KOMTRIBUSI PENDIDIKAN AKIDAH AKHAK TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA MI. DARUL AITAM PONDOK PINANG KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN
Oleh: HIDAYAT NIM. 8050110001509
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2008 M 45
46
ABSTRAK
“HIDAYAT HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA MI. DARUL AITAM PONDOK PINANG KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN”. (Studi Deskripsi Kuantitatif Pada MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran lama Jakarta Selatan. Skripsi, Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2007. Bertitik tolak dari permasalahan bahwa adanya temuan tentang kepribadian siswa yang tidak baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Baik terhadap orang tua, guru-guru maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Maka atas dasar pertimbangan pemikiran mengenai pokok masalah tersebut penulis memilih judul “Hubungan Antara Pendidikan Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan”. Sumber data yang digunakan terdiri daridua macam yaitu informasi dan key informasi. Informasi yang ada dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa, yakni siswa kelas IV, V, dan VI yang mengikuti pembelajaran pendidikan di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran lama Jakarta Selatan. Sedangkan key informasinya adalah kepala sekolah dan guru bidang studi akidah akhlak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi wawancara dan angket. Dari hasil angket dianalisis dengan memakai rumus statistik yaitu dengan rumus korelasi Product Moment, penelitian ini menyimpulkan bahwa : 1. Pendidikan Akidah Akhlak memiliki kontribusi yang cukup terhadap. Pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 2. Kurikulum dan yang digunakan di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, adalah kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Agama. 3. Hasil penelitian pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa cukup baik, antara lain: siswa mengamalkan shalat wajib, beramal shaleh dan perilaku terpuji. 4. Karakter kepribadian siswa yang mengikuti pendidikan akidah akhlak memiliki sikap dan sifat yang terpuji, beradab dan bermoral. Sesuai dengan etika islam dan norma-norma budaya bangsa Indonesia
47
MOTTO
⌧ *(☺,- #$%&'() !" .0 12 ⌧ 1⌧:6 1789( 3 456 =>?@ %;1,<⌧ “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Q.S Al- Ahzab : 21]
“Memberikan
pengajaran, pendidikan dan tuntunan merupakan sebaik-baik
hadiah dan perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dengan nilai yang jauh lebih baik dari pada dunia dan segala isinya”.
“Seorang mu’min menjadi mulia karena agamanya, memiliki kepribadian karena akalnya, dan menjadi terhormat karena akhlaknya.” (Al-Hakim)
48
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Assala’mualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah serta Rahman dam Rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA MI DARUL AITAM PONDOK PINANG KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN”. Guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana S1 (Strata Satu), Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, karena berkat jasa beliaulah kita menjadi sebagai seorang muslim dan selalu dalam hidayah Allah SWT. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya. Juga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setinggitingginya kepada : 1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dosen pembimbing seminar proposal skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan sekertaris jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra.Eri Rossatria M.A.g Ketua Jurusan PTTM Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Bapak. Drs. A. Syafi’i, M.Ag, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak berkorban waktu, tenaga, pikiran dan perasaan untuk memberikan bimbingan, arahan ataupun perunjuk dalam penyusunan serta penulisan skripsi ini.
49
5. Seluruh dosen dan karyawan dilingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. bapak H.M. Hasan, H.A, Bapak Sanusi, S.Ag, selaku kepala sekolah dan guru bidang
akidah akhlak pada MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Yang telah banyak membantu dan memberikan
waktu
kepada
penulis
untuk
melakukan
observasi,
wawancara dan penelitian serta bersedia memberikan data-data sekolah dengan sangat memuaskan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. 7. Kedua orang tua, anak-anak serta istri yang tercinta yang telah bersusah payah membantu baik moril maupun materil serta pengertiannya selama ini. 8. Para siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang telah berpartisipasi dalam memberikan jawaban terhadap angket yang penulis sebarkan. 9. Pemerintah yang telah memberikan beasiswa melalui Departemen Agama supaya penulis dapat mengikuti perkuliahan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Rekan-rekan penulis seperjuangan program PTTM/PAI 2007 yang selalu kompak dan rajin dalam perkuliahan, semoga ukhuwah yang terjalin selama ini agar tetap terjaga. Penulis menyadari kekurangan pada skripsi ini, untuk itu kritik dan saransaran yang konstruktif sangat penulis nantikan. Kemudian mengenai skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis persembahkan semuanya, semoga jasa-jasa dan budi baik mereka yang telah memberikan bantuan moril dan materil mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari-Nya. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, 19 Mei 2009 24 Jum tsaniyah1430H
Penulis
50
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN...........................................
ii
ABSTRAKSI ...............................................................................................
iii
MOTTO ......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR.................................................................................
v
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................
1
B. Identitas Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan
BAB II
Masalah .................................................................................
5
C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian...................................
7
KAJIAN TEORI A. Pendidikan Akidah Akhlak dan Pembentukan Kepribadian ...........................................................................
9
1. Pengertian Pendidikan......................................................
10
2. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak .............................
13
3. Dasar Pendidikan Akidah Akhlak.....................................
20
4. Tujuan Pendidikan Akidah Akhlak...................................
22
B. Metode Pendidikan Akidah Akhlak........................................
25
C. Pengertian Kepribadian dan Aspek-aspeknya.........................
29
D. Proses Pembentukan Kepribadian ..........................................
31
E. Pendidikan Akidah Akhlak dalam Pembentukan Kepribadian Siswa .................................................................
35
F. Kerangka Berfikir ..................................................................
37
G. Hipotesis................................................................................
38
51
BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
39
B. Populasi dan Sampel..............................................................
39
C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
40
D. Teknik Pengelolaan Data .......................................................
42
E. Teknik Analisis Data .............................................................
43
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi ...............................................................................
45
B. Analis dan Interpretasi ...........................................................
51
C. Uji Hipotesis..........................................................................
68
PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................
70
B. Saran-saran ............................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
72
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Populasi dan sampel .....................................................................40
Tabel 2
: Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian............................................42
Tabel 3
: Interprestasi Nilai .........................................................................44
Tabel 4
: Keadaan Guru M.I Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan ...46
52
Tabel 5
: Keadaan Siswa M.II Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan..47
Tabel 6
: Sarana dan prasarana M. I Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan ....................................................................48
Tabel 7
: Tentang Rukun Iman ada 6 ...........................................................51
Tabel 8
: Rukun Iman yang pertama percaya kepada Allah ..........................52
Tabel 9
: Selalu mengingat Allah dalam hidup sehari-hari ...........................53
Tabel 10 : Shalat wajib 5 waktu dalam sehari semalam ..................................53 Tabel 11 : Ajaran Islam Tentang anjuran bershadaqah ...................................54 Tabel 12 : Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari ..................55 Tabel 13 : Hormat kepada orang tua ..............................................................55 Tabel 14 : Sikap berbakti kepada orang tua dan guru .....................................56 Tabel 15 : Sikap bergaul sesama teman sepermainan .....................................56 Tabel 16 : Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca al-Quran .......................57 Tabel 17 : Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan tugas dari guru ...........57 Tabel 18 : Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapian di rumah ……………………………………………………………………...58 Tabel 19 : Sikap dan tindakan melihat perselisihan antara teman ...................59 Tabel 20 : Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT .............59 Tabel 21 : Kebiasaan membaca doa setelah selesai salat ................................60 Tabel 22 : Kegiatan kerja bakti (kebersihan masal) di sekolah ....................... 60 Tabel 23 : Partisipasi dalam pengumpulan infak rutin setiap hari jum’at ........61 Tabel 24 : Menghormati tamu yang datang ke rumah ....................................61 Tabel 25 : Menjaga ketertiban di kelas dalam proses belajar mengajar ...........62 Tabel 26 : Patisipasi dalam acara-acara hari-hari besar Islam di sekolah ........63 Tabel 27 : Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil Penyebaran Angket .......................................................................64 Tabel 28 : Perhitungan untuk mencari data variabel Y dari hasil Penyebaran Angket........................................................................65 Tabel 29 : Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X (kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan varaibel Y (pembentukan kepribadian siswa) ..................................................66
53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Angket penelitian Hubungan Antara Pendidikan Akidah Akhlak terhadap pembentukan kapribadian siswa kelas IV, V, dan VI M.I Darul Aitam Pondok Pinang.
Lampiran II
: Pedoman dan Hasil Wawancara terhadap kepala sekolah M.I Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan.
Lampiran III
: Pedoman dan Hasil Wawancara terhadap Guru Bidang Studi Akidah Akhlak M.I Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Lampiran IV
: Surat Izin Penelitian
Lampiran V
: Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran VI
: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran VII
: Surat Observasi
Lampiran VIII : Daftar Riwayat Hidup
54
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Al-Qur’an
terdapat ayat-ayat
yang berkenaan dengan
pengajaran dan pendidikan tentang pentingnya penanaman akidah dan akhlak. Diantaranya adalah di dalam surat Luqman ayat 13-15.
B,),% CDE *A(☺5 5:6 OE LM0NA2 H)JK,F2 FG6 TU . C Q;RFS [X\,K XYZJK ⌧Q;7DR 8*A&'_`a %5\L^66 =?]@ )9cZd⌧ ,)2(,C *G6 hc g%G6 H)ef!" @6" @kf l H)FZA&j,Y6 (o2(,6 n 1KN 6 =?@ ;17j(☺5 pcn qs1tFS 6" c q((rA(0 ⌦ YZ,l B,)C (o av5\ f u . (☺rF,xF O⌧Y 4y (☺r N,)&^6 OS4N( {o|6 . zY61Ff pcn LXFX h pcn 8}y6" *f (☺C KNp)~y!Y F70 1f =?@ FZ(☺F X9% 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
55
5 Isi dari ayat-ayat tersebut menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman (akidah), akhlak, ibadah tentang hubungan sosial dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pendidikan akidah akhlak merupakan suatu hal yang menjadi pokok dan urgen bagi pribadi
terbentuknya
yang memiliki keyakinan kuat dan lurus serta budi pekerti dan
tingkah laku yan mulia. Agama Islam sungguh menekankan pengajaran akidah dan akhlak sebagai pedoman pokok (landasan dasar) bagi setiap individu muslim supaya ia mengusahakan kemuliaan dan kesucian, mengenal dan melaksanakan hak dan kewajibannya. Berpegang teguh pada sendi-sendi rukun iman dan rukun Islam disertai dengan implementasi
pada keutamaan akhlak yang terpuji.
