PERBANDINGAN SURPLUS KONSUMEN DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN WISATA PADA PANTAI MUTUN MS TOWN DAN PULAU TANGKIL, KABUPATEN PESAWARAN, BANDAR LAMPUNG
EVA LIANA SARI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERBANDINGAN SURPLUS KONSUMEN DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN WISATA PADA PANTAI MUTUN MS TOWN DAN PULAU TANGKIL, KABUPATEN PESAWARAN, BANDAR LAMPUNG
EVA LIANA SARI H44080066
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN EVA LIANA SARI. Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI Keindahan alam yang membentang yang dimiliki Indonesia memberikan manfaat tersendiri bagi sektor pariwisata. Tingginya tingkat pertumbuhan pariwisata di Indonesia membuat beberapa daerah mengunggulkan sektor ini sebagai alat pertumbuhan daerah. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan obyek wisata yang baru berkembang dan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Meskipun berada pada lokasi yang sama, namun penilaian terhadap kedua obyek wisata ini harus dilakukan secara terpisah. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) memberikan deskripsi kondisi obyek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil; (2) membandingkan surplus konsumen di kedua obyek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil; (3) mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil; (4) mengidentifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari sampai April 2012. Deskripsi kondisi obyek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Perbandingan surplus konsumen dan estimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dianalisis dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju lokasi wisata diketahui dengan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pantai Mutun MS Town lebih mengedepankan konsep pantai dengan berbagai sarana dan prasarana yang lengkap, sementara Pulau Tangkil menawarkan keindahan alam berupa pantai dan pulau yang masih alami dan tidak terlalu dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, sehingga keindahan dan keasrian nya masih sangat terjaga. Surplus konsumen di Pantai Mutun MS Town berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 2.764.045,00 per individu per kunjungan. Surplus konsumen di Pulau Tangkil yang diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebesar Rp 1.577.320,00. Pengelola objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil masih bisa menaikkan harga tiket masuk menuju masing-masing lokasi wisata jika pemilik objek wisata mampu melakukan perbaikan terhadap berbagai fasilitas yang ada, baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang yang sesuai dengan harapan pengunjung. Terdapat empat faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Pantai Mutun MS Town yakni umur, dummy status pernikahan, lama pendidikan dan waktu yang dihabiskan di lokasi, sedangkan terdapat tiga faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Pulau Tangkil yakni jarak tempuh, lama mengetahui lokasi dan biaya perjalanan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk berbagai pihak, antara lain : (1) Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang sangat potensial untuk terus dikembangkan dan dipromosikan guna menjaring lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung, baik dari Provinsi Lampung maupun yang berasal dari luar Lampung, oleh karena itu kegiatan promosi secara gencar merupakan sesuatu yang perlu dilakukan, (2) Perlu adanya penigkatan kualitas Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dengan perawatan maupun penambahan berbagai fasilitas yang ada baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang sehingga pengunjung bisa merasa lebih nyaman dalam melakukan kegiatan rekreasi, (3) Harga tiket masuk Pantai Mutun MS Town masih dapat dinaikkan sesuai dengan keinginan membayar pengunjung, dari harga tiket awal sebesar Rp 5.000,00 menjadi Rp 6.000,00. Sementara harga tiket masuk Pulau Tangkil juga masih dapat dinaikkan sesuai dengan keinginan membayar pengunjung dari Rp 3.000,00 menjadi Rp 9.000,00 (diasumsikan terdapat biaya tetap yakni tiket masuk menuju Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu sebesar Rp 5.000,00). Namun kebijakan menaikkan harga tiket ini juga harus diimbangi dengan pengembangan dan perbaikan tempat wisata sesuai harapan pengunjung, (4) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan perhitungan manfaat tangible maupun intangible guna mendapat nilai total ekonomi dari keberadaan masing-masing lokasi wisata.
Judul Skripsi
Nama NIM
: Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung : Eva Liana Sari : H44080066
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi NIP. 19650212 199003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2012
Eva Liana Sari H44080066
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1.
Kedua orangtuaku tercinta Ibu (Nurlaila), Ayah (Alm. Djoni Payakun, SH) dan kakakku Desi Ariyani, SE dan Deden Sukmawan, SKm. Terima kasih atas doa, dukungan, serta limpahan kasih sayang.
2.
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dukungan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas pelajaran dan pengalaman berharga yang telah diberikan.
3.
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku pembimbing akademik.
4.
Meti Ekayani S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji utama dan Nuva, S.P, M.Sc. selaku dosen perwakilan departemen.
5.
Wahyudin Lang Negara, yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan yang tulus sehingga penulis diberikan kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini.
6.
Handai taulan Adhayani Dewi, Dea Amanda, Fauziah Azzahro, Novianti, Ken Ardhana, Mirna Yuliana, Raysah Yunita Rahma, Yuliana Ermawan, Zhaviera Fetriza, teman satu bimbingan, seluruh sahabat ESL 45 serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Surplus Konsumen dan Fakor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah memberi gambaran mengenai bagaimana deskripsi kondisi kedua obyek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, menduga besarnya surplus konsumen, mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dan mengkaji fungsi permintaan terhadap lokasi wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil . Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang. Bogor, Mei 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
viii
I. PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ..................................................................... Perumusan Masalah ............................................................. Tujuan Penelitian ................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................... Ruang Lingkup .....................................................................
1 8 11 11 11
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... .
13
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
Pariwisata............ ................................................................. Tujuan dan Manfaat Pariwisata ........................................... Permintaan Wisata ............................................................... Penawaran Wisata ................................................................ Valuasi Ekonomi Wisata ...................................................... Metode Biaya Perjalanan ..................................................... Surplus Konsumen ............................................................... Penelitian Terdahulu ............................................................
13 14 15 16 17 18 21 22
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................
26
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 3.1.1 Obyek dan Daya Tarik Wisata .................................. 3.1.2 Teknik Pengukuran Manfaat Wisata Alam ............... 3.1.3 Surplus Konsumen .................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................
26 26 27 29 30
IV. METODE PENELITIAN ............................................................
34
4.1 4.2 4.3 4.4
Lokasi dan Waktu ................................................................ Populasi dan Sampel ............................................................ Metode dan Prosedur Analisis ............................................. Asumsi-Asumsi Model Regresi Linier Berganda ................
34 34 35 42
V. GAMBARAN UMUM................................................................ 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Obyek Wisata ...................... 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Pantai Mutun MS Town ......................................................................... 5.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Pulau Tangkil .............. 5.2 Perbandingan Karakteristik Responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ............................................... 5.2.1 Umur ........................................................................ 5.2.2 Daerah Asal ..............................................................
43 43 44 45 45 46 46 iv
5.2.3 5.2.4 5.2.5 5.2.6 5.2.7 5.2.8 5.2.9 5.2.10 5.2.11 5.2.12 5.2.13
Tingkat Pendidikan .................................................. Jenis Pekerjaan ......................................................... Tingkat Penghasilan ................................................. Status Pernikahan ..................................................... Cara Kedatangan ...................................................... Jumlah Rombongan ................................................. Sumber Informasi Lokasi ......................................... Tujuan Wisata ......................................................... Lama Kunjungan ...................................................... Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ......................... Lama Mengetahui ....................................................
47 48 49 51 51 52 53 54 55 56 58
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
60
6.1 Deskripsi Kondisi Objek Wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ...................................................... 6.1.1 Persepsi Pengunjung Mengenai Fasilitas Inti dan Fasilitas Penunjang di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ....................................................... 6.2 Perbandingan Surplus Konsumen Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ...................................................... 6.3 Estimasi Tingkat Retribusi Optimum Harga Tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil .................... 6.4 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ................ 6.4.1 Model Regresi Linier Berganda Pantai Mutun MS Town .................................................................... 6.4.2 Model Regresi Linier Berganda Pulau Tangkil ..........
60
63 71 72 73 73 78
VII. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 7.1. Simpulan .............................................................................. 7.2. Saran ....................................................................................
84 84 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
87
LAMPIRAN .......................................................................................
89
RIWAYAT HIDUP ............................................................................
109
v
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Data Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Lampung Tahun 2006 - 2010 .......... .......................................................................... 2. Perkembangan Usaha Pariwisata di Provinsi Lampung Tahun 2006 - 2010 .................................................................................... 3. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di Kabupaten dan Kota Se- Provinsi Lampung Tahun 2010 ................................................................... 4 . Matriks Penelitian Terdahulu ........................................................ 5. Matriks Metode Analisis Data ....................................................... 6. Sebaran Umur Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ........................................................... 7. Sebaran Daerah Asal Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ..................................................... 8. SebaranTingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 .................................... 9. Sebaran Pekerjaan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ............................................................ 10. Sebaran Tingkat Penghasilan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 .................................... 11. Sebaran Status Pernikahan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ........................................... 12. Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ........................................... 13. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 .................................... 14. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 .................................... 15. Sebaran Tujuan Wisata Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ..................................................... 16. Sebaran Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ........................................... 17. Sebaran Jarak Tempuh Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ..................................................... 18. Sebaran Waktu Tempuh Pengunjunga Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ........................................... 19. Sebaran Lama Mengetahui Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 ......................... 20. Persepsi Pengunjung Terhadap Fasilitas Inti dan Fasilitas Penunjang di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 .................................................................................... 21. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata Pantai Mutun MS Town ........................................................................... 22. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata Pulau Tangkil
3 4
5 23 36 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
65 74 79
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1. 2. 3. 4. 5.
Metode Valuasi Lingkungan ................................................... Total Surplus Konsumen ........................................................ Surplus Konsumen .................................................................. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... Scatterplot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pantai Mutun MS Town ..................................................................... 6. Normal P-Plot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pantai Mutun MS Town .......................................................... 7. Scatterplot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pulau Tangkil..................................................................................... 8. Normal P-Plot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pulau Tangkil.....................................................................................
Halaman 18 22 29 33 76 76 81 81
vii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Kuesioner Pantai Mutun MS Town ........................................ 2. Kuesioner Pulau Tangkil......................................................... 3. Hasil Model Regresi Linier Berganda Pantai Mutun MS Town ................................................................................ 4. Hasil Model Regresi Linier Berganda Pulau Tangkil ............. 5. Perhitungan Surplus Konsumen Pantai Mutun MS Town ...... 6. Perhitungan Surplus Konsumen Pulau Tangkil ...................... 7. Dokumentasi ...........................................................................
Halaman 90 94 98 101 104 106 108
viii
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki pesona wisata yang
menakjubkan. Membentang sepanjang 5.150 km yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dengan lima pulau terbesarnya yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Nama Indonesia sendiri berasal dari bahasa Yunani, "Indos" yang berarti India dan "Nesos" yang berarti kepulauan. Secara geografis, Indonesia dilewati garis ekuator di beberapa kota yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis basah dengan hujan sepanjang tahun. Selain itu posisinya yang menjadi perantara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik menjadikan lokasi Indonesia sangat strategis. Dalam hal pariwisata, Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad ke-14 kemudian setelah masuknya bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari Belanda. Gubernur jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan Biro Wisata yang disebut Vereeeging Toeristen Verkeer kemudian pada 1 Juli 1947, pemerintah
Indonesia berusaha
menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism)1. Upaya perkembangan wisata di Indonesia terus ditingkatkan tiap tahunnya dengan tema dan fokus yang berbeda-beda namun tetap satu tujuan untuk mengembangkan wisata di Indonesia.
1
Dieny Ferbianty. "Sejarah Pariwisata Indonesia" (PDF). Diakses pada 27 Juni 2011 dalam Wikipedia.org
1
Sesuai dengan TAP MPR No IV/MPR/1978 manfaat kegiatan pariwisata antara lain dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat, memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan dan dapat memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa. Selain itu secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara negara-negara yang sudah berkembang, yang biasanya adalah negaranegara sumber wisatawan atau negara “Pengirim Wisatawan” dengan negaranegara yang sedang berkembang yakni negara-negara kunjungan wisatawan atau negara “Penerima Wisatawan” (Wahab,1992). Maju dan berkembangnya pariwisata dapat mengembangkan daerahdaerah miskin menjadi lokasi industri baru seperti disimpulkan oleh IOUTO dalam Roma Convention tahun 1963 yang mengatakan bahwa pariwisata sebagai suatu faktor perkembangan ekonomi, peran dan pentingnya pariwisata internasional, karena pariwisata tidak hanya sebagai sumber perolehan devisa, akan tetapi juga sebagai suatu faktor menentukan lokasi industri dan pengembangan wilayah yang miskin akan sumber-sumber alam. Pembangunan industri pariwisata yang mampu mengentaskan kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai trickle down effect bagi masyarakat setempat. Lampung adalah salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang berada di ujung bagian selatan Pulau Sumatra. Letak Geografis Provinsi Lampung berada pada 6º 45' - 3º45' Lintang Selatan dan 103º 48' - 105º 45' Bujur Timur. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Berbagai macam wisata yang terdapat di Provinsi Lampung antara lain
2
situs sejarah yang terdiri dari situs eksitu, situs insitu, kota tua dan desa tradisional, situs budaya berupa beragam tradisi yang masih berlangsung seperti Karnaval Tuping dan Prosesi Gajah, arsitektur tradisional, seni pertunjukan baik seni tari, teater musik dan sastra, kerajinan rakyat hingga wisata ziarah. Potensi wisata ini terbukti mampu mendatangkan banyak wisatawan ke Provinsi Lampung tiap tahunnya. Tabel 1 menunjukkan data kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2006-2010. Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Lampung Tahun 2006 - 2010 WISATAWAN TAHUN NUSANTARA MANCANEGARA 2006 843.768 6.893 2007 1.176.581 8.893 2008 1.448.059 10.028 2009 1.982.910 36.942 2010 2.136.103 37.503 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, 2011
TOTAL 850.661 1.185.474 1.458.087 2.019.852 2.173.606
Data pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang signifikan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara dan pada tahun 2010 mampu berkontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung sebesar 1,51% atau Rp 1.335.853.000.000 dari jumlah total PDRB sebesar Rp 88.322.488.000.0002. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal pariwisata
pemerintah setempat menaruh
perhatian yang khusus dalam upaya mengelola berbagai potensi wisata yang ada. Berbagai macam upaya pemasaran produk wisata di Provinsi Lampung juga gencar dilakukan. Perkembangan usaha pariwisata di Provinsi Lampung juga menunjukkan hal yang signifikkan tiap tahunnya selama kurun waktu 2006-2010. Tabel 2 menunjukkan perkembangan usaha pariwisata di Provinsi Lampung.
2
Lampiran : SE.MENDAGRI Nomor: 120/313/OTDA, Tanggal 24 Januari 2011
3
Tabel 2 Perkembangan Usaha Pariwisata di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010 2006 No.
2007
2008
2009
2010
JENIS USAHA Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
1
Hotel Bintang
8
14,29
8
0
8
0
10
20
10
0
2
Hotel Melati
135
3,05
146
8,15
139
-4,80
131
-5,75
148
12,97
3
Pondok wisata
9
-10
10
11,11
15
50
16
6,6
16
0
4
Restoran/RM.Makan
522
16,79
556
6,51
510
-8,28
647
26,9
652
0,77
5
Panti Pijat
22
37,5
22
0
18
-18,19
18
0
18
0
6
Diskotik
3
0
3
0
3
0
3
0
2
-33,3
7
Billiard
29
38,10
32
10,34
43
34,38
43
0
49
13,95
8
Objek Wisata
19
0
20
5,26
225
5,00
249
10,66
296
18,87
9
Kolam Renang
4
33,33
12
200
24
100
27
12,5
35
29,62
10
Padang Golf
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
11
Karaoke
14
27,27
14
0
16
14,29
25
56,25
18
-28
Jumlah Usaha
766
824
1002
1170
1245
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, 2011
Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa berbagai macam jenis usaha pariwisata di Provinsi Lampung terus berkembang tiap tahunnya mulai dari penyediaan berbagai fasilitas penginapan, olahraga hingga berbagai jenis objek wisata, dengan usaha dalam bidang rumah makan memberikan kontribusi paling besar tiap tahunnya meskipun sempat mengalami penurunan di tahun 2008. Kemudian disusul
dengan perkembangan
usaha objek
wisata
yang menunjukkan
perkembangan yang terus meningkat tiap tahun dan mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2008. Hal ini berarti Provinsi Lampung sudah mampu bersaing dan memiliki pangsa pasar yang terus meningkat tiap tahunnya. Salah
satu
wilayah
di
Provinsi
Lampung
yang
sedang
fokus
mengembangkan potensi wilayah adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang baru mengalami pemekaran dan resmi berdiri pada tanggal 2 November 2007 dengan luas wilayah sebesar 117.377 hektar. Meskipun sektor pertanian merupakan sektor yang paling utama dan 4
menjadi basis dalam menopang kegiatan di Kabupaten Pesawaran, dalam hal pariwisata Kabupaten Pesawaran termasuk wilayah yang memiliki tingkat kunjungan wisatawan tertinggi ketiga pada tahun 2010. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara tahun 2010. Tabel 3. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2010 WISATAWAN No.
JUMLAH
NAMA KABUPATEN/KOTA WISMAN
1
KOTA BANDAR LAMPUNG
2
KOTA METRO
3
WISNUS
WISATAWAN
13,169
1.041.114
1.054.283
36
16,843
16,879
KAB. LAMPUNG SELATAN
6,295
857,828
864,123
4
KAB. LAMPUNG TIMUR
1,401
51,577
52,978
5
KAB. TULANG BAWANG
269
21.070
21,339
6
KAB. LAMPUNG TENGAH
749
14,261
15.010
7
KAB. WAY KANAN
0
727
727
8
KAB. LAMPUNG UTARA
154
2,459
2,613
9
KAB. LAMPUNG BARAT
12,077
47,364
59,441
10
KAB. TANGGAMUS
3.250
9.500
12.750
11
KAB. PESAWARAN
103
73.360
73,463
12
KAB. PRNGSEWU
-
-
0
14
KABUPATEN MESUJI
-
-
0
13
KAB.TUBA BARAT
-
-
0
37,503
2.136.103
2.173.606
JUMLAH
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2011
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang memiliki tingkat kunjungan yang tinggi pada tahun 2010. Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang sangat potensial dalam usaha pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang menduduki peringkat ketiga setelah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.
