BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
4.1 4.1.1
Klasifikasi Apartemen Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan dan Kepemilikan Berdasarkan tipe pengelolaannya, apartemen yang akan dirancang merupakan apartemen perseorangan atau condominium dimana apartemen tersebut merupakan milik perseorangan atau penghuni apartemen. Penghuni akan tetap membayar biaya perawatan dan service kepada pengelola apartemen. Kepemilikan apartemen merupakan apartemen dengan sistem beli atau ownership.
4.1.2
Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tinggi dan Besar Bangunan Apartemen yang akan dirancang merupakan apartemen dengan klasifikasi High-rise Apartment, dengan ketinggian apartemen 18 lantai yang dilengkapi dengan full service dan security serta fasilitas lainnya.
4.1.3
Klasifikasi Apartemen BerdasarkanSirkulasi Horisontal dan Vertikal Apartemen yang akan dirancang adalah apartmen dengan sirkulasi horisontal berupa tipeDouble-loaded corridor apartment, dimana 1 koridor melayani dua sisi unit apartemen. Apartemen ini menggunakan lift sebagai sirkulasi vertikal utamanya dan memiliki tangga darurat sebagai sirkulasi vertikal skunder untuk keadaan darurat ketika terjadi bencana. Lift yang digunakan berhenti disetiap lantai bangunan (full zone) dan terdapat 1 lift servis yang digunakan untuk akses perawatan gedung, dll. Berikut adalah perhitungan kebutuhan lift yang dibutuhkan untuk bangunan apartemen dengan ketinggian 18 lantai: Dik. Jumlah Lantai
=
18 Lantai
Luas Lantai
=
904,65 m2/lantai
Tinggi f2f
=
3,5 meter
39
40 Standar perhitungan lift yang digunakan - PHC untuk apartemen
=
5-7%
=5%
- D untuk apartemen
=
1,5 orang/bed
=6-10 m2 atau 6-8m2
- Kec. Lift untuk 18 lantai
=
210-240 m/menit
=3,75 m/s
- Kapasitas Penumpang
=
12 orang
=12
- Jumlah Penumpang
=
80% x 12 orang
= 9,6=10
L
=
Beban Puncak Lift
a
=
Luas per Lantai Bangunan
c
=
5 x N x P x 0,3
N
=
Jumlah lift dalam bangunan
P
=
kapasitas Orang per Lift
keterangan
=1,5NP
80% x Jumlah penumpang dalamlift
Beban Puncak Lift
=
n
=
jumlah lantai bangunan
b
=
Luas lantai bersih per orang
=
PHC (a-c)n
L
b =
6% (904,65-1,5 N.10) 18 7
=
6% x 904,65 x 18 - 6% x 1,5 N X10 x 18 7
=
101,773125 -1,6875 N
Daya Angkut satu kereta dalam 5 menit h
=
5 x 60 detik x P RT
=
300 P RT
RT (Round Trip Time) - Pintu lift membuka di lantai dasar
=
2 detik
- penumpang masuk 1,5 detik x kapasitas lift
=
1,5 x 10 org
- Pintu lift tutupkembali
=
2 detik
- pintu lift membuka di setiap lantai
=
(n-1)x 2 detik
- penumpang meninggalkan lift di setiap lantai
=
1,5 x 10 org
- pintu lift menutup kembali di setiap lantai
=
(n-1)x 2 detik
- perjalanan lift pulang pergi
=
2(n-1) t=29,01333 detik s
- pintu Lift membuka di lantai dasar
=
2 detik
Sehingga RT
=
133,01333 detik
41 Daya angkut N kereta dalam 5 menit hN
=
300 P N RT
=
300 x 10 x N
=
22,55412991N
135,7333 Persamaan: L
=
h
PHC (a - c ) n
300 P
b
RT
Sehingga:
4.1.4
139,5745714 - 2,314285714 N
=
22,1021611
N
101,773125
=
24,24162991
N
N
=
4,198278968
= 5 buah lift
Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Unit dan Golongan Sosial Perancangan unit apartemen yang akan dirancang adalah apartemen studio,2,dan 3 kamar tidur (bedroom). Apartemen yang dirancang dengan target sosial menengah ke atas karena Jakarta selatan memiliki banyak perumahan kelas menengah ke atas dan sentra perkantoran paling aktif membuat pertumbuhan ekonomi diwilayah ini cukup pesat. Tingginya aktifitas ekonomi pada wilayah ini dibarengi dengan permintaan sektor properti yang cukup ramai.
4.2 4.2.1
Program Ruang Apartemen Aktivitas Penghuni Apartemen Aktivitas penghuni yang dijadikan acuan dalam perancangan apartemen ini adalah aktivitas pasangan suami istri.
Tabel 4.1 Aktivitas Penghuni Apartemen Suami
Waktu 05.00 – 06.00
-
Istri
Bangun untuk mempersiapkan sarapan bagi keluarga dan membersihkan beres apartemen.
atau
beres-
42 Waktu
Suami
06.00 – 07.00
Istri
Bangun, diteruskan olah-raga Membantu ringan,
mandi,
sarapan. mempersiapkan
Sarapan
keluarga
biasanya kegiatan
dilakasanakan didapur. 07.30 – 08.30
08.30 – 10.00
keluarga diri
untuk
harinya
seperti
berkerja ataupun sekolah.
Berangkat kerja (Kecuali hari Melakukan perkerjaan rumah khusus dan libur).
tangga.
-
Berbelanja
ke
supermarket
atau pasar tradisional terdekat. 10.00 – 11.30
-
Memasak dan mempersiapkan makan siang keluarga
12.00 – 13.00
Makan siang, Pada umumnya Makan siang dan beristirahat dilakukan
di
luar
rumah siang
dilanjutkan
dengan
optional
seperti
kecuali pada hari libur atau kegiatan hari khusus.
berolah raga bersama temanteman,
berbelanja,
berkerja
sambilan dan lainnya. 17.00 – 18.00
Pulang
kantor,
melakukan Masak
kegiatan
fitness
di
dan
mempersiapkan
fitness makan malam keluarga.
centre (optional) atau istirahat di rumah sambil membaca atau menonton TV. 18.00 – 19.00
Makan malam bersama
Makan malam bersama
keluarga di ruang makan, atau keluarga, seminggu makam
sekali
makan catering
bila
diluarbersama jamuanmakan
keluarga, atau sering menjamu bantuan teman/relasi minum-minum. 19.00 – 21.00
atau
mengatur mengadakan
malamdengan
tenaga
catering
bersama
keluarga,
service.
Istirahat dan persiapan hari Acara
esok dan di lanjutkan dengan bersantai diruang keluarga dan tidur.
dilanjutkan dengan tidur.
Sumber: www.adhisthana.tripod.com. Akses Maret 2014
43 4.2.2
Aktivitas Pengelola Apartemen
Waktu Jam Kerja
Jam Kerja
Tabel 4.2 Aktivitas Pengelola Apartemen Jabatan Perkerjaan Pimpinan
dan Mengkoordinasikan berlangsungnnya kegiatan
pengurus
kepegawaian, keuangan dan tata usaha dalam
administasi
bangunan apartemen.
Resepsionis
Menerima pesan, menerima pengaduan dan informasi dari penghuni apartemen. Menjadi perantara untuk menerima tamu penghuni.
Jam Kerja
Tenaga penunjang Memberikan pelayanan kesehatan, rekreasi dan kegiatan
Jam Kerja
Jam Kerja
Mekanikal
kebutuhan sehari-hari. dan Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan
Elektrikal
perbaikan dari seluruh unsur ME bangunan.
House Keeping
Bertanggung
jawab
atas
pemeliharan
kebersihan apartemen. Jam Kerja
Pelayanan
Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
Kesehatan
para penghuni apartemen bila dibutuhkan terutama dalam kasus emergency.
24 Jam
Security
Berkerja dalam shift untuk menjaga keamanan penghuni.
