Diplomasi
No. 83
TABLOID
No. 83 TAHUN VII
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Tahun VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Media Komunikasi dan Interaksi
Tgl. 15 desember 2014 - 15 Januari 2015
www.tabloiddiplomasi.org Email:
[email protected]
TIDAKtidak DIPERJUALBELIKAN untuk diperjualbelikan
Film sebagai aset Diplomasi ISSN 1978-9173 www.tabloiddiplomasi.org
9
771978 917386
Upadate From the Region
Pesona Investasi Sumatra Barat
Daftar Isi
No. 83 TAHUN VII
Diplomasi
15 desember 2014 - 14 januari 2015 TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
4 Fokus Utama
13 Sorot
Indonesia Pertegas Kembali Dukungan dan Solidaritas Pemerintah dan Bangsa Indonesia untuk Palestina
5 Fokus Utama
Film Aset Diplomasi
14 Sorot Diplomasi Melalui Film
Menlu RI: Kegiatan Updates from the Region Perlu Tindak Lanjut Konkrit
6 Fokus Utama Berbagai Sektor Potensial Untuk Investasi di Sumatra Barat
7 Fokus Utama G20 Sumatra Barat Tawarkan Empat Sektor Investasi Unggulan
16 Sorot
Globalisasi Menyebabkan Semakin Pentingnya Diplomasi Film
18 Sorot FILM INDONESIA SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA
20 Sorot Memasuki Diplomasi Kebudayaan Melalui Film
21 Lensa
8 Fokus
UNDANG-UNDANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DIUSULKAN UNTUK DIRUBAH
Upadate From the Region Pesona Investasi Sumatra Barat
11 Fokus
Memacu Pariwisata Sumatra Barat Dengan Cable Car
12 Sorot Film Memainkan Peranan Penting Dalam Diplomasi Indonesia
20 sorot
Diplomasi Film Dapat Merubah Paradigma perkenalkan Indonesia kepada masyarakat Azerbaijan, Kemlu adakan public lecture di Baku
21 lensa
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Catatan Redaksi PENANGGUNG JAWAB Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Direktur Diplomasi Publik
Para pembaca Tabloid Diplomasi yang terhormat, pada edisi kali ini Tim Redaksi menampilkan kegiatan Updates from the Region (UFTR) dengan tema “Exploring the Potentials of West Sumatera Province” sebagai topik utama. UFTR merupakan salah satu bentuk nyata peran Kementerian Luar Negeri dalam memajukan kerjasama ekonomi dengan negara sahabat dan meningkatkan peluang investasi serta kerjasama perdagangan. Kegiatan UFTR diprakarsai oleh Kemlu RI sejak 2007 dan merupakan salah satu program diplomasi publik dalam upaya memperkuat diplomasi ekonomi dan pembangunan RI melalui peran dan partisipasi publik, termasuk pelaku ekonomi dan pembangunan dalam negeri. Melalui UFTR, Provinsi Sumatera Barat mendorong para Duta Besar Negara-negara sahabat untuk mengundang para pengusaha potensial di negara masing-masing guna melakukan investasi dan kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan, khususnya di bidang energi terbarukan (hydropower, pembangkit listrik, kelapa sawit, geothermal), produk kreatif dari sektor agro industri, perikanan, serta pariwisata. Topik utama berikutnya adalah penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Film sebagai Aset Diplomasi Publik”. FGD mengenai film merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh Kemlu. Forum ini sangat penting karena melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam dunia perfilman nasional dan bertujuan untuk menghasilkan masukan berharga khususnya di bidang pengembangan dan pemanfaatan film sebagai aset diplomasi publik Indonesia. Film adalah aset diplomasi yang memiliki nilai seni dan kreatifitas serta berperan dalam proses pembentukan citra sebuah bangsa. Film mengandung unsur “soft power” karena mampu memvisualisasikan dan mempresentasikan karakter dan identitas masyarakat dan negara dengan cara
lebih berkawan. Dalam kegiatan ini, para pakar perfilman dan para diplomat mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar pandangan untuk menghasilkan sejumlah rekomendasi kebijakan yang dapat menguatkan diplomasi film Indonesia kedepannya. Topik berikutnya adalah seputar penyelenggaraan public lecture dengan tema Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Nasional: Pengalaman Indonesia di Baku, Azerbaijan. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Azerbaijan serta berbagi informasi dan pengalaman Indonesia, khususnya dalam pemajuan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Komitmen Indonesia dalam pemajuan HAM perempuan telah diwujudkan dengan meratifikasi dan mengimplementasikan the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), pembentukan KOMNAS Perempuan, dan bersama-sama dengan negara anggota ASEAN mendirikan ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children. Berikutnya adalah kegiatan kunjungan para pelajar dari 10 SMA se-Jabodetabek ke Kemlu RI dalam rangka Open House Kemlu 2014. Kunjungan ini dinilai sangat bermanfaat untuk memperluas wawasan para pelajar mengenai hubungan luar negeri Indonesia. Dalam Open House ini para pelajar mendapat paparan mengenai hubungan luar negeri dan diplomasi publik RI, disamping juga mengenai Komunitas ASEAN 2015. Kunjungan Menteri Negara pada Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura Teo Ser Luck, dan Chief Executive Officer International Enterprise Teo Eng Cheong beserta delegasi misi bisnis Singapura juga kami tampilkan pada edisi kali ini. Menlu RI, Retno L. P. Marsudi mendorong para pebisnis Singapura untuk menjajagi kerja sama investasi secara langsung dengan mitra potensial me-
reka di Indonesia, terutama untuk proyek di bidang infrastruktur, termasuk pelabuhan, jalan tol, pembangkit listrik, dan bidang maritim, serta keamanan pangan dan energi. Penegasan kembali dukungan penuh Indonesia pada visi twostate solution terkait kemerdekaan Palestina juga ditampilkan pada edisi kali ini. Indonesia mendukung penuh Palestina untuk merdeka, berdaulat dan demokratis hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara tetangga. Indonesia bersama masyarakat internasional akan terus berupaya untuk menghentikan pendudukan Israel atas Palestina. Palestina merupakan satusatunya peserta Konferensi Asia Afrika yang belum mencapai kemerdekaannya secara penuh, karena itu Indonesia terus mengamati dan memberikan dukungan penuh kepada Palestina dan memastikan keberlanjutan dukungan Indonesia kepada Palestina dalam pembangunan dan pengembangan kapasitas Palestina dalam berbagai bidang. Berkaitan dengan hal tersebut juga ditampilkan seputar pelaksanaan kuliah umum dengan tema “The Asian-African Spirit of Partnership: The Optimization of Relationship between Indonesia and South Africa within the Framework of the New Asian African Strategic Partnership (NAASP)” di Pretoria Afrika Selatan. Kuliah umum ini merupakan outreach program KemIu yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Indonesia dan sejarah konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 kepada publik di Afrika Selatan, khususnya di kalangan akademisi, mahasiswa, thing tanks, dan media massa. Selamat membaca dan salam Diplomasi.
REDAKTUR Aris Triyono PENYUNTING/EDITOR Johanes Subagia Made S. Ari Wardhana Eni Hartati Adik Panitro Azis Nurwahyudi Widya Airlangga Agus Badru Jamal Pinkan O Tulung Khariri Cahyono DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHY Mulyanto Sastrowiranu Anggita Gumilar Dilla Trianti Tsabit Latief SEKRETARIAT Orchida Sekarratri Tubagus Riefhan Iqbal Ledynce Iskandar Syahputra Suradi Suparno Iriana AS Kurnia Sari Rosidi Heri Gunawan Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162, 3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035 Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I.