5
Meskipun Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang baru mengalami pemekaran, dalam hal pariwisata ternyata mampu mendatangkan banyak wisatawan pada tahun 2010. Pada sektor pariwisata Kabupaten Pesawaran memiliki berbagai objek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran digolongkan menjadi tiga objek wisata yakni objek wisata pantai, pulau dan alam (Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, 2011). Objek wisata pantai terdiri dari Pantai Tembikil dan Pantai Mutun MS Town yang memiliki jumlah pengunjung tertinggi pada tahun 2011 yakni mencapai 10.000 orang per tahun, kemudian Pantai Sekar Wana sebanyak 5000 orang per tahun, Pantai Mutun Asri sebesar 3000 orang per tahun, Pantai Ringgung sebesar 2000 orang per tahun, Pantai Quin Arta dan Teluk Mutun Resort sebesar 1000 orang per tahun, serta Pantai Bensor yang belum bisa diketahui tingkat kunjungannya. Sementara untuk objek wisata pulau, berbagai jenis pulau yang terdapat di Kabupaten Pesawaran antara lain Pulau Tangkil, Pulau Maitem, Pulau Tegal, Pulau Siserot, Pulau Umang-Umang, Pulau Legundi, Pulau Legundi Tua, Pulau Siuncal, Pulau Tanjung Parus, Pulau Legian, Pulau Sibebi, Pulau Lunik, Pulau Lok, Pulau Balak, Pulau Hiu, Pulau Kubur, Pulau Pahawang Lunik, Pulau Pahawang Besar, Pulau Tulang Kabih, Pulau Lohor, Pulau Lalang Balak, Pulau Lalang Lunik, dan Pulau Pertapaan. Namun tidak semua pulau yang ada di Kabupaten Pesawaran termasuk objek wisata, beberapa pulau hanya menjadi potensi wisata dengan Pulau Legundi sebagai pulau dengan luas kawasan terbesar yakni mencapai 1.820 Ha. Selain itu, berbagai jenis objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Pesawaran antara lain jenis objek wisata
6
air terjun yaitu Air Terjun Ciupang, Air Terjun Gunung Minggu, dan Air Terjun Kembar. Kemudian jenis objek wisata alam dan air terjun yakni Abah Udan dan Wan Abdul Rahma, serta jenis objek wisata alam yakni Gunung Tanjung. Namun hanya Wan Abdul Rahma yang sudah digolongkan menjadi objek wisata, sementara yang lainnya masih dikategorikan sebagai potensi wisata di Kabupaten Pesawaran. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki berbagai jenis objek wisata namun belum begitu mendapat perhatian seperti terlihat dari belum adanya data yang akurat mengenai luas dan tingkat kunjungan dari beberapa objek wisata. Namun salah satu objek wisata yang potensial di Kabupaten Pesawaran adalah Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan dua jenis objek wisata yang berada dalam satu lokasi namun kedua objek wisata ini memiliki perbedaan yang signifikan. Pantai Mutun MS Town merupakan objek wisata yang menawarkan keindahan alam dan pantai yang dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana seperti toko souvenir, restoran, tempat ibadah serta jenis permainan yang sangat beragam baik untuk anak kecil hingga dewasa. Sementara Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang juga menawarkan keindahan alam dan pantai namun dalam kondisi yang lebih tenang dan menurut beberapa pengunjung lebih indah daripada Pantai Mutun MS Town. Untuk mengunjungi Pulau Tangkil kita harus masuk melalui Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu kemudian menaiki perahu yang berada di Pantai Mutun MS Town, menyebrangi laut selama kurang lebih dua puluh menit. Pulau Tangkil mengkhususkan lokasinya untuk keindahan
7
pulau dan pantai saja, sehingga lokasi ini tidak dilengkapi dengan berbagai jenis sarana dan permainan untuk segala umur seperti di Pantai Mutun MS Town. Beragamnya wisata yang ditawarkan berbagai daerah tentu saja menimbulkan tingginya permintaan terhadap wisata tersebut. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Faktor yang merupakan komponen permintaan potensial wisata adalah waktu luang, uang, sarana dan prasarana (Janianton dan Helmut, 2006). Perlu adanya kajian tentang kegiatan wisata pada objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Kajian tersebut terkait tentang deskripsi kondisi lokasi wisata secara terpisah, perbandingan surplus konsumen yang diperoleh dari masing-masing lokasi wisata, estimasi harga tiket optimum sesuai kesediaan membayar pengunjung, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata terhadap kedua jenis objek wisata secara terpisah. 1.2
Rumusan Masalah Kawasan wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan
objek wisata yang potensial untuk dikembangkan dan dijadikan sektor unggulan. Pantai Mutun MS Town terletak di jalan Pematang Rinjing, Desa Sukajaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, sekitar 25 kilometer arah barat daya dari Kota Bandar Lampung sangat strategis dan mudah dijangkau pengunjung. Sebagai tempat kunjungan wisatawan, selama dua tahun terakhir Pantai Mutun MS Town mulai berbenah dan mempercantik diri dengan berbagai sarana dan fasilitas yang telah dibangun untuk melengkapi keindahan Pantai Mutun MS Town seperti berbagai macam permainan yakni flying fox,
8
banana boat, kano, seawage, atau naik kuda menyusuri pantai dan lain sebagainya. Namun berbagai permasalahan terkait dengan aksesibilitas dan sarana transportasi menuju objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil masih menjadi permasalahan yang sulit untuk diselesaikan. Upaya perbaikan yang dilakukan pengelola objek wisata setempat terlihat belum mampu mengatasi kondisi yang ada. Minimnya papan petunjuk informasi menuju lokasi serta buruknya kondisi jalan dan beragam permasalahan terkait dengan fasilitas inti maupun fasilitas penunjang di kedua objek wisata masih menjadi permasalahan yang sangat dikeluhkan oleh beberapa wisatawan. Sehingga meskipun lokasi objek wisata terletak tidak jauh dari pusat Kota Bandar Lampung, berbagai permasalahan pada kedua jenis objek wisata ini terkadang masih menjadi hambatan untuk dikunjungi wisatawan terlebih untuk wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Bandar Lampung. Selain memiliki pantai yang indah Pantai Mutun MS Town juga dilengkapi dengan pulau yang bernama Pulau Tangkil dengan pantai yang lebih bersih dan suasana yang tidak begitu ramai sehingga lebih nyaman jika ingin menikmati suasana pantai. Untuk mencapai Pulau Tangkil kita bisa menyebrang menggunakan perahu yang telah disediakan dengan membayar sebesar Rp 10.000,00 dan tiket masuk menuju Pulau Tangkil sebesar Rp 3.000,00 per pengunjung. Namun, selama ini analisis terhadap permintaan wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dan faktor yang mempengaruhinya belum pernah dilakukan. Analisis ini perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola dalam merencanakan berbagai kebijakan pengembangan kawasan wisata dan dalam mengatasi kekurangan kawasan wisata ini seperti dalam hal
9
akses menuju kawasan tersebut dan penyediaan papan informasi untuk memudahkan pengunjung, serta berbagai upaya untuk memperbaiki fasilitas di kedua objek wisata tersebut secara terpisah. Selain itu penelitian terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil secara terpisah perlu dilakukan karena setiap objek wisata tersebut memiliki fungsi permintaan tersendiri yang tidak dapat disatukan antara fungsi permintaan yang satu dan yang lainnya. Sehingga hal ini tidak bisa diamati hanya dengan menggunakan satu fungsi permintaan dengan metode biaya perjalanan (travel cost method) karena dapat menyebabakan overestimate dan bias. Sehingga diharapkan dengan mengetahui fungsi permintaan dari masing masing objek wisata, pengelola dapat menghitung berapa perbandingan surplus konsumen dan harga tiket yang sesuai dengan kesediaan membayar pengunjung atas fasilitas yang dikembangkan. Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah untuk penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil? 2) Bagaimana perbandingan surplus konsumen yang diperoleh dari Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil? 3) Bagaimana penetuan tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil? 4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil?
10
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: 1) Memberikan deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 2) Membandingkan besarnya surplus konsumen yang diperoleh dari objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 3) Mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi: 1) Masyarakat mengenai berbagai informasi pada objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 2) Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang serupa 3) Sebagai bahan rekomendasi dan informasi bagi pengelola obyek wisata dalam menentukan kebijakan pengembangan objek wisata selanjutnya 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Mutun MS Town dan
Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Penelitian ini memiliki beberapa batasan yaitu :
11
1) Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk melakukan kegiatan rekreasi, meliputi biaya transportasi, pembelian tiket, biaya konsumsi, biaya penyewaan alat atau jasa, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lainnya yang dikeluarkan selama melakukan rekreasi 2) Pendugaan faktor-faktor permintaan ekonomi wisata dengan regresi linier berganda, perbandingan surplus konsumen dan estimasi harga tiket masuk optimum di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil menggunakan pendekatan biaya perjalanan 3) Pengunjung dibedakan antara pengunjung yang berwisata ke Pantai Mutun MS Town dan yang berwisata ke Pulau Tangkil
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang
dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan bertujuan untuk mendapatkan kesenangan, dimana di tempat yang dikunjungi tersebut mereka tidak mendapatkan penghasilan dan justru sebagai konsumen. Sementara menurut Undang-Undang Kepariwisataan (2009), menjelaskan definisi dari berbagai komponen yang berhubungan dengan pariwisata yaitu:
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha
13
Tujuan dan Manfaat Pariwisata
2.2
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata itu adalah: - Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata - Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa - Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja - Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat - Mendorong pendayagunaan produk nasional Sementara menurut Wahab (1992) secara lebih spesifik, kegiatan pariwisata juga dapat memberikan manfaat dari segi ekonomi terhadap level nasional (makro) yang dapat ditinjau dari dua segi, yakni: A.
Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang
ekonomi, meliputi: Akibatnya terhadap neraca pembayaran Akibatnya untuk kesempatan kerja Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi B.
Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, seperti: Hasil ganda (multiplier) Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak) Hasil “tiruan” yang mempengaruhi masyarakat
14
Permintaan Wisata
2.3
Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi secara umum diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun dalam pariwisata hubungan fungsional yang terjadi pada permintaan tidaklah sesederhana itu, banyak faktor yang mempengaruhi. Menurut Wahab (1992) permintaan wisata dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan nyata. Permintaan yang potensial ialah sejumlah orang yang memenuhi anasir-anasir pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka berada dalam kondisi siap untuk bepergian; sedangkan permintaan yang nyata (actual) adalah orang-orang yang secara nyata bepergian ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Damanik dan Weber (2006) dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yakni a) permintaan atau kebutuhan; b) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri; c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut. Kemudian faktor penentu permintaan industri pariwisata menurut Yoeti (2006) terdiri dari: (1) Faktor umum permintaan yang terdiri dari:
Daya beli
Struktur demografi dan tren
15
Faktor sosial dan budaya
Motivasi perjalanan dan perilaku
Kesempatan untuk perjalanan dan intensitas pemasaran wisata
(2) Faktor-faktor yang menentukan permintaan yang terdiri dari:
harga
daya tarik wisata
kemudahan berkunjung
informasi dan layanan sebelum kunjungan
citra
Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya, permintaan dalam kriteria pariwisata memiliki karakter sendiri antara lain yakni sangat dipengaruhi oleh musim, terpusat pada tempat-tempat tertentu, tergantung pada besar/kecilnya pendapatan, bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah,
tergantung
tersedianya
waktu
senggang,
tergantung
teknologi
transportasi, jumlah tanggungan keluarga dan aksesibilitas. 2.4
Penawaran Wisata Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan penawaran adalah sejumlah
barang atau produk di pasar yang dapat dibeli oleh konsumen dengan harga tertentu pada saat produk dibutuhkan. Hukum penawaran dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa terdapat suatu hubungan langsung antara harga suatu barang atau jasa dan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan produsen, jika hal lainlainnya tetap sama atau tidak terjadi perubahan (ceteris paribus). Menurut Yoeti (2008), dalam kriteria pariwisata penawaran meliputi semua produk yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan termasuk dalam
16
kelompok kriteria pariwisata yang akan ditawarkan kepada wisatawan, baik kepada mereka yang datang secara langsung, atau melalui perantara seperti biro perjalanan, perkumpulan wisata, atau operator perjalanan lainnya. Hal yang ditawarkan dalam pariwisata kepada wisatawan adalah produk dan jasa, dimana produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer dalam Damanik dan Weber, 2006). Menurut Prof. Salah Wahab (1992:77) penawaran dalam kriteria pariwisata mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1)
Hanya menyediakan layanan Karena produknya tidak bisa disimpan (to stock) dan harus dikonsumsi atau dinikmati dimana produk disediakan atau diproduksi
(2)
Bersifat kaku Produk yang ditawarkan itu sifatnya kaku (rigid) , tidak bisa diubah untuk tujuan atau penggunaan yang lain di luar dunia perjalanan pada umumnya atau dunia pariwisata pada khususnya
(3)
Pariwisata bukanlah kebutuhan dasar manusia Perjalanan wisata bukan kebutuhan pokok bagi manusia karena itu penawarannya akan bersaing dengan barang-barang kebutuhan manusia yang lebih penting. Dalam hal ini hukum substitusi sangat kuat berlaku
2.5
Valuasi Ekonomi Wisata Secara umum, menurut Fauzi (2004) teknik valuasi ekonomi sumber daya
yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga
17
implisit
dimana
Willingness
To
Pay
terungkap
melalui
model
yang
dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Market Values, Hedonic Markets, Travel Cost Method, dan Avertive Behaviour. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada kriteria di mana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM), dan Choice Experiments. Secara skematis, teknik valuasi nonmarket tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Sumber: Guy Garrord and Kenneth G. Willis
Gambar 1. Metode Valuasi Lingkungan 2.6
Metode Biaya Perjalanan (“Travel Cost Method”) Travel Cost Method (TCM) merupakan metode tertua yang digunakan
untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung dan diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931 yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan Knetsch (1966). 18
Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan dengan mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, mendaki, dan sebagainya. Menurut Fauzi (2004), metode biaya perjalanan ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:
Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi
Penambahan tempat rekreasi baru
Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi
Penutupan tempat rekreasi yang ada Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value)
dari sumber daya kriteria melalui pendekatan proxy, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumber daya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Haab dan McConel (2002) menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri, kedua, menentukan pilihan lokasi. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Tahapan dalam penelitian menurut Garrord dan Willis (1999) adalah: 1) Mengidentifikasi lokasi dan menggunakan survey kuesioner untuk mengumpulkan data dari pengunjung pada lokasi wisata
19
2) Menentukan perjalanan yang menghasilkan fungsi dan memperkirakan model biaya perjalanan yang memperhitungkan pemotongan 3) Menentukan fungsi permintaan dan mendapatkan perkiraan surplus konsumen rumah tangga dengan mengintegrasikan dibawah kurva permintaan 4) Menghitung total surplus konsumen tehadap lokasi wisata Agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tersebut tidak bias, Haab dan McConnel (2002) menyatakan bahwa fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar antara lain: 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips) Meski dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, menurut Fauzi (2004), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni: 1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurpose visit) 2.
TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat
3.
Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time)
20
2.7
Surplus Konsumen Salah satu hal krusial dalam penilaian ekonomi dari sumber daya alam
adalah bagaimana surplus dari sumber daya alam dapat termanfaatkan secara optimal, untuk itu perlu pemahaman mengenai kurva permintaan dan kurva penawaran sehingga konsep surplus dapat diturunkan dengan lebih rinci. Menurut Fauzi (2004) dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda, pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa (ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall, kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau sering juga disebut kurva permintaan Hicks. Sementara kurva penawaran dari suatu barang dan jasa menggambarkan kuantitas dari barang (x) yang dapat ditawarkan produsen pada tingkat harga tertentu. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Kurva permintaan dapat ditunjukkan dalam Gambar 2 berikut.
21
P Surplus Konsumen
Garis Harga
Q
Sumber : Djijono (2002)
Gambar 2. Total Surplus Konsumen
2.8
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan serta
nilai ekonomi dan surplus konsumen dari objek wisata pada umumnya sudah banyak
dilakukan.
Beberapa
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan dan besar surplus konsumen yang diperoleh menggunakan metode biaya perjalanan pernah dilakukan oleh Aprilian (2009), Firandari (2009) dan Devina (2011). Secara sederhana matriks mengenai peneitian terdahulu disajikan dalam Tabel 4 berikut.
22
Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Alat Analisis
Hasil Penelitian
Rani Aprilian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Surplus Konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung
Analisa dengan menggunakan metode biaya perjalanan dengan alat pengolahan data Stata 9
Ada tiga kriteria yang memepengaruhi jumlah kunjungan TWA Situ Gintung serta nilai surplus konsumen per individu Rp 46.847,00
Devina Marcia Rumanthy Sihombing
Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Analisa dengan menggunakan metode biaya perjalanan dengan alat pengolah data minitab 15
nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp 297.777,778 dan nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5.142.622.222,00.
