ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN WISATA DI TAMAN WISATA ALAM GROJOGAN SEWU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR
EVY NURFIANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 i
RINGKASAN EVY NURFIANA. Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pariwisata. Peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga unsur, yakni unsur ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), unsur sosial (menciptakan lapangan kerja), dan unsur kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing) (Prisma, 1994). Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang pertumbuhannya cepat dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang (Sulistiyo, 2012). Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan dalam perekonomian. Perkembangan jumlah wisatawan ke TWA Grojogan Sewu secara garis besar terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah wisatawan akan semakin mendorong masyarakat sekitar lokasi wisata untuk terlibat dalam kegiatan wisata, misalnya berdagang atau menjadi tenaga kerja pada kawasan wisata tersebut. Adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini mendatangkan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar. Kegiatan wisata yang berlangsung di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan kualitas lingkungannya, oleh sebab itu kedua hal tersebut harus dikaji lebih mendalam. Penelitian kali ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, dan 3) Mengestimasi dampak ekonomi dan mengidentifikasi dampak lingkungan dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap masyarakt sekitar. Analisis terhadap karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja dan masyarakat sekitar diolah secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif, fungsi permintaan wisata diolah dengan Analisis Regresi Berganda, sedangkan dampak ekonomi diestimasi dengan menggunakan Keynesian Income Multiplier. Berdasarkan tujuan yang pertama, diperoleh karakteristik sosial-ekonomi pengunjungnya. Mayoritas pengunjung berusia 17-26 tahun, belum menikah dan tidak memiliki jumlah tanggungan. Sebagian besar responden berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa dengan pendapatan berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00. Wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagian besar berasal dari dalam Provinsi Jawa Tengah dan mayoritas datang secara berkelompok dengan menggunakan kendaraan pribadi. Unit usaha yang berkembang di sekitar lokasi wisata yaitu kios makanan dan minuman, jasa foto, souvenir, penyewaan kuda, penyewaan payung dan tikar, toilet, dan parkir dengan pendapataan perbulan rata-rata berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00. Sebagian besar unit usaha telah berjalan lebih dari 10 tahun. Tenaga kerja sekitar di lokasi wisata sebagian besar merupakan lulusan SMA. Mereka bekerja sebagai petugas parkir, petugas kebersihan, karyawan wisata, tenaga kerja kios makanan dan minuman dengan pendapatan rata-rata berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00. Masyarakat sekitar wisata sebagian besar responden merupakan lulusan Sekolah Dasar dan sebagian besar dari mereka bekerja atau membuka usaha di sekitar lokasi wisata dengan pendapatan berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00. Tujuan penelitian kedua menghasilkan faktor sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi fungsi permintaan wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Faktor sosial ii
ekonomi tersebut diantaranya adalah pendapatan, jarak ke lokasi wisata, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, dan daya tarik. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu memiliki proporsi 60,5% atau sebesar Rp1.154.155,00 dari rata-rata total penerimaan unit usaha. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata guna memenuhi kebutuhan unit usaha yang berupa upah tenaga kerja, pembelian input bahan baku dan transportasi. Untuk upah tenaga kerja memiliki proporsi sebesar 2,72%, pembelian input bahan baku sebesar 35%, dan transportasi lokal sebesar 1,1%. dan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja sekitar untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar 58,1%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,3; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II sebesar 1,7 dan 2,5. Dampak lingkungan yang terjadi dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berdasarkan persepsi responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar adalah belum terlihat adanya dampak negatif atau dapat dikatakan kondisi lingkungan di sekitar kawasan wisata masih dalam kondisi baik. Kata Kunci: Sektor pariwisata, Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, dampak ekonomi, nilai multiplier effect
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Evy Nurfiana H44080075
iv
ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN WISATA DI TAMAN WISATA ALAM GROJOGAN SEWU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR
EVY NURFIANA H44080075
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 v
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar. : Evy Nurfiana : H44080075
Disetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc. NIP. 19690917 200604 2 011
Nuva, SP, M.Sc.
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus
:
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Kedua orangtuaku tercinta Mama (Suryana), Papa ( H. A. Nawawi Effendi), dan saudara-saudaraku tersayang (Bang Ivan, Eva, dan Aldi). Terima kasih atas segala do’a, kasih sayang, dan motivasi yang tulus kepada penulis.
2.
Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.
3.
Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini.
4.
Ibu Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS selaku dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si, selaku dosen penguji komdik atas masukan dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini.
5.
Seluruh responden dan pengelola Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, serta Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah.
6.
Prabowo Dwi Kristanto, yang telah memberikan do’a, semangat, perhatian, kasih sayang dan dukungan yang tulus sehingga penulis diberikan kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.
7.
Welatri Yoana Ferly soulmate yang selalu setia memberi dukungan, motivasi, dan membantu penulis selama melakukan penelitian, serta sahabat penulis Sendy, Ehsa, Oze, dan Aling atas kebersamaan dan dukungannya.
8.
Sahabat penulis: Vicky, Maphy, Uun, Dila, Anneke, Nta, Andri, Wawan, Ade, Erwan, atas kebersamaan, semangat, dan motivasinya selama ini kepada penulis.
9.
Teman-teman satu bimbingan (Nurul, Dyah, Nova, Shinta, Elok, Erwan, dan Mirza) atas dukungan dan sarannya, Setyawati atas sharing dan dukungannya, seluruh keluarga ESL 45 serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, semangat, dan motivasinya.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari skripsi ini adalah mengindentifikasi karakteristik dari pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisaa di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Selain itu penelitian ini juga mengkaji mengenai dampak ekonomi kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Evy Nurfiana H44080075
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................
vii
KATA PENGANTAR ......................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xiii
I.
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1.2 Perumusan Masalah............................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
1 5 8 9 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
11
2.1 Wisata Alam ....................................................................... 2.2 Wisatawan .......................................................................... 2.3 Permintaan Wisata .............................................................. 2.4 Dampak Ekonomi Wisata Alam .......................................... 2.5 Penelitian Terdahulu ........................................................... III. KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................
11 12 14 14 17 20
IV. METODE PENELITIAN .........................................................
24
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 4.3 Metode Pengambilan Sampel ................................................ 4.4 Metode dan Prosedur Analisis ............................................... 4.4.1 Analisis Deskriptif ...................................................... 4.4.2 Analisis Faktor-faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.......... 4.4.2.1 Analisis Regresi Berganda............................... 4.4.2.2 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda. 4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ...................................... 4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ..........................
24 24 25 26 27 27 29 30 33 35
V. GAMBARAN UMUM...............................................................
37
5.1 Letak, Luas, dan Status Kawasan ...........................................
37 ix
5.2 Keadaan Biologi .................................................................... 5.3 Sarana dan Prasarana Wisata ................................................. 5.4 Aksesibilitas ..........................................................................
38 38 40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
41
6.1 Karakteristik Responden ....................................................... 6.1.1 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu............................................................ .... . 6.1.2 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ......................................... . 6.1.3 Karakteristik Responden Unit Usaha.......... .................... . 6.1.4 Karakteristik Responden Masyarakat............................. . . 6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ................................... . 6.2.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda................ 6.2.2 Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.............................................................................. . 6.2.3 Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan terhadapPermintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.............................................................. . 6.2.4 Persepsi Wisatawan terhadap Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu................................................. . 6.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ........................................................... 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung................................... ...... 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ............................. 6.3.3 Dampak Lanjutan.................................................. ........ 6.3.4 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Wisatawan .... 6.4 Analisis Dampak Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu .................................................................................... 7
41 41 46 48 50 52 53
56
58 59 64 67 70 72 74 78
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
81
7.3 Kesimpulan ......................................................................... 7.4 Saran ...................................................................................
81 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
84
LAMPIRAN .....................................................................................
87
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................
100
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2007-2011............. 2. Tingkat Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 2011........................................................................................ 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pada Tahun 2007-2011............................................................ 4. Penelitian terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata................................................................................................ 5. Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata.................................. 6. Matriks Metode Analisis Data.......................................................... 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu............................................................ 8. Jenis Sarana dan Prasarana di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.................................................................................................. 9. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Faktor Demografi.......................................................................................... 10. Karakteristik Berwisata Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu......................................................................... 11. Karakteristik Responden Tenaga Kerja ............................................ 12. Karakteristik Responden Unit Usaha................................................. 13. Karakteristik Responden Masyarakat................................................ 14. Fungsi Permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu............ 15. Persepsi Responden Wisatawan Mengenai Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu............................................ 16. Sebaran Persepsi Responden Wisatawan terhadap Harga Tiket Masuk di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu................................ 17. Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu......................... 18. Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total Responden Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu................................................................................................... 19. Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak Langsung yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.. 20. Sebaran Total Biaya Unit Usaha di dalam Lokasi Wisata dan Dampak Tidak Langsung yang dirasakan dari Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu............................................................ 21. Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.......................... 22. Sebaran Upah Responden Tenaga Kerja dan Dampak Lanjutan yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu................... 23. Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu................................................ 24. Persepsi Responden Stakeholder terkait terhadap Kebersihan, Kualitas Air, dan Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Wisata.............. 25. Persepsi Responden Stakeholder terkait dengan Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Wisata............................................
2 4 6 17 18 26 36 39 42 45 47 49 51 53 60 63 66
68 69
71 73 74 75 77 80
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2.
Halaman Dampak dan Kebocoran pada Perekonomian Masyarakat Sekitar dari Pengeluaran Wisatawan .................. ............................... 15 Kerangka Berfikir Penelitian................................................ 23
xii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Estimasi Model Hasil Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu............................................................................................... Uji Kolmogrov-Smirnov................................................................ Residual Plot.................................................................................. Biaya Pengeluaran Wisatawan....................................................... Rata-rata Pengeluaran Responden Unit Usaha Menurut Jenis Usahanya........................................................................................ Rata-rata Pengeluaran Responden Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaannya.................................................................................... Dokumentasi....................................................................................
Halaman
88 89 90 91 94 96 98
xiii
1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan
hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country. Bentangan alam dan kekayaan hayati yang tersebar dari Sabang sampai Marauke menjadi modal dasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Upaya pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan non-hayati sebagai obyek wisata merupakan langkah strategis dalam memberikan kontribusi yang besar untuk peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pariwisata. Menurut Prisma 1994, peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (menciptakan
lapangan
kerja),
dan
segi
kebudayaan
(memperkenalkan
kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang pertumbuhannya paling cepat dan mempunyai banyak peluang
untuk terus
berkembang
(Sulistiyo,
2012).
Oleh karena
itu,
pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan dalam perekonomian. Efek positif akibat dari berkembangnya sektor pariwisata antara lain dapat menurunkan angka pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar obyek wisata tersebut. Adanya perkembangan sektor
1
pariwisata juga dapat menciptakan lapangan kerja di sektor lain yang terkait, dan dapat meningkatkan pendapatan serta standar hidup masyarakat. Selain itu, efek positif lain dari sektor pariwisata adalah dapat meningkatkan cadangan devisa suatu negara (Yoeti, 2008). Berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (2012), secara kumulatif selama lima tahun terakhir pada Tahun 2007 – 2011, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan kecuali pada Tahun 2009 yang mengalami penurunan (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2007 – 2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Wisatawan Mancanegara Jumlah Pertumbuhan (%) 5.505.759 6.234.497 13,24 6.323.730 1,43 7.002.944 10,74 7.649.731 9,24
Penerimaan Devisa Jumlah (Juta USD) Pertumbuhan (%) 5.345,98 7.347,60 37,44 6.297,45 -14,29 7.603,45 20,73 8.554,39 12,51
Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2012
Potensi sektor pariwisata memberikan beberapa kontribusi positif terhadap perekonomian nasional karena sektor pariwisata nasional telah menyumbang devisa negara. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa peningkatan jumlah wisman, telah memberikan kontribusi pada peningkatan devisa negara. Contohnya, dapat dilihat pada Tahun 2010 ke Tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah wisman sebesar 9,24% dengan peningkatan devisa sebesar 12,51%. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang mempunyai potensi wisata yang tinggi, berupa pesona keindahan alam pegunungan, merupakan salah satu daya tarik wisata yang patut diperhitungkan untuk dikunjungi. Selain itu, keramah-tamahan masyarakat sekitar obyek wisata juga menjadi salah satu aspek pendukung kegiatan wisata di daerah tersebut (Demartoto, 2009).
2
Obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar dapat dikelompokkan menjadi obyek wisata alam, budaya, dan buatan. Obyek wisata alam di Kabupaten Karanganyar terdiri dari hutan alam, taman wisata alam, goa dan bumi perkemahan, sedangkan obyek wisata budaya yang berupa peninggalan sejarah, purbakala serta ziarah ke makam raja-raja. Adapun obyek wisata buatan yaitu berupa taman ria, waduk, dan agrowisata. Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Karanganyar, tidak sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar tetapi oleh berbagai pihak seperti Kementerian Kehutanan, Perhutani, Pemerintah Desa, yayasan dan bahkan pihak swasta. Oleh karena itu, pendapatan wisata dari obyek wisata tidak sepenuhnya masuk dalam pendapatan asli daerah, melainkan hanya berupa pembagian pendapatan dengan pihak pengelola (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2011, terdapat 21 obyek wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan. Tabel 2 menunjukkan diantaranya 10 obyek wisata yang memiliki jumlah kunjungan lebih tinggi pada Tahun 2011. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu obyek wisata yang diminati oleh para wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan asing dan termasuk kedalam obyek wisata unggulan di Kabupaten Karanganyar (Widodo, 2011). Hal ini dapat terlihat dari jumlah wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu kedua tertinggi setelah Argowisata Sandokoro (Tabel 2).
3
Tabel 2. Tingkat Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Obyek Wisata Argowisata Sondokoro TWA Grojogan Sewu Makam Astana Giribangun Air Terjun Jumog Air Terjun Parang Ijo Candi Ceto Wisnus Candi Sukuh Wisnus TR. Balekambang Outbound Amanah Makam Astana Mangadeg
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Karangayar 2012
Tingkat Pengunjung 396.475 320,916 172,882 47,639 33,453 19,975 19.285 14.366 13.740 6.870
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan bagian dari Hutan Wisata Grojogan Sewu dan memiliki fungsi sebagai hutan lindung. Obyek wisata alam ini memiliki daya tarik utama berupa air terjun yang tingginya sekitar 81 m dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang. Curahan air terjunnya tidak berpusat pada satu titik, namun menyebar ke berbagai penjuru, sehingga menambah pesona keindahannya. Daya tarik lain yang dimiliki oleh Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu memiliki panorama alam yang sangat indah dengan komponen fisik yang terbentuk dari pegunungan, bukit, hutan, serta keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna sehingga sangat menunjang untuk kegiatan rekreasi alam. Kondisi hutan khususnya di kawasan yang dilindungi memiliki keunikan baik dari segi lanskap maupun keanekaragaman hayatinya, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Dewasa ini, aktivitas pariwisata di kawasan lindung cenderung meningkat, hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi alam serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan (Pickering dan Hill, 2007). Adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dikelola dengan tujuan agar memberikan manfaat sebagai tempat berwisata
4
menikmati keindahan alam dan ekosistemnya sekaligus menyokong kelestarian alam. Berdasarkan hal tersebut, kawasan wisata ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan keberadaannya cukup penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Adanya kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mendatangkan dampak tersendiri pada masyarakat sekitar daerah tujuan wisata tersebut, khususnya bagi perekonomian masyarakat. Masyarakat sekitar menjadi salah satu pemeran utama dalam pariwisata, karena masyarakat sekitar yang sebagian besar berperan dalam menyediakan kebutuhan wisatawan sekaligus menentukan kualitas produk wisata (Wijayanti, 2009). Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana dampak ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 1.2
Perumusan Masalah Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagai salah satu obyek wisata
dengan konsep back to nature diharapkan tidak hanya dapat menghasilkan pendapatan, tetapi juga dapat menjalankan fungsinya sebagai kawasan lindung (hutan lindung). Adanya kegiatan wisata yang berlangsung di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, mempunyai dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar. Selain dampak ekonomi, adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat mempengaruhi keadaan lingkungannya, oleh karena itu kedua hal tersebut perlu dikaji lebih mendalam. Sejauh ini belum ada studi mengenai analisis dampak lingkungan dan ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat sekitar, baik secara langsung (direct), tidak
5
langsung (indirect), maupun dampak ekonomi lanjutannya (induced) bagi masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut belum diketahui. Berbagai potensi sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Karanganyar dapat menjadi peluang untuk memajukan sektor pariwisata yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dan penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat
sekitar kawasan wisata.
