ANALIS SIS RISIK KO PROD DUKSI TANAMA T AN HIAS BROMELIA PADA CIAPUS C BROMEL DESA TAMANS SARI KE ECAMAT TAN TA AMANSA ARI KABU UPATEN N BOGOR R JAWA B BARAT
SKRIP PSI
ICA DEW WIANA H34070097
DEPART TEMEN AGRIBIS A SNIS FAKUL LTAS EK KONOMI DAN MA ANAJEM MEN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR BOGO OR 2011 1
RINGKASAN ICA DEWIANA. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kontribusi komoditas hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian sebesar 5,92 persen. Salah satu komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional dan sangat prospektif adalah tanaman hias. Perkembangan minat konsumen dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang estetika dan keindahan tanaman hias menjadikan permintaan terhadap komoditas ini terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2010, peningkatan komoditas tanaman hias mencapai 5,38 persen yang didominasi oleh tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Bromelia merupakan salah satu tanaman hias pot berdaun indah yang banyak digemari masyarakat pada tahun 2009 dan juga merupakan salah satu tanaman binaan Direktorat Jendral Hortikultura berdasarkan Kepmentan No.511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006. Daerah yang menjadi pusat budidaya bromelia di Indonesia adalah Bandung dan Bogor. Ciapus Bromel merupakan salah satu produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor yang berdiri sejak tahun 2006. Perusahaan membudidayakan philodendron dan beragam jenis bromelia yaitu neogerelia, guzmania, tillandsia, aechmea, crypthantus dan vrisea. Produk yang menjadi unggulan di Ciapus Bromel adalah jenis neogerelia. Hal ini dapat terlihat dari tingginya permintaan terhadap komoditi tersebut. Pembudidayaan secara vegetatif dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya agar dapat memenuhi permintaan pasar. Namun dalam membudidayakan bromelia, Ciapus Bromel mengalami fluktuasi dalam keberhasilan produksi bromelia yang mengindikasikan adanya risiko produksi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, tingkat risiko produksi dan dampak risiko produksi yang dihadapi oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengelola risiko produksi yang dihadapi. Penelitian ini dilaksanakan di Ciapus Bromel yang berlokasi di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2011. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, data produksi dari Ciapus Bromel, serta instansi terkait. Perhitungan risiko produksi dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation dan coefficient variation. Selain itu, digunakan pula metode aproksimasi melalui pendekatan metode Expert Opinion dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko. Metode Expert Opinion dilakukan dengan menanyakan kepada beberapa orang yang dianggap ahli dalam bidangnya.
Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada Ciapus Bromel didapatkan hasil bahwa risiko yang terdapat pada risiko produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan penyakit, risiko intensitas cahaya matahari dan risiko kesalahan mekanis. Keempat sumber risiko produksi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang dianggap oleh Ciapus Bromel memiliki kemungkinan terjadinya besar dan berdampak besar pula adalah risiko serangan penyakit yang terletak pada kuadran I. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak yang ditimbulkan besar adalah risiko akibat serangan hama dan risiko intensitas cahaya matahari yang terletak pada kuadran III. Risiko yang kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan kecil adalah risiko kesalahan mekanis yang terletak pada kuadran IV. Sedangkan untuk kuadran II tidak terisi oleh risiko. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada komoditi neogerelia yaitu sebesar 0.368. Tingkat probabilitas risiko terbesar budidaya bromelia terletak pada risiko serangan penyakit sebesar 17 persen. Sedangkan probabilitas risiko terkecil terjadi pada risiko kesalahan mekanis yaitu sebesar 9 persen. Dampak atau kerugian terbesar terjadi pada risiko serangan penyakit yaitu sebesar Rp 2.489.958,17. Sedangkan dampak risiko terkecil yang ditimbulkan terjadi pada risiko kesalahan mekanis yaitu sebesar Rp 255.725,43.
Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan diversifikasi. Strategi preventif diterapkan pada risiko serangan penyakit dengan cara pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta memberikan vitamin pada tanaman indukan dan fungisida untuk mencegah penyakit busuk akar. Strategi mitigasi diterapkan perusahaan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan pemeliharaan nethouse serta sistem diversifikasi tanaman bromelia dengan tanaman philodendron. Pengendalian penyakit dilakukan perusahaan dengan mengkarantina tanaman yang terjangkit penyakit. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit pada tanaman lainnya. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian insektisida dan moluksida, serta melakukan penyiangan atau pembersihan helai daun pada masing-masing tanaman untuk dapat mengetahui kondisi tanaman bromelia dan juga untuk mendeteksi ada atau tidaknya hama pada tanaman tersebut. Penggunaan dan perawatan nethouse yang diterapkan perusahaan berfungsi untuk mengurangi dampak dari risiko intensitas cahaya matahari. Menerapkan SOP yang sesuai dengan masing-masing jenis tanaman dan memberikan pelatihan bagi seluruh karyawan serta diterapkannya sanksi jika terjadi kesalahan yang merupakan alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS BROMELIA PADA CIAPUS BROMEL DESA TAMANSARI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
ICA DEWIANA H34070097
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
:
Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat
Nama
:
Ica Dewiana
NIM
:
H34070097
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si NIP. 19640921 199003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2011
Ica Dewiana H34070097
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Oktober 1990. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan (alm) Bapak Rochimat dan Ibu Ocah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Ciluar 1 Bogor pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 2 Sukaraja Bogor. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 6 Bogor pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Penulis mendapatkan kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi mayor di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota divisi produksi ECOAGRIFARMA periode kepengurusan 2008-2009, Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) FEM IPB. Penulis juga tercatat sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi sejak tahun 2009-2011.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi bromelia, tingkat risiko produksi bromelia, dampak risiko produksi bromelia serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam
mengelola
risiko
produksi.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
mengidentifikasi dan menganalisis strategi manajemen risiko perusahaan dengan menggunakan ukuran variance, standard deviation, coefficient variation dan metode aproksimasi dengan pendekatan metode expert opinion. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, November 2011 Ica Dewiana
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik, serta Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ibunda tercinta, Teh Sri, A Saepullah, Teh Ani, A Doddy, Dhika beserta keluarga besar lainnya untuk setiap dukungan baik moril maupun materil, cinta kasih dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis IPB 4. Pihak manajemen Ciapus Bromel, Pak Chandra Gunawan, Pak haji Ulih, Mas Dendi, dan pihak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas segala bantuannya dan telah menerima penulis dengan tangan terbuka dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Eka Puspitasari selaku pembahas seminar, yang banyak memberikan masukan saran maupun kritik untuk memperbaiki skripsi ini. 6. Sahabatku (Detasya, Harfiana, Risa, Salisa, Ihsan, Felicia, Anggi) kalian adalah sahabat terbaik, terima kasih atas motivasi dan bantuan, dukungan serta doanya dalam penyusunan skripsi ini, semoga silaturahmi kita tetap terjaga selamanya. 7. Seluruh dosen, staf Departemen Agribisnis, dan rekan-rekan Agribisnis Angkatan 44 dan 43 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Bogor, November 2011 Ica Dewiana
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xv
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...........................................
1 1 6 8 8 9
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1 Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias ............... 2.2 Manfaat Tanaman Hias ................................................ 2.3 Gambaran Umum Bromelia ........................................ 2.4 Kajian Bromelia .......................................................... 2.5 Analisis Risiko Produksi ............................................. 2.6 Kajian Manajemen Risiko ...........................................
10 10 12 13 15 16 18
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1 Definisi dan Konsep Risiko ........................................ 3.2 Klasifikasi Risiko ........................................................ 3.3 Manajemen Risiko ...................................................... 3.4 Pemetaan Risiko .......................................................... 3.5 Penanganan Risiko ...................................................... 3.6 Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
21 21 23 24 27 27 29
IV
METODE PENELITIAN .................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................... 4.3 Metode Pengolahan Data ........................................... 4.3.1 Analisis Deskriptif .......................................... 4.3.2 Pengukuran Risiko ........................................... 4.3.3 Pemetaan Risiko ............................................... 4.3.4 Penanganan Risiko ............................................
32 32 33 33 33 34 38 39
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 5.1 Sejarah Perusahaan ..................................................... 5.2 Lokasi dan Sumberdaya Ciapus Bromel ..................... 5.2.1 Sumberdaya Fisik ............................................. 5.2.2 Sumberdaya Manusia ....................................... 5.2.3 Sumberdaya Keuangan ..................................... 5.3 Organisasi Ciapus Bromel ........................................... 5.4 Lingkup Kegiatan Ciapus Bromel ................................ 5.4.1 Kegiatan Pengadaan Input ................................
42 42 43 44 46 48 48 49 50
5.4.2 Kegiatan Budidaya ........................................... Pendapatan usahatani ..................................................
52 54
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS BROMELIA ........................................................................... 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi.............. 6.2 Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko .................... 6.3 Pemetaan Risiko Produksi ........................................... 6.4 Strategi Penanganan Risiko ........................................ 6.4.1 Strategi Preventif .............................................. 6.4.2 Strategi Mitigasi ...............................................
57 57 62 67 70 71 72
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 8.1 Kesimpulan ................................................................ 8.2 Saran ...........................................................................
77 77 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
79
LAMPIRAN ......................................................................................
81
5.5 VI
VII
xii
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia Tahun 2005-2009 ..................................................................
1
2.
Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 ......
2
3.
Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 ..
3
4.
Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ..............
20
5.
Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 ...............
32
6.
Biaya Usahatani Ciapus Bromel pada Komoditi Neogerelia per 338 m2 pada Tahun 2011..................................................
55
Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produksi Komoditi Neogerelia Tahun 2011 .........................................
62
Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi di Ciapus Bromel Tahun 2011 ...............................................
63
Perhitungan Peluang dan Dampak per Sumber Risiko di Ciapus Bromel Tahun 2011 ..............................................
64
Hasil Identifikasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011
68
7. 8. 9. 10.
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman Perkembangan Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010 .................................
5
Tingkat Penjualan Tanaman Hias Ciapus Bromel Periode Juli 2010-Maret 2011 ...............................................
6
Tingkat Keberhasilan Produksi Bromelia Ukuran Pot Berdiameter 15 cm pada Ciapus Bromel Tahun 2008-2010 ..
7
4.
Hubungan antara Expected Income dan Income Variance ...
22
5.
Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ................................
26
6.
Peta Risiko .............................................................................
27
7.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel .......................
31
8.
Peta Risiko Menurut Kountur ...............................................
39
9.
Strategi Preventif Risiko ........................................................
40
10.
Strategi Mitigasi Risiko .........................................................
41
11.
Sarana dan Prasarana Produksi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ...................................................
46
12.
Struktur Organisasi Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ..........
49
13.
Induk Tanaman Bromelia Jenis Neogerelia di
2. 3.
Ciapus Bromel Tahun 2011 ...................................................
50
14.
Pot Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011
51
15.
Pupuk dan Obat-obatan Bagi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ...........................................
52
16.
Media Tanam Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 .......
52
17.
Akibat Serangan Belalang pada Daun Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ...................................................
58
18.
19. 20.
21.
Penusukan pada Indukan Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ............................................................................
60
Tanaman Bromelia yang Terbakar Akibat Terpapar Cahaya Matahari Berlebih di Ciapus Bromel Tahun 2011 ................
61
Nilai Status Risiko Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel Tahun 2011 ............................................................................
67
Peta Risiko Usaha Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ............
70 xiv
22.
Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011 ...........................................................................
23.
75
Strategi Mitigasi Risiko pada Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011 ...........................................................................
76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah Produksi Komoditi Neogerelia Tahun 2011 ........................................
2.
82
Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ..............................................
83
Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ...............................................
84
4.
Gambar Jenis-Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011
85
5.
Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel Tahun 2011
86
3.
xv
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat
berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Peranan subsektor
hortikultura
meningkatkan
dapat
pendapatan
membantu
petani,
memperluas
memperbaiki
kesempatan
gizi
masyarakat
kerja, dan
meningkatkan devisa negara yang dapat mendukung pertumbuhan pendapatan nasional (Direktorat Jendral Hortikultura 2008). Bahkan secara nasional subsektor hortikultura mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), seperti yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia Tahun 2005-2009 No
Komoditas
Nilai PDB (Milyar Rp) 2005
2006
2007
2008
2009
1
Buah-buahan
31.694
35.448
42.362
47.060
50.595
2
Sayuran
22.630
24.694
25.587
28.205
29.005
3
Tanaman Hias
4.662
4.732
4.741
4.960
5.348
4
Tanaman Biofarmaka
2.806
3.762
4.105
3.853
4.109
61.792
68.639
76.795
84.078
89.057
Hortikultura
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)
Berdasarkan Tabel 1, besarnya kontribusi subsektor hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman hias dan biofarmaka terhadap PDB nasional menunjukkan peningkatan dari tahun 2005 hingga 2009. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi hampir pada setiap kelompok komoditi dimana pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 11,08 persen, 11,88 persen untuk tahun 2007, 9,48 persen pada tahun 2008 dan 5,92 persen terjadi pada tahun 2009. Namun untuk tanaman biofarmaka terjadi penurunan angka pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 6,13 persen menjadi 2,853 triliun rupiah. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang. Tanaman hias atau florikultura merupakan salah satu kelompok komoditi hortikultura yang cukup prospektif dalam perkembangannya. Selain kontribusi 1
terhadap nilai PDB subsektor hortikultura, potensi pengembangan komoditas tanaman hias pun dapat terlihat melalui peranan tanaman hias dalam kehidupan masyarakat. Peranan tanaman hias selain untuk memperindah lingkungan sekitar juga dapat berperan sebagai sarana penyalur emosi dan pengungkapan perasaan suka maupun duka kepada orang lain. Serta tanaman hias pun dapat memberikan ketenangan hati (Anonim 2008). Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk mengembangkan industri florikultur dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia, baik yang berasal dari bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun bunga tabur. Berikut merupakan produksi tanaman hias di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008. Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 Komoditi Bunga potong Daun potong Bunga pot dan taman Bunga tabur Total
2004
2005
Produksi (unit) 2006
2007
2008
158.522.843
173.240.364
166.645.684
179.374.218
205.564.659
1.082.596
1.131.621
905.039
2.041.962
12.018.794
530.325
751.505
986.340
1.171.768
11.159.352
29.313.103
22.552.537
24.795.996
15.775.751
20.338.119
189.448.867
197.676.027
193.333.059
198.363.699
249.130.924
Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
Secara umum produksi tanaman hias tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2004 hingga 2008. Peningkatan jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun 2008. Peningkatan ini diakibatkan oleh pola permintaan pasar terhadap tanaman hias yang cenderung mengalami peningkatan. Jumlah produksi bunga potong meningkat dari 179.374.218 unit menjadi 205.564.659 unit, atau meningkat sebesar 14,6 persen. Sama halnya dengan bunga potong, jumlah produksi daun potong pun meningkat dari 2.041.962 unit menjadi 12.018.794 unit dengan peningkatan sebesar 488,6 persen. Peningkatan sangat besar terjadi pada tanaman bunga pot dan taman yang meningkat dari 1.171.768 unit pada tahun 2007 menjadi 11.159.352 unit di tahun 2008 atau setara dengan 852,4 persen. Bunga 2
tabur pun turut mengalami peningkatan dari 15.775.751 unit menjadi 20.338.119 unit di tahun 2008 atau sebesar 25,6 persen. Tabel 3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 Komoditi Bunga potong Daun potong Bunga pot dan taman Bunga tabur Total
2004
2005
Luas panen (m2) 2006
2007
2008
15.219.133
14.791.004
6.205.093
9.189.977
10.877.306
196.107
74.894
66.038
98.107
934.478
461.255
420.072
658.721
749.869
2.636.329
9.967.905
9.398.389
5.891.740
1.427.534
1.269.439
25.844.400
24.584.359
12.821.592
11.465.487
15.717.552
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 hingga 2007, total luas panen tanaman hias di Indonesia mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2006 dimana besarnya penurunan tersebut mencapai 48 persen dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2008 total luas panen dari meningkat 11.465.487 m2 tahun sebelumnya menjadi 15.717.552 m2. Penurunan total
luas panen dan kecenderungan peningkatan total produksi
tanaman hias mengindikasikan bahwa besarnya luas panen tanaman hias tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi tanaman hias. Perkembangan minat konsumen dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang estetika dan keindahan tanaman hias mengakibatkan permintaan terhadap komoditas ini terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2010, peningkatan permintaan komoditas hortikultura khususnya tanaman hias mencapai 5,38 persen1. Permintaan tersebut terjadi pada 323 jenis komoditas hortikultura dimana 117 jenis merupakan tanaman hias, 60 jenis tanaman buah, 80 jenis tanaman sayuran dan sisanya merupakan tanaman biofarmaka. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias daun memiliki kelebihan dibandingkan tanaman hias bunga. Daun yang dihasilkan oleh tanaman hias dapat berupa daun potong dan tanaman hias daun dalam pot. Seiring dengan pesatnya perkembangan tren tanaman hias membuat tanaman hias 1
www.agrina-online.com. Peningkatan Hortikultura Terus Meningkat 15 september 2011 (diakses tgl 16 september 2011)
3
daun mulai banyak disukai oleh masyarakat. Penampilan bentuk yang beraneka ragam, corak warna daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Tanaman hias daun memiliki kelebihan dibandingkan tanaman hias lainnya yaitu keindahan yang lebih tahan lama bahkan dapat dikatakan keindahan tanaman hias daun dapat dinikmati sepanjang usia hidup tanaman tersebut (Ratnasari 2008). Prospek tanaman hias yang menjanjikan ini membuat pemerintah terus berupaya untuk dapat meningkatkan produksi tanaman hias di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir ini terjadi perkembangan jenis-jenis tanaman hias yang diusahakan. Jenis tanaman hias yang dominan dikembangkan antara lain kelompok tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Permintaan akan tanaman pot berdaun indah mengalami peningkatan. Indikasi terjadi peningkatan ini adalah dimasukkannya tanaman pot berdaun indah menjadi komoditas unggulan tanaman hias pada tahun 2008 dan peningkatan volume produksi tanaman pot berdaun indah. Hal lain yang menyebabkan permintaan tanaman pot berdaun indah meningkat adalah adanya perubahan tren dari tanaman hias pot berdaun bunga menjadi tanaman hias pot berdaun indah. Dan juga fungsi tanaman hias pot berdaun indah yang dapat dijadikan sebagai tanaman taman. Fungsi tersebut yang akan mendorong kecenderungan peningkatan permintaan tanaman hias pot berdaun indah jika dikaitkan dengan isu go green.2 Salah satu tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman pot berdaun indah adalah bromelia. Tanaman yang lebih dikenal dengan nama ‘nanas-nanasan’ ini mulai digemari masyarakat pada tahun 2009 (Perhimpunan Florikultura Indonesia 2010). Bromelia pun merupakan salah satu tanaman binaan Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan Kepmentan No.511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006. Menurut Ditjen Budidaya Tanaman Hortikultura (2010) daerah yang menjadi pusat budidaya bromelia adalah Bandung dan Bogor.