Sumber: www.adhisthana.tripod.com. Akses Maret 2014
44
4.2.3
Klasifikasi Kebutuhan Ruang
Tabel 4.3 Klasifikasi Kebutuhan Ruang Kebutuhan Ruang Aktivitas
Lobby
Penerima tamu, pusat Orientasi ke ruang lain
Longue
Tempat istirahat, duduk dan komunikasi
Informasi
Tempat bertanya informasi dalam ruangan
Lobby Lift
Ruang tunggu lift
Unit Toko
Ruang aktifitas belanja-belanja penghuni atau tamu pendatang
Hipermarket
Tempat belanja untuk penghuni atau publik
Food Court
Tempat santai-santai dan makan bersama keluarga
Resto Center
Tempat makan penghuni dan publik
Atm Center
Tempat transaksi uang
Ruang Fitness
Ruang kesehatan jasmani
Ruang Aerobik
Ruang kesehatan jasmani
Ruang Ganti & Locker
Ruang ganti Fitnes dan aeorbik
Shower & Toilet
Ruang mandi fitness
LiftPenumpang
Lift servis mengontrol barang-barang
LiftServis
Liftmanagement servis apartemen dan ruang penunjang
Tangga Kebakaran
Tangga darurat penghuni apartemen
Laundry & Linen
Layanan pangan penghuni
Ruang Karyawan
Ruang karyawan apartemen
Musholla
Musholla karyawan servis dan pengelola apartemen
Ruang Security
Ruang keamanan dan penjagaan satpam
Ruang Travo
Ruang distribusi listrik
Ruang Genset
Ruang mengontrol listrik
Reservoir Tank
Ruang distribusi air
Tendon Air Bersih dan Kebakaran
Ruang distribusi air
Ruang Pompa
Ruang distribusi air
STP
Ruang kontrol
Ruang Sampah
Ruang Management sampah
45 Kebutuhan Ruang
Aktivitas
Ruang Apartemen Unit
Unit apartemen studio
A Ruang Apartemen Unit
Unit apartemen 2 bedroom
B Ruang Apartemen Unit
Unit apartemen 3 bedroom
C
4.2.4
Kantor Staff Apartemen
Ruang pengelola
Ruang Kerja Manajer
Ruang pengelola
R. General Manajer
Ruang pengelola
R. Asistensi GM
Ruang pengelola
R. Kerja Sekretaris
Ruang pengelola
Lapangan Tennis
Ruang olahraga dan permainan penghuni
Locker
Ruang ganti olahraga dan permainan
Shower & Toilet
Ruang mandinya
Kolam Renang Dewasa
Kolam renang dewasa penghuni
Kolam Renang Anak
Kolam renang anak-anak atau keluarga penghuni
Locker
Ruang ganti kolam renang
Standar Luasan Kebutuhan Ruang Tabel 4.4 Standar Luasan Kebutuhan Ruang Ruang
Unit Studio
Sifat
Standar
Ruang
Ruang
Private
Kapasitas
2Orang
Luas
52.2
Jumlah
Luas
Ruang
Total
64
- R. Keluarga
4 m2/ Org
2 Orang
8 m2
1 Ruang
8 m2
- R. Makan
1.75 m2/ Org
2 Orang
3.5 m2
1 Ruang
3.5 m2
- R. Tidur
10 m2/ Org
2 Orang
20 m2
1 Ruang
20 m2
- R. Mandi
6 m2/ Org
1 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
- Dapur
3 m2/ Org
2 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
3340,8 m2
46 Ruang
Sifat
Standar
Ruang
Ruang
Luas
Jumlah
Luas
Ruang
Total
-
3 Orang
68.25
- R. Keluarga
4 m2/ Org
3 Orang
12 m2
1 Ruang
12 m2
- R. Makan
1.75 m2/ Org
3 Orang
5.25 m2 1 Ruang
5.25 m2
- R. Tidur Utama
10 m2/ Org
2 Orang
20 m2
1 Ruang
20 m2
- R. Mandi Utama
6 m2/ Org
1 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
- R. Tidur
8 m2/ Org
1 Orang
8 m2
1 Ruang
8 m2
2
Unit 2 Bedroom
Private
Kapasitas
2
96
- R. Mandi
6 m / Org
1 Orang
5m
1 Ruang
6 m2
- Dapur
3 m2/ Org
2 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
-Gudang
3 m2/ Org
2 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
7862,4 m2
-
4 Orang
97,2
- R. Keluarga
4 m2/ Org
4 Orang
16 m2
1 Ruang
16 m2
- R. Makan
1.75 m2/ Org
4 Orang
7 m2
1 Ruang
7 m2
- R. Tidur Utama
10 m2/ Org
2 Orang
20 m2
1 Ruang
20 m2
- R. Mandi Utama
6 m2/ Org
1 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
- R. Tidur
8 m2/ Org
1 Orang
8 m2
2 Ruang
16 m2
- R. Mandi
6 m2/ Org
1 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
- Dapur
3 m2/ Org
2 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
-Gudang
3 m2/ Org
2 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
Unit 3 Bedroom
Private
128
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
12441,6 m2
-
-
-
1
- Lobby
0.9 m2/ Org
6 Orang
5.4 m
1 Ruang
5.4 m2
- Receptionist
10 m2/ Unit
2 Orang
10 m2
1 Unit
10 m2
- R. Fitness
3 m2/ Alat
30 Orang
90 m2
1 Ruang
90 m2
- R. Locker
16 m2/ Unit
5 Orang
32 m2
2 Unit
64 m2
- R. Ganti
0.9m2/ Unit
1 Orang
0.9 m2
10 Unit
90 m2
- R. Shower
1.5 m2/ Org
1 Orang
1.5 m2
4 Ruang
6 m2
- Toilet
1.25 m2/ Org
1 Orang
1.25 m2 4 Ruang
4.96 m2
- Spa
0.9 m2/ Org
6 Orang
5.4 m2
1 Ruang
5.4 m2
- R. Aerobik
80 m2/ Unit
10 Orang
80 m2
1 Ruang
80 m2
- Gudang
20 m2/ Unit
2 Orang
20 m2
1 Ruang
20 m2
Fitness Center
Semi Publik
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
451 m2
47 Ruang
Sifat
Standar
Ruang
Ruang
Luas
Jumlah
Luas
Ruang
Total
-
-
-
1
- Entrance Hall
1 m2/ Org
30 Orang
30 m2
1 Ruang
30 m2
- Receptionist
2 m2/ Org
3 Orang
6 m2
1 Ruang
6 m2
- Security
2 m2/ Org
2 Orang
4 m2
1 Ruang
4 m2
- R. Tunggu
1.2 m2/ Org
15 Orang
18 m2
1 Ruang
18 m2
- Toilet
1.25 m2/ Org
3 Orang
3.75 m2 2 Ruang
7.5 m2
Lobby Apartemen
Publik
Kapasitas
79 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
-
-
-
1
- Lobby
25 m2/ Org
1 Orang
25 m2
1 Ruang
25 m2
- R. Manager
25 m2/ Org
1 Orang
25 m2
1 Ruang
25 m2
- R. SDM
25 m2/ Org
1 Orang
25 m2
1 Ruang
25 m2
- R. Marketing
25 m2/ Org
2 Orang
50 m2
1 Ruang
50 m2
- R. Humas
25 m2/ Org
2 Orang
50 m2
1 Ruang
50 m2
- R. Sekretaris
15 m2/ Org
1 Orang
15 m2
1 Ruang
15 m2
- R. Finance
25 m2/ Org
2 Orang
50 m2
1 Ruang
50 m2
- R. Administrasi
15 m2/ Org
2 Orang
30 m2
1 Ruang
30 m2
- R. Arsip
15 m2
2 Orang
30 m2
1 Ruang
30 m2
- R. Rapat
12 m2
6 Orang
12 m2
1 Ruang
12 m2
- R. Tamu
2 m2/ Org
4 Orang
8 m2
1 Ruang
8 m2
- R. Istirahat + Sholat
2 m2/ Org
8 Orang
16 m2
1 Ruang
16 m2
- R. Pantry
5
5 % dari 1 Ruang
5 % dari
Area Pengelola
Privat
-
%
dari
2 Orang
kantor -
R.
2
Penanggung
kantor 2
-
kantor
4 m / Org
4 Orang
4m
1 Ruang
4 m2
1.25 m2/ Org
3 Orang
3.75 m2 2 Ruang
7.5 m2
Jawab Harian - R. Toilet
480 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
-
-
-
-
- ATM
8 m2/ ATM
1 Orang
8 m2
2 Unit
- Retail
54 m2
15 Orang
54 m2
10 Ruang
- Toilet
1.25 m2/ Org
3 Orang
3.75 m2 2 Ruang
Food and Retail
Publik
Semi
16 m2 540 m2 7.5 m2 676.2m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
Area Service
-
-
-
-
-
1.25 m2/ Org
25 Orang
31.25
-
Publik - R. Staff
1 Ruang
2
31.25 m2
m - R. Istirahat
2 m2/ Org
10 Orang
20 m2
1 Ruang
20 m2
- R. Loker
8 m2
3 Orang
8 m2
2 Ruang
8 m2
48 Ruang
Sifat
Standar
Ruang
Ruang 2
Kapasitas
Luas 2
Jumlah
Luas
Ruang
Total
- Pantry
5m
2 Orang
5m
1 Ruang
5 m2
- R. Operator
48 m2
-
48 m2
1 Ruang
48 m2
- R. Mesin AC
200 m2
-
200 m2
1 Ruang
200 m2
- R. Genset
200 m2
-
200 m2
1 Ruang
200 m2
- R. Trafo
20 m2
-
20 m2
1 Ruang
20 m2
- R. Main Panel
24 m2
-
24 m2
1 Ruang
24 m2
- R. Pompa Air
200 m2
-
200 m2
1 Ruang
200 m2
- Gudang
10 m2
-
10 m2
1 Ruang
10 m2
- R. CCTV
15 m2
1 Orang
15 m2
1 Ruang
15 m2
- R. Kontrol
20 m2
2 Orang
20 m2
1 Ruang
20 m2
- R. Lift
20 m2
-
20 m2
4 Ruang
20 m2 1525 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
Publik
Area Parkir
12.5 m2
10 Buah
125 m2
- Mobil Penghuni
12.5 m2
416 Buah
5200 m2
-
2 m2
20 Buah
40 m2
2 m2
20 Buah
40 m2
-
Mobil
Karyawan
dan Pengelolah
Motor
Karyawan
dan Tamu - Motor Penghuni
6486 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
Semi
-
-
-
- Area Bermain Anak
100 m2
-
100 m2
- Taman
-
-
-
Ruang Luar
-
-
Publik
- Kolam Renang
2
1.4 m / Org
20
100 m2 -
2
2
m
28 m
- Locker
2
2
16 m / Unit
5
80 m
2 Ruang
160 m2
- Shower
0.9m2/ Unit
5
4.5 m2
2 Ruang
9 m2
- R. Ganti
1.5 m2/ Org
5
7.5 m2
2 Ruang
15 m2
- Toilet
1.25 m2/ Org
3
2 Ruang
7.5 m2
3.75m2
Total Luasan + Sirkulasi 20 %
Sumber: Neufert’s Architects’ Data – Second Edition, 1980
Berikut adalah tabel total dari seluruh luasan ruang yang telah dihitung diatas, sebagi berikut:
383.4 m2
49 Tabel 4.5 Total Luasan Kebutuhan Ruang
4.2.5
Ruang
Luasan
Unit Studio
3340,8 m2
Unit 2 Bedroom
7862,4 m2
Unit 3 Bedroom
12441,6 m2
Lobby
79 m2
Fitness Center
451 m2
Food and Retail
676.2 m2
Area Pengelola
480 m2
Area Service
1525 m2
Ruang Luar
383.4 m2
Area Parkir
6486 m2
Total Luasan
33725,4 m2
Hubungan Antar Ruang Hubungan Antar Ruangan (Makro)
Gambar 4.1 Hubungan Antar Ruangan (Makro)
50 Hubungan Antar Ruangan (Mikro)
Hubungan Ruang Lantai 1
Hubungan Ruang Tower Apartemen
Gambar 4.2 Hubungan Antar Ruang Mikro
Ruang Penghuni (Unit Apartemen Studio)
Gambar 4.3 Hubungan Antar Ruangan Penghuni 1
Ruang Penghuni (Unit Apartemen2 dan 3Bedroom)
Gambar 4.4 Hunbungan Antar Ruangan Penghuni 2
51 4.3 4.3.1
Analisis Lokasi Tapak Analisis Pencapaian ke Tapak
Gambar 4.5 Pencapaian ke Tapak
Keterangan: = Jalan Asia-Afrika = Jalan Jendral Sudirman = Jalan Senopati = Jalan Pattimura = Jalan Sisingamangaraja =Jalan Taman Pakubuwono = Jalan Letnan Jendral SoePono Pencapaian ke tapak dari berbagai arah jalan; yakni dari jalan Asia Afrika, Jendral Sudirman, Senopati, Pattimura, Sisingamangaraja, Taman Pakubuwono, Letnan Jendral Soepono, dll.
