DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Abdurrazzaq Naufal
NRP
: I34052352
Judul : Evaluasi Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) : Studi Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasir Mulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi NIP. 19660714 199103 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
Tanggal Lulus Ujian:
EVALUASI PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) : (Studi Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat)
Oleh : Abdurrazzaq Naufal I34052352
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
EVALUASI PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) : (Studi Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat)
Oleh: ABDURRAZZAQ NAUFAL I34052352
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRACT
ABDURRAZZAQ NAUFAL. I34052352. The Evaluation of Family Empowerment Program: Case Study of the Bina Sejahtera Family Empowerment Program, Pasir Mulya, Western Bogor District, West Java. Under the direction of YATRI INDAH KUSUMASTUTI. In respond to the government programs to alleviate the poverty and to improve the quality of the human resources of the remote communities, the family empowerment program was established. The establishment of such community development program is attempted to reach the target of the millenium development goals (MDGs), in its special interest for remote community development. The objectives of the study are: 1) to evaluate the progress of the Sejahtera Family Empowerment Program; 2) to investigate contraints and factors that support the development of the Empowerment Program; and 3) to analyse input, output, process and effects of the Posdaya Bina Sejahtera Program, on the community of Pasirmulya, Western Bogor District, West Java. Qualitative as well as the quantitative approach were utilized, in this study. Qualitative approach was used to get the deep understanding of the implementation of Family Empowerment Program, whereas the quantitative approach was used for the case study. Both the qualitative and quantitative approaches were sinergically utilized for more comprehensive result. For data collection, 50 questionaires were administered for community leaders, Bina Sejahtera officials, and community members purposively. This study brings together the current state of knowledge of how Posdaya has changed the quality of life of the community. From this study, it is suggested that Center for Human Resource Development (P2SDM) IPB, Yayasan Damandiri, as well as the Government should hands in hands to continue supporting the empowerment program.
Keywords : Evaluation, Empowerment, Posdaya
RINGKASAN ABDURRAZZAQ NAUFAL. I34052352. EVALUASI PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) : Studi Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI).
Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) muncul sebagai respon atas keinginan pemerintah dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Upaya ini merupakan sumbangan dalam wujud nyata untuk mencapai target pembangunan abad millinium (MDGs) pada tingkat desa dan kelurahan. Pengembangan SDM dan Posdaya yang dilaksanakan tersebut dilakukan melalui kemitraan dengan sekolah SMA, Lembaga Swadaya Masyarakat, mitra kerja lain dan Pemerintah Daerah. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up programme”, kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Pihak “luar” hanya berperan sebagai fasilitator, mediator dan pembangkit gagasan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah 1) Mengetahui sejauhmana pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya; 2) Mengidentifikasi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam program Posdaya tersebut; 3) Menganalisis input, proses, output, efek dan dampak program Posdaya terhadap masyarakat di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan didukung pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang program Posdaya dan metode kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Pendekatan kuantitatif dilakukan menggunakan metode survai dan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan secara sinergis dengan pendekatan kualitatif agar diperoleh data yang komprehensif tentang subyek yang diteliti. Hasil kajian terhadap pelaksanaan program pemberdayaan Posdaya Bina Sejahtera dapat dikatakan Posdaya Bina Sejahtera dapat memberdayakan masyarakat dan sudah berjalan dengan baik. Mereka sangat terbantu dengan adanya Posdaya dan sebagian kegiatan Posdaya telah berhasil dan terus berlanjut sampai sekarang. Kemajuan yang paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah dalam kegiatan bidang pendidikan dan kegiatan bidang kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Posdaya yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Penulis mengidentifikasi faktor yang mendukung pelaksanaan program yaitu : (1) Gotong royong masyarakat masih tinggi, (2) Rasa kebersamaan yang kuat, (3) Lamanya tinggal, (4) Kesiapan SDM untuk melaksanakan program Posdaya, (5) Mempunyai lahan kosong walaupun
tidak banyak, dan (6) Sarana dan prasarana yang sudah ada walaupun tidak sepenuhnya memadai. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program yaitu : (1) Belum adanya binaan khusus dari instansi, (2) Sebagian masyarakat belum semuanya mengetahui adanya Posdaya, dan (3) Keterbatasan waktu. Warga RW 02 menyambut positif adanya Posdaya Bina Sejahtera, terlihat dari antusiasme warga dalam berpartisipasi pada kegiatan Posdaya Bina Sejahtera. Partisipasi warga dari mulai tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi tergolong tinggi. Output program dapat terlihat pada perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku. Perubahan pengetahuan adalah pengetahuan tentang program Posdaya dimana masyarakat yang tadinya tidak mengetahui program Posdaya menjadi mengetahui Program Posdaya dan dapat mengambil manfaat positifnya, seperti bertambahnya pengetahuan mereka. Perubahan sikap adalah respon terhadap pengetahuan yang diterima tentang program Posdaya dimana masyarakat yang tadinya tidak menyukai dan tidak menyetujui adanya program Posdaya menjadi menyukai dan menyetujui program Posdaya. Perubahan perilaku adalah tindakan yang dilakukan sebagai respon terhadap program Posdaya dimana masyarakat yang tadinya pasif terhadap kegiatan Posdaya menjadi aktif berpartisiapsi dan ikutserta dalam program Posdaya Bina Sejahtera. Efek program Posdaya merupakan hasil dari pelaksanaan program di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Efek dari program Posdaya di bidang pendidikan adalah adanya kemudahan akses terhadap pendidikan dan peningkatan pengetahuan terutama pada anak-anak karena sasaran program bidang pendidikan yakni PAUD dan Pustaka Keliling adalah anak-anak yang mengikuti program tersebut. Efek dari program Posdaya di bidang kesehatan adalah adanya kemudahan akses terhadap kesehatan dan peningkatan tingkat kesehatan masyarakat setelah adanya program di bidang kesehatan yakni posyandu balita, posyandu lansia dan BKB. Efek dari program Posdaya di bidang ekonomi adalah adanya peningkatan pendapatan masyarakat setelah adanya program LKM-P dan usaha tani ramah lingkungan. Dampak merupakan manfaat yang paling akhir dari pelaksanaan program Posdaya. Selama pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera sejauh ini berdampak positif bagi warga. Hal ini ditunjukkan dengan mulai meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan juga mulai terlihatnya kemandirian warga RW 02. Program Posdaya Bina Sejahtera diharapkan akan berlanjut di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik Yayasan Damandiri, P2SDM IPB, pengurus dan kader Posdaya, warga RW 02 serta pihak Kelurahan Pasir Mulya dan Pemerintah Kota Bogor karena Posdaya Bina Sejahtera potensial untuk dapat dikembangkan lagi. Saran yang perlu disampaikan terhadap pelaksanaan Posdaya Bina Sejahtera adalah terus mendapatkan pendampingan oleh pihak yang terkait agar terus berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan memantau realisasi dari penggunaan dana dan sarana. Kemudian juga diperlukan adanya fasilitasi dan bantuan dalam memasarkan produk yang dihasilkan dan perlu adanya bimbingan teknis dari dinas yang terkait.
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh skripsi ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan penulis.
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) : STUDI KASUS POSDAYA BINA SEJAHTERA DI KELURAHAN PASIR MULYA, KECAMATAN BOGOR BARAT, KOTA BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH TULISAN INI.
Bogor, Agustus 2009
Abdurrazzaq Naufal I34052352
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 September 1987 di Tegal, Jawa Tengah. Penulis merupakan putra dari pasangan Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi dan Ir. Khayatun sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Cibuluh 1 Bogor pada tahun 1999 dan SLTP Negeri 8 Bogor pada tahun 2002. Setelah itu, penulis melanjutkan sekolah menengah di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005. Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam berbagai organisasi, seperti menjadi anggota subdivisi advertising divisi multimedia dan advertising Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat IPB 2007/2008, anggota CISC Bogor, dan anggota AXIC Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Evaluasi Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) : Studi Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasir Mulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat” dengan baik. Penulisan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Siti Amanah, MSc selaku dosen penguji utama dan Ir. Dwi Sadono, MSi selaku dosen penguji wakil dari departemen atau komisi pendidikan dengan segala koreksi dan saran yang diberikan. 3. Papa, Mama, Ozan, dan Ilham tercinta yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan doa yang tulus. 4. Keluarga besar lainnya yang selalu mendukung penyelesaian skripsi penelitian ini. 5. Bapak Asep Hilmansyah dan pengurus Posdaya Bina Sejahtera lainnya. 6. Teman-teman di Departemen Sains KPM angkatan 42 yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman lainya yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas semangat dan bantuan yang tak pernah putus diberikan selama penulisan skripsi penelitian ini. 8. Semua orang yang telah berjasa dalam memberikan kontribusi yang besar kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama untuk diri penulis sendiri.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peningkatan
kualitas
manusia
sebagai
sumberdaya
pembangunan
merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun 2000 ikut menandatangani Deklarasi Milenium pada Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Deklarasi ini menyepakati tujuan-tujuan pembangunan global yang tertuang dalam tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals - MDGs). Tujuan utama pembangunan milenium (Millenium Development Goals) di Indonesia memprioritaskan pada pengentasan kemiskinan. Menurut Data BPS November 2007 angka kemiskinan di Indonesia sebanyak 37,17 juta orang dan Human Development Index (HDI) Indonesia pada tahun 2008 adalah 0,726 yang berada di peringkat 109 dari 179 negara (UNDP, 2008). Pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk mencapai target yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Sejumlah kebijakan dan program nasional untuk pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat, penguatan keluarga, pemerataan pendidikan dasar, jaminan sosial dan jaminan kesehatan, dan peningkatan kesehatan lingkungan telah diluncurkan. Keputusan itu merupakan tekad dan kebijaksanaan pemerintah yang perlu didukung semua instansi dan institusi pembangunan. Agar upaya itu berhasil dengan baik perlu diikuti dengan pengembangan gerakan pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan secara intensif.
Pencapaian MDGs yang dibutuhkan kerjasama antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, swasta sebagai penggerak sektor perekonomian dan masyarakat sebagai pengkontrol dan pemberi aspirasi dampak pembangunan. Pemerintah pada tahun 2006 menyatakan bahwa pembangunan, utamanya pembangunan manusia dan keluarga, tidak saja menjadi tanggung jawab dan monopoli pemerintah, tetapi memerlukan kerja sama dan partisipasi masyarakat luas. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan manusia yang secara tidak langsung akan berkontribusi dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia (Human Development Index). Menurut Suyono dan Haryanto (2009) pilihan utama untuk meningkatkan MDGs dan HDI adalah program kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Indikator pembangunan kesehatan adalah bertambahnya usia harapan hidup, indikator program pendidikan adalah tingkat partisipasi anak usia sekolah dan bebas buta aksara, cakupan semua anak usia sekolah, dan rata-rata lamanya anak bersekolah, sedangkan indikator program ekonomi adalah peningkatan tingkat pendapatan masyarakat. Sebuah gagasan pemberdayaan masyarakat yang disebut dengan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) muncul sebagai respon atas keinginan pemerintah dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (Suyono dan Haryanto, 2009). Upaya ini merupakan sumbangan dalam wujud nyata untuk mencapai target pembangunan abad millenium (MDGs) pada tingkat desa dan kelurahan. Pengembangan SDM dan Posdaya yang dilaksanakan tersebut dilakukan melalui kemitraan dengan sekolah SMA, Lembaga Swadaya Masyarakat, mitra kerja lain, dan Pemerintah Daerah.
Upaya dalam pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, salah satu program pemberdayaan yang saat ini tengah dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) IPB bekerjasama dengan Yayasan Damandiri adalah membangun dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di wilayah-wilayah yang memiliki kantong-kantong kemiskinan baik tingkat desa, dusun, atau RW. Menurut Suyono dan Haryanto (2009) Posdaya sebagai forum informasi, pendidikan dan pemberdayaan serta penyegaran partisipasi masyarakat secara mandiri. Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Menurut Suyono dan Haryanto (2009), Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan
masyarakat
yang
mengimplementasikan
nilai-nilai
kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up programme”, kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Pihak “luar” hanya berperan sebagai fasilitator, mediator dan pembangkit gagasan. Posdaya yang telah difasilitasi pembentukannya dan didampingi oleh P2SDM IPB bersama Yayasan Damandiri mulai tahun 2006 terdiri dari Posdaya di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi.
1.2
Perumusan Masalah Permasalahan umum yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
perkembangan program Posdaya dan perubahan yang terjadi setelah implementasi program di masyarakat terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Secara rinci permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1.
Sejauhmana pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat?
2.
Apa saja faktor yang mempengaruhi, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat program Posdaya tersebut?
3.
Bagaimana evaluasi input, proses, output, efek dan dampak program Posdaya terhadap masyarakat di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
program Posdaya dan perubahan yang terjadi di masyarakat terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Secara rinci tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mengetahui sejauhmana pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
2.
Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam program Posdaya tersebut.
3.
Menganalisis input, proses, output, efek dan dampak program Posdaya terhadap masyarakat di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, yaitu: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai program pemberdayaan Posdaya. 2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam mengkaji evaluasi program pemberdayaan. 3. Kalangan non-akademisi yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah, dapat memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan program Posdaya, serta juga dapat menjadi masukan bagi Yayasan Damandiri dan P2SDM IPB sebagai fasilitator program Posdaya.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Pemberdayaan Pendapat mengenai makna pemberdayaan sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, baik dari akademisi maupun pihak lainnya. Konsep pemberdayaan sebagai salah satu prinsip pengembangan masyarakat sering digunakan dalam mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemberdayaan masyarakat menurut Adi (2003), merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas. Menurut Kartasasmita (1996), pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya setiap masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Komponen terpenting dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah mendorong sebanyak mungkin partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.
Pemberdayaan masyarakat mempunyai dua dimensi pokok yaitu dimensi kultural dan dimensi struktural (Satria, 2002). Dimensi kultural meliputi upaya untuk melakukan perubahan perilaku ekonomi, peningkatan pendidikan, sikap terhadap pengembangan teknologi, serta kebiasaan masyarakat setempat. Pemberdayaan tersebut dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan kultural seperti pola hidup yang konsumtif, rendahnya kemampuan menabung, serta adanya sikap subsisten dan resisten terhadap pendidikan formal. Dimensi struktural meliputi upaya perbaikan struktur sosial yang memungkinkan terjadinya mobilitas sosial vertikal. Contoh dari perbaikan struktural adalah meningkatkan dan mempererat solidaritas petani dan nelayan dengan cara berhimpun dalam suatu kelompok dan organisasi yang mampu memperjuangkan kepentingan mereka (Supriatna, 1997). Pemberdayaan masyarakat dan partisipasi merupakan strategi dalam paradigma
pembangunan
yang
berpusat
pada
rakyat
(people
centered
development). Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan material yang melalui redistribusi modal kepemilikan (Korten, 1992 dalam Sumardjo dan Saharudin, 2002). Untuk mengetahui fokus dan tujuan operasional dari pemberdayaan, maka perlu diketahui atau dibuat indikator keberdayaan yang dapat dipakai sebagai penunjuk apakah seseorang itu berdaya atau tidak, sehingga ketika sebuah program pemberdayaan masyarakat diberikan, maka kita bisa fokus pada aspekaspek sasaran dari perubahan yang diharapkan. Schuler, Hashemi dan Riley dalam
Suharto (2006) memberikan gambaran tentang indikator pemberdayaan sebagai berikut : 1.
Kebebasan mobilitas, atau kemampuan individu untuk beraktifitas memenuhi kebutuhannya.
2.
Kemampuan membeli komoditas kecil.
3.
Kemampuan membeli komoditas besar, seperti barang-barang sekunder dan alat transportasi.
4.
Terlibat dalam pembuatan keputusan rumah tangga.
5.
Kebebasan relatif dari dominasi keluarga.
6.
Kesadaran hukum dan politik.
7.
Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes yang membela hakhaknya.
8.
Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga.
Ciri-ciri masyarakat yang telah berdaya menurut Sumarjo (1999) sebagai berikut : 1.
Mampu memahami diri dan potensinya.
2.
Mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), dan mengarahkan dirinya sendiri.
3.
Memiliki
kekuatan
untuk
berunding,
bekerjasama
menguntungkan dengan bargaining power yang memadai. 4.
Bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.
secara
saling
Secara konseptual, fokus proses pemberdayaan adalah bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan merek (Sherdlow yang dikutip oleh Adi, 2000). Dengan demikian, proses pemberdayaan masyarakat adalah proses memberdayakan individu, kelompok, ataupun komunitas dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi memilki daya untuk kehidupan yang lebih baik. Konsep tentang instrumen proses pemberdayaan dapat dipakai untuk menilai apakah program pendampingan telah berbasis pemberdayaan atau belum. Verhagen (1996) yang dikutip oleh Hikmat (2004) merumuskan delapan instrumen untuk menilai implementasi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat. Instrumen tersebut dinilai dapat membantu di dalam menyusun suatu program pemberdayaan
masyarakat
dan
memberikan
gambaran
tentang
proses
pemberdayaan masyarakat. Instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1.
Identifikasi kelompok sasaran Setiap calon sasaran program pemberdayaan diseleksi agar tepat sasaran.
2.
Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris Masyarakat (tidak terkecuali wanita) dilibatkan dalam identifikasi masalah dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan, kondisi, serta potensi yang dimiliki.
