BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam melakukan evaluasi perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry, langkah awal yang penulis lakukan adalah dengan membuat permohonan izin kepada pihak KAP agar penulis diperbolehkan untuk melakukan penelitian mengenai perencanaan audit laporan keuangan pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry. Kemudian langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perencanaan audit. Pengumpulan data dan informasi ini dilakukan dengan mewawancarai pihak terkait atas perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry untuk menggali lebih dalam mengenai proses perencanaan audit, serta melakukan pengamatan pada dokumendokumen yang berhubungan dengan prencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 4.1
Prosedur Perencanaan Audit Laporan Keuangan pada KAP ARHJ Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit pada Kantor Akuntan
Publik Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (KAP ARHJ), yaitu: •
Perencanaan awal audit
•
Memperoleh informasi mengenai latar belakang
•
Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
•
Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
•
Menentukan materialitas dan risiko
•
Memahami struktur pengendalian intern
•
Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh Berikut ini akan diuraikan penjelasan mengenai masing-masing bagian yang
telah disebutkan di atas.
1. Perencanaan Awal Audit Sebagian besar perencanaan awal dibuat pada awal penugasan, seringkali dilakukan di kantor klien, sejauh dianggap memungkinkan. Perencanaan awal audit menyangkut keputusan-keputusan sebagai berikut: •
Menerima Klien Baru dan Melanjutkan Klien Lama 53
54
a. Menerima Klien Baru Sebelum menerima klien baru, kantor akuntan publik menyelidiki perusahaan tersebut untuk memutuskan apakah klien tersebut dapat diterima. Juga, selama masih mungkin, harus dievaluasi prospektif klien dalam lingkungan usaha, stabilitas keuangan, dan hubungan dengan kantor akuntan publik. Jika calon klien sebelumnya diaudit oleh kantor akuntan publik lain, auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya (SA Seksi 315, PSA 16). Jika calon klien belum pernah diaudit oleh kantor akuntan publik atau jika auditor pendahulu tidak bersedia memberikan informasi yang dikehendaki, perlu diadakan penyelidikan. Sumber informasinya bisa berasal dari pengacara lokal, kantor akuntan publik lain, bank, dan perusahaan lain, atau dengan menyewa seorang peneyelidik professional untuk mendapatkan informasi mengenai reputasi dan latar belakang kunci manajemen perusahaan.
b. Melanjutkan Klien Lama Kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang sudah ada setiap tahun untuk memutuskan apakah ada alasan untuk tidak melanjutkan audit. Perselisihan sebelumnya, seperti kelayakan ruang lingkup audit, jenis pendapat yang diberikan, atau honorarium dapat menyebabkan auditor tidak melanjutkan hubungan. Auditor dapat memutuskan bahwa klien kurang mempunyai integritas dan karena itu tidak layak lagi untuk menjadi kliennya. Jika ada tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik oleh klien atau tuntutan kantor akuntan publik terhadap klien, kantor akuntan publik tidak dapat melaksanakan audit lagi. •
Mengidentifikasi Alasan Klien untuk Diaudit Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan laporan. Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen. Selama audit berlangsung auditor
55
dapat memperoleh informasi tambahan mengenai mengapa klien menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan. •
Memilih Staf untuk Penugasan Menentukan staf yang pantas untuk melaksanakan penugasan adalah penting untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan IAI dan meningkatkan efisiensi audit (Standar Umum Pertama). Pertimbangan utama yang mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari tahun ke tahun. Seorang asisten staf yang belum berpengalaman mungkin saja akan menjadi nonpartner yang paling berpengalaman dalam pekerjaan itu dalam beberapa tahun kemudian. Kesinambungan dapat membantu kantor akuntan publik dalam menjaga mutu persyaratan teknis dan hubungan antar manusia yang lebih erat dengan klien. Pertimbangan lainnya adalah bahwa orangorang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien.
•
Memperoleh Surat Penugasan Surat penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Harus ada pemahaman yang jelas mengenai syarat-syarat dalam surat penugasan di antara klien dan kantor akuntan publik. Persyaratan harus dibuat secara tertulis untuk mengurangi salah pengertian. Surat penugasan harus menyebutkan antara lain: - Jenis penugasan seperti audit, penelaahan, kompilasi, atau jasa lain seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. - Pembatasan-pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor. - Batas waktu penyelesaian audit. - Bantuan yang akan diberikan oleh klien untuk memperoleh catatan dan dokumen. - Daftar rincian yang perlu disiapkan oleh auditor. - Persetujuan mengenai biaya audit. - Tanggung jawab auditor.