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected]
4
FOKUS UTAMA
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Indonesia Pertegas Kembali Dukungan dan Solidaritas Pemerintah dan Bangsa Indonesia untuk Palestina
M
enteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia pada visi twostate solution dimana Palestina yang merdeka, berdaulat dan demokratis hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara tetangga. Indonesia bersama masyarakat internasional akan terus berupaya untuk menghentikan pendudukan Israel atas Palestina. Sejalan dengan visi dan misi pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, isu Palestina akan tetap menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Disampaikan pula bahwa hubungan antara Indonesia dan Palestina telah berlangsung lama, sejak berdirinya Republik Indonesia. “Merupakan suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Palestina merupakan satu- satunya peserta Konferensi Asia Afrika yang belum mencapai kemerdekaannya secara penuh”, ujar Menlu RI. Ditegaskan pula bahwa Indonesia mengamati terus dengan penuh keprihatinan peningkatan aksi-aksi provokasi Israel di Jerusalem, utamanya terhadap Mesjid Al-Aqsa yang merupakan salah satu tempat suci umat Islam dan memastikan keberlanjutan dukungan Indonesia kepada Palestina dalam pembangunan dan pengembangan kapasitas Palestina dalam berbagai bidang. Hal tersebut disampaikan Menlu RI pada pembukaan seminar internasional yang diselenggarakan di Kementerian Luar Negeri RI, Jumat, 28 November 2014 dan bertemakan: “Unwavering Support of Indonesia to Palestine, and the Role of the United Nations” serta pameran foto mengenai Palestina dengan tema: Our Hearts, Our Minds and Our Hands adalah dalam rangka International Year of Solidarity with Palestinian People tahun 2014. Seminar dan pameran foto mengenai Palestina tersebut dise-len-
“Merupakan suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Palestina merupakan satu- satunya peserta Konferensi Asia Afrika yang belum mencapai kemerdekaannya secara penuh” Menlu RI.
ggarakan bekerjasama dengan Kedutaan Besar Palestina dan United Nations Information Center (UNIC) di Jakarta. Seminar menghadirkan pejabat PBB dan pembicara dari kalangan pejabat pemerintah Indonesia, DPR, LSM, akademisi, perwakilan UNRWA, pemangku kepentingan di Indonesia dan perwakilan diplomatik di Jakarta. Pada sesi proses perdamaian Palestina-Israel, Meidyatama Suryodiningrat, Editor-in-Chief The Jakarta Post bertindak sebagai moderator. Seluruh Panelis yang terdiri dari Duta Besar Hasan Kleib, Dirjen Multilateral Kemlu RI, Y.M. Mahfudz Siddiq, anggota DPR RI, Fariz N. Mehdawi, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, dan Akademisi Universitas Indonesia, Broto Wardoyo (UI) menyatakan bahwa tidak terdapat perkembangan yang signifikan mengenai proses perdamaian terpokok karena tetap berlangsungnya Israeli illegal settlement dan aksi ilegal Israel lainnya hingga saat ini. Para Panelis menyampaikan bahwa telah banyak opsi dibahas dan ditetapkan, namun tidak dijalankan. Butuh dorongan dan genuine will bagi pemajuan proses perdamaian. Sementara itu, mengenai upaya meringankan kesengsaraan rakyat Palestina, para Panelis dari UNRWA, Virginia Villar-Arribas dan MER-C, Dr. Joserizal Jurnalis menyampaikan situasi kemanusiaan di Palestina, khususnya Gaza yang cukup menyedihkan dan membutuhkan bantuan segera. Direktur Kerja Sama Teknik Kemlu, Siti Nugraha Mauludiah menyampaikan bahwa Palestina adalah negara penerima bantuan terbesar Pemerintah Indonesia. MER-C menyampaikan sejumlah program bantuan dari Palestina yang berasal dari sumber dana masyarakat Indonesia khususnya pendirian Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Pada sesi ini, Direktur Timur Tengah Kemlu, Febrian Alphyanto Ruddyard, betindak sebagai moderator. (Sumber: Dit.Sosbud dan OINB).[]
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
FOKUS UTAMA 5
Menlu RI: Kegiatan Updates from the Region Perlu Tindak Lanjut Konkrit
“Diplomasi ekonomi menjadi prioritas Pemerintah RI di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Oleh karena itu, kegiatan Updates from the Region (UFTR) dengan tema “Exploring the Potentials of West Sumatera Province” adalah salah satu bentuk nyata peran Kementerian Luar Negeri dalam memajukan kerjasama ekonomi dengan negara sahabat”, demikian antara lain disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi ketika membuka acara UFTR di Ruang Nusantara Kemlu, 20 November 2014. Menlu menekankan pentingnya tindak lanjut konkrit dari pelaksanaan kegiatan UFTR ini. Kegiatan UFTR akan meningkatkan peluang investasi dan kerjasama perdagangan serta pariwisata di Sumatera Barat. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat diharapkan dapat mengoptimalkan keberadaan “one stop services” dan mempercepat implementasi penyederhanaan berbagai prosedur investasi. Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Duta Besar Esti Andayani dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan UFTR yang diprakarsai Kemlu sejak 2007 ini merupakan salah satu program diplomasi publik dalam upaya memperkuat diplomasi ekonomi dan pembangunan RI melalui peran dan partisipasi publik – dalam hal ini termasuk pelaku ekonomi dan pembangunan dalam negeri – untuk ikut serta berdiplomasi.
Industri kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional, utamanya dalam hal penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan dan devisa negara.
Gubernur Provinsi Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Spsi, MSc dalam paparannya mengajak para Duta Besar negara sahabat untuk mengundang para pengusaha potensial di negara masing-masing guna melakukan investasi dan kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan, khususnya di bidang energi terbarukan (hydropower, pembangkit listrik, kelapa sawit, geothermal), produk kreatif dari sektor agro industri, perikanan, serta pariwisata. Pada sesi talkshow yang dipandu oleh Staf Ahli Menlu bidang Ekonomi Sosial Budaya Dubes M. Wahid Supriyadi, Direktur Utama PT Incasi Raya, Zainal Arifin memaparkan seluk beluk industri kelapa sawit di Indonesia, utamanya di Sumatera Barat. Industri kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional, utamanya dalam hal penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan dan devisa negara. Acara dihadiri oleh kurang lebih 200 undangan, di antaranya 17 Duta Besar negara sahabat dan puluhan diplomat asing, perwakilan organisasi internasional, himpunan pengusaha bilateral RI-negara sahabat, perhimpunan persahabatan Indonesia-negara sahabat serta media massa.[] (Dit. Diplik)
6
FOKUS UTAMA
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Berbagai Sektor Potensial Untuk Investasi di Sumatra Barat
P
rovinsi Sumatera Barat dikenal memiliki sektor pertanian dengan banyak sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, diantaranya bidang lahan produktif seluas 1,73 juta ha dalam bentuk lahan sawah, hortikultura, dan perkebunan, yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan daerah. Sektor pertanian ini merupakan prioritas utama dalam pembangunan Provinsi Sumatera Barat. Prioritas lainnya adalah sektor kehutanan, pertambangan, manufaktur, dan pariwisata yang telah ditingkatkan secara substansial guna menarik lebih banyak investor untuk datang ke Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis Provinsi Sumatera Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara di sebelah utara, provinsi Riau di sebelah timur, Jambi dan Bengkulu provinsi di selatan, dan Samudera Hindia di sebelah barat. Luas total provinsi Sumatera Barat adalah 42.227,30 Km dan terletak di 0 ° 54 Lintang Utara, 3 ° 30 Lintang Selatan dan 98 ° 36-101 ° 53 Bujur Timur.
Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Spsi, MSc
Gubernur Provinsi Sumatera Barat
Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 16 Kabupaten / Kota, yang terdiri dari 9 kabupaten, 6 kota dan 1 kota administratif. Kabupaten terbesar adalah Pasaman (7,835.40 km²) dan yang terkecil adalah Kota Padang Panjang (23, 00 km²). Lahan yang tersedia untuk tanaman pangan di provinsi Sumatera Barat adalah 650,310 Ha, terdiri dari lahan tanaman pangan dan hortikultura. Provinsi Sumatera Barat memiliki panjang pantai 375 km ², karena itu penggunaan sumber daya perikanan laut mencapai sekitar 37%. Komoditi di sektor perkebunan adalah berupa karet, kelapa, kayu manis, dan kelapa sawit. Luas perkebunan kelapa sawit sebesar 189.695 Ha, perkebunan kakao sebesar 10.711 ha, sedangkan luas perkebunan karet sebesar 93.007 ha. Potensi daerah untuk pengembangan perkebunan seluas 290.285 Ha, tersebar di Kabupaten Pasaman, Solok, Pesisir Selatan dan Lima Puluh Kota. Sumber daya potensial untuk investasi di sektor peternakan adalah sapi atau kerbau, secara umum, ternak ini dibudidayakan oleh petani di dua tempat, yaitu Air Runding, Kabupaten Pasaman dan Padang Mangatas, Kabupaten Lima Puluh Kota. Provinsi Sumatera Barat dikenal dengan sumber daya pertambangan batubara dan deposit terbesar berlokasi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Sawahlunto, sedangkan granit di Kabupaten Pasaman. Saat ini pengembangan investasi di Provinsi Sumatera Barat di dukung dengan keberadaan sejumlah kantor bank dan asuransi; hotel berbintang dan cottage; fasilitas
Sektor pertanian ini merupakan prioritas utama dalam pembangunan Provinsi Sumatera Barat. Prioritas lainnya adalah sektor kehutanan, pertambangan, manufaktur, dan pariwisata yang telah ditingkatkan secara substansial guna menarik lebih banyak investor untuk datang ke Provinsi Sumatera Barat.
