/BLN)
OBAT
LOROT AN
51
UD. SUMBER KARYA
Ds. Kabongan Kidul Rembang
Ik. Tempe
-
-
52
UD. BAROKAH
Ds. Trahan Sluke
Ik. Tempe
-
-
53
UD LESTARI
Ds. Pamotan Pamotan
Ik. Tempe
-
-
54
SUTRISNO
Ds. Sluke Sluke
Ik. Tempe
-
-
Ds. Mantingan Bulu
Ik. Tahu Tempe
-
-
55
MUTAKIB KETERANGAN : limbah padat & cair tahu dan tempe digunakan sebagai minuman dan pakan ternak
Sumber : Dinas Indagkop dan UMKM Kabupaten Rembang, 2010
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 19
CUCIA N 50.00 37.50 50.00 50.00 75.00
SISTEM IPAL YANG DIMILIKI
Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL Belum ada IPAL
NAMA SUNGAI YANG MENERIMA BUANGAN AIR LIMBAH
JARAK TEMPAT BUANGAN LIMBAH SAMPAI SUNGAI (DAS) (M)
Untuk limbah industri padat yang ditangani oleh DPU adalah limbah Industri Perikanan yang ada di Ds. Tasikagung Kecamatan Rembang dan di Kragan. Volume limbah industri yang ditangani adalah sebagai berikut :
No. 1.
2.
Tabel II.12. Penanganan Limbah Padat Industri di Kabupaten Rembang Tahun 2009 Produksi Sampah RataJenis Lokasi Lokasi Jenis Industri rata Sampah TPA per Hari Ds. Tasikagung Pengolahan 19 m3 Tempat ikan Landoh, Rembang hasil dan kulit ikan Sulang perikanan Kragan Pengolahan 11 m3 Kulit Ikan Landoh, Hasil perikanan Sulang Sumber : DPU Kab. Rembang, 2009
2.1.9. Limbah Medis Di Kabupaten Rembang, kebijakan penanganan limbah medis yang berasal dari rumah sakit dikelola oleh masing rumah sakit sendiri. Rumah sakit bertanggungjawab penuh untuk membangun dan mengelola limbah medisnya sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dari Kementrian Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit. Di Kabupaten Rembang terdapat 2 Rumah Sakit, 16 Puskesmas, dan 71 Puskesmas Pembantu. Data Rumah Sakit dan Puskesmas di KabupatenRembang adalah sebagai berikut : Tabel II.13. Data RS dan Puskesmas Serta sistem IPAL No.
RS/Puskesmas
Keterangan
1.
RS. Dr. Sutrasno
IPAL RSUD
2.
RSI Arafah
-
3.
Sedan
-
4.
Rembang 1
-
5.
Rembang 2
-
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kragan 2 Sarang Sumber Pamotan Kragan 1 Sale Pancur Kaliori Lasem
-
Sumber : Dinkes Kabupaten Rembang, 2009
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 20
Penanganan limbah medis Rumah Sakit dan Puskesmas di Kabupaten Rembang dapat digambarkan dalam diagram berikut ini :
PRODUK INDUK
USER INTERFAC E
Tabel II.14. Diagram Sistem Limbah Medis PENAMPUNGA PENGANGKU PENGUMPU N/ TAN / LAN PENGOLAHAN PENGALIRAN AWAL
PENGOLAHA N AKHIR (SEMI) TERPUSAT
DAUR ULANG PEMBUANGA N AKHIR
Sistem I Tempat Sampah Medis
Sampah Medis
Bak Penampungan
Diambil tiap hari oleh Petugas
Dibakar di Incenerator
Abu ditimbun dalam tanah
Pemilahan Sampah
Diangkut dengan gerobak sampah tiap hari
Dibakar di Incenerator
▪ Abu untuk urug Tanah
Sistem II Tempat Sampah Medis
Sampah Medis
Bak Penampunga n Sampah tiap Ruangan
▪ Ditanami terong
Sistem III Bak penampungan sampah
Tempat Sampah Medis
Sampah Medis
Diambil tiap hari oleh Petugas
Dibakar dalam lubang galian
Abu ditimbun dalam tanah
Sistem IV Sampah B3 (Radioaktif)
Tempat Sampah Medis
Bak Penampunga n Khusus
Dikirim ke BATAN
Sumber: Lokakarya SSK Kab. Rembang, 2010
2.1.10. Pengelolaan Limbah Cair Pengelolaan limbah cair perlu memperhatikan beberapa hal antara lain landasan hukum sebagai legal operasional pengolaan, aspek institusional yang menyediakan sarana prasarana, cakupan pelayanan penelolaan, aspek teknis dan teknologi. Peran serta masyarakat dan gender perlu diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dalam penanganan limbah cair. Selain itu, juga diperlukan mengetahui permasalahan pada kondisi eksisting mengenai pengelolaan limbah cair di wilayah studi.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 21
2.1.10.1.
Landasan Hukum/Legal Operasional
1. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 2.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup 4. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah
2.1.10.2.
Aspek Institusional
Kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana penanganan limbah cair untuk skala kota dan sanitasi lingkungan ditangani oleh Dinas pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya dan Bidang Kebersihan serta Drainase. Sedangkan yang menangani pengendalian pencemaran akibat limbah cair air yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga adalah Kantor Lingkungan Hidup dibawah pengawasan Badan Pengawas Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan. 2.1.10.3.
Cakupan Layanan
Sebagian besar masyarakat menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah domestik. Kabupaten Rembang belum memiliki jaringan perpipaan untuk limbah cair rumah tangga skala kota. Cakupan pelayanan untuk pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Rembang terkait jumlah jamban pribadi dan IPAL adalah sebagai berikut : Tabel II.15. Kondisi Layanan Air Limbah Kabupaten Rembang SARANA URAIAN KONDISI PRASARANA 1 2 3 Pengumpulan Jamban keluarga melayani On site (individual / 282.016 jiwa komunal, septik tank) Jamban komunal sebanyak 7.890 Pengangkutan Mobil IPLT belum ada Pengolahan IPLT dan IPAL satu IPAL RSUD Fasilitas Pendukung Sumber : DPU Kab. Rembang, 2009
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 22
Total jumlah KK di Kabupaten Rembang pada tahun 2008 adalah 155.940 KK dari jumlah KK tersebut sekitar 45,74% KK terlayani jamban keluarga dengan asumsi 1 jamban melayani 1-2 KK. Prosentase jumlah penduduk yang terlayani jamban keluarga paling tinggi terdapat di Kecamatan Kaliori sedangkan yang prosentase paling rendah adalah di Kecamatan Rembang.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tabel II.16 Tabel Jumlah Jamban Keluarga Di Kabupaten Rembang Tahun 2008 Prosentase Jumlah Jumlah Penduduk Yang Kecamatan Populasi Jamban Terlayani Jamban Keluarga Sumber 34,403 6,990 64.50 Bulu 26,702 2,983 44.70 Gunem 23,657 1,108 19.30 Sale 36,334 3,671 40.40 Sarang 60,745 5,566 36.70 Sedan 52,607 5,905 44.90 Pamotan 46,708 6,402 54.80 Sulang 38,840 1,804 18.60 Kaliori 39,360 6,606 67.10 Rembang 83,981 13,168 62.70 Pancur 28,653 4,566 63.70 Kragan 59,504 4,899 32.90 Sluke 27,575 3,507 50.90 Lasem 48,683 4,769 39.10 Jumlah 607,752 71,944 45.74
Sumber : Rembang Dalam Angka 2008/2009
2.1.10.4.
