PENGEMBANGAN PROGRAM DAKWAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) ISLAM ASSA’ADATUL ABADIYAH TANJUNG DUREN SELATAN JAKARTA BARAT
Disusun Oleh:
Ahmad Khairullah 102053025679
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGEMBANGAN PROGRAM DAKWAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) ISLAM ASSA’ADATUL ABADIYAH TANJUNG DUREN SELATAN JAKARTA BARAT
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun Oleh: Ahmad Khairullah Nim: 102053025679
Pembimbing,
Drs. Study Rizal LK, MA NIP: 150262876
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2008
Ahmad Khairullah
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Puja Puji dan syukur kepada Allah SWT yang maha kuasa dan maha penyayang karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita yaitu baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui cobaan dan hambatan. Namun, penulis berusaha menghadapinya dengan ikhtiar dan tawakkal. Alhamdulillah atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, serta berkat do’a dan dukungan orang tua, keluarga, sahabat, teman-teman, serta orang-orang terdekat, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. karena itulah, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Dan semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik. Amien.
Oleh karena itu, sebagai rasa syukur, sepantasnya penulis mengucapkan rasa terima kasih yang kepada: 1. Bapak Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan, beserta PUDEK I, II dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
3. Drs. Study Rizal LK, MA., selaku pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu membantu penulis menyusun skripsi ini. 4. Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA., selaku pembimbing Akademik Manajemen Dakwah angkatan 2002. 5. Seluruh Dosen, Staf Administrasi dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pendidikan dan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis selama masa pendidikan penulis. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan. Amien. 6. Kepala Sekolah SMK Assa’adatul Abadiyah, Bapak Drs. Junaedi Ismail serta Dewan Guru yang telah memberikan informasi dan meluangkan waktu serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ayahanda tercinta H. Ismail, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan Ibunda tercinta Hj. Asnah yang sangat ananda cintai, jazakumullahu khoiron katsiron yang telah banyak memberikan do’a, dorongan, dan bantuan baik moril maupun materil. Yang selalu mendo’akan yang terbaik untuk keberhasilan ananda, meski ananda belum sempat membalas segala kebaikan, ketulusan serta kesabaran bunda yang sangat besar dalam mendidik, membesarkan serta memberikan kasih sayang kepada anakanaknya, ananda akan selalu mendo’akan dan merindukanmu. 8. Kakanda tersayang, Supratman, S.Sos., Drs. Junaedi, Ilaipah, Syahyudi, SE., Dedi Setiady, SE., Wahyuni, SE., Iskandar, Ahmad Abdillah, SE.,
yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT akan membalas seribu kebaikan untuk kakanda semua. 9. Istriku tersayang dan tercinta. Nurlaila Ulfah, S.Pd.I., terima kasih untuk kesabaran, pengertian serta kasih sayang tiada hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga kita akan selalu bahagia selamanya. 10. Teman-teman di jurusan MD-A angkatan ’02, Ikin, Budi, Deden, Ipul, Gali, Doel, Obie, Afif, Kamil, Daulay, Asep, Zay, Idik, Ani, Lia, Yani, terima kasih atas bantuan dan motivasinya, kebersamaan kita di UIN takkan berakhir. 11. Teman-teman seperjuangan dan setanah air, teruslah berjuang dalam menuntut ilmu. Terima kasih untuk anak-anak Aula Insan Cita (AIC) dan anak-anak kostan belakang, Kang Muawam, Kang Topik, Kang Zahid Zein, Kang Lulu, Kang Rafi, Kang Muhajir, Kang Uun, Kang Eqi, dan teman seangkatanku Nur Muchlas Hidayat, Umar Kalake, Aa Suryadi, Suci Suryani, Rama JS, Cucung, Musthopa, Andi Fakhri, Olev, Gunawan, Jajang Heriana, Nurmalina, Daimah, Trisna, Halawiyah. Kalian semua di hatiku”forever” 12. Penghuni Aula Insan Cita (AIC), Roni, Bursheva, Slash, Arifin, Mamet, Fadli, Otoy, Baeng, Nunu, Azra, Husni, Erik, yudi, sabir dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada semuanya.
Semoga semua amal yang diberikan akan memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Agustus 2008
Penulis
ABSTRAK Pengembangan Program Dakwah Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Assa’adatul Abadiyah Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat Tujuan pendidikan agama adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia untuk mendukung tujuan itu sekolah mengajarkan pendidikan agama islam dengan pendekatan metode dakwah sistem langsung, metode diterapkan dengan memberikan pelajaran Islam melalui kegiatan-kegiatannya dan dipastikan itu semua tidak terlepas dari pengembangan dan proses dakwah itu sendiri dikarenakan pengembangan dan proses yang baik akan terciptanya masyarakat kita, yaitu masyarakat umat Islam yang terpandang, berakhlak mulia menuju pemahaman dan penguasaan ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu penunjang lainnya. Skripsi ini membahas mengenai pengembangan program dakwah pada sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat sebagai media terciptanya umat Islam dengan wawasan keilmuan dan tanggap terhadap masalah umat serta perkembangan masyarakat. Dari uraian di atas, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dalam pengembangan program dakwah yang terjadi? Serta proses dan tahapan dalam pengembangan program dakwah yang terjadi di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Dalam penelitian ini, subjek yang diteliti adalah adalah para pengelola SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, dan sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah tentang pengembangan program dakwah yang diterapkan di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah Dari hasil analisis terhadap pengembangan program dakwah adalah terdapat langkah-langkah dalam persiapan pelaksanaan kegiatan yaitu persiapan, menetapkan materi, sarana dan prasarana. tenaga pengajar. Dengan demikian, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah merupakan salah satu lembaga atau organisasi yang bergerak dalam bidang kegiatan dakwah Islamiyah dengan berbagai pengembangan cara atau penyampaian dakwah itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam menjalankan aktifitas dakwah.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i ABSTRAK...................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7 D. Tinjauan Pustaka................................................................................. 7 E.
Metodologi Penelitian ........................................................................ 8
F.
Sistematika Penulisan ........ ............................................................... 11
BAB II: TINJAUAN KONSEPTUAL........................................................... 13 A. Pengembangan Program ..................................................................... 13 1. Pengertian Pengembangan Program............................................... 13 2. Tahap-tahap Pengembangan Program ............................................ 18 B. Dakwah .............................................................................................. 25 1. Pengertian Dakwah........................................................................ 25 2. Metode Dakwah............................................................................. 28 3. Unsur-unsur Dakwah ..................................................................... 31 C. Pengembangan Program Dakwah........................................................ 35
1. Pengertian Pengembangan Program Dakwah ................................. 35 2. Tahapan Pengembangan Program Dakwah .................................... 42 3. Indikator-indikator Pengembangan Program Dakwah .................... 50
BAB III: GAMBARAN UMUM SMK ISLAM ASSA’ADATUL ABADIYAH TANJUNG DUREN SELATAN JAKARTA BARAT................. 52 A. Sejarah ................................................................................................ 52 B. Letak Geografis................................................................................... 55 C. Visi-misi Sekolah................................................................................ 56 D. Struktur Organisasi.............................................................................. 58 E.
Keadaan Guru dan Siswa..................................................................... 62
F.
Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................................ 64
G. Kurikulum sekolah.............................................................................. 66
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS ........................................................... 68 A. TEMUAN ........................................................................................... 68 1. Bentuk-bentuk Program Dakwah pada SMK Assa’adatul Abadiyah ...................................................................................... 68 2. Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ...................................................................................... 69 3. Tahapan Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ................................................................... 70
4. Strategi Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ................................................................... 72
B. ANALISIS .......................................................................................... 75 1. Pengembangan Program Dakwah.................................................. 75 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ........................................ 79 3. Indikator Keberhasilan Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah.......................................................... 83
BAB V: PENUTUP ......................................................................................... 84 A. Kesimpulan......................................................................................... 84 B. Saran-saran ......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa sekolah itu bisa disebut sebagai lambaga dakwah, dikarenakan sekolah itu mempunyai program kegiatan dakwah, yaitu suatu program yang didalamnya mempunyai unsur dakwah. Ada da’I yaitu guru, ada mad’u yaitu murid, ada metode yaitu program, ada media yaitu sarana prasarana, dan adanya materi. Di dalam sekolah haruslah mempunyai program kegiatan dakwah Islam yang dapat menstimulasi siswa dalam pendidikan agama. Dakwah itu sendiri dapat disampaikan oleh para guru PAI, karena pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak cukup melalui kegiatan belajar mengajar di kelas (intra kurikuler) dalam waktu 2 (dua) jam perminggu. Pada dasarnya dakwah bertujuan untuk mendorong para siswa ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, baik lahiriah maupun batiniah. Karena problematika kehidupan umat Islam sangatlah komplek. Kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, merupakan potret sebagian besar bangsa Indonesia, yang mayoritas adalah umat Islam. 1 Dakwah lebih pada hakikatnya mempunyai arti ajakan atau mengajak. Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti
1
h.208
Fuad Amir, Islam Kaafah Tantangan dan Aplikasinya (Jakarta : GIP, 1995), cet ke-1,
mengajak baik pada diri sendiri maupun pada orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.2
َ وَََْْ ا ِی ََِْْ" َْ ََآُا ِْ ﺥَِِْْ ذُری ً !ِ ًَ ﺥَُا . ُُا &ًَْ (َ'ِی'ًا#َََْ و% ُا ا# $ََْ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan kata yang benar”. Firman Allah dalam Q.s. An-Nisa (4:9) tersebut meskipun secara tarjamah dan tekstual peringatannya ditujukan kepada orang tua yang mendekati akhir hidup untuk menjaga agar keturunannya tidak ditinggal dalam keadaan menderita dan terkait dengan masalah warisan, tetapi tidaklah keliru jika ayat ini dijadikan rujukan oleh para pendidik untuk memperhatikan anak didiknya agar menjadi generasi yang kuat dan sejahtera, memiliki kekuatan spiritual, intelektual dan fisik serta kematangan emosional. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2
Slamet Muhaimin Arbai, Prinsip-prinsip Metologi Dakwah (Surabaya: Usaha Nasional,1994), h.29
Memperhatikan tujuan pendidikan tersebut disimpulkan bahwa segala upaya pendidikan yang dilakukan oleh institusi pendidikan baik itu formal, non formal dan informal adalah menjadikan peserta didik yang kuat. Generasi yang memiliki ratio dan daya nalar yang kuat, mereka dapat menyelesaikan setiap persoalan yang penting dalam kehidupan dengan analisis yang dapat dipertanggung jawabkan. Generasi yang memiliki emosi yang matang, sanggup memahami gejolak yang ada dalam diri mereka. Mengolah emosi dan mengendalikannya serta tidak terjebak pada emosi yang tidak terkontrol. Generasi yang memiliki spiritualitas yang handal. Mereka sadar akan eksistensi dirinya sebagai menusia terutama kedudukan mereka di dunia ini, selain sebagai hamba Allah, juga sekaligus sebagai khalifah Allah. Pada hakekatnya proses kedewasaan siswa sangat dipengaruhi arus informasi yang dipengaruhi dari luar. Terlebih lagi seorang siswa yang mulai menginjak dewasa sangat memerlukan informasi positif, guna membentuk sosok pemuda yang diharapkan. Masa remaja adalah masa usia transisi, ahli psikologi menganggap bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa, yaitu terjadinya perubahan psikis dan fisik secara sederhana dan umum menurut ukuran masyarakat maju, masa remaja itu lebih kurang antara 13 tahun dan 21 tahun3. Dalam mendidik siswa agar menjadi seorang anak yang mempunyai akhlak mulia, serta emosional yang dapat dikendalikan oleh dirinya, adalah harus menggunakan suatu metode yang dapat diterima oleh siswa. Maka dari Tim
3
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 63
IMTAQ MGMP PAI SMK menyusun sebuah pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Metode Dakwah Sistem Langsung di SLTA (SMK/SMA). Lebih jauh lagi, Amrullah Ahmad mengatakan dalam buku Dakwah Islam dan Perubahan Sosial sebagai berikut: Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak. Manusia pada kenyataannya individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu4 Di masa mendatang proses pengembangan kagiatan dakwah Islam akan terus berlangsung dan akan terasa lebih berat. Efektifitas dan efisien dalam penyelenggaraan dakwah membutuhkan perhatian yang serius. Hal ini disebabkan oleh kompleknya stratifikasi sosial dan bertambahnya problematika umat serta kehidupan yang lebih global. Hal tersebut mengajak kita untuk menjadikan agama sebagai sandaran dalam mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi dan perubahan sosial. Dengan demikian dakwah harus disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan dari sasaran dakwah, baik dari segi materi maupun dari segi metodenya. Penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan secara individu dan secara sambil lalu saja, tetapi harus diselenggarakan oleh para pelaksana dakwah secara kerjasama dalam kesatuan-kesatuan yang teratur serta tersusun rapi, dengan terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan secara matang, serta menggunakan
4
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Prima Duta, 1983), Cet ke-1, h..2
system kerja yang efektif dan efisien, yang teratur dan diorganisir secara baik untuk digerakkan dan diarahkan pada sasaran-sasaran atau tujuan dakwah dan tujuan organisasi yang dikehendaki.5 Setiap aktifitas akan dapat berjalan lancar secara efektif dan efisien, apabila sebelumnya sudah dipersiapkan terlebih dahulu secara matang. Begitu pula dengan dakwah, yang akan selalu berjalan dengan sempurna jika memiliki persiapan-persiapan yang baik. Persiapan yang terencana sangat diperlukan guna mengarahkan pada pengembangan dakwah serta menjaga segala sesuatu kemungkinan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan dakwah. Jika memiliki suatu persiapan yang matang, maka dakwah dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam berdakwah. SMK Islam Assa’adatul Abadiyah merupakan salah satu bentuk organisasi yang telah banyak melakukan kegiatannya dalam bidang dakwah. Dalam melakukan kegiatannya, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini telah merencanakan segala sesuatunya secara matang dan teratur yang disesuaikan dengan tujuan dari SMK Islam Assa’adatul Abadiyah itu yaitu “Menjadikan lulusan SMK Islam Assa’adatul Abadiyah yang dapat hidup mandiri, bermartabat dan berarti berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT”. Keberadaan SMK Islam Assa’adatul Abadiyah adalah sebagai kegiatan Dakwah Bil Hal, dengan adanya beberapa program kegiatan diantaranya bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, serta pendidikan, sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, mempunyai fungsi strategis untuk pencapaian tujuan 5
Ke-3, h. 48
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet.
dakwah yakni Khairul Ummah.. Sebagai aktifitas yang integral dakwah dapat dilakukan melalui berbagai jalur kehidupan seperti sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan dan kebudayaan.6 Pendidikan keagamaan merupakan prioritas utama yang penting dalam SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini. Hubungan antara pengelola dan pengurus serta masyarakat di sekitarnya terjalin dengan baik, itu semua tidak lepas dari kemampuan pengurus dalam mengelola SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini dengan baik. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis menganggap perlu mengadakan penelitian tentang “Pengembangan Program Dakwah Pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi pelebaran pembahasan, maka penulis membatasi skripsi ini pada masalah pengembangan program dakwah yang ada pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Pengembangan program dakwah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dakwah yang ada di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah 2. Perumusan Masalah
6
M. Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: kalimah, 2001), cet ke-2. hal.3
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah “Bagaimanakah proses pengembangan program dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengembangan program dakwah yang diterapkan oleh SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara Akademis: Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah pengkajian mengenai pengembangan program dakwah yang direncanakan oleh SMK Islam Assa’adatul Abadiyah serta sebagai bahan perbandingan teori yang didapat dari bangku kuliah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi. b. Secara praktis: Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pedoman dalam pengembangan program dakwah.