Perkembangan pariwisata dengan konsep back to nature menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata. Namun, pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap para koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang. Tabel 3 menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu relatif stabil pada lima tahun terakhir. Namun pada Tahun 2008 mengalami penurunan jumlah wisatawan, dikarenakan pada tahun tersebut di Kabupaten Karanganyar terjadi bencana alam yaitu berupa tanah longsor sehingga mengurangi minat para wisatawan untuk datang berwisata ke daerah tersebut. Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pada Tahun 2007 – 2012 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Wisatawan 348.461 285.974 382.268 316.484 320.916
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 2011
Kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu kawasan hutan lindung yang saat ini keberadaannya cukup penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Selain menjadi penopang kegiatan
6
ekonomi, kawasan ini juga sebagai penopang ekologi di wilayah sekitar. Sebelumnya, kawasan ini merupakan kawasan hutan Gunung Lawu yang berfungsi sebagai hutan produksi, namun berubah fungsi menjadi taman wisata alam. Kawasan ini mulai dikembangkan menjadi kawasan wisata pada Tahun 1969 oleh pihak swasta. Meskipun demikian, dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029, Taman Wisata Alam Grojogan Sewu telah disebutkan menjadi bagian dari kawasan pelestarian alam di Provinsi Jawa Tengah (karanganyarpos, 2012). Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berada di kawasan Gunung Lawu. Menurut RTRW Provinsi Jawa Tengah tersebut, kawasan Gunung Lawu merupakan kawasan strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, kelestarian fungsi konservasi di lokasi wisata tersebut harus terus dipertahankan (Siswantoro, 2012). Kegiatan wisata alam yang berlangsung di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu pada akhirnya telah memberikan manfaat bagi perekonomian setempat. Namun, munculnya kegiatan ekonomi juga dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan ekosistem. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara bijaksana dan terjadi ketidakseimbangan ekosistem akibat mendapat tekanan berlebih, sehingga dapat menimbulkan bencana seperti tanah longsor dan pencemaran yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat maupun pengelola di kawasan tersebut karena akan mengurangi minat para wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata, seperti dapat dilihat pada Tabel 3 pada Tahun 2008 dan 2010 terjadi penurunan jumlah wisatawan. Hal ini akan berimplikasi kepada pendapatan yang
7
diterima oleh pengelola dan masyarakat yang membuka usaha disekitar lokasi wisata. Aktivitas di lokasi wisata, akan menciptakan hubungan timbal balik antara pelaku wisata (wisatawan, pengelola dan masyarakat sekitar) dan ekosistemnya. Hubungan ini akan saling memberikan dampak positif ketika para pelaku wisata mendapatkan manfaat dalam berwisata dan ketika areal wisata tidak mengalami kerusakan secara ekologis. Oleh karena itu, areal wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu perlu dikelola dengan bijaksana guna mengoptimalkan wisata alam agar tetap berkelanjutan, maka perlu diketahui bagaimana karakteristik para pelaku wisata yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakkan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu?
2.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu?
3.
Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan yang timbul dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap masyarakat sekitar?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah
dipaparkan sebelumnya, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:
8
1.
Mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
3.
Mengestimasi dampak ekonomi dan mengidentifikasi dampak lingkungan yang timbul akibat dari adanya kegiatan wisata sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1.
Pemerintah dan para pihak yang terkait dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor pariwisata dan melakukan perbaikan sarana dan prasarana wisata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
2.
Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata berbasiskan lingkungan di masa yang akan datang.
3.
Bagi para pelaku jasa pariwisata untuk memperoleh gambaran mengenai prospek dan peluang pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
4.
Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitianpenelitian selanjutnya.
5.
Bagi penulis sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana di Institut Pertanian Bogor.
9
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu: 1.
Penelitian ini dilakukan di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
2.
Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari sisi pengeluaran wisatawan (tourism expenditure) terhadap perekonomian masyarakat sekitar dengan batasan wilayah adalah Kecamatan Tawangmangu.
3.
Masyarakat sekitar yang menjadi responden yaitu masyarakat yang mengetahui adanya obyek wisata dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tempat wisata.
4.
Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di TWA Grojogan Sewu hanya terbatas pada unit usaha dengan skala kecil yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi wisata.
5.
Dampak Multiplier Effect hanya dilihat sampai tenaga kerja terkait sektor wisata ditingkat lokal, tidak sampai ke supplier.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Wisata Alam Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal 1 ayat 3, pengertian wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di laut yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 31 dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 menyebutkan bahwa taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata dilaksanakan oleh pemerintah. Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).
11
Menurut Soewantoro (1977) dalam Milasari (2009), pada umumnya yang menjadi daya tarik utama wisata alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti rumah makan, pelayanan yang baik, dan sarana akomodasi merupakan faktor pendukung untuk melakukan wisata alam. Obyek wisata alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Flora dan Fauna Jenis flora dan fauna yang memiliki keunikan dan kekhasan, seperti Bunga Edelweiss dan Badak Bercula Satu.
2.
Keunikan dan Kekhasan Ekosistem Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang sangat bervariasi, keberadaan ekosistem didalamnya akan menunjukan kekhasan sendiri. Contohnya seperti: ekosistem pantai, hutan, mangrove, dan daratan tinggi.
3.
Gejala Alam Potensi obyek wisata berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, air terjun, danau, gletser, batu-batuan besar, dan gua.
4.
Budidaya Sumberdaya Alam Potensi obyek wisata alam berupa budidaya sumberdaya alam, seperti sawah, perkebunan, kebun binatang, dan perikanan.
2.2
Wisatawan Salah satu unsur yang juga perlu diperhatikan dalam kegiatan wisata
adalah wisatawan. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan menurut Cohen (1974) dalam Pitana (2005), seseorang wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan
12
sendiri untuk waktu sementara, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang. Menurut Wahab (1977) motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konferensi, seminar, dan lainlain. Sedangkan menurut MacIntosh (1972) dalam Yoeti (2008) wisatawan melakukan perjalanan wisata di sebabkan oleh empat hal, yaitu: 1.
Motivasi Fisik Perjalanan wisata yang tujuannya untuk mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja, mereka perlu beristirahat dan bersantai, melakukan kegiatan olahraga, agar setelah kembali dari perjalanan wisata dapat bersemangat kembali sewaktu masuk kerja.
2.
Motivasi Kultural Perjalanan wisata dilakukan karena ingin melihat tingkat kemajuan suatu bangsa, wisatawan juga ingin melihat perbedaan yang dimiliki tempat tersebut dengan tempat yang lainnya.
3.
Motivasi personal Perjalanan wisata dengan alasan ingin mengunjungi sanak keluarga yang sudah lama tidak bertemu.
4.
Motivasi Status atau Prestise Perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatakan status dan prestise keluarga, dimana mereka memiliki kemampuan dibanding orang lain.
13
2.3
Permintaan Wisata Permintaan dalam wisata (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu
potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata dimana seseorang tersebut memiliki waktu luang dan punya tabungan yang relatif cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah seseorang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tempat wisata tertentu. Menurut Schmoll (1977) dalam Yoeti (2008) wisatawan bertindak sesuai dengan kehendak hatinya dan bebas memilih daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya, obyek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas apa yang diinginkan dan dibutuhkannya. Perjalanan wisata misalnya, bukanlah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, akan tetapi mereka melakukan perjalanan dengan perasaan emosional. Permintaan wisata tidak hanya ditentukan pada waktu yang diperlukan saat perjalanan wisata dilakukan. Namun, sebelumnya sudah mendapatkan informasi terlebih dahulu, mengenai daerah tempat wisata yang akan dikunjungi, hotel di sekitar tempat wisata, transportasi, dan berapa perkiraan uang yang harus dibawa. Hal ini terlebih dahulu akan diperhitungkan wisatawan sebelum mereka memutuskan untuk pergi. 2.4
Dampak Ekonomi Wisata Alam Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan
keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata alam ini secara langsung akan menyentuh dan melibatkan lingkungan serta masyarakat sekitar sehingga membawa dampak terhadapnya. Dampaknya akan menyentuh berbagai aspek kenidupan masyarakat dan dampak yang paling sering mendapat
14
perhatian adalah dampak sosial ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak lingkungan (Wijayanti, 2009). Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata umumnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan, dan penempatan tenaga kerja yang terjadi akibat kegiatan pariwisata. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan dibidang periwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga (Milasari, 2010). Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (direct effect) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effect) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (induced effect) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 2005). Pengeluaran Wisatawan Industri Wisata Input Impor (Kebocoran)
Dampak Tidak Langsung
Dampak langsung Pendapatan Rumah tangga Dampak lanjutan
Sektor pendukung Sumber: Linberg (1996) dalam Wijayanti (2009)
Gambar 1. Dampak dan Kebocoran pada Perekonomian Masyarakat Sekitar dari Pengeluaran Wisatawan.
15
Menurut Clement dalam Yoeti (2008) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek pengganda (Multiplier effect). Efek pengganda (Multiplier effect) memiliki beberapa prinsip, yaitu uang yang dibelanjakan wisatawan berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain dan tidak pernah berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan, semakin cepat uang itu berpindah tangan maka pengaruhnya akan semakin besar dalam perekonomian setempat sehingga nilai koefisien multiplier akan semakin tinggi, uang tersebut akan hilang dari peredaran jika uang itu tidak lagi berpindah tangan tetapi berhenti dari peredaran, pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan itu dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tertentu (Yoeti, 2008). Masih menurut Yoeti 2008, terdapat biaya yang tidak dikeluarkan didalam lokasi wisata atau disebut dengan “kebocoran”. Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan tersebut mencapai tempat tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor lain yang dapat meningkatkan kebocoran ekonomi dan mengurangi keuntungan (profit) ekonomi dari pariwisata untuk masyarakat sekitar obyek wisata diantaranya seperti tingkat kepemilikan asing dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang
16
saham yang tinggal di luar daerah tersebut, serta membeli bahan baku yang berasal dari luar daerah tujuan wisata. 2.5
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan penelitian tentang dampak ekonomi wisata. 2.5.1 Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata telah dilakukan oleh Adiyath (2011) dan Mutiarani (2011). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Penelitian Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata No 1
Peneliti Adiyath
Judul Penelitian Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
2
Mutiarani Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang
3
Pervito
Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo dengan Metode Biaya Perjalanan.
Hasil Penelitian Faktor-faktor sosial ekonomi para pengunjung yang datang berwisata ke Hutan Punti Kayu Palembang diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Punti kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung. Terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan Wisata Situ Cipondon, keempat variabel tersebut adalah variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh, dan variabel jumlah rombongan, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan adalah variabel usia. Hasil analisis regresi berganda model permintaan rekreasi TWWS diperoleh R 2 sebesar 68,4%. Hasil analisis regresi dari 12 variabel bebas diketahui bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata adalah biaya perjalanan, pendapatan, umur, status hari, tempat rekreasi alternatif, dan waktu berada di lokasi.
17
2.5.2 Penelitian Dampak Ekonomi Wisata Penelitian tentang dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010) dan Adiyath (2011). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penelitian Terhadap Dampak Ekonomi Wisata No 1
Peneliti Milasari
2
Adiyath
Judul Penelitian Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor).
Hasil Penelitian Taman Wisata Tirta Sanita sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari dampak langsung yang diterima unit usaha yaitu sebesar 54%, dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerjanya masih rendah yaitu hanya berkisar 2%, dan dampak lanjutan yang berupa pengeluaran tenaga kerja yaitu sebesar 59% dan sebagian besar digunakan untuk kebutuhan pangan. Adapun nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1.07, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1.22, dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1.37. Analisis Dampak Ekonomi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Kegiatan Wisata di Hutan sebagai tempat wisata telah menimbulkan Wisata Punti Kayu dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Palembang. Dari hasil usaha yang telah dijalani telah memberikan pendapatan bersih per bulannya untuk warung makan yaitu sebesar Rp 522.244, Rp 966.000 untuk warung minuman, dan Rp 202.000 untuk unit usaha foto keliling. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di obyek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan 2 sebesar 1,48 dan 2,17.
Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat sekitar. Hal yang
18
membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian pada kawasan ini merupakan penelitian yang mengkaji wisata alam yang dikembangkan dikawasan hutan lindung yang terletak di dataran tinggi dengan konsep perpaduan keindahan alam dengan komponen fisik berupa pegunungan, dan bukit serta air terjun dengan ketinggian 81 meter yang memiliki titik puncak yang bercabang, dimana kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang selain berfungsi sebagai tempat wisata juga berfungsi sebagai kawasan lindung. Dalam penelitian ini, selain menganalisis dampak ekonomi dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dianalisis pula dampak lingkungan.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu merupakan salah satu air terjun yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan kawasan ini berada di bawah Resort Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan lindung (hutan lindung). Namun, sebagai kawasan pelestarian alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi. Potensi yang dimiliki oleh TWA Grojogan Sewu sangat tinggi yang memiliki keunikan baik dari segi lanskep maupun kekayaan keanekaragaman hayatinya dan dapat terus dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Meski bermanfaat sebagai sarana rekreasi, disisi lain aktivitas wisata ini dapat berdampak secara ekologi pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, sumberdaya alam yang terdapat di taman wisata alam ini harus dapat dimanfaatkan secara bijaksana agar dapat berkelanjutan. Sebagai
sarana
rekreasi,
Taman
Wisata
Alam
Grojokan Sewu
berhubungan erat dengan wisatawan. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan mencari tahu deskripsi penilaian wisatawan maupun masyarakat sekitar yang ikut berkontribusi dalam aktivitas wisata, dan diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Dimana, tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan akan berdampak secara langsung
maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, diantaranya penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan yang mana sebagian besar masyarakat sekitar memiliki ketergantungan dengan kawasan wisata tersebut. Semakin banyak wisatawan maka kebutuhan wisatawan akan semakin tinggi dan harus dipenuhi. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya transaksi antara masyarakat sekitar dengan wisatawan. Semakin tinggi transaksi maka akan semakin besar pengeluaran wisatawan di lokasi obyek wisata. Secara tidak langsung akan memberikan dampak lanjutan bagi masyarakat sekitar obyek wisata yang membuka usaha terkait dengan kegiatan usaha, selain itu juga akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dan neraca pembayaran. Beberapa fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan antara lain adalah penginapan, konsumsi, cendramata, dan jasa pemandu. Sektor pariwisata, mempunyai
dampak
ekonomi
yang
terkait
dengan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat sekitar sehingga hal ini perlu dikaji. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelaku wisata sekitar TWA Grojogan Sewu yang menunjukan bagaimana kualitas wisatawan yang berkunjung. Karakteristik tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di TWA Grojogan Sewu agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi penelitian akan menggunakan analisis regresi linear berganda. Menganalisis dampak ekonomi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan wisata di TWA Grojogan Sewu terhadap kehidupan masyarakat
2121 21
sekitar dan ini merupakan indikator penting mengenai sejauh mana pengelolaan wisata dapat menguntungkan masyarakat dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar setempat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan akan dianalisis dengan menggunakan Keynesian Income Multiplier. Gambar 2 menunjukkan alur berfikir penelitian dapat disederhanakan pada kerangka berfikir.
