FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT. ANTAM TBK UBPE PONGKOR BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2006-2007
OLEH :
EVA HERNAWATI NIM : 104101003182
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT. ANTAM TBK UBPE PONGKOR BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2006-2007 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : EVA HERNAWATI NIM : 104101003182
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika ini dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Desember 2008
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) Skripsi, 12 Desember 2008 Eva Hernawati, NIM: 104101003182 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Karakteristik Pekerja dan Unit Kerja di Area Pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor Bogor Jawa Barat Tahun 2006-2007. xxii + 79 Halaman + 11 Tabel + 5 Gambar + 4 Lampiran ABSTRAK Pongkor adalah salah-satu tambang emas bawah tanah di Indonesia yang menggunakan kombinasi metode penambangan konvensional dan mechanised cut and fill. Penambangan emas bawah tanah adalah kegiatan yang berbahaya dan sulit. Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 meningkat yaitu tahun 2006 sebanyak 58 kejadian kasus kecelakaan kerja menjadi 63 kasus kecelakaan kerja di tahun 2007. Penelitian ini dilakukan karena terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja di area pertambangan dari tahun 2006 sebanyak 40 kasus (69%) menjadi 45 kasus (71,4%) pada tahun 2007 dari total kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor pekerja seperti umur, tingkat pendidikan dan masa kerja serta unit kerja. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa data perusahaan. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 sebanyak 749 pekerja sedangkan sampelnya 174 pekerja yang diambil secara random. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 12,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada dua variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecelakaan kerja yaitu variabel umur pekerja (p value 0,05) dan variabel unit kerja (p value 0,021 ) sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan dan masa kerja dengan (p value > 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan sebaiknya mengadakan safety talk pada seluruh shift, pembuatan IBPR lebih mendetail, safety induction lebih difokuskan pada unit kerja yang akan ditempati, pengawasan yang lebih intensif pada unit kerja yang mempunyai risiko kecelakaan yang lebih besar seperti di unit produksi tambang, peninjauan ulang SOP. Untuk studi lanjutan, dapat dilakukan
ii
penelitian mengenai kecelakaan kerja yang tidak hanya berdampak pada pekerja melainkan yang berdampak pada kerusakan property serta terganggunya proses produksi, mempertimbangkan klasifikasi kecelakaan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja lainnya (shift kerja dan lingkungan). Selain itu, dapat dilakukan penelitian secara kualitatif untuk melihat penyebab kecelakaan kerja dan juga dapat dilakukan penelitian dengan desain case control. Daftar bacaan : 27 (1981-2008)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduated Thesis, December 12th 2008. Eva Hernawati, NIM: 104101003182 Relating Factors of Accident Occurrence Based on Worker’s Characteristic and Work Unit at Mining Area of PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Bogor West Java Year 2006-2007. xxii + 79 pages+ 11 tables + 5 images+ 4 appendices ABSTRACT Pongkor is an underground gold mining in Indonesia that combine conventional mining and mechanised cut and fill method. Underground gold mining is a dangerous and difficult activity. The total of accident at PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor from year 2006 to year 2007 is increasing from 58 cases on 2006 to 63 cases on 2007. This research is conducted due to the increase of number of accident at mining area 40 cases (69%) to 45 cases (71.4%) from total number of accident case at PT ANTAM TBK UBPE Pongkor. This is the quantitative research using cross-sectional study design. Researched factors are worker factor such as age, education level, work period, and work unit. The research uses questionnaire as primary data and company data as secondary data. Population of this research is entire worker of mining area of PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor year 2006-2007 numbered 749 workers while the sample are randomized 174 workers. The research is conducted in November 2008. The result shows that accident experienced worker is 12.6%. Bivariate analysis shows that there are two variables which have denoting relation with accident occurrence i.e. worker’s age variable (p value 0.05) and work unit variable (p value 0.021) while not related variables are educational level and work period (p value > 0.05). As stated by the research’s result, it is advised to give safety talk on entire shift, more detailed IBPR making, more focused safety induction on will be assigned work unit, more intensive monitoring on work unit which has greater accident risk such as at mine production unit, and SOP review. For further research, a research regarding accident which not only impacting worker but also impacting damage to property and production process disruption may be conducted as well as considering the classification of accident and other relating factors of accident occurrence (work shift and environment). Furthermore, qualitative research may be conducted to comprehend the cause of accident as well as case-control designed research. References : 27 (1981-2008)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT ANTAM TBK UBPE PONGKOR BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2006-2007
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 12 Desember 2008
Iting Shofwati, ST, MKKK Pembimbing Skripsi
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 12 Desember 2008
Penguji I
Iting Shofwati, ST, MKKK
Penguji II
Catur Rosidati, SKM, MKM
Penguji III
Farida Tusafariah, Mkes
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Eva Hernawati
Tempat, tanggal lahir
: Pemalang, 7 April 1985
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Telepon
: 085693117004
Email
:
[email protected]
Alamat
: Jl. Teri no. 27 Rt 03/05 Desa Widuri Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.
Pendidikan Formal
: SD Negeri 02 Pemalang SLTP Negeri 01 Pemalang SLTA Negeri 02 Pemalang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
ﺑﺴﻢ ا ﷲ ا ﻟﺮﺣﻤﻦ ا ﻟﺮ ﺣﻴﻢ Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang
ﺲ ْ ﺴ ٍﺮ ُﻳ ْﻋ ُ ﷲ َﺑ ْﻌ َﺪ ُ ﻞا ُ ﺠ َﻌ ْ ﺳ َﻴ َ ﻻ ﻣَﺂءَاﺗَﺎهَﺎ ﷲ ﻧَ ْﻔﺴًﺎ ِإ ﱠ ُ ﻒا ُ ﻻ ُﻳ َﻜﻠﱢ َ Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. 65:7)
Nafasku mungkin lelah merangkai mimpi Mengejar hingga ribuan kilo Menantinya dengan mengarungi waktu Kenyataan-kenyataan kini adalah serangkaian mimpi yang telah tercipta Tiap hari dengan iringan fajar menegakkan langkah Berpeluh keringat kini tak masalah Karena aku tahu, hidup adalah langkah yang ku buat Lukisan perjuangan yang dipajang Bukanlah sebuah insan jika tak berbuat Namun hanya mayat yang mampu berjalan dengan angkuh Titik akhir perjalanan hidup takkan pernah berakhir Kecuali jika aku tak mampu lagi bergerak..
Success will follow the good player, and they have to play in misery first…. Inspired By Ressio
This undergraduated thesis presented for my brother Ahmad Safaat SH and my lover Sirojuttolibin ST.
viii
KATA PENGANTAR
اﻟﺴﻼ م ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ا ﷲ و ﺑﺮ آﺎ ﺗﻪ Syukur Alhamdulillah, peneliti ucapkan atas ridha dan hidayah-Nya serta atas anugrah nikmat Iman, Islam, dan kesehatan dari Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Baginda Rasulallah Saw. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Karakteristik Pekerja dan Unit Kerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Bogor Jawa Barat Tahun 2006-2007”. Penulis menyadari, bahwa pembuatan skrpsi ini tidak dapat berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan serta doa dari pihak lain. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahku Edi Wijaya, Ibuku Siti Charoyah (Almarhum) yang pintar dan cantik, Ahmad Safaat SH, Ahmad Yani, Khaerudin, Made Saenah dan keluargaku semua atas doa, nasihat, dukungan dan bantuannya. 2. Prof. Dr (hc). dr. MK. Tadjudin Sp And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Yuli Prapanca Satar MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat atas perhatian dan masukan yang diberikan.
ix
4. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Pembimbing skripsi atas perhatian, masukan yang diberikan selama penelitian dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM, atas bimbingan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi. 6. Ibu Farida Tusafariah, Mkes, selaku penguji yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis. 7. Bapak Aryanto Budi Santoso ST. MM, Selaku Safety and Environment Manager PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. 8. Bapak Budi Purwana ST, Selaku Kepala Satuan Kerja Keselamatan Kerja dan Pembimbing Lapangan tempat penelitian, yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis. 9. Ibu Erni Herawati S.Sos, selaku AM Hiperkes dan staffnya, yang telah membantu penulis dalam penelitian. 10. Staff Keselamatan Kerja, Pak Masrury, Pak Ali Ganda, Hartini, Pak Sudiyono, Pak Anton TN, Pak Somaun, Pak Sugeng, Pak Abdullah, Pak Sabari, Pak Haji, Mas Usup dan seluruh karyawan, atas bmbingan, nasihat dan masukan selama penelitian berlangsung. 11. Sirojuttolibin ST, seseorang yang selalu menyemangatiku, mendukung, selalu kuingat dan cayo LE forever!!! 12. Kak Zezen zaenal muttaqien beserta staffnya, atas kepercayaannya menjadikan penulis sebagai surveyor LSI.
x
13. Teman-teman seperjuangan penelitian di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor : Farah Hayati, Eneng Batzanalah, Darief, Selamat Anugrah dan Sely Marselina makasih atas bantuannya. 14. Sister-sisterku, Ulya, Fardil, Sari, Jazi, Neneng, Farhay, Mala, Eni, Anis, Eneng dan teman-temanku semua yang ada di HMI Cabang Ciputat, Trims ya!!! 15. Teman-teman FKIK khususnya jurusan K3 angkatan 2004, Semangat!!! 16. Keluarga eneng BZ, mami dan tini yang telah menampungku selama penelitian di Bogor. 17. Teman-teman seperjuangan, Elly, Izzatu, Eha, D’Mey dan semua temanku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, Tank’s a lot ya. 18. Teman-teman kosan yang cantik dan baik, Irma, Eneng, Ica, Sri, Hapsah, Neneng dan Hilda Thank’s for your support. Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat memperbaiki skripsi ini dengan sempurna dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
و ا ﻟﺴﻼ م ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ا ﷲ و ﺑﺮ آﺎ ﺗﻪ
Jakarta, 12 Desember 2008
Eva Hernawati
xi
DAFTAR ISI Hal PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................
i
ABSTRAK ............................................................................................................
ii
ABSTRACT ..........................................................................................................
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ...................................................
vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. viii LEMBAR PERSEMBAHAN ..............................................................................
ix
KATA PENGANTAR..........................................................................................
x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xviii DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xx
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xxi DAFTAR SINGKATAN...................................................................................... xxiii BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
8
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................
9
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................
10
1.4.1 Tujuan Umum ..........................................................................
10
1.4.2 Tujuan Khusus .........................................................................
10
xii
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................
12
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti...............................................................
12
1.5.2 Manfaat Bagi Perusahaan.........................................................
12
1.5.3 Manfaat Bagi Akademisi..........................................................
12
1.6 Ruang Lingkup..................................................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
14
2.1 Pengertian Kecelakaan......................................................................
14
2.2 Kerugian Kecelakaan Kerja ..............................................................
15
2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja..............................................................
16
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Akibat Kerja.........
19
2.4.1 Faktor Pekerja ..........................................................................
20
2.4.2 Faktor Pekerjaan.......................................................................
26
2.4.1 Faktor Lingkungan ...................................................................
29
2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja..................................................... .....
31
2.6 Kerangka Teori .................................................................................
33
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............
34
3.1 Kerangka Konsep..............................................................................
34
3.2 Definisi Operasional ........................................................................
35
3.3 Hipotesis............................................................................................
36
BAB VI METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................
37
4.1 Desain Penelitian...............................................................................
37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
37
4.3 Populasi dan Sampel .........................................................................
37
xiii
4.3.1 Populasi ....................................................................................
37
4.3.2 Sampel......................................................................................
38
4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data..................................................
39
4.4.1 Pengumpulan Data ...................................................................
39
4.4.2 Pengolahan Data.......................................................................
39
4.5 Analisa Data......................................................................................
40
BAB V HASIL ....................................................................................................
41
5.1 Gambaran Umum Perusahaan...........................................................
41
5.1.1
Profil Perusahaan .................................................................
41
5.1.2
Visi, Misi dan Tujuan Organisasi .........................................
42
5.1.3
Proses Produksi .....................................................................
43
5.1.4
Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2006-2007 .....................