2
Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Tanaman Hias Pot Direktorat Jendral Hortikultura
4
Total Produksi (pot)
700000 600000 500000 Bromelia Sanseviera Draceana
400000 300000 200000 100000 0 2008
2009
2010
Tahun
Gambar 1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)
Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah produksi bromelia di Kabupaten Bogor cenderung lebih sedikit dan berfluktuatif dibandingkan tanaman hias berdaun indah lainnya. Pada tahun 2008 produksi bromelia di Kabupaten Bogor sebesar 14.400 pot dan merupakan jumlah produksi terkecil dibandingkan tahuntahun berikutnya. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah produksi bromelia mengalami peningkatan yang disebabkan oleh tingginya permintaan dengan jumlah produksi mencapai 106.780 pot. Produksi bromelia pun mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu sebesar 8,53 persen menjadi 97.670 pot. Variasi produksi ini disebabkan karena perbedaan penggunaan teknologi dalam proses produksi serta pengaruh eksternal. Fluktuasi produksi tanaman bromelia ini mengindikasikan bahwa budidaya bromelia dihadapkan pada permasalahan risiko. Pada umumnya risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha budidaya bromelia adalah risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang muncul pada tahap produksi, sumbernya berupa serangan hama, penyakit dan kegagalan dalam hal teknis produksi. Oleh sebab itu, perlu dikaji mengenai risiko produksi pada tanaman hias bromelia.
5
1.2
Perumusan Masalah Ciapus Bromel berdiri sejak tahun 2006 yang merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias khususnya tanaman hias daun. Perusahaan memilih tanaman hias daun karena melihat adanya kecenderungan pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman hias pot berdaun indah. Produk yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel ini yaitu bromelia dan philodendron dengan beragam jenis, ukuran dan bentuk. Bromelia yang dibudidayakan oleh Ciapus Bromel terdiri dari 6 jenis antara lain neogerelia, guzmania, tillandsia, aechmea, crypthantus dan vrisea serta diproduksi dalam beberapa ukuran pot plant. Komoditi unggulan perusahaan ini adalah bromelia jenis neogerelia. Komoditi ini menjadi komoditi unggulan Ciapus Bromel dikarenakan komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya seperti
18323500
8207000 3199000
gu zm an ia
4084500
vr ise a
nt us th a cr yp
ae ch m ea
ro n en d ph
3199000
til la ns ia
4356000 2163000
ilo d
20000000 18000000 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0
ne og er el ia
Total Penjualan (Rp)
yang telihat pada Gambar 2.
Jenis Tanaman Hias
Gambar 2. Tingkat Penjualan Tanaman Hias Ciapus Bromel Periode Juli 2010-Maret 2011 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan membudiyakan bromelia secara vegetatif. Pembudidayaan secara vegetatif membutuhkan ekstra perawatan dan ketelitian dibandingkan dengan cara generatif. Terjadinya pembusukan pada anakan bromelia merupakan salah satu penyebab produksi
6
bromelia mengalami fluktuasi yang berdampak pada penerimaan perusahaan.
Tingkat Keberhasilan Produksi (%)
Fluktuasi produksi bromelia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
6
7
8
Periode musim tanam Gambar 3. Tingkat Keberhasilan Produksi Bromelia Ukuran Pot Berdiameter 15 cm pada Ciapus Bromel Tahun 2008-2010 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Gambar 3 menunjukan bahwa terjadi fluktuasi keberhasilan produksi bromelia selama delapan periode musim tanam terakhir. Pada setiap musim tanam jumlah indukan bromelia yang digunakan sebanyak 100 unit, dengan satu unit tanaman indukan dapat menghasilkan anakan bromelia sebanyak 4-5 anakan. Keberhasilan produksi tertinggi terjadi pada periode pertama musim tanam bromelia yaitu sebesar 80,67 persen atau 363 pot tanaman bromelia. Sedangkan keberhasilan produksi terendah terjadi pada periode keempat musim tanaman bromelia yaitu sebesar 26,44 persen atau 119 pot tanaman dengan produksi optimal per musim tanam sebanyak 450 pot. Hal ini dikarenakan bibit tanaman bromelia rentan terhadap perubahan kelembaban sehingga mengakibatkan serangan hama penyakit. Fluktuasi keberhasilan produksi yang dialami dapat mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha bromelia tersebut. Risiko produksi dapat disebabkan oleh perubahan cuaca yang tak pasti, intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit serta kerusakan mekanis atau perilaku pembudidaya. Oleh karena itu pengelolaan risiko sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang mungkin dihadapi. Selain itu dibutuhkan pula penilaian yang tepat untuk membantu perusahaan dalam 7
pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko. Dalam membudidayakan bromelia perusahaan pun melakukan diversifikasi produk yaitu dengan mengusahakan philodendron untuk mengurangi terjadinya risiko produksi. Hal ini merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan risiko produksi yang diakibatkan oleh proses produksi bromelia. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada produksi bromelia jenis neogerelia di Ciapus Bromel?
2.
Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi terhadap kegiatan produksi bromelia jenis neogerelia di Ciapus Bromel?
3.
Bagaimana penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel dalam mengatasi risiko produksi tanaman bromelia jenis neogerelia?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi bromelia jenis neogerelia.
2.
Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi bromelia jenis neogerelia.
3.
Menganalisis manajemen risiko produksi yang dihadapi Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis serta
pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi dalam usaha yang dijalankan Ciapus Bromel. Serta dapat memberikan alternatif strategi dalam mengendalikan risiko dan mempertimbangkan kebijakan yang diambil dalam membudidayakan
bromelia
sehingga
dapat
meningkatkan
penerimaan
perusahaan. Bagi penulis, sebagai salah satu pembelajaran dan pelatihan dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. Bagi pembaca,
8
penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan serta literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Beberapa ruang lingkup penelitian analisis risiko produksi tanaman hias
bromelia adalah: 1. Jenis tanaman bromelia yang dikaji adalah neogerelia dengan diameter 15 cm. Hal ini dikarenakan pada ukuran 15 cm tanaman masih sangat rentan terhadap hama, penyakit dan intensitas cahaya matahari yang terjadi. Komoditi ini merupakan komoditi yang paling digemari oleh konsumen Ciapus Bromel. 2. Penelitian ini menggunakan data keberhasilan produksi selama siklus tanam tahun 2008-2010 dimana satu siklus tanam membutuhkan waktu selama 3 bulan. Sehingga data yang digunakan sebanyak delapan periode musim tanam bromelia. 3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan perusahaan sehingga mampu menghadapi risiko yang
disebabkan
oleh
sumber-sumber
risiko
produksi
pada
usaha
pembudidayaan bromelia.
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias Tanaman hias merupakan bagian dari hortikultur non pangan yang
digolongkan dalam florikultur. Florikuktur merupakan cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Komoditi ini dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya (Lakitan 1995). Menurut Soedarmono (1997), tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun dan tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Ashari (1995) menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong, daun potong dan tanaman hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca. Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Definisi lain dari tanaman hias dikemukakan oleh Rahardi (1997) yang menyatakan bahwa tanaman hias meliput tanaman pot, bunga potong, kaktus, bonsai dan tanaman hidroponik. Tanaman hias merupakan tanaman hortikultur non pangan, berbeda dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, tanaman ini dibudidayakan untuk diminati keindahannya atau nilai estetikanya. Keindahan tanaman hias dapat dinikmati dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan permukiman, misalnya dengan menanam tanaman hias tersebut di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Dengan demikian, panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik atau non fisik dengan menikmati keindahannya (Lakitan 1995). Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dapat dibedakan kedalam dua golongan yaitu: 1. Tanaman hias dalam ruangan (indoor) Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman 10
berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang popular antara lain aglonema, anthurium, palem dan paku-pakuan. 2. Tanaman hias luar ruangan (outdoor) Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di luar ruangan, namun keberadaaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model dan sifat tanaman yang bisa tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud pohonpohonan, misalnya palem, sikas dan perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus, mawar dan soka. Berdasarkan tempat tumbuhnya tanaman hias dapat dibedakan menjadi tanaman hias yang dapat tumbuh di tanah dan tanaman yang dapat hidup di air. Tanaman air adalah jenis tanaman yang cocok hidup hidup di air atau membutuhkan genangan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Pada umumnya penempatan tanaman ini di kolam atau taman air, tetapi tanaman ini juga dapat ditanam soliter atau dipadukan dalam kombinasi yang harmonis di dalam pot yang indah. Penempatan pot yang biasanya terbuat dari gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen dan ruangan tempat penyimpanan. Berdasarkan jenisnya, menurut Palungkun (2002), tanaman hias dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu: 1. Tanaman Hias Bunga Tanaman hias bunga adalah tanaman yang memiliki daya tarik atau nilai eksotika yang terletak pada bunganya. Daya tarik tersebut dapat dilihat berdasarkan keindahan warna yang memikat, bentuk bunga yang indah dan mempesona, bau yang harum dan ukuran yang istimewa. Contoh tanaman hias bunga diantaranya anggrek, krisan, adenium dan lainnya. 2. Tanaman Hias Daun Tanaman hias daun merupakan jenis tanaman hias yang memiliki keindahan atau daya tarik yang terletak pada daunnya. Daya tarik tersebut dapat dilihat pada bentuk daun yang dimiliki, keadaan daun, warna daun yang menarik
11
maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun diantaranya aglonema, puring, bromelia, anthurium, caladium dan lainnya. 3.
Tanaman Hias Batang Sama halnya seperti tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang
memiliki
keindahan
tersendiri
pada
batangnya.
Tanaman
hias
batang
mengandalkan keindahan perpanjangan batang, dimana keindahan batang tanaman ini ditampilkan dalam bentuk atau warna batang tersebut. Contoh tanaman hias batang diantaranya palem botol dan kaktus. 2.2
Manfaat Tanaman Hias Tanaman hias berbunga dan berdaun indah telah lama dikenal masyarakat.
Tanaman hias dapat dijumpai di halaman rumah, di pinggir jalan, bahkan di pemakaman. Selain sebagai komoditas estetika dalam melengkapi landscape lingkungan hunian maupun komersil, tanaman hias juga digunakan sebagai simbol dalam kehidupan sehari-hari. Simbol dapat berupa kegiatan formal yang terdapat pada ritual adat atau keagamaan, kelahiran dan kematian sebagai tabur bunga. Kegiatan informal seperti sebagai sarana pengungkapan ekspresi dan rasa. Selain itu, manfaat yang paling besar dari keberadaan tanaman hias yaitu dapat menjadi filter polusi udara kota (diacu dalam Safitri 2009). Menurut Palungkun (2004) yang diacu dalam Safitri (2009), tanaman hias mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1.
Keindahan Tanaman hias yang ditata dan dirangkai sedemikian rupa dan sesuai
dengan karakteristik tanamannya akan menimbulkan rasa indah dan puas bagi individu yang memandangnya serta penyaluran jiwa seni. 2.
Stabilisator atau pemeliharan lingkungan Keberadaan tanaman hias dapat meredap suara, menyaring debu,
menyerap gas beracun serta memelihara suhu dan kelembaban. Tanaman hias juga menyerap terik matahari sehingga menjadikan udara lebih sejuk dan nyaman. 3.
Pendidikan Tanaman dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam dan membentuk watak
positif pada seseorang. Misalnya dengan melakukan kegiatan penataan taman di sekolah terutama taman kanak-kanak ataupun playgroup. 12
4.
Pemeliharaan Kesehatan Keberadaan tanaman hias dapat menimbulkan rasa tentram dan tenaga
sehingga memelihara kesehatan jiwa manusia. Proses asimilasi yang dilakukan tanaman menghasilkan gas oksigen dari penguraian gas asam arang sehingga udara tetap segar. 5.
Sosial dan Ekonomi Komoditas tanaman hias merupakan bisnis yang potensial untuk
meningkatkan penghasilan. Keteraturan penataan tanaman hias pun dapat menimbulkan citra yang lebih positif pada individu dan sekitarnya. 6.
Tanaman Obat Tanaman hias dapat dimanfaatkan sebagai obat penyembuh penyakit.
