BAHASA ARAB DALAM RETORIKA DAN DIPLOMASI POUTIK Abdul Mukblis
Dosen Prodi Bahasa Arab Fak. Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Anizar Masyhadi Alumni Prodi Bahasa Arab Fak. Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRACT This study aims to analyze the style and choice of language used in contemporary diplomatic activity at the Indonesia Embassy for Middle Eastern countries. Besides, it identifies the provisions and practices of diplomatic language. The method used is descriptive exploratory with qualitative approach and case study design. Research is located in the Indonesian Embassies in the Middle East, especially Qatar, Egypt, Lebanon, and Syria. Secondary data were obtained from diplomatic speeches, reviews of diplomatic speeches and diplomatic dialogue, and news about the diplomatic activities from the Embassy websites. Data were analyzed descriptively. Aspects analyzed are the role of the Arabic language in the service/ diplomatic missions, international cooperation, and the analysis of language in rhetoric and diplomatic dialogue. It is concluded that Arabic language has been used in diplomatic missions but still has shortcomings such as the lack of use of Arabic language on the Embassy websites. In diplomatic rhetoric and dialogue, there were differences in stratification/mention for specific positions. Persuasive and effective communication techniques have been used, but the technique is still limited so that diplomats need to enrich their techniques in order to have more productive communication.
Keywords: Diplomatic Language, Middle Eastern, Diplomatic.
Vol. 1, No.1, Juni 2013
53
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
JJ..;i..l:s- i...I>..::...J.1 yLb.:!-1
J
0JWI .1LilfyIJ ~L fy\ :f' aJLAlI o~ ~
Jl a.;w,! ..h..... Jfy, J rJl .:l~ ~ J..lil ~I}A..", J
.r"WI <,?'L..~..ul Jl.aj'~11
.~ ~ <,?'L..~..ul yLb.:!-1 0"" ~fyl ~ ~~I ,""...Ifl,¥1
c:
~}I 0~1
i./'
J>- aJLAlI JJ\,j. ..:.ll~
.:lI)1 ~ ~...I>..::...J.I ~.?JIJ
,.h..... J fy, J rJl .:l~ ~ J..lil ~I}A..", J ~I 1oS.r:- J . ~u aJb. J 4....>IJ..uIJ 0""
~ ~jt!ll .:lI)IJ . ~J.r" J ,0WJ '~J
'P
J ~ fyl 6.>.-}1
J>-J
~lkWI:f' o~1 },~.>fyIJ ,~~I)IJ ,~L..~..ul ~I};-IJ ~4Lb.:!-1 a;Jj1 ilJi; Y. ~I t.~~J .~I}.A....Jj
4 JA,¥I
e:t')' 0"" ~L..~..ul
.4J.."J1 ~j\...WIJ ~L..~..ul ~L....uL1
J
~rll
~L..~..ul Jwfyl J ~I~I ~.-u ~rll a;Jj10i .1~,¥I~
~JGJI J 6.>.-}1 aili"" ~I~I a..t;
\..p~ J
U. 4.J4 J; ( ~tz .!H,.;.~ 0i '11
~ ~ yt,b-..l:s- i~ a..,p\.>. ~~ ~rl' a;JjJ .~I},i.....u 4 JA,¥I
~I ~I},~.JI J.;k I~~I
..L4j
0 r.-""L.. ~..ul L..i .r..,AJ1 J~ Ji JWI ..\>oi
Jl
Cs>- ~I~I J r-Plk I}J.. 0i ~ ~J ,<,?'L..~..ul J\...,aj'¥1 ..l:s- aJLtA.l1J ·Cl:i,¥1 }IJ }»" ~
J>- IJJ-u
.~L..~..ul ,.h..... Jfy I JrJl ,<,?'L..~..ul ~jJ.l ~rl' a;Jj1 :~ljJ~~ A. Pendahuluan
Pentingnya bahasa dalam diplomasi sudah tidak diragukan lagi. Bahasa adalah senjata bagi seorang diplomat. Bahasa adalah alat atau media utama bagi seorang diplomat (Kurbalija, 2003: 1; Kurbalija dan Slavik, ed., 2001: 1), Bahasa digunakan oleh seorang diplomat dalam berinteraksi, bernegosiasi, mengirimkan tandatanda, membuat agenda, dan membangun hubungan internasional. Seorang diplomat harus memiliki kontrol terhadap konsep dan makna dari kata-kata. Penggunaan bahasa yang lebih baik akan membuahkan komunikasi yang lebih baik, pemahaman lintas budaya yang lebih baik, negosiasi yang lebih baik, dan keterampilan membuat konsep dokumen yang lebih baik; atau dalam kata yang 54
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab daIam Retorika dan Diplomasi Politik
lebih ringkas, diplomasi yang lebih baik dan lebih efektif (Kurbalija dan Slavik, ed., 2001: 1-3). Bahasa merupakan bagian integral dari diplomasi karena diplomasi merupakan ruang dimana kekuatan ruh/jiwa ditunjukkan melalui kata-kata (Pascual dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 225). Karena seorang diplomat adalah manusia bertindak (man of action), maka sudah menjadi sifat alaminya bahwa berbicara dan berbahasa adalah bagian dari tindakan seorang diplomat. Bahasa bukan sekedar merupakan alat yang sederhana tetapi seringkali merupakan esensi dari sebuah pekerjaan diplomatik (Nick dalam Kurbalija dan Savik, 2001: 39). Dalam budaya dan peradaban Islam, bahasa Arab merupakan pokok yang tidak dapat dikesampingkan (Jaber dalam Kurbalija dan Slavik, ed., 2001: 49). Bahasa Arab juga merupakan bahasa diplomasi yang dianggap penting. Buktinya adalah dalam Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahasa Arab menjadi salah satu dari enam bahasa resmi PBB sejak 18 Desember 1973 karena bahasa Arab merupakan bahasa resmi dari 26 negara (Moggio-Ortiz, 2008: 1-2). Pada tahun 1980 bahasa Arab telah ditambahkan pula sebagai working language di Sidang Umum dan Dewan Keamanan PBB (General Assembly) (Moggio-Ortiz, 2008: 1-2). Melihat begitu pentingnya bahasa Arab sebagai bahasa diplomasi, Karen Hughes, Kepala Diplomasi Publik dalam pemerintahan Bush, sepulang dari kunjungannya ke Timur Tengah mengatakan bahwa ada satu langkah sederhana yang akan dapat menggerakkan Amerika Serikat menuju langkah maju yang besar, yaitu dengan cara mengajarkan para diplomatnya agar bisa berbicara dalam bahasa Arab (Bremer, 2005: 1) Pada dialog Hntas bahasa dan Hntas budaya, lingkup untuk terjadinya kesalahpahaman menjadi meningkat (Cohen dalam dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 67). Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami leksikon bahasa yang memiliki rujukan budaya, asosiasi budaya, dan nuansa budaya yang terdapat dalam kata kata maupun frase dalam bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Arab. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia juga memiliki perwakilan-perwakilan (Kedutaan
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
55
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
Besar Republik Indonesia (KBRI)) di 26 negara yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Dalam aktivitas-aktivitas diplomatiknya, KBRI-KBRI tersebut tentu saja melakukan korespondensi dan komunikasi secara verbal maupun tulisan dengan negara lain yang menjadi tempat kedudukannya. Namun demikian, gaya dan pilihan bah as a istilah yang digunakan pada aktivitas diplomatik di KBRI-KBRI tersebut belum pemah dianalisis dan dievaluasi. Oleh karena itu, tulisan ini akan menganalisis hal terse but dengan mengangkat studi kasus di KBRI Suriah, Mesir, dan Libanon agar dapat memberikan wawasan tentang istilah-istilah dan penggunaan bahasa diplomatik dan menjadi panduan bahasa diplomatik dalam bahasa Arab.