Firandari
Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3)
Analisa dengan menggunakan metode biaya perjalanan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kunjungan ke objek wisata PSG-3 yakni biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh kemudian nilai ekonomi PSG-3 adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00 .
Sumber : Penulis ( 2011 )
Aprilian (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan surplus konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung, dengan metode biaya perjalanan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah biaya perjalanan, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu adalah sebesar Rp 277.477,00 sedangkan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu adalah sebesar Rp 46.847,00. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah sebesar Rp 1.340.709.910,00. Devina (2011) melakukan penelitian mengenai penilaian ekonomi dan prospek pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan metode biaya perjalanan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lima variabel yang
23
berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan adalah biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi dan lama mengetahui lokasi. Kemudian berdasar perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp 297.777,778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 5.142.622.222,00. Firandari (2009) dalam penelitian analisis permintaan dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3). Karakteristik pengunjung yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah factor demografi, frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan dan lama kunjungan. Persepsi pengunjung adalah keindahan alam, kemudahan mencapai lokasi, aspek tata ruang, kelengkapan fasilitas, kondisi keamanan, dan kondisi kebersihan. Faktor-faktor yag mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh. Kemudian, surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan dan nilai manfaat atau nilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan tersebut pada intinya memiliki kesamaan tujuan dengan penelitian yang dilakukan penulis yakni mengkaji mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan serta besar surplus konsumen dan estimesi harga tiket optimum yang diperoleh dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Hal yang membedakan adalah penelitian terdahulu belum pernah ada yang mencoba membandingkan dua objek wisata yang berada dalam satu lokasi wisata yang
24
sama yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Hal ini perlu dilakukan karena masing-masing objek wisata memiliki keunikan dan fasilitas serta kekurangan tersendiri meskipun berada di satu lokasi wisata yang sama, sehingga analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tidak dapat dilakukan secara bersamaan, perlu pendugaan secara terpisah untuk menghindari bias yang mungkin akan terjadi. Selain itu sebagai objek wisata yang baru berkembang, penelitian ini diperlukan agar bisa menjadi masukkan bagi pihak pengelola objek wisata dalam mengembangkan objek wisata ke depannya.
25
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan
pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan surplus konsumen. 3.1.1
Objek dan Daya Tarik Wisata Keindahan dan keunikan yang dimiliki setiap wilayah merupakan suatu hal
yang apabila dapat dikelola dengan baik maka dapat menjadikan wilayah tersebut memiliki suatu objek wisata yang memiliki daya tarik wisata tertentu. Definisi mengenai daya tarik wisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Oleh karena itu, pengelolan terhadap suatu objek wisata dengan baik dapat mempertahankan daya tarik wisata yang dimiliki wilayah tersebut yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat baik bagi pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar. Pengelolaan objek wisata terutama objek wisata alam merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara hati-hati karena terkait dengan sifat objek wisata tersebut yang bersifat barang publik atau public goods yakni barang yang memiliki sifat non-rival dan non-exclusive. Hal ini berarti konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan non-exclusive berarti semua orang
26
berhak menikmati manfaat dari barang tersebut3. Terkait dengan sifat-sifat tersebut maka manfaat ekonomi menjadi sulit diukur, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya harga pasar yang mampu mencerminkan nilai dari sumberdaya tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan untuk mengukur berapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan suatu sumberdaya alam. 3.1.2 Teknik Pengukuran Manfaat Wisata Alam Berbagai akvitivas rekreasi yang berhubungan dengan wisata alam merupakan salah satu contoh dari jenis rekreasi di alam terbuka. Penilaian manfaat terhadap aktivitas wisata ini dapat menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Pada dasarnya metode biaya perjalanan merupakan bagian dari teknik pengukuran tidak langsung, yang dapat digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Metode biaya perjalanan memiliki beberapa teknik pendekatan dalam hal pelaksanaannya (Turner et al, 1993) yaitu: 1. Metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi per seribu orang 2. Metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut 3. Random Utility Approach atau pendekatan utilitas acak, yaitu pendekatan yang mengasumsikan bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Barang_publik
27
berdasarkan
preferensi
mereka
dan
individu
tersebut
tidak
menghubungkan atau mengaitkan antara kualitas tempat wisata dengan biaya perjalanan untuk mencari tempat tersebut. Oleh karena itu pendekatan ini memerlukan informasi tentang semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas lingkungan atau biaya perjalanan untuk setiap lokasi rekreasi Penelitian ini akan menggunakan teknik pendekatan metode biaya perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method. Menurut Fauzi (2004) secara sederhana, fungsi permintaan dapat ditulis sebagai: Vij = f ( Cij , Tij , Qij , Sij , Mi ) ……………………………...........(1) Dimana : Vij = jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j Tij = biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j Qij = persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi Sij = karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain Mi = pendapatan (income) dari individu i
Persamaan (1) di atas menggambarkan fungsi generik yang sering digunakan untuk melakukan studi TCM. Agar lebih operasional, fungsi permintaan TCM sering dibuat dalam bentuk linier, yakni: V = α1 + α2C + α3S + α4M + α5T + α6Q……………………(2) Setelah mengetahui fungsi permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen diukur melalui formula: WTP ≈ CS2 = N2………………………...................……………(3) 2α1 Dimana N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu I. Biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan menuju lokasi 28
wisata. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya penginapan dan biaya-biaya lainnya. Adapun fungsi dari biaya perjalanan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: C = Bt + Bk + Bp + Bd + Bl…………….………………………(4) Keterangan: C Bt Bk Bp Bd Bl
3.1.3
= Biaya perjalanan (Rp/orang) = Biaya transportasi (Rp/orang) = Biaya konsumsi (Rp/orang/hari) = Biaya dokumentasi (Rp/orang) = Biaya penginapan (Rp/orang/hari) = Biaya lain-lain (Rp)
Surplus Konsumen Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) surplus konsumen adalah
kesenjangan antara utilitas total suatu barang dengan nilai total pasarnya. Sementara menurut Kardono-nuhfil (2004) suplus konsumen adalah kelebihan atau perbedaan
kepuasan total (total utility) yang dinikmati konsumen dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya untuk memperoleh sejumlah barang tersebut. Konsep ini dapat dijelaskan dengan Gambar 3 berikut. Rp . D Luas PXBD = surplus konsumen
Px
0
B
A
X
Sumber: Kardono-nuhfil, 2004
Gambar 3. Surplus Konsumen
29
Menurut pendekatan Marginal Utility, kurva permintaan adalah kurva marginal utility yang dinilai dengan uang. Jadi luas 0ABD adalah total utilitas yang diperoleh konsumen dari konsumsi barang X sebanyak 0A. Pengorbanan totalnya adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh barang X sebanyak OA, yaitu OA kali harga OPx atau luas OPxBA. Surplus konsumen adalah selisih antara AOBD dengan OPxBA, yaitu PxDB. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Bandar Lampung merupakan salah satu bagian dari Pulau Sumatera yang
sedang gencar mengembangkan dan menggalakkan industri pariwisata. Hal ini dikarenakan potensi Bandar Lampung untuk menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan ketika pertama memasuki Pulau Sumatera sangat didukung dengan melimpahnya berbagai jenis atraksi wisata baik wisata alam maupun keindahan seni tradisional lainnya. Potensi pariwisata di Bandar Lampung juga menunjukkan kontribusi yang cenderung meningkat terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) tiap tahunnya, sehingga prospek pengelolaan dan pengembangan wisata di Bandar Lampung sangat potensial untuk dilakukan. Wisata alam termasuk di dalamnya wisata pantai merupakan salah satu pilihan wisata yang banyak diminati oleh wisatawan. Salah satu wisata yang berpotensi untuk terus dikembangkan adalah objek wisata Pantai Mutun MS Town. Objek wisata ini dianggap potensial karena tidak hanya terdiri dari pantai semata, objek wisata ini juga dilengkapi wisata Pulau Tangkil yang memiliki pulau dan pantai yang indah dan belum banyak dikunjungi oleh wisatawan serta berlokasi bersebrangan dengan Pantai Mutun MS Town, sehingga mampu memberikan pilihan baru dan menarik bagi pengunjung yang datang.
30
Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan bagian dari wisata alam yang memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Terkait dengan sifat kepemilikan dari pantai maupun pulau yang merupakan barang publik, maka pengelolaan dan pemanfaatan Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil ini harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan mempertimbangkan aspek sosial serta lingkungan dengan tujuan keberlanjutan pengelolaan. Potensi Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif rekreasi wisata sangat didukung oleh berbagai sarana dan prasarana di masing-masing objek wisata, sehingga setiap objek memiliki ciri khas dan perbedaan masingmasing. Namun permasalahan dalam hal prasarana muncul manakala perhatian serta perawatan terhadap berbagai fasilitas mulai menurun. Permasalahan dalam hal fasilitas dapat dibagi dalam fasilitas inti dan fasilitas penunjang. Permasalahan dalam fasilitas inti merupakan sesuatu yang sangat penting manakala tanpa adanya keberadaan fasilitas inti, kegiatan wisata tidak dapat berlangsung dengan maksimal serta mengakibatkan penurunan pengunjung, seperti minimnya tempat mandi dan WC umum, perahu atau alat penyebrangan menuju Pulau Tangkil dan sarana permainan yang tidak dirawat dengan baik, lokasi penginapan yang buruk serta minimnya restoran maupun tempat makan dan lain sebagainya. Sementara permasalahan dalam fasilitas penunjang merupakan permasalahan yang dimiliki objek wisata yang dapat mengakibatkan menurunnya kepuasan pengunjung terhadap objek wisata tersebut seperti minimnya lahan parkir, tempat ibadah, pos penjagaan, klinik kesehatan, serta toko souvenir dan tempat pembuangan sampah. Berbagai permasalahan tersebut jelas akan mempengaruhi tingkat kunjungan ke masing-masing objek wisata, sehingga estimasi terhadap masing-
31
masing objek wisata ini perlu dilakukan secara terpisah yang meliputi bagaimana deskripisi kondisi lokasi Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil melalui analisis deskriptif, perbandingan surplus konsumen dan estimasi terhadap masingmasing objek wisata secara terpisah dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method), serta fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke objek wisata tersebut dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbandingan karakteristik dari dua objek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil sekaligus berguna untuk memberi masukkan kepada pihak pengelola mengenai objek wisata yang tersedia, sehingga kebijakan yang diambil kedepannya akan lebih tepat sasaran dan mampu berkontribusi positif terhadap pengembangan objek wisata tersebut. Alur kerangka berfikir disajikan pada Gambar 4 berikut.
32
Pengelola Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
Rekreasi Wisata
Permasalahan Fasilitas Rekreasi :
Fasilitas Inti :
Fasilitas Penunjang :
Tempat mandi (bilas), WC umum, sarana penyebrangan (perahu), lokasi penginapan, restoran atau tempat makan
Lahan parkir kurang memadai, sarana permainan tidak terawat, jalan menuju lokasi wisata rusak serta minim papan informasi
Tingkat Kunjungan ke Masing-Masing Objek Wisata
Perlu Estimasi dan Perbandingan Terhadap Masing-Masing Objek Wisata Secara Terpisah
Pantai Mutun MS Town
Deskripsi kondisi lokasi wisata
Pulau Tangkil
Fungsi Permintaan dan Faktor yang Mempengaruhinya
WTP Pengunjung terhadap Lokasi Rekreasi
Surplus Konsumen
Surplus Konsumen
WTP Pengunjung terhadap Lokasi Rekreasi
Fungsi Permintaan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Analisis Deskriptif
Deskripsi kondisi lokasi wisata
Analisis Deskriptif Regresi Berganda
Travel Cost Method
Regresi Berganda
Estimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
Rekomendasi pengelolaan dan pengembangan Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
Sumber : Penulis 2012
Gambar 4. Kerangka Penelitian
33
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau
Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten Pesawaran. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata baru bagi wisatawan di Provinsi Lampung dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan pemanfaatan masih sangat menjanjikan. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Februari hingga Maret 2012. Data diperoleh melalui survey lapangan dan wawancara terhadap pengunjung dan pengelola objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. 4.2
Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah pengunjung objek wisata yang berakal
sehat, mampu berkomunikasi dengan baik, pernah mengunjungi objek wisata minimal satu kali serta berumur di atas 17 tahun (batas minimum potensial) karena pada usia tersebut seseorang dianggap sudah mampu dalam membuat keputusan mengenai rekreasi, memiliki kemampuan membayar dan dibedakan antara pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Sampel adalah himpunan bagian dari populasi (Gujarati, 1998). Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan menggunakan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan responden yang kebetulan ditemui, memenuhi kriteria dan
34
bersedia diwawancara (Nasution,2003). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 50 pengunjung untuk masing masing objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. 4.3
Metode dan Prosedur Analisis Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka dilakukan
proses pengumpulan data dan informasi melalui pendekatan sebagai berikut: a. observasi langsung ke lapangan (direct observation) yang dimaksudkan untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi objek penelitian dan melihat karakteristik pengunjung b. wawancara (interview) dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kualitas dan kuantitas pengunjung terkait dengan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pengunjung c. wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan untuk mengetahui informasi lainnya secara lebih mendalam dengan mewawancarai informan yang memiliki pengetahuan terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan wawancara terhadap pengunjung dengan bantuan kuesioner serta wawancara mendalam dengan pihak pengelola objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak pengelola dan dari studi literatur yang terkait dengan objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Data yang diperoleh akan diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
35
Tabel 5. Matriks Metode Analisis Data No
Tujuan Penelitian
Jenis Data
1
Memberikan deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
Persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas inti maupun fasilitas penunjang
2
Membandingkan surplus konsumen dari masing-masing objek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
3
Mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
4
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
Biaya perjalanan pengunjung menuju masingmasing objek wisata yakni Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Willingness to Pay atau kesediaan membayar pengunjung terhadap tiket masuk di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama mengetahui keberadaan Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil, umur, pekerjaan, status pernikahan
Metode Pengambilan Data Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner
Metode Analisis Data Analisis deskriptif kualitatif
Analisis menggunakan Travel Cost Method
Analisis menggunakan Travel Cost Method
Analisis Regresi Linier Berganda dengan SPSS 16
Sumber : Penulis (2011)
36
Pendugaan jumlah kunjungan ke Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil per individu per kunjungan diperoleh dengan menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM) yang dilakukan secara terpisah terhadap masingmasing objek wisata. Adapun fungsi permintaan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan ke Pantai Mutun MS Town dibentuk dengan model regresi linier berganda berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+ b11X11+ b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + b16X16 + b17X17 + ε ………….........(5) Keterangan: Y =
X1
=
X2 X3 X4 X5 X6
= = = = =
X7 X8 X9
= = =
X10
=
X11
=
X12
=
X13 X14
= =
X15 X16 X17
= = =
b0 = b1-b17 = ε =
Jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Mutun MS Town dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (Rp/orang) Umur responden (umur) Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan) Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah) Jumlah tanggungan (orang) Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) Asal Kedatangan Dummy jenis pekerjaan BUMN (1= BUMN, 0= bukan BUMN) Dummy jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (1= Ibu Rumah Tangga, 0= bukan Ibu Rumah Tangga) Dummy jenis pekerjaan wiraswasta/pengusaha (1= wiraswasta/ pengusaha, 0= bukan wiraswasta/pengusaha) Dummy jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (1=PNS, 0=bukan PNS) Dummy jenis pekerjaan pegawai swasta (1= pegawai swasta, 0= bukan pegawai swasta) Total Penghasilan (Rp/bulan) Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (km) Lama mengetahui objek wisata Pantai Mutun MS Town (tahun) Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (km) Konstanta Koefisien regresi Error
37
Persamaan regresi linier berganda (5) tidak menghasilkan nilai R2 dan R2 adjusted yang baik, sehingga perlu digunakan teknik Stepwise Regression dengan mereduksi beberapa variabel dalam persamaan yang dianggap memperkecil nilai R2 dan R2 adjusted. Sehingga dihasilkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+ b11X11+ b12X12 + ε…………………………………………………..………..(6) Keterangan: Y =
X1
=
X2 X3 X4 X5 X6
= = = = =
X7 X8 X9
= = =
X10 X11 X12
= = =
b0 = b1-b12 = ε =
Jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Mutun MS Town dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (Rp/orang) Umur responden (umur) Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan) Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah) Jumlah tanggungan (orang) Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) Asal Kedatangan Total Penghasilan (Rp/bulan) Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (km) Lama mengetahui objek wisata Pantai Mutun MS Town (tahun) Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (km) Konstanta Koefisien regresi Error
Beberapa variabel dalam persamaan regresi linier berganda (6) di reduksi lagi dengan menggunakan teknik Stepwise Regression, sehingga diperoleh model terbaik dari persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 + ε……………..(7)
38
Keterangan: Y =
X1
=
X2 X3 X4
= = =
X5 X6
= =
X7 X8 b0 b1-b8 ε
= = = = =
Jumlah kunjungan ke objek wisata Pantai Mutun MS Town dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (Rp/orang) Umur responden (umur) Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah) Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) Total Penghasilan (Rp/bulan) Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pantai Mutun MS Town (km) Lama mengetahui objek wisata Pantai Mutun MS Town (tahun) Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) Konstanta Koefisien regresi Error
Adapun fungsi permintaan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan ke Pulau Tangkil dibentuk dengan model regresi linier berganda berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+ b11X11+ b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + b16X16 + b17X17 + ε………………(8) Keterangan: Y =
X1
=
X2 X3 X4 X5 X6
= = = = =
X7 X8 X9
= = =
X10
=
X11
=
X12
=
Jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Tangkil dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pulau Tangkil (Rp/orang) Umur responden (umur) Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan) Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah) Jumlah tanggungan (orang) Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) Asal Kedatangan Dummy jenis pekerjaan BUMN (1= BUMN, 0= bukan BUMN) Dummy jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (1= Ibu Rumah Tangga, 0= bukan Ibu Rumah Tangga) Dummy jenis pekerjaan wiraswasta/pengusaha (1= wiraswasta/ pengusaha, 0= bukan wiraswasta/pengusaha) Dummy jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (1=PNS, 0=bukan PNS) Dummy jenis pekerjaan pegawai swasta (1= pegawai swasta, 0=
39
X13 X14
= =
X15 X16 X17
= = =
b0 = b1-b17 = ε =
bukan pegawai swasta) Total Penghasilan (Rp/bulan) Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil (km) Lama mengetahui objek wisata Pulau Tangkil (tahun) Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil (km) Konstanta Koefisien regresi Error
Persamaan regresi linier berganda (8) tidak menghasilkan nilai R2 dan R2 adjusted yang baik, sehingga perlu digunakan teknik Stepwise Regression dengan mereduksi beberapa variabel dalam persamaan yang dianggap memperkecil nilai R2 dan R2 adjusted. Sehingga dihasilkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 +b9X9 +b10X10+ b11X11+ ε…………………………………………………………………….(9) Keterangan: Y =
X1
=
X2 X3 X4 X5
= = = =
X6 X7 X8
= = =
X9 X10 X11
= = =
b0 = b1-b11 = ε =
Jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Tangkil dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pulau Tangkil (Rp/orang) Umur responden (umur) Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan) Jumlah tanggungan (orang) Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) Asal Kedatangan Total Penghasilan (Rp/bulan) Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil (km) Lama mengetahui objek wisata Pulau Tangkil (tahun) Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil (km) Konstanta Koefisien regresi Error
40
Beberapa variabel dalam persamaan regresi linier berganda (9) di reduksi lagi dengan menggunakan teknik Stepwise Regression, sehingga diperoleh model terbaik dari persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 + ε…………..(10) Keterangan: Y =
X1
=
X2 X3 X4 X5 X6
= = = = =
X7 X8 X9
= = =
X10 X11 X12
= = =
b0 = b1-b12 = ε =
Jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Tangkil dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2012 (frekuensi kunjungan pertahun) Biaya Perjalanan individu ke objek wisata Pulau Tangkil (Rp/orang) Umur responden (umur) Dummy jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan) Dummy status perkawinan (1 = menikah, 2= belum menikah) Jumlah tanggungan (orang) Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) Asal Kedatangan Total Penghasilan (Rp/bulan) Jarak tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil (km) Lama mengetahui objek wisata Pulau Tangkil (tahun) Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) Waktu tempuh dari tempat tinggal ke objek wisata Pulau Tangkil (km) Konstanta Koefisien regresi Error
Berdasarkan hal diatas maka kunjungan ke masing masing objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (diasumsikan berkorelasi negatif) sehingga akan diperoleh kurva permintaan dengan kemiringan negatif. Karakteristik pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil akan diidentifikasi menggunakan analisis deskriptif yaitu menjelaskan hubungan antara fenomena yang diamati secara sistematis, akurat dan faktual.