Misalnya tanaman kembang sepatu yang sari perasan bunganya dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan tubercolosa dan bronchitis. 2.3
Gambaran Umum Bromelia Tanaman bromelia berasal dari Amerika Selatan terutama dari Brazilia dan
beberapa jenis lainnya ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Menurut Kramer (1991) yang diacu dalam Santi dan Kusumo (1996), spesies bromelia yang dapat diidentifikasi sebanyak 150 jenis dari 27 genera. Kemudian berkembang menjadi 1800 jenis spesies dari 46 genera yang telah diidentifikasi (Prihmantoro 1991, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Menurut Verina (2007), bromelia adalah tanaman epifit yang termasuk kedalam famili Bromeliaceae. Pada tanaman ini terdapat tiga subfamili, yaitu Bromeliadeae, Pitcaimioideae dan Tillandsioideae. Bromelia merupakan jenis tanaman tropis dan semusim yang umumnya hidup pada suhu 15-30 derajat celcius dengan kelembaban sekitar 60 persen dan akan berbunga pada usia 3-4 tahun. Jenis bromelia yang sering ditemui memiliki susunan daun yang padat dan dapat penyimpan air. Melalui simpanan air di ketiak daunnya tersebut, tanaman ini dapat memperoleh nutrisi bagi pertumbuhannya dan dapat bertahan hidup pada musim yang kering. Selain dapat hidup berdiri sendiri, bromelia juga dapat hidup menempel pada batang pohon yang masih hidup atau pada batang yang telah mati. Nutrisi yang dibutuhkan akan diperoleh dari air hujan, kabut, embun, atau tetesan air dari pohon. 13
Penyiraman pengkabutan dilakukan untuk menjaga kelembaban udara pada bromelia, namun tidak jarang digunakan pula kipas angin dengan kecepatan putaran rendah. Penyiraman dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Hal ini diperuntukkan agar kebutuhan air dapat tercukupi sehingga tanaman dapat bertahan dalam kondisi cuaca panas dan tetap memiliki kualitas daun yang indah3. Bromelia termasuk dalam tanaman pot sekaligus tanaman taman (Mann 1994, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Bromelia dapat berfungsi untuk mempercantik ruangan, menghias sudut-sudut halaman rumah dan sebagai penghias taman. Tidak hanya itu, keragaman jenis bentuk daun, ukuran dan corak warna yang bervariasi serta bunganya yang cantik menyebabkan tanaman ini memiliki ciri khas tersendiri yang hingga saat ini masih digemari4. Beberapa jenis bromelia yang sudah dikenal dan popular diantaranya Neogerelia, Aechmea, Vriesea, Guzmania, Tillandsia dan Nidularium (Evans 1993). Guzmania merupakan salah satu genus bromelia yang berdaun hijau dan memiliki bunga berwarna-warni yang berbentuk bintang. Tanaman jenis ini dapat tumbuh menempel pada kayu-kayu atau tanaman yang sudah mati. Guzmania dapat tumbuh hingga mencapai 38 cm dan lebar 25 cm dengan usia sekitar 2-3 tahun. Keunikan lainnya dari jenis ini adalah tanaman ini akan mati setelah menghasilkan bunga pada musim panas. Aechmea memiliki bunga yang berwarna merah muda dan warna daun yang sedikit bergaris-garis hijau. Tanaman ini dapat hidup hingga 3-4 tahun dan dapat tumbuh hingga 60 cm dengan panjang daun sampai 30 cm. Selain itu tanaman ini dapat tumbuh di tempat yang langsung terkena sinar matahari atau tidak langsung. Neogerelia merupakan jenis yang sangat banyak diminati oleh para hobiis. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak tahan terhadap terpaan sinar matahari langsung. Hal ini pula yang menyebabkan jenis ini memiliki warna daun yang lebih mencolok, cerah dan bervariasi. Selain itu pada bagian tengah tanaman ini terdapat pula bunga yang berwarna merah keunguan. Sebagai tanaman dalam 3 4
Redaksi Agromedia. 2008. Pesona Bromelia. Hlm 7-10 AGRINA. Mei 2009. Bromelia Penghias Taman dan Interior. AGRINA: Vol 5 No. 103, 13-26 Mei 2009. Hlm 12
14
ruangan, jenis ini dapat hidup sampai dengan usia 5 tahun dengan panjang mencapai 60 cm tetapi pada umumnya hanya berkisar 38-46 cm . Nidularium merupakan jenis bromelia yang jarang sekali ditemui. Seperti neogerelia, jenis ini pun memiliki bagian tengah dimana terdapat daun yang jauh lebih kecil ukurannya serta berwarna kekuningan. Nama tanaman ini berasal dari bahasa latin nidus yang berarti ‘sarang’ sehingga tanaman ini lebih dikenal dengan nama ‘bird’s nest’. Jenis tanaman bromelia ini dapat tumbuh hingga mencapai 30 cm dan memiliki bunga berwarna putih. Tillandisia merupakan jenis bromelia yang berbentuk menyerupai rerumputan dan bagian tengah dari tanaman yang berwarna merah muda dengan bunga yang menjulang keatas berwarna biru keunguan dengan ketinggian mencapai 30 cm. Tillandsia dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan merupakan tanaman epifit yang dapat hidup di bebatuan dan batang pohon. Sedangkan vriseria merupakan jenis tanaman bromelia yang cenderung lebih sulit dikembangkan dibandingkan dengan jenis lainnya dan bukan merupakan jenis epifit. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang runcing, berwarna hijau bergaris dan bertekstur kasar. 2.4
Kajian Bromelia Elva (2010) dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan pasar
tanaman hias bromelia di Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa perusahaan memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting untuk diatasi adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling mempengaruhi dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wawancara konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang harus diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi. Kemudian dengan menggunakan strategi arsitektur dihasilkan dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu: (1) 15
Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyarakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu: (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan agregat pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; dan (4) revitalisasi Promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.
2.5
Analisis Risiko Produksi Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan risiko produksi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti (2008). Penelitian ini meneliti tentang risiko produksi dan harga kentang dan kubis di Bandung. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko model GARCH (1,1) dan menghitung nilai varian. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input. Input pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Risiko pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan komoditas kubis sedangkan risiko harga pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk kedalam risk aversion dengan melakukan penggurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat pengurangan peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian juga pada peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang paling rendah. 16
Wisdya (2009) menganalisis tentang risiko produksi anggrek phaleonopsis pada PT Eka Graha Flora. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko paling tinggi terdapat pada tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,078. Sedangkan risiko produksi anggrek berdasarkan pendapatan bersih memiliki risiko yang tinggi pada anggrek dengan teknik seedling yaitu sebesar 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 1,319. Safitri (2009) meneliti tentang risiko produksi daun potong pada PT Pesona Daun Mas Asri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis spesialisasi produksi berdasarkan produktivitas pada Asparagus bintang dan Philodendron marbel diperoleh risiko yang paling tinggi dari kedua komoditas itu adalah Philodendron marbel yaitu sebesar 0,29 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,29. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yaitu sebesar 0,25 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0,25. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi adalah Philodendron marbel yaitu 0,40 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,40. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yakni 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm. Tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis risiko produksi sayuran organik yang dihadapi perusahaan serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko produksi 17
tersebut. Analisis risiko yang dilakukan menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Kegiatan produksi sayuran organik ini dianalisis risiko produksinya berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi brokoli, caisin, sawi putih, dan tomat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan, risiko tertinggi dari keempat komoditi tersebut adalah brokoli sebesar 0,54 untuk risiko berdasarkan produktivitas dan 0,8 untuk risiko berdasarkan pndapatan bersih. Hal ini dikarenakan brokoli sangat rentan terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti. Selain itu, analisis risiko pada kegiatan portofolio yang dilakukan pada tomat dengan caisin, tomat dengan sawi putih, dan brokoli dengan tomat menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko. 2.6
Kajian Manajemen Risiko Penelitian yang dilakukan Effendy (2010) mengenai manajemen risiko
dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT Sawindo Kencana menggunakan metode Expert Opinion melalui pendekatan metode Delphy. Metode Expert Opinion ini digunakan dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko. Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada PT Sawindo Kencana didapatkan hasil bahwa risiko yang terdapat pada perusahaan tersebut yaitu risiko produksi, risiko sumber daya manusia, risiko pasar, risiko institusional dan risiko finansial. Risiko produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan gulma, risiko serangan penyakit pada tanaman kelapa sawit, risiko curah hujan, risiko kebakaran, risiko usia tanaman dan risiko penambangan timah. Pada risiko sumberdaya manusia terdapat risiko kesalahan manusia (human error), risiko perilaku menyimpang (moral hazard), risiko keselamatan kerja, dan risiko losses manusia. Risiko pasar yang dihadapi perusahaan adalah risiko fluktuasi harga dan ketersediaan input. Pada risiko institusional, risiko yang dihadapi perusahaan adalah kebijakan pemerintah daerah mengenai areal kebun perusahaan yang masih bersengketa dengan PT Timah. Sedangkan pada risiko finansial, risiko yang dihadapi perusahaan adalah UMR yang terus meningkat. Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh 18
perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan beberapa alternatif strategi seperti detect and monitor dan monitoring. Berdasarkan studi litelatur di atas, maka penelitian kali ini bertujuan untuk melihat strategi manajemen risiko produksi yang diterapkan oleh perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Aproksimasi untuk menghitung dampak dan probabilitas risiko dengan menggunakan metode Expert Opinion, yang memiliki sedikit kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy (2010) yang menggunakan metode Expert Opinion dengan pendekatan Delphy dan juga penggunaan peta risiko sebagai alat bantu dalam pengelompokan risiko. Selain itu, terdapat pula kesamaan pada komoditas dan lokasi penelitian, sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Elva (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy (2010) adalah dalam melakukan pengelompokan risiko. Effendy (2010) melakukan pengelompokan berdasarkan pendekatan pada kemungkinan nilai nominal dari dampak dan probabilitas risiko tersebut, sedangkan penelitian ini melakukan pengelompokan berdasarkan nilai status risiko. Selain itu, perbedaan lainnya yaitu terletak pada topik penelitiannya. Walaupun penelitian yang dilakukan ini memiliki kesamaan lokasi dan jenis komoditas dengan yang dilakukan oleh Elva (2010), namun belum ada yang melakukan penelitian dengan topik risiko produksi di lokasi tersebut.
19
Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian. Nama Penulis
Tahun
Anna Fariyanti
2008
Sri Wisdya
2009
Nur Amalia Safitri
2009
Elva
2010
Lustri Sembiring
2010
Hendra Pratama Effendy
2010
Judul Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaonopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat Analisis Risiko Produksi Daun POTONG di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Perencanaan Strategi Pembangunan Pasar Tanaman Hias Bromelia melalui Pendekatan Arsitektur Strategi Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung.
Metode Analisis Analisis Risiko model GARCH dan Menghitung Nilai Varian Analisis Spesialisasi dan Portofolio Analisis Spesialisasi dan Portofolio Strategi Arsitektur Landscape Analisis Spesialisasi dan Portofolio Metode Expert Opinion dan Metode Delphy
20
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987),
risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Sementara itu, Debertin (1986) menyatakan bahwa kejadian berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Risiko dapat pula diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Basyib (2007), risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Ada tiga unsur penting dari suatu kegiatan yang dianggap masih sebagai risiko: 1) merupakan suatu kejadian, 2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, dan 3) jika terjadi, maka akan menimbulkan kerugian (Kountur 2004). Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar antara risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Djohanputro (2006) menyatakan risiko sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Menurut Kountur (2004) ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan.
Apabila
ketidakpastian
yang
dihadapi
berdampak
menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko.
21
Darmawi (2008) menyimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian.
Dan
ketidakpastian
tersebut
merupakan
kondisi
yang
menyebabkan tumbuhnya risiko. Dalam memilih strategi yang akan diterapkan, perusahaan akan memilih strategi yang dapat meminimalkan risiko yang dihadapinya. Namun hal ini mengandung ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni risk averse, risk neutral, dan risk preferer (Debertin 1986). Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 4 Risk Averse
Risk Preferer
Expected Income
Expected Income
Income Variance
Income Variance
Expected Income
Risk Neutral
Income Variance
Gambar 4. Hubungan antara Expected Income dan Income Variance Sumber : Debertin, 1986
22
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara expected income dan income variance. Expected income merupakan ukuran tingkat kepuasan para pembuat keputusan, sedangakan income variance merupakan ukuran tingkat risiko. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu : 1.
Risk Averse merupakan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. sikap ini mrnunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (income variance) merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan dengan menaikkan expected income.
2.
Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral), yaitu perilaku individu yang apabila terjadi kenaikan income variance (ukuran tingkat risiko) tidak akan diimbangi dengan menaikkan expected income. Artinya, jika income variance semakin tinggi, maka expected income akan tetap.
3.
Risk Preferer merupakan perilaku individu yang bersedia mengambil risiko. sikap ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan bersedia menerima expexted income lebih rendah. Risk preferer cenderung menganggap risiko sebagai sesuatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan.
3.2
Klasifikasi Risiko Dalam bidang agribisnis, ada beberapa sumber risiko yang dapat
mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain (Harwood et al 1999) : 1)
Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan output yang dihasilkan oleh perusahaan..
2)
Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan alam, seperti curah hujan yang berubah secara tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama dan gulma. 23
3)
Risiko institusional, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan ekspor dan impor.
4)
Risiko sumberdaya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan
dengan
perilaku
manusia,
maupun
hal-hal
yang
dapat
mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. 5)
Risiko finansial, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan UMR (Upah Minimum Regional). Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan
berdasarkan beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang penyebab, 2) risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang aktivitas. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional. Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a) risiko murni versus risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c) risiko subjektif dan risiko objektif. 3.3
Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan cara-cara yang digunakan manajemen untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Kountur 2004). Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menempatkan berbagai permasalahan yang ada 24
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Fahmi 2010). Selain itu, menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard dalam Soehatman Ramli (2010) menyebutkan bahwa manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya dan mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko tersebut maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah, membuat kemungkinan terjadinya sekecil mungkin. Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu harus dikurangi, pengurangan kerugian akibat risiko dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut besar. Selain itu, alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dapat dilakukan dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dalam hal ini, Ciapus Bromel melakukan penanganan risiko dengan cara diversifikasi. Sedangkan menurut Darmawi (2005), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu 25
fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian ditambahkan lagi satu fungsi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Tujuan dari diterapkannya manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko sehingga organisasi dapat bertahan atau dapat mengoptimalkan risiko (Hanafi 2009). Selanjutnya Kountur dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut yang pada akhirnya akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang selanjutnya akan membantu membentuk
perumusan
manajemen
risiko
yang
tepat
sehingga
dapat
meminimalkan segala kemungkinan kerugian. Lalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Identifikasi Risiko
Evaluasi
Pengukuran Risiko
Penaganan Risiko
Gambar 5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur, 2004
26
3.4
Pemetaan Risiko Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi
manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko pada umumnya disusun berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dari suatu risiko dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko tersebut, dapat dilihat pada Gambar 6.
Probabilitas (%) Sangat Besar Besar Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
Normal
Kecil Sangat Kecil Kecil
Normal
Besar
Sangat Besar
Dampak (Rp) Gambar 6. Peta Risiko Sumber : Kountur, 2008
3.5
Penanganan Risiko Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi manajemen
risiko yang tepat untuk risiko tersebut. Secara garis besar, terdapat dua jenis strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko, antara lain: 1.
Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumberdaya manusia, dan (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. 27
Strategi preventif dapat mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser pada kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur 2008). 2.
Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah: a)
Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.
b)
Penggabungan Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c)
Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah suatu cara dimana aset digunakan namun aset tersebut dimiliki oleh pihak lain, sehingga jika 28
terjadi sesuatu dan lain hal pada aset tersebut maka pemilik aset tersebutlah yang akan menanggung kerugian yang terjadi, sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Outsourcing merupakan suatu cara dimana suatu pekerjaan diberikan pada pihak lain sehingga jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh pihak yang melakukan usaha tersebut. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan dan pembelian. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar dapat bergerak ke kuadran yang memiliki dampak risiko kecil dengan menggunakan strategi mitigasi risiko. Strategi ini akan mengantisipasi risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 2 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4. 3.6
Kerangka Pemikiran Operasional Ciapus Bromel mengusahakan tanaman hias bromelia diatas lahan dengan
luas ± 1 ha sejak tahun 2006. Tanaman hias bromelia yang dibudidayakan terdiri dari 5 jenis antara lain neogerelia, aechmea, tillandsia, vrisea dan guzmania. Komoditi unggulan pada perusahaan ini adalah neogerelia, karena komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya. Perusahaan melakukan budidaya bromelia secara vegetatif dengan tujuan dapat memenuhi permintaan konsumen. Namun kegiatan tersebut dirasakan perusahaan menimbulkan risiko. Budidaya bromelia yang dilakukan oleh Ciapus Bromel
terjadi
fluktuasi
dalam
segi
keberhasilan
produksi.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya memiliki risiko yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan disebabkan oleh intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit, serta kerusakan
mekanis.
Risiko
produksi
berpengaruh
terhadap
penurunan
keberhasilan produksi yang berdampak pula pada penerimaan perusahaan. Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran mengenai manajemen risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam mengendalikan terjadinya risiko produksi. Analisis risiko pertama yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang 29
dihadapi oleh Ciapus Bromel. Analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat dan dampak sumber risiko produksi yang kemudian dipetakan ke dalam peta risiko, sehingga dapat diketahui seberapa krusial sumber risiko produksi pada Ciapus Bromel. Pengukuran probabilitas dan dampak risiko dilakukan dengan menggunakan metode aproksimitas yang berdasarkan pada pendapat atau perkiraan para ahli atau yang lebih dikenal dengan metode expert opinion. Selain itu dilakukan pula perhitungan tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Berdasarkan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan
metode
tersebut,
selanjutnya akan diketahui posisi atau nilai status risiko bagi tiap sumber-sumber risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya, dipetakan ke dalam peta risiko dan kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di Ciapus Bromel. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 7.
30
Ciapus Bromel • Budidaya secara vegetatif • Variasi keberhasilan produksi
Risiko Produksi • Hama • Penyakit • Intensitas Cahaya Matahari • Kesalahan Mekanis
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Identifikasi Probabilitas dan Dampak Risiko • Metode Expert Opinion • Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation
Strategi manajemen risiko perusahaan
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel
31
IV METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi
di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan tempat produksi tanaman hias bromelia dan perusahaan ini menjadi akan salah satu produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 No
Nama Perusahaan
Provinsi
Kota/Kabupaten
1
Elegant Flora
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
2
Harrys Bromeliad
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
3
Sunda Kelapa Nursery
Banten
Tanggerang
4
Alpha Nursery
Jawa Barat
Bogor
5
Ciapus Bromel
Jawa Barat
Bogor
6
Kelompok Tani Vioces
Jawa Barat
Bogor
7
Aneka Nursery
Jawa Tengah
Semarang
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2008 (diolah)
Tabel 5 menunjukkan bahwa salah satu wilayah di Indonesia yang paling banyak membudidayakan bromelia adalah Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 42,85 persen dari total produsen bromelia berdomisili di Jawa Barat. Hal ini disebabkan iklim di Provinsi Jawa Barat yang cenderung lebih subur dan cocok untuk budidaya bromelia, terutama daerah dataran tinggi bagian tengah. Salah satu produsen bromelia di Jawa Barat yang termasuk sebagai salah satu produsen terbesar adalah Ciapus Bromel. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan data dan kesediaan pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2011.
