Diplomasi
No. 67
TABLOID
Tidak Untuk Diperjualbelikan
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Media Komunikasi dan Interaksi
Tahun VI
Tgl. 15 Agustus - 14 SEPTEMBER 2013
www.tabloiddiplomasi.org Email:
[email protected]
Diaspora Bagian Penting
Diplomasi Indonesia
Sahabat Presiden ISSN 1978-9173 www.tabloiddiplomasi.org
9
771978 917386
Rayakan Demokrasi Indonesia
APEC INDONESIA 2013
Diplomasi TABLOID
Daftar Isi >4
Media Komunikasi dan Interaksi
Fokus UTAMA
Kongres diaspora indonesia II
Mendorong Kemajuan Pembangunan Indonesia
>5 >6 >7 >8
Fokus UTAMA
diaspora bagian penting diplomasi indonesia
Fokus UTAMA
Kekuatan Diaspora Sebagai Fenomena Global
Fokus UTAMA Mensinergikan Komunitas Global Diaspora
Fokus
diaspora belum dimanfaatkan secara optimal
>9
Kongres Diaspora Indonesia iI
>
Menko Perekonomian : Diperlukan Sinergi Diaspora Dengan Pemerintah
10
Fokus Melampaui Harapan
Fokus
18
LENSA
Mendagri Suriname: ‘Jejak’ Indonesia, Bukti Eksistensi Global Bangsa
FOKUS
11
sorot
12
Menlu Marty: Semangat Diaspora Sejalan dengan Politik Luar Negeri RI
Peran Diaspora Dalam Memajukan Indonesia Di Pentas Global
sorot
13
sorot
16
sosok
BJ Habibie Berbagi Pengalaman Dengan Diaspora
Pembuat Desain Semikonduktor Terbesar Ketiga Di dunia
20
semangat Diaspora Untuk Memajukan Ekonomi Indonesia
lensa
Sahabat Presiden Rayakan Demokrasi Indonesia
21
Surat Pembaca Assalamualaikum wr.wb. Dengan Hormat, Kepada Bapak / Ibu dan pihak-pihak terkait lainnya, kami dari pihak keluarga memohon dengan sangat bantuannya untuk dapat memulangkan TKI Overstayers (WNIO) a.n Sutiyama dengan alasan TKI a.n SUTIYAMA Ingin Segera Pulang Ke Tanah Air dan Keluarga Besar Sangat mengharapkan kedatangannya Di Kampung Halaman, sedangkan kondisi saat ini yang bersangkutan tidak dapat pulang karena tidak tahu bagaimana caranya, masa berlaku paspor habis, dokumen TKI dibawa Majikan. Untuk lebih jelasnya kami sampaikan surat dan dokumen pendukung terlampir dalam
email ini. Atas perhatian dan bantuan yang bapak/ ibu berikan, kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah S.W.T. membalas kebaikan bapak/ibu. Wassalammualaikum wr.wb. Salam Hormat Soenardi Redaksi- Terimakasih, surat saudara akan kami sampaikan kepada Direktorat BHI & WNI Kemlu yang berkaitan langsung terhadap penanganan masalah Tenaga Kerja Indonesia. Terimakasih.
Saya Afrilia ingin menanyakan apakah tabloid diplomasi terbit juga di Jawa Timur, khususnya daerah Sidoarjo- Surabaya? Karena jika ada saya ingin berlangganan tiap bulan. Thank's. Mohon balasanya segera. Redaksi- Tabloid Diplomasi hanya diterbitkan di Jakarta oleh Direktorat Diplomasi publik (Diplik) Kemlu. Tabloid Diplomasi tidak diperjual belikan, untuk mendapatkan silahkan menghubungi Direktorat Diplomasi Publik. Terimakasih.
PELINDUNG Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik
Catatan Redaksi Tema utama yang disajikan dalam Tabloid Diplomasi edisi Agustus-September 2013 kali ini adalah mengenai Diaspora Indonesia. Tahun ini, Diaspora Indonesia menyelenggarakan Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta dengan tema “Pulang Kampung” pada tanggal 18-20 Agustus 2013. Kongres ini membahas empat agenda utama yang mengedepankan mengenai kontibusi konkrit dan positif para Diaspora Indonesia di seluruh dunia bagi Tanah Air. Indonesia ternyata memiliki jumlah diaspora yang cukup besar dan tersebar di seluruh dunia, ini merupakan potensi yang besar dan memiliki peran penting bagi Indonesia. Bekerjasama dengan beberapa pihak, Kementerian Luar Negeri RI dan Indonesian Diaspora Network (IDN) menyelenggarakan serangkaian Seminar dan Workshop dengan menghadirkan para ahli dan narasumber yang relevan. Kongres Diaspora Indonesia ke-2 juga merupakan momentum bagi para Diaspora Indonesia di seluruh dunia untuk menjalin konektivitas, mempererat interaksi dalam jejaring, memperluas kesempatan, dan mengupayakan kemajuan bersama untuk Indonesia dan segenap diasporanya. Dalam edisi kali ini, Tabloid
Diplomasi juga menampilkan profil Diaspora Indonesia yang meraih sukses di manca Negara dan bisa menjadi sumber inspirasi, tidak saja bagi Diaspora Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia di Tanah Air. Indonesia memiliki sejumlah diaspora yang ternyata memiliki reputasi tinggi di lingkup internasional, misalnya seperti Prof. Dr. BJ Habibie, Dr, Sri Mulyani Indrawati, Dr. Sehat Sutardja dan sejumlah pengusaha, seperti Fify Manan, Iwan Djunito dan lain sebagainya. Melengkapi tema utama tersebut, dalam edisi kali ini juga ditampilkan mengenai Duta Belia dan Presidential Friends of Indonesia (PFoI). Duta Belia yang merupakan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional terpilih untuk mengemban tugas negara ke China pada tanggal 22 Agustus 2013 guna mempromosikan Indonesia di Negara tersebut. Sebanyak 66 anggota Paskibraka tersebut sebelumnya mendapat pembekalan dari Kemlu RI, khususnya mengenai diplomasi publik, nasionalisme, NKRI dan kebangsaan, country profile RRT, protokol dan perlindungan Warga Negara Indonesia/Badan Hukum Indonesia sebelum mereka diberangkatkan ke China. Para Duta Belia Indonesia ini merupakan calon pemimpin Indonesia masa depan, karenanya diharapkan untuk terus menimba
Kepada Yth: Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI di Tempat Assalamualaikum Wr. Wb. Mengingat demikian pentingnya informasi mengenai perkembangan luar negeri dan upaya pemerintah dalam melakukan diplomasi baik bilateral maupun global, maka berharap untuk kiranya dapat dikirim setiap bulan tabloid Diplomasi. Demikian kiranya surat permohonan ini yang kami sampaikan, terima kasih banyak atas perhatian dan kebaikannya. semoga Allah Swt memberkahi dan meridhai Bapak Direktur Diplomasi publik beserta jajaran dibawahnya.
ilmu, membekali diri serta membangun jejaring dengan rekan-rekannya di luar negeri untuk meningkatkan dan mempertahankan kerjasama dengan berbagai pihak guna memenuhi kepentingan nasional Indonesia. Sementara itu, peserta Presidential Friends of Indonesia 2013 yang terdiri dari 10 peserta dari 10 negara dengan berbagai latar belakang, seperti negarawan, politisi, akademisi serta pengusaha, melakukan kunjungan ke Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Para peserta PFoI 2013 yang berasal dari negara Afrika Selatan, Australia, Fiji, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Myanmar, Papua Nugini, Serbia, dan Timor Leste ini memiliki nilai strategis dalam pemajuan politik luar negeri RI di negara bersangkutan. Selamat membaca.[]
Firdaus
Wassalamualaikum Wr. Wb. H. Mahir Mohamad Soleh, Lc Bidang Hubungan Luar Negeri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Mobile: 081214063355 Nb: Alamat Lengkap Dewan Da’wah: Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Jl. Kramat Raya No. 45 Jakarta 10540 Telp 021 - 3909059, 3900201 Fax 021 - 3103693, 3908203 Redaksi : Terimakasih, kami akan mengirim tabloid Diplomasi sesuai permintaan saudara.
PENANGGUNG JAWAB/PEMIMPIN REDAKSI Direktur Diplomasi Publik Direktur Informasi dan Media Sekretaris Direktorat Jenderal IDP REDAKTUR PELAKSANA Firdaus DEWAN REDAKSI Siuaji Raja Eni Hartati S. Ari Wardhana Azis Nurwahyudi Aji Setiawan Triyogo Jatmiko STAF REDAKSI Ainan Nuran Shirley Malinton Evan Pujonggo A.R. Aji Nasution Khariri Cahyono PENANGGUNG JAWAB DISTRIBUSI Tubagus Riefhan IqbaI Muji Lastari TATA LETAK DAN ARTISTIK Tsabit Latief Anggita Gumilar PENANGGUNG JAWAB WEBSITE Kistono Wahono Yulianto Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162, 3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035 Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I.
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected]
Diplomasi TABLOID
FOKUS utama
Media Komunikasi dan Interaksi
Kongres Diapora Indonesia II
Mendorong Kemajuan Pembangunan Nasional Upacara pembukaan Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta diseselenggarakan pada tanggal 19 Agustus 2013 di Assembly Hall Jakarta Convention Center (JCC). Acara dibuka dengan menampilkan tarian penyambutan ‘Lenggang Nyai’ yang dibawakan dengan apik oleh Abang dan None Jakarta, yang mendapat sambutan meriah dari sekitar enam ribu peserta yang hadir di acara tersebut. Selanjutnya seluruh hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Leo Mokodompit tampil sebagai lead singer bersama-sama dengan Paduan Suara Gita Bhuana Sekdilu Angkatan 37 Kemlu RI. Selepas menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara dilanjutkan dengan laporan Menteri Luar Negeri RI Dr. RM Marty Natalegawa kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Menlu Marty Natalegawa, menyatakan bahwa saat ini terdapat lima juta warga negara Indonesia yang hidup dan bekerja di luar negeri, sementara terdapat delapan juta diaspora di seluruh dunia. Menurut Menlu Marty hal ini bisa menjadi modal utama agar Indonesia bisa berkembang lebih baik dan menjadi bangsa yang maju di abad -21 yang bisa dicapai pada 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045. Acara disusul dengan pembacaan Deklarasi Diaspora Indonesia oleh perwakilan Diaspora Indonesia, yaitu oleh Edward Wanandi sebagai Presiden IDBC, Mohamad Al Arief sebagai Presiden IDN AS, Iwan Sunito sebagai wakil dari IDN Australia, Yusuf Agherdien sebagai wakil dari IDN Afrika Selatan, Brigjen Richard Rakotonirina sebagai wakil dari IDN Madagaskar, dan Kartini Salsilaningsih sebagai wakil dari IDN Qatar, dan setiap kali poin deklarasi disampaikan, seluruh peserta menyambutnya dengan gegap gempita.
