APELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMPN 56 JAKARTA SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
ADI ABDUL HADI 104015000573
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah atau skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran IPS Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMPN 56 Jakarta”. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada pemimpin umat manusia pilihan, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk dengan risalah yang dibawanya yakni Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Menyadari bahwa dalam mengantarkan penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dukungan, serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis, sudah menjadi kepatutan sebagai ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada semua pihak atau orang-orang yang berjasa yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. H. Nurrochim, MM
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Ibu Lulu L Maknun S,Pd.i staff Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis untuk selalu semangat dalam merampungkan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA Pembimbing Utama dalam penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktu dan pikiran-Nya dalam proses bimbingan kepada penulis, sehingga dengan ketulusan dan
keikhlasan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini selesai pada waktunya. 4. Kepada Bapak Otong Suyanto, M.Si yang telah banyak menyumbangkan waktu dan pikiran-Nya dalam membantu penulis menyelesaikan penghitungan statistik, sehingga penulisan skripsi ini selesai pada waktunya. 5. Kepada petugas Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta, yang telah menyediakan waktunya untuk melayani penulis dalam peminjaman buku. 6. Kepada pihak yang terkait dengan penulisan ini terutama Kepala Sekolah SMPN 56 Jakarta Bapak Drs. Eddy Effrans AS, Ibu Wakil Kepala Sekolah, Bapak Suhandi, Bapak Totong Rusdiana, Bapak Juwito, Ibu Mutini dan seluruh civitas akademika SMPN 56 Jakarta yang tidak penulis tulis satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih. 7. Kepada Keluarga Besar Hj. Lilis Su’aedah, MA di Kembangan Jakarta Barat dengan penuh keikhlasan selalu membantu dan memotivasi penulis dalam meyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Kepada Keluarga Besar Mak Lala di Lampung dan Jakarta yang telah banyak memberikan dukungan dan nasihat-Nya kepada penulis, sehingga menjadi inspirasi kehidupan bagi penulis. 9. Sahabat-sahabatku seperjuangan Dede Darmawan Sawangan, Bambang Sidiq Priyatno Palembang, Mas Sainan Bangka Belitung yang telah memotivasi dan membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku A. Fadhil, Khasanah, Solahuddin dan seluruh keluarga besar Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Angkatan 2004 yang setia dan kritis. 11. Keluarga Besar Himpunan Qori-Qori’ah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Semua pihak yang penulis tak menyebutkannya satu persatu, yang telah memberi dukungan dan bantuan dengan ikhlas, baik berupa moril maupun materil. Dalam kesempatan ini pula ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya sebagai rasa syukur penulis, penulis sampaikan kepada orang yang sangat dekat dengan penulis, yang memberikan curahan kasih sayang, kekuatan moral dan cinta dengan untaian doa-doa yang dipanjatkan-Nya, motivasi dan dukungan materilnya kepada penulis yang sangat luar biasa, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Yaitu Ayahanda H. Ahmad Supardi dan Ibunda R.E Aisyah serta adik-adikku tercinta Dedeh Zaidah, Ahmad Sofwan Hilmi, Fitri Awaliyyah. Tidak lupa tunanganku yang tersayang Nurlaila ZN. Juga keluarga besar H. Zaini Dahlan MA. Tiada dapat penulis membalas jasa baik mereka selain untaian doa dan harapan, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan-Nya dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda serta keberkahan hidup didunia dan akhirat, Amiin. Jakarta, September 2008 Ramadhan 1429 H Penulis
Adi Abdul Hadi
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...............................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
vii
DAFTAR BAGAN ………………………………………………………
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah..................................................................
6
C. Pembatasan Masalah.................................................................
7
D. Perumusan Masalah ..................................................................
7
E. Tujuan dan signifikansi.............................................................
8
Bab II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Mengajar ....................................................
9
2. Pengertian Pembelajaran...........................................................
11
3. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu .....................................
12
4. Karakteristik, Ruang Lingkup, dan Tujuan IPS........................
14
B. Konsep Kurikulum 1. Pengertian KTSP ......................................................................
16
2. Standar Proses...........................................................................
18
3. Standar Isi .................................................................................
20
4. Standar Kompetensi Lulusan ....................................................
24
5. Komponen KTSP .....................................................................
31
C. Pembelajaran IPS dalam KTSP......................................................
35
1. Perencanaan ..............................................................................
36
2. Pelaksanaan ..............................................................................
38
3. Evaluasi.....................................................................................
40
D. Kerangka Konseptual .......................................................................
41
Bab III Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................
43
B. Desain Penelitian..............................................................................
43
C. Populasi dan Sampel ........................................................................
43
D. Instrumen Penelitian ........................................................................
43
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................
44
F. Teknik Analisa Data.........................................................................
45
G. Kisi-kisi Instrument..........................................................................
46
H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional.................................
47
I. Pendekatan Keilmuan dan Data .......................................................
48
Bab IV Hasil Penelitian A. Gambaran Umum Sekolah ...............................................................
49
B. Deskripsi Data..................................................................................
57
C. Pelaksanaan Pembelajaran IPS ........................................................
57
D. Perspektif Peneliti Mengenai Guru IPS ...........................................
64
Bab V Penutup A. Kesimpulan ......................................................................................
66
B. Rekomendasi ....................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN 1. Pedoman wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 2. Pedoman wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 3. Berita wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 4. Berita wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 5. Pedoman pengumpulan data dokumen/arsip 6. Lembar observasi 7. Surat pengesahan pengajuan proposal skripsi 8. Surat keterangan bimbingan skripsi 9. Surat keterangan izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 10. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SMPN 56 Jakarta 11. Surat keterangan telah wawancara dari SMPN 56 Jakarta
DAFTAR BAGAN 1. Kerangka konseptual …………………………………………………….42
DAFTAR GAMBAR 1. SMPN 56 Jakarta ……………………………………………………….. 50 2. Siswa/i SMPN 56 Jakarta………………………………………………...53
DAFTAR LAMPIRAN 12. Pedoman wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 13. Pedoman wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 14. Berita wawancara Kepala SMPN 56 Jakarta 15. Berita wawancara guru IPS SMPN 56 Jakarta 16. Pedoman pengumpulan data dokumen/arsip 17. Lembar observasi 18. Surat pengesahan pengajuan proposal skripsi 19. Surat keterangan bimbingan skripsi 20. Surat keterangan izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 21. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SMPN 56 Jakarta 22. Surat keterangan telah wawancara dari SMPN 56 Jakarta
DAFTAR TABEL 1. Format Silabus IPS Terpadu……………………………………………..37 2. Kisi-kisi instrumen .……………………………………………………...46 3. Daftar Nama Guru SMPN 56 Jakarta…………………………………. .. 51 4. Data Siswa………………………………………………………………. 53 5. Tenaga Kependidikan…………………………………………………… 54 6. Ruang Belajar …………………………………………………………... 55 7. Ruang Kantor…………………………………………………………….55 8. Ruang Penunjang…………………………………………………….. …56 9. Lapangan Olahraga/Upacara…………………………………………. …56
LEMBAR PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan Untuk Ibunda dan Ayahanda Tercinta Serta Adik-adikku Dedeh Zaidah, Ahmad Sofwan Hilmi dan Fitri Awaliyyah Tak lupa Tunanganku yang tersayang Nurlaila ZN yang akan menjadi pendamping hidupku kelak, mengarungi bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya Memberi kebahagiaan hidup kepada mereka. Amiin…
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Filsafat merupakan suatu sistem yang dapat menentukan arah hidup dan serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup seseorang. Proses pentingnya mendidik anak agar menjadi manusia yang baik pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut Negara, guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Di Indonesia landasan filosofisnya adalah pancasila diakui dan diterima sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan dijadikan pula sebagai landasan filosofis pendidikan kita. Dengan demikian, landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan prinsip demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk berkembang dan mampu berfikir intelegen di kehidupan masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan nilai-nilai manusiawi dan kultural dalam pendidikan. Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan bangsa, karena pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.1 Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.2
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005),Cet. III, h. 4 2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005) Cet. V, h.1
1
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Keberhasilan suatu bangsa di dalam pembangunan negaranya, tidak terlepas dari kemajuan pendidikan yang dicapai oleh bangsa tersebut. Pendidikan menjadi dasar utama dari perkembangan berbagai hal di dalam kehidupan manusia. Karena pada dasarnya pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan individu-individu mandiri berkualitas yang siap dan mampu menghadapi berbagai rintangan yang ada dalam kehidupan masyarakat kelak. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen hilanglah hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan/dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar para siswa berada pada tingkatan optimal. Pembelajaran yang berkualitas merupakan harapan seluruh stakeholder dan elemen pendidikan yang realisasinya dalam dunia pendidikan sudah begitu lama dinantikan. Hal ini berakibat dari rendahnya mutu pendidikan nasional yang sampai detik ini belum ditemukan solusi alternatifnya yang pasti. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan, mulai dari mereformasi kurikulum pendidikan hingga perbaikan sistem pembelajaran disekolah dengan berbagai macam bentuk pendekatan, model dan desain pembelajaran yang efektif, berkualitas, dan menyenangkan. Kurikulum merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas murid dalam suatu lembaga pendidikan, karena kurikulum berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.3
3
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999), Cet. I, h. 15.
Menurut Oemar Hamalik kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong
perkembangan
dan
pertumbuhan-Nya
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan.4 Secara sadar kita memahami bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi disemua sektor kehidupan masyarakat tidak terlepas dari perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dalam menjawab tantangan global. Di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan di bidang kurikulum sekolah yakni kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan yang paling akhir adalah kurikulum 2006 yaitu KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh/dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus.5 KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut : 1. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
4
65
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), Cet. II, h.