45
5.1.5
Unit Kerja Di Area Pertambangan ........................................
47
5.2 Analisis Univariat .............................................................................
52
5.2.1
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja .................................
52
5.2.2
Gambaran Umur Pekerja ......................................................
52
5.2.3
Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja ................................
53
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja..............................................
53
5.2.5
Gambaran Unit Kerja ...........................................................
54
5.3 Analisis Bivariat................................................................................
55
5.3.1
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja...................................................................................
xiv
55
5.3.2
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja ..................................................
5.3.3
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja ........................................................................
5.3.4
56
57
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja......................................................................................
58
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................
59
6.1 Keterbatasan Penelitian.....................................................................
59
6.2 Analisis Univariat .............................................................................
60
6.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja ....................................
60
6.2.2 Gambaran Umur Pekerja..........................................................
63
6.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja....................................
64
6.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja.................................................
66
6.2.5 Gambaran Unit Kerja ...............................................................
67
6.3 Analisis Bivariat................................................................................
68
6.3.1
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja...................................................................................
6.3.2
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja ..................................................
6.3.3
68
69
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja.........................................................................
xv
72
6.3.4
Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja......................................................................................
74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..................................................................
77
7.1 Simpulan ...........................................................................................
77
7.2 Saran..................................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional...........................................................................
35
Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2006-2007..................
47
Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja ...............................................
52
Tabel 5.2 Distribusi Umur Pekerja.....................................................................
52
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Pekerja...............................................
53
Tabel 5.4 Distribusi Masa Kerja Pekerja............................................................
53
Tabel 5.5 Distribusi Unit Kerja ..........................................................................
54
Tabel 5.6 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja ..
55
Tabel 5.7 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja .............................................................................
56
Tabel 5.8 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja ................................................................................................
57
Tabel 5.9 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja .......
58
xvii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Urutan Kejadian Kecelakaan Kerja Menurut HW. Heinrich ..........
17
Gambar 2.2 Urutan Kejadian Kecelakaan Kerja Menurut Frank. E. Bird. Yr ....
18
Gambar 2.3 Urutan Kejadian Kecelakaan Kerja Menurut Edward Adam..........
18
Gambar 2.4 Kerangka Teori................................................................................
33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................
34
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Jawaban Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2
Kuesioner
Lampiran 3
Hasil Analisa Univariat
Lampiran 4
Hasil Analisa Bivariat
xix
DAFTAR ISTILAH
Accident
: Kecelakaan, setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
Agent factor
: Faktor pekerjaan
Chi square
: Analisis hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik
Conveyor
: Mesin pembawa batu emas dari crushing menuju ballmill
Cross sectional
: Jenis penelitian non-eksperimental dalm rangka mempelajari dinamika korelasi/hubungan antara factor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu.
Cut and fill
: Metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas dari perut bumi kemudian rongga yang telah kosong diisi lagi dengan material limbah, pasir dan kerikil yang merupakan sisa hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya.
Crushing
: Mesin penghancur batu emas sampai diperoleh ukuran butir 12,5 mm
Dore Bullion
: Produk akhir PT ANTAM Tbk UBPE Pogkor, berupa lempengan campuran emas dan perak dengan kandungan emas 10%, perak 90-92% dan pengotor (impurities) 1%
Environment factor
: Faktor lingkungan kerja
Frequency Rate
: Tingkat kekerapan / jumlah kecelakaan yang terjadi
xx
Hipotesis
: Pernyataan sementara yang perlu di uji kebenarannya.
Host factor
: Faktor pekerja yang melakukan pekerjaan
Ore
: Bijih emas
Responden
: Pekerja yang dijadikan sampel pada penelitian
Safety talk
: Komunikasi dua arah (diskusi), bahan yang disampaikan adalah hasil-hasil accident dan informasi lainnya yang disampaikan setiap akan memulai pekerjaan.
Safety Sign
: Tanda-tanda/gambar keselamatan kerja
Safety Patrol
: Kegiatan inspeksi K3 dan lingkungan.
Safety Campaign
: Promosi K3
Severity Rate
: Tingkat keparahan kecelakaan
Shift
: Pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam
Underground Mining : Pertambangan bawah tanah Unit Kerja
: Pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan
Verklaring
: Surat pengalaman kerja
xxi
DAFTAR SINGKATAN ANTAM
: Aneka Tambang
APD
: Alat Pelindung Diri
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
CIL
: Carbon In Leach
FR
: Frequency Rate
ILO
: International Labour Organization
ISO
: International Standard Organization
JAMSOSTEK
: Jaminan Sosial Tenaga Kerja
JSA
: Job Safety Analysis
K3
: Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LHD
: Loading, Hauling, Dumping
PT
: Perseroan Terbatas
SLTP
: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SOP
: Standard Operating Procedures
SR
: Severity Rate
Tbk
: Terbuka
UBPE
: Unit Bisnis Penambangan Emas
xxii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satusatunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun (Bhina, 2007). Laporan International Labour Organization (ILO) memasukkan Indonesia sebagai negara dengan angka kecelakaan kerja terbesar kedua di dunia. Laporan itu didasarkan pada survei terhadap 53 negara tahun lalu, sesuai data ILO, terjadi 65.474 kecelakaan kerja di Indonesia. Di antara jumlah tersebut, 1.451 orang tenaga kerja meninggal dunia. Selain itu, 5.326 pekerja cacat tetap dan 58.697 sembuh tanpa cacat (Dwi, 2008).
1
2
Berdasarkan data dari PT. Jamsostek mengenai jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia pada tahun 2006 didapatkan bahwa total kasus yang terjadi sebanyak 95.624 yang terdiri dari cacat fungsi sebanyak 4.973 kasus, cacat sebagian sebanyak 2.918 kasus, cacat total sebanyak 122 kasus, jumlah kematian sebanyak 1784 kasus dan yang mengalami sembuh sebanyak 85.827 kasus. (Depnakertrans RI, 2007) Sejak tahun 2004 sampai tahun 2006 tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi. Hal tersebut harus menjadi perhatian semua komponen
agar
memperhatikan
masalah
keselamatan
dalam
bekerja.
Pelaksanaan keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 dan UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapi. Semuanya untuk mewujudkan kondisi kerja yang aman, sehat, bebas kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Pelalawan, 2008) Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. Tahun 2000 terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002 terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418 kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus dan tahun 2006 menjadi 95.624 kasus (Mohamad, 2008). Depnakertrans tahun 2007 menunjukkan 65.474 kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal itu mengakibatkan jatuhnya
3
korban 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat, dan 58.697 orang sembuh tanpa cacat (Ip, 2008). Tingkat kecelakaan kerja pada PT Aneka Tambang selama lima tahun terakhir tergolong tinggi. Korban mencapai 1.209 orang, meliputi 118 orang meninggal dunia, 439 orang luka berat, serta 652 orang luka ringan. Korban kecelakaan kerja di tambang pada tahun 1997 sebanyak 269 orang, meliputi 143 orang luka ringan, 102 orang luka berat, dan 24 orang meninggal dunia. Tahun berikutnya korban kecelakaan sebanyak 259 orang, yakni 147 orang luka ringan, 93 orang luka berat, dan 19 orang meninggal dunia. Tahun 2001 sebanyak 106 orang luka ringan, 86 orang luka berat, serta 19 orang meninggal dunia. Tahun 2002 sebanyak 103 orang luka ringan, 74 orang luka berat, dan 31 orang meninggal dunia. Pada tahun 2003 tercatat 153 orang luka ringan, 84 orang luka berat, dan 31 orang meninggal dunia (Jan, 2004). Kerugian akibat kecelakaan kerja digambarkan seperti gunung es, permasalahan termasuk biaya yang terjadi sebenarnya jauh lebih besar dari apa yang dihitung. Perbandingan antara biaya langsung dan tidak langsung adalah 1: 6-53 kali. Biaya langsung hanya biaya pengobatan dan biaya kompensasi (asuransi) sedangkan biaya tidak langsung adalah kerugian akibat kerusakan peralatan, bangunan, material, produksi terganggu, biaya hukum, biaya peralatan, serta waktu untuk penyelidikan. Biaya lain ialah upah yang tetap dibayarkan kepada korban, biaya untuk pengganti dan pelatihan, biaya kerja lembur, kurang kemampuan korban setelah sembuh (ILO, 1983 dalam Nov, 2005).
4
Menurut ILO tahun 1989 (Arifin, 2004) mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu : 1. Faktor pekerja seperti umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan masa kerja. 2. Faktor pekerjaan seperti shift kerja, lama jam kerja dan unit kerja. 3. Faktor lingkungan di tempat kerja seperti faktor fisik, kimia dan biologi. Terjadinya kecelakaan akibat kerja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
penyebab
dimana
faktor-faktor
tersebut
saling
berkaitan
dan
mempengaruhi. Para ahli menggolongkan faktor-faktor penyebab timbulnya kecelakaan akibat kerja dengan cara yang berbeda-beda. John Gordon menggolongkan faktor-faktor tersebut menurut host, agent dan environment (Soetanto, 1990) Teori kecelakaan dari Gordon mengemukakan tentang multiple causation model dengan basis epidemiologi yang diambil dari Heinrich model dari konsep loss control yang dikembangkan oleh Bird dan Loftus. Beberapa orang menyatakan bahwa fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi sekumpulan besar host, agent dan faktor-faktor lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan pengambilan risiko dan persepsi dari bahaya (Hegney, 1997 dalam Susiwi, 2003). Pada variabel umur menurut penelitian Sukamto pada pekerjaan seismic survey di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 dari hasil analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
5
antara umur dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,040, terlihat bahwa pekerja paling banyak mengalami kecelakaan akibat kerja adalah pekerja yang berumur 20-30 tahun yang terjadi pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 26 pekerja (60,5%) dan tahun 2003 sejumlah 48 pekerja (66,7%). Pada variabel masa kerja menurut penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,00, terlihat bahwa distribusi kecelakaan kerja banyak terjadi adalah pekerja yang bekerja dengan masa kerja 1-6 bulan untuk 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2001 sejumlah 34 pekerja (68%), tahun 2002 sejumlah 42 pekerja (97,7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 71 pekerja (98,6%). Pada variabel pendidikan menurut penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,012, terlihat bahwa pendidikan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja adalah pekerja yang mempunyai latar belakang SLTP dan SLTA tahun 2001 sebanyak 24 orang yaitu 48%, pada tahun 2002 terlihat banyak terjadi pada pekerja dengan latar belakang SLTP sebanyak 22 orang yaitu 51,2% dan tahun 2003 banyak terjadi pada pendidikan SLTP sebanyak 37 orang yaitu 51,4%. Pada variabel unit kerja menurut penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan kecelakaan kerja, terlihat bahwa unit
6
kerja paling banyak terjadi pada pekerjaan unit topografi/surveying yakni pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 20 pekerja (46%) dan tahun 2003 sejumlah 56 pekerja (77%) dan paling sedikit terjadi kecelakaan kerja pada pekerjaan unit recording dengan distribusi pada tahun 2001 sejumlah 4 pekerja (8%), tahun 2002 sejumlah 3 pekerja (7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 4 pekerja (5,6%) (p value = 0,063). Pongkor adalah salah-satunya tambang emas bawah tanah di Indonesia yang menggunakan kombinasi metode penambangan konvensional dan mechanised cut and fill. Penambangan emas bawah tanah adalah kegiatan yang berbahaya dan sulit. Pada tahun 2006 ada 58 kejadian kasus kecelakaan kerja dengan nilai FR = 3,29 dan SR = 44,152 serta pada tahun 2007 ada 63 kasus kecelakaan kerja dengan nilai FR = 1,59 dan SR = 6,90. nilai FR dan SR dari tahun 2006 sampai tahun 2007 menurun. Hal ini dikarenakan jam kerja pada tahun 2006 sebanyak 1.815.516 meningkat di tahun 2007 menjadi 1.867.430 (PT. ANTAM, 2008). Menurut studi pendahuluan di PT.Antam Tbk UBPE Pongkor diketahui bahwa karakteristik pekerja dan karakteristik pekerjaan di area pertambangan tersebut dicurigai sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di PT.Antam Tbk UBPE Pongkor. Faktor-faktor tersebut seperti karakteristik pekerja (umur, tingkat pendidikan, masa kerja) dan karakteristik pekerjaan (unit kerja). Umur pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor antara 23 sampai dengan umur 55. Menurut Oborne (1982) menyatakan bahwa banyak alasan