04
Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono kemudian menyampaikan sambutannya dan selanjutnya membuka secara resmi perhelatan akbar Kongres Diaspora Indonesia ke-2 tahun 2013 yang ditandai dengan pemukulan kendang. Pada saat melakukan pemukulan kendang, Presiden SBY didampingi oleh Menlu RI Marty Natalegawa dan Dubes RI untuk AS, Dino Patti Djalal. Aplaus para diaspora dan segenap hadirin yang berada di Assembly Hall JCC segera memecah suasana ketika Presiden melakukan pemukulan kendang bertalu-talu. Sebagai penutup rangkaian acara Pembukaan KDI ke-2, para dihadirin disuguhkan dengan penampilan para penyanyi diaspora Indonesia, diantaranya Daniel Sahuleka dan Laya Pesolima yang mendapatkan sambutan meriah dari para hadirin. Sementara itu pada saat acara penutupan kongres yang diselenggarakan pada tanggal 20 Agustus 2013, disampaikan pemapa-
ran hasil-hasil Kongres Diaspora Indonesia ke-2 oleh para wakil dari masing-masing Gugus Tugas. Selanjutnya Ketua Desk Diaspora Indonesia, Duta Besar Wahid Supriyadi menyampaikan The 2nd Diaspora Outcomes dan Way Forward. Sebagai puncak acara pada penutupan KDI ke-2 adalah Inspirational Remarks yang disampaikan oleh Prof. Dr. BJ Habibie, dan dilanjutkan dengan presentasi dan pemberian Diaspora Awards kepada para Diaspora Indonesia yang dianggap sukses dan menjadi inspirasi bagi diaspora Indonesia lainnya. Dalam kesempatan tersebut, Ramadhan Pohan (Wakil Ketua Komisi I) juga menyampaikan sambutannya. Sambutan penutupan disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang sekaligus menutup KDI ke-2 2013 secara resmi. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menjanjikan untuk memfasilitasi rumusan kebijakan dalam 12 bidang yang dihasilkan dalam KDI
ke-2. Fasilitasi tersebut untuk memudahkan realisasi dari rekomendasi 12 bidang yang telah dibahas, dan untuk mendorong kemajuan perekonomian nasional yang saat ini sedang tumbuh pesat. Menurut Hatta Rajasa, Indonesia harus mampu menjadi penggerak dalam kompetisi yang keras, untuk itu perlu memanfaatkan sinergi dan jaringan dengan baik. Terkait hal ini penguasaan inovasi teknologi juga sangat penting dalam membangun ekonomi, dan jaringan diaspora yang ada dapat membantu untuk mewujudkan integrasi Indonesia dengan perekonomian global. Bagaimanapun Indonesia tidak boleh kalah dalam persaingan, maka mulai tahun 2014 Indonesia harus mulai membangun hilirisasi melalui inovasi dan tidak boleh ada bahan mentah yang di ekspor. Pada bagian akhir acara, sejumlah artis diaspora Indonesia mempersembahkan pertunjukan kesenian dan menyanyikan beberapa lagu karya diaspora Indonesia.[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS utama
Media Komunikasi dan Interaksi
presiden ri :
Diaspora instrumen Penting
Diplomasi Indonesia Tahun lalu, Kongres Diaspora Indonesia yang pertama diselenggarakan di Los Angeles. Kongres tersebut dihadiri lebih dari 2000 peserta, dan menghasilkan Deklarasi Diaspora Indonesia. Tahun ini, Kongres kembali mengukir sejarah karena untuk pertama kalinya mengajak diaspora Indonesia “mudik” ke tanah air. Dan diaspora kali ini hadir dalam jumlah yang lebih besar dibanding di Los Angeles - hampir 4.000 peserta. Ini sesuatu yang luar biasa karena saya tahu banyak diaspora yang datang dari jauh - dari Afrika, Amerika dan Amerika Latin. Kongres ini merupakan kesempatan yang berharga bagi para diaspora Indonesia dari berbagai belahan dunia untuk bertemu dan berkenalan dengan sesama diaspora. Teorinya sebenarnya sangat sederhana; jaringan, atau networking, adalah sumber kemajuan dan peluang - semakin banyak jaringan yang terjalin, semakin banyak pula peluang yang timbul. Karena itu, manfaatkanlah kesempatan Kongres ini untuk saling mengenal dan mengembangkan jaringan yang dapat menguntungkan kita semua. Dari perhelatan besar ini, mudah-mudahan dapat dipahami bahwa Indonesia bukan saja suatu bangsa, namun juga adalah warisan budaya. Indonesia is not just a country. It is also a heritage. Warisan budaya ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Afrika Selatan, konon ada 1 juta orang yang berdarah Melayu, sebagian besar dari Indonesia. Disana, pejuang asal Makassar, Syeikh Yusuf telah diakui sebagai pahlawan nasional Afrika Selatan karena perjuangannya yang gigih melawan apartheid. Bahkan disana ada kota kecil bernama “Maccasar”. Di Malaysia, selain 2 juta lebih warga Indonesia disana, banyak jutaan lagi warga bumiputera Melayu yang merupakan keturunan Indonesia. Di Madagaskar, sedikitnya 70% dari 22 juta penduduknya diperkirakan berdarah Indonesia. Di Suriname, jumlahnya sekitar 15%. Di Belanda, konon ada 1 juta orang yang berdarah Indonesia. Di Timor Leste 15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
dan di Kaledonia Baru, proporsi orang keturunan Indonesia juga tinggi. Saya yakin, di semua tempat ini Indonesian heritage memperkaya khasanah budaya negara-negara tersebut, dan menjadi aset yang menyuburkan persahabatan antar bangsa. Di semua tempat ini, heritage Indonesia menjadi sinar budaya yang luhur, santun, dan menghargai kebhinekaan, namun keras berjuang demi keadilan. Kongres ini juga merupakan kesempatan yang langka bagi rakyat Indonesia di tanah air untuk menyadari dan melihat profil diaspora Indonesia yang sebenarnya. Profil diaspora ini masih belum sepenuhnya dipahami di tanah air. Sebagai suatu komunitas global yang besar, yang terdiri dari ratusan komunitas yang tersebar di berbagai kota, negara dan benua, yang jumlah totalnya mungkin sebanding dengan penduduk kota Jakarta. Sebenarnya, potensi Diaspora Indonesia ini tidak lepas dari tampilnya kekuatan “diaspora” sebagai fenomena global. Menurut PBB, kini ada sekitar 215 juta orang yang bekerja di luar negara kelahirannya - sama besarnya dengan jumlah penduduk Brazil. Setiap tahun, sekitar 2 juta orang dari dunia berkembang pindah untuk belajar, bekerja atau berbisnis di negara lain. Dan umumnya mereka terus memelihara ikatan batin dengan negara asalnya. Devisa yang dikirim oleh diaspora secara global mencapai sekitar 500 milyar dollar AS. Jumlah devisa yang diterima negara-negara berkembang dari diaspora, tiga kali lebih besar dari bantuan yang diberikan negara-negara maju. Karena itulah, dalam menentukan strategi pembangunan ke depan, Pemerintah Indonesia mau tidak mau perlu mempunyai “strategi diaspora”, agar dapat memanfaatkan aset, jaringan dan brain power yang dimiliki diaspora Indonesia. Disinilah letak strategis Kongres Diaspora kali ini di Jakarta. Kalau dalam Kongres pertama telah berhasil menyulut semangat dan identitas diaspora Indonesia, maka
No. 67 Tahun VI
dalam Kongres kedua ini harus bisa bisa menjelmakan SEMANGAT menjadi SINERGI. Sinergi antara segala potensi dan aset diaspora dengan segala potensi dan aset di Indonesia. Sinergi antara peluangpeluang yang ada di Indonesia dengan peluang-peluang yang ada dalam jaringan diaspora Indonesia. Menurut saya, ada tiga bentuk sinergi yang dapat diupayakan melalui Kongres ini. Pertama, sinergi di antara komunitas-komunitas diaspora secara global. Dalam satu tahun terakhir, telah terjadi proliferasi Indonesia Diaspora Networks secara global. Sampai saat ini sudah terbentuk 55 chapter Indonesian Diaspora Networks di 26 negara. Ini adalah pertanda betapa gesit dan semangatnya dalam merintis gerakan diaspora yang baru lahir ini. Tantangannya adalah bagaimana cabang-cabang IDN tersebut dapat merumuskan suatu mekanisme interaksi dan kerjasama yang substantif. Selain itu, gerakan diaspora juga perlu sebanyak mungkin menyerap dan merangkul jutaan diaspora Indonesia yang masih belum terjangkau. Pembentukan database berbasis on-line bernama Diaspora Network Brain Bank yang kini sudah operasional. Brain Bank ini dapat menjadi sumber data yang dapat menampung dan menggiatkan brain power diaspora Indonesia. Sinergi Kedua yang perlu dicapai adalah antara diaspora dengan Pemerintah, baik Pusat maupun daerah. Baik Pemerintah maupun diaspora sama-sama mempunyai aset, modal, jaringan dan peluang. Mudah-mudahan dalam Kongres ini, diaspora dapat melihat sendiri kemajuan Indonesia yang pesat sebagai emerging economy dunia. Kalau mencari peluang bisnis, simaklah Master Plan Pembangunan Indonesia yang bernama MP3EI, yang akan membentuk enam koridor pertumbuhan di Indonesia, yang akan didukung investasi total sebesar 4.012 trilyun rupiah atau sekitar US$400 milyar dan mengundang diaspora untuk mengambil bagian dari rencana besar bangsa Indonesia ini. Dalam kaitan ini, saya senang
bahwa Pemerintah telah menepati apa yang saya janjikan kepada Kongres di Los Angeles tahun lalu: yakni memberikan kemudahan visa bagi diaspora yang sudah tidak lagi menjadi WNI dan memungkinkan mereka untuk dengan mudah memiliki Kartu Izin Tinggal Tetap (Permanent Resident). Hal ini sudah terlaksana melalui pengesahan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2013. Saya juga telah menginstruksikan kapasitas kantor Desk Diaspora Indonesia dapat terus ditingkatkan, baik dari segi personel, anggaran dan perangkat, agar dapat membantu melayani jutaan diaspora Indonesia. Namun kebijakan diaspora Pemerintah akan gagal kalau hanya bersifat sektoral saja. Disini, saya meminta seluruh jajaran Pemerintah untuk “diaspora minded”, selalu proaktif dan responsif terhadap tawaran kerjasama, dan jeli menangkap peluang yang diulurkan oleh diapora. Pemerintah perlu lebih teliti mempelajari potensi diaspora. Saya senang sekali bahwa diaspora Indonesia dari Belanda kini sedang aktif menjalin kerjasama dengan Pemda DKI untuk membangun inovasi “kampung vertikal” yang hijau dan ramah lingkungan. Sinergi Ketiga adalah antara diaspora dengan masyarakat di tanah air. Tidak semua kerjasama harus melalui Pemerintah. Dalam era globalisasi, kita sepenuhnya menyadari realita bahwa arus interaksi antar masyarakat justru lebih intensif daripada arus antar Pemerintah. Saya sungguh berharap agar Kongres Diaspora Indonesia ini tidak berhenti di sini, tetapi dapat terus dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Diaspora is remarkable community yang saya yakini dapat ikut membangun remarkable Indonesia.[]
05
Diplomasi TABLOID
FOKUS UTAMA
Media Komunikasi dan Interaksi
Kongres
Diaspora Indonesia II
Kekuatan Diaspora
Sebagai Fenomena Global Tahun ini Kongres Diaspora Indonesia kembali digelar untuk yang kedua kalinya setelah sebelumnya dilaksanakan di Los Angles, Amerika Serikat tahun lalu. Sampai saat ini, Jaringan Diaspora Indonesia pada level nasional telah berdiri di lebih dari 20 negara, mulai dari Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Australia. Data Kementerian Luar Negeri Indonesia, menunjukan lebih dari 4,6 juta warga Indonesia berada di luar negeri.
Selain itu, ada pula warga negara asing asal Indonesia yang berjumlah jutaan orang dan mereka tinggal di negara-negara seperti Suriname, Afrika Selatan, Madagaskar, Kaledonia Baru, dan negara-negara lainnya, yang kemudian membentuk jaringan diaspora Indonesia yang kuat. Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta dirancang untuk melaksanakan program-program nyata yang menghubungkan ujung tombak diaspora dengan berbagai elemen di Indonesia. Lebih dari 10 gugus tugas telah dibentuk untuk membahas beragam permasalahan yang sangat strategis dan penting, yaitu jaringan bisnis, budaya, transfer pengetahuan, kegiatan filantropis, kemitraan publik-swasta, dan hubungan profesional. Tahun lalu, para diaspora Indonesia menyalakan api sejarah dengan menyelenggarakan Kongres Diaspora Indonesia (KDI) pertama di Los Angeles. Kongres tersebut dihadiri lebih dari 2.000 peserta. Tahun ini, Kongres diadakan di JCC Senayan, Jakarta, pada tanggal 1820 Agustus. Tahun ini, diaspora yang hadir dalam gelaran Kongres Diaspora Indonesia ke-2 mencapai sekitar 4.000 peserta. Kongres kali ini menjadi ajang bagi para diaspora Indonesia dari berbagi belahan dunia untuk membangun networking. Semakin banyak jaringan atau networking yang terjalin, semakin banyak pula peluang yang tercipta.