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ; Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta : BSNP, 2006), h. 4
2. Kurikulum
pada
semua
jenjang
dan
jenis
pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.6 Dalam pelaksanaannya kurikulum ini dibuat oleh guru di setiap satuan pendidikan untuk menggerakkan mesin utama pendidikan, yaitu pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum ini dapat lebih di sesuaikan dengan kondisi di setiap daerah bersangkutan, serta memungkinkan untuk memperbesar porsi muatan lokal. Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, KTSP tampil sebagai alternatif kurikulum yang ditawarkan. “KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat di modifikasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat”.7 Implementasi KTSP menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil, dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisienkan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. Disamping itu, dituntut kemandirian dan kreativitas sekolah dalam mengelola pendidikan dan
6
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), Cet . IV, h. 18-19 7 Joko Susilo Muhammad, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, manajemen pelaksanaan dan kesiapan sekolah menyongsongnya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 1213
pembelajaran di balik otonomi yang dimilikinya. Ini merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing. Dengan
demikian,
sekolah
diharapkan
dapat
melakukan
proses
pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (input), dan dampak (outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus menerus dan berkelanjutan. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembelajaran. Oleh karenanya guru harus menguasai materi yang akan diajarkan dengan kata lain seorang guru harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar sebaik-baiknya. Begitu pula bagi guru bidang studi IPS yang memiliki multi peran baik ia sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan administrator. Melalui peran itulah guru bidang studi IPS melakukan upaya peningkatan kualitas belajar siswa. Sebagai aspek fundamental untuk menjalankan tugas dan kewajibannya, yakni guru diharuskan memiliki standar kompetensi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.8 Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan8
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. I, h. 25
perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.9 Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran harus memperhatikan tiga aspek yaitu mulai dari perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Hal ini dilakukan agar efektifitas pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik, sehingga kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan suatu sekolah dapat terjamin. Sesuai dengan konsep belajar yang menjadi kunci keberhasilan, yaitu salah satu pilarnya ialah “belajar hidup bersama (learning to live together); mengembangkan pengertian akan orang lain dan interdependensi melaksanakan proyek-proyek bersama dengan semangat saling menghormati nilai-nilai kemajemukan menuju perdamaian”.10 Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas. Dengan bertitik tolak dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas permasalahan yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMPN 56 JAKARTA’’.
B. Identifikasi Masalah Permasalahan adalah pernyataan tentang adanya sesuatu realita yang berbeda atau menantang arus dari sesuatu kondisi yang biasa, acuan yang ideal,
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, . . . h. 155 Mumaria Manalu, “Pendidikan Alternatif bagi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil untuk Peradaban dan Kemajuan Bangsa di Wilayah Indonesia dalam Sikat (Sistem Informasi Komunitas Adat Terpencil), 2004. h. 53-54 10
atau dari teori yang telah ada sebelumnya.11 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai berikut : 1. Guru IPS sulit membuat perencanaan pembelajaran. 2. Belum terdapat media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran IPS. 3. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMPN 56 Jakarta. 4. Banyak guru yang belum bisa melaksanakan pembelajaran yang baik dan sistematis antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang diterapkan. 5. Materi pokok pembelajaran yang telah diprogramkan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang dialokasikan. 6. Guru IPS belum memahami pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. 7. Masih rendahnya nilai hasil belajar IPS siswa SMPN 56 Jakarta.
C. Pembatasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka untuk memfokuskan penelitian ini. Penulis membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta. 2. Implementasi KTSP pada mata pelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta. 2. Bagaimanakah implementasi KTSP pada mata pelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta.
11
Rusmin Tumanggor, Narasi Jurnal Penelitian Agama dan Sosial, (Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2003), Vol IV, h. 97
E. Tujuan dan Signifikansi 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan akademis pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. b. Tujuan terapan penelitian ini adalah untuk menyumbangkan kajian ilmu pendidikan tentang pelaksanaan pembelajaran IPS. Dengan demikian dapat memperkaya khazanah kepustakaan dalam menyelenggarakan pendidikan IPS disekolah. 2. Signifikansi Penelitian a. Kegunaan secara akademis agar dapat memberikan hasil dan informasi yang bermanfaat bagi instansi atau lembaga pendidikan khususnya bagi SMPN 56 Jakarta. b. Kegunaan terapan agar menjadi acuan dan bahan perbandingan bagi teman-teman/ pihak-pihak yang membutuhkan dalam penulisan karya ilmiah.
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Pembelajaran Hakikat pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar saja, akan tetapi berinteraksi dengan seluruh sumber belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.12 Sedangkan dalam pengertian lain dikatakan bahwa, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.13 1. Pengertian Belajar Mengajar Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.14 Pengertian lain dikatakan bahwa belajar itu adalah “usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian”.15 Dalam bukunya Psikologi Umum dan Perkembangan, Akyas Azhari mengemukakan ”belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.16 Menurut Pavlov diungkapkan dalam teori conditioning, “belajar adalah pengkondisian antara stimulus dan respons”.17 Sedangkan para penganut paham Ilmu Jiwa Asosiasi, yang dipelopori John Locke dan Herbart mengemukakan
12
Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. I. h.2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,… h. 57 14 Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h 117 15 Mursell J. dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses (Successful teaching), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 21 16 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), Cet. I, h. 122 17 Cucu Komara dan Deuis Fitni, Strategi Belajar Tuntas di Sekolah Dasar, (Bandung: CV Sanjarindo Sarana Utama, 1999), Cet. II, h. 96 13
9
“Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan material dan/atau perkayaan pola-pola sambutan (responses) perilaku baru (behaviour)”.18 Disisi lain Sutikno dan Fathurrohman mengartikan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.19 Dari sini kita dapat memahami bahwa pembelajaran memiliki tujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang baru yang dihasilkan melalui proses dan usaha dari anak didik melalui pengalamannya selama ia berinteraksi dengan lingkungan. Melihat definisi yang dikemukakan di atas memberikan suatu kesimpulan bahwa belajar ialah sebuah proses (aktifitas) menuju perubahan dan pembentukan karakter pada peserta didik secara keilmuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Mengajar adalah usaha guru menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya, termasuk guru dan alat pelajaran yang disebut proses belajar, bahan ajar, tujuan pelajaran yang telah ditentukan tercapai.20 Hasibuan
menyebutkan
bahwa
“konsep
mengajar
dalam
proses
perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan.”21 Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh pendidikan mengenai pengertian mengajar maka dapat disimpulkan bahwasanya mengajar merupakan suatu perbuatan yang kompleks yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni kompetensi dasar yang ingin dicapai, materi yang
18
Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. VIII, h. 159 19 Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (melalui penanaman konsep umum dan konsep islam), (Bandung :PT Refika Aditama, 2007),Cet.1, h. 5 20 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta :Bumi Aksara, 200), h. 50 21 Sobri Sutikno, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, (Mataram : NTT Press, 2007), h.51
diajar, guru dan siswa, sarana dan prasarana serta hubungan dengan lingkungan sosial. 2. Pengertian Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mujiono “Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa”.22 Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Dengan kata lain, pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar mendapat pengetahuan, keterampilan, dan juga pembentukan sikap. Diantara prinsip-prinsip dalam pembelajaran antara lain, yaitu : a) Perhatian dan motivasi Perhatian siswa pada materi pelajaran akan muncul apabila materi pelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan anak didik. Sedangkan motivasi erat kaitannya dengan minat yang akan menarik perhatian anak didik terhadap materi yang dipelajarinya. b) Keaktifan Bentuk keaktifan sangat beragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati. c) Keterlibatan langsung Keterlibatan anak didik ini meliputi keterlibatan emosional, mental, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam mencapai tujuan, penghayatan dan internalisasi nilai dalam pembentukan sikap dan keterampilan. d) Tantangan, Tantangan yang dihadapi diharapkan dapat membuat anak didik bergairah untuk mengatasinya. Tantangan yang dihadapi diharapkan dapat membuat anak didik bergirah untuk mengatasinya. e) Pengulangan Prinsip ini masih cukup relevan dalam dunia pembelajaran dewasa ini, seperti Driil (metode latihan) dan stereontyping. f) Balikan dan penguatan Siswa akan belajar sungguh-sungguh apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik dari pembelajarannya. Hal itu
22
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta :Rineka Cipta, 1999),h. 297
merupakan balikan dan penguatan yang diperoleh siswa dalam upaya peningkatan kualitas pembelajarannya. g) Perbedaan individual, Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Hal ini akan memaksa guru untuk senantiasa memperhatikan perbedaan individu sehingga dapat ditemukan cara terbaik bagi pembelajaran anak didik. 23 Dari pengertian diatas, sepintas pegertian pembelajaran hampir sama dengan mengajar namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. 3. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Salah satu diantaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.24 Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu,peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.
23
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. II, h. 42. 24 Balitbang Depdiknas, “Model Pembelajaran Terpadu IPS”, dalam www.puskur.go.id, Jakarta, h. 7
Dalam buku diktat dasar-dasar Indonesia Ilmu Pengetahuan Sosial N. Doeldjani, mengartikan IPS adalah pengetahuan tentang manusia didalam komponen yang disebut masyarakat, dan juga sebagai fusi dari berbagai disiplin ilmu.25 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah”.26 Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa IPS Terpadu adalah mata pelajaran yang mendeskripsikan serta mengkaji disiplin ilmu-ilmu sosial yang mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Muhammad Numan Somantri dalam bukunya Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS mengemukakan, ”Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalahmasalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah”.27 Etin S. dan Rahardjo mengutip dari Martorella (1987) mengatakan bahwa pelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dan pada “transfer konsep” karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapakan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang dimilikinya. Demikian pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.28
25
N. Doeldjani, Dasar-dasar IPS untuk Mahasiswa IKIP dan Guru Sekolah Lanjutan, (Bandung : Alumni, 1992), h. 6 26 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. I, h. 22 27 Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,. . . ., h. 74 28 Etin S dan Rahardjo, Cooperative Learnig : Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), h. 14
Dari beberapa pengertian diatas, dapat Penulis simpulkan bahwa pendidikan IPS adalah pendidikan yang terkait dengan manusia (masyarakat) secara luas dan menjadi bahan ajar yang dipelajari dilembaga sekolah.