B. Peran Bahasa dalam Komunikasi·Diplomatik Bahasa merupakan hal pokok dalam diplomasi, baik sebagai alat atau media, baik dalam teori maupun dalam praktek diplomasi. Dengan memeriksa penggunaan bahasa dalam diplomasi-sekarang dan dahulu, atau dengan menggunakan alat/perangkat linguisticakan membuat komunikasi, pemahaman antar budaya, negosiasi, dan keterampilan menyusun konsep menjadi lebih baik. Dengan kata lain, diplomasi akan menjadi lebih baik dan lebih efektif (Kurbalija, 2003: 1). Bahasa bukan sekedar merupakan alat yang sederhana tetapi seringkali merupakan esensi dari sebuah pekerjaan diplomatik (Nick dalam Kurbalija dan Savik, 2001: 39). Dalam diplomasi, bahasa ini memiliki beberapa peran. Salah satu dari peran tersebut adalah peran tradisional untuk dari bahasa, yaitu membantu para diplomat dalam menghindari konfrontasi atau konflik langsung (Kurbalija dan Slavik, 2001: 1-3). Pehar (dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 163-169) menyebutkan bahwa «diplomacy is primarily words that prevent us from reachingfor our swords» yang berarti bahwa diplomasi terutama adalah kata-kata yang mencegahnya dari "meraih pedang". Bahasa merupakan bagian integral dari diplomasi karena diplomasi merupakan ruang dimana kekuatan ruh/jiwa ditunjukkan melalui kata-kata (Pascual dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 225). Bahasa juga berperan penting dalam proses perdamaian karena
56
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomas! Politik
bahasa digunakan sebagai sarana membangun perdamaian, membuat perdamaian, dan kekuatan untuk mempromosikan perdamaian (de Matos dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 281-287). Menurut Pascual, komunikasi diplomatik adalah alat linguistik pragmatik. Karena diplomat adalah manusia tindakan (man of action), maka bahwa berbicara adalah bagian dari tindakan seorang diplomat sudah menjadi sifat alaminya. Matteucci (dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 55) mengatakan bahwa tugas seorang diplomat adalah untuk melakukan decode bahasa. Menurut Matteucci, semua bahasa memiliki "bagasi tersembunyi": makna dan niat yang tersembunyi, konteks historis dan politik, preseden hukum, dan lain-lain. Untuk menemukan makna yang tersembunyi ini, sang diplomat perlumemiliki pemahaman yang luas terhadap konteks dari sebuah situasi. Oleh karena itu, sang diplomat harus memulai dengan konteks, daripada memulai dengan kata-kata itu sendiri, karena "untuk semua kekaguman kita terhadap kehalusan dan keluwesan kata-kata, kata-kata merupakan alat yang sangat fleksibel." Berkaitan dengan penerapan praktis dari bahasa diplomasi, de Matos (dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 283-285) menerapkan apa yang ia sebut sebagai «Pedagogy ofPositivenes~) dalam komunikasi diplomatik. Menurut de Matos, ada beberapa tips bagi para diplomat agar komunikasinya bisa lebih positif dan berhasil dihargai dan dipahami oleh pihak lain, namun tetap mengingat tujuan akhir untuk menghindari konflik. Beberapa tips dalam pedagogy ofpositiveness terse but antara lain: 1. Penekanan pada "apa yang akanlharus dikatakan" secara konstruktif dan bukan pada "apa yang tidakljangan dikatakan." 2. Melaksanakan komunikasi diplomatik sebagai bentuk interaksi yang memanusiakan. Definisi «diplomasi» dan jenis Art + Science atau Science + Art meninggalkan tanggung jawab memanusiakan (humanis) dari komunikasi diplomat. 3. Mengkomunikasikan nilai-nilai nasional dan intemasional secara konstruktif. 4. Belajar untuk mengidentifikasi dan menghindari penggunaan bahasa-bahasa yang berpotensi agresif, sensitif, ofens if, dan Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
57
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
merusak. Diplomat harus melakukan yang terbaik untuk mengimbangi cara-cara komunikasi yang kurang humanis Cdehumanisasi), yang seringkali menjadi hasil komunikasi yang salah. 5. Berfikir mengenai bahasa yang digunakan diplomat untuk membangun perdamaian, menciptakan perdamaian, dan kekuatan yang mempromosikan perdamaian. Diplomat harus menantang dirinya untuk mentransformasikan kompetensi komunikasinya menjadi kompetensi perdamaian komunikasi. 6. Selalu melakukan yang terbaik untuk melihat diri secara positif, melihat profesi diplomatik secara positif, melihat kehidupan secara positif, dan mengkomunikasikan pandangan tersebut sekonstruktif mungkin. 7. Belajar untuk melaksanakan hak-hak komunikasi dan memenuhi tanggung jawab komunikasi dengan cara yang bijaksana dan seimbang. Diplomat perlu mengingat bahwa ia memiliki hak untuk bertanya dan mengkritik, tetapi harus melakukannya secara bertanggung jawab dan dengan cara yang bermartabat. 8. Menangani perbedaan pendapat dengan cara yang konstruktif. Diplomat perlu mengingat bahwa "Pembicaraan negatif» cenderung mendominasi atau sering mendominasi dalam interaksi tatap muka diplomatik. 9. Memperlakukan orang lain dengan hormat dengan cara menjadi seramah mungkin. 10. Memilih kata-kata berdasarkan "daya damai"-nya dan bukan berdasarkan nilai strategisnya saja. Diplomat harus berkomunikasi baik secara bijaksana maupun taktis. 11. Mencoba untuk melihat dan menggambarkan dua sisi dari sebuah masalah. Diplomat dapat menantang dirinya untuk membuat pemyataan yang seimbang Ctidak bias). Jangan menjadi seorang pembuat polemic/perdebatan. 12. Menghindari bersembunyi di balik bahasa yang muluk-muluk untuk mempertanyakan seseorang 13. Dalam membaca teks diplomatik, diplomat hams mencari komentar yang adil. Diplomat mencoba untuk merekonstmksi Cmenyimpulkan) metode yang digunakan oleh pengarangnya.