Aspek Teknis dan Teknologi
A. Sistem On Site Penanganan limbah sistem on site adalah penanganan limbah setempat yang menggunakan septik tank. Saat ini prosentase jamban keluarga di Kabupaten Rembang yang menggunakan sistem septiktank adalah 42,3% sisanya menggunakan sistem cubluk/jumbleng. Adapun septik tank yang digunakan masih sangat diragukan keamanan pencemarannya terhadap sumur gali disekitarnya. Banyak septik tank yang kondisinya lama tidak pernah dikuras, daerah perumahan di kota sudah padat, sehingga jarak antara septik tank dengan sumur gali makin rapat. Sistem on site dianjurkan untuk digunakan didaerah yang belum padat penduduk. Sistem on site untuk air limbah domestik ada 2 macam yaitu sistem on site secara individual dan sistem on site secara komunal.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 23
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rembang, 2010
Gambar 2.4. Sistem Septik Tank
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rembang, 2010
Gambar 2.5. Sistem Cubluk/Jumbleng
B. Off Site Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 24
Saat ini di Kabupaten Rembang belum mempunyai sarana pengelolaan air limbah domestik secara terpusat (Off site).
2.1.10.5.
Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair Dalam penanganan limbah cair, khususnya limbah cair domestik yang berupa black water di Kabupaten Rembang, masyarakat telah melakukan berbagai upaya, antara lain usaha sebagian rumah tangga terutama di wilayah perkotaan untuk memiliki jamban keluarga dengan sistem pengolahan yang benar. Kemudian adanya peran dari lembaga-lembaga tingkat desa seperti PKK, Dasawisma, Kelompok Pengajian dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk memiliki jamban pribadi atau MCK sehingga masyarakat terutama
yang
di
pedesaan/wilayah
pesisir
bebas
buang
air
besar
sembarangan (BABS). Sedang untuk penanganan grey water kesadaran masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan masih rendah. Sebagian besar masyarakat masih membuang limbah cair tersebut ke saluran drainase lingkungan atau dibuang ke pekarangan rumah.
2.1.10.6.
Permasalahan Beberapa permasalahan terkait pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Rembang adalah :
1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat di wilayah perdesaan dan pesisir untuk memiliki jamban pribadi atau komunal. Terbatasnya lahan dan teknis untuk pembangunan jamban pribadi atau komunal menjadi kendala utama masyarakat di wilayah pesisir Kecamatan Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan dan Sarang. Sedangkan untuk diwilayah perdesaan kendala utama masyarakatnya adalah pada kesadaran masyarakat dan kemampuan ekonomi untuk membangun jamban keluarga atau komunal. 2. Banyak masyarakat yang masih membuang limbah cair domestik (grey water dan black water) ke dalam saluran drainase dan sungai, sehingga mengakibatkan fungsi saluran yang tidak optimal (karena endapan lebih cepat terbentuk). 3. Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan saluran air limbah domestik (SPAL) masih sangat rendah.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 25
4. Kurangnya
kesadaran
masyarakat
untuk
menguras
tangki
septik
mengindikasikan banyaknya tangki septik yang tidak aman atau diduga cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk mencemari tanah dan badan air sekitarnya. 5. Kabupaten Rembang sampai dengan tahun 2010 belum memiliki IPLT.
2.1.11. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) Seperti halnya dengan pengelolaan limbah cair, pengelolaan persampahan (limbah padat) perlu memperhatikan beberapa hal antara lain landasan hukum sebagai legal operasional pengolaan, aspek institusional yang menyediakan sarana prasarana, cakupan pelayanan pengelolaan, aspek teknis dan teknologi serta peran serta masayarakat dan gender diperhatikan dalam penanganan limbah padat. Selain itu, juga diperlukan mengetahui permasalahan pada kondisi eksisting mengenai pengelolaan limbah padat di wilayah studi.
2.1.11.1. Landasan Hukun/Legal Operasional 1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah 2. Undang – Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 4. SK Bupati Rembang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
2.1.11.2. Aspek Institusional Sesuai dengan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rembang maka pengelolaan persampahan menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Drainase.
2.1.11.3. Cakupan Pelayanan Penanganan sampah yang dikelola oleh DPU meliputi proses pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah sampai menjadi sampah yang dapat kembali ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Kegiatan penganganan sampah di wilayah perkotaan dan IKK di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut :
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 26
Tabel II.17. Penanganan Persampahan di Perkotaan Rembang dan IKK Kabupaten Rembang Tahun 2009 Prosentase No Penanganan Volume (m³/bulan) (dari total timbunan) 1. Diangkut ke TPA 73.24 7596 2. Diolah 18.24 2224 1.) Kompos 8.54 865 2.) Daur Ulang 39.96 4050 (diambil 3.) Pemanfaatan lain 3. Tidak terangkut 11.02 pemulung) 1120 Sumber : DPU Kab. Rembang, 2009
Di Kabupaten Rembang terdapat dua lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yaitu TPST Pasar Sumberjo Rembang dengan luas 80 m² dan TPST TPA Landoh Sulang dengan luas 100 m². Di Kabupaten Rembang terdapat dua lokasi TPA yaitu TPA Landoh Sulang untuk melayani wilayah Barat dan TPA Sidomulyo Sedan untuk melayani wilayah Timur. TPA Landoh Sulang mulai beroperasi pada tahun 2007 dengan total luas 32.400 m², dari luasan tersebut yang terpakai adalah seluas 18.500 m². TPA Sidomulyo Sedan direncanakan berumur 75 tahun mulai beroperasi tahun 2010.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 27
Tabel II.18. Kondisi Eksisting Tingkat Pelayanan Persampahan Tahun 2009 Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah
No.