3.
Pendidikan dan pelatihan timbal balik Salah satu penyebab masyarakat tidak berdaya adalah kurangnya pengetahuan serta keterampilan. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan
dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Pendidikan dan pelatihan ini hendaknya memperhatikan potensi dan sumberdaya lokal. 4.
Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang Pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya diperlukan untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selain itu, masyarakat hendaknya juga dibimbing untuk menghimpun modal atau sumberdaya secara mandiri.
5.
Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan Salah satu kelemahan dari sektor usaha kecil adalah lemahnya manajemen dan administrasi usaha sehingga mereka tidak berkembang. Oleh karena itu, pembinaan dan pengarahan di dalam mengelola kegiatan usaha harus dilakukan. Dengan demikian, mereka akan belajar bagaimana mengatur manajemen usahanya.
6.
Pengembangan gerakan dan perluasan proses Kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjangkau banyak sasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak.
7.
Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga di luar LSM dan kelompok Pembinaan hubungan kemitraan dengan pihak lain diperlukan agar usaha kelompok sasaran dapat berkembang, misalnya lembaga keuangan, lembaga pemasaran, pengusaha dan pihak lain.
8.
Evaluasi terus-menerus sebagai upaya untuk menciptakan mekanisme umpan balik
Evaluasi baik terhadap strategi, metode dan kinerja, sangat diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, efek dan dampak yang ditimbulkan. Dengan demikian, dapat diketahui hal penting yang seharusnya diperbaiki dalam perencanaan selanjutnya.
2.1.2 Konsep Partisipasi Menurut Nasdian (2003), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh masyarakat mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Partisipasi dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, masyarakat dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Definisi ini memberikan
pengertian
bahwa
masyarakat
diberi
kemampuan
untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan, serta kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Menurut Craig dan Mayo (1995) yang dikutip oleh Nasdian (2003), partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dalam proses pemberdayaan. Orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga mereka memperoleh rasa percaya diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga semakin banyak keterampilan yang dimilki seseorang, semakin baik kemampuan berpartisipasinya.
Menurut Cohen dan Uphoff (1977) dalam Febriana (2008) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu: 1. partisipasi dalam tahap perencanaan 2. partisipasi dalam tahap pelaksanaan 3. partisipasi dalam memanfaatkan hasil pembangunan 4. partispasi dalam pengawasan Menurut Pangestu dalam Pratiwi (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu: a. Faktor internal dari individu yang mencakup karakteristik individu yang meliputi: umur, pendidkan formal, pendidkan non formal, luas lahan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan. b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu yang meliputi hubungan antara pengelola dengan masyarakat, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola, dan kegiatan penyuluhan. Menurut Nasdian (2003), selain faktor pendukung terdapat faktor yang menghambat partisipasi masyarakat, faktor penghambat partisipasi antara lain adalah masalah struktural. Masalah struktural mengalahkan masyarakat lapisan bawah terhadap interest pribadi akibat aparatur pemerintah yang lebih kuat. Selain itu, faktor lain yang menghambat partisipasi adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yakni masyarakat yang pasrah terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat menjadi kurang kreatif. Budaya tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan.
2.1.3 Konsep Kemandirian Menurut Sumodiningrat (1999), kemandirian mengandung arti bahwa proses pembangunan diciptakan dari, oleh dan untuk setiap anggota masyarakat. Sehubungan
dengan
konsep
pemberdayaan
masyarakat,
kemandirian
dikategorikan menjadi tiga, yaitu kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian manajemen. Kemandirian material merupakan kemampuan produktif guna memenuhi materi dasar untuk bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi dari pihak luar. Kemandirian manajemen adalah kemampuan untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif. Verhagen (1996) yang dikutip oleh Hikmat (2004) mengemukakan bahwa swadaya adalah suatu sarana untuk mencapai kemandirian dan kemandirian adalah suatu suasana atau kondisi tertentu membuat seseorang individu atau sekelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingankepentingan individu atau kelompok. Suatu kelompok yang mandiri berarti kelompok tersebut telah mengembangkan kemampuan organisasional, produktif dan analitik yang memadai sehingga mampu merancang dan melaksanakan suatu strategi yang dapat memberikan sumbangan secara efektif. Prijono dan Pranaka (1996) mengemukakan bahwa memberdayakan rakyat mengandung makna mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatankekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.
Dalam mengukur indikator kemandirian, Sumardjo (1999) mengukur pada aspek-aspek: modernitas, efisiensi dan daya saing dengan masing-masing aspek tersebut diukur dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.1.4 Evaluasi Program Evaluasi secara umum dapat dikatakan sebagai proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai dalam suatu program. Menurut Arikunto (1999), evaluasi program adalah suatu rangkaian yang
dilakukan
dengan
sengaja
untuk
melihat
keberhasilan
program.
Wiriatmaadja (1986), mendefinisikan bahwa evaluasi adalah suatu proses timbal balik dimana hasil yang telah diperoleh selama pelaksanaan diperbandingkan dengan rencana dan keadaan semula. Departemen Pertanian dalam Fauziah (2007), mengartikan evaluasi sebagai suatu proses untuk melakukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematis dan objektif. Soekartawi (1999) sebagaimana dikutip Fauzia (2008) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Departemen Pertanian (1990) seperti dikutip dalam Fauzia (2008), mengungkapkan jenis evaluasi untuk mengevaluasi program yaitu: 1. Evaluasi Input Evaluasi Input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu
tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan suatu proyek atau program. 2. Evaluasi Output Evaluasi Output adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia, untuk mencapai tujuan proyek atau program. Contoh output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif), perubahan sikap (aras afektif), kesediaan berperilaku (aras konatif) dan perubahan perilaku (aras psikomotorik). Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaannya terhadap suatu hal. Aras konatif adalah kesediaaan seseorang berperilaku tertentu yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatannya sehari-hari sehingga membentuk suatu pola. 3. Evaluasi Effect (efek) Evaluasi effect adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dan perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru tampak setelah program selesai. 4. Evaluasi Impact (dampak) Evaluasi Impact adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh
proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif. Menurut Kunarjo (2002), untuk mengevaluasi program, tahap pertama yang dilakukan adalah mendesain kegiatan program yang bersangkutan. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Untuk itu perlu ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan program. b. Kegiatan yang menjadi pendukung program. c. Bagaimana prosedur pelaksanaannya. d. Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek. e. Memperkirakan efek dan dampak suatu program yang bersangkutan.
2.1.5 Program Posdaya Posdaya adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu (Suyono dan Haryanto, 2009). Posdaya juga dapat menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan, dalam berbagai bidang, utamanya agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga keluarga secara harmonis bisa tumbuh mandiri di desanya. Program melalui kegiatan advokasi harus bisa meyakinkan para pejabat formal dan fungsional serta para pemimpin non formal untuk mampu membantu mengisi dan meningkatkan dinamika pembangunan melalui kerjasama dengan
seluruh unsur yang tergabung dalam Posdaya. Adanya dukungan dan partisipasi para pemimpin tersebut proses pemberdayaan pembangunan ditawarkan melalui Posdaya berupa program-program yang mendukung penyegaran hidup gotong royong, mampu memberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan serta mendorong dalam pemantapan fungsi-fungsi keluarga seperti telah disampaikan di atas. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga semakin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri, dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Lebih dari itu keluarga sejahtera yang bermutu dan mandiri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraan keluarga yang intinya keikutsertaan dalam KB, kesehatan, pendidikan,
dan
kemampuan
ekonomi
keluarga
yang
mencukupi
dan
berkelanjutan. Posdaya bukan dimaksudkan untuk mengganti pelayanan sosial ekonomi kepada masyarakat berupa pelayanan terpadu di berbagai bidang seperti Posyandu, BKB, PAUD, pelayanan BLT, pelayanan beras RASKIN, atau pelayanan pembangunan lainnya. Posdaya dibangun sebagai forum untuk mengembangkan
kegiatan
pemberdayaan
terpadu
yang
dinamis,
yaitu
pemberdayaan pembangunan untuk seluruh anggota keluarga yang dipadukan dengan saling terkait. Tujuannya adalah agar pimpinan keluarga mengetahui peran dan fungsinya yang lengkap sebagai kesatuan keluarga yang utuh. Akhirnya setiap kepala keluarga dan anggotanya bisa saling mengingatkan untuk melakukan pemberdayaan seluruh anggota keluarga secara mandiri.
Posdaya dikembangkan secara bertahap, mulai dari yang bersifat sederhana dengan kegiatan terbatas sampai akhirnya paripurna tergantung dari dukungan masyarakatnya. Posdaya paripurna merupakan forum pemberdayaan yang bervariasi, dimana sebagian besar pengelolaan dan pembiayaannya dikelola dan berasal dari anggota masyarakat. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan fungsi-fungsi keluarga secara baik. Pengembangan Posdaya ditujukan untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut: a. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau social capital seperti budaya hidup gotong royong dalam masyarakat untuk saling peduli sesama anak bangsa, saling tolong menolong antar keluarga dengan keluarga lain, saling mengulurkan bantuan pemberdayaan secara terpadu atau bersamasama memecahkan masalah kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau forum yang memungkinkan setiap keluarga untuk saling asah, asih dan asuh, dalam memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera. b. Terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid, yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi. c. Terbentuknya lembaga sosial dengan keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana
partisipasi sosial, dimana setiap keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan yang bisa membantu proses pembangunan kehidupan.
Metode Pengembangan Posdaya dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan berikut: 1. Pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan kader Posdaya dengan program motivasi dan keterampilan. 2. Rapat koordinasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan masingmasing Posdaya, saling berbagi antar pengurus atau kader, dan sosialisasi program 3. Pendampingan, dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi bagi Posdaya, sumber informasi dan motivator pengembangan Posdaya.
Berdasarkan kemampuan Posdaya membiayai kegiatanya dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Mandiri, yakni sumber pembiayaan kegiatanya tidak lagi tergantung dari Yayasan Damandiri, tetapi dapat mengakses sumber-sumber dana tanpa ikatan. b. Mandiri Partial, yakni sumber pembiayaan kegiatanya sebagian masih tergantung dari bantuan Yayasan Damandiri, sebagian diperoleh dari sumber-sumber lain. c. Pemula/Belum Mampu Mandiri, yakni sumber pembiayaan kegiatanya sepenuhnya dari Yayasan Damandiri.
2.2
Kerangka Pemikiran Posdaya diprakarsai oleh Yayasan Damandiri ini bertujuan sebagai forum
informasi, pendidikan dan pemberdayaan serta penyegaran partisipasi masyarakat secara mandiri. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan
masyarakat
yang
mengimplementasikan
nilai-nilai
kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up programme”, kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Pihak “luar” hanya berperan sebagai fasilitator, mediator dan pembangkit gagasan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pembentukan Posdaya yakni upaya pencapaian MDGs dan HDI dan upaya pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut yang mendasari munculnya gagasan mengenai program tersebut. Berkaitan dengan hal di atas peneliti ingin melakukan evaluasi mulai input, proses pelaksanaan, output, efek dan dampak program terhadap masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pada awalnya peneliti ingin mengkaji terlebih dahulu sejauhmana pelaksanaan kegiatan Posdaya di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Selain itu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan Posdaya, baik faktor yang mendukung
keberhasilan program Posdaya maupun faktor yang menghambat program Posdaya. Evaluasi input dilakukan mengenai hal-hal yang perlu tersedia dalam pelaksanaan suatu program. Dalam hal ini input yang dikaji berupa tujuan program, sasaran program, sumberdaya manusia (SDM), dan anggaran/biaya. Evaluasi proses pelaksanaan dilakukan mengenai tahap pelaksanaan program dimulai dari sosialisasi program, partisipasi masyarakat sampai program tersebut selesai dilaksanakan. Evaluasi terhadap partisipasi masyarakat dalam Posdaya dapat dilihat melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi mengenai program Posdaya. Evaluasi ouput berkaitan dengan suatu hal yang diharapkan terjadi atau dihasilkan setelah input tesedia dan proses dilaksankan sampai selesai. Output yang dihasilkan dapat dilihat dari perubahan sikap, perubahan pengetahuan dan perubahan perilaku. Evaluasi efek dilakukan mengenai hasil pelaksanaan dari kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Selain itu juga dievaluasi mengenai dampak program, sebelum adanya program dan setelah adanya program.
Hal ini, dapat menunjukkan apakah
program tersebut mempunyai dampak yang positif bagi masyarakat, yakni meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Apabila program Posdaya mempunyai dampak yang positif terhadap masyarakat
maka
program
tersebut
dapat
dilanjutkan
dan
dilakukan
pengembangan program yang dijadikan contoh bagi Posdaya lainnya. Apabila program Posdaya berdampak negatif dan tidak dapat memberdayakan masyarakat maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan atas kekurangan dari program yang
sedang berlangsung tersebut. Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang bisa dilihat pada Gambar 1.
Evaluasi Program Posdaya Bina Sejahtera Program Pendidikan Program Kesehatan Program Ekonomi
Input Tujuan Program
Proses Pelaksanaan di Lapangan
Sasaran Program
Proses Sosialisasi
Anggaran / Biaya SDM
Tingkat Partisipasi Masyarakat (tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi)
Output Perubahan sikap, pengetahuan dan perilaku masyarakat
Efek Hasil yang diperoleh dari penggunaan output program
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Keterangan : : Arah Pengaruh
Dampak Peningkatan kualitas yang diperoleh dalam jangka panjang
2.3 1.
Hipotesis Pengarah Pelaksanaan program Posdaya terdiri dari empat bidang, yaitu bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pencapaian program Posdaya berbeda-beda pada tiap bidang.
2.
Pelaksanaan
Posdaya
dipengaruhi
oleh
faktor
yang
mendukung
pelaksanaan program maupun faktor yang menghambat program. 3.
2.4
Efek dan dampak program Posdaya berbeda-beda pada tiap bidang.
Definisi Konseptual Definisi konsepetual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Posdaya
adalah
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
yang
mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. 2.
Pendidikan adalah proses pertukaran pengetahuan antara fasilitator dengan masyarakat.
3.
Kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan sosial yang sejahtera yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi.
4.
Ekonomi adalah kondisi yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan, daya beli masyarakat, jumlah pendapatan dan aspek finansial lainnya.
5.
Partisipasi masyarakat adalah tahapan keterlibatan masyarakat dalam Posdaya baik langsung maupun tidak langsung secara sukarela dan disertai tanggung jawab.
6.
Evaluasi program adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh evaluator untuk mengukur keberhasilan program. Evaluasi dilakukan pada tahap
partisipasi masyarakat dan melihat dampak program untuk mengetahui efektivitas program.
2.5
Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan suatu proyek atau program.
2.
Proses adalah tahap pelaksanaan program dimulai dari sosialisasi program, partisipasi masyarakat sampai program tersebut selesai dilaksanakan.
3.
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan program, di mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi.
4.
Partisipasi tahap perencanaan adalah keterlibatan masyarakat dalam merencanakan dan membuat keputusan terhadap program Posdaya yang akan dijalankan. Terdapat 5 pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Dengan kategori jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0. Jika partisipasi tinggi diberi nilai 6-10 dan jika partisipasi rendah diberi nilai 0-5.
5.
Partisipasi tahap pelaksanaan adalah keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program Posdaya. Terdapat 4 pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Dengan kategori jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban
“Tidak” diberi nilai 0. Jika partisipasi tinggi diberi nilai 5-8 dan jika partisipasi rendah diberi nilai 0-4. 6.
Partisipasi tahap menikmati hasil adalah keterlibatan masyarakat dalam menikmati hasil program Posdaya. Terdapat 6 pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Dengan kategori jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0. Jika partisipasi tinggi yaitu nilai 7-12 dan jika partisipasi rendah diberi nilai 0-6.
7.
Partisipasi
tahap
evaluasi
adalah
keterlibatan
masyarakat
dalam
mengevaluasi program Posdaya. Terdapat 4 pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Dengan kategori jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Jika partisipasi tinggi yaitu nilai 5-8 dan jika partisipasi rendah diberi nilai 0-4. 8.
Output Program adalah penilaian terhadap hasil program, yakni perubahan sikap, pengetahuan dan perilaku masyarakat. Terdapat 11 pertanyaan untuk penilaian perubahan aspek pengetahuan, untuk setiap jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0. Jika tinggi diberi nilai 12-22 dan jika rendah diberi nilai 0-11 Terdapat 11 pertanyaan untuk penilaian perubahan aspek sikap, untuk setiap jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0. Jika positif diberi nilai 12-22 dan jika negatif diberi nilai 0-11. Terdapat 11 pertanyaan untuk penilaian perubahan aspek perilaku, , untuk setiap jawaban “Ya” diberi nilai 2 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0. Jika aktif diberi nilai 12-22 dan jika pasif diberi nilai 0-11.
9.
Efek program adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan output-output program Posdaya.