22
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Pendukung fungsi hutan lindung
Potensi Ekonomi
Karakteristik wisatawan
Wisatawan
Masyarakat
Demand Wisata
Kontribusi Pendaptan
Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata
Dampak Wisata
Lingkungan
Analisis Deskriptif
Langsung (Direct)
Ekonomi
Tidak langsung (indirect)
Lanjutan (induced )
Aktivitas pelaku usaha dan perilaku wisatawan Nilai dampak ekonomi Analisis regresi berganda Analisis Deskriptif
Keynesian Multiplier
Pengelolaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yang berkelanjutan
Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian Ket: - - - - - = Metode Penelitian
23
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA)
Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (50 km) di sebelah Timur Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Maret-April 2012. 4.2
Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapang dengan pengamatan
wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan kepada pengunjung TWA Grojogan Sewu yang ditemui pada saat penelitian. Jumlah sampel untuk wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak 100 orang. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap unit usaha yaitu sebanyak 30 responden unit usaha, dimana responden unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja sekitar lokasi wisata sebanyak 40 orang. Penetapan sampel yang digunakan di dasarkan pada kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu sebanyak 30 responden (Walpole, 1993).Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diolah
24
baik secara kuantitatif dan kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik wisatawan, pendapatan unit usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal. Data sekunder diperoleh dari pengelola Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, buku referensi, jurnal, internet, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan fungsi permintaan wisata dan dampak ekonomi wisata. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang penelitian. 4.3
Metode pengambilan Sampel Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode
non-probability sampling yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti (Mustafa, 2000). Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu. Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 16 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Usia 16 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan.
25
Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha, tenaga kerja, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, diantaranya seperti unit usaha kios makanan dan minuman, souvenir, dan asongan. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat dan tenaga kerja sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan TWA Grojogan Sewu dan memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata. 4.4
Metode dan Prosedur Analisis Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar atau grafik perhitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data Tujuan Penelitian
Sumber Data
Analisis Data
1.
Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif .
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Grojogan Sewu.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Analisis regresi berganda.
3.
Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat adanya kegiatan wisata sekitar TWA Grojogan Sewu.
Keynesian Income Multiplier.
4.
Mengidentifikasi dampak lingkungan yang diterima oleh masyarakat sekitar akibat dari adanya kegiatan wisata di sekitar TWA Grojogan Sewu.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Analisis deskriptif kualitatif.
26
4.4.1 Analisis Deskriptif Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode deskriptif menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003), merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, metode deskriptif ini memiliki tujuan dalam membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab hampir seluruh tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan secara deskriptif berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung. 4.4.2 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata TWA Grojogan Sewu. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Menurut Hufschmid et.al (1987) pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu. Pendekatan ini dikembangkan untuk menilai manfaat yang diperoleh konsumen dalam memanfaatkan jasa lingkungan atau barang yang tidak memiliki nilai atau bernilai rendah. Dimana, inti dari pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat wisata akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang.
27
Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ke Taman
Wisata Alam Grojogan Sewu tiap individu per tahun kunjungan, yaitu: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + ε
dimana: Y
= Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (jumlah kunjungan/tahun) X1 = Umur responden (tahun) X2 = Pendapatan responden (rupiah) X3 = Jarak tempuh ke TWA Grojogan Sewu (km) X4 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah) X5 = Jumlah tanggungan responden (orang) X6 = Dummy aksesibilitas menuju lokasi wisata X7 = Dummy daya tarik wisata ε = Error term b1-b7 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X7 Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan
adalah sebagai berikut: 1. Tanda koefisen untuk umur (X1) adalah negatif. Artinya semakin muda umur responden akan meningkatkan jumlah kunjungan. Hal ini sesuai dengan keadaan kondisi fisik di lokasi wisata yaitu di daratan tinggi dan berupa pegunungan. Sehingga kelompok yang berusia muda dan memiliki stamina kuat yang dapat menikmati obyek wisata ini. 2. Tanda koefisien untuk pendapatan (X2) adalah positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang akan meningkatkan jumlah kunjungan. Pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih sering melakukan
kegiatan
wisata
dibandingkan
dengan
seseorang
yang
berpenghasilan rendah.
28
3. Tanda koefisien untuk jarak (X3) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata akan menurunkan rata-rata pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menuju lokasi wisata sehingga mengurangi frekuensi kunjungannya. 4. Tanda koefisien untuk biaya perjalanan (X4) adalah negatif. Artinya semakin besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang akan menurunkan jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat, maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. 5. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X5) adalah negatif. Artinya peningkatan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan, dimana jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalannya. 6. Tanda koefisien untuk aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6) adalah positif. Artinya semakin baik kondisi perjalanan menuju lokasi wisata, wisatawan akan meningkatkan jumlah kunjungannya. 7. Tanda koefisien untuk daya tarik di lokasi wisata (X 7) adalah positif. Artinya semakin menarik daya tarik yang ditawarkan oleh TWA Grojogan Sewu, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. 4.4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
29
Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi linear sederhana, yaitu: 1.
Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan: Y= β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + ..... + βkXki + εi
2.
Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas Xk. a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2. b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov (εi, εj) = 0 untuk i≠j. c. Komponen sisaan menyebar normal.
4.4.2.2 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Pemenuhan Asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan ialah (Firdaus, 2004): 1.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data
observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan tititk-titik pada garis berbentuk linear dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan dapat terpenuhi.
30
2.
Uji Statistik t Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh
dari hasil perhitungan dengan OLS berbeda secara signifikan dengan nilai parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai berikut: H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut:
Jika thitung
thitung = b – γ Sγ > ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Jika thitung < ttable, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). 3.
Uji Statistik F Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan,
pengujian ini menunjukan apakah semua variabel yang dimasukan kedalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujian statistik F 1) Membuat Hipotesa. H0 : β1=β2=0 H1 : β1≠β2≠β3=β4=0 2) Kriteria.
31
H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel. H0 akan ditolak dan H1 akan diterima bila F-stat > F-tabel. 3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel 4.
Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada
hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model. 5.
Uji Heteroskedastisitas Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε i) sama atau
homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi) = E(εi2) = σi2 untuk tiap pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test. 6.
Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara
serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Nilai statistik Durbin Waston berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya
32
mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu. Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). H0 tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif H1 terdapat serial autokorelasi Tolak H0 jika d < dL atau d > 4 – dL dan terima H0 jika dU < d < 4 – dU. 4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata (META, 2001). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah, dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan. Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah
33
diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut. Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal) akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan (induced) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Menurut META (2001) dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu: 1.
Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
2.
Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan dampak induced. Masih menurut META (2001), secara matematis dapat dirumuskan: Keynesian Income Multiplier
=
Ratio Income Multiplier, Tipe 1
=
Ratio Income Multipler, Tipe 2
=
dimana:
D+N+U E D+N D D+N+U D
E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)
34
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah) Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1, Ratio Income Multiplier Tipe 2, memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. 2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan. Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2007. 4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, akan diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun indikator yang digunakan untuk menilai bagaimana dampak lingkungan yang disebabkan dari kegiatan wisata dapat dilihat dari bagaimana
35
persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan. Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA Grojogan Sewu No 1.
Indikator Penilaian Kebersihan Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk
2.
3.
4.
Kualitas Udara Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Kualitas Air Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Kebisingan Menganggu Tidak Mengganggu
Keterangan Tidak terdapat sampah sama sekali, nyaman, sangat bersih, tidak timbul bau sama sekali. Masih terdapat sampah namun tetap terlihat bersih, nyaman, tidak timbul bau sama sekali. Sampah mulai terlihat banyak, cukup kotor, tidak nyaman, tidak timbul bau. Banyak sampah, sangat kotor, menimbulkan bau, sangat tidak nyaman.
Terasa sangat segar, sangat sejuk, sangat bersih, tidak berbau. Terasa segar, sejuk, bersih, tidak berbau. Cukup segar, mengganggu pernafasan, berpolusi. Kotor dan berpolusi.
Sangat jernih, bersih, menyegarkan, tidak berbau. Jernih, bersih, tidak berbau. Cukup kotor, agak berwarna coklat, tidak berbau. Sangat kotor, berwarna coklat, bau.
Berisik, lokasi wisata sangat dipadati oleh penggunjung, wisatawan merasa tidak nyaman ketika beraktivitas. Jumlah pengunjung tidak terlalu banyak, wisatawan merasa nyaman dalam beraktivitas.
36
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1
Letak, Luas, dan Status Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu terletak di wilayah Desa
Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis kawasan TWA Grojogan Sewu ini terletak di antara 7039’17’’ sampai 7039’49’’ Lintang Selatan dan 114018’33’’ sampai 114020’16’’ Bujur Timur dengan memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Bagian atas air terjun sampai pintu masuk sebelah barat.
Sebelah Selatan: Mulai pintu gerbang sampai Pal Batas B.30
Sebelah Barat : Mulai pintu masuk utama sampai Kali Samin
Sebelah Timur : Bagian atas air terjun Pengelolaan TWA Grojogan Sewu ini berada di bawah Resort Konservasi
Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai KSDA Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Luas kawasan TWA Grojogan Sewu adalah 60,30 ha, namun yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata hanya 20,30 ha. Pengelolaan kegiatan wisata dilaksanakan oleh PT. Duta Indonesia Djaya. TWA Grojogan Sewu ditetapkan sebagai kawasan Taman Wisata Alam pada tanggal 12 Oktober 1968 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 264/KPTS/UM/10/1968. Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1969 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 305/KPTS/UM/8/1969, PT. Duta Indonesia Djaya mendapatkan hak pengusahaan obyek wisata dengan luas 20,3 ha untuk jangka waktu 20 tahun. Setelah masa waktu 20 tahun habis kemudian diperpanjang melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
37
Pelestarian Alam (PHPA) No. 51/Kpts/DJ-IV/1988 pada tanggal 15 Agustus 1988 dengan masa waktu 20 tahun yang terhitung sejak tanggal 22 Agustus 1989 hingga 22 Agustus 2009, dan sekarang diperpanjang kembali hingga tahun 2029. 5.2
Keadaan Biologi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memiliki koleksi flora dan fauna
yang begitu banyak dan sangat berpotensi bagi pengembangan wisata yang bersifat edukasi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun jenis flora yang terdapat di dalam kawasan diantaranya didominasi oleh pinus (Pinus merkusii), yang lainnya yaitu seperti puspa (Schima wallichii), suren (Tooma sureni), beringin (Ficus benjamina), kantil (Michelia campaea), mahoni (Swietenia mahagoni), flamboyan (Delonix regia), dan beberapa jenis rumput. Fauna yang ada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu antara lain seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang telah beradaptasi dengan pengunjung yang merupakan salah satu daya tarik wisata, tetapi sekarang tidak bersifat alami. Hal ini dikarenakan oleh tingkah laku pengunjung yang memberikan makan kepada satwa tersebut. Selain itu jenis satwa lain yang dapat ditemui adalah tupai (Scuridae), ayam hutan (Gallus sp), musang (Herpestes sp), burung tekukur (Streptopelia chinensis), dan perkutut (Geofilia striata). 5.3
Sarana dan Prasarana Wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menyediakan fasilitas sarana dan
prasarana yang sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana tersebut dibuat untuk membuat pengunjung nyaman dan menciptakan kepuasan pengunjung. Adanya sarana dan prasarana diantaranya tempat peristirahatan yang berupa gazebo di beberapa tempat dimaksudkan agar pengunjung dapat menikmati atraksi alam dari
38
sudut yang berbeda, terdapat juga kolam renang dewasa dan anak-anak yang menambah daya tarik wisata di obyek ini, selain itu dengan dibuatnya jalan setapak dengan lebar kurang lebih satu meter yang menghubungkan pintu masuk ke lokasi air terjun (594 trap) serta dari lokasi air terjun ke pintu keluar (644 trap) akan memudahkan pengunjung untuk dapat menuju air terjun dan membuat pengunjung dapat menikmati perjalanan sambil memandang alam sekitar. Luas areal yang di kelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya seluas 20,30 ha, 2,03 ha diantaranya diperbolehkan untuk dibangun sarana dan prasarana, dan masih ada sisa 1,33 ha yang belum dibangun, sehingga masih memungkinkan untuk melakukan pengembangan di masa yang akan datang. Namun, dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun jenis fasilitas yang ada di TWA Grojogan Sewu dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Jenis Sarana dan Prasarana di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Luas (m2)
Kondisi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Gazebo Loket 1 Loket 2 Loket 3 Kolam anak Kolam dewasa Musholla Jembatan Kamar mandi Kamar ganti anak Kamar ganti dewasa WC Warung makan 1 Warung makan 2 Pos informasi Pos jaga Kolam ikan Jalan Jumlah
16 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
144 27 27 4 450 960 36 20 80 7.5 15 9 45 54 9 9 240 4900 7036,5
Rusak ringan Baik Baik Baik Baik Baik Rusak ringan Baik Baik Baik Rusak ringan Rusak ringan Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: PT. Duta Indonesia Djaya (2012)
39
Harga tiket yang ditetapkan oleh pengelola yaitu Rp 6.000,00 pada setiap harinya dan tidak ada pembedaan untuk akhir pekan atau hari libur, karena harga tiket yang diberlakukan sama. Harga tiket tersebut diberlakukan untuk melihat air terjun dan berenang di kolam dewasa, sedangkan untuk berenang di kolam anakanak dan bermain flying fox dikenakan biaya tambahan lagi. Untuk berenang di kolam anak-anak dikenakan Rp 5.000,00 per anak, sedangkan untuk bermain flying fox dikenakan biaya Rp 11.000,00 per orang untuk sekali bermain. 5.4
Aksesibilitas Aksesibilitas untuk menuju lokasi wisata ini dapat dikatakan relatif mudah
dicapai dan dikunjungi dengan berbagai jenis kendaraan umum dan pribadi baik dari kota Solo maupun dari kota Madiun. TWA Grojogan Sewu berada di daerah pariwisata dan peristirahatan pegunungan yang dapat dicapai melalui dua rute, yaitu: a) Rute Solo – Karanganyar – Karangpandan – Tawangmangu, dengan jarak tempuh ± 40 km. Bus dan mini bus dapat mencapai lokasi dan frekuensi kendaraan umum seperti bus dan mini bus cukup banyak. b) Rute Madiun – Magentan – Sarangan – Tawangmangu, dengan jarak tempuh ± 75 km. Jarak Sarangan – Tawangmangu ± 14 km. Kendaraan bus tidak dapat melewati rute ini karena jalannya sempit dan berliku-liku. Antara kedua rute tersebut, rute dari Solo lebih mudah ditempuh, tetapi rute yang melewati Sarangan memiliki nilai tambah tersendiri karena panorama alam di sekitar rute ini sangat indah.
40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu
kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai karakteristik masingmasing kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 6.1.1 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu, berasal dari dalam dan luar Provinsi Jawa Tengah, dan terkadang terdapat wisatawan asing yang datang berkunjung ke lokasi wisata. Wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata cenderung ramai pada hari sabtu, minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai jum’at (hari biasa) obyek wisata ini sepi wisatawan. Wisatawan hari kerja biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP). Berbeda pada saat hari sabtu, minggu, atau libur-libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Adapun karakteristik responden wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dibagi menjadi dua, yakni karakteristik demografi (Tabel 9) dan karakteristik berwisata (Tabel 10). Jumlah responden yang dipilih untuk wisatawan TWA Grojogan Sewu sebanyak 100 orang, terdiri atas 55% responden laki-laki dan 45% responden perempuan. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan dan jumlah tanggungan. Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang
digunakan, jumlah rombongan, serta aktivitas utama yang dilakukan pada saat berwisata (Tabel 9). Tabel
9.