32
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan Ciapus Bromel untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko dan peluang risiko yang dihadapi perusahaan, penyebab dan dampak risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak perusahaan. Sedangkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Ciapus Bromel meliputi luas lahan yang diusahakan, harga produk, jumlah produksi yang diperoleh selama masa produksi berlangsung serta data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang terjadi di perusahaan. Selain itu data sekunder dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Hortikultura, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet terkait situs-situs yang berhubungan dengan penelitian dan literatur yang relevan. 4.3
Metode Pengolahan Data
4.3.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Selain itu analisis ini pun digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko produksi yang terkait dengan kondisi pada Ciapus Bromel. Tujuan digunakannya analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Analisis dilakukan dengan mengaitkan teori risiko yang ada dengan kondisi lapang, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi untuk memberikan solusi terhadap masalah yang timbul akibat risiko produksi di Ciapus Bromel. Metode ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak perusahaan serta pengisian kuisioner.
33
4.3.2
Pengukuran Risiko Pengukuran dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko
dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha tanaman hias bromelia. Pengukuran selalu mengacu pada dua ukuran yaitu ukuran probabilitas dan ukuran kuantitas risiko. Ukuran pertama merupakan ukuran probabilitas yang disebut juga kemungkinan (likelihood). Ukuran kedua adalah dampak atau disebut juga sebagai ukuran kuantitas risiko. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Risiko dapat diukur bila diketahui kemungkinan suatu kejadian dan besarnya dampak
yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut pada perusahaan.
Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko mana yang perlu diperhatikan. Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan kira-kira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada orang lain (Kountur 2008). Pemilihan metode ini dikarenakan Ciapus Bromel tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi ini dilakukan dengan cara expert opinion. Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan informasi dimana seseorang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan dampak yang terjadi dari suatu risiko. Beberapa sumber risiko yang terdapat pada kuesioner diberikan kepada para ahli yang kemudian ahli tersebut memberikan pendapatnya terhadap perkiraan dampak dan probabilitas risiko. Para ahli yang dimaksud adalah pihak yang dianggap paham dan mengerti budidaya tanaman bromelia dan kondisi perusahaan. Oleh karena itu, pihak yang menjadi ahli dalam hal ini adalah manajer operasional, koordinator lapangan dan karyawan Ciapus Bromel.
34
Menurut Kountur (2008) salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko yaitu dengan meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga orang yang dapat merepresentasikan pendapat optimis (O), most likely (M) dan pesimis (P). Pendapat yang menyatakan dengan optimis terhadap suatu kejadian pada umumnya memberikan penilaian lebih kecil karena beranggapan bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi dan dapat diantisipasi. Pihak yang menyatakan pendapatnya secara optimis pada perusahaan yaitu manajer operasional. Sebaliknya, bagi pendapat yang menyatakan pesimis akan memberikan nilai yang relatif lebih besar dibandingkan pendapat yang optimis seperti yang dikemukakan oleh karyawan dalam Ciapus Bromel. Sedangkan nilai dari pendapat most likely berada diantara nilai optimis dan pesimis. Dan pihak ahli yang menyatakan pendapat most likely yaitu koordinator lapang Ciapus Bromel. Kriteria penentuan para ahli tersebut berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki selama bekerja di Ciapus Bromel. Setelah ketiga orang ini diwawancarai, kemudian dirata-ratakan nilainya. Rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut (Kountur, 2008): Probabilistas (P) = O + 4M + P , 6
Dampak (D) = O + 4M + P 6
Penggunaan rumus di atas dilakukan agar data yang didapat tidak bias. Nilai most likely dikalikan empat karena nilai tersebut diasumsikan sebagai nilai yang dapat dipercaya dan nilai ini adalah nilai dari orang yang dianggap ahli dari kebanyakan kejadian secara umum. Penetapan dampak risiko tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan apakah risiko tersebut akan berdampak pada penurunan penerimaan yang sangat signifikan atau tidak. Selain itu, besarnya dampak risiko dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut: Dampak = Persentase kehilangan * Rata-rata produksi bromelia * Harga jual Persentase kehilangan yang dimaksud merupakan kehilangan produksi yang diberikan berdasarkan perkiraan para ahli, sedangkan rata-rata produksi 35
diperoleh dari jumlah produksi bromelia selama 8 periode atau musim tanam sehingga didapatkan rata-rata produksi bromelia per musim tanam. Harga jual yang digunakan merupakan harga jual rata-rata dari jenis neogerelia yang berdiameter 15 cm. Hal ini dilakukan karena banyaknya spesies neogerelia yang terdapat pada Ciapus Bromel sehingga akan lebih mudah dalam proses perhitungan apabila menggunakan harga jual rata-rata. Selain itu, peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pengalaman. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan:
Keterangan : f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu proses produksi Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut : n E (Ri) = ∑ Pi . Ri i=1 Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Bila tiap kejadian ada data historisnya, maka nilai peluang yang dari suatu kejadian diasumsikan sama, yaitu satu dibagi dengan total periode waktu proses produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut
Dimana : E (Ri) Ri n i
= Expected return = Return (Produktivitas) = Jumlah kejadian (1,2,3,…...., 8) = Neogerelia 36
Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut: a. Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dan expected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut: n σi2 = ∑ Pij (Rij - Ři) 2 i=1 Dimana :
= Variance dari return Pi = Peluang dari suatu kejadian Ri = Return (Produktivitas) Ři = Expected return
Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga tingkat risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut juga semakin rendah. b. Standard Deviation Standard deviation dapat diukur dengan menguadratkan nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut : σi = √ σi2 Dimana :
= Variance = Standard deviation
c. Coefficient Variation Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah : CV = σi / Ři
37
Dimana :
CV = Coefficient variation = Standard deviation Ři = Expected return
Variance dan standard deviation merupakan ukuran absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.
4.3.3
Pemetaan Risiko Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko
pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Peta risiko dibagi dalam empat kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang kecil berada pada kuadran III dan risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang besar pula berada pada kuadran I. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil berada pada kuadran IV dan risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak besar berada pada kuadran II. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 8. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko pun dapat dikelompokan menjadi kelompok dampak besar dan dampak kecil (Djohanputro 2008). Dikatakan berdampak kecil apabila dampak tersebut tidak mengganggu proses bisnis di perusahaan. Sedangkan dikatakan berdampak besar apabila dampak tersebut sangat berpengaruh dalam usaha tersebut. Batas antara besar dan kecilnya probabilitas risiko ditentukan oleh pihak perusahaan. Nilai probabilitas dibatasi oleh nilai 15 persen dan nilai dampak dibatasi oleh nilai Rp 500.000,00. Nilai batas probabilitas sebesar 15 persen diperoleh berdasarkan rata-rata probabilitas dari keempat sumber risiko yang telah dikonfirmasi sebelumnya kepada para ahli. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil diambil berdasarkan pengalaman dan setengah dari nilai rata-rata perhitungan dampak risiko. para ahli 38
beranggapan bahwa batasan nilai sebesar 500.000 merupakan batasan yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan, risiko probabilitas 15 persen atau lebih dianggap sebagai risiko dengan probabilitas besar, dan probabilitas risiko dibawah 15 persen dianggap sebagai risiko dengan probabilitas kecil. Begitu pula dengan besar kecilnya dampak risiko pada perusahaan, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang pihak manajemen perusahaan, risiko dengan dampak diatas Rp 500.000,00 dianggap sebagai risiko dengan dampak besar dan risiko dengan dampak dibawah Rp 500.000,00 dianggap sebagai risiko dengan dampak kecil.
Probabilitas (%) Besar
Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
15 Kecil Kecil
500.000
Besar
Dampak (Rp) Gambar 8. Peta Risiko Menurut Kountur Sumber: Kountur, 2008
Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan pada perkiraan posisi dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko. Berdasarkan hasil perhitungan status risiko, maka akan diketahui mana risiko yang besar dan kecil. Serta status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang tidak berisiko. Secara matematis status risiko dapat dihitung dengan rumus (Kountur, 2008): Status Risiko = Probabilitas x Dampak
39
4.3.4 Penanganan Risiko Menurut Kountur (2006), salah satu aspek penting dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian dapat diminimalkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat digunakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu : 1.
Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
kemungkinan atau probabilitasnya besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I dan II. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang terdapat pada kuadran I akan bergeser ke kuadran III dan risiko yang terdapat pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 9.
Probabilitas (%) Besar
Kecil
Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
Kecil
Besar Dampak (Rp)
Gambar 9. Strategi Preventif Risiko Sumber : Kountur, 2008
2.
Mitigasi Risiko Mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
meminimalkan dampak risiko yang ditimbulkan. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak besar diusahakan dengan strategi mitigasi dapat bergeser ke 40
kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan III yang memberikan dampak besar dapat ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran I dapat bergeser ke kuadran II. Dan risiko-risiko yang berada pada kuadran III dapat bergeser ke kuadran IV. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 10.
Probabilitas (%) Besar Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
Kecil Kecil
Besar Dampak (Rp)
Gambar 10. Strategi Mitigasi Risiko Sumber : Kountur, 2008
41
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1
Sejarah dan Perkembangan Ciapus Bromel Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan
dan memasarkan tanaman hias bromelia di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Chandra Gunawan Hendarto pada tahun 2006 dan berlokasi di Desa Tamansari,Kabupaten Bogor. Berawal dari ketertarikan pemilik usaha terhadap tanaman bromelia dan keinginan memperkenalkan tanaman tersebut kepada masyarakat
yang
pada
akhirnya
melatarbelakangi
didirikannya
Ciapus
Bromel.Selain itu karakteristik yang dimiliki bromelia sebagai tanaman tropis yang colourfull dan multifungsi dengan tingkat budidaya dan perawatan yang relatif mudah merupakan salah satu alasan dalam pemilihan tanaman utama pada Ciapus Bromel.Bromelia dapat digunakan sebagai tanaman pot indoor, tanaman landscape, tanaman outdoor dan tanaman dekorasi. Karakterisitik bromelia tersebut dianggap Chandra Gunawan sebagai peluang prospektif untuk terjun ke industri bromelia, terlebih jika melihat adanya kecenderungan pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman hias berdaun indah (Elva 2010). Persiapan usaha Ciapus Bromel dimulai sejak tahun 2003 dengan luas lahan yang dimiliki yaitu 400 m dengan indukan yang diperoleh berasal dari luar negeri mengingat tanaman ini bukan merupakan tanaman asli Indonesia.Hal ini bertujuan agar varietas bromelia yang ditawarkan Ciapus Bromel lebih beragam dan berbeda dengan varietas yang ditawarkan oleh para pesaing dalam industri sejenis. Perbedaan ini diharapkan akan memberikan nilai tambah di mata pasar sasaran yang akan menguntungkan Ciapus Bromel. Pada tahun 2006 Ciapus Bromel didirikan dengan luas lahan 0,5 ha dan jumlah tanaman yang dimiliki sebanyak 600 pot.Jumlah tersebut hanya memenuhi 1/8 dari total keseluruhan lahan. Hal ini menyebabkan Ciapus Bromel hanya menjual tanaman bromelia yang berusia 4-5 bulan dalam pot berdiameter 15 cm. Namun sejak awal tahun 2010, Ciapus Bromel melakukan perluasan area budidaya menjadi 1 ha dan penambahan jumlah serta jenis tanaman bromelia. Setidaknya terdapat 300 spesies bromelia dengan jumlah tanaman bromelia 42
sebesar 60.000 pot. Hal ini menjadikan Ciapus Bromel sebagai perusahaan budidaya terlengkap di Indonesia. Aktivitas pemasaran bromelia Ciapus Bromel dimulai pada bulan Desember 2007.Pemasaran dilakukan melalui sistem konsingensi dengan pihak PT Godong Ijo Asri.Kerjasama tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan penjualan juga bertujuan sebagai media promosi bromelia melalui katalog dan pameran yang diikuti PT Godong Ijo Asri.Walaupun konsekuensinya bromelia Ciapus Bromel diatasnamakan milik PT Godong Ijo Asri. Berkat kerjasama dengan PT Godong Ijo Asriserta adanya hubungan baik pemilik dengan manajer pengelola, pada tahun 2008 hingga tahun 2010 Ciapus Bromel tidak hanya memasarkan produknya melalui PT Godong Ijo Asri, tetapi juga melakukan penjualan secara pribadi di pulau Jawa, serta ke pulau Sumatera, Kalimantan dan Bali (Elva 2010) Sejak awal tahun pendiriannya hingga tahun 2010, usaha ini belum memiliki badan hukum dikarenakan pemilik mempertimbangkan kondisi perusahaan yang belum establish. Namun demikian, pemilik mempunyai keinginan yang kuat untuk memiliki badan hukum agar memperoleh kemudahan dalam menjalankan bisnisnya. 5.2
Lokasi dan Sumberdaya Ciapus Bromel Lokasi usaha Ciapus Bromel terletak di Jalan Tamansari RT 03/04, Desa
Tamansari,
Kecamatan
Tamansari,
Kabupaten
Bogor,
Provinsi
Jawa
Barat.Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan kondisi iklim di Ciapus Bromel. Letak usaha Ciapus Bromel berada pada ketinggian 450 dpl dengan suhu 27°C. Kondisi tersebut sesuai dengan prasyarat pertumbuhan tanaman bromelia, yaitu berkisar antara 20°C sampai 30°C. Selain lokasi, Ciapus Bromel pun memiliki sumberdaya yang secara keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu sumberdaya fisik, sumberdaya manusia dan sumber daya keuangan.Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset yang dimiliki oleh Ciapus Bromel untuk menjalankan usahanya berupa bangunan (nethouse, bangunan kantor dan pendukung), sarana dan prasarana produksi.Sumberdaya manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang dimiliki oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya.Sumberdaya keuangan 43
merupakan sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh Ciapus Bromel dalam memulai dan menjalankan usaha. 5.2.1
Sumberdaya Fisik Sarana dan prasarana yang digunakan oleh Ciapus Bromel dalam
menjalankan usahanya merupakan murni milik pemilik. Aset-aset tersebut diantaranya : a)
Prasarana Pendukung Prasarana pendukung yang dimilki Ciapus Bromel meliputi bangunan
kantor, bangunan mushola, lahan parkir, pagar beton, televisi, peralatan dapur, satu set meja beserta kursi bagi pengunjung, meja dan kursi untuk kegiatan administrasi, serta satu tempat tidur bagi karyawan yang menjaga kantor. Bangunan kantor berukuran 45 m x 36 m yang terdiri dari lima ruangan. Ruangan pertama berukuran 4 m x 4 m yang digunakan sebagai tempat bermalam karyawan. Fasilitas kamar terdiri dari satu set tempat tidur dan meja. Ruangan kedua berukuran 4 m x 4 m belum ada fungsi khusus.Ruangan ketiga digunakan sebagai ruangan dapur bagi karyawan. Ruangan ini berukuran 8 m x 3 m dengan fasilitas berupa peralatan makan, minum, satu buah dispenser dan satu buah kompor minyak. Ruangan keempat berukuran 4 m x 4 m yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan pestisida, pupuk, pot dan cocopeat. Ruangan terakhir digunakan sebagai toilet dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Selain terdiri dari lima ruangan bangunan kantor pun memiliki dua teras yang berukuran 8 m x 5 m dan 10 m x 6 m. Teras depan yang berukuran 8 m x 5 m digunakan sebagai tempat administrasi dan tempat istirahat bagi pengunjung. Di teras ini terdapat satu set tempat duduk yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat dan satu set tempat melakukan administrasi yang terdiri dari satu buah meja dan dua buah kursi. Teras samping yang berukuran 10 m x 6 m digunakan sebagai tempat penyimpanan anakan bromelia yang akan diangin-anginkan. Anakan bromelia tersebut diletakan pada dua buah rak kayu berukuran 2,5 m x 2 m.Sedangkan bangunan mushola berukuran 3 m x 3 m. Bangunan ini berfungsi sebagai fasilitas peribadatan bagi karyawan Ciapus Bromel maupun para pelanggan yang beragama Islam. 44
b)
Sarana dan Prasarana produksi pertanian Untuk menunjang kegiatan usaha, alat-alat yang dimiliki perusahaan
meliputi mesin jet pump, nethouse, handsprayer, selang, sekop, rak bagi anakan tanaman dan tender (bak). Perusahaan memilki dua mesin pompa air (jet pump), mesin ini sangat dibutuhkan ketika musim kemarau karena jet pump berfungsi memompa air tanah untuk mengisi sumur.Handsprayer digunakan untuk kegiatan penyemprotan
pestisida.Untuk
membantu
penyiraman,
Ciapus
Bromel
menggunakan selang sebagai alat perantara.Perusahaan memiliki dua sekop yang dipergunakan untuk mencampur media tanam ataupun pupuk.Perusahaan juga memiliki rak bagi anakan tanaman.Prasarana produksi terakhir yang dimiliki oleh perusahaan adalah tender (bak).Tender berfungsi untuk mengangkut bromelia terutama untuk kegiatan pameran. Nethouse digunakan sebagai tempat budidaya dan penyimpanan persediaan tanaman bromelia. Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan budidaya, penggunaan nethouse bertujuan untuk menyaring cahaya matahari, agar sinar matahari yang sampai ke tanaman sesuai dengan prasyarat tumbuh bagi masing-masing varietas bromelia, yaitu 45-75 persen sinar matahari. Ciapus Bromel memiliki sembilan buah nethouse yang letaknya menyebar.Nethouse yang dimiliki oleh perusahaan ada dua jenis, yaitu nethouse
dengan paranetbiasa
dannethouse dengan paranet dan plastik UV. Perbedaan ini terkait dengan prasyarat penyerapan sinar matahari yang optimal bagi masing-masing bromelia.Nethousedengan paranet biasa digunakan untuk tanaman bromelia dengan kemampuan menerima 50-75 persen cahaya matahari.Sedangkan nethouse yang menggunakan paranet dan plastik UV untuk tanaman bromelia dengan kemampuan menerima 45 persen cahaya matahari. Selain itu, input yang disediakan setiap bulannya oleh perusahaan meliputi media tanam, pupuk, pestisida, indukan bromelia dan pot. Media tanam yang digunakan oleh perusahaan adalah cocopeat, sekam bakar, sekam mentah dan akar pakis. Sekam mentah digunakan sebagai bahan baku sekam bakar. Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK.Sedangkan pestisida yang digunakan adalah Cofidor, Siputox, Dursbant, Curacron dan Agristick.Indukan bromelia berasal dari luar 45
negeri seperti Filipina, Thailand, Australia, Belanda dan beberapa negara di Amerika Latin. Pot yang dimiliki perusahaan terdiri dari ukuran S (15 cm2), M (20 cm2) , L (24 cm2), XL(30cm2) dan 35 cm2, 40 cm2, 50cm2, 60cm2 dan 70cm2.
