BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kebijakan dan prosedur akuntansi yang diterapkan pada PT Bhineka Ciptabahana Pura terkait dengan aset tetap berwujud yang mana diadakan suatu penelitian. Kebijakan akuntansi pada PT Bhineka Ciptabahana Pura akan dibandingkan kesesuaiannya dengan PSAK No.16 (revisi 2011) Aset Tetap. Kesesuaiannya dengan standar akuntansi yang berlaku sangatlah penting karena hal ini berlaku umum untuk semua kegiatan usaha atau bisnis. Dengan adanya keseragaman maka akan menciptakan suatu nilai atau standar ukuran yang sama pula, baik dari pengakuan awal, pengukuran, penghentian, dan penyajian serta pengungkapannya. Pada skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT Bhineka Ciptabahana Pura terkait dengan aset tetap yang dimilikinya. Apabila pencatatan dan perlakuan yang sesuai dengan PSAK akan menjadikan aset yang dimiliki dinilai secara adil oleh seluruh pihak. Terlebih lagi untuk laporan keuangan. Dengan adanya revisi – revisi standar akuntansi, perusahaan harus dengan segera menyesuaikan diri dan menerapkan standar – standarnya karena laporan keuangan berkaitan erat dengan keandalan dari suatu informasi keuangan perusahaan yang akan dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal. Laporan keuangan disusun berdasarkan basis akrual dengan menggunakan konsep biaya historis.
4.1
Penggolongan Aset Tetap PT.
Bhineka
Ciptabahana
Pura
menggolongkan
dan
mengklarifikasikan aset tetap berdasarkan definisi yang menyatakan bahwa suatu aset tetap memiliki criteria sebagai berikut : 1. Digunakan dan berfungsi dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan 2. Memiliki manfaat dimasa depan 41
42
3. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan 4. Memiliki nilai ekonomis lebih dari satu periode
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Bhineka Ciptabahana Pura, perusahaan memiliki aset tetap yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Tanah Merupakan aset berupa lahan yang dimiliki dan digunakan sebagai lahan berdirinya PT Bhineka Ciptabahana Pura. 2. Gedung Merupakan aset berupa bangunan yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan operasional PT Bhineka Ciptabahana Pura. 3. Inventaris Kantor Merupakan aset yang berupa barang – barang yang dimiliki dan digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan sehari - hari. 4. Peralatan Proyek Merupakan aset yang berupa alat – alat yang dimiliki dan digunakan oleh para karyawan dalam melaksanakan tugas proyek yang akan dikerjakan. 5. Kendaraan Merupakan aset atau fasilitas perusahaan yang dimiliki dan digunakan sebagai alat transportasi untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan.
Berikut adalah daftar aset – aset yang dimiliki oleh PT. Bhineka Ciptabahana Pura selama tahun 2012, antara lain:
Tabel 3 Daftar Kepemilikan Aset Tetap Perusahaan No. 1
Jenis
Satuan
Kondisi
Lokasi
Tanah Tanah
1
Bidang
Baik
Kantor
43
Tanah 2
3
1
Bidang
Baik
Lapangan
Bangunan Kantor
1
Unit
Baik
Kantor
Bangunan Workshop
1
Unit
Baik
Lapangan
3
Unit
Baik
Kantor
14
Unit
Baik
Kantor
1
Unit
Baik
Kantor
Printer
10
Unit
Baik
Kantor
Scanner
3
Unit
Baik
Kantor
Proyektor LCD
1
Unit
Baik
Kantor
UPS
4
Unit
Baik
Kantor
Hammer Hitachi
Buah
Baik
Lapangan
Theodolite
Buah
Baik
Lapangan
Yanmar Diesel
Buah
Baik
Lapangan
Bangunan
Peralatan Kantor Komputer Laptop Notebook
4
5
Peralatan Proyek
Kendaraan Mobil
7
Unit
Baik
Lapangan
Mobil Bak
1
Unit
Baik
Lapangan
Motor
5
Unit
Baik
Lapangan
Berdasarkan pengklasifikasian aset tetap yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura, maka dapat diambil kesimpulan bahwa PT Bhineka Ciptabahana Pura telah mengelompokkan aset – aset sesuai dengan PSAK No.16 (revisi 2011). Perusahaan mengakui aset sebagai aset yang dimiliki dengan ketentuan bahwa aset yang dimiliki atau yang diperoleh adalah aset yang memiliki masa manfaat dan memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan lebih dari satu periode. Aset tetap yang dimiliki PT Bhineka Ciptabahana Pura digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa yang perusahaan tawarkan atau jual kepada klien maupun untuk kebutuhan administratif perusahaan.