pelayanan kesehatan berupa rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, puskesmas, pusat medis umum dan laboratorium kesehatan; fasilitas pendidikan dan pelatihan berupa SD, SMP, SMA, SMK, Politeknik, perguruan tinggi, universitas serta pusat penelitian dan pelatihan; fasilitas pusat bisnis berupa kompleks perbelanjaan dan supermarket; fasilitas pengembangan dan peningkatan jalan terdiri dari 133 km jalan untuk mengakses wilayah perbatasan Provinsi Riau, 12 km jalan provinsi Jambi, 92,7 km jalan provinsi Sumatera Utara, 130,7 km jalan provinsi Bengkulu, dan 500 jembatan tol dari Kelok Sembilan. Saat ini sedang dikembangkan peluang investasi di sektor hortikultura, termasuk sayuran dan bunga dataran tinggi seperti kembang kol, kubis, tomat, kentang, wortel, markisa, asparagus, brokoli dan kacang-kacangan, yang terletak di Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Lembah Gumanti. Selanjutnya adalah budidaya dan pengolahan gambir, yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Pesisir Selatan dan Agam. Komoditas lainnya adalah kopi Arabika, yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, Lima Puluh Kota, dan Solok. Sementara perkebunan kelapa sawit terletak di kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Solok dan Pesisir Selatan. Di sektor peternakan ada sapi potong yang terletak di kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan Agam, sedangkan ternak ayam terletak di Kabupaten Lima puluh kota. Penangkapan dan pengolahan ikan terintegrasi seperti tuna dan cakalang, budidaya ikan laut dan kepiting terletak di kabupaten Pesisir Selatan dan pulau Mentawai.
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
FOKUS UTAMA 7
Sumatra Barat Tawarkan Empat Sektor Investasi Unggulan Danang W Jati Kabid Promosi dan Kerjasama BKPM Prov. Sumbar
P
emerintah Provinsi Sumatra Barat menawarkan empat sektor unggulan untuk menarik investasi, yakni energi panas bumi yang potensinya mencapai 1.680 megawatt, pariwisata, industri hilir, dan infrastruktur.
Empat sektor unggulan tersebut menjadi prioritas pengembangan daerah melalui investasi dalam negeri dan asing karena dari hasil feasibility study yang kami lakukan, keempatnya sangat potensial dan menguntungkan bagi investor.
Pertambangan batubara dengan deposit sekitar 28 juta ton terletak di kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Solok dan Pesisir Selatan. Komoditas pertambangan lainnya adalah berupa batu mulia yang dieksplorasi di Kabupaten Pesisir Selatan dan Solok. Sedangkan pasir besi dapat dieksplorasi di kabupaten Agam dan di Pariaman. Sementara itu ada pertambangan toseki di kabupaten Pasaman, Sumber mineral lainnya adalah berupa granit di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kabupaten Solok dan di Kabupaten Pesisir Selatan. Manufaktur yang terdiri dari minyak dan pengolahan margarin berada di Pasaman dan Sawahlunto Sijunjung. Sedangkan manufaktur ban kendaraan dan barang karet ada di Padang Pariaman, pengolahan dan pengalengan ikan di kabupaten Pariaman, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai. Sementara itu, industri semen dengan perkiraan deposit sebesar 1,3 miliar ton berada di kabupaten Pasaman, Sawahlunto Sijunjung, Solok, Lima Puluh-kota dan di Kota Padang Panjang. Sumber daya lainnya adalah coke, industri briket dan unggas / industri ternak makanan. Banyak sekali obyek pariwisata yang dapat dikembangkan oleh calon investor, yaitu pengelolaan obyek wisata Danau, dan kota agro Kabupaten Solok, wisata laut seperti surfing, diving, snorkeling, memancing, jet ski, restoran dan cottage di Kabupaten Kepulauan Mentawai, wisata gunung, pantai Air Manis dan kawasan wisata kota Padang.[]
Untuk sektor energi panas bumi (geothermal), dua perusahaan sudah melakukan investasi di Sumbar, yakni Supreme Energy, konsorsium energi dari tiga negara (Indonesia, Jepang, dan Prancis) yang menggarap geothermal dengan potensi 200 MW di Kab. Solok Selatan. Sedangkan perusahaan lainnya adalah, Hitay Energy asal Turki yang menggarap 150 MW di Gunung Talamau (Kabupaten Pasaman Barat) dan Gunung Tandikek (Kabupaten Agam/Padang Pariaman). Untuk potensi pariwisata, Sumbar memiliki setidaknya 30 destinasi wisata yang tersebar di 17 kabupaten/kota. Masing-masing destinasi berupa wisata alam yang terdiri dari wisata pantai, gunung, danau, dan lembah. Kemudian potensi creative tourism dari keragaman kebudayaan dan kuliner setempat. Sektor berikutnya adalah hilirisasi industri, dimana di provinsi Sumatera Barat terdapat beberapa komoditi ekspor unggulan yaitu kakao, gambir, dan kopi yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Selama ini, kakao, gambir, dan kopi diekspor mentah. Karena potensinya besar, kami undang investor untuk bangun pabrik pengolahan di Sumbar. Sektor terakhir yang ditawarkan kepada investor adalah infrastruktur, termasuk wacana pembangunan tol Padang-Pekanbaru yang sudah didukung keberadaan jembatan layang Kelok Sembilan. Provinsi Sumatera Barat sudah menyediakan pusat terpadu layanan satu pintu (PTSP) yang memudahkan proses perizinan berbagai jenis investasi. Pemprov Sumatera Barat sudah komitmen memberikan kemudahan untuk investasi. []
8
FOKUS
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Upadate From the Region
Pesona Investasi Sumatra Barat dengan artian bahwa investasi yang ditanam akan diperoleh dalam kurun waktu 9,68 tahun. Dari hasil kajian diketahui bahwa Kabupaten Pasaman Barat merupakan lokasi yang cocok untuk pembangunan pabrik pengalengan ikan. Adapun jenis ikan yang cocok untuk dimanfaatkan dalam industri pengalengan ikan sardines dan mackerel adalah ikan siengseng, sarden, laying, kembung, lemuru, embang, japuh serta cakalang. Jumlah produksi ikan-ikan tersebut di Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2010 tercatat sebesar 2.584 ton.
P
Saat ini armada tangkap yang ada di Pasaman Barat berjumlah 1.421 unit dimana 880 unit diantaranya merupakan perahu tanpa motor dan sisanya sebanyak 514 unit merupakan perahu motor. Dari 514 unit tersebut, 414 unit diantaranya merupakan perahu motor ukuran 5-10 GT dan 85 unit perahu motor ukuran 10-30 GT.
erkebunan karet merupakan perkebunan terluas kedua setelah perkebunan kelapa sawit di Sumatera Barat yaitu seluas 176.417 Ha. Sebagian besar dari perkebunan tersebut merupakan perkebunan rakyat yaitu seluas 165.154 ha. Adapun sentra tanaman karet Provinsi Sumatera Barat adalah Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya.
bagai bahan pewarna untuk batik, obat-obatan, penyamak kulit, peluruh kayu, bahan perekat dan kosmetik. Kondisi ini terjadi karena di Sumatera Barat yang ada hanya pabrik pemurnian gambir. Potensi Investasi Gambir Sumatera Barat dapat dikembangkan dengan pembangunan industri hilir seperti industri farmasi, industri kosmetik, industri makanan dan minuman, industri kimia, dan agro industri.
Karet di Provinsi Sumatera Barat pada umumnya masih merupakan komoditi rakyat, pengolahan masih berbentuk sleb tipis, dan lumb segar (Bokar) belum ada industri hilir tanaman karet. Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sumatera Barat telah melakukan studi kelayakan untuk industri hilir tanaman karet yaitu pabrik ban. Hasil studi menunjukkan bahwa pembangunan pabrik ban layak untuk dilakukan di Sumatera Barat.
Selain itu pemasaran gambir di Sumatera Barat dilakukan ke pedagang pengumpul dan diteruskan ke pedagang besar dan eksportir. Dengan pembangunan industri tersebut diharapkan jalur pemasarannya bisa lebih singkat.
