1
EVALUASI PENETAPAN TARIF DASAR AIR DAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PAMSIMAS DI DESA TEGALDOWO, KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN
SETIANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan adalah benar karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Setiana NIM. H44120042
4
5
ABSTRAK SETIANA. Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. Meningkatnya jumlah penduduk dunia setiap tahun mengakibatkan kebutuhan manusia akan air semakin meningkat sementara supply air sangat terbatas. Hal ini menyebabkan air menjadi komoditi yang memiliki nilai intrinsik ekonomi, sehingga dibutuhkan biaya-biaya dalam pengelolaan dan penggunaannya. Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program penyediaan air bersih untuk pelanggan air minum di Desa Tegaldowo. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS harus bekerja lebih efektif dan efisien dalam peningkatan pelayanan sehingga dapat menjangkau pelayanan yang lebih luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) Membandingkan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS; (2) Mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PAMSIMAS Desa Tegaldowo melalui mekanisme Full Cost Recovery; (3) Mengestimasi nilai willingness to pay (WTP) pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo untuk peningkatan pelayanan program PAMSIMAS; dan (4) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP. Metode yang digunakan adalah analisis propori alokasi konsumsi air, full cost recovery, WTP dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Proporsi pengeluaran untuk konsumsi air pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS sebesar 1,91% lebih kecil dibandingkan dengan rumah tangga responden pelanggan PDAM sebesar 4,71%; (2) Tarif dasar yang berlaku pada program PAMSIMAS sebesar Rp 1.300/m3 belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme full cost recovery sebesar Rp 1.510/m3; (3) Nilai rata-rata WTP pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo adalah sebesar Rp 1.540/m3; (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah jenis kelamin, tingkat pelayanan, jumlah pengguna air,tingkat pendidikan, dan pendapatan. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo sebaiknya melakukan kenaikan tarif air diikuti oleh peningkatan pelayanan berupa tambahan debit air untuk menjaga kontinuitas pelayanan air. Kata kunci: full cost recovery, PAMSIMAS, proporsi alokasi konsumsi air, sumberdaya air, willingness to pay.
6
ABSTRACT SETIANA. Evaluation of Basic Rate Determination of Water and Willingness to Pay Values of Society on PAMSIMAS Program in Tegaldowo Village, Tirto District, Pekalongan. Supervised by YUSMAN SYAUKAT. Water is a very important daily needs for human beings. The increasing number of the world's population every year resulting in the human need for water is increasing while water supply is very limited. This causes the water becomes a commodity that has intrinsic economic value, so it takes the costs of management and use. PAMSIMAS Program (Water Supply and Sanitation Community Based) is one of the programs providing clean water for drinking water in the village Tegaldowo. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS should work more effectively and efficiently in improving the service so that it can reach a wider range of services. The purposes of this research are to 1) Compare the patterns of consumption and expenditure among households from non PAMSIMAS into PAMSIMAS; (2) Evaluate the determination of the basic rate of PAMSIMAS clean water in Tegaldowo village through the mechanism of Full Cost Recovery; (3) Estimate the value of PAMSIMAS customers WTP in Tegaldowo village to improve services of PAMSIMAS program; and (4) Assess the factors that affect the value of WTP. The methods used in this research are the allocation propotion analysys of water consumption, full cost recovery, WTP and multiple linear regression analysis. The results of this research are (1) The proportion of expenditure on water consumption in household of PAMSIMAS customers amounted to 1,91% smaller compared to the households of PDAM customers amounted to 4,71%; (2) The basic tariff applicable to the PAMSIMAS program is Rp 1,300/m3 not meet the tariff with full cost recovery mechanism Rp 1,510/m3; (3) the average value of PAMSIMAS customers WTP in Tegaldowo village is Rp 1.540/m3; and (4) factors affect WTP are gender, level of service, the number of water users, education level, and income. Facility Management Agency (BPS) PAMSIMAS Tegaldowo village should conduct water tariff increase was followed by increase in service such as an additional water discharge to maintain continuity of service water. Keywords: full cost recovery, PAMSIMAS, the allocation propotion analysys of water consumption, water resources, willingness to pay.
7
EVALUASI PENETAPAN TARIF DASAR AIR DAN NILAI KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PAMSIMAS DI DESA TEGALDOWO, KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN
SETIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
8
9
Judul Skripsi : Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan Nama : Setiana NIM : H44120042
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
10
11
PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air Bersih dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Anto Sabari dan Ibu Warsinah, serta Adik Rifan Sanditya atas segala kasih sayang, dukungan yang tiada hentinya, doa, serta ketersediannya menerima segala keluh kesah penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan, perhatian, bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis berada di semester tiga sampai enam. 4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Ibu Dina Lianitasari, S.Si, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Tafsir selaku sekretaris Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS atas bantuannya dalam proses pengambilan data. 6. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB para dosen beserta staf atas segala ilmu dan dukungan selama masa studi. 7. Sahabat tersayang: Silvi, Tika, Linda, Kika, Nuke, Wawan dan teman departemen ESL angkatan 49 atas doa, canda tawa, semangat, dukungan, dan kebersamaannya. 8. Teman satu bimbingan: Novi, Elfa, Imet, Vera, Dwi dan Dini atas doa, keceriaan, dan motivasinya selama ini. 9. Keluarga besar tim KKN-P Desa Pangebatan: Riana, Alfi, Rian, Suryadi, Isal, Ridho, dan Naufal atas doa, canda tawa, dan kebersamaannya. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2016
Setiana
12
13
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA................................................................................................... xi DAFTAR ISI................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL........................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvi I. PENDAHULUAN................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7 II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8 2.1 Ekonomi Sumberdaya Air............................................................. 8 2.2 Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air........................................... 9 2.3 Full Cost Recovery Pricing........................................................... 14 2.3.1 Penetapan Harga Ramsey (Ramsey Pricing)....................... 14 2.3.2 Penetapan Dua Tarif (Coase’s Two Part Tariff).................. 15 2.3.3 Decreasing and Increasing Block Rate............................... 15 2.4 Willingness to Pay......................................................................... 16 2.5 Analisis Regresi Berganda............................................................ 18 2.6 Penelitian Terdahulu..................................................................... 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................. 23 IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 26 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 26 4.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................. 26 4.3 Metode Pengambilan Data............................................................ 27 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data......................................... 27 4.4.1 Analisis Proporsi Alokasi Konsumsi Air........................... 27 4.4.2 Evaluasi Tarif Dasar Air Bersih Program PAMSIMAS dengan Analisis Pemulihan Biaya Penuh........................... 28 4.4.3 Analisis Willingness to Pay (WTP)................................... 29 4.4.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP............ 31 4.4.1 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda......... 33 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................... 36 5.1 Keadaan Geografis dan Batas Administratif Desa Tegaldowo...... 36 5.2 Keadaan Lingkungan dan Sistem Penyediaan Air Bersih............. 36 5.3 Gambaran Umum PAMSIMAS..................................................... 37 5.4 Karakteristik Responden................................................................ 43 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 47 6.1 Perbandingan Pengeluaran Konsumsi Air dari Pendapatan........... 47
14
6.2 Evaluasi Tarif Dasar berdasarkan Pemulihan Biaya Penuh (Full Cost Recovery)............................................................................... 6.3 Estimasi Nilai WTP Konsumen Rumah Tangga terhadap Pelayanan dan Ketersediaan Air Bersih......................................... 6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP............... 6.5 Implikasi Kebijakan Pengelolaan untuk Keberlanjutan Program PAMSIMAS................................................................................... VII.SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 7.1 Simpulan........................................................................................ 7.2 Saran.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. LAMPIRAN................................................................................................. RIWAYAT HIDUP......................................................................................
50 53 56 60 63 63 63 65 67 83
15
DAFTAR TABEL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Halaman Presentase rumah tangga menurut provinsi di Pulau Jawa dan sumber air minum Tahun 2014.......................................................... Matriks metode analisis data............................................................... Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness To Pay (WTP).................................................................................................. Batas wilayah Desa Tegaldowo.......................................................... Kualitas sumber air di Desa Tegaldowo............................................. Tarif progresif air bersih PAMSIMAS di Desa Tegaldowo............... Tarif progresif air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun 2015..................................................................... Data karakteristik responden Desa Tegaldowo................................... Perbandingan alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM................................................... Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM terhadap pendapatan................. Biaya Pengelolaan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2015........ Perhitungan tarif dasar PAMSIMAS Desa Tegaldowo...................... Distribusi nilai rataan WTP responden............................................... Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016......................
2 27 33 36 37 42 43 44 48 48 51 52 54 57
DAFTAR GAMBAR No 1 2 3 4 5
Halaman Alokasi optimal berdasarkan MCP...................................................... Penentuan harga air berdasarkan IBR.................................................. Diagram alur pemikiran....................................................................... Cakupan layanan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016............ Kurva WTP Responden........................................................................
11 16 25 42 55
16
DAFTAR LAMPIRAN No 1 2 3 4 5 6 7 8
Halaman Kuesioner penelitian untuk masyarakat..................................................... Kuesioner penelitian untuk Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo.................................................................. Tabel data responden pelanggan PAMSIMAS.......................................... Tabel data responden pelanggan PDAM................................................... Hasil regresi linier berganda dengan SPSS 16........................................... Hasil uji normalitas model regresi linier berganda dengan SPSS 16............................................................................................................... Hasil uji heteroskedastisitas model regresi linier bergandan dengan SPSS 16...................................................................................................... Dokumentasi..............................................................................................
69 73 76 78 79 80 81 82
1
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Air adalah sumber kehidupan bagi manusia. Seiring bertambahnya
penduduk, aktivitas manusia semakin banyak dan memerlukan lebih banyak air. Akibatnya fungsi ekonomi dan sosial air menjadi terganggu dengan semakin kritisnya suplai air, sementara permintaan air terus meningkat. Semua kegiatan manusia membutuhkan air, seperti pertanian, industri, pemukiman, pembangkit energi, rekreasi, dan lain-lain. Semakin banyak aktivitas manusia, maka limbah yang dihasilkan juga lebih banyak. Meski sumber daya air secara geofisik dikatakan melimpah, namun hanya sebagian kecil saja yang bisa dimanfaatkan secara langsung (Fauzi, 2006). Air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu pasal 33 UUD 1945 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan kontrak sosial antara Pemerintah dan warga negaranya. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal 1 Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya termasuk wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan kekayaan nasional. Manusia dapat memenuhi kebutuhan air dengan melalui berbagai cara, namun pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan kuantitas yang banyak dengan sedikit membayar. Masyarakat perkotaan umumnya mendapatkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), namun sebagian masyarakat perkotaan juga ada yang memanfaatkan air sumur untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat yang ada di pedesaan umumnya memanfaatkan air tanah atau air sumur serta air permukaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu badan intansi pemerintah daerah yang memiliki tugas dalam menyalurkan air bersih, tetapi nyatanya PDAM belum dapat secara merata mendistribusikan air ke seluruh
2
wilayah. Hal tersebut menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan air sumur sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Air sumur masih menjadi andalan utama sumber air bersih bagi masyarakat umumnya masyarakat pedesaan, baik untuk kebutuhan rumah tangga yang bersifat tidak komersial maupun keperluan komersial (industri, perdagangan, dan jasa). Hal ini dilakukan karena biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan menggunakan air PDAM atau karena memang belum masuknya jaringan PDAM pada daerah tersebut. Komoditi air bersih yang layak konsumsi telah menjadi sumberdaya yang langka (resources scarcity), artinya dari segi kuantitas tinggi pada musim hujan tetapi dari segi kualitas rendah. Kelangkaan air bersih di Indonesia salah satunya disebabkan oleh ketidakmerataan penyebaran penduduk dan keberadaan air bersih itu sendiri. Contohnya di Pulau Jawa, dengan terkonsentrasinya penyebaran penduduk di wilayah Pulau Jawa menyebabkan terjadinya kelangkaan air bersih, bahkan Pulau Jawa telah dinyatakan defisit sejak tahun 1995 (Sanim, 2003). Penduduk yang relatif banyak menyebabkan kebutuhan air di Pulau Jawa perlu diperhatikan secara baik. Pengaturan dan pemanfaatan air sangat dibutuhkan agar penggunaan air merata dan dapat dipergunakan secara maksimal oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, sebagian besar provinsi-provinsi yang terdapat di Pulau Jawa mendapatkan sumber air minum yang berasal dari air kemasan dan air sumur. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Presentase rumah tangga berdasarkan sumber air minum di Pulau Jawa tahun 2014 Air Kemasan DKI Jakarta 13,64 14,79 71,19 Jawa Barat 6,50 20,50 35,91 Jawa Tengah 14,84 16,92 16,55 Yogyakarta 8,76 7,42 21,29 Jawa Timur 9,05 23,98 23,24 Banten 4,54 24,18 49,82 Sumber: Badan Pusat Statistik (2015) Provinsi
Ledeng Pompa
Sumur 0,26 21,31 34,03 54,10 28,36 13,91
Mata Air 15,14 16,68 4,85 14,57 6,32
Air Air Sungai Hujan 0,03 0,03 0,43 0,11 0,30 0,62 0,19 3,38 0,25 0,42 0,74 0,39
Lainlain 0,06 0,10 0,04 0,13 0,09
Total (%) 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan Tabel 1 di atas, Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa yang mendapatkan sumber air minum berasal dari sumur yang
3
jumlahnya cukup banyak yaitu sebesar 34,03 persen. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memberikan bantuan Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat) untuk membangun prasarana penyediaan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat perdesaan dan peri-urban atau pinggiran kota yang memiliki akses air bersih rendah terutama di daerah‐daerah rawan air bersih. Program PAMSIMAS ini dilakukan di berbagai kawasan di Indonesia, salah satunya adalah di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Sebelum adanya program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warganya adalah dengan mengandalkan air sumur dangkal. PAMSIMAS merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia (Kementerian Pekerjaan Umum sebagai penanggung jawab proyek) dan dengan dukungan Bank Dunia (World Bank) bekerjasama dalam pengadaan air bersih yang dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban). Program PAMSIMAS bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat yang kurang terlayani air bersih dan sanitasi, termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban. Adanya program PAMSIMAS diharapkan warga dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung pencapaian
target
MDGs
(sektor
air
minum
dan
sanitasi)
melalui
pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat. Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan telah berjalan sejak tahun 2008 dan dibentuk suatu badan kelembagaan yang terdiri dari beberapa anggota masyarakat yang berfungsi mengelola program tersebut. Badan ini disebut Badan Pengelola Sarana (BPS). Aktivitas BPS sendiri adalah mengkoordinasikan penyaluran air ke rumah-rumah masyarakat pelanggan PAMSIMAS (konsumen), mengumpulkan iuran air yang selanjutnya digunakan untuk biaya perawatan dan administrasi, serta mengadakan rapat secara teratur dalam membicarakan hal–hal untuk kepentingan masyarakat pengguna air bersih dengan program PAMSIMAS. Akhir-akhir ini timbul masalah dalam debit air yang dialirkan ke masyarakat akibat adanya peningkatan
4
permintaan sedangkan sumber air tetap. Masyarakat menjadi resah karena debit air yang sampai ke masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya sehingga diperlukan suatu upaya yang dapat dilakukan oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) dalam melakukan peningkatan pelayanan.