Karakteristik Responden Demografi
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 17-26 tahun 27-36 tahun >36 tahun Jumlah Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan Pelajar/ Mahasiswa PNS BUMN Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Jumlah Penghasilan <500.000 500.000 – 1.000.000 >1.000.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.000.000 >2.000.000 – 2.500.000 >2.500.000 – 3.000.000 >3.000.000 – 3.500.000 >3.500.000 – 4.000.000 >4.000.000 Jumlah Jumlah Tanggungan Keluarga Tidak ada 1 – 3 orang 4 – 6 orang Jumlah Asal Daerah Dalam Provinsi Jawa Tengah Luar Provinsi Jawa Tengah Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Wisatawan Frekuensi 55 45 100 Frekuensi 80 10 10 100 Frekuensi 1 2 63 34 100 Frekuensi 60 7 2 7 5 19 100 Frekuensi 15 43 11 5 8 3 4 3 8 100 Frekuensi 71 18 11 100 Frekuensi 72 28 100
Berdasarkan
Faktor
(%) 55 45 100 (%) 80 10 10 100 (%) 1 2 63 34 100 (%) 60 7 2 7 5 19 100 (%) 15 43 11 5 8 3 4 3 8 100 (%) 71 18 11 100 (%) 72 28 100
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa responden wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh wisatawan yang usianya berkisar
42
antara 17 – 26 tahun, hal ini dimungkinkan karena kondisi obyek wisata itu sendiri yang mengharuskan wisatawan untuk berjalan kaki menuju jalan setapak dengan total 1.113 trap anak tangga, yang mana untuk itu diperlukan tenaga yang ekstra dari wisatawan agar dapat menikmati obyek wisata ini dan menuju lokasi air terjun. Sehingga wisatawan dari kelompok umur tua akan enggan mengunjungi obyek wisata ini. Selain itu pada kelompok usia muda biasanya seseorang lebih memiliki jiwa petualang. Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden adalah lulusan SMA yaitu sebanyak 63% dari total responden. Hal ini dapat dilihat dari jumlah usia responden yang datang berkisar antara 17 hingga 26 tahun. Adapun jenis pekerjaan dikelompokan menjadi enam kelompok, yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, BUMN, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan karyawan swasta. Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh bahwa rata-rata wisatawan di dominasi oleh kalangan pelajar/ mahasiswa yang memiliki persentase sebanyak 60%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden wisatawan Taman Wisata alam Grojogan Sewu belum bekerja. Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami dan isteri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja. Sedangkan responden ibu rumah tangga diukur dari besar pengeluaran mereka per bulannya, dan responden seperti pelajar dan mahasiswa diukur dari berapa uang saku yang diterima per bulannya. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 per bulannya yang memiliki besaran proporsi sebesar 43%. Hal ini didukung oleh mayoritas
43
wisatawan memiliki usia kurang dari 26 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki pekerjaan karena masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Sebanyak 71 responden (71% dari total responden) menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, sedangkan sisanya sudah memiliki tanggungan keluarga. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh terhadap kegiatan wisata karena semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin besar jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan wisata, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan. Pada
penelitian
ini,
domisili
atau
tempat
tinggal
wisatawan
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu masih berada di dalam kawasan Provinsi Jawa Tengah dan di luar Provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 72% responden berdomisili di dalam kawasan Jawa Tengah sedangkan sisanya sebanyak 28% responden berdomisili di luar Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil di lapangan wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu masih didominasi oleh wisatawan yang menetap di sekitar Kabupaten Karanganyar dan masih dalam lingkup Jawa Tengah, maka dari itu promosi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah. Selain karakteristik demografi, karakteristik lain yang dilihat dari responden wisatawan adalah karakteristik berwisata. Adapun karakteristik ini terdiri dari cara kedatangan responden wisatawan, jenis kendaraan, jumlah rombongan, dan aktivitas utama yang dilakukan di lokasi wisata (Tabel 10).
44
Tabel 10. Karakteristik Berwisata Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Cara Kedatangan Sendiri Kelompok Keluarga Jumlah Jenis Kendaraan Motor Pribadi Mobil Pribadi Kendaraan Umum (Bus) Jumlah Jumlah Rombongan < 5 orang 5 – 10 orang >10 orang Jumlah Aktivitas Utama di Lokasi Wisata Arena anak dan bersantai Berenang Melihat Air Terjun Melihat kera ekor panjang Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 1 65 34 100 Frekuensi 48 48 4 100 Frekuensi 30 57 13 100 Frekuensi 20 1 74 5 100
(%)
1 65 34 100 (%) 48 48 4 100 (%) 30 57 13 100 (%) 20 1 74 5 100
Berdasarkan cara kedatangan, responden yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh responden pengunjung yang datang secara berkelompok, dengan proporsi sebesar 65%. Berdasarkan hal tersebut, menandakan bahwa tempat wisata ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul dan berwisata dengan kelompok seperti dengan teman-teman, rekan kerja, pasangan, maupun bersama dengan keluarga. Sebagian besar responden yang datang berwisata membawa rombongannya sebanyak 5 -10 orang, dengan proporsi sebesar 57%. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi wisata umumnya didominasi oleh para pelajar yang datang bersama temantemannya dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Adapun jenis kendaraan yang digunakan oleh sebagian besar responden yaitu kendaraan pribadi, baik itu mobil atau motor pribadi dengan proporsi sebesar 96%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden datang secara berkelompok, sehingga mereka lebih nyaman jika menggunakan kendaraan pribadi. Berdasarkan data 45
hasil survey, aktivitas utama yang dilakukan oleh responden wisatawan bermacam-macam. Sebagian besar responden yaitu sebesar 74% yang datang ke lokasi wisata memiliki tujuan utama untuk melihat air terjun yang tingginya kurang lebih 81 meter, dimana air terjun ini merupakan daya tarik utama yang dimiliki oleh tempat wisata ini. Sebanyak 20% responden melakukan aktivitas bersantai dengan keluarga atau berkumpul dengan teman-teman sambil menikmati keindahan alam di sekitar air terjun. 6.1.2 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pengembangan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menjadi tempat wisata ikut berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran di sekitar lokasi wisata. Hal ini dapat terlihat dari sebagian besar tenaga kerja di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi wisata. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengembangan obyek wisata memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar. Responden tenaga kerja pada penelitian kali ini terdiri dari 40 orang dengan proporsi 72% responden laki-laki dan sisanya 28% adalah responden perempuan. Rata-rata usia responden berkisar antara 36 hingga 45 tahun yaitu sebanyak 38% dari total keseluruhan responden. Mayoritas responden merupakan lulusan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas dengan masing-masing memiliki proporsi sebesar 38%. Rata-rata pekerjaan responden merupakan pengelola wisata yang memiliki proporsi sebesar 63%, sisanya merupakan tenaga kerja diluar pengelola wisata. Adapun tenaga kerja yang berasal dari pengelola
46
wisata yaitu tenaga kerja dibagian pelayanan pengunjung, kebersihan, dan tiket. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 26-35 tahun 36-45 tahun >45 tahun Jumlah Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan P. kios makanan dan minuman P. Sewa (Kuda & Foto) P. Souvenir P. Asongan P. Sewa payung & tikar P. Toilet umum P. Parkir P. Tiket P. Kebersihan Pelayanan pengunjung Jumlah Pendapatan < 500.000 500.000 – 1.000.000 > 1.000.000 – 1.500.000 > 1.500.000 – 2.000.000 > 2.000.000 Jumlah Lama bekerja 1 – 5 tahun >5 – 10 tahun >10 tahun Jumlah Jam kerja per hari 5 – 7 jam 8 – 10 jam Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 29 11 40 Frekuensi 11 15 14 40 Frekuensi 15 6 15 4 40 Frekuensi 3 2 2 2 2 2 2 4 2 19 40 Frekuensi 9 16 11 2 1 40 Frekuensi 7 4 9 40 Frekuensi 12 28 40
(%) 72 28 100 (%) 27 38 35 100 (%) 38 15 38 11 100 (%) 7 5 5 5 5 5 5 10 5 48 100 (%) 23 41 28 5 3 100 (%) 17 10 73 100 (%) 27 73 100
Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 yaitu sebanyak 41%. Berdasarkan rata-rata pendapatan per bulan dapat dikatakan kondisi ekonomi mereka sudah cukup baik. Menurut informasi 47
yang diperoleh dari beberapa tenaga kerja terutama tenaga kerja yang berasal dari PT Duta Indonesia Djaya, mereka menyatakan pendapatan yang diperoleh sudah lebih dari Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 846.000,00. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden telah bekerja disekitar lokasi wisata lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 73% responden. Hal ini dikerenakan tenaga kerja tersebut merupakan penduduk asli yang sudah berdomisili lebih dari puluhan tahun yang lalu, dengan mayoritas responden yaitu sebesar 70% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekerja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara sekitar 70% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam dalam sehari, sisanya sebesar 30% responden bekerja lima hingga tujuh jam dalam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekarja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Tenaga kerja di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang bekerja full day dan bekerja yang bekerja hanya pada hari sabtu dan minggu atau libur saja. 6.1.3 Karakteristik Responden Unit Usaha Berdasarkan sebaran daerah asal, dapat dilihat bahwa seluruh pemilik unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini merupakan penduduk asli Tawangmangu yang sudah lebih dari 10 tahun menetap di sekitar lokasi wisata. Karakteristik ini menunjukan bahwa obyek wisata ini mempunyai
48
peranan penting
bagi perekonomian masyarakat
sekitar
obyek wisata.
Karakteristik responden unit usaha dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Responden Unit Usaha Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 20-40 tahun >40-60 tahun >60 tahun Jumlah Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Jenis Unit Usaha Kios makanan Sewa (kuda, foto) Sewa (payung, tikar) Souvenir Toilet umum Asongan Parkir Jumlah Pendapatan <500.000 500.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.500.000 >2.500.000 Jumlah Lama Bekerja < 5 tahun >5 – 10 tahun >10 tahun Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 10 20 30 Frekuensi 13 14 3 30 Frekuensi 3 15 4 6 2 30 Frekuensi 11 4 2 7 2 2 2 30 Frekuensi 2 12 7 9 30 Frekuensi 4 11 15 30
(%)
67 33 100 (%) 43 47 10 100 (%) 10 50 13 20 7 100 (%) 36 13 7 23 7 7 7 100 (%) 7 40 23 30 100 (%) 13 37 50 100
Responden unit usaha yang ada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh pemilik unit usaha yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 67%. Mereka membuka usaha di obyek wisata ini karena mereka ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Rata-rata responden didominasi oleh usia
49
berkisar antara empat puluh hingga enam puluh tahun yaitu sebesar 47% dengan pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan Sekolah Dasar. Sebanyak 36% jenis usaha yang dimiliki responden yaitu kios makanan dan minuman, sebanyak 23% responden memiliki unit usaha menjual souvenir, sebanyak 13% responden mempunyai usaha jasa penyewaan foto dan kuda, dan sisanya responden yang mempunyai jenis usaha penyewaan payung/ tikar, toilet umum, asongan, dan jasa parkir yaitu masing-masing memiliki proporsi sebesar 7%. Sebagian besar pendapatan rata-rata perbulan yang diperoleh unit usaha yaitu berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00. Pada penelitian ini, sebanyak 80% unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan penduduk asli yang sudah bermukim lebih dari 10 tahun. Mereka membuka usaha di sekitar lokasi obyek wisata ini karena ingin memperoleh pendapatan tambahan terutama para responden perempuan, yang ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka bahkan telah membuka usahanya ini sejak Taman Wisata Alam Grojogan Sewu belum dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya. Lama menjalankan unit usaha tiap responden berbeda-beda. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa sebagian besar responden telah menjalani usaha lebih dari sepuluh tahun yaitu memiliki proporsi sebesar 50% dari keseluruhan responden. 6.1.4 Karakteristik Responden Masyarakat Masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memiliki kontribusi dalam kegiatan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dan pada umumnya menerima dampak langsung dari adanya
50
kegiatan wisata ini terutama masyarakat lokasi wisata. Masyarakat sekitar yang menjadi responden sebanyak tiga puluh orang terdiri dari 57% responden laki-laki dan 43% responden perempuan (Tabel 13). Tabel 13. Karakteristik Responden Masyarakat Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 20-30 tahun >30-40 tahun >40 tahun Jumlah Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pendapatan <500.000 500.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.500.000 >2.500.000 – 5.000.000 >5.000.000 Jumlah
Frekuensi 17 13 30 Frekuensi 4 9 17 30 Frekuensi 2 10 4 8 3 30 Frekuensi 1 18 4 5 2 30
(%) 57 43 100 (%) 13 30 57 100 (%) 7 37 15 30 11 100 (%) 3 60 13 17 7 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Karakteristik responden masyarakat sekitar kawasan wisata masih sederhana. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar hanya lulusan Sekolah Dasar memiliki proporsi sebesar 37% dari keseluruhan responden. Hal ini menunjukan bahwa kondisi kualitas sumberdaya manusia masih kurang memadai. Pendapatan masyarakat mayoritas berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00 dengan memiliki proporsi sebesar 60% dari total keseluruhan responden. Usia responden masyarakat sekitar lokasi wisata ini umumnya berusia diatas 40 tahun dan berstatus menikah serta memiliki tanggungan. Masyarakat 51
sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagian besar merupakan penduduk asli yang ikut berkontribusi pada kegiatan wisata. 6.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Frekuensi kunjungan dalam satu tahun terakhir merupakan dependent
variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan untuk berwisata merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh variabel yang diduga mempengaruhi permintaan berwisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Variabel bebas tersebut adalah umur responden (X1), pendapatan (X2), jarak ke lokasi wisata (X3), biaya perjalanan (X4), jumlah tanggungan (X5), aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6), dan panorama alam di lokasi wisata (X7). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan bantuan Minitab 14 diperoleh fungsi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun bentuk dari model persamaan fungsi permintaan tersebut adalah: Y = 0,95 - 0,00856 X1 + 0,0000003 X2 – 0,006515 X3 – 0,00000188 X4 – 0,18428 X5 + 0,0587 X6 + 0,3083 X7 Keterangan: Y = Jumlah kunjungan setahun terakhir ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu X1 = Umur (Tahun) X2 = Pendapatan (Rupiah) X3 = Jarak (Km) X4 = Biaya perjalanan (Rupiah) X5 = Jumlah tanggungan (orang) X6 = Dummy Aksesibilitas menuju lokasi ( 1=sangat sulit, 2=sulit, 3=mudah, 4=sangat mudah) X7 = Dummy daya tarik alam di lokasi wisata ( 1=sangat tidak menarik, 2=tidak menarik, 3=menarik, 4=sangat menarik)
52
Dalam penelitian ini digunakan taraf uji 10%, karena analisis dilakukan pada bidang sosial ekonomi dengan responden manusia yang memiliki keberagaman karakteristik yang tinggi. Selain itu, penelitian ini terkait dengan wisata yang tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai persepsi wisatawan. Hasil regresi fungsi permintaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat pada tabel berikut atau pada Lampiran 1. Tabel 14. Fungsi Permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel Koefisien Constant 0,9479 X1 -0,00856 X2 0,00000030 X3 -0,006515 X4 -0,00000188 X5 -0,18428 X6 0,0587 X7 0,3083 R-Sq = 46, 9%
SE Koefisien T 0,8184 1,16 0,01815 -0,47 0,00000004 7,63 0,001734 -3,67 0,00000066 -2,82 0,07981 -2,31 0,1809 0,32 0,1629 1,89 R-Sq (adj) = 42,9 %
P 0,250 0,638 0,000* 0,000* 0,006** 0,023** 0,746 0,062*** DW = 1,89
VIF 2,6 1,5 1,2 1,5 2,5 1,1 1,1
Keterangan: Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 1% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 5% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 10% Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dari hasil regresi diperoleh R-sq sebesar 46,9%. Hal ini menunjukan sekitar 46,9% keragaman permintaan wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 53,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan ke dalam model. 6.2.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Model regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diharapkan menjadi model regresi yang menghasilkan pendugaan linear yang tidak bias terbaik (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Suatu model dikatakan BLUE apabila memenuhi persyaratan normalitas, non multikoleniaritas, homoskedastisitas, dan non autokorelasi (Juanda, 2009). Untuk mengetahui 53
kebaikan suatu model yang telah dibuat, perlu dilakukan pengujian secara statistik. Berikut adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model: 1.
Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data residual
dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian, untuk menguji apakah sisaan menyebar normal dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Lampiran 2). Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-Smirnov diperoleh bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,077 dan P-value uji normal residual sebesar yaitu 0,144. Nilai statistik Kolmogrov-Smirnov yang diperoleh dari pengamatan lebih kecil dari nilai statistik Kolmogrov-Smirnov pada tabel yaitu 0,134. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi data residual dalam variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah menyebar normal. 2.
Uji Multikolinearitas Pengujian masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada
Lampiran 1 menunjukan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh (VIF < 10). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3.
Uji Autokorelasi Salah satu asumsi tentang regresi linear berganda yang perlu dipenuhi
adalah tidak terjadinya masalah autokorelasi. Untuk memastikan tidak adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Durbin Watson (DW) dengan hipotesis bahwa jika nilai DW cukup dekat dengan dua, maka terima H0, dan bila mendekati nol atau empat maka tolak H0 (Gunawan, 1994). Berdasarkan hasil
54
analisis regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson yaitu sebesar 1,88609, nilai ini mendekati angka dua, sehingga dapat disimpulkan bahwa terima H0. 4.
Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada atau tidak masalah heteroskedastisitas dapat
diketahui dengan menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan melakukan regresi linear nilai absolut residual dengan variabel prediktor. Kriteria pengujian nilai Pvalue yaitu sebesar 0,108 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan sisaannya homogen yang berarti asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 3. 5.
Uji Statistik t Berdasarkan Tabel 26, dengan melakukan uji t diketahui terdapat lima
variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan taraf nyata kurang dari 10%. Kelima variabel tersebut adalah variabel pendapatan, jarak, biaya perjalanan, jumlah tanggungan, dan panorama alam di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis uji t, terdapat dua variabel bebas yang ternyata tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, variabel tersebut adalah variabel usia dan aksesibilitas. Hal ini dikarenakan nilai P dari variabel tersebut lebih dari taraf nyata 10%, sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. 6.
Uji Statistik F Uji keseluruhan pada model regresi dapat diketahui berdasarkan hasil
perhitungan dan ditunjukan pada analisis varians (Lampiran 1). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai P yang lebih kecil dari α. Nilai P dalam uji statistik F menunjukan angka 0,000 yang berarti bahwa semua variabel bebas
55
dalam model regresi ini secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikatnya. 6.2.2 Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Berdasarkan hasil uji t diketahui terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun kelima variabel tersebut adalah: 1.
Pendapatan Variabel pendapatan signifikan pada taraf nyata 1% dengan tanda
koefisien positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan pendapatan wisatawan Rp 1.000.000,00 per tahun maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu tersebut sebesar tiga kali per tahun, cateris paribus. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan terhadap kegiatan rekreasi, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan meningkatkan peluang seseorang terhadap frekuensi kunjungannya. Seseorang dengan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan individu yang berpenghasilan rendah. 2.
Jarak ke lokasi wisata Variabel jarak berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 1% dengan
tanda koefisien negatif. Hal ini berarti setiap pertambahan 166 km jarak maka akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebesar satu kali per tahun, cateris paribus. Jarak tempuh merupakan seberapa jauh jarak yang dibutuhkan wisatawan untuk mencapai lokasi wisata. Jarak tempuh dipengaruhi oleh bagus tidaknya kondisi jalan, kendaraan yang mereka pakai, situasi jalan yang dilalui, apakah sering terkena
56
macet atau tidak. Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang berliku-liku dan menanjak sehingga jarak tempuh akan menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi wisata. 3.
Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan
dalam satu kali perjalanan wisata. Biaya perjalanan terdiri dari biaya konsumsi luar maupun di lokasi wisata, biaya parkir, biaya transportasi, dan biaya lainnya. Variabel biaya perjalanan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki koefisien negatif dimana setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar Rp 1.000.000,00 akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan individu ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak dua kali kunjungan, cateris paribus. Hal ini sesuai teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya biaya perjalanan merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan rekreasi atau kunjungan wisata. 4.
Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara signifikan pada taraf
nyata 5% dan memiliki tanda koefisien negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dengan nilai koefisien regresi -0,18428. Artinya, setiap peningkatan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden akan menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, cateris paribus.
57
Apabila wisatawan memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak, maka wisatawan tersebut akan cenderung menurunkan frekuensi kunjungannya mengingat biaya yang harus disisihkannya untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu. 5.
Daya Tarik Variabel daya tarik berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10% dengan
tanda koefisien negatif. Variabel daya tarik merupakan variabel dummy dengan angka 1 = merupakan persepsi wisatawan yang negatif yaitu sangat tidak menarik, 2 = tidak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. Tanda koefisien positif berarti persepsi yang diberikan wisatawan akan semakin positif, hal ini di duga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memberikan nilai positf terhadap panorama alamnya. Selain itu, pengaruh positif lain juga ditunjukan oleh sebagian besar jumlah wisatawan yang menjadi responden merencanakan untuk datang kembali ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu karena daya tarik yang ditawarkan obyek wisata ini sangat menarik salah satunya yaitu terdapat air terjun dengan ketinggian 81 meter dengan titik puncak yang bercabang. 6.2.3 Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan terhadap Permintaan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan atau pengaruhnya kecil terhadap permintaan wisata ada dua variabel. Adapun variabel tersebut yaitu usia, aksesibilitas jalan menuju lokasi.
58
1. Usia Usia tidak berpengaruh nyata atau pengaruhnya kecil terhadap permintaan wisata karena memiliki taraf nyata lebih dari 10%, variabel ini memiliki koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka peluang rata-rata kunjungannya akan semakin menurun. Kegiatan wisata merupakan kebutuhan bagi setiap orang baik tua maupun muda, dengan melakukan kegiatan wisata dapat menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari yang dilakukan dan menjadi hak bagi setiap orang untuk dapat berwisata. Oleh karena itu, variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan lapangan dimana wisatawan didominasi oleh kisaran usia 17 – 26 tahun. 2.
Aksesibilitas Aksesibilitas memiliki koefisien positif yang dibuat dalam bentuk dummy
dimana semakin besar angka maka nilai yang diberikan akan semakin baik. Ini menunjukan bahwa dengan semakin mudah kondisi dan akses menuju ke lokasi wisata maka akan semakin besar peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, sebagian besar responden wisatawan akan datang kembali ke lokasi wisata, oleh karena itu variabel aksesibilitas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatwan. 6.2.4 Persepsi Wisatawan terhadap Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Dimana setiap individu memiliki penilaian sendiri terhadap keberadaan suatu obyek tertentu. Persepsi dari wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
59
dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain mengenai lokasi dan fasilitas, serta kondisi lingkungan yang ada di sekitar lokasi wisata. 1.
Persepsi Responden Wisatawan terhadap Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu memiliki potensi wisata
untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dikemudian harinya, karena memiliki panorama alam yang indah dan menarik serta udara yang masih sejuk yang merupakan salah satu daya tarik wisata dari obyek wisata. Selain itu, TWA Grojogan Sewu memiliki berbagai fasilitas yang mendukung sebagai tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapangan melalui wawancara langsung dengan responden wisatawan, fasilitas yang ada di TWA Grojogan Sewu sudah memadai dan cukup baik kondisinya (Tabel 15). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya fasilitas–fasilitas yang ada harus tetap dijaga dan diperbaiki apabila ada yang mengalami kerusakan karena umur teknisnya sudah tidak layak lagi atau perlu pembaharuan, guna meningkatkan kepuasan para wisatawan yang datang berwisata. Tabel 15. Persepsi Responden Wisatawan Mengenai Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Toilet Tempat Sampah Mushola Gazebo Warung Makan Kios Cederamata Panorama Alam Keamanan Aksesibilitas Pengelola wisata
Sangat Baik (%) 2 1 5 4 5 6 55 4 12 8
Proporsi (%) Baik Buruk (%) (%) 27 68 38 60 14 81 27 69 17 78 7 77 45 0 42 54 7 80 5 87
Sangat Buruk (%) 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0
Total (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
60
Responden yang berkunjung sebagian besar memberikan penilaian baik terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Grojogan Sewu seperti toilet, tempat sampah, mushola, gazebo, warung makan, dan kios cenderamata. Mereka memberikan kesan yang positif karena sarana dan prasarana yang ada sudah cukup memadai dan baik namun harus terus ditingkatkan kebersihannya. Panorama alam yang ditawarkan tempat wisata ini berupa pemandangan air terjun dengan ketinggian 81 m, keindahan alam, hutan pinus, suara kicauan burung, udara yang masih sangat sejuk karena letaknya di daerah pegunungan sehingga para wisatawan sangat menikmati suasana alam di obyek wisata ini. Hal ini terlihat dari seluruh responden memberikan penilaian positif yaitu sangat baik dan baik terhadap panorama alam yang ada di lokasi wisata. Aspek keamanan di lokasi wisata harus lebih diperhatikan, mengingat Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sebagian besar responden wisatawan yaitu sebesar 54%, menyatakan bahwa keamanan di lokasi wisata masih buruk. Sebagian besar responden merasa terganggu saat berwisata dengan ulah para kera ekor panjang yang berkeliaran secara bebas dan terkadang berperilaku agresif dengan menyerang mereka, terutama ketika mereka sedang membawa makanan atau minuman. Hal inilah yang membuat responden wisatawan terkadang merasa kurang aman karena mengganggap masih kurangnya perhatian dan penjagaan dari jasa keamanan seperti pengelola yang sering patroli di sekitar lokasi untuk memastikan kegiatan wisata. Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan wisata adalah aksesibilitas atau kondisi jalan menuju lokasi wisata, dimana aksesibilitas dapat mempengaruhi seseorang untuk datang berkunjung. Sebagian besar responden atau sebesar 80%
61
responden menyatakan bahwa aksesibilitas menuju lokasi wisata sudah baik, hal ini dikarenakan keadaan jalannya sudah cukup baik dan bebas dari kemacetan, walaupun medannya cukup berat dengan kondisi fisik yang menanjak dan berlikaliku karena letaknya yang di daerah pegunungan. Namun, sebesar 7% responden menyatakan kondisi aksesibilitas buruk, hal ini dikarenakan responden tersebut merasa kurang nyaman karena medannya yang menanjak dan berlika-liku, terutama ketika kendaraan mereka berhadapan dengan kendaraan besar seperti bus-bus besar yang selalu melewati jalan utama ke lokasi wisata. Adapun pelayanan yang diberikan pengelola kepada wisatawan, sebagian besar wisatawan memberikan penilaian baik yaitu sebesar 87%. Namun, sebesar 5% responden menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan masih kurang baik (buruk). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dari pihak pengelola tempat wisata untuk tetap membangun dan mempertahankan citra yang baik, sehingga wisatawan merasa nyaman dan tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 2. Persepsi Responden Wisatawan terhadap Tiket Masuk Tiket masuk yang layak diberlakukan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dinilai para wisatawan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan dan pendapatan mereka. Adapun tiket masuk yang diberlakukan oleh pengelola wisata sebesar Rp 6.000,00 per orang pada setiap harinya. Namun, baik dari pihak pengelola maupun wisatawan menyatakan bahwa tiket yang diberlakukan masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden pengelola wisata, tiket tersebut tidak sepenuhnya masuk ke kantong perusahaan, karena Rp 2.000,00 diberikan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke
62
pemerintah, sisanya digunakan untuk biaya asuransi pengunjung, retribusi ke Kabupaten Karanganyar, dan biaya operasional perusahaan. Harga tiket masuk Taman Wisata Alam Grojogan Sewu saat ini dinilai tidak relevan dengan biaya pengelolaannya yang sangat besar. Sehingga dari pihak pengelola pun merasa masih membutuhkan dana tambahan untuk biaya pemeliharaan dan operasional di lokasi wisata. Begitupun dari pihak pengunjung, sebesar 31% responden tidak setuju dengan harga tiket yang telah ditetapkan, mereka mengganggap tarif tiket tersebut masih rendah dan tiket yang pantas diberlakukan dilokasi wisata ini adalah sebesar Rp 7.000,00 (Tabel 16). Tabel 16. Sebaran Persepsi Responden Wisatawan terhadap Harga Tiket Masuk di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Harga Tiket Maksimal (Rp) < 6000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 >10.000 Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 15 19 31 12 4 13 6 100
Proporsi (%) 15 19 31 12 4 13 6 100
Responden yang menilai besar tiket masuk yang harus diberlakukan diatas Rp 6.000,00 memiliki alasan bahwa tiket masuk yang mereka bayarkan tersebut akan digunakan untuk perbaikan dan penambahan fasilitas agar terlihat lebih baik lagi guna untuk meningkatkan daya tarik wisata untuk keberlanjutan pengembangan obyek wisata dikemudian harinya. Berdasarkan wawancara dengan para responden wisatawan, mereka merasa bahwa pelayanan dan fasilitas yang ada di dalam lokasi wisata sudah memadai dan dalam kondisi baik, begitu pun dengan panorama keindahan alam yang ada di lokasi wisata, mereka sudah cukup puas dan sangat menikmati serta nyaman berada di sekitar lokasi wisata. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk memberikan pelayanan dan 63
memelihara serta menambah fasilitas yang dirasa masih kurang dari wisatawan, guna untuk meningkatkan kepuasan dan menambah daya tarik wisata agar kedepannya dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke lokasi wisata. Dimana, jika jumlah kunjungan meningkat akan berimplikasi terhadap dampak perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata. 6.3
Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Adanya aktivitas wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu akan
menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain masalah kebersihan atau pencemaran sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dapat dilihat dari aspek ekonomi. Dampak positif yang muncul dari adanya aspek ekonomi dapat bersifat langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect impact), dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Munculnya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat adalah salah satu contoh dampak positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegitan wisata. Misalnya seperti adanya pedagang-pedagang yang berjualan makanan khas daerah setempat, minuman, souvenir, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan taraf hidupnya. Selanjutnya, dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha
64
penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegitan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata, pembelian souvenir, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran wisatawan akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata. Berdasarkan sebaran wisatawan yang menjadi responden di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menurut struktur pengeluaran wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, akomodasi, parkir, dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar yang dikeluarkan wisatawan adalah biaya transportasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor atau kendaraan umum. Oleh karena itu mempengaruhi besaran proporsi biaya yang akan mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi wisatawan yang menggunakan mobil atau motor pribadi, biaya transportasi yang mereka keluarkan berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya transportasi bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan umum yaitu berupa ongkos pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci dijelaskan pada Tabel 17 dan Lampiran 4.