52 4.3.2
Analisis Kondisi Lingkungan Tapak
±3 m
±10 m
Gambar 4.6 Kondisi Lingkungan Tapak
Keterangan: 1= Jalan Hang lekir 2, tepat berada di depan tapak 2= Gang / jalan disebelah tapak 3= Ruko yang berada pada sekitar tapak 4= Saluran / riol kota 5= The Joseph Wibowo Center (BINUS) 6= Universitas Prof. Moestopo
53
Gambar 4.7 ROW Jalan Hang Lekir II
Gambar 4.8 ROW Gang Hang Lekir
Berdasarkan hasil survei lebar jalan hang lekir 2 adalah ± 10 meter dan lebar jalan gang sebelah tapak adalah ± 3 meter sedangkan berdasarkan Lembar Rencana Kota (LRK), lebar jalan Hang Lekir 2 adalah 20 meter dan lebar jalan gang sebelah tapak adalah 6 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang menghadap jalan Hang Lekir 2 adalah 10 meter (Gambar 4.6) dan GSB yang menghadap gang adalah 5 meter (Gambar 4.7).
Gambar 4.9 Lebar Sungai Kondisi Sekarang
54
Gambar 4.10Lebar sungai berdasarkan Lembar Rencana Kota
Area sungai akan diolah sesuai dengan rencana tata kota dengan memperlebar sungai dan penambahan penghijauan pada pingir sungai untuk memperindah lingkungan tapak. Area sungai bisa digunakan untuk menyerap panas karena air pada umumnya mempunyai kemampuan menyerap panas yang tinggi. Jika air menguap dan dialirkan oleh angin maka akan menyebabkan udara menjadi lebih dingin sehingga area sungai bisa membuat lingkungan dengan udara yang lebih sejuk.
4.3.3
Analisis Aksesibilitas Tapak
Gang Buntu
Gambar 4.11 Aksesibilitas Area Hang lekir
Sirkulasi arah kendaraan pada tapak adalah satu arah, dimana kendaraan tidak boleh memutar balik langsung pada jalan tersebut.
55
GSB
Gambar 4.12Aksesibilitas luar Tapak
Lebar Garis sempadan bangunan (GSB) akan dijadikan Sirkulasi pejalan kaki atau pedestrian pada tapak untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada para pejalan kaki (karena pedestrian yang tidak nyaman bias mengakibatan para pejalan kaki lebih memilih berjalan di jalan raya yang beresiko tinggi) serta pedestrian yang lebar dapat meningkatkan kualitas daerah itu terkesan mewah.
Gambar 4.13 Jalur Enterance
Lihat gambar 4.10 yang dilingkari, jalan enterance dibuat jalur khusus untuk masuk ke dalam tapak yang berfungsi untuk keamanan para pembawa kendaraan (jalur lambat untuk masuk atau membelok ke tapak) dan berfungsi untuk kelancaran kendaraan (jika banyak kendaraan yang mau masuk ke tapak tidak terjadi kemacetan).
56
4.3.4
Analisis Penghijauan
Gambar 4.14 Penghijauan dan Pedestrian pada Tapak
Penghijauan pada sekitar tapak memberikan kenyamanan kepada para pejalan kaki dengan lingkungan yang sejuk.
4.3.5
Analisis Kebisingan
57
U
Gambar 4.15 Kebisingan pada Tapak
Kebisingan yang paling banyak dan besar adalah pada bagian depan tapak (jalan hang lekir 2). Perlu diperhatikan penataan ruang yang baik untuk mengendalikan kebisingan yang terjadi.
4.3.6
Analisis Matahari
N 345°
15°
330°
30°
315°
45°
300°
60°
1 st Ju l
1 st Ju n
1 st A u g 75°
285° 1 st M a y
17
14
15
16
13
12
11
10
09
08
07
1 st S e p
1 st A p r 270°
90° 1 st O c t
1 st M a r
255° 1 st Fe b 1 st Ja n
17 18
16
14
15
13
12
11
10
9
U
1 st N o v 105° 8
240°
225°
7
6 1 st D e c
120°
135°
210°
150° 195°
165° 180°
Gambar 4.16 Analisis Matahari
Pada area timur mempunyai potensi untuk memanfaatkan cahaya yang sehat untuk para penghuni. Namun pada area barat diperlukan perhatian
58 khusus untuk mengurangi panasnya cahaya matahari yang masuk ke bangunan.
59
4.3.7
Analisis Angin Berikut adalah wind rose atau arah angin dan kecepatan angin pada Jakarta, Indonesia berdasarkan Weather Tool 2011, Ecotect Analysis, Autodesk.
Gambar 4.17Wind Rose Jakarta, Indonesia per month Sumber: Weather Tool, Ecotect Analysis 2011
Gambar 4.18Wind Rose Jakarta, Indonesia per Year Sumber: Weather Tool, Ecotect Analysis 2011
Keterangan:
60
= Warna yang terang adalah persentase pengaliran anginnya lebih sering. Berdasarkan Wind Rose dari Weather tool ecotect analysis 2011 didapatkan 3 (tiga) arah pengaliran angin dan kecepatan angin, yakni: • Timur Laut (sudut 72o) dengan kecepatan angin 11,6 km/h (3,22 m/s) • Selatan (sudut 180o)dengan kecepatan angin 16,7km/h (4,63 m/s) • Barat Daya (sudut 252o)dengan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s)
Gambar 4.19 Arah Angin pada Tapak
3 (tiga) arah angin yang datang pada tapak harus dilakukan analisis berupa simulasi CFD untuk mendapatkan pengaliran udara yang baik. Berikut adalah grafik kecepatan aliran angin 24 jam pada Jakarta, Indonesia berdasarkan Weather Tool 2011, Ecotect Analysis, Autodesk.
61
Gambar 4.20 Kecepatan Aliran Angin dalam 24 Jam Sumber: Weather Tool, Ecotect Analysis 2011
Berikut adalah grafik kecepatan aliran angin 24 jam pada Jakarta, Indonesia yang sudah dirata-ratakan berdasarkan Weather Tool 2011, Ecotect Analysis, Autodesk.
Gambar 4.21 Rata-Rata Kecepatan Aliran Angin dalam 24 Jam Sumber: Weather Tool, Ecotect Analysis 2011
Berikut adalah grafik kecepatan aliran angin dalam 24 jam dari bulan januari sampai desember.
Tabel 4.6 Kecepatan Aliran Angin dalam 24 Jam Tiap Bulan
Kecepatan Aliran Angin 24 Jam/Bulan Januari
62
Kecepatan angin tertinggi = 19,5 km/h Kecepatan angin terendah = 14 km/h Febuari
Kecepatan angin tertinggi = 16,5 km/h Kecepatan angin terendah = 10,1 km/h
Kecepatan Aliran Angin 24 Jam/Bulan Maret
Kecepatan angin tertinggi = 19.2 km/h Kecepatan angin terendah = 10,6 km/h April
Kecepatan angin tertinggi = 17,7 km/h Kecepatan angin terendah = 9 km/h Mei
Kecepatan angin tertinggi = 17,5 km/h Kecepatan angin terendah = 9,2 km/h Juni
63
Kecepatan angin tertinggi = 17,5 km/h Kecepatan angin terendah = 10,6 km/h Juli
Kecepatan angin tertinggi = 21,1 km/h Kecepatan angin terendah = 9,7 km/h
Kecepatan Aliran Angin 24 Jam/Bulan Agustus
Kecepatan angin tertinggi = 21,3 km/h Kecepatan angin terendah = 12,4 km/h September
Kecepatan angin tertinggi = 21,4 km/h Kecepatan angin terendah = 13,3 km/h Oktober
Kecepatan angin tertinggi = 19,2 km/h Kecepatan angin terendah = 11,2 km/h November
64
Kecepatan angin tertinggi = 20,9 km/h Kecepatan angin terendah = 14,2 km/h Desember
Kecepatan angin tertinggi = 18,9 km/h Kecepatan angin terendah = 13,4 km/h Sumber: Weather Tool, Ecotect Analysis 2011
Berikut adalah perhitungan rata-rata kecepatan angin dalam waktu 24 jam dari januari sampai desember:
Tabel 4.7 Rata-Rata Kecepatan Angin Tertinggi, Sedang dan Terendah
Kecepatan Angin
Kecepatan Angin
Tertinggi
Terendah
Januari
19,5
14
Febuari
16,5
10,1
Maret
19,2
10,6
April
17,7
9
Mei
17,5
9,2
Juni
17,5
10,6
Juli
21,1
9,7
Agustus
21,3
12,4
September
21,4
13,3
Oktober
19,2
11,2
November
20,9
14,2
Desember
18,9
13,4
Rata-rata
19,23
11,48
Bulan
Kecepatan Angin Sedang
15,2
Satuan
Km/h
65
Berdasarkan data di atas didapatkan data kecepatan angin tertinggi, sedang dan terendah 24 jam per tahun adalah pada bulan oktober sebagai berikut: • Kecepatan angin tertinggi adalah 19,23 km/h (5.34 m/s) • Kecepatan angin sedang adalah 15,2 km/h (4.22 m/s) • Kecepatan angin terendah adalah 11,48 km/h (3.19 m/s) • Persentase terjadinya kecepatan angin tertinggi pada jam 14.00-16.00 • Persentase terjadinya kecepatan angin terendah pada jam 04.00-07.00 Data-data waktu dan kecepatan angin pada bulan oktober akan dipakai untuk merancang luasan bukaan pada penghawaan hybrid dan waktu bukaan yang akan mempengaruhi faktor kebutuhan ACH (Air Changes per Hour)
Berikut adalah contoh bukaan jendela pada kecepatan angin terendah sampai kecepatan angin tertinggi:
Gambar 4.22 Contoh Bukaan / Jendela
Berdasarkan rumus perhitungan air changes per hour (ACH) ACH=Q/Vroom x3600 --> Q=0.025×A×v; menyatakan bahwa faktor atau variabel yang mempengaruhi ACH adalah Luas Bukaan(A), Kecepatan Angin pada Bukaan (v), dan Volume Ruangan (Vroom).