44
4.2
Pengakuan Aset Tetap Suatu aset yang diakui sebagai aset tetap pada PT Bhineka Ciptabahana Pura apabila aset tersebut diperoleh berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan memiliki masa manfaat yang lebih dari satu tahun. Pengakuan awal atas aset yang dimiliki dengan mencatat nilai aset tetap yang sudah diakui sebagai kepemilikan oleh perusahaan. PT Bhineka Ciptabahana Pura telah melakukan pengakuan aset tetap sesuai dengan syarat – syarat PSAK dalam hal – hal apa saja yang menjadikan suatu benda atau aset dinyatakan sebagai suatu aset tetap. Pengakuan – pengakuan tersebut harus dapat diukur dengan nilai ekonomi yang andal. Yang jelas aset tetap diakui saat terjadi pengalihan kepemilikan dengan didukung bukti – bukti yang sah dan jelas. Dan umumnya aset yang diakui oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura berdasarkan suatu transaksi pembelian dari pihak lain. Dalam memperoleh aset, PT Bhineka Ciptabahana Pura membelinya dari pihak lain, bukan dengan cara memproduksinya. Adapun barang – barang yang diproduksi oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura adalah barang – barang pesanan klien terkait dengan posisi perusahaan sebagai equipment supplier. Perolehan suatu aset dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara tunai dan kredit. PT Bhineka Ciptabahana Pura melakukan pembelian aset keseluruhannya secara tunai. Perusahaan menempuh cara dengan pembelian tunai atas aset tetapnya dengan pertimbangan bahwa dengan pembelian tunai dapat memberikan keuntungan antara lain: a.
Biaya pengeluaran lebih ringan sehingga harga perolehan aset tetap menjadi lebih ringan.
b. Perusahaan dapat memperoleh potongan harga dari penjualan sehingga dapat memperkecil biaya perolehan aset tetap tersebut. c. Mengurangi kewajiban – kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang.
45
Berikut adalah aset – aset yang diperoleh PT. Bhineka Ciptabahana Pura dengan cara pembelian tunai selama tahun 2012:
Tabel 4 Pembelian Tunai Tahun 2012
Tanggal 1 Jan 2012
Akun
Debit
Kredit
9,920,000
-
-
9,920,000
3,100,000
-
-
3,100,000
1,596,000
-
-
1,596,000
1,520,000
-
-
1,520,000
17,110,000
-
-
17,110,000
945,000
-
-
945,000
12,745,454
-
Kas
-
12,745,454
Printer Brother
3,490,000
-
Kas
-
3,490,000
Printer Brother
3,040,000
-
Kas
-
3,040,000
3,192,000
-
-
3,192,000
6,135,000
-
-
6,135,000
5,770,000
-
-
5,770,000
6,325,000
-
-
6,325,000
Komputer, Printer, UPS Kas
5 Jan 2012
Printer Canon Kas
13 Jan 2012
UPS Kas
22 Jan 2012
Kursi Lipat + Meja ½ Biro Kas
1 Feb 2012
Komputer, Scanner & LCD Kas
3 Feb 2012
Scanner + Printer Kas
7 Feb 2012
17 Feb 2012
20 Feb 2012
25 Feb 2012
Laptop
UPS ICA Kas
1 Maret 2012 Komputer Kas 2 April 2012
Laptop Kas
6 April 2012
Laptop HP Kas
46
1 Mei 2012
7 Mei 2012
14 Mei 2012
Printer Canon IP 2770
930,000
-
Kas
-
930,000
2 buah laptop HP
11,236,364
-
Kas
-
11,236,364
7,885,000
-
-
7,885,000
10,600,000
-
-
10,600,000
42,525,000
-
-
42,525,000
5,260,000
-
-
5,260,000
7,635,000
-
-
7,635,000
3,192,000
-
-
3,192,000
2,040,910
-
-
2,040,910
7,400,000
-
-
7,400,000
10,590,000
-
-
10,590,000