06
Profil Diaspora Indonesia sebagai suatu komunitas global yang besar, terdiri dari ratusan komunitas yang tersebar di berbagai kota, negara dan benua, yang jumlahnya mungkin sebanding dengan penduduk kota Jakarta, sampai saat ini masih belum sepenuhnya dipahami masyarakat. Profil Diaspora Indonesia sangat beraneka-ragam, namun pada umumnya mereka mempunyai ikatan batin dengan Indonesia. Mereka merupakan suatu komunitas dinamis yang padat ilmu, padat modal, padat jaringan, padat budaya, dan padat karya. Diaspora Indonesia memiliki begitu banyak sosok yang menjadi sumber inspirasi, seperti misalnya Sehat Sutarja, yang berhasil meraih gelar Doktor dari UCLA Berkeley, membangun perusahaan IT raksasa Marvell di Silicon Valley dan kemudian menguasai dua pertiga dari industri semi-konduktor dunia. Selanjutnya juga ada sosok Sri Mulyani, putri terbaik Indonesia yang menjabat sebagai Managing Director Bank Dunia. Disamping itu juga ada 2,5 juta sosok TKI informal di luar negeri yang bekerja keras membanting tulang dan selalu mengirim uang untuk membantu keluarganya di Tanah Air, dengan nilai tidak kurang dari 7,1 milyar dolar AS. Potensi Diaspora Indonesia tidak lepas dari tampilnya kekuatan diaspora sebagai fenomena global. Menurut data PBB, saat ini ada sekitar 215 juta orang yang bekerja di
luar negara kelahirannya, atau setara dengan jumlah penduduk Brazil. Setiap tahun, sekitar 2 juta orang dari dunia berkembang pindah untuk belajar, bekerja atau berbisnis di negara lain, dan umumnya mereka terus memelihara ikatan batin dengan negara asalnya. Devisa yang dikirim oleh diaspora secara global mencapai sekitar US$ 500 miliar. Jumlah devisa yang diterima oleh negara-negara berkembang dari diaspora mereka nilainya lebih besar tiga kali lipat dari jumlah bantuan yang diberikan negara-negara maju kepada negara-negara berkembang. Karena itu, dalam menetapkan strategi pembangunan Indonesia ke depan, Indonesia perlu memiliki ”strategi diaspora”, agar dapat memanfaatkan aset, jaringan dan brain power yang dimiliki oleh Diaspora Indonesia. Pada saat membuka KDI ke-2, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memaparkan tiga strategi untuk memajukan Diaspora Indonesia. Strategi pertama, adalah mewujudkan sinergi di antara komunitaskomunitas diaspora secara global. Hal ini mengingat bahwa dalam satu tahun terakhir telah terjadi proliferasi Indonesia Diaspora Networks (IDN) secara global. Saat ini sudah terbentuk sebanyak 55 Chapter Indonesian Diaspora Networks di 26 negara, dan menurut Presiden SBY hal ini merupakan pertanda betapa gesit dan semangatnya Diaspora Indonesia dalam merintis gerakan diaspora
yang baru lahir ini. Tantangannya, tentu saja adalah bagaimana cabang-cabang IDN tersebut dapat merumuskan suatu mekanisme interaksi dan kerjasama yang substantif. Selain itu, gerakan diaspora juga perlu sebanyak mungkin menyerap dan merangkul jutaan diaspora Indonesia yang masih belum terjangkau, papar Presiden SBY. Dalam pidato pembukaannya, Presiden SBY menyampaikan penghargaannya atas pembentukan database berbasis online berupa Diaspora Network Brain Bank yang saat ini sudah mulai dioperasionalisasikan. Presiden berharap agar Brain Bank ini dapat menjadi sumber data yang dapat menampung dan menggiatkan brain power Diaspora Indonesia. Strategi ke-2, adalah melakukan sinergi antara diaspora dengan Pemerintah, baik Pusat maupun daerah, karena baik Pemerintah maupun diaspora sama-sama mempunyai aset, modal, jaringan dan peluang. Strategi ke-3 adalah melakukan sinergi antara diaspora dengan masyarakat di Tanah Air, mengingat dalam era globalisasi, arus interaksi antar masyarakat justru lebih intensif daripada arus antar pemerintah. Presiden SBY menyampaikan kegembiraanya atas adanya MOU antara KADIN dan Indonesia Diaspora Business Council (IDBC) yang dipimpin oleh Edward Wanandi, dan HIPMI yang juga sangat aktif merangkul pengusaha diaspora. Selain Business Council, berikutnya juga ada program “computer for schools”, sumbangan dari diaspora yang mampu kepada sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air, dan program “quarter a day”, yaitu anak-anak diaspora menabung 25 cents per hari untuk kelak disalurkan kepada anak-anak sekolah dari keluarga miskin di Indonesia.[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS UTAMA
Media Komunikasi dan Interaksi
Mensinergikan
Komunitas Global Diaspora Dubes Dino Patti Djalal
Ada lebih dari 3.800 Diaspora yang hadir di kongres kali ini. Lebih dari target panitia yang mematok angka 3.000 peserta. Kongres ini bertujuan agar orang-orang yang berdarah dan berjiwa Indonesia yang ada di luar Indonesia dapat menjadi suatu komunitas global yang besar, dan bersinergi dengan Tanah Air. Diaspora Indonesia terdiri dari WNI dan warga negara asing, bahkan ada juga WNI yang telah beralih kewarganegaraan. Sekalipun demikian, ada satu kesamaan dari mereka: cinta Indonesia. Ada kaitan batin yang kuat. Profesi para diaspora pun beragam, mulai dari akademisi hingga pengusaha, dan mereka semua perlu dihubungkan satu sama lain. 15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Makanya kami mengadakan kongres ini. Tujuan dari kongres ini adalah, pertama, dalam rangka menjadi komunitas global yang besar. Dalam setahun terakhir saja, sejak kongres di Los Angeles 2012 telah terbentuk sekitar 47 cabang Indonesia Diaspora Network. Itu dalam waktu setahun. Ada yang di Kazakhstan, Swedia, Yunani, Amerika, Australia, dimana-mana. Sungguh luar biasa perkembangannya. Sekarang tinggal bagaimana aset-aset dan peluang yang mereka miliki bisa dipadukan dengan aset dan peluang yang ada di Tanah Air. Yang saya senang, semuanya positif sekali. Semua tokoh-tokoh inspiratif muncul. Yang tidak pernah mun-
No. 67 Tahun VI
cul sebelumnya, atau yang dulu di bawah radar, sekarang ini muncul. Saat ini sudah ada Indonesia Diaspora Business Council. yang terbentuk sekitar dua-tiga bulan setelah kongres di LA. Sekarang sudah ada nota kesepahaman (MoU) dengan Kadin, dan juga akan ada kerja sama dengan Hipmi. Kalau bisnis, menurut saya lebih gampang, karena mereka adalah orang-orang yang semuanya mencari peluang. Yang penting mereka kita pertemukan saja, dari sana sudah timbul 1.000 peluang. Orang bisnis biasanya begitu. Peran diaspora terhadap pengembangan bisnis suatu negara memang sangat signifikan. Kita lihat misalnya China, apa yang
membuat reformasinya sukses? Itu karena mereka menggunakan diaspora, seperti di Hong Kong, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan lainnya. India juga sejak tahun 1990an, reformasinya sukses karena mereka menarik diaspora mereka. Tidak dapat dipungkiri Diaspora Indonesia di Amerika akan berperan penting, karena Indonesia Diaspora Business Council basisnya di sana. Tapi di Australia, sekarang ini juga ada Iwan Sunito, raja properti di Sydney. Sementara adiknya adalah pengusaha peternakan yang mempunyai wilayah yang besarnya mencapai tiga kali pulau Bali. Kita tidak pernah tahu ini sebelumnya, tapi mereka mulai muncul. Dan mereka mulai melirik Indonesia dan melirik peluang-peluang yang ada di tanah air. Kalau ini kita garap dengan baik, maka pembangunan ekonomi Indonesia dalam 5-10 tahun ke depan akan luar biasa besarnya. Sebagai contoh, di AS, pendapatan rata-rata (median income) sebesar US$ 49 ribu pertahun. Sementara itu pendapatan rata-rata Diaspora Indonesia sebesar US$ 59 ribu. Jadi, US$ 10 ribu lebih tinggi dari median income orang Amerika. Itu berarti potensinya memang luar biasa, dan kalau kita garap dengan baik, akan sangat bermanfaat. Seperti Sehat Sutardja, dia lama sekali meninggalkan Indonesia dan lama tidak ada hubungan dengan Indonesia. Tapi sekarang dia sudah kembali ke Tanah Air. Dia adalah salah satu pemilik industri IT terbesar di dunia. Dua per tiga dari industri semi konduktor dunia itu di bawah perusahaannya. Dia sudah bilang akan membantu dan sekarang ini kami sedang bahas bersamasama. Kami akan pertemukan dia dengan para pemimpin industri IT dan mudah-mudahan akan terjadi ide-ide baru.Yang lain, misalnya di Amerika, ada Tony, suami Sri Mulyani, dia mendirikan koperasi dan mengimpor kerupuk, sambal, makanan kecil untuk dapur, dan itu sangat laku sekali di Amerika. Itu tentunya sangat baik bagi diaspora, koperasi, masyarakat di sana, dan bagi pedagang-pedagang kita di dalam negeri.[]
07
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Diaspora :
KOMPONEN STRATEGIS Dalam Kebijakan Pembangunan Pada acara pembukaan Kongres Diaspora ke-2 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Presiden SBY menambahkan pentingnya membawa Kongres Kedua ini dalam semangat Sinergis. Sinergitas dilakukan dengan memanfaatkan jaringan antar Diaspora Indonesia di luar negeri yang telah terbentuk paska pelaksanaan Kongres Diaspora Pertama di Los Angeles, Amerika Serikat pada 2012, antara Diaspora dengan Pemerintah RI, serta antara Diaspora dengan masyarakat Indonesia di tanah air. Pentingnya keberadaan Diaspora bagi
pembangunan bangsa dan negara perlu didukung dengan kebijakan pemerintah yang ”Diaspora Minded”. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Keimigrasian, sebagai salah satu cara untuk memudahkan para Diaspora Indonesia yang ingin ke Indonesia. Jangan perlakukan Diaspora Indonesia sebagai orang asing. Diaspora Indonesia, menurut Presiden SBY, merupakan aset dan mitra pemerintah dalam
pembangunan. “Ini ditunjukkan dengan hadirnya delegasi Diaspora indonesia pada Pidato Kenegaraan Presiden di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)”, ungkapnya. Sama halnya dengan pemerintah pusat, Perwakilan Indonesia di luar negeri pun diharapkan memiliki pemahaman yang sama mengenai arti penting Diaspora Indonesia. (Sumber : Dit. Infomed/Karina/Rio/ed MAH).[]
Diaspora Belum Dimanfaatkan Secara Optimal Kementerian Luar Negeri RI membentuk 11 kelompok kerja atau satuan tugas (task force) pada Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta yang membidangi kajiankajian strategis menyangkut keberadaaan Diaspora Indonesia di seluruh dunia. Menurut Kepala Desk Diaspora Indonesia (DDI), Duta Besar Wahid Supriyadi, Indonesia belum memanfaatkan keberadaan diaspora secara optimal. Oleh karena itu dengan adanya `task force` akan membuka kesempatan untuk melakukan kajian atas isu-isu strategis terkait Diaspora sekaligus mengenalkan diaspora kepada masyarakat luas. Kelompok-kelompok kerja tersebut akan mengkaji isu-isu yang erat kaitannya dengan kehidupan diaspora seperti livable cities, pen-
08
didikan, imigrasi dan dwi kewarganegaraan, public health care, energi, inovasi dan teknologi, bisnis dan investasi, kedirgantaraan, green economy, ketenagakerjaan, imigrasi dan kewarganegaraan, serta kuliner. Kajian mengenai status dwi kewarganegaraan, hingga saat ini masih menjadi topik utama yang dibahas oleh Diaspora Indonesia bersama-sama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Bidang Politik Hukum dan Keamanan. Optimalisasi pemanfaatan keberadaan diaspora Indonesia untuk pembangunan nasional perlu didukung dengan regulasi pemerintah Indonesia mengenai masyarakat diaspora. “Ada beberapa kasus seperti ketika WNI ingin berinvestasi dianggap warga asing karena sudah lama menetap di luar negeri, akibatnya regulasinya juga disesuaikan untuk warga asing. Padahal banyak diaspora Indonesia di luar negeri yang amat mencintai Indonesia, dibanding Warga negara di dalam negeri yang malah terjebak dengan korupsi,” papar Duta Besar Wahid
Supriyadi. Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 8-10 juta diaspora di seluruh dunia. Diaspora memiliki tiga kategori pengertian, yakni; para WNI yang berada di luar negeri; para keturunan orang Indonesia yang berstatus warga negara lain, atau para mantan WNI yang pindah kewarganegaraan; serta orang yang sama sekali bukan orang Indonesia tetapi punya kepedulian dan kecintaan terhadap Indonesia. KDI ke-2 di Jakarta diselenggarakan dalam rangka mensinergikan beberapa hal positif dari para Diaspora Indonesia yang menyebar di seluruh penjuru dunia. Kongres yang bertemakan “Pulang Kampung” ini merupakan upaya Kemlu RI bekerjasama dengan pihak-pihak terkait agar para Diaspora Indonesia bisa berkontribusi langsung pada tanah airnya Indonesia di berbagai bidang kehidupan. Suriname, Amerika Serikat, Belanda, Rusia, Jerman, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, dan Australia merupakan negara-negara dimana diaspora Indonesia cukup menonjol keberadaannya.
Selain di negara-negara tersebut, diaspora Indonesia berada hampir di seluruh negara di dunia. Ini merupakan hal yang wajar, karena Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, maka diaspora Indonesia memiliki peran sebagai tulang punggung pembangunan Indonesia dan juga dunia. Gagasan Duta Besar Dino Patti Djalal yang didukung penuh oleh Menlu Marty Natalegawa, telah menelurkan “Declaration of Indonesian Diaspora” pada pelaksanaan KDI ke-1 di Los Angeles, Amerika Serikat. Sedangkan KDI ke-2 di Jakarta merupakan amanat dan kelanjutan dari kongres sebelumnya. Melalui kongres ini, diharapkan dapat meningkatkan Semangat Cinta Indonesia para Diaspora serta mewujudkan sumbangsih yang optimal bagi pembangunan Indonesia.[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Konggres Diaspora Indonesia II
Melampaui Harapan M. Wahid Supriyadi Ketua Desk Diaspora Indonesia
Konggres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta kali ini benar-benar melebihi harapan saya. Kami menargetkan 2.000 peserta namun saya menerima laporan bahwa ada 7.255 peserta yang mendaftar sehingga kami harus menghentikan pendaftaran karena sudah tidak bisa lagi menampung peserta baru. Jumlah ini mencapai tiga kali lipat dari harapan kami dan ini adalah hasil yang sangat baik. Memang benar bahwa tidak semua peserta kongres berasal dari luar negeri dan memang kita mendesain acara ini untuk melibatkan publik dalam negeri juga. Ada sekitar 2.000 peserta dari luar negeri, beberapa diantaranya adalah diaspora yang ingin berhubungan kembali, serta beberapa warga yang ingin berpartisipasi dalam forumforum publik. Kongres tahun ini mengambil tema “Diaspora Indonesia Pulang Kampung”, sehingga menjadikan pertemuan ini sebagai momen bersejarah. Sekitar enam ribu diaspora yang datang dari 26 negara datang dan reuni di JCC. Dengan jumlah diaspora yang pulang kampung sebegitu besar, Museum Rekor Indonesia (MURI) turut memberikan penghargaan kepada Kementerian Luar Negeri karena berhasil menyelenggarakan ajang pertemuan pulang kampung dengan jumlah terbesar dari berbagai penjuru dunia. Dari apa yang saya lihat, acara telah berjalan dengan lancar, dan bahkan dalam beberapa sesi forum publik jumlah peserta yang hadir melebihi kapasitas ruangan. Berdasarkan pengalaman kami di Los Angeles, sesi gugus tugas yang lebih serius biasanya hanya sedikit pesertanya, namun karena paparan media, ada banyak warga yang penasaran ingin mengetahui lebih lanjut tentang diaspora. Hal ini jelas menunjukkan adanya gerakan global di antara diaspora Indonesia untuk mengorganisir diri. Jaringan Diaspora Indonesia yang dibentuk di Amerika Serikat pada bulan September tahun lalu, 15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
”Ada tiga rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-2 kali ini. Pertama, membentuk jejaring Indonesia Diaspora Global yang mewakili seluruh afiliasi. Kedua, mendirikan kantor kepentingan diaspora yang berbadan hukum di Jakarta. Dan ketiga, melaksanakan Kongres Diaspora Indonesia setiap dua tahun serta mendorong setiap afiliasi (chapters) untuk melakukan pertemuan antar sesi (intersessional meeting).”