D. Tinjauan Pustaka Dari hasil penelusuran penulis terhadap berbagai sumber pustaka baik dalam bentuk buku, karya tulis, makalah, maupun skripsi belum ada yang secara
khusus membahas tentang pengembangan program dakwah pada SMK Assa’adatul Abadiyah Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat. Meski demikian, penulis tidak menafikan adanya kesamaan fokus penelitian dari beberapa skripsi yang telah ditulis, seperti judul skripsi yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam berjudul Pengembangan Program Dakwah Pada Pesantren. Skripsi ini sedikit memiliki kesamaan terutama dari sisi titik perhatian, yaitu sama-sama meneliti tentang pengembangan program dakwah. Hanya saja, bidang yang jadi perhatiannya di sini adalah lebih pada pesantren. Adalah tidak dipungkiri bahwa pesantren dan sekolah atau SMK dalam hal ini memiliki perbedaan yang sangat jelas baik dari sistem belajar mengajarnya maupun dalam sistem administrasinya. Berangkat dari kondisi masih terbatasnya informasi tentang penjelasan seputar pengembangan dakwah di SMK Assa’adatul Abadiyah Tanjun Duren Selatan Jakarta Barat itu, maka penulis bermaksud mengangkat persoalan itu dalam satu penelitian skripsi.
E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong adalah
“Prosedur” sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.7 1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah para pengelola SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Yaitu Bpk. Drs. Junaedi selaku Kepala Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Data yang dipakai adalah data primer yaitu data yang di peroleh dari hasil wawancara langsung dengan pengurus yang bersangkutan. a. Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis dan fenomena yang diselidiki. Penulis telah mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan maksud memperoleh gambaran umum SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dengan berbagai aktifitasnya dalam hal pengembangan dakwah. Dengan menggunakan instrumen catatan lapangan terlampir. b. Wawancara 7
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), cet. ke-15, h.3
Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.8 Dalam melakukan wawancara ini bentuknya adalah wawancara bebas, namun tetap menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus pada tujuan penelitian.9 Adapun dalam penelitian ini penulis telah melakukan wawancara dengan pengurus yang terkait dari SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Yaitu wawancara dengan Kepala sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dengan Bapak Drs. Junaedi. c.
Dokumentasi Dokumentasi yaitu dengan mencari data berupa buku, brosur, makalah, catatan, foto dan sebagainya yang berhubungan dengan SMK Islam Assa’adatul Abadiyah yang dapat dijadikan sebagai penambah informasi, terutama mengenai pengembangan program dakwah yang ditempuh untuk pelaksanaan kegiatan dakwah.
3. Analisa Data Setelah data yang diperoleh terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data untuk kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah. Metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data kemudian disusun,
8
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia. 1993), Cet ke-5, h. 129 9 Moh. Nadzir, MetodologiPenelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 234
disajikan, baru kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut. Teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, Cetakan ke-1 tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang terdiri dari beberapa subbab tersendiri. Babbab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lainnya yang diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutup serta kesimpulan dan saran, adapun susunannya adalah sebagai berikut: BAB I Yaitu menguraikan tentang pendahuluan yang meliputi, (a) Latar Belakang Masalah, (b) Pembatasan dan Perumusan Masalah, (c) Tujuan dan Manfaat Penelitian, (d) Tinjauan Pustaka, (e) Metodologi Penelitian, (f) Sistematika Penulisan. BAB II
Yaitu menguraikan tentang tinjauan teori pengembangan program
yang meliputi, (a)Pengembangan Program, 1. Pengertian Pengembangan Program, 2. Tahap-tahap Pengembangan Program, (b) Dakwah, 1. Pengertian Dakwah, 2. Metode Dakwah, 3. Unsur-unsur Dakwah, (c) Pengembangan Program Dakwah, 1. Pengertian Pengembangan Program Dakwah, 2. Tahapan
Pengembangan Program Dakwah, 3. Indikator-indikator Pengembangan Program Dakwah. BAB III Yaitu menguraikan gambaran umum tentang SMK Islam Assa’adatul Abadiyah yang meliputi, (a) Sejarah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, (b) Letak Geografis Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, , (c) Visi Misi SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, (d) Struktur Organisasi SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, (e) Keadaan Guru dan Siswa, (f) Keadaan Sarana dan Prasarana, (g) Kurikulum Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. BAB IV
Yaitu menguraikan tentang aplikasi manajemen SMK Islam
Assa’adatul Abadiyah dalam upaya pengembangan program dakwah yang meliputi, (a) Temuan, 1. Bentuk-bentuk Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, 2. Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, 3. Tahapan Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, 4. Strategi Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. (b) Analisis, 1. Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, 3. Indikator Keberhasilan Pengembangan Program Dakwah pada SMK Islam Assa’adatul Abadiyah BAB V
Yaitu merupakan bab terakhir atau penutup pada skripsi ini yang
memuat: (a) Kesimpulan, (b) Saran-Saran.
BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL A. Pengembangan Program 1. Pengertian Pengembangan Program Pengembangan
secara
bahasa
adalah
proses,
cara,
perbuatan
mengembangkan. Sedangkan mengembangkan sendiri adalah membuka lebarlebar, membentangkan, menjadikan besar, menjadikan maju (baik, sempurna, dan sebagainya).10 Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan adalah proses menjadikan sesuatu agar lebih banyak dan baik. Pengembangan menurut Sudjana, diambil dari istilah bahasa Inggris development. Menurut Morris, dalam The American Heritage Dictionary of the English Language, dikemukakan bahwa Development is the act of developing (perbuatan mengembangkan). Developing itu sendiri diberi arti: To expand or realize the potentialities of; bring gradually to a fuller, greater, or better state”…”to progress from earlier to later or from simpler to more complex stages of evolution”11 Artinya,
pengembangan
adalah
upaya
untuk
memperluas
atau
mewujudkan potensi-potensi, menjadikan suatu keadaan secara bertahap kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks. Dari pengertian di atas maka 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9, h.414 11 Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 353.
pengembangan dapat diartikan sebagai ikhtiar yang dilakukan untuk mengubah kondisi tertentu ke arah yang lebih baik. Menurut pendapat Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, menyebutkan
Pengembangan bahwa
Masyarakat
pengembangan
bisa
dan disebut
Investasi juga
Komunitas,
pemberdayaan.
Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.12 Sementara menurut Edi Soeharto, pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.13 Konsep itu menunjuk pada kegiatan yang didesain tidak asal jadi, melainkan ia dibentuk dalam perumusan program yang terencana, terukur, dan memiliki target dalam pelaksanaan kegiatannya. Dari pengertian di atas pun tampak bahwa pengembangan dapat bermakna dilakukan secara orang perorang maupun berkelompok. Adapun program memiliki pengertian sebagai berikut, yaitu rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan 12
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Investasi Komunitas, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2000), cet. ke-1, h.32-33 13 Edi Soeharto, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Jakarta, BEMJ PMI Edisi I: 2005)
sebagainya) yang akan dijalankan.14 Program merupakan pernyataan tertulis tentang sesuatu yang harus dimengerti dan diusahakan. Program menggambarkan tentang apa yang perlu dilaksanakan dan mengapa hal itu perlu dilaksanakan. Program dapat digambarkan berupa sesuatu pernyataan tertulis tentang situasi, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, masalah-masalah yang hendak dipecahkan, dan cara pemecahannya.15 Suatu program terdiri dari rencana umum, rencana kerja, dan jadwal kerja. Dari rencana umum akan muncul kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan agar program itu dapat diwujudkan. Kegiatan-kegiatan itu akan tertuang ke dalam rencana kerja lengkap dengan ketentuan bagaimana melakukannya, siapa pelakunya, siapa khalayak sasarannya, di mana akan dilakukan dan kapan akan dilaksanakan. Bila perlu dapat pula dicakup saranasarana yang diperlukan untuk pelaksanaannya, termasuk dana yang diperlukan. Kemudian rencana kerja dijalankan secara kronologis menjadi jadwal kerja. 16 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan program adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan, merealisasikan, dan meningkatkan suatu rencana-rencana yang telah terumuskan sejak awal. Pengembangan program merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis, terencana, terukur, dilakukan dalam kondisi yang penuh sadar. Menurut Suyatno,
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ibid. h.702 I Gede Suyatno, Program Pengabdian pada Masyarakat Bentuk, Jenis, dan Sifatnya dalam Metodologi PPM, (Lampung: Universitas Lampung, 1986), h. 88. 16 Ibid. 15
pengembangan program adalah suatu proses yang digunakan oleh lembaga untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program-program.17 Langkah pengembangan program mengandaikan adanya pihak yang terlibat di dalamnya untuk melakukan sejumlah kegiatan, seperti: 1. Mengembangkan suatu struktur organisasi untuk menganalisis, menginterpretasikan, membuat keputusan tentang masalah-masalah ataupun situasi-situasi yang harus diubah atau diperbaiki; 2. Menggunakan sumber daya secara efektif dalam studi dan analisis orangorang maupun komunitinya; 3. Menentukan prioritas masalah dan situasi di mana perubahan-perubahan yang dikehendaki harus diidentifikasi dalam rencana kegiatan; 4. Mengidentifikasikan hasil yang hendak dicapai melalui program tersebut bersama-sama orang-orang maupun komunitinya; 5. Mengidentifikasikan sumber daya dan dukungan bagi promosi dan implementasi program tersebut secara efektif. 6. Mendesain suatu rencana instruksional yang memberikan kesempatan yang luas pada warga pengembangan untuk melibatkan diri dalam pengalaman belajar yang sesuai; 7. Mengimplementasikan rencana kegiatan yang didesain untuk memberikan kesempatan belajar yang memadai seperti dalam bentuk konfrensi, pertemuan, lokakarya, konsultasi individu, dan program-program radio dan televise. 8. Mengembangkan pendekatan pertanggungjawaban yang memadai yang memungkinkan adanya penilaian yang efektif tentang nilai program tersebut. 9. Mengkomunikasikan nilai program tersebut pada pembuat-pembuat keputusan dalam bidang keuangan, partisipan, dan individu-individu maupun kelompok-kelompok lain yang berminat.18 Dari pengertian di atas bahwa konsep pengembangan program mencakup tidak hanya perencanaan pada suatu program tersebut, tapi juga mencakup pelaksanaan, evaluasi, dan komunikasi nilai program tersebut kepada pihak-pihak yang menaruh minat dan berkepentingan.
17
Ibid., h. 112. Suyanto, Pengembangan Program Pengembangan Masyarakat, dalam Jurnal PMI Vol. I, Nomor 2, Maret, 2004. (Yogyakarta: FDK IAIN Yogyakarta, 2004), h. 88. 18
Pengembangan program bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas program baik dari sisi kualitatif maupun kuantitatif program tersebut. Peningkatan itu diarahkan untuk menyempurnakan program yang telah atau sedang dilaksanakan hingga menjadi program baru yang lebih baik.
2. Tahap Pengembangan Program Model pengembangan program berarti suatu gambaran atau sketsa yang disederhanakan sehingga melalui itu dapat dengan mudah dipelajari dan dimengerti. Model yang dikembangkan dengan cermat dan berhati-hati dapat merupakan sumbangan besar bagi perencana dalam mendesain dan melaksanakan suatu program. Menurut Person, setidaknya terdapat delapan elemen ataupun unsure dalam model pengembangan program. Elemen-elemen disusun dalam bentuk sedemikian rupa sehingga menggambarkan tahap demi tahap pemecahan masalah-masalah sosial itu. Tahap itu kemudian diprosentasikan sebagai bagian dari siklus pengembangan program. Adapun kedelapan tahap pengembangan program itu adalah sebagai berikut: 1) pengumpulan data ataupun fakta, 2) analisis situasi, 3) identifikasi masalah, 4) penentuan tujuan, 5) pengembangan rencana kerja, 6) pelaksanaan rencana kerja, 7) penentuan kemajuan, 8) rekonsederasi.19 Kedelapan tahap pengembangan program tersebut dikelompokkan lagi menjadi dua fase utama: fase pertama disebut sebagai fase perencanaan program, yang terdiri dari tahap pengumpulan fakta, analisis situasi, identifikasi masalah,
19
Ibid., h. 95.
dan penentuan tujuan. Sedangkan yang kedua disebut dengan pelaksanaan program yang terdiri dari tahap pengembangan rencana kerja, pelaksanaan rencana kerja, dan penentu kemajuan. Tahap rekomendasi terdapat pula dikedua fase tersebut, yang mengarah pada tahap pengumpulan fakta, sehingga menjadi awal bagi suatu proses pengembangan program yang baru lagi.20
Gambar.1 Tahap Pengembangan Program Evaluasi
Pengembangan Rencana Kerja
Penentuan Tujuan
Perumusan Masalah
Perencanaan Program
Pelaksanaan Program
Pelaksanaan Rencana Kerja
Analisis Situasi Penentuan Kemajuan
Pengumpulan Data
Evaluasi
Dari gambar di atas memperlihatkan bahwa tahapan pengembangan program itu berlaku secara siklus, mulai dari evaluasi kemudian melakukan
20
Ibid.