a)
b)
c)
d)
Gambar 11. Sarana dan Prasarana Produksi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 a) Jet Pump; b) BesiTusuk; c) Pestisida dan obat-Obatan;d) Rak Anakan Bromelia Sumber : Ciapus Bromel, 2011
5.2.2
Sumberdaya Manusia Ciapus Bromel memiliki 10tenaga kerja yang terdiri dari 1 pemilik dan 9
karyawan.Latar belakang pendidikan sumberdaya manusia di Ciapus Bromel sangat beragam. Chandra Gunawan Hendarto merupakan lulusan University of San Fransisco dengan jurusan Intenational Business Manajement. Selain itu pemilik pernah menjabat sebagai manajer pemasaran PT Indomarco serta sekarang menjabat sebagai Direktur PT Godong Ijo Asri, pemilik Hara Nursery (tanaman buah) dan pemilik Annisa Flora (tanaman aglonema). Selain itu, beliau pun aktif di asosiasi terkait tanaman hias dan merupakan salah satu pendiri Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI). Latar belakang manajer pengelola hanya sampai pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Akan tetapi Ulih Sunardi mempunyai pengalaman sebagai produsen tanaman hias sejak 20 tahun yang lalu, sehingga beliau memiliki kemampuan budidaya yang baik. Selain itu Ulih Sunardi merupakan pemilik Ciapus Nursery dan keberadaannya sudah cukup dikenal dalam industri tanaman hias di Jabodetabek. Koordinator lapangan mempunyai latar belakang pendidikan khusus pertanian (SPMA), sehingga koordinator lapangan mempunyai kemampuan cukup baik dalam kegiatan budidaya. Koordinator lapangan juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengingat nama dan jenis varietas bromelia, mengestimasi 46
varietas yang akan bernilai di mata konsumen dan mempunyai daya kreativitas serta inisiatif dalam menjalankan kewajiban dan wewenangnya. Latar belakang pendidikan enam karyawantetap lainnya dibawah tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hari kerja karyawan tetap dimulai dari hari Senin hingga hari Minggu.Karyawan bekerja mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.Terdapat pula sistem kerja malam yang dilakukan secara bergantian dari pukul 18.00-06.00 WIB.Sedangkan karyawan harian jam kerja dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB. Hari kerja karyawan harian disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan terhadap karyawan harian tersebut. Sistem gaji dan upah yang ditetapkan oleh perusahaan telah disesuaikan dengan UMR yang berlaku.Gaji karyawan Ciapus Bromel berkisar antara Rp 950.000,00-Rp 1.300.000,00 yang disesuaikan berdasarkan tingkat jabatan karyawan.Sedangkan untuk karyawan harian diberi upah sebesar Rp 15.000,00 per hari. Perusahaan pun memberikan biaya pengobatan bagi karyawan yang sakit sebesar 50 persen dari biaya pengobatan karyawan. Khusus untuk manajer pengelola, pemilik menerapkan sistem bagi hasil. Berdasarkan perjanjian antara manajer pengelola dengan pemilik Ciapus Bromel, pembagian hasil dilakukan tiap akhir tahun dengan perbandingan 1:3, dimana manajer pengelola mendapatkan 25 persen dari laba bersih sedangkan pemilik perusahaan mendapatkan 75 persen dari laba bersih perusahaan. Selain itu terdapat pula aturan dan sanksi bagi seluruh pegawai Ciapus Bromel.Tetapi tata tertib tersebut tidak dituangkan dalam bentuk tulisan melainkan hanya berupa lisan yang disampaikan ketika penerimaan karyawan baru. SOP tersebut menyangkut jam kerja karyawan, kegiatan perizinan karyawan dan attitude karyawan ketika berada di perusahaan tersebut. Perusahaan menerapkan adanya sistem absen, dimana karyawan diberikan izin libur maksimal sebanyak empat kali dalam sebulan dengan alasan yang jelas. Apabila karyawan tidak masuk lebih dari empat hari tanpa keterangan maka akan dikenakan sanksi pemotongan gaji.
47
5.2.3
Sumberdaya Keuangan Modal awal perusahaan hanya berasal dari pemilik perusahaan.Besarnya
modal pemilik adalah Rp 1.450.000.000,00.Modal tersebut digunakan untuk keperluan
pembelian
tanah,
pembangunan
prasarana
dan
pembelian
indukan.Pembangunan dilakukan secara bertahap dengan pertimbangan nominal budget yang harus dikeluarkan untuk investasi sangat besar sedangkan modal pemilik cukup terbatas.Selain modal, sumberdaya keuangan pun berasal dari pendapatan perusahaan.
5.3
Organisasi Ciapus Bromel Struktur organisasi Ciapus Bromel disusun dengan tujuan untuk
memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain sehingga diharapkan akan tercapai kerjasama yang baik dan rasa tanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Struktur organisasi Ciapus Bromel terdiri dari pemilik, manajer pengelola, penanggung jawab operasional, para karyawan bagian budidaya dan karyawan harian.Hubungan antar bagian yang terdapat di Ciapus Bromel dapat dilihat pada Gambar 10. Chandra Gunawan selaku pemilik perusahaan mempunyai wewenang dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan akhir, pemberian bimbingan, pengarahan umum, saran-saran, dan perintah kepada karyawan melalui manajer pengelola. Manajer pengelola memiliki wewenang dalam hal perencanaan kegiatan usaha, melakukan perekrutan dan pemberhentian karyawan, menetapkan harga bromelia bersama pemilik, mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan, meminta pertanggung jawaban kepada koordinator lapangan terkait dengan aktivitas perusahaan. Selain wewenang tersebut manajer pengelola mempunyai tanggung jawab memberikan laporan mengenai aktivitas perusahaan kepada pemilik. Koordinator lapangan mempunyai
wewenang dalam pengambilan
keputusan yang terkait dengan aktivitas perusahaan baik keputusan internal maupun eksternal.Akan tetapi koordinator lapangan harus meminta pertimbangan manajer pengelola, apakah keputusan tersebut dapat dijalankan atau tidak.Selain itu, koordinator lapangan mempunyai wewenang dalam hal pelaksanaan dan 48
pengawasan jalannya aktivitas perusahaan dimulai dari budidaya, pemasaran hingga administrasi.Sedangkan aktivitas keuangan lebih banyak ditangani oleh manajer pengelola termasuk aktivitas penggajian, dalam hal ini koordinator lapangan hanya mencatat pemasukan dan pengeluaran.Setiap bulannya, koordinator lapangan bertanggung jawab memberikan laporan mengenai aktivitas perusahaan kepada manajer pengelola.Namun, sering kali koordinator secara langsung melaporkan aktivitas perusahaan kepada pemilik perusahaan.Hal ini dilakukan jika mendapat instruksi dari manajer pengelola. Enam karyawan tetap lainnya bertugas menjalankan aktivitas budidaya, perawatan tanaman dan keamanan perusahaan.Sedangkan satu karyawan harian bertugas membersihan gulma yang ada di sekitar greenhouse. Pemilik
Manajer Pengelola
Koordinator
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Gambar 12. Struktur Organisasi Ciapus Bromel pada Tahun 2011 Sumber: Data primer Ciapus Bromel, 2011 (diolah)
5.4
Lingkup Kegiatan Ciapus Bromel Sejak berdirinya usaha Ciapus Bromel hingga saat ini, kegiatan yang
dilakukan perusahaan hanya sebatas membudidayakan dan menjual tanaman hias bromelia dalam bentuk pot plant. Kegiatan perusahaan yang menjadi aktivitas utama dalam membudidayakan bromelia yaitu kegiatan pengadaan input baik berupa pengadaan indukan bromelia maupun media tanam, dan juga kegiatan perbanyakan bromelia. 49
5.4.1 Kegiatan Pengadaan Input Kegiatan pengadaan input merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan usaha. Kegiatan ini dilakukan perusahaan untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan mencegah terjadinya keterlambatan dalam produksi bromelia. Berikut merupakan kegiatan pengadaan input yang dilakukan oleh Ciapus Bromel: 1)
Pengadaan indukan bromelia Pengadaan indukan bromelia dilakukan Ciapus Bromel melalui pembelian
indukan, perbanyakan secara vegetatif dan perbanyakan secara generatif. Pembelian indukan dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk menambah ragam varietas. Indukan tersebut diperbanyak untuk mendapatkan bibit anakan sebagai bakal calon tanaman bromelia dewasa dan indukan baru. Perusahaan akan menjual stok varietas bromelia jika sudah memenuhi prasyarat jumlah minimal stok, yaitu anakan yang berukuran S dan M minimal 100 bromelia. Kegiatan perbanyakan indukan bromelia lebih dominan dengan cara vegetatif dari pada dengan cara generatif.Hal ini dikarenakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbanyakan melalui generatif walaupun hasilnya relatif lebih banyak dibandingkan perbanyakan dengan cara vegetatif.Selain kegiatan pembelian dan perbanyakan, perusahaan juga pernah melakukan kegiatan penyilangan antar varietas dan mutasi tanaman dari perbanyakan indukan awal.Mutasi ini mencapai 15-30 persen dari perbanyakan indukan secara vegetatif.
Gambar 13. Induk Tanaman Bromelia Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
50
2)
Pot bromelia Ciapus Bromel Menggunakan pot berukuran S (15 cm2), M (20 cm2), L
(24cm2), XL (30cm2 dan 35cm2), 40cm2, 50cm2, 60cm2 dan 70cm2. Pot XL dibagi menjadi dua, yaitu ukuran 30cm2 dan 35cm2. Bromelia yang telah ditanam dalam pot 30cm2 tidak akan dimasukan kedalam pot berukuran 35cm2 akan tetapi langsung dipindahkkan ke pot 40cm2 dan sebaliknya. Ciapus Bromel membeli pot di toko Ibu Ulih. Harga satu lusin pot ukuran S adalah Rp 6.800,00, satu lusin pot ukuran M adalah Rp 11.000,00, satu lusin pot L adalah Rp 18.500,00 dan satu lusin ukuran XL adalah Rp 33.000,00 (pot 30 cm2) dan Rp 47.500,00 (pot 35cm2).
Gambar 14. Pot Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
3)
Cocopeat, obat-obatan dan pupuk bromelia Ciapus
Bromel
membeli
cocopeat
dari
produsen
cocopeat
di
Tasikmalaya.Harga satu bungkus cocopeat adalah Rp 11.000,00.Pembelian cocopeat rata-rata dilakukan Ciapus Bromel satu kali dalam satu tahun.Ciapus Bromel membeli obat-obatan (Cofidor, Siputox, Durshbant, Curacron dan Agristick) dan pupuk NPK dari PT. Godong Ijo Asri. Obat-obatan dan pupuk tidak dibeli dalam jumlah besar. Pembelian pupuk NPK maksimal satu karung dan obat-obatan masing-masing maksimal lima buah.
a)
b)
c)
d)
Gambar 15. Pupuk dan obat-Obatan Bagi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011 a) Siputox; b) Pupuk NPK Mutiara; c) Pestisida; d) Cocopeat Sumber : Ciapus Bromel, 2011
51
4)
Media tanam bromelia Media tanam (sekam mentah, sekam bakar dan akar pakis) dibeli dari toko
Syuaib yang lokasinya berada 1 km dari Ciapus Bromel.Ciapus Bromel membeli sekam mentah 50 karung setiap bulannya dengan harga Rp 5.000,00 per karung.Untuk sekam bakar Ciapus Bromel membeli 50-100 karung per bulannya dengan harga satu karung sekam bakar adalah Rp 8.000,00.Sedangkan pembelian akar pakis setiap bulannya adalah 20 karung dengan harga Rp 13.500,00 per karungnya.Karung sekam mentah, sekam bakar dan akar pakis adalah karung dengan ukuran muatan 25 kg.
a)
b)
Gambar 16. Media Tanam Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011; a) Sekam Bakar danb) Akar Pakis Sumber : Ciapus Bromel, 2011
5.4.2 Kegiatan Budidaya Kegiatan budidaya Ciapus Bromel dilakukan melalui dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Berikut ini merupakan proses budidaya bromelia secara generatif dan vegetatif.
a) Generatif Proses perbanyakan tanaman bromelia berawal dari biji bunga. Tanaman ini akan berbunga setelah berumur 3-4 tahun. Bunga tersebut akan tua atau matang setelah 1-3 bulan dari munculnya bunga. Setelah itu bunga yang telah tua diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan selama 3 sampai 6 hari, lalu disemai ke dalam pot yang berisi media cocopeat dan sekam 52
bakar yang telah dicampur, kemudian tutup dengan plastik. Setelah 3 bulan, tanaman akan tumbuh sehingga 2 cm dan siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 15 cm. Selanjutnya tanaman hanya disiram hingga 4-6 bulan, kemudian dipupuk dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 1-2 gram. Tanaman tersebut siap dijual setelah 3 bulan berikutnya. Setelah itu bromelia dapat dipindahkan kembali ke pot yang berukuran lebih besar, yaitu pot 20 cm setelah 3 bulan dan dipupuk kembali tanaman dengan dosis yang sama. Tiga bulan kemudian, tanaman siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 24 cm. Selama proses pemeliharaan hingga siap jual.Tanaman disiram setiap tiga hari sekali untuk musim hujan dan dua hari sekali untuk musim kemarau.Selain itu, tanaman pun disemprot dengan menggunakan pestisida setiap dua minggu sekali. b)
Vegetatif Proses perbanyakan tanaman bromelia secara vegetatif dilakukan melalui
penusukan pada titik tumbuh tanaman. Tanaman siap ditusuk setelah berumur sekitar delapan bulan atau setelah tanaman berada pada pot 20 cm. Tanaman ditusuk dengan menggunakan besi seukuran jari-jari sepeda dari titik tumbuh tanamanhingga akar. Setelah 2-3 bulan penusukan akan muncul beberapa anakan dari ketiak bromelia. Pada umumnya jumlah anakan yang mampu dihasilkan dengan cara vegetatif ini sebanyak 3-10 buah.Selama menunggu munculnya anakan, tanaman hanya disiram tanpa dipupuk atau disemprot pestisida. Setelah 23 bulan, anakan bromelia diangkat dan diangin-anginkan selama 10-15 hari, kemudian ditanam kedalam pot berukuran 15 cm. Setelah panen anakan pertama, tanaman induk dipupuk dan akan menghasilkan anakan kembali setelah 2-3 bulan. Tanaman indukan baru akan mati setelah panen anakan sebanyak 3-4 kali. Proses yang dilakukan selanjutnya sama dengan perlakuan tanaman secara generatif, dimana tanaman disiram dan dipupuk saat dipindahkan ke dalam pot yang berukuran lebih besar hingga tanaman siap dijual. Pada umunya untuk pot berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari bibit anakan. Sedangkan untuk pot berukuran 20 cm dan 24 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 6 bulan dan 9 bulan dari bibit anakan. Media tanam bromelia harus diganti setiap bulannya untuk menjaga kualitas tanaman.