saat ini telah berkembang menjadi 55 chapter di 26 negara. Yang penting dalam hal ini, bahwa semua itu diprakarsai oleh diaspora sendiri dan pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator . Penyelenggaraan kongres selama tiga hari ini sudah mencerminkan tiga pilar sinergi diaspora yang dipaparkan Presiden SBY saat membuka Kongres Diaspora Indonesia ke-2 ini. Ketiga sinergi yang dirujuk oleh Presiden SBY, yakni mencakup sinergi antar komunitas diaspora, sinergi diaspora denga pemerintah, dan sinergi diaspora dengan berbagai pemangku kebijakan pemerintah. Contoh nyatanya adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bank Negara Indonesia (BNI) pada
No. 67 Tahun VI
masalah remitansi serta jasa keuangan lainnya yang dapat difasilitasi oleh bank. Jelas, BNI juga harus mengembangkan proposisi diaspora - friendly. Ada juga seorang pengusaha asal Australia yang telah mulai berinvestasi 10 miliar dolar AS untuk pengembangan properti ikonik di Jakarta . Ke depan, Desk Diaspora Indonesia yang berada di Kementerian Luar Negeri akan senantiasa membuka diri untuk memafasilitasi para diaspora yang ingin berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Kongres Diaspora Indonesia ke-2 ini merupakan aksi lanjutan dari Kongres Diaspora Indonesia pertama yang digelar di Los Angeles pada tahun 2012 lalu. Dalam kongres pertama tersebut terdapat beberapa rekomendasi yang ke-
mudian coba direalisasikan melalui kongres tahun ini. Salah satu rekomendasi yang terealisasi, yakni adanya satu instansi tertentu yang mengelola masalah diaspora Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan dibentuknya Desk Diaspora Indonesia di Kementerian Luar Negeri RI. Satu hal yang menarik adalah bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan memperkuat Desk Diaspora Indonesia yang ada saat ini, dengan anggaran yang memadai sehingga dapat mendukung operasionalnya . Desk Diaspora Indonesia memang sudah dibentuk sejak September tahun lalu tapi masih bersifat ad-hoc, tanpa karyawan tetap, anggaran, ataupun struktur organisasi yang memadai, tapi saya pikir itu adalah awal yang baik. Saya percaya bahwa Presiden telah melihat pertumbuhan yang cepat dari diaspora, dan juga antusiasme mereka untuk berkontribusi kembali ke Indonesia. Saya pikir Presiden menganggap ini sebagai tanda positif dan karenanya ia telah memberikan instruksi untuk meningkatkan kapasitas Desk Diaspora Indonesia. Ada tiga rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-2 kali ini. Pertama, membentuk jejaring Indonesia Diaspora Global yang mewakili seluruh afiliasi. Kedua, mendirikan kantor kepentingan diaspora yang berbadan hukum di Jakarta. Dan ketiga, melaksanakan Kongres Diaspora Indonesia setiap dua tahun serta mendorong setiap afiliasi (chapters) untuk melakukan pertemuan antar sesi (intersessional meeting). Semua itu dilakukan dengan tekad ‘Serempak Untuk Beraksi’ dan dilakukan oleh para diaspora dari 26 negara. Selain itu juga ada beberapa rencana aksi di sejumlah bidang yang disepakati untuk direalisasikan. Antara lain, di bidang energi, pendidikan, kota layak huni, inovasi teknologi, bisnis-investasi, kuliner, ekonomi hijau, tenaga kerja migran dan imigrasi-dwi kewarganegaraan. []
09
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Menko Perekonomian :
Diperlukan Sinergi Diaspora Dengan Pemerintah Hatta Rajasa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Menko Bidang Perekonomian RI, Hatta Rajasa mengajak para diaspora Indonesia untuk bersinergi dengan pemerintah dalam mewujudkan pembangunan di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai wujud kecintaan para diaspora terhadap tanah airnya. Ajakan ini disampaikan Hatta Rajasa pada saat memberikan sambutan dalam acara penutupan Kongres Diaspora Indonesia II di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, pada tanggal 20 Agustus 2013.
“Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, kita harus menjadi negara berbasis produksi, karena kita yakini itu bisa dilakukan,” “Apa yang tadi dibacakan dalam task force, saya memahami dan mengajak para diaspora untuk mensinergikan hal tersebut kepada pemerintah Indonesia,” tutur Hatta Rajasa. Selanjutnya Hatta Rajasa berjanji akan memfasilitasi apa yang dihasilkan dalam Kongres Diaspora Indonesia II dengan kementeriannya dan beberapa kementerian di bawahnya. “Mari kita ber-
10
sinergi untuk mewujudkan apa yang dihasilkan dalam sebuah task force di kongres kali ini,” ungkapnya. Lebih lanjut Hatta Rajasa mengatakan bahwa saat ini sedang terjadi tiga mega perubahan di dunia yang tentunya akan menjadi pertanyaan bagi bangsa Indonesia. Menurut Hatta, perubahan ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia, atau jus-
teru sebaliknya. Perubahan pertama ialah kenyataan bahwa pada tahun 2015 nanti Indonesia akan tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam percaturan ekonomi yang terintegrasi di ASEAN itu, menjadi relevan, jika ada pertanyaan, apakah kita akan menjadi negara dengan basis produksi atau menjadi negara yang berbasis konsumsi, mengingat besarnya potensi kita? “Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, kita harus menjadi negara berbasis produksi, karena kita yakini itu bisa dilakukan,” tegas Hatta. Perubahan kedua, adalah terjadinya pergeseran ekonomi dunia yang mengarah ke Asia, dimana Indonesia berada di tengah-tengah pusaran tersebut. Sebagai kekuatan terbesar di ASEAN, Indonesia harus unggul dibanding negara lain. Diantara anggota G-20, Indonesia tercatat sebagai negara yang memilki pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah China. “Kita ada di pusaran Asia, dan kita harus unggul dengan potensi yang dimiliki terhadap negara-negara lain,” pungkasnya. Perubahan ketiga, adalah semakin sentralnya keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat ukuran sebuah negara akan terlihat maju, ketika bisa menguasai hal itu. Hatta Rajasa mengingatkan, bahwa bangsabangsa yang tidak memiliki inovasi niscaya akan kalah dalam persaingan di dunia. Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan Iptek adalah jawaban untuk berkiprah di panggung dunia. “Keunggulan sebuah bangsa dengan SDM yang mumpuni dan menguasai Iptek akan menjadi jawaban dalam menghadapi persaingan global,” tegas Hatta Rajasa.[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Menlu Marty:
Semangat Diaspora Sejalan dengan Politik Luar Negeri RI
“Semangat Diaspora merupakan bagian tak terpisahkan dari Politik Luar Negeri RI, yang mengedepankan people to people contact, soft power diplomacy, dan Diplomasi Ekonomi, serta perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia dan Tenaga Kerja Indonesia”, demikian disampaikan oleh Menlu Marty Natalegawa dalam kesempatan menyampaikan laporan penyelenggaraan pada seremoni pembukaan Kongres Diaspora Indonesia Kedua, di Assembly Hall Jakarta Convention Center (19/08). Pada acara pembukaan yang dihadiri Presiden RI tersebut, Menlu menambahkan bahwa dengan potensi yang dimiliki, Diaspora Indonesia
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
No. 67 Tahun VI
yang tersebar di seluruh dunia dapat memberikan sumbangsih nyata kepada bangsa dan negara. “Dengan tidak kurang dari 8 juta orang Diaspora Indonesia yang tersebar di seluruh dunia, 5 juta diantaranya adalah Warga Negara Indonesia, Diaspora Indonesia dapat memberikan sumbangsih nyata kepada bangsa dan negara. Sejak dibentuk di Los Angeles, Amerika Serikat tahun lalu, telah terbentuk 55 Indonesian Diaspora Network yang tersebar di seluruh dunia, mulai dari Rusia di utara sampai Madagaskar di selatan dan dari Kaledonia Baru di timur, hingga Kanada di barat”. Pengabdian kepada bangsa dan negara, ungkap Menlu, tidak mengenal batas-batas ne-
gara dan geografis. Terkait dengan ini, beliau juga mengutip Presiden SBY yang mengatakan: “Dimanapun diaspora Indonesia berada tetap dapat berkontribusi bagi negara, dan apabila dibutuhkan harus selalu siap untuk pulang.” Pembukaan Kongres yang dihadiri tidak kurang dari 3000 peserta yang berasal 26 negara tersebut juga dirangkaikan dengan pembacaan deklarasi oleh 16 orang Diaspora Indonesia yang berasal dari berbagai kawasan di dunia dan diramaikan dengan penampilan Daniel Sahuleka, penyanyi pop asal Belanda keturunan Indonesia. (Sumber : Dit. Infomed)
11
Diplomasi TABLOID
SOROT
Media Komunikasi dan Interaksi
Peran Diaspora Dalam Memajukan
Indonesia Di Pentas Global Sebanyak 10 sesi public forum digelar pada pelaksanaan KDI ke-2 di JCC. Adapun topik yang ditampilkan pada acara tersebut adalah: Pencak Silat for the World; Youth Forum: Unleashing the Power of the Youth of the 21st Century; Diaspora Power: Its Relevance for Indonesia; Indonesia Sebagai Emerging Power Dunia: Peluang dan Tantangan; Bersaing di Pentas Global: Peran Diaspora Dalam Menduniakan Seni Budaya Indonesia. Indonesia 2050: The View of Young Indonesian Diaspora; Mau Bekerja, Berbisnis, atau Belajar di Luar Negeri? Nasehat dan Pelajaran dari Diaspora; Indonesia’s Global Footprints in the World Community; Business Opportunities, Investment & Networking: The Role of Diaspora Entrepreneurs; Inovasi-inovasi Diaspora Indonesia dan Manfaatnya bagi RI; serta Democracy Good Governance, Pluralism. Pada sesi Pencak Silat for the World, Menegpora Roy Suryo tampil sebagai pembicara utama bersama-sama dengan Ketua Umum KONI Pusat Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman dan Ketua Umum PB IPSI dan President Persilat Letjen TNI (Purn) H. Prabowo. Menegpora Roy Suryo juga menjadi pembicara utama pada sesi Youth Forum: Unleashing the Power of the Youth of the 21st Century bersama-sama dengan lima pembicara lainnya, yaitu; Taufan E.N. Rotorasiko (Ketua KNPI), Raja Sapta Oktohari (Ketua Umum HIPMI), Merry Riana (Young Enterpreneur), Achmad Adithya (IDN Belanda), dan
12
Auskar Surbakti (ABC TV Australia). Di luar perkiraan panitia penyelenggara, jumlah peserta yang hadir dalam sesi ini ternyata tidak mampu ditampung seluruhnya di dalam ruangan yang disediakan. Sebagian peserta harus rela berdesak-desakan berdiri bahkan sebagian lainnya terpaksa harus mengikuti acara dari luar ruangan. Sesi menarik lainnya yang mendapat sambutan cukup tinggi dari para peserta kongres adalah sesi Diaspora Power: Its Relevance for Indonesia yang menghadirkan Sri Mulyani Indrawati (Managing Director World Bank), Gatot M. Suwondo (Direktur Utama Bank BNI), Sehat Sutardja (CEO Marvell Groups), dan Iwan Sunito (CEO Crown Groups). Selanjutnya adalah sesi Mau Bekerja, Berbisnis, atau Belajar di Luar Negeri? Nasehat dan Pelajaran dari Diaspora yang dibawakan oleh artis Nirina Zubir dan menghadirkan artis Alyssa Soebandono (alumni Monash University Australia) beserta Mohammad Al Arief (Profesional pada Bank Dunia di Washington DC, USA), Johnny Harjanto (Smart
Automobile – IDN Singapura), dan Iwan Setyawan (penulis bestseller 9 Summers 10 Autums). Dalam sesi ini jumlah peserta kongres yang hadir melebihi kapasitas ruangan yang disediakan, sehingga sebagian peserta harus mengikuti acara melalui TV Monitor. Para pembicara yang dihadirkan pada sesi Indonesia Sebagai Emerging Power Dunia: Peluang dan Tantangan adalah; Dr. Sri Mulyani Indrawati (Managing Director World Bank), Dr. Dino Patti Djalal (Dubes RI untuk AS), Prof. Iwan Jaya Azis (Cornell University), Prof. Takeshi Siraishi (National Graduate Institute for Policy Studies, Japan), Karim Raslan (CEO KRA Group, Malaysia), dan John Riady (Alumni Columbia University). Acara ini di moderatori oleh presenter senior Metro TV, Desi Anwar. Presenter senior lainnya yang juga bertugas menjadi pemandu acara dan moderator, adalah Helmi Johannes dari VoA. Helmi bertugas menjadi moderator pada sesi public forum dengan tema “Bersaing di Pentas Global: Peran Diaspora
dalam Menduniakan Seni Budaya Indonesia”. Panelis pada sesi ini terdiri dari Dr. Mari Elka Pangestu (Menparekraf), Duta Besar Retno Marsudi (Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda), Jun Herman (Pengajar dan Pengembang Kurikulum di Qatar), Wona Sumantri (Silat Al Azhar di AS), Peter F. Gontha (First Media), dan Amalia Wiryono (Kurator Indonesian Arts di Singapura). Sedangkan pada sesi public forum dengan tema “Indonesia 2050: The View of Young Indonesian Diaspora”, Bima Arya Ph.D. dari The Lead Insitute bertugas memoderatori forum yang khusus mengundang para perwakilan mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk membahas mengenai visi Indonesia 2050. Para mahasiswa Indonesia yang menjadi panelis pada sesi ini adalah: Donny Wira Yudha Kusuma (China), Pramudita Satria Palar (Jepang), Daya N. Wijaya (UK), Ridwansyah Yusuf (Belanda), Teuku Arcky Meraxa (AS), Alex Brian Ticoalu (AS), Ratih Maria Dhewi (Australia) dan Ariana Alisjahbana (World Resources Institute).[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
SOROT
Media Komunikasi dan Interaksi
BJ Habibie
Berbagi Pengalaman Dengan
BJ Habibie mendapatkan sambutan meriah dari para perantau sukses yang tengah berkumpul di Jakarta dalam ajang Kongres Diaspora Indonesia II. Mantan Presiden RI ke-3 ini didaulat memberikan pidato penutupan berupa Inspiration al Remarks bagi para diaspora Indonesia dari seluruh dunia dalam ajang yang berlangsung di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta. Dalam pesannya, BJ Habibie meminta agar Diaspora Indonesia dijadikan sebagai sarana untuk saling berintegrasi guna menjadikan Indonesia lebih dikenal di seluruh penjuru dunia. “Diaspora adalah salah satu jawaban yang mengarisbawahi sumber daya alam yang akan bersinergi positif, tidak saja antara Anda dengan siapa saja di muka bumi ini,” ungkapnya. Dengan sekian banyak prestasi dan pencapaian yang diraihnya, BJ Habibie mampu membawa nama Indonesia ke kancah dunia melalui teknologi aerospace, dan karena itulah kemudian BJ Habibie didaulat sebagai salah satu diaspora Indonesia yang paling sukses. Dalam kesempatan ini, BJ Habibie berbagi pengalaman hidupnya hingga ia menjabat sebagai Presiden Indonesia. Salah satu hal yang paling membekas dalam dirinya adalah kenangan ketika dirinya diminta pulang ke Jakarta oleh Mantan Presiden Soeharto. “Sewaktu saya menyusun laporan Deptan dan Dephub mengenai masalah membuat sistem senjata yang cangih, saya mendapat telepon dari Duta Besar Indonesia di Jerman. Dia bilang saya mendapat tugas, kepada anda nanti hari jum’at Dr. Ibnu Sutowo diperintahkan bertemu dengan anda. Saya tanya siapa itu Dr. Ibnu Sutowo? Dia pendiri dan Direktur Utama Pertamina. Saya tanya apa itu Pertamina? Dia jawab Pertamina adalah industri perminyakan,”ceritanya. BJ Habibie mengatakan bahwa keterbatasan informasi yang diterimanya kala itu, merupakan bentuk
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
konsistensinya dalam mencintai pekerjaan yang ditekuni. Hal ini tidak lantas menunjukkan dirinya tidak peduli terhadap perkembangan industri perminyakan. “Bagaimana kita bisa menjadi pintar kalau tidak mendalami permasalahan dengan rinci, lalu dari mana kita bisa mengetahui itu, yaitu dengan membaca,”jelasnya. BJ Habibie dipanggil pulang ke Jakarta setelah tinggal di Jerman selama 23 tahun. Saat itu, BJ Habibie tengah tekun menuntut dan mengaplikasikan ilmu penerbangan. BJ Habibie mengatakan bahwa dirinya tidak mau dijadikan
No. 67 Tahun VI
Diaspora pembantu atau disuruh oleh siapa saja. Demikian pula halnya di Jerman, sebuah negara dengan kemampuan tekhnologi yang tinggi, BJ Habibie hanya mempergunakan waktunya untuk memperdalam ilmu dan meningkatkan kualitasnya. BJ Habibie berpesan kepada diaspora Indonesia untuk terus menjalin sinergi dan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu.[]
“Diaspora adalah salah satu jawaban yang mengarisbawahi sumber daya alam yang akan bersinergi positif, tidak saja antara Anda dengan siapa saja di muka bumi ini.”