1 1
JUMLAH PENDUD UK 2009 (JIWA)
JUMLAH PENDUDUK TERLAYANI SAAT INI (JIWA)
JUMLAH TIMBUNAN SAMPAH TH 2009 (M3/HARI)
JUMLAH TIMBUNAN SAMPAH TERANGKUT TAHUN 2009 (M/HARI)
PERKOTA AN
TOTAL
PERKOTAAN
PERKOTAAN
NAMA TPA
3
4
5
6
85,962
57,366
284
188
Lasem
50,059
30,538
222
136
Pamotan
47,881
27,773
197
105
Sulang
39,565
11,866
189
64
Kragan
61,051
31,256
214
103
Sarang
62,446
31,962
216
106
Sedan
54,184
27,736
208
99
7 TPA LandohSulang TPA LandohSulang TPA LandohSulang TPA LandohSulang TPA LandohSulang TPA LandohSulang TPA LandohSulang
Jumlah Kebupaten
401,148
218,497
1,530
801
KAB/KOTA
KEC
2 Rembang
Remban g
Sumber : DPU Kab. Rembang, 2009
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 28
INFORMASI TPA
LUAS (HA)
KAPASITA S (M3/HARI)
MASA HIDUP TPA S.D TAHUN
3.24
258
2,057
3.24
258
2,057
3.24
258
2,057
3.24
258
2,057
3.24
258
2,057
3.24
258
2,057
3.24
258
2,057
Tabel II.19. Lokasi TPA dan TPS Daerah Pelayanan Persampahan di Kabupaten Rembang Tahun 2009 NO 1
AREA LAYANAN PENGANGKUT SAMPAH (KECAMATAN)
PRODUKSI SAMPAH RATA-RATA PER HARI (m³)
Rembang
339
Lasem
124.13
Pamotan Sulang Kragan Sarang Sedan Sluke Sumber
66 15.75 57 63.88 51.63 14.24 :
DPU
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
LOKASI TPA/TPS - TPS TPI Tasik Agung - TPS Pasar Pentungan - TPS Gambiran - TPS Undaan - TPS Depo - TPS Krapyak - TPS di Jl. Setia Budi - TPS di lapangan Borotugel - TPS di RSU "Dr. Sutrasno" - TPS di belakang pendopo kabupaten - TPS Pasar Sumberjo - TPS di depan Stadion KRIDA - TPS di perumahan "Griya Permai Indah" - TPS di BKK "Pasar Sumberejo" - TPS di perumahan "Permata Hijau" - TPS di Jl. Mondoteko - TPS di belakang Balai Kartini - TPS pasar barat Sumberejo - TPS di belakang terminal - TPS di Jolotundo - TPS di Karangturi - TPS di Selopuro - TPS di Ngemplak - TPS di alon-alon (pasar lama) - TPS di Selopuro - TPS di pasar Pamotan - TPS di pasar Sulang - TPS di pasar Kragan
Kab.
II - 29
Rembang,
KETERANG AN 4 1 1 1 1 1 1 1 1
Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi
1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi 1 Lokasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi
2009
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 30
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 31
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 32
2.1.11.4. Aspek Teknis dan Teknologi Model penanganan sampah di Kabupaten Rembang tidak berbeda jauh dengan kota-kota lain di Indonesia. Pengumpulan sampah dari sumbernya sampai
dengan
TPS
dilakukan
oleh
warga
masyarakat,
sedangkan
pengangkutan dari TPS menuju TPA merupakan tanggung jawab DPU. Penyapuan jalan dan pengumpulan serta pengangkutan sampah dari fasilitas umum dilakukan oleh DKP. Gambar di bawah ini menunjukan diagram pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kabupaten Rembang.
Sumber: Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Rembang, 2010
Gambar 2.6 Layanan Sitem Persampahan Di Kabupaten Rembang
A. TPS TPS
atau
transfer
depo
atau
tempat
untuk
menampung
atau
mengumpulkan sampah sementara dari masyarakat dan dibuang ke TPA. Sampah yang ada di TPS sifatnya hanya sementara dan harus segera diangkut untuk dibuang ke TPA karena jika terlambat akan menimbulkan pencemaran lingkungan, disamping itu ada kegiatan unit daur ulang pupuk kompos dengan menggunakan teknologi mesin pencacah sampah dan pengayaan kompos. B. TPA TPA Landoh Sulang mulai beroperasi pada tahun 2007 dengan total luas 32.400 m², dari luasan tersebut yang terpakai adalah seluas 18.500 m². TPA Sidomulyo Sedan direncanakan berumur 75 tahun mulai beroperasi tahun 2010. TPA menggunakan sistem sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang-
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 33
seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup, serta membuat saluran air limbah sampah agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemadatan dan perataan sampah menggunakan alat berat Welloader dan bulldozer. C. TPST TPST Pasar Sumberjo Rembang dengan luas 80 m² dan TPST TPA Landoh Sulang. D. Sarana Pengolahan Kompos Rumah Tangga/Komunal Di Kota Rembang terdapat 75 unit Pengolahan Sampah Rumah Tangga dan 8 kelompok pengelola kompos komunal yang berasal dari kelompok masyarakat maupun pengusaha. Data sarana produksi kompos komunal di Kabupaten Rembang. selengkapnya adalah sebagai berikut : Tabel II.20. Sarana Produksi Kompos Komunal Di Kabupaten Rembang No
Lokasi
1. 2.
Ds. Magersari Kec. Rembang Ds. Sidowayah Kec. Rembang Ds. Kabongan Kidul Kec. Rembang Ds. Punjulharjo Kec. Rembang Ds. Leteh Kec. Rembang Ds. Sumbergirang Kec. Lasem Ds. Jolotundo Kec. Lasem Ds. Soditan Kec. Lasem
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok Pengelola Pengusaha Kr. Taruna
Produktivitas (kg/bulan)
Pengusaha Masyarakat Kr. Taruna Kr. Taruna Masyarakat .Masyarakat
Sumber DPU Kab. Rembang Th. 2009
Bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kompos berasal dari sampah pasar berupa sayuran dan buah-buahan yang telah busuk dan sampah rumah tangga biasanya berasal dari transfer depo terdekat. Sampah organik yang bersumber dari pasar maupun rumah tangga yang telah dipilah, dikumpulkan dalam area/tempat pencacahan. Dalam area pencacahan, sampah sayur maupun sampah buah-buahan dicacah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Walaupun telah memiliki mesin pencacah mekanik, proses pencacahan tidak selalu menggunakan tenaga mekanik, tetapi lebih sering dilakukan dengan tenaga manual manusia. Hal ini bertujuan untuk menghemat bahan bakar solar yang dibutuhkan ketika harus menggunakan mesin pencacah mekanik. Alur dalam proses komposting secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 34
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rembang, 2010
Gambar 2.9. Alur Komposting
2.1.11.5. Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah Hingga sejauh ini peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang sudah mulai berkembang. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, antara lain : 1. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. 2. Menyediakan pengangkutan sampah yang ditimbulkan (dari rumah) ke TPS, transfer depo / kontainer, bak sampah yang telah disediakan. 3. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk lingkunganmasing-masing. 4. Pembentukan kelompok masyarakat pengelola sampah menjadi kompos rumah tangga dan komunal. 2.1.11.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang adalah : 1. Adanya anggapan di masyarakat bahwa pengelolaan persampahan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. 2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. 3. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan persampahan khususnya untuk pemilahan sampah.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 35
4. Belum memasyarakatnya penanganan sampah ditingkat rumah tanggga melalui 3R. 5. Layanan persampahan baru mencakup wilayah perkotaan dan sebagian IKK di Kabupaten Rembang karena kurangnya jumlah sarana dan prasarana. 6. Belum
adanya
Perda
tentang
persampahan
khususnya
tentang
pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga. 2.1.12. Pengelolaan Drainase 2.1.12.1.