2,875,000
-
-
2,875,000
5,115,000
-
-
5,115,000
3,100,000
-
-
3,100,000
23,463,000
-
-
23,463,000
79,500,000
-
-
79,000,000
Laptop Toshiba Kas
19 Mei 2012
Laptop Acer, Printer, Scanner Kas
3 Juli 2012
HP Pavilion, Laptop, Printer, Dll. Kas
7 Juli 2012
Laptop Acer Kas
8 Juli 2012
Laptop Kas
8 Agust 2012 UPS Kas 10 Sept 2012
Laptop Samsung Kas
1 Nov 2012
Laptop Toshiba Satelite Kas
2 Nov 2012
Notebook Kas
9 Nov 2012
Printer Canon Kas
1 Des 2012
Laptop Kas
1 Juni 2012
Hammer Hitachi Kas
5 Juni 2012
Theodolite Kas
1 Agust 2012 Yanmar Diesel Kas
47
1 Jan 2012
Mobil Bak Kas
4 Feb 2012
Isuzu PU Turbo B 9543 BAE Kas
11 Feb 2012
( Panther ) B 8117 LJ
52,000,000
-
-
52,000,000
124,454,545
-
-
124,454,545
95,000,000
Kas
1 April 2012
Yamaha Byson B 3952 BMI Kas
8 Mei 2012
Sepeda Motor Yamaha Jupiter
95,000,000
20,600,000
-
-
20,600,000
16,300,000
-
-
16,300,000
97,000,000
-
-
97,000,000
15,700,000
-
-
15,700,000
20,700,000
-
-
20,700,000
13,550,000
-
-
13,550,000
800,000,000
-
-
800,000,000
62,000,000
-
-
62,000,000
550,000,000
-
-
550,000,000
82,979,000
-
-
82,979,000
B 3132 BMU Kas 18 Mei 2012
Suzuki Karimun Estilo B 1192 KFT Kas
1 Juni 2012
Motor B 3401 BNM Kas
5 Juli 2012
Motor Yamaha Byson B 3579 BNS Kas
11 Juli 2012
Motor TH. 2012 B 3136 BNY Kas
2 Sept 2012
Alphard Th.2012 B 1858 BZT Kas
21 Sept 2012
Suzuki Carry B 9844 WJ Kas
2 Okt 2012
Mercy Th. 2009 B 1162 Kas
5 Nov 2012
Daihatsu Grand Max PU B 9597 BAG Kas
Sumber: PT Bhineka Ciptabahana Pura
48
Karena semua transaksi pembelian peralatan dan perlengkapan dilakukan secara tunai maka perusahaan tidak melakukan transaksi secara kredit.
4.3
Pengukuran Aset Tetap Berdasarkan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, perusahaan
menggunakan metode biaya (cost model) dalam melakukan pengukuran aset yang diperolehnya. Dimana perhitungannya sebagai berikut : Biaya perolehan – Akumulasi
penyusutan. Biasanya
biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh aset tersebut adalah harga beli, pajak, biaya pemasangan, ongkos angkut, biaya-biaya ini dimasukan sebagai harga perolehan aset tetap perusahaan. Sebagai contoh pembelian Komputer seharga Rp. 6,135,000 yang termasuk biaya-biaya sebagai berikut: 1. Biay a ongkos angkut 2. Biay a instalasi 3. Pajak
Dalam PSAK No.16 biaya perolehan meliputi bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain, biaya - biaya yang dapat diatribusikan secara langsung yang termasuk (biaya imbalan kerja, biaya penyiapan lahan, biaya penyerahan, biaya perakitan, biaya pengujian aset, komisi profesional). Sedangkan biaya yang bukan merupakan biaya perolehan seperti biaya pembukaan fasilitas baru, biaya pengenalan produk, biaya pengenalan bisnis dan administrasi serta biaya overhead umum. Dalam hal ini PT Bhineka Ciptabahana Pura telah sesuai dalam menerapkan harga perolehan yang sudah dibebankan langsung kepada harga barang yang dibeli sehingga telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di PSAK No. 16, tetapi perusahaan tidak menggunakan akumulasi penurunan nilai aset jadi hanya menggunakan perhitungan biaya perolehan – akumulasi penyusutan.