pengembangan rencana kerja atau program, pelaksanaan, penentuan kemajuan, yang itu merupakan hasil dari identifikasi persoalan atau pengumpulan data-data dari lapangan. Tahapan ini akan terus berjalan seperti ini, sehingga menghasilkan program yang tepat. Bagi siapapun atau lembaga manapun yang akan mengembangkan programnya, hendaknya mengikuti tahapan-tahapan yang berlaku selama ini. Selain sudah cukup teruji dari aksesibilitas penggunaannya, juga dipastikan program yang akan dirumuskan hingga yang akan dilaksanakan dapat mencapai hasil yang baik. Dalam pengembangan program, identifikasi masalah atau potensi yang dimiliki menempati posisi yang sangat penting, karena akan menjadi tolak ukur dari keberhasilan program tersebut. Betapa tidak, program tertentu akan dirasakan tepat sasaran dan memiliki kegunaan yang tinggi dalam prospeknya akan ditentukan pada tahap awal perumusan program tersebut. Dalam tahap ini pun faktor penguasaan atas masalah dan kecukupan data dari lapangan akan memungkinkan dapat merumuskan program yang tepat. Kedelapan tahap diikuti dalam struktur seperti yang telah tersusun di atas. Karena satu dengan lainnya saling mendukung, bila satu tahap tidak atau dilaksanakan kurang maksimal, maka niscaya pengembangan program itu tidak akan berjalan dengan baik. Karenanya perlu dipraktikan secara runtut dan disiplin, bila menghendaki rumusan program yang unggul. Sementara itu, tahap yang terakhir atau rekonsederasi, meski dalam susunannya berada di posisi paling terakhir, namun dalam kenyataanya ia lebih
bersifat elastis artinya, ia memungkinkan ada di tahap akhir, tapi ia juga memungkinkan di awal, atau bahkan di pertengahan. Karena tahap rekonsederasi atau tahap mempertimbangkan kembali terhadap keputusan dimungkinkan terjadi di awal, tengah, dan akhir. Ia bisa saja terjadi di tengah ketika program sudah terumuskan berdasarkan hasil pengumpulan data dan identifikasi masalah, ternyata dipertimbangkan kembali kurang tepat, sehingga memungkinkan program itu diubah dalam perumusan yang lebih baru lagi.21 Sementara itu, terdapat rumusan lain dari Sondang P. Siagian dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia yang menyebutkan bahwa secara umum terdapat 7 langkah pengembangan yang dapat dilakukan agar proses tersebut berjalan lancar. Adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Kebutuhan Yaitu
menganalisis
kebutuhan
dan
perlunya
diselenggarakan
pengembangan. Identifikasi kebutuhan ini dilakukan terhadap intern organisasi secara keseluruhan dan terhadap pegawai untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan serta analisis terhadap pengembangan dan perubahan zaman. Selanjutnya, analisis tersebut harus dipenuhi dan dihasilkan dari proses pengembangan. 2. Penentuan sasaran Yaitu target yang ingin dicapai baik oleh organisasi maupun oleh individu. Penentuan sasaran berguna setidaknya dalam dua hal. Pertama, sebagai tolak ukur kelak untuk menentukan berhasil atau tidaknya proses
21
Ibid.
pengembangan. Kedua, sebagai acuan dalam menentukan langkah selanjutnya seperti isi program dan metode pengembangan yang akan digunakan. 3. Penetapan isi program Berdasarkan
analisis
kebutuhan
dan
sasaran
maka
ditentukan
program/aktifitas atau kebijakan yang tepat untuk menjawab kebutuhan tersebut dan yang sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. 4. Identifikasi prinsip-prinsip belajar Pengembangan dan pelatihan merupakan transformasi pengetahuan dan keterampilan serta adanya perubahan sikap. Proses itu membutuhkan metode yang tepat dalam pelaksanaannya agar pengembangan ini betulbetul mengenai sasaran. 5. Pelaksanaan program Pada saat inilah serentetan program yang telah direncanakan dilaksanakan. 6. Identifikasi manfaat Menentukan apakah manfaat yang diperoleh dari serangkaian pelaksanaan program pengembangan tersebut. 7. Penilaian pelaksanaan program Menilai pelaksanaan pengembangan baik dari segi teknis maupun nonteknis. Penilaian ini diperlukan untuk menilai apakah pelaksanaan pengembangan ini sudah maksimal atau belum yang kemudian menjadi catatan untuk pelaksanaan pengembangan berikutnya. Penilaian juga
penting untuk menilai apakah ada perubahan atau peningkatan kemampuan peserta didik dalam hal pengetahuan atau keterampilan. 22 Sedangkan Drs. H. Malayu S.P Hasibuan menyebutkan beberapa langkah pengembangan yaitu, penentuan sasaran, penentuan kurikulum, sarana, peserta, pelatih, dan pelaksana:23
Meski
berbeda
dari
berbagai
ahli
dalam
memberikan tahapan pengembangan program, namun mereka sepakat bahwa pengembangan program adalah suatu proses yang meniscayakan adanya tahapantahapan yang dilalui. Ia bukanlah suatu langkah yang instant, melainkan proses yang cukup panjang dan itu harus dilalui oleh siapapun yang hendak menghasilkan program yang tepat.
B. Dakwah 1. Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata Dakwah berasal dari bahasa arab yaitu:
ُْْ َ – ََد Artinya: Menyeru, memanggil, mengajak, menjamu. Secara khusus kata dakwah digunakan untuk menjelaskan setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak atau memanggil orang untuk beriman, bertakwa dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari’ah dan akhlaq islamiyah.
13 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) h.185 14 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), cet. ke-11, h.76
Dakwah dalam hal ini dapat ditemui pada ayat Al-Qur’an, di antaranya Q.S. Ali Imran ayat 104:
ََ ُْوفِ وَیَ*َْْن2ِْ3 َُُْون0َ اَِْْ وَی.ََِ)ُْ ِ*ْ)ُْ أُ ٌ یَ'ْ"ُنَ إ$َْو . َُن7ُِْ2َْ هُُ ا4ِ5َُ*ْ)َِ وَأُو2ْ"َِ ا Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Sementara pengertian dakwah secara istilah banyak pakar yang menjelaskan tentang konsep tersebut. Berikut ini penulis memasukan sejumlah pendapat para pakar tentang konsepsi dakwah, antara lain: a. Menurut M. Quraisy Shihab, Seruan atau ajakan menuju pada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat”24 b. Menurut Toha Yahya Oemar, Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat”25 c. Menurut H.S.M. Nasarudin Latif yang dikutip oleh Abdul Rosyad Saleh, dakwah sebagai setiap usaha atau aktifitas dengan lisan dan tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil
24
h.194
25
Quraisy Shihab, Membumikan Al-qur’an, (Jakarta: Mizan,1999) Cet ke-19, Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Mizan, 1971), h.1
manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’ah serta akhlak islamiyah”26 d. Menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip oleh Asmuni Syukir, dakwah ialah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan yang baik pula” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah itu merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktifitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang dilakukan tersebut berupa mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT, amar ma’ruf nahi munkar dan bertujuan untuk menciptakan umat-umat terbaik.
2. Metode Dakwah Di dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu cara dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Metode berasal dari kata Yunani methodos, me = sesudah, thodos = jalan. Maksudnya, suatu cara yang bisa ditempuh, juga diartikan suatu cara atau prosedur, terutama yang disusun secara sistematika atau suatu tujuan, rencana, sistem dan tata fikir manusia. Dengan demikian maka jelaslah metode adalah: merupakan suatu disiplin yang diciptakan manusia untuk mencapai sasaran tertentu. Dengan kata lain pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu
26
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1997) Cet ke-1, h.9
pandangan human oriented menempatkan yang mulia atas diri manusia.27 a. Dakwah Bi al-Lisan Metode dakwah Bi al-Lisan adalah: merupakan salah satu cara di dalam penyampaian pesan-pesan dakwah dengan menggunakan lisan, atau dikenal juga dengan istilah metode ceramah. Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, sambutan, mengajar dan sebagainya. Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang dipergunakan oleh da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalah-Nya. Dengan demikian metode dakwah Bi al-Lisan merupakan ilmu yang membicarakan tentang cara-cara berbicara di depan massa (orang banyak), dengan tutur kata yang baik agar mampu mempengaruhi para pendengar untuk mengikuti faham ajaran yang dipeluknya. Oleh karena itu antara metode ceramah dengan metode dakwah Bi al-Lisan tidak ada perbedaan yang prisinpil namun hanyalah perbedaan istilah belaka (synonim). b. Metode dakwah Bi al-Qolam Suatu cara atau retorika di dalam penyampaian isi dakwah dengan cara melalui qalam (tulisan). Dalam hal ini dapat dicontohkan melalui 27
h.43
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997),
media cetak (surat kabar dan majalah). Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dahadapkan kepada perkembangan dan kemajuan tehnologi komunikasi yang semakin canggih memerlukan suatu adaptasi terhadap kemajuan ini, artinya dakwah dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan mad’u. atau dengan bahasa lain dakwah yang demikian merupakan dakwah yang komunikatif. 28 Pada dasarnya dalam islam faktor tulisan dan tulis menulis merupakan media awal yang sama usianya dengan media tatap muka. c. Dakwah Bi al-Haal Dakwah Bi al-Haal adalah suatu istilah yang terdiri dari dua kata yang digabungkan yaitu kata Dakwah dan kata Haal yang berarti berubah, haal berarti hal-ikhwal. Haal bisa juga berarti perpindahan, gerakan (bergerak), berarti menunjukkan keadaan (hal keadaan).29 Setelah diketahui pengertian hal tersebut, maka dengan demikian dapat dirumuskan dalam dua kata yaitu, dakwah dan Haal. Kata Bi al-Haal berarti menunjukkan suatu keadaan atau tundakan, sedangkan dakwah secara umum mengandung arti suatu usaha untuk merubah dan memperbaiki keadaan yang kurang baik ke arah yang lebih baik, dalam kaitan ini, dakwah Bi al-Haal sebagai uraian dalam upaya 28
dakwah
dengan
menggunakan
metode
praktis
dalam
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Tehnik dan Leadersip, (Bandung: CV Diponegoro,1986), h.47-48 29 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan penterjemah AlQur’an,1973), h.111
menjalankan dan mempraktekkan ajaran agama itu sendiri. Secara umum pengertian dakwah Bi al-Haal adalah segala gerak amal perbuatan dalam berinteraksi terhadap sesama manusia, alam dan lingkungannya, baik perbuatan itu berupa ibadah, akhlak maupun muamalah yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam untuk mencapai keridhoan Allah. Pengertian dakwah Bi al-Haal secara luas adalah seluruh kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan suatu lingkungan masyarakat.30
3. Unsur-Unsur Dakwah Dakwah dalam artian mengajak manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada Agama Islam, sudah barang tentu memiliki komponenkomponen di dalamnya yang satu dengan dengan yang lainnya saling terkait. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah: Da’i, mad’u, metode, media dan materi. Yang kesemuanya itu memiliki kedudukan masing-masing. 1. Da’i, atau Pendakwah Di Indonesia, para da’i juga dikenal dengan sebutan lain seperti muballigh, ustadz, tuan, guru dan sebagainya. Hal ini di dasarkan atas tugas dan eksistensinya sama seperti da’i. padahal hakekatnya tiap-tiap sebutan itu memiliki kharisma dan keilmuan yang berbeda-beda dalam 30
Hussein As-segaf, Pembangunan Nasional Dakwah Bil-Haal, (Mimbar Ulama,No.xv/159), h.66
pemahaman masyarakat Islam di Indonesia. Munculnya beberapa istilah di atas pada umumnya juga di kaitkan dengan kapasitas para da’i itu sendiri. Hal ini tergantung dengan wacana keilmuan yang di peroleh, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda.31 2. Mad’u Manusia yang menjadi audiens yang akan diajak secara kaffah, mereka bersifat heterogen, dari sudut ideology, misalnya atheis, animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga muslim, tetapi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan dan seterusnya.32 3. Metode Masalah yang di dakwahkan dalam Al-Islam adalah masalah teramat agung dan mulia. Islam tidak memerintahkan pengikutnya dengan perkara-perkara
kehidupan
remeh,
namun
Islam
mewajibkan
pemeluknya untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah. Oleh sebab itu metode merupakan hal yang penting bagi da’i di dalam menyampaikan pesan dakwahnya.33 4. Media Setelah da’i menetapkan metode, mediapun sangat diperlukan untuk menunjang terlaksananya pesan dakwah. Penggunaan media yang tepat
31
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000), h.24 32 33
Ibid., h. 33 Ibid., h. 36
akan mempengaruhi pula hasil yang akan dicapai.34 5. Materi Pemilihan dan penetapan materi dakwah merupakan hal terpenting di dalam menyampaikan isi pesan dakwah. Dalam hal ini da’i di tuntut harus cermat di dalam pemilihan materi itu, mengingat keragaman mad’u yang berada di sekitar kita.35 Sedangkan kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata dasar da’a yang berarti menyeru, mengajak, memanggil. Dan kata da’wah merupakan mashdar dari kata da’a tersebut. Dengan demikian, kata dakwah dapat diartikan sebagai seruan, ajakan atau panggilan.36 Dakwah berarti suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman hidup sebagai hasil dari pesan yang disampaikan kepadanya dengan atau tanpa adanya unsur paksaan.37
C. Pengembangan Program Dakwah 1. Pengertian Pengembangan Program Dakwah
34
Ibid., h. 38 Ibid., h. 41 36 M. Yunan Nasution, Pokok-pokok Dakwah_ dalam Brosur Serial Media Dakwah, (Jakarta: DDI), edisi 28, tt., h.11 5 H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. ke-11, h.6 35