Memasukan diri ke dalam lingkungan kerohanian yang murni suci jauh dari segala noda dan cela. Mengenai pengajaran dan pendidikan akidah akhlak
diawali oleh
rasulullah SAW yang juga sebagai guru dan pendidik utamanya. Beliau mendidik kaumnya (umatnya) dalam rangka membentuk manusia muslim yang memiliki karakter keimanan yang kokoh disertai dengan akhlak dan kepribadian yang luhur dan terpuji. Rasulullah SAW sebagai penyebar agama yang suci ini benar-benar telah mencapai puncak
keluhuran budi pekerti sebagai mana yang telah
difirmankan Allah SWT:
=@ c(F
X\,K
SFZ8
oy6
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau itu wahai Rasulullah memiliki budi pekerti yang teramat luhur”. (QS. Al-Qalam: 4) Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian seseorang. Pendidikan agama dalam hal ini
56
tentang akidah dan akhlak harus tetap berlangsung kontinyu baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan agama yang berlangsung dengan baik dalam semua lembaga pendidikan formal (sekolah), maupun informal (keluarga) dan masyarakat. Merupakan unsur pembentukan
penting dalam
dan pembinaan kepribadian seseorang. Kepribadian yang
terjalin di dalam nilai-nilai agama, akan membuahkan akhlak yang baik. Dalam Bab II pasal 3 undang-undang sistem pendidikan nasional menjelaskan fungsi dan tujuan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.1 Jadi dengan kata lain pendidikan dan pengajaran akidah akhlak yang dilaksanakan di sekolah sejalan dan membina siswa menjadi warga negara yang baik dengan memiliki pola perilaku dan kepribadian yang luhur. Dan sekaligus menjadi umat Islam yang patuh dan ta’at dalam menjalankan perintah agamanya serta meninggalkan semua larangannya. Dalam kehidupan sehari-hari begitu lugu dan polos ternyata masih suka berkata-kata kasar, membantah kepada guru maupun kepada orang tua. Suka mencuri, kurang bahkan tidak sopan, tidak menghormati orang tua dan guru, berani berbohong dan suka mencontoh, mengejek orang lain kurang jujur dan sebagainya, maka hal yang demikian ini akan menyebabkan terciptanya kepribadian yang tidak baik yang akan mengarah kepada perbuatan-perbuatan dan tingkah laku negatif (tercela). Dari kejadian nyata yang ada tersebut
baik itu dilingkungan keluarga, masyarakat ataupun
lingkungan sekolah maka kita patut untuk merenungkan bagaimana jalan
1
UU RI No. 20 Tahun 2003,Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafindo, 2003), h. 5-6
57
keluar dan solusinya guna memback-up dan melindungi anak-anak muslim (generasi Islam) dari sifat dan sikap. Serta tingkah laku yang kurang bahkan tidak terpuji itu yang pada gilirannya nanti beberapa tahun kemudian akan menjelma menjadi generasi yang tidak memiliki kepribadian dan akhlak yang tidak terpuji. Untuk mewujudkan agar seseorang memiliki akhlak yang baik, maka sifat
mendasar yang tercermin dari perilaku atau kepribadiannya
perlu
mendapat pembentukan yang baik agar kepribadiannya dapat tumbuh, sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu kepribadian merupakan potensi dasar bagi seorang muslim. Apabila kepribadian dan akhlaknya baik, maka akan baik juga segala tingkah laku dan perbuatannya. Secara formal, institusi yang layak dijadikan sebagai tempat mendidik adalah sekolah yang mempunyai tugas berbagai
ilmu
pengetahuan,
membimbing dan mengajarkan
kecakapan-kecakapan
dan
keterampilan
keterampilan hidup lainnya, yang belum dimiliki dan dikuasai oleh anak didik (siswa), tentunya guru dan civitas sekolah (madrasah Ibtidaiyah) memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak didik sebagai realisasi atas amanat
yang diberikan
orang tua dan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tersebut. Disinilah perlunya pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama pada khususnya
terutama pada
mata
pelajaran akidah akhlak bagi perkembangannya kepribadian anak didik yang harus mendapat perhatian baik dari pimpinan sekolah, para guru, juga pihakpihak lain yang terkait, sebab kepribadian anak didik (siswa) akan menjadi baik atau rusak ditentukan oleh proses pendidikan yang diterimanya pendidikan di sekolah. Bertitik tolak dari permasalahan di atas penulis ingin meninjau kembali sejauh mana pentingnya pendidikan akidah akhlak bagi pembentukan siswa dengan
mengetahui pelaksanaan pendidikan
akhlak disekolah
bidang studi akidah
yang kami jadikan objek penelitian untuk mengetahui
sejauh mana kaitannya dalam pembentukan kepribadian siswa. Atas dasar pertimbangan pemikiran kepribadian siswa. Atas dasar pertimbangan
58
pemikiran pokok masalah di atas penulis memilih judul: ”Hubungan antara Pendidikan Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa MI. Darul Aitam, Pondok Pinang, Kabayoran Lama Jakarta Selatan”. Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut: 1. Sepanjang pengetahuan penulis bahwa di MI Darul Aitam Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan belum ada penelitian oleh pihak manapun tentang pendidikan akidah akhlak dalam membentuk kepribadian siswa. 2. Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian siswa adalah suatu keharusan dan tanggung jawab pihak guru dan sekolah dalam menjadikan para siswanya memiliki kepribadian dan tingkah laku sesuai dengan ajaran islam. 3. Masalah krisis moral menjadi permasalahan yang komplek dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat dan juga para orang tua khususnya, hal demikian ini terjadi juga pada siswa MI. Darul Aitam Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 4. Betapa pentingnya pertan guru kepada siswa-siswinya di dalam pendidikan akhlak, kerena baik dan buruknya pendidikan akhlak tergantung bagaimana guru memberikan pengajaran akhlak kepada siswanya. 5. Salah satu keberhasilan program pendidikan di MI Darul Aitam adalah dapat diukur dengan parameter dari lulusan yang memiliki kualitas ilmu, iman dan berakhlak karimah dengan indikator perilaku mereka di dalam kehidupan sehari-hari secara nyata.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Eksistensi pendidikan akidah akhlak pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
59
b. Minat para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan akidah akhlak. c. Pengajaran dan pendidikan aqidah akhlak pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. d. Situasi dan kondisi yang mendukung dalam pembinaan dan pembentukan kepribadian akhlak siswa. e. Metode yang digunakan dalam pendidikan akidah akhlak pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. f. Aspek-aspek yang harus dimiliki, dipahami dan dapat diamalkan oleh siswa, sebagai suatu bentuk kepribadian dan akhlak yang baik antara lain keimanan pada Allah SWT, akhlak akhlak yang berkaitan dengan diri pribadi dalam keluarga, di sekolah dan lingkungan masyarakat. g. Kontribusi pendidikan akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa, pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 2. Pembatasan Masalah Tidak semua masalah dapat kami bahas, namun penulis hanya mengambil beberapa masalah tersebut karya tulis agar lebih khusus penulis dalam menjelaskan
untuk dijadikan sebagai bahan
dan terarah, sehingga mempermudah
permasalahan yang akan dibahas, maka
penulis akan membatasi pada : a. Kontribusi
pendidikan
akidah
akhlak
terhadap
pembentukan
kepribadian siswa pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. b. Eksistensi pendidikan akidah akhlak pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. c. Minat para siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan akidah akhlak MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
60
d. Aspek-aspek yang harus dimiliki dan dipahami oleh para siswa antara lain keimanan pada Allah SWT, Malaikat, Rasul Allah SWT, kitab-kitab-Nya. Aspek akidah akhlak
pada diri pribadi, keluarga, di
sekolah dan lingkungan masyarakat. e. Metode yang digunakan dalam pendidikan akidah akhlak di MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 3. Rumusan Masalah Dengan melihat pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: Apakah pendidikan akidah akhlak berkontribusi positif terhadap pembentukan pribadi pada siswa? Dan sejauh manakah pendidikan akhlak tersebut berkontribusi positif terhadap pembentukan perilaku siswa. C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian : 1. Tujuan Penelitian a. Untuk memberikan subangsih pemikiran pada sekolah MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Untuk mengaplikasikan
dan
pembentukan
kepribadian
siswa
dalam
pendidikan akhlak yang karimah. b. Untuk menjadikan MI Darul Aitam lebih baik dan berkembang kearah yang positif, sesuai dengan apa yang penulis inginkan. c. Untuk menjadikan sekolah madrasah lebih kreatif dan inovatif dalam berakhlak, sesuai dengan akhlak nabi Muhammad SAW. Dengan apa yang dikatakan dalam Al-Quran yaitu akhlak Qura’ni. d. Untuk mengatasi sejauh mana kuwalitas pendidikan aqidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian dan karakter siswa-siswa MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
61
2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang nyata tentang hubungan antara pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa MI Darul Aitam. b. Hasil penelitian ini akan berguna untuk kepala sekolah, guru dan orang tua sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pembentukan kepribadian siswa yang terpuji. Sehingga dapat mengubah pandangan orang tua tentang pendidikan akidah akhlak yang selama ini kurang mendapat perhatian yang maksimal dan fokus. c. Hasil penelitian ini dapat menambah spektrum khazanah keilmuan dalam bidang Pendidikan Agama Islam. d. Hasil penelitiam ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan pada tahap penelitian selanjutnya.
62
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Akidah Akhlak dan Pembentukan Kepribadian 1. Pengertian Pendidikan Bila kita memahami pengertian pendidikan dari segi bahasa, kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah” dengan asal kata kerjanya “rabba”.1 Sedangkan menurut etimologi kata “pendidikan” berasal dari kata “didik”
yang
mendapat awal pe dan akhiran an yang artinya “pemeliharaan, asuhan, pimpinan atau bimbingan”.2 Kata “pengajaran” itu sendiri dalam bahasa arabnya ta’lim
dengan kata kerjanya “allama” jadi mengenai kata
pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah wa ta’lim. Sedangkan jika dikaitkan dengan pendidikan Islam adalah tarbiyah islamiyah. Dalam bentuk kata benda, kata rabba digunakan juga untuk Tuhan. Karena diidentikan bahwa Tuhan juga bersifat mengasuh, memelihara juga yang menciptakan.
mendidik,
3
Kata “}v” yang berarti juga mendidik dapat kita lihat dalam surat (Al-Isra ayat: 24)
(☺⌧
(☺rd⌧
}v
=>@ %;1&^ 4C Artinya : “ …Ya, Tuhanku, sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah mendidik/ memelihara sejak kecil (Al-Isra ayat: 24) Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah seperti sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: 1 DR. Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, Tahun, 2004), h. 25 2 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), Cet. Ke-7, h. 250 3
DR. Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan, h. 25
63
(اَدََِ رَّ ِ ََََْ َْدِِِْ ْ )ا Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” Sedangkan pengertian pendidikan secara istilah adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh orang dewasa yang bertanggung
jawab dalam
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik, dalam perkembangan jasmani dan rohani. Agar mereka mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.” Van Cleve Morris menyatakan “secara ringkas kita mengatakan pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial sementara untuk mengarahkan cara hidup secara mengarah kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen yang melayani masa depan yang lebih baik. Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana segenap kemampuan manusia yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang arsitik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain, atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.5 Dalam pengertian yang lebih luas, proses kependidikan tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia yang lebih sempit (khusus) dunia sekitarnya pun melakukan proses penyesuaian dengan dirinya. Dia belajar untuk mengetahui cara-cara jalannya alam dan dalam batas-batas tertentu dapat dikelola dan diaturnya. Dan juga belajar mengenai apa saja yang diperlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya dan bagaimana ia harus bekerja sama dengan orang lain secara baik dan harmonis juga dapat memahami dan merasakan keakraban dirinya dengan alam lingkungan hidupnya, agar dirinya merasa betah pada tempat tinggalnya, tidak merasa tersaing hidup pada dunianya sendiri.
5
Nurubiyanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia), h. 56
64
Maka pendidikan itu juga melakukan bimbingan, membina dan membentuk
keterampilan-keterampilan supaya
memiliki kepribadian
mandiri pada siswa, juga membantu anak didik untuk perkembangan jasmani dan rohaninya dengan seimbang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab serta dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkanya. Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas tampaklah segi-segi persamaan dan perbedaannya. Mengenai persamaannya bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar yang dilakukannya berupa bantuan bimbingan,
kepemimpinan,
tuntutan
dan
pengawasan
terhadap
perkembangannya siswa (murid) baik berkaitan dengan fisiknya maupun keadaan psykisnya yang menimbulkan perubahan yang signifikan dan persamaan pada tingkah laku siswa itu sendiri. Adapun perbedaannya terletak pada tujuannya dan batas waktu pendidikan. Dr. Winarno Surachmad membatasi pada umur dewasa dan tujuannya mencapai kedewasaan anak didik. Sedangkan A.D.Marimba tidak membatasinya pada umur dewasa dan tujuannya bukan sekedar mencapai kedewasaan dan penyesuaian pada tiap-tiap fase perkembangan seseorang tetapi lebih jauh dari itu semua, yakni pencapaian pribadi yang utama. Penyesuaian tiap-tiap fase hanya merupakan tujuan perantara atau sementara dan bukan tujuan akhir . Dengan demikian kami lebih cenderung pada batasan pendidikan Islam, yang sesuai dengan pengertian dan tujuan pendidikan Islam. Sedangkan kepribadian yang utama yang akan dicapai dalam pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah “kepribadian serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilainilai Islami.6 Ditinjau pada pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan yang berdasarkan pada filsafat hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Dalam undang-undang No. 4 Tahun 1950 disebutkan bahwa tujuan pendidikan 6
Ahmad. D. Marimba,
65
dan pengajaran adalah “membentuk manusia susila, yang cakap dan warga negara
yang demokrasi, serta bertanggung jawab tentang kesejateraan
masyarakat dan tanah air”. Oleh karena itu segela usaha dalam pendidikan harus diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan akhir pendidikan dinegeri kita sebagaimana tercantum di dalam undang-undang RI No. 20 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada Bab II pasal 3 bahwa “pendidiikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menderdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”7 Degan demikian jelas bagi kita bahwa rumusan tersebut mengandung cita-cita yang luhur dan tinggi dalam upaya pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas baik dengan ditinjau dari segi aspek mental spiritualnya ataupun juga aspek fisik jasmaninya. Pembentukan manusia Indonesia yang diiktiarkan melalui proses pendidikan nasional adalah benar-benar manusia yang berkesadaran tinggi dalam kehidupan mental spiritual maupun aspek jasmaniahnya baik itu berkaitan dengan kehidupan pribadi atau dalam kehidupan bermasyarakatnya. Maka terbentuklah manusia yang berkesinambungan dalam bidang fisik atau material dan mental spiritualnya. Manusia yang demikian adalah manusia yang sesuai dengan cita-cita islam yaitu yang disebut manusia insanul kamil (sempurna).
2. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak Ajaran Islam sebagaimana menurut Maulana.M Ali, dibagi kepada dua bagian, yaitu yang lazim disebut rukun Iman, dan bagian praktek yang 7
Undang-undang SISDIKNAS RI. No. 20 Tahun 2003
66
mencakup segala pekerjaan oleh individu muslim. Bagian pertama disebut Aqa’id atau aqidah artinya kepercayaan yang kokoh,sedangkan bagian yang kedua disebut Ahkam. Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehinga bertemu dan bersambung secara kokoh.8 Ada juga akidah yang berkaitan dengan kata aqad masuk dalam kategori untuk pengertian akad nikah, akad jual beli dan akad kredit dan lain sebagainya. Melalui penelaahan bidang akidah ini bahwa keyakinan dalam islam bersifat murni baik isinya maupun prosesnya. Sebagai sebuah keyakinan kepada Tuhan yang wajib disembah hanyalah kepada Allah semata. Keyakinan tersebut haruslah murni tiada embel-embel sebagai tandingannya.Karena akan berakibat pada nilai-nilai kemusyrikan bahkan dapat menjadi kafir, dan dalam prosesnya keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah yang demikian itulah yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya kepada Allah, kemudian melahirkan jiwa yang bebas,merdeka dan tidak tunduk kepada manusia dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan. Dalam pandangan Dr. Yusuf Qardhawi bahwa akidah adalah keimanan sebagai sebuah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku, kepribadian, dan perbuatan seharihari.9 Dengan demikian akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan gerakan amal saleh. Pendidikan berupaya dan berusaha menanamkan dan membina akhlak akidah (keimanan)
kepada para peserta didik. Instansi
yang
bertanggung jawab terhadap penanaman keyakinan agama ialah keluarga 8
Abudin Nata, “Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Tahun 1999), h. 84 9 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,…., h. 84
67
terutama juga lembaga pendidikan. Sebelumnya kita perlu mencermati bagaimana sebuah gagasan pemikiran atau kepercayaan sebagai sebuah pandangan keyakinan yang bersifat semesta alam.Menurut Murtadha Muthahhari dalam bukunya pandangan dunia tauhid (akidah). Ada lima syarat yang harus ditanamkan kepada peserta didik diantaranya adalah: 1) Dapat diedukasikan dan dibuktikan (didukung oleh nalar dan logika), sehingga melicinkan jalan
bagi diterimannya
tersebut secara rasional serta
pandangan tauhid
dapat dijadikan petunjuk
dan
menghapuskan kebingungan dan kebodohan. 2) Memberi
makna pada kehidupan,
menghapuskan dari pikiran,
gagasan yang mengatakan bahwa hidup itu sia-sia, bahwa seluruh perjalanan menuju ketidak berartian. 3) Membangkitkan ideal-ideal, antusiasme dan aspirasi, sehingga membuatnya memiliki daya tarik semangat dan kekuatan. 4) Dapat memperkuat dan menyucikan maksud-maksud dan tujuan sosial manusia, sehingga membuat orang mudah berkorban, dan idealisme berkenaan dengan tujuan pada jalur itu, tentu tidak memiliki jaminan bahwa tujuan-tujuannya akan dilaksanakan. 5) Membangkitkan komitmen dan tanggung jawab pada dirinya dan manyarakat.10 Pendidikan akidah, tauhid benar-benar tertanam dalam hati dan jiwa peserta didik (siswa) jika memenuhi kelima syarat tersebut, sehingga dapat membentuk sebagai sebuah keimanan dan keyakinan yang bersifat tauhid aktual dan tidak sebagai pandangan keyakinan yang tekstual saja. Maka pertambahan ilmu tauhid membuat para siswa semakin mensucikan hati dan jiwanya sebagaimana yang diajarkan dalam agama. Dalam upaya pendidikan tauhid (akidah), maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu unsur-unsur apa saja yang berperan penting dalam proses trasmisi ilmu dari para pendidik kepada para murid, baru kemudian 10
Mohammad Fauzi Adhim, Mendidik Anak Menuju Takdir, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Tahun 1996), h. 84
68
meninjau kembali nilai-nilai strategisnya. Hal yang demikian menjadi penting guna menjadikannya sebagai basis penamaan pandangan tauhid (akidah). Mengenai tema-tema pokok tentang tauhid (akidah) yang di sajikan (diajarkan) kepada siswa yaitu: 1. Kalimat Tauhid a. Arti kalimat tauhid b. Contoh sederhana c. Pembiasaan 2. Asma’ul Husna a. Kalimat Asma’ul Husna dan artinya 3. Kalimat-kalimat Thayyibah a. Subhanallah b. Masya Allah 4. Malaikat Allah a. Nama-nama Sepuluh Malaikat b.Tugas-tugas Malaikat c. Bukti Sederhana adanya Malaikat Allah 5.
Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna
6. Makhluk Ghaib a. Jin, Setan dan asal kejadiannya b.Jin dan Setan 7. Taubat a. Pengertian taubat b. Kesalahan dan dosa c. Cara-cara bertaubat
8. Iman kepada Nabi dan Rasul a. Percaya kepada nabi dan rasul b. Mencontoh sifat-sifat nabi dan rasul
69
9. Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna a. Al Wahhab b. Ar-Razzaq c. Al-Fattaah d. Asy-Syakuur e. Al-Mughnii 10. Ketuguhan Iman dari kisah Masyitah dan Ashabul Kahfi a. Kisah Masyitah b. Kisah Teladan Ashabul Kahfi Dari tema-tema pokok tersebut merupakan jenis materi yang di sesuaikan dengan standar isi kurikulum yang di programkan untuk ke tercapainya hasil belajar para siswa di tingkat madrasah ibtidaiyah. Di sesuaikan terhadap perkembangan mental spiritual serta daya pikir dan nalar mereka sesuai dengan usianya. Namun demikian pendidikan dan pengajaran bidang tauhid (akidah) ini, perlu ada penyempurnaan baik dari segi tema-tema pokok, metode, personil giru, sistem dan sarana prasarana pendukung yang lain. Adapun pengertian akhlak menurut etimologi berasal dari bahasa Arab اَََْْقadalah bentuk jamak dari kata ََ ُ"ُ khuluk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.11 dalam Dairatul Ma’arif dikatakan :
ُ*)ِ ََ تُ اِْﻥَْنِ اَْد%ِ$ َ ِاَََْْقُ ه Artinya : Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”
Dari pengertian dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak 11
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penafsiran AlQur’an, 1973), Cet, Ke-1, h. 156
70
adalah “budi pekerti, watak kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.12 Dalam pengertian sehari-hari oleh masyarakat akhlak diartikan “budi pekerti” atau sopan santun. Para ahli pendidikan banyak memberi batasan mengenai pengertian akhlak. Ibnu Maskawih mengatakan bahwa yang disebut akhlak adalah “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan lebih dahulu.13 Imam Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut: “Akhlak adalah suatu sikap atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan.14 Jika sikap itu yang darinya perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal maupun syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut adalah sebagai akhlak yang buruk.15 Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa akhlak adalah ajaran
tentang baik buruk terhadap suatu perbuatan atau perkataan
seseorang yang dilahirkan tanpa paksaan. Akhlak baik adalah perilaku seseorang yang dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji, baik menurut akal maupun tuntutan agama, sedangkan akhlak yang buruk adalah perilaku manusia yang menghasilkan perbuatan-perbuatan jelek dan tidak terpuji.
12
Soegarda Purbakawtjo, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakara: Gunung Agung
1976), h. 9 13
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar
Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu
1979), h. 8 14
H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia), Cet Ke-2, h. 2
15
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafa Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 124
71
Imam Ali r.a. berkata: Kebagusan akhlak itu ada pada tiga perkara : menjauhkan segala yang haram, mencari yang halal dan berbuat keluasan kepada keluarga”. Tetapi sebenarnya ucapan itu hanya mengemukakan buah (hasil) dari kebagusan akhlak. Tidak dari kebagusan akhlak itu sendiri, dan menyingkapkan yang tertutup dari hakekat itu adalah lebih utama. Perkataan Al-Khalqu (kejadian) dan Al-Khulqu (akhlak) adalah dua perkataan yang dipakai bersama-sama. Maka akhlak (budi pekerti) adalah menerangkan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dan darinya itu timbul segala macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan kepada pemikiran dan penelitian. Akhlak yang baik, timbul dari sebab adanya perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan syari’at. Dan jika muncul dari adanya perbuaan-perbuatan yang jelek lagi tercela niscaya keadaan yang menyebabkan timbulnya keadaan itu dinamakan akhlak yang buruk. Jadi akhlak itu adalah keadaan jiwa dan bentuknya yang batiniah, maka pada batiniah ada empat hal yang harus diperhatikan agar menjadi baik dan sempurna perilaku seseorang yaitu: kekuatan ilmu, kekuatan amarah, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan diantara kekuatan tiga tersebut. Dalam hal perubahan akhlak tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan pendidikan akhlak terkait dengan menghilangkan akhlak yang tercela. Hal ini dapat dipahami, karena tidak ada manusia tercela. Hal ini dapat dipahami, karena tidak ada manusia yang merasa tentram dan senang mempunyai akhlak yang tercela selama masih memiliki akal yang sehat menginginkan akhlaknya tercela, sehingga keterkaitan antara perubahan akhlak dengan pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan. Ini dari perubahan akhlak adalah perubahan dari akhlak yang buruk kepada akhlak yang baik, yakni kembali kepada yang sebenarnya (ajaran Islam) ini akan berhasil karena dua sebab, yaitu karena pertama, atas karunia Allah yang telah memberikan fitrah manusia secara sempurna,
72
akhlak dan amarah. Bahkan nafsu syahwat dijadikan lurus serta patuh terhadap agama, yang kedua: akhlak tersebut diusahakan dengan jalan mujahadah dan riyadhoh, maksudnya membawa diri kearah perbuatanperbuatan yang sesuai dengan akhlak yang baik. Mengenai tema-tema tetntang akhlak (kepribadian) yang disajikan kepada siswa berdasarkan kurikulum Departemen Agama adalah sebagai berikut: 1. Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari a. sifat lemah lembut b. ramah, saling menghormati dan pandai bergaul 2. Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari a. sombong, acuh tak acuh b. malas 3. Adab berbicara a. adab berbicara yang baik b. menghargai orang lain ketika berbicara c. menghormati orang lain yang berbicara 4. Adab kehidupan sehari-hari 5. Adab ke kamar mandi 6. Keteladanan Nabi Ibrahim AS a. ketuguhan iman nabi Ibrahim AS b. manfaat ketuguhan nabi Ibrahim AS 7. Akhlak Terpuji a. kreatif, rendah, santun, ikhlas dan dermawan 8. Akhlak Tercela a. bodoh, pemarah,kikir dan boros 9. Adab bergaul kepada orang lain lebih tua, sebaya dan lebih muda a. adab bergaul kepada yang lebih tua b. adab dengan teman sebaya c. adab bergaul kepada orang yang lebih muda 10. Adab kepada dhu’afa
73
a. adab bergaul dengan orang yang cacat jasmani dan rohani b. adab bergaul dengan fakir miskin c. adab bergaul dengan anak yatim 11. Adab dalam perjalanan 12. Keteladanan Nabi Musa AS dan Yusuf AS 13. Syukur Nikmat 14. Adab bekerja 15. Adab kepada orang tua 16. Adab ketika terkena musibah a. pengertian adab ketika terkena musibah b. sikap terhadap musibah
3. Dasar Pendidikan Akidah Akhlak Di dalam Islam yang menjadi dasar pendidikan akidah akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain dasar-dasar yang lain selalu dikembalikan kepada sumber tersebut, apabila sesuai maka diterima dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka ditolak. Hal tersebut disebabkan karena semua inti ajaran Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan pedoman dasar hidup manusia. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
ِ َبُ ا.ِ آ:َ+ِ,َ ْ-ُ.ْ/ََ+َ َْاِن0ْ ا12"ِ3َ َْ َِْ4ْ0َْ ا-ُ/ْ)ِ ُ5َْآ4َ 8 .ِ*ِّ)ِ:َوَﺱُ*ُ ﻥ (>0 ?)روا “Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal (perkara) tidka akan sesat kamu sejalian selama berpegang kepada keduanya, yaitu ketabullah dan sunnah Rasul-Nya”.16 Sejarah Islam telah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW di utus kepada seluruh manusia adalah untuk mengajar dan membimbing mereka
16
Abu Abdillah bin Anas (Imam Malik), Al-Muawaththa, (Cairo: Darut Tahrir, 1967), h. 560
74
dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta menunjukkan mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, yakni jalan yang diridhai Allah SWT. Al-Qur’an adalah kitabullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang berisikan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat AlQur’an diturunkan untuk menunjukkan manusia ke jalan yang benar dan keadaan yang lebih baik, sebagaimana firman Allah SWT:
chcZLj X, 6" LM0NA2 761F(☺5C 1fY"6 ]1%☺5 =* )y6 f hc ;^6 *,f (o,: | . (oC&^6" =?@ f =3
Artinya : “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman : 17)17 Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk memberi petunjuk ke jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhai Allah SWT. Dengan demikian tepat sekali kalau Al-Qur’an dijadikan sebagai dasar pertama dari pendidikan akidah akhlak. Sebagaimana telah disebutkan bahwa disamping Al-Qur’an, yang menjadi sumber pendidikan akidah akhlak adalah Al-Hadits. Hadits adalah “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan atau takrir dan sebagainya”18. Hadis mempunyai nilai yang tinggi setelah Al-Qur’an karena banyak ayat17
Yayasan Penyelenggara Penerjemahan Al-Qur’an, Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), h. 65 18
Al-Qur’an
dan
Fathur Rahman, Ikhtisar Mustahalahul Hadits, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985), Cet. Ke-4, h. 6
75
ayat Al-Qur’an yang mengemukakan tentang kedudukan Nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan umat manusia ke jalan yang lurus, dan sekaligus merupakan pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang dapat dihadiahkan contoh teladan dan panutan bagi setiap muslim. Sebagaimana Nabi bersabda:
(D,):َرِمَ اََْْقِ )روا? ا/َ0 -ِ+ُCِ ُ5ْ@ِAُ َ+اِﻥ “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Baihaki).19 Oleh karena itu mengakui jejak Rasulullah SAW sangatlah besar pengaruhnya dalam pembentukan pribadi dan watak sebagai seorang muslim yang sejati. Sebagaimana friman Allah SWT:
.F4,6"6 h v1 .F4,6"6 (☺yY X95\ UY %, hc ko☺5 KAcZo5 =?>@ ِ Artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. At-Taqhaabun: 12)20 Selanjutnya Imam Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah SAW yang memiliki akhlak sempurna dan yang telah berakhlak dengan Al-Qur’an yang merupakan ketetapan Allah SWT.21
4. Tujuan Pendidikan Akidah Akhlak 19
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Muwatho Imam bin Abas Juz 1,
20
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan Al-Qur’an, OP.Cit., h. 942
21
Imam Ghazali, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), h. 45
76
Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Pendidikan merupakan kegiatan yang berproses secara sistematis dan berencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan diperlukan untuk membentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dengan pendidikan akidah akhlak mempunyai tujuan yang kehendak dicapai. Jika pendidikan itu formal, maka tujuannya tergambar dalam kurikulum. “Adapun fungsi tujuan adalah sebagai titik pusat perhatian dan pedoman dalam melaksanakan kegiatan serta pedoman untuk mencegah atau menghindari penyimpangan kegiatan.22 Tujuan pendidikan akidah akhlak dilembaga-lembaga pendidikan formal biasanya terbagi kepada dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun yang dimaksud dengan tujuan umum adalah “tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan cara pengajaran atau cara lain yang meliputi aspek sikap, tingkah laku, kebiasaan dan pandangan”.23 Untuk menuju kepada tujuan umum tersebut, perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu. Misalnya disesuaikan dengan tugas dari suatu lembaga pendidikan dan sebagainya. “Tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan kondisikondisi tertentu dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan inilah yang dimaksud dengan tujuan khusus.24 Tujuan umum pendidikan akidah akhlak adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman teguh serta mampu mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT: 22
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: ttp. 1981/1982), h. 60 23
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Dirjen Lembaga Islam, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 29 24
Amir Dain Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 72
77
*7r5
K`5cZ(8
f6
=,@ @6oF4, TE avy`a6 Artinya: “ Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. “ (QS. Al-Zariyat: 56). Sedangkan tujuan khusus pendidikan akhlak adalah” Tujuan pendidikan akhlak pada tiap jenjang atau tingkatan pendidikan yang dilaluinya”. Seperti tujuan pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah berbeda dengan tujuan akhlak di Madrasah Tsanawiyah. Menurut Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pendidikan Agama bahwa tujuan pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah” memupuk jiwa agama dengan berusaha menanamkan rasa cinta kepada Allah SWT dalam hati murid, menanamkan I’tikad dan kepercayaan yang benar dalam jiwanya, mendidik murid-murid agar menjadi orang yang bertaqwa, membiasakan dan membimbing anak untuk berakhlak mulia serta memiki adat kebiasaan yang baik.”25 Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan akidah akhlak adalah mendididik seseorang untuk menjadi muslim yang sejati, berdikari, berakhlak mulia, beriman dan beramal sholeh, sehingga menjadi anggota masyarakat yang sanggup mandiri mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan sesamanya. Hal ini searah dengan tujuan umum pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila, yaitu: “ Tujuan umum pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, beerbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
25
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pendidikan Agama, Kurikulum MTS, (Jakarta: ttp 1975), h. 22-27
78
bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil secara sehat jasmani dan rohani”26
B. Metode Pendidikan Akidah Akhlak Menurut pengertian etimologi, metode adalah” cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.27 Dengan demikian untuk melaksanakan sesuatu diperlukan cara-cara yang tepat dan teratur. Al-Ghazali sebagai tokoh pendidikan islam menyatakan tentang metode pendidikan sebagai berikut: “Bila seorang dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu obat saja, maka banyak dari mereka yang mati begitu pula bila seorang guru membawakan satu metode, sistem dan latihan kepada seluruh muridnya, tentu banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya dan tumpul semangat berpikirnya. Seharusnya para guru meneliti terlebih dahulu sifat, umur, watak dan milie anak-anak didik, kemudian barulah ditetapkan metodenya, asuhannya, latihan dan metode yang harus dibawakan kepada muridnya”28. Berdasarkan pendapat Al-Ghazali diatas dapat diketahui tidak ada satu metodepun yang sempurna tanpa diselingi metode lain. Konsep ini sangat berguna bagi para pendidik, sebab suatu metode tepat untuk pelajaran tertentu tetapi belum tentu untuk pelajaran yang lain. Dengan diketahuinya bermcammacam metode mengajar, seorang guru akan mendapatkan metode yang tepat. Adapun metode yang dipakai dalam pendidikan akhlak selain, serita dan tanya jawab dapat dipergunakan beberapa metode dibawah ini:
1. Metode Keteladanan
26
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 1989), Cet, Ke-1, h. 21 27 W.J.S, Purwadarminta……h. 766 28 Nasrusin Thala, Tokoh-tokoh Pendidikan Zaman Islam Jaya, (Jakarta: Mutiara, 1993), h. 82
79
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Mengingat pendidikan adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, didasari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak”29. Metode keteladanan merupakan keharusan bagi para guru, yakni memberikan contoh yang baik bagi para siswa dalam berbagai hal, baik itu sikap perilaku keseharian maupun etika bersosialisasi dengan para siswa, sehingga para siswa dapat menjadikan para guru sebagai suritauladan yang patut diikuti.