49
4.4
Penyusutan Aset Tetap Dalam PSAK No. 16 tidak menentukan metode penyusutan yang harus digunakan oleh perusahaan. Sehingga setiap perusahaan bebas menentukan metode penyusutan aset tetap dan digunakan bila dapat dianggap baik bagi perusahaan. Metode tersebut antara lain: metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun ganda (double declining balance method), dan metode jumlah unit (sum of the year digit method). Metode penyusutan aset tetap harus ditetapkan secara konsisten dan berkelanjutan. Rata – rata perusahaan
menerapkan
metode
garis
lurus
dikarenakan
mudah
pengimplementasiannya. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan cara mengalokasikan nilai perolehan aset tetap dalam ukuran yang sama setiap periode akuntansi keperkiraan biaya selama taksiran umur aset tetap yang bersangkutan. Biaya perolehan dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dicatat dalam operasi tahun berjalan. PT
Bhineka
Ciptabahana
Pura
menyatakan
bahwa
mereka
menerapkan metode garis lurus untuk semua perhitungan aset tetapnya kecuali untuk kendaraan. Perusahaan menggunakan metode double declining balance method untuk perhitungan kendaraannya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak konsisten dengan metode yang dipakainya. Suatu aset dapat disusutkan berdasarkan besarnya harga perolehan, estimasi nilai sisa, dan masa manfaat. Masa manfaat suatu aset sangat berpengaruh terhadap perhitungan penyusutan. Perusahaan harus secara tepat menentukan estimasi masa manfaat aset yang dimiliki. PT Bhineka Ciptabahana Pura menentukan masa manfaat aset – aset yang dimiliki sebagai berikut:
50
Tabel 5 Masa Manfaat Aset Tetap Perusahaan Jenis Aset
Masa Manfaat
% per tahun
20 Tahun
5
Peralatan kantor
4 – 8 Tahun
25 - 50
Peralatan Proyek
4 Tahun
50
4 – 8 Tahun
25 - 50
Bangunan
Kendaraan
Sumber: PT Bhineka Ciptabahana Pura
Masa Manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh perusahaan. Kebijakan manajemen aset suatu perusahaan mempengaruhi jumlah penyusutan aset tetap setelah suatu waktu yang ditentukan atau setelah konsumsi dari proporsi tertentu atas manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam aset. Maka masa manfaat suatu aset tetap dapat lebih pendek daripada usia keekonomiannya. Estimasi masa manfaat suatu aset tetap merupakan masalah pertimbangan pribadi oleh pihak manajemen yang berdasarkan pada pengalaman perusahaan dengan aset serupa. Dengan adanya penyusutan terhadap aset tetap oleh perusahaan sudah benar karena dengan adanya penyusutan perusahaan telah mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke periode akuntansi dimana aset tetap tersebut telah memberikan manfaat bagi kegiatan perusahaan sehingga perusahaan dapat memberikan keterangan yang benar mengenai aset tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan dapat disajikan secara wajar. PT Bhineka Ciptabahana Pura menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan sebagian besar aset tetap yang dimilikinya. Prosedurnya lebih sederhana dan cara perhitungannya lebih mudah. Dengan adanya penyusutan terhadap aset tetap oleh perusahaan sudah benar, karena dengan adanya penyusutan perusahaan telah mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke periode akuntansi dimana aset tetap tersebut telah memberikan manfaat bagi kegiatan perusahaan. Sehingga perusahaan dapat memberikan keterangan
51
yang benar mengenai aset tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan dapat disajikan secara wajar. Hal – hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam memutuskan penggunaan metode garis lurus untuk menyusutkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan fisik suatu aset tetap akan menurun secara proporsional pada setiap periode. 2. Biaya reparasi dan biaya pemeliharaan pada setiap periode jumlahnya relatif tetap atau sama besar. 3. Kegunaan ekonomi berkurang karena lewatnya waktu bukan karena penggunaan. 4. Penggunaan di setiap periode relatif tetap.
Jika dilihat secara mendalam, maka metode penyusutan garis lurus lebih cocok untuk perusahaan yang frekuensi produksinya relatif stabil dari periode ke periode. Sehingga yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah melihat produksi yang dihasilkan tiap periodenya agar dapat memilih metode penyusutan yang lebih tepat, apabila produksi relatif stabil, maka perusahaan lebih baik menggunakan metode garis lurus, apabila produksi atau kontribusi jasa yang diberikan aset relatif mengalami penurunan, maka perusahaan lebih baik menggunakan metode saldo menurun, dan apabila produksi dipengaruhi faktor frekuensi pengunaan relatif berfluktuasi, maka perusahaan sebaiknya menerapkan metode jumlah unit. Berdasarkan data yang diperoleh, perusahaan belum menerapkan metode garis lurus secara benar, karena perusahaan tidak menggunakan taksiran nilai sisa (Residu) di dalam perhitungan penyusutan aset tetapnya. Perusahaan hanya menghitung harga perolehan dibagi dengan masa manfaat tanpa mengestimasi nilai residunya.