10. Dampak program adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari efek program Posdaya dalam jangka panjang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan didukung pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984 dalam Sitorus, 1998). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang program Posdaya. Metode kualitatif yang digunakan adalah studi kasus, dengan metode ini dimungkinkan untuk diperoleh informasi secara mendalam, sehingga dapat menjelaskan peristiwa atau gejala sosial yang terjadi di masa sekarang, atau masih dalam rentang pengalaman/ingatan warga masyarakat yang dikaji. Menurut Yin (2002), menyatakan bahwa studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer (masa kini), bila peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tidak dapat dimanipulasi. Strategi studi kasus digunakan karena mampu menggali pengalaman yang sudah terjadi, kemudian menarik tafsir yang bermakna pada tindakan-tindakan berbagai pihak dalam program pemberdayaan. Analisis juga bisa dilakukan terhadap data-data perkembangan wilayah dalam waktu yang berbeda, bersamaan dengan perencanaan maupun implementasi program. Studi kasus juga dapat digunakan dalam merumuskan suatu peramalan perjalanan masyarakat pemanfaat. Pada kenyataannya ramalan studi wilayah
kasus tahun-tahun sebelumnya ternyata teruji diterima dalam kedatangan (restudi) pada tahun-tahun berikutnya (Agusta, 2000).
Strategi dalam metode
kualitatif yang dipakai ialah studi kasus instrumental, baik yang diperoleh di lapangan maupun melalui literatur. Dalam strategi ini generalisasi diperoleh sejauh muncul dalam kasus-kasus itu sendiri (Stake, 1995). Perbandingan antar kasus dilakukan untuk menemukan tipe-tipe konteks masyarakat, yang dari sana diperoleh kaitannya dengan pola pelaksanaan program pemberdayaan. Evaluasi terhadap kaitan antara kinerja pelaksanaan program pemberdayaan dan konteks lokasi setempat berguna untuk memberi pengertian mendalam mengenai mengapa suatu pola pemikiran, sikap dan tindakan dilakukan oleh pihak-pihak terkait di atas. Konteks lokasi mencakup konteks fisik, ekonomi, dan demografi, konteks struktur. Dengan demikian penulis diharapkan dapat mengkaji dan memaparkan program secara objektif. Pendekatan kuantitatif dilakukan menggunakan metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy, 1989). Pendekatan kuantitatif ini dilakukan secara sinergis dengan pendekatan kualitatif agar diperoleh data yang komprehensif tentang objek yang diteliti.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RW 02 Kelurahan Pasir Mulya, Kecamatan Bogor
Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan observasi melalui kepustakaan, studi dokumenter, surat kabar, internet dan informasi dari
beberapa narasumber. Posdaya Bina Sejahtera dapat dikatakan Posdaya yang paling berhasil di Bogor. Hal ini dibuktikan dengan telah banyaknya dilakukan studi banding oleh beberapa Perguruan Tinggi dan negara lain seperti Malaysia dan Somalia. Hal tersebut membuktikan bahwa Posdaya Bina Sejahtera menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan bulan Juli 2009. Pada akhir bulan Mei 2009 dilakukan studi penjajagan mengenai Posdaya Bina Sejahtera di Pasir Mulya. Pada bulan Juni 2009, dilakukan pengambilan data dengan melakukan wawancara mendalam dan juga melalui kuesioner kepada beberapa informan dan responden. Pada akhir bulan Juni 2009 sampai awal Juli 2009, dilakukan input data, pengolahan data, dan intrepretasi. Penyusunan hasil penelitian dilakukan dari pertengahan bulan Juli 2009 sampai awal Agusuts 2009.
3.3
Penentuan Responden dan Informan Subyek penelitian adalah informan dan responden. Informan merupakan
pihak yang memberikan keterangan tentang pelaksanaan program dan permasalahan yang terjadi di lingkungannya, sedangkan responden adalah pihak yang memberi keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Bapak Yanefri dan Ibu Mintarti selaku pendamping program Posdaya Bina Sejahtera, dan Bapak Asep Hilmansyah (Ketua program Posdaya Bina Sejahtera) sebagai informan kunci dan kemudian diperoleh informan lainya dari referensi informan kunci dengan menggunakan teknik Snowball.
Responden dalam penelitian ini adalah para kader dan anggota program Posdaya yang aktif mengikuti kegiatan serta juga dari sebagian masyarakat yang dapat mewakili populasi. Jumlah responden ditentukan sebanyak 50 orang. Unit analisis yang dipilih dalam penelitian ini adalah individu.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data kualitatif yang dipakai untuk mendapatkan data yang diinginkan menggunakan metode triangulasi berupa wawancara mendalam, pengamatan berperan serta dan penulusuran dokumen. Metode tersebut dilakukan kepada informan, diantaranya pembina dan pendamping Posdaya Bina Sejahtera, pengurus Posdaya Bina Sejahtera, anggota Posdaya Bina Sejahtera dan juga tokoh serta aparat desa setempat. Hal ini dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai program Posdaya Bina Sejahtera di RW 02, Kelurahan Pasir Mulya, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan metode survai dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data sekunder yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini berupa laporan dan dokumen tentang program Posdaya yang didapat dari P2SDM dan Yayasan Damandiri, sedangkan data demografi Kelurahan Pasir Mulya, khususnya RW 02 diperoleh dari Kantor Kelurahan Pasir Mulya dan pengurus RW dan RT setempat.
3.5
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Untuk data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman,1992 dikutip dalam Sitorus,1998). Secara rinci, tahapan analisis data dijabarkan sebagai berikut: 1. Reduksi data, yaitu melakukan kategori data. Kegiatan dalam reduksi data ini meliputi pemilihan data, pemilahan, dan penyederhanaan data. Penulis menyeleksi data yang telah dikumpulkan, kemudian membuat ringkasan dan
mengkategorikan
data
berdasarkan
tujuannya.
Hasil
dari
pengkategorian data dijadikan konsep awal dalam diskusi kelompok. Selanjutnya dilakukan tukar pendapat dengan responden dan informan. 2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksi data dalam bentuk narasi, grafik atau bagan, sehingga mempermudah dalam analisis masalah. Data yang telah dikategori bersama disajikan dalam bentuk bagan dalam diskusi kelompok. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu verifikasi atas kesimpulan. Artinya, selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk memastikan bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Setelah tahap ini selesai dilakukan, peneliti mulai menyusun data akhir ke dalam bentuk skripsi.
Analisa data kuantitatif dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk melihat gambaran partisipasi masyarakat dalam Posdaya Bina Sejahtera. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan komputer dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1
Letak Geografis dan Keadaan Alam Kelurahan Pasir Mulya berada di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,
Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya
Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Ciomas Rahayu
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Batu
Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda Secara geografis, Kelurahan Pasirmulya terletak 2,5 kilometer dari ibu
kota Kota Bogor dengan waktu tempuh sekitar 5 menit, 120 kilometer dari ibu kota provinsi dan 60 kilometer dari ibu kota negara. Berdasarkan data monografi kelurahan (2008), Kelurahan Pasir Mulya memiliki topografi berupa dataran rendah. Curah hujan berkisar antara 4.000 mm/tahun sampai dengan 4500 mm/tahun dan suhu udara rata-rata berkisar anatara 28° C - 31° C. Luas wilayah Kelurahan Pasir Mulya secara keseluruhan adalah 235,04 hektar. Penggunaan lahan untuk jalan sekitar 194 hektar, dan digunakan untuk bangunan umum 0,2899 hektar. Pemukiman atau perumahan menggunakan lahan sekitar 39 hektar, untuk jalur hijau 0,6 hektar, untuk pekuburan 0,34 hektar, untuk pertokoan atau perdagangan sekitar 0,4 hektar, digunakan untuk perkantoran sekitar 0,075 hektar, dan digunakan untuk tanah wakaf 0,34 hektar. Hal ini disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Alokasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2008 Luas (ha) No. Penggunaan 1. Jalan 194 2. Bangunan Umum 0,2899 3. Pemukiman/Perumahan 39 4. Jalur Hijau 0,6 5. Pekuburan 0,34 6. Pertokoan/Perdagangan 0,4 7. Perkantoran 0,075 8. Tanah Wakaf 0,34 Jumlah 235,04 Sumber : Monografi Kelurahan Pasir Mulya, 2008
4.2
Keadaan Penduduk Penduduk Kelurahan Pasirmulya menurut data monografi kelurahan pada
tahun 2008 tercatat berjumlah 4.766 jiwa dan terdiri dari 2.433 jiwa laki-laki dan 2.333 jiwa perempuan dan terdiri dari 1.226 KK, sedangkan jumlah penduduk RW 02 yang terdiri dari tiga RT dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Jumlah KK RW 02 Pasir Mulya Tahun 2008 Jumlah Penduduk No.
RT
Laki-laki Perempuan (orang) (orang) 1. 01 79 70 2. 02 160 144 3. 03 194 196 Jumlah 433 410 Sumber : Data RW 02 Pasir Mulya, 2008
Jumlah (orang) 149 304 390 843
Kepala Keluarga (KK) 37 69 100 206
Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk RW 02 yang merupakan bagian dari Kelurahan Pasirmulya berjumlah 843 jiwa yang terdiri dari 433 jiwa laki-laki dan 410 jiwa perempuan dan terdiri dari 206 KK.
Mayoritas
penduduk
Kelurahan
Pasirmulya
merupakan
lulusan
SLTA/SMA sebanyak 1903 orang. Angka lulusan perguruan tinggi pun cukup tinggi, hal ini disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pasirmulya Tahun 2008 Jumlah No. Tingkat Pendidikan (orang) 1. SD/MI 623 2. SMP/SLTP 760 3. SMA/SLTA 1903 4. Akademi (D1-D3) 469 5. Sarjana (S1-S3) 343 Jumlah 4098 Sumber : Monografi Kelurahan Pasir Mulya, 2008
Pendidikan dapat dikatakan sebagai modal dan salah satu penentu keberhasilan dan kualitas hidup seseorang, walaupun hal tersebut bukan jaminan yang utama. Salah satu faktor tingginya angka kemiskinan adalah tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan mayoritas penduduk RW 02 dapat dilihat pada Tabel yang paling banyak tamatan SLTA atau SMA sebanyak 95 orang. Hanya sebagian yang lulusan perguruan tinggi. Oleh karena itu, masih rendahnya tingkat pendidikan pada RW 02 menyebabkan angka kemiskinan cukup tinggi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih kurang, hal ini dapt dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan RW 02 Pasir Mulya Tahun 2008 Tidak Tamat Tamat Tamat Tamat Tamat Jumlah No. RT SD SLTP SLTA AK/PT SD (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) 1. 01 7 4 18 8 37 2. 02 3 16 13 30 7 69 3. 03 21 18 47 14 100 Jumlah 3 44 35 95 29 206 Sumber : Data RW 02 Pasir Mulya, 2008
Rendahnya tingkat pendidikan diakibatkan karena rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan serta pengaruh tingkat pendapatan yang relatif rendah, sehingga faktor biaya menjadi kendala untuk melanjutkan sekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Pasirmulya berdasarkan data monografi kelurahan tahun 2008 terdiri dari berbagai macam mata pencaharian. Mayoritas penduduk Kelurahan Pasir Mulya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai swasta atau BUMN.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Pasirmulya Tahun 2008 Jumlah No. Pekerjaan (orang) 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 250 2. TNI 7 3. Polri 2 4. Swasta/BUMN/BUMD 722 5. Wiraswasta 153 6. Pertukangan 192 7. Pensiunan 213 8. Jasa/Lain-lain 36 Jumlah 1575 Sumber : Monografi Kelurahan Pasir Mulya, 2008
Komposisi penduduk kelompok angkatan kerja menurut kepala keluarga di RW 02, jumlah yang paling banyak adalah penduduk bekerja lebih banyak daripada penduduk yang tidak bekerja, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Angkatan Kerja RW 02 Berdasarkan Kepala Keluarga Pasir Mulya Tahun 2008 Bekerja Tidak Bekerja No. RT (orang) (orang) 1. 01 27 10 2. 02 55 14 3. 03 73 27 Jumlah 155 51 Sumber : Data RW 02 Pasir Mulya, 2008
Berdasarkan komposisi penduduk angkatan kerja RW 02, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 155 orang dan penduduk yang tidak bekerja sebanyak 51 orang. Penduduk yang bekerja mayoritas bekerja sebagai PNS, swasta dan buruh lepas. Walaupun mereka bekerja, pendapatan mereka masih kurang dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka pada umumnya golongan menengah ke bawah dengan pendapatan yang rendah, sehingga angka kemiskinan di RW 02 cukup tinggi. Angka kemiskinan yang cukup tinggi menyebabkan banyak bantuan bagi masyarakat melalui program pemerintah. Penduduk yang menerima BLT berjumlah 65 orang, penerima Jamkesmas sebanyak 65 orang, Raskin 90 orang dan bantuan-bantuan lainnya. Hal ini disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk RW 02 Pasir Mulya Yang Mendapat Bantuan Program Pemerintah Tahun 2008 Keluarga Penerima Bantuan PKH No.
RT
BLT (orang)
Jamkes mas (orang)
Raskin (orang)
Kompor
Anak Sekolah (orang)
BUMIL (orang)
GAS RT (orang)
GAS UKM (orang)
1.
01
18
15
14
1
1
17
5
2.
02
22
22
31
3
1
71
13
3.
03
25
28
45
-
2
86
8
65
65
90
3
4
174
26
Jumlah
Sumber : Data RW 02 Pasir Mulya, 2008
4.3
Struktur Masyarakat Gambaran struktur sosial masyarakat Kelurahan Pasir Mulya khususnya
wilayah RW 02 diperoleh melalui proses wawancara dan hasil pengamatan. Hasil penelitian pada struktur sosial masyarakat RW 02 diperoleh kesimpulan bahwa lapisan paling atas diisi oleh lapisan tokoh agama, pegawai negeri dan pegawai kantoran. Hal ini seperti dikemukakan oleh beberapa pengurus RW 02 yang mengatakan : “Masyarakat disini jika ada masalah, pasti meminta saran dari Ustadz Jajang dan Haji Sodiqin Muslim.”
Tokoh agama dijadikan sebagai penasehat dalam Posdaya Bina Sejahtera diantaranya yakni Ustadz Hidayat M, Ustadz Jajang Lukti dan H. Sodiqin Muslim. Hal ini menunjukan bahwa tokoh agama mendapatkan posisi teratas pada masyarakat RW 02. Selain itu golongan yang menempati struktur paling atas adalah pegawai negeri dan pegawai kantoran. Ketua RW 02 saat ini adalah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Leuwiliang, dan para pengurus RT pun
kebanyakan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, hanya satu orang yang bekerja di perusahaan swasta. Pada lapisan kedua struktur masyarakat Kelurahan Pasir Mulya diisi oleh unsur pemuda yakni Ahmad Sudrajat, Rully Efendi, dan Nurdani Yusuf, serta kader-kader Posyandu, kader-kader PAUD, maupun pengurus Posdaya lainnya. Golongan ini dari segi kekayaan, pendidikan atau pengetahuan memiliki tingkat menengah, sehingga golongan ini mempunyai akses yang lebih besar untuk memperoleh informasi atau sarana pelayanan sosial seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Pada lapis ketiga atau lapis paling bawah diisi oleh penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tetap, seperti buruh bangunan, buruh tani ataupun buruh lepas/ tidak tetap lainnya. Penduduk pada lapisan ini merupakan penduduk mayoritas atau yang paling banyak di RW 02. Banyak warga yang masih berada dalam kemiskinan dan kurangnya akses dalam sarana pendidikan maupun kesehatan. Hal ini merupakan salah satu alasan pembentukan Posdaya di RW 02. Sesudah terbentuknya Posdaya Bina Sejahtera pada Mei 2007, akses golongan masyarakat lapisan paling bawah terhadap sarana kesehatan dan pendidikan semakin meningkat. Mereka sangat terbantu dengan adanya Posyandu balita maupun lansia mendapatkan pengobatan murah bahkan gratis dan dengan PAUD anak-anak balita mendapatkan pendidikan dengan gratis sehingga pengetahuan mereka pun semakin meningkat.
4.4
Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan di Kelurahan Pasirmulya dapat dikatakan cukup memadai. Hingga kini terdapat 3 bangunan TK dengan guru yang berjumlah 10 orang dan murid 74 orang, SD terdapat 3 bangunan SD/MI dengan guru 40 orang dan murid 957 orang, SMP
terdapat 2 bangunan SMP/MTs dengan guru
berjumlah 37 orang dan murid 790 orang, dan yang terakhir SMA terdapat 1 bangunan dengan guru yang berjumlah 35 orang dan murid 920 orang. Perbandingan antara guru dan murid yang diajar cukup berimbang jika melihat data tersebut, oleh karena itu dibutuhkan lebih banyak guru yang mengajar sehingga proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan dengan lancar dan efektif. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sarana Pendidikan Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2008 Gedung Guru No. Jenis Pendidikan (buah) (orang) 1. TK 3 10 2. SD 3 40 3. SMP 2 37 4. SMA 1 35 Jumlah 9 122 Sumber : Monografi Kelurahan Pasir Mulya, 2008
Murid (orang) 74 957 790 920 2741
Sarana perekonomian dalam bidang perdagangan terdapat 3 buah pasar swalayan, 3 buah toko modern, 38 buah toko, 13 buah warung, 4 buah kaki lima, 4 buah rumah makan, 9 buah warung makan dan 4 buah katering. Sarana dalam bidang jasa terdapat 3 buah wartel, 1 buah panti pijat, 1 buah dealer/leasing, 5 buah konveksi (penjahit) dan 2 buah salon. Hal mengenai sarana perekonomian tersaji dalam Tabel 9.