Landasan hukum/legal operasional Landasan hukum pengelolaan drainase adalah :
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir. 2. Kepmen Kimpraswil No. 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase. 2.1.12.2.
Aspek Institusional Institusi yang berwenang dalam pengelolaan drainase adalah Dinas
Pekerjaan Umum (DPU). DPU menangani masalah pembangunannya dan pemeliharan saluran drainase. 2.1.12.3.
Cakupan Pelayanan Pelayanan drainase skala kota masih mencakup di wilayah perkotaan
Rembang dan Lasem. Pembangunan saluran drainase lingkungan (saluran tersier) menjadi tanggung jawab masyarakat. Layanan yang diberikan DPU pada aspek pembangunan meliputi; pembangunan dan perbaikan saluran drainase primer dan sekunder. Sedangkan untuk pemeliharaan meliputi pengedukan lumpur/waled/sedimen
pada
saluran
drainase,
memelihara
ketertiban
penggunaan saluran drainase serta melakukan pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase, air kotor supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan/banjir. Sistem pengendalian banjir dalam kota diarahkan pada Sungai Sambung dengan kapasitas 12.493 m3/detik, Sungai Karanggeneng dengan kapasitas 56.774 m3/detik, dan Sungai Bedahan dengan kapasitas 6.104 m3/detik. 2.1.12.4.
Aspek Teknis dan Operasional
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 36
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi pelayanan, drainase terdiri atas : 1. Drainase utama (makro) 2. Drainase lokal (mikro) Drainase primer yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di perkotaan Rembang yang termasuk dalam drainase utama (makro) adalah : 1. Kali Sambung, bermuara di Desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter, 2. Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan Desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari dengan bentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu kali karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora 3. Kali Bedahan, bermuara di Desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kali kecil ini merupakan aliran dari persawahan di Desa Waru dan Magersari. Saluran drainase sekunder yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Saluran drainase sekunder di perkotaan Rembang adalah: 1. Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, yaitu Saluran Pembuang Sekunder yang membelah kota membujur dari timur ke barat yang menghubungkan Kali Sambung dengan Kali karanggeneng sejajar dengan Jalan Cokroamitoto. Kondisi saluran ini sudah berupa pasangan batu kali yang disiar pada dasar dan kedua taludnya. Arah alirannya separuh bagian mengarah
ke
Kali
Sambung
dan
separuh
bagian
lagi
ke
Kali
Karanggeneng. 2. Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo, berupa saluran pasangan batu kali
yang
bermuara
di
kali
Karanggeneng
di
perbatasan
desa
Karanggeneng dan desa Pulo. Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo ini menampung air buangan dari persawahan dan kampung di desa Pulo, Ketanggi, Mondoteko, dan desa Sumberejo.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 37
3. Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul, sebagian besar masih berupa saluran alami, kondisi penampang tidak beraturan dan banyak tumbuhan air. Saluran pembuang ini bermuara di Kali Sambung di Desa Kabongan kidul dekat MAN. 2.1.12.5.
Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase
Lingkungan Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain: 1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan. 2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran drainase. 2.1.12.6.
Permasalahan Permasalahan dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten
Rembang yaitu: 1. Sistem drainase yang terbangun belum sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No. 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase. 2. Kemampuan masyarakat untuk membangun drainase lingkungan secara swadaya masih relatif rendah. 3. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran drainase masih rendah, terutama kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai yang menjadi saluran drainase primer.
2.1.13. Penyediaan Air Bersih 2.1.13.1.
Landasan Hukum/Legal Operasional
1. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 3. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 1980 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Rembang; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Perubahan Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Rembang.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 38
2.1.13.2.
Aspek Institusional PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Kabupaten
Rembang, yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan air bersih ke masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan serta berusaha memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah Kabupaten Rembang. 2.1.13.3.
Cakupan Pelayanan Pada tahun 2008 cakupan pelayanan air bersih PDAM Kabupaten
Rembang meliputi 7 kecamatan dari 14 kecamatan yang ada. Kecamatankecamatan yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih PDAM adalah : Rembang, Lasem, Kaliori, Pamotan, Sulang, Sedan dan Sale. Tahun 2008 produksi air PDAM Rembang baru mencapai 5.227.437 m3. Jumlah pelanggan PDAM sampai dengan tahun 2008 adalah 14.889 sehingga secara keseluruhan jangkauan pelayanan PDAM mencakup 18,62% dari total penduduk tahun 2008. Jumlah pelanggan PDAM seperti pada tabel berikut :
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel II.21. Jumlah Pelanggan PDAM Daerah layanan 2008 Kenaikan/ penurunan Cabang Kota 7076 199 Rembang Cabang Lasem 3558 3 Unit Kaliori 1652 44 Unit Pamotan 1038 36 Unit Sulang 938 36 Unit Sedan 517 0 Unit Sale 84 4 Jumlah 14889 322 Sumber : PDAM, 2009
Cakupan pelayanan PDAM secara keseluruhan sebesar 18,62% dengan rencian per unit / cabang sebagai berikut : Tabel II.22. Prosentase Jiwa Terlayani PDAM Unit/Cabang
Prosentase Jiwa Terlayani
Cabang Kota Rembang Cabang Lasem Unit Kaliori Unit Pamotan Unit Sulang Unit Sale
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
65,88 30,83 33,27 11,61 11,94 6,01
II - 39
Sumber : PDAM, 2009
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Rembang, 2010
Gambar 2.10. Peta Sistem Distribusi PDAM Kabupaten Rembang
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 40
2.1.13.4.
Aspek Teknis dan Operasional Potensi sumber air termanfaatkan oleh PDAM kondisi sampai dengan
tahun 2009 seperti dalam tabel berikut : Tabel II.23. Kapasitas Sumber Air Baku PDAM No
1.
2.
3. 4. Sumber : PDAM,
Sumber air Mata air : Mudal Gowak Suco Taban Pasedan Embung Banyukuwung Jatimudo Lodan Sungai Sumber Semen Sumur dalam Ngulahan
Kecamatan Pamotan Lasem Gunem Bulu Bulu
Kapasitas produksi (liter/detik) 45,57 1,3 1,5 1,7 0,6
Sulang Sulang Sarang
24,33 2,1 -
Sale
86,4
Bulu
2,3 2009
Produksi air, air terjual dan kehilangan air angka kehilangan air rata-rata mencapai 32,57%. Dalam kurun waktu tahun produksi air, air terjual dan kehilangan air angka kehilangan air 2006 -2008 sebagai berikut Tabel II.24. Produksi Air, Air Terjual dan Kehilangan Air PDAM Item (m3) Produksi air Air terjual Kehilangan air
2.1.13.5.