1.2
Perumusan Masalah Program PAMSIMAS merupakan program penyediaan sumber air bersih
yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Tegaldowo dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sumber air yang digunakan untuk program ini adalah sumber air yang berasal dari sumur bor dalam yang ditampung menggunakan menara air dan disalurkan melalui sistem perpipaan sambungan rumah serta sumber air hydrant/kran umum yang dikelola oleh lembaga masyarakat setempat. Lembaga tersebut bernama Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS. Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan air dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat Desa Tegaldowo yang rata-rata bekerja sebagai buruh sehingga memiliki pendapatan rendah. Dampak positif tersebut salah satunya yaitu berupa penghematan pengeluaran untuk air yang berasal dari program PAMSIMAS dibandingkan dengan menggunakan air PDAM, sehingga diperlukan suatu perhitungan dalam membandingkan alokasi proporsi pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS (dalam hal ini pelanggan air bersih PDAM). Keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi pemenuhan pasokan air bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara. Pertama yaitu keberlanjutan operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya. Kedua yaitu keberlanjutan layanan air setelah berakhirnya umur proyek tersebut. Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PAMSIMAS yang idealnya bersumber dari iuran air yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya harus mampu membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS (Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) yang sudah terbangun dan rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif air minum dari masyarakat dan/atau sumber lain. Mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional seperti biaya
5
pemasangan pipa atau sambungan, biaya perawatan pipa, hingga proses distribusi agar air bersih sampai ke tangan konsumen maupun biaya administrasi lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka diperlukan suatu usaha untuk memberikan nilai terhadap sumberdaya air tersebut sehingga tercapai kondisi pemulihan biaya penuh (full cost recovery), dimana hasil penjualan air tersebut dapat menjadi sumber penerimaan dan pembiayaan sehingga pengelolaan dapat berkelanjutan. Seperti yang telah disebutkan di latar belakang, masalah yang belakangan ini meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu unit dengan kapasitas 2,2 liter/detik untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak, bahkan hingga saat ini tahun 2016 sudah mencapai 351 pelanggan sambungan rumah (SR). Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi resah karena debit air yang sampai ke masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya. Penelitian ini ingin mengkaji lebih jauh nilai kesediaan masyarakat untuk membayar (Willingness to Pay/ WTP) air bersih dengan program PAMSIMAS jika terdapat peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengelolanya yaitu Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo agar program PAMSIMAS dapat berkelanjutan. Peningkatan pelayanan dalam hal ini adalah menambah sumber air bersih dan pompa air agar pengaliran air sampai ke rumah-rumah masyarakat dengan debit seperti semula atau lebih baik dari yang dialami oleh masyarakat Desa Tegaldowo saat ini, serta diharapkan pengelola dapat menjangkau cakupan pelayanan yang lebih luas. Berdasarkan pemaparan tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut: 1) Bagaimana perbandingan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS? 2) Bagaimana evaluasi terhadap penetapan tarif air bersih dari program PAMSIMAS menggunakan mekanisme full cost recovery? 3) Berapa nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay/WTP) masyarakat Desa Tegaldowo terhadap peningkatan pelayanan program PAMSIMAS?
6
4) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP masyarakat dalam membayar iuran air untuk peningkatan pelayanan BPS dalam mengelola program PAMSIMAS di desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan?
1.3
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penetapan tarif
dasar air dan mengestimasi nilai kesediaan membayar yang dapat diestimasi melalui WTP masyarakat terhadap program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo. Secara khusus tujuan penelitian ini, yaitu: 1) Membandingkan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS. 2) Mengevaluasi tarif dasar air bersih dari program PAMSIMAS menggunakan mekanisme full cost recovery. 3) Mengestimasi nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay-WTP) masyarakat Desa Tegaldowo terhadap peningkatan pelayanan program PAMSIMAS. 4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP masyarakat dalam membayar iuran air untuk peningkatan pelayanan BPS dalam mengelola program PAMSIMAS di desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1) Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan penulis. 2) Bagi akademisi, yang didapatkan dari penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya sehingga masalah penyediaan air bersih di daerah lain dapat dipecahkan.
7
3) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya dalam penjagaan lingkungan dan penghematan air. 4) Bagi Badan Pengelola Sarana (BPS) program PAMSIMAS, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka penentuan tarif/harga air yang dihasilkan dari program PAMSIMAS serta sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan air dimasa mendatang. 5) Bagi Pemerintah Daerah, hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat memperhatikan kesejahteraan masyarakat dalam mengakses air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1) Penelitian ini dilakukan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan yang menggunakan dan tidak menggunakan program PAMSIMAS. 2) Penyedia jasa air minum atau air bersih di Desa Tegaldowo adalah berasal dari program PAMSIMAS dan PDAM. 3) Objek penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu masyarakat yang berperan sebagai konsumen pengguna air bersih yang berasal dari program PAMSIMAS dan pelanggan PDAM, yang kedua adalah pihak pengelola PAMSIMAS atau Badan Pengelola Sarana (BPS). 4) Analisis yang digunakan adalah proporsi alokasi proporsi konsumsi air, full cost recovery, willingness to pay, dan analisis regresi berganda.
8
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Ekonomi Sumberdaya Air Air adalah bagian dari alam yang secara instrinsik memiliki nilai tersendiri
(tidak hanya nilai ekonomi pasar) dihadapan keseluruhan konfigurasi sistem ekologi alam semesta. Air memiliki fungsi ekologis yang tidak dapat diabaikan selain pentingnya fungsi ekonomi bagi manusia. Oleh karenanya, konservasi sumberdaya air menjadi bagian penting yang integral dari analisis kebijakan ekonomi sumber daya air (Sanim, 2011). Ekonomi sumberdaya air membahas tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya air dengan sebaik-baiknya. Air memiliki nilai instrinsik dan pemanfaatannya memiliki nilai tambah karena dari ekstraksi sampai pemanfaatan langsung untuk konsumsi menimbulkan biaya yang cukup substansial. Karena itu, selain menyangkut ekstraksi yang optimal, pengelolaan sumber daya air juga menyangkut alokasi yang optimal yang kemudian didekati dengan berbagai mekanisme, seperti water pricing. Alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana suplai air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Alokasi air diarahkan dengan tujuan penawaran air yang terbatas tersebut dapat dialokasikan kepada pengguna, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan biaya yang rendah. Dengan kata lain, alokasi sumber daya air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity, dan sustainability (Fauzi, 2006). Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas sistem property right yang efisien antara lain: 1) Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2) Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain.
9
3) Transferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4) Enforceability, yang berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.
2.2
Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air Secara umum ada beberapa mekanisme alokasi sumberdaya air yang umum
digunakan (Fauzi, 2010): 1)
Queuing System Queuing system merupakan salah satu sistem alokasi air yang terkait dengan
masalah lokasi yang didasarkan pada sistem antrian. Sistem ini merupakan sistem alokasi air yang paling tua dikembangkan sejak abad pertengahan di beberapa negara di Eropa. Meskipun sudah mengalami banyak perubahan, beberapa negara masih menganut sistem tersebut. Sistem antrian ini memiliki dua sistem alokasi yang cukup dominan yaitu Riparian Water Right yang dikembangkan di Inggris dan Prior Appropriation Water Right yang dikembangkan di negara-negara barat lainnya, khususnya negara-negara Anglo-Saxon. Sistem riparian memberlakukan seorang pemilik lahan yang berada di daerah yang berdekatan dengan sungai atau danau memiliki hak yang sama dengan pemilik lahan riparian lainnya untuk memanfaatkan air. Hak kepemilikan riparian ini tidak hilang meskipun pemilik lahan di daerah riparian tersebut tidak memanfaatkan. Sistem riparian ini memberlakukan sistem antrian karena mereka yang berada di hulu sungai memiliki hak terlebih dahulu atas air dibanding masyarakat hilir. Sistem riparian memiliki banyak kelemahan karena alokasi air tidak didasarkan pada kriteria ekonomi sehingga menimbulkan eksternalitas yang terjadi pada sumberdaya yang bersifat common property yang kemudian menimbulkan inefisiensi pemanfaatan air. Prior Appropriation Water Rights didasarkan pada prinsip bahwa hak atas kepemilikan air diperoleh melalui penemuan atau kepemilikan secara terus menerus. Sistem ini kepemilikan bersifat mutlak artinya pemilik hak atas air diperbolehkan untuk tidak membagi pemanfaatan air kepada pihak lain. Perbedaan dengan riparian adalah jika pemilik air tidak memanfaatkan
10
sumberdaya air untuk sesuatu yang bermanfaat maka hak tersebut dapat hilang. Permasalahannya pemanfaatan air didasarkan pada penemuan yang tidak ada catatan kepemilikannya sehingga bermasalah pada aspek hukum, selain itu sama halnya dengan riparian tidak diperkenankan adanya perdagangan atas air sehingga air bisa saja dimanfaatkan oleh pengguna yang sangat membutukan air. 2)
Water Pricing Air tidak bisa lagi dimanfaatkan sebagai barang publik murni. Dalam
beberapa hal, air merupakan barang nilai tambah (value added commodity). Usaha untuk memberikan nilai kepada sumberdaya alam tersebut melalui berbagai mekanisme seperti water treatment sehingga sampai ke tangan konsumen dan aman diminum memerlukan biaya yang tidak sedikit. Penentuan harga yang tepat melalui water pricing yang mencerminkan biaya yang sebenarnya akan memberikan sinyal kepada pengguna mengenai nilai dari air dan dapat menjadi insentif untuk pemanfaatan air yang lebih bijaksana. Salah satu model alokasi sumberdaya air yang didasarkan pada water pricing adalah Marginal Cost Pricing (MCP). Konsep ini telah diadopsi oleh berbagai negara sebagai suatu mekanisme water pricing yang paling banyak digunakan. Mekanisme MCP didasarkan pada prinsip ekonomi bahwa alokasi sumberdaya air yang optimal secara sosial adalah di mana manfaat sosial marginal yang diperoleh dari konsumsi air setara dengan biaya sosial marginal yang dikeluarkannya. Manfaat sosial marginal ini dicirikan oleh kurva permintaan terhadap air, sementara biaya sosial marginal yang menggambarkan kurva suplai air menggambarkan biaya yang harus dibayar oleh pengguna untuk memproduksi satu unit tambahan air. Biaya marginal atas sumberdaya air ini termasuk biaya pengguna (user cost) atau biaya korban terjadinya deplesi sumberdaya, dan biaya eksternal, seperti biaya lingkungan dan sebagainya. Gambar 1 memperlihatkan alokasi optimal berdasarkan prinsip MCP. Alokasi optimal secara sosial ada pada titik P* dan Q* di mana manfaat marginal sama dengan biaya marginal. Jika kemudian terjadi eksternalitas negatif dalam pemanfaatan sumber daya air, biaya marginal akan bergeser ke kiri dan menyebabkan makin berkurangnya suplai air sehingga keseimbangan baru dicapai pada harga yang lebih tinggi dengan kuantitas makin sedikit QL < Q*.
11
Biaya Marginal dengan biaya lingkungan
Harga (Rp)
Biaya Marginal tanpa biaya lingkungan
PL P*
Manfaat Marginal QL
Q*
Q (kuantitas)
Gambar 1 Alokasi optimal berdasarkan MCP Dinar et al. (1997) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa mekanisme MCP memiliki beberapa kelebihan, antara lain secara teoritis mekanisme ini dianggap paling efisien dan dapat menghindari terjadinya underpriced (penilaian di bawah harga) dan penggunaan yang berlebihan (overuse). Namun demikian, MCP juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan tersebut menyangkut aspek kesetaraan (equity). MCP mengabaikan aspek ini karena pada saat terjadinya kekurangan air (musim kemarau misalnya), kenaikan harga pada tingkat yang sangat tinggi akan banyak memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dari sisi praktis, penggunaan MCP memerlukan monitoring volumetrik yang biasanya cukup mahal dan sulit digunakan. Spulber dan Sabbaghi (1994) dalam Fauzi (2010) melihat kelemahan lain menyangkut penggunaan MCP, antara lain: a. Biaya marginal bersifat multidimensi yang menyangkut beberapa input, termasuk kuantitas dan kualitas sumber daya air. b. Biaya marginal berbeda antara jangka pendek (short run marginal cost) dan jangka panjang (long run marginal cost) c. Biaya marginal juga dipengaruhi oleh perubahan permintaan, baik secara temporal maupun permanen. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel akan sangat ditentukan oleh perubahan permintaan dan ini akan sangat berpengaruh terhadap biaya marginal.
12
3)
Alokasi Publik Sumberdaya air termasuk salah satu sumberdaya yang pengelolaannya unik
karena dalam situasi tertentu sulit memperlakukan air sebagai barang yang diperdagangkan. Air kebanyakan merupakan barang publik, sehingga diperlukan intervensi pemerintah dalam pengalokasiannya. Penyediaan sumberdaya air seperti pembangunan waduk, dam, dan sejenisnya sering memerlukan investasi yang sangat besar yang biasanya terlalu mahal untuk dilakukan oleh perusahaan swasta. Oleh karena alasan-alasan inilah sebagian pihak mendukung adanya intervensi publik atau pemerintah dalam alokasi sumberdaya air. Salah satu bentuk alokasi publik dalam pengelolaan sumber daya air adalah irigasi dalam skala besar di mana pemerintah menentukan sumber air yang digunakan untuk sistem irigasi kemudian mengalokasikannya berdasarkan sistem yang ditentukan. Dinar et al., (1997) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa alokasi yang dilakukan oleh publik atau pemerintah dapat menjawab aspek equity dalam pengelolaan sumberdaya air karena pemerintah dapat mengalokasikan air ke daerah yang tidak mencukupi sehingga masyarakat miskin dapat mengakses air. Namun demikian, alokasi pemerintah sering harus dibarengi dengan subsidi untuk membantu alokasi air ke daerah-daerah dengan tingkat kebutuhan yang tinggi namun kemampuan membayar rendah. 4)
User Based-Allocation Alokasi sumber daya air yang berbasis komunal seperti sistem subak di Bali
merupakan contoh nyata alokasi air dengan sistem user-based. Sistem alokasi ini menggunakan berbagai variasi pengaturan seperti berdasarkan rotasi waktu (bergilir), kedalaman air, kedekatan lokasi, dan sistem pembagian air pada sumur umum maupun pompa air ditingkat desa atau komunal. Salah satu karakteristik yang melekat kuat pada sistem ini adalah pentingnya peran kelembagaan. Masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam pengelolaan sumberdaya air akan memiliki informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi setempat daripada lembaga-lembaga lain, sehingga mereka dapat mengatur alokasi air sesuai perubahan kebutuhan tanpa harus terpaku pada formula yang baku. Sistem ini memiliki kelemahan antara lain kurangnya kapasitas kelembagaan lokal dalam menangani kebutuhan intersektoral, seperti antara kebutuhan rumah tangga dan
13
industri. Di tingkat lokal, mungkin mereka memahami benar kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga, namun kebutuhan industri. Di tingkat lokal, mungkin mereka memahami benar kebutuhan rumah tangga, namun jangkauan untuk industri tidak tercapai bahkan untuk skala yang kecil. 5)
Alokasi Berbasis Pasar (Water Market) Water market pada prinsipnya adalah pertukaran hak atas pemanfaatan air.
Konsep ini harus dibedakan dengan pertukaran sementara antara pengguna air yang disebut spot market. Water market harus mengikuti kaidah-kaidah prinsip ekonomi dalam pengoperasian pasar yang antara lain mencakup penjual dan pembeli yang memiliki informasi yang sama, pasar yang bersifat kompetitif yang berimplikasi pada keputusan yang diambil oleh salah satu pihak tidak mempengaruhi keputusan terhadap pihak lain, dan pelaku ekonomi yang memiliki motif untuk memaksimumkan manfaat ekonomi. Kondisi-kondisi tersebut memungkinkan dicapainya keseimbangan penawaran dan permintaan dalam transaksi air. Selain aspek efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya air, water market juga memiliki kelebihan dari sisi timbulnya potensi manfaat bagi penjual dan pembeli akibat adanya pertukaran, misalnya adanya kemungkinan bagi penjual untuk meningkatkan ketersediaan air. Water market juga memungkinkan dilakukannya internalisasi biaya eksternal (misalnya akibat pencemaran) oleh pihak penyuplai (penjual). Rosegrant dan Binswanger (1994) dalam Fauzi (2010) melihat bahwa water market memiliki kelebihan antara lain: a. Memungkinkan terjadinya pengukuhan hak atas pengelolaan air (well establishment of property right). Hak yang diakui tersebut pada gilirannya bisa mendorong insentif bagi pemilik air untuk berinvestasi pada teknologi penghematan air (water saving technology). b. Memberikan insentif kepada pengguna air untuk memperhatikan biaya eksternal yang ditimbulkan akibat penggunaan air, sehingga mengurangi tekanan terhadap sumberdaya air. c. Memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk bereaksi terhadap perubahanperubahan permintaan dan penawaran.
