II, Tgl.- 15 - 14 Agustus No. 49 Tahun IV,No. Tgl.21, 15Tahun Nopember 14 Juli Desember 2011 2009
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.org Interaksi
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Menlu RI :
Mengenang Seratus Tahun Mohammad Roem
Kontribusi Islam Dan Demokrasi Dalam Membangun Indonesia Da’i Bachtiar :
Menyelesaikan Persoalan TKI di Malaysia Dengan Kepala Dingin Kebudayaan, Fondasi Untuk Memperkuat Hubungan RI - Suriname
Peningkatan Daya Saing Daerah Nia Zulkarnaen : Menghadapi Pasar Tunggal“KING” ASEAN
Film Bertema Bulutangkis Pertama di Dunia
771978 917386
ISSN 1978-9173
Email:
[email protected] Outstanding
9
Students for the World 2011
Memperkuat Konstituen Diplomasi di Kalangan Pemuda
771978 917386 9
www.tabloiddiplomasi.org
ISSN 1978-9173
Email:
[email protected] Email:
[email protected]
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Daftar Isi >4 >5 >6 >7 >
8
Fokus
Peningkatan Daya Saing Daerah Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN
Fokus,A
Mencermati Pasar Tunggal ASEAN
> 10
bingkai
> 14
FOKUS
> 16
SOROT
> 20
sosok
> 21
kilas
Fokus Menigkatkan Daya Saing Untuk Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN
Fokus Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN, Jombang Permudah Prosedur Investasi
Fokus Pasar Tunggal ASEAN Strategi Pemkab Jombang Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Daerah
>9
> 12
Fokus “Peluang dan Tantangan Daerah dalam ASEAN Economic Community 2015”
Outstanding Students for the World 2011 Memperkuat Konstituen Diplomasi di Kalangan Pemuda
Spirit ASEAN Dalam Penyelesaian Sengketa
Dubai Strategis Untuk Dijadikan Mitra Bagi Indonesia
Ronny Prasetyo Yuliantoro Tak Punya Alasan Khusus Untuk Menjadi Diplomat
Sidang Komisi Bersama Bilateral Indonesia – Malaysia
fokus Trade Expo Indonesia Ke-26 Lampaui Target
Trade Expo Indonesia Sebagai Upaya Penguatan Nation Branding 22
K
I
L
A
S
Diplomasi
Teras Diplomasi Komunitas ASEAN 2015 sudah berada di depan mata, dan implikasinya adalah bahwa masyarakat dan bangsa Indonesia sudah harus siap menghadapi era persaingan yang semakin ketat. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus memiliki daya saing yang tinggi agar dapat mempertahankan peran sentralnya di ASEAN. Sehingga dengan demikian kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang dicita-citakan oleh segenap masyarakat dan bangsa Indonesia dapat diwujudkan dengan baik. Kemakmuran sebuah negara atau bangsa hanya dapat diwujudkan apabila tidak mengandalkan kekayaan alam yang dimilikinya semata, tetapi berusaha keras untuk meningkatkan kualitas kemampuan masyarakat dan bangsanya menjadi masyarakat yang produktif, kreatif dan inovatif. Kekayaan alam yang dimiliki harus digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, derajat kesehatan, dan tingkat keterampilan masyarakat, termasuk pembangunan infrastruktur yang dapat memperlancar kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia adalah salah satu pilar penting dalam hal daya saing, dimana hakekat membangun bangsa atau masyarakat bukanlah semata memaksimumkan pertumbuhan PDB, melainkan memaksimumkan kemampuan produktif sumber daya manusianya. Dan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari peningkatan kemampuan produktif sumber daya manusia ini akan bersifat lestari dan berkelanjutan. Daya saing yang kita miliki harus digunakan untuk menarik dan mengembangkan investasi yang berkualitas, yaitu investasi yang menyerap tenaga kerja lokal dan memanfaatkan produk bahan baku lokal serta dapat di take over dan dikembangkan oleh para pelaku bisnis lokal, dalam konteks meningkatkan kemandirian bangsa dan negara. Kualitas pendidikan yang merupakan salah satu pilar dari daya saing, harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu secara berkesinambungan, dan jika kita bisa meningkatkan kualitas pendidikan kita sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka Indonesia bukan hanya akan mampu bersaing di kawasan melainkan dalam lingkup global, daya saing Indonesia di kancah dunia tentunya akan semakin maju dan meningkat tajam. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama dalam upaya menghadapi serbuan tenaga kerja asing terampil ke Indonesia. Kita perlu mengatur profesi-profesi dan organisasi profesi yang ada sedemikian rupa sehingga tidak semua tenaga terampil asing akan bisa dengan ‘leluasa’ masuk ke Indonesia. Demikian pula halnya dengan serbuan produk-produk asing. Satu-satunya cara awal yang menjadi kunci kita untuk bisa menghadapi berbagai macam produk asing yang sangat menggiurkan sehingga kita tetap bisa bersaing di era pasar tunggal nantinya adalah “cintailah produk-produk dalam negeri”. Kita harus berupaya menjadikan produk dalam negeri untuk bisa lebih bersaing dan dapat dipercaya oleh konsumen, khususnya konsumen dalam negeri sendiri. Jangan tergiur dengan rumput di halaman tetangga yang tampak lebih hijau, yakinlah bahwa rumput di halaman rumah kita sendiri jauh lebih baik dari rumput tetangga. Hanya dengan cara itu Indonesia bisa terbebas dari serbuan produk-produk asing, dan surplus kita dalam bidang perdagangan bisa terus kita tingkatkan. Ini adalah tugas kita bersama, jajaran pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat. Marilah kita membangun negara dan daerah kita dengan sikap dan paradigma yang benar, serta dengan visi jangka panjang yang tepat.
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Pelindung Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Pengarah Direktur Diplomasi Publik penanggung jawab/Pemimpin Umum Firdaus, SE. MH Pemimpin Redaksi Khariri Ma’mun Redaktur Pelaksana Cahyono dewan redaksi Fransiska Monika Sitompul Isak Barry Kafiar Dila Trianti Staf Redaksi Saiful Amin Arif Hidayat M. Fauzi Nirwansyah Dian harja Irana Tata Letak dan Artistik Tsabit Latief Distribusi Mardhiana S.D. Suradi Sutarno Harapan Silitonga Kontributor M. Dihar Staf Diplomasi Publik Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021-68663162, Fax : 021-86860256, Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I Sumber Gambar Cover :
hbgholdings.com managemenresiko.wordpress.com
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected] Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Diplomasi
4
FOKUS
Peningkatan Daya Saing Daerah Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN Ir. Adi Prasetyo MM
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Jombang Perbedaan antara negara maju dengan negara berkembang itu tidak terletak pada usia dari negara bersangkutan, hal ini dapat dicontohkan dengan India dan Mesir yang usianya sudah sangat tua tetapi kondisinya kurang lebih sama dengan Indonesia, padahal mereka jauh lebih tua dari Indonesia. Di sisi lain ada negara seperti Singapura, Australia dan New Zealand yang usianya masih muda namun jauh lebih maju. Inilah yang kemudian harus menjadi bahan pemikiran kita, mestinya yang lebih tua itu memiliki pengalaman yang lebih banyak, tetapi untuk negara ternyata tidak berlaku hal seperti itu. Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara ternyata juga tidak menjamin bahwa negara itu akan menjadi kaya atau miskin, manakala negara tersebut tidak dapat mengelola sumber daya alam yang dimilikinya dengan baik, contohnya Indonesia. Sementara Jepang yang hanya memiliki luas wilayah dan sumber daya alam terbatas ternyata mampu berkembang secara baik dengan tingkat akselerasi yang tinggi sehingga kemudian menjelma menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia saat ini. Contoh yang lebih ekstrim adalah Swiss, sebuah negara kecil yang tidak memiliki sumber daya alam apapun. Mereka tidak punya perkebunan cacao dan peternakan sapi, tetapi menjadi produsen coklat terbaik di dunia saat ini. Tingkat keamanan di Swiss juga cuma begitu-begitu saja, tetapi banyak orang dari berbagai negara yang menyimpan uangnya di bank-bank di Swiss. Sementara Indonesia memiliki segalanya, tetapi belum bisa menjadi negara maju seperti itu. Inilah yang perlu menjadi refleksi kita bersama. Informasi yang saya terima, bahwa dalam hal tingkat kecerdasan, sumber daya manusia di negara maju maupun
No. 49 Tahun IV
negara berkembang sebenarnya relatif sama. Hal ini dibuktikan oleh temanteman kita yang kuliah di luar negeri yang ternyata tidak kalah dengan mereka. Ras ternyata juga demikian, bahwa warna kulit ternyata tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan. Bangsa Indonesia yang mungkin malas di negerinya sendiri tetapi ketika berada di negara lain ternyata bisa menjadi sumber daya manusia yang sangat bagus. Perbedaannya ternyata terletak pada sikap atau perilaku yang telah terbentuk sepanjang tahun, inilah yang harus menjadi refleksi kita bersama dalam kaitan peningkatan daya saing. Ada prinsip-prinsip dasar yang mungkin kita agak lemah, sehingga tingkat daya saing kita menjadi agak sedikit tertinggal. Prinsip dasar tersebut adalah etika, kejujuran, integritas, tanggung jawab dan sebagainya, termasuk berusaha keras untuk menabung dan melakukan investasi, sekecil apapun investasi tersebut. Selanjutnya adalah kerja keras, inovasi dan tepat waktu, ini adalah prinsip dasar kehidupan yang mungkin belum sepenuhnya kita lakukan sehingga daya saing kita agak tertinggal. Hanya sebagian kecil saja yang menggunakan prinsip dasar tersebut. Dan kalau bicara ASEAN, mungkin Indonesia agak sedikit tertinggal dari Singapura dan Malaysia dalam hal ini. Jadi kalau kita miskin itu bukan disebabkan karena sumber daya alam yang kurang atau alam yang kejam, tetapi karena perilaku kita sendiri yang belum mengarah kepada suatu upaya bagaimana meningkatkan daya saing. Ini merupakan refleksi bahwa kita harus mulai berubah dan bertindak mulai dari mana saja, karena perubahan itu berasal dari diri kita sendiri. Berbicara mengenai strategi
Dok. mediaindonesia.com
peningkatan daya saing, ada 4 (empat) pilar didalam blueprint ASEAN sebagai pasar tunggal. Dari pilar-pilar tersebut ada satu konsekuensi yang akan kita hadapi, pertama bahwa persaingan itu pasti akan semakin kuat diantara negara-negara ASEAN sendiri, dan semuanya pasti akan saling berebut untuk memperluas pangsa pasarnya. Kedua, harus ada penyehatan iklim investasi di Indonesia. Di sisi lain tuntutan konsumen juga akan semakin tinggi tidak hanya terhadap produk tetapi mungkin juga sudah berkembang pada dari mana produk itu di produksi dan dari bahan yang mana. Ini berkaitan dengan eco-labeling, dimana produk kayu lapis yang kita ekspor akan ditolak oleh negara-negara yang sudah menerapkan hal ini jika bahan dasarnya tidak bersertifikasi eco-labeling. Sementara Pemkab Jombang masih dalam tahap persiapan terkait sertifikasi eco-labeling ini. Arus lalu-lintas jasa dan barang juga akan semakin luas, dimana tenaga kerja dari negara-negara ASEAN bisa masuk ke Indonesia dengan bebas. Ini mengandung satu konsekuensi bahwa pesaing kita juga terus bertambah. Selanjutnya adalah struktur ekonomi yang masih belum mendukung sampai dengan saat ini, kelihatannya mungkin bagus tetapi secara realitasnya kalau di analisis struktur ekonomi kita sebetulnya seperti apa. Kemudian semakin terbukanya pasar yang menuntut kita untuk melakukan upaya-upaya seperti branding dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang ingin kita branding. Kabupaten Jombang dikatakan memiliki pengelolaan keuangan daerah yang baik, tetapi itupun belum tentu seiring dengan peningkatan potensi daerah, karena masih ada gap atau penghalang yang selama ini menjadi hambatan bagi kita. Di dalam RPJM dan RPJP Kabupaten
Jombang, kami mengartikan daya saing itu sebagai kemampuan perekonomian dalam menjaga pertumbuhan pembangunan dalam tingkat yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan global, baik nasional, regional maupun internasional. Ini yang kemudian mengandung konsekuensi seluruh elemen masyarakat untuk melakukan upaya-upaya peningkatan daya saing. Artinya basis daya saing daerah adalah apa yang menjadi potensi daerah dari seluruh aspek, baik perekonomian daerah, keterbukaan, sistem keuangan dan sebagainya. Prasyarat penguatan daya saing adalah hal yang paling penting. Pertama, inovasi, ada satu persepsi di masyarakat kita terutama di Jombang yang bisa membunuh upaya-upaya yang inovatif. Contohnya pengusaha kecil, kalau kemudian kita minta untuk lebih inovatif itu ada ungkapan ’buat apa, wong begitu saja sudah jalan kok’. Inilah yang bisa membunuh upaya-upaya peningkatan daya saing kita. Inovasi ini mutlak, tanpa inovasi kita tidak usah bicara daya saing. Kedua, kejujuran atas produkproduk yang kita hasilkan, bahwa itu tidak menjiplak. Ketiga yang sangat penting, adalah rasa kebangsaan, buat apa kita melakukan branding atas suatu produk disaat kita sendiri tidak menggunakan produk tersebut. Rasa nasionalisme ini sangat penting dalam konteks penguatan daya saing. Sebenarnya kita sudah dianugerahi dengan potensi yang begitu luar biasa, baik dari sisi geografis maupun kondisi alam yang cukup untuk pengembangan pertanian, namun belum kita lakukan secara optimal. Ekonomi makro kita juga cukup sehat dan selalu di atas target yang ditetapkan, hanya saja yang masih menjadi catatan bahwa pertumbuhan ekonomi ini masih di dominasi oleh aspek konsumsi.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi FOKUS
5
Mencermati Pasar Tunggal ASEAN Dr. M. Nasih, MT. Ak
Wakil Rektor II Unair, Surabaya
Terkait dengan blueprint Komunitas Ekonomi ASEAN, ada empat hal yang akan dituju. Pertama adalah keinginan untuk segera adanya pasar tunggal ASEAN. Kedua, menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang berdaya saing tinggi. Ketiga, menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan yang merata, dan Keempat, menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi. Untuk saat ini, keinginan untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan pengembangan yang merata tampaknya masih agak sulit dilakukan, karena ego dari masing-masing negara pastinya akan sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan adanya pertumbuhan dan pengembangan kawasan yang lebih merata di ASEAN. Masing-masing tentunya akan memikirkan negaranya, sehingga yang menjadi posisi utama saat ini adalah ASEAN sebagai pasar tunggal. Ada beberapa hal yang harus dicatat di sini, bahwa tujuan ASEAN sebagai pasar tunggal ini menurut saya pastinya akan diperjuangkan oleh banyak negara kecuali Indonesia, karena ternyata dengan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal, maka negara-negara selain Indonesia itu akan memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang menurut saya harus dicermati sejak dini, karena ukuran pasar Indonesia itu besarnya dua kali lipat dari ukuran pasar ASEAN selain Indonesia. Misalnya terkait dengan jumlah penduduk, PDB dan lain-lainnya, sehingga Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial. Menurut saya pemahaman ini harus difahami sebenarbenarnya, sehingga dengan demikian strategi kita kedepan akan menjadi lebih baik. Di dalam pasar tunggal ASEAN akan ada banyak hal yang berseliweran, dan itu harus kita cermati bersama. Yang sudah pasti adalah arus bebas barang, dimana barang bisa berseliweran kesana-kemari tanpa diketahui asalusulnya. Kalau kita cermati setiap produk yang kita konsumsi tentunya kita akan melihat sebenarnya produk itu berasal dari mana. Kalau setiap produk yang kita konsumsi itu kita catat
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