Dari pengertian di atas tampak bahwa pengembangan program dakwah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan, merealisasikan, dan meningkatkan suatu rencana-rencana dakwah yang telah terumuskan sejak awal. Pengembangan program dakwah merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis, terencana, terukur, dilakukan dalam kondisi yang penuh sadar guna menuju cita-cita terlaksananya program itu secara baik dan tepat. Ukuran suatu program dapat disebut sebagai program dakwah dikarenakan didalam program tersebut adanya suatu kegiatan mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kepada kejahatan. Mengacu kepada deksripsi pada subbab di atas yang membahas tentang bentuk-bentuk dakwah, maka program dakwah pun dapat mengambil bentuknya yang sangat beragam atau variatif. Ia dapat mengambil bentuk ceramah di atas mimbar, di radio, televisi, handphone, internet, atau bahkan menulis di koran. Pilihan tempatnya bisa sangat beragam seperti di masjid, rumah, sekolah, atau bahkan di tengah-tengah masyarakat. Detail programnya bisa diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan hari-hari besar agama Islam (PHBI) atau perlombaan musik-musik islami. Bentuk yang paling kongkrit yang biasa dilakukan adalah pengembangan program dakwah di sekolah. Program dakwah di sekolah umumnya meliputi: 1. Penyambutan siswa baru. Program ini khusus diadakan untuk penyambutan adik-adik yang menjadi siswa baru. Target program ini adalah mengenalkan siswa baru dengan berbagai
kegiatan dakwah sekolah, para pengurus, dan alumninya. Dari sini kita sudah mulai sigap melihat calon-calon kader yang potensial dari kalangan siswa baru. 2. Ceramah Umum/Tabligh Ceramah umum adalah salah satu program yang popular bagi penyebaran fikrah islamiyah secara masal di kalangan siswa, guru-guru, dan karyawan. Biasanya ceramah umum/tabligh ini diadakan dalam rangka menyambut moment-moment tertentu, seperti Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Inilah salah satu wahana formal terbesar yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk penyebaran fikrah islamiyah. 3. Penyuluhan Problematika Remaja Saat ini penyuluhan problematika remaja seperti narkoba, tawuran, dan seks bebas mendapat perhatian besar dari seluruh elemen masyarakat. Program seperti ini juga menarik minat para siswa karena permasalahan seperti ini sangat dekat dengan kehidupan mereka dan dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka secara positif. 4. Studi Dasar Islam Studi dasar Islam atau lebih sering dikenal sebagai daurah atau pesantren kilat (sanlat) adalah program kajian dasar Islam dalam jangka waktu tertentu antara 2 hingga 5 hari, tergantung dengan situasi dan kondisi. Kegiatan ini dapat diadakan di dalam atau di luar kota dengan lokasi yang tenang, cukup luas, dapat menginap, dan fasilitas memadai. Peserta akan mendapatkan berbagai materi dasar keislaman, problematika umat, dan gambaran solusinya. 5. Rihlah Tafakur (Wisata Penghayatan Alam)
Rihlah tafakur alam bertujuan untuk menyegarkan kembali jiwa yang penat sambil menghayati kebesaran penciptaan Allah dan menguatkan ukhuwah. Program ini biasanya berlangsung 1-2 hari dan diadakan di luar kota, pegunungan/ perbukitan, taman/kebun raya, pantai, dan sebagainya. 6. Olah raga Olah raga dapat menjadi program rutin informal bagi para aktifis dakwah sekolah dan simpatisannya dengan tujuan sebagai tarbiyah jasadiyah (pembinaan fisik), sekaligus menggalang ukhuwah dan solidaritas pengurus. Program olah raga yang bisa dilaksanakan misalnya, pertandingan sepakbola, renang, dan sebagainya. 7. Bazar dan Pameran Bazaar yang dimaksud adalah bazaar buku, majalah, kaset, VCD, stationary, busana, dan berbagai produk islami lainnya. Pameran yang islami dan dapat dilaksanakan antara lain, pameran foto-foto perkembangan dunia Islam dari berbagai zaman dan penjuru dunia, software computer/program. 8. Perlombaan Program perlombaan yang biasanya diikutkan dalam program utama PHBI merupakan wahana menjaring bakat dan minat para siswa di bidang keagamaan, ajang perkenalan (taaruf), silaturahmi, antar kelas yang berbeda, dan siar Islam. Jenis perlombaannya seperti lomba adzan, MTQ, murattal, cerdas cermat, pidato, dan nasyid. Perlombaan harus diciptakan secara kreatif mungkin sehingga mampu menarik dan dapat diikuti oleh banyak kalangan. 9. Majalah Dinding
Majalah dinding memiliki dua fungsi yaitu sebagai wahana informasi keislaman dan pusat informasi kegiatan islam, baik internal sekolah maupun eksternal. Agar efektif, muatan informasi keislaman di majalah dinding itu harus singkat, padat, informative, dan aktual. 10. Bulletin Dakwah dan Penyediaan Majalah/Buku Program ini dimaksudkan agar objek dakwah sekolah senantiasa mendapat supply fikrah, informasi, dan wawasan keislaman (tsaqafah islamiyah) secara terus menerus dan berkala. Pengadaan bulletin ini dapat dibuat sendiri atau cukup membeli dari bulletin-buletin dakwah yang sudah ada di luar lingkungan sekolah. 11. Mentoring Agama Mentoring agama adalah forum pengkajian agama Islam secara lebih mendalam dalam jumlah anggota yang terbatas: 8-12 orang tiap kelompok, dengan pokok bahasan fokus pada masalah akidah, akhlak, dan ibadah. 12. Kursus Membaca Al-Quran Program ini sangat penting mengingat kemampuan membaca Al-Quran merupakan langkah awal pendalaman dan pengakraban Islam lebih lanjut. Belum biasanya siswa membaca Al-Quran akan menghambat motivasi mereka untuk mendalami Islam lebih jauh. 13. Shalat Jumat Berjamaah Apabila sekolah memiliki fasilitas untuk shalat jumat berjamaah di dalam lingkungan sekolah (masjid sekolah), maka jangan sia-siakan untuk mengelolanya dengan penceramah yang berkualitas dan berfikrah baik. Selain itu apabila
memungkinkan hendaknya penceramah digilir antara kepala sekolah, kalangan guru, dan siswa sebagai media latihan tabligh. 14. Rental VCD Islam Saat ini telah berkembang pula puluhan VCD film-film, nasyid, dokumenter, terkait dengan dunia Islam dengan format dan kualitas gambar yang tidak kalah dengan film konvensional. Pengelolaan rental VCD dapat bekerja sama dengan pihak luar sekolah atau pengusaha VCD rental tersebut. 15. Informasi Perguruan Tinggi dan Dunia Kerja Kegiatan ini sangat penting bagi siswa kelas III yang akan hendak lulus. Undanglah para aktifis dakwah sekolah alumni yang berprestasi dan kuliah di kampus-kampus ternama atau bahkan dari perguruan tinggi luar negeri. 16. Pelatihan keterampilan Pemberian keterampilan baik individu atau kolektif bagi setiap aktifis dakwah penting dilakukan. Keterampilan itu meliputi keterampilan dakwah fardiyah, manajemen waktu, seni dialog, seni orasi, leadership, dan sebagainya. Keterampilan kolektif seperti keterampilan manajemen operasional, manajemen konferensi, manajemen strategi, team work, dan sebagainya. 17. Pengajian Guru Pengajian guru dapat diadakan dengan pendekatan siswa, alumni, dan guru aktifis dakwah seklolah termasuk guru agama Islam. Dalam jangka panjang, program seperti ini diharapkan memiliki manajemn yang terpisah dan dikelola oleh internal guru sendiri sehinga lebih alamiah dan permanent. 18. Aksi untuk Dunia Islam
Informasi dunia Islam hendaknya selalu disampaikan kepada segenap siswa dan khususnya bagi para aktifis dakwah dan simpatisannya. Kegiatan ini sangat baik bagi penerapan kematangan fikrah, semangat (hamasah), dan kesadaran politik. 38
Pengembangan program dakwah merupakan usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan program atau aktifitas dakwah agar lebih bervariasi dan berdaya guna dalam mewujudkan tujuan dakwah. Program dakwah perlu dikembangkan untuk memberikan alternatif kepada para da’i dalam menjalankan tugas dakwahnya. Program dakwah yang bervariasi juga diperlukan agar mad’u tidak jemu dan bosan terhadap program dakwah yang monoton saja. Selain itu, pengembangan juga dilakukan agar
berdaya
guna dalam
menciptakan
kemaslahatan umat dan menyebarkan rahmat.
2. Tahapan Pengembangan Program Dakwah Bertolak dari pemahaman tersebut di atas, maka jelas bahwa langkah pengembangan program dakwah pun tidak luput dari tahapan yang harus dilalui dalam penerapan penyebaran ajaran Islam melalui dakwah. Keputusan ini penting agar menghasilkan dakwah yang efektif. Program-program dakwah itu hanya akan menjadi rumusan perencanaan di atas kertas bila tidak mampu direalisasikan dalam bentuk yang konkret. Tidak hanya itu, dalam pelaksanaannya pun bila realisasinya tidak didasarkan pada rancangan dan tahapan yang tepat, niscaya realisasi programnya tidak akan 38
Koesmarwanti Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo: Era Intermedia, 2002), h. 142-155.
memadai. Untuk itu mutlak pengembangan program dakwah itu dalam penerapannya mengikuti sejumlah tahapan pengembangan program yang secara baku dalam disiplin ilmu manajemen. Dalam subbab sebelumnya ditegaskan bahwa terdapat banyak ahli yang mengemukakan konsep tahapan pengembangan sebuah program, tentunya agar menghasilkan sebuah program yang sesuai dengan perencanaan awal. Dalam hal ini penulis melihat bahwa tahapan pengembangan program tidak jauh bedanya dengan tahapan program pada umumnya dengan mengikuti sejumlah langkah. Sementara itu, terdapat rumusan lain dari Sondang P. Siagian dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia yang menyebutkan bahwa secara umum terdapat 7 langkah pengembangan yang dapat dilakukan agar proses tersebut berjalan lancar. Adalah sebagai berikut:39 Penentuan Kebutuhan, Penentuan sasaran, penetapan isi program, identifikasi prinsip-prinsip belajar, pelaksanaan program, identifikasi manfaat, dan penilaian pelaksanaan program.40 Dalam konteks ini dimaksudkan dengan tahapan pengembangan program dakwah. 1. Penentuan Kebutuhan Program Dakwah Dalam tahap pertama ini, pengembangan program dakwah diawali dengan penentuan kebutuhan dilakukannya pengembangan dakwah tersebut. Di dalamnya dilakukan identifikasi kebutuhan dari sisi masyarakat, pendengar atau mad’u yang akan menjadi objek sasaran dari program
39
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) h.185 40 Ibid.
dakwah tersebut. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah hal apa yang sedang ditunggu-tunggu masyarakat ketika mereka menghadapi problem sosial. Kebutuhan itu bisa berwujud keingintahuan masyarakat terhadap isu tertentu terkait dengan masalah akidah Islam, atau kebutuhan terhadap siraman dan materi rohani yang lebih bersifat konkret. Dalam konteks ini konteks kebutuhan dakwah dilihat bukan dari sisi da’i atau penceramah, melainkan dari sisi masyarakat. Sehingga dalam hal ini da’i tidak bisa seenaknya membawakan materi sekehendaknya atau karena motivasi kebutuhannya. Melainkan harus selalu disesuaikan dengan kondisi kebutuhan masyarakat. Bila tahapan ini tidak dilakukan kemungkinan dakwah itu berjalan tidak efektif.
2. Penentuan Sasaran Program Dakwah Setelah tahapan pertama dilalui dan diketahui berbagai kebutuhan di masyarakat terkait dengan problem keagamaan, maka tahapan berikutnya adalah menentukan sasaran atau masyarakat yang akan menjadi objek dakwah. Mengingat masyarakat sangat beragam, maka memerlukan cara dan pendekatan yang beragam pula. Untuk itu agar program dakwah itu dapat fokus, menentukan sasaran mutlak. Apakah program ini akan ditujukkan kepada jamaah dari kelompok majelis taklim ibu-ibu, apakah bapak-bapak, apakah jamaah anak-anak, terpelajar, atau kelompok masyarakat yang sedang menghadapi problem sosial. Pengembangan program dakwah harus ditentukan siapa atau kelompok mana yang akan
menjadi target sasarannya. Siapa atau daerah mana yang akan menjadi lokasi penyebaran dakwah tersebut. Penentuan sasaran ini sangat ditentukan oleh hasil identifikasi kebutuhan pada tahap pertama. Artinya tahapan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam penentuan objek sasarannya. Bila tidak, program dakwah pun dipastikan tidak akan berjalan dengan lancar.
3. Penetapan Isi Program Dakwah Berdasarkan
kedua
tahapan
sebelumnya,
maka
ditentukan
program/aktifitas yang tepat untuk menjawab kebutuhan tersebut dan yang sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Program atau aktifitas yang dimaksud adalah jenis atau bentuk penyebaran Islam yang seperti apa yang akan diterapkan. Apakah dengan cara berpidato di atas mimbar, membuat organisasi dakwah Islam, atau melakukan aktifitas bersama dengan masyarakat secara langsung membantu mengatasi problem di masyarakat. Untuk yang terakhir ini sering disebut dengan dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan nyata. Konkretnya bisa dilakukan melalui penyelenggaraan hari-hari besar keagamaan dan bisa dalam bentuk rihlah atau penyelenggaraan wisata rohani bersama jamaah.
4. Identifikasi Prinsip-Prinsip Penyebaran Dakwah
Setelah diketahui bentuk atau jenis kegiatan dakwah yang seperti apa kemungkinan dilakukan, tahapan berikutnya adalah mengidentifikasi atau mengenali berbagai prinsip penyebaran dakwah. Prinsip seperti pengembangan dan pelatihan yang merupakan transformasi pengetahuan dan keterampilan dalam berdakwah adalah hasil identifikasi dari prinsip penyebaran dakwah. Proses itu membutuhkan metode yang tepat dalam pelaksanaannya agar pengembangan ini betul-betul mengenai sasaran.
5. Pelaksanaan Program Dakwah Setelah keempat tahapan sebelumnya dilalui, berikutnya adalah mulai melaksanakan program dakwah tersebut dalam bentuk yang lebih konkret. Pada tahapan ini adalah untuk membuktikan dan akan menjadi ukuran bagi suatu perencanaan tertentu tepat atau tidak. Pada tahapan inilah, pihak penyebar agama Islam atau da’i sudah mulai langsung berhubungan dengan mad’u melalui berbagai kegiatan dakwahnya.
6. Identifikasi Manfaat Program Dakwah Da’i
tidak
hanya
cukup
merumuskan
rencana
dan
kemudian
merealisasikannya dalam bentuk kegiatan dakwah Islam, tapi penting juga langkah da’i untuk mengetahui atau mengukur manfaat dari program yang telah dan sedang dilaksanakan tersebut bagi masyarakat. Dalam konteks ini da’i dituntut secara kritis menilai manfaat yang telah dilakukannya.
Dalam konteks ini pun dituntut secara professional da’i dalam menilai manfaat program yang dikembangkannya. Pertanyaan yang penting dimunculkan dalam tahapan ini adalah sejauh mana manfaat yang dapat dirasakan oleh mad’u. Dan manfaat apa saja yang dapat dirasakan oleh mereka.
