116
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Studi Fisik bangunan dan lingkungan Dalam perancangan Galeri Motor Vintage ini, penulis menggunakan dan
mengadaptasi bangunan dari Summarecon Sport Spring Club. Bangunan dan layout ini dipilih karena diperkirakan cocok untuk melaksanakan perancangan interior pada galeri motor vintage tersebut dalam hal luas yang kurang lebih 2000 meter persegi yang berlokasi pada daerah perumahan tumbuh dan berkembang yaitu Summarecon Serpong, bentuk bangunan yang berkubu-kubu sehingga dapat merencanakan letak area utama dan pendukung lebih mudah, perencanaan landscape yang baik dan adanya sungai pada belakang bangunan sebagai support dalam segi rekreasi bagi pengunjung.
4.1.1 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan 4.1.1.1 Lokasi
(Peta 4.1. Peta Tangerang Selatan)
117
(Peta 4.2. Peta Daerah Serpong)
Bangunan Summarecon Sport Spring Club terletak di dalam kawasan komplek The Spring Summarecon Serpong. Termasuk dalam kota Tangerang Selatan, Banten.
(Peta 4.3. Lokasi Summarecon Sport Spring Club)
118
1.1.1.2 Akses Untuk menuju ke Summarecon Sport Spring Club ini, akses jalan yang dilalui tidak terlalu sulit, karena melewati jalan raya utama kawasan Summarecon Serpong. Dan terdapat marka jalan sebagai penunjuk jalan. Dekat dengan pintu tol menuju Jakarta dan sekitar Tangerang, seperti Merak dan Karawaci.
1.1.1.3 Fasilitas Bangunan Summarecon sport Spring Club dikelilingi oleh perumahan, ruko-ruko dan tempat makan. Kawasan ini merupakan kawasan yang hidup perekonomian dan lingkungan tempat tinggalnya. Pada bagian belakang bangunan terdapat aliran sungai, dan depan bangunan merupakan jalan raya utama dari pintu gerbang utama kawasan dan perumahan pada kawasan komplek ini. Lahan parkir yang luas dan tanah berkontur yang di tanami pepohonan, terkesan megah dan rimbun.
1.1.1.4 Iklim Wilayah Tangerang Selatan sama seperti wilayah DKI Jakarta yang memiliki iklim dengan klasifikasi C dan D menurut Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm. Termasuk daerah beriklim tropis dengan suhu rata-rata 270C dan kelembaban antara 80 % sampai 90 %. Dengan temperatur tahunan maksimun 320C dan temperatur minimum 220C.
119
3.1.2 Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan 3.1.2.1 Denah
(Gambar 4.1. Denah Ground Floor Summarecon Sport Spring Club)
Pada denah ini dinamakan level ground floor, karena merupakan level tanah yang dianggap pada titik ketinggian 0 m. Pada lantai ini fasilitas sudah hampir terpenuhi seluruhnya, di sebelah kiri denah terdapat function hall dengan luas lebih besar dengan bangunan utamanya yang terletak ditengah dan kanan denah. Dikarenakan bangunan ini berfungsi sebagai sport club dan bangunan yang berdiri sendiri (free standing building) sehingga banyak area terbuka dan taman disekelilingnya.
(Gambar 4.2. Denah Lower Ground Summarecon Sport Spring Club)
120
Pada penempatan ruang yang akan dibuat untuk perancangan Galeri Motor Vintage ini tentu banyak mengalami perubahan terutama pada level Ground Floor karena mengingat fungsi bangunan ini sebelumnya yaitu sebagai sport club dan bangunan serbaguna. Selanjutnya pada bangunan tersebut untuk menentukan ruangan-ruangan tersebut akan digunakan sebagai apa, akan dianalisa pada bagian zoning, grouping, disesuaikan dengan program aktfitas fasilitas yang telah dibuat.
•
Zoning Alternatif 1
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar 4.3. Zoning Ground Floor)
121
PUBLIC PRIVATE SERVICE
(Gambar 4.4. Zoning Lower Ground Floor)
SEMI PRIVATE
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE
(Gambar 4.5. Zoning Galeri Motor dan Toko Merchandise pada Ground Floor)
122
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar 4.6. Zoning Workshop Motor pada Ground Floor)
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar 4.7. Zoning Kafe dan Back Office pada Lower Ground Floor)
123
Analisa zoning alternatif 1 (zoning terpilih) : +
Pada bangunan utama, yang terdiri dari Galeri dan Toko Merchandise, jalur nya sudah baik dikarena zona publik terdapat di hampir seluruh bagian bangunan utama, dan pengunjung dapat leluasa mengelilinginya, zona semi private dan private terletak lebih ke dalam setelah zona publik agar lebih tersembunyi.
+
Pada bangunan utama level ground floor terdapat koridor pergawai yaitu akses langsung ke pada level lower ground yaitu back office.
+
Pada area semi private, terletak kedalam sehingga tidak dilalui oleh pengunjung dan mendapat privasi lebih.
+
Pada bangunan pendukung di sisi kiri, diperuntukan sebagai Workshop, dan zona semi private terbagi menjadi 2 luasan yang difungsikan sebagai ruang loading dock dan ruang konsultasi dibentuk secara simetris ditengah ruangan, agar pengunjung dapat menjangkaunya lebih mudah.
+
Zona private pada area Workshop, mendapat privasi dengan membatasi ruang untuk pengunjung dengan area kerja bengkel.