2. Metode Pembiasaan Seorang anak sejak lahir telah diciptakan dengan dibekali fitrah tauhid yang murni, agama yang benar dan iman kepada Allah SWT. Ini termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam syari”at Islam. Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran
dan
pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak ada yang menyangkal bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai pada puncak nilainilai spiritual yang tinggi, dan kepribadian yang utama. Jika anak menerima pendidikan yang baik dari orang tuanya yang soleh dan pengajarannya yang tulus, disamping tersediannya lingkungan yang baik, maka tidak diragukan bahwa anak tersebut akan terdidik dalam keutamaan iman dan takwa, juga akan terbiasa dengan akhlak yang terpuji.”30
29
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), Cet. Ke-2, h. 142 30 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak …. H. 185
80
Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan anak berbudi pekerti yang luhur, yaitu mengikuti sistem stimulasi kepada anak-anak dengan kata-kata uyang baik dan pemberian hadiah. Sewaktu-waktu menggunakan metode targhib ( pemberian stimulus berupa pujian) dan dengan metode tarhib ( pemberian stimulus berupa peringatan atau sesuatu yang ditakuti). Metode pembiasaan adalah termasuk prinsip utama dalam pendidikan merupakan metode paling efektif dalam pembentukan akidah dan penelusuran akhlak anak, karena didasarkan pada perhatian dan pengikutsertaan, didirikan atas dasar targhib dan tarhib serta bertolak dari bimbingan dan pengarahan.
3. Metode Nasihat Dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, nasehat dan cerita merupakan metode yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tertulis.Termasuk metode pendidikan yang cukup
berhasil
dalam
pembentukan
akidah
anak
dan
mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat dan petuah memilki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakekat sesuatu.31 Cara seperti ini banyak sekali dijumpai dalam al-Qur’an,karena nasehat dan cerita pada hakekatnya bersifat penyampaian pesan dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya.Bahasa alQur’an dalam berdakwah serta dalam menyampaikan petuah dan nasehat sungguh sangat beragam. Metode al-Qur’an dalam menyajikan nasehat dan pengajaran mempunyai ciri tersendiri, yaitu: 31
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak ….., h. 209
81
•
Seruan yang menyenangkan, secara dibarengi dengan kelembutan atau upaya penolakan.
•
Metode cerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran dan nasehat.
•
Metode wasiat dan nasehat Metode-metode di atas, masing-masing mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Karenannya, jika para pendidik menggunakan metode yang telah digunakan al-Qur’an ini, maka tidak diragukan lagi, anak-anak akan tumbuh dalam kebaikan, keutamaan akhlak dan tingkah laku yang terpuji.
4. Metode Perhatian dan Pengawasan Yang dimaksud metode perhatian dan pengawasan adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial. Berikut ini beberapa contoh tentang perhatian dan pengawasan Rasulullah SAW, yaitu: •
Perhatian dalam pendidikan sosial
•
Perhatian dalam memperingatkan yang haram
•
Perhatian dalam mendidik anak
•
Perhatian dalam memberi petunjuk kepada kaum dewasa, dan
•
Perhatian dalam pendidikan spiritual.32 Demikianlah sebagian conto dalam upaya perhatian dan
pengawasan Rasulullah SAW kepada anggota masyarakat yanmg melaksanakan petunjuk perbaikannya. Ini merupakan contoh nyata menguatkan bahwa Rasul sangat memperhatikan pendidikan umat Islam. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak-anak dengan sepenuh hati. Dengan begitu anak akan
32
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak …., h. 279
82
menjadi seorang mukmin yang bertakwa disegani, dihormati dan terpuji.
5.
Metode Hukuman Hukuman-hukuman dalam Islam dikenal dengan dua macam, yaitu hudud dan ta’zir. Hudud adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, yang wajib dilaksanakan karena Allah SWT. Seperti had bagi orang yang minum-minuman keras, adalah dicambuk antara- 40-80
kali. Sedangkan ta’zir adalah hukuman
ditentukan oleh Allah SWT
yang tidak
untuk setiap perbuatan maksiat yang
didalamnya tidak terdapat untuk memberi pelajaran bagi orang lain demi kemaslahan umat, karena hukuman ta’zir ini tidak ditentukan, maka hendaknya diperhitungkan bentuk hukuman yang sesuai dengan kesalahannya.33 Para ahli pendidikan melarang pendidikan
menggunakan
metode hukuman kecuali setelah mengeluarkan ancaman, peringatan dan nasehat. Metode hukuman adalah cara
yang paling akhir, ini
berarti bahwa disana terdapat beberapa cara dalam memperbaiki dan mendidik. Pendidikan hendaknya
bijaksana dalam menggunakan cara
hukuman, yang sesuai, tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak. Pendidikan dan pembawaannya. Disamping itu, hendaknya ia tidak segera menggunakan hukuman, keculai setelah menggunakan cara-cara lain, metode hukuman adalah cara yang paling akhir.
C. Pengertian Kepribadian dan Aspek-aspeknya Kata kepribadian berasal dari kata “personality” dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin “pertama” yang berarti “kedok atau topeng” yaitu tutup 33
muka
yang sering dipakai oleh pemain panggung
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak, ….H. 308
yang
83
maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau kepribadian yang angkara murka, serakah dan sebagainya sering ditopengkan dengan gambar raksasa. Sedangkan untuk prilaku yang baik, budi luhur, suka menolong, berani berkorban dan sebagainya ditopengkan dengan seorang kesatria dan sebagainya.34 Selain itu kata kepribadian juga berasal dari kata kerja “pribadi” yang artinya “manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri orang sendiri)”. Sedangkan arti kepribadian adalah “keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang”.35 Di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat kebanyakan orang akan menunjukkan keadaannya yang baik-baik saja dan untuk itu maka mendapatkan kedudukan, penghasilan atau prestise yang lebih sekalipun ia harus bertindak, berbicara, atau berbuat yang bukan saja tidak sesuai dengan dirinya sendiri, melainkan kadang-kdang bertentangan dengan hakikat kepribadiannya sendiri.36 Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut: “Personality is the dyhamic organisation within the individual of those psychopyscal system that determine his uniqui to this environment”. “Kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya”.37 Dari uraian diatas, maka kepribadian adalah suatau totalitas psikipisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak didalam lingkungan yang unik,dalam banyak hal orang-orang sering mencampuradukan pemakaian istilah karakter, temperamen, kepribadian. Ketiga istilah ini memang mempunyai arti yang sangat erat hubungannya satu dengan yang lainnya. 34
Agus Sujatno, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 10
35
W.J.S. Poerdarminta, h. 768
36
Agus Sujatno, Psikologi Kepribadian, h. 768
37
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum Untuk F.T. Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 119
84
Karakter lebih menjurus kearah tabi’at-tabi’at yang dapat disebut benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui. Temperamen adalah salah satu segi dari kepribadian yang erat hubungannya dengan pertimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh. Kepribadian dalam artian psycologis sangat luas meliputi segala aspek kehidupan seseorang, keseluruhan kualitas dirinya yang dapat diperhatikan dalam caranya berbuat, berpikir, berpendapat, sikap dan minat, falsafah hidupnya serta kepercayaannya. 38 Dengan demikian kepribadian iu terdiri dari beberapa aspek, seperti dikemukakan oleh Drs. Ahmad D. Marimba, bahwa aspek kepribadian itu dapat digolongkan ke dalam tiga bagian: 1. Aspek-aspek
kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, berbicara, dan sebagainya. 2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berpikir, sikap dan minat. 3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu,
yang telah
menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh individu itu. Bagi orang-orang beragama, aspek-aspek inilah yang menuntutnya kearah kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi di akhir. Aspek-aspek inilah yang memberi kualitas kepribadian keseluruhannya. Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan sifat-sifat atau tingkah laku yang mencerminkan watak seseorang, baik tingkah laku luarnya maupun kegiatan jiwanya, yang tampak dari penampilannya dalam segala aspek kehidupan, seperti tampak
38
Ahmad D. Marimba, …., h. 66
85
dalam caranya berbuat, berpikir, dan mengeluarkan pendapat, sikap dan minat serta falsafah hidupnya dan kepercayaannya.39
D. Proses Pembentukan Kepribadian Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir perkembangan itu, kalau berlangsung dengan baik akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis. Kepribadian yang harmonis terjadi apabila aspek-aspeksnya seimbang, tenaga-tenaga bekerja seimbang sesuai dengan kebutuhan. Dari segi lain kepribadian yang harmonis dapat dikenal pada adanya keseimbangan antara peranan individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa orang-orang muslimin haruslah memiliki kepribadian yang harmonis Firman Allah SWT:
AYZ(F(0 o,⌧4⌧6 .yKN,- <x(6 %$|f!" || c ($K 54cZl v1 26 =?]@ 4r⌧ Artinya : “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. Al-Baqarah: 143) Untuk membentuk kepribadian yang harmonis bukanlah suatu usaha yang mudah dan cepat, melainkan suatu proses
yang panjang dan ada
tahapan-tahapan yang harus dilalui. Dalam hal ini Anwari Masy’ari menjelaskan, bahwa.“Dalam rangka pembentukan kepribadian muslim hendaklah dimulai sejak dini yaitu dari masa anak belum lahir sampai menjadi remaja,”40 39 40
h. 11
Ibid., h. 67 Anwari Masy’ari, Membentuk Pribadi Muslim, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996),
86
Masa anak sebelum lahir, yaitu saat anak dalam kandungan perlu sekali ditanamkan unsur-unsur agama, setelah lahir nanti si anak memiliki dasar mental agama yang kuat. Misalnya dapat dilakukan dalam bentuk membaca Al-Qur’an bagi si ibu, menciptakan hubungan yang harmonis antara si ibu,
menciptakan
hubungan
yang
harmonis antara
suami istri,
memperbanyak ibadah-ibadah sunah seperti shalat tahajud dan sebagainya bagi si orang tua terutama ibu yang mengandungnya. Masa anak sesudah lahir atau masa anak-anak adalah tahapan terpenting dalam membentuk kepribadian. Sebab baik atau buruknya kepribadian anak ketika dewasa banyak ditentukan oleh pendidikan masa kecilnya. Oleh karena setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, dan baik atau tidaknya keika dewasa tergantung kepada didikan kedua orang tuanya, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam salah satu hadisnya:
.ِEَِِّﻥFَ+َُِ وEَِاﻥ4ِّGَُِْ َاوEِِّدَاﻥ1َ,ُ ?ُ َا1َََ َِة4ْIِ%َْ"َ اJ َُْ1ُ ِْدٍ ا1ُْ1َ0 ِْ0َ0 (ة44 ا هJ رىM:)روا? ا Artinya : “Tiada seorang anakpun yang tidak dilahirkan dalam keadaan suci (sebagai Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani ataupun Majusi.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).41 Sehubungan dengan itu Prof. Dr. Dzakiah Daradjat dalam bukunya, ilmu Jiwa Agama, mengatakan sebagai berikut: “Pada umumnya agama seorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecul dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya… “42 Masa remaja merupakan masa yang sulit karena masa ini adalah masa kegoncangan emosi dalam prosesnya identitas diri, kehidupan dan pengalaman agama belum stabil. Oleh karena itu hendaknya dalam menyampaikan perintah atau larangan harus berhati-hati. Begitu pula dalam menyampaikan 41
H.A. Mustafa, 150 Hadits-hadits Pilihan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h. 16
42
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan, h. 32
87
ajaran-ajaran agama hendaknya dengan cara bijaksana. Tetap dan sesuai dengan sikap, sifat dan alam pikiran mereka. Kemudian dalam rangka proses pembentukan kepribadian muslim ada tiga taraf yang harus diupayakan yaitu pembiasaan pembentukan pengertian, sikap dan minat dan pembentukan kerohanian yang luhur.43
1. Pembahasan Proses pembentukan kepribadian dengan cara pembiasaan adalah sangat penting dan harus didahulukan dan pada tahapan yang lain sasarannya adalah aspek jasmani yang
pembinaannya lebih
mudah. Namun demikian, pembiasaan amat menjelaskan,“Begitu kuatnya pengaruh kebiasaan sehingga manakala akan dirubah, biasanya menimbulkan reaksi yang cukup keras dari dalam pribadi itu sendiri, lihatlah betapa reaksi yang ditimbul jika seorang pecandu alkohol akan menghentikan kebiasannya.’44 Contoh pelaksanaan tahap pembinaan, mislanya perintah shalat dan puasa agar seorang muslim dapat melaksanakan shalat dan puasa dengan baik, maka perlu dibiasakan sejak kecil sebelum baligh, sehingga setelah dewasa (baligh) ia akan terbiasa melaksanakan. Tujuan dan pembiasaan adalah untuk membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu misalnya hapalan bacaan shalat atau do’a dalam ibadah lainnya.