Dana yang dibutuhkan untuk investasi pembangun pabrik ban di Sumatera Barat adalah sekitar Rp.3,9 triliyun. Nilai tersebut mencakup pembangunan sarana dan prasarana pabrik, serta modal kerja untuk proses produksi. Investasi pabrik ban ini rencananya akan berlokasi di kota Padang dengan lokasi pabrik di kawasan PIP (Padang Industrial Park). Salah satu komoditas ekspor Provinsi Sumatera Barat adalah Gambir. Gambir Sumatera Barat telah diakui memiliki kualitas yang bagus. Sebagian besar gambir Sumatera Barat berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan juga Kabupaten Pesisir Selatan. Gambir dapat dimanfaatkan di berbagai industri seperti farmasi, makanan, kosmetik, kimia dan agro industri. Namun sampai saat ini Gambir Sumatera Barat sebagian besar masih dalam bentuk bahan baku (gambir rubiah, bentuk seperti roti dan gambir hitam). Sebagian kecil baru diolah se-
Sumatera Barat telah ditunjuk sebagai sentral penangkapan Tuna untuk wilayah barat Indonesia. Berdasarkan pembagian zona penangkapan tuna di Asia Tenggara, Sumatera barat berada pada zona hijau dimana terdapat potensi Tuna yang besar. Selain itu posisi Sumatera Barat strategis sebagai basis pendaratan dan aktifitas ekspor Tuna dari Samudera Hindia.
Selain itu di Pasaman Barat juga terdapat dermaga pendaratan ikan yang sekaligus juga berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan. Tercatat ada empat dermaga dengan luas 50 m2 hingga 100 m2 di Pasaman Barat yaitu dermaga Air Bangis, Batang Tomak, Pulau Panjang dan dermaga Sasak. Provinsi Sumatera Barat dilalui oleh jalur gunung api aktif yang menyebabkan terbentuknya potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang terbaharukan (renewable energy). Berdasarkan hasil inventarisasi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral lokasi panas bumi tersebar di 16 titik lokasi mengikuti jalur Sesar Besar Sumatera di 5 (lima) Kabupaten yaitu: Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten 50 Kota.
Untuk fasilitas pendukung, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menyediakan pelabuhan perikanan Bungus dengan panjang dermaga 317 meter. Pelabuhan ini juga disertai dengan kolam pelabuhan seluas ± 1.5 Ha, areal docking seluas 2.680 m2, receiving hall dan unit pengolahan ikan dengan luas bangunan ± 3.600 m2 dan juga fasilitas air tawar dan BBM.
Cadangan terduga panas bumi di Sumatera Barat, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, diperkirakan mencapai 858 MWe (Mega Watt equivalent), sedangkan sumberdaya yang masih spekulatif dan hipotesis mencapai 798 MWe. Mengingat potensi energi primer lainnya seperti batu bara dan air yang potensinya sudah sangat terbatas untuk pengembangan atau pembangunan pembangkit listrik skala besar yang baru, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berharap sumberdaya panas bumi dapat menjadi sumber energi alternatif bagi pembangunan listrik Sumatera Barat.
Studi kelayakan indsutri pengalengan ikan di Sumatera Barat telah dilaksanakan pada tahun 2011 dan berdasarkan studi kelayakan tersebut pembangunan pabrik pengalengan ikan di Sumatera Barat layak untuk dilaksanakan. Adapun total investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik pengalengan ikan ini sekitar Rp. 41,9 Milyar. Sedangkan payback periodnya adalah sebesar 9,68
Kondisi topografi daerah Sumatera Barat yang sebagian besar merupakan wilayah perbukitan memberi dampak positif. Dengan kondisi topografi tersebut, Sumatera Barat memiliki cukup banyak potensi energi air. Sumatera Barat juga mempunyai potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman.[]
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
FOKUS 9
Sumatra Barat Memiliki Potensi Pertambangan Yang Melimpah
S
umatera Barat memiliki potensi bahan tambang golongan A, B dan C. Bahan tambang golongan A, yaitu batu bara terdapat di Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung. Sedangkan Bahan tambang golongan B yang terdiri dari air raksa, belerang, pasir besi, tembaga, timah hitam dan perak menyebar di wilayah kabupaten Sawah Lunto sijunjung, Solok, Lima Puluh 50 Kota, Pasaman, dan Tanah Datar. Bahan tambang golongan C menyebar di seluruh kabupaten kota, sebagian besar terdiri dari pasir, batu dan kerikil. Keindahan alam dan budaya Minangkabau di propinsi Sumatera Barat sudah terkenal dan mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata. Umumnya tiap kabupaten dan kota mempunyai objek pariwisata minimal satu kategori yang potensial untuk dijadikan daerah tujuan wisata alam dan budaya. Kategori dari objek pariwisata ini dapat berupa objek pemandangan alam dari pantai, gunung, danau, ngarai dan lembah. Tujuan wisata budaya di daerah ini mempunyai prospek yang tinggi untuk dikembangankan, dimana budaya Minangkabau termasuk salah satu budaya yang unik di Nusantara. Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi pertambangan yang relatif cukup banyak, yaitu meliputi : (a) Barang tambang yang diperoleh dari dalam bumi antara lain : batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih tembaga, bijih bauksit, bijih mangan, bijih emas dan perak, minyak bumi, gas bumi, yodium, belerang dan posfor; (b) Barang-barang galian antara lain : batu, pasir, kapur, tanah liat, kaolin dan garam. Beberapa komoditi di sektor pertambangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan, diantaranya adalah Batu Bara. Potensi Pengembangan Pertambangan Batu Bara terdapat di daerah Ombilin Kota Sawahlunto dengan cadangan ± 887.449.125 ton, terukur 132.872.875 ton dan tereka 1.076.250 ton. Cadangan batu bara tersebut termasuk cadangan yang layak tambang (mineable reserve) di wilayah kuasa pertambangan PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) – Unit Pertambangan Ombilin (UPO) sebesar ± 106.875.000 ton (cadangan terbuka ± 4.177.000 ton dan cadangan tambang dalam ± 102.608.000). Berikutnya adalah di daerah Kiliranjao, Kab. Sijunjung dengan cadangan ± 8.676.373 ton; di daerah Sawah, Kab. Sijunjung dengan cadangan
1.702.355 ton; di daerah Lubuk Tarab, Kab. Sijunjung dengan cadangan hipotetik 121.500 ton; di daerah Jujuhan, Sinamar di Kab. Sijunjung dengan cadangan terindikasi 65.750.000 ton; di daerah Lumpo IV Jurai (Kab. Pesisir Selatan) dengan cadangan hipotetik 926.525 ton; di daerah Penadah Pacung Soal (Kab. Pesisir Selatan) dengan cadangan terukur 2.319.188 ton; di daerah Tapan di Kab. Pesisir Selatan dengan cadangan 850.000 ton; di daerah Sulit Air, Air Luo, Timbulun, Alahan Panjang, dan Sungai Abu di Kab. Solok dengan cadangan belum diketahui. Potensi pengembangan pertambangan Emas terdapat di daerah; Kinadam (Pasaman) dengan cadangan ± 537 kg (kadar konsetrat); Balimbing, Bonjol, Silaping, Muaro Tambangan, Tamping, dan Rao Mapat Tunggul di Kab. Pasaman cadangan belum diketahui; Manggani dan Pagadis di Kab. Lima Puluh Kota cadangan belum diketahui; Lubuk Selasih, talang Babungo, Sungai Abu, Sungai Sapek, Sungai Batang Hari, Supayang, Blangsi di Kab. Solok dengan cadangan belum diketahui; Sawah Tembangan, Sungai Dareh, Sungai Batang Hari Kab. Dharmasraya; Mundam Sakti/Pelangki, Kab. Sijunjung; Salido dan Gunung Harun, Kab. Pesisir Selatan cadangan belum diketahui. Potensi pengembangan pertambangan Bijih Besi, antara lain terdapat di daerah: Paning-
gahan, Lubuk Selasih, Gunung Talang, Air Dingin Lembah Gumanti dan Surian Kab. Solok; Bukit Batu Besi Kab. Tanah Datar; Palembayan Kab. Agam; Batu Manjulur Kab. Sijunjung; Bonjol Kab. Pasaman. Potensi pengembangan pertambangan Pasir Besi, antara lain terdapat di: daerah Pantai Sunur di Padang Pariaman dengan kadar besi 2 – 5% dan ketebalan bervariasi antara 2 mm – 10 cm; di daerah Pasir Ganting Kec. Pancung Soal, Kab. Pesisir Selatan dengan kadar besi 2 – 5% dan ketebalan 2 mm – 5 cm; di Muara Batang Masang Gadang Kab. Pasaman Barat dengan kadar besi 3 – 7% dan ketebalan 2 mm – 10 cm; dan di daerah Katiangan Pasaman dengan kadar besi 3 – 5% dan ketebalan 2 mm – 10 cm. Potensi pengembangan pertambangan Tembaga, antara lain terdapat di: Timbulun (Kab. Solok) dengan kadar Cu = 12%; di Lubuk Selasih (Kab. Solok) dengan kadar Cu = 0,9 – 1,3%; di Paninggahan Kota Singkarak (Kab. Solok) dengan cadangan belum diketahui; dan di Sei. Pagu Kab. Solok Selatan dengan cadangan 5.000 ton (hipotetik) dan kadar Cu = 0,20 – 0%. Potensi pengembangan petambangan Mangan, antara lain terdapat didaerah Kab. Solok (Bukit Sileh, Gunung Talang, Bali Bawah, Batu Bajanjang) dengan cadangan belum diketahui.