14
d. Sistem pasar mengharuskan kedua belah pihak (penjual dan pembeli) untuk menyetujui perubahan atau realokasi air, sehingga pengguna air dalam sistem pasar ini lebih diberdayakan. Implementasi alokasi sumberdaya air berbasis pasar bukan berarti tanpa hambatan. Sistem water market rawan terhadap dampak negatif lingkungan yang ditimbulkan. Dampak lingkungan ini terkadang harus dibayar lebih mahal oleh masyarakat daripada harga air itu sendiri. Water market merupakan sistem yang relatif masih baru dan masih mengalami berbagai modifikasi sehingga sulit untuk menilai efektivitas sistem ini secara utuh.
2.3
Full Cost Recovery Pricing
2.3.1 Penetapan Harga Ramsey (Ramsey Pricing) Ramsey (1927) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey menunjukan sekumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih yaitu surplus produsen dan surplus konsumen dalam permasalahan penggunaan air yang sama. Ramsey melakukan modifikasi pada analisis efisiensi ekonomi konvensional dengan menambahkan batasan eksplisit yang tidak hanya memaksimumkan keuntungan sosial bersih tetapi juga mencapai kondisi break even. Kondisi batasan pada break even berusaha mencegah kesalahan posisi dari penetapan marginal cost yang optimal, first best price. Hal yang mendasari metode ini adalah untuk mempertahankan tingkat efisiensi sebanyak mungkin, setiap orang ingin menghindari sesedikit mungkin dari pola konsumsi yang muncul bersamaan dengan marginal cost pricing sementara masih menetapkan harga yang dapat menjamin kecukupan penggunaan namun bukan merupakan penerimaan yang berlebih. Harga Ramsey melakukan hal ini dengan membebankan harga yang berbeda kepada berbagai pasar perusahaan yang diatur untuk berbagai pasar regulasi perusahaan dengan tujuan menjaga kelangsungan sejumlah kontribusi pasar yang memanipulasi harga melebihi MC, sehingga mengganggu tingkat konsumsi lebih sedikit dari apa yang akan diberikan oleh harga MC penuh (full marginal cost pricing). Hall dan Hanemann (1996) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey adalah sebuah contoh dari strategi harga terbaik kedua dengan sebuah
15
instrumen kebijakan tunggal untuk menyatukan dua tujuan yaitu efisiensi dan keuntungan pasar monopoli sama dengan nol (keuntungan normal). Solusinya adalah membentuk harga sama dengan MC untuk konsumen (pelanggan) dengan permintaan elastis dan menyatakan hambatan penerimaan melalui penyesuaian beban harga kepada konsumen yang memiliki permintaan inelastis. 2.3.2 Penetapan Dua Tarif (Coase’s Two Part Tariff) Pendekatan
alternatif
dalam
permasalahan
marginal
cost
pricing
diperkenalkan oleh Coase (1946) dalam Syaukat (2000) yang mengajukan dua tarif untuk mempertemukan kondisi total dengan total manfaat harus lebih besar dari total biaya. Prinsip penetapan dua tarif tersebut adalah biaya setiap unit konsumsi diatur pada biaya marjinal dari tingkat keluaran yang diperkirakan dari penjumlahan kekurangan disusun dari pengenaan bea lump sum kepada tiap pelanggan. Sistem dua tarif adalah jenis sederhana dari non-uniform price schedule. 2.3.3 Decreasing and Increasing Block Rate Decreasing and Increasing Block Rate merupakan pengembangan dari twopart tariff yaitu multi-part tariff. Harga yang dikenakan berbeda-beda tergantung pada jumlah konsumsi. Umumnya digunakan pada piped water, electricity, dan phone utilities. Increasing block tariff terjadi ketika p1 < p2 < p3 < ... < pn. Sedangkan decreasing block tariff terjadi ketika p1 > p2 > p3 > ... > pn. Decreasing dan increasing block tariffs keduanya dapat memenuhi tujuan revenue adequacy condition (Syaukat, 2000). Hartwick dan Olewiler (1998) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa mekanisme water pricing berdasarkan Increasing Block Rates (IBR) dapat dijadikan alternatif MCP. Sistem IBR selain memungkinkan penggunaan air yang efisien juga dapat beradaptasi dengan situasi pada saat permintaan air memuncak. Jika terjadi permintaan yang tinggi dapat digunakan untuk mencegah terjadinya konsumsi air yang berlebihan sehingga membantu konservasi air. Selain itu, sistem ini juga memungkinkan penyediaan air bagi masyarakat ekonomi lemah dengan biaya rendah.
16
Sistem peningkatan tarif blok (increasing block tariff) dapat menyebabkan terjadinya pemerataan pendapatan. Sistem ini banyak dipergunakan di negaranegara berkembang termasuk di Indonesia. Konsumen lebih kaya menggunakan air yang lebih banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak. Dalam sistem ini diberlakukan tarif progresif yang pada intinya semua keluarga pengguna baik golongan kaya maupun miskin mempunyai hak dalam penggunaan air dalam jumlah yang sama. Penggunaan air dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan pembayaran yang lebih besar. Prinsip IBR tersebut secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 di bawah ini menjelaskan bahwa tingkat pemanfaatan 0 sampai Q1, tarif ditetapkan sebesar P1, sementara jika konsumsi meningkat antara interval Q1 sampai Q2 maka tarif bisa dinaikkan sebesar P2 dan seterusnya (Fauzi, 2010). Harga air
P2 P1 Q1
Q2
Konsumsi air/volume
Gambar 2 Penentuan harga air berdasarkan IBR
2.4
Willingness to Pay Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan
individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash, 1993).
17
Menurut Fauzi (2010) terdapat tahap-tahap proses memperoleh willingness to pay, yaitu sebagai berikut: 1)
Membuat pasar hipotetik (setting up hypotetical market) Peneliti terlebih dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumber daya yang akan dievaluasi. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut. Peneliti membuat suatu kuesioner yang berisi informasi lengkap mengenai bagaimana kondisi lokasi penelitian. Kuesioner ini bisa terlebih dahulu diuji pada kelompok kecil untuk mengetahui reaksi atas proyek yang akan dilakukan sebelum proyek tersebut betul-betul dilaksanakan.
2)
Mendapatkan nilai lelang (bids) Tahap berikutnya adalah memperoleh nilai lelang. Ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Dari ketiga cara tersebut survei langsung akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan dari survei adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misalnya perbaikan lingkungan. Terdapat empat metode untuk memperoleh nilai lelang atau penawaran besarnya nilai WTP responden: a. Permainan lelang (bidding game) Responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian bisa dinaikkan atau diturunkan tergantung respon atsa pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh. b. Pertanyaan terbuka. Responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai moneter (rupiah yang ingin dibayar) untuk suatu proyek perbaikan lingkungan. c. Payment Cards Nilai lelang dari teknik ini diperoleh dengan cara menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu.
18
d. Metode referendum atau discrete choice (dichotomous choice) Responden diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. 3)
Menghitung rataan WTP Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bid) yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). Tahap ini harus memperhatikan kemungkinan timbulnya outliner (nilai yang sangat jauh menyimpang dari rata-rata). Perlu juga diperhatikan bahwa perhitungan nilai rataan WTP lebih mudah dilakukan untuk survei yang menggunakan pertanyaan yang berstruktur daripada pertanyaan bermodel referendum (Ya atau Tidak).
4)
Memperkirakan kurva WTP (bid curve) Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan kualitas lingkungan.
5)
Menjumlahkan data (agregating data) Tahap selanjutnya adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N).
2.5
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau
peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Supangat (2007) menyatakan bahwa persamaaan garis regresi merupakan model hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bergantung (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable) sedangkan yang dimaksud dengan garis regresi (regression linear) adalah suatu garis yang ditarik di antara titik-titik sedemikian rupa sehingga dapat
19
digunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan besarnya variabel yang lain dan data juga digunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya). Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X1, X2, X3, ....... XK dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan pengembangan dari model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak bebas Y juga sama. Persamaan model regresi berganda secara umum adalah sebagai berikut: Yi = β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + εi Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh. Xki merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk. Koefisien β1 merupakan intersep model regresi berganda. Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square (OLS). Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2011): 1) Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah nol. 2) Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rataratanya tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif. 3) Varian bersyarat dari ε adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas. 4) Variabel bebas adalah non-stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan ε. 5) Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya. 6) ε didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear
20
Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.
2.6
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan referensi antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma (2006) yakni analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air dan kebijakan tarif air PDAM Kota Madiun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penetapan tarif air PDAM Kota Madiun, mengidentifikasi struktur produksi dan biaya pengelolaan air, mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air, menganalisis penetapan tarif air secara ekonomi dan finansial serta menganalisis dampak kenaikan tarif air terhadap keuntungan PDAM Kota Madiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tarif air dipengaruhi oleh harga beli listrik/kwh, harga bahan bakar minyak dan tingkat inflasi. Komponen biaya-biaya pengelolaan, produksi air maupun jumlah pelanggan mengalami pertumbuhan positif yang menunjukkan kondisi pengelolaan yang semakin membaik. Biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya. Penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun secara finansial telah dapat memberikan susunan tarif yang sesuai bahkan mampu mencapai Full Cost Recovery. Kebijakan tarif mampu memberikan dampak positif berupa peningkatan penerimaan dan keuntungan PDAM Kota Madiun. Penelitian lainnya oleh Novianty (2013) melakukan penelitian mengenai Estimasi Willingness to Pay air tanah dan air pipa di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kesediaan masyarakat Desa Tamansari untuk membayar air tanah sebagai apresiasi terhadap air tanah dan faktor faktor yang mempengaruhinya, mengestimasi
kesediaan
membayar
masyarakat
Desa
Tamansari
untuk
21
memperoleh pelayanan penyediaan air bersih beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta menganalisis reliabilitas CVM (Contingent Valuation Method) dalam menentukan kesediaan masyarakat Desa Tamansari untuk membayar agar mendapatkan air bersih. Melalui penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai rata-rata WTP air tanah sebesar Rp 414,71 per m3 tiap kepala keluarga perbulan serta faktorfaktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai WTP responden yaitu usia, tingkat pendidikan dan jumlah penggunaan air. Sedangkan nilai rata-rata WTP pada air pipa sebesar Rp 575 per m3 tiap kepala keluarga perbulan serta faktorfaktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai WTP responden yaitu usia, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah penggunaan air. Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach mendapatkan nilai sebesar 0,640 yang berarti reliabel. Selain itu, Siagian (2015) melakukan penelitian mengenai Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pelanggan PDAM Tirtauli di Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu, mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PDAM Tirtauli melalui mekanisme Full Cost Recovery, mengestimasi nilai WTP pelanggan Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu terhadap pelayanan akses air bersih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih PDAM Tirtauli. Hasil penelitian karakteristik konsumen rumah tangga di Kelurahan Melayu dan Kelurahan Martoba adalah tingkat penghasilan masyarakat adalah Rp 300.000 - Rp 7.300.000 per bulan, jumlah kebutuhan air 10-40 m³/bulan/KK, dan jumlah pengguna air adalah 2-5 orang/KK. Tarif dasar air yang diperoleh berdasarkan mekanisme full cost recovery sebesar Rp 2.945,11/m3 untuk penggunaan konsumen rumah tangga-2 blok-2. Rata-rata nilai WTP rumah tangga-1 adalah Rp 632,5 per m³, rumah tangga-2 sebesar Rp 1.030 per m³, rumah tangga-3 sebesar Rp 2.205 per m³, rumah tangga-4 sebesar Rp 2.565 per m³, rumah tangga-5 sebesar Rp 3.925 per m³. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah umur, jumlah pengguna air, penghasilan, dummy siram tanaman. Faktor-faktor yang
22
mempengaruhi fungsi produksi adalah air baku, jumlah pegawai, jumlah pelanggan dan tingkat kekeruhan air.
23
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Sumberdaya air merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan mahluk hidup, sedangkan jumlah komposisi air tawar hanya sebagian kecil dari total volume air yang ada. Tingginya pertumbuhan penduduk memicu peningkatan kebutuhan akan air bersih, namun ketersediaan dan kuantitas sumberdaya air semakin menurun. Hal ini menyebabkan air bersih akan semakin langka, maka pengelolaan dan upaya mendapatkan air bersih membutuhkan biaya yang tinggi sehingga air saat ini menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Masyarakat Desa Tegaldowo umumnya memenuhi kebutuhan konsumsi air bersih menggunakan air sumur dangkal. Desa tersebut terkadang tergenang banjir rob karena letaknya cukup dekat dengan pantai dan air sungai di sekitar bercampur limbah home industry batik sehingga sebagian besar sumur dangkal milik warga tercemar. Salah satu alternatif untuk meminimalisir pencemaran air yaitu menggunakan program
pemerintah berupa program
PAMSIMAS.
Mengingat pentingnya aspek keberlanjutan dari suatu program, maka terbentuklah suatu Badan Pengelola Sarana (BPS) yang terdiri dari anggota masyarakat setempat yang bertugas dalam mengelola program tersebut. Badan Pengelola Sarana Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo memberikan pelayanan berupa air bersih perpipaan melalui sambungan rumah (SR) untuk dialirkan ke konsumen. Permasalahan yang terjadi adalah debit air yang berkurang akibat sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu unit sumber air. Sumber air yang digunakan dalam program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo adalah sumur bor dalam dengan kapasitas untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak. Sampai saat ini pelanggan program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo berjumlah 351 pelanggan sambungan rumah (SR) sehingga Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS berencana ingin melakukan peningkatan pelayanan. Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan air dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat Desa Tegaldowo yang rata-rata bekerja sebagai buruh sehingga memiliki pendapatan rendah. Salah satu dampak positif yang dihasilkan yaitu berupa penghematan pengeluaran untuk konsumsi air
24
yang berasal dari program PAMSIMAS dibandingkan dengan jika menggunakan air PDAM. Penelitian ini diawali dengan mengkaji berapa besar perbandingan pengeluaran konsumsi air antara pelanggan progam PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan dan non PAMSIMAS (pelanggan PDAM) dari total pendapatan. Metode yang digunakan adalah analisis proporsi alokasi konsumsi air. Hasil yang didapat akan memberikan perbandingan antara pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga pelanggan atau konsumen program PAMSIMAS dengan rumah tangga pelanggan air bersih PDAM. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa proporsi pengeluaran konsumsi air dari total pendapatan rumah tangga pelanggan air bersih PDAM diduga lebih besar dibandingkan
dengan
rumah
tangga
pelanggan
program
PAMSIMAS.