2. Pembentukan Pengertian, Sikap dan Minat Tahap pembentukan pengertian, sikap dan minat merupakan tindak lanjut dari tahap pembiasaan. Pada tahap pembiasaan baru merupakan pembentukan kebiasaan dengan tujuan supaya dilakukan 43
Ahmad D. Marimba., h. 766 44
2, h. 62
Hamzah Ya’kub, Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1993), Cet. Ke-
88
dengan tepat. Adapun pada taraf pembentukan pengertian, sikap dan minat merupakan pemberian pengetahuan dan pengertian terhadap kebiasaan-kebiasaan yang sudah tepat itu. Amalan-amalan yang sudah dikerjakan dan hapalan-hafalan yang sudah diucapkan diberi pengertian dan perlu ditanamkan dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan.
3. Pembentukan Kerohanian yang Luhur Tahap pembentukan kerohanian yang luhur, merupakan tahap pematangan rohaniah, seperti menanamkan kepercayaan terhadap pokok-pokok keimanan. Alat yang utama adalah tenaga budi dan kebudayaan serta kejiwaan yang akan mendapatkan pengenalan akan Allah SWT. Jika tahap pembentukan kerohanian yang luhur ini berhasil, maka akan terwujud kerohanian yang matang yaitu sebagaimana diungkapkan oleh Akhmad D. Marimba, yaitu”Adanya kesadaran dan pengertian yang mendalam, segala apa yang dipikirkannya, dipilihnya dan diputuskannya serta dilakukannya adalah keinsyafan sendiri dengan rasa tanggung jawab”45. Pembentukan taraf yang ketiga ini sebagian besar merupakan pembentukan sendiri atau pendidikan sendiri. Dalam proses pembentukan kepribadian muslim, ketiga taraf itu saling mengisi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Yaitu tarap yang lebih rendah akan menjadi landasan bagi taraf berikutnya dan akan menumbuhkan kesadaran dan keinsyafan terhadap apa yang diperoleh pada taraf sebelumnya, sehingga membuat pelaksanaanpelaksanaan amalan yang lebih kualitatif. Jika proses pembentukan kepribadian muslim terwujudlah tujuan Allah SWT menciptakan manusia, sesuai dengan firman-Nya:
45
Ahmad D. Marimba….., h. 776
89
*7r5 K`5cZ(8 f6 =,@ @6oF4, TE avy`a6 Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyah: 56).46 E. Pendidikan Akidah Akklak dalam Pembentukan Siswa Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang pertama dan utama usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya, akan tetapi pendidikan dan pengajaran akhlak lebih dari itu, ia juga menuntut orang mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Usaha-usaha pendidikan dan pengajaran akidah akhlak harus dimulai sejak anak didik lahir ke duania ini, anak adalah amanah Allah SWT kepada orang tuanya. Fitrah anak yang mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa harus disalurkan dengan sewajarnya, dibimbing dan diarahkan kepada rasa iman kepada Allah SWT dan mencintai_nya pula. Prof. Dr. Dzakiyah Daradjat mengatakan: “orang tua adalah pembina yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung,
yang
dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sudah tumbuh itu”.47 Karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu ornag tua pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan
dalam
berbagai ilmu
pengetahuan, orang tersebut lebih dikenal dengan guru. Dengan demikian pembentukan kepribadian siswa merupakan tanggung jawab orang tua dan guru. Proses pembentukan kepribadian bukanlah suatu proses yaang berlangsung cepat, melainkan berkaitan erat dengan pembentukan iman dan akhlak. 46 47
Departemen Agama RI, h. 862 Zakiyah Daradjat, h. 56
90
Dalam pembentukan kepribadian siswa sangat diperlukan pembiasanpembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian pribadinya. Oleh karena itu jika pendidikan akhlak telah meresap ke dalam jiwa siswa dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya, ia akan dapat berfungsi sebagai pengendalian dalam menjalani
segala sikap dan tingkah lakunya dalam
kehidupannya di masa-masa yang akan datang, sehingga akan
membahagiakan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak.
F. Kerangka Berfikir Pendidikan akidah akhlak yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dimana guru sebagai pelaksananya, baik sebagai guru agama ataupun guru bidang studi akidah akhlak, hendaknya di dasarkan pada konsep pemahaman terhadap teori-teori dan pandangan tentang pendidikan kemudian dikaitkan dengan akidah akhlak, baik dalam kerangka acuan tekstual maupun dalam kerangka acuan kontekstual sebagai perilaku ataupun
kepribadian
yang baik. Sehingga dapatlah terbentuk diri pribadi yang sholeh dan berakhlak karimah. Sedangkan kepribadian yang baik pada diri siswa sebagai transendent dari akibat pendidikan akidah akhlak pada diri dan karakter siswa merupakan tujuan
yang ingin dicapai sebagai indiktor keberhsilannya. Maka hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kurikulum, guru pelaksanaan pendukung, konstruksi bangunan kompleks pendidikan, maka pelajaran dan juga buku-buku paket pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk kepribadian yang baik pada siswa haruslah diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Yaitu dengan melaksanakan pendidikan dan pengajaran
91
akidah akhlak yang ditugaskan kepada guru-guru
yang unggulan dan
profesional baik dari segi pengalamannya maupun wawasan keilmuannya. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa adanya hubungan yang berpengaruh positif dari
pelaksanaan pendidikan akidah akhlak
terhadap. Pembentukan kepribadian siswa sebagai peserta didik yang sedang menjalani proses pendidikan di sekolah (Madrasah Ibtidaiyah). Jadi dalam pengertian jika semakin baik para peserta didik dalam mengikuti pendidikan akidah akhlak akan semakin berkontribusi positif terhadap pembentukan kepribadian pada diri siswa.
G. Hipotesis Ho
: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akidah akhlak dengan pembentukan kepribadian pada siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Ha
: Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akidah akhlak dengan pembentukan kepribadian pada diri siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
92
Penelitian ini dilakukan di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dan waktu penelitian dilangsungkan November 2007.
B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek-objek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun populasi pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas IV, V dan kelas VI, MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sebanyak 120 siswa, Sedangkan sampel yang diambil sebagai objek penelitian sekitar 25% saja, yaitu 30 orang siswa. Sebagaimana teori ilmiah yang dikemukakan Suharsimi Arikunto dalam bukunya tentang prosedur penelitian bahwa jika objek penelitian kurang dari 100 orang, maka semuanya harus menjadi objek penelitian, tetapi jika lebih dari 100 orang, maka boleh diambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25% atau lebih.1 Sesuai dengan data sampel yang ada yaitu lebih dari 100 maka penulis mengambil sampel sebanyak 25% dari total populasi yang ada, sehingga yang mewakili objek penelitian ini sekitar 30 siswa dengan penentuan diambil secara acak atau sistem rendom. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam matrik populasi dan sampel di bawah ini:
Tabel. 1 Populasi dan sampel siswa yang mengikui pembelajaran pada MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Kelas 1
Populasi
Sampel
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 112
93
Frekuensi
%
IV
40
10
25
V
44
11
25
VI
36
9
25
C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang obyektif dan benar dalam suatu penelitian diperlukan teknik dan cara tertentu yang tepat dan sesuai dengan bentuk dan jenis penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik : 1. Observasi Observasi
yaitu
teknik
pengumpulan
data
dengan
jalan
mengadakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek yang sedang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan keadaan lokasi objek penelitian, yaitu akidah akhlak di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 2. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur dan sistematis yang dilakukan kepada kepala sekolah dan guru akidah akhlak MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Untuk memperoleh penguatan data yang valid, adapun kepala sekolah tersebut adalah H. M. Hasan, H.A dan guru bidang studi akidah akhlak adalah Sanusi. S.Ag. 3. Angket Angket yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan daftar pernyataan tertulis kepada siswa yang telah ditetapkan menjadi responden sebagai sampel penelitian dengan memberikan angket pernyataan atau pertanyaan atau pernyataan sebanyak jumlah
yang telah ditentukan,
mengenai responden adalah siswa kelas IV, V dan VI. MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
94
Angket ini berisi 20 item, yang terdiri dari 10 item untuk variabel x, dan 10 item untuk variabel Y sebut dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen angket yang berisi komponen-komponen diantaranya: kolom numerik kolom variabel, kolom indikator, kolom jumlah item, dan kolom no. item adapun tabel tersebut sebagai berikut : Tabel. 2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian No. 1.
Variabel X
Dimensi Variabel
Jumlah
No
Item
Item
3
1–3
Akhlak terpuji
3
4–6
Beramal shaleh
4
7 – 10
3
11 – 13
4
14 – 17
3
18 – 20
20
1 - 20
Indikator
Pendidikan
Aspek
Menyebutkan
Akidah Akhlak
keimanan
rukun iman
(Variabel)
pada Allah
Tujuan pendidikan akidah akhlak 2.
Kepribadian
Aspek-aspek
Tindakan
pada siswa
kerjasmanian
sehari-hari
Aspek-aspek
Cara berpikir
kejiwaan
minat dan berikap
Aspek-aspek
Prinsip-prinsip
kerohanian
dalam beragama Jumlah
Skor Jawaban berikut pernyataan: A = 4 B=3 C=2 D=1
95
Tetapi jika pertanyaannya membutuhkan jawaban berupa tes pengetahuan maka memiliki skor 1 jika jawabannya benar.
D. Teknik Pengolahan Data Bertitik tolak dari bentuk data yaitu mengenai pembelajaran pendidikan akidah akhlak dengan kepribadian siswa, maka untuk menganalisa data tersebut agar dapat lebih mudah dalam mengambil kesimpulan penulis akan memproses melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing data, proses editing data merupakan proses dimana penulis melakukan klarifikasi terhadap kelengkapan data yang sudah terkumpul, dalam hal ini penulis mempelajari kembali berkas-berkas terkumpul.
Sehingga
yang telah
berkas data itu diketahui semua dan baik dan
kemudian diproses. 2. Pengkodean data, yaitu menerjemahkan data ke dalam kode-kode dalam bentuk angka, untuk dipindahkan ke dalam sarana penyimpanan. 3. Cek dan ricek, yaitu
melakukan
pengecekan kesalahan sebelum
dimasukkan ke dalam komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah diselesaikan anpa kesalahan yang serius. 4. Tabulating, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab dinyatakan dalam bentuk tabel. Yang sebelumnya kecenderungan tiap-tiap jawaban alternatifnya. 5. Analisa dan interpretasi data. Sesudah data diolah sesuai dengan ketentuan seperti
sebelum,
maka
penulis
akan
menganalisa
dan
menginterpretasikannya sebagai jawaban dari hasil angket yang telah disebarkan kepada responden. Kemudian pedoman yang digunakan penulis untuk mencari persentase data adalah: P=
F X 100% N
Keterangan : P = Persentase
96
F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden
E. Teknik Analisa Data
Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan (dibuat tabel), seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaaan akan dibuat masing-masing satu tabel. Kemudian dari data persentase tersebut dianalisa dengan menggunakan teknik analisa korelasi product moment untuk mendapatkan hasil seberapa besar kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dengan rumus sebagai berikut :
rxy =
N ∑ Y − (∑ X )(∑ Y ) 2
2
[ N ∑ X 2 − (∑ X ) ][ N ∑ Y 2 − (∑ Y ) ]
Keterangan : rxy
= Angka indeks korelasi “r” product moment
N
= Number of cases
Σrxy
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Σx
= Jumlah seluruh skor x
Σy
= Jumlah seluruh skor y
Setelah nilai rxy diketahui, maka penulis memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment melalui interprstasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment yakni dengan cara sederhana dan dapat mempergunakan pedoman sebagaimana dijelaskan oleh
97
Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut:2 Tabel 3 Tabel Interprestasi Nilai “r” Besarnya Nilai “r”
<0,20 0,20 – 40
2
Interprestasi
Hubungan dapat dianggap tidak ada Hubungan ada tetapi rendah
>0,40 – 0,70
Hubungan cukup
>0,70 – 0,90
Hubungan tinggi
>0,90 – 1,90
Hubungan sangat tinggi
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2006), Cer, -1, h. 150
98
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data penelitian tentang kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa penulis memperolehnya dengan cara (teknik) observasi, wawancara, dan angket. Data angket yang terkumpul diperiksa dan dicek terlebih dahulu jawaban-jawabannya dengan tujuan untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Angket yang telah disebarkan dinyatakan sah seluruhnya. Karena pengisian dari data angket tersebut sesuai dengan ketentuan dan petunjuk pengisian secara baik dan benar. Penulis melaksanakan dan melakukan teknik observasi dan teknik wawancara dengan kepala sekolah MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, guna mendapatkan informasi yang penulis butuhkan antara lain:
1. Keadaan dan Staf Pegawai di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Guru didalam sebuah sistem pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, sebab guru merupakan pelaksanaan langsung dalam proses pembelajaran dan bertanggung jawab dalam ketercapaian pendidikan dengan berbagai macam tujuan-tujuannya. Adapun staf pegawai sangat berarti
sekali
untuk
mengendalikan
dan
melandaskan,
serta
mengorganisakan dalam rangka kontinyuitas proses pendidikan. Mengenai tabel dibawah ini menggambarkan guru-guru dan staf pegawai MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
99
Tabel 4 Keadaan Guru MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
1.