52
4.4.1
Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intense manajemen. Untuk taksiran nilai sisa dari aset tetap yang dimiliki, perusahaan tersebut mnentukan berapa besarnya atau dengan kata lain nilai sisa aset tetap sama dengan nol. Tetapi PT Bhineka Ciptabahana Pura tidak menggunakan nilai sisa pada beberapa jenis aset tetap yang dimilikinya, namun lebih baik apabila perusahaan menentukan nilai sisa suatu aset y ang sudah habis masa manfaatnya agar dapat dijual atau ditukar dengan aset lain baik y ang sejenis maup un y ang tidak sejenis.
Jurnal p encatatan y ang dilakukan yaitu:
Biay a p eny usutan
xxx
Akumulasi p eny usutan
xxx
Aset tetap pada suatu perusahaan mulai dilakukan dan diakui penyusutannya pada saat aset tetap tersebut telah digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Hal ini harus dilakukan karena pada saat kegiatan operasional berlangsung maka akan timbul biaya penyusutan sebagai akibat dari manfaat yang didapat dari penggunaan aset tetap perusahaan tersebut.
53
Tabel 8 Tabel Penyusutan Aset Tetap – Inventaris Kantor
Berikut ini perhitungan metode penyusutan pada tiap – tiap aset tetap yang dimiliki oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura :
Tanggal
Jenis Aset
Perolehan
Penambahan
Per Desember 2012
Tarif
Penambahan
2011 Inventaris Kantor
Jan 1
Per Desember
702,596,522.00
702,596,522.00
Komputer, printer &
25%
2,480,000.00
3,100,000.00
25%
775,000.00
1,596,000.00
25%
399,000.00
25%
3,921,041.67
UPS
9,920,000.00
5
Printer Canon
13
UPS Komputer, Scanner &
Feb 1
LCD 17,110,000.00
3
Scanner + Printer
945,000.00
25%
216,562.50
7
Laptop
12,745,454.00
25%
2,920,833.21
17
Printer Brother
3,490,000.00
25%
727,083.33
54
20
Printer Brother
3,040,000.00
25%
633,333.33
25
UPS ICA
3,192,000.00
25%
665,000.00
Mart 1
Komputer
6,135,000.00
25%
1,278,125.00
April 2
Labtop
5,770,000.00
25%
1,081,875.00
Labtop HP
6,325,000.00
25%
1,185,937.50
Printer canon IP 2770
930,000.00
25%
155,000.00
7
2 bh Labtop HP
11,236,364.00
25%
1,872,727.33
14
Laptop Toshiba
7,885,000.00
25%
1,314,166.67
6 Mei 1
19
Jul 3
Laptop Acer, printer, scanner HP Pavillion, Labtop, Printer dll
10,600,000.00
42,525,000.00
25%
25%
1,545,833.33
5,315,625.00
7
Acer
5,260,000.00
25%
657,500.00
8
Laptop
7,635,000.00
25%
954,375.00
Agust 8
UPS
3,192,000.00
25%
332,500.00
Sept 10
Samsung
2,040,910.00
25%
170,075.83
Nov 1
Toshiba Satelite
7,400,000.00
25%
308,333.33
2
Notebook
10,590,000.00
25%
441,250.00
9
Printer Canon
2,875,000.00
25%
119,791.67
Laptop
5,115,000.00
25%
106,562.50
Des 1
55
Total Aset
208,676,728.00
208,676,728.00
32,563,323.88
Keterangan: •
Warna hijau : Perhitungan perusahaan yang tidak sesuai dengan tanggal perolehannya karena perusahaan menyamaratakan tanggal 1 sampai tanggal 30 pada perhitungan di bulan yang sama.