65
Tabel 17. Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Biaya (1) A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 1. Biaya Transportasi 2. Konsumsi dari rumah 3. Tiket masuk kawasan wisata (PNBP) TOTAL A ( Kebocoran) B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 1. Konsumsi di lokasi 2. Akomodasi (penginapan) 3. Pembelian Souvenir 4. Penyewaan alat 5. Parkir 6. Biaya fasilitas di kawasan wisata 7. Tiket masuk kawasan wisata (Pengelola) TOTAL B (Penerimaan di lokasi wisata) Total Pengeluaran Wisatawan (C= Total A + Total B) ∑ Kunjungan Wisatawan per bulan (D) orang Total Pengeluaran Wisatawan per bulan di lokasi wisata (proporsi B*C*D) Rp Total Kebocoran per bulan (proporsi A*C*D) Rp Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Nilai (Rp.) (2) 64.070 27.870 2.000 93.940 29.820 10.750 11.970 2.820 3.340 2.710 4.000 65.410 159.350
Proporsi (%) (3=2/C*100) 40,2 17,5 1,2 58,9 18,7 6,8 7,5 1,8 2,1 1,7 2,5 41,1 100,0 26.743 orang 1.752.242.431,24 2.509.254.618,76
Pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa tiket masuk ke kawasan wisata yang dikeluarkan wisatawan keuntungannya dapat menjadi manfaat di dalam lokasi wisata namun ada bagian yang menjadi kebocoran. Adapun tiket masuk yang dikeluarkan oleh wisatawan sebenarnya hanya satu kali yaitu sebesar Rp 6.000,00, diamana Rp 4.000,00 untuk pihak pengelola, sedangkan sisanya yaitu sebesar Rp 2.000,00 untuk biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Biaya transportasi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh responden wisatawan dan memiliki proporsi sebesar 40,2% atau dengan nilai sebesar Rp 64.070,00 dari ratarata total pengeluaran responden wisatawan. Hal ini menunjukan bahwa biaya transportasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pengeluaran wisatawan saat mereka melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari mereka menggunakan mobil dan motor pribadi, atau kendaraan umum seperti bus dan
66
angkot. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan akan berbeda-beda sesuai dengan lokasi jarak dari rumah ke kawasan wisata yang akan mereka kunjungi. Proporsi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan terkait dengan keragaman unit usaha dan fasilitas rekreasi yang tersedia. Rata-rata total pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan berkisar Rp 159.350,00. Hal ini dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jumlah tanggungan, jenis kendaraan yang digunakan, dan lain-lain. Tabel 17 menunjukan jumlah pengeluaran wisatawan per bulan di lokasi wisata sebesar Rp 1.752.242.431,24. Jumlah ini disesuaikan dengan rata-rata jumlah wisatawan per bulan yaitu 26.743 orang. Besarnya arus uang akan menunjukan besarnya dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat (Yoeti, 2008). Secara umum, dilihat dari proporsi biaya rekreasinya, pengeluaran wisatawan yang berekreasi ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mengalami kebocoran (leakage) sebesar 58,9% atau sebesar Rp 93.940,00 untuk satu kali kunjungan, yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Proporsi kebocoran ini cukup tinggi, oleh sebab itu perlu diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas di sekitar lokasi wisata misalnya dengan meningkatkan keragaman jenis kios makanan sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat semakin kecil. 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha terkait dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi. Walaupun unit usaha di kawasan wisata ini
67
merupakan unit usaha kecil dan hanya akan ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari libur nasional, namun unit usaha yang ada cukup banyak. Hal ini menimbulkan perputaran uang yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha di lokasi. Unit usaha yang ada adalah kios makanan dan minuman, souvenir, sewa payung dan tikar, penyewaan jasa kuda dan foto, toilet umum, parkir, dan penjual asongan. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran wisatawan yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalani kegiatan unit usaha. Pemilik usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka, baik yang berasal dari lokasi wisata ataupun luar lokasi wisata. Komponen biaya yang utama dari unit usaha ini adalah biaya pembelian input, upah karyawan, pemeliharaan alat, biaya operasi unit usaha, transportasi lokal dan retribusi atau pajak pada pemerintah setempat. Tabel 18.
Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total Responden Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Komponen (1) A. Biaya di luar kawasan wisata 1. Biaya operasional unit usaha (listrik, PAM) 2. Pengembalian kredit ke bank 3. Retribusi dan pajak 4. Biaya sewa Total A (Kebocoran) B. Biaya di dalam kawasan wisata 1. Pendapatan pemilik 2. Upah karyawan 3. Pembelian input/bahan baku 4. Biaya pemeliharaan alat 5. Transportasi lokal Total B (Penerimaan di lokasi wisata) Total (4= Total A+Total B)
Nilai (Rp) (2)
Proporsi (%) (3= 2/4*100)
2.800 0 0 10.123 12.923
0,15 0 0 0,5 0,65
1.154.155 52.000 668.782 0 21.233 1.896.153 1.909.078
60,5 2,72 35,0 0 1,1 99,3 100,0
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
68
Keuntungan yang diterima oleh pemilik (pendapatan pemilik) adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Hasil penelitian menunjukkan, proporsi terbesar terhadap penerimaan unit usaha adalah pendapatan pemilik yaitu sebesar Rp 1.154.155,00 dari total penerimaan. Dapat dilihat pada Tabel 18, proporsi untuk upah tenaga kerja pada obyek wisata ini masih rendah sebesar 2,72% atau sebesar Rp 52.000,00 dari rata-rata total penerimaan unit usaha. Hal ini dikarenakan mayoritas unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, mengelola
unit
usahanya
sendiri.
Hanya
beberapa
unit
usaha
yang
memperkerjakan orang lain untuk membantu mengelola unit usaha tersebut. Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Dampak ekonomi ini berupa pendapatan pemilik dari unit usaha. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usahanya (Tabel 19). Tabel 19. Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak Langsung yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jumlah Rata-rata Sampel Pendapatan (Rp) (1) (2) Kios makanan dan minuman 11 1.189.535,00 Sewa (Kuda, foto) 4 746.042,00 Sewa Payung/ Tikar 2 557.917,00 Souvenir 7 1.410.159,00 Toilet Umum 2 1.586.667,00 Asongan 2 429.167,00 Parkir 2 1.363.250,00 Total 30 Total Penerimaan (Dampak Langsung) Rp Jenis Unit Usaha
Jumlah (unit) (3) 62 54 48 32 8 31 3 238
Total Pendapatan(Rp) (4= 2*3) 73.751.170,00 40.286.268,00 26.780.016,00 45.125.088,00 12.693.336,00 13.304.177,00 4.089.750,00 216.029.805,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dapat dilihat pada Tabel 19, bahwa unit usaha toilet umum memiliki pendapatan paling besar diantara jenis unit usaha lainnya yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu rata-rata sebesar Rp 1.586.667,00 per bulannya, sedangkan pendapatan terkecil yaitu pada pedagang asongan yang 69
hanya memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 429.167,00 per bualannya. Dapat dilihat pada Tabel 18, total penerimaan rata-rata dari keseluruhan responden unit usaha yaitu sebesar Rp 1.909.078,00 per bulan, dari total penerimaan tersebut terdapat pendapatan pemilik unit usaha (dampak ekonomi langsung) yang dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu sebesar Rp 1.154.155,00 per bulan. Adapun total penerimaan dampak langsung dari keseluruhan unit usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata yaitu sebesar Rp 216.029.805,00 per bulan (Tabel 19). 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak langsung (Indirect Impact) Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) dapat dilihat dari pembelian bahan baku untuk keperluan unit usaha, transportasi lokal, dan upah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Sebagian besar unit usaha yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dikelola langsung oleh pemilik unit usaha dan unit usaha yang dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya (Taman Wisata Alam Grojogan Sewu) yang cukup banyak menyerap tenaga kerja sekitar lokasi wisata, namun terdapat beberapa pula unit usaha yang menggunakan tenaga kerja sekitar (bukan dari keluarga), terutama pada saat akhir pekan atau hari libur ketika lokasi wisata dipadati oleh wisatawan. Pihak pengelola tidak akan mempersulit warga yang ingin membuka usaha di lokasi ini. Hal ini disebabkan oleh salah satu tujuan dibukanya obyek wisata ini dalam rangka usaha pemberdayaan masyarakat sekitar. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam kawasan wisata dan dampak tidak langsung
70
yang dirasakan dari keberadaan TWA Grojogan Sewu dapat dilihat pada Tabel 20 dan Lampiran 5. Tabel 20. Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan Dampak Ekonomi Tidak Langsung yang dirasakan Akibat Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jumlah Upah BahanTransp Unit TK baku ortasi Jenis Unit Usaha Usaha (Rp) (Rp) (Rp) (1) (2) (3) (4) Kios makanan & minuman 62 50.909 943.901 32.909 Sewa (Kuda, foto) 54 0 89.375 0 Sewa Payung/ Tikar 48 0 0 40.000 Souvenir 32 0 1.299.008 16.429 Toilet Umum 8 0 52.500 0 Asongan 31 0 62.500 40.000 Parkir 3 500.000 0 0 Tiket 1 947.625 0 0 Kebersihan 2 735.000 0 0 Pelayanan pengunjung 1 1.417.104 0 0 Total Dampak Tidak Langsung (Rp) Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Total Biaya (Rp)
Total (Rp)
(5=2+3+4) 1.027.719 89.375 40.000 1.315.417 52.500 102.500 500.000 947.625 735.000 1.417.104
(6= 1*5) 63.718.578 4.826.250 1.920.000 42.093.984 420.000 3.177.500 6.000.000 5.685.750 2.940.000 26.924.976 157.707.038
Tenaga kerja sekitar merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan obyek wisata yaitu melalui pendapatan mereka yang mereka dapat dari pemilik unit usaha sekitar lokasi wisata. Begitupun dengan kebutuhan untuk pembelian bahan baku bagi unit usaha seperti kios makanan dan minuman, serta unit usaha souvenir mereka dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut di dalam kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 20, untuk upah tenaga kerja yang diperoleh berbeda-beda tergantung dengan jenis unit usaha tempat mereka bekerja. Dampak tidak langsung yang berupa upah (pendapatan) tenaga kerja dirasakan paling besar yaitu dari tenaga kerja pelayanan pengunjung yang berasal dari PT. Duta Indonesia Djaya (pengelola TWA Grojogan Sewu) yaitu rata-rata sebesar Rp 1.417.104,00 per bulan. Kemudian untuk pembelian bahan baku (input) guna memenuhi kebutuhan unit usaha, biaya pembelian input terbesar dikeluarkan oleh jenis unit usaha 71
souvenir yaitu sebesar Rp 1.299.088,00, sedangkan untuk jenis unit usaha sewa payung dan tikar serta parkir tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan baku. Adapun biaya transportasi merupakan biaya transportasi yang dikeluarkan di dalam kawasan wisata untuk memenuhi kebutuhan unit usahanya, biaya tersebut digunakan untuk ongkos menuju lokasi unit usaha atau untuk pembelian bahan baku. Besarnya pengeluaran unit usaha di dalam lokasi wisata akan berimplikasi pada besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang akan diterima oleh masyarakat sekitar lokasi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berbeda-beda tergantung dari jenis unit usahanya. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan paling besar yaitu dari jenis unit usaha kios makanan dan minuman, hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata didominasi oleh kios makanan dan minuman yaitu sebesar Rp 63.718.578,00. Adapun besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat dari jumlah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh unit usaha yaitu sebesar Rp 157.707.038,00 per bulan. 6.3.3 Dampak Ikutan (Induced Impact) Kegiatan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga menghasilkan dampak induced. Dampak ini merupakan dampak lanjutan dari pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja sekitar obyek wisata. Dampak ini berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja sekitar.
72
Adapun proporsi pengeluaran responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 6. Tabel 21.
Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Biaya (1) A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 1. Biaya Listrik TOTAL A ( Kebocoran) B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 2. Kebutuhan pangan 3. Biaya transportasi 4. Biaya sekolah anak 5. Biaya lainnya TOTAL B (Penerimaan di lokasi wisata) Total Pengeluaran Tenaga Kerja (C= Total A + Total B)
Nilai (Rp.) (2)
Proporsi (%) (3=2/C*100)
43.700 43.700
0,06 0,06
406.625 30.000 145.100 74.098 655.823 699.523
58,1 4,2 20,7 10,5 93,5 100,0
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Secara umum, rata-rata total pengeluaran responden tenaga kerja yaitu sebesar Rp 699.523,00. Namun, dari rata-rata pengeluaran tenaga kerja tersebut terdapat kebocoran (leakages) yaitu biaya yang tidak dikeluarkan di sekitar lokasi wisata sebesar Rp 43.000,00 dengan proporsi 0,06% dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja. Adapun biaya yang dikeluarkan di luar kawasan wisata yaitu biaya listrik. Sisanya yaitu sebesar 93,5% atau dengan nilai Rp 655.823,00 dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Adapun biaya tersebut yaitu biaya untuk kebutuhan pangan, biaya transportasi, biaya sekolah anak, dan biaya kebutuhan lainnya. Hal ini dikarenakan seluruh tenaga kerja merupakan penduduk asli sekitar kawasan wisata sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari masih di dalam kawasan wisata. Dampak lanjutan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan dapat dilihat dari besarnya pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata. Adapun sebaran pengeluaran tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 22. 73
Tabel 22. Sebaran Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan Dampak Lanjutan yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu TK Total Pengeluaran per (orang) bulan (Rp) Jenis Pekerjaan (1) (2) P. Kios makanan dan minuman 62 510.333,00 P. Sewa (Kuda, foto) 54 580.000,00 P. Sewa Payung/ Tikar 48 529.000,00 P. Souvenir 32 550.000,00 P. Toilet Umum 8 408.500,00 P. Asongan 31 538.450,00 P. Parkir 12 568.000,00 P. Tiket 6 718.750,00 P. Kebersihan 4 580.000,00 Pelayanan pengunjung 19 874.579,00 276 Total Proporsi penerimaan di lokasi wisata (Tabel 30) (4) Dampak Lanjutan (Total 3*4)
Total Pengeluaran (Rp) (3= 1*2) 31.640.646,00 31.320.000,00 25.392.000,00 17.600.000,00 3.268.000,00 16.691.950,00 6.816.000,00 4.312.500,00 2.320.000,00 16.617.001,00 155.978.097,00 93,5 145.839.520,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Total pengeluaran tenaga kerja sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp 155.978.097,00. Namun, dari total pengeluaran tersebut terdapat biaya yang tidak dilakukan di dalam kawasan wisata dengan proporsi 0,06% (Tabel 21) atau sebesar Rp 9.358.686,00 dari total pengeluran keseluruhan tenaga kerja. Sisanya yaitu sebesar 93,5% pengeluaran dilakukan di dalam kawasan wisata, sehingga dampak ekonomi lanjutan yang dirasakan dari adanya keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp 145.839.520,00. Perhitungan pengeluran tenaga kerja
berdasarkan jenis
pekerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 6. 6.3.4 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Responden Wisatawan Nilai efek pengganda (Multiplier Effect) dapat digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat kawasan wisata. Efek penggganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran wisatawan selama melakukan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat di estimasi, yaitu: (1) Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh
74
dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, (2) Ratio Income Multiplier Tipe 1, merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan (3) Ratio Income Multiplier Tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan, (META, 2001). Nilai pengganda ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Multiplier Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe 1 Ratio Income Multiplier Tipe 1
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Nilai 0,3 1,7 2,5
Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, diperoleh nilai Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar 0,3 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah, maka akan berdampak langsung sebesar 0,3 rupiah terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,7 yang artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,7 rupiah terhadap pendapatan tenaga kerja sekitar (berupa pendapatan pemilik usaha dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,5 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha diduga akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2,5 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja ditingkat lokal. Berdasarkan hasil dari penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu secara nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar, 75
terutama bagi masyarakat yang membuka usahanya di lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Dampak ekonomi yang terjadi pada penelitian ini dikatakan rendah, dapat dilihat dari nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh yaitu sebesar 0,3. Menurut META (2001) apabila nilai tersebut terletak diantara nol sampai dengan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi ini lebih cenderung mengeluarkan pengeluarannya di luar obyek wisata. Dengan kata lain, proporsi leakagesnya (kebocoran/pengeluaran di luar lokasi wisata) lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi wisata. Sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 dapat dikatakan telah memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio Income MultiplierTipe 1 dan Tipe 2 sudah lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1). Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat ditingkatkan sejalan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor pariwisata alam dengan cara terus
meningkatkan
jumlah wisatawan
yang datang,
peningkatan
pemberdayaan masyarakat lokal dan penyediaan barang yang diperlukan wisatawan oleh unit usaha yang ada agar dapat menarik minat wisatawan untuk membeli konsumsi pada unit usaha di sekitar lokasi wisata. Hal ini diduga akan meningkatkan proporsi pengeluaran wisatawan di obyek wisata (tourist expenditure), yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kondisi perekonomian masyarakat sekitar.