53
5.5
Pendapatan Usahatani Dalam menjalankan usahanya, Ciapus Bromel memperoleh pendapatan
usahatani dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode produksi berlangsung.Penerimaan berasal dari penjualan tanaman bromelia.biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk NPK, pestisida, media tanam dan pot plastik.Biaya tetap merupakan keseluruhan biaya variabel yang dikeluarkan per bulannya bernilai tetap dan tidak dipengaruhi oleh jumlah neogerelia yang diproduksi. Biaya tetap ini terdiri dari biaya tenaga kerja, listrik dan lainnya. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya pemeliharaan bibit.Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan selama satu siklus tanam neogerelia, yaitu sebesar Rp8.675.847,39, Total biaya tersebut diperoleh dari penjumlahan total biaya tunai dengan total biaya yang diperhitungkan. Pada biaya tunai, tercatat bahwa biaya pembelian pestisida merupakan biaya terendah yang dikeluarkan oleh Ciapus Bromel. Pestisida yang digunakan terdiri dari 3 jenis antara lainCuracron, Agristick dan Dithane M 45. Harga curacron per 250 ml adalah Rp 110.000,00 dengan volume penggunaan sebanyak 12 ml, harga agristick per liter sebesar Rp 65.000,00 dengan volume penggunaan 18 ml dan harga dithane M 45 per kg adalah Rp 84.500,00 dengan volume penggunaan sebanyak 12 gram. Dengan asumsi demikian, maka biaya pestisida yang dikeluarkan untuk setiap pot tanaman neogerelia adalah Rp 21,65. Berbeda halnya dengan biaya tenaga kerja, pada biaya tenaga kerja perusahaan menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja harian sebanyak 2 orang untuk proses penyiangan dan tenaga kerja tetap sebanyak 2 orang. Berdasarkan perhitungan biaya untuk tenaga kerja harian sebesar Rp 60.000,00 untuk dua pegawai dalam waktu dua hari kerja.Sedangkan untuk tenaga kerja tetap, biaya yang harus dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 5.700.000,00.Maka biaya tenaga kerja yang ditanggung oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 5.760.000,00 dan merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan pada biaya tunai. 54
Tabel 6. BiayaUsahatani Ciapus Bromel pada KomoditiNeogereliaper 338 m2 pada tahun 2011 Keterangan 1. Biaya tunai a. Pupuk NPK Mutiara b. Arang sekam c. Cocopeat d. Pestisida e. Pot plastik f. Tenaga kerja g. Listrik dan lainnya Total biaya tunai (Rp) 2. Biaya yang diperhitungkan a. Penyusutan alat b. Biaya pemeliharaan bibit sebanyak 25 pot Total biaya yang diperhitungkan (Rp) 3. Total biaya (Rp) 4. Penerimaan (Rp) 5. Pendapatan usahatani (Rp)
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Jumlah
Gram karung karung
200 20 15
80,00 8.000,00 15.000,00
Bal Org Bulan
10
11.800,00
3
50.000,00
Tahun
3 (bulan)
620.059,57
Total Biaya (Rp) 16.000,00 160.000,00 225.000,00 7.464,00 1.770.000,00 5.760.000,00 150.000,00 8.088.464,00
150.014,89 437.369,50 587.384,39
Pot
360
36.707,00
8.675.847,39 13.214.520,00 4.538.673,61
Sumber: Ciapus Bromel (2011)
Selain biaya tunai, terdapat pula biaya yang diperhitungkan yang terdiri dari biaya penyusutaan dan biaya pemeliharaan bibit.Biaya penyusutan yang terdapat pada Ciapus Bromel merupakan biaya peralatan yang terdiri dari pisau, sekop, besi tusukan, pompa air, torn air 5000 liter, tangki sprayer dan mesin pestisida. Keseluruhan alat-alat tersebut merupakan alat yang dimiliki secara pribadi oleh perusahaan.Perhitungan penyusutan alat dilakukan per tahun, namun untuk dapat mengetahui pendapatan usahatani per musim tanam maka perhitungan penyusutan alat pun disesuaikan. Dengan asumsi bahwa perhitungan tersebut menggunakan metode garis lurus dan penyusutan yang digunakan merupakan nilai rata-rata dari total penyusutan alat di Ciapus Bromel.Biaya pemeliharaan bibit yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan 55
bibit. Karena bibit yang dimiliki perusahaan diperoleh dari perbanyakan tunas secara mandiri, maka pada perhitungan ini diasumsikan bahwa perusahaan melakukan perawatan bagi 25 tanaman yang senilai dengan biaya yang dikeluarkan jika perusahaan membeli bibit tersebut. Sehingga biaya pemeliharaan ini meliputi biaya pupuk, pestisida, pot, tenaga kerja dan media tanam. Penerimaan yang diterima oleh Ciapus Bromel merupakan hasil perkalian dari harga rata-rata dengan banyaknya tanaman yang terdapat di nethouse seluas 338 m2. Dengan asumsi bahwa banyaknya tanaman yang terdapat pada nethouse adalah 360 pot,sehingga perusahaan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 13.214.520,00. Dan besarnya pendapatan yang diterima perusahaan dalam mengusahakan neogerelia adalah sebesar Rp 4.538.673,61.
56
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS BROMELIA 6.1
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Langkah awal dalam manajemen risiko adalah indentifikasi sumber-
sumber risiko pada usaha budidaya tanaman hias bromelia.Pengidentifikasian risiko dilakukan untuk memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang dapat merugikan perusahaan. Ada begitu banyak risiko dalam perusahaan, namun pada penelitian ini hanya akan dibahas risiko mengenai produksi yang merupakan risiko paling krusial pada Ciapus Bromel. Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi dilakukan dengan mengikuti alur kegiatan yang dilaksanakan pembudidaya untuk menghasilkan tanaman bromelia yang berdiameter 15 cm. Alur kegiatan tersebut dimulai dari proses seleksi indukan bromelia, proses penusukan indukan sebagai salah satu teknik untuk menghasilkan anakan secara vegetatif, pengambilan tunas anakan, mengangin-anginkan anakan hingga potting. Risiko produksi yang terjadi pada Ciapus Bromel adalah penurunan persentase produksi bromelia yang diakibatkan terjadinya kebusukan pada anakan.Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi pada usaha budidaya tanaman hias bromelia di Ciapus Bromel adalah sebagai berikut: 1. Risiko serangan hama Hama merupakan organisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitas tanaman.Hewan ini dapat terlihat secara kasat mata tanpa bantuan alat.Serangan hama merupakan salah satu faktor risiko yang dihadapi dalam budidaya bromelia. Kondisi tersebut yang disebabkan karakteristik tanaman bromelia yang rentan terhadap hama. Hal ini dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi yang tidak sesuai dengan harapan.Hama yang terdapat pada usaha Ciapus Bromel umumnya menyerang bagian daun dari tanaman bromelia. Hama-hama tersebut diantaranya adalah:
57
a)
Belalang Belalang merupakan jenis hama yang banyak menyerang daerah rerumputan atau dedaunan.Berdasarkan informasi di lapangan, belalang menjadi hama utama yang menyerang tanaman bromelia di Ciapus Bromel.Belalang melakukan serangan dengan cara memakan daun bromeliasehingga tampilan daun menjadi rusak.
Gambar 17. Akibat Serangan Belalang pada Daun Bromelia di Ciapus BromelTahun 2011 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Hal ini ditandai dengan daun tanaman menjadi rombengsehingga tampilan tanaman tidak menarik.Jenishama ini yang paling sering dijumpai pada tanaman hias bromelia.Efek yang ditimbulkan terhadap produksi yaitu kualitas yang buruk karena daun menjadi rombeng atau berlubang, serta terjadi penurunan jumlah produksi tanaman bromelia. b)
Kutu putih Kutu putih yang memiliki nama latin Bemisia tabaci merupakan serangga berukuran kecil, berwarna putih dan hidup berkoloni. Kutu putih lebih banyak menyerang daerah dataran rendah dibandingkan dengan di dataran tinggi.Kutu putih ini dapat ditemukan pada bagian batang dan daun bagian bawah tanaman.Kutu tersebut menghisap cairan tanaman sehingga daun menguning dan keriput.
58
c)
Siput Sama halnya dengan belalang, siput pun melakukan serangan terhadap tanaman bromelia dengan memakan langsung daun bromelia hingga habis.Umumnya serangan ini dilakukan pada malam hari.
2. Risiko serangan penyakit Penyakit pada tanaman bromelia disebabkan oleh dua pathogen, yaitu cendawan dan bakteri.Jumlah tanaman yang terserang cendawan lebih banyak dibandingkan bakteri.Penyakit pada bromelia dapat menyerang induk maupun anakan.Penyebab timbulnya penyakit tidak selalu dapat diketahui, tetapi pada umumnya dikarena kondisi media tanaman yang terlalu lembab.Kondisi ini menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kuantitas tanaman bromelia di Ciapus Bromel.Selain itu, penyakit yang menyerang bromelia bukan saja berdampak pada hasil tetapi juga menyebabkan kematian pada tanaman sehingga tidak dapat berproduksi.Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang tanaman bromelia antara lain: a)
Busuk pangkal batang (Thielaviopsis paradixa) Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Thielaviopsis paradixa.Jamur ini menyerang pangkal batang dan daun. Kebusukan batang terjadi akibat keadaan lembab disekitar tanaman dan juga luka pada saat pemotongan tunas dari indukan atau panen.Akibat dari serangan ini daun menjadi lunak, membusuk dan bauserta warna daun berubah menjadi cokelat kehitaman.
b)
Bercak daun (Fusarium sacchari var. Elongatum) Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium sacchari var. Elongatum.Jamur ini menyerang komponen terpenting pada bromelia yaitu daun.Sesuai dengan namanya penyakit ini ditandai dengan adanya bercak daun yang lama-kelamaan akan membusuk. Akibat dari serangan ini terdapat bintik-bintik transparan pada daun yang akan berubah menjadi berwarna kekuningan dan cokelat.
c)
Busuk akar (Fusarium oxysporum) Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang
berlubang
dan
layu,
serta
akarnya
berwarna
coklat 59
kehitaman.Busuk akar disebabkan oleh media tanam yang terlalu lembab sehingga
menyebabkan
menyebabkan
penyakit
jamur
cepat
busuk
akar
berkembang.Jamur adalah
jamur
yang
Fusarium
oxysporum.Jamur ini menyerang akar tanaman yang mengakibatkan ujung daun tampak kekuningan, layu dan lama-kelamaan tanaman mati. 3. Kesalahan mekanis Risiko kesalahan ini lebih kepada keterampilan atau teknis cara budidaya bromelia
yang
baik
dan
benar.Keterampilan
tenaga
kerja
sangat
mempengaruhi keberhasilan produksi karena tenaga kerja sangat berperan dalam setiap kegiatan budidaya bromelia. Hal yang sangat butuh dikerjakan secara teliti dari budidaya bromelia adalah saat penusukan jarum pada indukan dan pemotongan tunas dari indukan atau panen. Saat penusukan jarum pada tanaman indukan dibutuhkan teknik khusus agar dapat menghasilkan tunas anakan yang berkualitas. Tenaga kerja yang telah terampil juga dapat mempercepat proses pemeliharaan.
Gambar 18.Penusukan pada Indukan Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Risiko ini sering terjadi pada usaha Ciapus Bromel yang disebabkan oleh tingkat pengetahuan tiap pegawai dan pengalaman yang dimiliki oleh masingmasing pegawaikarena tidak jarang ada beberapa pegawai yang belum memahami penuh cara dan proses budidaya bromelia. Hal ini dapat terlihat pada bentuk tanaman anakan bromelia yang tidak simetris.Bentuk tersebut 60
diakibatkan oleh kesalahan pada saat reproduksi secara vegetatif, yaitu dengan menusukan jarum yang telah disterilkan. Pada dasarnya untuk mendapatkan anakan yang memiliki bentuk daun yang simetris satu dengan lainnya sangatlah dipengaruhi oleh posisi atau letak pengambilan tunas anakan dari tanaman indukan. Letak pengambilan yang tepat yaitu dilakukan dengan mengambil hinggatunas terbawah dari anakan. Selain itu juga seringnya terjadi anakan yang mengalami kebusukan baik pada saat proses pengeringan anakan dengan cara diangin-anginkan maupun pada saat potting yang diakibatkan kelalaian dari pegawai pembudidaya. 4. Intensitas cahaya matahari Risiko intensitas cahaya matahari merupakan salah satu yang sangat berpengaruh dalam budidaya bromelia.Pada dasarnya, famili Bromeliaceae tidak tahan terhadap terpaan cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama, kecuali jenis tertentu. Ciri bromelia yang rentan terhadap cahaya matahari adalah bromelia yang berdaun tipis, indah, berwarna cerah, halus dan berduri kecil. Apabila terlalu lama berada dibawah cahaya matahari maka warna daun akan berubah kecokelatan dan lama-kelamaan daun menjadi seperti terbakar yang pada akhirnya tanaman tersebut mati.
Gambar 19. Tanaman Bromelia yang Terbakar Akibat Terpapar Cahaya Matahari Berlebih di Ciapus Bromel Tahun 2011 Sumber : Ciapus Bromel, 2011
61
6.2
Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi Tingkat risiko produksi dapat diketahui dengan melakukan penilaian risiko
produksi berdasarkan tingkat produksi yang dihasilkan.Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengukur peluang yang diperoleh dari frekuensi kejaidan yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung.Data produksi yang digunakan untuk analisis risiko produksi adalah data produksi neogerelia selama 8 periode. Tingkat produksi yang dihasilkan berbeda-beda tiap periode sehingga peluang yang dihasilkan sama yaitu 0.125. Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas dan pendapatan kemudian digunakan untuk mencari nilai expected return. Perhitungan expected return pada peluang kondisi yang sama adalah peluang dikalikan dengan total tingkat produktivitas tiap komoditi.Berikut ini adalah hasil perhitungan peluang dan expected returnpada neogerelia dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7.Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produksi KomoditiNeogerelia Tahun 2011 Ukuran Total Tingkat Produksi Peluang Expected Return
Nilai 1755 0.125 219.375
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh nilai Expected Return berdasarkan ringkat produksi yang dihasilkan pada nkomoditi neogerelia, maka perlu diketahui terlebih dahulu berapa total tingkat produksi dan peluang kejadiannya. Peluang kejadian telah dijelaskan sebelumnya tentang cara mendapatkan nilai peluang, sedangkan untuk total tingkat produksi diperoleh dari penjumlahan hasil produksi neogerelia selama 8 periode. Langkah selanjutnya setelah mengetahui nilai Expected Return, maka dapat dilakukan perhitungan risiko dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi ini dapat dilihat pada Tabel 8.