10
FOKUS
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Terdapat pula di daerah Gunung Marapi (Kab. Agam dan Tanah Datar).dengan cadangan hipotetik ± 100 ton. Potensi pengembangan pertambangan Timah Hitam antara lain terdapat di daerah; Tanjung Balit di Kab. 50 Kota dengan cadangan terukur ± 322.575 ton dan tereka ± 287.250 ton; di Lubuk Gadang (Kab. Solok) cadangan hipotetik ± 280.000 ton; di Lubuk Selasih, Talang Kab. Solok cadangan belum diketahui; di Sungai Pagu, Sangir Kab. Solok Selatan; dan di Sumpu, Pamanongan, Sungai Alai Kab. Pasaman cadangan belum diketahui. Potensi pengembangan pertambangan Belerang, antara lain terdapat di daerah Kab. Solok (Bukit Sileh, Gunung Talang, Bali Bawah, Batu Bajanjang) cadangan belum diketahui, dan Gunung Marapi (Agam dan Tanah Datar) cadangan hipotetik ± 100 ton. Sedangkan potensi pengembangan pengolahan Air Raksa, antara lain terdapat di daerah Gade Talang, Sungai Tapir dan Sibalabu, Kab. Sijunjung cadangan belum diketahui. Disamping itu terdapat juga bahan galian industri Batu Gamping/Batu Kapur yang antara lain terdapat di daerah: Kamang (Kab. Agam) tersebar pada area 2.660 ha, Simarasap tersebar pada area 2.660 ha dan daerah Baso Kab. Agam tersebar pada area 120 ha. Selanjutnya di Indarung Kota Padang dengan cadangan tereka 500.000.000 ton, terukur 400.461.775 ton, terindikasi 13.000.000 ton; di Silungkang Kota Sawahlunto tersebar pada area 1.155,69 ha. Di Tanjung Lolo tersebar pada area 8.926,43 ha. Berikutnya juga ada di Gadang, Kab. Sijunjung; Muaro, Kecamatan Sijunjung; Sumpur Kudus (Kab. Sijunjung); Tungkar (Kab. 50 Kota); Halaban (Kab. 50 Kota); Sitanang (Kab. 50 Kota); Batuhampar (Kab. 50 Kota); Siguntur (Kab. Pesisir Selatan); Kecamatan X Koto; Muara Kiawai (Kab. Pasaman Barat); dan di Kajai (Pasaman). Potensi pengembangan Dolomi antara lain terdapat di daerah: Tanjung Lolo (Kab. Sijunjung), Mudik Palupuh (Kab. Agam), Lembah Gumati (Kab. Solok), dan di Taraktak di Kab. Sijunjung. Sedangkan potensi pengembangan Batu Marmer terdapat di daerah: Sibiluru (Kab. Sijunjung) dengan cadangan hipotetik 62.500.000 ton; Tanjung Lolo; Takung di Kab. Sijunjung; Silungkang di Sawahlunto; Palupuh dan Matur di Kab. Agam dengan cadangan hipotetik 62.500.000 ton; Sitanang dengan cadangan hipotetik 1.249.792 ton; Tungkur di Kab. 50 Kota dengan cadangan 37.500.000 ton; dan Muara Kiawai di Kab. Pasaman Barat dengan cadangan hipotetik 187.500.000 ton. Pengembangan pertambangan Batu Granit terdapat di daerah: Air Bangis di Kab. Pasaman Barat dengan cadangan hipotetik 6 milyar ton; Panti Kab. Pasaman dengan cadangan hipotetik 300 milyar ton; Sumpur Kudus Kab. Sijunjung dengan cadangan hipotetik 250 milyar ton; Padang Ganting di Kab. Tanah Datar dengan cadangan hipotetik 25 milyar ton; Ombilin dengan cadangan hipotetik 800 juta ton; Salibutan di
Kab. Padang Pariaman dengan cadangan hipotetik 1.300 juta ton; Lembah Anai di Kab. Tanah Datar dengan cadangan hipotetik 22.500 juta ton; dan Sungai Dareh Kab. Dharmasraya dengan cadangan hipotetik 937 milyar ton. Potensi pengembangan pertambangan Andesit dan Basalt ada di daerah Koto Baru Kab. 50 Kota, dan Sungai Sirah Kab. Pesisir Selatan. Sedangkan potensi pengembangan Feldspar berada di daerah Lundar di Kab. Pasaman, dan di daerah Sulit Air di Kab. Solok. Potensi pengembangan pertambangan Batu Apung (Purnice) terdapat di bebera daerah, seperti: di Sicincin (Kab. Padang Pariaman); Sungai Limau di Kab. Padang Pariaman dan di daerah Ngarai Sianok di Kab. Agam. Potensi pengembangan pertambangan Batu Tulis (Slate) terdapat di daerah: Talang Babungo dan Tanjung Balit di Lembah Gumanti di Solok dengan cadangan hipotetik masing-masing 1.750.000 ton www.g20 dan 6.250.000 ton, dan di Taratak Kab. Sijunjung dengan cadangan hipotetik 1.875.000 ton. Potensi pengembangan pertambangan Obisidian antara lain terdapat di daerah: Lubuk Sikaping Kab. Pasaman; Singkarak di Solok dengan jumlah cadangan 3.537.500 ton, dan tereka 3.125.000 ton, dengan minimum ekspansi 8,5%; Sungai Geringging Kab. Padang Pariaman; dan Simabur Kab. Tanah. Potensi pengembangan pertambangan Perlit terdapat didaerah: Bukit Rasam Kab. Pasaman dengan ekspansi minimum 50% dan ekspansi maksimum 251,51%; Bukit Batu Kambing di Solok dengan ekspansi minimum 50% dan ekspansi maksimum 63,15%; dan di Sungai Geringging di Kab. Padang Pariaman. Potensi pengembangan pertambangan Trass terdapat di daerah: Matur di Kab. Agam dengan cadangan hipotetik sebesar 4.375 ton; Sicincin di Kab. Padang Pariaman cadangan hipotetik sebesar 81.250.000 ton; Batipuh Kab. Tanah Datar cadangan hipotetik sebesar 1.250.000 ton; dan di Piladang di Kab. Payakumbuh cadangan hipotetik sebesar 11.013.750 ton. Potensi
pengembangan
pertambangan
Kaolin antara lain terdapat di daerah: Bonjol di Kab. Pasaman dengan cadangan terindikasi 20.265.000 ton tersebar pada areal seluas 140 ha dengan kemurnian 30%; Mudik Palupuh di Kab. Agam; Lembah Gumanti di Solok; dan di Taratak di Kab. Sijunjung. Sedangkan potensi pengembangan Lempung/Tanah Liat (clay) terdapat di daerah: Kab. Pesisir Selatan dengan cadangan hipotetik 4.625.000 ton; Kab. Solok dengan cadangan hipotetik 750.000 ton; Kab. Sijunjung dengan cadangan hipotetik 4.250.000 ton; Kab. Tanah Datar dengan cadangan hipotetik 1.250.000 ton; Kab. 50 Kota dengan cadangan hipotetik 5.375.000 ton; Kab. Agam dengan cadangan hipotetik 1.875.000 ton; Kab. Padang Pariaman dengan cadangan hipotetik 375.000 ton; Kab. Pasaman dengan cadangan hipotetik 1.500.000 ton; Indarung (Kota Padang) dengan cadangan terukur 10.319.272 ton; Kota Solok dengan cadangan hipotetik 125.000 ton; Kota Padang Panjang dengan cadangan hipotetik 62.500 ton; dan Kota Sawahlunto dengan cadangan hipotetik 2.125.000 ton. Potensi pengembangan Rijang ada di daerah Indarung Lubuk Kilangan Kota Padang hipotetik sebesar 3.720.753 ton, sedangkan potensi pengembangan Oker ada di daerah Muaro Labuh Solok Selatan dan Tanjung Gadang di Kab. Sijunjung. Potensi Pasir Kuarsa terdapat di daerah: Saruaso Kec. Tanjung Emas Kab. Tanah Datar dengan cadangan hipotetik 3.000.000 ton; Sungai Nyalo Kec XI Terusan Kab. Pesisir Selatan dengan cadangan hipotetik 93.750 ton; dan Palangki Kecamatan IV Nagari Kab. Sijunjung dengan cadangan hipotetik 62.500.000 ton. Potensi pengembangan Fosfat terdapat di daerah: Ngalau Sirangkiang, Ulu Air, Guo Pintu di Kab. Tanah Datar; Ngalau Bunian, Biaro di Kab. Agam; dan Indarung Lubuk Kilangan Kota Padang. Sedangkan potensi pengembangan Tawas terdapat di daerah Bonjol Kab. Pasaman dengan cadangan hipotetik 20.875 ton dan di Bayang Kab. Pesisir Selatan dengan cadangan hipotetik sebesar 9.375 ton.[]
.