4. Karakteristik, Ruang Lingkup dan Tujuan Pembelajaran IPS Karateristik mata pelajaran IPS SMP antara lain sebagai berikut. a) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. c) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upayaupaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. d) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.29 Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) Sistem Sosial dan Budaya d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.30 Mengajar adalah perilaku yang universal, artinya semua orang dapat melakukannya. Orang tua mengajar anaknya, pemimpin mengajar bawahannya,
29
Balitbang Depdiknas, Model Pembelajaran Terpadu IPS…, h. 6 Depdiknas, ”SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs”, dari www.google.com, 18 September 2007. 30
pelatih mengajar anak asuhannya, suami mengajar istrinya (sebaliknya), dan sudah barang tentu guru mengajar muridnya.31 Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.32 Pada dasarnya ada empat pendapat mengenai tujuan pengajaran IPS di sekolah, yaitu : a) Ada yang berpendapat bahwa tujuan pengajaran IPS ialah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya. b) Pendapat kedua mengatakan tujuan pengajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik. c) Pendapat ketiga merupakan kompromi dari pendapat pertama dan kedua. d) Golongan keempat berpendapat bahwa pengajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya ”tertutup” (closed areas). Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antar-personal.33 Mata pelajaran IPS (terpadu) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.34
31
Thomas Gordon dan Mudjito, Guru Yang Efektif Cara untuk Mengatasi Kesulitan dalam Kelas, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), Cet. II, h. 1 32 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi..., h. 24 33 Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS..., h. 259-261 34 Depdiknas, ”SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs”, dari www.google.com, 18 September 2007.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah ialah suatu upaya untuk mentransformasikan pengetahuan serta pemahaman tentang disiplin ilmu sosial seperti: sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dan ilmu sosial lainnya, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga peserta didik diharapkan memiliki karakter sebagai warga negara yang baik.
B. Konsep Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada jaman Yunani kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari curir, artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak” yang harus “ditempuh” oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan diatas, kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/ diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.35 Sementara Robert Gane menegaskan, kurikulum adalah sekwensi isi dan bahan pelajaran yang dideskripsikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unitnya itu dapat diselesaikan sebagai satuan yang utuh, dan masing-masing unit tersebut juga mendeskripsikan kapabilitas (kompetensi) siswa yang harus dikuasai mereka.36 Kurikulum didefinisikan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai : “Seperangkat rencana dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar menajar (pasal 1). Yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
35
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Algemsindo, 1996), h. 4 36 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2004), h. 27
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendididikan (pasal 37).37 Kemudian definisi tersebut mengalami perubahan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 pasal 1 ayat (19) menjelaskan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.38 Kurikulum menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pendidikan di sekolah dengan mendemonstrasikan materi pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum pada proses belajar mengajar. Kurikulum disusun sesuai dengan perkembangan peserta didik dan perkembangan sosial serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa kurikulum merupakan aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik yang berisi sejumlah mata pelajaran dibawah bimbingan sekolah untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh/dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.39 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.40 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengandung makna bahwa kurikulum dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan tujuan agar satuan pendidikan yang bersangkutan dapat mengembangkan kekhasan potensi sumber daya manusia dan daerah di sekitarnya. Hal ini merupakan
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sek. Jend., Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 1995. 38 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), Cet . IV, h. 4 39 Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta : 2006) h. 5 40 E mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, h. 8
implikasi dari perubahan kebijakan dari sentralisasi ke desentralisasi di bidang pendidikan. Perubahan ini menuntut adanya perubahan paradigma dalam membina satuan pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik yang berisi sejumlah mata pelajaran dibawah bimbingan sekolah untuk memperoleh sejumlah pengetahuan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. 2. Standar Proses Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. a) Perencanaan proses pembelajaran Perencanaan
proses
pembelajaran
meliputi
silabus
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran adalah identitas mata pelajaran,
standar
kompetensi,
kompetensi,
tujuan
kompetensi
pembelajaran,
materi
dasar, ajar,
indikator
alokasi
pencapaian
waktu,
metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran 1) Pendahuluan, pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2) Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan inti dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3) Penutup,
penutup
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. b) Pelaksanaan proses pembelajaran Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah : 1) SD/MI
: 28 peserta didik
2) SMP/MT
: 32 peserta didik
3) SMA/MA
: 32 peserta didik
4) SMK/MAK
: 32 peserta didik
Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
implementasi
dari
RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik. b. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3) Kegiatan Penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/kesimpulan
pelajaran,
kemudian melakukan penilaian dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. c) Penilaian hasil pembelajaran Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. d) Pengawasan proses pembelajaran 1) Pemantauan, pemantauan proses pembelajaran dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Supervisi, supervisi pembelajaran dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 3) Evaluasi,
evaluasi
proses
pembelajaran
memusatkan
pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. 4) Pelaporan, hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
5) Tindak
lanjut,
guru
diberi
kesempatan
untuk
mengikuti
pelatihan/penataran lebih lanjut. 3. Standar Isi KTSP Standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar Isi, standar Proses, standar Kompetensi Lulusan, standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, standar Sarana dan Prasarana, standar Pengelolaan, standar Pembiayaan, dan standar Penilaian Pendidikan. Dari delapan standar tersebut, yang telah dijabarkan dan telah disahkan penggunaannya oleh Mendiknas adalah standar Isi dan standar Kompetensi Lulusan.41 Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan. Kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.42 Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat : a) b) c) d)
Kerangka dasar dan struktur kurikulum Beban belajar Kurikulum tingkat satuan pendidikan Kalender pendidikan.43
a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : 1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia ; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
41
E mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, h. 45 E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, h. 24 43 http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 42
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, serta pendidikan jasmani. 3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. 4) Kelompok mata pelajaran estektika; yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan. 5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang dilaksanakan melalui kegiatan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.44 Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. b) Beban belajar Beban belajar untuk pendidikan dasar dan menengah menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai
standar
kompetensi
lulusan
dengan
memperhatikan
perkembangan peserta didik.
44
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . . , h. 46
tingkat
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan guru. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut : 1) SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit. 2) SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit. 3) SMA/MA/SMALB/SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.45 Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut : 1) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB : a) Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran. b) Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran. 2) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam pembelajaran. 3) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
adalah
38
s.d.
49
jam
pembelajaran. 46 c) Kurikulum tingkat satuan pendidikan Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah sebagai berikut : 1) Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2) Kurikulum dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. 3) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan, dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab dibidang pendidikan.
45 46
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 83 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 83-85
4) Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masingmasing perguruan tinggi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan.47 d) Kalender pendidikan Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup pembelajaran efektif dan hari libur. 1) Alokasi waktu Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. 2) Penetapan kalender pendidikan Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggaraan pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan pendidikan. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masingmasing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah.
47
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar . . ., h. 27
4. Standar Kompetensi Lulusan Sebagaimana dikemukakan dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa : “Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”.48
a) Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni : 1) Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan : Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan labih lanjut. 2) Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan : Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3) Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan : Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.49 b) Standar kompetensi kelompok mata pelajaran Kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan di capai pada setiap tingkat dan/atau semester untuk kelompok mata pelajaran tertentu.
48
PP RI NO. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Ciputat : LeKDIS, Juni 2005), h. 25 49 Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 dan No. 23 Tahun 2006), (Jakarta : PT Binata Raya, 2006), h. 55
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-kelompok mata pelajaran : 1) Agama dan Akhlak Mulia 2) Kewarganegaraan dan Kepribadian 3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4) Estetika 5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Standar Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yaitu : 1) Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan. 2) Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan : membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. 3) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Teknologi bertujuan : mengembangkan logika, kemampuan berfikir dan analisa peserta didik. Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiaan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiaan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
4) Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan : membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan. 5) Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan : membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.50 c) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Keistimewaan KTSP adalah bahwa pemerintah memberikan kesempatan kepada daerah dan sekolah, khususnya kepada guru dan kepala sekolah untuk melakukan improvisasi terhadap kurikulum yang akan diterapkannya. Dalam hal ini para guru dan kepala sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah dan daerah masing-masing. Bahkan menyusun sendiri kurikulum yang sesuai dengan sekolah dan daerahnya. Dengan demikian, setiap sekolah dan daerah bisa menggunakan kurikulum yang sama tetapi juga bisa berbeda, bergantung dari tingkat kemandirian sekolah masingmasing. Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) berbagai mata pelajaran, untuk dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masing-masing.
50
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah . . ., h. 59-60
Dengan demikian, tugas utama guru dalam KTSP adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SKKD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Dalam Undang-Undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 BAB X Pasal 36 ayat 1 disebutkan, bahwa : “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan dalam ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik”.51 Dalam pasal 38 ayat 2 juga disebutkan bahwa : “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”.52 Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya. Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsipprinsip berikut:
51 52
Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, . . . h. 18 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,. . . .h. 20
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2) Beragam dan terpadu 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5) Menyeluruh dan berkesinambungan 6) Belajar sepanjang hayat 7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.53 Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP, terutama berkaitan dengan sosialisasi KTSP disekolah, menciptakan suasana yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber belajar, membina disiplin, mengembangkan kemandirian kepala sekolah, mengubah paradigma (pola pikir) guru, serta memberdayakan staf.54 1) Sosialisasi KTSP di sekolah 2) Menciptakan suasana yang kondusif 3) Menyiapkan sumber/media belajar a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c) Seluk beluk proses belajar d) Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan e) Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran f) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan g) Berbagai jenis dan alat teknik media pendidikan h) Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran i) Usaha inovasi dalam media pendidikan.55 4) Membina disiplin peserta didik Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin.
53
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 18 54 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 153 55 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. VI, h. 2
Maksud pembinaan peserta didik adalah agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.56
5) Mengembangkan kemandirian kepala sekolah Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif harus memiliki sikap mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakakkan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. 6) Membangun karakter guru Guru adalah pendidikan, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.57 7) Memberdayakan staf Peningkatan prokdutivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku staf di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan teknik manajemen personalia. Manajemen staf di sekolah harus ditujukan untuk memberdayakan staf secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Perlu kita ketahui bahwa acuan operasional penyusunan KTSP sedikitnya mencakup 12 poin, yakni peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika
56
Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1996), Cet. I, h.12 57 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. II, h. 37
perkembangan global; persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan jender; dan karakteristik satuan pendidikan.58 Aspek-aspek diatas harus dijadikan acuan oleh para pengembang kurikulum tingkat satuan pendidikan disekolah masing-masing. Meskipun demikian para pengembang kurikulum tidak harus terpaku pada acuan operasional diatas, tetapi mereka bisa mengembangkan, dan menyesuaikan acuan tersebut dengan situasi dan kondisi daerah, karakteristik dan kemampuan peserta didik, serta sarana dan prasarana yang tersedia. 5. Komponen KTSP KTSP ada empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).59 a) Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan Tujuan pendidikan satuan pendidikan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
(KTSP).
Tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan, adalah sebagai berikut : 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.60 b) Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan Struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
58
E. Muyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 168 Masnur Muchlis, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I. h. 12 60 Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan . . . h. 12 59
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4) Kelompok mata pelajaran estetika 5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.61 Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasaan dan kedalamannya merupakan beban pelajaran bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum. 1) Mata pelajaran Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam standar Isi. 2) Muatan lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi peserta didik. 3) Kegiatan pengembangan diri Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus disusun oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. 4) Pengaturan beban belajar a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK,MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri. b) Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap pelajaran yang terdapat pada
61
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . . ., h. 9
semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. c) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60 % dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. d) Alokasi untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan SKS mengikuti aturan sebagi berikut : (1) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas : 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (2) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas : 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.62 e) Kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada standar penilaian yang dikembangkan oleh BSNP. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya, guru dan kepala sekolah yang lebih memahami karakteristik peserta didik secara keseluruhan, dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam memutuskan kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan bagi peserta didik. f) Pendidikan kecakapan hidup Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran, yang dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran, yang dapat
62
h. 11
Panduan Penyusunan Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah . . .,
diperoleh peserta didik selama menempuh pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dikembangkan untuk membina kemampuan peserta didik, sehingga mampu bertindak secara lokal dan berfikir secara global. c) Kalender pendidikan Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi. d) Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran Silabus adalah penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.63 Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madarasah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Berdasarkan silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.64 Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen sebagai berikut : 1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar 2) Tujuan pembelajaran 3) Materi pembelajaran 4) Pendekatan dan metode pembelajaran 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran 6) Alat dan sumber belajar 63 64
Muchlis, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan . . ., h. 16 Muslich, KTS, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. . . , h. 53
7) Evaluasi pembelajaran65 Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru harus memperhatian prinsip-prinsip dibawah ini : 1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik 2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik 3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis 4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut 5) Keterkaitan dan keterpaduan 6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi. Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).66
C. Pembelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menekankan pada pendekatan proses dan bukan pemaksaan pencapaian materi, akan tetapi pendalaman materi melalui proses, oleh sebab itu pembelajaran yang dilaksanakan adalah melibatkan aktivitas siswa atau peserta didik, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran.67 Belajar yang dilakukan merupakan belajar bermakna dan tuntas, sehingga peserta didik betul-betul menguasai permasalahan yang
65
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h. 223 Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, . . . h. 1 67 Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), Cet. I, h. 62 66
dipecahkan bersama. Bila permasalahan atau topik yang tidak tuntas, guru akan melakukan remedial terhadap topik tersebut. Kemampuan dan prestasi siswa selalu dipantau atau dikontrol melalui proses evaluasi yang kontinyu. Mata pelajaran yang disajikan berpihak kepada kemampuan siswa, siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan banyak menguasai materi pelajaran. Sebaliknya siswa yang kurang kemampuannya akan diberi pembelajaran tambahan (remedial), sehingga masing-masing mereka memiliki kemampuan.68 Pembelajaran pada Tingkat Satuan Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya mempersiapkan program dan memberikan pelayanan kepada setiap siswa agar mereka dapat berkembang secara maksimum sesuai dengan potensi yang dimilikinya.69 Guru sebagai fasilitator harus mampu memberikan pelayanan dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat berkembang potensinya dan mampu mewujudkan peluang untuk berprestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Keberhasilan implementasi KTSP sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum. Kemampuan guru terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan, serta tugas yang dibebankan kepadanya. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cendrung memberi nuansa 68 69
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan…, h. 63 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, . . . ,h. 4
kepada kehidupan yang menutut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.70 1. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, metode pembelajaran dan penilaian hasil belajar dalam suatu alokasi waktu yang dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.71 Perencanaan pembelajaran dalam KTSP mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.72 a) Identifikasi kebutuhan Pada tahap ini guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. b) Perumusan Kompetensi Dasar Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. c) Penyusunan Program Pembelajaran Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada persiapan mengajar, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program. Dengan demikian RPP pada hakikatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi. Kemampuan merencanakan program pembelajaran bagi seorang guru adalah sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitektur. Ia tidak hanya bisa membuat gambar yang baik dan memiliki nilai astetik, akan tetapi juga harus mengetahui makna dan tujuan dari desain bangunan yang dibuatnya. Demikian halnya guru, dalam membuat rencana/program pebelajaran. Dibawah ini adalah contoh format silabus guru IPS di SMPN 56 Jakarta :
70
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. XVI, h. 7 71 Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran ; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet.I, h. 17 72 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . . ., h.213
Tabel. 1 FORMAT SILABUS IPS TERPADU SATUAN PENDIDIKAN : .................. MATA PELAJARAN : .................. KELAS : .................. TOPIK : ................... Standar Komp.
Komp. Dasar
Keg. Pemb
Indik.
Penilaian Teknik
Bentuk Inst.
Alokasi Waktu
Sumb. Belajar
Contoh Inst
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal, maupun faktor eksternal. a) Kegiatan pendahuluan (awal) Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran IPS. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran IPS perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relatif singkat, berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran IPS peserta didik sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama. Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran IPS diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan semangat dan kesiapan belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui bimbingan dari guru pada siswa. Atau melalui cara dan teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. 2) Menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui cara, dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa agar kreatif, dalam belajar dan mengembangkan keuunggulan yang dimiliki siswa. 3) Melaksanakan apersepsi dan/atau penilaian kemampuan awal siswa,. Kegiatan ini lebih menekankan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang telah dimiliki siswa. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya dalam kegiatan awal guru diharapkan mampu menciptakan kondisi awal pembelajaran yang baik. Serta dapat melakukan apersepsi yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban tersebut. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran IPS yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experiences). Kegiatan inti pembelajaran IPS bersifat experimentional, dalam arti perlu seringnya berlatih mengerjakan soal/contoh-contoh dari disiplin ilmu sosial. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran IPS. Kegiatan awal adalah memberitahukan tujuan pembelajaran atau indikator yang akan dicapai oleh peserta didik. Kegiatan lainnya adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Dalam tahapan ini guru perlu menyampaikan kepada peserta didik tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari topik atau materi pembelajaran IPS. Pembelajaran KTSP lebih berorientasi pada proses bukan pencapaian materi. Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan pembelajaran IPS terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui
penghubungan konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok, dan perorangan.
c) Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut (penutup) Kegiatan akhir harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel. Kegiatan akhir harus merupakan rangkaian kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir adalah sebagai berikut : 1) Melaksanakan penilaian akhir 2) Mengkaji hasil penilaian akhir 3) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut 4) Mengemukakan topik bahasan yang akan datang 5) Menutup pelajaran73 Dari sini dapat dipahami bahwa kegiatan akhir dalam pembelajaran IPS tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tatapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan tindak lanjut. 3. Evaluasi penilaian Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan 73
Sofa, Prosedur Umum Pembelajaran. http://massofa.wordpress.com/2008/05/13prosedurumum-pembelajaran/. 13 Mei 2008
diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. Penilaian dalam pembelajaran IPS terpadu dalam satu topik/tema mencakup beberapa Kompetensi Dasar. Namun ada Kompetensi Dasar atau indikator yang tidak bisa dipadukan, sehingga harus dibelajarkan dan dinilai secara terpisah. .
D. Kerangka Konseptual Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesereta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Penerapan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat memberikan bimbingan kepada para siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran IPS pada Tingkat Satuan Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya mempersiapkan program dan memberikan pelayanan kepada setiap siswa agar mereka dapat berkembang secara maksimum sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Guru sebagai fasilitator harus mampu memberikan pelayanan dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat berkembang potensinya dan mampu mewujudkan peluang untuk berprestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dari semua konsep dalam deskripsi teoritis diatas dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dibawah ini :
Bagan. 1 Kerangka Konseptual Pelaksanaan Pembelajaran IPS Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Silabus
RPP
Kegiatan Inti Kegiatan Pendahuluan a. Penciptaan kondisi awal b. Apersepsi c. Pre-tes
a. Menjelaskan topik dan tujuan b. Penjelasan materi c. Interaksi Tanya jawab
Kegiatan Penutup a. Pos-tes b. Tindak lanjut c. Kesimpulan d. Menutup pelajaran
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Metode dan Evaluasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam pelaksanaan penelitia ini, penulis mengambil tempat di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 56 Jakarta yang beralamat di Jalan Jeruk Purut I Cilandak Timur, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini diadakan selama 4 bulan, mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2008.
B. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan keadaan riil, keadaan sebenarnya, dan objektif dari fenomena obyek yang diteliti, kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang ada.
C. Populasi dan Sampel Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciricirinya akan diduga.74 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru-guru SMPN 56 Jakarta. Akan tetapi sebagai sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru IPS Terpadu kelas VII-VIII yang berjumlah empat orang.