76
6.4
Analisis Dampak Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Dampak adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap lingkungan
di sekitar kawasan wisata diidentifikasi dengan persepsi dari para pelaku wisata/ stakeholder terkait (responden wisatawan, unit usaha, pekerja, dan masyarakat sekitar). Dalam pelaksanaan penelitian, para responden diminta persepsinya mengenai dampak keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap lingkungan. Adapun terdapat empat indikator yang digunakan untuk melihat dampak lingkungan yaitu bagaimana tingkat kebersihan lingkugan, kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan disekitar lokasi wisata (Tabel 24). Tabel 24. Persepsi Responden Stakeholder Terkait Terhadap Kebersihan, Kualitas Udara, dan Kualitas Air di Sekitar Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Persepsi (%) Keterangan
Responden
Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata Wisatawan Kualitas Unit Usaha Udara Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata Kualitas Air Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata Kebersihan Lingkungan
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Sangat Baik 3,0 23,3 16,7 12,5 13,9 73,0 80,0 82,5 73,3 77,2 11,0 43,3 25,0 26,7 26,5
Baik
Buruk
77,0 70,0 80,0 85,0 78,0 27,0 20,0 17,5 26,7 22,8 82,0 56,7 75,5 73,3 71,7
19,0 6,7 3,3 2,5 7,9 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,25
Sangat Buruk 1,0 0,0 0,0 0,0 0,25 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 0,0 0,0 0,0 1,5
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Faktor kebersihan lingkungan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 24 berdasarkan persepsi dari para stakeholder terkait, rata-rata responden menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam kebersihan, bahkan sebesar 13,9% responden menyatakan kondisinya semakin baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Rata-rata 77
responden yaitu sebesar 78% memberikan penilaian baik. Adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dirasakan telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan, yaitu diantaranya menambah keindahan pemandangan dengan penataan yang lebih baik dan menjaga keasrian lingkungan. Menurut informasi ketika melakukan wawancara dengan responden terutama pemilik unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar, mereka menyatakan bahwa setiap seminggu sekali diadakan kerja bakti bersama. Hal ini bertujuan untuk menjaga keasrian lingkungan agar tetap bersih dan nyaman ketika para wisatawan datang untuk berwisata. Kerja bakti ini berlaku untuk semua unit usaha dan pengelola wisata yang berada di dalam kawasan wisata. Namun, disamping dampak positif terdapat dampak negatif yang mereka rasakan, yaitu menumpuknya sampah dengan proporsi sebesar 7,9%. Responden tersebut menyatakan bahwa masih adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi wisata, terutama pada saat Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dipadati oleh wisatawan, dan biasanya terjadi pada akhir pekan atau hari libur. Selain itu juga sampah yang diakibatkan oleh para kera yang suka mencuri makanan yang dibawa oleh wisatawan. Mereka juga berharap agar pengelola wisata dapat menambah jumlah keberadaan tempat sampah yang dirasakan responden masih kurang banyak disediakan. Adapun dengan keadaan kualitas udara di sekitar lokasi wisata, seluruh responden memberikan penilaian positif terhadap kualitas udara. Bahkan sebesar 77,2% responden menyatakan bahwa kualitas udara masih sangat baik karena dirasakan belum mengalami perubahan. Responden yang datang berkunjung ke lokasi wisata atau yang bermukim di sekitar lokasi wisata menyatakan nyaman
78
ketika berada di lokasi wisata karena udaranya masih sangat segar dan sejuk. Namun, sebesar 22,8% responden menyatakan tingkat polusi udara sedang (baik) dengan alasan bahwa aktifitas rekreasi yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut, terlebih bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan, sehingga air yang mengalir ke lokasi wisata langsung dari mata air pegunungan, sehingga kondisi airnya pun masih sangat jernih dan menyegarkan. Hal ini di dukung dengan data yang diperoleh, sebagian besar responden yaitu sebesar 71,7% memberikan penilaian baik terhadap kondisi air dilokasi wisata karena dirasakan masih jernih, dingin, dan menyegarkan. Namun, ada beberapa responden menyatakan bahwa kondisi air kurang jernih yaitu sebesar 1,5% yang berasal dari responden wisatawan, alasan mereka yaitu air menjadi kurang jernih dikarenakan bak tampung yang berada di toilet terkadang kotor. Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden yaitu tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner ke berbagai stakeholder terkait, sebagian besar responden yaitu sebesar 99,5% menyatakan tidak ada masalah dan merasa tidak terganggu dengan tingkat kebisingan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Namun sisanya dari masing-masing responden menyatakan bising dengan adanya aktivitas wisata yang dilakukan. Alasan mereka yaitu adanya suara yang dihasilkan dari pelaku kegiatan wisata dan jumlah wisatawan yang terlalu padat berpotensi menciptakan kebisingan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 25.
79
Tabel 25. Persepsi Responden Stakeholder Terkait Terhadap Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Responden Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata
Persepsi (%) Tidak Mengganggu Menganggu 98,0 2,0 100,0 0,0 100,0 0,0 100,0 0,0 99,5 0,5
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00
Berdasarkan hasil survey dari wawancara dengan para responden mengenai keadaan kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, terkait dengan tingkat kebersihan, keadaan kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan, sebagian besar responden memberikan penilaian yang positif terhadap keadaan kualitas lingkungannya. Adapun proporsi yang diberikan oleh para stakeholder terhadap masing-masing indikator adalah sebesar 78,0% responden memberikan persepsi baik terhadap kebersihan lingkungan, 77,0% responden memberikan persepsi sangat baik terhadap kualitas udara, 71,7% responden memberikan penilaian baik terhadap kualitas air, dan sebesar 99,5% responden memberikan penilaian positif yaitu tidak merasa terganggu terhadap tingkat kebisingan.
80
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Simpulan Berdasarkan pembahasan dari
bab-bab sebelumnya,
maka dapat
disimpulkan beberapa hal: 1. Rata-rata pengunjung wisatawan berusia 17-26 tahun, mayoritas mereka berpofesi sebagai pelajar/mahasiswa dengan pendapatan berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00. Wisatawan yang berkunjung sebagian besar berasal dari dalam Provinsi Jawa Tengah dan datang secara berkelompok. Unit-unit usaha yang ada di lokasi wisata telah berjalan selama lebih dari 10 tahun dengan rata-rata pendapatan mereka per bulan yaitu berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00. Untuk tenaga kerja sekitar, sebagian besar pendapatan perbulannya yaitu berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00. Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mayoritas membuka usaha di sekitar lokasi wisata dengan pendapatan berkisar per bulan berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu adalah pendapatan pengunjung, jarak menuju lokasi wisata, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, dan daya tarik wisata. 3. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha yaitu sebesar 60,5%. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan berupa upah tenaga kerja sekitar obyek wisata yaitu sebesar 2,72%, pembelian input bahan baku sebesar 35%, dan transportasi lokal sebesar 1,1%, 81
sedangkan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja rata-rata yang sebagian besar digunakan untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar 58,1%. Nilai Keynesian Income Multiplier pada penelitian ini yaitu sebesar 0,3; nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,7; dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,5. Proporsi kebocoran yang terjadi
di
Taman
Wisata
Alam
Grojogan
Sewu
sebesar
Rp
2.509.254.618,76 per bulan. 4. Dampak terhadap lingkungan dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menurut persepsi responden para stakeholder terkait adalah belum terlihat adanya dampak negatif. Adapun proporsi yang diberikan adalah sebesar 78,0% memberikan penilaian baik terhadap kebersihan lingkungan, 77,0% memberikan penilaian sangat baik terhadap kualitas udara, 71,7% memberikan penilaian baik terhadap kualitas air, dan sebesar 99,5% tidak merasa terganggu terhadap tingkat kebisingan. 7.2.
Saran Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan
fasilitas maupun kualitas obyek wisata oleh pengelola guna meningkatkan jumlah pengunjung dan perekonomian masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Pengelola wisata diharapkan lebih memperhatikan pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Fasilitas yang dirasa masih kurang seperti keberadaan tempat sampah dan keadaan tempat
82
parkir yang kondisi jalannya kurang bagus atau sudah mengalami kerusakan agar mendapat perhatian dari pihak pengelola agar diperbaiki. 2.
Pengelola wisata diharapkan dapat bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan promosi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dengan cara menawarkan paket-paket wisata edukasi kepada masyarakat Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan masyarakat di luar Provinsi Jawa Tengah.
3.
Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai optimalisasi harga tiket di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, karena baik dari pihak pengelola maupun responden wisatawan menyatakan tarif yang diberlakukan masih tergolong rendah untuk rekreasi alam. Dikaji kepada pihak pengelola untuk menaikkan harga tiket sebagai alat untuk menghindari over carrying capacity. Namun, kenaikan harga tiket juga harus mempertimbangkan karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke lokasi wisata.
83
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Wonderful Indonesia dan Eco, Culture, and MICE menjadi Branding dan Tema Pariwisata Indonesia 2011. Artikel. www.indonesia.travel [28 Januari 2012] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar. 2012. Statistik Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Provinsi Jawa Tengah. Demartoto, A. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Alam Air Terjun Jumog, Desa Burjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara, Jakarta. Hufschmidt, M et al. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan: Pedoman Penelitian Ekonomi (Reksohadiprojo, S Penerjemah). Gajah Mada Press, Yogyakarta. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. Karanganyarpos. 2012. Perda RTRW: Karanganyar Diminta Rampungkan Perda RTRW. http://www.karanganyarpos.com/2012/karanganyar/perda-rtrwkaranganyar-diminta-rampungkan-perda-rtrw-195256. [30 September 2012] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. 2012. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2007-2011. Laporan. www.budpar.go.id/userfiles/perkembangan wisman 2007-2011.pdf [10 Oktober 2012] Marine Ecotourism for Atlantic Area (META). 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol. Milasari. 2009. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam Tirta Sanita. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mula. 2012. Menhut: Indonesia Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi. Artikel. http://berita.plasa.msn.com/nasional/antara/menhut-indonesiamemiliki-keanaekaragaman-hayati-tinggi. [5 Februari 2012]
84
Mustafa, H. 2000. Teknik Sampling. Artikel. http://www.home.unpar.ac.id. [28 Januari 2011]. Mutiarani. 2011. Analisis dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 18. 1994. Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Pervito, S. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pickering, C; Hill, W. 2007. Impact of recreation and tourism on plant biodiversity and vegetation in protected areas in Australia. Journal of Enviromental Manajement 85: 791-800 Pitana, I. G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset. Yogyakarta. Prisma. 1974. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Siswantoro, H. 2012. Kajian Daya Dukung Lingkungan Wisata Alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Diponogero. Semarang. Soemarno. 2009. Kumpulan-kumpulan definisi-pengertian-istilah-arti. Artikel. http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11. [28 Januari 2011]. Sulistiyo, H. 2012. Industri Pariwisata Tumbuh Paling Cepat. Artikel. www.bisnis.com. [12 Juli 2012]. Gunawan, S. 1994. Ekonometrika Pengantar. BPFE-Yogyakarta. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990. Pengertian Pariwisata. Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009. Pengertian Wisatawan. Undang-Undang Republik Indonesia.
85
Vanhove, N. 2005. The Economy of Tourism Destinations. Elsevier ButterworthHelnemann, Oxford University. United Kingdom. Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta. Widodo. 2011. Tempat Wisata Unggulan di Kabupaten Karanganyar. Artikel. www.dodowie.wordpress.com/tempat-wisata-unggulan. [12 Juli 2012] Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yoeti, O. 2008. Ekonomi Pariwisata, Informasi, dan Implementasi. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Estimasi Model Hasil Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Regression Analysis: Y versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7 The regression equation is Y = 0,948 - 0,0086 X1 + 0,000000 X2 - 0,00651 X3 - 0,000002 X4 - 0,184 X5 + 0,059 X6 + 0,308 X7 Predictor Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Coef 0,9479 -0,00856 0,00000030 -0,006515 -0,00000188 -0,18428 0,0587 0,3083
S = 0,779742
SE Coef 0,8184 0,01815 0,00000004 0,001734 0,00000066 0,07981 0,1809 0,1629
R-Sq = 46,9%
T 1,16 -0,47 7,63 -3,76 -2,82 -2,31 0,32 1,89
P 0,250 0,638 0,000 0,000 0,006 0,023 0,746 0,062
VIF 2,6 1,5 1,2 1,5 2,5 1,1 1,1
R-Sq(adj) = 42,9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
DF 1 1 1 1 1 1 1
DF 7 92 99
SS 49,4543 55,9357 105,3900
MS 7,0649 0,6080
F 11,62
P 0,000
Seq SS 0,0004 26,8137 11,6245 5,1488 3,5399 0,1493 2,1777
Unusual Observations Obs 1 2 10 11 34 41 62 94
X1 23,0 27,0 20,0 21,0 32,0 33,0 19,0 20,0
Y 1,0000 2,0000 4,0000 5,0000 7,0000 1,0000 1,0000 1,0000
Fit 2,5143 0,5512 2,0532 3,2056 6,2436 1,0873 0,5310 -0,2069
SE Fit 0,2457 0,3236 0,1361 0,2428 0,6129 0,4655 0,5028 0,4742
Residual -1,5143 1,4488 1,9468 1,7944 0,7564 -0,0873 0,4690 1,2069
St Resid -2,05R 2,04R 2,54R 2,42R 1,57 X -0,14 X 0,79 X 1,95 X
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,88069
88
Lampiran 2. Uji Kolmogorov-Smirnov
Probability Plot of RESI1 Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99 95
Percent
90
-2,02505E-15 0,7517 100 0,077 0,144
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-3
-2
-1
0 RESI1
1
2
3
Gambar di atas menggambarkan sebaran residual yang menunjukan residual sudah menyebar normal.
89
Lampiran 3. Residual Plot
Residual Plots for Y Normal Probability Plot of the Residuals
Percent
99 90 50 10 1 0,1
Residuals Versus the Fitted Values Standardized Residual
99,9
-4
-2 0 2 Standardized Residual
2 1 0 -1 -2
4
0,0
Frequency
20 15 10 5 0
-2
-1 0 1 Standardized Residual
2
3,0 Fitted Value
4,5
6,0
Residuals Versus the Order of the Data Standardized Residual
Histogram of the Residuals
1,5
2 1 0 -1 -2 1
10
20
30 40 50 60 70 Observation Order
80
90 100
Regression Analysis: RESI^ versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7 Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 7 92 99
SS 6,3357 47,7078 54,0435
MS 0,9051 0,5186
F 1,75
P 0,108
H0 = Heteroskedastisitas H1 = Homoskedastisitas Karena P-value (0,108) > α (0,05) maka tolak H0.
90
Lampiran 4. Biaya Pengeluaran Wisatawan Keterangan : A = Biaya Transportasi B = Konsumsi dari rumah C = Konsumsi di lokasi D = Akomodasi (penginapan) E = Souvenir Angka dalam tabel *000 Resp
A
B
C
F = Penyewaan alat G = Biaya parkir H = Tiket masuk kawasan (PNBP) I = Tiket masuk kawasan (Pengelola) J = Biaya fasilitas lain di lokasi wisata TE = Total Expenditure D
E
F
G
H
I
J
TE
1.
20
0
20
0
0
0
2
2
4
0
48
2.
300
100
50
0
100
0
5
2
4
0
561
3.