+
Zona service pada lower ground difungsikan sebagai bar, back kitchen, open kitchen dan storage dekat dengan lorong yang menuju pada area service atau belakang bangunan.
+
Untuk pengunjung VIP, setelah masuk bangunan utama dan dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama, dan akan disambut dengan galeri dan terdapat ruang meeting VIP.
124
Alternatif 2
PUBLIC
PRIVATE
SERVICE
SEMI PRIVATE
(Gambar 4.8. Zoning Ground Floor)
PUBLIC
PRIVATE
SERVICE
(Gambar 4.9. Zoning Lower Ground Floor)
SEMI PRIVATE
125
PUBLIC PRIVATE SERVICE
(Gambar 4.10. Zoning Galeri Motor pada Ground Floor)
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar 4.11. Zoning Workshop Motor pada Ground Floor)
126
PUBLIC PRIVATE SERVICE
(Gambar 4.12. Zoning Merchandising Store pada Ground Floor)
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar 4.13. Zoning Kafe dan Back Office pada Lower Ground Floor)
127
Analisa zoning alternatif 2 : +
Pada bangunan utama, yang terdiri dari Galeri dan Workshop, jalur nya sudah baik dikarena zona publik terdapat di hampir seluruh bagian bangunan utama, pengunjung dapat leluasa berkeliling, zona semi private dan private terletak lebih dalam.
+
Pada zona private untuk Workshop di bangunan utama pada level ground floor dapat akses langsung dengan zona private pada level lower ground yaitu back office galeri motor, sehingga dapat mempermudah akses pegawai.
+
Zona private pada lower ground difungsikan sebagai back kitchen, open kitchen dan storage dekat dengan lorong yang menuju pada area service atau belakang bangunan.
-
Pada area semi private yang berfungsi sebagai Workshop berdekatan dengan area terbuka bagian belakang bangunan sehingga
dapat
membuat
peluang
polusi
udara
membuat
kenyamanan pengunjung terganggu lebih besar. -
Pada bangunan pendukung di sisi kiri, diperuntukan sebagai toko merchandise/pakaian, dan zona private terbagi menjadi 2 luasan yang difungsikan sebagai ruang ganti dibentuk hanya pada sisi atas sehingga
peyebaran
untuk
pencapaian
pengunjung
sedikit
terganggu. -
Untuk pengelola VIP, setelah masuk bangunan utama dan akan menuju ruangannya dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama, dan akan disambut dengan area kafe terlebih dulu.
128
Alternatif 3
PUBLIC
PRIVATE
SERVICE
SEMI PRIVATE
(Gambar 4.14. Zoning Ground Floor)
PUBLIC
PRIVATE
SERVICE
(Gambar 4.15. Zoning Lower Ground Floor)
SEMI PRIVATE
129
PUBLIC PRIVATE SERVICE
SEMI PRIVATE (Gambar 4.16. Zoning Galeri Motor dan Workshop pada Ground Floor)
PUBLIC PRIVATE SERVICE
(Gambar 4.17. Zoning Merchandising Store pada Ground Floor)
130
PUBLIC
PRIVATE
SERVICE
SEMI PRIVATE
(Gambar 4.18. Zoning Kafe dan Back Office pada Lower Ground Floor)
Analisa zoning alternatif 3 : +
Pada bangunan utama, yang terdiri dari Galeri dan Workshop, jalur nya sudah baik dikarena zona publik terdapat di hampir seluruh bagian
bangunan
utama,
dan
pengunjung
dapat
leluasa
mengelilinginya, zona semi private terletak setelah zona publik dan private terletak lebih ke dalam setelah zona publik agar lebih tersembunyi. +
Pada zona private untuk Workshop di bangunan utama pada level ground floor dapat akses langsung dengan zona private pada level lower ground yaitu back office galeri motor, sehingga dapat mempermudah akses pegawai bila ada kepentingan.
+
Pada area semi private untuk membatasi antara zona publik dan private pada level ground floor, dikarenakan mengantisipasi polusi suara yang timbul karena zona private difungsikan sebagai Workshop.
131
+
Zona private pada lower ground difungsikan sebagai back kitchen, open kitchen dan storage mendapat akses langsung menuju ke area service atau belakang bangunan.
-
Pada bangunan pendukung di sisi kiri, diperuntukan sebagai toko merchandise, dan zona private terbagi menjadi 2 yang difungsikan sebagai ruang ganti dibentuk hanya sebelah sisi sehingga penyebaran untuk pencapaian pengunjung sedikit terganggu.
-
Untuk pengelola VIP, setelah masuk bangunan utama dan akan menuju ruangannya dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama, dan akan disambut dengan area kafe terlebih dulu.
•
Grouping Alternatif 1
(Gambar 4.19. Grouping Ground Floor)
132
(Gambar 4.20. Grouping Lower Ground Floor)
(Gambar 4.21. Grouping Galeri Motor dan Toko merchanise pada Ground Floor)
133
(Gambar 4.22. Grouping Workshop pada Ground Floor)
(Gambar 4.23. Grouping Kafe dan Back Office pada Lower Ground Floor)
134
Analisa grouping alternatif 1 : +
Pada saat memasuki bangunan utama, kita akan disambut oleh lounge galeri dengan adanya lounge bar dan area receptionist.
+
Bagi pegawai VIP atau pengunjung VIP dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama untuk menuju lower ground dimana letak back office dan meeting room VIP.