Tabel 9. Sarana Perekonomian Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2008 No. Jenis Perdagangan / Usaha Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pasar Swalayan Toko Modern Toko Warung Kaki Lima Rumah Makan Warung Makan Katering Wartel Panti Pijat Dealer / Leasing Konveksi (Penjahit) Salon Jumlah Sumber : Monografi Kelurahan Pasir Mulya, 2008
(buah) 3 3 2 1 4 4 9 4 3 1 1 5 2 42
Sarana dan prasarana perhubungan cukup memadai, ada 2 jalur/trayek angkutan kota yang melewati kelurahan Pasirmulya yakni angkutan kota nomer 14 jurusan Laladon - Empang dan 05A jurusan Ciomas - Merdeka, dan juga terdapat ojek motor. Jalan yang dapat dilewati kendaraan roda empat atau lebih sepanjang ± 7 km, dan jalan yang hanya dapat dilalui pejalan kaki ± 3,5 km. Jalan yg terdapat pada RW 02 tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat, hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki. Jarak antar satu rumah ke rumah lain hanya berjarak ± 1m, sehingga hanya dapat dilalui oleh 1 kendaraan roda dua, dan akan sulit sekali ketika bertemu berlawanan. Sarana perhubungan lain yang terdapat pada Kelurahan Pasirmulya terdapat 4 buah jembatan. Pemukiman warga Kelurahan Pasirmulya terdiri atas 495 buah rumah permanen, 450 buah semi-permanen, dan 38 buah rumah non-permanen. Jumlah rumah yang mempunyai jamban terdapat 945 buah rumah, dan terdapat 680 buah rumah yang memiliki sarana air bersih PDAM dan yang lainnya menggunakan
sumur galian dan sumur pompa. Jumlah rumah tangga sehat sebanyak 182 buah rumah dan terdapat juga 3 buah jamban umum/MCK. Selain itu, sarana dan prasarana kesehatan yang disediakan pemerintah berupa 1 buah Puskesmas dengan tenaga medis 4 orang dokter, 3 orang perawat dan 2 orang bidan. Sarana kesehatan lainnya terdapat 4 buah Posyandu balita dan 2 buah Posyandu lansia, serta terdapat juga 2 orang praktek dokter, 1 dokter umum dan 1 dokter gigi. Dengan adanya fasilitas kesehatan tersebut masyarakat cukup terbantu, namun masih banyak warga yang miskin kesulitan dalam pembiayaan kesehatan terlebih jika menderita sakit yang cukup serius.
BAB V GAMBARAN UMUM POSDAYA BINA SEJAHTERA
5.1
Sejarah Berdirinya Posdaya Proses pembentukan Posdaya dilatarbelakangi oleh adanya keinginan,
kebutuhan, harapan dan tujuan yang sama memajukan warga masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu berusaha dan hidup mandiri dengan kemampuan sendiri, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan hidup lebih sehat sejahtera. Namun kendala selalu datang terutama untuk menemukan pihak lain yang mampu memberikan dorongan motivasi, bimbingan dan program pendampingan yang jelas, teratur dan berkelanjutan. Pada bulan Mei 2007, warga RW 02 terpilih menjadi salah satu calon kelurahan yang akan mendapatkan bimbingan dari Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Pada tanggal 8 Mei 2007 diselenggarakan lokakarya Posdaya yang diprakarsai oleh P2SDM IPB dan Yayasan Damandiri, dihadiri oleh Kepala Kelurahan Pasirmulya, Ketua RW, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Kepala Lembaga Pendidikan dan warga masyarakat RW 02. Pada lokakarya tersebut menghasilkan dua kesepakatan antara lain : 1.
Tersusun dan terbentuknya Tim Kerja Posdaya Kelurahan Pasir Mulya.
2.
Ditetapkan wilayah RW.02 sebagai contoh pelaksanaan Program Posdaya di Kelurahan Pasir Mulya.
Pada tanggal 21 Mei 2007 telah dikukuhkan Tim Kerja Posdaya Pasirmulya melalui Surat Keputusan yang dibuat oleh Kepala Kelurahan Pasirmulya
No.
147/08-PM.
Tentang
Pembentukan
Posdaya
Kelurahan
Pasirmulya dan ditetapkan bahwa dengan keluarnya Surat Keputusan tersebut menjadi tanggal terbentuknya Posdaya di Kelurahan Pasir Mulya. Menindaklanjuti dari pengukuhan tersebut maka pada tanggal 1 Maret 2008 yang diprakarsai Ketua RW 02 diselenggarakan rapat khusus pembentukan Kelompok Kerja untuk melaksanakan beberapa Program Kerja. Berdasarkan hasil kesepakatan warga masyarakat yang hadir pada waktu itu, maka secara aklamasi dan disepakati nama Posdaya adalah Bina Sejahtera. Posdaya “ Bina Sejahtera “ beralamat di Bojong Menteng RT 02 / RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini berada di bagian Barat Kota Bogor, berbatasan dengan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Jarak dari ibukota Kota Bogor sekitar ± 1 km. Proses pembentukan Posdaya Bina Sejahtera dapat disimpulkan dilakukan melalui empat tahapan yakni membangun kemitraan, identifikasi potensi secara partisipatif, lokakarya penetpan program dan menetapkan bentuk dan kegiatan yang akan dilakukan kedepannya. Sebelum adanya Posdaya mereka tidak mempunyai kegiatan pemberdayaan atau semacamnya yang mempunyai arah kegiatan yang jelas.
5.2
Struktur Organisasi Posdaya Susunan pengurus Posdaya Bina Sejahtera pada tahun 2008 di Kelurahan
Pasir Mulya dapat dilihat pada Gambar 2.
Koordinator/Ketua Asep Hilmansyah
Sekretaris Endang Wildan M. Saepudin
Bendahara Dedi Munadi, SPd
Ketua Bidang Pendidikan Ali Yusuf, S.Pd
KADER PAUD 1. ELLA BADRIYAH 2. DEWI SUMIATI 3. DEWI QURAESIN
Pustaka Keliling Koordinator: Nina Siswa/Siswi SMA Rimba Madya
Ketua Bidang Ekonomi Abdul Hamid
KADER USAHA TANI M.E. Nursaleh KADER WANITA TANI Yulianti KADER PEMUDA TANI Fadly
Ketua Bidang Kesehatan Sumiati
1. 2. 3. 4.
KADER POSYANDU Sumiati Khoeriyah Ibu Ketua RT 1,2,3 Junaedi
1. 2. 3. 4. 5.
KADER POSBINDU LANSIA Jamilah Sutinah Sutini Eli Otih
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO ( LKM ) Hanny ( Manajer) Euis ( Kasir )
Gambar 2. Stuktur Organisasi Posdaya Tahun 2008
Sesuai dengan bagan struktur organisasi pada Gambar 2, dalam pelaksanaan Posdaya Bina Sejahtera yang menjadi koordinator atau ketua Posdaya adalah Asep Hilmansyah. Pelaksanaan tugasnya sebagai ketua Posdaya dibantu oleh dua orang sekretaris yakni Endang Wildan sebagai sekretaris I dan M. Saepudin sebagai sekretaris II. Kemudian sebagai bendahara Posdaya Bina Sejahtera adalah Dedi Munadi, S.Pd. Kegiatan Posdaya Bina Sejahtera yang mempunyai tiga fokus bidang kegiatan yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Tiap-tiap kegiatan Posdaya memiliki satu ketua dan yang menjadi ketua bidang pendidikan adalah Ali Yusuf, S.Pd, ketua bidang kesehatan adalah Sumiati dan yang menjadi ketua bidang ekonomi adalah Abdul Hamid. Ketiga ketua bidang tersebut bertanggung jawab dalam kegiatan pada masing-masing bidang. Pengurus kegiatan Posdaya dalam pelaksanaanya dibantu oleh kader-kader Posdaya. Kader-kader tersebut juga dibagi menjadi tiga bidang yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kader bidang kesehatan yang melaksanakan kegiatan Posyandu Melati diketuai oleh Sumiati dan mempunyai anggota Titin, Nanah, Khoeriyah dan Junaedi. Pada kegiatan Posbindu Lansia Bina Sehat diketuai oleh Jamilah dan mempunyai anggota Sutinah, Eli, Sutini dan Hotimah. Kader Bidang Pendidikan yang melaksanakan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bina Mentari diketuai oleh Ali Yusuf dan mempunyai sekretaris Dewi Quraesin. Tutor yang mengajar pada PAUD adalah Dewi Sumiati dan Ela Badriyah. Kegiatan Pustaka keliling yang bertanggung jawab sebagai ketua adalah Nina dan mempunyai anggota Rika, Adhi Tyas dan Prasetyo. Kader Bidang Ekonomi yang melaksanakan kegiatan Lembaga Keuangan Mikro Posdaya (LKM - P) Bina Mandiri adalah Hanny sebagai manajer dan Euis sebagai kasir. Pada Kelompok
Usaha Pengolahan Limbah Keluarga mempunyai 2 seksi, yakni Abdul Hamid sebagai seksi limbah organik dan Ridwan Amir sebagai seksi limbah anorganik. Posdaya Bina Sejahtera juga mempunyai Kelompok Wanita Terampil (KWT) yang ada di setiap RT. KWT Mawar yang berada di RT 01 diketuai oleh Yulianti dan mempunyai 7 anggota, KWT Dahlia yang berada di RT 02 diketuai oleh Khoeriyah dan mempunyai 13 anggota dan yang terakhir KWT Anggrek yang berada di RT 03 mempunyai ketua Iis Sri Rahayu dan mempunyai 20 anggota. Selain itu juga Posdaya Bina Sejahtera mempunyai Kelompok Usahatani yang diketuai dan Nursaleh dan Riki sebagai sekretaris. Kepengurusan saat ini sudah dilengkapi dengan buku-buku administrasi seperti buku tamu, buku notulen rapat, stempel Posdaya, papan nama dan pin kader sebagai identitas diri.
5.3
Kegiatan Bidang Pendidikan
5.3.1 Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) “Bina Mentari” Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan selama empat hari mulai hari selasa sampai dengan hari jum’at dan pelajaran di mulai sejak pukul 08.00 sampai dengan 10.00. Tempat belajar dan mengajar anak adalah diruangan Posyandu secara bergiliran dengan kegiatan yang lain. Jumlah siswa-siswi yang mengikuti kegiatan PAUD sebanyak 28 orang yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A sebanyak 8 orang dan kelas B sebanyak 20 orang. PAUD Bina Mentari yang sudah berjalan selama 2 tahun ini bisa dikatakan salah satu PAUD yang terbaik di Kota Bogor dan dapat dijadikan contoh untuk PAUD lainnya
karena pengelolaannya yang baik dan mempunyai jumlah murid yang cukup banyak. Dalam penyelenggaraan PAUD, murid-muridnya tidak dipungut biaya sama sekali, mereka dapat belajar secara gratis. Hal ini berbeda dengan PAUD di tempat lainnya yang memungut biaya pendidikan. Pendanaan kegiatan biasanya hanya dari infaq atau sumbangan orang tua murid. Siswa-siswi PAUD tidak hanya berasal dari Kelurahan Pasir Mulya tetapi juga dari kelurahan lain. Adapun fasilitas belajar saat ini terdiri atas dua buah meja belajar panjang sumbangan dari SMA Rimba Madya, beberapa kursi dan alat-alat permainan yang cukup lengkap sumbangan dari berbagai pihak maupun dari warga setempat. Tutor yang mengajar sebanyak 2 orang yang telah dilatih program PAUD oleh Diknas Kecamatan Bogor Barat dan P2SDM LPPM IPB. Anak-anak yang belajar di PAUD Bina Mentari sudah dua kali untuk unjuk kebolehan dengan keterampilan menyanyi dan membaca doa-doa pendek pada saat acara OST tanggal 11 Agusuts 2008 maupun pada saat kunjungan Yayasan Indra dan 7 PT di Jawa Barat pada tanggal 7 Februari 2009. Siswa-siswi PAUD juga sering mengikuti berbagai lomba di tingkat kecamatan maupun tingkat Kota Bogor. Tujuan utama mengikuti lomba adalah untuk memupuk semangat sportivitas dan keberanian tampil di depan umum. Anak-anak dan orang tua murid pun senang dengan adanya PAUD. Hal ini sesuai yang diungkapkan Ibu EB (40 tahun): “Selama ini dek, orang tua dan murid merasa terbantu dan senang dengan adanya PAUD Bina Mentari dan banyak manfaat yang bisa didapatkan dari PAUD ini. Siswa-siswi PAUD mendapatkan pengetahuan dan dapat bermain dan bersosialisasi dengan anak-anak seumurannya.”
Para orang tua siswa bersepakat untuk meningkatkan semangat belajar, mereka iuran membeli seragam dan raport murid. Saat ini para siswa sudah memiliki dua buah seragam dan satu buah seragam olahraga yang diperoleh dengan iuran. Para siswa pun sudah dua kali menerima raport hasil belajar. Salah satu orang tutor berencana melanjutkan kuliah jurusan PAUD di Universitas Terbuka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berbagai pelatihan juga akan diikuti diantaranya adalah pelatihan BCCT di Masjid Istiqlal Jakarta.
5.3.2 Pustaka Keliling “Bina Pelita” Pelayanan perpustakaan keliling dilakukan setiap minggunya, pada hari Sabtu jam 14.00 sampai dengan 15.00. Lama peminjaman 6 hari dan buku akan dikembalikan atau ditukar. Peminjaman buku perpustakan dilakukan secara langsung diantar oleh petugas ke setiap rumah warga yang di tiga RT atau di setiap ada warga yang sedang berkumpul. Sasaran perpustakaan keliling adalah dari anak-anak sampai orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Kegiatan Perpusatakaan keliling mendapat dukungan dari SMA Rimba Madya yang menyumbangkan buku-buku perpustakaan sekolah sekaligus petugas pelayanan kepada warga dari siswa-siswi yang ditunjuk oleh OSIS dan dibantu kader Posdaya sebagai pendamping. Pelayanan yang diberikan oleh perputakaan keliling adalah meminjamkan buku pelajaran sekolah, novel, cerita daerah, sejarah, pertanian, keterampilan dan lain-lain. Selain buku ada beberapa majalah pertanian dan majalah berbahasa Sunda. Hambatan dari pelaksanaan Pustaka Keliling selama ini adalah ketika siswa-siswi SMA Rimba Madya yang bertugas membagikan buku melaksanakan
ujian sekolah sehingga mereka tidak sempat untuk berkeliling. Selain itu, hambatan lainnya adalah buku-buku yang dipinjamkan kurang bervariasi sehingga anak-anak yang meminjam buku pun merasa bosan. Hal ini seperti pengakuan AW (11 tahun): “Buku-bukunya rata-rata semuanya sudah saya baca dan hanya itu-itu saja mas, belum ada tambahan buku-buku baru. Saya mengharapkan buku-buku baru jadi tidak bosan.”
Posdaya Bina Sejahtera dan SMA Rimba Madya untuk kedepannya berusaha meminta bantuan dari Dinas Pendidikan maupun perorangan untuk menyumbangkan buku-bukunya untuk Pustaka Keliling Bina Pelita. Minat baca dan pengetahuan warga RW 02 Pasir Mulya pun diharapkan akan meningkat dengan adanya kegiatan Pustaka Keliling ini.
5.4
Kegiatan Bidang Kesehatan
5.4.1 Posyandu Balita “Melati” Pelaksanaan pelayanan Balita diselenggarakan satu bulan sekali setiap tanggal lima awal bulan. Tempat pelayanan posyandu bertempat di RT 02 satu ruangan bersama dengan PAUD. Pelayanan posyandu ditujukan untuk bayi berumur lima tahun ke bawah dan sampai saat ini balita yang dapat dilayani setiap bulannya sebanyak kurang lebih 54 orang. Pelaksanaan pelayanan mendapat bimbingan dan pendampingan khusus dari Bidan Puskesmas Pasirmulya yaitu Bidan Iis. Jenis pelayanan berupa yang dilakukan oleh Posyandu Balita “Mentari” antara lain: pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, vaksinasi, pemberian makanan tambahan dan pemeriksaan ibu hamil.
Warga RW 02 dengan adanya posyandu ini sangat terbantu. Warga mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga tingkat kesehatan warga meningkat. Warga dapat memeriksakan kesehatan mereka dengan biaya yang murah bahkan ada yang diberikan pengobatan secara cuma-cuma atau gratis, sehingga warga yang tidak mampu dapat mengakses pelayanan kesehatan juga, tidak lagi terbentur masalah biaya.