56
2. Memperoleh Informasi Mengenai Latar Belakang Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut: •
Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien Untuk menginterpretasikan maksud dari informasi yang diperoleh selama audit secara memadai, penting bagi auditor untuk memahami industri klien. Ada tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industri klien: a. Banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Misalnya, jika auditor mengaudit badanbadan pemerintah, auditor harus memahami aturan-aturan dalam akuntansi pemerintahan. Akan terdapat aturan akuntansi yang khas untuk perusahaan konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan, dan banyak organisasi lainnya. b. Auditor sering dapat mengidentifikasi risiko dalam industri yang akan mempengaruhi penetapan risiko audit yang dapat diterima, atau bahkan mengaudit perusahaan dalam industri tersebut dapat dibenarkan. c. Terdapat risiko bawaan yang pada hakikatnya sama bagi seluruh klien dalam industri yang bersangkutan. Pemahaman risiko tersebut menolong auditor dalam mengidentifikasi risiko bawaan dari klien. Contohnya antara lain, risiko bawaan potensi keusangan persediaan dalam industri rumah mode, risiko bawaan kolektibilitas piutang usaha dalam industri pinjaman konsumen, dan risiko bawaan cadangan kerugian dalam industri asuransi kebakaran. Pengetahuan mengenai industri klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan diskusi dengan auditor sebelumnya, pertemuan dengan pegawai klien, pedoman audit industri, teks pelajaran, majalah industri, atau asosiasi industri.
57
•
Meninjau Pabrik dan Kantor Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diperoleh kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan pertama. Peninjauan langsung atas fasilitas fisik akan membantu auditor dalam memahami pengamanan fisik atas aktiva dan dalam menginterpretasikan data akuntansi dengan cara memberikan kerangka acuan dalam visualisasi aktiva seperti persediaan dalam proses dan peralatan pabrik.
•
Menelaah Kebijakan Perusahaan Keputusan-keputusan dasar yang menyangkut kebijakan seperti kebijakan tentang pengendalian intern, pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit ke perusahaan afiliasi, dan kebijakan akuntansi untuk mencatat aktiva dan pengakuan pendapatan, harus selalu dievaluasi dengan teliti sebagai bagian dari audit untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari dewan komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan bahwa keputusan manajemen telah tercermin dalam laporan keuangan.
•
Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Hubungan istimewa didefinisikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien, di mana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Contoh umum adalah transaksi penjualan atau pembelian antara perusahaan induk dan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama, dan pinjaman kepada pegawai, serta adanya pengaruh kuat pelanggan utama terhadap manajemen klien.
•
Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar Jika auditor menghadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin perlu baginya untuk menghubungi seorang spesialis. Contohnya adalah penggunaan seorang spesialis berlian untuk menilai baya penggantian berlian, atau seorang spesialis aktuaris untuk menetapkan kelayakan nilai yang tertulis dari cadangan kerugian
58
asuransi,
atau
konsultasi
dengan
pengacara
untuk
membuat
interpretasi hukum dari sebuah kontrak.
3. Memperoleh Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada awal penugasan adalah: • Akta pendirian dan angaran dasar perusahaan • Risalah rapat direksi, komisaris, dan pemegang saham • Kontrak Beberapa infromasi seperti kontrak, harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Pengetahuan awal mengenai dokumen hukum dan catatan ini akan memungkinkan auditor untuk meninterpretasikan bahan bukti selama penugasan berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas telah dilakukan dalam laporan keuangan.
4. Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan Pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan akan membantu auditor dalam mengidentifkasi hal-hal penting yang membutuhkan pertimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan. Misalnya, perhitungan perputaran persediaan sebelum dilakukan pengujian harga persediaan, mungkin mengindikasikan perlunya ketelitian dalam melakukan pengujian tersebut. Tujuan pelaksanaan prosedur analitis diantaranya: • Memahami bidang usaha klien • Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) • Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan • Mengurangi pengujian audit yang terinci 5. Menentukan Materialitas dan Risiko Materialitas dan risiko adalah unsur penting dalam merencanakan audit dan merancang pendekatan yang akan digunakan. Materialitas adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang, dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin
59
membuat
pertimbangan
pengambilan
keputusan
pihak
yang
berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Definisi tersebut menekankan pada pemakai yang mengandalkan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Maka, sebaiknya auditor mengetahui kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan, dan keputusan apa yang tergantung daripadanya. Misalnya, apabila auditor tahu bahwa laporan keuangan akan dipakai untuk keputusan jual-beli, jumlah yang diangap sebagai material harus lebih kecil dari audit biasa. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan salah saji dalam jumlah yang material. Apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material, ia harus memberitahukan hal itu kepada klien, hingga koreksi dapat dilakukan. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan tersebut, pendapat dengan pengecualian atau pernyataan tidak wajar harus diberikan. Karena itu, auditor harus memahami benar penetapan materialitas. Langkah-langkah dalam penetapan materialitas adalah sebagai berikut: • Langkah 1: Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas • Langkah 2: Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas • Langkah 3: mengestimasikan total salah saji dalam segmen • Langkah 4: Mengestimasikan salah saji gabungan • Langkah 5: Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan Pertimbangan awal mengenai materialitas Estimasi jumlah kekeliruan atau salah saji dalam tiap segmen (langkah 3) terjadi selama audit. Langkah 4 dan langkah 5 dilakukan pada tahap penyelesaian. Sementara itu, resiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Auditor menyadari, misalnya, bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit selesai.
60
6.
Memahami Struktur Pengendalian Intern Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan. luasnya pemahaman trsebut, paling tidak, mencukupi untuk merencanakan audit yang memadai, dalam hal empat masalah spesifik perencanaan, yaitu: • Auditability Auditor harus mendapatkan informasi yang cukup memuaskan mengenai integritas manajemen dan sifat serta luasnya catatan akuntansi, sehinga bahan bukti kompeten tersedia untuk mendukung saldo laporan keuangan. • Potensi Salah Saji yang Material Pemahaman
seharusnya
memungkinkan
auditor
untuk
mengidentifikasi jenis-jenis kekeliruan dan ketidakberesan yang potensial yang dapat mepengaruhi laporan keuangan, dan menetapkan risiko akibat kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam jumlah yang material terhadap laporan keuangan. • Risiko Penemuan Informasi mengenai struktur pengendalian intern digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian bagi setiap tujuan pengendalian, yang selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang direncanakan. • Perancangan Pengujian Informasi yang diperoleh seharusnya memungkinkan auditor untuk merancang pengujian saldo laporan keuangan yang efektif. Pengujian tersebut mencakup baik pengujian terinci atas transaksi maupun atas saldo, prosedur analitis dan yang disebut sebgai pengujian substantif. Di dalam memahami struktur pengendalian intern, auditor harus mempertimbangkan dua aspek yaitu: • Rancangan berbagai kebijakan dan prosedur dalam masing-masing elemen struktur pengendalian, dan
61
• Apakah rancangan tersebut telah ditempatkan dalam operasi. Tugas auditor dalam memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern adalah untuk menemukan elemen struktur pengendalian intern (lingkungan, pengendalian, penetapan risiko, sistem komunikasi dan informasi akuntansi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan), melihat apakah telah ditempatkan dalam operasi, mendokumentasikan informasi yang diperoleh dengan cara yang baik. Berikut ini adalah prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan penempatan dalam operasi dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh pemahaman terhadap struktur pengendalian intern klien, yaitu: • Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas suatu satuan usaha • Tanya jawab dengan pegawai klien • Kebijakan dan pedoman sistem klien • Inspeksi dokumen dan catatan • Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha 7. Mengembangkan Rencana dan Program Audit Menyeluruh Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian audit yang dilakukan, yaitu prosedur untuk meperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
4.2
Perbandingan Antara Perencanaan Audit Laporan Keuangan KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry dengan Perencanaan Audit Laporan Keuangan Menurut SPAP Untuk mengetahui apakah perencanaan audit yang dilakukan oleh KAP
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry sudah sesuai dengan SPAP, maka cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara perencanaan audit laporan keuangan KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry dengan perencanaan audit
62
laporan keuangan menurut SPAP. Perbandingan perencanaan audit laporan keuangan tersebut disajikan sebagai berikut dalam bentuk tabel (lihat tabel 4.1)
Tabel 4.1. Perbandingan Antara Perencanaan Audit Laporan Keuangan KAP ARHJ dengan Perencanaan Audit Laporan Keuangan menurut SPAP No.