41
4.4
Asumsi – Asumsi Model Regresi Linier Berganda Asumsi asumsi yang digunakan dalam regresi linier berganda tetap
menggunakan asumsi-asumsi yang digunakan dalam kerangka model regresi linier klasik (Juanda, 2009) yakni: 1. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E ( εi ) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1,2,3…….,n, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari εi bergantung pada Xi tertentu adalah 0 2. Varian (εi) = E (εi2) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi Homoskedastisitas) artinya varian εi untuk setiap i yaitu varian bersyarat untuk adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ² 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (εi, εj) = 0, untuk i ≠ j 4. Variabel bebas X1, X2, …….. Xn konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan penggangggu εi , E (Xiεi) = 0 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas
42
V. GAMBARAN UMUM
5.1
Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan salah satu objek
wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus 2007 dan diresmikan menjadi kabupaten pada tanggal 2 Nopember 2007, yang sebelumnya masuk dalam Kabupaten Lampung Selatan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran, 2010). Secara Geografis wilayah Kabupaten Pesawaran terletak pada posisi 5˚10’ - 5˚50’ Bujur Timur dan antara 105˚ - 105˚20’ Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten Pesawaran adalah berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah
di Sebelah Utara, berbatasan dengan Teluk Lampung
Kabupaten Tanggamus di Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus di Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung di sebelah Timur. Kabupaten Pesawaran dengan luas wilayah 117.377 hektar memiliki 7 kecamatan dan 133 desa. Topografi wilayah bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan ketinggian dari permukaan laut antara 19 sampai dengan 162 meter. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang terletak di Jalan Pematang Rinjing, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kecamatan Padang Cermin dengan ibu kota Wates Way Rantai memiliki luas sebesar 317,63 Km2 atau 31.763 Ha, memiliki
43
ketinggian dari permukaan laut atau Tinggi Titik Atas Umbul Lawi sebesar 271,5m. Jumlah Desa atau Kelurahan yang terdapat di Kabupaten Padang Cermin ada 22 desa definitif dan 151 dusun lingkungan. Jumlah penduduk yang terdapat di Kecamatan Padang Cermin pada tahun 2010 berjumlah 21.416 Rumah Tangga dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,82 %. 5.1.1
Letak dan Kondisi Geografis Pantai Mutun MS Town Pantai Mutun MS Town merupakan objek wisata alam yang berdiri pada
tahun 2001 dan memiliki luas sebesar 100 Ha, dengan tingkat kunjungan per tahun sebesar 10.000 orang. Pantai Mutun MS Town terletak di desa Sukajaya Lempasing dan memiliki koordinat astronomis pada -5.511776˚ LS dan 105.256446˚ BT. Pantai Mutun MS Town juga berbatasan dengan beberapa pantai lainnya seperti Pantai Puri Gading, Pantai Duta Wisata, Pantai Tirtayasa, Pantai Queen Artha, Pantai Kelapa Rapet dan Pantai Ringgung. Pantai Mutun MS Town merupakan pantai yang dikelola selama 24 jam dan setiap hari, sehingga pantai ini tidak pernah tutup dan tidak pernah sepi pengunjung. Cara untuk mencapai Pantai Mutun MS Town dapat ditempuh dengan dua cara yaitu:
Dari Bandar Lampung mengambil arah barat daya menuju Teluk Betung Barat, mengikuti jalan R.E Martadinata sejauh 9,9 km selama 17 menit
Dari Padang Cermin ke arah tenggara mengikuti Jalan Padang CerminGedong Tataan lalu menuju Jalan R.E Martadinata sejauh 31,6 km selama 34 menit
44
5.1.2
Letak dan Kondisi Geografis Pulau Tangkil Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata alam dan merupakan
bagian dari Pulau Mutun MS Town. Pulau Tangkil memiliki letak astronomis pada -5.513923˚ LS dan 105.269482˚ BT. Luas wilayah Pulau Tangkil sendiri sebesar 11 Ha dan merupakan satu satunya pulau yang sudah dikategorikan menjadi objek wisata, sementara beberapa pulau lainnya yang terletak di Kabupaten Pesawaran hanya dikategorikan sebagai potensi wisata. Pulau Tangkil merupakan tempat yang tepat bagi pengunjung untuk menikmati aktivitas berenang di laut dikarenakan air yang dangkal yakni 30 cm dari bibir pantai. Menuju lokasi Pulau Tangkil dapat ditempuh dengan menyebrang menggunakan perahu yang tersedia dari Pantai Mutun MS Town. Jarak yang harus ditempuh antara Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil adalah ± 6 Km yang dapat dicapai dalam waktu ± 15 menit. 5.2
Perbandingan Karakteristik Responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Karakteristik umum responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
didasarkan kepada hasil survei yang telah dilakukan terhadap 50 responden di tiap lokasi. Variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini meliputi umur responden, daerah asal, tingkat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan per bulan, status pernikahan, cara kedatangan menuju lokasi wisata, jumlah rombongan, sumber informasi lokasi, tujuan wisata, lama kunjungan responden, jarak tempuh dan waktu tempuh menuju lokasi wisata dan lama mengetahui keberadaan lokasi wisata.
45
5.2.1
Umur Berdasarkan hasil observasi lapang, diperoleh bahwa pengunjung Pantai
Mutun MS Town didominasi oleh pengunjung yang berusia 18-25 tahun sebanyak 50%, pengunjung berusia 26-33 tahun sebanyak 32% dan sisanya yang berusia diatas 34-41 tahun sebanyak 12% dan berusia lebih dari 41 tahun sebanyak 6%. Sementara pengunjung Pulau Tangkil didominasi oleh kaum muda yang berusia 18-25 tahun sebanyak 72%. Pengunjung yang usianya berkisar 26-33 tahun sebanyak 20%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 34-41 tahun sebanyak 2% dan sisanya merupakan pengunjung yang berusia dibawah 18 tahun sebanyak 4% dan berusia lebih dari 41 tahun sebanyak 2%. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan bahwa banyak ditemui kaum muda dikedua tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Sebaran Umur Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Umur (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
<18
0
0
2
4
18-25
25
50
36
72
26-33
16
32
10
20
34-41
6
12
1
2
>41
3
6
1
2
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.2
Daerah Asal Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Pantai Mutun MS
Town didominasi oleh pengunjung yang berasal dari daerah Lampung sebanyak 92%, pengunjung yang berasal dari Jakarta sebanyak 4%, dan sisanya sebesar 2% masing-masing berasal dari Bali dan Surabaya. Sementara pengunjung Pulau 46
Tangkil didominasi oleh mereka yang berasal dari daerah Lampung sebesar 68%. Pengunjung yang berasal dari Jakarta sebesar 12%. Pengunjung yang berasal dari Makassar sebesar 10%. Sementara sisanya merupakan pengunjung yang berasal dari Bandung sebesar 8% dan dari Palembang sebesar 2%. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan lokal yang berasal dari Lampung merupakan konsumen potensial bagi Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Hal tersebut dikarenakan lokasi objek wisata yang berada di Lampung sehingga pengunjung yang datang sangat didominasi dari daerah Lampung serta masih minimnya lokasi wisata yang memiliki pulau yang masih sangat asri seperti Pulau Tangkil. Namun dari data tersebut dapat diketahui bahwa Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil sangat memerlukan upaya promosi agar keberadaannya dapat diketahui khalayak ramai sehingga tingkat kunjungan pengunjung dapat semakin meningkat. Data tersebut disajikan dalam Tabel 7 berikut. Tabel 7. Sebaran Daerah Asal Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Daerah Asal
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Bandung
0
0
4
8
Jakarta
2
4
6
12
Lampung
46
92
34
68
Makasar
0
0
5
10
Palembang
0
0
1
2
Bali
1
2
0
0
Surabaya
1
2
0
0
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.3
Tingkat Pendidikan Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung Pantai
Mutun MS Town mengenyam pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak
47
50%, kemudian berpendidikan SMA sebesar 48% dan sisanya SMP sebesar 2%. Sementara sebagian besar pengujung Pulau Tangkil merupakan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 54%. Pengunjung yang berpendidikan SMA sebesar 38% dan SMP sebesar 8%. Sedangkan dari data dapat diketahui pula bahwa tidak ada pengunjung Pulau Tangkil yang berpendidikan akhir SD. Hipotesis yang dapat diperoleh adalah bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh wisatawan maka diharapkan akan semakin tinggi pula pemahaman mereka akan pentingnya menjaga suatu keberadaan tempat wisata, terlebih Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang baru berkembang, sehingga memerlukan perhatian lebih dari pengelola agar keberlanjutan tempat wisata ini dapat terjaga. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
SD
0
0
0
0
SMP
1
2
4
8
SMA
24
48
19
38
Perguruan Tinggi
25
50
27
54
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.4
Pekerjaan Jenis pekerjaan dari pengunjung Pantai Mutun MS Town sebagian besar
didominasi oleh pelajar atau mahasiswa sebesar 30%, kemudian pegawai swasta sebesar 24%, sebagai pengusaha atau wiraswasta sebagai 18%, PNS 16%, ibu rumah tangga 10% sedangkan sisanya 2% merupakan pegawai BUMN. Sementara pengunjung Pulau Tangkil sangat beragam, namun sebagian besar didominasi
48
oleh pelajar atau mahasiswa yakni 32%, pegawai swasta 26%, PNS 14%, pengusaha atau wiraswasta sebesar 8%, ibu rumah tangga sebesar 2% dan sisanya sebesar 18% merupakan pegawai BUMN yang didominasi oleh pegawai PLN. Dapat ditarik kesimpulan bahwa di kedua lokasi wisata didominasi oleh pelajar atau mahasiswa. Hal ini dapat menjadi penyebab Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memiliki kesempatan untuk memanfaatkan waktu luang mereka. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat lebih menambah berbagai fasilitas yang ada sehingga dapat menarik lebih banyak pengunjung dengan berbagai atraksi wisata. Proporsi mengenai pekerjaan responden ditunjukkan pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Sebaran Pekerjaan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
PNS
8
16
7
14
Pengusaha/Wiraswasta
9
18
4
8
Pelajar/Mahasiswa
15
30
16
32
Ibu Rumah Tangga
5
10
1
2
Pegawai Swasta
12
24
13
26
Lainnya
1
2
9
18
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.5
Tingkat Penghasilan Berdasarkan tingkat penghasilan, sebagian besar pengunjung Pantai Mutun
MS Town berpenghasilan Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 sebesar 54%, berpenghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00 sebesar 30% sedangkan sisanya berpenghasilan antara Rp 3.000.001,00 – Rp 5.000.000,00 sebesar 12% dan sisanya berpenghasilan antara Rp 5.000.001,00 – Rp 7.000.000,00 sebesar 4%.
49
Sementara
sebagian
besar
pengunjung
Pulau
Tangkil
memiliki
penghasilan antara Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 yakni sebesar 50% responden. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebesar 36% responden memiliki penghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00, kemudian sebesar 8% responden memiliki penghasilan antara Rp 3.000.001,00 – Rp 5.000.000,00, sebesar 4% memiliki penghasilan antara Rp 5.000.001,00 – Rp 7.000.000,00 dan sisanya sebesar 2% memiliki penghasilan diatas Rp 7.000.000,00. Faktor penghasilan merupakan salah satu faktor penentu penting dalam keputusan seseorang melakukan kegiatan wisata. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki tingkat penghasilan yang semakin tinggi, maka alokasinya terhadap kegiatan rekreasi akan semakain meningkat, sehingga nilai kesediaan membayar pengunjung terhadap berbagai hal terutama harga tiket juga dapat bertambah. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan pengelola objek wisata dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan maupun penambahan berbagai fasilitas di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Proporsi mengenai Tingkat Penghasilan responden ditunjukkan pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Sebaran Tingkat Penghasilan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Penghasilan (Rp)
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
<1.000.000
15
30
18
36
1.000.000-3.000.000
27
54
25
50
3.000.001-5.000.000
6
12
4
8
5.000.001-7.000.000
2
4
2
4
>7.000.000
0
0
1
2
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
50
5.2.6
Status Pernikahan Status pernikahan seseorang cenderung akan mempengaruhi jumlah
kunjungan seseorang terhadap lokasi wisata. Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang. Seseorang yang berstatus menikah kemungkinan mempunyai jumlah tanggungan yang lebih banyak, dibandingkan dengan seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan, sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi biaya perjalanan seseorang. Berdasarkan penelitian, responden Pantai Mutun MS Town yang berstatus menikah sebesar 44% dan berstatus belum menikah sebesar 56% sedangkan pengunjung Pulau Tangkil yang memiliki status menikah sebesar 12%, sedangkan sisanya sebesar 88% berstatus belum menikah. Proporsi mengenai status pernikahan responden ditunjukkan pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Sebaran Status Pernikahan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Status Pernikahan
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Menikah
22
44
6
12
Belum Menikah
28
56
44
88
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.7
Cara Kedatangan Sebagian besar pengunjung Pantai Mutun MS Town mendatangi lokasi
rekreasi dengan cara berkelompok sebanyak 86%. Secara berpasangan sebanyak 12% dan sisanya berkunjung sendiri sebanyak 2%. Sementara pengunjung Pulau Tangkil mendatangi pulau tersebut secara berkelompok sebesar 78%. Pengunjung lainnya datang bersama pasangan sebanyak 12% sementara sisanya sebesar 10%
51
memilih untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut, penyediaan paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata dapat lebih teroganisir. Tabel 12 menunjukkan proporsi cara kedatangan pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Tabel 12. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Cara Kedatangan
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Sendiri
1
2
5
10
Berpasangan
6
12
6
12
Kelompok
43
86
39
78
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.8
Jumlah Rombongan Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang
mengunjungi Pantai Mutun MS Town berkunjung secara berkelompok dengan jumlah anggota 5-10 orang sebesar 48%, sedangkan sisanya datang dengan jumlah rombongan besar yakni lebih dari 10 orang sebanyak 4% dan <5 orang sebanyak 46%. Sedangkan pengunjung Pulau Tangkil sebagian besar memutuskan untuk datang secara berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <5 orang yaitu sebesar 56%. Pengunjung lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 5-10 orang yaitu sebesar 28% dan sisanya datang dengan jumlah rombongan yang besar yakni diatas 10 orang yakni sebesar 16%. Adapun wisatawan yang berkunjung dengan jumlah yang relatif banyak, biasanya merupakan perusahaan ataupun rombongan pelajar atau mahasiswa yang melakukan aktivitas outbond, gathering atau camping. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas wisata baik fasilitas inti maupun fasilitas 52
penunjang yang terdapat di objek wisata agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Sebaran Jumlah Rombongan Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Jumlah Rombongan
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
<5
23
46
28
56
5-10
24
48
14
28
>10
2
4
8
16
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.9
Sumber Informasi Lokasi Menurut sumber informasi keberadaan Pantai Mutun MS Town sebagian
besar pengunjung mengetahui dari teman atau keluarga sebanyak 84%. Sisanya pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari surat kabar atau majalah sebesar 8% dan 8% lainnya mengaku mengetahui lokasi Pantai Mutun MS Town dari media informasi. Sementara keberadaan Pulau Tangkil, diketahui sebagian besar pengunjung dari teman atau keluarga yaitu sebanyak 86%. Sisanya pengunjung mengetahui dari media informasi seperti televisi maupun internet sebesar 14%. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi. Salah satu kegiatan promosi yang dapat dilakukan untuk menginformasikan keberadaan Pantai Mutun MS Town dan Pulau
Tangkil
adalah
dengan
mengikuti
pameran-pameran
wisata,
mempublikasikan melalui media cetak maupun elekronik, atau menambah berbagai papan informasi yang dapat menunjukkan keberadaan lokasi wisata. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan objek wisata disajikan pada Tabel 14 berikut. 53
Tabel 14. Sebaran Sumber Informasi Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Sumber Informasi Lokasi
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Teman/Keluarga
42
84
43
86
Surat Kabar/Majalah
4
8
0
0
Media Informasi
4
8
7
14
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
50
100
50
100
5.2.10 Tujuan Wisata Pantai Mutun MS Town menawarkan keindahan pantai yang sangat asri dan alami namun tetap dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang modern sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Wisatawan yang bertujuan untuk rekreasi atau menikmati keindahan alam mendominasi jumlah pengunjung yakni sebesar 84%, sedangkan sisanya sebesar 8% bertujuan untuk pendidikan yakni mempelajari kondisi lokasi Pantai Mutun MS Town dan 8% pengunjung lainnya memilik berkunjung ke Pantai Mutun MS Town untuk melakukan fotografi baik untuk foto wedding maupun untuk berfoto biasa. Sementara Pulau Tangkil mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan alam sehingga menarik minat wisatawan untuk berekreasi menikmati keindahan alam Pulau Tangkil. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di lokasi dan sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 92%. Adapula pengunjung lain yang datang ke Pulau Tangkil melakukan aktivitas olahraga yakni sebesar 6% dan 2% sisanya untuk melakukan foto pernikahan. Sebaran tujuan wisata pengunjung Pulau Tangkil disajikan pada Tabel 15. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan Pulau Tangkil.