BJ. Habibie
13
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Astrid Vasile
Petugas Kebersihan Yang Sukses menjadi Registered Builder Hidup serba kekurangan membuat Astrid tergerak untuk menjadi pengusaha
Astrid Vasile adalah salah satu dari sekian perempuan yang tahu bagaimana mengubah rasa frustasi, patah hati, menjadi pemberdayaan diri. Pasca bercerai dengan seorang Presiden Direktur, dia nekat memulai kehidupan barunya di Australia tanpa modal, tanpa keahlian, namun akhirnya mampu menjadi pengusaha sukses. Berangkat dari keinginannya yang kuat untuk melihat seluruh penjuru dunia, pada tahun 1984 Astrid bekerja sebagai pramugrari Garuda Indonesia. Selama lima tahun Astrid melanglang buana bersama Garuda, sampai akhirnya jatuh cinta dan menikah dengan salah satu penumpang Garuda. Setelah menikah, Astrid diminta untuk mengelola perusahaan persewaan pesawat milik suaminya, National Air Charter. “Orangorang bilang, jelas saja saya bisa jadi direktur karena gelar saya IPD alias istri presiden direktur,” kenang Astrid. Tak ingin diremehkan, perempuan kelahiran 25 Oktober 1961 ini kemudian memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Institut Bisnis Manajemen Jayakarta, mengambil program MBA. “Akhirnya setelah empat tahun sekolah, gelar saya bukan IPD lagi melainkan MBA.” Posisinya sebagai direktur perusahaan persewaan pesawat hanya
14
bertahan selama tiga tahun. Pada 1992, pernikahannya gagal. “Perusahaan itu saya tinggalkan dan saya mendirikan sekolah penerbangan,” jelasnya. Merasa patah hati dan kesal dengan mantan suami, Astrid memutuskan untuk mencari peruntungan di luar negeri. “Saya merasa sudah tidak bisa mengatur kehidupan saya lagi di Jakarta, saya patah hati, label janda di Indonesia juga tidak bagus, ya sudah saya terbang ke New Zealand di tahun 1994.” Di sana Astrid tidak bisa mempertahankan kehidupannya seperti di Jakarta, setelah sekolah penerbangan ditutup, uangnya sudah habis. “Anak saya satu, masih bayi dan saya tidak dikasih uang sepeserpun dari mantan suami saya yang presiden direktur itu. Saya harus bekerja keras, awalnya sangat tidak menyenangkan.” Astrid mulai bekerja sebagai tukang ketik, beres-beres arsip, sampai bersih-bersih kantor seperti cleaning service. Kemudian di tahun 1998 Astrid memtuskan untuk pindah ke Perth, Australia. Setelah tujuh tahun bekerja serabutan, akhirnya Astrid bertemu dengan pria asal Italia dan menikah. “Saya melihat dia pekerja keras, masih muda. Pekerjaannya membangun rumah untuk dijual. Membeli tanah kemudian dia
bangun. Karena pegawai mahal, maka semua dia kerjakan sendiri, saya kasihan dan membantu mencari client,” ucapnya. Hidup serba kekurangan membuat Astrid tergerak untuk menjadi pengusaha. “Suami saya selalu rugi, saya harus bergerak. Apalagi saya juga harus membantu keluarga saya di Indonesia.” Kemudian Astrid berpikir apa yang menyebabkan usaha suaminya tidak pernah untung. Setelah ditelusuri, ternyata penyebabnya karena harus membayar ke Registered Builder dengan harga tinggi. Biaya Registed Builder di Australia mencapai Rp 5 miliar, padahal keuntungan menjual rumah paling hanya sekitar Rp 1 miliar. Di Indonesia tidak ada Registered Builder, tetapi di Australia semua bangunan harus memiliki Registered Builder. Oleh karena itulah kemudian Astrid bertekad untuk menjadi Registered Builder, walaupun sekolahnya susah dan harus menguasai hitung-menghitung. Selama empat tahun, Astrid bekerja sambil kuliah, dan selama itu pula suaminya membantu memasak, mengurus anak, dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Setelah lulus pada tahun 2004, Astrid mendirikan perusahaan baru yakni Ashridge Holding Pty Ltd. yang bergerak di bidang property developer, residental dan commercial project. “Dari yang awalnya saya hanya membangun satu atau dua rumah, jadi puluhan, hingga kini ratusan rumah.” Di Australia, bangunan diawasi langsung oleh Building Commission. Dalam hal ini Developer harus bertanggung jawab selama tujuh tahun. Bangunan tidak boleh retak, tidak boleh bocor, dan lain-lainnya. “Di sana setelah serah kunci kami tidak bisa langsung lepas tanggung jawab. Kalau ada kesalahan, kami yang ditangkap, perusahaan ditutup, lisensi dicabut.” Setelah berhasil mengerjakan ratusan proyek, kendala yang diha-
dapi Astrid adalah client yang tidak membayar. Berdasarkan aturan di sana, setiap ada perselisihan antara builder dan client, yang menjadi penengah adalah adjudicator. Astrid kemudian memutuskan untuk sekolah adjudicator, dan setelah lulus Astrid bergabung dengan Institute of Arbitrator and Mediators Australia. “Sebetulnya saya bisa dan berhak menengahi jika ada perselisihan antara client dan builder, tapi awalnya saya sekolah adjudicator adalah untuk menghindari client yang tidak membayar. Mungkin suatu saat kalau saya tidak jadi builder lagi, bisa saja saya beralih profesi sebagai adjudicator.” jelas Astrid. Astrid kini sudah mengerti tentang aturan hukumnya dan bagaimana membuat perjanjian dengan client pembeli rumah agar pihaknya tidak dirugikan jika terjadi perselisihan. Setelah bisnisnya semakin berkembang, Astrid dinobatkan menjadi “Business Partner of the Year” pada tahun 2009 oleh Western Australian Housing Association, yaitu sebuah asosiasi yang mencari para mitra usaha yang bisa mengembangkan usaha mereka dari nol sampai berhasil. Astrid dipandang sebagai seorang perempuan yang awalnya berprofesi sebagai petugas kebersihan namun bisa menjadi Registered Builder. “Kalau orang yang biasa-biasa seperti saya bisa diapresiasi, banyak perempuan-perempuan Indonesia yang lebih hebat dari saya yang tinggal di Australia. Saya kemudian mengajak mereka untuk melakukan apapun untuk membanggakan Indonesia. Kemudian kami membuat Australian-Indonesian Business Network, organisasi wadah perempuan Indonesia untuk lebih aktif di perekonomian.” Menurut Astrid, pengorbanan terbesarnya adalah ketika harus melepas kewarganegaraan Indonesia. Anaknya meminta Astrid untuk melepas kewarganegaraan Indonesia agar ia bisa bekerja di Royal Australian Air Force. Kalau Astrid tidak menjadi warga negara Australia, maka anaknya tidak bisa bekerja di Royal Australian Air Force, karena harus memegang rahasia negara. Astrid akhirnya memutuskan untuk pindah kewarganegaraan dan anak satu-satunya kini bekerja sebagai Aero Space Engineer di Royal Australian Air Force.
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Edward Wanandi Chairman Diaspora Indonesia
Diaspora, Duta Bagi Pengembangan Bisnis dan Perekonomian Indonesia Dalam banyak konteks, keberadaan Dispora Indonesia sejatinya juga dapat menjadi duta bagi promosi dan pengembangan potensi bisnis dan perekonomian Indonesia di negara dimana mereka bermukim. Sebaran Diaspora Indonesia sesungguhnya juga adalah pasar yang potensial untuk bisa dimanfaatkan oleh kalangan dunia usaha di In-
donesia. Dengan jumlah lebih dari delapan juta orang Indonesia yang bermukim di luar negeri, dengan berbagai macam profesi, seperti pengusaha, peneliti, akademisi, mahasiswa, pekerja professional, pekerja seni, tenaga kerja (TKI) dan sebagainya, adalah jumlah yang tidak sedikit. Bila dihitung secara kasar saja, jumlah Diaspora Indonesia paling
sedikit dua kali lipat jumlah penduduk Singapura, dengan pendapatan per kapita lima kali lipat per kapita di Indonesia. Ini sungguh tidak bisa dipandang sebelah mata. Untuk itu, kami sangat mengapresiasi dan menghargai upaya apa pun yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan dan mensinergikan potensi Diaspora Indonesia.[]
KDI II: Diaspora Bukan Sebagai Simbol Melainkan Bagian Kebijakan RI Kongres Diaspora Indonesia bukanlah sebagai simbol melainkan diaspora Indonesia harus menjadi bagian dari kebijakan Indonesia. “Pembinaan diaspora harus menjadi prioritas utama Perwakilan RI dimanapun”, demikian disampaikan Dubes RI Washington Dino Pati Djalal dalam konferensi Pers Kongres Diaspora Kedua di Kemlu, Jakarta. Sebagai kelanjutan dari Kongres Diaspora Indonesia pertama yang diselenggarakan di Los Angeles, AS pada tanggal 2012, Diaspora Indonesia kembali akan mengadakan Kongres Diaspora Indonesia (KDI) Kedua yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center dari tanggal 18 sampai dengan 20 Agustus 2013. “Kongres Diaspora ini, merupakan salah satu langkah untuk menduniakan Indonesia”, kata Dubes Dino. Mengambil tema “The Power of Harmony in Diversity: Unleashed Worldwide”, Kongres kali ini diharapkan juga dapat menghasilkan sesuatu yang kongkrit dan berkontribusi bagi pembangunan nasional Indonesia. KDI kedua yang akan berlangsung kali ini memiliki nilai historis tersendiri. “Ini merupakan yang pertama kalinya kongres ini diadakan di Indonesia, untuk itu kita mengambil tema pulang kampung”,
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
No. 67 Tahun VI
pungkas Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, Dubes Wahid Supriyadi. Pembahasan KDI kedua juga akan melibatkan Diaspora Indonesia dari berbagai belahan dunia membahas berbagai topik dan merumuskan untuk dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan. Topik-topik yang akan dibahas adalah: Pendidikan, Energi; kota layak huni; kuliner indonesia; Bisnis dan Investasi. Kedirgantaraan Indonesia; Pelayanan Kesehatan Masyarakat; ekonomi Hijau; Pekerja Migran; Keimigrasian dan kewarganegaraan serta Sains dan Inovasi. KDI II akan menjadwalkan 11 (sebelas) pertemuan Task Force (TF) yang akan membahas berbagai bidang sebagai tindak lanjut KDI I, seperti TF Pendidikan, TF Kedirgantaraan, TF Bisnis dan Investasi dan sebagainya. TF akan memfokuskan berbagai isu terkait dengan pendekatan praktis dan komprehensif melalui kemitraan dengan Kementerian maupun pemangku kepentingan terkait. Selain TF, juga diselenggarakan sembilan Public Forum (PF) , seperti Menduniakan Pencak Silat, Forum pemuda, Menduniakan Budaya dan sebagainya. KDI kedua juga akan diisi dengan berbagai acara side events dengan tema “Indonesia Hebat” antara lain diwujudkan dalam bentuk Pameran, Job Fair dan Bazaar. “Banyak sekali Diaspora Indonesia yang memiliki prestasi unggul dalam berbagai bidang, mereka terdiri dari para profesional, peneliti, pekerja seni, pengusaha dan pekerja dalam bidang lainnya yang dapat memberikan inspirasi”, tegas Dubes Dino Djalal. Kongres Diaspora Indonesia Kedua diharapkan menjadi suatu wadah yang dapat memberi-
kan kontribusi kepada Negara Indonesia. Sebelumnya, KDI pertama menghasilkan “Deklarasi Diaspora Indonesia” yang antara lain menyepakati terbentuknya identitas diaspora Indonesia dan pembentukan Indonesian Diaspora Network (IDN). KDI pertama juga menghasilkan sejumlah rekomendasi, antara lain: pembentukan struktur IDN, sejumlah rekomendasi kebijakan dan program baik dalam bidang kewarganegaraan, bisnis, kepemudaan, kebudayaan serta rencana penyelenggaraan KDI ke-2 bulan Agustus 2013 dengan tema: “Kongres Diaspora Indonesia: Diaspora Indonesia Pulang Kampung”. Penyelenggaraan Kongres Diaspora Indonesia ini dimaksudkan agar para diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia dapat terhubung dan berinteraksi serta menggali pemikiran, gagasan dan inisiatif demi kemajuan bangsa. Indonesian Diaspora Network (IDN) merupakan jejaring independen yang memiliki peran memberdayakan dan menyuarakan (enabler and amplifier) diaspora, menjadi duta serta dan komunitas grassroots dalam diaspora interlocutor yang efektif dalam bekerja sama dengan komponen pemerintah dan swasta. IDN juga berperan sebagai amplifier yang akan membantu advokasi pemberdayaan diaspora dan membentuk gugus tugas (task force) dalam IDN. Task Force memiliki penggerak (driver) yang akan menyusun program kegiatan dan bermitra dengan pemerintah (Kementerian/Lembaga) dalam mengimplementasikan program – programnya. (Sumber: Sahli Ekososbud/Dit. Infomed)
15
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Pembuat Desain Semikonduktor Terbesar Ketiga Di dunia Dr. Sehat Sutardja CEO Marvell Technology Group
Dr. Sehat Sutardja adalah salah satu pendiri Marvell Technology Group, pendiri lainnya adalah Pantas Sutardja, sang kakak, sebuah perusahaan yang terdaftar dan go publik di bursa saham NASDAQ New York Stock Exchange. Ia tercantum sebagai pengusaha dengan kekayaan bersih sebesar US$ 1 milyar dan masuk dalam kategori Exclusive Billioners Club sebagai orang terkaya ke-891 di dunia dalam Forbes World’s Richest People untuk pertama kalinya di tahun 2007. Dr. Sehat Sutardja yang lahir dan besar di kawasan Kota, Jakarta, pada tahun 1961 adalah President, Chairman of the Board, dan Chief Executive Officer sejak berdirinya Marvell tahun 1995, disamping juga pernah menjabat sebagai President, Chief Executive Officer dan Director of Marvell
16
Semiconductor, Inc. sejak berdirinya perusahaan tersebut. Dr. Sehat Sutardja menamatkan pendidikan menengahnya di Kolese Kanisius dan kemudian melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dan meraih sarjana sains teknik elektrik dari Iowa State University. Sedangkan gelar Master of Science dan Ph.D. dalam bidang teknik elektrik dan ilmu komputer diraihnya dari University of California,Berkeley. Sejak dari kelas 6 SD (sekitar tahun 70-an), Dr. Sehat Sutardja memang berkeinginan untuk berkarir dibidang elektronik. Saat itu ia ingin berprofesi sebagai tukang reparasi TV dan radio, sementara orangtuanya menginginkan ia menjadi seorang dokter. Dr. Sehat Sutardja memang selalu memimpikan hal-hal hebat yang mungkin muncul dari elektro-