66
Gambar 4.23 Luas Bukaan pada Kecepatan Angin yang Berbeda
Untuk merancang sebuah ruangan yang memenuhi standar kebutuhan ACH, hal yang perlu diperhatikan adalah kecepatan angin dan luas bukaan. karena kedua variabel ini saling mempengaruhi jika kecepatan angin tinggi maka luas bukaan yang dibutuhan akan kecil dan jika kecepatan angin rendah maka luas bukaan yang dibutuhkan akan besar atau sebaliknya.
4.4
Analisis Pengukuran Kecepatan Angin Pengukuran kecepatan angin dilakukan sebagai studi dalam penelitian untuk mendapatkan nilai ratio perubahan kecepatan angin pada setiap ketinggian bangunan dan perubahan kecepatan angin. Data yang didapatkan akan digunakan sebagai data pembanding dan dokumen pendukung teori.
4.4.1
ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan Observasi kecepatan pergerakan angin dengan anemometer di gedung parkir mobil ITC Permata HijauJl. Letjen. Supeno (arteri Permata Hijau), Kebayoran Lama, Grogol Utara, Jakarta Selatan pada tanggal 22 Maret 2014.
67
Gambar 4.24 Denah Lantai Parkir dan Posisi Titik Pengukuran Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 4.25 Potongan Lantai Parkir dan Posisi Titik Pengukuran
Pengukuran dilakukan secara periodik dengan pengukuran setiap 2 jam, yang dilakukan pada jam 11, jam1 dan jam 3.
68 Tabel 4.8 Tabel Pengukuran Kecepatan Angin
Kesimpulan dalam hasil pengukuran kecepatan pergerakan angin pada ITC Permata Hijau adalah: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian ±10 meter adalah 2,26 • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian ±20 meter adalah 2,34 • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian ±30 meter adalah 2,96 Data kecepatan angin tersebut akan digunakan sebagai data analisa aliran angin dalam simulasi komputer Computational Fluid Dynamics (CFD).
4.4.2
Kalkulasi Faktor Angin Dari data hasil pengukuran kecepatan angin diITC Permata Hijau,faktor kecepatan angin pada ketinggian dapat ditentukan dengan bantuan Wind Factor Calculator yang dimiliki oleh Soren Krohn & Danish Wind Industry Association. Angka kecepatan angin yang diukur pada ITC Permata Hijau dimasukan kedalam kalkulator untuk mendapatkan kelas kekasaran lingkungan. Informasi ini akan memberikan kekasaran lingkungan pada tapak dengan melihat kepada kecepatan angin pada tapak.
Berikut adalah tabel kelas kekasaran lingkungan (Roughness class and lengths)
69 Tabel 4.9Roughness Class and Lengths
Sumber: http://wind-data.ch
Berikut adalah tabel kalkulasi kelas kekasaran lingkungan dan kecepatan angin dengan pemasukan data kecepatan angin hasil observasi lapangan pada kelas 4.0
Tabel 4.10 Kalkulasi Kekasaran Lokasi dan Kecepatan Angin (Kelas 4.0)
Sumber: Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003
Berikut adalah tabel kalkulasi kelas kekasaran lingkungan dan kecepatan angin dengan pemasukan data kecepatan angin hasil observasi lapangan pada kelas 3.0
70 Tabel 4.11 Kalkulasi Kekasaran Lokasi dan Kecepatan Angin (Kelas 3.0)
Sumber: Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003
Berikut adalah tabel kalkulasi kelas kekasaran lingkungan dan kecepatan angin dengan pemasukan data kecepatan angin hasil observasi lapangan pada kelas 2.0
Tabel 4.12 Kalkulasi Kekasaran Lokasi dan Kecepatan Angin (Kelas 2.0)
Sumber: Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003
71 Berikut adalah grafik faktor perubahan kecepatan angin yang terjadi dari kalkulasi kelas 3.0:
Gambar 4.26 Grafik Faktor Kecepatan Angin Sumber: Soren Krohn & Danish Wind Industry Association, 2003
Kesimpulan dari analisis kalkulasi faktor angin pada ITC Permata Hijau, Jakarta selatan adalah kelas kekerasan lingkungan (roughtness class) berada pada kelas 3.0.
72
4.4.3
Apartemen Green Bay Pluit, Jakarta Utara Observasi kecepatan pergerakan angin dengan hot wire anemometer di unit apartemen Green Bay Pluit, Jl. Pluit Karang Ayu, Blok B1, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara pada tanggal 23 Maret 2014.
Gambar 4.27 Denah Apartemen Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 4.28 Denah Unit Apartemen
Pengukuran dilakukan secara periodik dengan pengukuran setiap 2 jam, yang dilakukan pada jam 11.30, jam 01.30 dan jam 03.30.
73 Tabel 4.13 Tabel Pengukuran Kecepatan Angin R. Keluarga
Pengukuran kecepatan pergerakan angin pada ruang keluarga dengan beberapa kondisi ruangan tersebut sebagai berikut: • Ketinggian alat ukur ±1,7 meter • AC nyala • pintu utama dan pintu balkon terbuka • pintu kamar tidur tertutup • suhu tidak diukur Tabel 4.14 Tabel Pengukuran Kecepatan Angin K. Tidur
Pengukuran kecepatan pergerakan angin pada kamar tidur 1 dengan beberapa kondisi ruangan tersebut sebagai berikut: • Ketinggian alat ukur ±1,7 meter • AC nyala • pintu kamar tidur tertutup • bouvenlight tertutup • suhu tidak diukur Kesimpulan dalam hasil pengukuran kecepatan pergerakan angin pada apartemen Green Bay Pluit adalah:
74 • Rata-rata kecepatan angin pada ruang keluarga adalah 0,26 m/s • Rata-rata kecepatan angin pada koridor (posisi Y) adalah 0,2 m/s • Rata-rata kecepatan angin pada balkon (Posisi Z) adalah0,68 m/s • Rata-rata kecepatan angin pada kamar tidur 1 adalah0,25 m/s 4.4.4
Perhitungan Air Changes per Hour (ACH) Tahap 1 Berikut adalah perhitungan air changes per hour (ACH) ruang keluarga pada unit apartemen tersebut sesuai dengan data yang diperoleh Luas bukaan = 1,4 m2; kecepatan angin pada bukaan=0.68m/s; Volume ruang=36.45 m3:
2.35 Jumlah pergantian seluruh udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap jamnya pada ruang keluarga adalah 2.35 kali dengan kondisi pintu balkon dibuka untuk pengaliran udara. Air changes per hour (ACH) pada kamar tidur 2 jika dalam kondisi pintu tertutup akan mencapai titik 0 kali.
75
Gambar 4.29 Denah Unit Apartemen A
Dalam perhitungan ini akan diasumsikan kondisi ruangan dalam keadaan pintu terbuka (1,4m2) dan kecepatan angin terendah (0.1 m/s) dengan standar kebutuhan Ach 0,5 untuk mengetahui ukuran jendela pada ruang tersebut. Berikut adalah perhitungannya pada ruang keluarga+dapur (volume ruang 36.45 m3):
Berdasarkan perhitungan di atas menyatakan bahwa luas bukaan atau jendela yang dibutuhkan adalah sebesar 2 m2. Jika dikurangi luas bukaan (pintu balkon=1,4m2), maka masih kurang luas bukaan sebesar 0,6 m2.
76 Air changes per hour (ACH) pada kamar tidur 2 jika dalam kondisi pintu kamar tertutup akan mencapai titik 0 kali.
Gambar 4.30Denah Uunit Apartemen B
Dalam perhitungan ini akan diasumsikan kondisi ruangan dalam keadaan pintu terbuka (1,4m2) dan kecepatan angin terendah (0.1 m/s) dengan standar kebutuhan Ach 0,5 untuk mengetahui ukuran jendela pada ruang tersebut. Berikut adalah perhitungannya pada ruang keluarga+dapur (volume ruang 39.15 m3):
77 Berdasarkan perhitungan di atas menyatakan bahwa luas bukaan atau jendela yang dibutuhkan adalah sebesar 2.2 m2. Jika dikurangi luas bukaan (pintu balkon=1,4m2), maka masih kurang luas bukaan sebesar 0,8 m2. Pada tata ruang diatas, kamar tidur 1 dan 2 terdapat bukaan atau jendela, di mana bukaan tersebut untuk pertukaran udara pada ruangan tersebut.
4.5
Simulasi Computational Fluid Dynamics(CFD)Tahap 1 Simulasi CFD dilakukan pada lokasi dengan 3 (tiga) arah datangnya angin yaitu dari arah Timur laut (sudut 72o), selatan (sudut 180o) dan barat daya (sudut 252o) dan pembagian 3 titik / zona (maksimal tinggi bangunan adalah 18 lantai) yaitu dengan ketinggian 10 meter, 30 meter dan 50 meter dari tanah.