7. Penilaian Pelaksanaan Program Dakwah Menilai pelaksanaan pengembangan program dakwah baik dari segi teknis maupun nonteknis. Pada tahapan ini pun menjadi semacam evaluasi terhadap realisasi program yang telah dilaksanakan. Penilaian atau evaluasi dalam konteks ini tidak hanya dilakukan dari sisi daya pengaruh program tersebut terhadap masyarakat, tapi juga harus dinilai dari tahapan sebelumnya. Artinya tahapan identifikasi kebutuhan dari pengembangan program dakwah pertama kali, identifikasi target sasaran, hingga pelaksanaan kegiatan, mutlak dilihat, dinilai, dan diukur, agar mengetahui tingkat keberhasilan dan ketepatan program tersebut. Langkah atau tahapan ini mutlak terus dilakukan sebagai pengontrol dan pengawasan terhadap program sehingga menghasilkan program yang lebih baik. Dalam pemahaman yang tidak jauh berbeda, terdapat langkah yang juga dapat dilaksanakan bagi seorang da’i dalam pengembangan program dakwahnya. Berikut ini langkah-langkah yang harus dilalui bagi seorang da’i agar dapat menghasilkan program dakwah yang tepat: a. Menentukan dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam dakwah,
sesuai dengan latar belakang dan kondisi masyarakat yang dibina. b. Mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk berdakwah. c. Menetapkan tahap-tahap penyajian materi dakwah. d. Merumuskan bagaimana melaksanakan kegiatan tersebut secara baik. e. Mengevaluasi setiap kegiatan dakwah yang dilaksanakan. f. Mengadakan penyempurnaan dan perbaikan untuk kegiatan dakwah selanjutnya.41 Dalam menyusun rencana dakwah itu, seorang da’i perlu melakukan beberapa langkah, di antaranya: a. Membuat jadwal kegiatan dakwah (mingguan, bulanan, dan tahunan) b. Rencana disusun berdasarkan tujuan yang jelas dan disesuaikan dengan kondisi jamaah yang akan diberi dakwah. c. Rencana harus realitisits, sederhana, dan dapat dilaksanakan. d. Disusun dan disajikan secara sistematis (jelas rincian dan uraiannya) e. Fleksibel (dapat disesuaikan dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi) f. Hemat biaya, tenaga, dan waktu.42 Dalam melaksanakan kgiatan dakwah tersebut, seorang da’i hendaklah: a. Memiliki buku catatan harian dan jadwal kegiatan. b. materi/silabus dakwah. c. Menjadi anggota organisasi profesi da’i atau mubalighat. d. Menjalin kerja sama dan hubungan baik dengan sesama da’i atau
41
Musdah Mulia, Pedoman Dakwah Muballighat Menuju Masyarakat Madani, (Jakarta: DPP Korps Wanita MDI dan The Asia Foundation, 2000), h. 48. 42 Ibid., h. 49.
mubalighat.43
3. Indikator Pengembangan Program Dakwah Secara umum, sebuah program dapat dinilai berkembang atau tidak bisa dilihat dari sejumlah indikator. Pertama, berjalan atau berkembangnya program bisa dilihat dari sisi ketaatan pihak manajerial atau perencana terhadap tahapantahapan yang telah ditetapkan. Kedua, dari sisi hasil atau target yang hendak dicapai. Artinya target dan tujuan yang akan dicapai menjadi indikator penting penilaian sebuah program itu berkembang dengan baik atau tidak. Dalam konteks ini, dapat dengan mudah bisa dilihat pengembangan program dakwah itu telah berjalan atau belum, dari sisi tahapan-tahapan yang telah ditetapkan. Mulai dari identifikasi kebutuhan mad’u, penetapan sasaran dakwah, penetapan rencana kegiatan dakwah, dan pelaksanaan kegiatan dakwah di masyarakat. Selain itu penilaian pengembangan program dakwah berjalan atau tidak bisa dilihat dari hasil atau manfaat yang ditimbulkan program dakwah tersebut. Sudahkah masyarakat atau pendengar merasakan manfaat dari penyebaran dakwahnya. Bila sudah berarti itu merupakan indikator nyata sebuah program telah berjalan dengan baik. Dalam konteks perencanaan, indikatornya bila dilihat dari sisi kemampuan da’i atau penceramah dalam membuat jadwal kegiatan, menyusun rencana yang
43
Ibid.
realistis, sederhana, dan mudah dilaksanakan, dalam menyusun program yang secara sistematis, fleksibel, dan hemat biaya.44
BAB III GAMBARAN UMUM SMK ISLAM ASSA’ADATUL ABADIYAH TANJUNG DUREN SELATAN JAKARTA BARAT A. Sejarah Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah merupakan satu unit kerja yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Islam Assa’adatul Abadiyah. Yayasan ini telah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu. Berdiri sesuai dengan akte Nomor. 26 tertanggal 20 Juni 1974. 45 Pada awalnya, dari para pendiri belum terpikir untuk melebarkan sayap pendidikan sehingga membuka program SMK. Awalnya pengajaran hanya berpusat pada pendidikan pesantren. Pendidikan dalam pesantren tentu saja lebih mendasarkan pada pengajian dan pengajaran ilmu-ilmu agama. Sejak awal pendiriannya, kehadiran Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Islam Assa’adatul Abadiyah mendapat sambutan yang sangat hangat dari masyarakat. Sebelum adanya yayasan sejenis, Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Islam Assa’adatul Abadiyah sangat berperan penting dalam proses
44 45
Ibid. AD-ART, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Jakarta Barat
pengajaran dan pendidikan agama Islam di Jakarta, terutama di daerah Jakarta Barat.. Dalam sejarahnya, menurut penuturan kepala sekolah SMK Assa’adatul Abadiyah, setiap alumni yang merupakan lulusan dari pesantren ini sangat disegani masyarakat. Dengan keilmuan yang diajarkan, dan dimiliki oleh para murid, mereka mendapat hati istimewa di masyarakat. Dalam perkembangan zaman, pada akhirnya banyak yayasan dan sekolah, serta pesantren yang berkembang. Pada saat itu pun perkembangan pendidikan ajaran Islam dan dakwah Islam tersebar secara luas. Kondisi ini menjadikan Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Islam Assa’adatul Abadiyah ini tidak sendiri dalam memperjuangkan cita-cita Islam. Kini memiliki partner dan kerja sama. Terkait dengan perubahan zaman dan pengetahuan yang begitu cepat, disadari betul oleh para pendiri yayasan. Untuk itu, mereka berpikir bagaimana yayasan ini juga mampu terus menjawab seluruh tantangan zaman. Dibukanya sekolah-sekolah umum menjadikan peluang sekaligus tantangan baru bagi pesantren. Selain menjadi partner dalam pendidikan, sekolah-sekolah umum itu juga menjadi sumber inspirasi bagi para pendiri yayasan untuk melebarkan sayap pendidikan dalam program yang lebih kompatibel dan sesuai dengan kebutuhan zaman saat itu. Selain itu, cita-cita dari para pendiri untuk mencetak para kader Islam yang mampu menjawab berbagai tantangan zaman, menjadi pertimbangan kuat dibuka sekolah yang berbasis pada keilmuan umum. Kepala sekolah mengatakan
bahwa pihaknya menginginkan alumni dan siswa itu tidak hanya menguasai pengajaran atau pendidikan agama Islam, tapi juga mereka mengetahui dan paham tentang ilmu-ilmu umum. Bukan hanya itu, mereka yang paham dan mengetahui ilmu umum, harus memiliki integritas secara akhlak dan moral, sehingga mereka dapat bergaul mengaplikasikan kemampuan di masyarakat dengan baik. Berdasarkan pertimbangan itulah kemudian pimpinan mendirikan dan membuka sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Tepat pada tahun 1984 sekolah itu dibuka. Dengan berbagai keterbatasannya waktu itu, pihak yayasan dan sekolah terus memperbaiki dan mengembangkan sehingga mampu menghasilkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan nasional. Cita-cita bukan hanya diakui status sekolah ini, tapi juga menjadikan sekolah ini setara dengan sekolah negeri pada umumnya. Cita-cita itu terealisir dengan keluarnya penilaian akreditasi dari dinas pendidikan dengan nilai A. Yang dibuka bukan hanya SMK, melainkan juga dibuka tingkat SLTP dan Madrasah Tsanawiyah. Dalam mempersiapkan peserta didik, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah menekankan penguasaan meteri yang menjadi modal dasar bagi kemampuan siswa untuk menguasai dan terampil bekerja sesuai kebutuhan bursa kerja. Disamping itu juga memberi bekal untuk hidup mandiri dengan berwirausaha, mampu membuka lapangan kerja sendiri. Kesemuanya diikuti dengan penanaman nilai-nilai keagamaan, sikap kedisiplinan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan kasih sayang pada sesama serta dikembangkannya nilai-nilai demokratis. Dengan demikian diharapkan terwujudnya manusia indonesia baru yang bermartabat, mandiri dan beriman.
B. Letak Geografis Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah terletak di Jalan Tanjung Duren Dalam IV/25. Tepatnya sekolah ini berada di Kelurahan Tanjung Duren Selatan Kecamatan Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta. SMK Islam Assa’adatul Abadiyah merupakan satu di antara banyak sekolah yang dibuka di daerah Jakarta Barat. Hanya saja, sekolah ini memiliki keistimewaan sendiri dibanding sekolah lainnya karena ciri keislamannya. Secara geografis, sekolah ini berada di pusat kota. Lokasinya yang berdekatan dengan pusat keramaian menjadikan sekolah ini mudah ditempuh dengan tersedianya angkutan umum dari setiap penjuru. Selain itu, ketersediaan angkutan umum yang tersedia 24 jam memungkinkan masyarakat mudah untuk menjangkaunnya. Meski terletak di pusat kota, sekolah ini cukup kondusif bagi proses pendidikan dan pengajaran. Hal ini disebabkan karena ia tidak langsung berdekatan dengan jalan raya yang biasanya membuat bising dan mengganggu proses belajar. Dari jalan utama, pengunjung atau siswa diharuskan menempuh jalan sekitar kurang lebih 50 meter. Melalui gang yang disediakan secara sengaja pihak sekolah, pengunjung akan secara leluasa, tanpa khawatir terganggu dalam perjalanannya. Lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau menjadikan sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini menjadi pilihan utama bagi warga daerah Jakarta Barat setelah sekolah-sekolah negeri. Selain sistem pengajarannya yang tepat dan sesuai dengan standar pendidikan nasional, status secara kelembagaan yang
disamakan menjadikan daya tarik tersendiri bagi sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini. C. Visi dan Misi Sekolah 1. Visi SMK Islam Assa’adatul Abadiyah mendidik siswa atau siswinya: “Unggul dalam Budi Pekerti untuk Hidup Mandiri, Bermartabat, dan Berarti”.46 2. Misi a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam secara kafah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap
siswa
meliki
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
dibutuhkannya sesuai perkembangan zaman. c. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. d. Menumbuhkan jiwa wirausaha pada setiap siswa. e. Menumbuhkan semangat disiplin secara intensif
kepada seluruh
warga sekolah. f. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatakan seluruh warga sekolah, dan penentu kebijakan sekolah. YPP Assa’adatul Abadiyah. 3. Tujuan.
46
AD-ART, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Jakarta Barat
“Menjadikan lulusan SMK Islam Assa’adatul Abadiyah yang dapat hidup mandiri, bermartabat dan berarti berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT”. 4. Sasaran. a. Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar dengan supervisi dan pembinaan guru secara intensif. b. Optimalisasi dalam menjalin hubungan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri untuk menumbuhkan citra positif terhadap siswa yang telah lulus dari Sekolah c. Optimalisasi pada kegiatan ekstra kurikuler D. Struktur Organisasi Sekolah Seperti pada umumnya sekolah, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah memiliki struktur sekolah yang tidak jauh berbeda dengan umumnya sekolah. Hanya saja, dikarenakan SMK Islam Assa’adatul Abadiyah yang menjadi lokasi penelitian penulis status kelembagaannya masuk ke dalam yayasan, maka terdapat beberapa perbedaan, seperti di dalamnya terdapat ketua yayasan yang membawahi semuanya. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dapat dilihat sebagai berikut:47 1. Ketua Yayasan Assa’adatul Abadiyah 2. Kepala Sekolah
: Drs. H. Moh. Arief, MM, Mpd.
: Drs. Junaedi
3. Wakil Kepala Sekolah:
47
AD-ART, SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Jakarta Barat
a. Bidang Kurikulum
: Drs. H. Djauhar Mustafa, MM
b. Bidang Kesiswaan
: H. Abdul Rahim, HMI
c. Bidang Humas
: Munadi, S.Pd.
d. Bidang Sarana dan Prasarana
: Siti Khadijah, SE
4. Staf Umum
: 1. Drs. Mujiyo 2. Carwiti, S.Si
5. Pembina Osis: a. Bidang Pengembangan Bakat b. Bidang Kerohanian
: Drs. Suyono : 1. Ust. Anis Alaydrus 2. Ahmad Makawi, S.Ag
c. Bidang Kepramukaan
: Moh. Sidik, S.Pd
d. Bidang Keputrian
: Anna Z. Istiqomah, SE
6. Ketua Jurusan: a. Akuntansi
: Hj. Mardiyah Lubis, SE
b. Sekretaris
: Ahmad Yani, Bc. Hk
c. Penjualan
: M. Yusuf, SE
7. Koordinator Piket: a. Pagi
: Drs. Bachrudin Ardani
b. Siang
: Drs. Karsiman
8. Tata Usaha: a. Administrasi Umum
: Syafei Hendra
b. Administrasi Keuangan
: Imronah, SE
9. Bimbingan dan Konseling
: 1. Drs. Sunardi
2. Dra. Hj. Siti Maryam 3. Dra. Siti Hasanah Purba 10. Penanggung Jawab Laboratorium: a. Laboratorium Mengetik
: Siti Inang Prikasih, S.Pd
b. Laboratorium Komputer
: Prihatna, S.Pd
11. Penanggung Jawab Perpustakaan : Drs. Bachrudin Ardani Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel. 1. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Islam Assa’adatul Abadiyah (YPP Islam AA)
Ketua YPP ISLAM AA Moh Arief
Kepala SMK ISLAM AA Junaedi
Komite Sekolah
TATA USAHA
Waka Bid Kurikulum Jauhar M
Kajur Akuntansi Mardiah Lubis
Waka Bid Kesiswaan ABd Rohman
Kajur Sekretaris A. Yani
Waka Bid Humas Munadi
Kajur Penjualan M. Yusuf
Wali Kelas II
Wali Kelas I
Waka Bid SANPRAS Siti Khodijah
Wali Kelas III
Guru Mata Diklat
E. Keadaan Guru dan Siswa 1. Guru Ketenagaan guru meliputi: guru bidang studi, guru BP, Pembina OSIS, Pembina Gudep, Pembina Rohis, Pembina Keputrian, tenaga administrasi, Pembina dan pelatih kegiatan ekstrakulikuler. petugas keamanan dan pesuruh sekolah. 48 Secara keseluruhan jumlah ketenagaan SMK Islam Assa’adatul Abadiyah sebagai berikut: 1. Staff pengajar 2. Staff administrasi
: 70 orang : 19 orang
3. Pembantu Sekolah
: 4 orang
4. Petugas Keamanan
: 3 orang
5. Pembina Ekskul
: 8 orang
2. Siswa Secara ekonomis, sebagian besar siswa SMK Islam Assa’adatul Abadiyah berasal dari golongan kurang mampu dan secara akademis sebagian besar adalah siswa yang tidak lulus seleksi penerimaan siswa baru pada SMU dan SMK Negeri, dan bahkan ada sebagian yang tidak mengikuti seleksi penerimaan siswa baru SMU dan SMK Negeri karena kecilnya perolehan NEM.