7
mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesagesa. Tingkat pendidikan pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi. Menurut Arifin (2004) menyatakan bahwa pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Masa kerja pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah 1 tahun sampai dengan 16 tahun. Menurut ILO (1989) menyatakan bahwa perhatian pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh banyak kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman dapat menjelaskan mengapa frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para pendatang baru. Unit kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor ada 3 unit kerja yaitu unit produksi tambang, unit development dan unit supporting. Pada unit supporting terdiri dari sarana tambang, pengisian ulang, pemeliharaan peralatan tambang, perencanaan tambang dan quality control (pengukuran tambang serta pengawasan kadar dan geoteknik). Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis
8
pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses (Suma’mur, 1989). Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 meningkat dan paling banyak terjadinya kecelakaan kerja pada area pertambangan. Pada tahun 2006 kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan ada 40 kasus (69%) dari total kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor mengalami peningkatan menjadi 45 kasus (71,4%) di tahun 2007. Hal ini perlu adanya usaha untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dari kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja seperti umur, tingkat pendidikan dan masa kerja serta unit kerja sehingga kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dapat diketahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah, diturunkan bahkan dihilangkan angka kejadian kecelakaan kerja tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Dari permasalahan di atas, kejadian kecelakaan kerja masih relatif tinggi terutama di bidang industri pertambangan. Berdasarkan data laporan kecelakaan kerja bulanan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 bahwa jumlah kecelakaan kerja pada area pertambangan mengalami peningkatan yaitu dari 40 kasus (69%) menjadi 45 kasus (71,4%) dari total kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Hal ini berarti pekerja di
9
area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor berisiko mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja pada PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor berdampak pada terganggunya proses pertambangan, kerusakan alat, biaya perbaikan, biaya bagi si korban kecelakaan dan masih banyak kerugian lainnya. Kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dapat dicurigai ada beberapa faktor diantaranya faktor pekerja seperti umur, pendidika dan masa kerja serta faktor pekerjaan seperti unit kerja. Semua faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja tersebut dicurigai terdapat di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Untuk itu penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ? 2. Bagaimana gambaran umur pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ? 3. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ? 4. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
10
5. Bagaimana gambaran unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ? 6. Apakah ada hubungan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ? 7. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ? 8. Apakah ada hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 20062007 ? 9. Apakah ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 ?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya
gambaran
kejadian
kecelakaan
kerja
di
area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 2. Diketahuinya gambaran umur pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
11
3. Diketahuinya
gambaran
tingkat
pendidikan
pekerja
di
area
pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 4. Diketahuinya gambaran masa kerja pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 5. Diketahuinya gambaran unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 6. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 7. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 8. Diketahuinya hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja
di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE
Pongkor tahun 2006-2007. 9. Diketahuinya hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
12
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti Dapat
mempertajam kemampuan
analitik dalam memahami
masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya masalah kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE. 1.5.2 Manfaat Bagi Perusahaan Perusahaan mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka mengurangi bahkan menghilangkan angka kecelakaan kerja pada pekerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor 1.5.3 Manfaat Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademisi sebagai informasi terhadap penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. Faktor -faktor yang akan diteliti adalah faktor pekerja seperti umur, tingkat pendidikan dan masa kerja serta unit kerja. Penelitian ini dilakukan karena terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja di area pertambangan dari tahun 2006 sebanyak 40 kasus (69%) menjadi 45 kasus
13
(71,4%) pada tahun 2007 dari total kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november tahun 2008. Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang berjumlah 749 orang sedangkan sampel penelitian diambil secara random sebanyak 174 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja tahun 2006-2007 dari semua pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa laporan kecelakaan kerja tahun 2006-2007, jumlah pekerja yang ada di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dan data mengenai sertifikat di setiap unit kerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja ialah setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga berarti tidak ada unsur-unsur kesengajaan apalagi dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal adalah di luar lingkup kecelakaan kerja. Tidak diharapkan karena setiap kecelakaan biasanya disertai dengan kerugian material dan non material, mulai dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Depnakertrans, 2003). Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja. Misalnya seperti diatur dalam Undangundang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JSTK). Kecelakaan di rumah bukanlah termasuk kategori kecelakaan kerja. Kecelakaan demikian termasuk pada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya (Depnakertrans, 2003). Silalahi (1985) mendefinisikan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan tidak dikehendaki yang mengakibatkan korban luka pada manusia serta kerusakan pada harta dan benda.
14
15 Jadi dapat disimpulkan pengertian kecelakaan kerja secara umum adalah kejadian kecelakaan yang berhubungan dengan kerja yang tidak diharapkan yang mengakibatkan kerugian pada manusia, kerusakan pada harta dan benda serta terganggunya proses produksi.
2.2 Kerugian Kecelakaan Kerja Kerugian kecelakaan kerja antara lain (Depnakertrans, 2003) : 1. Penderitaan fisik, termasuk cidera/sakit ringan, berat atau cacat tubuh atau bahkan kematian. Akibat-akibat tersebut hanya menyangkut fisik, tidak termasuk menyangkut aspek kemanusiaan seperti : a. Rasa sedih keluarga dan teman karena korban meninggal dunia b. Rasa sakit akibat cidera c. Menanggung beban psikologis akibat kehilangan salah-satu anggota badan (terjadinya cacat permanen) 2. Kerusakan
benda/mesin,
peralatan,
perlengkapan,
bangunan,
bahan
produksi/hasil produksi. 3. Terjadinya kekacauan organisasi/citra perusahaan. 4. Terlambatnya proses produksi baik sementara maupun permanen. 5. Lain-lain yang tidak diasuransikan seperti : a. gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan karena tidak masuk kerja b. pembayaran kompensasi c. biaya lembur
16 d. biaya untuk melatih pegawai baru e. biaya untuk menerima pegawai baru f. waktu yang tersita untuk urusan administrasi atau untuk tenaga yang membantu menolong korban.
2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja Setiap kecelakaan terutama ada penyebabnya. Kecelakaan tidak tejadi begitu saja. Ada beberapa teori tentang terjadinya suatu kecelakaan yang dikenal dengan teori deret Domino (Depnakertrans, 2003). a. Teori HW. Heinrich (1933), menurut teori ini terjadinya suatu kecelakaan dapat diurutkan sebagai berikut : 1. Lingkungan sosial/keturunan (Social Environment/Ancestry) 2. Kesalahan manusia (Fault of person) 3. Perbuatan membahayakan dan bahaya yang ditimbulkan secara mekanis atau fisik (Unsafe act and Mechanical or physical Hazard) 4. Kecelakaan (Accident) 5. Cidera Lebih jelasnya urutan terjadinya kecelakaan tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 2.1. kecelakaan dimulai karena adanya keadaan sosial atau lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkah-laku seseorang (Kartu I). Apabila hal ini dibiarkan maka tingkah laku yang muncul kemungkinan negatif misalnya lupa, gugup, pemarah, acuh tak acuh dan sebagainya dan hal ini merupakan kesalahan manusia (Kartu
17 II). Karena adanya kesalahan manusia maka tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang membahayakan (Kartu III). Akibat dari tindakan yang tidak aman, maka timbullah kecelakaan (Kartu IV). Kalau sampai terjadi suatu kecelakaan maka akan menimbulkan cidera (Kartu V). Urutan kejadian kecelakaan menurut teori tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Urutan kejadian kecelakaan menurut HW. Henrich b. Teori Frank E, Bird Yr. Menurut teori ini urutan kejadian kecelakaan adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kontrol dari manajemen (Kartu I) 2. Penyebab dasar atau sumber (Kartu II) 3. Penyebab langsung atau gejala (Kartu III) 4. Insiden atau kontak (Kartu IV) 5. Kerugian terhadap manusia atau benda (Kartu V).
18 Urutan kejadian kecelakaan menurut teori tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Urutan kejadian kecelakaan menurut Frank E. Bird. Yr c. Teori Edward Adam Menurut Edward adam bahwa penyebab suatu kecelakaan yaitu struktur manajemen. Pada dasarnya yang membedakan teori yang satu dengan yang lainnya yaitu pada urutan pertama dan kedua. Urutan seterusnya adalah sama yang berbeda hanya istilahnya saja. Urutan kecelakaan/insiden menurut Edward Adam dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Urutan kejadian kecelakaan menurut Edward Adam
19 d. Teori Loss Causation Model Teori lain yang lebih baru dikemukakan oleh Bird & German pada tahun 1985. Teori ini dikenal dengan Loss Causation Model yang tidak mempersalahkan faktor lingkungan dan keturunan. Tetapi timbulnya kecelakaan diakibatkan oleh kegagalan dari pihak manajemen. Oleh karena itu dalam menganalisis permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja, analisis harus dilanjutkan sampai menemukan penyebab dasar masalah, yang berkaitan dengan tugas dan fungsi manajemen yang tidak dilaksanakan. Pertanyaan yang perlu dianalisis ialah tugas dan fungsi manajemen yang mana yang tidak dilaksanakan sehingga terjadi kecelakaan.
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya. Berdasarkan pendekatan epidemiologi (US. Office of Technology Assesment Washington DC, 1975), faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut (Arifin, 2004). 1. Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan. 2. Agent, yaitu pekerjaan. 3. Environment, yaitu lingkungan kerja. Menurut ILO tahun 1989 mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor pekerja, pekerjaannya dan faktor lingkungan di tempat kerja (Arifin, 2004).
20
2.4.1 Faktor Pekerja Ada beberapa faktor-faktor dari karakteristik pekerja yaitu sebagai berikut : 1. Umur Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan
akibat
kerja.
Golongan
umur
tua
mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975). Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa (Tresnaningsih, 1991). New Jersey tahun 1991 sampai dengan tahun 2000 didapatkan 20% kematian dari 1.174 kecelakaan. Dari 234 kecelakaan kerja di New Jersey lebih banyak terjadi pada pekerja usia lanjut (> 55 tahun) dari pada usia muda, antara lain : kecelakaan transportasi perbandingan antara usia lanjut dengan usia muda 42% : 34%, terjatuh 18% : 14%, ledakan 6% : 3%.(Dina, 2007). Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja
usia
muda
lebih
banyak
mengalami
kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaannya (ILO, 1989).
21 Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa (Oborne, 1982). Pada penelitian kasus kecelakaan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta dan Kaltim dari data tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 oleh Jamsostek Tbk ternyata kecelakaan yang terjadi paling banyak menimpa kelompok umur 21-25 tahun, diikuti kelompok umur 26-30 tahun dan 31-35 tahun yang merupakan kelompok usia paling produktif. Banyaknya kasus kecelakaan pada usia muda ini cenderung untuk berperilaku sembrono, kurang pengalaman, senang mencoba-coba dan mengakibatkan perilaku tidak aman dan atau membuat kondisi kerja yang tidak aman (Depnakertrans RI, 2007). Pada penelitian Sukamto pada pekerjaan seismic survey di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 dari hasil analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara
umur
dengan
kecelakaan
kerja
dengan
Pvalue=0,040, terlihat bahwa pekerja paling banyak mengalami kecelakaan akibat kerja adalah pekerja yang berumur 20-30 tahun yang terjadi pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002
22 sejumlah 26 pekerja (60,5%) dan tahun 2003 sejumlah 48 pekerja (66,7%). Hasil penelitian Angreni (1993) )
di PT. Intirub bahwa
terjadinya kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun (25%) kemudian menyusul kelompok umur 30-39 tahun (10,4%). Setelah dilakukan uji chi square untuk melihat hubungan statistik antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja diperoleh hasil tidak ada hubungan bermakna diantara keduanya (P value = 0,16) Hasil Penelitian Sugihsetiaraharja (1997) di PT. Goodyear Indonesia bahwa dari seluruh pekerja yang mengalami kecelakaan selama tahun 1994-1996 kejadian kecelakaan kerja yang sering terjadi pada kelompok umur ≥ 41 tahun. Pada tahun 1994 sebanyak 22 kasus (52,4%), tahun 1995 sebanyak 33 kasus (53,4%) dan pada tahun 1996 sebanyak 24 kasus (57,2%) dari hasil uji statistik chi square tidak didapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian kecelakaan (p value = 0,005). 2. Tingkat Pendidikan Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.