62
Tabel 8.Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi di Ciapus Bromel Tahun 2011 Ukuran Variance Standard Deviation Coeff Variation
Nilai 6504.234375 80.64883369 0.367630011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Berdasarkan hasil perhitugan pada Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai variance yang diperoleh dari penilaian risiko berbanding lurus dengan nilai standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation pun akan tinggi. Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan menggunakan coefficient variation karena perbandingan diantara kegiatan usaha bromelia dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh Ciapus Bromel. Semakin besar coefficient variation maka akan semakin besar pula risiko. Coefficient variationpada neogerelia adalah sebesar 0.367630011.nilai tersebut mengandung arti bahwa satu pot hasil yang diperoleh Ciapus Bromel akan menghadapi risiko sebanyak 0.367630011 pot pada saaat terjadinya risiko produksi. Selain
itu,
dilakukan
perhitungan
risiko
dengan
metode
aproksimasi.Metode aproksimasi digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan dampak terjadinya risiko.Penilaian sebagai pihak representasi optimis (O) diperoleh dari manajer operasional.Hal ini dikarenakan manajer operasional tidak mengetahui secara nyata kondisi di lapangan dan hanya mengetahui kondisi tersebut secara finansial.Sehingga manajer operasional beranggapan bahwa risiko tersebut jarang terjadi dan telah ditanggulangi dengan baik maka penilaian yang diberikan merupakan penilaian yang paling kecil. Koordinator lapangan sebagai pihak yang merepresentasikanmost likely (M) merupakan pihak yang paling mengerti kejadian di lapangan sehingga nilai yang diberikan lebih dapat bersifat objektif dibandingkan menurut ahli lainnya.Pihak yang merepresentasikan pesimis (P) diperoleh dari karyawan Ciapus Bromel. Nilai-nilai hasil perkiraan tersebut akan sangat membantu dalam proses
mengidentifikasi
risiko-risiko
yang
memiliki
kecenderungan
mendatangkan kerugian bagi perusahaan. 63
Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa pada risiko terkena serangan hama, ahli optimis memberikan penilaian kemungkinan terjadinya serangan hama sebesar 7 persen, karena ahli tersebut berpendapat bahwa hama yang menyerang dapat dikatakan tidak ada karena telah diantisipasi dengan penyemprotan pestisida secara berkala. Sedangkan menurut ahli pesimis berpendapat bahwa beberapa bulan belakangan ini banyak dijumpai tanaman yang kondisinya buruk seperti berdaun bolong atau menguning, sehingga penilaian yang diberikan pada kemungkinan terjadinya serangan hama sebesar 17 persen. Lain halnya dengan pihak most likely yang memberikan penilaian kemungkinan terjadinya serangan hama sebesar 15 persen. Dengan demikian, kemungkinan tanaman bromelia yang terkena serangan hama pada Ciapus Bromel diperkirakan sebesar 14 persen. Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata yang diberikan oleh para ahli dalam memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan hama dalam satu periode atau musim tanam. Tabel 9. Perhitungan Peluang dan Dampak per Sumber Risiko di Ciapus Bromel Tahun 2011 N o 1
2
3 4
Sumbersumber risiko produksi Risiko erangan hama Risiko serangan penyakit Kesalahan Mekanis Intensitas cahaya matahari
Dampak Expert 1 (O)
Expert 2 (P)
Probabilitas Expert 3 (M)
Rata-rata dampak
Expert 1 (O)
Expert 2 (P)
Expert 3 (M)
Ratarata proba bilitas
484.532
807.554
646.043
646.043
7
17
15
0,14
2.018.885
3.230.216
2.422.662
2.489.958
12
20
18
0,17
161.510
403.777
242.266
255.725
5
13
10
0,09
646.043
1.211.331
807.554
847.931
3
15
10
0,09
Sumber : Cipus Bromel, 2011
Kemudian kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama ini sebesarRp 646.043,20 per musim tanam. Kerugian tersebut diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata kerugian dari masing-masing ahli.Dimana ahli pertama atau ahli pesimis memberikan perkiraan persentase kehilangan jika terjadi serangan hama sebesar 6 persen sehingga dampak kerugian yang mungkin dihadapi oleh perusahaan sebesar Rp 484.532,40. Ahli kedua menyatakan bahwa persentase kehilangan yang terjadi sebesar 10 persen dapat mengakibatkan perusahaan mengalami 64
kerugian sebesar Rp 807.554,00 sedangkan ahli ketiga berpendapat bahwa nilai persentase kehilangan akibat serangan hama diperkirakan sebesar 8 persen dengan kerugian yang harus ditanggung perusahaan berkisar Rp 646.043,20. Berdasarkan asumsi bahwa besarnya dampak kerugian yang dihadapi tergantung pada jumlah tanaman yang diserang oleh hama,jumlah tanaman yang digunakan sebagai acuan perhitungan merupakan rata-rata produksi bromelia per musim tanam yaitu sebesar 220 pot. Risiko serangan penyakit pada Ciapus Bromel memiliki probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko diatas 15 persen yang dapat dikategorikan memiliki probabilitas besar.Nilai tersebut didapatkan dari perhitungan rata-rata kemungkinan terjadinya serangan penyakit oleh para ahli. Ahli pertama menyebutkan bahwa kemungkinan terjadinya serangan penyakit pada tanaman bromelia sebesar 12 persen, ahli kedua menyatakan 20 persen sebagai persentase kemungkinan terjadinya serangan penyakit sedangkan ahli ketiga menilai bahwa kemungkinan terjadinya serangan penyakit sebesar 18 persen. Hal ini dikarenakan seringnya dijumpai tanaman bromelia yang busuk dan dianggap sebagai penyebab utama menurunnya produksi bromelia.Selain itu, tanaman ini masih berusia 3 bulan dengan diameter sekitar 15 cm yang masih sangat rentan terhadap serangan penyakit.Apabila terjangkit penyakit tanaman tersebut harus dikarantina atau dipisahkan dari tanaman lainnya guna mengurangi tingkat penyebaran penyakit.Selain itu, sepanjang siklus budidaya bromelia serangan penyakit ini hampir dapat ditemui pada setiap tahap budidaya. Tidak hanya kemungkinan terjadinya saja yang memiliki persentase tinggi tetapi
juga
dampak
kerugian
yang
diakibatkan
oleh
serangan
penyakit.Berdasarkan pemaparan yang diberikan oleh para ahli bahwa serangan penyakit ini sangat sering dijumpai, bahkan tak jarang ditemukan tanaman yang sudah layu dan mati.Serangan penyakit tersebut dengan cepat dapat menyebar dan membuat tanaman disekitarnya ikut terjangkit.Persentase atau tingkat kehilangan yang ditimbulkan oleh serangan ini sangatlah besar dibandingkan dengan sumber risiko lainnya. Oleh karena itu, ahli pertama memberikan penilaian persentase kehilangan sebesar 25 persen dengan kerugian sebesar Rp 2.018.885,00, ahli kedua menilai 40 persen sebagai persentase kehilangan yang berdampak pada 65
perusahaan sebesar Rp 3.230.216,00 sebagai kerugian yang harus diterima. Sedangkan ahli ketiga menyatakan bahwa sebanyak 30 persen pesentase kehilangan yang dialami oleh perusahaan dengan kerugian mencapai Rp 2.422.662,00 sehingga dampak kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tanaman bromelia dapat mencapai Rp. 2.489.958,17. Risiko yang disebabkan oleh kesalahan mekanis memiliki probabilitas kecil yaitu sebesar 9 persen. Hal ini hanya terjadi pada saat proses penusukan tanaman indukan dan proses pemisahan tunas anakan dari tanaman indukan. Apabila terjadi kesalahan mekanis ini maka pihak perusahaan akan kehilangan minimal satu pot tanaman bromelia.Kesalahan sedikit saja pada proses penusukan indukan akan mengakibatkan hasil atau bentuk tanaman tidak melingkar sempurna sehingga tidak layak untuk dipasarkan. Sama halnya dengan kesalahan yang terjadi pada saat pemisahan anakan dari tanaman indukan, seperti salah posisi memotong tunas, akan mengakibatkan kebusukan sehingga tunas-tunas tersebut akan mati. Dengan asumsi tersebut, dampak kerugian yang diterima perusahaan akibat kesalahan mekanis sebesar Rp 255.725,43. Selain itu, terdapat pula risiko terhadap intensitas cahaya matahari yang memiliki probabilitas 9 persen dan mengandung dampak kerugian sebesar Rp 847.931,70. Dengan asumsi, semua tanaman berada pada tempat dengan intensitas cahaya yang sama. Selanjutnya probabilitas dan dampak yang telah diperoleh dapat digunakan untuk
menghitung
nilai
status
risiko
produksi
pada
usaha
Ciapus
Bromel.Berdasarkan hasil perhitungan nilai status risiko menunjukan bahwa nilai probabilitas tertinggi dari keempat faktor penyebab risiko produksi (hama, penyakit, kesalahan mekanis dan intensitas cahaya matahari) adalah pada risiko serangan penyakit sebesar 17 persen.Tingginya probabilitas yang diperkirakan oleh pihak manajemen terhadap faktor tersebut berdasarkan kejadian-kejadian yang pernah dialami pada usaha Ciapus Bromel.Selain itu, nilai dampak risiko pun jelas terlihat pada status risiko, dimana nilai dampak risiko tertinggi terjadi pada faktor risiko serangan penyakit yaitu sebesar2.489.958,17. Tingginya dampak risiko serangan penyakit dikarenakan bromelia yang berdiameter 15 cm sangat rentan terhadap penyakit, dan apabila salah satu pot telah terjangkit 66
penyakit tertentu t maaka kemunggkinan besaar pot tersebbut akan m mati dan pen nyakit tersebut akan mennyebar sehhingga mengakibatkann perusahaaan mengalami kehilangann penerimaaan sebanyyak jumlah h tanaman yang terjaangkit dikaalikan dengan haarga jual per p pot. Seddangkan niilai probabiilitas terenddah terjadi pada risiko kesalahan mekkanis dan inntensitas caahaya matahhari yaitu ssebesar 9 persen p dengan niilai dampakk risiko teerendah terjjadi pada kesalahan k m mekanis seebesar Rp 255.7225,43.
Kesalah han Mekan nis 23015.29
Intenssitas Cahaaya Matahari 3.85 76313 Hama 5 90446.05 Pen nyakit 4232 292.89
Gambar 20. 2 Nilai Status Risiko Produksi Bromelia B di Ciapus Broomel Tahun 2011 Sumber : Ciapus Bromeel, 2011
Paada Gambarr 20,terlihatt jelas perb bedaan secaara nyata nnilai status risiko r pada masiing-masing sumber risiiko. Selain itu, i diketahuui pula bahw wa sumber risiko r yang mem miliki risiko tertinggi addalah risiko o serangan penyakit p seebesar423.292,05 dan sumbber risiko yang y memiliki risiko terendah adalah kessalahan meekanis sebesar
2 23.015,29. Prioritas
utama yang y
perluu
dipertim mbangkan untuk u
menghinddari kerugiann yang besaar adalah peenanganan terhadap t sum mber risiko yang memiliki risiko terbbesar, yaituu serangan penyakit.P Penanganann risiko lainnya kemudian berlanjut hingga h kepada penang ganan risikoo dengan nnilai status risiko r terendah.S Setelah dikketahui stattus risiko untuk massing-masingg sumber risiko r selanjutnyya dibutuhkkan alternatif penangan nan yang teepat berdassarkan pem metaan risiko.Alteernatif tersebut dapat dijadikan rekomendaasi bagi peerusahaan untuk u menanganni risiko sesuuai dengan prioritas utaamanya. 67
6.3
Pemetaan Risiko Produksi Pemetaan risiko pada dasarnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan
kelompok-kelompok tertentu. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, dapat disimpulkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan memiliki dampak dan probabilitas yang berbeda-beda seperti yang terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Identifikasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011 Sumber Risiko
Dampak (Rp)
Risiko serangan hama
Probabilitas (%)
646.043,20
<15%
Risiko serangan penyakit
2.422.662,00
>15%
Risiko kesalahan mekanis
255.725,43
<15%
Risiko intensitas cahaya matahari
847.931,70
<15%
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Langkah selanjutnya dalam manajemen risiko adalah melakukan pemetaan terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pemetaan risiko pada dasarnya merupakan alat bantu untuk mengukur probabilitas dan dampak risiko sehingga dapat dilakukan penyusunan risiko berdasarkan kelompok tertentu yang menentukan status risiko tersebut dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukan posisi risiko. Posisi inilah yang kemudian akan membantu perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi (Kountur 2008). Batas yang digunakan untuk memisahkan dampak besar dan kecilnya suatu risiko adalah sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).Sedangkan batas yang digunakan untuk memisahkan besar kecilnya probabilitas adalah sebesar 15 persen.Besarnya nilai tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan observasi selama penelitian di Ciapus Bromel.Penentuan besar atau kecilnya probabilitas adalah berdasarkan tingkat persentase terjadinya sumber risiko pada perusahaan yang ditentukan oleh beberapa pihak yang dianggap ahli karena keterbatasan
data
yang
dimiliki
oleh
pihak
perusahaan.Sedangkan
pengklasifikasian dampak ke dalam dampak yang besar atau yang kecil adalah berdasarkan tingkat kerugian yang dialami oleh Ciapus Bromel yang disebabkan oleh terjadinya sumber risiko. 68
Risiko yang kemungkinan terjadinya risiko paling besar terjadi pada risiko yang disebabkan serangan penyakit, urutan kedua ditempati oleh risiko yang disebabkan oleh serangan hama dan urutan selanjutnya ditempati oleh risiko karena kesalahan mekanis dan intensitas cahaya matahari. Risiko yang memberikan dampak kerugian terbesar disebabkan oleh serangan penyakit dan urutan selanjutnya disebabkan oleh risiko serangan hama, intensitas cahaya matahari dan risiko kesalahan mekanis. Hasil pemetaan sumber-sumber risiko yang terdapat di Ciapus Bromel dalam kegiatan budidaya bromelia dapat dilihat pada Gambar 21. Sumber-sumber risiko yang terdapat pada Ciapus Bromel dapat diklasifikasikan kedalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.Sumber risiko yang terletak pada kuadran I atau risiko yang dianggap oleh Ciapus Bromel memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko timbulnya penyakit yang menyerang baik induk maupun anakan tanaman bromelia.Hal ini dikarenakan serangan penyakit yang terjadi pada bromelia hampir dapat ditemukan selama siklus tanam terlebih saat tahap pengeringan anakan bromelia. Sumber risiko yang berada pada kuadran III atau risiko yang kemungkinannya kecil tetapi dampak yang ditimbulkan besar menurut Ciapus Bromel adalah pada risiko serangan hama dan intensitas cahaya matahari. Kedua sumber risiko ini berada pada kuadran III dikarenakan karakteristik serangan hama yang menjadikan tanaman rusak dan tidak menarik. Hasil pemetaan risiko yang ada di Ciapus Bromel yang berada pada kuadran IV atau risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut juga kecil adalah risiko yang disebabkan oleh kesalahan mekanis.Kesalahan mekanis yang terjadi pada saat melakukan penusukan dan pemotongan anakan dari tanaman induk menyebabkan sumber risiko ini berada pada kuadran IV. Hal ini dikarenakan pada tahap tersebut, sangat dibutuhkan ketelitian dan ketepatan
69
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II
Kuadran I Risiko serangan penyakit
15
Kuadran IV
Kuadran III
Risiko kesalahan mekanis
Risiko serangan hama Risiko intensitas cahaya matahari
Kecil
Kecil
500.000,00
Besar
Dampak (Rp) Gambar 21.Peta Risiko Usaha Ciapus Bromel pada Tahun 2011 6.4 Strategi Penanganan Risiko Kegiatan selanjutnya yang juga menjadi bagian akhir dari proses pengelolaan risiko produksi tanaman bromelia di Ciapus Bromel setelah dilakukannya identifikasi dan pengukuran risiko adalah merumuskan usulan strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi. Usulan strategi penanganan risiko produksi akan dirumuskan berdasarkan peta risiko yang telah dibuat agar diperoleh strategi penanganan yang tepat untuk masing-masing risiko. Secara garis besar terdapat dua jenis strategi penanganan risiko, yaitu strategi preventif dan mitigasi.Strategi preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar sehingga perlu adanya upaya-upaya pencegahan sedemikian rupa agar risiko tidak terjadi. Sedangkan strategi mitigasi dilakukan apabila dampak risiko yang ditimbulkan besar, dimana strategi ini bertujuan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sumber risiko produksi yang terletak pada kuadran I dan II akan ditangani dengan strategi preventif, sedangkan sumber risiko yang terletak pada kuadran I dan III akan ditangani dengan strategi mitigasi. Strategi-strategi yang dilakukan Ciapus Bromel dalam menangani sumber-sumber risiko pada pembudidayaan bromelia meliputi: 70
6.4.1
Strategi Preventif Strategi preventif risiko dapat dilakukan bagi risiko-risiko yang berada
pada kuadran dengan kemungkinan atau probabilitasnya besar. Kuadran yang dapat ditangani dengan strategi preventifrisiko adalah risiko yang berada pada kuadran I dan
II.Berdasarkan hasil pemetaan, risiko serangan penyakit pada
Ciapus Bromel memiliki probabilitas besar dan dampak besar yang terletak di kuadran I.Strategi yang dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam menghadapi risiko serangan penyakit sebagai berikut: a)
Pemeliharaandan penyediaan media tanam Kegiatan pemeliharaan media tanam ini dilakukan pihak perusahaan
meliputi membersihkan atau mensterilkan pot yang akan digunakan. Kegiatan ini dilakukan karena tidak semua pot yang digunakan adalah pot baru.Terkadang pihak perusahaan melakukan pemanfaatan pot yang telah dipakai sebelumnya untuk dapat dipakai kembali oleh tanaman generasi berikutnya sehingga dapat mengefisiensikan biaya. Namun demikian, baik pot baru ataupun lama, keduanya sama-sama melalui tahap pembersihan menggunakan air panas. Selain itu, pemeliharaan pun berlaku pula bagi arang sekam dan cocopeat.Pemeliharaan dilakukan oleh perusahaan lebih menitikberatkan pada tempat penyimpanan media tanaman tersebut, dimana tempat penyimpanan tersebut tidak terlalu lembab.Hal ini dilakukan guna mencegah terserangnya anakan bromelia dari berbagai penyakit khususnya penyakit busuk akar yang disebabkan oleh jamur. b)
Pemberian vitamin dan obat-obatan Pemberian vitamin dan obat-obatan yang dilakukan perusahaan merupakan