4.5.1
Simulasi CFD pada Lingkungan Tapak Arah Angin dari Timur Laut (sudut 72o) Berikut adalah Simulasi CFD pada Ligkungan Tapak dengan Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) dan kecepatan angin 11,6 km/h (3,22 m/s)
Simulasi pada ketinggian 10 meter (XY View)
78
U
Gambar 4.31 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 10 meter (Sudut 72o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 10meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 10 meter adalah 0,68 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah Timur laut dengan sudut 72o, terjadi sedikit perubahan pada bagian yang dilingkari dikarenakan ada bangunan yang tingginya 3-4 lantai.
Simulasi pada ketinggian 30 meter (XY View)
79
U
Gambar 4.32 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 30 meter (Sudut 72o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 30meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 30 meter adalah 0,96 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah Timur laut dengan sudut 72o, tidak terjadi perubahan aliran angin pada tapak karena tidak ada bangunan tinggi.
80
Simulasi pada ketinggian 50 meter (XY View)
U
Gambar 4.33Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 50 meter (Sudut 72o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 50meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 50 meter adalah 1,14 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah Timur laut dengan sudut 72o, tidak terjadi perubahan aliran angin pada tapak karena tidak ada bangunan tinggi.
81
Simulasi pada tampak Selatan (XZ View)
1
Gambar 4.34 Simulasi pada Tampak Selatan (Sudut 72o)
Simulasi pada tampak Timur (YZ View)
2
Gambar 4.35 Simulasi pada Tampak Timur (Sudut 72o)
Hasil simulasi CFD lingkungan yang dilihat dari sisi XY view dan YZ view adalah aliran angin akan stabil atau lurus jika tidak ada massa bangunan
82 (lihat lingkaran 1 pada gambar di atas) dan akan berubah arah aliran angin jika terdapat massa bangunan (lihat lingkaran 2 pada gambar di atas). Arah Angin dari Selatan (sudut 180o) Berikut adalah Simulasi CFD pada Ligkungan Tapak dengan Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) dan kecepatan angin 16,7 km/h (4,63 m/s)
Simulasi pada ketinggian 10 meter (XY View)
U
Gambar 4.36 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 10 meter (sudut 180o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 10meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 10 meter adalah 0,85 m/s
83 • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah Timur laut dengan sudut 180o, terjadi sedikit perubahan pada bagian yang dilingkari dikarenakan ada bangunan yang tingginya 3-4 lantai.
Simulasi pada ketinggian 30 meter (XY View)
U
Gambar 4.37 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 30 meter (sudut 180o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 30meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 30 meter adalah 1,30 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah Timur laut dengan sudut 180o, tidak terjadi perubahan aliran angin pada tapak karena tidak ada bangunan tinggi.
84
Simulasi pada ketinggian 50 meter (XY View)
U
Gambar 4.38 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 50 meter (sudut 180o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 50meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 50 meter adalah 1,58 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah Timur laut dengan sudut 180o, tidak terjadi perubahan aliran angin pada tapak karena tidak ada bangunan tinggi.
85
Simulasi pada tampak Selatan (XZ View)
2
Gambar 4.39 Simulasi pada Tampak Selatan (sudut 180o)
Simulasi pada tampak Timur (YZ View)
1
Gambar 4.40Simulasi pada Tampak Timur (sudut 180o)
Hasil simulasi CFD lingkungan yang dilihat dari sisi XY view dan YZ view adalah aliran angin akan stabil atau lurus jika tidak ada massa bangunan
86 (lihat lingkaran 1 pada gambar di atas) dan akan berubah arah aliran angin jika terdapat massa bangunan (lihat lingkaran 2 pada gambar di atas). Arah Angin dari Barat Daya (sudut 252o) Berikut adalah Simulasi CFD pada Ligkungan Tapak dengan Arah datang angin dari Barat Daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11km/h (3,05 m/s)
Simulasi pada ketinggian 10 meter (XY View)
U
Gambar 4.41 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 10 meter (sudut 252o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 10meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 10 meter adalah 0,53 m/s
87 • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah barat daya dengan sudut 252o, terjadi sedikit perubahan pada bagian yang dilingkari dikarenakan ada bangunan yang tingginya 3-4 lantai.
Simulasi pada ketinggian 30 meter (XY View)
U
Gambar 4.42 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 30 meter (sudut 252o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 30meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 30 meter adalah 0,89 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah barat daya dengan sudut 252o, tidak terjadi perubahan aliran angin pada tapak karena tidak ada bangunan tinggi.
88 Simulasi pada ketinggian 50 meter (XY View)
U
Gambar 4.43 Simulasi CFD Lingkungan pada ketinggian 50 meter (sudut 252o)
Berikut adalah hasil simulasi CFD lingkungan pada ketinggian 50meter, yakni: • Rata-rata kecepatan angin pada ketinggian 50 meter adalah 1,11 m/s • Arah aliran angin pada tapak mayoritas dari arah barat daya dengan sudut 252o, tidak terjadi perubahan aliran angin pada tapak karena tidak ada bangunan tinggi.
89
Simulasi pada tampak Selatan (XZ View)
1
Gambar 4.44 Simulasi pada Tampak Selatan (sudut 252o)
Simulasi pada tampak Timur (YZ View)
2
Gambar 4.45Simulasi pada Tampak Timur(sudut 252o)
Hasil simulasi CFD lingkungan yang dilihat dari sisi XY view dan YZ view adalah aliran angin akan stabil atau lurus jika tidak ada massa bangunan
90 (lihat lingkaran 1 pada gambar di atas) dan akan berubah arah aliran angin jika terdapat massa bangunan (lihat lingkaran 2 pada gambar di atas). Simulasi CFD dilakukan pada kawasan sekitar tapak untuk mengetahui apakah bangunan kawasan sekitar tapak mempengaruhi kecepatan angin pada tapak. Dari hasil simulasi diatas dapat dilihat tidak ada pengaruh kecepatan angin yang diakibatkan bangunan sekitar tapak.
4.5.2
Simulasi CFD pada Gubahan Massa Gubahan Massa A
Gambar 4.46 Gubahan Massa A
Bentuk bujur sangkar merupakan bentuk dasar dari analisis simulasi CFD ini. Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa A (bentuk bujur sangkar) dengan Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) dan kecepatan angin 11,6 km/h (3,22 m/s) Tabel 4.15 Simulasi Gubahan Masa A (Sudut 72o/252o)
Arah datang angin dari Timur Laut /Barat Daya (sudut 72o/252o) Gubahan Massa A
Keterangan
Zone 1 ±10 m 72o Zone 2 ±30 m
252o
91 Arah datang angin dari Timur Laut /Barat Daya (sudut 72o/252o) Gubahan Massa A
Keterangan
Zone 3
Orientasi / tata letak massa
±50 m
bangunan dengan kemiringan 72o/252o supaya angin yang dari
Arah Angin
arah timur laut / barat daya (sudut 720/252o) bisa memasuki ruang koridor. Dari hasil simulasi, area Timur laut bangunan terdapat tekanan angin yang tinggi dan pada area barat daya bangunan terdapat tekanan angin yang
Side
rendah
View
Bangunan berbentuk bujur sangkar memiliki koridor yang
Pers
panjang
pec tive
bukaan
sehingga pada
diperlukan pertengahan
bangunan supaya aliran angin bisa
mengalir
di
sepanjang
koridor.
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa A (bentuk bujur sangkar) dengan Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) dan kecepatan angin 16,7 km/h (4,63 m/s)
92 Tabel 4.16 Simulasi Gubahan Masa A (Sudut 180o)
Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) Gubahan Massa A
Keterangan
Zone 1 ±10 m 180o
Dari hasil simulasi, area
Zone 2 ±30 m
selatan
bangunan
terdapat
tekanan angin yang tinggi dan pad30a area utara bangunan terdapat tekanan angin yang rendah Zone 3
Bangunan berbentuk bujur
±50 m
sangkar memiliki koridor yang panjang
sehingga
bukaan
pada
diperlukan pertengahan
bangunan supaya aliran angin bisa
mengalir
di
sepanjang
Arah
koridor. Dengan adanya aliran
Angin
angin yang datang dari arah selatan bisa memaksimal aliran udara
pada
membuat
koridor
bukaan
dengan
pada
area
selatan bangunan. Aliran
angin
mengalir
langsung menghadapi unit-unit apartemen yang menghadap sisi Side View
selatan,
namun
pada
sebaliknya aliran angin
sisi
93 Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) Gubahan Massa A
Keterangan menjadi pelan.
Pers pec tive
Berdasarkan hasil simulasi diatas bentuk bujur sangkar (gubahan massa A) memiliki potensi untuk aliran angin yang baik. Tetapi orientasi bangunan bujur sangkar pada lahan tapak tersebut adalah kurang baik/tidak cocok dan pada unit apartemen yang saling berhadapan tidak mendapat view.
Gubahan Massa B
Gambar 4.47 Gubahan Massa B
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa B (bentuk Ellipse) dengan Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o/252o) dan kecepatan angin 11,6 km/h (3,22 m/s): Tabel 4.17Simulasi Gubahan Masa B (Sudut 72o/252o)
Arah datang angin dari Timur Laut / Barat Daya(sudut 72o/252o) Gubahan Massa B
Keterangan
Zone 1 72o
±10 m 252o
94 Arah datang angin dari Timur Laut / Barat Daya(sudut 72o/252o) Gubahan Massa B
Keterangan
Zone 2
Orientasi / tata letak massa
±30 m
bangunan dengan kemiringan 72o/252o supaya angin yang dari
Zone 3 ±50 m
arah Timur laut / barat daya (sudut 720/252o) bisa memasuki ruang koridor. Dari hasil simulasi, area
Arah Angin
Timur laut bangunan terdapat tekanan angin yang tinggi dan pada area barat daya bangunan terdapat tekanan angin yang rendah Bangunan berbentuk bujur
Side View
sangkar memiliki koridor yang panjang bukaan
sehingga pada
diperlukan pertengahan
bangunan supaya aliran angin Pers pec tive
bisa
mengalir
di
sepanjang
koridor. Aliran angin pada area barat daya menjadi lebih baik karena area biru lebih sempit pada hasil simulasi.