nika. Kegemarannya terhadap halhal yang berbau elektronika terus bertahan hingga kurun waktu 30 tahun. Akhirnya, bersama-sama dengan dua orang alumni Berkeley lainnya, ia mewujudkan mimpi dan hasratnya dengan mendirikan Marvell Group, sebuah perusahaan IT yang kemudian berkembang pesat dan sukses luar biasa. Marvell Group bermarkas di Sunnyvale, Amerika Serikat, dimana dalam mengembangkan usahanya tersebut, Dr. Sehat Sutardja hanya membutuhkan waktu 10 tahun saja. Bermula dari tiga orang dan modal dari keluarga, kini Marvell Group memiliki 1.800 pegawai dan menjelma menjadi sebuah perusahaan dengan asset milyaran dolar AS. Sewaktu masih menjadi mahasiswa di Berkeley, Dr. Sehat Sutardja dan kakaknya Pantas Sutardja sangat giat belajar, dan sempat bekerja pada Paul Gray, seorang mantan profesor EECS dan juga seorang ahli analog integrated circuit design. ”Dekatnya hubungan kami dengan profesor-profesor ternama telah mendorong kami untuk bekerja lebih keras. Kami harus memberikan hasil yang lebih baik dari teman-teman yang lain,” ungkap Sehat Sutardja. Setelah wisuda, Sehat Sutardja beserta istri dan kakaknya mulai berkonsentrasi dan terjun ke bidang analog signal processing. Tujuh tahun kemudian, Sehat Sutardja dan Pantas Sutardja mulai fokus pada bidang digital, namun dalam perusahaan yang berbeda. Beberapa tahun kemudian, Sehat dan Pantas Sutardja menyadari bahwa analog dan digital tidak dapat dipisahkan begitu saja. ”Anda perlu keduanya untuk menyelesaikan masalah komunikasi di masa mendatang,” jelasnya. Kemudian keduanya memutuskan untuk mengkombinasikan analog dan digital didalam satu perusahaan. Tahun 1995, Sehat Sutardja beserta istri dan kakaknya, Pantas Sutardja mendirikan Marvell Group. Tahun-tahun awal usahanya dila-
lui dengan sangat berat, namun mereka bekerja tak kenal waktu siang dan malam demi mencapai kesempurnaan produk yang mereka hasilkan. Mereka bahkan tidak menggaji diri mereka sendiri dan hidup dalam kesederhanaan. Mereka jarang sekali bertemu dengan keluarga, bahkan pada saat produk pertama mereka diluncurkan dipasaran, mereka masih harus berjuang keras meyakinkan pembeli untuk tertarik membeli produk mereka tersebut. Dr. Sehat Sutardja mengungkapkan bahwa saat itu usaha mereka masih sangat kecil, dan penuh resiko. ”Saat itu adalah masa yang sangat berat untuk kami. Kami rasa saat itu kami beruntung mendapatkan pelanggan, namun kami berhasil menciptakan produk yang tidak bisa dibuat oleh para pesaing kami. Dan setelah berjalan tiga-empat tahun, kami mendapatkan satu pelanggan. Tahun berikutnya kami mendapatkan pelanggan lainnya”, kenang Sehat Sutardja. Pada akhirnya usaha mereka berhasil, dan pada tahun 2003, Ernst & Young menganugerahi Dr. Sehat Sutardja dan istrinya sebagai Entrepreneur of the Year atas kegigihan mereka dalam melakukan inovasi, kepemimpinan teknologi dan kesuksesan bisnis. “Belajarlah sebanyak mungkin, tentang software, biologi, fisika terapan, dan semua hal, karena hanya mengetahui satu jenis pengetahuan saja tidaklah cukup. Banyak orang berhenti belajar ketika mereka ingin menjadi seorang pengusaha. Itu adalah sebuah kesalahan terbesar.” Itulah kiat sukses Dr. Sehat Sutardja yang disampaikannya kepada para mahasiswanya. Kedatangan Dr. Sehat Sutardja ke Indonesia sebagai salah satu pembicara dalam Forum Ekonomi Dunia di ajang Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Jakarta, tentunya memberikan sebuah harapan, karena perusahaan semikonduktor Marvell Technology Group yang dimilikinya termasuk dalam Forbes 400 Best Big Company. Dr. Sehat Sutardja memiliki hampir 260 hak paten dan dikenal luas sebagai pelopor semikonduktor, sementara perusahaan miliknya,Marvell Technology Group, sekarang ini merupakan pembuat desain semikonduktor terbesar ketiga di dunia. Marvell Technology Group Ltd memproduksi berbagai semikonduktor, seperti analog, sinyal campuran, dan pemrosesan sinyal digital sirkuit terpadu. Desain sirkuit terpadu yang melakukan fungsi penting dalam konvergensi sistem jaringan dan pengelolaan perangkat elektronik. Produk-produknya meliputi witching, transceiver, konektivi-
tas komputer nirkabel, gateway, pengendali komunikasi, penyimpanan dan solusi manajemen daya yang melayani berbagai aplikasi yang digunakan dalam perusahaan bisnis dan konsumen elektronik. Produk-produk tersebut memungkinkan pelanggan untuk menyimpan dan memindahkan data digital dengan menggunakan infrastruktur media massa atau wireless . Produk ini juga digunakan untuk transmisi dan memulihkan dikonversi digital sinyal analog ke dan dari berbagai jenis media komunikasi broadband. Marvell Technology Group berkantor pusat di Sunnyvale, California, namun operasinya telah merambah ke berbagai negara, terutama di Bermuda, Israel, China, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Amerika Serikat. Meskipun Dr. Sehat Sutardja masuk kedalam jajaran orang ter-
kaya di dunia, namun baginya itu bukanlah hal yang penting dan tidak pernah ia pikirkan. “Saya masuk ke dunia elektronik bukan untuk uang, tapi kegembiraan datang ketika saya dapat memecahkan persoalan baru,” tegas Dr. Sehat Sutardja yang sekarang ini tinggal di Los Altos, California, AS, bersama istri dan dua putranya dan menjadi warga negara Amerika. Pada penyelenggaraan Kongres Diaspora Indonesia pertama di Los Angeles, Amerika Serikat, tahun lalu, Dr. Sehat Sutardja memperoleh penghargaan Lifetime Achievement Award for Global Pioneering and Innovation atas prestasi dan dedikasinya. Penghargaan lainnya yang diterima oleh Dr. Sehat Sutardja, antara lain berupa; ruang Sutardja Dai Hall untuk Center for Information Technology Research in the Interest of Society di University of California
di Berkeley karena sumbangsihnya dalam bidang riset senilai 20 juta dollar AS; Inventor of the Year 2006 dari Asosiasi Hukum Kekayaan Intelektual Silicon Valley; finalis EE Times ACE Awards, Executive of the Year 2010; fellow pada IEEE, asosiasi profesional terbesar dunia yang mengedepankan inovasi teknologi untuk kemaslahatan manusia; serta Entrepreneur of the Year 2004 dari Ernst&Young. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Dr. Sehat Sutardja, antara lain adalah ikut mendirikan Smart Electronics Initiative bersama Gubernur California Arnold Schwarzenegger; Silicon Valley Leadership Group untuk mengurangi ketergantungan pada energi; dan mendukung program One Child One Laptop bersama dengan istrinya.
Iwan Sunito,
“Raja Properti Sydney” Iwan Sunito adalah “Raja Properti Sydney” yang merupakan taipan asal Kalimantan. Iwan Sunito adalah salah satu contoh diaspora Indonesia yang membanggakan. Saat ini Iwan Sunito juga ikut pulang kampung, bahkan bukan sekadar pulang kampung secara fisik, namun juga sudah menancapkan tonggak bisnisnya, Crown Group, di Tanah Air, dimana pada pertengahan tahun ini Crown Group Indonesia sudah resmi beroperasi di Indonesia. Sebagai proyek perdananya, Crown Group Indonesia akan menggarap proyek joint venture di Jakarta bersama-sama perusahaan asing dengan nilai proyek mencapai Rp 100 triliun. Dengan komposisi fifty-fifty, Crown Group Indonesia akan membangun proyek shopping center, hotel dan apartemen yang saat ini masih dalam tahap negosiasi. Crown Group Indonesia sendiri sudah berjalan, base nya sudah ada, jadi langkah selanjutnya adalah menggarap proyek Rp 100 triliun
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Saat ini Iwan Sunito juga ikut pulang kampung, bahkan bukan sekadar pulang kampung secara fisik, namun juga sudah menancapkan tonggak bisnisnya, Crown Group, di Tanah Air, dimana pada pertengahan tahun ini Crown Group Indonesia sudah resmi beroperasi di Indonesia.
ini. Luas lahan untuk proyek ini seluas lima hektar, dan sedang dalam tahap pembelian. Di atas lahan seluas itu kami akan bangun sekitar 350 ribu meter persegi. Proyek ini akan kami bagi dalam tujuh tahap dengan target 10 tahun ke depan akan selesai”, jelas Iwan Sunito. Selain proyek ini, Crown Group Indonesia juga sudah banyak tawaran untuk melakukan joint venture. Dimana dalam hal ini mereka sudah contact ke Michael Ginarto selaku Country Director Crown Indonesia. Fokus Crown Indonesia, selain untuk pemasaran, juga menangani property development. ”Properti adalah bidang kami, lagi pula proyek properti semacam ini yang
No. 67 Tahun VI
bagus di Indonesia sudah banyak, tapi yang menjadi keunggulan kami adalah high quality design. Selama ini Crown Group selalu fokus pada proyek-proyek yang memiliki desain berkualitas, namun harganya terjangkau” kata Iwan Sunito. Untuk desainnya, beberapa ada yang crown Group adopsi dari proyek-proyek kami di Australia, dan pastinya proyek ini akan menjadi yang terbesar di Jakarta ”Saya tidak tahu seberapa besar perusahaan-perusahaan properti di Indonesia. Karena itu kami belum bisa mengatakan apakah Crown Group Indonesia bisa mensejajarkan diri atau bahkan bisa mengungguli pemain-pemain besar di bidang properti di negeri ini. Yang jelas bahwa tahun lalu turn over kami sebesar US$ 3 miliar dan tahun ini kami mentargetkan sebesar US$ 5 miliar. Saya tidak tahu bagaimana kalau itu dibandingkan dengan perusahaanperusahaan properti di Indonesia”, pungkas Iwan Sunito .[]
17
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Fenomena Diaspora Indonesia
Bukan Sekedar Bersifat Sentimental Duta Besar Dr. Dino Patti Djalal
Pemrakarsa Kongres Diaspora Indonesia. Sejak Kongres Diaspora Pertama di Los Angeles, sejumlah chapters Indonesian Diaspora Network (IDN) telah terbentuk di banyak kota dan kawasan di Amerika Serikat, antara lain di California, Washington DC, Massachusetts, Texas dan sebagainya. Proses ini juga berlaku secara global. IDN chapters telah terbentuk antara lain di Australia, Azerbaijan, Brunei Darussalam, Kanada, China, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jerman, Italia, Madagaskar, Malaysia, Meksiko, Belanda, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Qatar, Rusia, Singapura, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Timor Leste, Trinidad dan Tobago, Uni Emirat Arab dan sebagainya. Di Indonesia sekarang terdapat kesadaran dan apresiasi yang tinggi terhadap diaspora sebagai kekuatan positif bagi pembangunan dan perdamaian. Sebagaimana diketahui, Kongres Diaspora Indonesia ke-2 yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 18-20 Agustus 2013 mengambil tema “Diaspora Pulang Kampung”. Sebagai follow-up penyelenggaraan dan hasil KDI Pertama di Los Angeles, Juli 2012, Kongres ke-2 di Jakarta ini menjadi momen historis untuk menegaskan arti penting dan kontribusi Diaspora Indonesia bagi Tanah Air, dan
bagi sesama Diaspora itu sendiri. Jumlah pendaftar yang telah melakukan registrasi untuk hadir di KDI-2 ini tercatat lebih dari 3000 peserta yang berasal dari lebih 45 negara di dunia. KDI juga mengundang ikon-ikon seperti mantan Presiden RI ke-3, Bapak BJ Habibie, Pendiri Marvell Technology Group, Dr. Sehat Sutardja, Managing Director World Bank, Ibu Sri Mulyani Indrawati dan tokoh-tokoh lainnya. Selain itu Kongres juga bersifat terbuka untuk dapat dihadiri peserta dari Indonesia. Ini semua menandakan bahwa Kongres Diaspora Indonesia adalah momentum yang sangat penting bagi upaya menduniakan Indonesia. KDI ke-2 merupakan forum penting untuk membuat blue print ke depan bagi kerja sama antara Pemerintah, Diaspora dan masyarakat, dengan tujuan memastikan kesejahteraan bersama. Harapan kami, potensi besar Diaspora Indonesia untuk kemajuan bangsa dapat terus dikembangkan sehingga fenomena Diaspora Indonesia bukan sekedar bersifat sentimental belaka, namun memberikan arti yang riil bagi Indonesia dan bagi sesama Diaspora.[]
Mendagri Suriname: ‘Jejak’ Indonesia, Bukti Eksistensi Global Bangsa “ Jejak Indonesia, Bukti Eksistensi Global Bangsa”, demikian disampaikan oleh Soewarto Mustadja dalam diskusi bertajuk “Indonesia’s Global Footprints In The World Community” yang diselenggarakan dalam rangka Kongres Diaspora Indonesia Kedua, di Plenary Hall, Jakarta International Convention Center, (20/08/2013). Soewarto, pria keturunan Jawa yang juga menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Suriname, yang tampil bersama dengan Datuk Wira Ir. Hj. Idris bin Hj. Harun (Chief Ministry of Malaka, Malaysia), Brig. Gen. Richard Jean Leon Raktonirina (Madagaskar) dan Ebrahim Rhoda (Historical Malay Community), lebih lanjut menga-
18
takan bahwa dirinya selaku keturunan Indonesia masih menjunjung tinggi budaya Indonesia. “Kami sangat menghargai Budaya Indonesia, termasuk di dalamnya adalah bahasa, gaya hidup (lifestyle), perfilman hingga musik Indonesia. Indonesia dapat menjadi contoh negara yang memberikan eksistensi di luar negeri yang tersebar dimana-mana. Kegiatan Diaspora harus dilanjutkan dan merupakan tanggung jawab seluruh Diaspora Indonesia untuk menyebarluaskan budaya Indonesia”. Senada dengan Soewarto, Datuk Wira Ir. Hj. Idris bin Hj. Harun, Chief Ministry of Malaka juga mengatakan jumlah orang Indonesia di Malaysia sangat banyak. “Lebih
dari satu juta Indonesia berada di Malaysia dan lebih dari 6000 orang Indonesia telah menetap di Malaysia. Ini berarti Diaspora Indonesia di Malaysia memiliki jumlah yang cukup besar, Indonesia will shake the world”. Lebih lanjut pria yang memiliki darah Bugis ini mengungkapkan bahwa meskipun berada di Malaysia, orang Indonesia tetap mempertahankan budayanya. Ini dibuktikan dengan berdirinya Perkampungan Jawa di Malaka. “Kampung tersebut menggunakan Bahasa Jawa sebagai Bahasa Utama”, pungkasnya. (Sumber : Dit. Infomed.).