made in negara mana, maka kita pasti akan menemukan bahwa produk made in Indonesia itu sangat sedikit sekali dibandingkan sedemikian banyaknya komoditas yang bebas berseliweran kesana-kemari. Selanjutnya yang kedua adalah sektor jasa, misalnya profesi akuntan, nantinya yang ada di Indonesia itu bukan hanya akuntan Indonesia, tetapi juga akuntan dari negara lainnya karena mereka akan masuk ke Indonesia. Sama halnya dengan UGM, pada tahun lalu Unair juga menetapkan kebijakan untuk menstop mahasiswa kedokteran dari Malaysia. Dalam hal ini ada indikasi bahwa ketika lulus mereka tidak akan langsung ditarik ke Malaysia melainkan dipekerjakan di kedubes-kedubes dan tempat-tempat yang disana ada orang Malaysia. Indikasi kedua, ternyata bahwa yang dikirim ke Indonesia itu adalah caloncalon dokter yang secara keilmuan tidak mumpuni, sehingga untuk memproses mereka menjadi dokter diperlukan effort yang luar biasa, dan karena itu mereka di kirim ke Indonesia, termasuk ke UGM dan Unair. Ketika di test nilainya memang tidak bagus dan umumnya kualitas mereka sangat jauh berada di bawah standar lulusan SMA kita yang masuk ke kedokteran. Tapi kemudian itu juga akan menjadi pesaing-pesaing kita khususnya di Indonesia. Kemudian yang ketiga adalah arus investasi atau arus modal. Yang sekarang sedang ramai kita bicarakan adalah bahwa dengan pasar tunggal maka akan ada arus bebas tenaga kerja terampil, ini yang masih sangat diperjuangkan oleh Indonesia. Suatu barang itu kalau tidak ada yang membawanya maka dia akan tetap berada ditempatnya, berbeda dengan orang, yang meskipun tidak memenuhi syarat mereka akan berjuang untuk bisa sampai ke negara yang di inginkan. Indonesia memang mempunyai keunggulan kompetitif disini, tapi sayangnya untuk tenaga terampil kita kalah dengan Filipina. Mereka mengirim para perawat dan sebagainya yang memang memiliki keterampilan ke negara-negara ASEAN lainnya. Untuk mengurusi kebutuhan di dalam negeri
saja kita belum cukup, alih-alih dikirim untuk melayani penduduk di negara yang lain. Growth Domestic pasar Indonesia, komposisinya adalah 1,39% dari Growth Domestic produk dunia pada saat ini. Sementara negara-negara ASEAN lainnya hanya dibawah 1% kontribusi dari Growth Domestic Bruto nya. Populasi Indonesia berjumlah 232 juta, sementara Singapura yang merupakan negara paling kaya perkapitanya di ASEAN, populasinya hanya 4,8 juta. Melihat komposisi ini, maka keunggulan utama Indonesia terkait dengan pasar tunggal ini cuma satu, yaitu bahwa Indonesia merupakan pasar yang baik bagi negara-negara ASEAN yang lainnya. Komposisi Indonesia ini memang sangat bagus untuk menjadi pasar dan bukan sebagai pemain, hanya sebagai penonton dan konsumen. Ini sangat luar biasa, sehingga dalam berbagai macam perhitungan pendapatan perkapita atau pertumbuhan ekonomi dan lainlain, seringkali yang kita hitung adalah dari sisi konsumsi dan bukan dari sisi pendapatan. Dalam hal komposisi ekspor-impor, kita paling prihatin dengan Thailand. Dengan negara ASEAN lainnya ekspor kita lebih besar, sementara dengan Thailand, menurut data bulan Juni 2011, kita devisit sebesar 752 juta USD. Devisit itu sedemikian besar, sehingga Thailand menjadi pesaing utama kita dalam melakukan banyak hal untuk menghadapi persaingan bebas nantinya. Meskipun dengan negara-negara lainnya Indonesia surplus, tetapi kalau melihat besarannya maka hal ini menjadi agak mengecewakan karena ekspor terbesar kita adalah berupa tekstil dan produk tekstil, sementara yang lainnya adalah produk perikanan, jasa, elektronik, karet, kelapa sawit, alas kaki dan otomotif. Saingan utama kita untuk produk tekstil adalah Vietnam, untuk produk elektronik saingan utama kita adalah Malaysia dan Thailand, untuk produk karet dan kelapa sawit kita bersaing ketat dengan Malaysia, sedangkan untuk alas kaki dan otomotif kita bersaing ketat dengan Thailand. Banyak sekali produk-produk yang sekarang kita pakai, misalnya
Toyota yang bukan buatan Indonesia, yang dirakit di Thailand. Black Berry pilihannya justru ke Malaysia dan bukan Indonesia, padahal pengguna BB terbanyak justru di Indonesia. Ini semua menjadikan kita sungguh-sungguh prihatin. Ada dua hal utama yang menyebabkan produk kita tidak mampu bersaing. Pertama, yang seringkali menjadi catatan bahwa produk kita cost nya mahal dan ini terkait dengan energi yang kita gunakan dimana kita lebih banyak menggunakan BBM yang relatif lebih mahal dibandingkan bahan bakar lainnya, sehingga produk-produk Indonesia cenderung lebih mahal. Kedua, adanya bahan baku yang berasal dari impor. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dimana Indonesia terkenal dengan ekonomi biaya tinggi terutama karena banyaknya pungli, korupsi dan lain-lain. Beberapa catatan yang saya kira menjadi penting, bahwa dibandingkan dengan 142 negara lainnya di dunia, Indonesia berada pada urutan 46 tertinggi terkait dengan daya saing. Tapi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih kalah dengan Singapura, Malaysia, Brunei dan Thailand. Ini adalah posisi riil Indonesia pada 2011-2012. Tahun lalu (2010-2011) posisi Indonesia masih lebih baik, yakni peringkat 44, meskipun dari sisi urutan tetap saja kita berada pada posisi lima dibawah Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand. Disamping itu ada basic requirement yang kemudian diperlukan untuk menentukan daya saing, dari sisi ini posisi Indonesia lagi-lagi berada pada posisi lima atau rangking 53 dunia. Dari sisi efisiensi, posisi Indonesia juga tidak terlalu bagus, yaitu urutan ke-56, sehingga kalau kita ingin memenangkan persaingan maka masalah efisiensi ini harus diperbaiki. Demikian juga tentunya dengan infrastruktur. Kemudian yang tidak kalah pentingnya agar daya saing kita menjadi lebih baik adalah inovasi dan sophistication, dimana Indonesia berada pada urutan 41 dunia. Jadi ada beberapa indikator terkait dengan daya saing Indonesia ini. []
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
6
F O K U S
Meningkatkan Daya Saing Untuk Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN Adalah penting bagi kita untuk bagaimana menjadi yang dipilih, karena dunia ini telah semakin bebas dan tanpa batas, apalagi nanti kalau sudah masuk tahun 2015. Dulu, salah satu bukti kedaulatan negara adalah berupa otoritas pemerintah untuk bisa menghadang orang asing yang akan masuk atau warga negara yang akan keluar. Pemerintah memiliki otoritas untuk melarang penjualan produk ke luar negeri atau melarang produk dari luar negeri masuk ke Indonesia. Sekarang hal itu sudah usang, dunia sudah berubah, sudah sejak tahun 1994 Indonesia membuka diri dengan menandatangani suatu perjanjian di bidang perdagangan. Artinya bahwa lalu-lintas barang sudah tidak lagi bisa dihadang, sementara para investor multinational corporation juga tidak risau untuk meninggalkan Indonesia walaupun pasar Indonesia itu sangat besar. Mereka memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan pindah ke Malaysia karena mereka dengan mudah bisa mengekspor produknya ke Indonesia. Karena Indonesia sudah menandatangani perdagangan bebas melalui beberapa paket, maka kita tidak bisa lagi menghadang masuknya produk-produk luar negeri. Jadi berbagai produk merek luar negeri yang banyak meninggalkan Indonesia itu tidak risau akan kehilangan pasar di Indonesia meskipun tidak membuka pabrik di Indonesia, dan ini bukan hanya berlaku pada produk barang melainkan juga jasa, termasuk tenaga kerja terampil. Jangan heran kalau nanti semakin banyak dokter yang berpraktek di Indonesia adalah dokter dari negara lain atau warga negara asing. Yang menjadi pembahasan kami di UGM adalah apakah kita akan membatasi mahasiswa kedokteran UGM yang berasal dari Malaysia yang terus meningkat setiap tahun. Kemudian kami memutuskan untuk hanya menerima maksimal 30 orang saja, sebab kalau ini dibuka dampaknya sangat tidak menguntungkan bagi kita. Fakultas Kedokteran Tropis UGM memang banyak sekali menerima mahasiswa asing karena minat mahasiswa asing yang sangat tinggi. Mereka tertarik dan ingin mempelajari penyakit tropik, karena penyakit tropik itu berbeda dengan penyakit di negara-negara Barat, dan untuk bisa berpraktek di Indonesia
No. 49 Tahun IV
maka mereka harus belajar di Fakultas Kedokteran Tropis. Kalau ini kita buka maka habislah Indonesia, karena para dokter kita tidak bisa praktek. Investasi juga demikian, dimana lalu-lintas uang begitu tinggi dan bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya dalam beberapa detik. Kita bisa mengirim uang kemana saja melalui ATM hanya dalam waktu beberapa detik saja. Rejim moneter begitu kuat sekarang ini dan kita khawatir terjadi capital flight. Jadi point nya adalah apakah kita menjadi yang terpilih atau tidak, apakah produk kita akan dipilih oleh konsumen dan apakah negara kita akan dipilih oleh investor. Kalau kita tidak menjadi yang dipilih, maka selesailah sudah dan kita hanya akan menjadi konsumen. Adalah mengenaskan bahwa sebagai negara agraris ternyata Indonesia harus ke Vietnam dan Thailand untuk mencari beras, karena cadangan beras kita menurun. Ketahanan pangan Indonesia sebenarnya tidak bermasalah, karena setiap hari kita masih bisa makan nasi tiga kali sehari, tetapi ketahanan pangan itu ternyata tidak mencerminkan kedaulatan kita atas pangan. Kita sudah tidak berdaulat lagi di pangan dan harus membelinya ke negara lain. Hal ini tentunya akan mempersulit Kemlu dalam menjalankan diplomasi. Itu baru soal beras, belum lagi bicara energi. Indonesia adalah negara produsen minyak tapi sekaligus juga pengimpor minyak. PLN kesulitan membeli batubara, padahal Indonesia adalah produsen dan pengekspor batubara terbesar di dunia. Sementara cadangan batubara terbesar di dunia sebetulnya berada di China, namun mereka tidak menjadi produsen apalagi pengekspor batubara karena batubara merupakan sumber energi yang murah. Sementara kita menjualnya habis-habisan ke China, dan suatu saat nanti kita akan mengalami krisis energi lalu mengemis energi itu dari negara lain. Keambrukan kedaulatan kita bukan disebabkan karena senjata, melainkan karena hal-hal itu tadi. Ini sesuatu yang mengerikan bagi kita dan oleh karena itu kita harus konsentrasi serius untuk menjadi yang dipilih. Produk kita dipilih oleh konsumen luar negeri dan juga dipilih oleh bangsa kita sendiri, negara dan daerah-daerah kita dipilih oleh investor yang berkualitas. Saya tegaskan disini bahwa yang memilih kita adalah investor yang berkualitas, karena banyak
investor yang datang ke Indonesia sekarang ini adalah investor yang tidak berkualitas. Fokus mereka hanyalah ingin mengeksploitasi sumber daya alam yang kita miliki, mereka hanya mengeruk tambang, minyak dan seterusnya. Oleh karena itu daya saing produk menjadi suatu yang penting, yaitu produk yang berkualitas dan murah, karena bisa jadi beras berkualitas yang kita beli dari luar negeri itu harganya lebih murah dibandingkan beras dalam negeri, sebab banyak sekali komponen yang membuat produk dalam negeri menjadi mahal. Adalah sangat aneh ketika produk kita bahkan tidak dipilih oleh rakyat kita sendiri. Karena itu kita harus berupaya menciptakan kondisi yang menjadikan kita terpilih oleh investor, menjadikan produk kita dipilih oleh konsumen luar negeri dan masyarakat kita sendiri. Untuk menjadi yang terpilih kita harus menciptakan situasi yang terkait dengan dua hal, yaitu kepastian dan efisiensi (murah). Kita membutuhkan kepastian hukum tetapi juga yang bisa dicapai dengan cara yang efisien atau murah. Kita perlu kepastian dalam bentuk keamanan tapi yang bisa kita peroleh dengan murah tanpa harus menyewa satuan pengamanan atau menambah honor para petugas keamanan, karena hal itu sudah menjadi tugas negara. Kita butuh kepastian politik, kebijakan yang tidak berubah-ubah, cara kerja birokrasi yang tidak banyak pungli dan berlamalama, listrik, dan air bersih yang bisa kita dapatkan dengan biaya yang murah. Ketika hendak menjenguk seorang teman yang sakit di Singapura, kebetulan di pesawat saya duduk bersebelahan dengan orang Indonesia berwajah oriental yang ternyata adalah seorang konsultan pendirian pabrik chemical di Singapura. Pabrik itu ternyata juga bukan milik pengusaha Singapura melainkan milik investor asal Indonesia. Ketika saya tanya kenapa tidak membangun pabrik itu di Indonesia padahal Indonesia banyak sekali memiliki ahli kimia, dia katakan itu tidak bisa, karena pabrik kimia ini membutuhkan pasokan listrik dan air bersih yang stabil, sementara PLN dan PDAM tidak berani mengambil resiko seandainya listrik mati dan pasokan air menjadi kotor. Di Singapura mereka berani menanggung hal itu karena disana ada kepastian untuk listrik dan air bersih. Disamping itu telekomunikasi dan transportasi juga pasti dan efisien,
Dok. Diplik
Prof. Pratikno MSoG. SC Guru Besar dan Dekan Fisipol UGM, Yogyakarta
sementara di Indonesia kita sering mendengar bahwa truk-truk pengangkut berbagai komoditas harus antri di Merak dan Bakaheuni hingga beberapa kilometer sehingga memakan waktu hingga berhari-hari. Bisa dibayangkan berapa cost yang harus dikeluarkan dan resiko yang harus ditanggung untuk menghadapi kemacetan seperti itu. Daya saing itu menyangkut banyak hal, dan oleh karena itu kita harus bersaing untuk menciptakan daya saing agar produk kita dapat bersaing dan kita mampu menarik investasi. Karena dunia semakin bebas, tentunya pembeli akan memilih produk yang bagus dan murah serta tidak peduli dengan yang namanya nasionalisme. Nasionalisme pembeli adalah produk yang bagus dan murah, jadi kalau kita ingin mempertahankan nasionalisme Indonesia maka kita harus menciptakan produk yang bagus dan murah. Kalau kita ingin menciptakan nasionalisme Indonesia untuk menarik investasi, maka kita harus menciptakan situasi yang pasti dan efisien. Yang menjadi problem kita adalah terbatasnya anggaran, oleh karena itu kita perlu melakukan inovasi. Saya kira persaingan antara para pengusaha di tingkat global itu luar biasa, tetapi persaingan yang paling dahsyat adalah persaingan antar negara dan termasuk persaingan antar daerah, kalau kita tidak berani bersaing maka kita hanya akan menjadi konsumen dan penonton saja. Supaya daerah-daerah ini berani bersaing, maka pemerintah harus menjadi pemimpin yang baik bagi peningkatan kepastian dan efisiensi.
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi F
O
K
U
S
7
Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN, Jombang Permudah Prosedur Investasi
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
”Satu hal yang penting adalah masalah infrastruktur yang sangat rendah yang disebabkan karena sebagian besar dana APBN dan APBD lebih banyak terserap untuk belanja pegawai. Sekitar 40% APBN/APBD terutama APBD di seluruh Indonesia terserap hanya untuk belanja pegawai yang tidak langsung, angkanya mencapai sekitar 174 triliun rupiah (total APBD seluruh kabupaten/kota di Indonesia) dan itu belum termasuk APBN.” masalah infrastruktur yang sangat rendah yang disebabkan karena sebagian besar dana APBN dan APBD lebih banyak terserap untuk belanja pegawai. Sekitar 40% APBN/APBD terutama APBD di seluruh Indonesia terserap hanya untuk belanja pegawai yang tidak langsung, angkanya mencapai sekitar 174 triliun rupiah (total APBD seluruh kabupaten/kota di Indonesia) dan itu belum termasuk APBN. Sementara untuk belanja modal seperti membangun jalan, gedung dan lain-lainnya, hanya sebesar 96 triliun rupiah atau 22%. Karena itu dari sisi
infrastruktur kita sudah pasti akan terus kalah, karena sebagian besar dananya habis untuk mengurus birokrasi yang terlalu gemuk. Kedepan yang perlu dilakukan adalah adanya komitmen yang tinggi dari semua birokrasi dan juga masyarakat untuk mengurangi atau memberantas high cost economy karena daya saing kita ditentukan oleh mahal tidaknya produk kita. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan study dalam proses pengambilan keputusan, karena seringkali terjadi bahwa Surabaya memutuskan A, Jombang memutuskan B, Jakarta memutuskan
Diplomasi Meningkatkan Daya Saing Daerah Siti Nugraha Mauludiah Direktur Kerjasama Teknis Bagaimanapun diplomasi itu bukan hanya menjadi tanggung jawab Kemlu semata, karena diplomasi itu ibarat sebuah pertandingan sepak bola dimana sebuah goal yang dihasilkan oleh suatu team sepak bola tidak hanya dikarenakan oleh strikernya, tetapi juga karena keterlibatan dan kontribusi seluruh anggota team mulai dari pemain belakang, tengah dan striker itu sendiri. Jadi peran masyarakat juga sangat besar dalam pelaksanaan diplomasi Indonesia. Seperti misalnya dalam hal permasalahan TKI, dan juga adanya image yang kurang baik terhadap pesantren. Saya yakin masyarakat juga mengetahui dari berbagai mass media bahwa pada akhir-akhir ini citra Kemlu juga agak sedikit kurang baik, terutama dalam hal penanganan TKI/ TKW di luar negeri. Sebetulnya dalam hal ini kami di Kemlu dan Perwakilan tidak bisa berbuat apa-apa dalam hal permasalahan yang terkait dengan kurang bagusnya penataan di dalam negeri. Bagaimanapun permasalahan TKI/TKW di luar negeri itu bukan hanya permasalahan perlindungan di luar negeri melainkan juga dari dalam negeri sendiri, mulai dari saat perekrutan dan pengiriman.