Penyebabnya adalah harga air yang dibayarkan oleh rumah tangga pelanggan air bersih PDAM lebih besar dibandingkan rumah tangga pelanggan PAMSIMAS. Langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap penetapan tarif dasar PAMSIMAS dengan mekanisme full cost recovery. Perhitungan didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Hasil analisis ini akan diimplementasikan terhadap tarif air yang berlaku terkini sebagai bahan pertimbangan terhadap kebijakan penetapan tarif air PAMSIMAS di wilayah tersebut. Selanjutnya menganalisis nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay/WTP) pelanggan atau masyarakat Desa Tegaldowo
terhadap
peningkatan
pelayanan
akses
air
bersih
program
PAMSIMAS agar berkelanjutan. Kemudian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay/WTP) pelanggan atau masyarakat desa terhadap peningktan pelayanan akses air bersih program PAMSIMAS agar berkelanjutan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hal ini dilakukan agar diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya WTP. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi dalam kebijakan dan rujukan bagi Badan Pengelola Sarana (BPS) maupun pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan pelayanan serta dapat menjadi masukan untuk perbaikan program serupa, baik bagi yang sudah berjalan
25
maupun yang baru akan dilakukan. Kerangka pemikiran terkait dengan penelitian ini dilihat pada Gambar 3 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang, tujuan penelitian dan metode yang digunakan. Air sumur dangkal sebagai sumber air utama bagi masyarakat Desa Tegaldowo tercemar
Upaya pelayanan penyediaan air bersih: program penyediaan air bersih dan sanitasi (PAMSIMAS)
Permintaan Sambungan Rumah (SR) PAMSIMAS semakin meningkat sedangkan supply tetap
Peningkatan pelayanan oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo
Non konsumen
Badan Pengelola Sarana (BPS)
Konsumen
Penetapan tarif dasar air Perbandingan pengeluaran konsumsi air dari total pendapatan
Nilai kebersediaan membayar pelanggan PAMSIMAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pelanggan
Analisis proporsi alokasi konsumsi air
Willingness To Pay (WTP)
Analisis Regresi Linier Berganda
Rekomendasi kebijakan
Pengelolaan berkelanjutan
Keterangan: Alur Pemikiran Penelitian Batasan Penelitian Gambar 3 Diagram alur penelitian
Full Cost Recovery Pricing
Evaluasi Tarif Air Bersih
26
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto,
Kabupaten Pekalongan. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dengan mempertimbangkan bahwa desa tersebut merupakan daerah yang sebagian besar warganya telah menggunakan air minum yang berasal dari program PAMSIMAS. Desa tersebut juga memiliki masalah debit air yang dialirkan ke masyarakat akibat adanya peningkatan permintaan sedangkan sumber air tetap sehingga debit air yang sampai ke masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2016.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner melalui metode wawancara kepada para responden yang merupakan rumah tangga pelanggan program PAMSIMAS dan rumah tangga pelanggan air bersih PDAM. Data primer juga diperoleh secara langsung dengan metode wawancara kepada pihak pengelola PAMSIMAS atau pihak-pihak yang mengetahui informasi penting terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data deret waktu (time series). Data tersebut berupa data biaya pengelolaan selama satu tahun (2015) yang diperoleh dari pihak pengelola yaitu Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumberdaya air dari program PAMSIMAS, sedangkan data lainnya sebagai pendukung diperoleh dari studi literatur dan instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Desa Tegaldowo, jurnal, buku, penelitian terdahulu, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
27
4.3
Metode Pengambilan Data Pada metode ini responden yang dipilih adalah masyarakat desa yang telah
menjadi pelanggan program PAMSIMAS melalui sambungan rumah (SR) atau perpipaan dan pelanggan air bersih PDAM. Jumlah pengambilan responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 responden yang terdiri dari 45 orang pelanggan program PAMSIMAS dengan metode pengambilan sampel yaitu simple random sampling dan 30 orang non konsumen program PAMSIMAS (pelanggan PDAM) dengan metode pengambilan sampel yaitu snowball sampling. Penetapan jumlah sampel yang digunakan telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistika yaitu minimal sebanyak 30 sampel (n ≥ 30) dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole, 1982).
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka
penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui perhitungan secara manual menggunakan komputer dengan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 16. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Matriks metode analisis data No. 1.
2.
3.
Sumber Data Perbandingan pengeluaran untuk konsumsi Data air terhadap pendapatan antara rumah primer tangga pelanggan program PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS. Evaluasi tarif air bersih program Data PAMSIMAS melalui mekanisme pemulihan sekunder biaya penuh (Full Cost Recovery) Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap Data pelayanan air bersih program PAMSIMAS primer Tujuan Penelitian
4.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Data besarnya nilai WTP primer Sumber: Penulis (2016)
Metode Analisis Data Analisis proporsi alokasi konsumsi air Analisis pemulihan biaya penuh (Full Cost Recovery) Analisis Willingness to Pay (WTP) Analisis Regresi Linier Berganda
4.4.1 Analisis Proporsi Alokasi Konsumsi Air Analisis proporsi alokasi konsumsi air digunakan untuk mengetahui pengeluaran air bersih oleh rumah tangga pelanggan program PAMSIMAS dan
28
rumah tangga pelanggan air bersih PDAM terhadap pendapatan. Data yang dibutuhkan adalah besar pendapatan per rumah tangga per bulan, volume penggunaan air per rumah tangga per bulan, dan harga air. Persentase atau proporsi alokasi konsumsi air dari total pendapatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Pa . 00 Pt Keterangan: p
= Proporsi alokasi konsumsi air
Pa
= Pengeluaran untuk membeli air bersih
Pt
= Pendapatan total
4.4.2 Evaluasi Tarif Dasar Air Bersih Program PAMSIMAS dengan Analisis Pemulihan Biaya Penuh Tarif yang mengandung konsep full cost recovery adalah tarif yang sama dengan biaya dasar produksi air bersih program PAMSIMAS yang mencakup seluruh total biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Evaluasi tarif dasar air bersih program PAMSIMAS dilakukan untuk mencapai keberpihakan pada semua pemegang kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan air bersih program PAMSIMAS yaitu masyarakat sebagai konsumen atau pelanggan dan Badan Pengelola Sarana (BPS) sebagai pengelola program PAMSIMAS. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada perusahaan daerah air minum, menyebutkan bahwa pertimbangan kepentingan masyarakat pelanggan berarti bahwa pengelola air bersih dalam hal ini program PAMSIMAS dan Pemerintah Daerah harus menjamin kepentingan konsumen yang hak- haknya dilindungi peraturan perundang-undangan dengan menyediakan pelayanan yang baik kepada masyarakat pelanggan. Tarif yang ditetapkan adalah wajar ditinjau dari kepentingan para pemangku kepentingan dan telah memenuhi prinsip-prinsip keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, dan prinsip perlindungan air baku.
29
Pertimbangan kepentingan pengelola air bersih yang dalam hal ini pengelola air bersih program PAMSIMAS juga perlu diperhatikan untuk keberlangsungan kegiatan usahanya. Tarif harus menjamin kepentingan pengelola sebagai badan usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang pengelolaan. Perhitungan dilakukan dengan melakukan pendataan pada semua biaya yang dikeluarkan oleh pengelola air bersih program PAMSIMAS dalam kurun waktu satu tahun. Pendataan dilakukan pada biaya langsung yang berkaitan secara langsung dengan pengolahan air baku menjadi air bersih baik biaya tetap yang dikeluarkan maupun biaya variabel yang memang dikeluarkan setiap tahunnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 bahwa tarif dibedakan dalam empat jenis yaitu tarif rendah, tarif dasar, tarif penuh, dan tarif khusus berdasarkan kesepakatan. Tarif yang dianggap full cost recovery adalah tarif rata-rata yang minimal sama dengan tarif dasar yang akan sama dengan biaya dasar per meter kubik air. Perhitungan biaya dasar dilakukan dengan membagi biaya usaha dengan volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air. BD = TD =
T P-
Keterangan : TBU
= Total Biaya Usaha
BD
= Biaya Dasar
TD
= Tarif Dasar
VAP
= Volume Air Terproduksi
VKA
= Volume Kehilangan Air
4.4.3 Analisis Willingness to Pay (WTP) Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam. Nilai WTP merupakan kesediaan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memberikan penilaian terhadap peningkatan pelayanan program
30
PAMSIMAS di Desa Tegaldowo. Adapun tahapan analisis WTP adalah sebagai berikut: 1) Membuat pasar hipotetik (Setting up the hypotetical market) Responden diberikan informasi mengenai program, pelayanan dan sumber penyediaan air bersih di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Peneliti juga memberitahukan masalah yang belakangan ini meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu unit untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak hingga saat ini terdapat 351 sambungan rumah (SR) sehingga Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS ingin melakukan peningkatan pelayanan. Hal ini dimaksudkan agar responden mempunyai gambaran tentang situasi pasar hipotetik yang dimaksud dan responden dapat memberikan informasi mengenai sejumlah uang yang bersedia dibayarkan. 2) Mendapatkan penawaran besarnya WTP (obtaining bids) Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Closed-Ended Questions. Hal ini bertujuan agar responden dapat langsung memilih besarnya nilai yang bersedia dibayarkan. Harga minimum yang digunakan untuk menghindari undervalue adalah tarif dasar penggunaan air blok 1 – 10 m3 yaitu sebesar Rp 1.100 dan dasar penggunaan harga maksimum adalah diatas tarif penggunaan air blok >21 m3. 3) Memperkirakan nilai rata-rata WTP (estimating mean WTP/EWTP) WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval WTP responden ke-i. Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar adalah berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP). Selanjutnya dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus: ∑
Keterangan : EWTP = Dugaan rataan WTP
31
Wi
= Nilai WTP ke-i
Pfi
= Frekuensi Relatif
n
= Jumlah responden
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar
4) Menentukan WTP Agregat atau WTP Total (TWTP) WTP agregat atau WTP total dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara keseluruhan dengan rumus: TWTP = EWTP x P Keterangan : TWTP = Kesediaan masyarakat untuk membayar EWTP = Nilai rataan WTP P
= Jumlah populasi
5) Menduga Kurva Lelang (Bid Curve) Kurva bid total adalah penjumlahan secara vertikal kurva bid individu yang diperoleh dari nilai TWTP. Kurva bid total ini adalah pengganti kurva permintaan. Perkiraan kurva WTP diperkirakan dengan menggunakan jumlah kumulatif dan jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsi cara ini adalah dengan jumlah kumulatif akan semakin sedikit sejalan dengan semakin meningkatnya nilai WTP. Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: WTP = f (jumlah responden, nilai WTP) Keterangan : Jumlah responden = Responden yang bersedia membayar WTP (orang) Nilai WTP
= Nilai yang bersedia dibayarkan responden (Rp/m3)
4.4.4 Analisis Faktor –Faktor yang Mempengaruhi WTP Analisis regresi linier digunakan untuk mempelajari hubungan atau peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear sederhana dengan asumsi bahwa peubah tak bebas Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X1, X2, ..., XK dan komponen sisaan ε (error) (Juanda, 2009).
32
Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP responden dalam hal ini masyarakat Desa Tegaldowo. Model yang digunakan adalah persamaan regresi biner. Persamaan regresi berganda nilai WTP penelitian ini adalah sebagai berikut : WTPi = β0 + β1Ui + β2PDDKNi + β3PDPTNi + β4JPAi + β5DPLYN + β6DJKi + ε Keterangan : WTPi
= Nilai WTP pelanggan rumahtangga (Rp per rumahtangga per m3)
β0
= Intersep
β1 ... β5
= Koefisien regresi
U
= Usia responden (tahun)
PDDKN
= Pendidikan Responden (tahun)
PDPTN
= Pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)
JPA
= Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang)
DPLYN
= Dummy pelayanan (1= baik, 0= tidak baik)
DJK
= Dummy jenis kelamin (1= laki-laki, 0= perempuan)
i
= Responden ke-i (i=1, 2, 3, ........, n) n untuk data sampel atau contoh, sedangkan N untuk data populasi
ε
= Galat atau error Berdasarkan model fungsi WTP air diatas, maka besarnya WTP bagi
responden penerima manfaat sumberdaya air diduga dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah pengguna air dalam rumah tangga, penilaian responden terhadap tingkat pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo, dan jenis kelamin responden yang dapat dijelaskan pada Tabel 3.
33
Tabel 3 Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness to Pay (WTP) No. 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Usia Responden
2.
Tingkat pendidikan responden
3.
Tingkat pendapatan responden
4.
Jumlah Pengguna air dalam rumah tangga
5.
Tingkat Pelayanan
6.
Jenis Kelamin
Keterangan
Hipotesis
Masyarakat pengguna air bersih bervariasi menurut umurnya, oleh karena itu perlu diteliti apakah umur responden berpengaruh terhadap besarnya iuran air yang ingin dibayarkan masyarakat. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Variabel ini dinilai berpengaruh karena umumnya masyarakat dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memahami nilai ekonomi dari sumberdaya air yang semakin lama semakin terbatas dan menjadi barang ekonomi akibat kelangkaan yang terjadi. Tingkat pendapatan cenderung mempengaruhi besarnya nilai WTP yang ingin dibayarkan responden untuk iuran air. Hal ini berkaitan dengan kemampuan ekonomi masyarakat dalam membayar biaya penggunaan air yang dikonsumsinya. Jumlah pengguna air dalam rumah tangga atau anggota keluarga berpengaruh terhadap besarnya iuran air yang ingin dibayarkan. Tingkat penilaian responden terhadap pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS berpengaruh terhadap besarnya iuran air yang ingin dibayarkan, 1 apabila pelayanan baik dan 0 apabila responden memberikan penilaian tidak baik terhadap pelayanan. Responden laki-laki bertindak sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga cenderung memiliki pengaruh dalam mengambil keputusan.
Semakin bertambah umur responden maka semakin tinggi nilai keinginan masyarakat untuk membayar. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka diduga semakin besar pula WTP yang akan dibayarkan untuk iuran air.
Semakin tinggi pendapatan responden maka semakin besar pula nilai WTP yang akan dibayarkan oleh responden tersebut. Semakin banyak pengguna air semakin tinggi nilai WTP yang akan diberikan. Apabila responden memiliki penilaian pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) yang baik maka diduga nilai WTP yang akan dibayarkan semakin besar. Responden laki-laki diduga memiliki nilai WTP yang lebih tinggi dibandingkan responden perempuan
Sumber: Peneliti (2016)
4.4.4.1 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda 1) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Besarnya
34
koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R-Square. Semakin tinggi nilai Adjusted R-Square maka model regresi yang digunakan semakin baik. Hal ini menunjukkan variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, apabila nilai Adjusted R-Square rendah, maka model regresi yang digunakan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. 2) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF) yang terdapat pada model yang telah di regresikan (Mulyanto dan Wulandari, 2010). Hal ini dibuktikan dengan : a. Nilai tolerance seluruh variabel independen mendekati angka 1 atau lebih besar dari 0.2 b. Nilai VIF seluruh variabel independen berada diseputar angka 1 dan tidak boleh lebih dari 10 Pengujian dilakukan untuk membuktikan bahwa antar variabel bebas satu dengan lainnya merupakan variabel yang setara (benar-benar independen). 3) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk memastikan bahwa data yang digunakan untuk analisis berasal dari data variabel yang berdistribusi normal. Deteksi normalitas data pada analisis regresi linier berganda dalam penelitian dilakukan secara grafik yaitu menggunakan normal p-p plot. Terpenuhinya persyaratan analisis normalitas adalah jika titik-titik ada grafik normal p-p plot menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Normalitas juga dapat dideteksi dengan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov Test terhadap nilai observasi dan nilai prediksi variabel independen terhadap variabel dependen. Normalitas terpenuhi apabila probabilitas hitung hasil uji lebih besar daru pada taraf uji penelitian (Mulyanto dan Wulandari, 2010). 4) Uji Autokorelasi Uji asumsi autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Model regresi yang baik yang tidak terjadi autokorekasi dimana pengujian dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Hasil pengolahan data
35
dibandingkan dengan nilai dl (batas bawah nilai DW) dan du (batas atas nilai DW) pada Durbin-Watson dengan kriteria 1.55
36
V.
5.1
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Desa Tegaldowo Gambaran umum Desa Tegaldowo mendeskripsikan karakteristik dan profil
Desa Tegaldowo yang dideskripsikan melalui penjelasan mengenai keadaan geografis dan batas administratif. Desa Tegaldowo merupakan salah satu desa dari 16 Desa di Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Desa Tegaldowo terletak di dataran rendah Pulau Jawa diantara 09’ –
0’ BT dan 6’ – 7’, berjarak 5 km
dari Kecamatan Tirto dan 25 km dari ibu kota kabupaten Pekalongan. Luas daratan sesuai penggunaan terbagi menjadi dua yaitu luas pemukiman 42 ha/m2 dan luas persawahan 43 ha/m2. Adapun batas wilayah Desa Tegaldowo dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Batas wilayah Desa Tegaldowo No. Batas Desa/Kelurahan 1. Sebelah utara Mulyorejo 2. Sebelah selatan Karangjompo 3. Sebelah timur Pasirsari 4. Sebelah barat Pencongan Sumber: Data monografi Desa Tegaldowo (2016)
Kecamatan Tirto Tirto Pekalongan barat Wiradesa
Berdasarkan laporan data tahunan Desa Tegaldowo tahun 2015 luas wilayah Desa Tegaldowo secara administratif sebesar 0,96 km2 yang terbagi menjadi 3 Rumah Warga (RW) dan 10 Rumah Tangga (RT). Dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Tirto, Desa Tegaldowo memiliki presentase luas wilayah yang kecil, yakni sebesar 5,52 persen dari luas kecamatan Tirto dengan kepadatan penduduk sebesar 3.144 jiwa per km2. Jumlah penduduk Desa Tegaldowo sampai akhir bulan Desember 2015 tercatat sebanyak 3.326 jiwa. Struktur Penduduk Desa Tegaldowo pada tahun 2015 didominasi oleh penduduk laki-laki adalah sebesar 1.705 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.621 orang dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 945 KK.