58
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
Diplomat dapat menerapkan analisis wacana pa~ saat mengolah inforIllasL 14. Menghindari mengaburkan makna kata-kata kund misalnya politik. Mengaburkan makna politik, dan lain-lain merupakan praktek polemik standar. 15. Adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada komunikasi yang netral, sehingga diplomat dapat berkomunikasi sehumanis mungkin yang ia bisa. Bahasa ditentukan oleh apakah yang disebut manusia itu, dan di dalam sebuah komunikasi, penggunaan bahasa yang konstruktif ditentukan pada apa-apa yang memanusiakan. 16. Bersikap komunikatif, bertujuan untuk kejujuran dan integritas linguistik. 17. Konflik dapat dikelola sampai batas tertentu, demikian halnya dengan penggunaan bahasa, terutama jika seorang diplomat mengadopsi perspektif konstruktif, untuk mengekspresikan sikap, keyakinan, danemosinya. Seorang diplomat harus mendidik dirinya untuk mengidentifikasi .hal-hal positif» pada lisan dan tulisan teks di bidangnya dan menantang diri untuk meningkatkan penggunaan kata konstruktif, dan kata kerja, kata benda, serta kata sifat yang memuliakan manusia. 18. Diplomat harus belajar untuk memonitor jenis kalimat yang lebih konfrontatif dan menggantinya dengan kalimat yang lebih ramah bagi pendengar/pembaca. Bahasa diplomatik dapat memiliki berbagai aspek misalnya nuansa (perbedaan kedl), pertanda ekstra-linguistik, dan understatement (keterangan yang mengecilkan) (Berridge, 2012: 1-2). Ada pula penggunaan bahasa diplomatik dalam bentuk yang lain yaitu dengan bercanda. lni memunculkan adanya jenis canda yang baru, yaitu «canda yang serius» yang disebutkan dapat membantu praktek diplomatik di abad 21 (lnglott dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 31). Hal ini menginspirasi pendekatan-pendekatan yang kreatif dalam menyelesaikan masalah dengan cara memiliki sudut pandang yang baru dan merubah kerangka berpikir.
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
59
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
Penggunaan bahasa dalam diplomasi juga telah diperkaya dengan penggunaan internet dan inovasi-inovasi di bidang teknologi informasi. Sebagai contoh, software pembelajaran bahasa Ccomputerassisted language learnin8) karya Sola Cdalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 289-298). Software ini merupakan bersifat multidisiplin dan tidak hanya berbasis teknologi saja tetapi juga berdasarkan teoriteori bahasa dan juga dapat digunakan membantu para diplomat. C. Bahasa Diplomatik dalam Negosiasi dan Dialog Diplomasi tidak terlepas dari negosiasi. Dan negosiasi tentu saja memerlukan bahasa sebagai alatnya, terlebih jika negosiasi tersebut dilakukan dengan pihak yang berbeda bahasa karena ketika negosiasi terjadi secara lintas bahasa dan lintas budaya, lingkup untuk terjadinya kesalahpahaman dapat menjadi meningkat CCohen dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 67-90). Masih menurut Cohen, negosiasi sering sekali melibatkan argumen-argumen mengenai kata-kata dan konsep-konsep, sehingga disini bahasa tidak bisa dianggap sebagai hal yang sekunder. Cohen memperkenalkan hasil karyanya dalam mengembangkan leksikon negosiasi Timur tengah yang diharapkan bisa menjadi panduan bagi siapa saja yang akan atau sedang bernegosiasi dengan bahasa timur tengah. Cohen memberikan contoh-contoh rujukan budaya, asosiasi budaya, dan nuansa budaya dalamkata kata maupun frase dalam bahasa Inggris maupun bahasa-bahasa timur tengah (Bahasa Arab, Bahasa Turki, Bahasa Persia, dan Hebrew). Negosiasi lebih merupakan seni. Dalam seni negosiasi tersebut, bisa terjadi beberapa proses dimana bahasa dapat berperan, misalnya dalam prenegosiasi, negosiasi di atas meja (around the table negotiation), momentum diplomatik, dan dalam pengemasan persetujuan (agreemenf) (Berridge, 2002) Negosiasi juga merupakan salah satu bentuk dialog. Agar menjadi dialog diplomatik yang baik, terdapat beberapa syarat antara lain: tidak menyebabkan "stress"pada pendengarnya, menggunakan bahasa yang baik dan tepat, serta penuh dengan kebenaran (Rana dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 107-114). Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang duta besar, Rana berpendapat
60
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
bahwa diplomasi saat ini membutuhkan hal yang langsung dan juga keterusterangan, dibandingkan daripada cara tradisional yang cenderung menggunakan tanda-tanda yang halus dan tidak jelas yang akan menyebabkan adanya kesalahpaha~an, terlebih ketika berada dalam lingkungan Hntas budaya. D. Bahasa Diplomasi dalam Retorika
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, berbicaralberpidato (speech) merupakan bagian dari sifat alami seorang diplomat sebagai manusia bertindak (man ofaction). Terkait dengan retorika dalam diplomasi ini, ada sebuah pertanyaan yang sederhana dan mencerahkan yang dikemukakan oleh Oswald Ducrot dalam bukunya "Ie Dire et Ie Dit" yang akan dibenarkan oleh para diplomat (Pascual dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 227). Pertanyaan itu adalah "Mengapa kita dapat menggunakan kata-kata untuk menciptakan pengaruh? Mengapa kata-kata tertentu, dalam keadaan tertentu, dapat menjadi begitu efektif? Dan mengapa pembicara mengatakan apa yang ia katakan?" Oleh karena itu, dari sudut pandang ilmu linguistik, perlu dibedakan antara Dictus (apa yang dikatakan) dan Dictum (niat dibalik apa yang dikatakan). Berdasarkan pertanyaan Ducrot tersebut, Pascual (dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 226-230) menyampaikan tiga konsep pragmatis: 1. Berbicara/Pidato sebagai tindakan yang disengaja Semua pembicaraanlpidato merupakan tindakan yang disengaja. Meskipun tidak diikuti oleh tindakan, kata-kata telah bertindak (hanya dengan fakta yang diucapkan). Sebagai contoh, janjijanji (seperti dalam kampanye), komitmen, perintah, ancaman, afirmasi, informasi, kebohongan, persahabatan, atau deklarasi cinta. Pascual mengutip para ahli linguistik yang menyebutkan bahwa terdapat empat buah modalitas dalam tindakan berbicaral berpidato: a. Modalitas Asertif (Pemyataanlpenegasan), yaitu yang diajukan sebagai kebenaran yang sesuai dengan fakta-fakta. Sebuah pemyataan menegaskan kebenaran. b. Modalitas Interogatif/Tanya, atau al-istifham dalam bahasa arab, dimana idenya berasal dari keinginan pembicara untuk Vol. 1, No. 1,]uni 2013: 53-77
61
Abdul· Mukhlis dan Anizar Masyhadi