23 Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang
mengandalkan
fisik
(Efrench,
1975).
Hal
ini
dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Menurut Achmadi (1990) yang dimaksud dengan pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh di sekolah dan ini sangat berpengaruh
terhadap
perilaku
pekerja.
Namun
disamping
pendidikan formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan
juga
dapat
berpengaruh
terhadap
pekerja
dalam
pekerjaannya. Pada variabel pendidikan menurut penelitian Sukamto di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,012, terlihat bahwa pendidikan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja adalah pekerja yang mempunyai latar belakang SLTP dan SLTA menduduki posisi yang sama yaitu pada tahun 2001 sebanyak 24 orang yaitu 48%, pada tahun 2002 terlihat banyak terjadi pada pekerja dengan latar belakang SLTP sebanyak 22 orang yaitu 51,2% dan tahun 2003 banyak terjadi pada pendidikan SLTP sebanyak 37 orang yaitu 51,4%.
24 Menurut penelitian Angreni (1993) di PT. Intirub bahwa angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada pekerja dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu dengan angka kecelakaan sebesar 10% sedangkan angka kecelakaan paling rendah terdapat pada pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA (8,8%). Dengan melakukan uji chi square dapat diketahui bahwa ternyata antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja tidak ada hubungan yang bermakna (P value = 0,83). Hasil Penelitian Sugihsetiaraharja (1997) di PT. Goodyear Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan terlihat bahwa pekerja yang berpendidikan rendah mempunyai persentase yang lebih besar mengalami
kecelakaan
dibandingkan
dengan
pekerja
yang
pendidikan lebih tinggi. Dari hasil uji statistik chi square antara tingkat pendidikan dan kejadian kecelakaan kerja didapat adanya hubungan yang bermakna (p value = 0,005) 3. Masa Kerja Sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap tingkat kecelakaan karena berbagai faktor yang menyebabkan kecelakaan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Perhatian pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh banyak kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman dapat menjelaskan mengapa
25 frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para pendatang baru (ILO, 1989). Pengalaman
kerja
merupakan
faktor
yang
dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai
penelitian
dengan
meningginya
pengalaman
dan
keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya (Suma’mur 1989). Penelitian dengan studi restropektif di Hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja di bawah 1 tahun (Ong, Sg, 1982). Pada penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,00, terlihat bahwa distribusi kecelakaan kerja banyak terjadi adalah pekerja yang bekerja dengan masa kerja 1-6 bulan untuk 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2001 sejumlah 34 pekerja (68%), tahun 2002 sejumlah
26 42 pekerja (97,7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 71 pekerja (98,6%). Menurut penelitian Angreni (1993) ) di PT. Intirub bahwa angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada pekerja dengan masa kerja 5-9 tahun (12,9%) dan paling rendah pada pekerja dengan masa kerja 15-19 tahun (9,1%). Uji statistik chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lamanya masa kerja dengan kejadian kecelakan kerja (P value = 0,40) 4. Jenis Kelamin Jenis kelamin juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan. Pekerja pria dan wanita mempunyai perbedaan secara fisiologis dan psikologis. Antara pekerja pria dan wanita memiliki perbedaan dalam daya tahan, ukuran tubuh, postur tubuh yang dapat mempengaruhi cara kerja (Santoso, 1999). 2.4.2
Faktor Pekerjaan Ada beberapa faktor-faktor dari karakteristik pekerjaan yaitu sebagai berikut : 1.
Giliran Kerja ( Shift ) Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam (Andrauler P. 1989). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift
27 dan ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989). Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja (Achmadi, 1980). Berdasarkan penelitian bahwa angka kecelakaan akibat kerja pada tenaga kerja yang bekerja pada pagi atau sore hari lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja yang bekerja pada malam hari, akan tetapi ada penelitian lain yang menduga bahwa risiko kecelakaan akibat kerja tetap tinggi pada tenaga kerja yang bekerja pada malam hari. Hal ini adalah termasuk sumber bahaya yang perlu dikendalikan di tempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Rahmah, 1998). Pada penelitian Angreni tahun 1993 bahwa angka kecelakaan kerja pada PT. Intirub paling besar terdapat pada waktu kerja jam 23.00-07.00 (shift III) yaitu sebesar 11 kecelakaan (10,7%) dan paling kecil pada waktu jam 15.00-23.00 (shift II) yaitu sebesar 7 kecelakaan (6,8%). Hasil dari uji statistik diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian kecelakaan kerja dengan shift kerja (Pvalue=0,80). Dilihat
dari
shift
kerja
dari
hasil
penelitian
Sugihsetiaraharja (1997) di PT. Goodyear Indonesia bahwa pada tahun 1994 kejadian kecelakaan kerja paling sering terjadi pada saat shift 1 sebanyak 20 kasus (47,6%) sedangkan tahun 1995
28 sebanyak 33 kasus (53,2%) dan pada tahun 1996 sebanyak 16 kasus (33,3%) dari hasil uji statistik chi square tidak ditemukan hubungan yang bermakna. 2.
Unit Kerja Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses (Suma’mur, 1989). Pada variabel unit kerja menurut penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan kecelakaan kerja, terlihat bahwa unit kerja paling banyak terjadi pada pekerjaan unit topografi/surveying yakni pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 20 pekerja (46%) dan tahun 2003 sejumlah 56 pekerja (77%) dan paling sedikit terjadi kecelakaan kerja pada pekerjaan unit recording dengan distribusi pada tahun 2001 sejumlah 4 pekerja (8%), tahun 2002 sejumlah 3 pekerja (7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 4 pekerja (5,6%) (p value = 0,063).
29 3.
Jam Kerja Penelitian
di
Inggris
menunjukkan
bahwa
dengan
memperpendek jam kerja dapat meningkatkan produktivitas setiap jam kerja. Sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja mengakibatkan kecepatan kerja menjadi turun dan berkurangnya prestasi setiap jamnya (ILO, 1989). Pada penelitian Sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains menyatakan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada α=5% diperoleh nilai p=0,024. hal tersebut berarti menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara waktu kerja dengan kecelakaan kerja karena p value lebih kecil dari α (p value < α) yakni distribusi kecelakaan akibat kerja banyak terjadi pada > 8 jam seperti terlihat pada tahun 2001 sejumlah 39 pekerja (78%), tahun 2002 sejumlah 28 pekerja (65,1%) dan tahun 2003 sejumlah 39 pekerja (54,2%). Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang lama kerja dan shift kerja terdapat dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.06/Men/1993 tentang waktu kerja 5 hari selama seminggu dan 8 jam sehari (Santoso, 1999). 2.4.3
Faktor Lingkungan Ada beberapa faktor-faktor dari karakteristik lingkungan kerja yaitu sebagai berikut :
30 1. Faktor Fisik a.
Pencahayaan Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja ( ILO, 1989 ). b. Kebisingan Kebisingan di tempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1990). c. Suhu Suhu yang nyaman untuk bekerja berbeda secara subyektif pada setiap orang. Bagi orang Indonesia suhu yang nyaman untuk bekerja antara 240 C – 260 C penyimpangan dari batas kenyamanan suhu menyebabkan perasaan mengantuk dan lelah yang dapat mengurangi ketersediaan untuk berprestasi
31 dan meningkatkan frekuensi kelelahan sehingga risiko pekerja untuk menjalani kecelakaan meningkat, sebaliknya suhu yang ekstrim dingin dapat menyebabkan ketidaktenangan dan mengurangi daya atensi dalam bekerja (Sastro winoto, 1985 dalam Iswandari, 1998). 2. Faktor Kimia Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produk, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi. 3. Faktor Biologi Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian (Syahab, 1998)
2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja dapat dicegah melalui (Depnakertrans, 2003) : a. Penegakan peraturan perundangan, yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai persyaratan kerja, syarat keselamatan kerja, perencanaan, pemeliharaan, dan pengujian.
32 b. Standarisasi, yaitu penetapan dan mematuhi standar keselamatan kerja, standar prosedur kerja, standar peralatan kerja dan sebagainya. c. Pengawasan yaitu melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya peraturan perundangan yang berlaku dan prosedur kerja. d. Dengan penelitian antara lain penelitian penyelidikan atas kasus-kasus kecelakaan yang terjadi, sehingga dapat diketahui penyebab kecelakaan, dengan demikian kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali. e. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan terhadap pelatihan keterampilan kerja maupun keselamatan kerja dan cara kerja yang aman. f. Pengendalian lingkungan kerja yaitu menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan selamat. g. Penggunaan alat pelindung diri. h. Penggunaan alat pengaman/pagar pengaman yang menggunakan mesinmesin atau pekerjaan yang mempunyai risiko bahaya tinggi i. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1996.
33
2.6 Kerangka Teori Kerangka teori berdasarkan ILO tahun 1989 yang mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor pekerja, pekerjaannya dan faktor lingkungan di tempat kerja (Arifin, 2004). Adapun kerangkanya dapat dilihat pada gambar 2.4 :
Faktor Pekerja 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Masa kerja 4. Jenis Kelamin
Faktor Pekerjaan 1. Shift kerja 2. Unit kerja 3. Lama Jam Kerja
KECELAKAAN KERJA
Faktor Lingkungan 1. Faktor fisik 2. Faktor kimia 3. Faktor biologi
Gambar 2.4 Kerangka teori
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel bebas (independent variabel) yaitu faktor pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja) dan faktor pekerjaan (unit kerja) dengan variabel terikat (dependent variabel) yaitu kejadian kecelakaan kerja. Secara rinci variabel-variabel tersebut digambarkan dalam kerangka konsep pada gambar 3.1.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Pekerja 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Masa kerja KECELAKAAN KERJA Faktor Pekerjaan Unit kerja
Gambar 3.1 Kerangka konsep
34
35
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No.
Variabel
Definisi Operasional
1. Kecelakaan Kejadian yang tidak kerja diharapkan yang mengakibatkan korban luka pada responden. 2. Umur
Alat Ukur
Hasil Ukur
wawancara kuesioner 1. Kecelakaan 2. Tidak celaka
Lamanya waktu hidup pekerja wawancara kuesioner 1. ≤ 36 tahun yang dihitung berdasarkan 2. > 36 tahun tahun 2007 dikurangi tahun kelahiran responden.
3. Pendidikan Jenjang akademik formal terakhir yang dicapai oleh responden 4. Masa Kerja Lamanya responden bekerja dalam tahun di perusahaan tersebut sampai tahun 2007. 6. Unit kerja
Cara Ukur
wawancara kuesioner 1. < SLTP 2. ≥ SLTP (Depdiknas, 2008) wawancara kuesioner 1. ≤ 12 tahun 2. > 12 tahun
Pembagian satuan kerja di wawancara kuesioner 1. Unit Produksi area proses maupun non Tambang proses yang masing-masing 2. Unit Development terdiri atas beberapa jenis pekerjaan 3. Unit Supporting (Suma’mur, 1981). (PT. Antam, 2008)
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
36
3.3 Hipotesis 1. Adanya hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 2. Adanya hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 20062007. 3. Adanya hubungan antara masa kerja pekerja dengan kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. 4. Adanya hubungan antara unit kerja dengan kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Desain Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu penelitian terhadap variabel independen dan variabel dependen pada satu waktu yang bersamaan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (independent variabel) yaitu faktor pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja) dan unit kerja dengan variabel terikat (dependent variabel) yaitu kejadian kecelakaan kerja
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang berlokasi di desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Bogor, 54 km ke sebelah Barat Daya kota Bogor. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan november tahun 2008.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja yang bekerja di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007. dengan jumlah populasi adalah 749 pekerja.