C, Yogyakarta memutuskan D dan seterusnya sehingga menjadi tidak nyambung. Langkah selanjutnya adalah melakukan upaya lanjutan dengan melibatkan seluruh elemen yang merupakan aspek-aspek strategis. Jombang misalnya harus melibatkan Unipdu, karena Unipdu bisa menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Unipdu juga bisa melakukan berbagai penelitian yang bisa menghasilkan berbagai macam bibit unggul. Kalau sekarang ini ada durian Bangkok maka nanti akan ada kates Jombang, padi Jombang dan sebagainya yang semuanya berasal dari Jombang.[]
Dalam hal ini saya melihat peran Unipdu dalam kaitannya dengan permasalahan TKI, yaitu bisa berkontribusi untuk turut menjamin bahwa pengiriman tenaga kerja, terutama yang berasal dari Jombang, adalah tenaga kerja yang terutama mengetahui akan hak dan kewajibannya sehingga mereka tidak menjadi korban. Ini merupakan salah satu contoh dari pelaksanaan total diplomasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Jadi setiap masyarakat Indonesia memiliki peran dalam hal pelaksanaan diplomasi Indonesia. Disamping itu, Kabupaten Jombang juga perlu melakukan kajian untuk memperoleh rekomendasi terkait upaya peningkatan daya saing, terutama daya saing Kabupaten Jombang, karena dalam konteks kerjasama internasional, sepertinya Indonesia hanya menjadi objek dalam hal pasar tunggal ASEAN, karena pasar Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN yaitu sekitar 240 juta. Ini sangat potensial untuk pasar produk-produk ASEAN, dan karena itu maka pada saat yang sama kita juga harus bisa memanfaatkan pasar tunggal ASEAN ini untuk memasarkan produk-produk kita. Dalam hal ini diharapkan kita bisa bersama-sama menyamakan persepsi mengenai apa yang bisa kita manfaatkan dari pasar tunggal ASEAN, dan khususnya dari ASEAN itu sendiri. [] Dok. Diplomasi
Ada beberapa hal penting yang perlu dipahami untuk bisa meningkatkan daya saing Indonesia. Hal-hal penting yang harus dibenahi, yaitu pertama adalah hal-hal yang menyebabkan produk-produk Indonesia menjadi high cost dan kalah bersaing. Kemudian membenahi hal-hal yang menyebabkan investor enggan masuk ke Indonesia, seperti masalah korupsi. Bukan rahasia lagi karena sudah diketahui oleh dunia, dimana korupsi di Indonesia itu sangat luar biasa bahkan masuk kedalam kelompok 10 negara terkorup, karenanya berdampak pada investor yang ingin masuk ke Indonesia. Hal yang lebih parah adalah bahwa kekayaan yang dihasilkan dari korupsi itu tidak digunakan untuk menghidupkan ekonomi Indonesia tetapi justru disimpan dan membangun usaha di Singapura. Dari beberapa informasi perbankan kita mengetahui bahwa para pejabat Indonesia mempunyai simpanan uang di bankbank di Singapura sehingga ketika ada urusan dengan Singapura ini menjadi mempersulit posisi Indonesia karena banyaknya dana yang tersimpan disana. Andai saja orang-orang kaya Indonesia yang menyimpan uangnya di Singapura menarik uang mereka seluruhnya, maka Singapura tidak akan terlalu bagus lagi, karena uang yang di putar di Singapura itu kebanyakan adalah milik orang-orang kaya Indonesia. Dari sisi efisiensi birokrasi, Indonesia juga masih memiliki masalah, demikian juga dengan infrastruktur hingga ke aturan-aturan fabrikersnya. Kesehatan masyarakat dan ketenagakerjaan kita juga masih ada masalah dan menjadi sorotan, sehingga produk kita menjadi mahal dan investor tidak mau masuk. Jombang termasuk kabupaten yang termudah dalam hal prosedur untuk mengurus usaha, dan yang terburuk adalah di Manado dimana masih ada 11 prosedur yang harus dilewati dan memakan waktu hingga 50 hari. Untuk pengurusan terlama ada di Semarang, yaitu mencapai 67 hari. Untuk mengurus IMB yang terburuk adalah Surabaya, yaitu 230 hari sementara yang lainnya rata-rata membutuhkan sekitar 118 hari. Yang paling cepat adalah di Makasar dengan 56 hari dan prosedurnya juga tidak banyak. Satu hal yang penting adalah
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
8
fokus
Pasar Tunggal ASEAN Ir. Adi Prasetyo, MM Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kab. Jombang
Strategi Pemkab Jombang Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Daerah
Dok. Diplik
Ada 4 (empat) sektor yang selama ini secara tradisional menjadi penyangga struktur perekonomian Kabupaten Jombang, yaitu sektor pertanian; industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa. Kalau di lihat dari kontribusi seluruh sektor terhadap pertumbuhan dan total PDRB, ada dua sektor yang sangat potensial menjadi mesin-mesin pertumbuhan baru di Kabupaten Jombang, yaitu sektor keuangan serta sektor angkutan dan komunikasi. Di sektor keuangan, bidang persewaan dan jasa perusahaan memiliki proporsi pertumbuhan di atas proporsi terhadap total PDRB. Sementara sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor yang harus digarap secara baik kedepan karena sangat potensial sebagai mesin pertumbuhan baru bagi Kabupaten Jombang. Indikasinya sangat jelas, dimana peningkatan pertumbuhan perbankan selama 5 (lima) tahun terakhir begitu luar biasa. Tingkat inflasi di Jombang juga cukup terkendali, walaupun ada peningkatan di tahun 2010. Secara keseluruhan pertumbuhan Jombang memang cukup bagus, tetapi ketika berada dalam konteks Provinsi Jawa Timur pertumbuhan ini masih belum memuaskan. Posisi Jombang pada 2009 berada pada Kuadran II, sedangkan berdasarkan data sementara pada 2010, posisi Jombang turun di Kuadran IV. Ini tentunya menjadi perhatian bersama Pemkab dan masyarakat Jombang. Untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peringkat Jombang memang cukup bagus dan berada diatas Provinsi Jawa Timur. Disamping itu, skenario Rencana Tata Ruang Jombang merefleksikan bahwa pusatpusat pertumbuhan di Jombang tidak tersentralisasi pada wilayah Kota Jombang semata melainkan terbagi menjadi lima wilayah pengembangan dengan masing-masing memiliki spesifikasi pengembangan yang
No. 49 Tahun IV
berbeda. Kota Jombang ditetapkan sebagai pusat pemerintahan, sementara Ploso sebagai kawasan industri berpotensi pencemaran, Mojo Agung ditetapkan sebagai kawasan ekonomi terpadu untuk mendukung program pemerintah pusat terkait pembangunan Mojopahit Kingdom. Mojowarno dan sekitarnya dikonsentrasikan sebagai kawasan agropolitan, sementara kecamatan Bandar Kedung Mulyo ditetapkan sebagai kawasan industri manufaktur non-polutan sehingga dengan demikian pertumbuhan Jombang diharapkan akan lebih menyebar. Rencana pembangunan jalan tol juga mengandung suatu konsekuensi bahwa Jombang menginginkan pertumbuhan tetapi terpaksa harus berkorban. Keberadaan jalan tol ini menggunakan lebih dari 200 hektar lahan pertanian teknis, belum lagi untuk konversi di pintu-pintu tol. Permasalahan inilah yang saat ini menjadi pembahasan di Pemkab Jombang, yaitu bagaimana mengganti lahan pertanian teknis tersebut. Ini menjadi PR bersama karena core bisnis Kabupaten Jombang adalah sektor pertanian. Refleksi RPJP Kabupaten Jombang pada 2025 adalah sebagai sentral bisnis Provinsi Jawa Timur, dimana saat ini sudah memasuki tahapan kedua dalam realisasi tahapan pelaksanaannya. Tahap kedua ini mentargetkan penumbuhan kawasan strategis dan cepat tumbuh yang berbasis agrobisnis. Program-program strategis yang dilakukan dalam periode kedua ini diharapkan mengalami progress yang baik. Peluang industri pengolahan di Jombang juga masih terbuka luas, dimana Jombang banyak menerima masuknya industri pengolahan akibat dari dampak lumpur Lapindo. Sementara itu peluang pengembangan industri perdagangan di Jombang juga sangat besar, karena letak geografis
Kabupaten Jombang yang sangat strategis. Posisi terakhir Kabupaten Jombang berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPPOD tahun 2009 adalah peringkat 56 dari 291 kabupaten. Bidang pelayanan penanaman modal yang dikelola dengan baik juga memberikan dampak positif, sehingga banyak pemodal terutama dari luar negeri yang berinvestasi di Jombang. Sedangkan dari aspek pengembangan daya saing, berdasarkan LP3EFPO4 tahun 2008, Jombang berada pada posisi 190 dari 493 kabupaten/kota yang di survei. Namun demikian ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Kabupaten Jombang, yaitu government size yang terlalu besar dan produktifitas tenaga kerja yang masih rendah. Hal inilah yang perlu menjadi pemikiran bersama masyarakat dan Pemkab Jombang dalam upaya peningkatan daya saing daerah. Terkait dengan upaya peningkatan kualitas produk UMKM dan UMKM, Pemkab Jombang cukup protektif terhadap para pelaku UMKM. Upaya pengembangannya tidak hanya ditujukan untuk UMKM semata, tetapi ada juga programprogram yang terkait dengan upaya pengembangan kewirausahaan hingga ke pengembangan ekspor. Contoh riil nya adalah berupa souvenir dari Australia yang berupa kanguru dan terbuat dari kayu, itu di produksi di beberapa pelosok desa di Jombang. Berikutnya souvenir dari Jepang yang bentuknya seperti burung hantu atau katak yang bisa ’mantuk-mantuk’, itu juga di produksi di Jombang. Ini merupakan salah satu bentuk penguatan yang dilakukan oleh Pemkab Jombang kepada para pelaku UMKM untuk bisa menembus pasar ekspor, tetapi tentunya tidak semua UMKM di Jombang yang berjumlah sektar 1.000 bisa di sentuh semuanya secara bersamaan. Namun demikian Pemkab Jombang mempunyai tahapantahapan terkait hal tersebut, termasuk
juga untuk mereka yang bergerak di sektor pertanian, yaitu berupa upaya peningkatan nilai tambah. Sebagaimana diketahui, bahwa saat ini para petani yang memproduksi padi masih menjual produksinya dalam bentuk padi juga, memproduksi beras dan menjualnya dalam bentuk beras juga, artinya belum ada peningkatan nilai tambah. Inilah yang akan dikuatkan oleh Pemkab Jombang melalui kebijakan berbasis kawasan dimana ada kawasan pengembangan agropolitan di wilayah selatan yang memiliki kondisi pertanahan yang cukup bagus dengan dukungan hidrologi yang cukup bagus pula. Pusat pengembangan ini ada di Kecamatan Mojowarno, Moro, Bareng dan Wonosala. Dalam hal ini Pemkab Jombang berupaya meng create kawasan-kawasan agropolitan ini secara benar. Dalam konteks pengembangan UMKM, Pemkab Jombang memandang bahwa pelaku UMKM itu tidak hanya berupa pengrajin, melainkan juga mereka yang bergerak di sektor industri pengolahan pangan, sehingga dengan demikian semuanya disentuh melalui usaha yang riil. Di dalam visi Kabupaten Jombang ada satu kata kunci yang agamis, namun bukan berarti bahwa visi ini keluar disebabkan karena di Jombang banyak santri, tetapi kata agamis itu keluar karena dipandang bahwa dimensi agama itu sangat luas, dimana paling tidak berkaitan dengan hablum minallah dan hablum minannas. Kalau hablum minallah adalah urusan masing-masing pribadi kepada sang pencipta, karena itu hablum minannas lah yang kemudian di create oleh Pemkab Jombang. Contoh kecil yang merupakan bagian dari agamis misalnya budaya antri, tertib lalu-lintas, kebersihan dan lain sebagainya, termasuk memanfaatkan comparative advantage. Bagaimana melakukan budidaya pertanian yang agamis yang tidak serta merta mengeksploitasi alam secara berlebihan. Untuk hal ini Pemkab Jombang sedang mengembangkan pertanian organik melalui beberapa tahapan pelaksanaan. Tahap pertama adalah melaksanakan sistem pertanian nonpestisida, dalam kaitan kewajiban memanfaatkan competitive advantage yang diberikan untuk menyambut tantangan kompetitif. Tahap selanjutnya adalah berkaitan dengan perencanaan keberlanjutan pelaksanaan program kesehatan.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi fokus
9
Kementerian Luar Negeri melalui Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik mendukung penyelenggaraan rangkaian acara Grand Launching Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman (UnSoed), Purwokerto yang diselenggarakan pada tanggal 17-18 /10. Seminar nasional ini merupakan wujud dukungan Kementerian Luar Negeri dalam upaya penguatan politik luar negeri Indonesia khususnya dalam proses pencapaian Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Sebagai wujud dukungannya tersebut, pada tanggal 18 Oktober 2011, dengan bertempat di Auditorium Roedhiro UnSoed, Kementerian Luar Negeri mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Peluang dan Tantangan Daerah dalam ASEAN Economic Community 2015” yang mengundang beberapa pembicara, yaitu Mantan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia, Dekan FISIP Universitas AL-Azhar Indonesia sekaligus alumni UnSoed, Prof. Dr. Yahya Muhaimin; Isman Pasha, Kepala UPT Museum Konperensi AsiaAfrika Bandung, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, dan Rumondang Lela Harahap, Kepala Sub-Direktorat Komoditi dan Sumber Daya Alam Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. Seminar ini dihadiri oleh kurang lebih 350 orang undangan dan peserta yang terdiri dari Rektor UnSoed dan jajarannya, para pejabat Pemerintahan Kabupaten Banyumas, Inspektur Daerah-Hj. Rusmiyati sebagai utusan Bupati Banyumas, para kepala Dekan se-UnSoed, para ketua program studi dan ketua lembaga, akademisi dan mahasiswa dalam wilayah Barlingmascakeb serta wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara diawali dengan laporan panitia, yang dilanjutkan kemudian dengan pembukaan oleh Drs. Muslihudin M.Si, Dekan FISIP UnSoed yang menyampaikan kegiatan Grand launching program studi baru di FISIP, Hubungan Internasional serta menyambut baik dan mendukung penyelenggaraan acara ini yang merupakan kerjasama antara Kementerian Luar Negeri dan UnSoed. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sambutan Drs. Mardjoko, M.M., Bupati Banyumas
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Dok. sfmworldfunds.com
“Peluang dan Tantangan Daerah dalam ASEAN Economic Community 2015”
oleh Hj. Rusmiyati selaku Inspektur Daerah. Dalam sambutan Bupati Banyumas, disampaikan bahwa Kabupaten Banyumas menawarkan investor dari ASEAN untuk berinvestasi di daerah Banyumas. Dalam acara ini, Bupati Banyumas berhalangan hadir karena pada saat yang bersamaan beliau menghadiri acara pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Banjarnegara. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Isman Pasha, Kepala Museum KAA sebagai perwakilan dari Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri. Dalam sambutannya, disampaikan, “Seminar nasional ini, merupakan salah satu upaya kerjasama antara Kementerian Luar Negeri sebagai agen pemerintah dan elemen-elemen pemangku kepentingan daerah untuk dapat menggali bersama-sama insights dan hints tentang peluang dan tantangan daerah bagi pengembangan competitive advantage daerah dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Edi Yuwono, Ph.D., Rektor UnSoed dalam sambutan pembukaannya menekankan bahwa UnSoed sebagai salah satu leader dalam wilayah Purwokerto yang mempersiapkan sebaik-baiknya sumber-sumber daya manusia, memandang perlunya identifikasi, modifikasi, untuk memberi nilai tambah dan memberi standar yang tinggi bagi potensi daerah atau produk lokal. Dalam hal ini, kearifan lokal perlu dimanfaatkan secara optimal.