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa B (bentuk Ellipse) dengan Arah datang angin dari selatan (sudut 180o) dan kecepatan angin 16,7 km/h (4,63 m/s):
95 Tabel 4.18 Simulasi Gubahan Masa B (Sudut 180o)
Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) Gubahan Massa B
Keterangan
Zone 1 ±10 m
180o Zone 2 ±30 m
Dari hasil simulasi, area selatan
bangunan
terdapat
tekanan angin yang tinggi dan pada
area
utara
bangunan
terdapat tekanan angin yang rendah. Zone 3 ±50 m
Dengan
adanya
aliran
angin yang datang dari arah selatan bisa memaksimal aliran udara
pada
membuat Arah Angin
koridor
bukaan
dengan
pada
area
selatan bangunan. Aliran angin pada area utara menjadi lebih baik karena area biru lebih sempit pada hasil simulasi. Aliran
angin
mengalir
langsung menghadapi unit-unit Side
apartemen yang menghadap sisi
View
selatan, namun pada sisi
96 Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) Gubahan Massa B Pers pec tive
Keterangan sebaliknya aliran angin menjadi pelan.
Berdasarkan hasil simulasi diatas bentuk ellipse (Gubahan Massa B) memiliki potensi untuk aliran angin yang lebih baik dibandingkan bentuk bujur sangkar. Orientasi bangunan ellipse pada lahan tapak tersebut adalah baik. Tetapi pada unit apartemen yang saling berhadapan tidak mendapat view.
Gubahan Massa C
Gambar 4.48 Gubahan Massa C
Bentuk hasil offset dari bentuk lahan tapak dilakukan untik membuat bentuk yang unik. Dengan bentuk seperti di atas dapat memaksimalkan unit apartemen. Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa C (bentuk tapak) dengan Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) dan kecepatan angin 11,6 km/h (3,22 m/s):
97 Tabel 4.19Simulasi Gubahan Masa C (Sudut 72o)
Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) Gubahan Massa C
Keterangan
Zone 1 72o
±10 m
Zone 2 ±30 m Zone 3
Dari hasil simulasi, area
±50 m
Timur laut bangunan terdapat tekanan angin yang tinggi dan
Arah Angin
pada area barat daya bangunan dan
void
bangunan
terdapat
tekanan angin yang rendah Unit
apartemen
yang
menghadap void mendapat aliran angin yang dikit dan pelan. Side View
Sehingga
diperlukan
bukaan pada bangunan untuk mengalirkan angin pada seluruh
Pers
bangunan.
pec tive
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa C (bentuk tapak) dengan Arah datang angin dari selatan (sudut 180o) dan kecepatan angin 16,7 km/h (4,63 m/s):
98 Tabel 4.20Simulasi Gubahan Masa C (Sudut 180o)
Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) Gubahan Massa C
Keterangan
Zone 1 ±10 m
180o
Zone 2 ±30 m
Dari hasil simulasi, area selatan
bangunan
terdapat
tekanan angin yang tinggi dan pada area utara bangunan dan void bangunan terdapat tekanan angin yang rendah. Zone 3 ±50 m
Unit
apartemen
yang
menghadap void mendapat aliran angin yang dikit dan pelan. Sehingga
diperlukan
bukaan pada bangunan untuk mengalirkan angin pada seluruh Arah Angin
Side View
bangunan.
99 Arah datang angin dari Selatan (sudut 180o) Gubahan Massa C
Keterangan
Pers pec tive
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa C (bentuk tapak) dengan Arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s): Tabel 4.21Simulasi Gubahan Masa C (Sudut 252o)
Arah datang angin dari Barat Daya (sudut 252o) Gubahan Massa C
Keterangan
Zone 1 ±10 m 252o Zone 2 ±30 m
Dari hasil simulasi, area barat daya bangunan terdapat
Zone 3
tekanan angin yang tinggi dan
±50 m
pada area barat daya bangunan dan
Arah Angin
void
bangunan
terdapat
tekanan angin yang rendah Unit
apartemen
yang
menghadap void mendapat aliran angin yang dikit dan pelan. Sehingga Side View
diperlukan
bukaan pada bangunan untuk
100 Arah datang angin dari Barat Daya (sudut 252o) Gubahan Massa C
Keterangan mengalirkan angin pada seluruh
Pers
bangunan.
pec tive
Berdasarkan hasil simulasi diatas bentuk tapak (gubahan massa C) aliran angin pada bangunan kurang baik karena unit apartemen yang menghadap ke area void. Orientasi bangunan dari gubahan massa C pada lahan tapak tersebut adalah baik.
Gubahan Massa D
Gambar 4.49 Gubahan Massa D
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa D (bentuk tapak ke dua) dengan Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) dan kecepatan angin 11,6 km/h (3,22 m/s) Tabel 4.22Simulasi Gubahan Masa D (Sudut 72o)
Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) Gubahan Massa D Zone 1 ±10 m
Keterangan 72o
101 Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 72o) Gubahan Massa D
Keterangan
Zone 2
Dari hasil simulasi, area
±30 m
Timur laut bangunan terdapat tekanan angin yang tinggi dan pada area barat daya bangunan
Zone 3 ±50 m
terdapat tekanan angin yang rendah Pada bentuk bangunan ini,
Arah Angin
pada area Timur laut bangunan mengumpulkan aliran angin dan membuat tekanan angin yang tinggi pada bangunan telihat pada hasil simulasi. Sehingga
Side View Pers pec tive
diperlukan
bukaan pada bangunan untuk mengalirkan angin pada seluruh bangunan
dengan
tujuan
mengurangi tekanan yang tinggi akibat bentuk bangunan tersebut. Pada bentuk bangunan ini semua unit apartemen dapat mendapat aliran angin yang baik dengan mendesain bukaan yang ideal.
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa D (bentuk tapak ke dua) dengan Arah datang angin dari selatan (sudut 180o) dan kecepatan angin 16,7 km/h (4,63 m/s):
102 Tabel 4.23Simulasi Gubahan Masa D (Sudut 180o)
Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 180o) Gubahan Massa D
Keterangan
Zone 1 ±10 m
180o Zone 2 Dari hasil simulasi, area
±30 m
selatan
bangunan
terdapat
tekanan angin yang tinggi dan pada
area
utara
bangunan
Zone 3
terdapat tekanan angin yang
±50 m
rendah. Lekukan
pada
bentuk
tapak terjadi pengaliran udara yang pelan dan tekanan angin Arah Angin
yang minim. Sehingga
diperlukan
bukaan pada bangunan untuk mengalirkan angin pada seluruh bangunan
dengan
tujuan
mengurangi tekanan yang tinggi akibat bentuk bangunan tersebut. Pada bentuk bangunan ini Side
semua unit apartemen dapat
View
mendapat aliran angin yang
103 Arah datang angin dari Timur Laut (sudut 180o) Gubahan Massa D
Keterangan baik dengan mendesain bukaan
Pers
yang ideal.
pec tive
Berikut adalah Simulasi CFD pada Gubahan Massa D (bentuk tapak) dengan Arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s): Tabel 4.24Simulasi Gubahan Masa D (Sudut 252o)
Arah datang angin dari Barat Daya (sudut 252o) Gubahan Massa D
Keterangan
Zone 1 ±10 m Zone 2
252o
±30 m Zone 3
Dari hasil simulasi, area
±50 m
barat daya bangunan terdapat tekanan angin yang tinggi dan
Arah Angin
pada area barat daya bangunan dan
void
bangunan
terdapat
tekanan angin yang rendah Pada bentuk bangunan ini semua unit apartemen dapat Side View
mendapat aliran angin yang baik dengan mendesain bukaan yang ideal.
104 Arah datang angin dari Barat Daya (sudut 252o) Gubahan Massa D
Keterangan
Pers pec tive
Berdasarkan hasil simulasi diatas bentuk tapak ke dua (gubahan massa D) aliran angin pada bangunan termasuk baik, walaupun ada sebagian bangunan yang tidak mendapat aliran udara, bisa ditangani dengan menbuat bukaan pada bangunan tersebut. Orientasi bangunan dari gubahan massa D pada lahan tapak tersebut adalah baik.
4.5.3
Simulasi CFD padaUnit Apartemen Unit Apartemen A
Arah angin Gambar 4.50 Unit Apartemen A
Berikut adalah Simulasi CFD pada unit apartemen A dengan Arah angin mengalir ke unit apartemen dan kecepatan angin yang dimasukan dalam simulasi CFD adalah 3,22 m/spada zona 3 (±50meter)
105
Gambar 4.51 Arah dan Aliran Angin pada Unit Apartemen A
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada unit apartemen A terdapat titik yang tidak mendapat pengaliran udara, yakni: • Lingkaran
1
pada
gambar
4.35
merupakan
area
dengan
kecepatanpengaliran udara 0,00 m/s; dimana area tersebut tidak memiliki pengaliran udara. • Lingkaran 2 dan 3 pada gambar 4.35 merupakan area dengan kecepatan pengaliran udara 0,01 m/s sampai 0,19 m/s; dimana area tersebut hanya memiliki pengaliran udara yang sedikit dan pelan.
Unit Apartemen B
Arah angin Gambar 4.52 Unit Apartemen B
106 Berikut adalah Simulasi CFD pada unit apartemen B dengan Arah angin mengalir ke unit apartemen dan kecepatan angin yang dimasukan dalam simulasi CFD adalah 3,22 m/s pada zona 3 (±50meter)
Gambar 4.53 Arah dan Aliran Angin pada Unit Apartemen B
Gambar 4.54 Detail Arah dan Aliran Angin pada Kamar Tidur
Berdasarkan hasil simulasi diatas, pada unit apartemen B terdapat titik yang tidak mendapat pengaliran udara, yakni: • Lingkaran 1, 2 dan 3 pada gambar 4.35 merupakan area dengan kecepatan pengaliran udara 0,00 m/s; dimana area tersebut tidak memiliki pengaliran udara. • Kecepatan aliran udara pada unit apartemen B dari 0,22 m/s sampai 1,39 m/s; dimana kecepatan aliran udara tersebut merupakan kecepatan angin yang paling nyaman menurut Frick, 2006 (0,25 m/s - 1,5 m/s)
107 Unit Apartemen B dengan Arah Angin dari Samping
Arah angin
Gambar 4.55 Unit Apartemen B
Berikut adalah Simulasi CFD pada unit apartemen A dengan Arah angin mengalir dari samping unit apartemen (lihat gambar 4.41) dan kecepatan angin yang dimasukan dalam simulasi CFD adalah 3,22 m/spada zona 3 (±50meter).