•
Warna merah : Perhitungan yang salah dari perusahaan akibat ketidaktelitian penyusutannya.
perusahaan dalam menghitung
56
Pada aset tetap perusahaan bagian inventaris kantor, perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yang memiliki masa manfaat 4-8 tahun. Perusahaan sudah benar melakukan perhitungan harga perolehan yang dibebankan pada setiap barang yang dibeli di tanggal perolehan yang sama. Akan tetapi, perusahaan tidak menerapkan aturan akuntansi yang mana diharuskan lebih dari tanggal 15 seharusnya masuk ke perhitungan bulan depannya. Tetapi disini perusahaan menyamaratakan dari tangal 1 hingga tanggal 30 masuk di perhitungan bulan tersebut. Sebagai contoh : Nama Aset
: Printer Brother
Tanggal Perolehan
: 17 Februari 2012
Cost
: Rp. 3,490,000
Masa manfaat
: 4 Tahun atau 25%
Metode Penyusutan
: Straight Line
Perhitungan
: 11/12 x Rp. 3,490,000 x 25% = Rp.
799,791.667
Perhitungan tersebut yang dihitung oleh perusahaan untuk aset tetap inventaris kantornya, tetapi perhitungan tersebut salah karena yang benar menurut aturan akuntansi seharusnya adalah :
Printer Brother : 10/12 x Rp. 2,908,333 x 25% = Rp. 727, 083,333
Jadi besarnya biaya penyusutan untuk tahun 2012 yaitu Rp. 727, 083,333 dan jurnal yang harus dibuat yaitu:
Biaya Penyusutan – Printer Brother
Rp. 727, 083,333
57
Akumulasi Penyusutan
Rp. 727, 083,333
Perhitungan yang dilakukan perusahaan
:
Rp. 799,791.667
Perhitungan yang benar
:
Rp. 727, 083,333 -
Selisih
:
Rp. 72,708,334
Jelas terlihat bahwa hasil selisih dari depresiasi perhitungan perusahaan dengan perhitungan yang sebenarnya sebesar 72,708,334. Hal ini cukup fatal karena perusahaan selama ini telah salah dalam perhitungan depresiasinya.
58
Tabel 7 Tabel Penyusutan Aset Tetap – Peralatan Proyek Berikut ini terlampir tabel penyusutan dari aset tetap perusahaan berupa peralatan proyek :
Tanggal
Jenis Aset
Per Desember 2011
Peralatan Proyek
1,597,735,627.00
Penambahan
Per Desember 2012
Tarif
Penambahan
Perolehan
Juni 1 5 Agust 1
1,597,735,627.00
Hammer Hitachi
3,100,000.00
25%
452,083.33
Theodolite
23,463,000.00
25%
3,421,687.50
Yanmar Diesel
79,500,000.00
25%
8,281,250.00
Total Aset
106,063,000.00
106,063,000.00
12,155,020.83
Disini terlihat bahwa tidak ada kesalahan perhitungan oleh perusahaan karena tanggal perolehan aset tetap perusahaan tidak ada yang diatas tanggal 15 jadi tidak ada kesalahan dalam perhitungan penyusutan aset tetap untuk peralatan proyek perusahaan.
59
Tabel 8 Tabel Penyusutan Aset Tetap – Kendaraan
Tanggal
Jenis Aset
Perolehan Kendaraan Jan 1 Feb 4 11 April 1
Mei 8
18 Juni 1 Juli 5
Mobil Bak Isuzu PU Turbo B 9543 BAE ( Panther ) B 8117 LJ Yamaha Byson B 3952 BMI Sepeda motor Yamaha Jupiter B 3132 BMU Suzuki Karimun Estilo B 1192 KFT Motor B 3401 BNM Motor Yamaha Byson B 3579 BNS
Per Desember
Penambahan
Per Desember
2011
2012
4,326,225,230.99
4,326,225,230.99 52,000,000.00 124,454,545.00 95,000,000.00 20,600,000.00
16,300,000.00
97,000,000.00 15,700,000.00 20,700,000.00
Tarif
Penambahan
50%
26,000,000.00
50%
50% 50%
50%
50%
50% 50%
57,041,666.46 43,541,666.67 7,725,000.00
5,433,333.33
28,291,666.67 4,579,166.67 5,175,000.00
60
11
Sept 2
21
Okt 2
Nov 8
Motor TH. 2012 B
50%
13,550,000.00
3136 BNY Alphard Th 2012 B
50%
800,000,000.00
1858 BZT Suzuki carry B 9844
50%
62,000,000.00
WJ Mercy Th. 2009 B
50%
550,000,000.00
1162 Daihatsu Grand Max
50%
82,979,182.00
PU B 9597 BAG
3,387,500.00
133,333,333.33
7,750,000.00
68,750,000.00
6,914,931.83
Alphard Dijual B 8060 Des 10
KV ( perolehan th. 2004 ) 1,950,283,727.00
1,950,283,727.00
397,923,264.96
Keterangan : •
Warna hijau : Perhitungan perusahaan yang tidak sesuai dengan tanggal perolehannya karena perusahaan menyamaratakan tanggal 1 sampai
tanggal
30
pada
perhitungan
di
bulan
yang
sama.