48
Ibu Jamilah S. Ag, Tata Usaha SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, Wawancara pribadi, (12 Maret 2008)
Kondisi ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi sekolah dengan segenap dan pengajarnya untuk secara optimal melaksanakan proses pembelajaran sehingga menghasilkan output yang sebaik-baiknya. Adapun gambaran keadaan siswa berikut ini: Menurut data laporan pertahun 2006/2007, SMK Assa’adatul Abadiyah memiliki siswa sebanyak 1678 yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 627 dan siswa perempuan sebanyak 1051 siswa. Jumlah itu merupakan akumulasi dari siswa tingkat I, II, dan III. Bila dirinci, siswa untuk tingkat I sebanyak 655 siswa, tingkat II sebanyak 467 siswa, dan tingkat III sebanyak 556 siswa. Jumlah di atas belum termasuk siswa untuk SLTP, MTs, dan siswa Paket B yang mencapai 652, terdiri dari 383 untuk siswa perempuan, dan 269 untuk siswa laki-laki. Dari ribuan siswa itu pun dibagi lagi ke dalam tiga bidang keahlian bagi siswa tingka I, dan dua bidang keahlian bagi tingkat II dan III. Tiga bidang keahlian itu adalah Akuntansi, Sekretaris, dan Penjualan. Sementara dua bidang keahlian lainnya adalah Bisnis dan Manajemen.
F. Keadaan Sarana dan Prasarana Dengan jumlah siswa yang banyak dan guru yang banyak pula, aspek sarana dan prasarana sangat mendukung proses pendidikan yang baik. Hal ini tentu saja harus sesuai proporsinya sehingga dapat mendukung program pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan.
Seperti diketahui dari data yang diperoleh penulis bahwa SMK Islam Assa’adatul Abadiyah berdiri di atas tanah seluas 218 meter persegi. Ini merupakan bagian kecil dari seluruh tanah yang dimiliki oleh yayasan yang mencapai 2849 meter persegi. Komposisinya dari luas tanah itu, 724 mater persegi digunakan untuk bangunan. Selain itu, seluas 560 meter persegi digunakan untuk halaman dan taman. Sementara itu, seluas 886 meter persegi digunakan unutk lapangan olahraga. Bukan hanya itu, yayasan ini pun memiliki kebun dengan luas tanah sebesar 270 meter persegi, dan sisanya 380 meter persegi digunakan untuk membangun bangunan yang lain seperti kantin, dan lain sebagainya. Ketersediaan alat dan buku perlengkapan pengajaran milik SMK Islam Assa’adatul Abadiyah cukup memadai. Buku yang menjadi pegangan guru dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah ini terdiri dari: 25 eksemplar buku PPKn, 25 buku pendidikan agama, 19 eksemplar untuk buku bahasa dan sastra Indonesia, 12 eksemplar untuk bahasa Inggris, 24 eksemplar untuk buku sejarah nasional dan umum, 8 eksemplar untuk pendidikan jasmani, dan 20 eksemplar untuk matematika, 12 eksemplar untuk ekonomi, dan muatan local 20 eksemplar, dan 10 eksemplar produktif. Selain itu juga didukung dengan kelengkapan tersediannya alat peraga dan praktek, dan media. Di antaranya tersedia alat praktek untuk bahasa dan sastra Indonesia mencapai 3 unit, 5 unit untuk bahasa Inggris, 4 unit untuk pendidikan jasmani, dan jumlah media masing-masing sama dari ketiga jenis mata pelajaran itu.
Untuk computer sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah memiliki sebanyak 3 unit computer yang biasa digunakan untuk perlengkapan kerja administrasi, dan 80 unit computer untuk perlengkapan kegiatan belajar mengajar.49 Ini didukung oleh 46 ruang kelas yang tersedia yang biasa digunakan untuk belajar sehari-hari, laboratorium computer terdiri dari 2 unit ruangan, ruang perpustakaan 1 unit, ruang serba guna 1 unit, ruang UKS 1 unit, ruang praktek kerja 1 unit, koperasi 1 unit, ruang BP 1 unit, runag kepala sekolah 1 unit, ruang guru 1 unit, ruang TU 1 unit, ruang OSIS 1 unit, kamar mandi guru 2 unit, kamar mandi murid 4 unit, gudang 2 unit, dan masjid 1 unit. . Ditambah lagi ketersediaan sarana dan prasarana olahraga yang cukup memadai, seperti tersedia lapangan basket, lapangan volley, lapangan bulutangkis, lapangan futsal, panjat tebing. Masing-masing tersedia dengan satu unit.
G. Kurikulum Sekolah Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pagi dan siang hari. Pengajaran dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan 12.15 WIB untuk siswa yang sekolah pada pagi hari, dan pukul 12.45 sampai dengan 17.15 WIB untuk siswa yang belajar pada siang hari. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan selama enam hari kerja setiap minggunya dari hari Senin sampai dengan Sabtu. Senin pagi diawali
49
Ibu Jamilah S. Ag, Tata Usaha SMK Islam Assa’adatul Abadiyah,
Wawancara pribadi, (12 Maret 2008)
dengan upacara penaikan bendera merah putih dan Sabtu siang diakhiri dengan upacara penurunan bendera merah putih. Dalam proses belajar mengajar, sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi atau KBK. Kurikulum yang dipakai di sekolah ini menggunakan pendekatan penggabungan pengalaman siswa dengan materi pengajaran sekolah. Langkah ini dipilih agar siswa terampil mengatasi berbagai persoalan di sekelilingnya.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. TEMUAN 1. Bentuk Program Dakwah SMK Assa’adatul Abadiyah Berdasarkan temuan penulis di lapangan, sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah selain memberikan pengajaran keagamaannya yang rutin masuk dalam kurikulum, seperti pendidikan agama Islam, penulis juga menemukan bahwa sekolah itu membuat sejumlah program dakwah yang tidak terintegrasi dengan kurikulum artinya pengajaran itu lebih bersifat ekstra kulikuler. Dalam konteks ini sekolah sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah memberikan porsi yang lebih besar dibanding pengajaran pendidikan umum, seperit bahasa Indonesia, dan materi pelajaran lainnya. Pengajaran dan materi keagamaan mendapat porsi yang lebih besar. Langkah ini tentu saja merupakan upaya untuk membentuk kepribadian siswa yang berakhlakul karimah. Program dakwah yang diberikan selain melalui pengajaran pendidikan agama Islam melalui jam belajar rutin, sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah
ini juga menyelenggarakan program dakwah di luar itu. Di antara program itu adalah sebagai berikut: 50 1. Menggelar setiap kegiatan memperingati peringatan hari-hari besar Islam (PHBI), seperti mauled Nabi, isra’ mi’raj, dan hari besar islam lainnya. 2. Menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat setiap bulan Ramadhan secara regular. 3. Melakukan mentoring dalam bentuk penerapan program dakwah sistem langsung (DSL) yang berlaku di sekolah-sekolah di Jakarta. 4. Selain dari sisi kognitif keagamaan siswa dipenuhi, ternyata dari sisi minat dan bakat siswa pun pada sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah difasilitasi. Kegiatan dakwah melalui seni diperkenalkan melakukan kegiatan seni marawis.
2. Pengembangan Program Dakwah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah Dari berbagai program yang telah dirumuskan oleh pihak sekolah kemudian berusaha untuk dikembangkan. Hal ini agar manfaat dan keguanaan program tersebut dirasakan oleh para siswa secara lebih luas. Program-program itu dikembangkan melalui baik yang dilakukan melalui pengajaran di ruang kelas maupun di luar kelas. Untuk program dakwah mentoring melalui dakwah sistem langsung (DSL) ini dikembangkan melalui pembinaan keagamaan siswa yang terintegrasi antara proses belajar mengajar di masjid, mushalla, dan kegiatan siswa di luar jam tatap muka di kelas. 50
Drs. Junaedi, Kepala Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, Wawancara pribadi, (12 Maret 2008)
Secara ideal, setiap kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-10 orang. Setiap kelompok dipandu oleh seorang mentor atau tutor dari kader pengurus rohani Islam atau Rohis. Pertemuan dilakukan sepekan sekali yang diadakan di masjid/mushalla dapat bekerja sama dengan pengurus masjid. Pertemuan yang diadakan di masjid/mushalla dapat dimulai dengan tadarus al-Quran (bagi kelompok mahir) atau iqra’ (bagi yang belum lancar membaca) diteruskan dengan materi yang sesuai dengan silabus (kurikulum dakwah sistem langsung) yang tersedia dengan pemberian materi kejuruan (program normative, adaftif, dan produktif).
3. Tahapan Pengembangan Program Dakwah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah Dalam pengembangan program dakwah sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah menerapkan sejumlah tahapan yang telah berlaku dan diketahui bersama oleh disiplin ilmu manajemen, yaitu yang tidak terlepas dari perencanaan dan aksi serta kontrol dan pengawasan. Pada tahapan persiapan pihak sekolah bersama guru BP, dan bidang Rohani Islam (Rohis) melakukan pemetaan terhadap berbagai persoalan yang terjadi dan dihadapi oleh para siswa.51 Dari hasil itu diidentifikasi bahwa para siswa umumnya menghadapi persoalan tentang belum menguasainya pengajaran dan pendidikan agama Islam, seperti materi ibadah, belum mengetahui bagaimana caranya berakhlak yang baik sesuai dengan ajaran Islam. 51
Drs. Junaedi, Kepala Sekolah Wawancara pribadi, (12 Maret 2008)
SMK Islam Assa’adatul Abadiyah,
Di samping itu juga diketahui materi kekurangtahuan siswa tentang belajar ibadah yang baik dan tepat mendapati perhatian di antara berbagai permasalahan yang dihadapi para siswa. Selain itu, para siswa juga menghadapi sejumlah persoalan di masyarakat seperti kenakalan remaja, kurang mengetahui tentang bagaimana pacaran dalam Islam, dan berbagai isu dan masalah lainnya yang terjadi di masyarakat yang ingin diketahui oleh para siswa, seperti tentang banyaknya kelompok Islam yang mengaku nabi. Dari langkah itulah kemudian pihak sekolah membuat perencanaan kegiatan program dakwah yang sesuai dengan target penyelesaian persoalan dan tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan seperti penerapan mentoring bagi para siswa oleh guru agama dan oleh rohis serta pembentukan kelompok pengajian dan belajar di luar sekolah menjadi bagian dari program yang dibuat untuk menjawab berbagai persoalan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Bukan hanya itu, pengembangan program dakwah pun dilakukan melalui kegiatan membangun solidaritas bersama di antara para murid dan masyarakat. Menggelar kegiatan peringatan PHBI bersama serta mengadakan kegiatan bakti sosial dan santunan menjadi kegiatan yang dilaksanakan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Pengembangan dakwah melalui penggiatan bimbingan dan pelatihan program bakat dan seni melalui seni marawis menjadi bagian dari kegiatan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Selain siswa diperkenalkan kepada seni-seni yang memiliki sejarah dengan Islam, juga para siswa dituntut terampil
memainkan alat-alat musik tersebut. Syiar dakwah ini bagus melalui lagu dan musik. Proses evaluasi dan monitoring terhadap berbagai program dakwah yang dilakukan menjadi bagian dari kegiatan pengembangan dakwah. Bagaimanapun pihak sekolah menyadari bahwa materi dan cara pendekatan harus terus diperbaharui dan disempurnakan. Hal ini selain agar bisa sesuai dengan konteks zaman, juga mampu menjawab berbagai persoalan siswa dan masyarakat. Evaluasi program pengembangan dakwah dilakukan setiap enam bulan sekali, bersamaan dengan penyelenggaraan evaluasi per semester. Dalam tahap ini diketahui berbagai kekurangan dan kelebihan yang telah dilakukan selama program dakwah itu dikembangkan. Langkah ini dilakukan penting agar dapat memperbaiki program untuk bulan-bulan berikutnya.
4. Strategi Pengembangan Program Dakwah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah Program dakwah yang telah dibuat oleh pihak sekolah dikembangkan melalu strategi pengajaran di ruang kelas dan di luar kelas melalui pembuatan kelompok belajar. Pertama, Pengembangan program dakwah melalui pengajaran di sekolah dilakukan melalui pengajaran mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran keagamaan atau pendidikan agama Islam. Proses belajar mengajar dilakukan dengan metode yang menyenangkan (enjoyable learning).