mendapatkan jawaban dari penerima pesan (kecuali dalam pertanyaan oratoris yang merupakan seni untuk mengungkap gagasa, kesimpulan, atau fakta). c. Modalitas Eksklamasi (Kata Serulseruan), yaitu emosi yang diekspresikan, dengan tujuan untuk menarik perhatian atau menciptakan kesan bagi pendengarnya. jenis modalitas ini merujuk pada bidang bahasa ekspresif, bahasa kehidupan, bahasa perasaan, yang oleh ahli bahasa dilawankan dengan bahasa pemikiran yang dicontohkan dalam pernyataan. d. Modalitas Imperatif atau jussive (Perintah) yang mengungkapkan niat pembicarauntuk mendorong penerima pesan bertindak dengan cara tertentu. 2. Efek dari bicara/pidato Pertanyaan-pertanyaan dari Ducrot yang dikutip di atas menunjukkan adanya tiga bagian pidato, yaitu sebelum pidato, selama pidato, dan sesudah pidato (Pascual dalam Kurbalija dan Slavik, 2001; 227). Niat pembicara (sebelum) dan efek dari kata-katanya (sesudah) akan lebih baik jika dibedakan antara apa yang jelas dan lang sung dan apa yang efektif meski sifatnya implisit dan menunjukkan niat pembicara sebenarnya. Sementara itu, bagian utama pidato adalah selama pidato yang biasa disebut dengan locutary. Bagian ini dimaknai sebagai kenyataan mengatakan sesuatu, dengan mengucapkan pernyataan secara koheren dengan menggunakan kata-kata atau sandi yang umum. 3. Peran dari hal yang tidak terkatakan dari tindakan berbicaral berpidato Pendekatan lain dalam pidato adalah mempertanyakan bukan hanya apa yang dikatakan dan caranya dikatakan, tetapi juga apa yang memang dibiarkan tidak terkatakan dan hal ini terkadang memiliki efektivitas yang sarna dengan apa yang terkatakan. Unsur utama yang sangat diperlukan dalam pidato yang efektif adalah adalah gagasan presuposisi. Yang dirnaksud dengan presuposisi adalah semua fakta, gagasan, atau realitas yang antara pembicara dan penerima pesan sudah memiliki kesamaan sehingga tidak perlu diulang atau disebut kembali saat komunikasi berlangsung (Pascual dalam dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 229). 62
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
Aspek lain dalam bahasa yang sering digunakan dalam retorika adalah analogi. Pehar (dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 167) analogi yang digunakan oleh para diplomat untuk memperkuat argumennya dan meyakinkan orang lain mengenai pandangan-pandangannya. Menurut Pehar, analogi sering memperburuk hubungan antara Negara dan membawa konflik. Oleh karena itu, efek negatif ini dapat diatasi dengan langkah-Iangkah untuk mencerahkan dan meningkatkan kemampuan diplomat dalam beretorika, antara lain dengan menggunakan analogi yang ambigu. Pehar juga berpesan bahwa dalam penggunaan bahasa dan berbagai gayanya, diplomat harus ingat bahwa mereka memiliki pilihan-pilihan. Terkait dengan ambiguitas, terlihat peran yang sangat kontras antara peran ambiguitas dan ketepatan dalam diplomasi konferensi (Scott dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 153). Scott menjelaskan bahwa sementara pembuat konsep dokumen biasanya menghindari ambiguitas, pihak yang lebih lemah dalam sebuah persetujuan dapat memiliki kepentingan untuk memasukkan ketentuan-ketentuan yang ambigu, sedangkan yang posisinya lebih kuat akan mendorong adanya ketepatan. Terdapat beragam bentuk negosiasi baik dalam perdagangan, pertanian, politik, dan lain-lain. Negara berkembang dan Negara maju memainkan peran yang berbeda-beda dalam negosiasi tersebut. Istilah-istilah bahasa khusus yang digunakan dalam proses negosiasi, termasuk dalam memasukkan konsep ambigu, juga telah mengalami evolusi (Scott dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 153). Dalam hal ini, terdapat prinsip dasar bagi seorang diplomat, yaitu metode untuk mempertahankan atau menciptakan keadaan dimana terdapat keseimbangan dalam interpretasi, retorika dan etika sehingga dimungkinkan terjadinya negosiasi yang produktif (Girardin dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 139-149).
E. Bahasa Diplomatik dalam dokumen-dokumen teks Teks tertulis merupakan elemen penting dalam diplomasi. Terdapat beberapa formula yang khas dalam dokumen tertulis yang digunakan dalam diplomasi, yaitu antara lain surat akreditasi (letter of accreditation), kekuasaan penuh (full powers), pembuka dan
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
63
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
penutup dari perjanjian, kemudian nota diplomatik. Banyak terdapat perubahan dalam bentuk-bentuk dokumen dan komunikasi ini yang dipengaruhi baik yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal (Kappeler dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 201-207)' Dalam komunikasi multi bahasa terdapat beberapa tantangan, termasuk kesulitan penerjemahan dan interpretasi bahasa yang dimaksud. Adanya perkembangan dan teknologi informasi cukup membantu dan memberikan dampak, antara lain dalam penyiapan dan penyimpanan dokumen dan mempengaruhi bentuk dokumen. Meskipun demikian, terdapat pula masalah terkait dengan garansi otentisitas teks (Kappeler dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 201-207) .. Tidak hanya dalam bentuk dokumen individual yang terpisah, dokumen diplomatik juga dapat digabung menjadi satu kemudian dipublikasikan. Hal ini dapat memberikan pendidikan diplomasi yang baik bagi masyarakat (Hamilton dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 207-225). Hamilton pernah mempublikasikan gabungan koleksi dokumen terkait dengan konferensi Keamanan dan Kerja sama di Eropa dad tahun 1972-1975. Namun ia mengingatkan bahwa hal ini harus dilakukan secara hati-hati. Maksudnya, editor harus betul-betul memilih dokumen mana yang dapat disimpan sebagai koleksi, dan masalah apakah yang akan didokumentasikanl dipublikasikan, serta periode waktu atau wilayah geografi mana yang akan diliput dalam gabungan koleksi tersebut. F. Bahasa Diplomatik di Dunia Arab
Dalam pembahasan mengenai bahasa dan diplomasi, terdapat perkembangan dalam bahasa diplomasi, khususnya di dunia Arab, yang berhubungan dengan elemen-elemen lintas lintas budaya (Jaber dalam Kurbalija dan Slavik, 2001: 49-54). Namun, Jaber menyebutkan bahwa gagasan bahasa diplomasi "sebaiknya tidak terikat budaya, namun lebih bersifat transenden dan melampaui batas-batas, untuk menciptakan "kendaraan (media)" pertukaran yang netral". Bahasa diplomasi dianggap belum berhasil dalam mengatasi kekerasan antar negara dan mayarakat. Namun ia percaya bahwa solusi konflik terdapat dalam diplomasi. Oleh karena itu, formalisasi bahasa diplomasi merupakan hal yang penting.
64
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
Istilah-istilah bahasa Arab dalam diplomasi merupakan . gabungan antara terminologi Arab-Islam dulu dan kini dengan standar gaya bahasa yang diterima dalam dokumen internasional serta metafora-metafora tertentu, termasuk eufimisme, unsur gaya bahasa yang erat dalam bahasa Arab (Edzard, 1996:25-58).
G. Analisis Bahasa Diplomatik Aspek-aspek analisis bahasa dalam retorika dan dialog diplomatik disini dibahas dengan sistematika dan prinsip-prinsip komunikasi yang dikombinasi dari tulisan DeVito (2004) dan LanguageAnalysis checklist dari Tickingmind (2012). Selain kutipan-kutipan pidatol dokumen dialog diplomatik dalam bahasa Arab, ditampilkan pula kutipan dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut, disebabkan karena pertama, yang dianalisis adalah makna bahasa dari kata-kata yang dikatakan, dan bukan sekedar pilihan kosakata dalam bahasa Arabnya. Kedua, naskah-naskah pidato tersebut pada kenyataannya juga telah diterjemahkan karena disampaikan di depan audien yang berbahasa Arab, hanya saja dalam arsip yang didapatkan oleh peneliti sebagian besar dalam bentuk versi bahasa Indonesia dari pidato-pidato atau dialog diplomatik tersebut.