+
Bila pengunjung yang membawa motor untuk memodifikasinya, motor tersebut dapat menuju bangunan Workshop ke loading dock.
+
Loading dock berdekatan dengan area workshop yaitu area pendukung kinerja yang letaknya di dalam dan pengunjung tidak dapat memasuki area tersebut dan bersifat privasi.
+
Area toko merchandise menyatu dengan galeri motor, pada lantai tersendiri sehingga menjadi kelebihan daya tarik dalam penyebaran pengunjung untuk menjelajahi tempat tersebut.
+
Kafe menyatu dengan galeri motor yang terletak pada lower ground dapat di akses dari bangunan utama dan pendukungnya.
+
Area pengecatan berada dalam ruang tertutup yang memisahkan area bengkel lainnya sehingga mengurangi polusi suara yang ditimbulkan kepada pengunjung.
+
Area
mesin
dekat
dengan
jalur
keluar
masuk
ruangan,
memudahkan pemindahan kendaraan saat ingin melakukan test drive. -
Area sepatu dan fitting room terletak pada satu sisi, dan kurang akan penyebarannya.
135
Alternatif 2 (grouping terpilih)
(Gambar 4.24. Grouping Ground Floor)
(Gambar 4.25. Grouping Lower Ground Floor)
136
(Gambar 4.26. Grouping Galeri Motor dan Toko Merchandise pada Ground Floor)
(Gambar 4.27. Grouping Workshop pada Ground Floor)
137
(Gambar 4.28. Grouping Kafe dan Back Office pada Lower Ground Floor)
Analisa grouping alternatif 2 (grouping terpilih): +
Pada saat memasuki bangunan utama, kita akan disambut oleh lounge galeri dengan adanya lounge bar dan area receptionist.
+
Bagi pegawai VIP atau pengunjung VIP dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama untuk menuju lower ground dimana letak back office dan meeting room VIP.
+
Bila pengunjung yang membawa motor untuk memodifikasinya, motor tersebut dapat menuju bangunan Workshop ke loading dock.
+
Loading dock berdekatan dengan area workshop yaitu area pendukung kinerja yang letaknya di dalam dan pengunjung tidak dapat memasuki area tersebut dan bersifat privasi.
+
Area toko merchandise menyatu dengan galeri motor, pada lantai tersendiri sehingga menjadi kelebihan daya tarik dalam penyebaran pengunjung untuk menjelajahi tempat tersebut.
138
+
Kafe menyatu dengan galeri motor yang terletak pada lower ground dapat di akses dari bangunan utama dan bangunan pendukungnya.
+
Area pengecatan berada dalam ruang tertutup yang memisahkan area bengkel lainnya sehingga mengurangi polusi suara yang ditimbulkan kepada pengunjung.
+
Area mesin dekat dengan jalur keluar masuk ruangan, sehingga memudahkan pemindahan kendaraan saat ingin melakukan test drive.
+
Area sepatu dan fitting room terletak pada dikedua sisi ruangan, dan telihat simetris, membuat penyebaran pengunjung merata.
Alternatif 3
(Gambar 4.29. Grouping Ground Floor)
139
(Gambar 4.30. Grouping Lower Ground Floor)
(Gambar 4.31. Grouping Galeri Motor dan Toko Merchandise pada Ground Floor)
140
(Gambar 4.32. Grouping Workshop pada Ground Floor)
(Gambar 4.33. Grouping Kafe dan Back Office pada Lower Ground Floor)
141
Analisa grouping alternatif 3: +
Pada saat memasuki bangunan utama, kita akan disambut oleh lounge galeri dengan adanya lounge bar dan area receptionist.
+
Bagi pegawai VIP atau pengunjung VIP dapat langsung menggunakan lift atau tangga utama untuk menuju lower ground dimana letak back office dan meeting room VIP.
+
Bila pengunjung yang membawa motor untuk memodifikasinya, motor tersebut dapat menuju bangunan Workshop ke loading dock.
+
Loading dock berdekatan dengan area workshop yaitu area pendukung kinerja yang letaknya di dalam dan pengunjung tidak dapat memasuki area tersebut dan bersifat privasi.
+
Area toko merchandise menyatu dengan galeri motor, pada lantai tersendiri sehingga menjadi kelebihan daya tarik dalam penyebaran pengunjung untuk menjelajahi tempat tersebut.
+
Kafe menyatu dengan galeri motor yang terletak pada lower ground dapat di akses dari bangunan utama dan pendukungnya.
+
Area pengecatan berada dalam ruang tertutup yang memisahkan area bengkel lainnya sehingga mengurangi polusi suara yang ditimbulkan kepada pengunjung.
+
Area sepatu dan fitting room terletak pada dikedua sisi ruangan, dan telihat simetris, membuat penyebaran pengunjung merata.
-
Area mesin ditengah ruangan dan tidak dekat dengan jalur keluar masuk ruangan, sehingga kurang memudahkan pemindahan kendaraan saat ingin melakukan test drive.