5.4.2 Posbindu Lansia “Bina Sehat” Pembentukan posbindu lansia dilatarbelakangi belum adanya suatu kegiatan yang khusus menangani pemeriksaan kesehatan khususnya lansia di RW 02 Kelurahan Pasir Mulya. Posbindu lansia dibentuk dengan tujuan untuk membantu para lansia memeriksa kesehatan secara berkala tiap bulan. Posbindu ini berdiri pada tanggal 24 Mei 2008 dengan lima orang kader yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan dua orang staf humas. Pelayanan posbindu lansia dilaksanakan secara rutin satu bulan sekali setiap hari Sabtu minggu keempat. Tempat pelayanan diselenggarakan di ruangan sekretaris RW 02. Sasaran Posbindu lansia adalah warga masyarakat yang berumur 45 tahun ke atas, namun tidak tertutup bagi warga yang berusia di bawah umur 45 tahun untuk memeriksakan kesehatan di Posbindu lansia. Jumlah warga yang dapat dilayani setiap bulannya rata-rata 40 orang. Dalam melaksanakan pemeriksaan kepada pasien, para kader selalu dibimbing dan didampingi oleh Bidan dari Puskesmas Pasirmulya yaitu Ibu Bidan Elin. Pelayanan kesehatan kepada pasien dipungut biaya sebesar Rp. 2.000,- untuk penggatian biaya pengadaan obat dan kartu KMS. Jenis Pelayanan yang dilakukan adalah
penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan asam urat dan pemberian obat.
5.4.3 Bina Keluarga Balita “Melati” Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kegiatan pembinaan keluarga sebagai tak terpisahkan dari kegiatan Posyandu balita. Sasaran dari kegiatan BKB adalah keluarga muda dari keluarga menengah ke bawah yang mempunyai anak balita, atau ibu yang sedang dalam masa mengandung dan menyusui. BKB mempunyai tujuan agar dalam pemeliharaan anak-anak balita diperhatikan asupan makananya dan kadar gizi dari makanan tersebut serta dinamika tumbuh kembang anak-anak tersebut sehingga dapat menghasilkan anak-anak yang sehat dan cerdas. BKB yang ada di bawah arahan Posdaya Bina Sejahtera mulai berkegiatan pada awal Maret 2009. Kegiatan diawali dengan penyuluhan KB oleh PLKB setempat dilanjutkan dengan penyuluhan tentang gizi anak-anak dan bagaimana menerapkan menu gizi yang seimbang. Peserta BKB adalah para ibu yang baru menikah, mempunyai anak balita, atau ibu yang sedang dalam masa mengandung dan menyusui. Pelaksanaan kegiatan BKB dibantu oleh petugas dari Puskesmas Pasir Mulya dibantu oleh bidan Iis dan bidan Iin.
5.5
Kegiatan Bidang Ekonomi
5.5.1 Lembaga Keuangan Mikro Posdaya (LKM – P) LKM-P merupakan lembaga keuangan yang modalnya berasal dari warga masyarakat sendiri yang berdiri sejak bulan Agustus 2008. Pemupukan modal usaha LKM-P diperoleh melalui simpanan ada beberapa macam antara lain :
1. Simpanan Pokok Besar simpanan Pokok sebesar Rp. 10.000,- dapat dibayar sekaligus atau dicicil selama 10 (sepuluh) bulan, jadi setiap bulannya Rp. 1.000,- setelah sepuluh kali setor maka simpanan pokok lunas. 2. Simpanan Wajib Besar simpanan wajib sebesar Rp. 1.000,- per bulan bagi setiap anggota 3. Simpanan Sukarela Simpanan sukarela adalah simpanan sesuai dengan kemampuan dan tujuan anggota
sendiri
tidak
diwajibkan
baik
besar
maupun
waktu
menyimpannya. 4. Simpanan Khusus Simpanan manasuka khusus ditujuan untuk tujuan tertentu, misalnya tabungan hari raya, biaya sekolah, untuk beli hewan qurban dan lain-lain. Simpanan pokok dan wajib tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota, kecuali anggota yang bersangkutan mengajukan keluar dari LKM-P, sedangkan simpanan sukarela dan khusus dapat diambil kapan saja dengan catatan anggota membuat permohonan pengambilan satu sebelumnya. Jumlah simpanan anggota sampai saat ini yang telah terkumpul dari warga masyarakat sebesar Rp. 543.000,- dan modal tersebut sudah salurkan kepada anggota dengan rincian sebagai berikut :
Uang di Kas
Rp. 133.000,-
Piutang anggota
Rp. 420.000,-
Jasa
Rp. 40.000,-
Jenis Pelayanan modal LKM-P yang dapat direalisasikan bagi anggota yang membutuhkan untuk keperluan modal usaha, keluarga sakit perlu untuk berobat dan keperluan sekolah. Besar pinjaman anggota minimal Rp. 50.000,maksimal Rp. 100.000,- yang dibayar 2 (dua) kali cicilan atau paling lama 2 bulan dan besar jasa ditentukan dengan pola syariah. Perkembangan LKM-P sampai saat ini banyak perkembangan dan antusias anggota untuk memanfaatkannya, namun kemampuan modal LKM-P masih terbatas sehingga belum semua keinginan anggota terpenuhi, terutama pelayanan berupa barang elektronik. Semoga kedepan ada penyertaan modal dari pihak luar yang tidak memberatkan kepada LKM-P maupun anggota dalam pengembaliannya. Warga pun merasakan manfaat dari pembentukan LKM-P sehingga mereka lebih memilih meminjam dari LKM-P daripada rentenir. Semenjak pembentukan Posdaya banyak rentenir yang datang ke RW 02 menawarkan pinjaman uang namun dengan bunga yang tinggi. Hal tersebut tentu merugikan dan warga pun tidak tergiur dengan pinjaman yang lebih besar dari rentenir dengan bunga yang tinggi dan lebih memilih LKM-P. Hambatan yang dihadapi pada awal pembentukan LKM-P ini adalah sulit mencari kader yang mengerti tentang pengaturan masalah ekonomi terutama akutansi, namun seiring berjalannya waktu akhirnya menemukan kader yang pernah belajar mengenai pembukuan walapun masih sederhana. Kader tersebut bernama Ibu Hanny berperan sebagai manajer, dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh Euis sebagai kasir. Rencananya Ibu Hanny akan mengikuti pelatihan dan kursus mengenai akutansi untuk memperdalam pengetahuan yang dimilkinya, sehingga LKM-P diharapkan dapat membantu warga lebih maksimal dan lebih baik lagi.
5.5.2 Pengelolaan Limbah Keluarga Pengolahan limbah keluarga merupakan program yang harus segera terwujud untuk menciptakan lingkungan bersih dan hijau, akan tetapi proses pengolahan limbah keluarga memerlukan alat untuk pencacah sampah yang sampai saat ini belum dimiliki oleh Posdaya Bina Sejahtera. Posdaya Bina Sejahtera sudah mengajukan proposal kepada Pemerintah Kota Bogor dan kemudian dibantu LSM untuk membuat tempat pembuangan limbah agar tidak mengotori sungai. Upaya tersebut berhasil dan pemerintah berencana pada bulan Agustus 2009 akan membantu pengolahan limbah keluarga dengan membuat MCK Komunal, yakni pembuangan limbah secara terpusat.
5.5.3 Usahatani Ramah Lingkungan Pemberdayaan lingkungan hidup Posdaya dilakukan melalui usaha tani ramah lingkungan. Sasaran utamanya adalah pemeliharaan, penyegaran, pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar rumah atau di lingkungan alam lainnya, termasuk pemeliharaan sanitasi dan pemanfaatan tanah-tanah kosong, lahan tidur di sekitar rumah atau lingkungan desa. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar setiap keluarga dapat memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan halaman atau tanah kosong dengan menanam tanaman yang berguna untuk memelihara kelestarian alam,
merawat lingkungan dan
memperbesar manfaat untuk peningkatan gizi atau pendapatan keluarga. Usaha tani yang dilakukan oleh kader Posdaya Bina Sejahtera dilakukan tanpa menggunakan pestisida maupun pupuk kimia sehingga produksi yang diperoleh merupanan tanaman sehat untuk dikonsumsi tanpa kandungan residu bahan kimia.
Untuk memberikan motivasi kepada warga untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang di masing-masing rumah Posdaya menyediakan bibit tanaman siap tanam yang boleh diambil oleh warga masyarkat tanpa harus membeli. Bibit tanaman yang tersedia antara lain salada, jamur tiram, kangkung, cesin, pakcoy, cabe rawit dan cabe keriting. Saat ini usahatani sudah dapat menghasilkan pemasukan maupun dimanfaatkan warga RW 02 untuk konsumsi sehari-hari. Usaha budidaya jamur tiram yang dikelola pun sekarang sudah maju dan penanggung jawab kebun sering diundang untuk menjadi pembicara mengenai budidaya jamur.
5.5.4 Usaha Keterampilan Kelompok Usaha keterampilan kelompok
yang sudah berjalan antara lain kripik
singkong, rempeyek, makanan ringan, jus jambu biji merah, telur asin, kikil dan pengrajin sepatu dan sandal. Usaha keterampilan kelompok mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan, namun terbentur oleh masalah modal dan pemasaran. Mereka kurang mempunyai modal yang cukup untuk mengembangkan produk mereka. Pemasaran produk mereka pun belum cukup meluas sehingga belum dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dengan signifikan. Usaha keterampilan kelompok yang paling berhasil adalah usaha sepatu dan sandal yang dilakukan oleh Bapak Heri. Usaha ini sudah berjalan 2 tahun, namun Bapak Heri mempunyai bakat usaha sepatu dan sandal yang diwariskan secara turun-temurun sejak lama. Usaha sepatu difokuskan hanya memproduksi sepatu kerja saja dan sandal kulit, tidak membuat sepatu untuk olahraga. Produk yang dihasilkan sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas karena kualitasnya
yang baik dan tidak kalah dengan produk yang dijual di pasaran. Harganya pun lebih murah dibandingkan harga sepatu di pasaran, namun kualitasnya sama bahkan lebih baik karena menggunkan bahan kulit dengan mutu yang terjamin. Pemasaran yang dilakukan biasanya dengan mengikuti pameran-pameran, door to door, mapun dari mulut ke mulut. Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari RW 02. Tenaga kerja yang mampu bekerja di sektor ini berasal dari segala kalangan seperti remaja dan dewasa. Kini produk yang sepatu dihasilkan mempunyai banyak pelanggan, diantaranya adalah Bapak Diani Budiarto selaku Walikota Bogor dan Bapak Adjat selaku Kepala DLLAJR Kota Bogor. Bapak Heri pun berniat untuk mengembangakan usahanya, namun terbentur oleh masalah modal dan karyawan yang masih sedikit.
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN POSDAYA
Program Posdaya yang dilaksanakan sejak Mei 2007, sebagian kegiatan Posdaya membuahkan hasil dan berlanjut sampai sekarang. Masyarakat merespon secara positif terhadap program Posdaya Bina Sejahtera terlihat dari antusiasme dan partisipasi yang tinggi dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini membuat beberapa Posdaya lainnya melakukan studi banding tentang Posdaya Bina Sejahtera. Banyaknya kunjungan dari pihak luar membuat hubungan dan interaksi warga RW 02 semakin luas sehingga memotivasi untuk maju. Hasil penelitian selama pelaksanaan Posdaya terlihat bahwa kegiatan yang paling disenangi warga RW 02 adalah kegiatan di bidang kesehatan dibandingkan dua kegiatan lainnya. Jumlah warga yang mengikuti kegiatan di bidang kesehatan yakni BKB, posyandu balita dan posbindu lansia lebih banyak daripada jumlah warga yang mengikuti kegiatan pendidikan dan ekonomi. Dalam Gambar 3 terlihat dari 50 responden yang diberikan pertanyaan tentang kegiatan Posdaya di bidang manakah yang paling mereka senangi; sebanyak 16 orang (32 persen) memilih kegiatan di bidang pendidikan, kemudian yang memilih kegiatan di bidang kesehatan sebanyak 23 orang (46 persen) dan jumlah orang yang memilih kegiatan di bidang ekonomi sebanyak 11 orang (22 persen).
Gambar 3. Perbandingan Jumlah Warga yang Mengikuti Kegiatan Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2009
Dalam pelaksanaan kegiatan Posdaya tidak semua program berjalan dengan baik, terdapat juga program yang belum terlaksana dan belum berhasil karena berbagai kendala sebagaimana yang diungkapkan Ketua Posdaya Bina Sejahtera, Bapak AH (45 tahun): “Kegiatan Posdaya yang belum bisa terlaksana dengan baik, yakni pengelolaan sampah keluarga dan usaha pertanian sayuran organik. Kegiatan tersebut saya rasa belum optimal dan manfaatnya pun belum terasa di masyarakat.”
Keberlanjutan program Posdaya tidak terlepas dari faktor masyarkat itu sendiri, baik pengurus, kader, anggota maupun warga masyarakat sekitar. Keberlanjutan program dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung dan faktorfaktor penghambat. Penulis berupaya mengidentifikasi dan menganalisis faktorfaktor tersebut, sebagaimana diuraikan berikut ini.
6.1
Faktor Pendukung Penulis mengidentifikasi beberapa faktor pendukung keberhasilan program
Posdaya Bina Sejahtera di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pengurus, kader maupun warga RW 02. Dengan adanya faktor-faktor pendukung ini dapat menjadi nilai tambah mengapa program Posdaya diterapkan di daerah RW 02 Pasir Mulya. Beberapa faktor-faktor pendukung tersebut antara lain:
a. Gotong royong masyarakat cukup tinggi Gotong royong merupakan suatu istilah yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Warga RW 02 memiliki rasa gotong-royong yang tinggi. Jika ada suatu kegiatan pasti mereka akan membantu satu sama lain dan apabila salah satu warga ada yang terkena musibah atau kesulitan pasti warga lainnya akan membantu. Hal ini merupakan sesuatu yang positif dan modal yang berharga bagi pengembangan masyarakat Pasir Mulya. Dengan adanya gotong royong yang tinggi apabila ada kegiatan Posdaya seperti Posyandu balita atau lansia dan PAUD mereka terlihat antusias, meskipun mereka bukan termasuk kader Posdaya tetapi mereka tergerak untuk membantu pelaksanaan Posdaya secara sukarela. Hal tersebut dikarenakan mereka merasakan manfaat postif dari kegiatan Posdaya Bina Sejahtera.
b. Rasa kebersamaan yang kuat Rasa kebersamaan itu penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian dari kita ada yang menerjemahkannya sebagai sesuatu yang ideal, berisi
kewajiban saling membantu, saling merasakan, dan saling menghargai. Namun, sebagian yang lain mengartikannya sebagai model hubungan yang hanya ada sepanjang dibutuhkan dan hal ini pada umumnya yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan saat ini. Warga RW 02 memiliki rasa kebersamaan yang kuat. Hal ini dikarenakan mereka sudah secara bersama-sama tumbuh dari semenjak kecil sampai mereka dewasa atau menjadi orang tua pada saat ini. Contoh dari kebersamaan mereka terlihat dari ketika ada pihak yang mengundang dalam acara pernikahan, sunatan atau acara lain mereka pun datang secara bersamaan. Mereka mengajak satu sama lain untuk berpergian bersama ke acara tersebut. Mereka pun pernah bersama-sama melakukan wisata ke daerah Pantai Pangandaran untuk berlibur bersama. Kegiatan tersebut dilakukan subsidi, dengan cara warga RW 02 yang mampu membantu warga lain yang tidak mampu, sehingga sebagian warga bisa ikut walaupun tidak keseluruhan. Mereka pun senang dengan kegiatan tersebut dan rasa kebersamaan mereka pun tumbuh semakin kuat.
c. Lamanya tinggal Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memilki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Warga RW 02 kebanyakan telah tinggal di daerah tesebut dalam waktu yang lama. Mereka telah tinggal di daerah tersebut sejak tahun 1985. Di daerah RW 02 tidak banyak warga pendatang sehingga mereka sudah mengenal satu sama lain dan menganggap antar sesama
warga sebagai keluarga. Dengan tinggal bersama selama lebih dari 20 tahun kekompakan dan keakraban mereka telah terbina dengan baik. Keakraban yang telah terjalin menimbulkan sikap terbuka antar warga satu sama lain. Warga tidak ragu untuk meminta bantuan atau sekedar bercerita masalah yang dihadapi. Dengan adanya keterbukaan tersebut pengurus, kader dan pendamping lebih mudah mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan, sehingga program dapat berjalan dengan efektif dan efisien tentunya dengan koordinasi yang baik.
d. Kesiapan SDM untuk melaksanakan program Posdaya SDM yang dimilki oleh Posdaya Bina Sejahtera cukup memadai, faktor inilah yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan pelaksanaan Posdaya Bina Sejahtera. Pengurus dan kader Posdaya memilki komitmen untuk bersama-sama mengembangkan Posdaya sampai mandiri. Hal ini merupakan modal postif dalam pelakanaan Posdaya. Pernah dilakukan evaluasi pembandingan antara SDM yang dimilki oleh Posdaya Bina Sejahtera dengan SDM yang dimilki oleh Posdaya lainnnya terlihat bahwa Posdaya Bina Sejahtera lebih unggul. Untuk melaksanakan suatu program hal yang sulit adalah mencari kader, apalagi jika kader tersebut tidak digaji atau dibayar. Kebetulan pada Posdaya Bina Sejahtera, di RW 02 ada beberapa warga berminat menjadi kader dan mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan apa yang diperlukan, dengan demikian faktor SDM bukanlah faktor yang menghambat bagi program melainkan faktor pendukung program.
e. Mempunyai lahan kosong walaupun tidak banyak Terdapat lahan kosong di RW 02 yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan Posdaya seperti usaha tani ramah lingkungan yang dapat meningkatkan perekonomian warga. Selama ini lahan kosong yang ada dimanfaatkan oleh Posdaya Bina Sejahtera untuk kebun percontohan dan usaha tani. Usahatani yang dilakukan tanpa menggunakan pestisida sehingga menghasilkan tanaman sehat tanpa residu bahan kima. Warga pun diberikan bibit tanaman secara gratis untuk ditanam di sekitar pekarangan rumah maupun lahan yang kosong. Bibit tanaman yang diberikan antara lain salada, jamur tiram, kangkung, cesin, pakcoy, cabe rawit dan cabe keriting. Saat ini dari lahan kosong tersebut sudah dapat menghasilkan pemasukan maupun dimanfaatkan warga RW 02 untuk konsumsi sehari-hari.
f. Sarana dan prasarana yang sudah ada walaupun tidak sepenuhnya memadai Warga RW 02 memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan Posdaya. Posdaya Bina Sejahtera memiliki sarana administrasi dan sarana lainnya untuk mengembangkan kegiatannya supaya lebih produktif. Aspek ini bersifat menunjang kepercayaan anggota terhadap Posdaya Bina Sejahtera, ketika keberadaanya diakui secara bersama oleh masyarakat. Contoh konkritnya adalah pembukuan keuangan,daftar anggota dan buku tamu yang tersusun rapi. Selain itu juga, Posdaya mempunyai ruangan sekreatariat yang digunakan untuk tempat berkumpulnya pengurus dan kader melakukan rapat-rapat evaluasi
dan menyimpan segala data-data tentang Posdaya Bina Sejahtera, berupa peta RW 02, grafik Posdyandu dan PAUD, laporan keuangan dan lainnya yang dipampang di papan, sehingga mudah bagi orang untuk membaca dan memperoleh data jika diperlukan.