Diplomasi No. 82 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 November desember 2014 - 14 desember - 14 januari 2014 2015
Memacu Pariwisata Sumatra Barat Dengan Cable Car
S
umatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi tujuan investasi karena memiliki kekayaan sumber daya alam yang bisa diandalkan, tenaga kerja yang berpendidikan, memiliki lahan kosong yang bisa dimanfaatkan bagi kepentingan industri, mempunyai pelabuhan yang merupakan pilar utama bagi pergerakan ekonomi dan iklim investasi yang mulai membaik serta peningkatan kualitas infrastruktur yang terus diupayakan. Dengan dioperasikannya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) melalui Sistem Pelayanan Informasi Perizinan dan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE), memungkinkan bagi investor yang berminat untuk mengakses dan memproses perizinan secara langsung (online). Tekad dan dukungan yang kuat dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat melalui kebijakan kemudahan dan insentif dalam bidang penanaman modal. Ter-
Salah satu potensi investasi pariwisata yang ingin dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat adalah pembangunan cable car di Kawasan Lembah Anai.
FOKUS 11 pilihnya Sumatera Barat sebagai salah satu dari 7 (tujuh) Provinsi di Indonesia dengan kategori Regional Champion oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM RI) dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor bahwa berinvestasi di Sumatera Barat sangat prospektif dan akan mendatangkan keuntungan. Salah satu potensi investasi pariwisata yang ingin dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat adalah pembangunan cable car di Kawasan Lembah Anai. Pada tahun 2012, BKPM Provinsi dengan bantuan konsultan telah melakukan feasibility study cable car di Kawasan Lembah Anai. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa pembangunan cable car layak untuk dilaksanakan di Kota Padang Panjang. Rencana lokasi terminal awal pada koordinat geografis : 00˚28’13,9”S dan 100˚22’46,2”E elevasi 718,00 m. Rencana lokasi terminal akhir pada koordinat geografis : 00˚28’26,6” S dan 100˚22’20,1” E elevasi 674,00 m. Cable car track ini juga akan melewati Minangkabau Village serta Minang Fantasi Water Park. Rencana kapasitas Cable Car adalah 340 orang/jam dengan panjang track (alignment) 1,800 meter PP, dengan kecepatan 3 meter/detik. Cable Car beroperasi 7 jam per hari, dan diperlukan sekitar 10 kereta dengan efektifitas penggunaan 4 kereta. Ketinggian dari dasar adalah 10 – 30 Meter dari Elevasi terestris tertinggi. Teknologi cable car yang digunakan adalah tipe MDG (mono dispatchable grip) sederhana dengan single ropeways yang berfungsi sebagai kabel beban sekaligus penggerak.[]
Potensi Energi Panas Bumi Sumatra Barat
P
rovinsi Sumatera Barat telah menunjukkan keseriusannya dalam memanfaatkan kelimpahan energi panas bumi dengan melakukan pengeboran awal di Kabupaten Solok Selatan. Proyek percontohan ini memiliki potensi untuk menghasilkan 440 megawatt listrik (MWe) dan diharapkan akan mulai menghasilkan listrik pada awal 2015.
menetapkan untuk mengeksplorasi 16 titik potensi panas bumi di sepanjang garis patahan Sumatera, dan dalam waktu dekat akan melakukan tender untuk mengeksploitasi lokasi di Kabupaten Bonjol, Pasaman. Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Barat akan memberikan dukungan dan fasilitas kepada para investor yang tertarik untuk mengeksploitasi kelimpahan ramah lingkungan dan energi terbarukan yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Potensi energi panas bumi yang dimiliki Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yaitu sekitar 40 persen dari potensi global. Beberapa sumber bahkan memprediksi potensi energi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 22.000 MWe. Dalam hal ini pulau Sumatera memiliki cadangan terbesar, dan sebagian besar telah ditemukan di wilayah provinsi Sumatera Barat. Namun, peraturan pemerintah tentang energi panas bumi yang diterbitkan pada bulan Oktober 2003, dinilai menghambat penggunaan energi panas bumi di Indonesia. Hukum menetapkan bahwa energi panas bumi dapat dieksplorasi oleh sektor swasta dan tidak lagi dimonopoli oleh perusahaan minyak dan gas milik PT Pertamina. Indonesia harus memanfaatkan energi panas bumi untuk mempertahankan cadangan energi nasional. Dengan kecepatan produksi bahan bakar minyak (BBM) saat ini, cadangan energi nasional secara bertahap akan terkuras. Pada tingkat produksi saat ini sebesar 387 juta barel per tahun dan deposit sebesar 9,1 miliar barel, maka pasokan BBM hanya akan bertahan hingga 28 tahun lagi.[]
12
sorot
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Film Memainkan Peranan Penting Dalam Diplomasi Indonesia
A
cara Focus Group Discussion yang mengangkat tema tentang film sebagai aset Diplomasi Publik Indonesia merupakan yang pertamakali diselenggarakan di Kementerian Luar Negeri. Selama ini Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan berbagai kegiatan Diplomasi Publik, yang antara lain menampilkan filmfilm nasional yang berkualitas, baik di bidang seni, tradisi, budaya, pariwisata, agama dan berbagai aspek lain kehidupan masyarakat Indonesia. Film-film tersebut tidak hanya ditayangkan di dalam negeri, juga di berbagai Negara sahabat. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa film merupakan salah satu unsur utama dan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan diplomasi publik Indonesia. Film-film yang telah kami tayangkan tersebut tidak saja mendapat sambutan positif dari masyarakat negara-negara sahabat, juga telah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap Indonesia. Terakhir, Kementerian Luar Negeri menayangkan sejumlah film Indonesia di Slowakia bersamaan dengan penyelenggaraan Dialog Lintas Agama Indonesia-Slowakia tanggal 28 Oktober – 1 November 2014. Film-film yang ditayangkan berjudul “Tanda Tanya” karya Hanung Bramantio dan “Senyawa” karya Wregas Bhanuteja. Film terakhir juga diputar di Polandia pada acara serupa, yaitu ‘Dialog Lintas Agama Indonesia – Polandia’ ke-3 yang dilaksanakan pada tanggal 1 – 5 November 2014. Dewasa ini banyak sekali film Indonesia yang bagus dan berkualitas, baik dari segi tema yang diangkat maupun teknik pembuatannya. Bahkan tidak sedikit film Indonesia yang meraih berbagai penghargaan baik pada tingkat nasional maupun internasional. Film-film tersebut umumnya mencerminkan nilai-nilai postif kehidupan bangsa Indonesia yang sangat pantas ditonton dan disaksikan oleh masyarakat luar negeri. Salah satu maksud dan tujuan Kementerian Luar Negeri dalam kegiatan diplomasi publik-nya, adalah untuk menayangkan karya-karya film bermutu Indonesia kepada masyarakat di negara-negara sahabat. Dengan demikian diharapkan mereka dapat mengetahui dan memahami lebih baik tentang Indonesia. Berbicara tentang film, kita tidak hanya membahas sebatas mutu dan kualitas film. Industri film ternyata menyerap begitu banyak tenaga kerja.Tahun lalu, estimasi nilai ekonomi Industri perfiman adalah 8,4 triliun rupiah, dengan menyerap tenaga kerja 63.785 orang dan melibatkan 29.385 usaha, dan tahun 2013 sektor ini tumbuh mencapai 6.7% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Presiden Obama pernah mengatakan bahwa Dream
Dubes Esti Andayani Dirjen Informasi dan diplomasi publik, kementerian luar negeri ri
Works dan studio-studio besar lainnya di Amerika Serikat telah menciptakan ratusan ribu pekerjaan bagi kelas menengah di California Selatan. Ditambahkan bahwa film dan pertunjukan televisi yang diciptakan oleh studio-studio ini merupakan sebagian ekspor terbesar Amerika. Melalui media film, Amerika Serikat sukses membentuk citra sebagai Negara adidaya, a promise land, ataupun “land of heroes”. Film digunakan oleh banyak negara untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif dari segi ekonomi. Film Kungfu Panda misalnya. Film yang diproduksi Amerika Serikat ini menggunakan tokoh pahlawan dari Tiongkok, yang tujuannya adalah mendekatkan masyarakat Tiongkok dan Amerika Serikat. Selain itu, film tersebut juga diharapkan dapat menembus pasar Tiongkok yang sangat besar. Film memainkan peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan diplomasi Indonesia. Perkembangan situasi dunia, aktor, dan teknologi informasi membuat arah diplomasi tradisional bergeser pada diplomasi yang lebih modern, dalam hal ini diplomasi publik.