2006 4,300,465 3,066,807 1,233,658
2007 4,791,680 3,115,140 1,676,540
2008 5,227,437 3,446,915 1,780,522
Sumber : PDAM, 2009
Permasalahan Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Rembang sebagai
unit usaha yang berkewajiban menyediakan sarana akses air bersih di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan PDAM baru mencakup 7 kecamatan dari 14 kecamatan. 2. PDAM masih memprioritaskan pelayanan pada ibukota Kabupaten Rembang dan Kecamatan Lasem. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 41
3. Tingginya nilai investasi untuk membangun sistem baru pada daerah pelayan baru. 4. Minat penduduk berlangganan air bersih PDAM masih rendah dikarenakan kualitas dan kuantitas layanan PDAM belum stabil.
2.1.14. Komponen Sanitasi Lainnya 2.1.14.1.
Penanganan Limbah Industri Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Rembang melalui Kantor Lingkungan Hidup dalam upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, khususnya yang diakibatkan karena pembuangan limbah cair industri, antara lain dengan : 1. Pengujian Limbah Cair Industri 2. Pembinaan
pada
Pengusaha
Industri
untuk
memiliki
Dokumen
Pengelolaan Pemantauan Lingkungan 3. Pengujian Udara Emisi dan Ambien Kondisi pencemaran limbah cair industri pada umumnya di Kabupaten Rembang masih dibawah ambang batas pencemaran. Walaupun begitu, dalam jangka panjang perlu adanya penataan industri di lokasi tertentu sehingga dengan mudah untuk meminimalkan terjadinya Pencemaran Limbah Cair Industri tersebut. Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan limbah industri antara lain : 1. Pelaku Industri belum seluruhnya mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 2. Terbatasnya lahan untuk pembuatan IPAL Komunal bagi Sentra Industri dan Pemukiman (Limbah Rumah Tangga). 3. Kesadaran pelaku industri rumah tangga untuk membuat IPAL masih rendah. 4. Belum optimalnya pemantauan terhadap limbah cair industri skala sedang atau rumah tangga. 2.1.14.2.
Penangangan Limbah Medis Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah rumah
sakit, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 42
terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus. Di Kabupaten Rembang, praktek pengolahan limbah medis baru terdapat di RSUD dr. Sutrasno Rembang. Limbah medis oleh rumah sakit dibakar pada unit incinerator. Untuk puskesmas atau pustu yang belum memiliki IPAL penanganan limbah medisnya adalah menyerahkan pengolahan limbah medis terutama limbah padatnya ke RSUD dr. Sutrasno Rembang. Sumber timbulan sampah medis secara garis besar berasal dari unit Obstetrik, unit Emergency, unit Laboratorium, kamar mayat, patologi dan otopsi, unit layanan medis, dsb. Jenis limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, sitotoksis, farmasi, kimia, dan radio aktif. Jenis lain adalah sampah medis berupa; darah, jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus, jarum suntik, dan sampah lain yang terkontaminasi. Tabel II.25. Timbulan Sampah Medis No Bulan 1. Januari 2. Pebruari 3. Maret 4. April 5. Mei 6. Juni 7. Juli 8. Agustus 9. September 10. Oktober 11. Nopember 12. Desember Total Jumlah rata-rata perbulan
Jumlah (kg) 626.5 1058.5 1423 1206 1085 1041 1007 938 1053 1316 1466 1561 13781 1148.8 Sumber : Dinkes Kabupaten
Rembang, 2010
Penanganan (pengelolaan) limbah medis adalah sebagai berikut : 1. Dilaksanakan
pemisahan
antara
sampah
infeksius,
sitotoksis,
dan
radioaktif menggunakan kantong plastik yang sesuai dengan jenis sampahnya. 2. Sebelum dibuang ke pembuangan sementara, dilakukan desinfeksi dengan bahan kimia untuk membunuh bakteri patogen dan mikroorganisme lain yang bisa membahsyakan penjamah sampah.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 43
3. Pemusnahan sampah klinis dengan pembakaran (incenerator) dan sampah radioaktif dikirim ke Batan. 4. Untuk limbah cair diolah dalam suatu IPAL yang dikelola secara mandiri oleh RS dan puskesmas. 2.1.14.3.
Kampanye PHBS Kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh Dinas Kesehatan
meliputi kegiatan antara lain : 1. Pelatihan untuk petugas kesehatan 2. Melatih kader kesehatan di kelurahan-kelurahan 3. Memasang spanduk-spanduk / poster-poster himbauan untuk PHBS 4. Membentuk satgas-satgas kesehatan ( Gerdamas dan Gerdusehati ) 5. Lomba Lingkungan Sekolah Sehat (LLSS) Penerapan Pola Hidup Sehat dan Bersih tidak hanya diterapkan di dalam rumah tangga dan sekolah. Tetapi penerapannya meliputi 5 tatanan yaitu : 1. Tatanan Rumah Tangga Sehat 2. Tatanan Sekolah Sehat 3. Tatanan Perkantoran Sehat 4. Tatanan Tempat-tempat umum Sehat 5. Tatanan Pondok pesantren Sehat PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangganya : 1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi bayi ASI ekslusif 3. Menimbang bayi dan balita 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah 8. Makan buah dan sayur tiap hari 9. Melakukan aktifitas fisik tiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 44
2.1.14.4.
Pembiayaan Sanitasi Kota Total pendapatan daerah Kabupaten Rembang tahun 2009 mencapai Rp
593.071.063.000.00. Proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Rembang hanya sebesar 9.82% atau Rp 58.298.074.000.00. Sementara itu, belanja daerah Kabupaten Rembang sebesar Rp 601.640.616.000.00. Belanja daerah paling banyak digunakan untuk belanja tidak langsung (belanja aparatur negara), yaitu sebesar Rp 400.966.382.000.00. Dana Alokasi Umum (DAU) di Kabupaten
Rembang
pada
tahun
2009
mencapai
407.158.671.000.00;
sedangkan Dana Alokasi Khusus hanya sebesar Rp 56.633.000.000.00. Tabel II.26. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009 No 1. 2.
3. 4.
Keterangan Total Pendapatan (Rp) Persentase PAD terhadap Pendapatan daerah (Rp) Jumlah PAD (Rp)
5.
Jumlah DAU dan DAK (Rp) DAU (Rp)
6.
DAK (Rp)
7.
Proporsi Belanja terhadap total pendapatan(%) Total Belanja (Rp)
8.