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Profil Bisnis Fify Manan
Pemasok Produk Furnitur Hingga Ke Gedung Putih Kiprah Fify Manan di dunia bisnis tergolong cukup lama, dan kepiawaiannya dalam mengelola bisnis furnitur, telah menempatkannya sebagai salah satu pebisnis sukses. Hampir 11 tahun Fify Manan membangun bisnisnya di Amerika Serikat (AS) sejak Juli 2001. Formcase Inc, perusahaan kontraktor dan produsen furnitur kantor yang dinakhodainya merambah pasar Atlanta dan Georgia dengan omzet mencapai miliaran rupiah per bulan. Produk-produk Formcase bahkan digunakan oleh para pejabat di Gedung Putih dan Pentagon. Menurut lulusan Teknik Elektro Universitas Oklahoma State ini, bukanlah hal yang mudah untuk bisa menaklukkan pasar internasional sebesar AS. Pada awalnya, ia langsung dihadapkan pada persaingan sengit dengan lima perusahaan furnitur besar yang menyandang merek global dan mendominasi pasar saat itu. Fify bersyukur karena keberadaan kompetitor tersebut justru mendorong semangatnya untuk memenangkan persaingan di binis furnitur ini. Fify optimis bahwa ia bisa menaklukkan pasar Amerika karena memang sudah terbiasa bekerja keras dan berusaha dengan tekun sejak masih di bangku sekolah. Keberhasilan Formcase menjadi pemasok produk furnitur hingga ke Gedung Putih dan Pentagon diawali dengan suksesnya Fify mengantongi General Service Administration (GSA), yaitu kontrak khusus untuk bisa memasok produk ke instansi Pemerintah AS pada tahun 2005 silam, dan Formcase merupakan satu-satunya perusahaan dari luar AS yang dapat memasok produk furnitur ke Pentagon dan Gedung Putih. “Untuk bisa lolos dan memperoleh kontrak itu tidak mudah, karena pihak Pemerintah AS meninjau semua aspek, terutama soal kualitas” ungkap Fify. Kontrak GSA merupakan syarat mutlak apabila
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
sebuah perusahaan ingin memasok ke instansi di AS. Setelah itu, perusahaan bisa mengakses sebuah situs pembelian khusus yang didesain pemerintah. Di dalam situs tersebut tersedia dua informasi penting, yakni kontraktor yang mendistribusikan produk ke perusahaan pemerintah, dan instansi pemerintah mana yang sedang membutuhkan produk untuk didistribusikan,” ujar Fify. “Saya senang berbisnis dengan Pemerintah AS, karena semuanya serba transparan. Selain itu mereka juga telah menetapkan standar untuk semua produk furnitur yang mereka butuhkan. Saya tinggal mengikuti saja,” kata Fify. Formcase dikelola oleh keluarga Fify sejak tahun 1963, dan sebelum melebarkan sayap ke AS,Formcase hanyalah berupa sebuah workshop kecil yang dirintis oleh ayah mertua Fify. Sebagai titik awal pengembangan perusahaan, Formcase membangun pabrik di Tangerang. Setelah itu baru kemudian semakin berkembang hingga mampu membidik pasar di kawasan Asia hingga ke lintas benua. Fify merintis bisnis furniturnya mulai dari nol, yaitu mulai dari pengadaan modal, melakukan penetrasi ke pasar internasional, hingga menjadi besar seperti sekarang ini. Semua itu dijalaninya dengan mengikuti kata hati, karena pada awalnya Fify sendiri bingung harus memulai usahanya dari mana. Beruntung bahwa sebelum masuk ke pasar AS, Fify telah mempunyai buyer yang kemudian menjual produk Formcase ke ritel modern untuk konsumen menengah-bawah, seperti misalnya Informa dan Ace Hardware. Namun pada saat itu Formcase justru memasarkan produknya melalui butik dan showroom untuk segmen pasar menengah-atas. Untuk membangun kepercayaan konsumen dan branding, investasi yang dikeluarkan oleh Formcase terbilang cukup besar, bahkan
No. 67 Tahun VI
“Saya senang berbisnis dengan Pemerintah AS, karena semuanya serba transparan. Selain itu mereka juga telah menetapkan standar untuk semua produk furniture yang mereka butuhkan. Saya tinggal mengikuti saja.”
hingga merugi terus selama tiga tahun memulai usahanya di AS. Fify bahkan harus terjun langsung menemui para pelanggan guna dapat meningkatkan penjualan. Fify yakin bahwa kepuasan pelanggan adalah segala-galanya, dan jika pelanggan sudah merasa puas, maka ‘menjadi besar’ hanyalah persoalan waktu. Agar sebuah produk dapat diterima dengan baik di pasar AS, menurut Fify standar kualitas sebuah produk harus tinggi. Karena itulah Formcase berani memberikan garansi produk hingga 6-10 tahun. Strategi ini mampu membuat konsumen puas, sehingga mereka cenderung loyal terhadap Formcase. Awalnya strategi Formcase adalah masuk ke segmen pemerintah dan ritel, masing-masing sebesar 50%. Sejak tragedi 9/11, Formcase kemudian melempar seluruh produknya ke segmen pemerintah, dan menjadi pemasok bagi Pemerintah AS dan kalangan militer. Fify mengakui bahwa Pemerintah AS cukup mendukung usahanya melalui penyediaan fasilitas internet tool sehingga setiap saat Fify bisa mengetahui procurement yang dibutuhkan oleh kantor-kantor pemerintahan di AS. “Saya bisa memonitor semua permintaan setiap harinya, termasuk ketika saya berada di Jakarta.” Ujar Fify. Pada tahun pertama memulai usahanya di AS, Fify dan Formcase-
nya hanya masuk ke negara-negara bagian, tapi sekarang ini Formcase sudah merambah ke negara federal dan bahkan hingga kebutuhan militer AS di negara-negara lain. Kualitas produk Formcase adalah sesuai standar AS, namun dengan harga di bawah kompetitor. Karena itulah maka produk-produk Formcase bisa diterima di pasar AS dan juga diekspor ke negara-negara Eropa, Afrika dan Asia. Saat ini, 70% total produk Formcase dialokasikan untuk pasar ekspor dan 30% untuk pasar domestik. Formcase memiliki 3 (tiga) buah pabrik, masing-masing berlokasi di Cibodas, Tangerang dan Jababeka. Sedangkan untuk mendukung usahanya, Formcase juga memiliki Grand Furnitur Store di kawasan Fatmawati, Serpong, Palem, dan kawasan lainnya. Untuk pengembangan bisnisnya, Formcase juga terus melakukan ekspansi. Tahun ini Formcase merencanakan untuk masuk ke pasar Cile dan Brasil. Sedangkan tahun depan (2014) Formcase akan membangun pabrik di Florida, AS.[]
19
Diplomasi TABLOID
sosok
Media Komunikasi dan Interaksi
semangat Diaspora Untuk Memajukan Ekonomi Indonesia Raja Sapta Oktohari Ketua Umum BPP HIPMI
Sebagai salah satu pendiri Diaspora Indonesia, HIPMI melihat bahwa Diaspora Indonesia telah memiliki jaringan lokal dan nasional dimana Diaspora Indonesia akan menjadi duta bangsa yang akan menyebarkan semangat positif tentang kesejahteraan Indonesia dan memastikan berjalannya tindak lanjut pada kongres pertama Diaspora Indonesia di Los Angeles pada tahun 2012. Kongres ke-2 Diaspora Indonesia bertemakan ‘Pulang Kampung’. Salah satu faktor terpenting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di China dan India adalah diaspora-nya. Setelah para diaspora melanglang buana ke luar negeri, mereka datang kembali dengan membawa keahlian kelas dunia dan kecakapan yang perlu yang bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi di berbagai bidang yang memerlukan inovasi dan teknologi tinggi. Diaspora Indonesia diperkirakan berjumlah antara delapan hingga sepuluh juta orang yang tersebar di seluruh dunia, lebih besar dari diaspora Korea dan Vietnam. Mereka terdiri atas pelajar, artis, pendidik, professional, pengusaha dan penemu. Mereka memiliki pengetahuan, keahlian, modal dan jaringan yang mumpuni yang dapat mendorong In-
20
donesia memasuki era ekonomi yang berbasiskan pengetahuan dan teknologi. Mereka dapat menjadi penghubung antara perekonomian Indonesia dengan dunia. HIPMI telah memiliki peran yang sama selama 41 tahun belakangan. Melalui program yang dimiliki, HIPMI telah membimbing dan mempromosikan banyak pengusaha muda Indonesia yang memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan pembangunan ekonomi Indonesia. Para pengusaha HIPMI dari berbagai segmen dan bidang bisnis, beberapa diantaranya merupakan diaspora yang telah pulang kampung untuk berbagi pengetahuan dengan rekan sesama pengusaha di Indonesia. Diharapkan hal ini dapat menjadi cerminan dalam menciptakan sinergi antara HIPMI dan Diaspora Indonesia untuk memberikan pemicu dalam mengeksploitasi dan mengidentifikasi solusi pada se-
jumlah tak terhingga isu di bidang sosial, ekonomi, lingkungan dan lainnya yang kita hadapi bersama sebagai bangsa Indonesia. Kami percaya bahwa HIPMI beserta Diaspora Indonesia memiliki kesatuan yang aktif, selalu tanggap dan bergairah dalam memajukan perekonomian Indonesia. Ke depan diharapkan terwujudnya HIPMI Diaspora Indonesia yang bias menjadi ujung tombak dalam melahirkan para pengusaha muda dari kalangan Diaspora sehingga menjadi jembatan bagi terbentuknya jaringan bisnis internasional diantara pengusaha muda HIPMI secara keseluruhan. Saya mengajak kepada seluruh anggota HIPMI untuk senantiasa berperan aktif dalam berkolaborasi dengan rekan pengusaha Diaspora Indonesia sehingga dapat memberikan dampak yang positif dan lebih kongkrit terhadap dunia usaha khususnya yang menyumbangkan
secara besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia umumnya.[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Sahabat Presiden
Rayakan Demokrasi Indonesia ebanyak sepuluh orang S sahabat Presiden RI dari berbagai profesi dan latar belakang dan berbagai negara diundang pada kegiatan Presidential Friends of Indonesia (PFoI) (16-23/08).