100
5
50
80
50
20
2
2
4
6
319
4.
20
0
20
50
0
0
2
2
4
0
98
5.
30
50
50
100
150
10
2
2
4
10
408
6.
20
30
20
85
40
0
2
2
4
0
203
7.
50
50
60
0
50
0
2
2
4
0
218
8.
20
10
30
0
0
0
2
2
4
0
68
9.
50
50
0
0
0
0
5
2
4
0
111
10.
50
50
25
0
6
0
5
2
4
0
142
11.
100
50
50
0
0
0
5
2
4
0
211
12.
100
0
50
0
0
1
5
2
4
0
162
13.
75
0
50
0
0
0
5
2
4
0
136
14.
50
30
0
0
0
0
5
2
4
0
91
15.
20
10
25
0
0
3
2
2
4
0
66
16.
75
50
25
0
0
0
5
2
4
0
161
17.
10
0
10
0
0
0
2
2
4
5
33
18.
5
10
0
0
0
0
2
2
4
5
28
19.
10
0
0
0
0
0
0
2
4
0
16
20.
50
100
0
0
0
0
5
2
4
15
176
21.
50
100
10
0
0
0
5
2
4
0
171
22.
11
10
35
0
0
0
2
2
4
0
64
23.
20
0
15
0
0
0
2
2
4
0
43
24.
60
125
0
0
0
0
5
2
4
15
211
25.
10
10
0
0
0
0
2
2
4
0
28
26.
10
0
100
45
50
50
2
2
4
0
263
27.
100
0
100
240
100
5
5
2
4
0
556
28.
10
0
20
0
0
20
2
2
4
0
58
29.
10
0
20
100
0
50
2
2
4
15
203
30.
20
100
50
0
0
0
2
2
4
0
178
31.
10
50
0
0
0
1
2
2
4
0
69
32.
100
50
100
0
100
10
5
2
4
0
371
33.
15
27
0
0
0
0
2
2
4
5
55
34.
250
30
250
0
0
0
5
2
4
5
546
35.
10
20
0
0
0
0
2
2
4
6
44
91
36.
30
0
50
0
0
0
2
2
4
5
93
37.
150
50
28
0
0
0
5
2
4
0
239
38.
60
50
60
0
50
0
2
2
4
10
238
39.
150
30
0
0
30
0
5
2
4
10
231
40.
20
40
0
0
0
0
5
2
4
0
71
41.
200
100
50
375
250
0
5
2
4
0
986
42.
20
15
0
0
0
0
2
2
4
0
43
43.
100
0
50
0
20
3
5
2
4
0
184
44.
100
50
50
0
10
3
5
2
4
0
174
45.
20
40
50
0
0
3
2
2
4
5
136
46.
50
0
0
0
50
1
0
2
4
0
147
47.
20
10
10
0
0
0
2
2
4
5
43
48.
15
10
10
0
0
0
2
2
4
5
48
49.
50
25
25
0
50
30
2
2
4
6
194
50.
50
20
30
0
0
0
2
2
4
5
103
51.
200
50
50
0
1
0
0
2
4
5
312
52.
150
0
50
0
0
0
5
2
4
0
211
53.
20
5
20
0
0
0
2
2
4
0
53
54.
200
100
150
0
0
0
5
2
4
80
541
55.
150
25
30
0
0
1
5
2
4
3
220
56.
10
0
20
0
0
0
2
2
4
0
38
57.
100
20
20
0
10
2
5
2
4
0
163
58.
6
10
0
0
0
5
5
2
4
0
32
59.
200
50
0
0
0
0
0
2
4
0
256
60.
40
0
10
0
0
0
5
2
4
0
61
61.
10
0
20
0
0
0
2
2
4
0
38
62.
30
5
4
0
0
0
0
2
4
0
45
63.
40
20
10
0
0
0
2
2
4
0
78
64.
100
50
50
0
0
5
5
2
4
5
221
65.
125
80
40
0
0
8
5
2
4
10
274
66.
40
20
10
0
0
2
2
2
4
0
80
67.
80
25
10
0
0
2
5
2
4
0
128
68.
15
0
20
0
0
2
2
2
4
0
45
69.
20
0
40
0
0
2
2
2
4
0
70
70.
125
50
15
0
0
5
5
2
4
0
206
71.
20
0
25
0
0
2
2
2
4
0
55
72.
20
20
15
0
0
5
2
2
4
0
68
73.
80
50
30
0
50
0
5
2
4
5
226
74.
100
50
40
0
0
3
5
2
4
5
209
75.
100
0
25
0
30
1
5
2
4
0
167
76.
15
0
15
0
0
2
2
2
4
0
40
77.
60
30
10
0
0
1
5
2
4
0
112
78.
100
25
20
0
0
5
5
2
4
0
161
92
79.
100
20
20
0
0
2
5
2
4
0
153
80.
100
30
15
0
0
1
5
2
4
0
157
81.
80
100
40
0
0
5
5
2
4
5
241
82.
80
50
30
0
0
5
5
2
4
5
181
83.
80
0
15
0
0
2
5
2
4
5
113
84.
120
30
15
0
0
2
5
2
4
0
178
85.
125
25
15
0
0
2
5
2
4
0
178
86.
60
0
15
0
0
0
5
2
4
0
86
87.
100
0
100
0
0
0
5
2
4
0
211
88.
50
25
100
0
0
0
5
2
4
0
186
89.
50
0
20
0
0
0
5
2
4
0
81
90.
20
0
20
0
0
0
2
2
4
0
48
91.
60
0
40
0
0
0
5
2
4
0
111
92.
20
15
0
0
0
0
2
2
4
0
43
93.
20
10
20
0
0
0
2
2
4
0
58
94.
100
50
20
0
0
0
2
2
4
0
178
95.
10
0
10
0
0
0
2
2
4
0
28
96.
10
20
15
0
0
0
2
2
4
0
53
97.
50
100
25
0
0
0
2
2
4
0
183
98.
20
20
20
0
0
0
2
2
4
0
68
99.
100
50
20
0
0
0
5
2
4
5
186
100. Ratarata
20
20
10
0
0
0
2
2
4
0
58
64,070
27,870
29,820
10,750
11,970
2,820
3,340
2,000
4,000
2,710
159,350
93
Lampiran 5. Rata-rata Pengeluaran Unit Usaha Menurut Jenis Usahanya Keterangan: I = Pendapatan pemilik C1= Upah karyawan C2= Pembelian bahan baku C3= Biaya pemeliharaan alat C4= Biaya operasional unit usaha Keterangan Kios makanan minuman
&
Jumlah (1) Rata-rata Sewa (Kuda, Foto)
Jumlah (2) Rata-rata Sewa Payung dan Tikar
9494994
Jumlah (3) Rata-rata Souvenir
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15
16 17
18 19 20
C5= Pengembalian kredit ke bank C6= Transportasi lokal C7= Retribusi dan pajak C8= Biaya sewa ∑ unit usaha = 30 unit usaha I 391.667 216.667 466.667 2.847.500 463.000 914.834 606.251 2.140.667 2.097.967 1.360.500 1.579.166 13.084.886 1.189.535 687.500 824.167 712.500 760.000 2.984.167 746.042 495.833 620.000 1.115.833 557.917 768.333 1.881.612 993.333
C1 0 0 0 0 0 360.000 0 0 200.000 0 0 560.000 50.909 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 383.333 675.000 716.667 1.400.000 645.000 558.333 472.916 1.595.000 1.400.000 1.320.000 1.216.667 10.382.916 943.901 112.500 80.000 83.333 81.667 357.500 89.375 0 0 0 0 1.500.000 1.155.555 1.200.000
C3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C4 0 0 0 0 0 0 0 5.000 2.000 2.000 0 9000 818 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.000
C5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C6 50.000 0 0 40.000 112.000 0 0 80.000 0 80.000 0 362.000 32.909 0 0 0 0 0 0 0 80.000 80.000 40.000 0 0 0
C7
C8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 12.500 0 8.500 62.500 0 16.700 0 0 100.200 9.109 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.500 0
Rata-rata Penerimaan Per Bulan (Rp) 825.000,00 891.666,67 1.183.333,33 4.300.000,00 1.220.000,00 1.841.666,70 1.141.666,70 4.666.666,70 3.716.666,70 2.762.500,00 2.795.833,30 25.345.000,00 2.304.090,92 800.000,00 904.166,67 795.833,33 841.666,67 3.341.667,00 835.416,67 495.833,33 700.000,00 1.195.833,00 597.916,67 2.268.333,33 3.041.666,70 2.208.333,30
94
21 22 23 24 Jumlah (4) Rata-rata Toilet Umum Jumlah (5) Rata-rata Asongan Jumlah (6) Rata-rata Parkir Jumlah (7) Rata-rata Total (1+2+3+4+5+6+7) Rata-rata total
25 26
27 28
29 30
2.391.667 1.554.167 1.652.000 630.000 9.871.112 1.410.159 1.776.000 1.361.333 3.137.333 1.568.667 342.500 515.833 858.333 429.167 1.383.333 1.343.167 2.726.500 1.363.250 34.624.664 1.154.155
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 400.000 600.000 1.000.000 500.000 1.560.000 52.000
1.500.000 1.520.833 1.208.333 1.008.333 9.093.054 1.299.008 50.000 55.000 105.000 52.500 65.000 60.000 125.000 62.500 0 0 0 0 20.063.470 668.782
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 10.000 0 5.000 30.000 4.286 35.000 10.000 45.000 22.500 0 0 0 0 0 0 0 0 84.000 2.800
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 40.000 35.000 40.000 115.000 16.429 0 0 0 0 80.000 0 80.000 40.000 0 0 0 0 637.000 21.233
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25.000 0 62.500 0 92.000 13.143 6.000 7.000 13.000 6.500 0 0 0 0 0 98.500 98.500 49.250 303.700 10.123
3.916.666,70 3.125.000,00 2.958.333,30 1.683.333,30 19.201.667 2.743.095 1.867.000,00 1.433.333,30 3.300.333 1.650.166,65 487.500,00 575.833,33 1.063.333 531.666,67 1.783.333,30 2.041.666,70 3.825.000 1.912.500,00 57.272.334 1.909.078
9595995
95
Lampiran 6. Rata-rata Pengeluaran Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaannya Keterangan: H1 = Kebutuhan Pangan H2 = Biaya Transportasi H3 = Biaya Sekolah Anak H4 = Biaya Listrik H5 = Biaya Lainnya ∑ Responden Tenaga Kerja = 40 orang
Keterangan P. Kios makanan & minuman Jumlah (1) Rata-rata Sewa (Kuda, Foto) Jumlah (2) Rata-rata Sewa Payung dan Tikar Jumlah (3) Rata-rata Souvenir Jumlah (4) Rata-rata Toilet Umum Jumlah (5) Rata-rata P. Asongan Jumlah (6) Rata-rata P. Parkir Jumlah (7) Rata-rata P. Tiket
Jumlah (8) Rata-rata P. Kebersihan Jumlah (9) Rata-rata Pelayanan pengunjung
Resp 1 2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17 18 19
20 21
22 23 24
H1 (Rp)
H2 (Rp)
H3 (Rp)
H4 (Rp)
H5 (Rp)
280.000 360.000 360.000 1.000.000 333.333 550.000 420.000 970.000 485.000 420.000 400.000 820.000 410.000 250.000 200.000 450.000 225.000 280.000 300.000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 144.000 190.000 334.000 111.333 0 120.000 120.000 60.000 0 120.000 120.000 60.000 0 0 0 0 72.000 0
45.000 45.000 30.000 120.000 40.000 35.000 25.000 60.000 30.000 30.000 38.000 68.000 34.000 25.000 40.000 65.000 32.500 40.000 30.000
13.000 50.000 14.000 77.000 25.667 0 10000 10.000 5.000 0 250.000 250.000 125.000 35.000 0 35.000 17.500 45.000 50.000
580.000 290.000 250.000 325.000 575.000 287.500 300.000 350.000 650.000 325.000 450.000 560.000 400.000 500.000 1.910.000 447.500 360.000 450.000 810.000 405.000 1.500.000 500.000 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40.000 80.000 0 0 120.000 30.000 20.000 0 20.000 10.000 0 200.000 60.000
72.000 36.000 160.000 220.000 380.000 190.000 36.000 0 36.000 18.000 0 390.000 0 120.000 510.000 127.500 200.000 0 200.000 100.000 608.000 100.000 624.000
70.000 35.000 35.000 35.000 70.000 35.000 70.000 30.000 100.000 50.000 0 45.000 0 45.000 90.000 22.500 40.000 0 40.000 20.000 100.000 100.000 60.000
95.000 47.500 50.000 1900 51.900 25.950 300.000 50.000 350.000 175.000 0 25.000 170.000 50.000 245.000 61.250 50.000 40.000 90.000 45.000 55.000 400.000 65.000
Rata-rata Pengeluaran Per Bulan (Rp) 338.000 599.000 594.000 1.531.000 510.333 585.000 575.000 1.160.000 580.000 450.000 808.000 1.258.000 629.000 310.000 240.000 550.000 275.000 437.000 380.000 817.000 408.500 495.000 581.900 538.450 706.000 430.000 1.136.000 568.000 490.000 1.100.000 570.000 715.000 2.875.000 718.750 670.000 490.000 1.160.000 580.000 2.263.000 1.300.000 809.000
96
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah (10) Rata-rata A. Total (1+2+3+4+5+6+7+8+9+10) B.Rata-rata total (B= A/∑ responden TK)
360.000 400.000 360.000 350.000 1.500.000 0 0 560.000 400.000 280.000 450.000 360.000 360.000 360.000 360.000 400.000 8.500.000 447.368
0 0 0 30.000 300.000 350.000 0 0 0 60.000 0 0 0 0 60.000 0 1.060.000 55.789
0 240.000 240.000 400.000 450.000 0 200.000 300.000 240.000 0 390.000 240.000 0 0 0 0 4.032.000 212.211
40.000 45.000 40.000 60.000 150.000 0 50.000 45.000 50.000 45.000 50.000 40.000 45.000 50.000 45.000 50.000 1.065.000 56.053
25.000 50.000 30.000 5.000 500.000 0 50.000 100.000 100.000 100.000 100.000 30.000 50.000 100.000 100.000 100.000 1.960.000 103.158
425.000 753.000 670.000 845.000 2.900.000 350.000 300.000 1.005.000 790.000 485.000 990.000 670.000 455.000 510.000 565.000 550.000 16.617.000 874.579
16.265.000
1.200.000
5.804.000
1.748.000
2.963.900
27.980.900
406.625
30.000
145.100
43.700
74.098
699.525
97
Lampiran 7. Dokumentasi Daya Tarik Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Kolam renang anak-anak
Air Terjun (81 meter)
Panorama Alam
Kera Ekor Panjang
Arena Permainan Flying fox
Tangga menuju lokasi air terjun
98
Fasilitas Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Mushola
Gazebo
Toilet
Papan Petunjuk Arah
Beberapa Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Kios Makanan dan Minuman
Jasa Foto
Sewa Kuda
Souvenir
99
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 30 Juli 1990. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan H. A.N Effendi dan Suryana T. Pendidikan formal diawali di TK Tunas Arco, tahun 1996 melanjutkan pendidikan ke SDN Duren Seribu 04, tahun 2002 melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Bogor dan Tahun 2006 melanjutkan pendidikan ke SMAN 5 Bogor. Tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tahun 2009 penulis aktif dalam kepanitian acara yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) seperti acara Olahraga Mahasiswa IPB (OMI) dan acara yang diadakan oleh himpunan mahasiswa Resource Economics and Enviromental Students Association (REESA) seperti acara Greenbase. Penulis juga merupakan anggota kelompok COAST Tari FEM pada periode 2010/2011. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, penulis menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Aktivitas Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Terhadap Masyarakat Sekitar” dibawah bimbingan Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.
100