D. Instrumen Penelitian
74
Mari siagamarimbun, Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : PT Pustaka LP3 ES Indonesia Anggota IKAPI, 1995), Cet II, h. 152
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.75 Dalam penelitian instrumen yang utama adalah peneliti itu sendiri, namun untuk memperjelas dan membantu peneliti untuk fokus pada apa yang diteliti dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang dapat mempertajam serta melengkapi data hasil penelitian menggunakan wawancara untuk para guru IPS dan pedoman wawancara untuk kepala sekolah yang bersifat umum, pedoman tersebut berisi tentang komponen-komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan 43 pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Observasi, yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan pencatatan tentang fenomena-fenomena yang diselidiki.76 2. Wawancara mendalam, wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab tentang pelaksanaan pembelajaran IPS dalam KTSP, antara peneliti dengan obyek penelitian yang ditujukan untuk melengkapi data. Dalam hal ini penulis melakukan dengan guru IPS dan Kepala sekolah. Wawancara ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Wawancara informal-deskriptif, peneliti mengajukan pertanyaan umum yang sifatnya deskriptif dengan meminta informan memberikan gambaran atau melukiskan secara naratif mengenai gambaran umum pelaksanaan pembelajaran IPS dalam KTSP. b. Wawancara terstruktur, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan
75 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h. 9 76
73
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : Ardi Offset, 1992), Cet II, Jilid 2, h.
gambaran yang lebih mendalam dan rinci tentang pelaksanaan pembelajaran IPS dalam KTSP di SMPN 56 Jakarta. 3. Dokumentasi, dokumetasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, bulletin, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
77
Studi dokumentasi yang peneliti lakukan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, yaitu pelaksanaan pembelajaran IPS dalam KTSP.
F. Teknik Analisa Data Analisis data pada penelitian kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satu kesatuan data yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang diceritakan kepada orang lain”.78 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari kegiatan wawancara, pengamatan lokasi dan dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis, ditafsirkan dan disimpulkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas. 1) Reduksi data, yaitu kegiatan menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, dan menstransformasikan data yang muncul pada catatan lapangan. Reduksi yang dilakukan berupa penulisan ringkasan, penajaman, pengkodean, pemfokusan, pembuangan, dan penyusunan data sehingga kesimpulan dapat ditarik, dibuktikan dan dipertanggung jawabkan. 2) Display data, yaitu kategorisasi dengan menyusun sekumpulan data berdasar pola pikir, pendapat, dan kriteria tertentu untuk menarik
77
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h. 201 78 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 20, h. 248
kesimpulan. Display data membantu untuk memahami peristiwa dan apa yang harus dilakukan untuk analisa lebih jauh dan lebih dalam, berdasarkan pemahaman terhadap peristiwa tersebut. 3) Penyimpulan atau pembuktian, yaitu menafsirkan berdasarkan kategori yang ada dan menggabungkan dengan melihat hubungan semua data yang ada, sehingga dapat diketahui tentang proses pembelajaran dan sistem evaluasi pada mata pelajaran IPS di SMPN 56 Jakarta dengan utuh, holostik, dan komprehensif.
G. Kisi-kisi Instrumen Tabel. 2 Dimensi
Indikator
No. item
Pelaksanaan
Perencanaan
pembelajaran
a. Mempersiapkan
kondisi
belajar
IPS
b. Memberikan
dorongan
motivasi c. Apersepsi d. Pre-tes Pelaksanaan
a. Kemampuan menjelaskan pelajaran b. Kemampuan bertanya c. Generalisasi/ kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa.
Evaluasi
a. Pos-tes b. Menjelaskan materi
kembali
yang
sudah
dipelajari. c. Memberikan
tugas
dan
Jumlah
latihan-latihan d. Mengemukakan bahasan
yang
topik akan
dibahas. e. Menutup pelajaran
H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Definisi Konseptual Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Definisi Operasional Dalam
pembelajaran,
tugas
guru
yang
paling
utama
adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan mancakup tiga hal : pre tes, pembentukan kompetensi, dan pos tes. 1. Pada umumya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dari pre tes. Tahap ini dilakukan oleh guru, antara lain yaitu : a. penciptaan kondisi awal pembelajaran b. apersepsi c. memberikan stimulus 2. Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran. Tahap ini dilakukan dengan cara : a. Menjelaskan topik yang akan dibahas b. Penjelasan teori c. Memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa 3. Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran diakhiri dengan pos tes. Tahap ini dilakukan dengan cara :
a. Mengadakan penilaian akhir b. Menyimpulkan c. Mengemukakan topik bahasan yang akan datang d. Menutup pelajaran
I. Pendekatan Keilmuan dan Data 1. Pendekatan Ilmu Pendidikan Berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interes, maka barang tentu saja bidang ilmu yang diteliti banyak sekali ragamnya menurut siapa yang mengadakan penelitian. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah penelitian terhadap pendidikan, selanjutnya adalah mencocokan antara teori ilmu pendidikan dengan temuan lapangan. Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan sang ibu. 2. Pendekatan data, yaitu menggunakan data kualitatif.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPN 56 Jakarta 1. Sejarah Berdirinya SMPN 56 Jakarta Sejarah berdirinya SMPN 56 Jakarta diawali dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas No. 108/SK/B/III/65-66, pada tanggal 30 Juli 1966, untuk menyelenggarakan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menempati gedung Jl. Melawai Blok N, Kebayoran Baru. Kepala sekolah pertama yang ditunjuk saat itu adalah Bapak Soetomo Rifa’I, Tahun 1980-1983, SMPN 56 dipimpin oleh almarhumah Ibu F.A.W Adam. Kepala sekolah ke-3 (1983-1989) adalah Bapak Drs. A. Ismail. Tahun 1989 hingga tahun 1994 SMPN 56 dipimpin oleh Ibu Ai Dalisah Basyuni. Tahun 1994 s.d. 1999 pimpinan SMPN 56 adalah Bapak H. Abu Thalib, SE. tahun 1999 s.d April 2001 Kepala sekolah SMPN 56 adalah Ibu Hj. Titi Rochmani. Tahun 2001 adalah masa tersulit dalam kehidupan civitas SMPN 56 Jakarta. Peristiwa ditukar gulingkannya lokasi SMPN 56 Jakarta oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, dengan harapan lokasi sekolah dimanfaatkan untuk bisnis dan tidak layak untuk lokasi penyelenggaraan pendidikan. Akibatnya, di bulan Februari 2001 sebanyak 1500 siswa SMPN 56 Jakarta, mengadakan demonstrasi menolak pemndahan. Demonstrasi tersebut membuahkan hasil, yaitu surat keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, ditempatkannya SMPN 56 Jakarta di gedung eks. Al-Azhar, dengan luas tanah 8. 000 M², dan difasilitasi dua buah gedung sekolah, dengan konsisi lingkungan tenang, ditumbuhi rimbunnya pepohonan, menjadikan lokasi tersebut sangat cocok untuk tempat penyelenggaraan pendidikan. Perjalanan kekinian SMPN 56 Jakarta yaitu, pada tanggal 6 September 2001 s.d. April 2005 Bapak Agus Bambang menempati jabatan baru di Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai Kepala Seksi Pendataan dan
49
Penyusunan Program Posisi Kepala Sekolah di rangkap jabatan oleh Bapak Drs. Sutarto, sebagai PLH. Saat ini Kepala SMPN 56 Jakarta adalah Bapak Dr. Eddy Effrans AS, diberikan SK penugasan pada tanggal 25 Agustus 2005. Prestasi yang cukup membanggakan adalah dinobatkannya sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN), dengan perolehan nilai akreditasi 90,20. Hingga saat ini, SMPN 56 Jakarta ditempatkan di gedung eks. Al-Azhar, yang berlokasi di Jl. Jeruk Purut 1, Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Gambar. 1 SMP Negeri 56 Jakarta
2. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Sekolah Beriman dan taqwa dalam menjalankan kewajiban untuk memperkokoh benteng kehidupan, Berprilaku yang baik serta berbudi pekerti luhur dalam menunjukan akhlak yang mulia,Cerdas dalam menentukan strategi untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang adaptif, produktif dan berwawasan ke depan, Trampil dalam menggunakan Teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan , Berprestasi dalam akademik dan non akademik. b. Misi Sekolah
Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan siswa/i yang bertaqwa dan berbudi pekerti luhur, Melaksanakan pendidikan untuk menghasilkan siswa/i yang cerdas dan trampil, Memberikan bimbingan, motivasi dan memberikan semangat belajar untuk menjadi siswa/i berprestasi. 3. Keadaan Guru, Siswa, Karyawan dan Tata Usaha a. Keadaan Guru Pendidikan tenaga pendidikan, pada umumnya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuninya. Guru mata pelajaran memiliki pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sebagai guru mata pelajaran yang diembannya. Untuk mata pelajaran muatan local (Mulok) seperti, PLKJ dan TIK, masih kekurangan tenaga pendidik. Dibawah ini, jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian), yaitu sebagai berikut : Tabel. 3 Daftar Nama Guru SMPN 56 Jakarta Tahun Pelajaran 2007/2008 No