37
38
4.3.2 Sampel Sampel
penelitian
adalah
pekerja
yang
bekerja
di
area
pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang mengalami kecelakaan kerja dan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja tahun 2006-2007. Untuk menentukan sampelnya adalah dengan uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai berikut: n = (Z1-α/2√2P(1-P)+Z1-β√P1(1-P1)+P2(1-P2))2 (P1-P2)2 n = (1,96 √2×0,175(1-0,175) + 0,84 √0,25 (1-0,25) +0,10(1-0,10)2 (0,25-0,10)2 n = 79 n = 79 X 2 = 158 orang + 10% = 174 orang. Pada pengambilan sampel didapat 174 orang yang diambil secara random. Jumlah sampel tersebut dikali 2 dan ditambah 10% dari perhitungan sampel. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pengisian kuesioner oleh responden. Dimana: 1.
Z
1-α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1- α, atau derajat kemaknaan
yaitu 5% atau 0,05 2. P = proporsi rata-rata yaitu 50 % 3.
Z
1-β = kekuatan uji 80% yaitu 0,84
4. P1 = proporsi umur 20-29 tahun yang mengalami kecelakaan kerja pada penelitian sebelumnya yaitu 25% (Angreni, 1993)
39 5. P2 = Proporsi umur 30-39 tahun yang mengalami kecelakaan kerja pada penelitian sebelumnya yaitu 10,4% (Angreni, 1993).
4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.4.1 Pengumpulan Data A. Data Primer Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakan kerja berdasarkan karakteristik pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja) serta unit kerja di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor. B. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh melalui laporan kecelakaan kerja di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor yaitu dari mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2007, data jumlah pekerja yang ada di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dan data mengenai sertifikat di setiap unit kerja. 4.4.2 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: 1. Editing, memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data. 2. Coding, menyederhanakan data yang memberikan kode-kode tertentu 3. Processing, setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melakukan pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Proses data dilakukan
40 dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. 4. Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat mengentri ke komputer. 5. Manajemen data, proses memanipulasi atau merubah bentuk data. 6. Analisis data, proses pengolahan data serta menyusun hasil yang akan dilaporkan.
4.5 Analisa Data Data yang sudah diolah kemudian di analisis secara univariat dan bivariat sebagai berikut : 1. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari faktor pekerja (umur, pendidikan dan masa kerja) dan unit kerja sedangkan variabel dependennya yaitu kejadian kecelakaan kerja. 2. Analisis bivariat, untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis dilakukan dengan uji statistik chi square sehingga jika p value ≤ 0,05 maka menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan jika p Value > 0,05 maka menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
BAB V HASIL
5.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1.1. Profil Perusahaan PT. ANTAM Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah naungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Perusahaan ini mengoperasikan enam unit penambangan yang salah satunya adalah PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan emas dan perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak 54 Km dari pusat kota Bogor. PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor mempunyai luas Kuasa Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan dan bahkan berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian Kawasan Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan. Dengan latar belakang tersebut serta dilandasi pemikiran proses penambangan yang berwawasan lingkungan, maka sejak awal PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor
telah
menerapkan
(underground mining).
41
sistem
penambangan
bawah
tanah
42 PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor telah berhasil mendapatkan sertifikasi ISO antara lain yaitu ISO 9002 pada tahun 2002, ISO 14001 pada tahun 2002, dan yang terakhir ISO 14001 versi 2004 pada akhir tahun 2005.
5.1.2 Visi, Misi dan Tujuan organisasi PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor memiliki visi 2010 yaitu menjadi perusahaan pertambangan kelas dunia yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global dan terdepan dalam industri pertambangan Indonesia. Sedangkan misinya adalah menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu, nikel, emas dan mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian lingkungan. Mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan pada kompetensi diri dengan tujuan untuk : 1
Memaksimalkan nilai pemegang saham
2
Meningkatkan kesejahteran pegawai
3
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan. Tujuan organisasi Unit Pertambangan Emas Pongkor tertera dalam
Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan yaitu, bergerak dalam bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut.
43 5.1.3 Proses Produksi Proses produksi pada UBPE Pongkor PT. ANTAM Tbk meliputi pertambangan yang menghasilkan ore (bijih emas) dan pengolahan yang menghasilkan dore bullion yang akan dikirim ke Logam Mulia Jakarta untuk proses selanjutnya. Proses produksi dapat dibagi menjadi 3 proses yaitu proses penambangan, pengolahan emas dan pengolahan limbah, dengan perincian sebagai berikut: a. Proses Pertambangan Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah sistem cut and fill. Metode ini adalah suatu metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas dari perut bumi kemudian rongga yang telah kosong dan diambil isinya diisi lagi dengan material limbah (waste material), pasir dan kerikil yang merupakan sisa hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya. Untuk memasukkan material tersebut ke dalam bekas tambang digunakan pompa dan pipa. Siklus penambangannya adalah sebagai berikut: 1)
Pengeboran (drilling)
2)
Peledakan (blasting)
3)
Pembersihan asap (smoke clearing)
4)
Pembersihan/ penjatuhan batu gantung (barring down)
5)
Penyanggaan (supporting)
44 6)
Pemuatan (hauling)
7)
Pengangkutan (transportation)
8)
Pengisian ulang (back filling preparation)
9)
Proses pengisian ulang (back filling operation).
Proses penambangan bijih emas ini dimulai dengan membuat lubang bor dengan cara drilling (pemboran) untuk menempatkan bahan peledak powergell magnum. Alat bor yang digunakan adalah jenis jack leg dan jumbo drill dengan tenaga dari udara bertekanan tinggi (90-120 psi). Setelah dilakukan peledakan (blasting) lalu dilanjutkan dengan clearing smoke dengan menggunakan blower, batuan hasil peledakan yang belum jatuh atau yang berpotensi jatuh dibersihkan atau dijatuhkan dahulu dengan menggunakan rock bolt. Untuk memperkuat roof batuan digunakan sistem penyanggaan dengan menggunakan wire mesh, weld mesh, dan rock bolt. Batuan yang berhasil diledakkan, kemudian dimuatkan kedalam med car untuk dibawa atau dipindahkan keluar area penambangan
atau
pengeboran.
Setelah
itu
batuan
tersebut
dihancurkan di crusher dan dibawa oleh conveyor ke mesin ballmill untuk dihancurkan. Selanjutnya lubang penambangan bekas pengeboran akan diisi dengan limbah yang sudah diolah dan limbah yang tidak berbahaya juga ditambahkan semen agar lubang tersebut kuat (backfilling preparation). Proses pengisian ulang dilakukan ketika limbah
45 dipastikan tidak mengandung bahan kimia berbahaya sisa produksi, kemudian limbah tersebut dicampur dengan semen dan disemprotkan ke lubang sampai tertutup seperti semula. b. Proses Pengolahan Bijih emas yang berupa broken ore ditarik dan dimasukkan ke millhole dengan scrapper lalu dimuat di atas lori (car). Selanjutnya trolly, yaitu lokomotif dengan tenaga baterai atau arus DC, menarik semua lori dari tambang menuju primary crushing plant. Pada primary crushing plant ini broken ore dipreparasi atau dikecilkan sampai ukuran 12 mm dan selanjutnya diangkut dengan belt conveyer menuju fire ore bin untuk diproses lebih lanjut sampai menghasilkan dore bullion dengan kadar emas 6-17 % dan kadar perak 82-92 % dan pengotor maksimal 4 %. Proses pengolahan UBPE Pongkor PT. ANTAM Tbk. menggunakan standar proses sianidasi yaitu Carbon in Leach (CIL) yang diikuti dengan proses elution dan proses electrowining. Proses pengolahan dilakukan pada dua pabrik yang berbeda kapasitas dengan menggunakan proses yang sama. Pada pabrik I (Plant I) mempunyai kapasitas sebesar 500 dry million ton (ton kering per jam) dan pabrik II (plant II) mempunyai kapasitas sebesar 720 dry million ton. 5.1.4 Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2006-2007 Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 meningkat. Pada tahun 2006
46 ada 58 kejadian kasus kecelakaan kerja dengan nilai FR = 3,29 dan SR = 44,152 serta pada tahun 2007 ada 63 kasus kecelakaan kerja dengan nilai FR = 1,59 dan SR = 6,90. Nilai FR dan SR dari tahun 2006 ke tahun 2007 menurun. Hal ini dikarenakan jumlah jam kerja pada tahun 2006 sebanyak 1.815.516 meningkat di tahun 2007 menjadi 1.867.430 (PT. Antam, 2008). Kejadian kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 paling banyak terjadinya kecelakaan kerja pada area pertambangan. Pada tahun 2006 kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan ada 40 kasus (69%) dari total kasus kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor mengalami peningkatan menjadi 45 kasus (71,4%) di tahun 2007. Kejadian kecelakaan kerja di unit kerja area pertambangan dapat dilihat pada tabel 5.1.
47 Tabel 5.1 Disribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Di Unit Kerja Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Unit Kerja
Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun Tahun 2006 2007
Produksi Tambang Development Supporting
22 0 18
29 0 16
Total
40
45
Dari tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa kejadian kecelakaan kerja dari tahun 2006-2007 paling banyak di unit produksi tambang sedangkan kejadian kecelakaan kerja dari tahun 2006-2007 paling sedikit di unit development.
5.1.5 Unit Kerja Di Area Pertambangan Pekerja di area pertambangan sebagian besar sudah mempunyai verklaring dan sertifikat. Pekerja ditempatkan di unit kerja sesuai dengan sertifikat yang didapat. Rincian unit kerja dan sertifikat di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah sebagai berikut : 1. Unit Produksi Tambang Pada unit ini, kegiatan yang dilakukan meliputi pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pembersihan asap (smoke clearing), pembersihan/ penjatuhan batu gantung (barring
down),
penyanggaan
(supporting),
pemuatan
48 (hauling), pengoperasian LHD, dumping dan loading. Jumlah pekerja di unit ini adalah 374 orang. Sertifikat yang harus dimiliki pada unit ini meliputi dasar-dasar tambang bawah tanah, pengoperasian alat operasi tambang dan K3 pertambangan. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki. 2. Unit Development Pada unit ini merupakan kegiatan sebelum aktivitas penambangan dimulai yaitu membuat lubang-lubang baru untuk dijadikan area penambangan bawah tanah (underground mining). Jumlah pekerja di unit ini adalah 35 orang. Sertifikat yang harus dimiliki pada unit ini meliputi dasar-dasar tambang bawah tanah, K3 pertambangan dan juru ledak kelas II. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki. 3. Unit Supporting Pada unit ini, terdiri dari beberapa sub unit yaitu sebagai berikut : a. Sarana Tambang Pada sub unit ini, kegiatan yang dilakukan meliputi pemasangan jaringan ventilasi, pengukuran udara tambang, pemasangan wire mesh, pengoperasian peralatan sarana
49 tambang, melaksanakan housekeeping,
dan pengangkutan
peralatan serta karyawan (transportation). Jumlah pekerja di unit ini adalah 90 orang. Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi pemasangan
dan
pemeliharaan
rel,
teknik
pengelasan,
pengoperasian peralatan sarana tambang, dasar-dasar tambang bawah tanah, K3 pertambangan, dasar-dasar ventilasi tambang, dasar-dasar konstruksi dan pengelasan. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki. b. Pengisian Ulang Pada sub unit ini, kegiatan yang dilakukan meliputi pengisian ulang (back filling preparation) dan proses pengisian ulang (back filling operation). Jumlah pekerja di unit ini adalah 77 orang. Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi pemasangan
pitting
dan
piping,
pumping
dan
K3
pertambangan. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki. c. Pemeliharaan Peralatan Tambang Pada sub unit ini terdapat jumlah pekerja sebanyak 110 orang dan kegiatan yang dilakukan pada unit ini adalah
50 1) Menangani segala maintenance alat berat dan alat-alat pertambangan. 2) Melakukan pengecekan peralatan tambang dalam kondisi yang baik atau rusak. 3) Pemasangan mesin dan peralatan terutama di area tambang Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi advance modul sistem hidrolik shift winder & jumbo drill, advance modul hidrolik LHD listrik, menggambar teknik, mesin diesel, pengenalan dan penggunaan hand tools, power tools, serta alat angkat, dasar-dasar kelistrikan, pengenalan komponen mesin, K3, hukum dan undang-undang listrik bawah tanah dan elektronika. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki. d. Perencanaan Tambang Pada sub unit ini, kegiatan yang dilakukan yaitu memantau pelaksanaan kegiatan penambangan di lapangan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana detail kegiatan penambangan. Jumlah pekerja di unit ini adalah 12 orang. Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi perencanaan tambang, dasar-dasar tambang bawah tanah dan K3 pertambangan. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
51 e Quality Control Pada sub unit ini terdapat jumlah pekerja sebanyak 51 orang dan unit ini terbagi menjadi 2 bagian di area pertambangan yaitu sebagai berikut: 1) Pengukuran tambang Kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah pengukuran kemajuan tambang sebelum dan sesudah penambangan, pengukuran debit air, pengukuran endapan tailing, pengukuran topografi dan pengukuran lereng. 2) Pengawasan kadar dan geoteknik Kegiatan yang dilakukan di bagian ini adalah melaksanakan pemboran inti, pengambilan sampel dan pengoperasian alat konvergenme Sertifikat yang harus dimiliki pada sub unit ini meliputi geologi dasar, juru bor inti, K3, sertifikasi juru ukur, juru ukur dan desain tambang. Selain sertifikat tersebut, masih ada sertifikat yang lain sesuai dengan jabatan yang dimiliki.