142
•
Image pre-desain
(Gambar 4.34. Gambar Pendukung Konsep Perancangan)
4.2
Konsep Perancangan Proyek Galeri Motor Vintage ini termasuk dalam jenis galeri komersil,
yaitu bertujuan untuk mencari keuntungan tanpa melalui pihak nasional, sehingga perancangan galeri ini diharapkan tidak terikat dan memberikan entertainment serta pembelajaran yang menarik, inovatif, kreatif dan interaktif. Mengingat didalamnya terdapat merchandising store dan kafe. Untuk mendukung perancangan tersebut maka diperlukan konsep perancangan yang harus terhubung “benang merah” pada tiap sisi manapun. Cafe
143
racer sendiri merupakan aliran gaya dalam memodifikasi motor dan identik dengan gaya para pengendaranya yang muncul pada tahun 1960-an, dan hingga sekarang kian berkibar kiprahnya. Mengingat dengan perkembangan dan perjalanan motor Cafe Racer membuat inspirasi dengan mengambil konsep Nostalgic Revolution. Konsep tersebut yang berarti “Perubahan Masa Lalu”. Kata Nostalgic sangat berperan terhadap perjalanan dan mengandung makna rindu akan masa yang lalu, karena motor Cafe Racer merupakan produk yang terbentuk diwaktu lampau yang melewati kisah perjalanan akan perkembangan motor hingga sekarang. Kata Revolution berarti perubahan-perubahan atau perputaran dari produk motor tersebut, gaya bangunan serta kehidupan masyarakat dan diterjemahkan kedalam gaya bangunan dalam yang akan diciptakan ke arah modernisasi dalam proyek ini. Nostalgic akan dihadirkan dalam Galeri Motor Vintage ini dengan mengambil nuansa gaya vintage dengan penerapan unsur industrialism yaitu sebuah tren dalam seni kreatif yang dihasilkan sekitar tahun 1960 dimana merupakan gaya yang muncul saat motor Cafe Racer pun muncul, ditandai dengan campuran gaya dan sedikit sentuhan modern, mengeksplorasi tema ketegangan antara masa lalu dan masa depan.
144
Tetrad Pakaian Adat, Ondel-ondel, Batik, Tari Adat, Alat Musik
Re-use Furniture Besi, Kayu recycle, Alumunium, Kaca
Furniture
Rumah Kebaya Warna
Ragam Hias Arsitektur
Material Nostalgic Revolution
Kebudayaan Betawi
Industrial
Serpong, Tangerang
Muatan Th.1960,London, Inggris, Era Revolusi Industri Konsep Terapan Lokal Design
Asal Usul
Lokasi Perencanaan
Galeri Motor Vintage Bentuk
Citra Ruang Material Geometris & Organik
Warm, Prestige, Fun, Industry
Furniture
Lantai Dinding Keramik, Granit, Marmer, Kayu, Tegel, Parquet Gypsum, PVC, Cat Dinding, Kaca, Wallpaper, HPL
Ceiling
Besi, Kayu recycle, Alumunium, Kaca
Gypsum Akustik, Gypsum, veneer, HPL, PVC, Wallpaper
(Bagan 4.1. Mind Map Konsep Perencanaan)
= kombinasi = hasil = berhubungan
145
4.3
Konsep Desain Penerapan konsep design dengan unsur industrial yaitu menjadi ikon pada
jaman revolusi industri, dimana masa pada revolusi industri tersebut ialah mulainya suatu perubahan pada tiap-tiap produksi industri negara-negara Eropa, yaitu negara asal mula Cafe Racer dan dimana desain tersebut mengacu pada unsur green design. Desain industri dipakai dimana sebagai penyatu asal usul produk tersebut yaitu motor cafe racer dengan perancangan interior Galeri Motor Vintage. Industrial design adalah seni terapan di mana estetika akan material ramah lingkungan dan usability (kemudahan dalam menggunakan suatu barang) suatu barang disempurnakan, dan minim akan menerapkan finishing pada elemen interior atau furniture. Pengaturan tentang Industrial design dikenal pada abad ke-18 terutama di Inggris karena adanya Revolusi Industri. Desain Industri awalnya berkembang pada sektor tekstil dan kerajinan tangan yang dibuat secara massal. Nuansa industri ditampilkan biasanya menggunakan material daur ulang atau bahan industri lainnya seperti kaca, besi dan alumunium dan membuat penggunaan akan warna-warna monokrom sehingga terkesan tegas dan maskulin.
(Gambar 4.35. Contoh Perealisasian Gaya Industri pada Interior)
146
Adanya pernyataan 3R dimana mewakili makna akan green design itu sendiri yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.
A. Reduce Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi barang-barang yang tidak “terlalu” dibutuhkan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. B. Reuse Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti memakai furniture lama dengan sedikit perbaikan. C. Recycle Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Pemakaian sistem industri green design dispesifikasikan pada reduce dengan mengurangi pemakaian material dan penggunaan re-use pada furniture membuat sebuah keuntungan yang besar, seperti pengurangan bahan baku kayu solid, besi dan material lainnya, dan dapat membuat efek yang tidak biasa ditimbulkan pada fisik benda lain serta keuntungan dari pengurangan biaya beli produk tersebut. Pada elemen interior dispesifikasikan efek yang biasa ditimbulkan pada unsur industrial seperti pengurangan material interior, dengan cara :
147
1. Mengurangi pemakaian gypsum pada ceiling sehingga menerapkan sistem ekspos ceiling pada ruangan. 2. Mengurangi penggunaan keramik atau material penutup lantai sehingga menerapkan sistem epoxy cement plester. 3. Mengurangi pewarnaan dan finishing yang menerapkan banyak proses energi pada dinding dan elemen lain sehingga menerapkan pemakaian cat eco friendly, unfinish furniture/furnish, dan pemanfaatan grafis. 4. Mengurangi pemakaian material aksesoris, sehingga dapat digunakan barang recycle atau re-use untuk aksesoris yang secara tidak langsung telah melakukan proses reduce. 5. Bila harus memakai sesuatu yang solid, dapat dipilihkan alternatif material lain yang tampilan fisik akhir, daya tahan dan kekuatannya serupa, seperti penggunaan kayu solid dapat diganti PVC, particle board, MDF, dan kayu peti kemas atau penggunaan mmaterial solid tersebut minim akan finishing.