Seminar berikutnya dilanjutkan dengan sesi pertama yaitu panel diskusi dengan moderator Bapak Agus Haryanto, S.IP., M.Si. Diskusi panel ini diisi oleh 2 (dua) pembicara, yaitu Prof. Dr. Yahya Muhaimin, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Alumnus UnSoed, sekaligus Menteri Pendidikan Nasional Kabinet Persatuan Nasional Periode 1999-2001 serta Rumondang Lela Harahap, Kasubdit Komoditi dan Sumber Daya Alam sebagai perwakilan Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Dalam paparannya, Ibu Rumondang Lela Harahap memaparkan bagaimana upaya-upaya pemerintah dalam negosiasi bidang perekonomian di tingkat ASEAN dan perkembangan perekonomian negara-negara ASEAN. Disampaikannya, “Dalam konsep-konsep kerjasama ASEAN, Indonesia selalu menjadi leader”. Sementara itu, Yahya Muhaimin mengungkapkan tentang diplomasi era baru yang ditandai dengan semakin bertambahnya aktoraktor diplomasi dari segala lapisan dan relevansinya untuk pemajuan ekonomi daerah. Penduduk ASEAN merupakan potensi pasar untuk ekspansi ekspor produk-produk Indonesia. Diungkapkan olehnya, “Indonesia memiliki tantangan besar tetapi kesempatan yang besar juga apabila ingin memaksimalkan potensi daerah”, untuk itu Indonesia harus memiliki motivasi yang kuat untuk menghadapi ASEAN Community 2015. Sesi kedua acara ini dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi Hubungan Internasional Indonesia yang diselingi dengan pemutaran film dan diskusi film tentang diplomasi Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN. Acara ini dipandu oleh Bapak Isman Pasha. Dalam sesi ini, disampaikan pesan kepada generasi muda untuk lebih mengenali bangsa sendiri dan memanfaatkan konsep dan teori sendiri untuk membaca potensi bangsa. Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, baik pada sesi pertama maupun sesi kedua, terlihat sekali antusiasme para peserta seminar ini. Diskusi berkembang tentang krisis ekonomi di Eropa, arsitektur kawasan, isu perbatasan dan hubungan Indonesia-Malaysia, aliran tenaga kerja di ASEAN serta partisipasi total Indonesia dalam ASEAN Economic Community 2015. (Dit. Diplik)
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
10
fokus
Dok. Diplik
Bayu Krisnamurthi
Wakil Menteri Perdagangan RI
Pameran bertaraf internasional terbesar di Indonesia, Trade Expo Indonesia (TEI) ke-26, yang diselenggarakan pada 19-23 Oktober 2011 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, berhasil mencapai total transaksi yang melampaui target, yaitu USD 464,5 juta. Target yang ditetapkan sebelumnya adalah sebesar USD 380 juta. Dari total nilai transaksi tersebut, tercatat USD 226 juta berasal dari produk ekspor dan USD 238,5 juta dari sektor jasa. Dalam komposisi hasil transaksi produk ekspor, furnitur mendominasi dengan pangsa sebesar 40,8%, diikuti produk pertanian sebesar 10,27%, kerajinan 9,39%, perhiasan dan aksesoris 7,76%, tekstil dan produk tekstil 5,61%, kosmetik dan herbal 4,89%, kopi 2,6%, makanan dan minuman 2,52%, produk kayu 2,52%, serta produk kimia 1,81%. Sementara dari sektor jasa sebagian besar hasil transaksi disumbang dari permintaan tenaga kerja di bidang kesehatan (medis dan paramedis). Salah satu produk potensial yang dipamerkan pada TEI kali ini adalah produk kerajinan tangan berbentuk tas yang dikombinasi dengan motif Batik. Tas Batik ini memiliki desain yang cukup unik dan menarik. Beberapa pembeli mancanegara, seperti buyer asal Iran, bahkan menunjukkan ketertarikannya terhadap produk tersebut dengan melakukan kesepakatan untuk percobaan ekspor (trial export). Terjadinya beberapa kesepakatan dagang antara peserta pameran dan buyers adalah bukti bahwa TEI merupakan sarana yang efektif sebagai wadah pertemuan Business to Business. Melalui pertemuan ‘B to B’ ini, tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang dapat mempromosikan produknya ke pasar internasional, tetapi Usaha
No. 49 Tahun IV
Kecil dan Menengah (UKM) juga berpotensi melakukan ekspor. Selama penyelenggaraannya, TEI 2011 telah dikunjungi oleh 8.311 buyers dari 92 negara mitra dagang. Jumlah kunjungan tersebut melampui target yang ditetapkan sebesar 8.300 buyers. Jumlah buyers terbanyak berasal dari negara emerging market dan non-tradisional. Hingga hari terakhir, buyers dari emerging market dan nontradisional mencapai 86,55%, mereka antara lain berasal dari India, Malaysia, Arab Saudi, Mesir, Bangladesh dan Iran. Sedangkan buyers dari negara tradisional seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan hanya sebesar 13,45%. Besarnya jumlah buyers dari negara emerging market dan non-tradisional ini menunjukkan keberhasilan kebijakan diversifikasi pasar kita.
Diharapkan pengembangan ekspor ke pasar-pasar non-tradisional ini dapat meminimalisasi dampak krisis yang terjadi di Amerika Serikat dan Benua Eropa kepada perekonomian Indonesia. Selama berlangsungnya TEI 2011, pemerintah Indonesia telah menerima misi dagang dari 44 negara dengan total keseluruhan delegasi sebanyak 1.254 orang. Misi dagang terbesar berasal dari India dengan jumlah delegasi 98 orang. Hal yang juga menggembirakan adalah kehadiran beberapa misi dagang dari pasar-pasar potensial Indonesia, seperti Nigeria, Namibia, Afganistan dan Hungaria. Delegasi dari negara-negara tersebut umumnya hadir bukan saja untuk TEI, tetapi juga untuk menjajaki kemungkinan membangun jaringan bisnis dan potensi investasi yang ada di Indonesia. Untuk itu kami sangat berterima
Pemerintah Serius Mengembangkan Perdagangan Kunci kemajuan ekonomi Indonesia terletak pada dua hal, yaitu peningkatan produksi dan daya saing perdagangan. Indonesia sebetulnya memiliki potensi menjadi basis produksi, namun sayangnya investor yang datang selalu mengeluhkan masalah efektivitas pelayanan dan infrasturktur kita, mereka selalu komplain masalah logistik dan biaya yang mahal. Karena itu, pemerintah sangat serius menangani hal ini dan berusaha untuk menyelesaikannya di tingkat menteri sehingga bisa lebih efektif. Sementara dalam hal daya saing perdagangan, Indonesia juga bisa menghasilkan produk dan jasa yang diminati oleh asing, asalkan produk jasa dan barang itu bagus dan bersaing harganya. Apalagi potensi kreativitas kita sangat tinggi. Melalui penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2011 ini diharapkan kita dapat mengundang para pembeli dari dalam dan luar negeri. Dan dengan pembukaan Trade Expo Indonesia 2011 ini saya ingin menggarisbawahi pentingnya
Boediono Wakil Presiden RI
memperlancar proses di dalam perdagangan. Pemerintah serius dalam mengembangkan perdagangan, sebab kunci dari suatu bangsa adalah produksi dan perdagangan dengan konsumen, baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam tiga tahun kedepan ini kita akan mencoba menangani secara sangat serius hal-hal yang menghambat arus dokumen, arus keuangan, serta arus barang dan jasa yang akhirnya bermuara pada proses perdagangan. Ini sedang kita tangani bersama-sama. Di Indonesia memang sulit dilakukan produksi barang yang terpusat di suatu wilayah, sehingga dengan demikian maka distribusi barang memerlukan infrastruktur yang memadai. Saat ini kondisi infrastruktur kita memang masih harus ditingkatkatkan, karena biaya logistik dan distribusi barang di Indonesia
kasih kepada beberapa Kementerian terkait, Pemerintah Daerah, Kadin, asosiasi, Kantor Perwakilan RI di luar negeri, para Atase Perdagangan, dan perwakilan dari Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang telah membantu mendatangkan para peserta pameran dan buyers ke acara TEI 2011. Keberhasilan TEI kali ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi banyak pihak. Selanjutnya penyelenggaraan TEI ke-27 rencananya akan digelar pada 1014 Oktober 2012 di Jakarta. Dan untuk tetap mempertahankan reputasi TEI sebagai pameran bertaraf internasional terbaik di Indonesia, Kementerian Perdagangan akan terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitasi kepada para buyers dan peserta pameran, termasuk tentunya peningkatan manajemen pengelolaan pameran. []
masih tergolong mahal. Disamping itu pemerintah juga akan memperbaiki regulasi yang masih menghambat arus distribusi dokumen dan keuangan untuk mendukung kelancaran ekspor. Saya harapkan para pengusaha dalam negeri dan para delegasi misi dagang dari luar negeri dapat bersama-sama memanfaatkan forum bisnis ini secara maksimal. Selain untuk menghasilkan kesepakatan bisnis, saya minta kementerian, pelaku usaha, dan perbankan juga dapat menyatukan langkah untuk meningkatkan ekspor dan investasi. Intinya, kami minta segenap pihak untuk memberikan dukungan agar tidak ada hambatan apa pun terkait ekspor dan investasi. Untuk itu saya menyampaikan penghargaan kepada semua produsen yang telah mendorong sektor perdagangan kita. [] Dok. okezone.com
Dok. seruu.com
Trade Expo Indonesia Ke-26 Lampaui Target
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi fokus
11
Trade Expo Indonesia Mengalami Peningkatan Dari Sisi Kuantitas dan Nilai Transaksi Trade Expo Indonesia (TEI) 2011 merupakan pameran dagang yang berorientasi ”B to B” (Business to Business) dan berskala Internasional. TEI memiliki peran dan fungsi sebagai mediator maupun fasilitator bagi para produsen nasional hingga para pembeli internasional. Melalui TEI, Indonesia dapat menampilkan produk-produk terbaiknya yang senantiasa dinantikan oleh para pengusaha Indonesia maupun pembeli mancanegara. Adalah suatu hal yang sangat membanggakan, khususnya bagi kami, bahwa pada tahun 2011 ini TEI telah memasuki penyelenggaraan yang ke-26 kalinya. Pada penyelenggaraan kali ini, TEI kembali mengetengahkan perjalanan selama 26 tahun, menampilkan produk ekspor Indonesia dari masa ke masa hingga prestasi TEI dari awal penyelenggaraan sampai saat ini. Selama kurun waktu 2004-2010, penyelenggaraan TEI terus mengalami peningkatan baik dari sisi kuantitas, dalam hal ini pembeli dan nilai transaksi, maupun dari sisi kualitas. Hal ini terlihat dari jumlah pembeli yang terus meningkat rata-rata 16,8% per tahunnya serta perolehan nilai transaksi dengan rata-rata peningkatan sebesar 22,6% per tahunnya. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa dunia saat ini tengah mengalami krisis perekonomian, khususnya negara Amerika Serikat serta beberapa negara di Eropa. Belajar dari pengalaman tahun 2008, Indonesia kali ini sudah mengantisipasi dampak tersebut secara dini dan seminimal mungkin hingga tidak terlalu mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan dan ekonomi nasional. Kementerian Perdagangan akan memfokuskan pada 3 (tiga) hal, yaitu diversifikasi pasar ekspor, penguatan daya saing produk Indonesia dan penguatan pasar dalam negeri. Sejauh ini berbagai kebijakan dan program yang dikembangkan pemerintah sudah sejalan dengan arah perkembangan peta perdagangan dunia. Sejumlah kebijakan dan langkah untuk mendorong diversifikasi pasar dalam beberapa tahun terakhir juga kian menunjukkan hasil. Laju pertumbuhan eskpor Indonesia ke negara emerging markets semakin besar, melebihi pertumbuhan ekspor ke pasarpasar tradisional seperti Jepang dan AS, Meski demikian, Kementerian Perdagangan juga tetap memandang perlu untuk tetap menjaga atau bahkan meningkatkan pangsa pasar Indonesia dinegara-negara tradisional tersebut. Kinerja ekspor non-migas Indonesia pada bulan Agustus 2011 mencapai US$ 18,8 miliar, menguat sebesar 37,1% dibanding bulan Agustus tahun lalu dan naik 8,0% dari bulan Juli 2011. Pencapaian
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
ekspor bulan Agustus 2011 ini merupakan nilai ekspor tertinggi dan memecahkan rekor nilai ekspor dari bulan-bulan sebelumnya. Sebagaimana diketahui, bahwa Kementerian Perdagangan telah mentargetkan nilai ekspor tahun ini akan mencapai US$ 200 miliar. Hal ini bagi kami merupakan suatu tantangan yang harus dapat kita wujudkan. Kami optimis bahwa dengan kerja keras, sinergi dalam semangat kebersamaan antar semua stakeholder terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, target ekspor tersebut akan tercapai, sehingga dapat menyumbang devisa, memberikan kontribusi dalam perekonomian dan pembangunan nasional serta berbagai multi flyer efek lainnya, seperti terbuka dan terciptanya lapangan pekerjaan baru. Dalam perjalanannya, konsep penyelenggaraan TEI terus berkembang tidak hanya mempromosikan produk Indonesia, namun juga dilakukan untuk meningkatkan peluang pasar nontradisional. Kemampuan Indonesia keluar dari ketergantungan terhadap pasar tradisional akan memperkuat Indonesia dalam melakukan negosiasi perdagangan pada forum-forum bilateral regional maupun internasional. Di tahun 2011 ini, TEI telah memasuki revitalisasi tahap kedua dengan penekanan pada penguatan pondasi TEI yang berupa perbaikan manajemen TEI. Keberadaan TEI diharapkan dapat mengukuhkan diri sebagai pameran dagang berstandar internasional yang menampilkan produkproduk terbaik dengan creative differences. Selain itu, TEI diharapkan pula dapat melanjutkan pengembangan produk dan brand terbaik Indonesia yang diterima di dunia internasional. Memasuki revitalisasi tahap kedua ini, TEI sekaligus dihadirkan dengan logo baru yang akan digunakan hingga penyelenggaraan TEI tahun 2015. Logo ini mencerminkan kreatifitas sebagai sumber daya bangsa yang tidak terhingga potensinya dan menjadi fondasi kokoh bagi keberhasilan perdagangan Indonesia secara berkelanjutan di dunia. TEI 2011 yang berlangsung pada 19-23 Oktober 2011 ini menempati areal pameran seluas 34.000 m2 dengan 1.500 peserta yang terdiri dari UKM, koperasi, industri menengah dan besar hingga industri kreatif, BUMN serta sektor-sektor lainnya yang menjadi produk ekspor utama Indonesia. Sementara itu, jumlah buyer yang diharapkan akan hadir adalah 1.817 buyer yang berasal dari 100 negara. Target transaksi dagang yang diharapkan pada TEI ke-26 ini adalah sebesar US$ 380 juta. Target ini merujuk pada keberhasilan TEI di tahun-tahun sebelumnya. Saat ini telah hadir 1.244 misi dagang dari 44 negara
dan lebih lanjut juga telah dijadwalkan sejumlah business meeting yang akan dikuti oleh delegasi dari 14 negara dan kegiatan di Expo Hall oleh delegasi dari 15 negara. Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan citra Indonesia pada masyarakat internasional, kali ini TEI 2011 mengusung tema “Remarkable Indonesia”. Melalui tema ini ingin ditunjukkan Indonesia yang luar biasa menakjubkan, sangat kaya, memiliki banyak potensi yang beraneka ragam dan daya tarik luar biasa. Melalui TEI 2011, kita akan memperlihatkan bahwa negara kita memang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang handal dan melalui kreativitas dan inovasi mampu menghasilkan produk yang berdaya saing. Tantangan dunia usaha Indonesia semakin besar untuk memasarkan produksi kita di era perdagangan bebas ini. Kreativitas anak bangsa harus terus ditingkatkan untuk menciptakan merekmerek nasional yang dapat menerobos pasar luar negeri. Oleh karena itu, melalui TEI 2011 kembali kami mengharapkan agar produksi dalam negeri terus ditingkatkan mutu serta daya saingnya. Inovasi berlandaskan kearifan lokal dan warisan budaya Nusantara; menumbuhkan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial perlu terus dilakukan; yang pada akhirnya dapat menciptakan citra kreatif pada produk/ jasa Indonesia untuk meningkatkan posisi ‘National Branding’ Indonesia di mata dunia Internasional. Memanfaatkan kesempatan ini dapat kami laporkan pula, bahwa pada tahun 2011 ini telah terpilih sebanyak 31 eksportir yang akan menerima penghargaan ‘Primaniyarta’. Pemberian penghargaan ini merupakan salah satu wujud apresiasi pemerintah atas inisiatif, upaya dan kerja keras seluruh pelaku ekspor Indonesia, dan bersamasama dengan pemerintah mendorong pertumbuhan ekspor non-migas. Penghargaan ‘Primaniyarta’ tahun ini terdiri dari empat kategori yaitu Eksportir Berkinerja, Eksportir Pembangun Merek Global, UKM Ekspor dan Ekonomi Kreatif. Untuk kategori Eksportir Berkinerja, terpilih 13 perusahaan. Kategori Eksportir Pembangun Merek Global sebanyak 6 perusahaan. Kategori UKM Ekspor sebanyak 9 perusahaan, dan sektor Ekonomi Kreatif terpilih 3 perusahaan. Dari 31 perusahaan tersebut, 10 merupakan peserta yang baru pertama kami mengikuti ‘Primaniyarta’ dan 21 merupakan peserta yang telah beberapa kali memperoleh penghargaan ‘Primaniyarta’. Ke-31 perusahaan tersebut berasal dari 9 propinsi, yaitu 13 dari DKI Jakarta, 3 dari Banten, 3 dari Jawa Barat,
Dok. tribunnews.com
Gita Irawan Wirjawan Menteri Perdagangan RI
3 dari Jawa Tengah, 2 dari Jawa Timur, 1 dari Lampung, 2 dari Bali, 2 dari Sumatera Utara, dan 1 dari Kepulauan Riau. Sebagai informasi, ke-31 perusahaan tersebut merupakan nasabah dari 15 bank yaitu 14 nasabah BCA, 6 nasabah BNI, 5 nasabah Bank Mandiri, 4 nasabah Bank Danamon, 4 nasabah BII, 3 nasabah CIMB Niaga, 3 nasabah HSBC, 2 nasabah BRI, 2 nasabah SMBC, 1 nasabah Citibank, 1 nasabah Sinar Mas Bank, 1 nasabah Bangkok Bank, 1 nasabah Mizuho Bank, 1 nasabah Resona Perdania, dan 1 nasabah DBS. Kepada para penerima penghargaan ‘Primaniyarta’ tahun 2011 ini, kami ucapkan selamat, semoga dapat memotivasi dunia usaha/eksportir lainnya, dan kami berharap agar segenap peserta dapat terus berkreasi dan berinovasi. Dengan demikian produk Indonesia semakin unggul dan kalau semakin unggul, disamping dicintai oleh bangsa sendiri, tentunya akan semakin diminati oleh pasar internasional. Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Tim Evaluator dan para Juri Penghargaan Primaniyarta 2011 yang dipimpin oleh Rachmat Gobel. Kepada para buyer dan tamu-tamu dari berbagai negara sahabat, kami mengajak marilah terus membangun kemitraan yang sebaik-baiknya. Kerjasama dengan Indonesia diyakini dapat memberikan manfaat yang bersifat resiprokal. Produksi Indonesia yang sangat beraneka ragam, memiliki ciri khas tersendiri, dengan kualitas yang dapat bersaing dengan produk negara lain. Oleh karena itu, kami berharap para buyer tidak ragu untuk menjalin kerjasama dengan bangsa Indonesia.[]
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
12
b i n g kai
Outstanding Students for the World 2011
Memperkuat Konstituen Diplomasi Di Kalangan Pemuda Dok. Diplomasi
Wamenlu RI, Duta Besar Wardana didampingi Direktur Diplomasi Publik, Kusuma Habir, Direktur Jenderal IDP, Abdurrohman M. Fachir dan Kapusdiklat, Prianti Gagarin Jatmiko, berpose bersama dengan perwakilan peserta OSTW.