6.2
Faktor Penghambat Dalam pemetaan sosial, didapat beberapa faktor penghambat yang
dihadapi oleh Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan Pasir Mulya. Secara umum faktor-faktor penghambat di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi yaitu :
a. Belum adanya pembinaan khusus dari instansi Pelaksanaan program Posdaya selama ini belum mendapatkan bantuan atau fasilitasi dari instansi terkait untuk meningkatkan kualitas dan kinerja program yang mereka lakukan. Pelaksanaan program PAUD belum diperhatikan dan dibantu oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bogor. Usaha makanan ringan warga pun menginginkan adanya bantuan sertifikasi halal dan ijin dari BPPOM Kota Bogor, namun hal itu belum terealisasikan sampai sekarang. Kelompok usahatani ramah lingkungan warga juga menginginkan adanya pelatihan tentang sayuran organik dan pengembangan usaha agribisnis agar lebih berkembang.
b. Sebagian masyarakat belum semuanya mengetahui adanya Posdaya Dari hasil wawancara mendalam dan hasil kuesioner didapatkan bahwa belum semua warga mengetahui adanya Posdaya Bina Sejahtera, namun
jumlahnya tidak terlalu banyak yang tidak mengetahui Posdaya. Warga yang belum mengenal adanya Posdaya tentu saja tidak berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya Bina Sejahtera. Seiring berjalannya waktu diharapkan semua warga dapat mengenal porgram Posdaya Bina Sejahtera dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya.
c. Keterbatasan waktu Sebagian warga yang bekerja tidak sempat meluangkan waktu untuk berpartisipasi mengikuti kegiatan program Posdaya. Apalagi kegiatan Posdaya terkadang dilakukan pada hari kerja sehingga tidak bisa ikutserta dalam kegiatan Posdaya. Para pengurus dan kader pun kebanyakan dari mereka juga bekerja setiap hari senin sampai dengan hari jumat. Masalah keterbatasan waktu bagi pengurus dan kader yang bekerja dicarikan jalan keluarnya dengan cara membagi tugas kepada pengurus dan kader yang tidak bekerja, menganggur atau memasuki masa pensiun. Jabatan penting pun tidak diberikan kepada orang yang terlalu sibuk dan dalam Posdaya Bina Sejahtera tidak ada yang mempunyai rangkap jabatan. Mereka hanya diberikan satu posisi sehingga fokus dengan apa yang mereka kerjakan. Rapat evaluasi pun biasanya dilaksanakan pada sore hari di hari sabtu atau minggu agar mereka semua dapat hadir dalam rapat tersebut.
BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA
Program yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sudah tepat. Oleh karena itu, perlu dievaluasi mulai dari input, pelaksanaan, output, efek dan dampak dari suatu program Posdaya. Kegiatan Posdaya agar berhasil dan berdaya guna sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah digariskan, perlu diadakan pemantauan oleh pihak P2SDM IPB dan Yayasan Damandiri terhadap kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan. Kegiatan pemantauan tersebut mempunyai tujuan untuk melakukan kontrol agar program Posdaya terus berjalan agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan memantau realisasi dari penggunaan dana dan sarana.
7.1
Input Program Evaluasi input dilakukan mengenai hal-hal yang perlu tersedia dalam
pelaksanaan suatu program. Dalam hal ini input yang dikaji berupa tujuan program, sasaran program, sumberdaya manusia (SDM), dan anggaran/biaya.
a.
Tujuan Program Program Posdaya Bina Sejahtera yang telah berlangsung mempunyai
beberapa tujuan, yaitu :
1. Membangkitkan budaya sosial kemasyarakatan yang bergotongroyong dan peduli kepada sesama. 2. Mengembangkan kelembagaan dalam masyarakat yang memiliki usaha bersama sehingga tercipta kerukunan dan dinamika yang serasi menuju taraf hidup sejahtera. 3. Membentuk wadah organisasi dan wahana partisipasi sosial untuk menerima pembaharuan dalam membangun kehidupan keluarga yang aman, tenteram dan bahagia. Ketiga tujuan di atas merupakan tujuan yang dinilai baik oleh pengurus dan kader. Mereka pun siap dalam melaksanakan kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi dengan harapan dapat mencapai tujuan akhir program Posdaya tersebut.
b. Sasaran Program Sasaran program Posdaya adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Dalam rangka pelaksanaan MDGs, pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu komitmen para pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pedukuhan, kecamatan dan kabupaten, pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi kewirausahaan dan fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dengan demikian melalui upaya bersama tersebut akan menjadikan Posdaya sebagai wahana untuk membantu pemberdayaan keluarga yang
memungkinkan setiap keluarga bisa saling belajar dari keluarga lain, atau dari narasumber yang didatangkan secara khusus ke Posdaya. Melalui pemberdayaan tersebut diharapkan setiap keluarga mampu menjadi subyek yang secara mandiri membangun seluruh anggota keluarganya. Secara bertahap untuk mencapai sasaran pemberdayaan keluarga melalui Posdaya dapat ditempuh melalui langkah-langkah dengan materi muatan sebagai berikut : 1. Peningkatan kepedulian dan komitmen pemimpin atau sesepuh masyarakat pada umumnya 2. Pemberdayaan fungsi keagamaan dan budi pekerti 3. Pemberdayaan fungsi KB dan kesehatan 4. Pemberdayaan fungsi pendidikan 5. Pemberdayaan fungsi kewirausahaan 6. Pemberdayaan lingkungan hidup dan keluarga bergizi
c.
Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Posdaya muncul sebagai respon atas keinginan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Suyono dan Haryanto, 2009). Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai SDM yang ada di RW 02 Pasir Mulya dan kemudian dilakukan wawancara mendalam mengenai
kinerja SDM Posdaya Bina Sejahtera kepada pendamping dari P2SDM IPB. Ibu MT (41 tahun) salah satu pendamping Posdaya Bina Sejahtera mengatakan:
“SDM Posdaya Bina Sejahtera cukup memadai dan siap untuk melaksanakan program Posdaya, itulah salah satu faktor yang membuat Posdaya disini cepat berkembang dan mempunyai kinerja yang baik.”
Sebagian dari warga memiliki latar belakang pendidikan yang mencukupi dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kepengurusan Posdaya. Pengurus dan kader Posdaya memilki komitmen untuk bersama-sama mengembangkan Posdaya sampai mandiri. Hal ini merupakan modal postif dalam pelakanaan Posdaya. Pernah dilakukan evaluasi SDM pelaksana Posdaya di Bogor dan terlihat bahwa SDM Posdaya Bina Sejahtera lebih unggul dari SDM Posdaya lainnya di Bogor.
d. Anggaran / Biaya Posdaya Menurut Yayasan Damandiri, anggaran untuk membiayai kegiatan Posdaya berasal dari sumber-sumber berikut: a. APBN :
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Agama, Dinas Koperasi dan sektor pembangunan lain yang terkait
b. APBD : Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota dan Kabupaten c. Swadaya masyarakat dan sumbangan donatur lainnya d. Perusahaan swasta sebagai tanggung jawab sosial.
Pemerinatah
Pada Posdaya Bina Sejahtera untuk membiayai kegaiatannya mereka hanya bertumpu pada dana swadaya masyarakat. Menurut pengakuan beberapa pengurus Posdaya mereka belum ada bantuan dari Pemerintah Kota mapun Dinas terkait. Jika ada bantuan pun hanya dari Yayasan Damandiri dan jumlahnya pun tidak terlalu besar sehingga belum terlalu membantu mereka. Pada awal pembentukan Posdaya diberikan dana sebesar Rp 2.500.000,- untuk modal pembiayaan kegiatan Posdaya Bina Sejahtera dan untuk selanjutnya dana kegiatan didapatkan dari swadaya pengurus, kader maupun masyarakat. Minimnya dana yang ada tentunya dapat mengahambat pelaksanaan dan keberlangsungan program Posdaya Bina Sejahtera. Dengan kondisi tersebut, tidak mematahkan semangat para pengrus dan kader. Pada wawancara mendalam yang dilakukan terhadap salah satu pengurus, Bapak EW (38 tahun) mengatakan: “Kami bener-bener mandiri dek, pernah ada yang bantuan tapi hanya untuk operasional kegiatan saja, Untuk usaha kami kekeurangan modal untuk mengembangkan usaha, terus PAUD gurunya tidak dibayar. Bayarnya seikhlasnya aja, kan kasian dek,tapi ga mengurangi kinerja dan semangat para pengurus dan kader, semuanya ingin maju.”
Kondisi yang serba seadanya tidak mengurangi tekad kuat dan komitmen pengurus dan kader Posdaya dalam mengembangkan Posdaya Bina Sejatera agar dapat mandiri dan memberdayakan masyarakat. Langkah ke depannya Posdaya Bina Sejahtera mengirimkan proposal kepada Pemerintah Kota Bogor untuk membantu pendanaan kegiatan Posdaya Bina Sejahtera dengan bantuan dana APBD.
7.2
Proses Pelaksanaan Program
7.2.1 Pelaksanaan Tujuan Program dan Sasaran Program Posdaya Dalam pelaksanaan program Posdaya dari mulai penetapan tujuan dan sasaran program sampai dengan sosialisasi program dan partisipasi masyarakat dalam program Posdaya Bina Sejahtera berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pelaksanaan program tentunya disesuaikan dengan tujuan program yang telah dibuat. Hal itu tidak terlepas dari kemauan kuat dan keseriusan pengurus dan kader dalam pelaksanaan pada tahap tersebut. Pihak Kelurahan Pasir Mulya berperan besar dalam pembentukan awal Posdaya dan ikut mendukung melakukan sosialisasi kepada warga mengenai program Posdaya.
7.2.2 Sosialisasi Program Posdaya Sosialisasi adalah tahap awal yang dilakukan oleh P2SDM IPB, Yayasan Damandiri dan dibantu oleh pihak Kelurahan Pasir Mulya agar program Posdaya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat RW 02. Bentuk sosialisasi Posdaya dilakukan secara bertahap, yaitu perkenalan kepada pihak Kelurahan Pasir Mulya, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh wanita. Sosialisasi yang dilaksanakan kepada pihak Kelurahan Pasir Mulya berupa perkenalan diri pendamping dari P2SDM IPB dan program yang akan dibawa. Setelah pihak Kelurahan memahami banyaknya manfaat Posdaya kemudian pihak Kelurahan menyetujui program Posdaya diterapkan di RW 02. Pada umumnya sosialisasi yang dilakukan untuk mencari kader Posdaya adalah dengan mendatangi rumah-rumah yang diduga dapat menjadi kader Posdaya. Metode ini dirasakan cukup efektif karena dapat bertemu langsung
dengan warga sambil melihat kondisi keluarganya, keadaan usahanya atau menanyakan masalah dan menjadi kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan oleh warga RW 02. Selain sosialisasi tersebut, juga dialkuakan sosialisasi melalui kegiatan warga seperti pengajian, arisan dan kerja bakti membersihkan lingkungan serta aktivitas keseharian warga seperti mendatangi ibu-ibu yang sedang berbelanja, membantu membuat kue dan makanan ringan. Pada dasrnya sosialisasi yang dilakukan di RW 02 Pasir Mulya adalah dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar tujuan dari program Posdaya Bina Sejahtera tercapai. Di samping itu, tujuan dari sosialisasi ini pada umumnya yaitu : 1. Untuk memperkenalkan program Posdaya Bina Sejahtera dan pendamping dari P2SDM IPB 2. Memberi motivasi kepada masyarakat untuk dapat ikutserta dalam program Posdaya.
7.2.3 Partisipasi Masyarakat Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara aktif dalam mengikuti suatu kegiatan di semua bidang yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Menurut Angell dalam Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang dalam mengikuti kegiatan di lingkungannya antara lain: (1) umur, (2) pekerjaan, (3) penghasilan, (4) pendidikan, dan (5) lama tinggal. Bentuk partisipasi warga RW 02 adalah dalam kegiatan Posdaya Bina Sejahtera mulai dari tahap perencanaan sampai dengan proses evaluasi itu sendiri. Indikator partisipasi masyarakat terhadap program
Posdaya Bina Sejahtera meliputi sikap dan peranannya dalam tahap partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) dalam Febriana (2008) yaitu pengambilan keputusan/perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi kegiatan.