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Perkembangan teknologi informasi membuat pilihan-pilihan alat diplomasi menjadi beragam. Jika sebelumnya diplomasi banyak di warnai isu-isu yang terkait dengan `perang`, kini isu itu semakin bergeser. Perang bukannya tidak ada, tapi kemunculan isu-isu lain seperti lingkungan, pariwisata, terorisme, kesehatan, hak asasi manusia menjadi sasaran dari diplomasi publik. Jian (Jay) Wang, Direktur USC Center on Public Diplomacy, Amerika Serikat melihat diplomasi publik sebagai konsep yang sifatnya multi dimensi dan mencakup tiga tujuan utama, yaitu: (1) mempromosikan tujuan dan kebijakan negara, (2) bentuk komunikasi nilai dan sikap, serta (3) sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman bersama dan mutual trust antara Negara dan masyarakat. Mengacu pada tujuan tersebut, diplomasi publik menekankan pada pesan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk media film. Karakter utama diplomasi publik adalah melibatkan semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan di sini tidak hanya Kementerian Luar Negeri, tetapi juga lintas kementerian dalam
sorot 13 pemerintah, swasta, NGO, media, dan individu.
Karakter utama diplomasi publik adalah melibatkan semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan di sini tidak hanya Kementerian Luar Negeri, tetapi juga lintas kementerian dalam pemerintah, swasta, NGO, media, dan individu.
focus group discussion
Film sebagai karya seni dan budaya, mempresentasikan nilai-nilai unggul suatu bangsa.Film dapat menjaga dan memelihara dengan baik keanekaragaman nilai dalam masyarakat. Film juga berperan sebagai sumber penerangan dan informasi bagi masyarakat. Dan, film memberi kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Karena itulah, kedepan, Kementerian Luar Negeri akan menempatkan film sebagai salah satu media dan prioritas dalam penyelenggaraan diplomasi publik. Atas dasar pemikiran, pertimbangan dan komitmen itulah, diselenggarakan Focus Group Discussion bertemakan Film. Diharapkan kegiatan ini menghasilkan rekomendasi kebijakan dalam peningkatan peran film sebagai bagian penting diplomasi Indonesia kedepan. [] (CHY/KaEm)
Film Aset Diplomasi
M
emenangkan hati dunia terhadap Indonesia tidak bisa diraih dengan diplomasi yang bersifat kaku, namun harus dengan diplomasi yang luwes dan bersahabat. Prinsip “bebas dan aktif” adalah landasan utama yang dijadikan pedoman namun “kreatif dan inovatif “adalah bumbu yang harus menambah cita rasa Indonesia
berdiplomasi.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Direktorat Diplomasi Publik, Ditjen IDP Kemlu RI pada 25 November 2014 menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Film sebagai Aset Diplomasi Publik”, di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta. FGD mengenai Film tersebut merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh Kemlu. Forum ini sangat penting karena melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam dunia perfilman nasional. FGD film ini mengundang sejumlah narasumber dari Direktorat Diplomasi Publik, Kemlu RI, Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, Kementerian Pariwisata serta para insan perfilman, akademisi, kritikus dan budayawan yang berpengaruh pada tumbuh dan kembangnya kreatifitas perfilman tanah air, antara lain Sutradara Riri Reza dan aktor Reza Rahadian. Acara ini dihadiri oleh para diplomat dan perwakilan Badan Perfilman Indonesia (BPI) dan Ikatan Alumni Fakultas Film - IKJ (IKAFI). Tujuan FGD Film adalah untuk menghasilkan masukan berharga dari berbagai pemangku kepentingan dan mitra kerja Kemlu RI, khususnya di bidang perfilman terkait pengembangan dan pemanfaatan film sebagai aset diplomasi publik Indonesia. Diharapkan dalam kegiatan ini, para pakar perfilman dan peserta khususnya para diplomat mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar pandangan untuk menghasilkan sejumlah rekomendasi kebijakan yang dapat menguatkan diplomasi film Indonesia kedepannya. Film adalah aset diplomasi yang memiliki nilai seni dan kreatifitas serta berperan dalam proses pembentukan citra sebuah bangsa. Film mampu memvisualisasikan dan mempresentasikan karakter dan identitas masyarakat dan negara dengan cara lebih berkawan. Film mengandung unsur “soft power”. Untuk itu film dapat dimanfaatkan sebagai aset penting diplomasi dalam merangkul hati dan pikiran dunia. (Sumber: Dit. Diplomasi Publik)
14
sorot
No. 83 TAHUN VII
Diplomasi Melalui Film
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
D
iplomasi Publik adalah jenis diplomasi yang bersangkutan dengan keterlibatan publik atau masyarakat menjadi bagian dalam diplomasi suatu negara.
Film merupakan sebuah media yang mampu merekam, menggambarkan dan mempresentasikan nilai-nilai unggul suatu bangsa. Film dalam hal ini merupakan salah satu saluran terbaik bagi masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam mendukung diplomasi publik Indonesia, sehingga film merupakan aset berharga bagi diplomasi publik Indonesia. Dasar hukum pembangunan industri perfilman nasional adalah; UU NO. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman; UU NO. 17 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025; Rencana Strategik (Renstra) Kemenbudpar 2010-2014; INPRES NO.16/2005 Tentang Kebijakan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata; KEPPRES NO.3 Tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi; dan INPRES Nomor 6/2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Selanjutnya dilakukan penyusunan Rencana Induk Pembangunan Perfilman Nasional dengan visi; Terwujudnya perfilman Indonesia yang membangun jati diri dan karakter bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun misi pembangunan perfilman nasional adalah; Mewujudkan industri film yang berdaya saing secara kuantitas dan kualitas, serta berkontribusi dalam pembangunan jati diri dan karakter bangsa, pelestarian budaya bangsa dan mengangkat harkat dan martabat bangsa di dunia internasional; Mewujudkan industri perfilman yang handal dalam mendukung pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional serta peningkatan kesejahteraan rakyat.
Molly Prabawaty
Pembangunan Perfilman Nasional bertujuan untuk; Meningkatkan kualitas perfilman nasional sebagai media komunikasi dan sosialisasi untuk membina ahlak, jati diri dan karakter, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperkuat upaya pelestarian budaya; Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap film nasional yang bermuara pada pertumbuhan industri perfilman nasional dan peningkatan kesejahteraan rakyat; Meningkatkan daya saing perfilman nasional dalam percaturan budaya dan industri perfilman di lingkup internasional; serta Membangun perfilman nasional yang berdaya saing didukung kelembagaan dan SDM yang profesional.