5.2
Keadaan Lingkungan dan Sistem Penyediaan Air Bersih Kondisi lingkungan terkait sumberdaya air di Desa Tegaldowo saat ini
cukup mengkhawatirkan. Sebagian besar masyarakat Desa Tegaldowo memiliki
37
masalah dalam kepemilikan air sumur dangkal yang tercemar akibat adanya industri batik yang membuang limbahnya di sungai tanpa melalui IPAL, serta lokasi Desa Tegaldowo yang letaknya cukup dekat dengan laut sehingga air sumur dangkal terasa payau dan keruh. Warga Desa Tegaldowo terkadang merasakan banjir rob ketika air laut pasang. Menurut sebagian warga yang telah diwawancarai dan mempunyai sumur dangkal, air tanah atau sumur dangkal yang dimiliki hanya dapat digunakan untuk keperluan cuci piring dan perabotan dapur saja. Informasi mengenai kondisi sistem saluran drainase/saluran pembuangan air limbah yang didapat dari laporan tahunan di Desa Tegaldowo pada umumnya tidak baik (5 rusak, 6 mampet, 10 kurang memadai). Prasarana dan sarana air bersih atau air minum yang umumnya dikonsumsi masyarakat bersumber dari sumur gali, sumur pompa, dan hidran umum. Berdasarkan informasi yang didapatkan, penulis menemukan bahwa kualitas air minum yang terdapat di Desa Tegaldowo dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kualitas sumber air di Desa Tegaldowo No. Sumber Air Kondisi 1. Sumur gali/dangkal Berwarna, berbau, berasa 2. Sumur pompa/bor dalam Baik 3. Hidran umum Baik 4. PAM Baik 5. Sungai Tercemar, keruh, berkurangnya biota laut Sumber: Data monografi desa Tegaldowo (2016)
5.3
Gambaran Umum PAMSIMAS Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu program dan aksi
nyata pemerintah dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan. Ruang lingkup kegiatan Program WSLIC-III/PAMSIMAS mencakup 5 (lima) komponen proyek yaitu : 1) Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal 2) Peningkatan kesehatan dan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi
38
3) Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum 4) Insentif untuk desa/kelurahan dan kabupaten/kota 5) Dukungan pelaksanaan dan manajemen proyek. Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach). Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat inginkan, bersedia untuk berkontribusi dan membiayai, dan dapat mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat dan lingkungan sekolah. Sasaran program ini adalah kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi. Tujuan program PAMSIMAS adalah untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (periurban). Secara lebih rinci program PAMSIMAS bertujuan untuk: 1) Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat 2) Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan 3) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyaraka; 4) Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Ketersediaan pasokan air bersih di pedesaan yang terus-menerus merupakan syarat mutlak bagi keberlanjutan PAMSIMAS. Selain itu, sejauh mana
39
PAMSIMAS dapat berkelanjutan juga bergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat pengguna dalam melakukan dan membiayai pengelolaan serta pemeliharaan. Kemauan masyarakat pengguna untuk terlibat dan membayar cenderung dipengaruhi oleh sejauh mana layanan PAMSIMAS sesuai dengan harapan mereka. Pendekatan terbaik sehingga PAMSIMAS dapat dibangun, dikelola dan memberikan layanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaan, pembangunan sampai pengoperasian. Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan air dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui dua cara: pertama, penghematan pengeluaran untuk air dibandingkan dengan jika menggunakan air PDAM. Cara selanjutnya adalah peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan pasokan air. Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membiayai pengelolaan dan pemeliharaan. Oleh karena itu, setidaknya terdapat lima aspek yang saling berkaitan dan perlu diperhatikan dalam pengembangan PAMSIMAS, yaitu: 1)
Aspek Teknik Sarana dan prasarana SPAMS yang terbangun harus mampu dioperasikan
dan dipelihara oleh masyarakat sehingga dibutuhkan pemeliharaan khusus agar tetap dapat beroperasi secara layak dalam jangka panjang sehingga memberikan manfaat secara terus-menerus. 2)
Aspek Ekonomi Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi
permanen pasokan air bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara. Pertama yaitu keberlanjutan operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya. Kedua yaitu keberlanjutan layanan air setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PAMSIMAS yang idealnya hanya bersumber dari iuran air yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya mampu membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS yang sudah terbangun dan
40
rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif air minum dari masyarakat dan/atau sumber lain. 3)
Aspek Sosial Terjaminnya kesetaraan gender dan keberpihakan kepada masyarakat
miskin dalam mendapatkan akses air minum dan sanitasi. Pelaksanaan program PAMSIMAS dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan dengan kebijakan desentralisasi penyediaan pasokan air perdesaan. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting. Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya. 4)
Aspek Kelembagaan Adanya kelembagaan yang eksis dan berkualitas yang mampu mengelola
sarana dan prasarana SPAMS yang sudah terbangun, serta mewujudkan sasaran program PAMSIMAS. Disamping itu juga perlu adanya kebijakan yang mendukung baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan monev. 5)
Aspek Lingkungan Terpeliharanya lingkungan sumber air baku dan lingkungan hidup
masyarakat, melalui perlindungan daerah tangkapan air dan perubahan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Keberlanjutan PAMSIMAS akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan yang diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu, tarif pembayaran atau iuran air perlu ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan total pendapatan yang diharapkan. Tarif air yang terlalu rendah pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri. Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PAMSIMAS secara garis besar yaitu biaya modal dan biaya operasional pemeliharaan. Akumulasi uang dari penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. Sedapat mungkin dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana cadangan untuk investasi kembali ketika PAMSIMAS yang ada perlu diganti dengan yang baru karena sudah habis umur pakainya.
41
Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional rutin, biaya pemeliharaan dan perbaikan terjadwal dan biaya perbaikan-perbaikan yang tidak terduga. Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu dijelaskan kepada masyarakat pengguna agar masyarakat dapat bersikap lebih bijaksana pada saat musyawarah penetapan tarif. Selain itu penetapan tarif juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat, pemerataan dan rasa keadilan. Sistem penyediaan air minum Desa Tegaldowo mulai dirintis pada tahun 2008, dikelola oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) untuk kebutuhan air di desa tersebut dengan melaksanakan program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Aktivitas BPS sendiri adalah mengkoordinasikan penyaluran air ke rumah-rumah masyarakat, mengumpulkan iuran air yang selanjutnya digunakan untuk biaya perawatan dan administrasi, serta mengadakan rapat secara teratur untuk membicarakan hal–hal untuk kepentingan masyarakat pengguna air bersih dengan program PAMSIMAS dan penyalurannya ke masyarakat. Sistem pembayaran air bersih atau air minum pada program PAMSIMAS ditentukan berdasarkan kesepakatan warga Desa Tegaldowo. Mengingat perkembangan daerah dan penduduk yang semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka pada tahun 2008 dibangun sumur bor dengan kapasitas 2,2 liter per detik. Hingga tahun 2016, cakupan pelayanan untuk wilayah pelayanan Desa Tegaldowo mencapai 351 pelanggan atau sambungan rumah. Hal ini dapat dikatakan bahwa cakupan pelayanan PAMSIMAS masih rendah karena belum mencakup semua kepala keluarga di Desa Tegaldowo yang memiliki jumlah 945 kepala keluarga. Hal ini disebabkan masih kurangnya dana serta fasilitas berupa kuantitas air bersih untuk menjangkau pelanggan lain yang hanya dapat diandalkan dengan satu unit sumur pompa/bor dalam. Cakupan layanan PAMSIMAS di Desa Tegaldowo dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut.
Jumlah Pelanggan
42
70 60 50 40 30 20 10 0
59 51 34
37
43 33 21
26
21
16
10
Wilayah Pelayanan
Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) 2016
Gambar 4 Cakupan layanan PAMSIMAS tahun 2015 Keuntungan yang dirasakan masyarakat yang menggunakan program PAMSIMAS yaitu tarif yang lebih murah dibandingkan dengan air bersih dari PDAM. Sistem pembayaran air bersih atau air minum pada program PAMSIMAS ditentukan berdasarkan kesepakatan warga Desa Tegaldowo. Besarnya biaya atau tarif air bersih/air minum program PAMSIMAS yang harus dikeluarkan responden melalui sambungan rumah (SR) memiliki tarif progresif yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Tarif progresif air bersih PAMSIMAS di Desa Tegaldowo tahun 2016 No. Kelompok Pelanggan 0-10 m3/bulan 11-20 m3/bulan 1. Sambungan Rumah (SR) Rp 1.100 Rp 1.300 2. Hidran Umum (HU) Rp 5.000/bulan Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) (2016)
21-40 m3/bulan Rp 1.500
Warga Desa Tegaldowo yang memanfaatkan program PAMSIMAS tersebut diwajibakan untuk membayar iuran setiap bulannya ke Badan Pengelola Sarana (BPS) program PAMSIMAS. Sedangkan sistem pembayaran air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan ditentukan atas dasar Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 9: Tahun 2006 Tanggal 22 April 2008 Tentang Pelayanan dan Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Pekalongan. Besarnya tarif air PDAM yang harus dikeluarkan kelompok responden rumah tangga memiliki tarif progresif yang dapat dilihat pada Tabel 7.
43
Tabel 7 Tarif progresif air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2015 Tarif Pengelompokkan Pemakaian Air Kelompok Pelanggan 0-10 m3/bulan 11-20 m3/bulan 21-30 m3/bulan >30m3/bulan Rumah Tangga I Rp 2.000 Rp 2.150 Rp 2.300 Rp 2.450 Rumah Tangga II Rp 2.150 Rp 2.300 Rp 2.450 Rp 2.600 Rumah Tangga III Rp 2.300 Rp 2.450 Rp 2.600 Rp 2.750 Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan (2016)
5.4
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan PAMSIMAS di Desa
Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan sebanyak 45 rumah dan pelanggan PDAM sebanyak 30 rumah. Jumlah responden tersebut diharapkan mampu menggambarkan karakteristik keseluruhan pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Karakteristik responden di lokasi penelitian dijelaskan oleh beberapa kriteria diantaranya jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah pengguna air dalam keluarga, jumlah biaya pengeluaran untuk konsumsi air setiap bulannya, kepemilikan sumur dangkal serta penilaian masyarakat terhadap pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo. Data mengenai karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan data karakteristik responden yang diperoleh pada Tabel 8, sebagian besar responden yang diwawancarai pada pelanggan PAMSIMAS mayoritas berjenis kelamin perempuan sedangkan responden yang diwawancarai pada pelanggan PDAM mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden terbanyak berada pada rentang usia produktif yaitu 36-50 tahun. Sebagian besar responden yang diwawancarai telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD) baik pada responden pelanggan PAMSIMAS maupun pelanggan PDAM. Jumlah anggota keluarga mayoritas responden pelanggan PAMSIMAS maupun pelanggan PDAM berada pada rentang 4-6 orang dalam setiap keluarga. Mayoritas pekerjaan responden adalah buruh dengan pendapatan rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS dan PDAM terbanyak pada rentang 1–2 juta. Biaya pengeluaran terbanyak untuk konsumsi air pada
44
pelanggan PAMSIMAS berada pada rentang 20–40 rb, sedangkan biaya pengeluaran terbanyak untuk konsumsi air pada pelanggan PDAM 40-60 rb. Tabel 8 Data karakteristik responden Desa Tegaldowo (n=75) Kategori
Responden Jumlah (orang) Presentase (persen) Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan PAMSIMAS PDAM PAMSIMAS PDAM
1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia a. 21-35 tahun b. 36-50 tahun c. 51-65 tahun d. 66-80 tahun 3. Tingkat Pendidikan a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA 4. Penghasilan a. < 1 juta b. 1 – 2 juta c. 2 – 3 juta d. > 3 juta 5. Pekerjaan a. Buruh b. Pedagang c. Ibu Rumah Tangga d. Wiraswasta e. Karyawan Swasta 6. Jumlah Pengguna Air a. 1-3 orang b. 4-6 orang c. 7-9 orang d. 10-12 orang 7. Biaya Pengeluaran untuk Konsumsi Air a. < 20 rb b. 20 – 40 rb c. 40 – 60 rb d. > 60 rb 8. Kepemilikan sumur a. Memiliki sumur b. Tidak memiliki sumur 9. Tingkat Pelayanan a. Baik b. Tidak baik Sumber: Hasil analisis data (2016)
29 16
20 10
57,78 42,22
66,67 33,33
13 21 8 3
6 12 9 3
28,89 46,67 17,78 6,67
20 40 30 10
2 23 12 8
1 21 6 2
4,44 51,11 26,67 17,78
3,33 70 20 6,67
17 23 4 1
8 20 2 -
37,78 51,11 8,89 2,22
26,67 66,66 6,67 -
26 6 6 6 1
21 2 3 2 2
57,77 13,33 13,33 13,33 2,22
70 6,67 10 6,67 6,67
14 25 6 -
9 14 6 1
31,11 55,56 13,33 -
30 46,67 20 3,33
11 34 -
4 17 9
24,44 75,56 -
8,88 37,78 20
30 15
9 21
66,67 33,33
30 70
10 35
27 3
22,22 77,78
90 10
45
Sebelum tahun 2008, penduduk Desa Tegaldowo menggunakan air yang berasal dari sumur gali untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kedalaman sumur gali yang dibuat oleh masing-masing rumah tangga pun tidak terlalu dalam yaitu hanya sekitar 3-5 meter. Semakin berkembangnya dan bertambahnya industri maupun penduduk menyebabkan masalah air di Desa Tegaldowo. Inti masalahnya adalah air tanah atau air sumur dangkal yang tercemar akibat adanya industri batik yang membuang limbahnya di sungai tanpa melalui IPAL, serta lokasi Desa Tegaldowo yang letaknya cukup dekat dengan laut sehingga beberapa sumur dangkal tercemar. Sumur dangkal yang dimilikipun sekarang hanya dapat digunakan untuk keperluan cuci piring dan perabotan dapur saja, bahkan beberapa warga yang sebelumnya memiliki sumur telah menutup sumurnya dan tidak memakai air sumurnya lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan sehari-hari lainnya sehingga sebagian besar penduduk Desa Tegaldowo menggunakan air bersih dari program PAMSIMAS. Pelayanan terhadap kualitas dan tersedianya air sering menjadi masalah yang meresahkan anggota masyarakat pengguna. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden pengguna air dengan program PAMSIMAS dijelaskan bahwa terdapat sekelompok masyarakat yang mendapatkan debit air yang kecil sehingga muncul keluhan mengenai distribusi air. Oleh karena itu pihak pengelola (BPS) mencoba mencari cara untuk mengatasi masalah kekurangan air ini dan mengatasi masalah distribusi air dengan memperbaiki dan meninjau kembali pipa yang disalurkan kepada masyarakat. Sedangkan 90 persen atau sebanyak 27 responden pengguna air yang berasal dari PDAM memberikan nilai baik terhadap pelayanan PDAM di Desa Tegaldowo. Masyarakat yang menyatakan tingkat pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS tidak baik adalah masyarakat yang menyatakan mahalnya harga air PDAM. Masyarakat yang menyatakan tingkat pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS tidak baik adalah masyarakat yang menerima air dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak mengalir selama beberapa hari. Terdapat 82,22 persen yang menyatakan pelayanan BPS dalam mengelola tidak baik. Alasan utama mereka adalah pasokan air yang tidak lancar, jumlah debit air yang mereka peroleh tidak seperti biasanya. Kondisi ini menyebabkan masyarakat resah. Pemungutan iuran air juga
46
mengalami kendala akibat masalah ini, karena air jarang mengalir sehingga masyarakat tidak mau/susah untuk membayar iuran.