Jabatan
NIP/ NPTT
Golongan
1
Kep-Sek
130896466
IV/a
Pendidikan/ Jurusan PLKJ
2
Wakasek
130283302
IV/a
BK dan KTK
3
Guru
131476434
IV/a
Keterampilan
4
Guru
130782765
IV/a
B.Inggris
5
Guru
131840081
IV/a
Penjaskes
6
Guru
131262879
IV/a
Keterampilan
7
Guru
130783731
IV/a
Matematika
8
Guru
130684781
IV/a
PKn
9
Guru
130540239
VI/a
Matematika
10
Guru
130894606
IV/a
Penjaskes
11
Guru
131265012
IV/a
Matematika
12
Guru
130783730
IV/a
PKn
13
Guru
130253071
IV/a
Penjaskes
14
Guru
130541489
IV/a
Matematika
15
Guru
131414471
IV/a
IPS Terpadu
16
Guru
130855570
IV/a
IPS Terpadu
17
Guru
131283966
IV/a
IPA Terpadu
18
Guru
130682938
III/d
B.Indonesia
19
Guru
132061263
III/d
Agama Islam
20
Guru
131600929
III/d
Seni Budaya
21
Guru
132121632
III/d
B.Indonesia
22
Guru
131262159
III/d
IPS Terpadu
23
Guru
130800164
III/d
Matematika
24
Guru
130682391
III/d
Bhs. Inggris
25
Guru
132208381
III/d
IPS Terpadu
26
Guru
132137103
III/d
Matematika
27
Guru
132176107
III/c
B.Inggris
28
Guru
131394970
III/c
Seni Budaya
29
Guru
132072178
III/c
IPA Terpadu
30
Guru
131846829
III/c
B.Inggris
31
Guru
131644196
III/c
IPA Terpadu
32
Guru
130701266
III/c
B.Indonesia
33
Guru
132202822
III/c
AgamaIslam
34
Guru
131837305
III/c
IPA Terpadu
35
Guru
131905660
III/a
IPA Terpadu
36
Guru
132100450
II/b
B.Indonesia
37
Guru
131923759
III/d
IPA Terpadu
38
PTT
-
-
B.Indonesia
39
PTT
-
-
Penjaskes
40
PTT
-
-
Matematika
41
PTT
-
-
B.Indonesia
42
PTT
-
-
BK
43
Honorer
-
-
T. I.
44
Honorer
-
-
Agama Islam
45
Honorer
-
-
IPS Terpadu
46
Honorer
-
-
B.Inggris
47
Honorer
-
-
Agama Islam
48
Honorer
-
-
T. I.
∗
Sumber data : tata usaha b. Keadaan Siswa Tabel. 4 Data Siswa SMPN 56 Jakarta 2007/2008 Jumlah
Th. Pelajaran
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
(Kls. VII + VIII + IX)
Jml
Jml
Jml
Jml
Jml
Jml
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
Siswa Rombel
2003/2004
384
12
203
6
362
9
899
27
2004/2005
277
9
235
11
256
8
868
28
2005/2006
320
10
275
10
320
10
915
29
2006/2007
399
10
310
10
281
9
990
29
2007/2008
320
8
381
10
310
9
1011
27
∗
Sumber data : tata usaha
Gambar. 2
c. Keadaan Karyawan dan Tata Usaha Tenaga penunjang dan tenaga kependidikan seperti, tata usaha jumlahnya sudah mencukupi dan pada umumnya berlatar belakang pendiidkan administrasi.
Tabel. 5 Tenaga Kependidikan/Tenaga Pendukung Jumlah tenaga pendukung dan No.
Tenaga pendukung
kualifikasi pendidikannya ≤
Jumlah tenaga pendukung Berdasarkan Status dan Jenis Kelamin Jml PNS
SMA D1 D2 D3 S1
SMP
Honorer
L
P
L
P
1. Tata Usaha
-
7
-
-
-
-
5
2
-
-
7
2. Perpustakaan
1
-
-
-
1
-
-
-
-
1
1
3. Laboran lab. IPA
1
4. Teknisi
lab.
2
2
-
-
-
-
-
-
2
-
2
lab.
1
1
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
Komput 5. Laboran Bahasa 6. PTD 7. Kantin 8. Penjaga Sekolah
1
9. Tukang Kebun 10. Keamanan
2
3
-
-
-
-
3
-
2
1
-
-
-
-
-
-
-
1
5 -
Jumlah ∗
1 16
Sumber data : tata usaha
∗
d. Keadaan Sarana dan Prasarana serta Struktur Organisasi 1. Keadaan Sarana dan Prasarana Semua sekolah sangat menginginkan mutu pendidikan yang baik, berupa input, output dan kualitas baik. Peningkatan mutu sekolah akan sulit dicapai jika tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. SMPN 56 Jakarta dinobatkan sebagai Sekolah Standar Nasional tidak lepas dari peran pendukung didalamnya, sudah semestinya memang fasilitas pendidikan dipenuhi dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah guna menunjang proses pembelajaran agar lebih efektif. Area SMPN 56 cukup representatif untuk
dilaksanakannya
penyelenggaraan
pendidikan
dengan
didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup memadai. Dibawah ini adalah sarana dan prasarana SMPN 56 Jakarta yang beralamat di Jl. Jeruk Purut 1, Jakarta Selatan, Yaitu : Tabel. 6 Ruang Belajar Jenis Ruangan
Jumlah
Ukuran
Kondisi
Perpustakaan
1
14x85
Baik
Lab. IPA
1
14x2,5
Baik
Keterampilan
1
7x8
-
Multimedia
-
-
-
Kesenian
1
15x8
Baik
Lab. Bahasa
1
10x7
Baik
Lab. Komputer
1
10x7
Baik
PTD
-
-
-
1
Serbaguna/aula ∗
12x8
RR
Sumber data : tata usaha
Tabel. 7 Ruang Kantor
∗
Jenis Ruangan
Jumlah
Ukuran
Kondisi
Kepala Sekolah
1
7x8
Baik
Wakepsek
1
10x8
Baik
Guru
1
14x8,5
Baik
Tata Usaha
1
7x8
Baik
Tamu
-
-
-
Sumber data : tata usaha
Tabel. 8 Ruang Penunjang Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi
Jenis Ruangan
Jumlah Ukuran Kondisi
1. Gudang
1
3x4
Baik
10. Ibadah
1
30x30
Baik
2. Dapur
1
2x2
Baik
11. Ganti
-
9x4
-
3. Reproduksi
-
-
-
12. Koperasi
1
4x4
RR
4. KM/WC
4
3x7
Baik
13. Hall/lobi
-
-
-
8
3x7
Baik
14. Kantin
8
7 x 2,5
RR
1
8x6
Baik
15. Rumah
1
7x4
RR
1
7x5
Baik
Guru 5. KM/WC Siswa 6. BK
Pompa 7. UKS
1
8x4
Baik
16. Bangsal Kendaraan
8.PMR/
17. Rumah
Pramuka
Penjaga
9. OSIS ∗
1
6x4
RR
18. Pos Jaga
1
9x5
RR
1
2x2
Baik
Sumber data : tata usaha
Tabel. 9 Lapangan Olahraga dan Lapangan Upacara Lapangan
Jumlah
1. Lapangan Olahraga
∗
Ukuran
Kondisi
14 x 28
R.R
a. Basket
1
30 x 20
R.R
b. Volly
1
18 x 9
Baik
c. Lompat Jauh
1
9 x 2,75
Baik
2. Lapangan Upacara
1
30 x 20
R.R
Sumber data : tata usaha
B. Deskripsi Data Data-data penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMPN 56 Jakarta, peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan atau mencatat data-data meliputi : a) Perencanaan pembelajaran IPS Sebelum pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu guru lakukan perencanaan pembelajaran sebelum guru masuk kelas. Karena guru yang menerapkan secara langsung metode pembelajaran sesuai dengan materi yang relevan, serta mengevaluasi setiap kegiatan yang telah dilakukannya, apakah sudah tercapai atau belum. b) Pelaksanaan pembelajaran IPS
c) Evaluasi pembelajaran IPS 2. Wawancara, peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru IPS yang menjadi sampel penelitian. 3. Dokumentasi, peneliti mengamati dan menyelidiki dokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaan pembelajaran IPS. Data yang terkumpul melalui observasi proses pembelajaran hanya dilakukan pada kelas VIII. Pada saat observasi proses pembelajaran dikelas, penulis kemudian men-check list setiap kualitas pembelajaran yang muncul ketika proses tersebut sedang berlangsung.
C. Pelaksanaan Pembelajaran IPS Pembahasan mengenai hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS terkait dengan pelaksanaan pembelajaran IPS dalam KTSP. 1. Kegiatan pendahuluan Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relatif singkat, berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu peserta didik sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang
demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan
apersepsi
(apperception)
dilakukan
dengan
cara:
mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi. Berdasarkan hasil pengamatan di SMPN 56 Jakarta pada pembelajaran IPS kegiatan utama yang dilaksanakan oleh guru-guru IPS cukup variatif. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh salah satu guru IPS kelas VIII adalah dengan cara : Mengucapkan salam pembuka untuk memulai pelajaran dan dilanjutkan dengan mengelilingi seluruh siswa untuk memeriksa kerapihan kelas. Kemudian setelah rapih guru tersebut mengabsen siswa. Proses selanjutnya guru memberikan motivasi dan arahan-arahan agar siswa mengikuti pembelajaran dengan baik agar mendapatkan prestasi yang baik. Kegiatan pedahuluan dilanjutkan dengan menanyakan materi yang sudah di bahas pada minggu yang lalu. Setelah siswa diperkirakan mengerti dan paham, guru mulai mengawali proses pembelajaran dengan menyampaikan materi yang akan dibahas dengan terlebih dahulu memberikan pre tes.79 Selain itu upaya yang dilakukan oleh guru IPS di SMPN 56 Jakarta dalam menarik perhatian siswa bisa dilihat dari ungkapan-ungkapan guru-guru IPS berikut ini : Dalam menarik perhatian siswa pertama memberikan arahan, setelah itu berusaha berinteraksi dengan siswa dengan gaya yang bervariasi yang dapat menumbuhkan minat mereka untuk belajar. Untuk menarik perhatian siswa juga dapat dilakukan dengan selingan humor, yang tidak melenceng jauh dari materi yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar siswa tidak mengalami kebosanan 79
Hasil observasi saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung di SMPN 56 Jakarta pada tanggal 24 mei 2008 di kelas VIII-9 pada mata pelajaran IPS Terpadu
dalam belajar dan tetap memiliki keinginan untuk memperhatikan materi pelajaran yang sedang disampaikan. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan nontatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan
sebagai
kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan
dengan
mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru dan peserta didik. Dalam kegiatan inti ini, langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPS di SMPN 56 Jakarta secara umum meliputi : a) Pembelajaran klasikal, digunakan apabila materi pembelajarannya lebih bersifat fakta atau informative. Terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses belajar mengajar. Sehingga cendrung metode ceramah dan Tanya jawab. b) Pembelajaran diskusi kelompok, digunakan apabila materi pelajarannya lebih mengembangkan konsep/sub-pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas sosial. c) Pembelajaran diluar kelas. Pembelajaran diluar kelas ini dilakukan apabila materi pelajarannya membutuhkan analisa dan banyak sumber yang dapat mendukung terjadinya proses pembelajaran. Pada
pengamatan
selanjutnya
peneliti
juga
mendapatkan
proses
pembelajaran oleh guru IPS kelas VIII pada kegiatan inti ini sebagai berikut : a) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai b) Guru menyampaikan materi dan menjelaskan materi dengan rinci yang dilengkapi dengan menggambar peta di papan tulis. c) Kemudian saat melihat siswa mulai bosan, guru memberikan senyuman pada siswa dan sedikit memberikan humor. d) Guru melanjutkan pelajaran
e) Guru bertanya kepada siswa dan meminta siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. f) Guru memberikan penguatan pada siswa yang bisa menjawab dan yang belum bisa menjawab.80 Selain mengamati langkah-langkah yang dilakukan oleh guru-guru IPS dalam pelaksanaan kegiatan inti, peneliti juga mengamati kemampuan menjelaskan dan kemampuan bertanya dan menjawab pertannyaan. Dari pengamatan tersebut diketahui secara umum bahwa guru-guru IPS di SMPN 56 Jakarta mempunyai karakter dan gaya yang berbeda dalam upaya mencapai pembelajaran menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan. Menurut salah satu guru IPS, dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan individual. Hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan mudah dipahami.81 3. Kegiatan Penutup Kegiatan akhir dalam pembelajaran IPS terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran. Tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut yang dilaksanakan pada pembelajaran IPS oleh guru IPS diantaranya adalah : Setelah bel berbunyi, tanda jam ganti pelajaran, guru langsung mengakhiri pembelajaran. Kemudian guru menutup dengan salam dan memberikan pesanpesan terhadap siswa untuk belajar dirumah dan lakukanlah perbuatan terpuji.82
80
Hasil observasi saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung di SMPN 56 Jakarta pada tanggal 20 mei 2008 di kelas VIII-5 pada mata pelajaran IPS Terpadu. 81 82
Hasil Wawancara pada Guru IPS Kelas VIII Tanggal 31 Juli 2008
Hasil observasi saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung di SMPN 56 Jakarta pada tanggal 21 Mei 2008 dikelas VIII-9 pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Dalam kegiatan menutup pelajaran hanya ada aspek-aspek tertentu saja yang dilakukan oleh guru IPS di SMPN 56 Jakarta. Hal ini dapat peneliti katakan tidak sesuai dengan teori yang ada, sehingga setelah proses pembelajaran berlangsung kurang mampu memberikan makna pada siswa yang dapat dijadikan landasan untuk belajar lebih lanjut. Menurut Wina Sanjaya menutup pelajaran hendaknya dilakukan dengan cara : a. Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas, sehingga siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang pokok-pokok persoalan. b. Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar informasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari lebih lanjut. c. Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajarinya. d. Memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.83 Peneliti mengembangkan pertanyaan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dalam KTSP sebagai berikut, untuk tercapainya pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, maka menurut Kepala Sekolah dan salah satu guru IPS kelas VIII dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut diantaranya : a) Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Sejarah diberikan pelatihan tentang bidang studi Geografi dan Ekonomi. b) Koordinasi antar bidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPS tetap dilakukan, untuk mereview apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.