54
Tabel 15. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town
Pulau Tangkil
Tujuan Wisata
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Rekreasi
42
84
46
92
Olahraga
0
0
3
6
Pendidikan
4
8
0
0
Fotografi
4
8
1
2
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
5.2.11 Lama Kunjungan Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di Pulau Tangkil. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa sebesar 66% pengunjung Pantai Mutun MS Town menghabiskan waktu selama 3-4 jam di lokasi wisata, sementara 18% pengunjung menghabiskan waktu selama 5-6 jam, 12% pengunjung selama 1-2 jam sedangkan sisanya sebesar 4% menghabiskan waktu selama lebih dari 6 jam. Semetara sebesar 40% pengunjung menghabiskan waktu nya di Pulau Tangkil selama 3-4 jam. Pengunjung bertujuan datang ke lokasi untuk menikmati suasana pantai yang lebih indah dengan suasana yang lebih tenang dan jauh dari kebisingan. Sementara 26% pengunjung yang menghabiskan waktunya di lokasi lebih dari 6 jam pada umumnya bertujuan untuk melakukan berbagai aktivitas olahraga maupun outbond. Pengunjung lainnya hanya menghabiskan 5-6 jam di lokasi wisata sebesar 18% dan sisanya sebesar 16% adalah pengunjung yang menghabiskan waktunya 1-2 jam di lokasi wisata. Dapat disimpulkan bahwa wisatawan di kedua lokasi wisata menghabiskan waktu selama 3 sampai 4 jam selama berwisata. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil disajikan pada Tabel 16 berikut.
55
Tabel 16. Sebaran Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town Lama Kunjungan (jam)
Frekuensi
Pulau Tangkil
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
<1
0
0
0
0
1-2
6
12
8
16
3-4
33
66
20
40
5-6
9
18
9
18
>6
2
4
13
26
100
50
100
Jumlah 50 Sumber : Data Primer,2012
5.2.12 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden Pantai Mutun MS Town berada pada jarak 5-20 km sebesar 48%, berada pada jarak relatif jauh yakni lebih dari 52 km sebesar 16%, sebesar 18% pegunjung menempuh jarak sejauh 37-52 km, sedangkan sisanya sebesar 16% pengunjung menempuh jarak sejauh 21-36 km dan 2% pengunjung menempuh jarak menuju Pantai Mutun MS Town kurang dari 5 km. Sementara pengunjung Pulau Tangkil merupakan pengunjung yang berasal dari jarak yang relatif jauh dengan lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak 37-52 km untuk mencapai lokasi (36%). Diperkirakan mereka merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah Bandar Lampung dan sekitarnya. Pengunjung lainnya menempuh jarak 520 km sebanyak 28% dan lebih dari 52 km sebesar 22%. Selebihnya menempuh jarak sejauh 21-36 km sebesar 10% dan kurang dari 5 km sebesar 4%. Proporsi mengenai jarak tempuh yang dilalui pengunjung dalam berwisata disajikan pada Tabel 17 berikut.
56
Tabel 17. Sebaran Jarak Tempuh Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town Jarak Tempuh (km)
Frekuensi
Persentase (%)
Pulau Tangkil Frekuensi
Persentase (%)
<5
1
2
2
4
5-20
24
48
14
28
21-36
8
16
5
10
37-52
9
18
18
36
8
16
11
22
50
100
50
100
>52 Jumlah Sumber : Data Primer,2012
Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar responden Pantai Mutun MS Town memerlukan waktu 1-1,5 jam untuk tiba di Pantai Mutun MS Town sebanyak 46%, 20% pengunjung memerlukan waktu kurang dari 0,5 jam, 22% pengunjung menghabiskan waktu 2-2,5 jam, sedangkan sisanya sebesar 10% pengunjung memerlukan waktu 3-3,5 jam untuk mencapai lokasi dan 2% pengunjung memerlukan waktu 4-4,5 jam. Sedangkan secara garis besar pengunjung memerlukan waktu 2-2,5 jam untuk tiba di Pulau Tangkil yakni sebanyak 44%. Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal dari daerah sekitar Lampung. Selain itu 22% responden membutuhkan waktu sebesar 3-3,5 jam. Sebanyak 20% responden membutuhkan waktu 1-1,5 jam dan 10% responden membutuhkan waktu kurang dari 0,5 jam. Jumlah waktu tersebut umumnya dibutuhkan oleh mereka yang berada disekitar objek wisata. Sisanya sebanyak 4% membutuhkan waktu sebesar 4-4,5 jam untuk mencapai lokasi. Pada umumnya ditempuh oleh responden yang bukan berasal dari Lampung. Proporsi mengenai waktu tempuh yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di kedua objek wisata disajikan pada Tabel 18 berikut.
57
Tabel 18. Sebaran Waktu Tempuh Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town Waktu Tempuh (jam)
Frekuensi
Persentase (%)
Pulau Tangkil Frekuensi
Persentase (%)
0,5
10
20
5
10
1-1,5
23
46
10
20
2-2,5
11
22
22
44
3-3,5
5
10
11
22
>3,5 Jumlah Sumber : Data Primer,2012
1
2
2
4
50
100
50
100
5.2.13 Lama Mengetahui Lama mengetahui keberadaan suatu lokasi wisata, sangat mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan terhadap lokasi wisata tersebut. Diasumsikan bahwa, semakin lama seseorang mengetahui keberadaan suatu lokasi wisata, amak tingkat kunjungan wisatawan tersebut terhadap lokasi wisata akan semakin meningkat. Proporsi mengenai lama mengetahui pengunjung terhadap objek wisata disajikan pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Sebaran Lama Mengetahui Pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Pengunjung Objek Wisata Pantai Mutun MS Town Lama Mengetahui
Frekuensi
Persentase (%)
Pulau Tangkil Frekuensi
Persentase (%)
<1
1
2
10
20
1-4
16
32
21
42
5-8
27
54
13
26
9-12
4
8
4
8
>12
2
4
2
4
50
100
50
100
Jumlah Sumber : Data Primer,2012
Berdasarkan karakteristik lama mengetahui tempat wisata yang dihitung dalam tahun, seperti yang ditunjukkan pada Tabel, diketahui bahwa sebesar 54% responden sudah mengetahui keberadaan Pantai Mutun MS Town selama 5 sampai 8 tahun, sebesar 32% responden telah megetahui lokasi wisata selama 1-4 58
tahun, 8% pengunjung mengetahui keberadaan lokasi selama 9-12 tahun sedangkan 4% pengunjung telah mengetahui lokasi wisata selama lebih dari 12 tahun dan sisanya sebesar 2% pegunjung baru mengetahui keberadaan lokasi wisata selama kurang dari 1 tahun. Sementara 42% responden Pulau Tangkil sudah mengetahui lokasi wisata selama 1-4 tahun. Sebanyak 26% lainnya telah mengetahui keberadaan Pulau Tangkil selama 5-8 tahun. Sementara 20% pengunjung mengetahui lokasi wisata kurang dari 1 tahun dan selebihnya sebesar 8% telah mengetahui lokasi wisata selama 9-12 tahun dan 4% pengunjung mengetahui keberadaan lokasi lebih dari 12 tahun. Pengunjung yang termasuk dalam kelas tersebut sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah Lampung.
59
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1
Deskripsi Kondisi Objek Wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Pantai Mutun MS Town adalah salah satu tempat wisata di Kabupaten
Pesawaran yang menyajikan suasana alam, pantai serta laut yang indah dan masih sangat terjaga keasriannya. Pantai Mutun MS Town juga bepotensi untuk menjadi wisata alternatif selain Pantai Pasir Putih yang selama ini dikenal dan selalu ramai dikunjungi. Suasana nyaman dan alami yang didukung dengan laut yang biru dan masih jernih serta pasir yang putih dapat dijadikan sarana rekreasi sekaligus relaksasi untuk melepas penat yang tepat bagi para wisatawan. Selain menawarkan wisata pantai yang indah, Pantai Mutun MS Town juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana permainan dan olahraga untuk segala umur. Hal inilah yang menjadikan Pantai Mutun MS Town memiliki tingkat kunjungan yang tinggi mencapai 10.000 orang/tahun pada tahun 2011 sekaligus sebagai Pantai dengan tingkat kunjungan paling tinggi di Kabupaten Pesawaran (Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, 2011). Meskipun terdapat banyak akses untuk mencapai lokasi Pantai Mutun MS Town namun minimnya papan informasi yang dimiliki objek wisata ini serta kondisi jalan yang sangat sulit dilewati membuat akses menuju lokasi tidak dapat dijangkau dengan mudah. Jarak yang harus ditempuh pengunjung dari jalan raya menuju ke pintu masuk Pantai Mutun MS Town sejauh 1 Km, memakan waktu sekitar 15 menit perjalanan dengan kondisi jalan yang buruk sehingga menambah waktu perjalanan. Jalan masuk menuju Pantai Mutun MS Town ini juga
60
merupakan akses bagi pengunjung untuk mengunjungi lokasi pantai lainnya yakni Pantai Putra Mutun, Pantai Sekarwana, Pantai Pendikil dan Pantai yang dikelola secara pribadi oleh masyarakat sekitar. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan Pantai Mutun MS Town antara lain :
Kantor pusat informasi dan pelayanan
Berbagai macam sarana permainan seperti Octopus, Seg Way, Bumper Boat, Banana Boat, kano, sewa ban dan lain sebagainya
Shelter atau pondokan yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam
Kafetaria, menyediakan dan melayani kebutuhan makanan dan minuman
Kios cinderamata diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli kenangkenangan
Sebuah aula terbuka yang dapat digunakan untuk karaoke atau berkumpul yang dapat menampung lebih dari 100 orang
Fasilitas lainnya yaitu berupa tempat parkir, mushola, pos kesehatan, dan MCK Pantai Mutun MS Town memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa
sebesar
Rp
5.000,00.
Berdasarkan
cara
kedatangan,
pengunjung
yang
menggunakan kendaraan roda dua termasuk penumpangnya sebesar Rp 10.000,00, mobil pribadi sebesar Rp 10.000,00, Angkutan Kota sebesar Rp 35.000,00, bus ukuran
kecil sebesar Rp 100.000,00 dan bus ukuran besar sebesar Rp.
150.000,00. Selain itu Pantai Mutun MS Town menyediakan fasilitas pondokan atau saung untuk berteduh. Tarif pondokan dibedakan berdasarkan luasan yakni
61
untuk luas 4 x 3 sebesar Rp 35.000,00 dan luas 3 x 2 sebesar Rp 50.000,00 pada hari biasa, sementara pada hari libur menjadi Rp 50.000,00 dan Rp 75.000,00. Sementara untuk tarif sewa aula dikenakan biaya sebesar Rp 500.000,00 selama satu hari penuh, dan untuk sewa bermacam permainan seperti kano dikenakan tarif sebesar Rp 10.000,-/kano kecil dan Rp 15.000,-/kano besar selama 1 jam, sewa ban sebesar Rp 5.000/ban, banana boat sebesar Rp 10.000,00 per orang, bumper boat, octopus dan seg way sebesar Rp 20.000/orang. Pulau Tangkil merupakan salah satu objek wisata pantai lainnya bagi para pengunjung yang menginginkan suasana yang lebih tenang dan tidak begitu ramai dan merasakan sensasi keterasingan. Keasrian Pulau Tangkil juga sangat dijaga oleh pengelola wisata dengan tidak menambahkan terlalu banyak fasilitas permainan atau berbagai macam bangunan yang dapat mengganggu keindahan pulau. Wisata berkeliling Pulau Tangkil merupakan alternatif wisata yang dapat dilakukan jika para pengunjung merasa jenuh dengan permainan di laut. Wisata berkeliling pulau ini dapat ditempuh selama ± 20 menit perjalanan menggunakan perahu. Selama berputar mengelilingi pulau kita akan disuguhkan pemandangan berupa hijaunya tanaman yang memenuhi pulau, tanaman mangrove, puncak bebatuan di beberapa sisi pulau, serta laut yang sangat jernih dan terdapat berbagai macam terumbu karang. Selain itu, Pulau Tangkil juga memiliki pasir yang lebih putih dan bersih dibandingkan Pantai Mutun MS Town. Tingkat kunjungan Pulau Tangkil pada tahun 2011 mencapai 3000 orang/tahun (Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, 2011). Pulau Tangkil memberlakukan tiket masuk kepada setiap pengunjung dewasa sebesar Rp 3.000,00, sewa pondokan atau shelter yang terbuat dari bambu
62
dan menghadap Pantai Mutun MS Town sebesar Rp 50.000,00 hingga Rp 100.000,00 bergantung ukuran, dan untuk berbagai macam permainan seperti sewa ban dikenakan tarif sebesar Rp 5.000,00, banana boat sebesar Rp 10.000,00 per orang, kano sebesar Rp 10.000,00 untuk ukuran kecil dan Rp 15.000,00 untuk ukuran besar selama 1 jam, dan sebagainya. Bagi para pengunjung yang bosan akan berbagai macam permainan yang disediakan, terdapat pula fasilitas pemancingan yang didominasi ikan kerapu. Sementara biaya transportasi tambahan yang harus dikeluarkan pengunjung dari Pantai Mutun MS Town menuju Pulau Tangkil dengan menggunakan perahu adalah sebesar Rp 10.000,00 per orang atau sebesar Rp 100.000,00 untuk sewa perahu secara rombongan. Tarif sewa perahu ini sudah termasuk pulang-pergi dari Pantai Mutun MS Town menuju Pulau Tangkil. Berbagai sarana dan prasarana yang tersedia di Pulau Tangkil antara lain :
Berbagai macam sarana permainan seperti jet ski, banana boat, snorkeling, ATV, sailing boat, kano, sewa ban dan lain sebagainya
Shelter atau pondokan yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam
Kafetaria, menyediakan dan melayani kebutuhan makanan dan minuman
Fasilitas lainnya yaitu berupa kamar mandi dan toilet
6.1.1
Persepsi Pengunjung Mengenai Fasilitas Inti dan Fasilitas Penunjang di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali
informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Hal ini dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperhatikan sehingga perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam upaya
63
mengelola Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Adapun penilaian tersebut meliputi penilaian persepsi pengunjung terhadap keberadaan fasilitas inti dan fasilitas penunjang. Beberapa sarana dan prasarana yang tergolong dalam fasilitas inti antara lain restoran, WC umum, tempat mandi, sarana permainan, penginapan, akses jalan dan sarana penyebrangan. Sementara sarana dan prasarana yang tergolong dalam fasilitas penunjang antara lain tempat sampah, toko souvenir, papan informasi, klinik kesehatan, pos penjagaan, tempat ibadah, saung, lahan parkir dan alat selam. Persepsi pengunjung terhadap berbagai fasilitas di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang disajikan pada Tabel 20 berikut. .
64
Tabel 20. Persepsi Pengunjung Terhadap Fasilitas Inti dan Fasilitas Penunjang di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Tahun 2012 Objek Wisata (Orang) Pantai Mutun MS Town No.
Fasilitas
A
B
C
D
A.
Fasilitas Inti
1.
Restoran
38*
12
2.
WC Umum
27*
22
1
3.
TempatMandi
24*
22
4
4.