Dalam proses pengajarannya di kelas dibuka secara interaktif di antara siswa dan guru. Mendiskusikan sesuatu persoalan keagamaan bersama dengan murid. Dikusi keagamaan itu dilakukan dengan cara setiap tema tertentu, guru mengelompokkan para murid ke dalam kelompok-kelompok kecil yang jumlahnya antara 5 sampai dengan 7 orang untuk mendikusikan, mencari masalah sehari-hari yang ditemukan terkait dengan masalah keagamaan kemudian didiskusikan di depan kelas. Dalam konteks ini, guru bertugas sebagai pembimbing dan Pembina jalannya diskusi keagamaan tersebut. Guru membiarkan sehingga menengahi berbagai persoalan yang tidak terselesaikan dengan baik. Program dakwah yang seperti ini mengenalkan kepada siswa tentang berbagai persoalan keagamaan yang terjadi belakangan ini di masyarakat. Para murid diminta menilai dan memberikan pandangan berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan tingkat penguasaan mereka terhadap ilmu agama. Selain penguasaan materi yang menjadi penilaian guru, dalam hal ini guru pun menilai sikap dan tingkah polah siswa di dalam kelas. Pengajaran akidah akhlak yang diajarkan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini untuk melihat sejauhmana kemampuan siswa merealisasikan pengetahuan dari hasil pengajarannya saat proses belajar mengajar. Kedua, strategi pengembangan program dakwah yang dilakukan pihak sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah adalah melalui pembentukan kelompok-kelompok pengajian dan pembelajaran di luar sekolah. Program itu membentuk kelompok belajar antara 5-10 orang siswa yang dikoordinir oleh
seorang mentor dari pengurus kerohanian Islam, atau tokoh masyarakat yang paham mengenai agama. Kegiatan kelompok-kelompok ini merupakan kegiatan di luar sekolah atau yang disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler, di luar kegiatan seperti pramuka dan olahraga. Kelompok-kelompok belajar dan dakwah Islam ini di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ditangani oleh guru BP, dan OSIS. Bidang kerohanian memiliki porsi yang sangat penting dalam setiap kegiatan ini. Strategi yang dilakukan diluar belajar rutin. Biasanya guru bidang kerohanian menugaskan untuk mendiskusikan berbagai isu yang berkembang terkait dengan masalah agama. Yang didiskusikan meliputi materi akidah, materi akhlak, materi ibadah, materi muamalah, dan materi tambahan lainnya. Hanya saja, untuk kegiatan pengajaran di luar kelas dilakukan lebih bersifat fun fresh, dan masih tetap fokus. Selain itu, kegiatannya tidak terikat oleh waktu, tergantung sesuai kesepakatan di antara murid dan pembimbing. Bila tiba pada peringatan hari-hari besar keagamaan, kegiatan menyanbut PHBI itu pun dilakukan termasuk dalam strategi pengembangan dakwah yang bersifat di luar kelas. Dalam kegiatannya biasanya OSIS dengan koordinasi guru pembimbing bidang pendidikan Islam dan bidang rohani membuat kepanitiaan. Melalui ini di antara mereka cukup terbangun ukhuwah dan solidaritas yang cukup bagus sehingga memungkinkan terjalin hubungan yang baik. Di luar itu, biasanya kegiatan dakwah di luar kelas, lebih intensif lagi bila setiap datang bulan Ramadhan. Di luar kegiatan rutin membaca al-Quran dan
tadarus bersama, serta kegiatan ibadah lainnya tidak pernah terlewatkan dalam pelaksanaan program dakwah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Di samping itu, tidak terlepas kegiatan wisata rohani bagi para siswa ke sejumlah tempat, seperti pondok Pesatren Darut tauhid, dan Pesantren Aj-Jaitun. Strategi pengajaran keagamaan ini mendapat sambutan cukup baik, menurut kepala sekolah, dari para siswa, guru, dan orang tua murid.52 Langkah ini ditempuh sekolah agar pengajaran keagamaan dan penyebaran dakwah itu lebih bersifat variatif dan mampu menarik para orang tua untuk ikut bersama dalam kegiatan tersebut.
B. ANALISIS 1. Pengembangan Program Dakwah Dari temuan penulis di lapangan selama penelitian, dapat dianalisis di sini mulai dari sisi bentuk program dakwah yang dikembangkan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, tahapan-tahapan yang dilalui dalam pelaksanaannya, serta hasil atau manfaat yang dapat dirasakan dari pelaksanaan program tersebut. Dari sisi jenis program dakwah yang dikembangkan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, penulis melihat bahwa program itu sudah seperti pada umumnya sekolah-sekolah di Jakarta, yaitu memasukan pelajaran atau pendidikan agama Islam dalam sebuah kurikulum. Hanya saja, penulis melihat sebagai yayasan dan sekolah yang berbasis pada pengajaran dan pendidikan Islam,
52
Drs. Junaedi, Kepala Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, Wawancara pribadi, (12 Maret 2008)
sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah memberikan porsi yang lebih dalam pengajaran agama Islam dibanding pengajaran mata pelajaran lainnya. Meski bila dibanding mata pelajaran umum yang cukup banyak diajarkan, namun program dakwah melalui pemberian pengajaran agama waktunya cukup banyak. Selain para murid menerima pelajaran di ruang kelas, tapi juga mereka mendapatkan di luar kelas melalui program bimbingan dan mentoring atas kelompok-kelompok belajar tersebut. Dari segi metode dan pendekatan yang dikembangkan, penulis melihat sangat berbeda dengan metode pada umumnya sekolah dalam mengajarkan materi mata pelajaran pendidikan agama Islam, dan berbeda dengan mata pelajaran lainnya yang diajarkan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Dengan pendekatan diskusi secara terbuka di antara siswa, ini menjadikan siswa lebih berpikir secara kritis dan akademis sesuai dengan persoalan yang dibahas. Manfaat lain yang dilihat penulis dari metode pengajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan melalui mentoring dan diskusi itu, menjadikan siswa menjadi lebih terbuka dan mau ikut berpartisipasi dalam berbagai persoalan, meski hanya sekadar memeberikan pendapat dan masukan. Keterlibatan para siswa dalam berbagai persoalan isu sosial keagamaan yang terjadi di masyarakat membuat nilai lebih sekolah ini dibanding sekolah yang sama di Jakarta. Membangun akhlak yang bagus dengan diwujudkan melalui bentuk solidaritas dan empati siswa kepada setiap masyarakat atau kepada setiap persoalan yang dihadapi, penulis melihat bukan hanya dilakukan melalui pemberian pengetahuan dan pengajaran. Ternyata penulis juga melihat sekolah
SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini mampu menciptakan alternative lain yang lebih dekat dan bernuansa keakraban di antara para siswa. Program penyambutan PHBI dan bakti sosial, penulis melihat merupakan wujud dari upaya itu. Program dakwah yang dikembangkan sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah itu disadari tidak cukup hanya melalui pengajaran dan pemenuhan kemampuan ranah kognitifnya, tapi juga diperlukan diolah kemampuan rasa empati dan solidaritasnya kepada sesama masyarakat. Penulis dalam hal ini kegiatan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi pemenuhan rohani semata dengan mendengarkan ceramah atau pengajian dari seorang dari pada peringatan setiap PHBI itu, tapi juga penulis melihat lebih dari itu. Dari kegiatan itu, penulis melihat ternyata mampu membangun suasana keakraban dan gotong royong, peduli pada sesama, dan perhatian terhadap mereka yang kurang mampu. Bila dilihat dari itu maka penulis menganalisis bahwa bentuk dan jenis program dakwah yang dikembangkan sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini telah cukup tepat. Selain itu, penulis juga melihat bahwa upaya perumusan rencana bentukbentuk program dakwah yang banyak itu, tidak hanya sekadar meniru program sekolah lain yang sudah diberlakukan. Melainkan penulis melihat bahwa itu merupakan inisiatif dari pihak sekolah agar memungkinkan para siswa itu tidak jenuh dalam menerima pengajaran agama yang hanya diterima mereka melalui jam-jam pelajaran di kelas.
Pemberian pelajaran agama di kelas disadari betul oleh pihak sekolah dan guru. Bahwa hal tersebut sangat kurang dan minim untuk membuat perubahan yang besar dari sisi kemampuan para siswa dan akhlak sehari-harinya yang itu merupakan pengaruh dari dakwah yang disampaikan melalui pengajaran agama di kelas. Di kelas siswa tidak jarang mendapat gangguan atau semacamnya. Untuk itu pihak sekolah menambah variasi pengajaran agama dalam bentuknya yang lain. Melalui penyelenggaraan program mentoring dan dakwah sistem langsung, penyelenggaraan hari besar keagamaan, pelengkapan kegiatan minat dan bakat melalui penyelenggaran pelatihan seni marawis, semakin menambah variasi penyebaran nilai-nilai Islam kepada para siswa. Meski tidak harus didikte secara terus menerus, para siswa dengan sendirinya akan sadar dan merasakan manfaat dari transfer pengetahuan keagamaan tersebut. Dengan melihat penjelasan dan analisis di atas, pun penulis dapat dengan mudah menilai dan menganalisa bahwa tahapan pelaksanaan pengembangan program dakwah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah itu telah dilakukan secara seksama sehingga menghasilkan program yang tepat dan dirasakan manfaatnya secara lebih luas oleh para pimpinan sekolah, guru, murid, wali murid, dan komite sekolah. Strategi yang digunakan serta pendekatan yang dipilih dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai ajaran Islam, pun dilakukan, menurut penulis telah cukup tepat. Melihat pendekatan yang bersifat terbuka, pendekatan secara persuasive berusaha mengatasi berbagai persoalan remaja dan sosial masyarakat yang dihadapinya, dilakukan secara dialog, diskusi interaktif, dan partisipatif
menjadikan para siswa itu menjadi sangat tertarik karena mereka merasa memiliki terhadap forum itu. Dibanding dengan pendekatan secara monolog, pihak guru berbicara, pidato di depan, tanpa ada sesi Tanya jawab, menjadikan para siswa itu dihinggapi rasa jenuh dan malas. Akhirnya proses transfer pengetahuan dan penyebaran ilmu agama itu memungkinkan akan terjadi kegagalan, bila tidak dikatakan jam pelajaran itu bubar. Pemilihan metode ini, penulis menganalisa cukup penting, terutama bila melihat siswa pada usia remaja yang berusaha ingin menunjukkan diri secara psikologis tentang jati dirinya. Forum pengajaran seperti yang berlaku di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini cukup memberikan ruang terbuka bagi para siswa. Dalam kondisi ini pun penulis melihat transfer pengetahuan dan penyebaran nilai-nlai agama Islam itu tidak dilakukan secara paksa atau dijejali pikiran dan otak para siswa itu. Melainkan proses ini berlangsung secara terbuka dan kritis bagi para siswa, untuk bertanya, mendebat, atau bahkan menyangkal berbagai hal tentang persoalan sosial keagamaan.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Dakwah Meski demikian, penulis tidak hanya melihat secara luaran atau permukaan saja dari pengembangan program dakwah yang dilakukan sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah tersebut. Tapi penulis melihat terdapat sejumlah faktor penunjang yang memungkinkan program itu berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaannya program dakwah yang dikembangkan oleh pihak sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dilihat penulis cukup berhasil, dengan melihat sejumlah indikator seperti semakin baiknya tingkat prestasi siswa dan tingkat perilaku siswa sehari-hari di sekolah dan di masyarakat. Keberhasilan ini bukan tangan kosong, melainkan didukung oleh sejumlah faktor, di antaranya: 1. Tenaga Pengajar. Faktor ini menjadi sangat penentu pengembangan program dakwah selama ini yang dilakukan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Tenaga pengajar atau mentoring yang selama ini memberikan pengajaran dan penyebaran agama Islam merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang sangat memadai dalam setiap bidangnya. Umumnya guru yang mengajar di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini adalah lulusan paling rendah adalah S1 atau sarjana. Lebih diutamakan lagi bagi para guru agama dan mentoring adalah mereka yang memiliki basis pengetahuan agamanya dari pesantren dan lulusan dari perguruan tinggi Islam, seperti IAIN atau UIN. Hal ini menjadi faktor yang sangat menentukan kelangsungan program pengembangan dakwah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. 2. Faktor Sarana dan Prasarana Seperti disebutkan di atas sarana pendidikan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah sangat cukup memadai. Untuk pengembangan program dakwah ini ditunjang oleh fasilitas rumah ibadah dan mushalla yang cukup representative serta referensi buku keagamaan yang memadai. Ketersediaan
perpustakaan bagi materi dan buku-buku keagamaan yang memadai inilah yang menjadi faktor lainnya, selain guru, pendukung kelangsungan program pengembangan dakwah.53 3. Metode Pengajaran Metode pengajaran yang aspiratif dan menekankan kepada partisipasi aktif para siswa menjadikan setiap pengjaran keagamaan itu berlangsung dengan baik. Ruang yang bebas di luar kelas serta pembahasan menyangkut berbagai persoalan yang dihadapi menjadikan para siswa itu turut aktif dalam setiap pengajaran. Faktor pemilihan cara atau metode pengajaran merupakan faktor yang cukup signifikan dalam proses keberhasilan pendidikan. Karenanya ini cukup disadari dan kemudian direalisasikan dalam proses pengajaran di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, terutama pada mata pelajaran keagamaan. Bagaimanapun disadari, sebuah materi yang bagus dan menarik, bila disampaikan dengan metode yang kurang tepat akan menjadikan para siswa itu malas dan enggan untuk mengikuti pelajaran tersebut. 4. Faktor Lingkungan Pendidikan Penulis melihat lingkungan yang kondusif untuk belajar sangat menentukan keberhasilan dari pendidikan itu sendiri. Dalam konteks ini pun yang ditemukan penulis ketika melihat dan meneliti lingkungan pendidikan yang berkembang di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah.
53
Ibu Jamilah S. Ag, Tata Usaha SMK Islam Assa’adatul Abadiyah,
Wawancara pribadi, (12 Maret 2008)
Lokasinya yang strategis berada di pusat kota menjadikan sekolah ini sangat aksesible terhadap berbagai persoalan baik mulai dari persoalan sosial, agama, maupun budaya, terutama yang terjadi di Jakarta. Letaknya yang berada di tengah masyarakat menjadikan, para siswa itu mudah belajar bergaul dan bersosialisasi terkait dengan isu sosial keagamaan yang berkembang saat itu. Letaknya yang berada di pusat kota itu pun ternyata tidak membuat sekolah ini bising dan tidak kondusif untuk belajar, tapi sebaliknya ini sangat mendukung. Karena letaknya yang menjorok dari jalan utama, menjadikan ia tidak ramai dari suara bising lalu lintas jalan raya. Dalam kondisi inilah proses belajar mengajar siswa dapat berjalan dengan baik tanpa gangguan sedikitpun. Meski demikian, tidak terlepas program pengembangan dakwah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dari sejumlah persoalan yang bila dibiarkan akan menjadi hambatan yang cukup serius dan akan mengganggu proses belajar mengajar. Penulis melihat, faktor input, dalam hal ini adalah murid atau siswa menjadi faktor yang tidak kalah menentukannya berjalan tidaknya proses belajar mengajar. Karena disadari bila para siswanya yang mendapat pengajaran itu merupakan siswa unggulan dengan NEM yang tinggi tentu saja akan dengan mudah proses pengajaran itu berlangsung dan hasilnya pun akan sangat memuaskan, Karena didukung oleh murid yang pandai, sehingga mereka akan dengan mudah dan cepat menerima pelajaran.