61
Disini terlihat bahwa kesalahan perhitungan perusahaan terulang kembali pada perhitungan penyusutan kendaraan karena perusahaan tidak melakukan perhitungan sesuai aturan akuntansi yang berlaku. Sebagai contoh :
Nama Aset
: Suzuki Carry B 9844 WJ
Tanggal Perolehan
: 21 September 2012
Cost
: Rp. 62,000,000
Masa manfaat
: 4 Tahun atau 50%
Metode Penyusutan
: Double declining balance
Perhitungan
: 4/12 x Rp. 62,000,000 x 50% = Rp. 10,333,333.33
Untuk perhitungan aset tetap kendaraannya, perusahaan menggunakan double declining balance method atau metode saldo menurun berganda yang mana akan membuat biaya penyusutan besar di tahun – tahun awal. Dan perusahaan menggunakan metode penyusutannya tidak secara konsisten pada 1 metode saja. Perhitungan yang benar menurut aturan akuntansi aset tetap yaitu sebagai berikut :
Suzuki Carry B 9844 WJ = 3/12 x Rp. 62,000,000 x 50% = Rp. 7,750,000
Perhitungan yang dilakukan perusahaan
:
Rp. 10,333,333.33
Perhitungan yang benar
:
Rp. 7,750,000
Selisih
:
Rp. 2,583,333.333
-
Terlihat perbedaannya dan selisihnya sebesar 2,583,333.333 jika perusahaan secara terus – menerus mengunakan metode yang salah maka akan fatal untuk keberlangsungan perusahaan karena biaya penyusutan akan besar di tahun – tahun awal.
62
4.4.2
Pengeluaran Selama Masa Manfaat Selama masa manfaat suatu aset, tentunya perusahaan membutuhkan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kelangsungan hidup aset tersebut, seperti reparasi, penambahan, dan/atau peningkatan kualitas aset. Reparasi biasanya dilakukan oleh perusahaan apabila suatu aset mengalami penurunan fungsi dari yang semestinya. Selain reparasi perusahaan juga melakukan perawatan/pemeliharaan (maintenance), yakni aktivitas rutin yang dilakukan perusahaan guna memelihara fungsi/kinerja yang diberikan oleh aset dalam membantu kegiatan operasional dan produksi perusahaan. Hal ini sudah biasa terjadi karena PT Bhineka Ciptabahana Pura adalah perusahaan jasa konstruksi yang mengandalkan banyak mesin sehingga perusahaan harus siap dalam mengatasi jika terjadi kerusakan pada peralatan/mesin tersebut.
4.5
Penurunan Nilai Aset Tetap Untuk melihat dan menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, perusahaan perlu menerapkan PSAK No.48: Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Tetapi PT Bhineka Ciptabahana Pura tidak menggunakan perhitungan untuk penurunan nilai tiap – tiap aset tetap yang dimilikinya.
4.6
Pelepasan Aset Tetap Aset tetap yang telah disusutkan secara penuh dengan masa manfaat yang telah habis maka akan operasinya akan dihentikan dan diganti dengan aset baru yang sejenis maupun tidak sejenis selama aset baru tersebut mampu menunjang kegiatan usaha perusahaan. Suatu aset harus dihentikan penggunaannya apabila aset tersebut sudah tidak memberikan manfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang.