Dalam upaya membangun dan memperkuat konstituen diplomasi di kalangan pemuda Indonesia khususnya siswa berprestasi di tingkat nasional dan internasional, Kementerian Luar Negeri di dukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, LIPI, serta Kedubes Amerika Serikat (AS) di Jakarta menyelenggarakan
program Outstanding Students for the World (OSTW) pada tanggal 30 Oktober – 20 Nopember 2011. Program ini bertujuan antara lain untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk ikut berperan dalam mendukung kegiatan promosi Indonesia di luar negeri, disamping juga untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada pemuda berprestasi tentang bagaimana politik luar negeri dan praktik diplomasi Indonesia dijalankan pada tingkat bilateral dan multilateral, khususnya di markas besar PBB New York. Disamping itu program OSTW ini tentunya juga untuk mendorong para siswa pilihan untuk lebih beprestasi di tingkat global, memperluas wawasan dan pengetahuan mereka terhadap berbagai isu internasional, serta memperkuat rasa nasionalisme dan kebangsaan Indonesia. Para peserta program OSTW tahun ini terdiri dari 22 orang siswa dan mahasiswa terbaik Indonesia yang berprestasi pada tingkat nasional dan internasional, khususnya di ajang kompetisi olimpiade bidang Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, Kontes
Dok. Diplomasi
Peserta OSTW berfoto bersama pejabat Kemenlu di depan Gedung Pancasila
No. 49 Tahun IV
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi
Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, memberikan sambutan pada acara pengukuhan OSTW 2011 di ruang Nusantara (31/10).
Dok. Diplomasi
Robot, debat bahasa Inggris, dan event internasional lainnya. Mereka merupakan para peserta yang berhasil lolos tahap seleksi dari beberapa sekolah dan universitas di tanah air, diantaranya dari Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Dalam pelaksanaannya, program OSTW terbagi dalam dua bentuk kegiatan, yaitu berupa orientasi dan kunjungan ke luar negeri. Kegiatan pembekalan atau orientasi dilaksanakan di dalam negeri pada tanggal 30 Oktober – 1 Nopember 2011, sedangkan kegiatan kunjungan ke Amerika Serikat dilaksanakan pada tanggal 2 – 19 Nopember 2011. Selama kegiatan pembekalan di dalam negeri, para peserta mendapatkan materi tentang: politik luar negeri RI; tugas pokok Kemlu dan Perwakilan; diplomasi Indonesia; peran Indonesia di Badan-Badan Organisasi Internasional PBB; Pemuda dan Kebangsaan; Public speaking; Country profile Amerika Serikat (Kedubes AS), dan Bimbingan teknis dari LIPI. Kegiatan kunjungan ke Amerika Serikat dilakukan ke beberapa kota yaitu, Washington
13
Dok. Diplomasi
b i n g kai
DC, New York, Boston, Pittsburgh, dan San Francisco. Sebagai ujung tombak bangsa, para pemuda akan menerima estafet kepemimpinan di masa datang. Dalam kaitan tersebut generasi penerus Indonesia ke depan harus berkualitas dan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, baik mengenai politik luar negeri Indonesia maupun perkembangan berbagai isu global. Dalam kaitan tersebut, para pemuda berprestasi tersebut akan diberi kesempatan untuk melakukan presentasi ilmiah di beberapa sekolah dan universitas di AS; melihat praktik diplomasi di beberapa perwakilan di AS termasuk di Markas besar PBB di New York; diskusi interaktif dengan beberapa institusi Pemerintah (Departemen Luar negeri, dan Departemen Pendidikan AS), beraudiensi dengan “Indonesia Caucus” di Parlemen AS; mengunjungi Museum NASA/Smithsonian; mengikuti “Lecture” yang terkait dengan Kepemudaan/ Pendidikan di Markas Besar PBB New York; mengunjungi beberapa Universitas ternama di Boston (Harvard, MIT, Tufts); dialog interaktif di beberapa sekolah di Pittsburgh; dan berkunjung ke Silicon Valley dan ke Apple HQI serta Google HQ di San Fransisco.
Wamenlu RI, Duta Besar Wardana memberi ucapan selamat kepada peserta OSTW 2011 usai acara pengukuhan yang berlangsung di ruang Nusantara.
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
14
fokus
Mansyur Pangeran
Konsul Jenderal RI untuk Dubai
Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia dimana nilai GDP telah mencapai lebih dari USD 920 miliar atau menempati peringkat 17 dalam kelompok G-20. Di tengah krisis global, dimana banyak negara lain mengalami pertumbuhan minus, perekonomian Indonesia masih mencatat pertumbuhan yang positif. Banyak produk Indonesia, antara lain furniture dan komponen otomotif masih diminati dunia dengan keunggulan komparatif dibandingkan dengan produk negara lain. Saat ini terjadi peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah (middle class) yang mencapai 17% dari total populasi 240 juta penduduk. Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung bagi meningkatnya permintaan domestik (domestic demand) Indonesia, dimana dunia usaha dapat mengambil manfaat ekonomi yang lebih luas. Saat ini adalah waktu yang tepat bagi para pengusaha dari Uni Emirat Arab (UEA) untuk turut berpartisipasi dalam kunjungan ke TEI 2011 di Jakarta guna mengetahui lebih jauh sektor-sektor yang masih terbuka serta mengambil kesempatan untuk mengembangkan usaha dan memperluas jejaring kerja dengan para pengunjung dari 102 negara yang hadir dalam TEI 2011. Sebagai ajang pameran terbesar di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh pemerintah RI, TEI merupakan display produk-produk unggulan dari berbagai sektor di Indonesia. Pada TEI 2010 tercatat peningkatan jumlah pengunjung dari tahun sebelumnya hingga lebih dari 9.000 buyers dari 102 negara dengan capaian transaksi mencapai 369,3
No. 49 Tahun IV
juta dolar AS. Dengan kehadiran para pengusaha dari UEA ini diharapkan adanya peningkatan kuantitas dan kualitas dari penyelenggaraan TEI 2011 ini. Dubai merupakan negara yang cukup strategis untuk dijadikan mitra bagi Indonesia. Posisi strategis dan stabilitas politik ekonomi menjadikan Dubai sebagai pusat lalu lintas barang, jasa, manusia dan uang. Kenyataan ini semakin dikuatkan dengan krisis politikekonomi di beberapa negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara seperti Suriah, Mesir, Tunisia, dan Libya, yang telah memaksa ratusan miliar dolar AS dipindahkan ke Dubai. Dan di sisi lain, kondisi krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda Eropa dan Amerika akhirakhir ini juga menjadikan kawasan Asia, terutama Indonesia, sebagai sasaran destinasi bagi aliran dana para pemilik modal. Di luar dana investasi yang berasal dari luar, kekuatan keuangan UEA dengan produksi minyak mentah lebih dari 3 juta barrel per hari juga patut mendapat perhatian. Total volume perdagangan Indonesia-Dubai meningkat 26,4% dari 1.555.871,80 dolar AS pada 2009 menjadi 1.962.786,000 dolar AS pada 2010. Disamping itu seluruh produk barang-barang Indonesia pada umumnya masih kompetitif dan paling dicari di pasar UEA dan kemudian dire-ekspor ke negara-negara Eropa, Asia Selatan dan Afrika. Produk-produk unggulan Indonesia di UEA adalah emas dan mutiara, perhiasan, kendaraan seperti Toyota Innova, Toyota Fortuner dan suku cadang kendaraan bermotor, ban, karet dan produk turunannya, furnitur, peralatan elektronik, kopi, coklat, alas kaki, kulit dan produk derivatif, peralatan kesehatan, alat tulis, tekstil dan produk turunannya. Upaya diseminasi TEI 2011 ini telah dilakukan sejak bulan Juni 2011, saat kesempatan pertemuan dengan Direktur Perdagangan Luar Negeri UEA, Mr. Mohammed Hamdan Al Zaabi. Pada saat itu, beliau dengan antusias mengatakan akan mendiseminasikan TEI 2011 kepada KADIN di 7 Emirat di UEA disamping juga menyampaikan keinginan untuk meningkatkan bobot kunjungan ke TEI 2011 menjadi kunjungan misi dagang dan sekaligus menjajaki peluang bisnis dan perdagangan di Indonesia.[]
Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkelanjutan dan Inklusif Dok. infobanknews.com
Dok. Diplomasi
Dubai Strategis Untuk Dijadikan Mitra Bagi Indonesia
Mari Elka Pangestu Tujuan utama pembangunan nasional Indonesia adalah untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, yaitu pertumbuhan yang memiliki basis luas, terdapat di berbagai propinsi dan dapat mengurangi ketidaksetaraan pendapatan. Untuk mengembangkan pertumbuhan yang begitu luas, tentunya ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia. Pertama adalah pengembangan aspek infrastruktur, yang menjamin konektifitas nasional dan membantu wilayah yang kurang berkembang untuk dapat menyusul wilayah yang sudah lebih maju, seperti di pulau Jawa. Kedua adalah pendidikan universal dan akses terhadap kesehatan. Ini merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat. Ketiga adalah program penangulangan kemiskinan.
Program ini terdiri dari subsidi beras, pemberian dana tunai dan pembangunan lingkungan. Keempat adalah skema keuangan mikro. Skema ini membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mendapatkan dana bantuan. Akibat dampak dari krisis finansial Asia pada 1997-1998, pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak mengalami begitu banyak perubahan, bahkan pemeliharaan infrastruktur juga kurang begitu baik. Lambatnya pengembangan infrastruktur di Indonesia ini dikarenakan masalah pendanaan. Indonesia belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis ekonomi 1997-1998 tersebut. Pada 2005-2006, pemerintah Indonesia memang telah mengenalkan kerangka regulasi dan insentif bagi pembangunan infrastruktur untuk menarik investasi, tidak hanya dari pemerintah tetapi juga sektor swasta. Namun kemajuannya tidak begitu pesat. Salah satu penyebabnya adalah masalah ganti rugi tanah. Pemerintah perlu menyusun regulasi pertanahan baru yang dapat membantu pemerintah dalam hal pengambilalihan tanah untuk kepentingan publik. Aspek lainnya yang cukup penting terkait dengan pertumbuhan yang berkelanjutan ini adalah unsur lingkungan. Indonesia memiliki program perubahan iklim yang targetnya adalah mengurangi emisi CO2 sebanyak 40% dalam waktu 2030 tahun kedepan, selain beberapa program konservasi dan reboisasi. (Sumber: Kemendag).
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi fokus
15
Trade Expo Indonesia
Sebagai Upaya Penguatan Nation Branding Hesti Indah Kresnarini.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
didorong oleh Pemerintah. Hal ini penting untuk terus mempertahankan pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia di tengah-tengah krisis global saat ini. Kita telah memasuki tahun pertama revitalisasi tahap ke-2 (2011-2015), dengan lebih menampilkan konsep kreativitas dan eco friendly. Anjungan Produk Utama (APU) yang berlokasi di Hall D merupakan contoh area yang menampilkan konsep kreativitas dan eco friendly. APU merupakan refleksi dari tujuan TEI untuk tampil sebagai pameran berstandar internasional, prioritas pada konsep ‘B to B’, dengan produk unggulan berbasis pada pengetahuan dan kreativitas. APU menghadirkan Zona Produk 10+10+3, Primaniyarta 2010, Industri Kreatif, Global Brands, Eco-Product, dan Services. Zona Industri Kreatif memamerkan produk ekspor kreatif berbasis budaya dan teknologi,
sedangkan Zona Global Brands menampilkan merek nasional yang sudah mendunia. Zona Eco-product menampilkan produk-produk Indonesia yang ramah lingkungan, sementara Zona Services menampilkan produk jasa yang sudah berstandar Internasional. APU merupakan showcase produk-produk unggulan Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan awareness pembeli internasional terhadap produk-produk terbaik Indonesia. Selain menampilkan produkproduk dari pameran sebelumnya, kami juga menghadirkan produkproduk potensial ekspor yang dapat dibanggakan karena bersifat inovatif dan kreatif. Salah satu produk ramah lingkungan yang ditampilkan APU adalah penyejuk ruangan dengan inovasi mampu menghemat energi sebesar 25% dan mampu mempertahankan kelembaban udara ruangan dibawah 60%. Berkat
inovasi tersebut produk ini berhasil meraih penghargaan ASEAN Energy Award selama lima tahun berturut-turut (2007-2011). Produk lain dengan merek global yang mampu menuangkan ide kreatif berdasarkan kearifan budaya lokal adalah ban bermotif batik. Motif batik yang diaplikasikan pada ban mobil ini bukan sekadar ornamen namun memiliki fungsi utama sebagai alur pada ban untuk aspek keamanan. Berbagai inovasi dan kreativitas tersebut menjadikan produk-produk buatan Indonesia memiliki nilai tambah sehingga lebih berdaya saing untuk masuk ke pasar global. Tentunya hal ini semakin meningkatan kebanggaan dan kecintaan terhadap produk Indonesia, sekaligus sebagai upaya penguatan nation branding.