2007 506.489.833.000, 00 7,90
2008 579.261.317.000, 00 9,17
2009 593.071.063.000,0 0 9,82
40.029.635.000,0 0 402.881.000.000, 00 361.876.000.000, 00 41.005.000.000,0 0 111,73
53.140.716.000,0 0 449.481.700.000, 00 398.410.700.000, 00 51.071.000.000,0 0 108,53
58.298.074.000,00
565.911.849.000, 00
628.669.549.000, 00
601.640.616.000,0 0
407.158.671.000,0 0 56.633.000.000,00 101,44
Sumber: DPP KAD Kabupaten Rembang, 2009
Pembiayaan sanitasi baik melalui APBD Kota, APBD Provinsi, APBN maupun anggaran lain, untuk pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi meliputi sub sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase lingkungan. Berdasarkan Perda Kabupaten Rembang Nomor : 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rembang maka pembiayaan untuk bidang sanitasi tersebar di SKPD sebagai berikut : 1.
Bappeda Realisasi Belanja Langsung Sanitasi di Bappeda Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010 terus mengalami kenaikan terutama pada Tahun 2010
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 45
kenaikannya cukup signifikan yaitu sebesar 4,53%. Kenaikan tersebut merupakan bentuk komitmen Bappeda Kabupaten Rembang dalam mengikuti program PPSP mulai Tahun 2010. Proporsi belanja langsung sanitasi di Bappeda Rembang memang relative kecil karena bukan untuk pendanaan kegiatan fisik. Proporsi belanja sanitasi Bappeda Rembang terhadap total belanja sanitasi Kabupaten Rembang pada tahun 2009 sebesar 2,25%. Kegiatan yang dianggarkan adalah berupa pendampingan untuk program PAMSIMAS dan operasional Pokja AMPL yang dibentuk mulai tahun 2008 serta penyusunan dokumen SSK Kabupaten Rembang.
Tabel II.27. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010 Realisasi Anggaran Proporsi Belanja Tahun Belanja Belanja Langsung Langsung Sanitasi Sanitasi 2007 25,000,000 6,381,522,000 0.39 2008 100,000,000 5,859,188,000 1.71 2009 65,000,000 5,139,034,000 1.26 2010 249,031,000 5,498,534,000 4.53 Sumber: DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Realisasi Belanja Langsung Bidang Sanitasi Bappeda Kabupaten Rembang
B elanja Lsg Sanitasi Tahun
1
2
3
4
25,000,000
100,000,000
65,000,000
249,031,000
2007
2008
2009
2010
Gambar 2.11. Grafik Belanja Langsung Sanitasi Bappeda Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010
2.
DPU (KKP) Sebelum terbitnya Perda Kabupaten Rembang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rembang, bidang persampahan dan drainase kota merupakan urusan dari Kantor Kebersihan dan Pertamanan (KKP). Kemudian dengan berlakunya Perda
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 46
tersebut mulai tahun 2009 KKP bergabung dengan Dinas Pekerjaan Umum menjadi Bidang Kebersihan dan Drainase. Anggaran untuk bidang sanitasi meliputi pembiayaan sub bidang persampahan dan drainase. Jumlah dan proporsi belanja langsung sanitasi tertinggi dalam kurun waktu 2007-2010 adalah pada tahun 2008 pada saat KKP belum tergabung dengan DPU sebesar Rp. 24.019.656.000,00 dengan proporsi 29,96%. Sedangkan realisasi belanja langsung terendah adalah pada tahun 2009 pada tahun pertama KKP tergabung dengan DPU, yaitu sebesar 7.636.198.200,00.
Tabel II.28. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010 Realisasi Belanja Proporsi Anggaran Belanja Tahun Langsung Belanja Langsung Sanitasi Sanitasi 2007 15,168,278,000 108,468,044,000 13.98 2008 24,019,656,000 80,181,753,000 29.96 2009 7,636,198,200 44,942,535,000 16.99 2010 11,044,000,000 44,562,691,000 24.78 Sumber: DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Realisasi Belanja Langsung Bidang Sanitasi DPU dan KKP Kabupaten Rembang
1
2
3
4
B elanja Lsg Sanitasi 15,168,278,000 24,019,656,000 7,636,198,200 11,044,000,000 2007
Tahun
2008
2009
2010
Gambar 2.12. Grafik Belanja Langsung Sanitasi DPU (KKP) Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010
3.
Dinas Kesehatan Belanja sanitasi juga dianggarkan pada Dinas Kesehatan untuk membantu melestarikan higienitas lingkungan. Jumlah realisasi belanja langsung sanitasi tertinggi terdapat pada Tahun 2007 yaitu sebesar Rp 332.660.00,00. Sedangkan realisasi belanja langsung terendah adalah pada Tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 195.000.000,00. Jika dilihat selama 4 tahun ini, realisasi belanja sanitasi di Kabupaten Rembang mengalami penurunan yang
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 47
bertahap. Proporsi belanja sanitasi dibandingkan anggaran belanja langsung daerah pada tahun-tahun terakhir sebesar 1% dimana Pada tahun 2008 terjadi proporsi belanja sanitasi tertinggi. Tabel II.29. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010 Realisasi Anggaran Proporsi Belanja Tahun Belanja Belanja Langsung Langsung Sanitasi Sanitasi 2007 322,660,000 37,254,102,000 0.87 2008 317,150,000 72,644,728,000 0.44 2009 207,000,000 44,942,535,000 0.46 2010 195,000,000 44,562,691,000 0.44 Sumber: DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Realisasi Belanja Langsung Bidang Sanitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang
B elanja Lsg Sanitasi Tahun
1
2
3
4
322,660,000
317,150,000
207,000,000
195,000,000
2007
2008
2009
2010
Sumber: DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Gambar 2.13. Grafik Belanja Langsung Sanitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010
4.
Lingkungan Hidup Realisasi Belanja Langsung Sanitasi di Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang Tahun 2007 – 2010 secara umum bersifat fluktuatif. Pada Tahun 2007 sebesar Rp. 322.660.000,00, kemudian mengalami penurunan sebesar 1,7% pada tahun 2008. Pada Tahun 2009 realisasi belanja langsung sanitasi kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 3,73% menjadi Rp 207.000.000, 00.