1. Aspek Orang (Pemberi Pesan dan Penerima Pesan) Untuk penyebutan Presiden digunakan istilah J.,oW (fakhomah). Pilihan kata ini digunakan sebagai bagian bentuk ungkapan penghormatan terhadap Presiden. Penyebutan kata tersebut biasanya dipakai di negara negara Arab yang menggunakan sistem presidensial, seperti Mesir, Suriah, Libanon dllnya. Adapun untuk Negara arab teluk, seperti Arab Saudi, Kuwait, Emirat, Qatar, penggunaan istilah Fakhdmah untuk pembesar-pembesar tidak lazim digunakan, dan yang biasa digunakan adalah Sumuw ~t. Berikut contoh lain dari penggunaan kata a...a\.5cj untuk penyebutan Presiden pada saat Presiden RI mengunjungi proyek pembangunan asrama untuk mahasiswa Indonesia di Komplek Al Azhar, Cairo, Mesir. Dalam kesempatan tersebut, baik Presiden maupun Wakil Grand Syaikh menyampaikan pidato dan penggunaan istilah ~1 atau aJ~l di Negara Arab teluk. Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
65
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
O}d pS'~1 it..)!1 ~ I;..ts;
oy..u\
~J~)!\~)I ~W 4>:-JJ
~ ~.rJ1 f> j~ ~IJ ~\ ~ J~)!I ~I \.;.P
~IJ ~ J~l .~
--JI'
~L.., t. it. I , I "t. ~I iy.)1 I~ Jw 11 ~J Jl ~I t.l>- V t. .Jb~ .r>- d' .)~ Jl .-r-yJ1o¥ J. .)~ J. ~ .J.i""~1 fll .r--JI
..f; it..)!\ ~~ ..l>-~I ~ iy.. ~ o~ ~ - ~\ ~~ 01- ~ ~J ·uP~)I ~..LC.1\o¥ J. Adapun penggunaan istilah Shobibui jaiaiah sebagaimana disampaikan oleh www.ar.wikipedia.org adalah sbb: ~
JJJU:.1 ~ Ie:. . dlll ~ . .)\S' c->- a5:WI i ~ II<',·~ f '-:? • ~ ..uJ ~I ~ d' .:.U~ 4.,.. ~I ~ .j Jli ..uJ .)\,kLJI y:. ~ prJI
.j p3-1 \.3J. ~ J ~ ~I 1.3J. ..iiI i f ~I ~ ----.>b""'Vi i l9 .j prJ!
J# ~ y.i Ji prJI ¥
J} prJl ¥ dll!
¥dll\ .jy
.)lS'
Lo~J ,~~I o~.r
J. ~ ~ dlll ~ .)\S'J ~! 1.4 ~ ~
} dlll r--l: J~ i f pi ~ -UI..f..I J ~~I)I } t 4.ll1 ~J .)~ ~I ----.>b' i At i l9 .j d' ~ ~ dlll Jy:- Lo~J ,JJJU:.1 ~lp
PI
dll~1 ~lp :J~ )y.:.~\ ~ .)~;iW1 ~i ~.:illl ¥.jJ
.j J ----.>b \ i" 0 i l9 .j .J~I C?" I~ .)lS' ..uJ prJ 1 ¥
~ Loi ..J-I ..ll~ ~ W~ ~i prJ I ¥
J. ~
J. ..llG:. dlll ¥
..llG:. dll~I ~ lp J ..llG:. .:illl: ~ ~ .)\S' ..ili J ~I ~ lp
lJ J
.----.>b, t ." i l9 .j ~u J C?" I~ e:?'}1 ~J prJI ¥
J.
i l9 i f ~ 0\S' prJ I ¥ J. ~ .:illl ¥ ~)l::}\ ~lp r-"l: Jlp ~ ~I .)\S'}I ~lp ~ y. ----.>b' t • V
it>-
Jl ----.>b' t ."
~ 0)yll ~..ul .)~..;ilJ :; ~l,b.:. ~ dlll ~i ----.>b' t · vh /" V .~~.r:J\ ~.,)-1 i~l>- ~
66
J'il ~lp ~
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik "
Sementara itu, untuk penyebutan Shaikh atau ulama digunakan istilah ~. Berikut contoh kutipan yang menggunakan kata ~ untuk penyebutan sheikh atau ulama, dalam konteks ini adalah Wakil Grand Shaikh Al Azhar yang memberikan sambutan saat kunjungan presiden RI ke Cairo.
~ ~')\.....,1 a.-k- r.,.\ji - ~.rJI />}11 01» :/>}';I ~ rY
r')\....., 'il U"')X
pi 4J
~ JU)
,t.:1>- ~) ~i rY pi J>- -4p
~I ~ />j~ .r.?- \II ~I)
o~
e
U"')-4 a.-IJ:.I) ,a.-k-)
0
~ t WI
~k- /> j\ll Y. ~~I
U4 a.-IJ:.I oh j~ ,J).) .!J'YU) aJ\.. rY pi rY ,;yLb) ~Lb
~i ~I,l. ~ U"').,l::j ,~I.lll rY ~.ll ~L,a.j1 0y ~\..'its"" ~~')\.....,'il ~I.lll ~ ~ U"')x ~ ~')\.....,'il ~I
. .11 4JlP1
w
,~i
'4$-)})
4.l.r"i ~'
j-Pts"' ~LJ..I)
'~')\.....,'il J.,AJI )L.)
,aJ.?1l)
WI
~~'il) .«~)..Lo
Untuk kehormatan, penyebutan Duta Besar menggunakan istilah o.)k.... (sa'adah) atau yang berbahagia. Berikut contoh penggunaan istilah O.)k.... untuk penyebutan Duta Besar. ~~ ~ )..li)'1 ~)~I ~ ;)y.:-.! ~ y ~ ~ L.:lI o.)1..t..... 4$
i· JI '-.>.?..ul) W)..lii ~)~ J')\A;..,I 0'}s.'i '-.>.?..u~ JlA>)'1 ~G.c.
j~ ~
. .11 .)yoJ esJI -
.
~)y) W )..lii ~ ~\....,.4..u1 ..:,;u~1 ~u)'
Selain Presiden, Ulama, dan Duta Besar, menteri juga mendapatkan penyebutan khusus dengan kosakata JL-. Sebagai contoh penggunaan kata JI.....o berikut ini untuk menyebut Suryadarma Ali sebagai Menteri Agama RI.
~\.. '-:? jloy 4/')\....., 'il
)p..ul J,"- ..;li (
tWI ~\)
~J.:,:. ~ ~I)I )),)
t
4/')\.....,'i 1 WI ~I)
..tiY.
4J
~) 4$ W J..lil ~ ~..ul 0)j.-!JI J..j)
J>- ~ W t:
~ '-.>..u ~I ~I)I
~I .?..u\ rY ..::.>~"4 JiJ-I r~J )..lil ~ ~;il Ih ~) r WI ~i
.v)j) 0)W
c!Y" . .11 I~
Vi 4"- ..\51) .~I) W)..lil ~~
t:
a.....1J.r. r')\.....,'il
~I)I 0)W)
~')\....., 'il tAL-..Y ) ~~) W)..lil Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
67
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
Dalam kesempatan tersebut, untuk Sekjen Persatuan Dunia Islam juga menggunakan kosakata Maiili, karena· beliau pernah menjabat sebagai Menteri di Saudi Arabia.