H.M. Hasan H.A.
Jenis Kelamin Pria
2.
Djunaidi, S.Pd
Pria
S-1/S
Guru
3.
Rahmat, A.Ma
Pria
D-2 UIN
Guru
4.
Hidayat, A.Ma
Pria
D-2 UIN
Guru
5.
Sanusi, S.Ag
Pria
S-1D.Ma’arif
Guru
6.
Agus Ahmadi, S.Ag
Pria
S-1 Ibn Khaldun
Guru
7.
Abu Bakar, S.MHk
Pria
D-3 UIN
Guru
8.
Mukhsin
Pria
D-2
Guru
9.
Sumi Yati
Perempuan
PGAN
Guru
10.
Neneng Asmayani
Perempuan
PGAN
Guru dan TU
11.
Nurasmah
Perempuan
MAN 4
Guru
12.
M. Arif
Pria
SMU
Pramuka
13.
Nahroji
Pria
SMU
Peng. Sekolah
14.
Aziz Munawar
Pria
SMP
Kebersihan
15.
Hanung S
Pria
SMK
Penjaga Sekolah
No.
Nama
Pendidikan
Jabatan
MAAIN
Kepala Sekolah
2. Keadaan Siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Adapun siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pada tahun pelajaran 2007/2008 berjumlah 238 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
100
Tabel 5 No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
Kelas I
40 siswa
2.
Kelas II
40 siswa
3.
Kelas III
38 siswa
4.
Kelas IV
40 siswa
5.
Kelas V
44 siswa
6.
Kelas VI
36 siswa
Jumlah
238 siswa
3. Sarana dan Prasarana di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Dalam suatu lembaga pendidikan, pendidikan, sarana dan prasarana (fasilitas), sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar pada siswa fasilitas tersebut melancarkan pelaksanaan PBM, demi tercapainya tujuan pendidikan, maka sarana dan prasarana adalah suatu kebutuhan pokok bagi lembaga pendidikan formal. Sarana dan prasarana (fasilitas) yang dimiliki oleh MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sebagai investarisasi barang-barang dan peralatan atau perlengkapan sudah cukup baik, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
101
Tabel 6 Sarana dan Prasarana MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. No.
Sarana dan Prasarana (Fasilitas)
Jumlah
1.
Kantor Kepala Sekolah
1
2.
Kantor Guru
1
3.
Kantor TU
1
4.
Ruang Aula
1
5.
Perpustakaan
1
6.
Ruang Belajar
8
7.
Mushola
1
8.
Kamar Mandi / WC
3
9.
Ruang UKS
1
4. Struktur Organsiasi MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Struktur orgnanisasi di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini, terdiri dari kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan manajer, dewan komite, tata usaha, guru kelas, guru bidang studi, siswa dan masyarakat sekitar yang kesemuanya itu saling berkordinasi satu dengan yang lainnya demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah ini. Selain itu juga dilengkapi dengan struktur organisasi (bagan) sekolah dan struktur untuk dewan komite sekolah.
102 STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH MI. DARUL AITAM Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Kepala Sekolah
Dewan Komite
Perpustakaan
Tata Usaha UKS
Keuangan Jabatan Kepegawaian
Guru Kelas I
Guru Kelas II
Guru Bahasa Arab
Guru Kelas III
Guru Kelas IV
Guru Bahasa Inggris
Guru Kelas V
Guru Penjaskes
siswa
Masyarakat Lingkungan sekolah
Guru Kelas VI
Guru Pramuka
103 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KOMITE SEKOLAH MI. DARUL AITAM Pondok Pinang Jakarta Selatan
Kepala Sekolah
Ketua Komite
Sekretaris
Masyarakat
Bendahara
Bidang-bidang
SDM
HUMAS
Keterangan : = Garis Koordinasi = Garis Komando
Sarana prasarana
Bidang usaha
104
5. Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran Pada MI. Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan
Mengenai kegiatan pembelajaran di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sebagai kegiatan belajar mengajar atau program kurikulernya dimulai dari jam 7.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB. Kegitan
ekstrakulikuler yaitu pramuka dan
keterampilan menyulam, diselenggarakan setiap hari Kamis. Sekolah ini juga mengadakan program tambahan seperti UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan kebahasaan yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Selain itu juga menyelenggarakan kegiatan hari-hari besar Islam dan hari besar nasional. B. Analisa dan Interpretasi Data 1. Analisa Data
Setelah memperoleh data dari hasil angket yang telah disebarkan, kemudian penulis kumpulkan, lalu dianalisa dalam bentuk tabel dengan menggunakan teknik deskriptif prosesntase untuk mengetahui bagaimana kontribusi pengajaran pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dan mengenai hasilnya dapat dilihat lebih jelas pada tabel-tabel berikut: Tabel 7 Tentang Rukun Iman Itu Ada 6 No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Benar Ragu-ragu Tidak benar Tidak tahu Jumlah
Frekuensi
Prosentase
18 9 3 30
60.00% 30.00% 10.00% 0,00% 100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh siswa (60,00%), dapat mengetahui tentang rukun iman itu ada enam. Dan juga ada sedikit dari pada siswa (30.00%) yang masih ragu-ragu terhadap rukun
105
iman yang begitu, juga terdapat sedikit sekali (10,00%) dari siswa yang tidak membenarkan bahwa memanng rukun iman itu ada 6. Berdasarkan data di atas berarti para siswa yang mengikuti pendidikan akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah sudah dpat memahami dan mengetahui tentang rukun iman itu ada 6, tetapi bagi siswa yang menjawab ragu-ragu dan tidak benar, perlu mendapatkan pembimbangan dan pembinaan lebih khusus lagi dari guru akidah akhlak, guru-guru dan juga orang tua di rumah. Agar bertambah mantap keyakinan dan pemahamannya tentang rukun iman yang enam tersebut. Tabel 8 Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Benar Ragu-ragu Tidak benar Tidak tahu Jumlah
Frekuensi
Prosentase
22 5 3 30
73,33% 16,67% 10.00% 0,00% 100%
Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian benar siswa (73,33%) dapat mengetahui dan memeprcayai terhadap rukun yang pertama yakni menpercayai kepada Allah SWT, sebagai sebuah keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa (Allah SWT). Dan juga ada sedikit sekali dari siswa yang menyatakan ragu-ragu (16,67%), dan menyatakan tidak benar (10,00%) bahwa percaya kepada Allah itu sebagai landasan dari rukun iman yang pertama, kemudian tidak ada siswa yang menjawab tidak tahu. Data ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang akidah pada siswa, sebagian besar sudah tercapai mengenai sedikit yang ragu-ragu-ragu dan tidak membenarkan perlu tindak lanjut seperti remedial, perbaikan metode mengajar serta peran aktif dari orang tua murid di rumah, tentang pendidikan akidah akhlak dan keimanannya.
106
Tabel 9 Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kandang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
15 9 6 30
50,00% 30,00% 20,00% 0,00% 100%
Berdasarkan dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa siswa yang selalu mengingat Allah SWT adalah lebih dari separuh ((50,00%), siswa yang sering mengingat Allah dalam sehari-hari yaitu (20,00%) yang berarti sedikit seklai. Dengan melihat pada fakta dan data tersebut dimana separuh jumlah dari responden (siswa) yang dapat selalu berzikir (ingat) pada Allah dan sedikit, serta sedikit sekali dari jumlah responden yang sering dan kadang-kadang ingat pada Allah SWT dalam hidup sehari-hari, maka merupakan tugas dan tanggung jawab guru, atau pendidikan akidah akhlak untuk terus membimbing siwa kepada akidah (iman) yang mantap. Disisi lain guru juga orang tua guna untuk menambah ilmu dan kreatifitasnya untuk tercapainya tujuan pendidikan akidah akhlak. Tabel 10 Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam No.
a b c d
Alternatif Jawaban
2 waktu 3 waktu 4 waktu 5 waktu Jumlah
Frekuensi
Prosentase
6 24 30
0,00% 0,00% 20,00% 80,00% 100%
Maka berdasarkan pada tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sudah melaksanakan shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam (80,000%), dan sedikit seklai dari siswa yang menjalankan
107
Cuma 4 waktu yang seharusnya 5 waktu dalam sehari semalam sekitar (20,00%). Ini artinya bahwa pada umumnya parsiswa tersebut telah melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu dalam sehari semalam. Tabel 11 Ajaran Islam tentang anjuran bershodaqoh No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Ajaran Islam Perintah teman Ajaran orang tua Agama lain
Frekuensi
Prosentase
27 3 30
90,00% 0,00% 10,00% 0,00% 100%
Dengan melihat pada data tabel di atas dapatlah kita lihat bahwa hampir semua siswa telah mengerti dan memahami akan anjuran bershadaqoh itu adalah anjuran yang diajarkan dalam ajaran Islam, supaya para siswa memiliki sikap dan akhlak serta kepribadian sebagai orang yang dermawan, yaitu (90,00%), dan mengenai jawaban siswa tentang anjuran bershodaqoh itu hanyalah ajaran orang tua, yakni (10,00%). Sehingga hampir semuanya mengerti dan memahami, tentang ajaran Islam mengenai anjuran untuk bershodaqoh, dan bagi siswa yang sedikit sekali itu dalam mengerti dan paham perlu ditekankan dan diberikan contoh teladan secara langsung baik dalam sosio drama maupun bukti nyata dilapangan (nara sumber). Tabel 12 Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Menolongnya Mengacuhkan Menghormati Membebani Jumlah
Frekuensi
Prosentase
21 93 6 30
70,00% 10,00% 20,00% 0,00% 100%
108
Berdasarkan pada data tabel tersebut terlihat bahwa lebih separuh siswa (70,00%) yang dapat memahami dan memiliki sikap untuk menolong orang yang terkena musibah, sedikit sekali dari ssiwa yaitu (20,00%) dan (10,00%) yang sekedar ikut berduka cita dan ada juga yang tidak memiliki sikap positif atau masa bodoh saja. Dapatlah disimpulkan bahwa para siswa lebih dari separuh memiliki sikap empati, kepribadian yang luhur dan akhlak terpuji untuk ikut menolong orang yang tertimpa musibah. Dan bagi siswa yang belum memiliki akhlak dan kepribadian yang baik perlu diberikan contoh dan pembiasaan praktek menolong orang. Tabel 13 Hormat kepada orang tua No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
3 27 30
10,00% 0,00% 90,00% 0,00% 100%
Menghindar Mendekati Menghormati Membebani Jumlah
Berdasarkan data tabel di atas kita dapat melihat bahwa hampir semua siswa, yaitu (90,00%) yang dapat memahami dan bersikap untuk menghormati orang tua, sedangkan pada tabel juga terlihat, yaitu sekitar (10,00%) siswa yang tidak dan kurang memahami dan bersikap, berarti hanya sedikit siswa yang belum memiliki sikap dan kepribadian untuk selalu menghormati orang tua. Maka dapat ditarik sebuah pengertian, pada hampir keseluruan (umumnya) siswa memiliki sikap dan kepribadian untuk menghormati (rasa segan dan taat) pada orang tuanya.
109
Tabel 14 Sikap berbakti kepada orang tua dan guru No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
15 9 30
86,67% 13,33% 0,00% 0,00% 100%
Ta’ati dan kerjakan Memperhatikan dengan baik Marahi Masa bodoh Jumlah
Dengan melihat paa tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa (06,67%) memiliki sikap dan kepribadian yang menta’ati dan mengerjakan (berbakti) terhadap kedua orang tua dan gurunya, sedangkan hanya sedikit sekali, siswa yang hanya memperhatikan secara baik, namun belum pada tingkat mengerjakan yaitu (13,33%) terhadap perintah orang tua dan gurunya. Oleh karena itu perlulah bagi guru maupun kepada orang tua untuk lebih intern dan profesional dalam melatih dan membiasakan sikap, sifat dan akhlak terpuji kepada siswa, sehingga akan terbentuk kepribadian yang saleh. Tabel 15 Sikap bergaul sesama teman spermainan No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Membiarkan Menganggu Menyayangi Menyakiti Jumlah
Frekuensi
Prosentase
6 24 30
20,00% 0,00% 80,00% 0,00% 100%
Dari data tabel terlihat bahwa sebagian besar siswa, (80,00%) memiliki sikap bergaul yang saling menyayangi sesama teman sebaya, dan ada sedikit seklai siswa yang hanya membiarkan
atau acuh terhadap
teman sebayanya (20,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya para siswa telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik terhadap teman sepermainannya.