63
Berikut adalah penghentian aset yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura atas Alphard B 8060 KV dengan harga perolehan Rp.504,900,000. Alphard tersebut memiliki harga jual sebesar Rp. 285,000,000, masa manfaat 4 tahun, harga perolehan tahun 2004 dan tidak memiliki nilai sisa. Apabila suatu aset tidak memiliki nilai sisa berarti akumulasi depresiasi adalah sebesar harga perolehan yaitu Rp.504,900,000. Dengan kata lain, Alphard tersebut telah disusutkan secara penuh hingga masa manfaat telah berakhir. Maka jurnal yang perlu dicatat oleh perusahaan terkait pengakuan penghentian aset tetap adalah sebagai berikut:
Akumulasi depresiasi – Kendaraan Kendaraan – Alphard
504,900,000 504,900,000
Untuk aset tetap yang sudah dihentikan penggunaannya tapi depresiasi belum habis (belum disusutkan secara penuh) maka aset tersebut tidak akan memberikan keuntungan bagi perusahaan pada saat aset tersebut dilepaskan kepemilikannya karena aset tersebut sudah tidak memberikan kontribusinya kepada perusahaan dan sudah tidak memberikan manfaat kepada perusahaan dan adanya biaya – biaya depresiasi aset tersebut yang masih harus dikeluarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang serta semakin menurunnya nilai aset tersebut bahkan terdapat kemungkinan aset tersebut tidak memiliki nilai jual.
4.7
Penyajian Aset Tetap Aset tetap akan disajikan pada laporan keuangan / neraca (laporan posisi keuangan). Pada laporan posisi keuangan, aset yang dimiliki oleh perusahaan (aset lancar dan tidak lancar) disajikan secara terpisah. Perusahaan menyajikan terlebih dahulu aset – aset yang memiliki sifat likuiditas cepat, selanjutnya perusahaan menyajikan aset tidak lancar (aset tetap).
64
Nilai aset tetap yang disajikan pada laporan posisi keuangan merupakan nilai bersih atas aset – aset tetap tersebut pada tahun pelaporan yang disebut dengan nilai buku, yakni setelah harga perolehan dikurangi beban penyusutan.
4.8
Pengungkapan Aset Tetap Pembaca laporan keuangan pastinya membutuhkan data yang jelas terkait aktivitas – aktivitas perusahaan. Setiap perusahaan dengan wajar mengungkapkan kebijakan – kebijakan terkait aset tetap dalam laporan keuangannya dengan tujuan pembaca laporan keuangan dapat memahami bagaimana perusahaan melakukan pengakuan, pengukuran, penyusutan, penyajian, dan pengungkapan aset tetap. Berikut adalah catatan atas laporan keuangan PT. Bhineka Ciptabahana Pura dalam laporan keuangan perusahaan terkait dengan aset tetap: Berikut ini adalah kriteria pengungkapan aset tetap sesuai PSAK No. 16 terkait perusahaan:
Tabel 9 Kriteria pengungkapan aset tetap sesuai PSAK No. 16 Kriteria pengungkapan sesuai PSAK No. 16 Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto
Kriteria yang sudah diterapkan perusahaan Perusahaan hanya menerapkan metode cost model (model biaya)
Metode penyusutan yang digunakan
Perusahaan menggunakan metode penyusutan straight line dan double declining method Perusahaan telah mengestimasi umur manfaat dengan benar Perusahaan belum melakukan uji penurunan nilai dan belum menerapkan penurunan nilai aset perusahaannya
Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode
65
Berikut ini adalah ketentuan – ketentuan aset tetap yang tertera pada PSAK No. 16 terkait perusahaan :
Tabel 10 Pernyataan PSAK No. 16 Terkait Perusahaan No.
Ya 1.
Tidak
06. Aset tetap adalah aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
2.
Pengakuan 07. Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika: (a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh
manfaat
ekonomik masa depan dari aset tersebut; dan (b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. 3.
Pengakuan Awal
15. Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. 4.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
29. Entitas memilih model biaya dalam paragraf 30 atau model revaluasi dalam paragraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. 5.
Model Biaya 30. Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
66
6.
Penyusutan
44. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. 7.
49. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui
dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan 8.
dalam jumlah tercatat aset lainnya. Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan
51. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. 9.
52. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
10. Metode Penyusutan
61. Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset oleh entitas. 11. 62. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset di-
review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila
Tidak ada revaluasi
terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan 12. Kompensasi untuk Penurunan Nilai
65. Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan dimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakui menjadi piutang.
Tidak ada
67
13. PENGHENTIAN PENGAKUAN
67. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: (a) dilepas; atau (b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. 14. 68. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari
penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK 30: Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik). Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. 15. 72. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari
penghentian pengakuan suatu aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut.
68