52 5.2 Analisis Univariat 5.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tabel 5.2 Distribusi Kejadian Kecelakaan Kerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Kejadian Kecelakaan Kerja Celaka Tidak celaka Total
Jumlah 22 152 174
Presentase (%) 12,6 87,4 100
Dari tabel 5.2 diperoleh bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 pekerja (12,6%).
5.2.2 Gambaran Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tabel 5.3 Distribusi Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Umur Pekerja ≤ 36 tahun > 36 tahun Total
Jumlah 93 81 174
Presentase (%) 53,4 46,6 100
Dari tabel 5.3 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan umur pekerja diperoleh bahwa pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun sebanyak 93 pekerja (53,4%).
53 5.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tingkat Pendidikan < SLTP ≥ SLTP Total
Jumlah 16 158 174
Presentase (%) 9,2 90,8 100
Dari tabel 5.4 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan pekerja diperoleh bahwa pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP sebanyak 16 pekerja (9,2%).
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tabel 5.5 Distribusi Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Masa Kerja ≤ 12 tahun > 12 tahun Total
Jumlah 109 65 174
Presentase (%) 62,6 37,4 100
Dari tabel 5.5 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan masa kerja pekerja diperoleh bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun sebanyak 109 pekerja (62,6%).
54 5.2.5 Gambaran Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tabel 5.6 Distribusi Unit Kerja Di Area Pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Unit Kerja
Jumlah
Presentase (%)
Unit Produksi Tambang Unit Development Unit Supporting
87 8 79
50 4,6 45,4
Total
174
100
Dari tabel 5.6 memperlihatkan distribusi pekerja berdasarkan unit kerja diperoleh bahwa pekerja yang berada di unit produksi tambang sebanyak 87 pekerja (50%).
55 5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 20062007 Tabel 5.7 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Umur
≤ 36 tahun > 36 tahun
Kejadian Kecelakaan Ya Tidak N 7 15 22
% 7,5 18,5 12,6
N 86 66 152
% 92,5 81,5 87,4
Total
N 93 81 174
% 100 100 100
P (value)
OR (CI 95%)
0,05
0,358 (0,1380,929)
Dari tabel 5.7 terlihat bahwa dari 93 pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun terdapat 7 pekerja (7,5%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 86 pekerja (92,5%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja sedangkan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun terdapat 81 pekerja diantaranya 15 pekerja (18,5%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 66 pekerja (81,5%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan fungsi pendengaran, dengan p value 0,05. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 0,358. hal ini berarti pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun cenderung akan mempunyai risiko untuk mengalami kecelakaan kerja sebesar 0,358 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun.
56 5.3.2 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007. Tabel 5.8 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tingkat pendidikan < SLTP ≥ SLTP
Kejadian Kecelakaan Ya Tidak N % N % 2 12,5 14 87,5 20 12,7 138 87,3 22 12,6 152 87,4
P (value)
Total N
%
16 158 174
100 100 100
1,000
Dari tabel 5.8 terlihat bahwa dari 16 pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP terdapat 2 pekerja (12,5%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 14 pekerja (87,5%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja sedangkan terdapat 158 pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP diantaranya 20 pekerja (12,7%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 138 pekerja (87,3%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 1,000.
57 5.3.3 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Tabel 5.9 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Masa Kerja
≤ 12 tahun > 12 tahun
Kejadian Kecelakaan Ya Tidak N % N % 12 11 97 89 10 15,4 55 84,6 22 12,6 152 87,4
Total
P (value)
N
%
109 65 174
100 100 100
0,546
Dari tabel 5.9 terlihat bahwa dari 109 pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun terdapat 12 pekerja (11%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 97 pekerja (89%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja sedangkan pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 12 tahun terdapat 65 pekerja diantaranya 10 pekerja (15,4%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 55 pekerja (84,6%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,546.
58 5.3.4 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 20062007 Tabel 5.10 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007
Unit Kerja Unit Produksi Tambang Unit Development Unit Supporting
Kejadian Kecelakaan Ya Tidak N % N % 17 19,5 70 80,5 0 0 8 100 5 6,3 74 93,7 22 12,6 152 87,4
Total N
%
87 8 79 174
100 100 100 100
P (value) 0,021
Dari tabel 5.10 terlihat bahwa dari 87 pekerja di unit produksi tambang terdapat 17 pekerja (19,5%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 70 pekerja (80,5%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja, ada 8 pekerja di unit development diantaranya tidak terdapat pekerja yang mengalami kecelakaan kerja sebesar 0% serta ada 79 pekerja di unit supporting terdapat 5 pekerja (6,3%) yang mengalami kecelakaan kerja dan 74 pekerja (93,7%) yang tidak mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,021.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja berdasarkan karakteristik pekerja dan unit kerja di area pertambangan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor Bogor Jawa Barat tahun 2006-2007 adalah sebagai berikut: 1. Peneliti tidak mengklasifikasikan responden yang celaka apakah termasuk jenis kecelakaan kecil, ringan, berat dan fatal. Peneliti hanya melihat apakah responden di area pertambangan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor celaka dan tidak celaka. 2. Peneliti tidak mempertimbangkan shift kerja. 3. Peneliti tidak melihat faktor lama jam kerja karena lama jam kerja di area pertambangan PT. Antam Tbk UBPE Pongkor sudah sesuai dengan aturan yaitu 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam satu minggu. 4. Peneliti tidak melihat faktor lingkungan di area pertambangan sehingga ada kemungkinan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berasal dari faktorfaktor tersebut.
59
60
6.2 Analisis Univariat 6.2.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Kecelakaan kerja ialah setiap kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga berarti tidak ada unsur-unsur kesengajaan apalagi dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal adalah di luar lingkup kecelakaan kerja. Tidak diharapkan karena setiap kecelakaan biasanya disertai dengan kerugian material dan non material, mulai dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Depnakertrans, 2003). Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah sistem cut and fill. Kegiatan pertambangan mempunyai potensi yang besar untuk terjadinya kecelakaan kerja bagi pekerja. Kecelakaan kerja di area pertambangan sering disebut dengan kecelakaan tambang. Hasil analisis univariat mengungkapkan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 12,6%. Padahal pada data sekunder dari tahun 2006-2007 kejadian kecelakaan kerja mengalami peningkatan dari
40 kasus (69%) menjadi (71,4%) di tahun 2007 dari total kasus
kecelakaan kerja di PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Hal ini disebabkan pada saat berlangsungnya penelitian tidak ditemukan semua pekerja yang mengalami kecelakaan, hanya 22 pekerja saja yang mengalami kecelakaan kerja.
61
Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya. Berdasarkan pendekatan epidemiologi (US. Office of Technology Assesment Washington DC, 1975), faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut (Arifin, 2004). 1.
Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
2.
Agent, yaitu pekerjaan.
3.
Environment, yaitu lingkungan kerja. Dari teori diatas, faktor host (pekerja) dan agent (pekerjaan) di area
pertambangan tersebut dicurigai sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di PT.Antam Tbk UBPE Pongkor. Faktor-faktor tersebut seperti karakteristik pekerja (umur, tingkat pendidikan, masa kerja) dan karakteristik pekerjaan (unit kerja). Umur pekerja mempunyai pengaruh terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Menurut Oborne (1982) menyatakan bahwa banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa. Tingkat
pendidikan
pekerja
berpengaruh
terhadap
kejadian
kecelakaan kerja. Menurut Arifin (2004) menyatakan bahwa pendidikan
62
seseorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Masa kerja pada pekerja juga berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Menurut ILO (1989) menyatakan bahwa Sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap tingkat kecelakaan karena berbagai faktor yang menyebabkan kecelakaan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Perhatian pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh banyak kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman dapat menjelaskan mengapa frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para pendatang baru Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses (Suma’mur, 1989).
63
6.2.2 Gambaran Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975). Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa (Tresnaningsih, 1991). Hasil analisis univariat terlihat bahwa pekerja di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor lebih banyak pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun sebanyak 93 pekerja (53,4%) dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 53,4% pekerja cenderung lebih berisiko mengalami kecelakaan kerja. Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa (Oborne, 1982). Pada penelitian kasus kecelakaan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta dan Kaltim dari data tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 oleh
64
Jamsostek Tbk ternyata kecelakaan yang terjadi paling banyak menimpa kelompok umur 21-25 tahun, diikuti kelompok umur 26-30 tahun dan 31-35 tahun yang merupakan kelompok usia paling produktif. Banyaknya kasus kecelakaan pada usia muda ini cenderung untuk berperilaku sembrono, kurang pengalaman, senang mencoba-coba dan mengakibatkan perilaku tidak aman dan atau membuat kondisi kerja yang tidak aman (Depnakertrans RI, 2007). Berdasarkan penelitian diatas di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor bahwa hampir 53,4% pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun merupakan kelompok umur paling produktif, hal ini dapat mengindikasikan bahwa pekerja tersebut berisiko kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun.
6.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Menurut Achmadi (1990) yang dimaksud dengan pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya. Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang
65
diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja (Arifin, 2004). Menurut observasi bahwa pekerja baru akan mendapatkan training atau pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang akan dihadapi. Selain itu baik pekerja kontraktor maupun pekerja PT. ANTAM UBPE Pongkor hanya mendapatkan safety induction tentang K3 di area pertambangan secara umum, walaupun pekerja baru hanya mendapatkan safety induction tetapi pekerja
akan
mendapatkan
pelatihan
safety
secara
khusus
yang
diselenggarakan setiap tahunnya. Hasil analisis univariat terlihat bahwa pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP berjumlah 16 pekerja (9,2%) lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP sebanyak 158 pekerja (90,8%). Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor sebagian besar pekerja mempunyai tingkat pendidikan yang sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Pada pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP mempunyai tingkat penyerapan lebih baik terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP sehingga kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor jika dilihat dari variabel pendidikan dapat dikurangi semaksimal mungkin.
66
6.2.4 Gambaran Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap tingkat kecelakaan karena berbagai faktor yang menyebabkan kecelakaan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan. Perhatian pekerja yang belum terbiasa pada lingkungan pabrik akan terpencar oleh banyak kesan baru dan ini bersama kurangnya pengalaman dapat menjelaskan mengapa frekuensi kecelakaan relatif tinggi di antara para pendatang baru (ILO, 1989). Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya (Suma’mur 1989). Hasil analisis univariat terlihat bahwa masa kerja pekerja di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor diperoleh bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun berjumlah 109 pekerja (62,6%) lebih banyak dibandingkan pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 12 tahun sebanyak 65 pekerja (37,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun cenderung akan mengalami kecelakaan
67
kerja sebab pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun akan lebih berisiko mengalami kecelakaan kerja dbandingkan dengan pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 12 tahun.