110
Bagi siswa yang sedikit sekali belum bersikap dan berkepribadian pendidikan dan pengajaran secara lebih intensif dan banyak diberikan contoh keteladanan. Tabel 16 Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca Al-Qur’an No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Biasa saja Ibadah Pribadi Jama’ah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
2 26 2 30
6,67% 86,67% 6,67% 0,00% 100%
Dari data tersebut dapatlah kita melihat bahwa sebagian besar (86,67) siswa telah dapat mengetahui dan memahami serta pandangan hidupnya mengenai nilai-nilai membaca al-qur’an itu adalah suatu ibadah. Dan juga dapat kita lihat sedikit sekali siswa, yaitu (6,67%) masih menganggap bahwa membaca al-qur’an itu biasa saja. Begitu juga yang berpandangan bahwa membaca Al-qur’an itu bersifat pribadi saja (6,67) tidak mereka anggap sebagai sebuah ibadah pada Allah SWT. Tabel 17 Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Baik dan rapi Biasa saja Baik dan selesai Baik saja Jumlah
Frekuensi
Prosentase
28 2 30
93,33% 0,00% 6,67% 0,00% 100%
Dari hasil data tabel di atas dapat terlihat bahwa hampir semua (93,33%) siswa yang sudah memiliki kepribadian yang baik dan rapi terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dari guru-guru mereka. Di dalam pengerjaan tugas-tugas tersebut. Tetapi ada juga siswa yang dapat terlihat dari data tabel ada juga siswa yang dapat terlihat dari data tabel di
111
atas yaitu (6,67%) yang belum memiliki sikap dan kepribadian baik dan rapi dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru mereka. Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa-siswa telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik dan rapi dalam mengerjakan tugas-tugas dari gurunya. Tabel 18 Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapihan di rumah No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Bersihkan dan rapikan Dirapikan ibu Biasa-biasa saja Tidak tertarik Jumlah
Frekuensi
Prosentase
25 5 30
83,33% 16,67% 0,00% 0,00% 100%
Dari data tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar (83,33%) siswa yang telah memiliki seikap dan kepribadian dalam hal mengerjakan kebersihan dan kerapihan di rumah, sementara terlihat juga sedikit sekali (16,67) siswa yang belum memiliki sikap dan kepribadian dalam hal mengerjakan kebersihan dan kerapihan di rumah. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sebagian besar (pada umumnya) siswa telah memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, dan hanya sedikit sekali siswa yang belum memiliki akhlak dan kepribadian yang baik (terpuji). Untuk itu perlu bagi guru, orang tua dan juga masyarakat menggiatkan pendidikan, pengajaran dan contohkan pendidian, pengajaran dan contoh teladan kepada para siswa agar mereka terbiasa dengan akhlak dan kepribadian yang terpuji. Tabel 19 Sikap dan tindakan siswa ketika melihat perselisihan diantara temannya No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Sangat senang Tidak senang Mendamaikan Tidak peduli Jumlah
Frekuensi
Prosentase
2 28 30
0,00% 6,67% 93,33% 0,00% 100%
112
Berdasarkan data tabel di atas bahwa dapat terlihat hampir semua siswa (93,33%) memiliki sikap dan tindakan untuk mendamaikan siswa (teman) mereka yang bertengkar (berselisih). Ini menunjukkan bahwa mereka (hampir semua siswa). Ini menunjukan bahwa mereka (hampirkan semua siswa) telah memiliki sikap dan kepribadian siswa (6,67) yang masih belum mau untuk mendamaikan temannya yang bertengkar, tetapi mereka juga tidak senang dengan adanya pertengkaran tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya pendidikan akidah akhlak tentang sikap dan tindakan mendamaikan terhadap adanya pertengkaran sudah dapat diamalkan oleh para siswa. Tabel 20 Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Tidak boros Menerima dengan ikhlas Bersyukur Senang-senang Jumlah
Frekuensi
Prosentase
3 4 23 30
10,00% 13,33% 76,67% 0,00% 100%
Dari hasil data pada tabel tersebut di atas maka dapat terlihat bahwa lebih separuh dari siswa (63,33%) yang telah memiliki dan kebiasaan. Tabel 21 Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
a b c d
Selalu 19 63,33% Sering 10 33,33% Kadang-kadang 1 3,33% Tidak pernah 0,00% Jumlah 30 100% Dari hasil data pada tabel tersebut di atas maka dapat terlihat
bahwa lebih separuh dari siswa (63,33%) yang telah memiliki sikap dan kebiasaan untuk membaca do’a setelah selesai melaksanakan sholat fardu
113
ataupun shalat sunnah. Dapat juga terlihat sebagian kecil (33,33%) bahwa siswa sering melakukan atau memiliki sikap dan kebiasaan membaca do’a setelah selesai melaksanakan shalat. Dan dapat juga kita melihat bahwa ada sedikit sekali (3,33%) siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan hanya kadang-kadang saja berdo’a setelah selesai sholat. Tabel 22 Kegiatan kerja bakti (kebersihan massal) di sekolah No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
15 13 2 30
50,00% 43,33% 6,67% 0,00% 100%
Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir separuh (50,00%) dari siswa yang memiliki sikap dan kepribadian untuk melakukan kegiatan kerja bakti (kebersihan massal) di sekolah. Dan juga hampir separuh yaitu (43,33%) yang memiliki sikap dan kepribadian untuk melakukan kegiatan kerja bakti yang diadakan di sekolah. Begitupun juga ada sedikit sekali (6,67%) siswa yang hanya kadang-kadang untuk ikut kegiatan kerja bakti di sekolah. Dapat diambil pengertian bahwa separuh dan hampir separuh dari para siswa yang telah bersikap untuk ikut serta dalam kegiatan kerja bakti di sekolah. Ini menunjukan bahwa pendidikan akidah akhlak di madrasah ibtidaiyah dapat membentuk kepribadian siswa secara baik dan terarah. Tabel 23 Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
15 12 3 30
50,00% 40,00% 10,00% 0,00% 100%
114
Dari hasil data pada tabel di atas dapatlah terlihat bahwa hampir separuh siswa (50,00%) yang telah memiliki sikap dan kepribadian (watak, karakter dan perilaku) untuk berpartisipasi dalam pengumpulan infak rutin setiap hari Jum’at. Demikian juga dapat terlihat sebagian kecil (40,00%) siswa yang telah bersikap dan berkepribadian dengan intensitas sering mengeluarkan infak rutin setiap hari Jum’at. Dan terdapat pula pada data tabel tersebut sedikit sekali (10,00%) siswa yang hanya kadang-kadang saja dalam memberikan infak rutin setiap hari Jum’at. Jika dilihat secara pandangan umum pada data tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akidah akhlak pada siswa madrasah ibtidaiyah sudah cukup signifikan mengenai sikap dan perilaku mereka dalam hal partisipasinya untuk memberikan infak rutin setiap hari Jum’at. Tabel 24 Menghormati tamu yang datang kerumah No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
17 8 5 30
56,67%` 26,67% 16,67% 0,00% 100%
Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa lebih separuh siswa (56,67%) yang telah memahami dan melaksanakan akan sikap dan perilaku menghormati tamu yang datang (berkunjung) ke rumah. Juga demikian ada sedikit siswa (26-67%) yang belum atau mungkin kurang memahami akan sikap dan perilaku untuk menghormati tamu yang berkunjung ke rumah. Ada juga kita lihat pada tabel itu sedikit sekali siswa (16.67%) yang hanya kadang-kadang saja bila bersikap dan perilakunya hormat dan sopan pada tamu yang datang ke rumah. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akidah akhlak pada siswa di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
115
Lama, Jakarta Selatan, cukup signifikan pengaruhnya dalam pembentukan kepribadian siswa. Tabel 25 Menjaga ketertiban dikelas dalam proses belajar mengajar No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
11 8 11 30
36,67% 26,67% 36,67% 0,00% 100%
Dari data yang tertera pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil (36,67%) siswa yang memiliki rasa tanggung jawab untuk tertib dan memperhatikan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan dapat juga dilihat ada sedikit siswa yang hanya sering saja dalam menjaga ketertiban dan konsentrasi dalam kegiatan proses belajar menjaga. Begitupun ada sebagian kecil (36,67%) siswa yang yang hanya kadang-kadang saja tertib dan memperhatikan pelajaran dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Dapatlah diberikan kesimpulan bahwa sikap dan perilaku maupun kepribadian siswa masih kurang mencerminkan sikap, watak, dan akhlak yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Tabel 26 Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah No.
a b c d
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Frekuensi
Prosentase
11 6 13 30
36,67% 20,00% 43,33% 0,00% 100%
Dari hasil pendataan pada tabel dapat terlihat bahwa sebagian kecil siswa (36,67%) yang memilih sikap dan kepribadian untuk berpartisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah, begitupun ada sedikit sekali (20,00%) siswa yang hanya sering berpartisipasi dalam acara hari-hari
116
besar Islam di sekolah, namun hampir separuh dari siswa (43,33%) yang memiliki sikap dan kepribadian dalam hal berpartisipasi pada acara harihari besar Islam disekolah dengan pernyataan kadang-kadang. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir separuh dari siswa masih belum memiliki sikap kepribadian yang baik dalam berpartisipasi terhadap acara hari-hari besar Islam di sekolah. Sedangkan yang bersikap selalu dan sering dapat digeneralisasikan memiliki sikap dan kepribadian yang baik terhadap partisipasinya dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah mandrasah ibtidaiyah Darul Aitam.
117
Tabel 27 Perhitungan untuk mencari Data Variabel X dari hasil Penyebaran Angket
No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Abi Yahya Denim Turesia Devi Nuryati Desi Rahmayanti Deslianto Dita Tri Andriyanti Dwi Istirocah Ebiet Prasetya Emil Salim Euis Wulandari Fitri Febriyani Herawati Homsa Nova Sidki Ibnu Bayu Aji Inka Nuraini Muhammad Zaki Malika Nur Afia Nur Azizah Putri Sakinah Azizah Rini Oktaviyani Romi Alfiansyah Shandra Sifa Fauziah Siti Rahmah Suci Nur Safinah Suryanita Melinda Titi Patisari Taufani Umar Bakri Zaylani Fachreza Muhammad Zulfikar Jumlah
1 4 2 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 105
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 109
Butir Soal 3 4 5 6 7 8 9 10 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 0 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 1 1 3 1 1 1 1 1 0 1 4 0 1 1 1 1 1 1 4 1 1 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 0 1 1 4 1 1 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 0 1 1 1 1 0 4 1 1 0 1 1 1 1 3 0 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 0 1 1 1 2 0 1 1 1 1 0 1 3 1 1 1 0 1 1 1 4 0 1 1 1 0 1 1 4 1 1 0 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 0 1 3 1 1 0 1 1 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 4 1 1 0 0 1 1 1 3 1 1 1 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 2 0 1 1 1 1 1 0 99 24 27 22 27 26 25 26
Jumlah 19 15 18 17 16 17 19 17 17 19 18 15 18 16 17 18 15 17 15 16 17 17 13 15 15 15 16 14 14 15 489
118
Tabel 28 Perhitungan untuk mencari Data Variabel Y dari hasil Penyebaran Angket
No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Abi Yahya Denim Turesia Devi Nuryati Desi Rahmayanti Deslianto Dita Tri Andriyanti Dwi Istirocah Ebiet Prasetya Emil Salim Euis Wulandari Fitri Febriyani Herawati Homsa Nova Sidki Ibnu Bayu Aji Inka Nuraini Muhammad Zaki Malika Nur Afia Nur Azizah Putri Sakinah Azizah Rini Oktaviyani Romi Alfiansyah Shandra Sifa Fauziah Siti Rahmah Suci Nur Safinah Suryanita Melinda Titi Patisari Taufani Umar Bakri Zaylani Fachreza Muhammad Zulfikar Jumlah
Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 1 1 3 4 3 4 2 4 1 1 1 0 4 3 3 4 4 3 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 1 1 1 0 4 4 4 3 3 4 1 1 1 1 3 3 4 4 2 4 1 0 1 1 4 4 4 2 3 4 1 1 1 0 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 3 4 3 4 3 3 0 0 1 1 3 4 4 3 2 2 1 1 1 1 4 4 4 4 3 2 1 1 1 0 4 4 4 4 2 2 1 1 1 1 3 4 3 4 3 2 1 1 0 1 4 3 4 4 4 3 1 1 1 1 3 4 3 3 4 3 1 1 1 1 4 2 4 4 2 2 1 1 1 1 4 4 4 4 4 2 1 1 1 0 4 3 4 2 2 3 1 1 1 1 4 3 4 4 2 2 1 0 1 1 4 3 4 3 4 4 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 4 4 3 2 4 4 1 0 1 1 4 3 4 3 4 4 1 0 1 1 3 4 3 4 2 2 1 1 1 1 4 3 2 4 4 4 1 1 1 1 4 3 3 4 4 2 1 1 1 0 3 2 3 4 2 2 1 1 1 1 4 3 2 2 3 2 0 1 1 1 4 3 2 3 2 4 1 1 1 0 2 4 4 2 2 2 1 1 0 1 4 4 3 3 3 3 28 25 28 23 108 103 102 102 90 88
Jumlah 24 24 25 25 24 24 27 24 20 25 23 23 25 24 22 26 21 23 25 21 25 25 21 25 24 19 20 21 19 23
119
Tabel 29 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X (Kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan Variabel Y (pembentukan kepribadian siswa)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Subjek Abi Yahya Denim Turesia Devi Nuryati Desi Rahmayanti Deslianto Dita Tri Andriyanti Dwi Istirocah Ebiet Prasetya Emil Salim Euis Wulandari Fitri Febriyani Herawati Homsa Nova Sidki Ibnu Bayu Aji Inka Nuraini Muhammad Zaki Malika Nur Afia Nur Azizah Putri Sakinah Azizah Rini Oktaviyani Romi Alfiansyah Shandra Sifa Fauziah Siti Rahmah Suci Nur Safinah Suryanita Melinda Titi Patisari Taufani Umar Bakri Zaylani Fachreza Muhammad Zulfikar Jumlah
X 19 15 18 17 16 17 19 17 17 19 18 15 18 16 17 18 15 17 15 16 17 17 13 15 15 15 16 14 14 15 495
Y 24 24 25 25 24 24 27 24 20 25 23 23 25 24 22 26 21 23 25 21 25 25 21 25 24 19 20 21 19 23 700
XY 456 360 450 425 384 408 513 408 340 475 414 345 450 384 374 468 315 391 375 336 425 425 273 375 360 285 320 294 266 345 11.584
X2 361 225 324 289 256 289 361 289 289 361 324 225 324 256 289 324 225 289 225 256 289 289 169 225 225 225 256 196 196 225 8.221
Y2 576 576 625 625 576 576 729 576 400 625 529 529 625 576 484 676 441 529 625 441 625 625 441 625 576 361 400 441 361 529 16.385
120
Setelah keseluruhan data dihitung dan diletakkan dalam tabel koefisien korelasi, selanjutnya hasil perhitungan di atas akan diuji keabsahannya dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
N ∑ Y − (∑ X )(∑ Y ) 2
2
[ N ∑ X − (∑ X ) ][ N ∑ Y 2 − (∑ Y ) ] 2
30 X 11.584 − 495 X 700
(30 X 8221 − 495)2 (30 X 16.385 − 700)2 347.520 − 346.500
(246.630 − 245.025)(491.550 − 490.000) 1020
(1605X 1550) 1020 1577
rxy = 0,64
2. Interprestasi Data Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai “rxy”, maka penulis memberikan interprestasi indeks korelasi “r” product moment dengan cara sederhana, interprestasi terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka korlasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besaran rxy yaitu sebesar 0,65, dan dicocokan berdasarkan dari tabel nilai-nilai “r” product moment, angka tersebut jauh di atas taraf signifikan 5% dan 1%. Jumlah sampel yang diambil 30 orang, maka nilainya berkisar antara 0,3610,463 dan juga dicocokan pada pedoman sederhana pada nilai “r”
121
product moment yang dikemukakan oleh Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantiatif dan kualitatif yang apabila diantara >0,40-0,70 berarti terdapat korelasi positif atau hubungan cukup antara variabel X dengan variabel Y. Berdasarkan data-data yang telah dihitung dengan melalui analisa presentase dan hasil perhitungan dengan rumus
korelasi
product
moment,
maka
menggunakan penulis
dapat
menginterprestasikan, bahwa kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa pada MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Sangatlah penting dan perlu ditingkatkan terhadap pengalaman dan pembiasaan pembiasaan perilaku dan perbuatan yang beradab dan terpuji. Dengan adanya lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dapat membantu siswa untuk menanamkan dan melatih siswa kepada akidah yang lurus dan benar, mengarahkan dan membimbing siswa agar terbiasa dengan akhlak dan perilaku (kepribadian) yang mulai (terpuji). Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan akidah akhlak kiranya perlu ada kerja sama yang baik antara pihak lembaga pendidikan (madrasah ibtidaiyah Darul Aitam), orang tua wali murid dan juga masyarakat disekitar lingkungan pendidikan.