Perencanaan Audit Laporan
Perencanaan Audit
Keuangan Menurut SPAP
Laporan Keuangan
Keterangan
KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 1.
Perencanaan dan supervisi. (SA
✓
seksi 311) 2.
Risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit. (SA seksi 312)
3.
Pemahaman atas bisnis klien. (SA seksi 318)
4.
Pertimbangan atas pengendalian
✓ ✓ ✓
intern dalam audit laporan keuangan. (SA seksi 319) 5.
Prosedur analitik. (SA seksi 329)
✓
Setelah melakukan perbandingan diatas, dapat diketahui bahwa perencanaan audit laporan keuangan KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry telah sesuai dengan perencanaan audit laporan keuangan menurut SPAP.
4. 3
Temuan
1. Tidak seluruh prosedur audit didokumentasikan secara tertulis ke dalam KKP (kertas kerja pemeriksaan). Salah satunya adalah penyampaian faktor risiko yang
63
hanya dilakukan secara lisan dan tidak dituangkan ke dalam KKP. Serta hanya risiko-risiko yang besar saja yang dikomunikasikan untuk menjadi fokus pemeriksaan tim audit.
Berdasarkan SA Seksi 329 pada paragraf 1,3, dan 4, auditor harus membuat dan memelihara kertas kerja, yang isi maupun bentuknya harus didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang dihadapinya dalam perikatan tertentu. Informasi yang tercantum dalam kertas kerja merupakan catatan utama pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh auditor dan simpulan-simpulan yang dibuatnya mengenai masalah-masalah yang siginifikan. Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentang prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isi kertas kerja untuk perikatan tertentu mencakup: a)
Sifat perikatan auditor
b)
Sifat pelaporan auditor
c)
Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam pembuatan laporan
d)
Sifat dan kondisi catatan klien
e)
Tingkat risiko pengendalian taksiran
f)
Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review atas pekerjaan yang dilakukan para asisten.
Hal ini dikarenakan untuk meminimalisir dan mempercepat waktu pengerjaan dalam melakukan perencanaan audit sehingga hanya risiko yang dianggap besar yang dikomunikasikan, dan risiko yang dianggap tidak terlalu mempengaruhi laporan keuangan perusahaan yang sedang diauditnya tidak menjadi fokus utama auditor sehingga diabaikan. Hal ini dilakukan agar auditor dapat lebih fokus dalam melakukan pelaksanaan auditnya. Temuan ini dapat berdampak pada apabila di tahun berikutnya ada auditor baru yang menggantikan auditor yang lama, seorang manajer perlu kembali memberi arahan yang sama kepada tim audit yang baru. Serta auditor yang baru harus memulai dari awal lagi mengenai bisnis klien, kebijakan dan prosedur yang
64
berlaku di klien serta risiko-risiko apa saja yang terdapat dalam perusahaan tersebut karena tidak ada perhitungan yang tertulis jelas. Selain itu, dengan adanya pihak asosiasi dalam rangka program pengendalian mutu kantor akuntan publik, maka Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan pemerintah melalui Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki kewenangan untuk melakukan review atas kertas kerja kantor akuntan publik,
sehingga
dapat
diperdebatkan
apabila
prosedur
audit
tidak
didokumentasikan secara tertulis di kertas kerja. Sebaiknya KAP ARHJ mendokumentasikan keseluruhan prosedur audit dalam kertas kerja sesuai dengan yang tercantum pada SPAP sebagai bentuk pertanggungjawaban atas laporan yang telah disajikan. Hal ini dapat memudahkan auditor dalam melaksanakan audit tahap selanjutnya dan sehingga lebih efisien waktu untuk audit tahun berikutnya apabila KAP mengaudit perusahaan yang sama.