Bertolak dari penjelasan kepala sekolah di atas bahwa, banyak siswa yang bersekolah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini merupakan siswa yang tidak lulus dari ujian SMK atau SMA Negeri, dan bahkan ada yang sama sekali tidak ikut ujian karena nilai NEM-nya yang kecil sehingga hal ini menjadi tantangan yang cukup serius bagi pihak sekolah untuk menjadikan dan menghasilkan alumni yang berkualitas. Tentunya diakui oleh kepala sekolah dengan berbagai program unggulan pengajaran. Untuk itu penulis sepakat bahwa dari hasil temuan di lapangan memperlihatkan bahwa proses pengajaran dan belajar mengajar terbukti kurang berjalan dengan baik karena siswanya tidak cukup pandai. Tentu saja ini menjadi tugas berat bagi para guru dan pihak sekolah umumnya untuk menjadikan para siswa ini lebih pandai dan mampu mengakses pelajaran yang diajarkan oleh pihak sekolah.
3.
Indikator Keberhasilan Pengembangan Program Dakwah Indikator keberhasilan Pengembangan program dakwah dapat dilihat dari
berbagai macam kegiatan yang terjadi di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah. Keikutsertaan dan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan semakin semarak, dari tiap minggunya. Interaktif antara guru, murid dan mentor salah satu indikator keberhasilan kegiatan dakwah yang mana selama ini proses pengajaran agama atau pengajaran yang lainnya bersifat satu arah. kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah selalu diapresiasikan oleh siswa walaupun tidak terlepas banyak siswa yang melakukan kegiatan karya tulis yang diserahkan kepada pihak ROHIS untuk
pengisian majalah dinding seperti cerita tauladan dan puisi yang bernafaskan Islam dan juga pemberian pemasukan untuk kegiatan atau bahasan yang akan dibahas dalam pengajian. BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dengan mengacu kepada pembatasan dan perumusan masalah pada bab sebelumnya, serta dari hasil temuan dan analisis yang dilakukan penulis maka dalam hal ini penulis berkesimpulan bahwa proses pengembangan program dakwah pada sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah telah mengikuti standar manajerial yang baku dan sesuai dengan disiplin ilmu manajemen. Adanya penerapan seluruh proses tahapan pengembangan sebuah program yang umumnya telah berlaku. Seperti menerapkannya melalui proses pengenalan terhadap persoalan di antara para siswa, menentukan sasaran, pelaksanaan, hingga proses evaluasi dan monitoring kegiatan. Itu semua dilakukan secara terencana, rapi, sistematis, terukur, dan mudah dilaksanakan. Pembuatan program dakwah dalam bentuk internalisasi nilai-nilai ajaran Islam melalui pemberian mata pelajaran pendidikan agama Islam di setiap jamjam pelajaran di kelas, penyelenggaraan mentoring melalui dakwah sistem langsung, penyelenggaran peringatan PHBI, pesantren kilat atau pesantren ramadhan, hingga pembinaan minat dan bakat melalui penyelenggaran kegiatan
pelatihan seni marawis merupakan bagian integral dalam pengembangan program dakwah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah.
B. Saran-Saran Dari hasil penelitian dan penelaahan lebih jauh tentang kondisi objektif penerapan pengembangan program dakwah di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah, penulis kiranya dapat memberikan sejumlah saran untuk kemajuan dan perbaikan kualitas pengembangan dakwah di sekolah ini. 1. Penulis menyarankan agar seluruh program dakwah yang berjalan selama ini tetap agar terus dipertahankan. 2. Penulis menyarankan agar program dakwah yang selama ini ada perlu dilakukan penambahan agar lebih variatif lagi, meski yang sekarang sudah cukup lengkap dan variatif. Namun penambahan ini pun penulis menyarankan agar tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar pada mata pelajaran yang lain. Penambahan program dakwah, mengacu kepada penjelasan Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro dalam bukunya Dakwah Sekolah di Era Baru, bisa dilakukan dalam bentuk penyuluhan problem remaja, seperti penyuluhan bahaya narkoba dan AIDS, bazaar buku atau produks-produks keislaman, pembuatan media tulis dakwah seperti media madding atau majalah dinding, dan berbagai jenis program dakwah lainnya.
3. Terkait dengan perlunya meningkatkan program pengembangan dakwah, juga melihat kondisi siswa yang tidak sedikit merupakan mereka yang kurang beruntung tidak masuk ke sekolah negeri dan mereka yang memiliki NEM rendah, maka langkah pendidikan yang perlu digenjot lagi dan ditingkatkan menjadi sangat mutlak dan harus dilakukan oleh berrsama dari pihak sekolah, guru, pimpinan, dan orang tua murid. 4. Penulis menyarankan dari sisi tahapan pengembangan program, terutama dari sisi evaluasi dan pengawasan terhadap pengembangan program dakwah yang selama ini dilakukan di sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah hanya dilakukan setiap enam bulan sekali, bersamaan dengan evaluasi
semester.
Penulis
menyarankan
sebaiknya,
evaluasi
pengembangan program dakwah itu dilakukan setiap satu bulan sekali perunit program dakwah. Demikian dalam enam bulan sekali itu bisa dilakukan evaluasi secara keseluruhan. Langkah ini agar dapat dengan mudah melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan dari program tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Ahmad. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Prima Duta, 1983. Cet. Ke-1
Amir, Fuad. Islam Kaafah Tantangan dan Aplikasinya.Jakarta : GIP, 1995. cet ke1
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3.
-------------------------. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Cet. ke-1.
Din Syamsudin, M. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: kalimah, 2001. Cet ke-2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9.
Edi Soeharto, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Jakarta, BEMJ PMI Edisi I: 2005).
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Tehnik dan Leadersip, (Bandung: CV Diponegoro,1986)
Hussein As-segaf, Ulama,No.xv/159).
Pembangunan
Nasional Dakwah
Bil-Haal,
(Mimbar
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. ke-11.
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Investasi Komunitas, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2000), cet. ke-1.
I Gede Suyatno, Program Pengabdian pada Masyarakat Bentuk, Jenis, dan Sifatnya dalam Metodologi PPM, (Lampung: Universitas Lampung, 1986).
J. Moleong, Lexi. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001. Cet. ke-15
Koentjoroningrat. Metode-Metode Penelitian dalam Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. 1993. Cet. ke-5.
Koesmarwanti Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo: Era Intermedia, 2002).
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), cet. ke-11.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan penterjemah AlQur’an,1973).
M. Yunan Nasution, “Pokok-pokok Dakwah” dalam Brosur Serial Media Dakwah, (Jakarta: DDI), edisi 28.
Musdah Mulia, Pedoman Dakwah Muballighat Menuju Masyarakat Madani, (Jakarta: DPP Korps Wanita MDI dan The Asia Foundation, 2000).
Nadzir, Mohammad, Metodologi Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991, Cet. ke-8.
Quraisy Shihab, Membumikan Al-qur’an, (Jakarta: Mizan,1999) Cet ke-19.
Slamet Muhaimin, Arbai. Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah. Surabaya: Usaha Nasional, 1994.
Sutrisno, Hadi. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 2000. Cet. Ke25.
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah Production, 2000)
Suyanto, Pengembangan Program Pengembangan Masyarakat, dalam Jurnal PMI Vol. I, Nomor 2, Maret, 2004. (Yogyakarta: FDK IAIN Yogyakarta, 2004).
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).
Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Mizan, 1971)
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997).
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995)
Lampiran 1 HASIL WAWANCARA Nama Jabatan Tempat Tanggal Waktu
: Ibu Jamilah S. Ag : Tata Usaha SMK Islam Assa’adatul Abadiyah : Ruang Guru : 12 Maret 2008 : 11.00-12.00
T:
Sejarah berdirinya SMK Assa’adatul Abadiyah?
J:
Pada awalnya pengajaran hanya berpusat pada pendidikan pesantren yang di bawah naungan yayasan dengan metode pengajaran pada pengajian dan ilmu-ilmu agama. Sejak awal pendiriannya kehadiran yayasan ini mendapat sambutan yang sangat hangat dari masyarakat, dilihat dari keikut sertaan dalam kegiatan yayasan. Terkait dengan perubahan zaman dan pengetahuan untuk itu pendiri berfikir bahwa, harus bisa menjawab segala tantangan yang ada.
Berdasarkan
pertimbangan itulah kemudian pimpinan mendirikan dan membuka sekolah SMK Assa’adatul Abadiyah tepat pada tahun 1984 sekolah itu dibuka dengan segala keterbatasannya. T:
Visi dan Misi SMK Assa’adatul Abadiyah?
J:
Visi SMK Islam Assa’adatul Abadiyah mendidik siswa atau siswinya: “Unggul dalam Budi Pekerti untuk Hidup Mandiri, Bermartabat, dan
Berarti”
dan
Misinya
menumbuhkan,
melaksanakan
dan
menerapkan ajaran agama Islam, itu secara garis besarnya. T:
Dari segi ketenagaan guru SMK Assa’adatul Abadiyah?
J:
Ketenagaan guru meliputi guru bidang studi, guru BP, Pembina OSIS, Pembinan GUdep, Pembina Rohis, Pembina Keputrian, tenaga administrasi, Pembina dan pelatih kegiatan ekstrakulikuler, petugas keamanan dan pesuruh sekolah.
T:
Sarana dan Prasarana SMK Islam Assa’adatul Abadiyah?
J:
Untuk computer sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah memiliki sebanyak 3 unit computer yang biasa digunakan untuk perlengkapan kerja administrasi, dan 80 unit computer untuk perlengkapan kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan alat dan buku perlengkapan pengajaran milik SMK Islam Assa’adatul Abadiyah cukup memadai. Ketersediaan perpusatakaan bagi materi dan buku-buku keagamaan yang memadai inilah yang menjadi faktor lainnya, selain guru, pendukung kelangsungan program pengembangan dakwah.
T:
Untuk waktu pelaksanaan proses belajar-mengajar?
J:
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksankan pada pagi dan siang hari. Pengajran dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan 12.15 WIB untuk siswa yang sekolah pada pagi hari, dan pukul 12.45 sampai dengan 17.15 WIB untuk siswa yang belajar pada siang hari.
Lampiran 1 HASIL WAWANCARA Nama Jabatan Tempat Tanggal Waktu
: Drs. Junaedi : Kepala Sekolah SMK Islam Assa’adatul Abadiyah : Ruang Kepala Sekolah : 12 Maret 2008 : 09.00-10.00
T:
Apa Pengertian dakwah Menurut Bapak?
J:
Dakwah menurut saya merupakan suatu ajaran yang mana untuk menyerukan kepada kebaikan atau proses penyampaian ajaran kepada manusia untuk menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi larangannya dan menuju kepada kebaikan
T:
Menurut Bapak apakah cara penyampaian dakwah saat ini sudah berkembang?
J:
Menurut Saya dakwah saat ini sudah sangat progres dengan semakin banyaknya da’i yang bermunculan dan dengan berbagai media yang sangat memfasilitasi untuk penyebaran dakwah itu sendiri
T:
Di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah dalam konteks pembelajaran, pembagian mana yang lebih besar, apa pengajaran pendidikan umum atau pendidikan Agama?
J:
SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini memberikan pelajaran yang lebih untuk pendidikan agama tetapi tanpa mengenyampingkan pendidikan umum, dikarenakan di sekolah ini memberikan perhatian yang lebih untuk pendidikan agama misalkan melaksanakan kegiatan agama di luar jam sekolah, contohnya: Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Maulid, Isra Mi’raj, dan Hari Besar Islam Lainnya. Mengadakan Pesantren Kilat, Melakukan mentoring kegiatan dakwah, dan juga melalui seni yaitu seni marawis
T:
Pengembangan Program Dakwah dan Tahapan dakwah itu sendiri di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah?
J:
Program-program itu dikembangkan melalui, baik yang dilakukan melalui pengajaran di ruang kelas maupun di luar kelas. Misalkan seperti ini: setiap kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-10 orang. Setiap kelompok dipandu oleh seorang mentor dari kader pengurus rohani islam yang dilaksanakan setiap seminggu sekali di masjid dan sering juga bekerja sama dengan pengurus masjid. Dan juga banyak kegiatan yang bersifat memperingati harihari besar islam contohnya seperti yang saya sebutkan tadi misalkan Peringatan hari Besar Islam (PHBI). Untuk tahapan dipastikan ada proses pemikiran terlebih dahulu dari pihak sekolah dengan apa dan yang terjadi disekitar. Prosesnya persiapan pihak sekolah bersama guru BP dan bidang rohani islam melakukan pemetaan terhadap berbagai persoalan yang terjadi dan yang dihadapi para siswa
T:
Strategi pengembangan program dakwah?
J:
Pertama, melalui pengajaran di sekolah seperti mata pelajaran keagamaan atau pendidikan agama Islam. Proses belajar dilakukan dengan pengajaran yang menyenangkan seperti dalam proses pengajarannya dilakukan secara interaktif seperti mendiskusikan sesuatu persoalan keagaman antara siswa dan guru. Kedua, melalui pembentukan kelompok-kelompok pengajian dan pembelajaran di luar sekolah dan prosesnya sama, ada proses interaktif juga antara murid dan mentor.
Dan juga tidak lupa untuk wisata rohani
misalkan, berkunjung ke pondok-pondok pesantren. T:
Faktor pendukung dan penghambat?
J:
Dipastikan segala sesuatu pasti ada pendukung dan hambatannya. Untuk faktor pendukungnya. Tenaga pengajar dikarenkan umumnya guru yang mengajar di SMK Islam Assa’adatul Abadiyah ini adalah lulusan yang paling rendah adalah S1 atau sarjana. Kemudian kegiatan dakwah ini ditunjang oleh fasilitas rumah ibadah dan mushalla yang cukup representative serta referensi buku keagamaan yang memadai. Dan juga pengajaran yang aspiratif dan menekankan kepada partisipasi aktif para siswa menjadikan setiap pengajaran keagamaan itu berlangsung dengan baik, mungkin yang terakhir faktor
lingkungan
yang
bagus.
Sedangkan
untuk
faktor
penghambatnya adalah murid atau siswa menjadi faktor yang tidak kalah menentukan berjalan tidaknya proses belajar mengajar.