47
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1
Perbandingan Pengeluaran Konsumsi Air dari Pendapatan Alokasi konsumsi air bersih rata-rata didapat dari total pengeluaran seluruh
responden dibagi dengan jumlah responden. Data alokasi konsumsi air bersih rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 9. Total pengeluaran seluruh responden pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar Rp 1.012.900 per bulan, sedangkan total pengeluaran seluruh responden pada rumah tangga responden pelanggan PDAM adalah sebesar Rp 1.822.550 per bulan. Angka tersebut didapat dari penjumlahan pengeluaran rumah tangga responden pada masing-masing kategori pelanggan. Jumlah rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS sebanyak 45 orang dan rumah tangga responden pelanggan PDAM sebanyak 30 orang. Total pengeluaran yang diapatkan dari responden pelanggan PAMSIMAS adalah ketika debit air yang dikonsumsi diasumsikan lancar sebelum terjadi penurunan debit air yang diakibatkan peningkatan jumlah konsumen sehingga kondisi PAMSIMAS sama dengan pelanggan PDAM. Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata harga air yang didapatkan dari perhitungan total pengeluaran untuk konsumsi air seluruh responden dibagi dengan total konsumsi air seluruh responden. Hasil perhitungan yang didapatkan dari program PAMSIMAS yaitu nilai rata-rata harga air sama dengan harga air, hal ini disebabkan oleh tidak diberlakukannya biaya tetap (total fixed cost) sedangkan PDAM memberlakukan adanya biaya tetap (total fixed cost) untuk administrasi dan pemeliharaan meteran air dalam pembayarannya. Berdasarkan data tersebut, secara nominal dapat dilihat bahwa pengeluaran konsumsi air pada rumah tangga responden pelanggan PDAM lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS karena tarif air yang diberlakukan oleh program PAMSIMAS lebih kecil dibandingkan PDAM.
48
Tabel 9 Perbandingan alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM
No.
Kategori
Jumlah Responden (orang)
Total Total Pengeluaran Konsumsi untuk Konsumsi Rata-rata Harga Air Air Seluruh Air Seluruh Harga Air (Rp/m3) Responden Responden (Rp/m3) (m3/bulan) (Rp/bulan) 841 1.012.900 1.204 1.204
1. Pelanggan 45 PAMSIMAS 2. Pelanggan 30 PDAM Sumber: Hasil analisis data (2016)
715
1.670.000
2.336
2.126
Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih dapat dilakukan dengan cara membandingkan persentase konsumsi air terhadap pendapatan antara rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM. Data proporsi alokasi konsumsi air bersih terhadap pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM terhadap pendapatan
No.
Kategori
Rata-rata Pendapatan per Rumah Tangga (Rp/bulan)
22.508
Persentase Pengeluaran Konsumsi Air terhadap pendapatan (%) 1,91
55.667
4,71
Rata-rata Pengeluaran untuk Konsumsi Air per Rumah tangga (Rp/bulan)
1.
Pelanggan 1.177.778 PAMSIMAS 2. Pelanggan 1.181.667 PDAM Sumber: Hasil analisis data (2016)
Pendapatan rata-rata rumah tangga responden pada pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar Rp 1.117.778 per bulan, sedangkan pada pelanggan PDAM sebesar Rp 1.181.667 per bulan. Rata-rata konsumsi air per rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar Rp 22.508 per bulan, sedangkan pada rumah
tangga
responden
pelanggan
PDAM
sebesar
Rp
55.667
per
bulan.Persentase rata-rata konsumsi air terhadap pendapatan didapat dari penjumlahan persentase rumah tangga responden pada masing-masing kategori dibagi jumlah responden. Persentase rata-rata konsumsi air terhadap pendapatan pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar 1,91 persen, sedangkan pada pelanggan PDAM sebesar 4,71 persen. Berdasarkan data tersebut
49
dapat disimpulkan bahwa secara nominal pengeluaran konsumsi air pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS lebih kecil dibandingkan dengan rumah tangga responden pelanggan PDAM sehingga proporsi pengeluaran untuk konsumsi air rumah tangga responden pelanggan PDAM menjadi lebih besar dibandingkan dengan proporsi pengeluaran untuk konsumsi air rumah tangga responden pelanggan PDAM. Masyarakat Desa Tegadowo memiliki rata-rata pendapatan yang rendah sehingga kehadiran layanan air berupa program PAMSIMAS dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat yaitu penghematan pengeluaran untuk air dibandingkan dengan jika menggunakan air PDAM. Hal ini menyebabkan program PAMSIMAS harus berkelanjutan agar masyarakat Desa Tegaldowo dapat menikmati layanan air bersih secara terus-menerus. Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi permanen pasokan air bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara. Pertama yaitu keberlanjutan operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya. Kedua yaitu keberlanjutan layanan air setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PAMSIMAS yang idealnya hanya bersumber dari iuran air yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya harus mampu membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS yang sudah terbangun dan rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif air minum dari masyarakat karena Departemen Pekerjaan Umum tidak terusmenerus melakukan bisnis dalam bidang air dengan memberikan bantuan kepada Desa dalam menangani masalah air bersih. Pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat dapat menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu badan intansi pemerintah yang memiliki tugas khusus dalam menyalurkan air bersih. Nyatanya PDAM belum dapat secara merata mendistribusikan air ke seluruh wilayah sehingga PDAM harus mengembangkan wilayah pelayanan dengan cakupan yang lebih luas.
50
6.2
Evaluasi Tarif Dasar berdasarkan Mekanisme Full Cost Recovery Tarif air merupakan salah satu unsur penentu untuk memperoleh pendapatan
dari penjualan air, sedangkan pendapatan sangat penting untuk kegiatan pembiayaan operasional pengelolaan agar tetap berkelanjutan. Besar kecilnya pendapatan sangat bergantung dari besar-kecilnya tarif yang diberlakukan. Aliran pendapatan menjadi terbatas karena adanya biaya operasional yang tinggi dan banyaknya volume air yang hilang. Pendapatan PAMSIMAS terutama dari penetapan tarif merupakan sumber pembiayaan untuk biaya operasional PAMSIMAS, namun posisi PAMSIMAS yang merupakan program nasional pemerintah juga berorientasi publik menjadi sulit untuk menaikan tarif. Penetapan tarif program PAMSIMAS di lokasi penelitian melalui mekanisme melibatkan satu wilayah di Desa Tegaldowo sebagai daerah otonom. Pendapatan program PAMSIMAS harus memenuhi prinsip pemulihan biaya agar tidak mengalami kerugian. Pemulihan biaya secara penuh (Full Cost Recovery) dicapai dari hasil perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan biaya dasar. PAMSIMAS melakukan pengembangan pelayanan air minum tarif rata-rata yang harus menutup biaya dasar ditambah tingkat keuntungan yang wajar. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum terdapat biaya dasar yang merupakan biaya usaha yang dibagi volume air terproduksi setelah dikurangi dengan volume kehilangan air standar atau dengan kata lain sebagai jumlah air terdistribusi. Biaya pengelolaan PDAM yang meliputi biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi dan biaya keuangan dalam periode satu tahun. Produksi air bersih oleh PAMSIMAS setiap waktu membutuhkan biaya rutin yang dikeluarkan setiap periodenya oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS. Mengadopsi peraturan menteri dalam negeri tersebut maka biaya rutin yang dikeluarkan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan mencakup dua komponen yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya yang terkait langsung dengan
51
produksi air, yaitu biaya penggunaan listrik, biaya teknisi, biaya pemeriksaan air, biaya pemeliharaan dan biaya tambahan lainnya. Terdapat biaya tidak langsung yang terdiri dari biaya gaji pengelola, biaya pelatihan pengelola dan biaya lainnya. Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya rutin yang dikeluarkan PAMSIMAS Desa Tegaldowo terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Total biaya langsung PAMSIMAS Desa Tegalddowo pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp 42.363.680, sedangkan total biaya tidak langsung PAMSIMAS Desa Tegaldowo pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp 22.404.700, sehingga total biaya PAMSIMAS adalah sebesar Rp 64.768.380. Penentuan tarif ini diestimasi berdasarkan biaya peneglolaan yang dikeluarkan pada tahun 2015 karena mempertimbangkan ketersediaan dan kelengkapan data serta menggambarkan kondisi terkini pengelolaan. Tabel 11 Biaya pengelolaan PAMSIMAS Tahun 2015 Bulan
Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung (Rp) (Rp) Januari 3.798.500 1.315.000 Februari 2.833.800 1.642.500 Maret 2.577.800 1.390.000 April 3.038.000 2.868.500 Mei 2.738.700 2.072.000 Juni 5.729.500 2.005.000 Juli 2.750.000 2.881.700 Agustus 3.081.200 2.198.500 September 2.803.230 1.641.500 Oktober 3.472.250 1.368.500 November 3.606.000 1.714.500 Desember 5.934.700 1.307.000 Total Biaya 42.363.680 22.404.700 Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) 2016
Jumlah Biaya (Rp) 5.113.500 4.476.300 3.967.800 5.906.500 4.810.700 7.734.500 5.631.700 5.279.700 4.444.730 4.840.750 5.320.500 7.241.700 64.768.380
Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, penetapan tarif air PDAM terbagi menjadi empat jenis tarif yaitu tarif rendah, tarif dasar, tarif penuh, dan tarif khusus yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Setiap PDAM pada dasarnya diberikan kebebasan dalam menentukan kebijakan jenis-jenis pelanggan untuk setiap kelompok berdasarkan kondisi obyektif dan karakteristik pelanggan di daerah masingmasing asalkan sesuai dengan Permendagri no. 23 tahun 2006 tersebut.
52
Penelitian ini hanya membahas mengenai estimasi tarif dasar air PAMSIMAS dikarenakan terbatasnya data yang dapat penulis peroleh karena memang pihak pengelola hanya mempunyai catatan nama pelanggan dan jumlah pelanggan, namun tidak melakukan pengumpulan data kelompok, misalnya data kelompok pelanggan, jumlah pelanggan untuk setiap kelompok pelanggan, blok konsumsi, jumlah pelanggan untuk setiap blok konsumsi, dan lain-lain. Selain itu karena tarif dasar merupakan faktor penentu untuk penentuan tarif atau harga air dimana harga pokok produksi atau tarif dasar menjadi acuan untuk perhitungan tarif rendah maupun tarif penuh berdasarkan konsep pengembalian biaya penuh. Dalam perhitungan biaya pengelolaan PAMSIMAS Desa Tegaldowo oleh Badan Pengelola Sarana di atas belum memasukkan biaya penyusutan, terutama penyusutan untuk pembelian barang atau alat investasi seperti pompa submersible, pipa, reservoir, dan alat lainnya yang nilainya cukup besar. Kondisi ini menyebabkan pendapatan BPS rendah sehingga bila kondisi ini berlangsung secara terus menerus, maka bila pada suatu saat ada kerusakan misalnya kerusakan
pompa,
memperbaiki.
maka
tidak
ada
biaya
untuk
membeli
atau
Besarnya biaya penyusutan program PAMSIMAS di Desa
Tegaldowo adalah Rp 19.808.000 per tahunnya sehingga jika dihitung tarif dasarnya dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Perhitungan tarif dasar PAMSIMAS Desa Tegaldowo No 1. a.
Uraian Satuan Biaya Dasar Total Biaya Usaha Rp/Tahun PAMSIMAS (TBU) b. Total Volume Air m3/Tahun Terproduksi (VAP) c. Tingkat Kehilangan %/Tahun Air (TKA) d. Volume Kehilangan m3/Tahun Air (VKA) e. Biaya Dasar (BD) Rp/m3 2. Tarif Dasar (TD) a. Biaya Dasar (BD) Rp/m3 b. Tarif Dasar Air (TD) Rp/m3 Sumber: Hasil analisis data (2016)
Jumlah
Keterangan
84.576.380 Jumlah total biaya operasional dan penyusutan 70.009,92 Data primer 20 Rataan kehilangan air 14.001,984 VKA = TKA x VAP 1.510 BD = TBU/(VAP-VKA) 1.510 1.510 TD = BD
Tabel 12 memperlihatkan volume air yang diproduksi PAMSIMAS tahun 2015 adalah sebesar 70.009,92 m3/tahun yang diperoleh dari data primer hasil
53
wawancara dengan pihak Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS. Tingkat kehilangan air yang digunakan adalah 20% sehingga volume kehilangan air sebesar 14.001,984 m3/tahun. Biaya dasar diperoleh dari total biaya usaha dibagi selisih antara volume air terproduksi dengan volume kehilangan air. Biaya dasar produksi air per m3 adalah Rp 1.510. Tarif dasar adalah tarif yang sama dengan biaya dasar yang dikeluarkan, sehingga tarif dasar air bersih PAMSIMAS Desa Tegaldowo adalah sebesar Rp 1.510/m3. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa tarif dasar yang berlaku saat ini sebesar Rp 1.300 per m3 belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme biaya pemulihan penuh. Perhitungan tarif pemulihan biaya penuh dapat digunakan agar program PAMSIMAS dapat berkelanjutan.
6.3
Estimasi Nilai WTP Konsumen Rumah Tangga Terhadap Pelayanan dan Ketersediaan Air Bersih Pendekatan CVM dalam penelitian digunakan untuk menganalisis WTP
pengguna air terhadap pembayaran pelayanan air bersih pada program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo. Hasil pelaksanaan CVM sebagai berikut: 1. Membangun Pasar Hipotetik (Setting-up the Hypothetical Market) Responden diberikan informasi mengenai program, pelayanan dan sumber penyediaan air bersih di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Peneliti juga memberitahukan masalah yang belakangan ini meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu unit untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak hingga saat ini terdapat 351 sambungan rumah (SR) sehingga Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS ingin melakukan peningkatan pelayanan. Hal ini dimaksudkan agar responden mempunyai gambaran tentang situasi pasar hipotetik yang dimaksud dan responden dapat memberikan informasi mengenai sejumlah uang yang bersedia dibayarkan. 2. Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids) Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Closed-Ended Questions. Hal ini bertujuan agar responden dapat langsung memilih besarnya
54
nilai yang bersedia dibayarkan. Harga minimum digunakan untuk menghindari undervalue adalah tarif dasar penggunaan air blok 1 – 10 m3 yaitu sebesar Rp 1.100 dan dasar penggunaan harga maksimum adalah diatas tarif penggunaan air blok >21 m3. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP) Dugaan nilai rataan WTP dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden. Data distribusi rata-rata WTP masing masing responden dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13 Distribusi nilai rataan WTP responden Responden Frekuensi (orang) Frekuensi Relatif (%) 1. 6 0,13 2. 3 0,07 3. 6 0,13 4. 14 0,31 5. 7 0,16 6. 6 0,13 7. 3 0,07 Total 45 1 Sumber: Hasil analisis data (2016) No.
Nilai WTP (Rp/m3) 1100 1200 1300 1500 1700 2000 2100
Jumlah (Rp/m3) 143 84 169 465 272 260 147 1.540
Berdasarkan Tabel 13, perhitungan rataan WTP (MWTP) menghasilkan nilai sebesar Rp 1.540 per rumah tangga per m3. Nilai tersebut mencerminkan besarnya kesediaan membeli responden terhadap produksi air bersih pada program PAMSIMAS Desa Tegaldowo. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai WTP yang rela dibayarkan masyarakat pengguna air bersih dari program PAMSIMAS lebih besar dengan iuran sebelumnya yang telah berlaku yaitu seperti yang dinyatakan dalam Tabel 7 dan lebih dari tarif dasar air dengan menggunakan full cost recovery seperti yang dinyatakan dalam Tabel 12. Hal ini menyebabkan program PAMSIMAS dapat melakukan peningkatan pelayanannya sehingga dapat berjalan dengan baik sehingga kualitas dan kuantitas air yang dialirkan ke masyarakat menjadi lebih baik. Nilai ini juga diharapkan dapat menjadi kebijakan untuk BPS dalam menetapkan iuran air. 4. Menduga Kurva WTP Kurva WTP responden dibentuk berdasarkan masing – masing nilai WTP responden terhadap produksi air bersih/minum pada program PAMSIMAS Desa Tegaldowo. Kurva WTP disajikan melalui Gambar 5.