Tabel II.30. Belanja Langsung Sanitasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 48
Tahun 2007 2008 2009 2010
Realisasi Belanja Langsung Sanitasi 322,660,000 317,150,000 207,000,000 195,000,000
Anggaran Belanja Langsung 3,564,999,000 5,754,271,000 1,355,522,000 1,909,372,000
Proporsi Belanja Sanitasi 9.05 5.51 15.27 10.21
Sumber: DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Realisasi Belanja Langsung Bidang Sanitasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang
B elanja Lsg Sanitasi
1
2
3
4
322,660,000
317,150,000
207,000,000
195,000,000
2007
2008
2009
2010
Tahun
Sumber: DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Gambar 2.14. Grafik Belanja Langsung Sanitasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010
Rata-rata pertumbuhan tahunan proporsi belanja sanitasi di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu 2007-2010 adalah 0.21%. Belanja Sanitasi tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan pembiayaan untuk subsektor drainse yang mendapatkan porsi paling besar terutama untuk permukiman di perdesaan. Selanjutnya pembiayaan sanitasi mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar -0,67 % pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 kembali mengalami kenaikan meskipun relatif kecil sebesar 0,39%. Porsi pembiayaan sanitasi
terhadap
total
APBD
kabupaten
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 49
Rembang
Tahun
2007-2010
No . A B C D E F
Tabel II.31. Rekapitulasi Belanja Sub Sektor Sanitasi Berdasarkan Realisasi Anggaran Per Subsektor; Persampahan, Air Limbah & Drainase Kabupaten Rembang Tahun 2007 - 2010 Anggaran Belanja Langsung 2007 2008 2009 20010 Subsektor/Program/Kegia tan Persampahan 2,117,299,000 2,192,662,000 854,950,000 1,100,000,000 Air Limbah 26,000,000 15,000,000 165,000,000 25,000,000 Drainase 13,802,240,000 21,876,994,000 6,931,248,200 9,944,000,000 Jumlah B.L. Sanitasi 15,945,539,000 24,084,656,000 7,951,198,200 11,069,000,000 Jumlah Total Belanja APBD 565.911.849.000, 628.669.549.000,0 601.640.616.000, 629.791.408.000, 00 0 00 00 Proporsi Belanja Sanitasi / 2.82% 3.83% 1.32% 1.76% Belanja APBD
Compound Annual Growth Rate = CAGR = Rata2 pertumbuhan tahunan belanja sanitasi dalam kurun waktu tertentu Sumber : DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Jumlah dan Proporsi Belanja Langsung Sanitasi kabupaten Rembang Tahun 2007-2010
Proporsi Belanja Sanitasi / Belanja APBD Jumlah Belanja Langsung Sanitasi Tahun
1
2
3
4
2.82%
3.83%
1.32%
1.76%
15,945,539,000
24,084,656,000
7,951,198,200
11,069,000,000
2007
2008
2009
2010
Sumber : DPPKAD Kabupaten Rembang, 2009
Gambar 2.15. Grafik Jumlah dan Proporsi Belanja Langsung Sanitasi Kabupaten Rembang Tahun 2007-2010 Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 50
CAGR 3)
0.10% 2.90% 0.11% 0.08% 0.04% 0.21%
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 51
2.2. VISI DAN MISI SANITASI KABUPATEN REMBANG VISI Visi Sanitasi Kabupaten Rembang adalah “ Terwujudnya Pengelolaan Sanitasi yang Sehat bagi Masyarakat Kabupaten Rembang Tahun 2015” Kata ‘Terwujudnya Pengelolaan Sanitasi” dalam formula visi di atas merupakan suatu harapan untuk mencapai tujuan yang lebih baik dimasa yang akan datang melalui pengelolaan sanitasi dengan dukungan dari stakeholder terkait dan segala sumber daya yang dimiliki. Sanitasi lingkungan terdiri dari persampahan, air limbah, drainase, dan air bersih. Sanitasi lingkungan berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan (higienitas) dan dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan bagi masyarakat. Kata ‘Sehat’ dalam formula visi di atas merupakan harapan agar kondisi wilayah Kabupaten Rembang menjadi aman dari segala bentuk gangguan pencemaran dan penyakit serta tercipta lingkungan yang nyaman sebagai tempat tinggal. Kondisi lingkungan yang sehat tentunya akan berdampak pada masyarakat yang sehat pula, dimana pada hakekatnya, kata ‘Sehat’ merupakan suatu kondisi normal yang termasuk dalam hak asasi manusia yang lahir di muka bumi. Setiap manusia dikatakan sehat jika berada dalam kondisi hidup secara alamiah, baik sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Jiwa masyarakat yang sehat terletak dalam badan yang sehat, dalam keluarga yang sehat dan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, untuk membentuk keluarga dan masyarakat Kabupaten Rembang yang sehat diperlukan lingkungan yang sehat melalui pengelolaan sanitasi lingkungan (persampahan, air limbah, drainase dan air bersih) yang sehat pula. Lingkungan yang sehat tentunya akan memberikan keadaaan sejahtera bagi badan, jiwa dan sosial sehingga memungkinkan setiap masyarakat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kata ‘Bagi Masyarakat Kabupaten Rembang’ dalam visi di atas merupakan gambaran bahwa objek utama yang menjadi sasaran Strategi Sanitasi Kabupaten Rembang adalah seluruh masyarakat Kabupaten Rembang. Seluruh masyarakat yang dimaksudkan adalah semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali dan tanpa membedakan umur, ras, agama, serta gender. Selain sebagai objek, masyarakat juga diikutsertakan dalam program-program dan kegiatan penyehatan lingkungan melalui pengelolaan sanitasi yang berbasis partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan mengingat bahwa program-program sanitasi yang akan diaplikasikan merupakan perpaduan perencanaan top down dan bottom up. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 52
pemerintah memperhatikan kesehatan lingkungan masyarakat sehingga kemudian dapat tercipta masyarakat Kabupaten Rembang hidup sehat dan lebih produktif. Batas waktu ‘Tahun 2015’ menggambarkan harapan keberhasilan aplikasi Strategi Sanitasi Sanitasi Kabupaten Rembang dapat tercapai dalam kurun waktu lima tahun yaitu hingga Tahun 2015. Batasan waktu Tahun 2015, disesuaikan dengan mengingat dan mempertimbangkan kesepakatan batasan waktu pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) sebelum tahun 2015, dimana point-point MDGs juga memperhatikan kelestarian lingkungan dan memerangi penyakit menular dalam masyarakat.
Dengan
demikian, diharapkan hingga tahun 2015 target pengelolaan sanitasi lingkungan yang sehat bagi masyarakat Kabupaten Rembang dapat tercapai.
MISI Misi Sanitasi Kabupaten Rembang adalah:
Mewujudkan pengelolaan air limbah terpadu dengan pendekatan partisipatif.
Mengelola sampah yang efektif dan efisien dari sumbernya.
Mewujudkan sistem drainase terpadu yang berkualitas dan memadai.
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2.3. KEBIJAKAN
UMUM
DAN
STRATEGI
SEKTOR
SANITASI
KABUPATEN
REMBANG Kebijakan umum pengembangan sanitasi di Kabupaten Rembang adalah: 1. Peningkatan kinerja pengelolaan air limbah berkelanjutan. 2. Penyediaan sarana jamban pribadi maupun komunal. 3. Pengelolaan sampah melalui program 3R. 4. Peningkatan kinerja pengelolaan drainase. 5. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang PHBS. 6. Peningkatan kapasitas kelembagaan bidang sanitasi Kabupaten Rembang.