4.4
Local Content Local content yang diterapkan pada proyek Galeri Motor Vintage ini adalah kebudayaan Betawi. Untuk menjelaskan mengapa kebudayaan Betawi dipilih dalam proyek ini, dikarenakan lokasi bangunan yang dipilih untuk pembuatan Galeri Motor Vintage berada di Serpong, Kota Tangerang, yang mengingat sejarahnya kota tersebut masuk dalam Keresidenan Batavia dan terbentuk dengan adanya suku Betawi, suku Tionghoa dan suku Sunda. Melihat dari pembagian wilayah lokasi tersebut
148
Serpong yang lebih identik dengan Tangerang dan Jakarta, juga suku yang mendominasi ialah suku Betawi, maka pemilihan suku Betawi dirasa cocok dengan proyek ini untuk mewakili ciri khas kota tersebut.
4.4.1 Sejarah Suku Betawi Betawi berasal dari kata Batavia, mengingat untuk menyatakan keaslian suku tersebut yang asli tinggal diwilayah tersebut. Batavia yaitu nama lain Jakarta pada masa Hindia Belanda. Batavia merupakan nama Latin untuk tanah Batavia pada zaman Romawi. Perkiraan kasarnya berada sekitar kota Nijmegen, Belanda, dalam Kekaisaran Romawi. Sisa lahan ini kini dikenal sebagai Betuwe. Selama Renaisans, sejarawan Belanda mencoba untuk mempromosikan Batavia menjadi sebuah status nenek moyang dari orang-orang Belanda. Kemudian mereka mulai menyebut diri orang-orang atau penduduk Batavia, kemudian hal tersebut mengakibatkan munculnya Republik Batavia, dan mengambil nama "Batavia" untuk koloni mereka seperti Hindia Belanda, dimana mereka mengganti nama menjadi dari Kota Jayakarta menjadi Batavia dari 1619 sampai sekitar 1942, ketika namanya diubah menjadi Djakarta (ini adalah kependekan dari nama mantan Jayakarta, kemudian dirubah kembali ejaannya menjadi Jakarta). Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawinmawin antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta.
149
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
4.4.1.1 Kebudayaan Betawi Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo . Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan "Kalapa" (Sekarang Jakarta) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa dimana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu. Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
150
•
Filosofi Arsitektur Betawi
Bentuk tradisional rumah Betawi dengan sifat lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Hal ini bisa dilihat dari pola tapak, pola tata ruang dalam, sistem stuktur dan bentuk serta detail dan ragam hiasnya. Rumah tradisional Betawi tidak memiliki arah mata angin, ke mana rumah harus menghadap dan juga tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi orientasi/pusat perkampungan. Pada pemukiman Betawi, orientasi atau arah mata angin rumah dan pekarangan lebih ditentukan oleh alasan praktis seperti aksesibilitas pekarangan, kemudahan mencapai jalan juga tergantung pada kebutuhan pemilik rumah. Rumah tradisional Betawi ditinjau dari tata letak dan fungsinya, cenderung bersifat simetris, hal ini dapat dilihat dari letak pintu masuk dan pintu belakang yang sejajar dan membentuk garis lurus. •
Arsitektur Orang Betawi mempunyai tata cara dalam membangun rumah. Ada
tahap-tahap yang harus dijalani dengan mengikuti tradisi turun-temurun. Ini dimaksudkan agar keseimbangan alam sekitar tetap terjaga. Pemilihan lokasi, perataan tanah, pendirian tiang guru, dan sebagainya harus disertai dengan selametan. Rumah tradisional Betawi dibuat dari bermacam-macam bahan yang tersedia.
Tergantung
dari
kemampuan
pembuatnya.
Ada
yang
dibuat
menggunakan bahan bambu. Ada yang dibuat menggunakan bahan kayu. Ketika bangsa kita dijajah Belanda, orang Betawi meniru cara Belanda membangun rumah. Mulailah berkembang membangunan rumah dari batu. Tetapi umumnya rumah tradisional Betawi dibuat menggunakan bahan dari kayu. Jenis kayu yang
151
dipilih kayu nangka, kayu cempaka, dan lain-lain. Jenis kayu asem biasanya tidak digunakan. Letak geografis mempengaruhi pembuatan rumah. Di daerah pesisir didirikan rumah panggung. Misalnya rumah Si Pitung di kampung Marunda Pulo, Jakarta Utara. Berdasarkan bentuk dan struktur atapnya, rumah tradisional Betawi terbagi menjadi 4 jenis : 1.
Rumah Gudang, rumah tradisional betawi ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.
2.
Rumah Bapang, ciri khas rumah ini mempunyai serambi yang cukup luas dan berfungsi sebagai ruang tamu dan bale tempat santai untuk pemilik rumah, ruang semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga sabagai jalan masuk menuju rumah. Rumah bapang berbentuk sederhana kotak atau bujursangkar sama sisi.
3.