C. Uji Hipotesis Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian diuji penyajian angka korelasi sebesar 0,65 dan angka ini dicocokan dengan pedoman sederhana pada nilai “r” berada diantara angka tersebut berarti terdapat korelasi positif yaitu hubungan yang cukup searah, maksudnya jika variabel kontribusi pendidikan akidah akhlak memperoleh nilai cukup
122
begitu
juga sebaliknya jika kontribusi pendidikan
akidah akhlak
memperoleh nilai kurang, maka nilai pada pembentukan kepribadian juga akan berkurang. Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas yang berada di daerah pendidikan, maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi “kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan, diterima
dan
hipotsis
nihil
(Ho)
ditolak.
Dengan
demikian
kesimpulannya adalah, pendidikan akidah akhlak berkontribusi positif terhadap pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan seluruh bab skripsi ini, maka penulis berkesimpulan bahwa: 1. Pembelajaran pendidikan akidah akhlak memiliki kontribusi yang cukup terhadap pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 2. Pembentukan kepribadian siswa agar siswa memiliki akidah yang kuat, baik keimanannya maupun ketakwaannya kepada Allah SWT. Dengan mengamalkan nilai-nilai perilaku yang mulia, baik terkait dengan ibadah mahdhoh maupun yang bersifat ibadah secara luas yaitu muamalah. Dengan kata lain didasari atas iman yang kokoh kemudian melakukan segala amal perbuatan (kebijakan) secara baik, benar dan mulia. 3. Usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Dalam meningkatkan pendidikan akidah akhlak guna membentuk kepribadian siswa yaitu dengan menggunakan metode yang tepat
dalam pendidikan akidah, akhlak,
keteladanan guru dan kerjasama antara orang tua murid dengan guru. Demikian juga sekolah telah membuat tata tertib dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh siswa. 4. Pendidikan akidah akhlak yang telah dilaksanakan di MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Telah menunjukan hasil yang cukup memuaskan dari hasil penelitian yang ada dapat diketahui bahwa siswa
B. Saran-saran
1. Pelaksanaan Pendidikan Akidah Akhlak memberikan peranan signifikan guna membentuk kepribadian siswa. Untuk menunjang peningkatkan
124
akhlakul karimah. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Adanya pengalaman yang nyata mengenai tindakan-tindakan, perilaku dan akhlak mulia di dalam kehidupannya sehari-hari pada diri pribadi, keluarga dan masyarakat luas. 2. Para siswa secara disiplin dan dengan penuh keta’atan untuk beribadah kepada Allah dalam bentuk-bentuk Amaliah pribadi seperti, melaksanakan shalat lima waktu, tadarus Alquran, puasa Ramadhan. Ikut berperan serta dalam ketertiban sosial, kebersihan lingkungan dan kelestarian alam,ikut berempati pada hal-hal yang sifatnya kemanusiaan dan kepedulian sosial. 3. Untuk dapat menciptakan kebersihan pendidikan akidah akhlak secara optimal dan maksimum di butuhkan metode-metode pengajaran yang tepat guna, adanya unsur-unsur keteladanan dari pimpinan sekolah, para dewan guru, dan dari masyarakat di sekitar lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Adanya hubungan kerjasama yang baik antara guru dengan para orang tua murid, dilengkapi pula dengan tata tertib dan peraturanperaturan sekolah yang baik untuk dijalankan dan dipatuhi oleh semua pihak. Demikian juga dibutuhkan sarana dan program-program pendukung seperti: kontroling monitoring dan evaluasi secara banar, terarah, terukur dan secara berkesinambungan(istimror).
125
DAFTAR PUSTAKA
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta : Intermasa, 1974) Abdul, Baqi, Fuad, Muhammad, Al-Muwattha Imam Malik bin Anas, Athobitul Al-Tasniyah. 1993/1413 Adhim, Fauzil, Muhammad, Mendidik Anak Menuju Taklif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet-1 Al-Ghazali, Ihya Ulumudin, Terjemah oleh: Yakub Ismail Yogyakarta: Lentera Ilmu. 1986 Daudy, Ahmad. Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pengembangan Kurikulum Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1989 Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum Untuk F.T. Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Cet-1 Ghazali, Imam, Ajaran-Ajaran Akhlak, Surabaya: Al-Ikhlas, 1981 Kusuma, Indra, Dain, Umar, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973 Masy’ari, Anwar , Membentuk Pribadi Muslim. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996 Mustafa, H.A. 150 Hadits-Hadits Pilihan, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987 Mustafa, H.A. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Pustaka Setia Cet-2 Nata, Abadin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Cet-7 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Dirjen Lembaga Islam, Ilmu Pendidikan Islam Purbakawatja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1976 Rahman, Fathur, Ikhtiar Mustahalahul Hadits, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985, Cet-4 Sujatno, Agus, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
126
Tatapangarsa, Hamaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: Bina Ilmu, 1979, Cet-1 Thaha, Nasrudin, Tokoh-Tokoh Pendidikan di Zaman Islam Jaya, Jakarta: Mutiara, 1983 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998 Ulwah, Nasih, Abdullah, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Amani. 1999 UU R.I. No. 20 Th 2003, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2003 Ya’kub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1983, Cet-ke 2 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989)
127
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH MI. DARUL AITAM Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Kepala Sekolah
Dewan Komite
Perpustakaan
Tata Usaha UKS
Keuangan Jabatan Kepegawaian
Guru Kelas I
Guru Bahasa Arab
Guru Kelas II
Guru Kelas III
Guru Kelas IV
Guru Bahasa Inggris
Guru Kelas V
Guru Penjaskes
siswa
Masyarakat Lingkungan sekolah
Guru Kelas VI
Guru Pramuka
128
Bagan Struktur Organisasi Komite Sekolah MI. Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan
Kepala Sekolah
Masyarakat
Ketua Komite
Sekretaris
Bendahara
Bidang-bidang
SDM
HUMAS
Keterangan : = Garis Koordinasi = Garis Komando
Sarana prasarana
Bidang usaha
129
Lampiran 1 Angket penelitian Hubungan antara pendidikan akidah akhlak terhadap kepribadian siswa kelas IV, V dan VI MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pengisian dibawah ini dengan baik 2. Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai dengan hati nurani sendiri dan jangan terpengaruh oleh teman 3. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban a, b, c, dan d yang sesuai dengan hati nuranimu 4. Jawaban yang kalian pilih tidak ada sanksi, tapi sangat berarti bagi peneliti 5. Tulislah nama dan kelas diangket ini Nama
:
Kelas
:
1. Rukun iman ada 6 perkara menurut anda ! a. Benar b. Ragu-ragu c. Tidak benar d. Tidak tahu 2. Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT menurut anda ! … a. Benar b. Ragu-ragu c. Tidak benar d. Tidak tahu
130
3. Apakah kamu selalu ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari … a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Dalam sehari semalam kita wajib mengerjakan shalat sebanyak berapa waktu? a. 2 waktu b. 3 waktu c. 4 waktu d. 5 waktu 5. Bershadaqoh sangat dianjurkan sekali dalam ……. a. Ajaran Islam b. Perintah teman c. Ajaran orang tua d. Agama lain 6. Orang yang terkena (tertimpa) musibah wajib kita …. a. Menolongnya b. Mengacuhkan c. Mengejek d. meninggalkan 7. Kepada orang tua kita harus …. a. Menghindar b. Mendekati c. Menghormati d. Membebani 8. Perintah orang tua dan guru harusnya kita …. a. Taati dan kerjakan b. Memperhatikan dengan baik c. Marahi d. Masa bodo 9. Sesama teman sepermainan kita seharusnya …
131
a. Membiarkan b. Mengganggu c. Menyayangi d. Menyakiti
10. Membaca Al-Qur’an adalah bernilai … a. Biasa saja b. Ibadah c. Pribadi d. Jama’ah 11. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus kita kerjakan secara … a. Baik dan rapi b. Dibersihkan ibu c. Baik dan selesaikan d. Malas-malasan 12. Jika halaman rumah kita kotor dan berantakan maka seharusnya … a. Bersihkan dan rapihkan b. Dibersihkan Ibu c. Tidak perduli d. membiarkan saja 13. Apa yang dapat kita lakukan ketika melihat teman bertengkar ? a. Sangat senang b.Tidak senang c. Mendamaikan d. Tidak peduli 14. Bagaimana pendapatmu jika mendapatkan rezeki yang banyak a. Tidak boros b. Menerima dengan ikhlas c. Bersyukur d. Tidak senang 15. Apakah kamu membaca do’a setelah selesai shalat?
132
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
16. Apakah dalam kegiatan kerja bakti di sekolah kamu turut serta? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Di sekolah ada pengumpulan infak rutin setiap hari Jum’at bagaimana sikapmu? a. Selalu berinfak b. Sering berinfak c. Kadang-kadang infak d. Tidak pernah berinfak 18. Apakah jika ada tamu di rumah kamu menghormatinya ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Jika sedang belajar di kelas apakah kamu tertib dalam memperhatikannya ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Apakah kamu berpartisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolahmu a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
133
Lampiran 2 PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH
Hari/Tanggal
: Senin, 27 November 2007
Jam
: 10.00 – 12.00 WIB
Tempat
: MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Interview
: H.M. Hasan H.A,
Jabatan
: Kepala Sekolah MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
A. Pengantar
Bapak kepala sekolah yang terhormat, dalam rangka menyelesaikan skripsi program strata satu (S1) penulis mengharapkan bantuan kepala sekolah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan dengan keadaan yang sebenarnya. Wawancara ini kami ajukan dalam usaha mengumpulkan data yang sangat kami perlukan dalam penelitian kami yang berjudul. “Hubungan Antara Pendidikan Akidah Akhlak Dan Pembentukan Kepribadian Siswa MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Atas bantuan dan partisipasi bapak kepala sekolah penelitian penulis hanturkan banyak terima kasih. B. Daftar Pertanyaan
1. Apa nama yayasan sekolah ini ? 2. Kapan berdirinya yayasan ini ? 3. Siapa nama pengurus yayasan ini ? 4. Ada berapa lembaga pendidikan dibawah naungan yayasan ini? 5. Apa nama sekolah ini ? 6. Kapan awal berdirinya sekolah ini ?
134
7. Mohon dijelaskan alamat sekolah ini ! 8. Apakah sekolah ini telah terakreditasi ? Mohon dijelaskan ! 9. Berapakah jumlah guru dan staf pegawai sekolah ini? Mohon dijelaskan ? 10. Berapakah jumlah siswa/siswi pegawai sekolah ini ? Mohon dijelaskan ! 11. Mohon bapak jelskan mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini! 12. Bagaimanakah bentuk struktur sekolah yang bapak pimpin ? C. Jawaban Wawancara
1. Nama yayasan ini adalah “Yayasan Pendidikan Islam Yatim dan Dhuafa Darul Autam (YAPYDDA). 2. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1983 3. Nama pengurus yayasan adalah H. Mashud H.N 4. Lembaga-lembaga pendidikan dibawah naungan yayasan ini adalah: a. Madrasah Diniyah b. Madrasah Ibtidaiyah 5. Nama sekolah ini adalah MI. Darul Aitam 6. Kegiatan belajar mengajar pertama kalinya sejak tahun 1984 7. Alamat sekolah di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang RT. 03/06 No. 13 Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 8. Sekolah ini telah di akreditasi 9. Jumlah guru dan staf pegawai sekolah ini adalah 15 orang (data terlampir) 10. Jumlah siswa sekolah ini 238 siswa, terdiri dari: kelas I 40 siswa, kelas II 40 siswa, kelas III 38 siswa, kelas IV 40 siswa, kelas V 44 siswa, kelas 36 siswa 11. Sarana dan prasarana ada + 12. Bentuk struktur MI. ini (terlampir)
Jakarta, 27 November 2007 Kepala MI. Darul Itam H.M. Hasan H.A
135