83
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :Kencana, 2007), Cet. III, h.44
c) Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi. d) Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.84 Selanjutnya, adalah objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensikompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilainilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. Penilaian dalam pembelajaran IPS terpadu dalam satu topik/tema mencakup beberapa Kompetensi Dasar. Namun ada Kompetensi Dasar atau indikator yang tidak bisa dipadukan, sehingga harus dibelajarkan dan dinilai secara terpisah. Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan.85 Menurut Kepala Sekolah penilaian yang dilakukan, tidak hanya penilaian pengetahuan atau kognisi saja, tetapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran setelah menggunakan KTSP, penilaian dilakukan dengan penilaian kognisi, afeksi dan psikomotor, kesemuanya itu dijadikan penilaian kumulatif agar dapat
84
Hasil Wawancara pada Kepala Sekolah Tanggal 25 Juli 2008
85
Hasil Wawancara pada Guru IPS Kelas VII Tanggal 31 Juli 2008
memberikan penilaian secara maksimal terhadap perkembangan siswa, dan terhadap kemampuan siswa atau kompetensi yang dimiliki siswa. Penilaian dilakukan untuk melihat apakah tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik.86 Dibawah ini adalah teknik penilaian dalam pembelajaran IPS itu sendiri : 1) Teknik Penilaian Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian. Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: observasi, angket, wawancara, tugas, proyek, dan portofolio.87 2) Bentuk Instrumen Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah: a) Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, dan uraian. b) Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, rubrik, dan unjuk kerja. 3) Instrumen Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian. Ini berarti kehadiran media pembelajaran sebuah langkah yang tidak dapat dipisahkan, sumber belajar yang dimaksud adalah dapat berupa model program pembelajaran, nara sumber, lingkungan belajar yang mendekati objek dan metode atau pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada kreatifitas siswa. Dengan
86
Hasil Wawancara pada Kepala Sekolah SMPN 56 Jakarta Tanggal 25 Juli 2008
87
Hasil Wawancara pada Guru IPS Kelas VIII Tanggal 31 Juli 2008
demikian model yang dikembangkan SMPN 56 Jakarta memuat secara jelas tujuannya, metode mengajar dan bahan ajarnya. Tujuannya adalah diarahkan pada penugasan
kompetensi
yang
menggambarkan
perilaku,
perbuatan
dan
keterampilan siswa yang dapat diamati dan diukur. Metode bervariasi juga sangat penting digunakan, sehingga guru dapat mengembangkan berbagai metode yang dianggap efektif dalam mencapai tujuan.88 Oleh karena itu, organisasi materi yang diajarkan mencakup konsepkonsep pendukung dalam rangka mencapai kompetensi. Tanpa konsep yang terorganisir secara sistematis dan logis maka, kompetensi dasar tidak akan dikuasai oleh peserta didik.
D. Perspektif Peneliti Mengenai Guru IPS Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya. Sesuai data yang terjadi dilapangan penulis sendiri melihat guru IPS di SMPN 56 Jakarta sudah mampu mengimplementasikan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. IPS Terpadu merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang harus dipertahankan disekolah-sekolah, tentunya tidak mudah dan diperlukan kesiapan dan kerjasama dari seluruh komponen-komponen guna mempertahankan eksistensi mata pelajaran IPS itu sendiri. Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi lemah dari sistem pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal. 88
Hasil Wawancara pada Guru IPS Kelas VIII Tanggal 31 Juli 2008
Kinerja guru akan menjadi optimal, bila mana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini. Penulis melihat secara umum guru IPS di SMPN 56 Jakarta sangat variatif dalam memberikan materi pembelajaran, metode dan strategi menjadi ciri khas guru IPS sekolah tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan kemudian dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMPN 56 Jakarta tergambar dibawah ini : 1. Proses perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Sebelum
guru
mengajar
terlebih
dahulu
guru
membuat
dan
mempersiapkan rumusan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan perencanaan pembelajaran, guru IPS SMPN 56 Jakarta menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran diawal tahun ajaran untuk program satu tahun. 2. Proses pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. a. Kegiatan pendahuluan Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan nontatap
66
muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru dan peserta didik. c. Kegiatan Penutup dan Tindak Lanjut Kegiatan akhir dalam pembelajaran IPS terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. 3. Penilaian Pembelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Penilaian dalam pembelajaran IPS terpadu dalam satu topik/tema mencakup beberapa Kompetensi Dasar. Namun ada Kompetensi Dasar atau indikator yang tidak bisa dipadukan, sehingga harus dibelajarkan dan dinilai secara terpisah. Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan. 4. Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMPN 56 Jakarta Implementasi KTSP sudah berjalan sejak dua tahun lalu. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukan sistem belajar yang digunakan oleh guru IPS di SMPN 56 Jakarta sangat bervariasi, karena disekolah ini adalah berorientasi kepada proses dan kemampuan siswa, sesuai dengan asas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian ini yang dikemukakan di atas, maka penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut : 1. Pihak sekolah meningkatkan sosialisasi KTSP kepada guru IPS.
2. Guru-guru yang termasuk ke dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Sejarah diberikan pelatihan bidang studi Geografi dan Ekonomi. 3. Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak kedalam pemaparan yang parsial bidang studi. 4. Bagi guru IPS, diharapkan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang mengasyikkan dan lebih mengembangkan penggunaan metode dan media sehingga akan lebih meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Supriono,Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Ciputat, Cet.1, 1991. A.M, Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. V, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT
Rineka Cipta, Cet. XII, 2002.
Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika, Cet. I, 2004. Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. VI, 2005. Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. II, 2002. Doeldjani, N, Dasar-dasar IPS untuk Mahasiswa IKIP dan Guru Sekolah Lanjutan, Bandung : Alumni, 1992. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sek. Jend., Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem pendidikan Nasional, Jakarta 1995. Echols, John dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, Cet. XX, 1992. Etin S dan Rahardjo, Cooperative Learnig : Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta : Bumi Aksara, 1999. Fathurrohman Pupuh & Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar (melalui penanaman konsep umum dan konsep islam), Bandung :PT Refika Aditama, 2007. Gordon, Thomas dan Mudjito, Guru Yang Efektif Cara untuk Mengatasi Kesulitan dalam Kelas, Jakarta: CV. Rajawali, Cet. II, 1986.
Gunawan, Ary H, Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta : PT Rineka Cipta, Cet. I, 1996. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar, Jakarta : PT Bumi Aksara, Cet. II, 2003a. , Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, Cet. V, 2005b. Hamzah B, Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, Cet. I, 2006. Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta : Andi Offset, Cet. II, 1992. Haryati, Mimin, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press, Cet.I, 2007. Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet. I, 1999. Khaeruddin dan Junaedi, Mahfud, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Semarang : Madrasah Development Centre, Cet. 1, 2007. Komara,Cucu dan Fitni, Deuis, Strategi Belajar Tuntas di Sekolah Dasar, Bandung: CV Sanjarindo Sarana Utama, Cet. II, 1999. Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran ; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet I, 2005. Muhammad, Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, manajemen pelaksanaan dan kesiapan sekolah menyongsongnya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Muslich, Masnur,
KTSP
Dasar
Pemahaman
dan Pengembangam,
Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. I, 2007a. ______, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, Cet. I, 2007b. Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2007a.
______, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007b. ______, Kurikulum yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 2, 2006c. ______, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2005d. Mursell J. dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses (Successful teaching), Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1995. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet. 20, 2004, Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta : PT Bumi Aksara, Edisi. II. Cet. IV, 2001. Nurdin,
Syafruddin,
Model
Pembelajaran
yang
Memperhatikan
Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: PT Ciputat Press, Cet. I, 2005. Sutikno, Sobri, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, Mataram : NTT Press, 2007 Suparno, Paul, Menyikapi Kurikulum Berbasis Kompetensi , Sikap Guru Dalam Menghadapi KBK, Basis menembus Fakta November-Desember, Nomor 11-12, 2002. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : BSNP, 2006. Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, 1994. Poerwadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, Cet. V, 1976. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet. I, 1996.
Pusat
Kurikulum,
Balitbang
Depdiknas,
Ringkasan
Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Sekolah, Jakarta : 2002. PP RI NO. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Ciputat : LeKDIS, Juni 2005. Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2004. Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2005. Siagamarimbun, Mari dan Effendi, Sofyan, Metode Penelitian Survai, Jakarta : PT Pustaka LP3 ES Indonesia Anggota IKAPI, Cet II, 1995. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. I, 1993. Somantri, Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2001. Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung : Sinar Baru Algemsindo, 1996. Syamsuddin, Abin, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 2005. Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Bimbingan Konseling Sekolah, Semarang, Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, Cet. I, 1998. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Ciputat. 2007. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Jakarta : Sinar Grafika, Cet. III, 2007. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet. XVI, 2004.
Wiryokusumo,
Iskandar
dan
Mulyadi,
Usman,
Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Bina Aksara, Cet. II, 1998. Yamin, Martinis, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press, Cet. I, 2007. Yamin, Martinis dan Ansari, Bansu I, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta : Gaung Persada Press, Cet I, 2008. Zurinal Z. dan Sayuti, Wahdi, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasardasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2006.
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU IPS SMPN 56 JAKARTA
1. Persiapan yang biasa Bapak/Ibu terlebih dahulu lakukan setiap akan mengajar IPS. 2. Acuan/pedoman dalam mempersiapkan rencana pembelajaran atau tujuan pembelajaran. 3. Bapak/Ibu menerangkan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan. 4. Pertimbangan Bapak/Ibu dalam hal kesesuaian penyampaian materi dengan rencana pembelajaran atau tujuan pembelajaran. 5. Metode yang Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran IPS. 6. Yang menjadi pertimbangan Bapak/Ibu dalam menggunakan metode tersebut. 7. Pengaruh metode tersebut terhadap motivasi dan partisipasi siswa. 8. Jumlah waktu yang dialokasikan dalam proses pembelajaran IPS sudah sesuai. 9. Bapak/Ibu dalam menangani siswa yang kurang memahami pelajaran yang telah diberikan. 10. Cara Bapak/Ibu mengevaluasi pembelajaran yang telah diberikan. 11. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk menunjang pembelajaran IPS. 12. Manfaat mempelajari IPS bagi siswa-siswi SMPN 56 Jakarta. Mahasiswa
Guru IPS
Adi Abdul Hadi
Drs. Juwito
NIM. 10401500573
NIP.132208381
Pedoman Pengumpulan Data Dokumen/Arsip No
Dokumen/arsip sekolah
Ada
1
Sejarah sekolah
V
2
Visi, misi sekolah
V
3
Data ruang sekolah
V
4
Data jumlah guru
V
5
Data jumlah tenaga administrasi
V
6
Data jumlah siswa
V
7
Data sarana dan prasarana
V
8
Contoh panduan silabus dan RPP
V
mata pelajaran IPS
Tidak
Keterangan
Pedoman Pengumpulan Data Dokumen/Arsip No
Dokumen/arsip sekolah
1
Sejarah sekolah
2
Visi, misi sekolah
3
Data ruang sekolah
4
Data jumlah guru
5
Data jumlah tenaga administrasi
6
Data jumlah siswa
7
Data sarana dan prasarana
8
Contoh panduan silabus dan RPP mata pelajaran IPS
Ada
Tidak
Keterangan
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU IPS SMPN 56 JAKARTA
Nama
: Drs. Juwito
Jabatan
: Guru IPS Terpadu
Tempat
: Ruang Guru SMPN 56 Jakarta
Hari/ Tanggal
: Jum’at, 31 Juli 2008
Waktu
: 10.20 WIB
13. Persiapan yang biasa Bapak/Ibu terlebih dahulu lakukan setiap akan mengajar IPS. Jawaban : Membuat silabus pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 14. Acuan/pedoman dalam mempersiapkan rencana pembelajaran atau tujuan pembelajaran. Jawaban : Pedoman yang digunakan oleh SMPN 56 Jakarta adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 15. Bapak/Ibu menerangkan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan. Jawaban : Ya, selalu saya jelaskan kepada anak-anak. 16. Pertimbangan Bapak/Ibu dalam hal kesesuaian penyampaian materi dengan rencana pembelajaran atau tujuan pembelajaran. Jawaban : Dalam penyampaian materi pelajaran, guru SMPN 56 Jakarta telah
menyesuaikan
pembelajaran
yang
dengan telah
rencana
pembelajaran
dirumuskan
dan
atau
tujuan
penyesuaiannya
mempertimbangkan hal-hal seperti adanya kebenaran isi/bahan materi serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
17. Metode yang Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran IPS. Jawaban : Ceramah dan tanya jawab. 18. Yang menjadi pertimbangan Bapak/Ibu dalam menggunakan metode tersebut. Jawaban : Disesuaikan dengan indikator pembelajaran. 19. Pengaruh metode tersebut terhadap motivasi dan partisipasi siswa. Jawaban : Menunjukan adanya perubahan kearah positif. 20. Jumlah waktu yang dialokasikan dalam proses pembelajaran IPS sudah sesuai. Jawaban : Cukup efektif. 21. Bapak/Ibu dalam menangani siswa yang kurang memahami pelajaran yang telah diberikan. Jawaban : Dengan cara terus menerus diberikan latihan atau dengan cara pendekatan individu. 22. Cara Bapak/Ibu mengevaluasi pembelajaran yang telah diberikan. Jawaban : Dengan memberikan Tanya jawab langsung dan tugas rumah. 23. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk menunjang pembelajaran IPS. Jawaban : OHP, computer, dsb. 24. Manfaat mempelajari IPS bagi siswa-siswi SMPN 56 Jakarta. Jawaban : Peserta didik diharapkan memiliki karakter sebagai warga negara yang baik. Jakarta, 31 Juli 2008 ttd Drs. Juwito
LEMBAR OBSERVASI Pelaksanaan Pembelajaran IPS Dalam KTSP Hari/Tanggal
:
Kelas
:
Waktu
:
Nama Guru
:
No
Objek Pengamatan PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1
Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dalam tema
2
Penyusunan silabus a. Standar kompetensi b. Kompetensi dasar c. Materi pokok pembelajaran d. Indikator e. Alokasi waktu f. Pengalaman belajar g. Alat/sumber h. Penilaian Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran a. Identitas sekolah b. Identitas mata pelajaran c. Identitas kelas dan semester d. Standar kompetensi e. Kompetensi dasar f. Indikator pencapaian kompetensi g. Tujuan pembelajaran h. Alokasi waktu i. Materi pokok pembelajaran beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran j. Metode pembelajaran
3
Ya
Tidak
Keterangan
5
6
7
8
k. Strategi pembelajaran l. Alat dan media serta sumber pembelajaran m. Penilaian dan tindak lanjut n. Instrumen soal PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pendahuluan a. Pembiasaan kelas b. Apersepsi c. Motivasi d. Melaksanakan pre-tes e. Menerangkan tujuan pembelajaran Kegiatan inti a. Menggunakan berbagai strategi/ metode yang bervariasi b. Menerangkan teori dengan contoh kasus c. Siswa mencatat hal-hal penting dari buku pelajaran d. Menanyakan hal-hal yang kurang dipahami e. Guru bertanya pada siswa f. Menyimpulkan hasil pembelajaran g. Kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut Kegiatan penutup a. Refleksi b. Mencatat rangkuman yang dibuat c. Melaksanakan pos-tes d. Memberikan gambaran materi berikutnya e. Remedial PENILAIAN Melaksanakan penilaian a. Unjuk kerja (performance) b. Penugasan c. Hasil kerja d. Tes tertulis e. Portofolio Jakarta, 12 Mei 2008 Observer
LEMBAR OBSERVASI Pelaksanaan Pembelajaran IPS Dalam KTSP Hari/Tanggal
: Senin, 12 Mei 2008
Kelas
: VIII
Waktu
: Pkl. 11.00 WIB
Nama Guru
: Drs. Juwito
No
Objek Pengamatan PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Ya
1
Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dalam tema
V
2
Penyusunan silabus a. Standar kompetensi b. Kompetensi dasar c. Materi pokok pembelajaran d. Indikator e. Alokasi waktu f. Pengalaman belajar g. Alat/sumber h. Penilaian Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran a. Identitas sekolah b. Identitas mata pelajaran c. Identitas kelas dan semester d. Standar kompetensi e. Kompetensi dasar f. Indikator pencapaian kompetensi g. Tujuan pembelajaran h. Alokasi waktu i. Materi pokok pembelajaran beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran j. Metode pembelajaran
3
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V
Tidak
Keterangan
5
6
7
8
k. Strategi pembelajaran l. Alat dan media serta sumber pembelajaran m. Penilaian dan tindak lanjut n. Instrumen soal PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pendahuluan a. Pembiasaan kelas b. Apersepsi c. Motivasi d. Melaksanakan pre-tes e. Menerangkan tujuan pembelajaran Kegiatan inti a. Menggunakan berbagai strategi/ metode yang bervariasi b. Menerangkan teori dengan contoh kasus c. Siswa mencatat hal-hal penting dari buku pelajaran d. Menanyakan hal-hal yang kurang dipahami e. Guru bertanya pada siswa f. Menyimpulkan hasil pembelajaran g. Kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut Kegiatan penutup a. Refleksi b. Mencatat rangkuman yang dibuat c. Melaksanakan pos-tes d. Memberikan gambaran materi berikutnya e. Remedial PENILAIAN Melaksanakan penilaian a. Unjuk kerja (performance) b. Penugasan c. Hasil kerja d. Tes tertulis e. Portofolio
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V Jakarta, 12 Mei 2008 Observer