Rumah Kebaya, ciri khas rumah pada bentuk atapnya mempunyai beberapa pasang atap, yang apabila dilihat dari samping berlipat-lipat seperti lipatan kebaya. Mempunyai serambi yang cukup luas sama seperti rumah bapang.
4.
Rumah Joglo / Limasan, berdenah bujur sangkar. Bentuk bangunan ini banyak dipengaruhi oleh arsitektur rumah Jawa. Perbedaannya pada joglo
152
rumah tradisional Jawa terdapat soko guru / tiang-tiang utama penopang atap merupakan unsur yang mengarahkan pembagian ruang pada denah, sedangkan pada joglo Betawi tidak terdapat soko guru dan pembagian ruang tidak nampak jelas, tiang penopang struktur atap tidak begitu nyata seperti pada rumah joglo yang asli. Pada rumah Betawi, tiang utama penopang struktur atap bukan unsur utama yang mengarahkan pembagian ruang pada denah. Rumah tipe Gudang dan Bapang memiliki bentuk segi empat yang polos dan sangat sederhana. 1.
Rumah tipe Kebaya memiliki beberapa bagian, yaitu : a.
Langkan yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi sebagai serambi rumah, dibuat dari kayu atau bambu.
b.
Ruang depan, biasanya terbuka setiap saat tanpa ada pintu yang menghalangi seseorang untuk masuk, yang melambangkan sifat orang Betawi yang terbuka dan ramah.
c.
Balai-balai dari bambu, merupakan perlengkapan utama dan terdapat di ruang depan, fungsinya untuk menerima tamu.
d.
Atap dan wuwungan, jika dilihat dari depan akan tampak berbentuk segi tiga sama kaki dengan tambahan pet sebagai penahan hujan atau panas, sedangkan dari samping akan tampak berbentuk trapesium. Bagian atap (wuwungan) pada pertemuan sisi kaki segi tiga sama kaki dengan sisi kaki trapesium disebut jurai. Jurai adalah genting yang dipasangkan atau dipaku pada ander sebagai penghubung sisi kaki
153
segi tiga dengan sisi kaki trapesium untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam rumah. e.
Jendela bulat yang biasanya terdapat disamping kiri atau kanan ruang depan ada yang ditutup dengan daun jendela, sering kali ditutup dengan jeruji. Jendela bulat yang dikenal oleh orang Betawi adalah sama sekali tidak menggunakan daun jendela ataupun jeruji yang disebut melompang.
f.
Jendela intip, dua buah jendela yang terdapat dikiri kanan pintu masuk keruang dalam yaitu jendela berjeruji kayu berukir dan tidak berdaun jendela, fungsinya untuk mengintip tamu yang datang.
g.
Lantai rumah, baik lantai tanah maupun lantai rumah panggung biasanya jauh lebih tinggi dari halaman rumah, maksudnya untuk menghindari masuknya air ke dalam rumah, sedangkan rumah panggung juga berfungsi untuk menghindari gangguan binatang atau gangguan tamu-tamu di malam hari yang bermaksud kurang baik.
2.
Rumah tipe Joglo, beberapa bagian yang melengkapi adalah sebagai berikut: a.
Ruang depan, merupakan ruang terbuka dengan kayu jati terukir sebagai langkannya dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
b.
Ruang tamu perempuan, ruang tamu khusus untuk tamu wanita.
c.
Ruang tidur atau pangkeng.
d.
Pendaringan, yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tempayan berisi beras dan balai-balai kecil untuk meletakkan barang.
154
e.
Tapang, ruangan kecil dengan balai-balai yang berfungsi serba guna, di mana tersedia kendi dan peralatan minuman lainnya
f.
Dapur, di mana terdapat tungku tradisional dengan tiga lubang biasanya dari tanah liat.
g.
Kamar mandi, biasanya dilengkapi dengan padasan, sumur beserta senggotnya.
h.
Halaman rumah orang Betawi pada umumnya ditanami dengan berbagai macan tumbuhan. Apabila halaman rumah mencukupi maka beberapa jenis pohon yang biasa ditanam adalah ranbutan, nangka, kecapi, petai, jengkol, jamblang, duku, salak, tangkil.
i.
Diseputar rumah biasa ditanami pula dengan jenis tanaman perdu yang berfungsi sebagai apotek hidup seperti jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, beluntas, dan lain sebagainya.
(Gambar 4.36. Rumah Adat Betawi Tipe Bapang dan Gudang)
155
(Gambar 4.37. Rumah Adat Betawi Tipe Kebaya dan Joglo)
•
Ragam Hias pada Arsitektur Ragam hias Betawi disebut pula dekorasi gaya Betawi. Ragam hias
merupakan permainan geometri. Geometri adalah dasar untuk arsitektur, berbagai ragam hias, dan pengenalan dunia simbol. Ragam hias dapat ditempatkan dalam segala tempat. Misalnya pada bangunan rumah, perlengkapan rumah tangga, kerajian, perahu, hiasan pesta, alat kesenian, dan lain-lain. Ragam hias Betawi sudah ada sejak jaman neolitikum. Ketika itu sudah lazim digunakan bentuk cagak. Bentuk cagak menjadi ragam hias pada leher periuk tanah. Cagak mengalami pengembangan menjadi bentuk tumpal. Bentuk tumpal dalam kain batik Betawi berbentuk temu tumpal. Bentuk cagak maupun tumpal sebenarnya bentuk lain dari gunung. Nenek moyang orang Betawi menganggap gunung mempunyai kekuatan. Jadi bentuk cagak dan tumpal
156
mempunyai arti kekuatan. Beberapa ragam hias dan tempat diletakkannya sesuai fungsinya : Pada
rumah
tradisional
Betawi
diberi
ragam
hias gigi
balang. Gigi
balang diletakkan pada lisplang yang berfungsi memberi keindahan pada rumah.