~~'i\ t WI ~I) i W1 ~~\ J~ ~i ( o~ ~) '&1 0!-~ ~ c.Sp5' yi c.SrW 04 4J ~i W5" ..f';:JI ~I-¥ J')\j..\ ~ u.) tP Lo ";;Iy ~ O~~ 4j~ Jhl ~ u. ~1 ~I ~y.;J\ WI l)}:5 o.)~ Jhl ~ Lo 4.t...- ~ J) ~I j..P ~I y> 01.;.11) il.)-I .:r Jl ~4-WI ~J.J. 4-o~i ~G 0~) ~fo,o j.l&- Js- 4--P~ ~I ~ Jjlj) 4l.,;i9 .:r """W uPf i Lo i~i ~~':1 ~ ~pl) 4.:.0 .kp':11
<J. Jhl-¥- )p..ul
':1
o.)~ o~ 4.>.-1.:>- c.S~I) ~I..f>. ':11
J1
~I 4.>.-1.:>-
0u \.il) ~\..;;;j ':1
.~ J5" ~ ~I.AS'~I ~lo..WI .:r ~tA5JI ~ ':11 \..p;~ 2. Pernyataan pendapat dan argumen yang mendukung pendapat Dalam retorika dan dialog diplomatik, seorang pembicara dapat menyampaikan pendapat pribadinya. Sangat dimungkinkan bahwa seorang pembicaramengatakan sebuah pendapat yang mungkin berseberangan dengan pendapat lawan bicara atau memiliki peluang untuk menimbulkan perasaan tersinggung atau mengganggu hubungan dua pihak. Untuk menyatakan hal tersebut, dalam sambutannya ketika menerima kunjungan Presidert Iran Ahmadinajed, Grand Shaikh terlebih dahulu memulai kalimatnya dengan kata-kata J."si wi J I~I (Perkenankan saya untuk mengatakan). Berikut kutipan dari pidato Grand Shaikh tersebut. Masalah yang dimaksud adalah Iran agar jangan menghujat sahabat dan istri-istri nabi. ~
..:;4-01)
~
&
#'1-
&
J \~\»
~
~l>.....aJJ ~.:r Wb ~ II J.....1.i \.:..il :J';I 01 ~
.«~) ~
uPjy.4
#-
'
~I Ih) - ~ Aill 01yP) -~Jl\
Grand Shaikh kemudian melanjutkan pendapatnya dan kali ini masalahnya adalah agar Iran jangan ganggu Bahrain yang rakyatnya ahlu sunnah wal jamaah. Grand Shaikh juga menyatakan pendapatnya tentang konflik Suriah.
68
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
~l::- ~ litt ~)I b~
J c::1) - .r->-i ri .!ll:A» :~ Cjli)
,~..rJ1 J )--UI) 0:!~1
0P ~ J>-J.:l1 4..IL ~) o.r->-i 4..IW. ~)L,.,f 0i o~ 0f ~ 0:!~1 ~ .r-yJl ~ ,~W.I) WI jAi r~l ~ ~i lif) ~ LS .«aJ>.I--U1 ~P ~ J>-.l::: 0i 0\) ~~ ~ ~) ,~} ~j~) ~~--ul ~j ~) ~ ('?J."Al1
J-li oJ)~) ~J.,...JI ~I d' .r.S'~1 r~'il . .r-yJI ~I 1..i.A. ~
3. Teknik persuasif 1. Teknik memperkuat pesan
Untuk menguatkan pesan yang disampaikan, dalam retorika diplomatik digunakan perbandingan atau majas simile. Berikut ini pidato dari Rektor Al-Azhar yang membuat perbandingan dengan Ka'bah sebagai kiblat ibadah umat Islam. 0:!--UI 4.,.t;1 ~ j;\.A.;l1 ~ f> j~1 rl;:ll ~ L,aJ~tJ:.I ~ J
~\) 1~1 .~ ~I 4J..rJ.I
..lS1)
JJi:r P ~I (,?.DI) ~ 4..iJ5' ~..rJI a;Jj1) ~~ 'il
:r ~}:i\ ~ Y' f> j~ij ,o.:l~1 ~.:r..~ 41\ a.yJI ~ ~I 'L:"~) J~ ~lA::J1 :r ~ u-"i ~ J .,;}\ IJG :r
2. Teknik membuat audiens merasakan sesuatu terhadap pesan tersebut (teknik emotif) Untuk menciptakan emosi positif pada sisi pendengar, selain memberikan penghormatan seperti penggunaan pilihan kata dalam penyebutan lawan bicara (Presiden, Ulama, Duta Besar, dan· lain-lain) yang telah di bahas di atas, bentuk lain teknik persuasive yang sering digunakan oleh para diplomat adalah dengan eara memberikan apresiasi kepada lawan bicara. Hal tersebut biasanya dilakukan di bagian awal dari pidato/dialog untuk menciptakan kesan adanya kedekatan emosional antara kedua belah pihak. Berikut kutipan sambutan Dubes RI untuk Suriah pada HUT Proklamasi RI dimana pertama tama Dubes memberikan apresiasi kepada negara akreditasi yang telah mendukung kemerdekaan bangsa Indonesia. Seeara diplomasi
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
69
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
akan menjadikan kedua negara lebih dekat. o.;::$' .;J~~ ~I~ ~ J.N~I ~I ~ 015" <.,?..i.ll ci}1 ~
~)~ J"'>u:""'4 JI?~4 0')\&.1 ;f 0~
tib .u
.;J
)~4 ~I ~..rJI JJ..u1 JsIJi ~ ~)Y"'" ~15"
o~1 r--:YI ~ r-S1..u1 ~)Y"'" y J~ ,WJ.Ni
:.r\II ~ (,)"i.?- 015" Lo~ J".>U:.,... ~I ~tilJ 0)~I ~pi ..JJI)I .:.lli ~ J
~ J.N~I ~t; ,o.rAJ1 .:.lli ~ i$- ~
<.,?..i.ll ~I };JI
($~~ i\$- Y :.r yT 'V ~)~ ~ ~ ~I WJ.Ni ,J W4 LoU. o.u. !)y.:-!
J..of
...Lo.s! ~~ ~ J.N~I
.;.:A-JI o£ILo Ih J"'>u:""')l1 ~ ~U.I
Teknik apresiasi untuk menciptakan kedekatan hubungan juga digunakan oleh Dubes RI untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi saat diwawancarai stasiun televisi channel 1 dan Radio Kairo Siaran Indonesia (ReSI). "Pengakuan atas kemerdekaan Republik lndonesia d~fJelopori oleb Mesir Dengan ini, hubungan kedua negara senantiasa harmonis dari masa ke masa. " Di awal wawancaranya dengan harlan sore «JUI f'~~I» Dubes juga menyampaikan apresiasi dan menciptakan kesan kedekatan hubungan dengan menyebutkan lamanya hubungan Indonesia Mesir terjalin.
:.ry. J".>U:.,... "il ~ Lo Jl ~.Y'-i W J.N"i ~ o~l-J ~~ 01 :.r o.4..uJI ..uli' , ~ 'A i\$- J 10.4~J ? el::·11 0.}11 ~ ~ ($ Jk-
.~
";IJ ) ~ ~ 015"J f' j\l\ ~ ~ J.N"i 1 yj\,kJI
"Dukungan Mesir untuk lndonesia sudah ada jaub sebe/um zaman kemerdekaan lndonesia SekitarlJertengaban ahad ke19 tepatnya tahun 1918 telah ada perkumpulan mabasiswa lndonesia yang belajar di Universitas al Azbar yang disehut dengan "RuwaqJawi ".