Dok. tribunnews.com
Trade Expo Indonesia (TEI) 2011 telah mendapat sambutan yang positif dari banyak pihak, terutama dari buyer internasional. Pada hari pertama penyelenggaraan (19 Oktober 2011), TEI telah membukukan transaksi bisnis sebesar USD 33,9 juta dengan produk yang diminati seperti furnitur, kopi, kosmetik & produk herbal, wooden products serta produk agrikultur. Selain itu, jumlah buyer yang hadir pada hari pertama berjumlah 2.278 buyer yang berasal dari 65 negara. Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa komposisi asal negara buyer, dimana 84,9% berasal dari negara-negara non-tradisonal termasuk emerging market, sedangkan yang berasal dari negara tradisional hanya 15,1%. Banyaknya kunjungan buyer yang berasal dari negara-negara non-tradisional dan emerging market, memperlihatkan keberhasilan dari upaya diversifikasi pasar yang terus
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
16
S O R O T
Spirit ASEAN Dalam Penyelesaian Sengketa Jose Tavares
Perlu dipahami bersama bahwa ASEAN hendaknya jangan dilihat sebagai obat mujarab yang akan menyelesaikan seluruh permasalahan di kawasan. ASEAN hanya akan melakukan apa yang bisa dilakukan sebagai organisasi negara-negara di kawasan, bukan sebagai international body seperti Uni Eropa. Kalau kita bandingkan dengan Uni Eropa yang berupa international body, mereka saja masih mengalami permasalahan, apalagi ASEAN. ASEAN adalah sebuah organisasi yang didasarkan pada kenyamanan dan konsensus bersama negara-negara anggotanya. Tidak ada keharusan bagi anggota ASEAN untuk maju bersama di dalam satu permasalahan, kalau ternyata ada satu negara yang tidak setuju terhadap satu usulan, maka usulan itu akan tetap menjadi usulan belaka, namun tentunya juga akan diupayakan terus agar usulan itu diterima oleh seluruh anggota. Itu tidak berarti bahwa ASEAN tidak berguna dan tidak mempunyai kekuatan. Karena itu ASEAN juga bukan obat yang mujarab dalam hal persoalan perbatasan, apalagi masalah perbatasan ini akan terus ada, terutama jika permasalahannya tidak diselesaikan diantara negara anggota ASEAN sendiri. Di kawasan lain pun masalah perbatasan juga ada, karena ini menyangkut masalah bilateral. Apabila dua negara yang berbatasan sudah mencapai kesepakatan maka kemudian dapat dilanjutkan dengan menandatangani perjanjian perbatasan antara kedua negara tersebut. Jika tidak tercapai suatu kesepakatan dalam perselisihan perbatasan, maka atas kesepakatan kedua belah pihak, masalah perbatasan antara dua negara bisa dibawa ke Mahkamah Internasional. Dan apapun hasilnya nanti, itu harus dapat diterima sebagai suatu solusi final. Jadi hanya dengan cara itulah masalah perbatasan dua negara dapat diselesaikan. Permasalahan perbatasan antara Indonesia-Malaysia sekarang ini berada pada tahap negosiasi dan perundingan bilateral. Dalam perundingan bilateral
No. 49 Tahun IV
Dok. en.www.info.vn
Direktur Kerjasama Intra Kawasan ASEAN
ini ASEAN tidak memiliki kewenangan sebagai organisasi yang menangani masalah perbatasan antar negara anggota, ASEAN hanyalah sebagai spirit. Jadi meskipun kita memiliki perbedaan dan permasalahan dalam hal perbatasan, tapi permasalahan ini tidak kemudian berkembang menjadi suatu konflik terbuka. Dengan spirit ASEAN, maka masalah perbatasan yang ada tidak meningkat menjadi suatu pertempuran dari dua negara dengan mengerahkan pasukan sehingga merugikan kedua negara dan juga kawasan. Jadi tidak semua permasalahan itu bisa diselesaikan melalui ASEAN, harus di lihat apa persoalannya dan apa proporsi ASEAN disitu. ASEAN tidak seperti Uni Eropa dimana negaranegara anggotanya mengikatkan diri dan memberikan sebagian dari kedaulatannya kepada Komisi Eropa. ASEAN belum pada tahap itu, dalam hal ini misalnya ASEAN mempunyai kerjasama di bidang politik dan keamanan, tetapi masing-masing negara ASEAN memiliki kedaulatan secara internal. Jadi kalau dikatakan bahwa ASEAN harus bisa menyelesaikan semua
permasalahan di kawasan, saya kira itu tidak benar. ASEAN memiliki mekanisme dimana negara-negara ASEAN sepakat untuk melalui jalur yang disepakati bersama dan bobot yang diberikan pada ASEAN adalah memberikan manfaatnya pada hal-hal tertentu, dan tidak harus menuntaskan semua persoalan yang ada. Manfaat yang bisa didapatkan Indonesia dari ASEAN ini sangat banyak, misalnya dengan menjadikan Jakarta sebagai ‘diplomatic capital’. Dari hal ini saja sudah banyak menghasilkan keuntungan dari segi profil Jakarta, seperti misalnya New York sebagai markas besar PBB yang setiap tahunnya dikunjungi oleh ribuan diplomat dari berbagai negara di dunia. Banyak keuntungan yang bisa diraih oleh hotelhotel disana, sama hal nya dengan Jakarta, dimana sekarang saja sudah ada 60 Duta Besar non ASEAN yang diaktifkan di Jakarta, tentu saja ini meningkatkan profil Jakarta di kawasan dari segi politik. Ratusan pertemuan yang diselenggarakan dan ratusan delegasi yang datang dari kawasan dan juga mitra wicara ASEAN akan berdampak pada perekonomian nasional maupun
daerah. Ada 700 an pertemuan di seluruh Indonesia seperti di Bali, Lombok, Medan, Yogya, Manado dan lain-lainnya, semuanya akan membawa dampak bagi masyarakat setempat. Satu hal yang saya kira harus disadari adalah bahwa ASEAN merupakan kawasan yang terbebas dari konflik. Bayangkan kalau anda berada di Timur Tengah yang sekarang tengah bergejolak dimana masyarakat harus mengungsi dan menyeberang ke negara lain. Dengan tidak adanya konflik diantara sesama anggota ASEAN, itu sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat negara lainnya di kawasan. Saya sering katakan kepada temanteman, bahwa peace and security itu ibarat udara yang kita hirup sehari-hari namun kita tidak menyadarinya. Kalau kita kemudian berada di suatu tempat yang kekurangan oksigen, barulah kita menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang atau kurang. Peace and security itu baru kita rasakan sebagai suatu yang sangat penting untuk keamanan kehidupan bersama ketika terjadi konflik. Bahwa masih ada kekurangan di ASEAN, itu tidak kita pungkiri, namun demikian sangat banyak benefit yang telah disumbangkan oleh ASEAN untuk kawasan dan juga masyarakat.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi S O R O T
Dok. kemlu.go.id
East Asian Summit Kepentingan Strategis Geopolitik Jelang KTT ASEAN Bulan Nopember tahun ini, berbagai agenda telah disiapkan. Sebagaimana diketahui bahwa dari segi acara, rangkaian KTT ASEAN memang selalu di ikuti dengan penyelenggaraan East Asia Summit. Nilai penting dari East Asia Summit adalah sebagai upaya kita untuk membangun suatu tatanan kerjasama kawasan Asia Pasifik. Kalau kita lihat dari sejarahnya, KTT Asia Timur ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari KTT ASEAN plus Three yang terdiri dari negara-negara ASEAN dan tiga negara Asia Timur yaitu Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan. Dalam perkembangannya, pada saat penyelenggaraan KTT ASEAN 2005, peserta KTT Asia Timur mengalami penambahan, yaitu Australia, New Zealand dan India. Yang mengupayakan agar KTT Asia Timur pada saat itu tidak hanya terdiri dari negara-negara ASEAN plus Three adalah Indonesia. Karena kita melihat bahwa KTT Asia Timur ini kemudian di dominasi oleh negaranegara plus Three tersebut. Oleh sebab itu Indonesia kemudian mengusulkan untuk menambahkan Australia, New Zealand dan India, sehingga kalau kita lihat komposisinya, KTT Asia Timur terdiri dari negara-negara ASEAN dan negara-negara yang berbatasan dengan ASEAN. Dengan demikian konsep East Asian Summit itu bukanlah Asia Timur secara geografis, tapi lebih kepada kepentingan strategis geopolitik kita, dimana ada ASEAN dan negara-negara strategis yang berbatasan dengan ASEAN yang memang belum memiliki hubungan kemitraan dan dialog partnership dengan negara-negara ASEAN. Perkembangan pada 2005 itu sama halnya seperti kita membangun kerangka kerjasama di kawasan Asia Pasifik. Secara lebih dalam, intinya adalah merupakan implikasi dari pandangan kita bahwa kawasan Asia Tenggara ini merupakan bagian dari integrasi kawasan global yang lebih besar. Asia Tenggara bukanlah kawasan yang tertutup, artinya bahwa hal-hal yang terjadi di luar kawasan akan memberi dampak yang besar pada kawasan kita. Oleh karena itu tidak cukup hanya dengan konsolidasi di kawasan Asia Tenggara saja, karena selain itu kita juga ingin membangun suatu komunitas,
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
perdamaian, dan kemakmuran negaranegara di kawasan Asia Tenggara. Kalau kita hanya terkonsentrasi pada negara-negara di Asia Tenggara saja, maka upaya ini akan tetap riskan terhadap perubahanperubahan kekuatan-kekuatan luar yang juga mempunyai kepentingan di kawasan Asia Tenggara. Secara geografis, kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang berada di jalur transportasi, pelayaran dan perdagangan internasional, sehingga banyak negara-negara di luar kawasan yang mempunyai kepentingan di kawasan kita. Oleh karena itu pilihannya adalah, apakah kita akan membiarkan diri kita dipengaruhi oleh kekuatan luar, atau sebaliknya bekerjasama dan kita sendiri yang menentukan aturan mainnya. Bagaimana kita melibatkan negaranegara yang mempunyai kepentingan terhadap kawasan kita. Dari segi ekonomi, politik, dan keamanan, kita ketahui bahwa kawasan Asia Tenggara juga berkepentingan terhadap perkembangannya sendiri di dalam lingkup kawasan yang lebih luas. Dari segi ekonomi, kita memiliki hubungan dengan negara-negara ekonomi kuat, seperti Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok karena negaranegara tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian kawasan kita. Demikian juga dari segi keamanan, hubungan negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara memiliki peran langsung terhadap keamanan di kawasan yang lebih luas. Semua itu merupakan hal-hal yang menjadi latar belakang kenapa sangat perlu bagi ASEAN untuk tidak hanya terfokus kedalam dirinya sendiri, tidak cukup hanya melihat pada kawasan Asia Tenggara saja. Bahwa ada aspek-aspek keamanan regional yang mempunyai dampak langsung terhadap keamanan kawasan Asia Tenggara. Demikian juga dengan isu-isu internasional lainnya seperti terorisme, perdagangan obat terlarang, human trafficking dan berbagai kejahatan internasional lainnya yang mempunyai implikasi terhadap keamanan di kawasan Asia Tenggara. Karenanya ASEAN juga perlu memanage lingkungan di luar kawasan. Cara me-manage-nya itu adalah dengan membangun suatu tatanan kawasan
dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara di luar kawasan. Untuk kawasan Asia Pasifik yang lebih luas, bentuk kerjasama yang dilakukan adalah dalam kerangka Asia Timur. Di dalam kerangka ini hadir semua negara ASEAN plus, yaitu negara-negara besar yang mempunyai kepentingan di kawasan Asia Tenggara. Dalam perkembangannya, yang terwujud adalah KTT Asia Timur itu sendiri, yang sejak awal dibentuk dan di dorong oleh ASEAN. Bahwa pada akhirnya negara-negara di kawasan itu berhasil disatukan dalam kerangka East Asia Summit yang dikembangkan dari pola sebelumnya yang hanya terdiri dari negara-negara di kawasan, dan sekarang ditambah dengan Rusia dan AS. Kalau berbicara mengenai negaranegara di kawasan Asia Pasifik yang lebih besar, maka situasi keamanan dan ekonomi kawasan memang sangat tergantung pada hubungan diantara negara-negara besar tersebut. Situasi keamanan di kawasan Asia Timur sangat berhubungan dengan perkembangan hubungan antara AS-Tiongkok, AS-Rusia, Rusia-Tiongkok, Tiongkok-Jepang dan seterusnya. Ini adalah kaitan hubungan bilateral negara-negara besar yang akan memberikan dampak, bukan hanya secara bilateral tetapi juga terhadap kawasan di sekitarnya yang lebih luas, yakni Asia Tenggara. Ini adalah hal-hal yang harus ditangani oleh kawasan, yaitu bagaimana hubungan negara-negara besar ini bisa menjadi suatu peluang, dan menjadikan suatu permasalahan menjadi suatu peluang yang bisa menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai suatu kawasan yang tetap aman, damai dan memungkinkan bagi negara-negara di kawasan untuk melanjutkan upaya pembangunan ekonomi dan mensejahterakan masyarakatnya. Yang penting disini, bahwa aspek pengembangan kerjasama di kawasan Asia Pasifik ini hasus di dorong atau didasarkan pada sentralitas ASEAN. Karena hal ini menyangkut dua hal, pertama, apakah kita akan membiarkan kekuatan-kekuatan besar itu yang akan mengatur perkembangan kawasan Asia Pasifik, atau kedua, ASEAN yang memberikan arah bagi tatanan kerjasama di kawasan. Pilihan kita jelas, bahwa framework
17
Michael Tene
Juru Bicara Kemlu
kerjasama yang kita kembangkan di kawasan adalah sejalan dengan kepentingan-kepentingan ASEAN dan mengakomodir kepentingan negaranegara ASEAN. Di kawasan Asia Tenggara, yang sudah mempunyai framework kerjasama memang ASEAN. Selain kerjasama regional, kita juga mempunyai Komunitas ASEAN dengan tiga pilarnya, sehingga kita hanya tinggal menggunakan pola ASEAN tersebut sebagai dasar. Kita tinggal melihat bentuk kerjasama kawasan yang mana yang bisa diperluas untuk dibawa dalam kawasan Asia Pasifik yang lebih luas. Ini adalah salah satu bentuk pentingnya sentralitas ASEAN. Jadi apapun bentuk kerjasama yang kita lakukan di luar kawasan maupun di dalam kawasan yang lebih luas, itu harus sejalan dan bersinergi dengan apa yang kita lakukan di kawasan. Tahun 2005 dikatakan sebagai awal dari terbentuknya kawasan Asia Timur yang terdiri dari ASEAN bersamasama dengan Tiongkok, Jepang, India, Australia dan New Zealand. Pada saat itu Rusia dan AS belum bergabung dalam KTT Asia Timur. Sebenarnya sudah sejak awal Rusia menyatakan keinginannya untuk bergabung, namun pada saat itu pertimbangannya bahwa kita baru mengembangkan kerjasama dengan Rusia. Dengan berjalannya waktu serta melihat perkembangan yang terjadi dan kerjasama yang semakin matang di kawasan, dan pada saat yang sama juga ada keinginan AS untuk bergabung, maka ada indikasi baru untuk membangun suatu komunitas Asia Timur dimana ASEAN kemudian memasukkan AS dan Rusia.[]
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
18
S O R O T
KTT ASEAN
Dok. antaranews.com
Peran Global ASEAN 2015
Foster Gultom
Sesditjen Kerjasama ASEAN
Dalam penyelenggaraan KTT ASEAN di Bali nanti, sebagai tuan rumah dan Ketua ASEAN, Indonesia mencoba untuk memproyeksikan kemajuan dan perkembangan ASEAN sesegera mungkin, mengingat terbentuknya ASEAN hingga adanya Piagam ASEAN merupakan sebuah proses yang cukup lama. Indonesia melihat bahwa ini sebagai perjalanan yang panjang, dan kita ingin membangun kerjasama agar kawasan kita bebas dari segala persengketaan negaranegara besar. Kita ingin negara-negara di kawasan yang strategis ini damai, supaya semuanya dapat diarahkan kepada kepentingan pembangunan nasional kita. Terakhir kali Indonesia menjadi Ketua ASEAN adalah sebelum diluncurkannya Piagam ASEAN, yaitu pada 2003. Kemudian kita akan kembali menjadi Ketua pada 2013, namun kita bertukar dengan Brunei Darussalam karena pada 2013 kita juga akan menjadi tuan rumah APEC. Adalah kepentingan kita untuk bisa membagi isuisu yang cukup pelik dan padat agar tidak ditangani dalam waktu yang bersamaan. Ini merupakan pilihan strategis, karena waktunya semakin sempit bagi kita untuk mencapai 2015. Indonesia memiliki misi dan ingin memastikan bahwa Komunitas ASEAN bisa terbentuk pada 2015. Dengan adanya Piagam ASEAN maka sekarang penyelenggaraan KTT ASEAN ditetapkan dua kali dalam setahun, sebelumnya hanya satu kali setahun dan umumnya diselenggarakan pada bulan November-Desember, dan adakalanya karena suatu hal diundur hingga Januari. Sekarang penyelenggaraan KTT ditetapkan pada paruh pertama (April), namun karena kita harus menyesuaikan jadwal dengan banyak kepala negara maka akhirnya dilaksanakan pada bulan Mei. KTT pada paruh pertama adalah pertemuan anggota ASEAN secara keseluruhan, sedangkan KTT pada paruh kedua (November), selain ada penambahan jumlah anggota juga ada KTT ASEAN plus One, dimana kali ini adalah KTT ASEAN dengan RRT, Jepang, Korea Selatan, India, AS dan juga PBB. KTT berikutnya adalah KTT ASEAN plus Three, yaitu dengan RRT, Jepang dan Republik Korea. Semua KTT tersebut diselenggarakan karena adanya outcome document pada
No. 49 Tahun IV
setiap chairman statement, namun demikian ada dokumen yang perlu kita lihat bersama-sama karena nanti akan ada dokumen, apakah itu berupa perjanjian ataupun deklarasi. Tapi yang paling utama adalah deklarasi mengenai peran global ASEAN 2015 dan ASEAN Community in a Global Community of Nations. KTT ASEAN plus One dengan RRT sekaligus juga sebagai Commemorative Summit, selain itu juga akan diluncurkan ASEAN-Korea Center, ASEAN-Japan Center, dan juga akan ada beberapa momen dan dokumen yang dihasilkan. Semua isu yang dibahas dalam KTT nanti, seluruh materinya sudah dibahas di pertemuan tingkat Working Group, SOM serta tingkat Menteri. Dokumen yang dihasilkan ada yang tinggal dilaksanakan, dan ada juga yang sifatnya di ikutkan lagi untuk diselesaikan oleh mekanisme ini juga. Di KTT nanti paling tidak akan ada pembentukan Pusat Bantuan Kemanusiaan AHA Center dan Pusat Bantuan Sosial. Ada pertemuan East Asia Summit ke-6 dengan melibatkan masuknya Rusia
dan AS untuk yang pertama kalinya, jadi isunya akan lebih kepada bobot political strategic. Sebelum pelaksanaan KTT tentunya ada pertemuan tingkat Menteri untuk memfinalisasi dokumen-dokumen akhir. Pada KTT kali ini ada juga side event yang tidak kalah sibuknya dan baru pertama kali diselenggarakan, yaitu Audit Institution Summit. Sebelum itu ada juga pertemuan para penyelenggara pemilihan umum di tingkat ASEAN, tetapi ada negara ASEAN yang tidak memiliki KPU, karena itu namanya diganti dari KPU ASEAN menjadi KPU East Asia. Inilah salah satu keunikan dan sekaligus merupakan hambatan bagi ASEAN didalam demokratisasi, yaitu sesuai dengan harapan atau target dalam Komunitas ASEAN, karena latar belakang negara ASEAN yang berbedabeda. Dari sisi ekonomi, perkembangan anggota ASEAN juga berbeda-beda dan semuanya berpartisipasi untuk membangun Komunitas Ekonomi ASEAN. Yang tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan unsur masyarakat, dimana kedepannya berupa people to people dan people centered ASEAN, people to people organized dan juga ASEAN Fair. Pada KTT nanti juga akan ada ASEAN Investation Summit yang akan dihadiri oleh para pembicara dari AS. KTT ini untuk mengetahui bagaimana komitmen para pengusaha ASEAN dan calon investor dari AS, saya kira ini penting. Pada tingkat ‘G to G’ pelaksanaan kerjasamanya sudah baik, tinggal bagaimana mensosialisasikan pada tingkat akar rumput, dunia usaha, dan akademisi. Dunia pendidikan kita juga dapat memiliki nilai tambah untuk meningkatkan kerjasama dengan dukungan negara mitra. Inilah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam penyelenggaraan KTT ASEAN di Bali. Disamping itu ada pertemuan para Kepala BKPM; ASEAN Women yang dipastikan akan dibuka oleh Ibu Negara; dan ASEAN Supreme Audit Institution yang akan dibuka oleh Presiden. Yang menjadi pertanyaan adalah masalah sosialisasi, karena banyak orang yang belum tahu tentang ASEAN. Masyarakat yang berdomisili di Ibukota saja banyak yang belum memahami, apalagi masyarakat yang jauh di pelosok, padahal ASEAN Community 2015 segera dilaksanakan, mungkin hal ini dapat kita lakukan bersama-sama dengan rekan-rekan media.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi S O R O T
19
Arab Saudi, Empat Ribu Lebih TKI Bermasalah Dipulangkan dalam 2 Bulan Terakhir Konsulat Jenderal RI di Jeddah tengah disibukkan oleh “hajatan besar” di penghujung tahun ini. Di samping harus menangani jama’ah haji yang berjumlah ratusan ribu, dalam waktu yang bersamaan harus menangani ribuan TKI Bermasalah (TKIB-sering disebut TKI kolong jembatan) yang harus dipulangkan.