a. Partisipasi Tahap Perencanaan Partisipasi
warga
pada
tahap
perencanaan
dinyatakan
sebagai
keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat penyusunan rencana suatu kegiatan. Pada tahap perencanaan yang dinilai adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56 persen responden memiliki partisipasi yang tinggi pada tahap perencanaan dan 44 persen responden memilki partisipasi yang rendah. Menurut para responden memang tidak ada keharusan untuk menghadiri rapat perencanaan program Posdaya Bina Sejahtera yang biasanya dilakukan di sekretariat Posdaya. Biasanya dalam rapat perencanaan tersebut hanya dihadiri oleh kader dan pengurus inti saja yang berjumlah sekitar 30 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang biasa hadir dalam rapat perencanaan, mereka mengakui bahwa mereka diberi kesempatan untuk bertanya dan memberikan saran atau pendapat. Bahkan tidak jarang pendapat atau usul mereka diterima sebagai bahan masukan. Responden sebanyak 62 persen yang memiliki tingkat partisipasi tinggi pada tahap perencanaan adalah pengurus atau kader yang hadir dalam rapat perencanaan program lebih dari dua kali dan dalam rapat tersebut mereka tidak hanya hadir tetapi juga bertanya dan memberikan usulan atau pendapat. Namun ketika tahap pengambilan keputusan tidak semua kader dilibatkan, hanya
pengurus saja yang dapat mengambil keputusan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Tingkat Partisipasi RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Dalam Tahap Perencanaan Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Tahap Perencanaan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 22 44 Tinggi 28 56 Total 50 100
b. Partisipasi Tahap Pelaksanaan Partisipasi warga pada tahap pelaksanaan dinyatakan dalam keikutsertaan dan keaktifan warga pada pelaksanaan kegiatan Posdaya. Partisipasi pada tahap pelaksanaan diukur berdasarkan banyaknya kegiatan yang diikuti oleh responden pada kegitan Posdaya Bina Sejahtera serta kehadiran/keaktifan dalam tiap-tiap kegiatan tersebut. Partisipasi responden pada tahap pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera tergolong tinggi yakni 84 persen, sedangkan 16 persen responden memiliki partisipasi yang rendah. Para responden yang memiliki partisipasi tinggi biasanya terlibat dalam berbagai kegiatan Posdaya Bina Sejahtera baik di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi seperti PAUD, BKB, posyandu balita dan posbindu lansia, LKM-P, usahatani ramah lingkungan dan kegiatan lainnya. Namun, berdasarkan penelitian di lapangan program Pustaka Keliling mengalami penurunan partisipasi, karena buku yang dipinjamkan belum bertambah dan kurang bervariasi sehingga warga pun cenderung bosan. Sementara kegiatan yang paling sering diikuti adalah di bidang kesehatan yakni BKB, Posyandu balita dan lansia, hal ini dikarenakan Posyandu ditujukan dai mulai anak-anak sampai
dewasa pun bisa ikut berpartisipasi dan mereka tertarik dengan adanya pengobatan dan pemeriksaan kesehatan secara gratis. Responden yang memiliki partisipasi rendah hanya terlibat pada beberapa program atau bahkan tidak pernah mengikuti kegiatan Posdaya Bina Sejahtera. Mereka juga beralasan tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi dan ada sebagian responden yang pesimis dan tidak peduli dengan program Posdaya Bina Sejahtera. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar dikarenakan suatu program pasti tidak selalu ditanggapi positif, tetapi juga ada yang menilai negatif dan berdasarkan data yang diperoleh hanya 8 orang responden yang berpartisipasi rendah. Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Tingkat Partisipasi RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Dalam Tahap Pelaksanaan Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Tahap Pelaksanaan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 8 16 Tinggi 42 84 Total 50 100
c. Partisipasi Tahap Menikmati Hasil Partisipasi warga dalam tahap menikmati hasil yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari program Posdaya. Partisipasi pada tahap menikmati hasil diukur dari manfaat/keterampilan yang didapat oleh responden dari kegiatan Posdaya Bina Sejahtera serta bagaimana dia menerapkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Responden yang memiliki partisipasi tinggi pada tahap menikmati hasil sebanyak 82 persen, sedangkan yang memiliki partisipasi rendah sebanyak 18
persen. Sebagian besar responden mengaku setelah adanya program Posdaya Bina Sejahtera, khususnya program kesehatan, dalam kegiatan BKB mereka mendapatkan banyak pengetahuan mulai dari penyuluhan KB, kemudian pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan menu gizi yang seimbang. Selain itu melalui posyandu balita dan posbindu lansia, mereka dapat memeriksakan kondisi kesehatannya dengan biaya yang murah bahkan ada yang diberikan pengobatan secara cuma-cuma atau gratis, sehingga warga yang tidak mampu dapat mengakses pelayanan kesehatan juga, tidak lagi terbentur masalah biaya. Menurut Ibu PH (23 tahun) mengatakan : “Wah, kita mah seneng banget dek klo ada Posyandu sama BKB, lumayan bisa ngecek gratis ga perlu ke dokter, lagian obatnya juga lumayan cocok.” Responden yang mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan PAUD juga mengaku
merasa
mendapatkan
tebantu
pengetahuan
dengan adanya PAUD dan
dapat
bersosialisasi
karena anak-anaknya dengan
anak-anak
seumurannya. Secara keseluruhan program Posdaya memberikan manfaat tidak hanya bagi responden yang mengikuti program Posdaya Bina Sejahtera, masyarakat yang diluar program Posdaya pun ikut merasakan manfaatnya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap menikmati hasil dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Tingkat Partisipasi RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Dalam Tahap Menikmati Hasil Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Tahap Menikmati Hasil Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 9 10 Tinggi 41 90 Total 50 100
d. Partisipasi Tahap Evaluasi Partisipasi warga pada tahap evaluasi yaitu keikutsertaan responden dalam mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Posdaya. Partisipasi warga dikukur melalui keikutsertaan mereka dalam rapat evaluasi triwulan dan perean mereka dalam membuat laporan baik lisan maupun tulisan berkaitan dengan program Posdaya yang dilakukan. Rapat evaluasi biasanya hanya dihadiri oleh kader dan pengurus inti saja, namun terkadang anggota, tokoh masyarakat dan warga yang pengurus Posdaya juga sering diundang hadir dalam rapat tersebut untuk dimintai pendapat dan saran terhadap pelaksanaan Posdaya Bina Sejahtera. Menurut Bapak AH (45 tahun) ketua Posdaya Bina Sejahtera mengatakan : “Rapat evaluasi triwulan sangat bermanfaat, selain untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan juga bermanfaat melatih warga untuk berani berbicara di depan umum dan berlatih berorganisasi yang baik.”
Secara keseluruhan, partisipasi warga dalam tahap evaluasi tergolong tinggi yakni sebanyak 68 persen. Mereka antusias apabila ada rapat triwulan, yang dapat dijadikan sebagai ajang silaturahmi dan berkumpul. Para kader biasanya melaporkan kepada ketua Posdaya apa saja yang telah mereka lakukan selama tiga bulan terakhir. Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Tingkat Partisipasi RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Dalam Tahap Evaluasi Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Tahap Evaluasi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 16 32 Tinggi 34 68 Total 50 100
e. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Posdaya Bina Secara Keseluruhan Tingkat partisipasi masyarakat diukur dengan cara menjumlahkan skor total pada tahap-tahap partisipasi yang diperoleh pada masing-masing responden. Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posdaya Bina Sejahtera tergolong tinggi. Masyarakat cukup antusias mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Dari total responden sebanyak 50 orang, didapat 45 orang (90 persen) yang selalu berpartispasi dalam kegiatan Posdaya atau partisipasi tinggi, sedangkan 5 orang lainnya (10 persen) memiliki partisipasi yang rendah. Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Partisipasi RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Secara Keseluruhan Dalam Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 5 10 Tinggi 45 90 Total 50 100
Responden yang memiliki partisipasi tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 19, sedangkan responden yang memilki tingkat partisipasi rendah adalah responden dengan total skor kurang dari 19. Secara keseluruhan tingkat partisipasi warga RW 02 yang tergolong tinggi dikarenakan warga dapat berpartisipasi aktif, mereka menyambut positif dan antusias terhadap program Posdaya di semua bidang yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Proses sosialisasi program berjalan dengan baik sehingga program
dapat diterima dengan baik, dan warga pun merasakan manfaat program Posdaya. Keterbatasan waktu tidak menjadi masalah karena pengurus dan kader mepunyai komitmen yang kuat untuk mengembangkan Posdaya sehingga mereka dapat mengelola waktu untuk bekerja dan waktu untuk kegitan Posdaya secara baik. Dalam kepengurusan Posdaya pun tidak ada yang rangkap jabatan, mereka hanya diberikan satu beban tugas agar fokus dalam melaksanakan tugasnya. Cara tersebut dinilai berhasil karena setiap pengurus tidak merasa terbebani dan optimal dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Warga yang berpartisipasi rendah sebanyak 10 persen responden disebabkan karena mereka disibukan dengan pekerjaan dari tempat mereka bekerja, sehingga tidak bisa berpartisipasi aktif terhadap program Posdaya, namun mereka menyambut baik dan merasa senang dengan kegiatan Posdaya. Mereka pun ikut mendukung program tersebut, walaupun tidak terlibat secara langsung, sedangkan sebanyak 90 persen responden yang berpartisipasi tinggi adalah warga yang aktif dalam berbagai kegiatan Posdaya Bina Sejahtera mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil hingga evaluasi. Pada tahap perencanaan, mereka hadir dalam rapat perencanaan lebih dari dua kali dan pada rapat tersebut mereka bertanya ataupun memberikan usul/pendapat. Pada tahap pelaksanaan, mereka aktif dalam berbagai program Posdaya Bina Sejahtera yang dilakukan baik di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi seperti PAUD, Pustaka Keliling, BKB, posyandu balita dan posbindu lansia, LKM-P, usaha tani ramah lingkungan dan kegiatan lainnya. Pada tahap menikmati hasil, mereka mendapatkan keterampilan dari program yang diikuti dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tahap yang terakhir yakni tahap evaluasi warga pun
berpartisipasi secara aktif walaupun yang melakukan rapat evaluasi hanya diwakilkan pengurus dan kader inti Posdaya Bina Sejahtera. Dalam rapat evaluasi yang dilakukan tiap tiga bulan sekali kader dan penanggung jawab kegiatan melaporkan hasil yang telah mereka lakukan selama ini kepada ketua Posdaya. Mereka pun aktif dalam rapat evaluasi tersebut dengan memberikan saran terhadap pelaksanaan program dan terlihat antusias apabila ada rapat triwulan, yang dapat dijadikan sebagai ajang silaturahmi dan berkumpul.
7.3
Output Program Output program adalah suatu hal yang diharapkan terjadi atau dihasilkan
setelah input tersedia dan proses dilaksanakan sampai selesai. Output yang diterima oleh warga RW 02 tampak pada perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku masyarakat. Sebagian besar warga RW 02 merasakan adanya perbedaan sebelum dan sesudah adanya Posdaya. Dari 50 orang responden yang ditanyakan mengenai hal ini 36 orang setuju jika ada terdapat perubahan sebelum dan sesudah adanya Posdaya dan 14 orang tidak setuju terdapat perubahan sebelum dan sesudah adanya Posdaya.
a.
Perubahan Pengetahuan Program Posdaya membawa perubahan bagi warga RW 02. perubahan
pengetahuan salah satu dari perubahan tersebut. Perubahan pengetahuan adalah pengetahuan tentang program Posdaya dimana masyarakat yang tadinya tidak mengetahui program Posdaya menjadi mengetahui Program Posdaya dan dapat mengambil manfaat positifnya, seperti bertambahnya pengetahuan mereka.
Responden yang menjawab adanya perubahan pengetahuan setelah adanya Posdaya sebanyak 84 persen, sedangkan responden yang menjawab tidak adanya perubahan setelah adanya Posdaya sebanyak 16 persen. Sebanyak 42 orang yang menjawab adanya perubahan pengetahuan mengatakan setelah mengetahui adanya Posdaya dan kemudian mengikuti kegiatannya mendapatkan pengetahuan tentang Keluarga Berencana (KB), pengetahuan tentang menerapkan menu gizi yang seimbang, pengetahuan tentang usaha tani dan pengetahuan tentang cara mendidik anak-anak, sedangkan 8 orang yang menjawab tidak adanya perubahan setelah adanya Posdaya biasanya responden yang tidak terlalu aktif dalam lingkungannya dan tidak mempunyai waktu luang untuk mengikuti Posdaya sehingga mereka tidak merasakan perubahan setelah adanya Posdaya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Perubahan Pengetahuan Warga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Terhadap Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Perubahan Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%) Tinggi 42 84 Rendah 8 16 Total 50 100
b.
Perubahan Sikap Perubahan sikap adalah respon terhadap pengetahuan yang diterima
tentang program Posdaya kemudian bersikap menyukai dan menyetujui program Posdaya atau tidak menyukai dan menyetujui program Posdaya. Responden yang merespon positif atau menyukai dan menyetujui program Posdaya sebanyak 88 persen, sedangkan responden yang merespon negatif atau tidak menyukai dan menyetujui program sebanyak 12 persen. Hal ini disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Perubahan Sikap Warga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Terhadap Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Perubahan Sikap Jumlah (orang) Persentase (%) Positif 44 88 Negatif 6 12 Total 50 100 c.
Perubahan Perilaku Perubahan perilaku adalah tindakan yang dilakukan sebagai respon
terhadap program Posdaya dimana masyarakat aktif atau pasif berpartisipasi dan ikutserta dalam program Posdaya Bina Sejahtera. Dalam Tabel 17 terlihat sebanyak 90 persen responden yang mengaku aktif atau sering berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya Bina Sejahtera, sedangkan 10 persen responden yang mengaku pasif atau jarang bahkan tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya Bina Sejahtera. Sebagian besar responden yang aktif ikutserta dalam kegiatan Posdaya merasakan manfaat dari mengikuti kegiatan tersebut diantaranya yakni sebagai latihan dalam berorganisasi, berlatih berbicara di depan umum, dan manfaat lainnya.
Tabel 17. Perubahan Perilaku Warga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Terhadap Program Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009 Perubahan Perilaku Jumlah (orang) Persentase (%) Aktif 45 90 Pasif 5 10 Total 50 100 7.4
Efek Program Efek adalah hasil dari pelaksanaan program (Kunarjo, 2002). Efek
program dari pelaksanaan program Bina Sejahtera dilihat dari 3 bidang yang difokuskan yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
a. Pendidikan
Efek dari program Posdaya di bidang pendidikan adalah adanya kemudahan akses dan peningkatan pengetahuan. Dengan adanya program PAUD dan pustaka keliling warga RW 02 kini memiliki program pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Sasaran program PAUD adalah anak-anak karena diharapkan apabila sejak dini mereka dibekali pengetahuan dan minat baca yang tinggi, maka akan muncul generasi anak-anak yang cerdas dan potensial di masa depan. Warga
yang
memiliki
balita
berusia
2-5
tahun
banyak
yang
mengikutsertakan putra-putri mereka dalam PAUD. Anak-anak yang mengikuti kegiatan tersebut pun tampak senang dan ceria dalam mengikuti kegiatan tersebut. Jumlah anak yang mengikuti setiap tahunnya terus bertambah. Pada tahun 2008 saat awal pembentukan Posdaya, jumlah murid-murid PAUD Bina Mentari berjumlah 28 anak dan kini pada tahun 2009 jumlah muridnya mencapai 45 anak. Para murid pun tidak hanya berasal dari RW 02 saja, warga dari daerah sekitar RW 02 pun tertarik mengikutsertakan anak-anak mereka dalam PAUD Bina Mentari. Peningkatan partisipasi dalam PAUD tidak diikuti dengan Kegiatan Pustaka Keliling yang jumlahnya terus menurun. Hal tersebut dikarenakan bukubuku yang dipinjamkan tidak bertambah dan kurang variatif, sehingga anak-anak pun cenderung bosan dan menurun minat bacanya.
b. Kesehatan
Efek dari program Posdaya di bidang pendidikan adalah adanya peningkatan tingkat kesehatan masyarakat setelah adanya program di bidang kesehatan yakni posyandu balita, posbindu lansia dan BKB. Dalam kegiatan kesehatan juga terlihat mengalami kemajuan dan berdampak positif bagi warga masyarakat yakni BKB dan posyandu, baik posyandu balita maupun posbindu lansia. Dengan adanya pemeriksaan kesehatan setiap satu bulan sekali, tingkat kesehatan warga meningkat. Warga dapat memeriksakan kesehatan mereka dengan biaya yang murah bahkan ada yang diberikan
pengobatan secara cuma-cuma atau gratis.
Dengan adanya BKB,
posyandu balita dan posyandu lansia terjadi penurunan jumlah orang sakit Jumlah orang yang mengikuti kegiatan BKB dan datang ke posyandu seiring berjalannya waktu setiap bulannya semakin bertambah. Pada Tabel 17 terlihat bahwa warga RW 02 yang mengikuti kegiatan BKB semakin meningkat. Jumlah warga yang mengikuti kegiatan pada bulan Februari 2009 BKB sebanyak 19 orang, dan jumlah tersebut terus meningkat sampai pada bulan Juli 2009 peserta yang mengikuti kegiatan BKB berjumlah 28 orang, meskipun terjadi penurunan di bulan Mei 2009 dikarenakan warga RW 02 sibuk mempersiapkan pemilihan umum (Pemilu) legislatif. Peserta BKB adalah para ibu yang baru menikah, mempunyai anak balita, atau ibu yang sedang dalam masa mengandung dan menyusui. Dalam Tabel 18 juga terlihat jumlah Peserta posyandu balita Melati dan posbindu lansia Bina Sehat mengalami peningkatan. Pada bulan Februari 2009 peserta yang mengikuti posyandu balita Melati sebanyak 49 orang dan terus meningkat setiap bulannya. Rata-rata dalam setiap bulan sekali posyandu Melati
melayani 50-an orang balita dan ibu hamil. Hal tersebut juga terjadi pada posbindu lansia Bina Sehat, pada bulan Februari 2009 peserta yang mengikuti posbindu lansia Bina Sehat berjumlah 38 orang dan terus meningkat hingga dalam bulan Juli mencapai 48 orang. Rata-rata dalam setiap bulan sekali posbindu Lansia Bina Sehat melayani 40-an orang lansia. Peserta posbindu lansia kebanyakan warga masyarakat yang berumur 45 tahun ke atas.
Tabel 18. Jumlah Peserta BKB, Posyandu Balita Melati dan Posbindu Lansia Bina Sehat bulan Februari 2009 - Juli 2009 No.
Bulan
Jumlah Peserta BKB
Jumlah Peserta Posyandu Balita “Melati”
Jumlah Peserta Posbindu Lansia “Bina Sehat”
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Februari 2009 Maret 2009 April 2009 Mei 2009 Juni 2009 Juli 2009
19 25 27 23 26 28
49 50 52 50 56 54
38 42 45 40 43 48
Sumber : Data Posdaya Bina Sejahtera, 2009
c. Ekonomi Efek dari program Posdaya di bidang ekonomi adalah adanya peningkatan pendapatan masyarakat setelah adanya program. Pendapatan warga RW 02 setelah adanya Posdaya Bina Sejahtera mengalami peningkatan walaupun belum terlalu signifikan. LKM-P membuat kebutuhan modal pinjaman untuk usaha terbantu walaupun jumlahnya tidak terlalu besar. Keberadaan LKM-P dapat menimbulkan semangat warga berwirausaha untuk menambah penghasilan warga RW 02. Usaha yang sudah berjalan antara lain kripik singkong, rempeyek, jamur tiram, makanan ringan, jus jambu biji merah, telur asin, kikil dan pengrajin sepatu dan sandal. Tingginya angka keluarga
miskin (Gakin) dan angka pengangguran setelah adanya LKM-P diharapkan akan menurun dan pada akhirnya pendapatan warga RW 02 dapat meningkat. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 dari 50 responden, jumlah orang mempunyai penghasilan kurang dari Rp 20.000,- sebanyak 12 orang (24 persen), kemudian jumlah orang yang berpenghasilan Rp 20.000,- sampai dengan Rp 50.000,- sebanyak 6 orang (12 persen), sedangkan jumlah orang yang berpenghasilan tidak pasti sebanyak 10 orang (20 persen) dan jumlah orang yang berpenghasilan paling tinggi yaitu di atas Rp 100.000,- sebanyak 4 orang (8 persen). Setahun kemudian setelah Posdaya Bina Sejahtera telah berjalan dan usaha warga mulai berkembang, pada tahun 2009 jumlah orang mempunyai penghasilan kurang dari Rp 20.000,- dibandingkan tahun 2008 menurun menjadi 8 orang (16 persen), kemudian jumlah orang yang berpenghasilan Rp 20.000,sampai dengan Rp 50.000,- meningkat sebanyak 7 orang (14 persen), sedangkan jumlah orang yang berpenghasilan tidak pasti mengalami penurunan sebanyak 8 orang (16 persen) dan jumlah orang yang berpenghasilan paling tinggi yaitu di atas Rp 100.000,- bertambah sebanyak 6 orang (12 persen). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa setelah adanya peminjaman modal usaha melalui LKM-P pendapatan warga meningkat, walaupun peningkatan tersebut juga dapat dipengaruhi ada faktor lainnya seperti kenaikan gaji di tempat bekerja, bantuan dari program pemerintah maupun mendapatkan tambahan pendapatan dari kiriman anggota keluarga lainnya. Dalam penelitian ini penghasilan yang diperoleh didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh responden tanpa digabung dengan pendapatan seluruh anggota keluarga. Tabel 19. Perbandingan Jumlah Pendapatan Sebelum dan Sesudah Posdaya Bina Sejahtera Tahun 2009.