Nilai WTP (Rp)
55
2500 2000 1500 1000 500 0
2100
3
2000
9
1700
1500
1300
16 30 36 Responden (orang)
1200
1100
39
45
Sumber: Hasil analisis data (2016) Gambar 5 Kurva WTP responden Kurva diatas mengambarkan hubungan tingkat WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat WTP tersebut. Terlihat pada Gambar 5 tersebut slope kurva WTP responden bernilai negatif, artinya semakin tinggi nilai WTP maka semakin sedikit orang yang bersedia membayar. Kurva WTP pada Gambar 5 di atas juga dapat di kategorikan sebagai kurva permintaan karena semakin murah tarif pemakaian air, semakin banyak rumah tangga responden yang bersedia membayar, sebaliknya, semakin mahal tarif pemakaian air, maka akan semakin sedikit rumah tangga responden yang bersedia membayar. 5. WTP Agregat atau Total WTP (TWTP) Nilai total WTP masyarakat pengguna air dihitung berdasarkan data distribusi WTP dengan menggunakan rumus perkalian antara nilai rataan WTP dengan jumlah responden. TWTP = MWTP x jumlah responden TWTP = 1540 x 45 TWTP = 69.300 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP responden air bersih program PAMSIMAS Desa Tegaldowo adalah Rp 69.300 per m³. Nilai tersebut merupakan hasil akumulasi WTP pada masing-masing kelas WTP responden pengguna sumberdaya air di Desa Tegaldowo.
56
6.4
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Dalam rangka mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
maka telah ditetapkan enam variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Model regresi yang baik harus memenuhi persyaratan uji asumsi klasik yaitu
uji
normalitas,
uji
heteroskedastisitas,
uji
autokorelasi
dan
uji
multikolineritas. Model yang dihasilkan telah diuji dan dari keempatnya tidak terdapat pelanggaran (uji ekonometrika data disajikan pada Lampiran 5). Hasil masing-masing uji tersebut adalah: 1. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dalam model dapat dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data memiliki hubungan linier sempurna antara peubah bebas dalam model atau tidak. Hasil regresi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF < 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas pada model. 2. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam model dapat dilakukan dengan Uji Durbinwatson (DW) dengan software SPSS 16. Berdasarkan hasil uji, nilai DW yang didapatkan adalah sebesar 1,686 yaitu berada di antara 1,55 – 2,46. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data dalam model regresi memenuhi uji autokorelasi atau tidak terjadi pelanggaran autokorelasi pada model. 3. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Z dengan software SPSS 16. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,786 atau lebih besar dari taraf nyata 5% (Lampiran 6) maka data terdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam regresi memenuhi uji normalitas atau terdistribusi normal. 4. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan Uji Glejser (Lampiran 7) yaitu dengan melakukan regresi dari nilai absolut dengan variabelvariabel bebas. Dari hasil yang didapatkan yaitu nilai sig bernilai 0,386 yang
57
artinya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada heterokedastisitas. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel bebas (independent) yang diduga mempengaruhi variabel terikat (dependent) yaitu usia, jumlah pengguna air, pendidikan, pendapatan, dummy jenis kelamin, dan dummy pelayanan. Hasil analisis regresi linier berganda nilai WTP masyarakat pengguna air dapat dilihat pada Tabel 14. Model regresi linier berganda yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: WTP = 510,353 + 135,683 DJK + 78,439 DPLYN + 1,583 U + 33,775 JPA + 227,161 PDDKN + 0,00009 PDPTN Keterangan: U
= Usia responden (tahun)
JPA
= Jumlah Pengguna Air (orang)
PDDKN = Pendidikan responden (1= tidak sekolah, 2= SD, 3= SMP, 4=SMA) PDPTN = Pendapatan responden (Rp/bulan) DJK
= Dummy Jenis Kelamin (1= laki-laki, 0= perempuan)
DPLYN = Dummy Pelayanan (1= baik, 0= tidak baik) Tabel 14 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016 Variabel Konstanta Dummy Jenis Kelamin (DJK) Dummy Pelayanan (DPLYN) Usia (U) Jumlah Pengguna Air (JPA) Pendidikan (PDDKN) Pendapatan (PDPTN) R-Square Adjusted R-Square Durbin-Watson F Sig Asymp. Sig (2-tailed) Uji Glejser Sumber: Hasil analisis data (2016)
Koefisien 510,353 135,683 78,439 1,583 33,775 227,161 9,9637E-05 0,868 0,847 1,686 121,733 0,000 0,786 0,386
Sig 0,000 0,006* 0,144**** 0,331 0,022** 0,000* 0,051***
VIF 1,609 1,448 1,299 1,533 2,508 3,184
58
Keterangan: * : berpengaruh nyata (signifikan) pada α ** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 5 *** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 0 **** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 5%
Berdasarkan hasil regresi, model yang dihasilkan dalam penelitian ini baik. Nilai Adjusted R-square sebesar 84,7 persen. Artinya melalui model yang dibangun variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 84,7 persen sedangkan sisanya 15,3 persen diterangkan oleh variabel independen lain yang tidak terdapat dalam model. Dalam Garrod dan Willis (1999), dinyatakan bahwa dalam penelitian dengan Contingent Valuation, dalam hal ini penelitian untuk barang lingkungan, R2 adjusted yang diperoleh minimal 0,15 atau 15 persen. Analisis WTP merupakan bagian dari analisis dengan Contingent Valuation, maka penelitian ini dinilai cukup baik karena nilai R2 yang diperoleh lebih besar dari 15 persen. Hasil uji F menunjukkan bahwa sig 0,000 < 0,1 yang berarti variabel bebas yang digunakan dalam model berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP pada taraf nyata 15%. Hasil dari uji t adalah sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Variabel jenis kelamin memiliki sig sebesar 0,006 sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α
0,01 (10%). Koefisien
pada variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai 135,683. Tanda positif (+) menunjukkan bahwa responden laki-laki akan memiliki nilai WTP yang lebih tinggi sebesar Rp 135,683 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa responden laki-laki bertindak sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga cenderung akan lebih tegas dalam mengambil keputusan dibandingkan responden perempuan. 2. Pelayanan Variabel penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS (PLYN) untuk kategori satu memiliki nilai sig 0,144 kurang dari taraf α
5
(0, 44 < α
terhadap model pada taraf α
5%) sehingga variabel berpengaruh nyata
0, 5 ( 5%). Koefisien pada variabel ini bertanda
positif (+) dengan nilai 78,439. Tanda positif (+) menunjukkan semakin baik penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam mengelola
59
PAMSIMAS (PLYN) maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp 78,439 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS sehingga nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan semakin tinggi. 3. Jumlah Pengguna Air Variabel jumlah pengguna air memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau taraf nyata 5%, artinya variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf alpha 0,05. Variabel pengguna air memiliki koefisien yang bertanda positif (+) sebesar 33,775 artinya setiap penambahan satu orang pengguna air dalam satu rumah tangga akan meningkatkan nilai WTP sebesar Rp 33,775 per m3. Hal ini disebabkan semakin banyak pengguna air semakin tinggi iuran yang akan dibayarkan. 4. Pendidikan Variabel pendidikan memiliki nilai sig sebesar 0,000 sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α
0,0 (
). Koefisien
pada variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 227,161. Tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin tingginya pendidikan responden sebanyak 1 jenjang pendidikan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp 227,161 dengan asumsi cateris paribus. Karena responden yang berpendidikan tinggi cenderung untuk mengkalkulasikan terlebih dahulu nilai WTP yang bersedia dia bayarkan sehingga nilai yang WTP yang diharapkan responden tidak sembarangan. 5. Pendapatan Variabel pendapatan memiliki sig sebesar 0,051 sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α
0,1 (10%). Koefisien pada
variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0,00009. Tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin tingginya pendapatan responden sebanyak 1 satuan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp 0,00009 atau semakin tingginya pendapatan responden sebanyak Rp 100.000 satuan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp
60
9 dengan sumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam pembayaran jasa pelayanan air bersih atau responden yang memiliki pendapatan tinggi merasa berkecukupan untuk mengeluarkan biaya untuk membayar air sehingga nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan semakin tinggi.
6.5 Implikasi Kebijakan Pengelolaan untuk Keberlanjutan Program PAMSIMAS Pengelolaan air pada masa yang akan datang menjadi hal yang penting dikarenakan sumberdaya air memiliki nilai historis yang mengaitkan antara kepentingan masa sekarang dengan kepentingan pada masa yang akan datang. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan merupakan bagian penting dalam kehidupan individu baik di perkotaan maupun di pedesaan khususnya di wilayah Desa Tegaldowo. Kebijakan pengelolaan sumberdaya air diperoleh berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap tinjauan lapang dan hasil pengolahan data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa tarif dasar air aktual masih berada dibawah tarif dasar yang diperoleh berdasarkan Full Cost Recovery. Nilai kesediaan membayar (WTP) pelanggan terhadap pelayanan akses air bersih berada di atas tarif air aktual. Setelah didapatkan hasil analisis tarif air dan nilai estimasi WTP masyarakat pelanggan layanan air program PAMSIMAS Desa Tegaldowo, hasil yang didapatkan akan ditujukan untuk mendapatkan gambaran perbandingan tarif air dan preferensi harga konsumen. Kenaikan tarif yang mencapai kriteria Full Cost Recovery dapat diberlakukan Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS karena menimbang kemampuan membayar masyarakat (WTP). Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola atau Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS yaitu dengan penambahan iuran atau peningkatan tarif dasar air bersih pada masyarakat yang memanfaatkan air bersih pada program PAMSIMAS. Penambahan tarif tersebut digunakan untuk pengelolaan dan keberlanjutan PAMSIMAS di Desa Tegaldowo sebesar nilai rata-rata WTP yang
61
didapat dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan yaitu Rp 1.540. Penambahan pembayaran iuran air ini digunakan dalam meningkatkan pelayanan berupa penambahan sumber air agar jumlah pasokan air bertambah khususnya mengantisipasi terbatasnya jumlah air dalam melayani pelanggan PAMSIMAS dan menambah jumlah pelanggan yang sudah menunggu pemasangan sambungan baru ke rumah-rumah. Peningkatan pelayanan menyebabkan peningkatan biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk pengelolaan PAMSIMAS. Penentuan tarif dasar yang telah dihitung di atas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan iuran PAMSIMAS setelah adanya peningkatan pelayanan PAMSIMAS dan keberlanjutan PAMSIMAS di masa yang akan datang agar program PAMSIMAS dapat terus berjalan dengan kemandirian karena status keberlanjutan program PAMSIMAS Desa Tegaldowo dipegang dan dikelola oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS. Dukungan kegitan dan manajemen pelaksanaan program PAMSIMAS bagi penguatan keberlanjutan berupa hibah terbagi menjadi dua bagian yaitu: a. Hibah insentif desa/kelurahan Tujuan pemberian Hibah Insentif Desa/Kelurahan (HID) adalah untuk memberikan insentif atau penghargaan kepada sejumlah desa/kelurahan yang sudah pernah mendapat program PAMSIMAS dan juga meningkatkan, memperluas cakupan layanan air minum dan sanitasi desa. Dalam konteks keberlanjutan, HID mendorong desa/kelurahan untuk selalu meningkatkan kinerja layanan air minum dan sanitasinya. Sebagai suatu penghargaan, maka HID diberikan pada desa-desa yang telah melaksanakan program dengan baik dan melampaui standard kinerja pencapaian target air minum, sanitasi (SBS) dan kesehatan/PHBS, baik desa reguler maupun replikasi. Desa Tegaldowo pada tahun 2016 mendapatkan hibah tersebut dan direncanakan dana yang didapatkan akan digunakan untuk melakukan peningkatan pelayanan berupa penambahan sumber air dan pompa air yang akan dilakukan oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo.
62
b. Hibah insentif kabupaten/kota Tujuan pemberian Hibah Insentif Desa/Kelurahan (HID) adalah untuk mendorong pencapaian kinerja yang lebih baik di kabupaten/kota sasaran Program PAMSIMAS. HIK diberikan kepada kabupaten/kota yang memiliki kinerja yang baik, memiliki program keberlanjutan pengembangan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, dan siap menerapkan pola kemitraan dengan masyarakat dan Pemerintah Pusat dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs bidang air minum dan sanitasi khususnya di perdesaan. Tujuan pemberian HIK adalah untuk mendukung kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Pada kabupaten/kota yang terpilih, HIK menjadi dana tambahan atas porsi pendanaan APBD dan porsi kontribusi masyarakat dalam upaya kabupaten/kota bagi keberlanjutan pengembangan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
63
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1
SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka simpulan dari
penelitian ini adalah: 1.
Proporsi pengeluaran untuk konsumsi air pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS lebih kecil sebesar 1,91% dibandingkan dengan rumah tangga responden non PAMSIMAS yaitu sebesar 4,71%. Jadi, masyarakat yang telah berlangganan air bersih program PAMSIMAS lebih hemat dalam pengeluaran untuk konsumsi air daripada masyarakat yang tidak berlangganan PAMSIMAS.
2.
Berdasarkan mekanisme penetapan tarif Full Cost Recovery dengan memasukkan biaya penyusutan maka diperoleh tarif dasar sebesar Rp 1.510/m3 sehingga tarif dasar yang berlaku pada program PAMSIMAS sebesar Rp 1.300/m3 belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme biaya pemulihan penuh.
3.
Nilai kesediaan membayar masyarakat Desa Tegaldowo terhadap program PAMSIMAS memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 1.540/m3.
4.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata (signifikan) mempengaruhi kesediaan responden terhadap peningkatan pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS terhadap model yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, penilaian masyarakat terhadap pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS, jumlah pengguna air, pendidikan dan pendapatan.
7.2
SARAN Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS harus menetapkan kebijakan agar masyarakat dapat memanfaatkan terus menerus. Kebijakan yang dilakukan yakni dengan melakukan penambahan atau peningkatan tarif air pada masyarakat yang memanfaatkan program PAMSIMAS.
64
2.
Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo pada tahun 2016 mendapatkan Hibah Insentif Desa (HID) sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan peningkatan pelayanan berupa penambahan sumber air dan pompa air agar jumlah pasokan air bertambah khususnya mengantisipasi terbatasnya jumlah air agar program dapat berkelanjutan.
3.
Meningkatkan manajemen pengelolaan PAMSIMAS sehingga dana yang terkumpul dari masyarakat dan hibah yang dibeirkan untuk PAMSIMAS teroptimalkan dan peningkatan pelayanan (perbaikan pipa, peningkatan jumlah debit air, dan distribusi air) dapat berjalan dengan baik. Pengelola juga diharapkan memperbaiki sistem administrasi agar seluruh data penggunaan input produksi maupun keuangan pengelolaan dapat digunakan dalam analisa produksi.
4.
Penelitian selanjutnya mengenai analisis tarif air diharapkan tidak hanya sampai pada evaluasi tarif dasar air, melainkan hingga penyusunan skenario tarif air sehingga didapatkan solusi yang lebih baik atas permasalahan yang terjadi.
65
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Presentase rumah tangga menurut provinsi di dan sumber air minum tahun 2014. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur 2016 Jan 4]. Tersedia pada http://bps.go.id. Departemen Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum. Jakarta (ID): Departemen Dalam Negeri Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. . 2010. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Hanley N, Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. England [UK] : Edward Elgar Publishing Limited. Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. [POKJA AMPL]. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. PAMSIMAS [Internet]. Indonesia (ID). Tersedia pada http://ampl.or.id. Kodoatie R. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Otonomi Daerah. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Kusuma NE. 2006. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Kota Madiun. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Data Monografi Desa Tegaldowo. 2016. Laporan Tahunan Desa Tegaldowo Tahun 2016. Mulyanto HR. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air Terpadu. Jakarta (ID): Graha Ilmu. Nazir M. 2002. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Novianty. 2013. Estimasi Willingness to Pay air tanah dan air pipa di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
66
PAMSIMAS. 2008. PROFILE DESA PAMSIMAS 2008 [Internet]. [Diunduh 2016 Jan 11]. Tersedia pada: http://mis.pamsimas.org/profiles/profil.php?thn=2008&prof=1&dana=all&ti pe=reg&id=33261401&wil=JAWA%20TENGAH|PEKALONGAN|Tirto|T egaldowo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 9: Tahun 2006 Tentang Pelayanan dan Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Pekalongan. Rajasa MH. 2002. Tantangan dan Peluang dalam Sumberdaya Air di Indonesia. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. [RI] Republik Indonesia. 1945. Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam. Jakarta (ID): RI. . 1960. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Jakarta (ID): RI. Sanim B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor Air Bersih Bagi Kesejahteraan Publik. Bogor (ID): IPB Press. . 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik (Suatu Tinjauan Teoritis dan Kajian Praktis. Bogor (ID): IPB Press. Siagian TP. 2015. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Supangat A. 2007. Statistika dalam kajian deskriptif, inferensia, dan non parametrik. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Syaukat Y. 2000. Economics of Integrated Surface and Groundwater Use Management In The Jakarta region, Indonesia. [Tesis]. Kanada (C): The University of Guelph : The Faculty of Graduate Studies. Tietenberg, Thomas H. 1984. Environmental and Natural Resource Economics. Scott, Foresman and Company. United States. Walpole. 1982. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Putaka Utama. Wulandari A, Mulyanto H. 2010. Penelitian: Metode dan Analisis. Semarang (ID): CV Agung.