Sejak 19 September hingga 24 Oktober 2011, KJRI telah mengeluarkan sebanyak 4.550 Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) bagi TKIB yang mayoritas adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW) pembantu rumah tangga dan Tenaga Kerja Laki-laki (TKL) yang bekerja sebagai sopir. Sebagian dari jumlah tersebut telah dipulangkan oleh Pemerintah Arab
Dok. deplu.go.id
Menlu Berkunjung ke Myanmar
Memulai kunjungan di Myanmar, di hari pertama, 28 Oktober 2011, Menteri Luar Negeri RI, Dr. Marty Natalegawa melakukan pertemuan dan dialog dengan Ketua Komnas HAM (U Min Wra) dan beberapa anggotanya, Ketua Majelis Penasihat Presiden (Ko Ko Hlaing) dan beberapa anggotanya, serta 11 tokoh kelompok madani Myanmar yang terdiri dari LSM, asosiasi bisnis dan kelompok media, serta penggiat HAM. Masing-masing pertemuan berlangsung dengan lugas dan penuh keterbukaan. Pertemuan tersebut membahas antara lain perkembangan reformasi dan demokratisasi di Myanmar, kemungkinan kerjasama bilateral di bidang-bidang tersebut, dan pandangan pihak-pihak tersebut mengenai permintaan Myanmar untuk menjadi ketua ASEAN 2014. Myanmar sebelumnya mengajukan permintaan untuk menduduki posisi
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
ketua ASEAN lebih cepat dari yang dijadwalkan, semula di tahun 2016 menjadi di tahun 2014 menggantikan Laos. Di hari kedua kunjungan, 29 Oktober 2011, Menlu bertemu dengan Presiden, Ketua Parlemen dan Ketua Majelis National, Menlu dan para menteri lainnya yang terkait dengan tiga pilar komunitas ASEAN Pertemuan empat mata dengan Daw Aung San Suu Kyi di Yangon dijadwalkan akan berlangsung pada 30 Oktober 2011. Kunjungan Menlu RI ke Myanmar, yang merupakan mandat dari para menlu ASEAN, dilakukan guna mengetahui perkembangan dan kesiapan Myanmar sebagai Ketua ASEAN 2014. Menlu tiba di Myanmar pada 28 Oktober 2011 dan akan kembali ke Jakarta pada 30 Oktober 2011. (Sumber: BAM)
Saudi dan sisanya akan menggunakan kepulangan pesawat Garuda dari Jeddah yang telah memberangkatkan jama’ah haji dengan 10 penerbangan terakhir yaitu pada tanggal 30-31 Oktober 2011. Diperkirakan jumlah yang akan dipulangkan menggunakan pesawat haji tidak kurang dari 2 ribu orang yang saat ini para TKIB tersebut tinggal di penampungan sementara Madinatul Hujjaj (MH) Jeddah. KJRI Jeddah dalam 2 bulan terakhir ini bekerja keras siang dan malam mendata dan membuat dokumen perjalanan. Kesibukan juga tidak hanya di kantor, tapi di penampungan sementara MH di mana sejumlah staf secara bergiliran bekerja untuk menangani TKIB yang terus berdatangan. Konjen RI, Zakaria turun langsung memimpin berbagai persiapan untuk memastikan semua proses dan kondisi di lapangan dapat berjalan dengan lancar. Konsul Jenderal beserta jajarannya semakin bertambah semangat dengan kehadiran Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Tatang B. Razak yang turun tangan secara aktif membantu kelancaran dalam proses pemulangan TKIB tersebut. Keberadaan Tatang B. Razak di Jeddah ditugaskan secara khusus oleh Menteri Luar Negeri untuk turut mengawal upaya-upaya yang sedang dilakukan oleh Pemerintah RI terhadap WNI/TKI yang terancam hukuman mati. Direktur Perlindungan WNI dan Konjen RI secara khusus mengadakan pertemuan membahas penanganan dan pemulangan TKIB dengan para pejabat terkait di Arab Saudi yang dipimpin oleh Dirjen Kemlu Wilayah Barat, Duta Besar Muhammad Ahmad Tayeb. Setelah mengadakan pertemuan, Dirjen Kemlu Arab Saudi, Direktur Perlindungan WNI dan Konjen RI memberikan briefing kepada sejumlah perwakilan kelompok TKIB bertempat di lobi gedung ‘Ainul Aziziyah. Konjen Zakaria dan Direktur Perlindungan WNI Tatang berkunjung ke penampungan untuk memberikan bantuan makanan dan obat-obatan serta berdialog dengan para TKIB. Dari hasil dialog diketahui bahwa sebagian besar adalah TKW yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga yang kabur dari majikan karena berbagai
alasan antara lain: gaji tidak dibayar, sering diperlakukan kasar, pelecehan dan tidak betah bekerja. Di samping itu, terdapat pula diantara mereka yang tidak siap untuk bekerja karena proses rekrutmen di dalam negeri yang tidak sesuai ketentuan. Diantara mereka juga banyak yang merasa terkungkung dan ingin bebas serta terpengaruh oleh TKW lainnya yang bekerja di luar secara ilegal dengan gaji yang lebih besar dan tinggal di penampungan gelap yang dikelola oleh pihak/kelompok tertentu. Sementara itu, TKL mayoritas adalah sopir yang kabur dari majikannya karena alasan gaji kecil dan pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan kontrak. TKL yang lari dari majikan hidup berkelompok sesuai dengan daerah asal masing-masing dan ketika mereka ingin pulang ke Indonesia, mereka berkeliaran agar ditangkap oleh imigrasi Arab Saudi dan dipulangkan. Ketika rumah tahanan imigrasi penuh dan mereka tidak ditangkap, para TKIB yang diorganisir oleh oknum/ kelompok tertentu mencari perhatian dengan tinggal di bawah kolong jembatan Kandarah. Saat ini kolong jembatan Kandarah tidak lagi dapat dipakai untuk tinggal karena dipagar dan diawasi oleh aparat, maka mereka berdemonstrasi di depan KJRI agar ditangkap oleh aparat imigrasi. Setiap tahunnya KJRI Jeddah bersama-sama dengan Pemerintah Arab Saudi memulangkan rata-rata lebih dari 25 ribu TKIB baik atas biaya Pemerintah Arab Saudi atau biaya Pemerintah RI. “Ritual tahunan” tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit yang menjadi beban pemerintah, di samping itu muncul juga berbagai dampak sosial yang negatif dan melemahkan citra Indonesia di dunia internasional. Moratorium penempatan TKI ke Arab Saudi yang diberlakukan mulai tanggal 1 Agustus 2011 harus menjadi momentum yang baik untuk dilakukannya evaluasi secara menyeluruh atas sistem penempatan TKI selama ini baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi, untuk menghindari dampak sosial yang begitu besar yang tidak dapat dibandingkan dengan besarnya remittence yang sering dikedepankan. (sumber: KJRI Jeddah)
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
20
S osok
Bagi
Ronny Prasetyo Yuliantoro Direktur Timur Tengah
Tak Punya Alasan Khusus Untuk Menjadi Diplomat menyanyikan lagu-lagu barat dengan aksen yang benar. Setelah lulus kuliah, alumnus Sekdilu Angkatan XII ini melamar menjadi wartawan di salah satu majalah terkemuka di Indonesia disamping juga melamar menjadi pegawai negeri di Kemlu. Ketika memasuki tahap final test sebagai wartawan dan berhasil lolos masuk ke 12 besar setelah bersaing dengan 150 pelamar lainnya, diplomat yang lahir dan besar di Malang ini menerima kabar bahwa dirinya diterima di Kemlu. Dan kebetulan orang tuanya menyarankan untuk memilih menjadi
pegawai negeri saja. ”Tidak terpikir oleh saya, korelasi antara senang membaca laporan perjalanan di majalah, kemudian memilih jurusan HI, dan pertimbangan orang tua” jelasnya. Sesederhana itulah proses yang membawa pak Ronny menjadi seorang diplomat. Tugas pertamanya adalah di Litbang yang saat itu dipimpin oleh Pak Hasyim Djalal. Pengalaman pertama yang berkesan baginya adalah ketika sekolah ke luar negeri, yaitu ke Australia. “Dorongan untuk sekolah ini cukup besar, bukan karena untuk meraih gelar, tetapi lebih kepada untuk menambah pengetahuan” jelasnya. Selaku pimpinan, Hasyim Djalal sangat mendorong para staf nya untuk sekolah dan mengatakan: ”Saya lebih baik bekerja sendiri melaksanakan pekerjaan daripada staf saya tidak sekolah”. Ucapan itu tersimpan dengan baik di benak pak Ronny, dan karena itulah ia tidak menghalangi stafnya yang ingin melanjutkan sekolah. Tugas penempatan pertama ke New York rupanya menjadi dasar bagi pak Ronny dalam melaksanakan tugas ke depannya. Ia berkesimpulan bahwa di multilateral orang harus memiliki dasar pendidikan yang bagus. Di sini pak Ronny memperoleh pembelajaran mengenai bahasa dan etos kerja disamping inter-personal relation. Penempatan kedua di Capetown sebagai Kasubdit konsuler yang sangat
berbeda dengan di multilateral, disini lebih kepada bilateral dan bertugas menangani warga negara Indonesia. Diplomat yang tahu benar dimana tempat-tempat penjual makanan yang memiliki ‘taste’ dan enak ini sangat menyukai olah raga golf, karena menurutnya banyak hal yang bisa dipetik dari olah raga ini, mulai dari sikap prepare secara detil ketika mempersiapkan stick, menjaga kebugaran stamina karena bisa berjalan kaki sekitar 5 km ketika bermain golf, tidak adanya musuh yang harus dikalahkan selainn dirinya sendiri. Kondisi permainan yang selalu berubah dan tidak sama dengan kondisi permainan sebelumnya, serta dibutuhkan suatu konsentrasi dan harus fokus pada permainan saat itu. Menurutnya di bilateral itu berbeda dengan di multilateral, di bilateral seorang diplomat harus aktif berinisiatif, karena kalau tidak maka ia akan stag di satu sisi/bidang saja. Di bilateral seorang diplomat bisa ‘membumi’, kalau ia bisa menjual barang-barang kita disana, maka pabriknya di Indonesia bisa berjalan terus dan para pekerjanya juga dapat terus bekerja. Untuk mempromosikan pariwisata, pak Ronny berkesimpulan bahwa para diplomat yang berada di luar negeri hanya tinggal mempromosikan saja, sementara di dalam negeri melakukan perbaikan pelayanannya, karena dengan begitu maka Indonesia bisa meraih hasil yang cukup besar, dan dapat dinikmati secara luas, mulai dari pedagang asongan hingga pengusaha hotel. “Pikiran saya sederhana saja, dimana kalau saya bisa menjual pariwisata maka banyak pihak di dalam negeri yang bisa hidup”. Bagi pak Ronny Itulah pembelajaran dan pengalaman yang tidak ternilai harganya yang diperoleh ketika bertugas ke luar negeri.