salah satu langkah untuk mencegah terserangnya penyakit pada tanaman bromelia baik bagi induk maupun anak tanaman.Kegiatan pemberian vitamin lebih dominan dilakukan pada tanaman indukan.Hal ini berfungsi agar dapat memperkuat kondisi fisik tanaman indukan sehingga dapat menghasilkan anakan yang berkualitas dan tidak rentan terhadap serangan penyakit. Selain itu, pihak perusahaan pun melakukan kegiatan pemeliharaan tanaman dengan cara pemberian obat-obatan atau pestisida yang diperlukan selama masa pembudidayaan tanaman bromelia.Fungisida dithane merupakan 71
salah satu jenis obat-obatan yang digunakan oleh Ciapus Bromel untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan penyakit.Fungisida ini dibutuhkan selama masa pembudidayaan bromelia. 6.4.2
Strategi Mitigasi Strategi mitigasi risiko merupakan strategi yang digunakan untuk risiko-
risiko yang berada pada kuadran I dan III.Mitigasi risiko ini diharapkan dapat mengurangi atau memperkecil dampak yang ditimbulkan dari terjadinya risiko.Strategi mitigasi dilakukan untuk menggeser posisi risiko pada peta risiko yang berada pada kuadran dengan dampak risiko terbesar ke kuadran dengan dampak risiko terkecil. Berdasarkan hasil pemetaan risiko menunjukkan kuadran yang memiliki dampak besar terisi oleh risiko serangan penyakit, risiko serangan hama dan risiko kesalahan mekanis. Adapun penjabaran mengenai strategi yang dilakukan perusahaan untuk menangani risiko tersebut antara lain adalah: a)
Pengendalian penyakit Penyakit pada induk dan anakan tanaman bromelia merupakan masalah
utama yang harus ditangani dengan serius karena jika tidak ditangani dengan tepat, maka akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan mengurangi penerimaan perusahaan. Ciapus Bromel menerapkan salah satu cara untuk meminimalkan angka kerugian dalam menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh penyakit ini. Jika ditemukan tanaman yang terjangkit penyakit, maka tanaman tersebut langsung dikarantina atau bahkan dimusnahkan.Tanaman yang terinfeksi tetapi tidak terlalu parah, pihak perusahaan melakukan pemangkasan atau pemotongan hanya pada bagian yang terinfeksi saja.Selanjutnya tanaman tersebut dikeringanginkan dan dapat ditanam kembali ke dalam pot (repotting) dengan media tanam yang baru.Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit pada tanaman lainnya.Perlakuan pada tanaman yang terserang penyakit dilakukan berdasarkan Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
72
b)
Pengendalian hama Serangan hama yang terjadi pada usaha pembudidayaan bromelia cukup
merugikan bagi Ciapus Bromel. Oleh karena itu, Ciapus Bromel menggunakan pestisida jenis insektisida dan moluksida berbentuk butiran. Kedua jenis pestisida ini diperlukan selama masa pembudidayaan tanaman bromelia untuk mencegah hama khususnya pada daun. Untuk insektisida, Ciapus Bromel menggunakan curacron, insektisida ini digunakan untuk mencegah serangan hama kutu. Penggunaan curacron dicampur dengan agristick.Perekat dan perata pestisida, untuk merekatkan insektisida tersebut pada daun saat musim hujan. Sedangkan moluksida berbentuk butiran yang digunakan adalah siputox yang ditaburkan di setiap barisan pot untuk mencegah hama siput. Selain itu, pihak perusahaan pun melakukan penyiangan atau pembersihan daun pada masing-masing tanaman untuk dapat mengetahui kondisi tanaman bromelia dan juga untuk mendeteksi ada atau tidaknya hama pada tanaman tersebut.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian akibat serangan hama yang membuat daun tanaman bromelia rombeng, layu dan tidak menarik mengingat keistimewaan bromelia terletak pada keindahan daunnya. c)
Penggunaan dan perawatannethouse Nethouse merupakan salah satu strategi yang digunakan Ciapus Bromel
dalam mengatasi risiko akibat intensitas cahaya matahari dan merupakan input yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan bromelia. Karena bromelia membutuhkan intensitas cahaya matahari secara tidak langsung untuk dapat tumbuh dengan baik, khususnya jenis neogrelia dengan intensitas penyinaran 45-75 persen. Nethouse yang terdapat di Ciapus Bromel menggunakan dua jenis konstruksi yang berbeda.Nethouse pertama menggunakan konstruksi dari tiang besi dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga atapnya tampak landai.Hal ini bertujuan untuk mengatur angin dan suhu agar sirkulasi udara merata dan menjangkau keseluruh tanaman. Plastik UV Filter 14 digunakan untuk menahan cahaya matahari pada nethousedengan siklus pergantian plastik UV setahun sekali. Sedangkan konstruksi untuk nethousekedua terbuat dari beton dengan
73
tinggi yang sama dan dikombinasikan dengan seling besi untuk menahan paranet yang mengelilingi nethouse. d)
Sistem diversifikasi Metode mitigasi risiko lainnya yang dilakukan pula oleh Ciapus Bromel
adalah sistem diversifikasi tanaman.Sistem diversifikasi ini dilakukan dengan dengan melakukan budidaya tanaman lainnya seperti philodendron. Penerapan diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan pada proses budidaya bromelia, sehingga kerugian tersebut masih dapat tertutupi oleh penerimaan yang dihasilkan dari philodendron. Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh Ciapus Bromel dapat digambarkan sesuai dengan peta sumber-sumber risiko.Hasil pengelompokan berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 22 dan Gambar 23.Strategi penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko yang terdapat pada kegiatan pembudidayaan bromelia dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam peta risiko. Strategi preventif risiko dilakukan Ciapus Bromel untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, atau dengan kata lain strategi preventif dilakukan perusahaan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran dengan probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Kuadran yang dapat ditangani dengan strategi preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran II. Risiko yang terdapat pada kuadran I atau risiko dengan probabilitas besar dan dampak yang disebabkan besar pula dalam kegiatan budidaya tanaman bromelia adalah risiko seranangan penyakit. Hasil identifikasi strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan yang sesuai dengan jenis risiko pada kuaran I ini adalah dengan melakukan pemeliharaan
dan penyediaan media
tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan. Strategi penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi yang dilakukan oleh Ciapus Bromel bertujuan untuk mengendalikan risiko-risiko dengan dampak besar.Risiko yang digolongkan ke dalam risiko dengan dampak besar adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III.Kuadran I merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan besar 74
pula.Sedangkan kuadran III merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya kecil tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini besar. Probabilitas (%) Besar
Kuadran II
Kuadran I -Pemeliharaan dan penyediaan media tanam -pemberian vitamin dan
15
obat-obatan Kuadran IV
Kuadran III
Kecil
Kecil
500.000,00
Besar
Dampak (Rp) Gambar 22. Strategi Preventif Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011 Risiko yang terdapat pada kuadran I dikendalikan oleh Ciapus Bromel menggunakan strategi mitigasi melalui kegiatan pengendalian penyakit, sehingga risiko timbulnya penyakit dapat diminimalkan. Risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak yang ditimbulkan besar adalah risiko serangan hama dan risiko intensitas cahaya matahari. Risiko ini dikendalikan perusahaan dengan menggunakan strategi mitigasi risiko melalui kegiatan pengendalian hama, penggunaan dan pemeliharaan greenhouse, serta diversifikasi tanaman. Risiko yang terdapat pada kuadran dengan probabilitas kecil dan dampak yang disebabkan oleh risiko tersebut kecil pula atau risiko yang terletak pada kuadran IV adalah risiko kesalahan mekanis. Risiko yang terdapat pada kuadran ini merupakan risiko yang ringan atau dengan kata lain risiko ini tidak terlalu berpengaruh pada Ciapus Bromel. Risiko ini tidak dapat ditangani dengan strategi preventif maupun strategi mitigasi risiko.Kedua penanganan risiko ini dilakukan untuk jenis risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya besar atau risiko dengan dampak besar.Akan tetapi untuk menangani risiko kesalahan mekanis, Ciapus Bromel melakukan kegiatan pengenalan pada masing-masing jenis bromelia dan pelatihan terhadap karyawan karena risiko ini lebih menitikberatkan pada
75
keterampilan atau keahlian para karyawan.Pola penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi dapat dilihat pada gambar berikut: Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II
Kuadran I -pengendalian penyakit
15
Kuadran IV
Kuadran III -pengendalian hama -penggunaan dan pemeliharaangreenhouse -diversifikasi tanaman
Kecil
Kecil
500.000,00
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 23. Strategi Mitigasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011
76
VII 7.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat ditarik demi menjawab tujuan penilitian adalah : 1) Sumber-sumber risiko dalam pembudidayaan tanaman hias bromelia yang terdapat di Ciapus Bromel adalah risiko serangan hama, risiko serangan penyakit, risiko serangan penyakit, risiko kesalahan mekanis dan risiko intensitas cahaya matahari. 2) Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang memiliki dampak dan probabilitas besar adalah risiko serangan hama. Sementara itu, risiko yang memiliki dampak besar dan probabilitas kecil adalah risiko serangan penyakit dan risiko intensitas cahaya matahari. Sedangkan risikokesalahan mekanis memiliki dampak kecil dan probabilitas kecil. 3) Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam menghadapi risiko produksi bromelia diantaranya melalui penghindaran dan pengalihan risiko. Tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan. Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan perawatannethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Selain itu perusahaan pun menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk strategi untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis. 7.2
Saran Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha yang
dilakukan oleh Ciapus Bromel adalah : 1. Perusahaan
sebaiknya
membuat
laporan
pembukuan
produksi
guna
mengetahui apa saja yang telah terjadi dan dapat memproyeksikan kegiatan apa saja yang harus dilakukan di masa tanam berikutnya sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko produksi. 2. Perusahaan pun secara berkala memberikan pelatihan keterampilan budidaya yang baik dan benar kepada seluruh pegawai dalam hal pengelolaan tanaman 77
indukan hingga pasca panen, baik tanaman yang terserang penyakit maupun tidak. Dengan demikian akan dapat mengurangi risiko kesalahan mekanis, penyakit dan serangan hama. 3. Perusahaan sebaiknya menggunakan jaring untuk setiap nethouse agar hamahama seperti belalang dapat diantisipasi sehingga mengurangi risiko terjadinya serangan hama.
78
DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI. Jakarta. [Anonim]. 12 Juni 2008. Budidaya Keluarga bromeliaceae yang Minim Biaya.Florikultura: Vol.II edisi 12/Juni 2008 (halaman 22-24). [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008a. Produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2004-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008b. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia tahun 2004-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik Crouhy, M., D.Galai, dan R.Mark. 2002. Risk Management. McGraw-Hill. Darmawi, Herman. 2008. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. Debertin, D.L. 1986. Agricultural Productin Economics Macmillan Publishing Company New York. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2010. Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah di kabupaten Bogor tahun 2008-2010. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Nilai PDB Komoditi Hortikultura Tahun 2005-2009. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Djohanputro, Bramantyo. 2004. Manajemen Risiko Koorporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM Elton and Gruber. 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Elva. 2010. Perencanaan Strategi Pembangunan Pasar Tanaman Hias Bromelia Melalui Pendekatan Arsitektur Strategi (Studi Kasus: Usaha Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Evans, John. 1993. The New Indoor Plant Book. Kyle Cathie Limited. London Fariyanti, A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Hanafi, Mamduh. 2009. Manajemen Risiko. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Harwood J. Heifner R., Coble K., Perry J., Somwaru A. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis. U.S: Economic Research Service. 79
Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional) Perusahaan. Jakarta: PPM. Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori Budidaya dan Pasca Panen. Grafindo Perda, Jakarta. Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Markamah. 2010. Manajemen Risiko Bunga Potong Sebagai Bahan Baku Produk Karangan Bunga Pada Florist X di Pasar Wastukencana Bandung. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Palungkun, et al. 2002. Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardi, F. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman praktis manjemen risiko dalam perspektif K3. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Rasa TM, D Renda, Nugroho YI. 15 September 2011. Permintaan Hortikultura Terus Meningkat. AGRINA Redaksi AgroMedia.2008. Pesona Bromelia. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Risk Management Agency. 1997. Inroduction to Risk Management : Understanding Agricultural Risk. United States Department of Agriculture. Robison, L.J., P.J. Barry. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. New York : Macmillan Publishing Company. Safitri, Nuramalia. 2009. Analisis Risiko Produksi Daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Departeman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Santi A, Kusumo. 1996. Komposisi Media Tumbuh yang Cocok untuk Perbanyakan In Vitro Bromelia. Jurnal Hortikultura 5(5): 94-98. Sembiring, Lustri. 2010. Analisis Risiko Produksi sayuran Organik pada The Pinewood Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Departeman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Verina S, Wiwit N. 2007. Daunnya Seindah Bunganya, Bromelia. Jakarta: Gramedia. Widya, Sri. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phaleonopsi Pada PT. Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 80
Lampiran
81
Lampiran 1. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah ProduksiKomoditi NeogereliaTahun 2011 Periode musim tanam Jumlah produksi (pot) Peluang 1 363 0.125 2 151 0.125 3 209 0.125 4 119 0.125 5 332 0.125 6 184 0.125 7 169 0.125 8 228 0.125 Return Ex.Return Varian St.Deviation CV
1755 219.375 6504.234275 80.64883369 0.367630011
82
Lampiran 2. Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogereliadi Ciapus Bromel Tahun 2011 No
Keterangan
1
Serangan Hama a. Persentase kehilangan (%) b. Rata-rata produksi bromelia (pot) c. Harga jual (Rp) d. Dampak kerugian (Rp) Serangan Penyakit a. Persentase kehilangan (%) b. Rata-rata produksi bromelia (pot) c. Harga jual (Rp) d. Dampak kerugian (Rp) Kesalahan Mekanis a. Persentase kehilangan (%) b. Rata-rata produksi bromelia (pot) c. Harga jual (Rp) d. Dampak kerugian (Rp) Intensitas Cahaya Matahari a. Persentase kehilangan (%) b. Rata-rata produksi bromelia (pot) c. Harga jual (Rp) d. Dampak kerugian (Rp)
2
3
4
Besaran Expert 2
Expert 1
Expert 3
6
10
8
220
220
220
36.707,00 484.532,40
36.707,00 807.554,00
36.707,00 646.043,20
25
40
30
220
220
220
36.707,00 2.018.885,00
36.707,00 36.707,00 3.230.216,00 2.422.662,00
2
5
3
220
220
220
36.707,00 161.510,80
36.707,00 403.777,00
36.707,00 242.266,20
8
15
10
220
220
220
36.707,00 646.043,20
36.707,00 1.211.331,00
36.707,00 807.554,00
Keterangan: Expert 1 (O) = Manajer operasional Ciapus Bromel sebagai ahli yang berpendapat optimis Expert 2 (P) = Karyawan atau pegawai Ciapus Bromel sebagai ahli yang berpendapat pesimis Expert 3 (M) = Koordinator lapangan Ciapus Bromelia sebagai ahli yang berpendapatmost likely
83
Lampiran 3. Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011
No
Nama Jenis Bromelia Neogerelia
Harga
1
Bromelia bingomister
50,000
2
Bromelia dorothhy
50,000
3
Bromelia garnish
25,000
4
Bromelia flamingo myra
30,000
5
Bromelia flamingo celica green
25,000
6
Bromelia imperfecta
35,000
7
Bromalia johannis de rolfe
60,000
8
Bromelia raphael
40,000
9
Bromelia bobby dazzler
25,000
10
Bromelia pablito
35,000
11
Bromelia pink campagne
35,000
12
Bromelia pink royal
25,000
13
Bromelia eizel jan
30,000
14
Bromelia carolinae hyb sp
35,000
15
Bromelia pimiento
60,000
16
Bromelia purple haze
25,000
17
Bromelia paula
30,000
18
Bromelia dermant 2
40,000
19
Bromelia flamingo celecia red
40,000
20
Bromelia flamingo jan abigail
30,000
21
Bromelia flamingo orange jan
25,000
22
Bromelia flesia alba
30,000
23
Bromelia ink well
40,000
24
Bromelia arrel
25,000
25
Bromelia bobby dazzler spotted
50,000
26
Bromelia cherry lady
30,000
27
Bromelia neo regelia maya
30,000
28
Bromelia kamala black
25,000
29
Bromelia flamingo minnie
30,000
30
Bromelia carolina hybrid sp
30,000
31
Bromelia pinkie
50,000
32
Chilicon corne
60,000
33
Lila hybried
40,000
34
Lila select
35,000
35
Rose wood
40,000
36
Flamingo monette
30,000
37
Bobby dazzler paint
40,000
38
Bobby dazzler hyb
40,000
39
Neo ninja new
50,000
40
Marble
40,000
41 Neo orange marmalade
40,000
84
Lampiran 4. Gambar Jenis-Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011
Bingo mister 2
Comet
Cherry lady
Booby dazzler spot 2
Predator booby
Carolin hybrid
85
Lampiran 5. Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel
Alat Penyiram Tanaman
Obat-obatan dan Pestisida
Pot Bromelia
Selang
Besi Tusuk
Rak Anakan Bromelia
86