Indonesia’s Democracy, Diversity and Economic Prosperity”. “Tema ini diangkat sebagai wujud peringatan keberhasilan Indonesia dalam penyelenggaraan demokrasi selama 15 tahun sejak reformasi bergulir pada tahun 1998”. Dalam perkembangannya, Indonesia dapat dipandang sebagai success story adanya keharmonisan
Tidak tanggung-tanggung, tokoh yang ditemui tersebut diantaranya adalah B.J. Habibie, Presiden RI ke-3 (1998 – 1999) ; Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI ke-10 (2004 – 2009), Basuki Tjahaja Purnama sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012 – sekarang), Walikota dan Gubernur Yogyakarta; dan berbagai institusi kunci di Indonesia, seperti Komisi Pemilihan Umum Indonesia, serta
JCC (18/08). Di samping serangkaian pertemuan yang akan dihadiri oleh para Indonesianists ini di Jakarta dan Yogyakarta, mereka juga akan mengunjungi tempat-tempat lainnya, seperti kawasan Kota Tua, Keraton Yogyakarta, Candi Borobudur, Museum Ullen Sentalu, dan kawasan Gunung Merapi. Acara tahunan ini telah ber-
“PFoI merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan people-to-people contact antarbangsa, meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai Indonesia dikalangan para Indonesianists – kawan-kawan Indonesia”, demikian Dirjen IDP A.M. Fachir, dalam sambutannya pada jamuan pembukaan di Jakarta (16/08). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemlu dan Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional bertemakan “Celebrating
demokrasi, keberagaman, dan kemakmuran ekonomi di dunia. Dirjen A.M. Fachir mengharapkan bahwa ke depan, sepuluh sahabat ini dapat berkontribusi dalam peningkatkan kerjasama di berbagai bidang dan sektor-sektor strategis antarnegara Indonesia dengan negara lainnya. Guna mencapai tujuan tersebut, ke-10 peserta PFoI ini akan mengadakan pertemuan dengan tokohtokoh politik, pejabat pemerintah, dan teknokrat di Indonesia.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN); selain itu mereka mengadakan Roundtable Discussion dengan Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bertemakan Celebrating Indonesia’s Democracy, Diversity and Economic Prosperity. Sepuluh sahabat ini akan pula menghadiri upacara peringatan kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka serta Upacara Pembukaan Kongres Diaspora Indonesia Ke-2 di
langsung sejak tahun 2008 dan telah mengundang lebih dari 95 Indonesianists dari 43 negara. Pada kegiatan tahun ini, kesepuluh peserta PFoI berasal dari 10 negara sahabat Indonesia, seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, Afrika Selatan, Serbia, Myanmar, Papua Nugini, Rusia dan UK dengan berbagai latar belakang pekerjaan, seperti akademisi, pemerintahan dan parlemen, media, bisnis, dan filantropi. (Sumber: Dit. Diplik/ed.PY)
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
No. 67 Tahun VI
21
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
PFoI: Harmonisasi Demokrasi dengan Kemajuan Ekonomi RI s epuluh peserta Presidential Friends of Indonesia (PFoI) 2013 pada hari Sabtu (17/8) berkesempatan bertemu Presiden RI ke-3 (1998-1999), B.J. Habibie dan Wakil Presiden RI ke-10 (2004-2009), Jusuf Kalla. Dalam diskusi dengan keduanya, kesepuluh peserta ini dapat berinteraksi dengan lebih akrab serta memahami kepribadian kedua tokoh tersebut. Tidak sekedar itu, para peserta dapat memahami secara lebih dekat tentang reformasi, perkembangan demokrasi dan keselarasannya
22
dengan kemajuan ekonomi di Indonesia selama 15 tahun terakhir. Tujuan inilah yang diharapkan tercapai melalui program Presidential Friends of Indonesia 2013 dari tanggal 16-23 Agustus 2013 bertemakan Celebrating Indonesia’s Democracy, Diversity and Economic Prosperity. Dalam pertemuan dengan B.J. Habibie, para peserta diajak untuk dapat mendalami kiprah seorang B.J. Habibie dalam menjalankan pemerintahannya pada awal orde Reformasi dan mendorong demokrasi di Indonesia.
Bagaimana akhirnya reformasi bergulir dan demokrasi berkembang, di antaranya untuk mendorong perkembangan ekonomi di Indonesia di tengah-tengah arus globalisasi, serta bagaimana kemajuan suatu bangsa dapat didorong dengan berpegangan pada agama, budaya, dan teknologi ilmu pengetahuan. Sementara, melalui sosok seorang Jusuf Kalla, para peserta berkesempatan bertukar pandangan secara intens melalui arti perkembangan dan kerjasama ekonomi, proses penyelesaian konflik, serta
pemajuan citra diri Indonesia di lingkup internasional. Tahun ini, peserta PFoI 2013 juga diundang dalam acara perayaan HUT RI ke-68 dan Resepsi Kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta. Selanjutnya, para peserta PFoI 2013 juga berkesempatan mengenal lebih dekat sejarah kota Jakarta melalui kunjungan ke kawasan Kota Tua Jakarta. (Sumber: Dit. Diplik).[]
No. 67 Tahun VI
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Duta Belia 2013 Duta Belia 2013 yang merupakan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada penyelenggaraan upacara Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Negara Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2013 telah dikukuhkan oleh Presiden SBY sebagai Anggota Paskibraka 2013 pada tanggal 15 Agustus 2013 di Istana Merdeka Jakarta. Dalam pidato pengukuhannya, Presiden SBY mengatakan bahwa Anggota Paskibraka mengemban tugas yang amat penting, mengibarkan Bendera Pusaka pada Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2013. Lebih lanjut Presiden memaparkan bahwa dalam kehidupan tidak pernah ada hari yang sama. Hari ini pasti berbeda dengan hari kemarin. Hari esok hampir pasti berbeda dengan hari ini. Oleh karena itu, orang yang bijak dan cerdas akan menggunakan setiap hari yang dilaluinya untuk berbuat sesuatu yang terbaik. Terkait dengan itu Presiden mengharapkan agar sebagai patriot dan putra bangsa, Anggota Paskibraka 2013 bisa melaksanakan tugasnya yang mulia dengan sebaik mungkin, by doing the best, karena tugas itu bukan hanya indah, tetapi menjadi bagian penting dalam perjalanan kehidupan Anggota Paskibraka dalam menuju masa depan yang dicita-citakan. Presiden memaparkan bahwa
15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
selama masa penggemblengan bersama-sama, Anggota Paskibraka akan menyadari bahwa mereka datang dari seluruh wilayah Indonesia dan mewakili kebesaran dan kemajemukan bangsa Indonesia. Termasuk keragaman, akar budaya, nilai-nilai, dan identitas yang berbeda-beda. Namun dengan kemajemukan dan perbedaan itu, Anggota Paskibra mampu bersatu, kompak, setia, saling menghormati, dan saling menghargai. Anggota Paskibra telah menjadi contoh dan bisa memberi contoh di dalam mengemban tugas sebagai pemimpin, tokoh, dan putra-putri terbaik bangsa dalam merajut kasih sayang, persaudaraan, persahabatan, dan kerukunan, di antara sesama warga bangsa Indonesia. Anggota Paskibra diharapkan berbuat yang terbaik untuk negeri ini, terus menjadi teladan, dan terus berprestasi, serta mengajak saudara-saudara mereka yang lain untuk bersama-sama membangun dan memajukan Tanah Air. Seusai melaksanakan tugasnya di Istana Negara, Anggota Paskibra yang terdiri dari 66 siswa-siswi terbaik Indonesia ini kemudian mengemban tugas sebagai Duta Belia Indonesia 2013. Mereka dikirim ke Beijing, RRT untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat setempat. Rombongan Duta Belia 2013 yang dipimpin oleh Asisten Deputi
No. 67 Tahun VI
Kepanduan, Deputi Kepemimpinan Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Bapak I Gusti Putu Raka Pariana disambut oleh Duta Besar RI untuk RRT merangkap Mongolia dan Ibu Enni Imron Cotan pada tanggal 27 Agustus 2013 malam di Wisma Duta KBRI Beijing. Turut hadir dalam acara penyambutan tersebut, Duta Besar Makarim Wibisono, home staff KBRI Beijing dan keluarga, Indonesian Diaspora Network (IDN) Chapter Beijing, dan puluhan tamu undangan lainnya. Duta Belia Indonesia 2013 merupakan program bersama Kemenpora dan Kemlu RI sejak tanggal 24 – 28 Agustus 2013. Program ini terdiri dari dua tahap yakni program pembekalan di Kemlu dan kunjungan luar neger. Pada program pembekalan, para peserta Duta Belia dibekali dengan materi diplomasi publik, nasionalisme, NKRI dan kebangsaan, country profile RRT, protokol dan perlindungan Warga Negara Indonesia/Badan Hukum Indonesia. Sedangkan pada program kunjungan luar negeri, para Duta Belia melakukan kunjungan ke University of International Business and Economics (UIBE) dan Shicahai Sport School. Dalam pertemuan dengan Chinese People’s Association for Friendship with Foreign Countries (CPAFFC), para Duta Belia juga berkesempatan melakukan dialog persahabatan dengan
10 orang wakil pemuda Tiongkok. Duta Besar Imron Cotan dalam sambutannya menyampaikan bahwa hubungan bilateral RI-RRT meningkat tajam di berbagai bidang baik politik, ekonomi maupun sosial budaya, terutama sejak Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Presiden Hu Jintao di Jakarta April 2005. Peningkatan hubungan bilateral RI-RRT antara lain tampak dari tingginya saling kunjung antar-pemimpin kedua negara. Volume perdagangan bilateral juga menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun, dimana volume perdagangan kedua negara pada tahun 2012 mencapai US$ 66,6 milyar, dibandingkan tahun 2009 yang mencapai US$ 26 milyar. Untuk sektor pariwisata, pada tahun 2012 lalu jumlah turis Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia mencapai sekitar 850 ribu orang, meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 246 ribu orang. Karenanya Dubes RI Beijing menggarisbawahi harapan agar anggota Paskibra, sebagai calon pemimpin Indonesia, terus mengejar ilmu, membekali diri serta membangun jejaring. Tiga hal ini diperlukan oleh calon pemimpin Indonesia di masa depan untuk meningkatkan dan mempertahankan kerjasama dengan berbagai pihak guna memenuhi kepentingan nasional bangsa Indonesia. Salah satunya kepentingan tersebut adalah membangun hubungan baik dan kerjasama yang erat dengan RRT. Kegiatan pertemuan ini dilanjutkan dengan persembahan tarian dari lima daerah di Indonesia oleh Duta Belia Paskibraka, serta perkenalan dengan Paskibra KBRI Beijing dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok. Acara kemudian di-tutup dengan makan malam bersama dan ramah tamah Dubes RI Beijing dengan anggota Duta Belia Paskibraka Nasional 2013.[]
23
No. 21, Tahun
Diplomasi No. 67 Tahun VI, Tgl. 15 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2013
http://www.tabloiddiplomasi.org
TABLOID
Media Komunikasi danInteraksi Interaksi Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.com
Pencak Silat Dapat Menlu RI : Mengenang Seratus Tahun Moham Dipertandingkan Kontribusi Isla Pada Dan Demokras Olimpiade Dalam Memban Indonesia 2024 Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mentargetkan bahwa olahraga pencak silat sudah bisa dipertandingkan pada penyelenggaraan Olimpiade 2024. Menurutnya adalah wajib hukumnya bagi bangsa Indonesia untuk mengangkat dan membawa pencak silat sebagai ikon Indonesia. Lebih lanjut Menegpora Roy Suryo menambahkan bahwa Kementerian Pemuda dan Olahraga sangat mendukung masuknya Pencak Silat di dalam Olimpiade 2024.
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sebagai organisasi yang mewadahi olah raga Pencak Silat di Tanah Air sudah berdiri sejak tahun 1948. Sedangkan organisasi Persekutuan Silat Antar Bangsa (PERSILAT) yang didirikan pada tahun 1980, sampai dengan saat ini sudah ada di 40 negara. Namun demikian, dari jumlah tersebut, baru 16 negara yang telah mendaftarkan pencak silat pada Komite Olahraga Nasional di negara masing-masing. Padahal syarat untuk menjadi cabang olahraga yang bisa dipertandingkan dalam Olimpiade, minimal dibutuhkan dukungan dari 70 negara. Duta Besar RI untuk AS, Dino Patti Djalal, menyatakan bahwa keberadaan orang-orang Indonesia di luar negeri berperan penting dalam memperkenalkan Pencak Silat. Dimana saat ini pencak silat sudah masuk kedalam kurikulum di American University berkat upaya yang dipelopori oleh para diaspora Indonesia yang ada di Washington DC. Salah satu keunggulan pencak silat yang kemudian menjadikan pencak silat semakin diminati oleh warga Amerika Serikat adalah metode pelatihannya yang humanis dengan pendekatan kekeluargaan. Richard Anthony Subaran, salah seorang pelatih pencak silat berkewarganegaraan AS di Akademi Pencak Silat Al-Azhar di Maryland, Washington DC, mengatakan bahwa saat ini di AS semakin banyak saja orang Amerika yang berorientasi pada sifat-sifat kekeluargaan. Hal inilah
yang kemudian mendorong semakin berkembangnya Pencak Silat di AS, khususnya di Washington DC. Forum diskusi terbuka “Pencak Silat for The World” ini dihadiri oleh warga Indonesia yang mengembangkan pencak silat di Eropa, Amerika, Afrika Selatan dan sejumlah negara lainnya. Salah satu anggota diaspora Indonesia yang tinggal di Afrika Selatan, Sariat Arifin, mengatakan bahwa sejak tahun 2009 sampai dengan saat ini, sudah banyak dibuka kelas-kelas pencak silat yang bernaung dibawah Perguruan Pencak Silat Al-Azhar. Kelas-kelas tersebut tersebar antara lain di Pretoria, Capetown dan Johannesburg. Pencak Silat juga sudah diakui sebagai cabang olah raga beladiri oleh insitusi olahraga resmi, dan bahkan sudah diikutsertakan dalam acara pembukaan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Kendala klasik yang dihadapi dalam pengembangan pencak silat di Afrika Selatan, selain persoalan dana, adalah terbatasnya jumlah pelatih, minimnya penguasaan Bahasa Inggris dalam pelatihan silat, serta sulitnya memperoleh visa tinggal bagi pelatih yang didatangkan dari Indonesia. Namun demikian Sariat Arifin meyakini bahwa dalam lima tahun ke depan, upaya untuk menyumbangkan sembilan suara pendukung pencak silat untuk masuk dalam Olimpiade dari sembilan negara yang ada di kawasan selatan Afrika, dapat diwujudkan.[]
Da’i Bachtiar :
Menyelesaikan Pers TKI di Malaysia Den Kepala Dingin
Kebudayaan, Fondasi Memperkuat Hubunga RI - Suriname
Nia Zulkarna
“KIN
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
Direktorat Diplomasi Publik
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035
http://www.tabloiddiplomasi.org
[email protected]
Film Bertema Bulutang Pertama di Du