67
LAMPIRAN
68
69
Lampiran 1 kuesioner penelitian untuk masyarakat No : .....
Hari/Tanggal : ........................... INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834 Fax. (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN
Nama Responden
:..................................................................................................
Alamat Responden :.................................................................................................. No. Telepon/HP
:..................................................................................................
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Evaluasi Penentuan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program
Pamsimas di
Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan” oleh Setiana, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga
dapat
memberikan
data
yang
obyektif.
Informasi
yang
Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi yang diberikan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden Masyarakat 1.
Jenis Kelamin : L/P
2.
Usia
:
3.
Status
: a. Menikah
4.
Pendidikan formal terakhir yang anda tempuh?
5.
tahun b. Belum Menikah
a. Tidak pernah sekolah
c. SMP/sederajat
b. SD/sederajat
d. SMA/sederajat
Penduduk asli : a. Ya
b. Tidak
e. Perguruan Tinggi
70
6.
Apakah jenis pekerjaan Anda saat ini? a. PNS (Pegawai Negeri Sipil) b. Petani c. Nelayan d. Pedagang e. Pengusaha / Wirausaha f. Ibu Rumah Tangga g. Lainnya ..........................................
7.
Jumlah pendapatan per bulan: a. Pendapatan kotor
: ......................................................
b. Pendapatan bersih
: ......................................................
c. Pendapatan rutin
: ......................................................
d. Pendapatan tambahan : ...................................................... 8.
Lama tinggal : ....... tahun
9.
Jumlah tanggungan keluarga : ......... orang
10. Status tempat tinggal : a. Milik Sendiri b. Sewa/kontrak c. Lainnya,.................................... 11. Biaya Listrik : Rp................................./bulan 12. Pompa untuk air tanah jika menggunakan air tanah/sumur gali: a. Jetpam b. Sanyo 13. Berapa rata-rata penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari........L 14. Berapa rata-rata biaya pengeluaran untuk konsumsi air? c. Jika menggunakan PDAM
Rp........................../bulan
d. Jika menggunakan PAMSIMAS
Rp........................../bulan
71
B. Informasi tentang Kesediaan Membayar (WTP) Responden Unit Rumah Tangga
Terhadap
Perbaikan
Pelayanan
Air
Bersih
Program
PAMSIMAS “ PAMSIMAS merupakan salah satu sumber air bersih yang digunakan masyarakat Desa Tegaldowo untuk konsumsi Rumah Tangga sehari-hari. Program ini berjalan sejak tahun 2008 dan dibentuk suatu badan kelembaggaan yang berfungsi mengelola PAMSIMAS tersebut. Badan ini disebut BPS (Badan Pengelola Sarana). Akhir-akhir ini timbul masalah dalam debit air yang dialirkan ke masyarakat akibat jumlah menara air hanya satu unit sedangkan pemanfaat air tersebut semakin meningkat. Pihak BPS ingin mengadakan perbaikan pelayanan. Dengan asumsi jumlah air tidak terbatas, air dapat diakses 24 jam, dengan kualitas air bagus standar PDAM. Sehingga masyarakat Desa Tegaldowo tidak akan kekurangan pasokan air bersih.” 1.
Dari uraian di atas, berapa nilai maksimum yang ingin/bersedia Anda bayarkan untuk pelayanan PAMSIMAS yang lebih baik lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat? [ ] Rp 1100-1.500 / m3 Tepatnya................... [ ] Rp 1.600-2.000 / m3 Tepatnya................... [ ] Rp 2.100-2.500 / m3 Tepatnya................... [ ] > Rp 2.500 / m3 Tepatnya...................
2.
Mengapa Anda bersedia membayar biaya diatas sebesar tersebut? Jika tidak bersedia: [ ] Tidak memerlukan jaringan air perpipaan [ ] Biaya pemasangan sambungan baru PAMSIMAS mahal [ ] Lainnya: ........................................ Jika bersedia: [ ] Air tanah tercemar [ ] Keperluan pembelian air bersih [ ] Kemudahan akses memperoleh air bersih [ ] Harga air hydran/keliling mahal [ ] Keperluan sehari-hari [ ] Lainnya: ..........................................
72
3.
Menurut Anda, apakah harga air yang kini Anda bayarkan mahal atau tidak? a. Mahal, berapa harga air bersih per meter kubiknya yang seharusnya Anda bayar? b. Tidak
4.
Menurut Anda, apakah biaya pemasangan sambungan pipa yang Anda bayarkan mahal atau tidak? a. Mahal, berapa biaya pemasangan yang seharusnya Anda bayar? b. Tidak
5.
Menurut Anda, bagaimana penilaian anda terhadap pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS? a. Baik b. Tidak Baik, alasan.......................................................................
6.
Kritik, saran dan harapan Anda terhadap Pemerintah dalam mengatasi penurunan kuantitas dan kualitas air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh responden unit rumah tangga: Kritik: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Saran: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Harapan: ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. .........................................................................................................................
73
Lampiran 2 kuesioner penelitian untuk pengelola No : .....
Hari/Tanggal : ........................... INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834 Fax. (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Evaluasi Penentuan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan” oleh Setiana, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga
dapat
memberikan
data
yang
obyektif.
Informasi
yang
Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi yang diberikan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden Nama
:
Alamat
:
Jenis Kelamin
: L/P
Usia
: ..... tahun
Status
: Menikah/belum menikah
Jabatan
:
B. Gambaran Umum Pengelolaan PAMSIMAS 1.
Sudah berapa lama PAMSIMAS ini berdiri? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
74
2.
Berapa pengguna air minum dari PAMSIMAS di desa ini? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
3.
Apa saja kegiatan yang dilakukan pengelola PAMSIMAS? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
4.
Bekerja sama dengan siapa sajakah PAMSIMAS ini? ............................................................................................................................ .............................................................................................................................
5.
Resiko apa sajakah yang anda hadapi pada pengelolaan PAMSIMAS? ............................................................................................................................ .............................................................................................................................
6.
Apa saja bangunan yang telah didirikan dalam pelaksanaan program nasional PAMSIMAS? .............................................................................................................................
7.
Berapa besar debit air yang dihasilkan per bulannya? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
8.
Berapa lama air akan hidup? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
9.
Berapa lama air akan dimatikan? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
10. Masalah apa saja yang dihadapi PAMSIMAS? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 11. Berapa jumlah pengelola PAMSIMAS? ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
75
12. Apakah warga atau masyarakat sekitar ikut berpartisi aktif dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan PAMSIMAS? Jika ya, ada berapa? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 13. Apakah PAMSIMAS ini mendapatkan keluhan dari lingkungan sekitar? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 14. Bagaimana sistem pembayaran bagi pengguna PAMSIMAS? .............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 15. Pembayaran yang dilakukan oleh masayarakat digunakan untuk apa saja? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 16. Berasal dari mana sajakah sumber modal dari PAMSIMAS? Berapa jumlahnya (rupiah)? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................ 17. Bagaimana komponen biaya pengelolaan baik langsung maupun tidak langsung PAMSIMAS pada tahun 2015? (Biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya umum dan administrasi, biaya lain-lain) ............................................................................................................................. ......................................................................................................................
76
Lampiran 3 Tabel data responden pelanggan PAMSIMAS
Nama Nurma Islamiah Miftahul Junaedah Diah Wati Suhardi Siti Kartono Rodhi Yati Hendri Maemunah Ana Rina Afifah Slamet Tarono Daryono Yahya Sri Faesol Farozi Jumadi Partinah Sapir Solehah Zaenab Kasdari Abdul Martiono Rifai Aziz Ramadi Wahori Karyem Suhadi
DJK 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
DPLYN 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
U JPA 23 4 24 5 28 5 29 3 29 5 30 5 31 3 32 6 32 9 34 4 34 4 35 5 35 7 37 5 37 6 38 4 39 3 39 3 39 4 39 7 40 4 40 5 40 5 40 5 42 8 45 3 45 3 45 3 45 6 46 6 47 6 48 5 50 4 50 6 52 7 55 8 56 3
PDDKN 3 2 3 2 4 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 2 2 4 4 4 3 2 2 4 3
PDPTN 1000000 1400000 1000000 1000000 1500000 800000 900000 800000 3100000 1000000 600000 2400000 900000 800000 800000 700000 1200000 1000000 1000000 2000000 700000 2400000 800000 1500000 1200000 1000000 500000 450000 1000000 3000000 2500000 2000000 1200000 1000000 800000 1000000 1000000
PKA 24000 20100 24000 20100 17500 24000 24000 24000 21400 22700 31500 24000 24000 14900 24000 11000 27000 31500 17500 24000 27000 21400 17500 21500 24000 24000 27000 31500 21400 11000 27000 24000 11000 27000 31500 27000 30000
WTP 1500 1100 1500 1200 1700 1200 1500 1300 2000 1300 1200 2000 1500 1300 1300 1500 1700 1500 1500 2100 1700 2000 1300 1700 1700 1500 1100 1100 1500 2000 2100 2000 1700 1500 1500 2100 1500
77
Nama Yanto Aminah Raurah Tasmali Dalwi Juri Marizin Akhiar
DJK 1 0 0 1 1 1 1 0
DPLYN 0 1 1 0 0 1 0 1
U JPA 57 6 75 3 60 3 63 3 72 3 65 3 65 4 71 3
PDDKN 4 2 1 2 2 2 3 1
PDPTN 2000000 450000 400000 1000000 1000000 500000 1200000 500000
PKA 17500 13600 24000 31500 13600 21400 22700 13600
WTP 2000 1100 1100 1500 1500 1300 1700 1100
Keterangan: U
= Umur
PDDKN = Pendidikan Terakhir; 1= Tidak sekolah, 2= SD, 3= SMP, 4=SMA PDPTN = Pendapatan PKA
= Pengeluaran untuk Konsumsi Air per Bulan
JPA
= Jumlah Penggunaan Air
DJK
= Dummy Jenis Kelamin; 1= Laki-laki, 0= Perempuan
DPLYN = Dummy Pelayanan BPS; 1= Baik, 0= Tidak baik WTP
= Willingness to Pay
78
Lampiran 4 Tabel data responden pelanggan PDAM
Nama
U
JK
PNDDKN
Toyib Khasanah Isbakhtiar Didik Waluyo Cahyo Azam Susanto Surip Mukmin Wayuti Patriyah Musita Waroti Munatun Warsiti Sunarto Lazim Sartami Romadhon Mujiono Casman Solihin Cosmat Mulyono Sukri Tasiban Wasono Wari Teguh
42 57 35 45 40 39 53 30 55 59 37 40 24 52 33 70 62 39 68 37 58 68 30 58 50 45 59 39 50 29
L P L L L L L L L L P P P P P P L L P L L P L L L L L L P L
SD SD SMP SMP SD SD SMP SMA SMP SD SD SD SD Tidak sekolah SD SD SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SD SD SMP SD SMA
PKRJN Buruh IRT Wiraswasta Buruh Buruh Buruh Buruh Karyawan Swasta Buruh Buruh IRT Buruh Penjahit IRT IRT Buruh industri Wiraswasta Karyawan Swasta Buruh industri Buruh industri Buruh Buruh industri Buruh industri Buruh industri Buruh industri Buruh industri Karyawan Swasta Buruh Buruh Buruh
Keterangan: U
= Umur
PDDKN = Pendidikan Terakhir PKRJN
= Pekerjaan
IRT
= Ibu Rumah Tangga
PDPTN = Pendapatan (Rp/bulan) PKA
= Pengeluaran untuk Konsumsi Air (Rp/bulan)
JPA
= Jumlah Pengguna Air (orang)
PNDPTN
PKA
1200000 1000000 1500000 1200000 1000000 1500000 2500000 3000000 2000000 1500000 900000 1000000 400000 1500000 400000 1000000 1100000 1000000 800000 1000000 1200000 1000000 900000 800000 900000 1000000 1000000 1250000 900000 1000000
62600 35750 46500 46500 46500 35750 89100 40050 42200 89100 58000 94000 51100 89100 51100 69500 81750 42200 58000 51100 62600 51100 35750 35750 69500 46500 42200 44350 44350 58000
JPA 7 3 5 2 5 6 8 3 3 11 3 6 6 6 5 3 4 3 5 6 7 7 3 3 5 6 6 7 8 5
79
Lampiran 5 Hasil regresi linier berganda dengan SPSS 16 Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
b
Method
Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah
. Enter
Pengguna Air, Dummy Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Willingness to Pay b
Model Summary
Model
R
1
.932
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.868
.847
Durbin-Watson
121.733
1.686
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan b. Dependent Variable: Willingness to Pay b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
Mean Square
3702660.029
6
617110.005
563117.749
38
14818.888
4265777.778
44
F 41.643
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan b. Dependent Variable: Willingness to Pay
80
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleran
Model 1
B (Constant) Dummy Jenis Kelamin Dummy Pelayanan
Pengguna Air Tingkat Pendidikan Pendapatan
Beta
t
Sig.
ce
VIF
510.353
105.969
4.816
.000
135.683
46.600
.218 2.912
.006
.622
1.609
78.439
52.521
.106 1.493
.144
.691
1.448
1.583
1.608
.066
.984
.331
.770
1.299
33.775
14.162
.174 2.385
.022
.652
1.533
227.161
34.637
.612 6.558
.000
.399
2.508
9.964E-5
.000
.212 2.015
.051
.314
3.184
Umur Jumlah
Std. Error
a. Dependent Variable: Willingness to Pay
Lampiran 6 Hasil uji normalitas model regresi linier berganda dengan SPSS 16
Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
45 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 1.13128823E2
Absolute
.097
Positive
.064
Negative
-.097
Kolmogorov-Smirnov Z
.654
Asymp. Sig. (2-tailed)
.786
a. Test distribution is Normal.
81
Lampiran 7 Hasil uji heteroskedastisitas model regresi linier berganda dengan SPSS 16
Uji Scatterplot
Uji Glejser b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
29834.271
6
4972.379
Residual
173298.340
38
4560.483
Total
203132.611
44
F 1.090
Sig. .386
a
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan b. Dependent Variable: ABS_RES
82
Lampiran 8 Dokumentasi
Gambar 1 Menara air PAMSIMAS Desa Tegaldowo
Gambar 2 WC Umum PAMSIMAS Desa Tegaldowo
Gambar 3 Meteran air PAMSIMAS
Gambar 4 Meteran air PDAM
Gambar 5 SDN Tegaldowo
Gambar 6 Aktivitas ekonomi salah satu warga Desa Tegaldowo
83
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 20 September 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Anto Sabari dan Ibu Warsinah. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Karangjompo dan lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 01 Tirto Pekalongan dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Pekalongan dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pekalongan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN Undangan). Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di IPB seperti staff divisi Kementerian Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB periode 2013-2014, serta aktif di berbagai kepanitiaan dan kegiatan lainnya di IPB baik sebagai peserta maupun panitia. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman IPB periode 2012-2013. Penulis juga merupakan penerima beasiswa Bidik Misi (BM) IPB pada tahun 2012-2016.