Sarana
E
F
Pulau Tangkil G
12
34*
3
31*
15
1
A
B
C
D
10
31*
6
3
36*
10
4
1
36*
9
4
3
25*
21
1
E
F
G
9
34*
6
Permainan 5.
Penginapan
6.
Akses Jalan
7.
Sarana
10
27*
13
Penyebrangan B.
Fasilitas Penunjang
1.
Tempat
1
27*
20
2
7
26*
17
2
29*
18
20
22*
8
28*
21
2
29*
19
13
32*
5
1
15
31*
4
7
30*
13
2
14
25*
10
1
6
35*
6
3
18
27*
2
3
8
31*
8
2
5
29*
14
2
4
17
24*
5
9
31*
7
3
Sampah 2.
Toko Souvenir
3.
Papan
1
Informasi 4.
Klinik Kesehatan
5.
Pos
1
Penjagaan 6.
Tempat Ibadah
7.
Saung
8.
Lahan Parkir
9.
Alat Selam
Sumber: Data Primer, 2012
Keterangan:
A = Sangat Kurang E = Tidak Terawat B = Kurang Memadai F = Terawat C = Memadai G = Sangat Terawat D = Sangat Memadai * = kondisi Fasilitas Inti dan Fasilitas Penunjang di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
Keberadaan restoran atau tempat makan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap pengelola lokasi wisata karena akan sangat menunjang
65
kenyamanan pengunjung yang mendatangi lokasi wisata tersebut. Dari hasil pengamatan melalui kuesioner yang telah dilakukan, diperoleh bahwa sebagian besar pengunjung menyatakan bahwa penyediaan restoran atau tempat makan di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil kurang memadai. Hal ini dikarenakan di Pantai Mutun MS Town hanya memiliki kurang lebih 20 warung kecil yang umumnya menjual makanan ringan dan hanya terdapat satu restoran atau tempat makan saja yang menjual makanan berat atau utama, sementara di Pulau Tangkil hanya terdapat beberapa warung kecil yang tidak mencukupi kebutuhan pengunjung. Keberadaan WC umum dan tempat mandi merupakan hal yang termasuk fasilitas utama lainnya selain keberadaan restoran. Hal ini dikarenakan kedua hal tersebut merupakan hal yang sangat diperlukan pengunjung ketika selesai beraktivitas di lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung berpendapat keberadaan WC umum dan tempat mandi atau mandi di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil kurang memadai. Hal ini disebabkan keberadaan WC umum maupun tempat mandi di Pantai Mutun MS Town kurang terawat dan perlu untuk dilakukan perbaikan maupun penambahan sarana. Sementara hanya terdapat tiga sampai empat bilik WC umum di Pulau Tangkil dalam kondisi yang sangat sederhana, serta tempat mandi yang berada dalam kondisi kurang terawat. Sarana permainan merupakan sarana yang tidak kalah penting dibanding sarana lain. Tingkat ketertarikan pengunjung terhadap suatu lokasi wisata juga disebabkan ketersediaan berbagai sarana permainan di lokasi tersebut. Sehingga selain dapat menikmati suasana pantai dan pulau yang indah, pengunjung juga bisa menikmati berbagai sarana permainan lainnya. Persepsi pengunjung terhadap
66
sarana permainan di Pantai Mutun MS Town dinyatakan dalam kondisi terawat. Sementara beberapa sarana permainan yang terlihat kurang terawat antara lain kano ataupun penyewaan alat selam dan ban. Sedangkan pengunjung Pulau Tangkil menyatakan bahwa penyediaan sarana permainan di lokasi ini dalam kondisi kurang memadai. Keberadaan lokasi penginapan juga menjadi salah satu faktor yang termasuk fasilitas utama dari suatu lokasi wisata karena pengunjung yang berasal dari lokasi yang jauh membutuhkan sarana penginapan sebagai tempat untuk beristirahat sehingga mereka tidak perlu terburu-buru dalam menikmati keindahan wisata yang tersedia. Sebagian besar pengunjung Pantai Mutun MS Town menyatakan keberadaan lokasi penginapan dalam kondisi kurang memadai, hal ini disebabkan minimnya papan informasi yang disediakan pengelola objek wisata untuk memberitahukan keberadaan lokasi penginapan. Akses jalan merupakan hal lain yang termasuk dalam fasilitas utama dari suatu lokasi wisata. Keberadaan suatu lokasi wisata akan mudah dicapai pengunjung jika lokasi tersebut didukung dengan kondisi jalan yang bagus dan dapat dilewati oleh berbagai macam kendaraan pengunjung. Persepsi pengunjung Pantai Mutun MS Town terhadap akses jalan menuju lokasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung menyatakan jalan menuju lokasi berada dalam kondisi yang tidak terawat. Persepsi pengunjung ini didukung kenyataan yang ada di lapang, bahwa kondisi jalan menuju Pantai Mutun MS Town dari gerbang utama menuju pintu masuk kurang lebih sejauh satu kilometer sangat beragam, yakni terdapat kondisi jalan yang mulus namun ada juga yang sangat rusak sehingga membahayakan pengguna jalan.
67
Lokasi Pulau Tangkil yang berada bersebrangan dengan Pantai Mutun MS Town membuat pengunjung yang ingin berkunjung ke Pulau Tangkil harus menggunakan sarana penyebrangan yang disediakan pihak pengelola objek wisata. Tersedianya berbagai macam perahu dengan tarif yang sesuai dengan jumlah penumpang membuat penilaian terhadap kondisi sarana penyebrangan menjadi sesuatu yang penting dilakukan, karena tanpa menggunakan perahu, pengunjung tidak dapat mencapai lokasi wisata Pulau Tangkil. Persepsi pengunjung terhadap kondisi sarana penyebrangan menuju Pulau Tangkil sebagian besar dinilai memadai oleh pengunjung. Keberadaan tempat pembuangan sampah merupakan hal yang dapat dikategorikan sebagai fasilitas penunjang. Hal ini dikarenakan, kenyamanan pengunjung akan sangat ditentukan oleh kebersihan lokasi wisata yang dapat dicapai dengan keberadaan tempat pembuangan sampah tersebut. Sebagian besar pengunjung di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil menyatakan kondisi tempat pembuangan sampah kurang memadai. Beragamnya persepsi pengunjung ini dikarenakan keberadaan tempat pembuangan sampah tersebut umumnya hanya berada di depan saung atau tempat berteduh yang disewa pengunjung, dan hanya terdapat satu buah untuk setiap saung. Keberadaan toko souvenir juga merupakan salah satu sarana penunjang keberadaan lokasi wisata karena pada umumnya setiap pengunjung yang datang ke suatu lokasi wisata ingin membawa oleh-oleh atau sesuatu yang merupakan ciri khas lokasi tersebut yang dapat dijadikan sebagai kenang-kenangan. Sebagian besar pengunjung menyatakan keberadaan toko souvenir di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil berada dalam kondisi kurang memadai.
68
Keberadaan suatu papan informasi merupakan hal yang sangat menunjang pelaksanaan suatu kegiatan wisata, karena apabila suatu lokasi wisata mampu menyediakan beragam sarana informasi yang dapat mempermudah para pengunjung yang ingin datang mengunjungi, maka hal tersebut akan sangat berdampak positif pada tingkat kunjungan lokasi wisata yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan lokasi wisata tersebut. Sebagian besar pengunjung merasa bahwa keberadaan papan informasi menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil kurang memadai. Kenyataan yang ditemui dilapangan bahwa lokasi wisata Pantai Mutun MS Town hanya memiliki satu papan penunjuk lokasi wisata, terletak tidak strategis dan dalam kondisi yang tidak terawat. Keberadaan klinik kesehatan sebagai upaya pertama dalam mengatasi berbagai kejadian yang mungkin terjadi adalah hal yang patut dimiliki oleh tiap objek wisata. Sebagian besar pengunjung berpendapat bahwa keberadaan klinik kesehatan di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil berada dalam kondisi kurang memadai. Klinik kesehatan yang dimiliki Pantai Mutun MS Town pada dasarnya berjumlah satu buah klinik yang terletak tidak jauh dari deretan tempat berteduh atau saung pengunjung. Sementara sebagian besar persepsi pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil terhadap keberadaan pos penjagaan adalah kurang memadai. Pada dasarnya keberadaan pos penjagaan atau life guard yang ditujukan untuk menjamin keselamatan pengunjung, dan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah digapai pengunjung dan terletak di pinggir pantai. Namun kondisi pos penjagaan yang kurang terawat membuat beberapa pengunjung berpendapat keberadaan pos penjagaan ini dianggap kurang memadai sehingga perlu menjadi perhatian pengelola wisata agar dapat diperbaiki.
69
Penilaian pengunjung terhadap fasilitas penunjang lainnya yakni tempat ibadah juga memiliki penilaian yang beragam. Sebagian besar pengunjung Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil berpendapat bahwa keberadaan tempat ibadah kurang memadai, hal ini dikarenakan lokasi tempat ibadah yang tidak strategis. Sementara keberadaan tempat berteduh atau saung di Pantai Mutun MS Town dinilai kurang memadai bagi sebagian besar pengunjung. Jumlah tempat berteduh atau saung yang disediakan pengelola pada dasarnya berjumlah lebih dari 70 saung, sehingga sanggup menampung hingga lebih dari 350 pengunjung. Namun hal ini dirasa sangat tidak mencukupi pada saat hari libur, karena pengunjung akan sangat banyak berdatangan, sehingga tidak jarang beberapa pengunjung yang tidak mendapat saung atau tempat berteduh terpaksa menggunakan tikar untuk bersantai. Hal ini berbanding terbalik dengan persepsi pengunjung Pulau Tangkil terhadap keberadaan tempat berteduh atau saung karena sebagian besar pengunjung berpendapat bahwa keberadaan tempat berteduh atau saung berada dalam kondisi memadai. Hal lainnya yang dapat menunjang kenyamanan pengunjung dalam menghabiskan waktunya di suatu lokasi wisata adalah ketersediaan lahan parkir. Lahan parkir dalam jumlah yang dapat mencukupi kebutuhan pengunjung akan meningkatkan kenyamanan pengunjung di lokasi tersebut. Persepsi pengunjung Pantai Mutun MS Town terhadap keberadaan lokasi parkir dinyatakan dalam kondisi memadai. Keindahan Pulau Tangkil yang masih sangat alami dan jauh dari kebisingan memberikan daya tarik tersendiri dari lokasi wisata ini. Hal ini juga didukung dengan keindahan alam bawah laut disekeliling Pulau Tangkil maupun
70
dalam perjalanan menuju Pulau Tangkil. Ketersediaan alat selam merupakan hal yang utama bagi mereka yang ingin menikmati keindahan bawah laut. Sebagian besar pengunjung berpendapat penyediaan alat selam kurang memadai. 6.2
Perbandingan Surplus Konsumen Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Perhitungan nilai surplus konsumen dari masing-masing lokasi wisata
diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Menurut Fauzi (2006), setelah mengetahui fungsi permintaan kita dapat mengukur surlus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per individu dapat diukur dengan formula SK = Y2/2b, dimana Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya perjalanan. Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pantai Mutun MS Town sebesar Rp 2.764.045,00 sedangkan nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pulau Tangkil sebesar Rp 1.577.320,00. Perhitungan mengenai surplus ini dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6. Perbandingan surplus konsumen di kedua lokasi wisata merupakan hal yang perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui seberapa besar surplus yang diperoleh pengunjung diantara kedua lokasi wisata tersebut. Hasil perhitungan memunjukkan surplus konsumen per individu per kunjungan di Pantai Mutun MS Town memiliki hasil yang lebih besar dibandingkan surplus konsumen per individu per kunjungan di Pulau Tangkil. Sehingga pengunjung memiliki keuntungan yang lebih besar jika berkunjung ke Pantai Mutun MS Town, hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa tingkat kunjungan di
71
Pantai Mutun MS Town pada tahun 2011 lebih tinggi yakni 10.000 orang per tahun, sementara tingkat kunjungan di Pulau Tangkil hanya mencapai 3.000 orang per tahun. Semakin tinggi tingkat kunjungan di suatu lokasi wisata maka diasumsikan perolehan surplus konsumen per individu per kunjungan akan semakin besar. 6.3
Estimasi Tingkat Retribusi Optimum Harga Tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Nilai surplus konsumen yang besar dapat dijadikan indikator kemampuan
pengunjung bahwa harga tiket yang ditetapkan pengelola wisata tidak terlalu tinggi namun belum diiringi dengan perbaikan sarana dan prasarana yang terdapat di kedua objek wisata. Sehingga upaya pengelola wisata untuk menaikkan harga tiket yang berlaku saat ini dapat dilakukan dengan menaikkan tiket masuk yang sesuai dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner yang diberikan pada tiap pengunjung, diperoleh bahwa kesediaan pengunjung dalam membayar tiket masuk menuju Pantai Mutun MS Town jika pengelola objek wisata berupaya untuk memperbaiki fasilitas yang ada mencapai Rp 6.000,00 dari harga awal yang ditetapkan sebesar Rp 5.000,00. Sementara kesediaan membayar pengunjung Pulau Tangkil atas harga tiket masuk yang telah ditetapkan jika pengelola objek wisata berupaya melakukan perbaikan terhadap berbagai fasilitas yang ada di lokasi wisata ini mencapai Rp 9.000,00 (diasumsikan terdapat biaya tetap yakni tiket masuk menuju Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu sebesar Rp 5.000,00) dari harga awal yang ditetapkan yakni sebesar Rp 3.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pengunjung di tiap lokasi wisata berkeinginan untuk mendapatkan fasilitas di lokasi wisata yang lebih baik dan lengkap serta sesuai
72
dengan harapan pengunjung objek wisata, oleh karena itu pengingkatan harga tiket masuk sesuai dengan kesediaan membayar pengunjung merupakan alternatif yang terbaik jika pengelola wisata ingin melakukan perbaikan pada lokasi wisata. 6.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil Fungsi permintaan wisata di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil
ditntukan oleh beberapa independent variabel yang diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan per tahun terhadap Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Independent variabel yang digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan (dependent variabel) di Pantai Mutun MS Town antara lain biaya perjalanan, umur, status pernikahan, lama pendidikan, total penghasilan, lama mengetahui lokasi, jarak tempuh dan waktu yang dihabiskan di lokasi wisata. Sementara di Pulau Tangkil independent variabel yang digunakan antara lain biaya perjalanan, umur, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah tanggungan, lama pendidikan, asal kedatangan, total penghasilan, jarak tempuh, lama mengetahui lokasi, waktu tempuh dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diestimasi dengan menggunakan software SPSS 16, yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi linier berganda. 6.4.1
Model Regresi Linier Berganda Pantai Mutun MS Town Model regresi linier berganda yang diperoleh dari lokasi Pantai Mutun MS
Town adalah sebagai berikut: Y = - 0,904 - 0,00000089 X1 – 0,191 X2 + 2,301 X3 + 0,622 X4 - 0,00000044 X5 – 0,031 X6 + 0,077 X7 + 0,738 X8 Berikut merupakan Tabel hasil analisis dengan menggunakan software SPSS 16.
73
Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata Pantai Mutun MS Town Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error t Sig. Tolerance VIF Konstanta -.904 4.598 -.196 .845 BiayaPrjlnan -8.9E-007 .000 -.866 .392 .713 1.402 Umur -.191 .089 -2.142 .458 2.183 .038* DStatus 2.301 1.172 1.963 .056** .532 1.878 Lamapnddk .622 .233 2.675 .754 1.327 .011* Penghasilan -4.4E-007 .000 -1.239 .223 .606 1.649 Jarak -.031 .025 -1.245 .220 .836 1.196 LamaMgthui .077 .127 .601 .551 .840 1.190 WaktuDhbskan .738 .347 2.127 .861 1.161 .040* R2 .333 R2 (adj) .203 Durbin Watson 2.132 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Keterangan :
* nyata pada taraf nyata 5% ** nyata pada taraf nyata 10%
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R2 yang dihasilkan bernilai 33,3 %. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke Pantai Mutun MS Town dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 33,3% dan sisanya sebesar 66,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai F hitung sebesar 2,559 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,023 (Lampiran 3) menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan jumlah kunjungan responden pada taraf α yang digunakan. Model regresi linier berganda harus memenuhi
asumsi
tidak
ada
masalah
multikolinieritas,
autokorelasi,
homoskedastisitas, dan uji asumsi normalitas. Hasil uji tersebut adalah disajikan sebagai berikut:
74
1.
Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan dengan melihat koefisien
korelasi antar peubah X, semuanya memiliki korelasi di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada peubah X (independen) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar peubah yang melebihi 95%. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3. 2.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW yang bernilai 2,132 berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus, 2004). 3.
Uji Homoskedastisitas Pemeriksaaan asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan melihat sebaran
pada scatterplot. Dari grafik scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED) terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
75
Scatterplot
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Gambar 5. Scatterplot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pantai Mutun MS Town 4.
Uji Asumsi Normalitas Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan
melihat grafik sebaran data. Dari grafik diperoleh hasil bahwa data menyebar normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil uji asumsi normalitas. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Gambar 6.
Normal P-Plot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pantai Mutun MS Town
76
Berdasarkan uji t yang dapat kita lihat dari nilai P pada Tabel terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata dalam model. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: A.
Umur Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa faktor umur
memiliki tanda koefisien yang negatif, berarti ada kecenderung dimana semakin tua usia wisatawan maka peluang rata-rata kunjungannya ke Pantai Mutun MS Town akan menurun. Variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan pada taraf uji 5%. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang berlaku bahwa semakin meningkat usia seseorang, maka kebutuhan akan kegiatan rekreasi cenderung menurun. B.