2. Penentuan materialitas dilakukan hanya berdasarkan judgement dari Auditor bukan dengan perhitungan kuantitatif (rumus). Berdasarkan SA Seksi 312 pada paragraf 10 dinyatakan bahwa pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
65
Hal ini dilakukan oleh auditor untuk mempercepat proses pekerjaan dalam tahap perencanaan audit sehingga hanya didasarkan oleh professional judgement atau pertimbangan kualitatif dari auditor. Terkadang hasil materialitas professional judgement yang hanya didasari dari data kualitatif bisa kurang atau melebihi materialitas yang dihasilkan dengan melakukan perhitungan kuantitatif.
Sebaiknya KAP ARHJ dalam menentukan materialitas menggabungkan antara kedua pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini ditujukan agar auditor dapat lebih detail dalam menemukan salah saji material dari sisi kuantitaif maupun kualitatif.
3. KAP ARHJ tidak menggunakan perangkat lunak atau aplikasi tertentu untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit. KAP hanya menggunakan perangkat lunak dasar yaitu Ms. Office. Berdasarkan SA Seksi 311, paragraf 8 serta SA Seksi 327 mengenai TABK (Teknik Audit Berbantuan Komputer), auditor harus mempertimbangkan metode yang digunakan oleh entitas untuk mengolah informasi dalam perencanaan audit karena metode tersebut mempunyai pengaruh terhadap desain pengendalian intern. Luasnya penggunaan komputer dalam pengolahan sebagian besar data akuntansi dan kompleksnya pengolahannya mempengaruhi pula sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang digunakan oleh auditor. Oleh karena itu, dalam menilai dampak luasnya penggunaan komputer terhadap audit laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a. Luasnya pengunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi. b. Kompleksitas
operasi
komputer
entitas,
termasuk
penggunaan
jasa
perusahaan pengolahan data dengan komputer dari luar. c. Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer. d. Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan informasi ke dalam komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu, dan bukti audit lain
66
yang diperlukan oleh auditor kemungkinan hanya ada dalam periode yang pendek atau hanya dalam bentuk yang dapat dibaca dengan komputer. Dalam beberapa sistem komputer, dokumen masukan seringkali tidak ada sama sekali karena informasi secara langsung dimasukkan ke dalam sistem. Kebijakan
penyimpanan
data
yang
dibuat
oleh
entitas
mungkin
mengharuskan auditor untuk meminta dilakukannya penyimpanan informasi untuk keperluan review atau untuk melaksanakan prosedur audit pada saat informasi tersebut tersedia. Sebagai tambahan, informasi tertentu yang dihasilkan oleh komputer untuk keperluan sistem manajemen kemungkinan bermanfaat dalam pelaksanaan pengujian substantif (terutama untuk prosedur analitik). e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat meningkatkan efisiensi
pelaksanaan
prosedur
audit.
Penggunaan
teknik
ini
juga
menyediakan kesempatan bagi auditor untuk menerapkan prosedur audit tertentu terhadap keseluruhan populasi akun atau transaksi. Sebagai tambahan, dalam beberapa sistem akuntansi, sulit bahkan tidak mungkin bagi auditor, untuk menganalisis data tertentu atau menguji prosedur pengendalian khusus tanpa bantuan komputer. KAP merasa dengan menggunakan Ms. Office sudah sangat cukup untuk melakukan audit baik dari perencanaan hingga pelaksanaan audit. Serta, rata-rata pegawai yang dipekerjakan sudah tau dan handal dalam mengoperasikan Ms. Office sehingga tidak perlu lagi diberi arahan atau training. Meskipun tergolong cukup baik, penggunaan Ms. Office untuk audit pada KAP ARHJ memiliki kekurangan dibandingkan dengan menggunakan software yang dikhususkan untuk audit. Hal ini karena file yang telah dimpor bukanlah jenis file read only sehingga sangat rentan kesalahan yang diakibatkan kesalahan pengetikan dan pengeditan yang dilakukan atau human error, sehingga menjadi kurang efisien dan efektif.
Sebaiknya KAP ARHJ menggunakan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit. KAP dapat menggunakan aplikasi tertentu, diantaranya adalah adalah APG (Audit Program Generator) yang merupakan software khusus audit untuk membuat perencanaan audit, serta
67
ACL (Audit Command Language) yang merupakan software khusus audit untuk melakukan pemeriksaan audit serta mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi. Penggunaan ACL dan APG dapat membantu auditor dalam melaksanakan tugas secara lebih terfokus, cepat, efisien, dan efektif.
68