6.2.5 Gambaran Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses (Suma’mur, 1989). Hasil analisis univariat terlihat bahwa pekerja di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor berada di beberapa unit kerja, diantaranya pekerja yang berada di unit produksi tambang sebanyak 87 pekerja (50%), pekerja yang berada di unit development sebanyak 8 pekerja (4,6%) dan pekerja yang berada di unit supporting sebanyak 79 pekerja (45,4%). Hasil analisis univariat ini menunjukkan bahwa pekerja sebagian besar berada di unit produksi tambang dan cenderung lebih berisiko mengalami kejadian kecelakaan kerja dibandingkan dengan unit-unit kerja yang lain di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor, sebab di
68
unit produksi tambang merupakan proses utama dalam penambangan emas di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor.
6.3 Analisis Bivariat 6.3.1 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 20062007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun terdapat 7 pekerja (7,5%) yang mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,05. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 0,358, hal ini berarti pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun cenderung mempunyai risiko untuk mengalami kecelakaan kerja sebesar 0,358 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih dari 36 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sukamto pada pekerjaan seismic survey di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 dari hasil analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,040, terlihat bahwa pekerja paling banyak mengalami kecelakaan akibat kerja adalah pekerja yang berumur 20-30 tahun yang terjadi pada
69
tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 26 pekerja (60,5%) dan tahun 2003 sejumlah 48 pekerja (66,7%). Di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor sudah melakukan pengendalian yaitu melakukan safety talk yang dilakukan setiap shift I. Safety talk ini untuk mengingatkan pekerja agar lebih berhati-hati dalam bekerja, mengingatkan untuk selalu mematuhi prosedur kerja yang diterapkan dan memberi informasi tentang keadaan serta situasi yang terjadi pada shift sebelumnya. Namun masih ada pekerja dari semua golongan umur baik tua maupun muda yang tidak mengikuti safety talk karena telat menghadiri safety talk sehingga pekerja tidak mendapat informasi dari safety talk yang kemungkinan pekerja mengalami kecelakaan kerja di area pertambangan. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian administratif yaitu memberi reward and punishman bagi pekerja yang tidak menghadiri safety talk, training keselamatan kerja bagi seluruh pekerja di area pertambangan serta pengawasan.
6.3.2 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP sebanyak 12,5% yang mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
70
yang signifikan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 1,000. Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja disebabkan karena pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP tidak berarti pengetahuan dan pengalamannya sedikit. Menurut observasi bahwa pekerja baru akan di training sebelum bekerja. Isi training berbeda di setiap unit sesuai dengan pekerjaan yang akan dihadapi. Pekerja juga akan mendapatkan training setiap tahun yang berkaitan dengan pekerjaannya serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Pada program training setiap tahun biasanya pekerja akan mendapatkan sertifikat. Selain itu, pekerja pada penelitian ini mempunyai masa kerja minimal satu tahun sehingga sudah mempunyai sertifikat. Pekerja baru dan sudah mempunyai sertifikat juga akan ditraining sesuai dengan pekerjaan yang akan dihadapi dan akan ditempatkan di unit kerja sesuai dengan sertifikat yang dimiliki. Selain itu, Pekerja di area pertambangan sebagian besar sudah mempunyai verklaring yang berisi surat pengalaman kerja dari cabang PT. ANTAM yang lain. Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kecelakaan kerja juga dikarenakan pada penelitian ini perbandingan jumlah pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP
71
lebih banyak dari pada pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari SLTP sehingga data pada penelitian ini relatif homogen. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Angreni (1993) di PT. Intirub bahwa angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada pekerja dengan pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu dengan angka kecelakaan sebesar 10% sedangkan angka kecelakaan paling rendah terdapat pada pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA (8,8%). Dengan melakukan uji chi square dapat diketahui bahwa ternyata antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja tidak ada hubungan yang bermakna (P value = 0,83). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sukamto di PT. Elnusa Geosains tahun 2004 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,012,
terlihat bahwa pendidikan yang paling sering terjadi
kecelakaan kerja adalah pekerja yang mempunyai latar belakang SLTP dan SLTA menduduki posisi yang sama yaitu pada tahun 2001 sebanyak 24 orang yaitu 48%, pada tahun 2002 terlihat banyak terjadi pada pekerja dengan latar belakang SLTP sebanyak 22 orang yaitu 51,2% dan tahun 2003 banyak terjadi pada pendidikan SLTP sebanyak 37 orang yaitu 51,4%. Menurut teori yang ada, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan
72
formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya (Achmadi, 1990). Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor di area pertambangan adalah memberi safety talk, safety induction dan mengadakan training. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian administratif yaitu menempatkan seluruh pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
6.3.3 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun terdapat 12 pekerja (11%) yang mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,546. Tidak adanya hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja terjadi karena sebagian besar pekerja sudah mempunyai verklaring yang berasal dari mutasi PT. ANTAM dari cabang yang lain. Sehingga pekerja sudah mempunyai pengalaman kerja di area pertambangan dan sudah mengetahui seluk beluk pekerjaan dan lingkungan kerja di area pertambangan.
73
Selain itu, tidak adanya hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja karena pekerja akan mendapatkan training sebelum bekerja. Pekerja baru akan ditempatkan di unit kerja sesuai dengan sertifikat yang dimilikinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angreni (1993) ) di PT. Intirub bahwa angka kecelakaan kerja paling tinggi terdapat pada pekerja dengan masa kerja 5-9 tahun (12,9%) dan paling rendah pada pekerja dengan masa kerja 15-19 tahun (9,1%). Uji statistik chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lamanya masa kerja dengan kejadian kecelakan kerja (P value = 0,40). Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil analisis statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kecelakaan kerja dengan Pvalue=0,00, terlihat bahwa distribusi kecelakaan kerja banyak terjadi adalah pekerja yang bekerja dengan masa kerja 1-6 bulan untuk 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2001 sejumlah 34 pekerja (68%), tahun 2002 sejumlah 42 pekerja (97,7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 71 pekerja (98,6%). Pengendalian yang sudah dilakukan di PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah pengendalian administratif yaitu mengadakan training bagi pekerja, menggunakan alat pelindung diri yang wajib dipakai di area pertambangan dan pekerja yang baru mulai kerja diberi safety induction agar pekerja mengenal situasi serta keadaan tempat kerjanya dan mematuhi
74
semua peraturan kerja yang ada di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Selain pengendalian yang sudah dilakukan di area pertambangan oleh PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Pengendalian yang lain seperti pemasangan safety sign di sekitar lingkungan kerja dan melaksanakan pengawasan secara intensif untuk menegur pekerja yang melanggar SOP yang telah diterapkan.
6.3.4 Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja Berdasarkan Unit Kerja Di Area Pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor Tahun 2006-2007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di unit produksi sebanyak 19,5% yang mengalami kecelakaan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,021. Kecelakaan kerja yang terjadi di area pertambangan terutama paling banyak ditemukan di unit produksi tambang. Hal ini disebabkan karena di unit produksi tambang mempunyai proses kerja yang merupakan proses utama dalam penambangan emas meliputi pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pembersihan asap (smoke clearing), pembersihan/ penjatuhan batu gantung (barring down), penyanggaan (supporting), pemuatan (hauling), pengoperasian LHD, dumping dan loading. Proses kerja pada unit produksi tambang mempunyai beberapa jenis pekerjaan yang lebih
75
berbahaya
sehingga
berpotensi
untuk
terjadinya
kecelakaan
kerja
dibandingkan dengan unit-unit kerja yang lain. Menurut teori yang ada bahwa unit kerja ialah pembagian satuan kerja di area proses maupun non proses yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis pekerjaan (Suma’mur, 1981). Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses (Suma’mur, 1989). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sukamto (2004) di PT. Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan kecelakaan kerja, terlihat bahwa unit kerja paling banyak terjadi pada pekerjaan unit topografi/surveying yakni pada tahun 2001 sejumlah 33 pekerja (66%), tahun 2002 sejumlah 20 pekerja (46%) dan tahun 2003 sejumlah 56 pekerja (77%) dan paling sedikit terjadi kecelakaan kerja pada pekerjaan unit recording dengan distribusi pada tahun 2001 sejumlah 4 pekerja (8%), tahun 2002 sejumlah 3 pekerja (7%) dan pada tahun 2003 sejumlah 4 pekerja (5,6%) (p value = 0,063). Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor adalah melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) pada setiap unit kerja di area pertambangan, hasil IBPR ini akan menjadi landasan pembuatan JSA (Job Safety Analysis) di setiap unit kerja area pertambangan. Hasil dari JSA ini akan menjadi pedoman bagi pekerja untuk
76
mengurangi kejadian kecelakaan yang terjadi di area pertambangan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor, penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja yang akan bekerja di area pertambangan, bekerja sesuai dengan SOP yang diterapkan serta adanya safety campaign dan pemberian rewards punishman bagi pekerja. Selain pengendalian yang sudah dilakukan di area pertambangan oleh PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor. Pengendalian yang lain seperti pembuatan IBPR lebih mendetail sehingga risiko dan bahaya dapat teridentifikasi secara lengkap di setiap unit kerja, melaksanakan pengawasan yang lebih intensif terutama pada unit produksi tambang dan peninjauan ulang SOP.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan 1. Gambaran kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007, pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 87,4%. 2. Gambaran umur pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007, pekerja yang berumur kurang dari sama dengan 36 tahun berjumlah 93 pekerja (53,4%). 3. Gambaran tingkat pendidikan pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007, jumlah pekerja yang paling banyak adalah pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih dari sama dengan SLTP sebanyak 158 pekerja (90,8%). 4. Gambaran masa kerja pekerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007, pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari sama dengan 12 tahun sebanyak 109 pekerja (62,6%). 5. Gambaran unit kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007, jumlah pekerja paling banyak di unit produksi tambang sebanyak 87 pekerja (50%). 6. Ada hubungan antara umur pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dengan p value 0,05.
77
78
7. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dengan p value 1,000. 8. Tidak ada hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 20062007 dengan p value 0,546. 9. Ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di area pertambangan PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor tahun 2006-2007 dengan p value 0,021.
7.2 Saran 1. Sebaiknya perusahaan mengadakan safety talk pada seluruh shift sehingga pelaksanaan safety talk dapat diikuti oleh seluruh pekerja sebelum melakukan pekerjaan. 2. Sebaiknya perusahaan dalam membuat IBPR untuk dijadikan JSA lebih mendetail sehingga risiko dan bahaya yang ada di setiap unit dapat dicegah. 3. Sebaiknya safety induction bagi pekerja baru lebih difokuskan pada bahaya dan risiko pekerja pada unit kerja yang akan ditempati. 4. Pada unit kerja yang mempunyai risiko kecelakaan yang lebih besar seperti di unit produksi tambang, perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif 5. Perusahaan agar meninjau ulang SOP yang ada, apakah perlu diperbaiki lagi SOP yang sudah ada karena mengingat situasi dan kondisi yang berubah-ubah agar lebih meningkatkan pencegahan kecelakaan kerja.