Gambar 4.56 Arah dan Aliran Angin pada Unit Apartemen B dengan Arah Datang Angin dari Samping
Berdasarkan simulasi pada unit apartemen B diatas, dapat diketahui bahwa: • Unit apartemen tersebut terjadi pengaliran udara walaupun arah datang angin tidak langsung mengarah ke bukaan pada unit apartemen tersebut.
108 • Terjadi perubahan kecepatan angin pada bagian yang dilingkari akibat hembusan angin yang mengenai tembok terjadi tekanan yang tinggi. • Kecepatan angin pada unit apartemen tersebut adalah 0,10 m/s sampai 5,41 m/s.
4.6 4.6.1
Zoning pada Tapak Zoning Horisontal Zoning yang menjadi pertimbangan adalah analisa lingkungan yang telah dilakukan dengan kondisi sekitar tapak, bentuk tapak, matahari, angin, dan kebisingan. Hubungan antar ruangan yang dihasilkan juga termasuk dalam pertimbangan analisis. dimana terdapat area publik, semi publik dan private.
Gambar 4.57 Zoning Horisontal 1
109 Keterangan: = Area Publik = Area Semi Publik = Area private Pada lantai basement 1, 2 dan 3 terdapat area publik yang berisi tempat parkir untuk para penghuni dan pengunjung, ramp, tangga, WC, ruang duduk supir, kantin, mushola dan tempat pembuangan sampah; area private yang berisi kantor pengelola, security office / ruang CCTV ruang staf dan lobby lift; serta area semi publik yang berisi area service berupa ruang utilitas atau ruang ME (Mekanikal & Eletrikal) apartemen tersebut.
Gambar 4.58Zoning Horisontal 2
110 Keterangan: = Area publik (Lobby, food and retail) = Area semi publik (Fitness center, ruang luar / jogging track / taman, dan kolam renang) = Area private (Lobby lift unit apartemen) Main enterance dirancang pada jalan Hang Lekir 2. Untuk lantai dasar terdapat area publikyang merupakan aktivitas umum dan area semi publik merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh public dan penghuni. Lantai dasar berisikan area publik seperti lobby, lounge, cafe,apotik, klinik, salon, dan mini marketserta area semi publik yang berisiruang luar / jogging track dan kolam renang serta area private berisi lobby lift Untuk lantai dua terdapat area publikyang berisi food court, area semi publik yang berisi fitness center dan area private yang berisilobby lift. area berikutnya masuk kedalam areaprivateyang merupakan unit apartemen.
4.6.2
Zoning Vertikal
Gambar 4.59Zoning Vertikal
Keterangan: = Area publik = Area semi publik = Area private
Menurut Peraturan Daerah (Perda) Pemerintahan Propinsi DKI Jakarta nomor 4 tahun 1975, pada nomor 7 DKI Jakarta tahun 1991 dan syarat keputusan gubernur pemerintah lantai bangunan disyaratkan no 678
111 tahun1994, ketentuan tentang jarak bebas dan lantai-lantai bangunan disyaratkan sebagai mana terlihat dalam Gambar 4.59
Gambar 4.60 Jarak Bebas dan Ketinggian Bangunan
Sumber:Juwana, J.S. Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005
Gambar 4.61 Jarak Bebas Dua Bangunan Transparan
Sumber:Juwana, J.S. Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005
Sehingga Jarak bebas untuk dua bangunan tower transparan 18 lantai adalah minimal 25 meter.
112
4.6.3
Zoning Perspektif
Gambar 4.62Zoning Perspektif
Keterangan: = Area publik (Lobby, Food and Retail) = Area semi publik (Fitness Center, Ruang Luar) = Area private (Unit Apartemen dan Area Pengelola)
113
4.7
Perhitungan Air Changes per Hour (ACH) Tahap 2 Berikut akan dilakukan perhitungan air changes per hour (ACH) pada ruangan-ruangan unit studio, 2 bedroom, 3 bedroom tipe A, dan 3 bedroom tipe B untuk mendapatkan luas bukaan yang sesuai dengan volume ruangannya.
Gambar 4.63 denah Tipikal Tower Apartemen
Keterangan: = Unit Studio = Unit 2 Bedroom = Unit 3 Bedroom Tipe A = Unit 3 Bedroom Tipe B Dikarenakan menggunakan penghawaaan hybrid sehingga tidak memungkinkan bukaan tersebut terbuka terus, maka setelah mendapatkan luas bukaan berdasarkan standar ACH, luas bukaan tersebut diperbesar 2 kali untuk mempercepat pertukaran udara sehingga pergantian udara menjadi tiap 30 menti, dan dari 30 menit ini dibagi menjadi tiap 10 menit melakukan pertukaran udara.
4.7.1
Unit Studio Berikut adalah perhitungan luas bukaanpada ruangan unit studio (ruang tidur + ruang duduk + dapur) dengan floor to plafond 2,5 meter, standar kebutuhan ACH 0,5 dan kecepatan angin 0,5 m/s dengan menggunakan rumus perhitungan ACH (cara perhitungan lihat bab 4.4.4 tentang Perhitungan Air Changes per Hour (ACH) tahap 1);
114
Tabel 4.25 Luas Bukaan yang Dibutuhkan pada Ruangan Unit Studio Unit Studio Jenis Ruang
Luas Bukaan
R. Tidur + R. Duduk + Dapur 60x70
Ruangan tersebut membutuhkan A = 1,08 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
60x70
Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara Luas = 20 m2 Volume=50m3
A = 2,16 m2 (pertukaran udara tiap 30 menit) Dari 1,32 m2 dibagi menjadi 3 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x85 cm; 60x85 cm; dan 100x30 cm
80x30
4.7.2
Unit 2 Bedroom Berikut adalah perhitungan luas bukaanpada ruangan unit 2
bedroomdengan floor to plafond 2,5 meter, standar kebutuhan ACH 0,5 dan kecepatan angin 0,5 m/s dengan menggunakan rumus perhitungan ACH (cara perhitungan lihat bab 4.4.4 tentang Perhitungan Air Changes per Hour (ACH) tahap 1);
Tabel 4.26Luas Bukaan yang Dibutuhkan pada Ruangan Unit 2 Bedroom Unit 2 Bedroom Jenis Ruang
Luas Bukaan=A Ruangan tersebut membutuhkan A =
R. Keluarga + R. Makan + Dapur 60x850
60x850
0,66 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara A = 1,32 m2 (pertukaran udara tiap 30
Luas = 23,6 m2
menit)
Volume=59m3
Dari 1,32 m2 dibagi menjadi 3 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x85 cm; 60x85 cm; dan 100x30 100x30
cm
115 Unit 2 Bedroom Jenis Ruang
Luas Bukaan=A Ruangan tersebut membutuhkan A =
Kamar Tidur Utama
0,49 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) 60x60
60x60
Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara Luas = 17,8 m2 Volume= 44,5m3
A = 0,98 m2 (pertukaran udara tiap 30 menit) Dari 0,98 m2 dibagi menjadi 3
80x30
bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x60 cm; 60x60 cm; dan 80x30 cm Ruangan tersebut membutuhkan A =
Kamar Tidur 1
0,39 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
60x90
Luas = 14,2 m2 Volume= 35,5m3
Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara A = 0,78 m2 (pertukaran udara tiap
60x30
30 menit) Dari 0,78 m2 dibagi menjadi 2 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x90 cm; dan 80x30 cm Ruangan tersebut membutuhkan A =
Gudang
0,10 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara A = 0,20 m2 (pertukaran udara tiap 2
Luas = 3,5 m
Volume= 8,75m3
30 menit) Dari 0,20 m2 mendapat bukaan sebesar 70 x30cm
70x30
116
4.7.3
Unit 3 Bedroom Tipe A Berikut adalah perhitungan luas bukaanpada ruangan unit 3 bedroom tipe A dengan floor to plafond 2,5 meter, standar kebutuhan ACH 0,5 dan kecepatan angin 0,5 m/s dengan menggunakan rumus perhitungan ACH (cara perhitungan lihat bab 4.4.4 tentang Perhitungan Air Changes per Hour (ACH) tahap 1);
Tabel 4.27Luas Bukaan yang Dibutuhkan pada Ruangan Unit 3 Bedroom Tipe A Unit 3Bedroom Tipe A Jenis Ruang
Luas Bukaan=A
R. Keluarga + R. Makan + Dapur
Ruangan tersebut membutuhkan A = 0,69 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
100x30
Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara A = 1,38 m2 (pertukaran udara tiap
Luas = 25 m2
30 menit)
Volume= 62,5m3
Dari 1,38 m2 dibagi menjadi 3 60x90
60x90
bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x90 cm; 60x90 cm; dan 100x30 cm
Kamar Tidur Utama
Ruangan tersebut membutuhkan A = 0,46 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
60x55
Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara 80x30
Luas = 16,5 m2 Volume= 41,25m3 60x55
A = 0,92 m2 (pertukaran udara tiap 30 menit) Dari 0,92 m2 dibagi menjadi 3 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x55 cm; 60x55 cm; dan 80x30 cm
117 Unit 3Bedroom Tipe A Jenis Ruang
Luas Bukaan=A Ruangan tersebut membutuhkan A =
Kamar Tidur 1
0,24 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara 80x30
A = 0,48 m2 (pertukaran udara tiap
Luas = 8,75 m2
30 menit) Dari 0,48 m2 dibagi menjadi 2
Volume= 21,875m3
bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan
60x40
outlet yaitu: 60x40 cm; dan 80x30 cm Ruangan tersebut membutuhkan A =
Kamar Tidur 2
0,21 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara 80x30