Teknik apresiasi juga digunakan oleh Rektor AI Azhar saat pidato peletakan batu pertama asrama mahasiswa Indonesia.
70
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
>-~
of ,-¥J\ ~L.i ./>}1\ wI.>.- ~J Jlt
~J
WJ..u1
~ o~ ~ ~\ u--)I
,~}.::ll ~\...!lt ~
0) l/' WJ..ul y~\
.J..,k t:J~
JL-. ..:.> / J
~l>-J ~ W J..u~ JW\ o;.J.Z ./>}1\ wI.>.- ~J i~J
t l>-
~ VL....... ~ .J ~.llIJ y~\ ~ t.Jr >-~ ~ 4.5'J~ . i')l.., ,¥1
Teknik apresiasi juga digunakan dalam dialog kerja sarna ekonomi. Sebagai contoh, dalam kunjungan ke Bank Nasional Qatar (QNB), Dubes RI menyampaikan apresiasi atas investasi QNB di Indonesia melalui Bank Kesawan, yang kini telah berubah nama menjadi QNB-Kesawan. Setelah menyampaikah apresiasinya, Dubes RI baru menyampaikan harapannya agar QNB dapat mendorong peningkatan investasi badan usaha milik Qatar lainnya untuk melakukan investasi di Indonesia. Apresiasi dari Dubes RI tersebut kemudian dibalas juga dengan apresiasi QNB atas kunjungan Dubes. Andrew Duff (General Manajer QNB) memastikan bahwa bagi QNB, Indonesia adalah tujuan investasi yang sangat menjanjikan di sektor keuangan dan perbankan. Apresiasi yang dibalas dengan sambutan apresiasi juga terjadi saat Business Meeting menjelang Trade Expo Indonesia (TEl) 2010. Dalam kesempatan tersebut, Duta Besar Fachir menyampaikan penghargaannya kepada pengusaha Mesir yang telah dan akan menjalin hubungan dagang dengan Indonesia. Disampaikan pula bahwa KBRI telah dan akan terus memfasilitasi perdagangan dan para pengusaha Mesir yang menjalin hubungan dagang maupun baru akan menjajagi hubungan dagang dengan pengusaha Indonesia. Ketua EIBC, Mr. Baraka yang sering disebut oleh Dubes Fachir sebagai duta perdagangan Indonesia di Mesir juga menyampaikan apresiasinya terhadap Indonesia dengan menyatakan beberapa hal antara lain dengan mengungkapkan bahwa dari pengalamannya selama beberapa tahun, didapatkan kenyataan mengenai produk Indonesia yang sangat berkualitas, jauh di atas kualitas produk dari berbagai negara lain di Asia. Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
71
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
Dalam hal fasilitasi, disampaikan pula bahwa para pengusaha Mesir dalam menjalin kerja sarna dengan pengusaha Indonesia mendapat bantuan yang luar biasa dari KBRI maupun dari instansi terkait di Indonesia. Berikut adalah teknik apresiasi dan pujian yang disampaikan Presiden SBY ketika memberikan sambutan di depan Wakil Grand Shaikh Al Azhar. "Saya memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak Al-Azhar. Al-Azhar turut berperan dalam menyiapkan pemimpin, tokoh dan ulama Indonesia. Al-Azhar sebagai Universitas tertua juga sangat lekat di hati rakyat Indonesia." "Al-Azhar adalah lembaga yang membawa misi moderat yang tentu akan dapat membawa keadilan bagi umat manusia. Ini membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi alam." Untuk menciptakan kesan emotif, Presiden juga menyampaikan banyak terimakasih karena mendapat kesempatan membangun asrama Indonesia, menyampaikan undangan agar Grand Shaikh berkunjung ke Indonesia, dan mendoakan agar Mesir dapat membangun negerinya agar semakin maju. Emosi positif pada pendengar juga diciptakan dari penyambutan yang ramah dari sang pembicara, seperti yang ditunjukkan oleh Wakil Grand Syaikh AI-Azhar dalam kunjungan presiden RI berikut ini. "Atas nama Grand Syeikh Azhar, saya menyampaikan selamat datang atas kesedian Bapak Presiden untuk mengunjungi AlAzhar, lembaga Islam yang menjadi menara Ilmu. Saat ini, terdapat lebih dari 6000 siswa yang berasal dari Indonesia dalam berbagai jenjang pendidikan AI-Azhar. Mesir merupakan negeri para ulama dan kiblat ilmu pengetahuan dunia Islam. Tercatat, terdapat 102 negara yang belajar di Al-Azhar. Saya juga mengucapkan selamat datang kepada para siswa dari Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Al-Azhar." Selain teknik apresiasi, teknik emotif yang digunakan Duta Besar adalah penggunaan bahasa-bahasa yang menciptakan kesan inklusivitas. Bahasa inklusif adalah penggunaan kata yang 72
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
bertujuan untuk memastikan bahwa semua anggota masyarakat diperlakukan dengan penghormatan yang sarna dan tidak ada kelompok yang diabaikan atau direndahkan (Malcolm, 2013). Sebagai contoh, pada saat Duta Besar Indonesia untuk Damaskus berbicara pada Forum Rekonsiliasi lrak, yang dihadiri oleh kalangan Suni dan Syiah yang sedang bertikai, Duta Besar dalam sambutan pembukaannya setelah salam mengucapkan ~IS' ulJ ~i ul. Dengan menyampaikan hal tersebut, Dubes selain tidak ingin mendefinisikan dirinya sebagai bagian dari salah satu kelompok saja, ia juga ingin menggambarkan bahwa di Indonesia bersama semua kalangan dan kelompok, permasalahan Sunni-Syiah tidak menjadi permasalahan yang berarti dan keduanya bisa hidup berdampingan secara damai. Tepat 1 minggu setelah pertemuan, seorang tokoh suni dating ke KBRI Damaskus, dan memberikan apresiasi dan rasa bangga kepada Indonesia. Selang 2 hari, seorang ulama senior Syiah juga datang dan menyampaikan hal yang sarna. 3. Teknik untuk membuat audien merasa pesannya beralasan dan logis Sebagai teknik untuk mendukung agar pendengar percaya dan merasa bahwa pesan yang disampaikan bersifat logis dan beralasan, para Duta Besar menggunakan angka-angka statistika. Seperti yang disampaikan Duta Besar RI untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi pada Resepsi Diplomatik Peringatan HUT RI ke 67 berikut ini. "Dalam dua tahun terakhir, lanjutnya, transaksi dagang kedua negara mengalami tren kenaikan, dimana pada tahun 2011 sampai pada titik 1,59 milliar dollar AS. Hal itu naik sebesar 54,7% dibanding tahun 2010 yang mencatat transaksi sebesar 1,07 miliar dollar AS. Di samping itu, investasi Indonesia di Mesir mencapai 200 juta dollat AS. Ini merupakan peran nyata Indonesia untuk turut menggerakkan roda perekonomian Mesir. Selain itu, Indonesia memiliki lebih dari 300 macam budaya dan warisan tradisional serta sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia akan senantiasa meningkatkan hubungan di bidang kebudayaan dengan Mesir sebagai negara yang kaya peradaban." Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
73
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
4. Komunikasi Efektif Komunikasi efektif ditunjukkan antara lain dengan adanya unsur keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan dalam pesan yang disampaikan (DeVito, 2006). Para Diplomat Indonesia di Timur Tengah. telah menunjukkan hal-hal tersebut dalam komunikasi diplomatik yang dilakukannya. a. Keterbukaan Berikut ini contoh aspek keterbukaan ditunjukkan dalam pidato sambutan yang disampaikan oleh wakil Grand Syaikh AI-Azhar, Cairo saat menyambut kunjungan Presiden RI. "Saya akan menerima dengan tangan terbuka jika Presiden akan menambah pembangunan asrama di lokasi yang lain. Saya juga senang jika kelak ada penambahan murid bam yang akan belajar di AI-Azhar." Keterbukaan juga ditunjukkan oleh pihak Qatar National Bank (QNB) Group yang menyampaikan kesiapannya untuk mengadakan pertemuan dengan misi-misi dagang dari Indonesia yang berkunjung ke Qatar, untuk melihat berbagai peluang kerja sarna ekonomi di masa datang. b. Dukungan Komunikasi efektif juga dapat dinyatakan dalam bentuk dukungan. Berikut ini pemyataan dukungan Rektor Al Azhar terhadap pembangunan asrama mahasiswa di Cairo. ~.