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.5
2008
2009
Tingkat Penghasilan (per hari)
Jumlah KK
Persentase
Jumlah KK
Persentase
< 20.000 20.000-50.000 51.000-80.000 81.000-100.000 > 100.000 Tidak Pasti Jumlah
12 6 10 8 4 10 50
24 12 20 16 8 20 100
8 7 12 9 6 8 50
16 14 24 18 12 16 100
Dampak Program Menurut Kunarjo (2002), dampak atau Impact dalam arti yang sederhana
merupakan manfaat yang paling akhir. Selama pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera sejauh ini berdampak positif bagi warga. Dampak yang dirasakan oleh warga setelah adanya program Posdaya Bina Sejahtera adalah mulai meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan juga mulai terlihatnya kemandirian warga RW 02. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya angka keluarga miskin (Gakin) dan turunnya angka penerima beras Raskin dan BLT. Kesejahteraan dapat diartikan sebagai kondisi sejahtera dari suatu masyarakat dengan meningkatnya kesehatan, keadaan ekonomi dan kualitas hidup. Salah indikator keberhasilan dari pelaksanaan program Posdaya adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan warga RW 02 dapat dilihat dari kemudahan akses dalam pendidikan, kesehatan dan keadaan ekonomi yang meningkat setelah pelaksaanaan Posdaya Bina Sejahtera. Tingkat Kesejahteran warga RW 02 meningkat setelah adanya program Posdaya juga terlihat dari menurunnya angka keluarga miskin (Gakin) dan turunnya angka penerima beras miskin (Raskin) dan BLT. Pada tahun 2008 jumlah keluarga miskin (Gakin) sebanyak 71 orang, sedangkan pada tahun 2009
setelah berjalannya Posdaya Bina Sejahtera selama setahun angka jumlah keluarga miskin (Gakin) mengalami penurunan sebanyak 8 orang dari 71 orang menjadi 63 orang. Perbandingan Jumlah Keluarga Miskin (Gakin) pada tahun 2008 dan tahun 2009 disajikan dalam Tabel 20.
Tabel 20. Perbandingan Jumlah Keluarga Miskin RW 02 Tahun 2008 dan Tahun 2009 No.
RT
1. 2.
01 02
Jumlah Keluarga Miskin (Gakin) Tahun 2008 23 21
3.
03
26
Jumlah Keluarga Miskin (Gakin) Tahun 2009 21 18 24
71
63
Jumlah
Sumber : Data RW 02 Pasir Mulya, 2009
Selain mengalami penurunan angka jumlah keluarga miskin (Gakin), terjadi juga penurunan angka penerima beras miskin (Raskin) dan BLT. Pada Tabel 21 terlihat bahwa jumlah penerima BLT dan Raskin sebanyak 65 orang dan 90 orang, sedangkan pada tahun 2009 menurun menjadi 57 orang dan 73 orang. Dengan demikian menurunnya angka penerima beras miskin (Raskin) dan BLT dapat dikatakan setelah adanya Posdaya tingkat kesejahteraan Posdaya meningkat.
Tabel 21. Perbandingan Jumlah Penerima BLT dan Raskin RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2008 dan Tahun 2009 2009
2008 No.
RT
1. 01 2. 02 3. 03 Jumlah
BLT
Raskin
BLT
18 22 25 65
14 31 45 90
16 19 22 57
Sumber : Data RW 02 Pasir Mulya, 2009
Raskin 12 21 40 73
Selain meningkatnya kesejahteraan, kemandirian warga RW 02 mulai terlihat. Kemandirian merupakan sesuatu yang perlu atau harus dimiliki oleh setiap individu oleh setiap individu sebagai sumberdaya manusia (Nawawi dan Martini, 1994). Karakteristik manusia yang berkualitas kepribadian mandiri adalah individu yang memilki sifat dan sikap rajin, sanggup bekerja keras, tekun, gigih, berdisiplin, berani merebut kesempatan, jujur, mampu bersaing, mampu bekerjasama, dapat dipercaya dan mempercayai orang lain, mempunyai cita-cita dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya, terbuka terhadap kritik dan saran-saran, tidak putus asa. Hal itu berarti, seseorang yang memiliki kepribadian mandiri dalam menjalani kehidupan dan memperoleh penghasilan tidak tergantung pada bantuan pihak lain, misalnya berupa sumbangan, petunjuk, perintah, anjuran atau himbauan, tetapi individu yang mandiri lebih bersandar pada kemampuan diri sendiri. Keberadaan pihak lain lebih ditempatkan sebagai mitra kerja (kolega) yang saling menguntungkan. Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan terhadap Posdaya Bina Sejahtera menunjukan bahwa kemandirian warga RW 02 termasuk kategori cukup tinggi. Dengan dana yang minim dan seadanya, tidak membuat pengurus dan kader patah semangat untuk mengembangkan Posdaya Bina Sejahtera. Hal ini tidak terlepas dari tingginya tingkat aspirasi, kreativitas, wawasan ke depan, dan semangat kerjasama, dan memiliki tingkat keuletan tinggi. Dengan adanya kemandirian diharapkan akan semakin menurunkan angka kemiskinan di masa yang akan datang. Program Posdaya Bina Sejahtera berdampak positif bagi warga RW 02 yakni dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kemandirian masyarakat
diharapkan akan adanya keberlanjutan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik Yayasan Damandiri, P2SDM IPB, pengurus dan kader Posdaya, warga RW 02 serta pihak Kelurahan Pasir Mulya dan Pemerintah Kota Bogor. Yayasan Damandiri dan P2SDM berperan untuk mendampingi, memberi masukan dan melakukan kontrol terhadap arah dari kegiatan Posdaya. Pengurus dan kader Posdaya serta warga RW 02 sebagai pelaksana program harus lebih bersemangat lagi untuk melaksanakan kegiatan dan mulai menyiapkan kader maupun motivator yang dapat mengerakkan untuk keberlanjutan Posdaya Bina Sejahtera di masa yang akan datang. Pihak Kelurahan Pasir Mulya dan Pemerintah Kota Bogor berperan untuk memfasilitasi masalah perijinan dan pendanaan kegiatan. Pemerintah Kota Bogor sebaiknya menyiapkan anggaran khusus berupa modal usaha dan dana pembiyaan kegiatan untuk membantu Posdaya Bina Sejahtera yang sangat potensial untuk dapat dikembangkan lagi. Dengan adanya Posdaya diharapkan angka kemiskinan berkurang dan terjadi kualitas sumberdaya manusia target yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs).
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pelaksanaan program pemberdayaan Posdaya Bina Sejahtera dapat memberdayakan masyarakat dan sudah berjalan dengan baik. Mereka sangat terbantu dengan adanya Posdaya dan sebagian kegiatan Posdaya telah berhasil dan terus berlanjut sampai sekarang. Kemajuan yang paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah dalam kegiatan bidang pendidikan dan kegiatan bidang kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Posdaya yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Penulis mengidentifikasi faktor yang mendukung pelaksanaan program yaitu : (1) Gotong royong masyarakat masih tinggi, (2) Rasa kebersamaan yang kuat, (3) Lamanya tinggal, (4) Kesiapan SDM untuk melaksanakan program Posdaya, (5) Mempunyai lahan kosong walaupun tidak banyak, dan (6) Sarana dan prasarana yang sudah ada walaupun tidak sepenuhnya memadai. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program yaitu : (1) Belum adanya binaan khusus dari instansi, (2) Sebagian masyarakat belum semuanya mengetahui adanya Posdaya, dan (3) Keterbatasan waktu.
Warga RW 02 menyambut positif adanya Posdaya Bina Sejahtera, terlihat dari antusiasme warga dalam berpartisipasi pada kegiatan Posdaya Bina
Sejahtera. Partisipasi warga dari mulai tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi tergolong cukup tinggi. Output program dapat terlihat pada perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku. Ketiga perubahan tersebut dirasakan oleh warga RW 02 setelah adanya Posdaya Bina Sejahtera. Efek
program Posdaya merupakan hasil dari pelaksanaan program di
bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Posdaya Bina Sejahtera mempunyai efek yang baik bagi warga RW 02 hal terlihat dari peningkatan kemudahan akses terhadap pendidikan, akses terhadap kesehatan dan peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, dan peningkatan pendapatan masyarakat setelah adanya program LKM-P dan usahatani ramah lingkungan. Dampak merupakan manfaat yang paling akhir dari pelaksanaan program Posdaya. Selama pelaksanaan program Posdaya Bina Sejahtera sejauh ini berdampak positif bagi warga. Hal ini ditunjukkan dengan mulai meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan juga mulai terlihatnya kemandirian warga RW 02. Program Posdaya Bina Sejahtera diharapkan akan berlanjut di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik Yayasan Damandiri, P2SDM IPB, pengurus dan kader Posdaya, warga RW 02 serta pihak Kelurahan Pasir Mulya dan Pemerintah Kota Bogor karena Posdaya Bina Sejahtera potensial untuk dapat dikembangkan lagi.
8.2
Saran Saran yang dapat diberikan terhadap pelaksanaan Posdaya Bina Sejahtera
sebagai berikut : 1. Pendampingan oleh pihak P2SDM IPB, Yayasan Damandiri, maupun pihak pemerintah yang terkait agar terus berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan memantau realisasi dari penggunaan dana dan sarana. Pendampingan tersebut dilakukan samapi Posdaya Bina Sejahtera dapat mandiri secara keseluruhan. Program Posdaya ini memiliki banyak manfaat
bagi
masyarakat
dan
jika
terus
dikembangkan
dapat
memberdayakan masyarakat. Oleh karena itu, perlu disiapkan kader maupun motivator yang dapat mengerakkan untuk keberlanjutan Posdaya Bina Sejahtera di masa yang akan datang. 2. Adanya fasilitasi dan bantuan dalam memasarkan produk yang dihasilkan seperti jamur tiram, makanan ringan, aneka jus buah-buahan, sepatu dan lainnya. Produk yang mereka hasilkan sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan, namun terhambat masalah pemasaran dan modal. Mereka juga membutuhkan bantuan dalam mengurus peminjaman modal dari bank, izin DEPERINDAG, izin DEPKES dan sertifikasi halal untuk produk mereka. 3. Perlu adanya bimbingan teknis dari dinas yang terkait. Kegiatan PAUD sebaiknya lebih diperhatikan oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor, kemudian dilakukan juga pelatihan untuk usahatani agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2000. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: UI Press. Agusta, Ivanovich. 2000. Evaluasi Program Pengembangan Kecamatan. Jakarta. Bappenas. Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Badan
Pusat Statistik. Angka Kemiskinan Indonesia tahun http://www.detik.com. Diakses tanggal 14 Mei 2009, 05.30.
2007.
Fauzia, Herlin. 2008. Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Kasus: Pengembangan Perekonomian Lokal melalui Program Kemitraan PT. Antam Tbk). Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fauziah, Nur Rahmah. 2007. Evaluasi Program Pendampingan Kelompok Tani Oleh LSM Pada Usaha Tani Sayuran Organik. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Febriana, Yohana Desi. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Kasus: RW 04, Keluarahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan). Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press. Kartasasmita, G. 1996. Pemberdayaan Masyarakat. Strategi Pembangunan yang Berakar Kerakyatan. Kumpulan Makalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta. Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta: UI Press. Murray, Ross dan B.W. Lappin. 1967. Community Organization Theory, Principles and Practice, 2nded. New York: Harper and Row Publisher. Nasdian, Fredian Tonny. 2003. Diktat Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Nawawi, H. H. dan M. H. Martini. 1994. Manusia Berkualitas. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Pratiwi, Ayu Tri. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Prijono, Onny S dan A.M.W. Pranarka. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Penyunting : Onny S Prijono dan A.M.W Pranarka. Jakarta: Centre for Strategic and International Study. Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cisendo. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sitorus, MT Felix.1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Stake, R.E. 1995. The Art of Case Study Research. London: SAGE. Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama. Sumardjo. 1999. Kemandirian Sebagai Indikator Kesiapan Petani Menghadapi Era Globalisasi. Jurnal Mimbar Sosek, Volume 12 Nomor 1: April 1999. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor Sumardjo dan Saharudin. 2002. Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Tajuk Modul SEP-523. Bogor: Pascasarjana IPB. Supriatna, Tjahya. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama Press. Suyono, H dan R. Haryanto. 2009. Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga. Jakarta: PT Balai Pustaka. United Nations Development Program. Human Development Reports 2008. http://hdrstats.undp.org/2008/countries/country_fact_sheets/cty_fs_IDN.ht ml. Diakses tanggal 17 Mei 2009, 19.00. Wiriatmaadja, Soekandar. 1986. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: CV Yasaguna. Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus (Design dan Metode), Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN
Lampiran. Peta Lokasi Penelitian (Tahun 2009)
Lampiran Panduan Pertanyaan Penelitian PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM Hari/Tanggal : Lokasi wawancara : a. Biodata Informan Nama : Umur : Jenis Kelamin : b. Panduan Pertanyaan Wawancara No. Permasalahan Panduan Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana sejarah berdirinya Posdaya 1. Pelaksanaan program Bina Sejahtera? Posdaya 2. Siapa saja yang mempelopori/penggerak didirikannya Posdaya Bina Sejahtera? 3. Apa yang melatarbelakangi didirikannya Posdaya Bina Sejahtera? 4. Apakah yang mendasari penentuan lokasi program? Apakah hal tersebut sesuai dengan kondisi di Pasirmulya? 5. Siapa sajakah yang ikutserta dalam pelaksanaan program Posdaya? 6. Apakah ada tim khusus untuk menyelenggarakan program ini? 7. Apa kendala/hambatan/masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program Posdaya? 8. Bagaimana sosialisasi program terhadap masyarakat? 9. Bagaimana reaksi atau tanggapan masyarakat terhadap keberadaan program ini? 10. Apakah masyarakat dilibatkan dalam proses pereancanaan hingga evaluasi dan monitoring program? 11. Apakah saran anda untuk peningkatan program Posdaya di masa mendatang? 1. Kegiatan apa yang paling banyak 2. Partisipasi masyarakat diikuti masyarakat dalam Posdaya? dalam program 2. Kontribusi dalam bentuk apa yang Posdaya dilakukan masyarakat dalam perencanaan program Posdaya? 3. Bagaimana koordinasi dan komunikasi antar masyarakat dalam pelaksanaan Posdaya?
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Posdaya
4.
Output program Posdaya
5.
Efek dan dampak program Posdaya terhadap masyarakat
4. Apakah koordinasi dan komunikasi berjalan dengan baik? Jika ya/tidak kenapa? 5. Apa manfaat yang diperoleh masyarakat dalam program Posdaya yang dilaksanakan? 1. Faktor-faktor pendukung apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Posdaya? 2. Faktor-faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Posdaya? 3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan faktor pendukung tersebut? 4. Bagaimana upaya untuk mengatasi faktor penghambat tersebut? 1. Sejauhmana perubahan sikap, pengetahuan dan perilaku masyarakat setelah implementasi program? 1. Apa saja perubahan yang terjadi setelah implementasi program? 2. Dalam bidang apa yang paling memberikan manfaat? Apa saja manfaat yang dirasakan? 3. Apakah ada manfaat lain dari keterlibatan dalam program ini? 4. Apakah setelah program dilaksanakan, program dapat dilaksanakan mandiri (keberlanjutan)?
Lampiran. Dokumentasi Hasil Penelitian
Kunjungan Rektor IPB ke Posdaya Bina Sejahtera
Kegiatan BKB “Melati”
Kegiatan Posyandu Balita “Melati” dan Posbindu “Bina Sehat”
Kegiatan PAUD “Bina Mentari” dan Pustaka Keliling “Bina Pelita”
Kegiatan Usaha Keterampilan Kelompok : Usaha Pembuatan Sepatu dan Usaha Makanan Ringan