Gigi Balang
(Gambar 4.38. Ragam Hias Gigi Balang)
Bentuk lain adalah banji. Banji memiliki pola segi empat. Pola ini terpengaruh kebudayaan Hindu yang artinya dinamis. Pola banji sering dikombinasi dengan unsur tumbuh-tumbuhan. Yang paling banyak dipilih adalah bunga lima atau bunga tapak dara. Bunga tapak dara dalam tradisi pengobatan Betawi berhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Unsur tumbuh atau flora lain yang digunakan sebagai ragam hias antara lain cempaka, jambu mede, delima, pucuk rebung, dan lain-lain. Bentuk ragam hias laian adalah matahari, kipas, varian botol. Yang paling jelas ragam hias ditemukan pada : langkan, tiang utama, garde, lisplang, siku yang berada di luar ceiling.
Corak Tapak Dara
(Gambar 4.39. Banji dengan Corak Bunga Tapak Dara)
157
(Gambar 4.40. Bentuk Asli Bunga Tapak Dara dan Setelah Menjadi Corak)
(Gambar 4.41. Siku yang Dibuat dengan Corak)
4.5
Citra Ruang Masyarakat berpendapat bahwa motor Cafe Racer merupakan motor yang
memiliki nilai classic, prestige dan oldschool. Secara garis besar suasana seperti nilai-nilai tersebut yang ingin ditampilkan dalam Galeri Motor Vintage karena perlu pencitraan masyarakat saat mendatangi tempat ini. Pencitraan ruang yang hangat, prestige, dan industry adalah pencitraan yang ingin ditampilkan dalam Galeri Motor Vintage. Kata hangat untuk mewakili kenyamanan ruang dengan intensitas warna dan cahaya yang cukup dan tidak terkesan redup. Suasana prestige yang dihadirkan mengingat produk utama yang terdapat di dalam galeri tersebut memiliki nilai jual dan eksklusifitas tinggi dan industry dalam penerapan sistem desain yang dimana gaya tersebut mengandung unsur green design.
158
4.6
Konsep Bentuk • Bentuk Furniture Penerapan bentuk geometris dan organik agar kesan ruangan lebih
dinamis dan fungsional. Bentuknya yang lebih mementingkan kegunaannya sehingga lebih mudah perawatanny, seperti pada filosofi masyarakat Betawi yang mementingkan efisiensi. Material pada furniture ini memakai percampuran dengan bahan dasar daur ulang sehingga cocok dengan iklim dunia akan gerakan Go Green dan penerapan konsep Industri Green Design.
(Gambar 4.42. Furniture yang menggunakan material daur ulang)
• Bentuk Elemen Interior Lantai salah satu bagian dari daya tarik suatu ruangan karena dapat berfungsi sebagai pemisah bagian ruangan tanpa adanya pembatas dinding yang secara langsung dapat menandai dan mempengaruhi suasana hati pengunjung. Penggunaan dominan epoxy cement plester membuat ruangan berbeda tanpa adanya batasan dan dapat membuat pengunjung merasakan ruangan yang terkesan luas dan menjadi bagian dari strategi desain. Dinding menjadi pembentuk suatu ruang yang menjadi perbedaan fungsi dan privasi antara ruang yang satu dengan ruang yang lain, sehingga aktifitas yang
159
dilakukan diantara ruangan tersebut tidak terganggu satu sama lainnya. Bentuk yang diterapkan pada dinding memakai kombinasi bentuk geometris dan organik seperti pada furniture. Pada ceiling tidak akan terlalu banyak diolah karena dengan adanya penerapan sistem expose ceiling sehingga membuat desainnya lebih maskulin dan mengurangi bahan baku dari segi financial.
4.7
Konsep material lantai, dinding dan ceiling Mengikuti pemilihan konsep material yang akan diterapkan pada elemen interior tersebut,seperti : 1. Lantai Menggunakan sistem epoxy cement plestered pada seluruh area dengan kombinasi material penutup lantai lain. Sistem lantai tersebut tentu di kombinasi dengan material lain seperti Tegel Kunci yang berbasis tanah liat dengan ornamen Betawi untuk menampilkan kesan prestige serta mewakili sisi Nostalgic tersebut dan merupakan penerapan bawaan terhadap nama brand yang dipakai yaitu Deus ex Machina. 2. Dinding Pada dinding dominan menggunakan bata yang diplester dengan semen, expose brick serta penambahan elemen reuse solid wood panel, pvc, kaca, alumunium dan unsur besi yang menampilkan sisi maskulin atas produk yang ditawarkan pada galeri.
160
3. Ceiling Pada ceiling dominan menggunakan sistem expose ceiling pada semua area, tetapi dikombinasi dengan menggunakan gypsum yang dilapisi cat dinding dan spandex tanpa finishing sebagai penutup ceiling pada area tertentu agar ruangan tidak terkesan monoton.