A. AIR LMBAH Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengelolaan air limbah adalah: 1. Penataan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site di perkotaan
dan
perdesaan,
salah
satunya
dengan
Penyusunan
Masterplan
Pengelolaan Limbah yang terpadu dengan rencana penataan ruang lainnya.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 53
2. Penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman sesuai kebutuhan penduduk, misalnya dengan pembangunan jamban pribadi maupun komunal. 3. Pengelolaan limbah komunal (seperti limbah dari pesantren) menjadi biogas. 4. Peningkatan
pembiayaan
pembangunan
prasarana
dan
sarana
air
limbah
permukiman, misalnya dengan penyediaan kredit mikro, insentif, kemitraan, swasta, pemerintah, mengadakan arisan jamban. 5.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penye!enggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
6. Penguatan kelembagaan. 7. Pengembangan perangkat peraturan di daerah. B. PERSAMPAHAN Stategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan persampahan adalah: 1.
Peningkatan dan pembangunan sarana dan prasarana TPA secara terpadu di beberapa kawasan Kabupaten Rembang.
2.
Pengurangan beban TPA oleh timbulan sampah yang ada dengan penerapan pengelolaan persampahan 3-R (reduce, reuse dan recycling) dari lingkungan asal timbulan sampah di sekitar permukiman menggunakan unit TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) dengan mengikut sertakan masyarakat
3.
Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengangkutan dan pengolahan sampah.
4.
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui sosialisasi 3R atau sosialisasi untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat.
5.
Peningkatan peran serta swasta dalam pengelolaan sampah.
C. DRAINASE Strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sistem drainase adalah: 1.
Penataan keterpaduan jaringan atau sistem drainase di seluruh wilayah Kabupaten Rembang yang saling bersinergi antara kawasan terbuka, permukiman dan perairan eksisting yang ada.
2.
Penataan
koordinasi
kewilayahan
sebagai
bentuk
tanggung jawab pengelolaan sistem drainase yang secara mendasar tidak mengenal batas administratif.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 54
3.
Peningkatan keterpaduan perencanaan pembangunan saluran drainase kota dengan perencanaan penataan ruang kota.
4.
Pemanfaatan teknologi pengelolan drainase, baik yang bersifat instistusional seperti embung, kolam retensi, pompa, pembersihan sampah pada saluran drainase, serta yang dikelola oleh masyarakat yang meliputi sumur resapan, pembangunan dan pemeliharaan drainase sekitar rumah tinggal.
5.
Perbaikan prasarana – sarana drainase yang sudah ada sesuai standar pelayanan minimal pembangunan drainase.
6.
Pembangunan dan pengembangan prasarana – sarana drainase permukiman di pusat kegiatan dan sekitarnya sesuai standar pelayanan minimal pembangunan drainase.
7.
Pembangunan dan pengembangan prasarana – sarana drainase permukiman di pesisir pantai dengan perencanaan yang tepat, didukung dengan penanggulangan masalah rob.
8.
Pembangunan talud, break water, penanaman mangrove, perencanaan drainase dengan sistem tertutup untuk menanggulangi rob di pesisir pantai.
9.
Pelestarian atau konservasi lingkungan sebagai daerah resapan air, pembatasan alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun di kawasan lindung, kawasan konservasi.
10.
Pembuatan sumur resapan, atau lubang biopori untuk mengurangi limpasan aliran air yang semakin besar.
11.
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, terutama untuk membersihkan saluran drainase sekitar tempat tinggal.
12.
Peningkatan
peran
swasta
dan
masyarakat
dalam
keberlanjutan pembangunan saluran drainase. D. HYGIENE Strategi peningkatan higienitas masyarakat di Kabupaten Rembang dilakukan dengan peningkatan kesadaran pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat. Strategi peningkatan PHBS masyarakat di Kabupaten Rembang antara lain adalah: 1. Penguatan Kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat dalam melestarikan dan menjaga kebersihan lingkungan.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 55
2. Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat untuk mewujudkan sanitasi lingkungan yang sehat guna meminimalisir endemic penyakit dan penyebaran penyakit menular. 3. Meningkatkan lingkungan yang bersih dan sehat melalui pengoptimalan kemitraan dan peningkatan kesadaran masyarakat.
2.4. SASARAN UMUM DAN ARAHAN TAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Lokasi Area perencanaan sanitasi meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Rembang. Secara administrasi Kabupaten Rembang terdiri dari 14 kecamatan, 294 desa, dengan luas wilayah 101.408 Ha. Area perencanaan sanitasi dibagi menjadi 3 zona yaitu: y
zona pesisir,
y
zona tengah, dan
y
zona selatan. Sasaran utama area perencanaan adalah di area-area prioritas sanitasi yang
beresiko tinggi. Dari skoring di 294 desa di Kabupaten Rembang (Sumber : Buku Putih), teridentifikasi Area berisiko tinggi sebanyak 77 desa (26,19 %). Area beresiko tinggi terdapat di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Sarang, Sulang, Kragan, dan Sluke. Area berisiko tinggi paling banyak terdapat di desa-desa yang terletak diwilayah pesisir. Permasalahan utama dari desa-desa di wilayah pesisir tersebut adalah tingginya kepadatan penduduk yang ditambah dengan kurangnya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan dan keluarga yang masih rendah (CTPS, jamban keluarga, pengolahan sampah domestik dan penanganan kotoran anak).
Sasaran Umum Sasaran umum pembangunan sanitasi di Kabupaten Rembang adalah perubahan perilaku pada masing-masing aspek sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Rembang sebagai syarat terciptanya kondisi sanitasi lingkungan yang sehat Tahun 2015. Sasaran tersebut dapat dicapai melalui : 1. Peningkatan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan perilaku higenis dan sanitair. 2. Penciptaan perilaku komunitas yang higenis sanitair untuk mendukung terciptanya sanitasi total. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 56
3. Peningkatan ketersediaan sarana prasarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Arahan Tahapan Pencapaian Arahan
pentahapan
pembangunan
sanitasi
disesuaikan
dengan
arahan
pentahapan pembangunan kota secara menyeluruh. Berdasarkan arahan pembangunan kota maka penetapan pentahapan pembangunan sanitasi di Kabupaten Rembang tahun 2011 – 2015 merupakan pentahapan pencapaian sasaran pembangunan secara bertahap dengan perkembangan linier yang tetap mengacu pada kebijakan pengelolaan belanja daerah dengan menitik beratkan alokasi pada bidang-bidang urusan wajib dan urusan pilihan yang sesuai dengan prioritas pembangunan daerah. Pencapaian sasaran pembangunan setiap tahun mengalami kenaikan secara bertahap atau merata sepanjang tahun dengan tetap memperhatikan kinerja sektor sanitasi pemerintah kabupaten.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Rembang
II - 57