Dummy Status Pernikahan Status pernikahan berpengaruh nyata pada taraf nyata 10% terhadap
frekuensi kunjungan wisatawan Pantai Mutun MS Town. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa wisatawan yang berstatus menikah akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan bahwa hampir sebagian besar pengunjung berstatus menikah dan pada umumnya membawa banyak anggota keluarga mereka untuk bersama melakukan kegiatan wisata. C.
Lama Pendidikan Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel lama pendidikan yang
menyatakan tingkat pendidikan yang ditempuh wisatawan memiliki koefisien positif dan berpengaruh nyata pada taraf 5% sehingga dapat dikatakan lama pendidikan secara signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan Pantai
77
Mutun MS Town. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya terhadap Pantai Mutun MS Town. Hal tersebut diperkirakan karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang maka kebutuhan akan rekreasi akan semakin tinggi, sehingga mereka akan cenderung menigkatkan frekuensi kunjungan terlebih jika lokasi wisata yang dikunjungi memiliki daya tarik dan keindahan tersendiri. D.
Waktu di Lokasi Waktu yang dihabiskan di lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan
memiliki koefisien positif terhadap frekuensi kunjungan ke Pantai Mutun MS Town. Artinya semakin lama waktu yang dihabiskan individu di lokasi tersebut maka akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan ke Pantai Mutun MS Town. Hal tersebut dapat disebabkan karena keindahan alam dan kesejukan udara yang ditawarkan Pantai Mutun MS Town memberikan sensasi relaksasi bagi pengunjung yang datang sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lokasi. Oleh karena itu, mereka berkeinginan untuk kembali lagi tempat ini bahkan cenderung akan meningkatkan frekuensi kunjungan mereka. 6.3.2 Model Regresi Linier Berganda Pulau Tangkil Model regresi linier berganda yang diperoleh dari lokasi Pulau Tangkil adalah sebagai berikut: Y = 0,459 + 0,000000979 X1 + 0,038 X2 – 0,910 X3 – 0,515 X4 - 0,307 X5 + 0,051 X6 - 0,367 X7 – 0,000000186 X8 + 0,049 X9 + 0,594 X10 – 0,057 X11 – 0,711 X12 Berikut merupakan Tabel hasil analisis dengan menggunakan software SPSS 16.
78
Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata Pulau Tangkil Unstandardized Coefficients Model B Std. Error Konstanta .459 2.816 BiayaPrjlanan 9.79E-007 .000 Umur .038 .084 DJK -.910 .712 Dstatus -.515 1.397 JmlTnggn -.307 .325 LamaPddk .051 .161 Asal -.367 .445 Penghasilan 1.86E-007 .000 Jarak .049 .030 LamaMgthui .594 .111 WktuygDhbskan -.057 .088 WaktuTempuh -.711 .669 2 R .492 R2 (adj) .327 Durbin Watson 2.175
t .163 1.318 .451 -1.278 -.369 -.945 .316 -.825 .675 1.651 5.358 -.640 -1.063
Sig. .872 .196*** .655 .209 .714 .351 .753 .415 .504 .107** .000* .526 .295
Collinearity Statistics Tolerance VIF .515 .345 .764 .409 .565 .570 .709 .352 .289 .636 .779 .240
1.940 2.902 1.309 2.445 1.771 1.753 1.410 2.840 3.466 1.573 1.285 4.163
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Keterangan :
* ** ***
nyata pada taraf nyata 1% nyata pada taraf nyata 15% nyata pada taraf nyata 20%
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R2 yang dihasilkan bernilai 49,2 %. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke Pulau Tangkil dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 49,2% dan sisanya sebesar 50,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai F hitung sebesar 2,986 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,005 (Lampiran 4) menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan jumlah kunjungan responden pada taraf α yang digunakan.
79
Model regresi linier berganda harus memenuhi asumsi tidak ada masalah multikolinieritas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan uji asumsi normalitas. Hasil uji tersebut adalah disajikan sebagai berikut: 1.
Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan dengan melihat koefisien
korelasi antar peubah X, semuanya memiliki korelasi di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada peubah X (independen) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar peubah yang melebihi 95%. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4. 2.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW yang bernilai 2,175 berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus, 2004). 3.
Uji Homoskedastisitas Pemeriksaaan asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan melihat sebaran
pada scatterplot. Dari grafik scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED) terlihat
80
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Scatterplot
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Gambar 7. Scatterplot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pulau Tangkil 4.
Uji Asumsi Normalitas Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan
melihat grafik sebaran data. Dari grafik diperoleh hasil bahwa data menyebar normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil uji asumsi normalitas. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Gambar 8. Normal P-Plot pada Jumlah Kunjungan Responden di Pulau Tangkil
81
Berdasarkan uji t yang dapat kita lihat dari nilai P pada Tabel terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata dalam model. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : A.
Jarak Tempuh Jarak tempuh merupakan jarak yang ditempuh seseorang dari daerah asal
keberangkatan sampai ke lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa faktor jarak memiliki tanda koefisien positif, berarti ada kecenderungan bahwa jarak tempuh yang jauh tidak menghalangi responden untuk meningkatkan frekuensi kunjungan di Pulau Tangkil. Variabel jarak tempuh berpengaruh signifikan pada taraf uji 15%. Hal ini sesuai dengan kondisi lapang bahwa pada umumnya pengunjung tempat wisata tersebut berasal dari jarak yang relatif jauh yakni 36-55 km. B.
Lama Mengetahui Lokasi Lama mengetahui lokasi diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya
wisatawan mengetahui keberadaan Pulau Tangkil. Variabel lama mengetahui tempat wisata berpengaruh nyata pada taraf 1% dan mempunyai koefisien positif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui keberadaan Pulau Tangkil maka akan semakin meningkat peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Hal tersebut sesuai dengan fakta di lapangan bahwa rata-rata responden sudah mengetahui keberadaan Pulau Tangkil lebih dari tiga tahun dan memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi. C.
Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan faktor yang sangat penting dalam keputusan
melakukan suatu kegiatan wisata. Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya
82
yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali melakukan kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan tersebut meliputi biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi selama berekreasi, parkir, pembelian souvenir, dan biaya lainnya. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 20% sehingga dapat dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisata ke Pulau Tangkil. Nilai koefisiennya yang bertanda positif menunjukkan bahwa tingginya nilai biaya perjalanan maka akan semakin menambah peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya, karena berdasarkan keadaan dilapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata wisatawan yang datang ke Pulau Tangkil berasal dari jarak yang relatif jauh sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan cukup besar namun tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan mereka karena Pulau Tangkil dianggap sebagai lokasi wisata alternatif yang potensial dengan harga karcis yang tergolong murah.
83
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata alam yang terletak di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kedua lokasi wisata ini menawarkan keindahan alam yang berbeda meskipun terletak di satu lokasi yang sama. Pantai Mutun MS Town lebih mengedepankan konsep pantai dengan berbagai sarana dan prasarana yang lengkap, sementara Pulau Tangkil menawarkan keindahan alam berupa pantai dan pulau yang masih alami dan tidak terlalu dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, sehingga keindahan dan keasrian nya masih sangat terjaga. 2. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui surplus konsumen per individu per kunjungan di Pantai Mutun MS Town dengan menggunakan metode biaya perjalanan lebih besar dari pada surplus konsumen per individu per kunjungan di Pulau Tangkil. Hal ini disebabkan tingkat kunjungan per tahun di Pantai Mutun MS Town lebih tinggi dibandingkan tingkat kunjungan per tahun di Pulau Tangkil. 3. Pengelola objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil masih bisa menaikkan harga tiket masuk menuju masing-masing lokasi wisata jika pemilik objek wisata mampu melakukan perbaikan terhadap berbagai
84
fasilitas yang ada, baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang yang sesuai dengan harapan pengunjung. 4. Dari hasil penelitian terdapat empat faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Pantai Mutun MS Town yakni umur, dummy status pernikahan, lama pendidikan dan waktu yang dihabiskan di lokasi, sedangkan terdapat tiga faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan Pulau Tangkil yakni jarak tempuh, lama mengetahui lokasi dan biaya perjalanan. 7.2
Saran Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan
sebelumnya, saran yang dapat disimpulkan sebagai masukan dalam peningkatan dan pengembangan wisata di Pantai Mutun MS Town maupun Pulau Tangkil adalah sebagai berikut : 1. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang sangat potensial untuk terus dikembangkan dan dipromosikan guna menjaring lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung, baik dari Provinsi Lampung maupun yang berasal dari luar Lampung, oleh karena itu kegiatan promosi secara gencar merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. 2. Perlu adanya penigkatan kualitas Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dengan perawatan maupun penambahan berbagai fasilitas yang ada baik fasilitas inti maupun fasilitas penunjang sehingga pengunjung bisa merasa lebih nyaman dalam melakukan kegiatan rekreasi.
85
3. Harga tiket masuk Pantai Mutun MS Town masih dapat dinaikkan sesuai dengan keinginan membayar pengunjung, dari harga tiket awal sebesar Rp 5.000,00 menjadi Rp 6.000,00. Sementara harga tiket masuk Pulau Tangkil juga masih dapat dinaikkan sesuai dengan keinginan membayar pengunjung dari Rp 3.000,00 menjadi Rp 9.000,00 (diasumsikan terdapat biaya tetap yakni tiket masuk menuju Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu sebesar Rp 5.000,00). Namun kebijakan menaikkan harga tiket ini juga harus diimbangi dengan pengembangan dan perbaikan tempat wisata sesuai harapan pengunjung. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan perhitungan manfaat tangible maupun intangible guna mendapat nilai total ekonomi dari keberadaan masing-masing lokasi wisata. Selain itu penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mengkaji mengenai dampak keberadaan wisata terhadap lingkungan atau ekosistem sekitar.
86
DAFTAR PUSTAKA Aprilian, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Surplus Konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. 2010. Pesawaran Dalam Angka 2010: Pesawaran in Figures. Pemerintah Kabupaten Pesawaran, Pesawaran. Damanik, J dan Weber, H. F. 2006. Perencanaan Ekowisata, Teori dan Aplikasi. C.V Andi Offset, Yogyakarta. Sihombing, D.M. Rumanthy. 2011. Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung. 2010. Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Angka Tahun 2010. Provinsi Lampung, Lampung. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesawaran. 2011. Lampiran II: Surat Perintah Tugas Nomor 800/1187/III.13/2011. Pemerintah Kabupaten Pesawaran, Pesawaran. Djijono, 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan metode Travel Cost Method Taman Hutan Wisata di Taman Wan Abdul Rahman, Provinsi Lampung. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Garrod, G. and K. G. Willis. 1999. Economic Valuation of The Environment: Method and Case Studies. Edward Elgar Publishing, Massachusetts. Gujarati, D. 1998. Ekoometrika Dasar. Terjemahan. PT Erlangga. Jakarta. Haab, T.C. and K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited. International Union of Official Travel Organization (IUTO). 1963. The United Unions Confrence on International Travel and Tourism. Roma. AugustSeptember. Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
87
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978. 1978. Garis-Garis Besar Haluan Negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta. Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Samuelson, P.A, Nordhaus, W.D. 2003. Ilmu Mikroekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta. Turner, P.K., D. Pearce., and I. Bateman. 1993. Environmental Economics: An Elementary Introduction. Johns Hopkins University Press, Baltimore. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10. 2009. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta. Undang-Undang Nomor 9. 1990. Kepariwisataan. Direktorat Jendral Pariwisata, Jakarta. Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah Frans Gromang. Pradnya Paramita, Jakarta. Yoeti, A. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan Implementasi. Kompas. Jakarta.
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1 Kuesioner Pantai Mutun MS Town Kuesioner penelitian: Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Oleh: Eva Liana Sari (H44080066). Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institus Pertanian Bogor. Tanggal Wawancara : .......................... Status Hari : Biasa/Libur Tujuan Singkat Survei ini bertujuan untuk mengetahui Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Pantai Mutun MS Town Petunjuk Umum Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai atau mengisi jawaban sesuai dengan kondisi responden. A. Data Responden 1. Nama Responden : ............................................. 2. Umur : .......... Tahun 3. Jenis Kelamin : (1) Pria (2) Wanita 4. Status Perkawinan : (1) Menikah (2) Belum Menikah 5. Berapa jumlah tanggungan anda (istri, anak, saudara, orang lain) yang hidup bersama anda : .......... orang 6. Pendidikan Terakhir : (1) SD (3) SMA (2) SMP (4) Perguruan Tinggi 7. Asal Kedatangan : (1) Jakarta (3) Palembang (2) Lampung (4) Lainnya ..................... 8. Pekerjaan Saat ini : (1) Pelajar/Mahasiswa (5) Pengusaha/Wiraswasta (2) PNS (6) Ibu Rumah Tangga (3) Pegawai Swasta (7) Lainnya ....................... (4) ABRI 9. Penghasilan per bulan, dalam rupiah (jika pelajar, berdasarkan pengeluaran selama satu bulan) : ........................... Rupiah 10. Jarak dari tempat tinggal ke Pantai Mutun MS Town : (1) < 5 Km (4) 36 Km – 50 Km (2) 5 Km – 20 Km (5) > 50 Km (3) 21 Km – 35 Km B. Informasi Tentang Motivasi Kunjungan 1. Apakah Anda sudah mengetahui tempat ini sebelumnya ? (1) Ya (2) Tidak 2. Anda mengetahui tempat ini dari : (1) Teman/Keluarga (4) Media Informasi (2) Surat Kabar/Majalah (5) Lainnya .................... (3) Brosur
90
3. Sudah berapa lama Anda mengetahui tempat ini? .......... Tahun 4. Apa tujuan Anda datang ke tempat ini? (1) Berekreasi (3) Penelitian (2) Pendidikan (4) Lainnya ................... 5. Sudah berapa kali anda mengunjungi tempat ini? (1) 1 kali (3) 3 kali (2) 2 kali (4) ….. kali 6. Pemilihan tempat rekreasi disini karena : (1) Udara yang sejuk (4) Ramai dan banyak pengunjung (2) Pemandangan yang indah (5) Lainnya ........................ (3) Diajak teman/keluarga 7. Berapa lama waktu yang Anda habiskan di tempat ini? .................. jam 8. Apakah ada tempat rekreasi lain yang ingin Anda kunjungi selain tempat ini? (1) Ya (2) Tidak 9. Apakah Anda berkeinginan untuk kembali ke tempat ini pada waktu yang akan datang? (1) Ya (2) Tidak 10. Jika ya, apa yang menyebabkan Anda ingin datang kembali ke tempat ini : (1) Letaknya dekat dengan tempat tinggal (2) Biaya rekreasinya murah (3) Tidak ada tempat lain (4) Tempatnya indah dan menarik (5) Lainnya .................................... 11. Apakah sumberdaya alam (keindahan dan panorama) di lokasi rekreasi ini sudah sesuai dengan apa yang anda harapkan? (1) Ya (2) Tidak C. Informasi Tentang Biaya Perjalanan 1. Kedatangan Anda ke tempat ini? (1) Sendiri (2) Rombongan/Keluarga/Teman (......orang) 2. Jenis Kendaraan yang Anda gunakan ke tempat ini? (1) Pribadi (3) Kendaraan Umum (2) Sewa (4) Lainnya ........................ 3. Berapakah waktu yang Anda butuhkan dari rumah menuju tempat ini? ....... jam 4. Apakah Anda mempunyai biaya alokasi untuk berekreasi? (1) Ya (2) Tidak 5. Selama ini, pengelola Pantai Mutun MS Town menerapkan karcis masuk sebesar Rp. 5000,- per orang bagaimana menurut anda mengenai karcis masuk yang diterapkan? (1) Murah (2) Sedang (3) Mahal 6. Berapakah tarif masuk yang sebenarnya bersedia Anda bayar jika pengelola objek wisata berupaya melakukan perbaikan terhadap berbagai fasilitas ? (1) Rp. 6000,(3) Rp. 8000,(2) Rp. 7000,(4) Lainnya sebutkan Rp.................. 7. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk berekreasi? (dalam rupiah) (1) Transportasi : .................................................................... (2) Dokumentasi : .................................................................... (3) Konsumsi Rekreasi : .................................................................... (4) Biaya Parkir : .................................................................... (5) Souvenir : .................................................................... (6) Lainnya : .................................................................... (tiket wahana permainan, karcis masuk, dll)
91
Total : ...................................................................... Jika tidak melakukan rekreasi, berapakah biaya konsumsi yang Anda keluarkan seharihari? Rp .................................... D. Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Fasilitas Inti Pantai Mutun MS Town 1. Menurut Anda, penyediaan restoran (tempat makan) di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 2. Menurut Anda, penyediaan lokasi penginapan di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 3. Menurut Anda, penyediaan tempat mandi (mandi) di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada 4. Menurut Anda, penyediaan WC Umum di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada 5. Menurut Anda, kondisi sarana permainan di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat terawat (3) Tidak terawat (2) Terawat (4) Sangat tidak terawat 6. Menurut Anda, kondisi jalan menuju Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat terawat (3) Tidak terawat (2) Terawat (4) Sangat tidak terawat D. Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Fasilitas Penunjang Pantai Mutun MS Town 1. Menurut Anda, penyediaan lahan parkir di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 2. Menurut Anda, penyediaan papan infomasi menuju Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 3. Menurut Anda, penyediaan toko souvenir di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 4. Menurut Anda, penyediaan tempat pembuangan sampah di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 5. Menurut Anda, penyediaan tempat berteduh (saung) di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 6. Menurut Anda, penyediaan tempat ibadah di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 7. Menurut Anda, penyediaan pos penjagaan (life guard) di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 8. Menurut Anda, penyediaan klinik kesehatan di Pantai Mutun MS Town : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada
92
Menurut Anda fasilitas dan objek apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki agar Pantai Mutun MS Town ini lebih baik? Yang perlu ditambahkan adalah : …………….................................................................................................. Yang perlu diperbaiki adalah : ......................................................................................................................
Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih.
93
Lampiran 2. Kuesioner Pulau Tangkil Kuesioner penelitian: Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Oleh: Eva Liana Sari (H44080066). Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Tanggal Wawancara : .......................... Status Hari : Biasa/Libur Tujuan Singkat Survei ini bertujuan untuk mengetahui Perbandingan Surplus Konsumen dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Pulau Tangkil Petunjuk Umum Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai atau mengisi jawaban sesuai dengan kondisi responden. A. Data Responden 1. Nama Responden : ............................................. 2. Umur : .......... Tahun 3. Jenis Kelamin : (1) Pria (2) Wanita 4. Status Perkawinan : (1) Menikah (2) Belum Menikah 5. Berapa jumlah tanggungan anda (istri, anak, saudara, orang lain) yang hidup bersama anda : .......... orang 6. Pendidikan Terakhir : (1) SD (3) SMA (2) SMP (4) Perguruan Tinggi 7. Asal Kedatangan : (1) Jakarta (3) Palembang (2) Bandar Lampung (4) Lainnya ..................... 8. Pekerjaan Saat ini : (1) Pelajar/Mahasiswa (5) Pengusaha/Wiraswasta (2) PNS (6) Ibu Rumah Tangga (3) Pegawai Swasta (7) Lainnya ....................... (4) ABRI 9. Penghasilan per bulan, dalam rupiah (jika pelajar, berdasarkan pengeluaran selama satu bulan) : ........................... Rupiah 10. Jarak dari tempat tinggal ke Pulau Tangkil : (1) < 5 Km (4) 36 Km – 50 Km (2) 5 Km – 20 Km (5) > 50 Km (3) 21 Km – 35 Km B. Informasi Tentang Motivasi Kunjungan 1. Apakah Anda sudah mengetahui tempat ini sebelumnya ? (1) Ya (2) Tidak 2. Anda mengetahui tempat ini dari : (1) Teman/Keluarga (4) Media Informasi (2) Surat Kabar/Majalah (5) Lainnya .................... (3) Brosur
94
3. Sudah berapa lama Anda mengetahui tempat ini? .......... Tahun 4. Apa tujuan Anda datang ke tempat ini? (1) Berekreasi (3) Penelitian (2) Pendidikan (4) Lainnya ................... 5. Sudah berapa kali anda mengunjungi tempat ini? (1) 1 kali (3) 3 kali (2) 2 kali (4) ...... kali 6. Pemilihan tempat rekreasi disini karena : (1) Udara yang sejuk (4) Suasana yang tenang (2) Pemandangan yang indah (5) Lainnya ........................ (3) Diajak teman/keluarga 7. Berapa lama waktu yang Anda habiskan di tempat ini? .................. jam 8. Apakah ada tempat rekreasi lain yang ingin Anda kunjungi selain tempat ini? (1) Ya (2) Tidak 9. Apakah Anda berkeinginan untuk kembali ke tempat ini pada waktu yang akan datang? 10. Jika ya, apa yang menyebabkan Anda ingin datang kembali ke tempat ini : (1) Letaknya dekat dengan tempat tinggal (2) Biaya rekreasinya murah (3) Tidak ada tempat lain (4) Tempatnya indah dan menarik (5) Lainnya .................................... 11. Apakah sumberdaya alam (keindahan,panorama) di lokasi rekreasi ini sudah sesuai dengan apa yang anda harapkan? (1) Ya (2) Tidak C. Informasi Tentang Biaya Perjalanan 1. Kedatangan Anda ke tempat ini? (1) Sendiri (2) Rombongan/Keluarga/Teman (......orang) 2. Apakah Anda mempunyai biaya alokasi untuk berekreasi? (1) Ya (2) Tidak 3. Berapakah waktu yang Anda butuhkan dari rumah menuju tempat ini? ....... jam 4. Selama ini, pengelola Pulau Tangkil menerapkan karcis masuk sebesar Rp. 3000,- per orang bagaimana menurut anda mengenai karcis masuk yang diterapkan? (1) Murah (2) Sedang (3) Mahal 5. Berapakah tarif masuk yang sebenarnya bersedia Anda bayar jika pengelola objek wisata berupaya melakukan perbaikan terhadap berbagai fasilitas? (diasumsikan harga tiket menuju Pulau Tangkil sudah termasuk biaya tetap sebesar Rp. 5000,- karena melalui Pantai Mutun terlebih dahulu) (1) Rp. 9000,(3) Rp. 11000,(2) Rp. 10000,(4) Lainnya sebutkan Rp.................. 6. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk berekreasi? (dalam rupiah) (1) Transportasi : .................................................................... (2) Dokumentasi : .................................................................... (3) Konsumsi Rekreasi : .................................................................... (4) Biaya Parkir : .................................................................... (5) Souvenir : .................................................................... (6) Lainnya : .................................................................... (tiket wahana permainan, karcis masuk, dll) Total : ......................................................................
95
Jika tidak melakukan rekreasi, berapakah biaya konsumsi yang Anda keluarkan seharihari? Rp ....................................
D. Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Fasilitas Inti Pulau Tangkil 1. Menurut Anda, penyediaan restoran (tempat makan) di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 2. Menurut Anda, penyediaan tempat mandi (mandi) di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada 3. Menurut Anda, penyediaan WC Umum di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada 4. Menurut Anda, kondisi sarana penyebrangan (perahu) menuju Pulau Tangkil : (1) Sangat terawat (3) Tidak terawat (2) terawat (4) Sangat tidak terawat 5. Menurut Anda, penyediaan sarana permainan di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada E. Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Fasilitas Penunjang Pulau Tangkil 1. Menurut Anda, penyediaan papan infomasi menuju Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 2. Menurut Anda, penyediaan toko souvenir di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 3. Menurut Anda, penyewaan alat selam di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 4. Menurut Anda, penyediaan tempat pembuangan sampah di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 5. Menurut Anda, penyediaan tempat berteduh (saung) di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 6. Menurut Anda, penyediaan tempat ibadah di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 7. Menurut Anda, penyediaan pos penjagaan (life guard) di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang Memadai (2) Memadai (4) Sangat Kurang 8. Menurut Anda, penyediaan klinik kesehatan di Pulau Tangkil : (1) Sangat memadai (3) Kurang memadai (2) Memadai (4) Tidak ada
96
Menurut Anda fasilitas dan objek apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki agar Pulau Tangkil ini lebih baik? Yang perlu ditambahkan adalah : …………….................................................................................................. Yang perlu diperbaiki adalah : ......................................................................................................................
Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih.
97
Lampiran 3. Hasil Model Regresi Linier Berganda Pantai Mutun MS Town
Regression Des criptive Statistics f rekuensikunjungan umur Dstatus lama pendidikan penghas ilan jarak lamamengetahui w aktudihabis kan biay aperjalanan
Mean Std. Deviation 4.9200 3.36149 26.6800 7.11549 .4400 .50143 13.9400 2.12286 2038000 1532656.757 28.1000 18.58379 5.6200 3.66945 3.8200 1.33156 268100.0 493900.52084
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
b Model Sum m ary
Model 1
R .577 a
R Square .333
A djusted R Square .203
Std. Error of the Estimate 3.00112
DurbinWats on 2.132
a. Predictors: (Constant), biay aperjalanan , umur, lamamengetahui, lama pendidikan, w aktudihabiskan, jarak, penghas ilan, Dstatus b. Dependent V ariable: f rekuensikunjungan
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 184.404 369.276 553.680
df 8 41 49
Mean Square 23.051 9.007
F 2.559
Sig. .023 a
a. Predictors: (Constant), biayaperjalanan , umur, lamamengetahui, lama pendidikan, w aktudihabis kan, jarak, penghasilan, Dstatus b. Dependent Variable: f rekuensikunjungan
98
Coe fficientsa
Model 1
(Cons tant) umur Dstatus lama pendidikan penghas ilan jarak lamamengetahui w aktudihabis kan biay aperjalanan
Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error -.904 4.598 -.191 .089 2.301 1.172 .622 .233 -4.4E-007 .000 -.031 .025 .077 .127 .738 .347 -8.9E-007 .000
Standardized Coef f icients Beta -.404 .343 .393 -.203 -.174 .084 .292 -.131
t -.196 -2.142 1.963 2.675 -1.239 -1.245 .601 2.127 -.866
Sig. .845 .038 .056 .011 .223 .220 .551 .040 .392
Collinearity Statistics Toleranc e VIF .458 .532 .754 .606 .836 .840 .861 .713
2.183 1.878 1.327 1.649 1.196 1.190 1.161 1.402
a. Dependent Variable: f rekuensikunjungan
Histogram
Charts
Dependent Variable: frekuensikunjungan 12
Frequency
10
8
6
4
2 Mean =1.09E-16 Std. Dev. =0.915 N =50
Normal P-P 0 Plot of Regression Standardized Residual -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
99
Scatterplot
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 496.347 356.533 852.880
df 8 41 49
Mean Square 62.043 8.696
F 7.135
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), biayaperjalanan , umur, penghasilan, lamamengetahui, jarak, Ds tatus, lama pendidikan, w aktudihabiskan b. Dependent Variable: f rekuensikunjungan
100
Lampiran 4. Hasil Model Regresi Linier Berganda Pulau Tangkil
Regression Des criptive Statistics f rekuensikunjungan umur Djk Dstatus jtanggungan lamapendk as al penghas ilan jarak lamamengetahui w aktu ygdihabiskan w aktutempuh biay a perjalanan
Mean Std. Deviation 3.0600 2.50233 23.5400 5.93574 .6800 .47121 .1200 .32826 .4800 1.19932 13.9200 2.40611 2.8600 .78272 2105000 1795721.957 34.8800 18.33213 3.6104 3.31817 5.2800 3.76363 1.9700 .89448 330040.0 549481.16382
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
b Model Sum m ary
Change Statis tics Model 1
R R Square .701 a .492
Adjusted R Square .327
Std. Error of the Estimate 2.05244
R Square Change .492
F Change 2.986
df1
df2 12
37
Sig. F Change .005
DurbinWats on 2.175
a. Predictors: (Constant), biay a perjalanan, umur, jarak, Djk, as al, w aktu ygdihabiskan, lamapendk, jtanggungan, lamamengetahui, Dstatus, penghas ilan, w aktutempuh b. Dependent Variable: frekuensikunjungan
ANOV Ab Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 150.957 155.863 306.820
df 12 37 49
Mean Square 12.580 4.213
F 2.986
Sig. .005 a
a. Predictors: (Constant), biaya perjalanan, umur, jarak, Djk, asal, w aktu ygdihabis kan, lamapendk, jtanggungan, lamamengetahui, Dstatus , penghas ilan, w aktutempuh b. Dependent Variable: f rekuensikunjungan
101
Coe fficientsa
Model 1
Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error (Cons tant) .459 2.816 umur .038 .084 Djk -.910 .712 Dstatus -.515 1.397 jtanggungan -.307 .325 lamapendk .051 .161 as al -.367 .445 penghas ilan 1.86E-007 .000 jarak .049 .030 lamamengetahui .594 .111 w aktu ygdihabiskan -.057 .088 w aktutempuh -.711 .669 biay a perjalanan 9.79E-007 .000
Standardized Coef f icients Beta .090 -.171 -.068 -.147 .049 -.115 .133 .360 .787 -.085 -.254 .215
t .163 .451 -1.278 -.369 -.945 .316 -.825 .675 1.651 5.358 -.640 -1.063 1.318
Sig. .872 .655 .209 .714 .351 .753 .415 .504 .107 .000 .526 .295 .196
Zero-order .064 -.243 .140 .065 -.145 -.027 -.021 -.111 .600 -.171 -.109 -.019
Correlations Partial .074 -.206 -.061 -.153 .052 -.134 .110 .262 .661 -.105 -.172 .212
Collinearity Statis tics Toleranc e VIF
Part .053 -.150 -.043 -.111 .037 -.097 .079 .193 .628 -.075 -.125 .154
a. Dependent Variable: f rekuensikunjungan
Charts
Histogram
Dependent Variable: frekuensikunjungan
12.5
Frequency
10.0
7.5
5.0
2.5 Mean =5.55E-17 Std. Dev. =0.869 N =50
0.0 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
102
.345 .764 .409 .565 .570 .709 .352 .289 .636 .779 .240 .515
2.902 1.309 2.445 1.771 1.753 1.410 2.840 3.466 1.573 1.285 4.163 1.940
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: frekuensikunjungan
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
103
Lampiran 5. Perhitungan Surplus Konsumen Pantai Mutun MS Town Individu Y (Jumlah Surplus Surplus Konsumen Kunjungan Konsumen (SK)/Individu/Kunjungan atau N) (SK)/Individu CS = N2 SK/Individu/Kunjungan 2b1 SK per individu/N individu 1 15 126.404.494 8.426.966 2 7 27.528.090 3.932.584 3 3 5.056.180 1.685.393 4 11 67.977.528 6.179.775 5 6 20.224.719 3.370.787 6 5 14.044.944 2.808.989 7 3 5.056.180 1.685.393 8 4 8.988.764 2.247.191 9 10 56.179.775 5.617.978 10 3 5.056.180 1.685.393 11 1 561.798 561.798 12 3 5.056.180 1.685.393 13 10 56.179.775 5.617.978 14 5 14.044.944 2.808.989 15 5 14.044.944 2.808.989 16 10 56.179.775 5.617.978 17 1 561.798 561.798 18 5 14.044.944 2.808.989 19 4 8.988.764 2.247.191 20 3 5.056.180 1.685.393 21 2 2.247.191 1.123.596 22 2 2.247.191 1.123.596 23 2 2.247.191 1.123.596 24 1 561.798 561.798 25 15 126.404.494 8.426.966 26 2 2.247.191 1.123.596 27 5 14.044.944 2.808.989 28 10 56.179.775 5.617.978 29 1 561.798 561.798 30 4 8.988.764 2.247.191 31 1 561.798 561.798 32 1 561.798 561.798 33 3 5.056.180 1.685.393 34 3 5.056.180 1.685.393 35 2 2.247.191 1.123.596 36 3 5.056.180 1.685.393
104
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 total mean
5 8 6 7 3 7 5 4 7 3 3 5 6 6
14.044.944 35.955.056 20.224.719 27.528.090 5.056.180 27.528.090 14.044.944 8.988.764 27.528.090 5.056.180 5.056.180 14.044.944 20.224.719 20.224.719 991.011.236 19.820.225
2.808.989 4.494.382 3.370.787 3.932.584 1.685.393 3.932.584 2.808.989 2.247.191 3.932.584 1.685.393 1.685.393 2.808.989 3.370.787 3.370.787 138.202.247 2.764.045
105
Lampiran 6. Perhitungan Surplus Konsumen Pulau Tangkil Individu Y (Jumlah Surplus Surplus Konsumen Kunjungan Konsumen (SK)/Individu/Kunjungan atau N) (SK)/Individu CS = N2 SK/Individu/Kunjungan 2b1 SK per individu/N individu 1 6 18.556.701 3.092.784 2 1 515.464 515.464 3 2 2.061.856 1.030.928 4 1 515.464 515.464 5 1 515.464 515.464 6 3 4.639.175 1.546.392 7 7 25.257.732 3.608.247 8 3 4.639.175 1.546.392 9 3 4.639.175 1.546.392 10 2 2.061.856 1.030.928 11 1 515.464 515.464 12 3 4.639.175 1.546.392 13 1 515.464 515.464 14 1 515.464 515.464 15 1 515.464 515.464 16 2 2.061.856 1.030.928 17 3 4.639.175 1.546.392 18 5 12.886.598 2.577.320 19 5 12.886.598 2.577.320 20 2 2.061.856 1.030.928 21 1 515.464 515.464 22 1 515.464 515.464 23 1 515.464 515.464 24 9 41.752.577 4.639.175 25 1 515.464 515.464 26 5 12.886.598 2.577.320 27 1 515.464 515.464 28 3 4.639.175 1.546.392 29 7 25.257.732 3.608.247 30 3 4.639.175 1.546.392 31 6 18.556.701 3.092.784 32 1 515.464 515.464 33 3 4.639.175 1.546.392 34 5 12.886.598 2.577.320 35 4 8.247.423 2.061.856 36 6 18.556.701 3.092.784
106
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
1 5 5 2 1 10 1 3 1 1 1 1 1 10 total mean
515.464 12.886.598 12.886.598 2.061.856 515.464 51.546.392 515.464 4.639.175 515.464 515.464 515.464 515.464 515.464 51.546.392 399.484.536 7.989.691
515.464 2.577.320 2.577.320 1.030.928 515.464 5.154.639 515.464 1.546.392 515.464 515.464 515.464 515.464 515.464 5.154.639 78.865.979 1.577.320
107
Lampiran 7. Dokumentasi
108
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Juni 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Hi.Djoni Payakun, SH (Alm) dan Hj. Nurlaila. Penulis memulai pendidikan di TK Pertiwi Kota Bandar Lampung pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Bandar Lampung. pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Kota Bandar Lampung. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh penulis adalah di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Kota Bandar Lampung pada tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) yang selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Enterpreneurship HIMPRO REESA tahun 2008/ 2009, Anggota Kelompok Tari Saman Bungong Puteh dan sebagai Anggota Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA).
109