A = 0,42 m2 (pertukaran udara tiap Luas =7,7 m2 Volume= 19,25m3
30 menit) Dari 0,42 m2 dibagi menjadi 2 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan
60x30
outlet yaitu: 60x30 cm; dan 80x30 cm Ruangan tersebut membutuhkan A =
Gudang
0,08 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
40x40
Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara 2
Luas =3 m
Volume= 7,5m3
A = 0,16 m2 (pertukaran udara tiap 30 menit) Dari 0,16 m2 mendapat bukaan sebesar 40 x40cm
4.7.4
Unit 3 Bedroom Tipe B Berikut adalah perhitungan luas bukaanpada ruangan unit 3 bedroom tipe B dengan floor to plafond 2,5 meter, standar kebutuhan ACH 0,5 dan kecepatan angin 0,5 m/s dengan menggunakan rumus perhitungan ACH (cara perhitungan lihat bab 4.4.4 tentang Perhitungan Air Changes per Hour (ACH) tahap 1);
118 Tabel 4.28 Luas Bukaan yang Dibutuhkan pada Ruangan Unit 3 Bedroom Tipe B Unit 3Bedroom Tipe B Jenis Ruang
Luas Bukaan=A
R. Keluarga + R. Makan + Dapur
Ruangan tersebut membutuhkan A = 1,08 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
80x120
Luas bukaan diperbesar (dua kali)
80x120
untuk mempercepat pertukaran udara A = 2,16 m2 (pertukaran udara tiap 30 Luas =38,9 m2
menit) 3
Volume= 97,25m
Dari 2,16 m2 dibagi menjadi 3 bukaan 100x30
yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 80x120 cm; 80x120 cm; dan 100x30 cm
Kamar Tidur Utama
Ruangan tersebut membutuhkan A = 0,62 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali)
60x85
Luas =22,2 m2 Volume= 55, 5m3 80x30
untuk mempercepat pertukaran udara A = 1,24 m2 (pertukaran udara tiap 30 menit) Dari 1,24 m2 dibagi menjadi 3 bukaan
60x85
yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x85 cm; 60x85 cm; dan 80x30 cm Kamar Tidur 1
Ruangan tersebut membutuhkan A = 0,37 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara
Luas =13,2 m2 Volume=80x30 33m3
A = 0,74 m2 (pertukaran udara tiap 30 menit) Dari 0,74 m2 dibagi menjadi 2 bukaan
60x85
yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x85 cm; dan 80x30 cm
119 Unit 3Bedroom Tipe B Jenis Ruang
Luas Bukaan=A Ruangan tersebut membutuhkan A =
Kamar Tidur 2
0,29 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam)
60x55
Luas bukaan diperbesar (dua kali)
Luas =10,6 m2
untuk mempercepat pertukaran udara
Volume= 26,5m3
A = 0,58 m2 (pertukaran udara tiap 30
80x30
menit) Dari 0,58 m2 dibagi menjadi 2 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet yaitu: 60x55 cm; dan 80x30 cm Ruangan tersebut membutuhkan A =
Kamar pembantu
0,14 m2 (pertukaran udara tiap 1 jam) Luas bukaan diperbesar (dua kali) untuk mempercepat pertukaran udara Luas =5,2 m2
A = 0,28 m2 (pertukaran udara tiap 30
Volume= 13 m3
menit) Dari
4.8.1
m2
mendapat
bukaan
sebesar 70 x40cm
70x40
4.8
0,28
Simulasi Computational Fluid Dynamics(CFD)Tahap 2 Simulasi CFD pada Tower Apartemen Berikut adalah Simulasi CFD pada tower apartemen dengan arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s): 2 1
3
Arah angin Gambar 4.64 Aliran Angin pada Tower Apartemen
120 Berdasarkan hasil simulasi pada tower apartemen di atas, aliran angin mengalir dengan baik pada koridor dan bidang luar apartemen. Pada lingkaran 1 aliran angin bergerak mengikuti bidang luar / dinding (terarahkan) ke lingkaran 2 dan kecepatan angin mulai meningkat, serta pada lingkaran 2 aliran angin bergerak mengikuti dinding ke lingkaran 3 dengan kecepatan angin yang mulai menurun ke kecepatan stabil (3,05 m/s).
4.8.2
Simulasi CFD pada Unit Apartemen Unit Studio Berikut adalah Simulasi CFD pada unit studio dengan arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s):
1 1
2
Arah angin Gambar 4.65 Aliran Angin pada Unit Studio
Berdasarkan perhitungan ACH tahap 2, didapatkan luas bukaan yang dibutuhkan ruangan unit studio dan dibagi menjadi 3 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet. Pada simulasi CFD ini, lingkaran nomor 1 berfungsi sebagai inlet dan lingkaran nomor 3 sebagai outlet. Aliran angin pada ruangan tersebut adalah baik karena terjadi cross ventilation.
Unit 2 Bedroom Berikut adalah Simulasi CFD pada unit 2 Bedroom dengan arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s):
121 1
1
1
1 1
2 2
1
Arah angin
2
2
Gambar 4.66 Aliran Angin pada Unit 2 Bedroom
Berdasarkan perhitungan ACH tahap 2, didapatkan luas bukaan yang dibutuhkan ruangan unit 2 bedroom dan dibagi menjadi 2 sampai 3 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet. Pada simulasi CFD ini, lingkaran nomor 1 berfungsi sebagai inlet dan lingkaran nomor 2 sebagai outlet. Aliran angin pada ruangan - ruangan tersebut adalah baik karena terjadi cross ventilation.
Unit 3 Bedroom Tipe A Berikut adalah Simulasi CFD pada unit 3 Bedroom A dengan arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s):
1
2
2
2
Arah angin
1
2
2
2
1
1
1
1
Gambar 4.67 Aliran Angin pada Unit 3 Bedroom Tipe A
Berdasarkan perhitungan ACH tahap 2, didapatkan luas bukaan yang dibutuhkan ruangan unit 3 bedroom tipe Adan dibagi menjadi 2 sampai 3
122 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet. Pada simulasi CFD ini, lingkaran nomor 1 berfungsi sebagai inlet dan lingkaran nomor 2 sebagai outlet. Aliran angin pada ruangan - ruangan tersebut adalah baik karena terjadi cross ventilation.
Unit 3 Bedroom Tipe B Berikut adalah Simulasi CFD pada unit 3 Bedroom B dengan arah datang angin dari Barat daya (sudut 252o) dan kecepatan angin 11 km/h (3,05 m/s): 1 1
1
1
1
2 2 1
2
1 1
Arah angin
2 2
Gambar 4.68 Aliran Angin pada Unit 3 Bedroom Tipe B
Berdasarkan perhitungan ACH tahap 2, didapatkan luas bukaan yang dibutuhkan ruangan unit 3 bedroom tipe B dan dibagi menjadi 2 sampai 3 bukaan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet. Pada simulasi CFD ini, lingkaran nomor 1 berfungsi sebagai inlet dan lingkaran nomor 2 sebagai outlet. Aliran angin pada ruangan - ruangan tersebut adalah baik karena terjadi cross ventilation.
4.9
Bukaan Otomatis dan Operable Bukaan otomatis merupakan bukaan yang terdapat 5 daun kaca (hidup) dan akan terbuka sesuai kecepatan angin. Bukaan otomatis berfungsi ketika sistem penghawaan hybriddalam kondisi System on. (Gambar 4.70) Bukaan Operable merupakan bukaan yang berfungsi sebagai jendela biasa. Bukaan operable bisa berfungsi ketika sistem penghawaan hybriddalam kondisi System off.
123
Daun Kaca/ Bukaan Otomatis
Gambar 4.69 bukaan Otomatis dan Operable
Gambar diatas adalah detail bukaan otomatis dan operable pada salah satu bukaan/jendela di ruang keluarga unit 3BR tipe B dengan ukuran 80 cm x 120 cm.Bukaan otomatis terbuka berdasarkan kecepatan angin yang dideteksi oleh wind detector, Berdasarkan perhitungan rumus ACH didapatkan bahwa: - Jika kecepatan angin ≤ 0,5 m/s maka 5 daun kaca yang terbuka - Jika kecepatan angin ≤ 0,7m/s maka 4 daun kaca yang terbuka - Jika kecepatan angin ≤ 0,9m/s maka 3 daun kaca yang terbuka - Jika kecepatan angin ≤ 1,4 m/s maka 2 daun kaca yang terbuka - Jika kecepatan angin ≤ 2,8 m/s maka 1 daun kaca yang terbuka - Jika kecepatan angin ≥ 3m/s maka 1 daun kaca yang terbuka dan waktu pertukaran udara menjadi lebih singkat - Jika kecepatan angin ≤ 0,1 m/s atau ≥ 5m/s maka semua daun kaca akan tertutup (pada kecepatan angin ≤ 0,1m/s pergerakan angin sangat lamban dan pada kecepatan angin ≥ 5m/s pergerakan angin terlalu kencang bisa mengganggu aktivitas penghuni).
124 4.10 Sistem Penghawaan Hybrid
Gambar 4.70 Sistem Penghawaan Hybrid
Pada penelitian ini, sistem penghawaan hybrid dirancang dengan 2 sistem yaitu: System On - AC On; Ketika AC dinyalakan , Timer aktif (setelah 10 menit) akan mengconnect ke wind detector untuk mengetahui luas bukaan (berapa daun kaca) yang akan dibuka sesuai dengan kecepatan angin, setelah terbuka selama 10 menit daun kaca akan tertutup kembali, dan seterusnya bukaan akan terbuka setelah 10 menit lagi. - AC Off; Ketika AC mati, Timer mati juga dan wind detector akan aktif untuk membuka daun kaca sesuai dengan kecepatan angin yang dideteksi, daun kaca akan terbuka terus untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan. Sampai AC dinyalakan, daun kaca akan tertutup kembali.
Gambar 4.71 Skema Cara Kerja System On
System Off Ketika sistem dimatikan maka timer dan wind detector akan mati (off), serta daun kaca akan tertutup semua. Pada saat itulah bukaan tersebut bisa dijadikan atau dipakai menjadi jendela yang operable.
125