79
6. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai : a. Kecelakaan yang tidak hanya menimpa pekerja saja tetapi juga melihat kecelakaan yang berdampak pada kerusakan property dan terganggunya proses produksi. b. Klasifikasi responden yang mengalami kecelakaan apakah pekerja mengalami celaka ringan, berat dan kecil. c. Faktor-faktor yang lain seperti shift kerja dan faktor lingkungan. d. Pekerja yang celaka dan tidak celaka dilihat dari kepemilikan sertifikat dengan metode case control. e. Penyebab kecelakaan kerja untuk dianalisis lebih mendalam dengan melakukan penelitian secara kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA Angreni, Rita. 1993. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecelakaan kerja di PT. Intirub Jakarta Timur tahun 1990-1992. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Arifin, syamsul. Hubungan menstruasi dan kecelakaan kerja pada PT. tahun 2004. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.ipin4u.esmartstudent.com/proposal.htm Arya nugraha. Kecelakaan. July 11 2006. [cited 2008 August 17]. Available : http://aryanugraha.wordpress.com/2006/07/11/kecelakaan/ Bhina Patria. Bagaimana Behavioural Safety mengurangi angka kecelakaan kerja. 14 August 2007 [cited 2008 August 15]. Available : http://inparametric.com/bhinablog/behavior/bagaimana-behavioural-safetymengurangi-angka-kecelakaan-kerja David dwiarto. Desain tambang emas pongkor dioptimasi. March 27 2006. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.imaapi.com/news.php?pid=793&act=detail Depnakertrans RI. 2003. Jakarta. Modul pelatihan keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Depnakertrans Press. Depnakertrans RI. Kecelakaan kerja dan faktor-faktor yang berhubungan di Indonesia (Berdasarkan data PT. Jamsostek Tbk), volume xxxx No.3. Majalah keselamatan kerja dan hiperkes. Juli-oktober 2007. Jakarta. Jakarta. Depnakertrans RI Press. Halaman 31-45 Dina dariana. Bagaimana pekerja usia lanjut dapat bekerja dengan aman dan sehat. Juny 29 2007. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.binakesehatankerja.com/detail_berita.php?id=13 Dwi. Kecelakaan kerja RI terbesar kedua. April 3 2008. [cited 2008 August 15]. Available : http://finance.groups.yahoo.com/group/fspmi/message/1953 Emir bernas soendoro. Menggugah kesadaran buruh. May 1 2003. [cited 2008 August 17]. Available : http://www2.kompas.com/kompascetak/0305/01/opini/285721.htm kompas opini2 ILO. Laporan PBB : Dua juta orang per tahun tewas karena kecelakaan kerja. May 5 2003. [cited 2008 August 15]. Available : http://www.voanews.com/indonesian/archive/2003-05/a-2003-05-05-4-1.cfm
Internationa Labour Organitation. 1989. Pencegahan Kecelakaan . Jakarta. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Ip. Indonesia peringkat tertinggi kecelakaan kerja. July 29 2008. [cited 2008 September 2]. Available : http://www.indofamily.net/index.php?option=com_content&task=view&id=1 706&Itemid=39 Iswandar, Evi. 1998. Gambaran epidemiologi kecelakaan kerja pada PT. Caltex pacific Indonesia tahun 1997. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jan. Tinggi, Tingkat kecelakaan kerja di PT. Antam. 26 August 2004 [cited 2008 http://www2.kompas.com/kompasAugust 15]. Available : cetak/0408/26/ekonomi/1231106.htm Mohamad, Ridwan. Angka kecelakaan kerja di indonesia memprihatinkan. February 2 2008. [cited 2008 August 17]. Available : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/02/eko04.html Nov, Romi. 2005. Kajian factor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Gunanusa utama fabricators Grenyang Cilegon tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pelalawan. Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tertinggi. January 22nd 2008 [cited 2008 August 15]. Available : http://www.metroriau.com/?q=node/594 riau Rahmah, A’mala. 1998. Gambaran epidemiologi kejadian kecelakaan akibat kerja di PT. Pelangi indah canindo TBK IV tahun 1996-1997. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Santoso, Budi Slamet. 1999. Analisa kecelakaan akibat kerja pada karyawan PT. Bakrie Pipe Industries Bekasi Tahun 1998. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Sugihsetiaraharja. 1997. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab kecelakaan kerja di PT. Goodyear Indonesia tahun 1994-1996. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Silalahi, Bennet W. B. & Silalahi Ramondang B. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seri Manajemen No. 112 Jakarta. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Soetanto, R. 1990. Studi epidemiologi kecelakaan kerja kasus PT.X. Tahun 1987-1989. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Sukamto, 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada Seismic survey di unit Geodata acqusition (GDA) PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Suma’mur, P.K. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta. Gunung Agung. 1989. Suma’mur, P.K. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta. CV. Haji Mas Agung. 1981. Susiwi, Febriana. 2003. Gambaran umum kejadian kecelakaan kerja di PT. NKG berdasarkan laporan kecelakaan pada dinas tenaga kerja serang Banten tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nomor Responden :
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT. ANTAM TBK UBPE PONGKOR BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2006-2007
Studi ini dilakukan oleh mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kiranya Bapak-bapak (sebagai responden studi saya) dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban Bapak akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran saudara dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama bapak-bapak untuk peran sertanya dalam studi saya.
Hormat Saya,
Eva Hernawati
LEMBAR KUESIONER ” FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN UNIT KERJA DI AREA PERTAMBANGAN PT ANTAM TBK UBPE PONGKOR BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2006-2007” A.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
(DIISI OLEH PENELITI)
A1. Nama responden………………….
[ ] A1
A2. Umur responden………………….Tahun
[
] A2
A3. Pendidikan Terakhir :
[
] A3
A4. Kapan pertama kali bapak masuk kerja pada PT.Antam? Tahun…………….
[
] A4
A5. Unit Kerja :
[
] A5
1.
SD
3. SLTA
2.
SLTP
4. Perguruan Tinggi
1. Unit Produksi Tambang 2. Unit Development 3. Unit Supporting PIILIH SALAH SATU JAWABAN
(DIISI OLEH PENELITI)
B. Apakah bapak pernah mengalami kecelakaan kerja? 1. Pernah 2. Tidak pernah (berhenti)
[
] B
C. Kapan bapak mengalami kecelakaan kerja tersebut? a. Tahun 2006 b. Tahun 2007
[
] C
Terima kasih atas kerjasamanya
Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat
Frequencies Statistics Responden yang mengalami kecelakaan kerja N Valid 174 Missing 0 Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Valid
celaka tidak celaka Total
Frequency 22 152 174
Percent 12.6 87.4 100.0
Valid Percent 12.6 87.4 100.0
Cumulative Percent 12.6 100.0
Frequencies Statistics umur responden kategori N Valid 174 Missing 0 umur responden kategori
Valid
<=36 >36 Total
Frequency 93 81 174
Percent 53.4 46.6 100.0
Valid Percent 53.4 46.6 100.0
Cumulative Percent 53.4 100.0
Frequencies Statistics Pendidikan terakhir Responden N Valid 174 Missing 0 Pendidikan terakhir Responden
Valid
< SLTP > = SLTP Total
Frequency 16 158 174
Percent 9.2 90.8 100.0
Valid Percent 9.2 90.8 100.0
Cumulative Percent 9.2 100.0
Frequencies Statistics masa kerja responden kategori N Valid 174 Missing 0 masa kerja responden kategori
Valid
<=12 >12 Total
Frequency 109 65 174
Percent 62.6 37.4 100.0
Valid Percent 62.6 37.4 100.0
Cumulative Percent 62.6 100.0
Frequencies Statistics unit kerja kategori N Valid Missing
174 0 unit kerja kategori
Valid
Unit Produksi Tambang Unit Development Unit Supporting Total
Frequency 87 8 79 174
Percent 50.0 4.6 45.4 100.0
Valid Percent 50.0 4.6 45.4 100.0
Cumulative Percent 50.0 54.6 100.0
Lampiran 4
Hasil Analisis Bivariat
Explore Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%
Valid N Umur Responden
174
Percent 100.0%
Total N
Percent 100.0%
174
Descriptives Umur Responden
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Statistic 36.62 35.59
Std. Error .524
37.66 36.42 36.00 47.832 6.916 23 54 31 9.00 .489 -.243
.184 .366
Tests of Normality a
Umur Responden
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .079 174 .009
a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk Statistic df .969 174
Sig. .001
Explore Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%
Valid N Masa kerja responden
Percent 100.0%
174
Total N
Percent 100.0%
174
Descriptives Masa kerja responden
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Statistic 10.78 10.21
Std. Error .290
11.35 11.04 12.00 14.680 3.831 1 16 15 4.00 -.935 .662
.184 .366
Tests of Normality a
Masa kerja responden
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .194 174 .000
Shapiro-Wilk Statistic df .901 174
Sig. .000
a. Lilliefors Significance Correction
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N umur responden kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Percent 174
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N
Percent 174
100.0%
umur responden kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja Crosstabulation
umur responden kategori
<=36
Responden yang mengalami kecelakaan kerja celaka tidak celaka 7 86
Count % within umur responden kategori Count % within umur responden kategori Count % within umur responden kategori
>36
Total
Total 93
7.5%
92.5%
100.0%
15
66
81
18.5%
81.5%
100.0%
22
152
174
12.6%
87.4%
100.0%
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.039
.025
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4.736b 3.793 4.788
df 1 1 1
4.708
Asymp. Sig. (2-sided) .030 .051 .029
1
.030
174
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.24. Risk Estimate
Value Odds Ratio for umur responden kategori (<=36 / >36) For cohort Responden yang mengalami kecelakaan kerja = celaka For cohort Responden yang mengalami kecelakaan kerja = tidak celaka N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
.358
.138
.929
.406
.174
.947
1.135
1.008
1.278
174
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N Pendidikan terakhir Responden * Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Percent 174
Cases Missing N Percent
100.0%
0
Total N
.0%
Percent 174
100.0%
Pendidikan terakhir Responden * Responden yang mengalami kecelakaan kerja Crosstabulation
Pendidikan terakhir Responden
< SLTP
> = SLTP
Total
Count % within Pendidikan terakhir Responden Count % within Pendidikan terakhir Responden Count % within Pendidikan terakhir Responden
Responden yang mengalami kecelakaan kerja celaka tidak celaka 2 14
Total 16
12.5%
87.5%
100.0%
20
138
158
12.7%
87.3%
100.0%
22
152
174
12.6%
87.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value .000b .000 .000
.000
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .986 1.000 .986
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1.000
.672
.986
174
a. Computed only for a 2x2 table b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.02.
Risk Estimate
Value Odds Ratio for Pendidikan terakhir Responden (< SLTP / > = SLTP) For cohort Responden yang mengalami kecelakaan kerja = celaka For cohort Responden yang mengalami kecelakaan kerja = tidak celaka N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
.986
.208
4.663
.987
.254
3.846
1.002
.825
1.217
174
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N masa kerja responden kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Percent 174
100.0%
Cases Missing N Percent 0
Total N
.0%
Percent 174
100.0%
masa kerja responden kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja Crosstabulation
masa kerja responden kategori
<=12
>12
Total
Count % within masa kerja responden kategori Count % within masa kerja responden kategori Count % within masa kerja responden kategori
Responden yang mengalami kecelakaan kerja celaka tidak celaka 12 97
Total 109
11.0%
89.0%
100.0%
10
55
65
15.4%
84.6%
100.0%
22
152
174
12.6%
87.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value .706b .365 .692
df 1 1 1
.702
Asymp. Sig. (2-sided) .401 .546 .406
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.481
.270
.402
174
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.22. Risk Estimate
Value Odds Ratio for masa kerja responden kategori (<=12 / >12) For cohort Responden yang mengalami kecelakaan kerja = celaka For cohort Responden yang mengalami kecelakaan kerja = tidak celaka N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
.680
.276
1.677
.716
.328
1.563
1.052
.930
1.189
174
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N unit kerja kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja
Percent 174
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N
Percent 174
100.0%
unit kerja kategori * Responden yang mengalami kecelakaan kerja Crosstabulation
unit kerja kategori
Unit Produksi Tambang
Unit Development
Unit Supporting
Total
Count % within unit kerja kategori Count % within unit kerja kategori Count % within unit kerja kategori Count % within unit kerja kategori
Responden yang mengalami kecelakaan kerja celaka tidak celaka 17 70 80.5%
100.0%
0
8
8
.0%
100.0%
100.0%
5
74
79
6.3%
93.7%
100.0%
22
152
174
12.6%
87.4%
100.0%
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
6.562
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .021 .012
1
.010
df
174
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.01. Risk Estimate Value Odds Ratio for unit kerja kategori (Unit Produksi Tambang / Unit Development)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
87
19.5%
Chi-Square Tests Value 7.756a 8.860
Total