~l>:.) .. ~ ~ J.l.i':J JWI ~.r...\A; f> }o1 1 wl>.~ l>:.:'; VL...·~ J ~..uIJ y'.>\,6.JI
:.f-
CJ..r-o
uJ) ~~
i..l9J
:.;
4S')~ ·i")L..'j1
Dan berikut ini pemyataan yang menyebutkan dukungan Duta Besar RI untuk Mesir terhadap pembangunan asrama mahasiswa tersebut dan apresiasinya kepada AI Azhar. VL.. ~ Y
~~ :.; U:!.tYI ~-*" 0f ''-.> jl,; )f ,.;::A-ll
Jl;
.. ~\ :.; ~j o~l; ~I~l j>.-i rY L,.:,.rP- '4/")L.. 'jl ~ WI ~ 4))>.f> j':J\ wl>.-
74
Jw.i rY ~ J.l.il :.; o-UI)I o~\A.lI rY --4..w1 ..:;.J..llJ 4..ii ...IS'iJ INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Politik
~I ~~ J J..JI ~IY' .~ ~
vL-..U.( f
J.>- ~f'
~i pi-ll
.J.?J
41>- .;>.c>- JJi t..Jj c:' ~i~ ~IJ ,y")\.bll
L......i. oljl - -J
.'~ ~\ ~I • J. I . ~ II ~ ,~..u ~ ~ ~ .
.J~I ~ ( f ~6:-J'~ ~ Dalam sambutan di atas, Duta Besar RI Cairo menyampaikan apresiasinya kepada AI Azhar, bahwa banyak para pemimpin di Indonesia yang lahir dari perguruan tinggi al Azhar. Pemyataan ini sebagai bentuk apresiasi untuk terjalinnya hubungan baik dan berkesinambungan.
J. Kesimpulan Peranan Bahasa Arab dalam misi dan pelayanan diplomatik sangat besar antara lain dalam bentuk courtesy call, penyelenggaraan kegiatan, partisipasi kegiatan intemasional, kerjasama dan fasilitasi kerja sarna, pembangunan sarana fisik, dan solidaritas sosial. Dari segi analisis kebahasaan, dalam pidato diplomatik terdapat (1) Stratifikasi dengan menggunakan istilah-istilah khusus untuk penyebutan Ularna, Presiden, Duta Besar, dan Menteri, (2) Permohonan dalam menyampaikan pendapat agar tidak rnenimbulkan ketersinggungan dengan kalimat "perkenankanlah saya", dan (3). Bahasa persuasif dan komunikatif untuk mempengaruhi emosi lawan bicara sehingga audien merasa pesan beralasan, logis, dan dapat diterima . . K. Daftar Pustaka
Bao, W. Y., 2009, Diplomacy: Theory and Practice in Islam, International Islamic University Malaysia Press, Malaysia Berridge, G.R., 2002, Diplomacy: Theory and Practice. Penerbit Palgrave. Amerika Serikat Bremer,J., 2005, OurDiplomats'ArabicHandicap. The Washington Post Sunday, http·llwww.washingtonpost.com/wp-dyn! content/article/2005!} O/15! AR20051 01 5001 04 btmJ, direvisi tanggal 16 Oktober 2005, diakses 21 September 2012
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
75
Abdul Mukhlis dan Anizar Masyhadi
Burhanudeen, H., 2006, (Diplomatic Language: An Insight from Speeches Uses in International Diplomacy." Akademika 67 (fanuari) 2006: 37-51 Edzard, L., 1996, "Stylistic Elements in The Use of Arabic as Language in Diplomacy: Recent Development in United Nations Context" Die Welt des Islams New Series, Vol. 36, Issue 1, Mar., 1996 KBRI Cairo, 2012, Bahas Masalah Kemahasiswaan, Dubes R1 Temui Grand Syaikh Al-Azhar, http'!/www kemlu go id!cairo! Pages!Embassies aspxt IDP=264&J=id, direvisi tanggal3 April 2012, diakses 9 Februari 2013 KBRI Cairo, 2013, Presiden RI Hadiri KTT OKI ke-12 di Cairo. http-l!WWVI kemJu go id!cairo/PagesiEmhassies aspxt JDP=304&J=jd direvisi tanggal 7 Februari 2013, diakses 9 Februari 2013 Klavins D (2011) Understanding the Essence of Modem Diplomacy. Proceeding The ICD Annual Academic Conference on Cultural Diplomacy 2011. Available at http://www cultural diplomacy. orgl culturaldiplomacynews!participant -papers/201'1 -12cdacilInderstanding-the-Fssence-of-Modern-DiplomacyDidzis-Klavins pdf, direvisi 2011, diakses 22 September 2012 Kurbalija, J. dan Slavik, H., 2001, Language and Diplomacy. Diplo Projects, Mediterranean Academy of Diplomatic Studies, University of Malta, 2001 Kurbalija, J., 2003, WSIS and The Emerging Language OfICT Diplomacy. http://cyber law.harvard.edu/wsis/Kurbalija.html [direvisi 2003, diakses tanggal 19 September 2012] Malcolm, M., 2013, Define Inclusive Language. Available at http·11 \VWW ehow com !about 6576072 define-inclusive-language html, direvisi 2013, diakses 10 Februari 2013 Melissen, J., 2006, Public Diplomacy Between Theory and Practice. Paper Available at.bttp:llwww.clingendael nli publicationsi2006/2006'1 200 cdsp papecmelissen.pdf [Updated 2006, accessed 22 Septembeer 2012] Shahid, 1., 1986" Arabic literature to the end of the IImayyad period, Journal of the American Oriental SOciety, Vol 106,
76
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Bahasa Arab dalam Retorika dan Diplomasi Pelitik
No.3, p.531 Simpson]A dan Weiner ESC, 1991, The OxfordEnglisb Dictionary. Oxford University Press, USA Tickingmind, 2012, Language Analysis. Available at bttp·/1www tickingmind com aul upJoads/40084/ufiles/Revisioni Language Analysis - Study=Notes pdf, direvisi 2013, diakses 9 Februari 2013. Wikipedia, 2013, Courtesy call. bttp:llen.wikipedia.org/wikil Courtesy call, direvisi 2013, diakses 9 Februari 2013.
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 53-77
77