4.8
Konsep Warna Warna yang akan diterapkan dalam Galeri Motor Vintage ini berdasarkan
warna tetrad, skema warna yang menggunakan empat warna diatur ke dalam dua pasangan yang saling melengkapi. Skema warna ini menawarkan banyak kemungkinan variasi. Skema warna Tetrad bekerja lebih baik jika membiarkan satu warna menjadi warna dominan, dan juga harus memperhatikan keseimbangan antara warna-warna hangat dan sejuk dalam desain. Dominasi warna hangat bertujuan agar pengunjung yang datang dapat merasakan kenyamanan akan ke prestige-an sebuah ruang galeri motor yang didalamnya terdapat motor yang di display untuk membuat mata pengunjung terlintas pikiran akan ke ekslusifan produk tersebut. Dalam psikologi warna, makna akan warna bermacam-macam sehingga dapat mempengaruhi perasaan seseorang yang melihatnya, dan setiap warna memiliki karakter seperti berikut :
161
(Gambar 4.43. Skema Warna Tetrad)
1.
Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan/ berkuasa, aktif dan vital (hidup), panas membara, cinta.
2.
Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan kebahagiaan, keceriaan dan hati- hati.
3.
Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan.
4.
Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya baru, identik dengan pertumbuhan dalam lingkungan, pasukan perdamaian, dan kepuasan.
4.9
Konsep Pencahayaan Konsep Pencahayaan pada Galeri Motor Vintage dibagi menurut fungsi dan tujuannya, yaitu : 1. Pencahayaan pada Ruang Pamer dan Display •
Untuk ruang pamer, seperti motor yang dipajang stand on floor, akan diterapkan spotlight dan uplight.
162
•
Untuk display pada vitrine, pencahayaan menggunakan spotlight dengan tingkat luminer yang lebih rendah dibanding untuk stand on floor. Sehingga detail pada produk yang didisplay terlihat jelas dan tidak kalah terhadap cahaya.
•
Pada ruang pamer, menggunakan general lighting dan intensitas yang cenderung redup sehingga benda yang dipamerkan akan lebih menonjol dibanding sekitarnya.
2. Pencahayaan pada Ruang Kerja dan Workshop •
Penggunaan general lighting dengan intensitas cahaya yang terang dan warna cahaya putih agar mendukung aktifitas pada area kerja yang membutuhkan penerangan lebih dibandingkan area lain.
•
Pada area Workshop untuk ruang pengecatan, menggunakan neon lamp yang berfungsi agar ruangan sebagai oven, untuk ketelitian dan pengeringan yang merata.
3. Pencahayaan pada Kafe •
Menggunakan general lighting untuk pencahayaan dominan pada seluruh area Kafe, spotlight pada aksesoris di dinding, down light pada tiap peletakan meja kafe, dan continous light untuk memberi kesan mewah pada area bar dan open kitchen.
4.10
Konsep Penghawaan Penghawaan pada lingkungan ruang dalam bertujuan mengganti sirkulasi
udara yang ada di dalam ruang, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk dan nyaman walau berada didalamnya. Pada proyek perancangan Galeri Motor
163
Vintage ini menggunakan sistem penghawaan alami dan buatan, dan dijelaskan sebagai berikut : 1.
Penghawaan Alami Penghawaan yang berasal dari alam yaitu udara yang dihasilkan secara alami. Udara alami di Indonesia khususnya mempunyai suhu udara normal sekitar 22 derajat – 32 derajat celcius. Penghawaan alami dapat mengurangi biaya operasional dan pada bangunan juga terdapat banyak bukaan seperti jendela dan adanya banyak pepohonan pada area luar membuat udara di dalam ruang terasa lebih sejuk. Penghawaan ini diterapkan pada area Galeri, dominan area Workshop, Toko Merchadise dan Kafe.
2.
Penghawaan Buatan Pencahayaan ini merupakan pencahayaan berasal dari tenaga listrik yaitu pendingin ruangan seperti AC (Air Conditioner). Penggunaan AC diterapkan pada ruang kantor Galeri Motor Vintage, area Galeri dan Kafe.
4.11
Konsep Akustik Ruang Secara umum tidak menggunakan sistem akustik ruang yang khusus,
hanya saja dengan bentuk-bentuk bangunan yang jaraknya berjauhan sehingga membuat kadar kebisingan tiap-tiap area tereduksi dan tidak mengganggu aktifitas satu sama lain. Untuk mendapatkan kekedapan suara yang baik, dengan penggunaan batu bata saja telah membantu mengurangi kadar kebisingan akan suara. Perencanaan akustik yang hanya menggunakan batu bata sudah
164
mengendalikan kadar kebisingannya, karena batu bata sangat responsif terhadap pemantulan dan penyerapan bunyi. Khususnya pada area workshop ditambahkan dinding gypsum kedap suara agar kebisingan saat melakukan aktifitas disana tidak terjadi polusi suara, walaupun jarak yang jauh dengan pemukiman umum, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak mengganggu pemukiman sekitar.
4.12
Konsep Keamanan dan Signage Di area loading lock dan kantor galeri, pada pintu menggunakan sistem
kunci dengan finger print, sehingga pihak yang tidak berkepentingan dilarang memasuki area tersebut. Pada signage diberi petunjuk jalan dari area yang satu ke area yang lain, mengingat area-area terancang secara terpisah. Keamanan pada bangunan sendiri dibantu dengan jasa security 24 jam, diluar dan didalam bangunan disertai kamera CCTV untuk mengantisipasi kejahatan yang terjadi sehingga aktifitas terekam keseluruhan.