Dok. Diplomasi
alumnus HI Universitas Padjadjaran Bandung yang sekarang tengah menjabat sebagai Direktur Timur Tengah ini kehidupan ini memang mengalir. Sewaktu kecil semasa SD dan SMP dirinya sangat senang membaca majalah Intisari yang menyuguhkan tulisan catatan perjalanan seorang wartawan ke berbagai negara, mulai dari negara-negara yang sudah cukup dikenal hingga negara-negara yang pada saat itu belum terfikirkan sebagai tujuan wisata, misalnya negaranegara di benua Afrika. Tidak pernah terbayangkan oleh pak Ronny, bahwa ada sebuah catatan perjalanan yang menambah pengalaman. “Hal itu baru saya realisasikan setiap saya melakukan perjalanan di dalam negeri. Sekian banyak cerita yang saya peroleh mengenai Borobudur, Bali dan sebagainya, ternyata sangat berbeda dengan ketika saya melakukan kunjungan langsung”, ungkap diplomat yang gemar masakan tradisional khas daerah ini. Menurut pak Ronny tidak ada alasan spesifik yang membuat dirinya memilih menjadi seorang diplomat. Awalnya pak Ronny ingin kuliah di fakultas teknik, namun karena tidak yakin bisa lolos, maka kemudian ia memilih jurusan HI dengan pertimbangan akan mendapatkan pelajaran bahasa Inggris secara intensif. Maklum saja, karena diplomat yang satu ini hobby mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh group musik rock dari barat disamping group musik dalam negeri. Ia berkeinginan untuk bisa
No. 49 Tahun IV
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Diplomasi K
I
L
A
S
21
Dok. Infomed
Sidang Komisi Bersama Bilateral Indonesia – Malaysia
Menlu RI dan Menlu Malaysia melakukan penandatanganan dokumen Komisi Bersama RI-Malaysia
Menlu RI, Dr. R.M. Marty M. Natalegawa, menyampaikan terdapat sejumlah kemajuan penting dalam hubungan bilateral Indonesia – Malaysia. Antara lain, kemajuan dalam proses delimitasi perbatasan maritim kedua negara dengan telah disepakatinya Provisional Territorial Sea Boundary di Laut Sulawesi. Kedua
negara juga sepakat untuk memulai pembahasan pada tingkat Tim Teknis bagi segmen perbatasan di sekitar Selat Singapura. Kemajuan penting lainnya adalah telah rampungnya pembahasan Protokol Perubahan atas Nota Kesepahaman mengenai Rekrutmen dan Penempatan Tenaga Kerja Rumah Tangga Indonesia
(Protocol Amending the Memorandum of Understanding of the Recruitment and Placement of Indonesian Domestic Workers), yang tercapai di Bandung pada 30 Mei 2011. Tercapainya kesepakatan ini diyakini akan berdampak positif bagi kesejahteraan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia, khususnya dari sisi kejelasan prosedur dan kriteria rekrutmen dan penempatan pekerja. Tengah diupayakan pula satu hal konkrit bagi peningkatan kesejahteraan tenaga kerja migran Indonesia di Malaysia, melalui inisiatif Community Learning Center (CLC). Inisiatif ini akan memberikan hak atas layanan pendidikan bagi anak-anak para pekerja migran Indonesia. Diharapkan CLC akan dapat terwujud dalam waktu dekat,
khususnya di Sabah. Berbagai kemajuan ini dicatat oleh Sidang Komisi Bersama untuk Kerjasama Bilaeral Indonesia Malaysia (Joint Commission for Bilateral Cooperation between the Republic of Indonesia and Malaysia – JCBC) yang berlangsung di Kuala Lumpur, 11 Oktober 2011. Pertemuan JCBC dipimpin secara bersama (Co-Chair) oleh Menlu RI dan Menlu Malaysia dan ditujukan untuk membahas status kerjasama bilateral kedua negara dewasa ini, khususnya pasca pertemuan terakhir yang berlangsung di Bali, Indonesia, pada bulan Desember tahun lalu. Pertemuan juga membahas persiapan bagi rencana pertemuan konsultasi tahunan (Annual Consultations) antara Presiden RI dengan Perdana Menteri Malaysia yang direncanakan akan berlangsung di Lombok, tanggal 20 Oktober 2011. Pada kesempatan ini, Menlu RI menegaskan bahwa sebagai negara bertetangga, hubungan bilateral antara kedua negara memiliki dinamika tersendiri. Tantangan yang dihadapi kedua Negara adalah bagaimana untuk mengelola dinamika ini dengan baik, untuk merubah tantangan menjadi kesempatan, dengan adanya komitmen untuk menyelesaikan perbedaan yang ada melalui dialog.[]
Indonesia Tawarkan Mediasi Konflik ala ASEAN ASEAN-EU High Level Expert Workshop on Preventive Diplomacy and International Peace Mediation telah dibuka di Bali, 11 Oktober 2011. “Melalui konferensi ASEAN-Uni Eropa ini, kita berbagi pengalaman soal cara dan praktik pencegahan, mediasi, dan penyelesaiaan konflik di masing-masing kawasan. Tema ini tidak saja relevan, dalam rangka membangun ASEAN yang memasyarakat (people-centered) dimasa kini dan mendatang, tapi juga momentum bagi ASEAN menyiapkan dibentuknya ASEAN Institute of Peace and Reconciliation. Promosi budaya damai (culture of peace) sebagai refleksi semangat kerjasama ”. Demikian pesan pidato sambutan Djauhari Oratmangun, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN-
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Kementerian Luar Negeri RI. “ASEAN memiliki pengalaman yang bisa dibagikan pada kawasan lain. Bagaimana perdamaian regional bisa dibangun dan kemampuan mengelola konflik internal perlahan bisa dilembagakan”, demikian imbuh Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema, Deputi II Kementerian Koordiantor Politik, Hukum dan Keamanan RI wawancara dengan media. Dr Mely Cabalerro Anthony dari Sekretariat ASEAN mendukung pernyataan itu bahwa adalah saatnya bagi ASEAN untuk turut menyampaikan pengalaman dan cerita sukses yang selama, ini hampir tidak terdengar. Konferensi sehari pencegahan dan mediasi konflik ini berlangsung memanfaatkan pertemuan koordinasi tingkat pejabat tinggi ke tiga pilar
Komunitas ASEAN dari pilar politikekonomi dan sosial budaya (ASEAN’s Joint Preparatory Meeting), 10-14 Oktober 2011 ini menghadirkan panelis Kai Sauer, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Dubes RI untuk ASEAN Ngurah Swadjaya, Agus Wandi, Wakil Koordinator Transisi Afghanistan Peace and Reintegration Program UNDP, Andrew Marshall dan Tuija Taltive Crisis Management Initiative (CMI) Norwegia, Guy Banim dari Uni Eropa, dr Alice Ackerman (OSCE Conflict Prevention Center), Levent Bilman (Direktur Kebijakan dan Mediasi ) PBB, Dr Norbert Ropers (Direktur Berghoft Research Center-Berlin dan Masimba Kamba (SADC-Komunitas Pembangunan Afrika Selatan). Melalui mekanisme informal, di berbagai tingkatan, ASEAN (Indonesia)
sesungguhnya memiliki sebuah cara efektif untuk menyelesaikan konflik, mediasi maupun membendung eskalasi pertikaian ala ASEAN. “Inisiatif Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa dalam menegahi kasus konflik perbatasan Thailand-Kamboja sejak Februari 2011, adalah sebuah preseden model mediasi konflik yang efektif dan bentuk perangkulan konstruktif (constructive engagement) ala ASEAN yang dimulai secara kekeluargaan dan tidak resmi, walaupun substansi materinya berbobot”, demikian rangkuman catatan dari diskusi, yang disampaikan PLE Priatna, selepas penutupan seminar ASEAN-UE tersebut. (Plepriatna/Bali).[]
No. 49 Tahun IV
Diplomasi
22
kilas
Dok. blogbee47.blogspot.com
Lebanon: Kami Perlu Penjaga Perdamaian Seperti Indonesia
No. 49 Tahun IV
Dubes RI untuk Lebanon, Dimas Samodra Rum, dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa kegiatan dialog tersebut merupakan sarana konsultasi bagi para pejabat dan pihak berkepentingan baik Indonesia maupun Lebanon. “Kami mengharapkan Dialog Interaktif yang diikuti oleh peserta dan narasumber Indonesia dan Lebanon ini dapat mengidentifikasi berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi misi perdamaian Indonesia di lapangan,” jelas Dubes RI seraya menegaskan bahwa hal ini perlu guna menjadi bahan masukan bagi perumusan kebijakan dan peningkatan partisipasi Indonesia di dunia internasional pada masa yang akan datang. Pada kesempatan yang sama, beberapa narasumber Indonesia termasuk Kolonel Yulianta (Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL) dan Daniel Tumpal Simanjuntak (Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata / KIPS – Kemlu RI) sepakat bahwa partisipasi misi perdamaian Indonesia dalam operasi perdamaian internasional perlu ditingkatkan. “Selain amanat UUD 1945, juga sebagai salah satu negara besar Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk lebih peduli dengan proses penciptaan perdamaian di dunia,” terang Daniel yang juga menekankan bahwa hal ini secara langsung mampu meningkatkan leverage bangsa di dunia
internasional. Hal senada juga disampaikan oleh pembicara lainnya. Diana Emilia Sutikno (dari Perutusan Tetap RI New York) mengungkapkan bahwa secara nasional, partisipasi Kontingen Garuda pada berbagai misi perdamaian internasional akan membawa manfaat positif dalam peningkatan kualitas dan kapasitas personel dan organisasi di Indonesia melalui penambahan pengalaman dan pengetahuan serta wahana pengenalan alat-alat persenjataan yang diproduksi Indonesia kepada masyarakat internasional.
Dok. kabarindonesia.com
Sejumlah akademisi, pejabat militer dan sipil Lebanon ikut menjadi pembicara pada Dialog Interaktif yang diselenggarakan oleh KBRI Beirut dan Kontingen Garuda TNI pada misi perdamaian internasional – Lebanon / UNIFIL (Selasa, 18/10). Dalam paparan dua orang narasumber asing, Timur Goksel -- yang merupakan mantan juru bicara UNIFIL dan Kolonel Fouad Naser, Komandan Sektor Litani-Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) -- mengemuka bahwa Indonesia mendapat apresiasi yang besar dan positif baik oleh PBB maupun masyarakat Lebanon. “Pasukan penjaga perdamaian internasional dari negara lain di Lebanon sebaiknya mencontoh Indonesia dalam berinteraksi dengan masyarakat setempat. Hal ini karena keberadaan misi perdamaian Indonesia yang diterima baik dan sangat dekat dengan masyarakat,” ungkap Kolonel Fouad Naser. Kolonel Naser bahkan menegaskan, “Lebanon perlu peacekeepers (penjaga perdamaian) yang berasal dari Indonesia lebih banyak lagi”. Dialog Interaktif yang diselenggarakan di hotel Movenpick Beirut tersebut diikuti pula oleh sejumlah pembicara Indonesia yang membahas topik khusus ‘Peluang dan Tantangan Misi Perdamaian Indonesia (Kontingen Garuda) dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional’.
Dialog menggarisbawahi berbagai kendala dalam penyiapan dan pelaksanaan misi perdamaian Indonesia antara lain reaksi yang tidak cepat dalam memenuhi permintaan PBB untuk sewaktu-waktu terjun dalam misi perdamaian internasional. Di akhir sesi, Dialog juga menyimpulkan beberapa solusi antara lain perlunya peningkatan sinergi dan sinkronisasi pihak-pihak terkait di Indonesia, mulai dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kantor Menkopolhukam, TNI, Polri dan Kementerian Keuangan sehingga penggelaran pasukan dapat secara cepat dan tepat dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah melalui finalisasi pembentukan satu koordinator nasional yang khusus menangani misi perdamaian Indonesia. Menurut Daniel, upaya pembentukan tersebut tengah dalam proses dan masih perlu waktu serta kepedulian semua pihak terkait untuk mempercepat finalisasi pembentukan. “Selain itu, yang tak kalah penting dalam upaya penggelaran pasukan perdamaian Indonesia adalah dukungan dan partisipasi para pemangku kepentingan lainnya termasuk legislatif (DPR), media massa, think-tank dan masyarakat luas,” tutup Daniel. Rangkaian kegiatan dialog kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke markas Indonesian Battalion di UNIFIL pada hari berikutnya, Rabu (19/10). Kunjungan tersebut bertepatan dengan acara penyerahan medali penghargaan PBB kepada pasukan penjaga perdamaian Indonesia yang telah berjasa menunaikan tugasnya selama + 8 bulan. (Sumber: KBRI Beirut 2011)
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
Ulwi
Fakultas Agama Islam, Unipdu, Jombang.
Untuk Bangkit masyarakat harus berubah
Saya sependapat dengan pandangan yang mengatakan bahwa miskin atau kayanya sebuah negara/daerah itu tidak tergantung dari berapa usia negara/daerah yang bersangkutan atau seberapa banyak sumber daya alam yang dimilikinya. Miskin atau kayanya sebuah negara/derah itu lebih ditentukan oleh faktor perilaku masyarakatnya yang saya simpulkan sebagai hasil dari sebuah proses pendidikan. Saya kira kira kita jangan melihat masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) itu hanya dilihat dari satu sisi ekonomi saja, melainkan harus di lihat dari tiga dimensi, yaitu: harkat hidup yang menyangkut kesehatan; melek huruf yang terkait dengan masalah pendidikan; dan standar hidup yang menyangkut kesejahteraan. Itu adalah tiga dimensi yang tidak dapat dipisahkan dalam melihat Indeks Pembangunan
Manusia. Bahwa seluruh produk yang murah harganya dan pasti ketersediannya itu harus diperuntukan bagi keperluan rakyat, kita harus menjaga agar jangan sampai kondisi rakyat berada dalam keadaan yang lemah atau dilemahkan secara sistemik. Misalnya saja dalam hubungan negara/government dengan investor dimana seringkali hubungannya menjadi piramida terbalik ketika mereka melakukan kolaborasi sehingga melemahkan kondisi masyarakat. Semestinya government itu berpihak kepada people atau rakyat untuk mensejahterakan mereka dengan mengundang investor, jadi jangan sampai pemerintah itu justru berkawan dengan investor yang mengeksploitasi masyarakat. Persoalannya adalah bukan hanya masalah ekonomi, melainkan hulu dan hilir harus tuntas dalam hal persoalan
?
investasi. Saya sepakat bahwa dilihat dari prestasinya, Indonesia memang terus menaik, tetapi dilihat dari prestasinya rakyat Indonesia memang harus segera bangkit, karena jauh urutannya di bawah Malaysia dan Filipina. Malaysia menempati urutan 57 dalam IPM dunia sementara Indonesia diperingkat 108 dan ketika ini di optic dalam skup kawasan ASEAN ini menjadi sebuah kritik yang harus segera di respon.[]
Efrina Puspita S.
Mahasiswa Untirta, Jakarta.
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2011
23
apa
kata
mereka
Posisi Indonesia didunia internasional meningkat Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk total diplomasi itu sudah sangat baik, dimana pemerintah juga berupaya untuk melibatkan seluruh stakeholder dan juga masyarakat. Posisi Indonesia di dunia internasional saat ini sudah jauh lebih meningkat, misalnya dalam hal kerjasama bilateral guna meningkatkan hubungan perdagangan, industry, ekonomi, pertanian dan tenaga kerja. Dengan kerjasama yang baik dan terus di tingkatkan dengan negara lain tentunya akan semakin mempermudah jalan untuk lebih meningkatkan posisi Indonesia di dunia Internasional. Salah satu yang membuat Indonesia diperhitungkan di dunia internasional yakni dari prestasi –prestasi yang diraih Warga Negara Indonesia di ajang Internasional olimpiade sains dan teknologi. Salah satu contoh, adalah prestasi gemilang yang didapatkan oleh Benjamin Hioe dan Rima Mc.Graw, dua orang Indonesia yang selama ini bermukin di Georgia, mereka menerima Award “Most Influential Asian American
Diplomasi
2011” dari Georgia Asian Times (GAT), sebuah media yang sangat berpengaruh di negara bagian Georgia, Amerika Serikat. Kemudian juga banyak para siswa dan mahasiswa Indonesia yang berprestasi dengan memenangkan event atau perlombaan bertaraf internasional lainnya, yang menurut saya hal ini membuat Indonesia semakin diperhitungkan di dunia Internasional karena memiliki SDM yang memiliki daya saing luar biasa yang tidak kalah dengan negara-negara maju. Satu hal lagi yang tampaknya juga harus kita berikan apresiasi kepada pemerintah adalah upaya pemerintah dan Warga Negara Indonesia untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Indonesia di dunia internasional melalui berbagai macam program. Saat ini saya bisa merasakan betapa Indonesia sudah memiliki kemajuan dan posisi yang semakin baik di dunia Internasional. Dan karena itu, saya semakin bangga menjadi Warga Negara Indonesia.[]
Ranres Usulan Indonesia Disahkan Majelis Umum PBB Majelis Umum PBB pada 28 Oktober 2011 secara aklamasi telah mensahkan rancangan resolusi “Treaty on the South – East Asia Nuclear Weapon Free Zone” yang sebelumnya diajukan oleh Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Ketua ASEAN. Disahkannya ranres secara aklamasi tersebut merupakan suatu capaian bersejarah mengingat pada tahun-tahun sebelumnya hal tersebut dilakukan melalui pemungutan suara, dimana beberapa negara negara pemilik senjata nuklir anggota tetap Dewan Keamanan PBB (P-5) menyatakan dukungan, sementara beberapa lainnya menyatakan penolakannya. Pada pengesahan ranres yang diajukan tahun ini, seluruh negara pemilik senjata nuklir anggota P-5 (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia, dan RRT) tidak hanya menyatakan dukungan, melainkan juga menjadi co-sponsor ranres tersebut. Dengan pengesahan secara aklamasi dari seluruh negara-negara anggota PBB termasuk P-5 terhadap resolusi tersebut diharapkan proses konsultasi langsung (direct consultation) yang saat ini masih berjalan di antara seluruh negara anggota ASEAN di satu pihak, dan negara anggota P-5, di pihak lain, akan mendapatkan pernguatan momentum ke arah tercapainya kesepakatan dengan tujuan akhir dilakukannya aksesi protokol traktat SEANWFZ oleh seluruh negara P-5 dalam waktu dekat. (Sumber: BAM)
No. 49 Tahun IV
No. 21, Tahun
Diplomasi No. 49 Tahun IV, Tgl. 15 Nopember - 14 Desember 2011
http://www.tabloiddiplomasi.org
TABLOID
Media Komunikasi danInteraksi Interaksi Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.com
Menlu RI :
Mengenang Seratus Tahun Moham Menlu Lantik Dua Eselon I Kemlu
Kontribusi Isla Dan Demokras Dalam Memban Indonesia Da’i Bachtiar :
Dok. infomed
Menyelesaikan Pers TKI di Malaysia Den Kepala Dingin
Kebudayaan, Fondasi Memperkuat Hubunga RI Menteri Luar Negeri, Dr. Marty M. Natalegawa, melantik dua pejabat Eselon-I Suriname di lingkungan Kementerian Luar Negeri, yaitu Hasan Kleib sebagai Direktur Jenderal Pelatikan 2 pejabat eselon I di lingkungan Kemlu RI, Hasan Kleib sebagai Dirjen Multilateral dan Abdurrahman M. Fachir sebagai Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Gedung Pancasila, Selasa, 25 Okt 2011 (Dit. Infomed/suwandy/11)
Multilateral dan Abdurrahman M. Fachir sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, di Gedung Pancasila, Jakarta, pagi ini. Pelantikan ini merupakan bagian dari upaya Kemlu untuk mengantisipasi agar tugas dapat berjalan dengan baik, dan disesuaikan dengan situasi yang sedang bergulir. Demikian diungkapkan Menlu saat melantik kedua pejabat tersebut. Menlu yakin bahwa berbekal pengalaman selama ini, tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik.
Nia Zulkarna
Pada kesempatan ini, Menlu juga menyampaikan terima kasih kepada Wakil Menlu, Triyono Wibowo, atas pengabdiannya selama ini. Menlu berharap agar sumbangsihnya dapat terus diberikan kepada Kemlu. (Dit. Infomed)
Film Bertema Bulutang Pertama di Du
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
“KIN
Direktorat Diplomasi Publik
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3513094