Soft Power adalah kemampuan mempengaruhi ataupun melakukan persuasi dengan menggunakan asetaset yang tidak konkret, seperti contohnya kepribadian yang menarik, budaya dan nilai-nilai, institusi politik, serta kebijakan yang semuanya dinilai memilki legitimasi moral.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari pembangunan perfilman nasional adalah; Peningkatan kualitas film nasional sebagai sarana pengukuhan dan pengembangan karakter dan citra bangsa Indonesia; peningkatan keadilan distribusi film ke seluruh masyarakat; peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap film nasional, penguatan eksistensi film nasional sebagai tuan rumah di negeri sendiri; peningkatan eksistensi film nasional di luar negeri; peningkatan daya saing Indonesia sebagai salah satu pusat perfilman dunia; peningkatan investasi di bidang perfilman; peningkatan jumlah film nasional; penguatan kelembagaan perfilman nasional; dan peningkatan kompetensi insan perfilman nasional.
Kasubdit Festival dan Eksibisi Film Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, Kemenparekraf
Direktorat Pengembangan Industri Perfilman Kemenparekraf terdiri atas:Subdirektorat Fasilitasi Industri Perfilman; Subdirektorat Festival dan Eksibisi Film; Subdirektorat Produksi Film; Subdirektorat Pemasaran Film;
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
tus 2015; Los Angeles Indonesian Film Festival (LAIFF), September 2015; Indonesian Film Festival (IFF) di Osaka, September 2015; Festival Asiatica Filmmediale (FAF), Akhir September s/d awal Oktober 2015; London Indonesian Film Festival, Oktober 2015; Festival Film Pelajar, Juni 2015; Festival Film Kearifan Budaya Lokal, Agustus 2015; Apresiasi Film Indonesia di 5 Kota, Agustus 2015, (Yogyakarta, Mataram, Medan, Menado, Ternate); dan Festival Film Indonesia, Juni-Desember 2015.
Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan Fungsional. Kegiatan Subdit Festival dan Eksibisi Film adalah; menyiapkan partisipasi aktif Indonesia pada festival dan eksibisi film internasional (Berlinale International Film Festival / European Film Market (EFM) di Berlin, Jerman, Hong Kong��������������������������������������������� International �������������������������������������������� Film Festival / Hong Kong FILMART di Hong Kong, Festival de Cannes / Marché Du Film di Cannes, Perancis); Melaksanakan apresiasi dan pendukungan pada festival dan eksibisi film di luar negeri (Indonesian Film Festival di Melbourne, Australia, Indonesian Mini Film Festival di Washington DC, Amerika Serikat, Pemutaran dan Diskusi Film Indonesia pada Tong Tong Fair di Den Haag, Belanda, Perth Indonesian Film Festival, Australia, Los Angeles Indonesian Film Festival, Amerika Serikat, Indonesian Film Festival di Osaka, Jepang, Festival Film Asiatica Filmmediale di Roma, Italia, London Indonesian Film Festival, Inggris); dan Menyelenggarakan festival, apresiasi film dan insan film di Indonesia (Festival Film Pelajar, Festival Film Kearifan Budaya Lokal, Apresiasi Film Indonesia di 5 Kota, Festival Film Indonesia). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam rangka apresiasi dan pendukungan, diantaranya melakukan komunikasi dan kerjasama dengan penyelenggara atau KBRI/ KJRI setempat; mengundang produser film, sutradara film, artis/aktor, sineas perfilman; menyiapkan permohonan kepada pihak pemilik film (PH) untuk izin peminjaman dan pemutaran film serta pengadaan film; mengirimkan film kepada panitia penyelenggara; mendukung pemutaran film Indonesia sebagai upaya promosi film Indonesia kepada masyarakat lokal; memfasilitasi kegiatan diskusi film dan penjualan DVD film yang diputar. Agenda Subdit Festival dan Eksibisi Film Kemenparekraf pada 2015: Berlinale International film festival, 5 – 15 Februari 2015; HONG KONG International Film Festival / FILMART, 23-26 Maret 2015; Festival de Cannes / Marché du Film, 13-22 Mei 2015; Indonesian Film Festival (IFF) di Melbourne, April 2015; Indonesian Mini Film Festival (IFF) di Washington DC, April 2015; Pemutaran Film Indonesia pada Tong Tong Fair (TTF), Akhir Mei s/d awal Juni 2015; Perth Indonesian Film Festival (PIFF), Agus-
sorot 15
Mengingat film sebagai aset diplomasi publik Indonesia, kiranya Kementerian Luar Negeri melalui KBRI/KJRI dapat memprogramkan kegiatan Festival Film Indonesia untuk mempromosikan Indonesia, terutama film Indonesia sehingga bisa dikenal di dunia internasional.
Tata edar industri perfilman tahun 2014 mencatat (hingga November 2014) ada 218 judul film layar lebar nasional yang terdaftar namun hanya 122 judul yang lolos sensor, 1.349 judul film televisi (FTV), 199 judul sinetron, dan 9.743 episode sinetron. Izin produksi film asing ada 145 tim dan 348 judul film bioskop impor yang terdaftar, namun hanya 263 judul film yang lulus sensor, terdiri dari 180 judul film Amerika-Eropa, 75 judul film Asia non Mandarin dan 8 judul film Mandarin. Penonton adalah aspek kunci dalam pengembangan perfilman. Semakin banyak penonton film Indonesia berarti semakin banyak konsumsi atau semakin besar pasar. Hingga saat ini jumlah penonton film Indonesia tercatat sebanyak 16.112.272 penonton. 10 film nasional peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton tahun 2014 adalah: Comic 8 (1.624.067), The Raid 2: Berandal (1.434.272), Hijrah Cinta (711.205), Marmut Merah Jambu (638.908), 99 Cahaya di Langit Eropa part 2 (587.042), Bajaj Bajuri The Movie (457.779), Haji Backpacker (375.333), Runaway (371.567), Mall Klender (334.173), dan Kamar 207 (311.469). Sedangkan 10 film nasional pemegang rekor peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton adalah: Laskar Pelangi/ The Rainbow Troops (2008) dengan 4,6 juta penonton, Habibie & Ainun (2012) dengan 4,5 juta penonton, Ayat-Ayat Cinta/ Verses of Love (2008) dengan 3,6 juta penonton, Ketika Cinta Bertasbih (2009) dengan 3,1 juta penonton, 5 Cm (2012) dengan 2,4 juta penonton, Ada Apa Dengan Cinta/ What’s up With Cinta (2002) dengan 2,2 juta penonton, Eiffel I’m In Love (2003) dengan 2,1 juta penonton, Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009) dengan 2,0 juta penonton, The Raid ‘Serbuan Maut’ (2011) dengan 1,8 juta penonton, dan Sang Pemimpi/ The Dreamer (2009) dengan 1,7 juta penonton.[]
16
SOROT
D
iplomasi publik adalah bagian dari soft power, sedangkan film merupakan asset bagi diplomasi publik dalam hal pembentukan citra dan menciptakan kerjasama.
Dalam bukunya The Means to Success in the World Politics, Joseph Nye menuliskan soft power sebagai “the ability to get what you want not through military and economic coercion but rather through the positive attraction of your values and society”. Soft Power merupakan asset bagi Indonesia karena Indonesia memiliki keberagaman dalam harmoni, kesenian dan kebudayaan, peninggalan sejarah, pengalaman dalam pembangunan, prestasi penanganan masalah domestik, penyelenggaraan pemilu langsung demokratis, serta aktif mencari berbagai solusi terhadap isu-isu global.
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Globalisasi M Semakin Pent Diplomasi Film Albusyra basnur direktur diplomasi publik
“By public diplomacy we understand the means by which governments, private groups and individuals influence the attitudes and opinions of other peoples and governments in such a way as to exercise influence on their foreign policy decisions” (Edmund A. Gullion, Dean of Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, 1966). Jadi, pada intinya Diplomasi Publik adalah diplomasi yang dilakukan oleh publik, individu maupun kelompok, dengan mengedepankan aset-aset Indonesia yang bersifat soft power, seperti : nilai-nilai unggul suatu bangsa, etos kerja, prinsip-prinsip, atau seni budaya. Opini publik juga dapat dipengaruhi, sebagaimana dikatakan; Refers to government-sponsored programs intended to inform or influence public opinion in other countries; Chief instruments are publications, motion pictures, cultural exchanges, radio and television. (U.S. Department of State, Dictionary of International Relations Terms, 1987, p. 85). Globalisasi menyebabkan semakin pentingnya Diplomasi Publik dalam Polugri dan masyarakat menjadi semakin penting dalam dunia yang terkoneksi. Berbagai instrumen diplomasi publik diantaranya adalah; film cerita dan film dokumenter, penyiaran TV dan radio (The Voice of America, Radio Free Europe, Radio Liberty), program pertukaran (Fulbright, the International Visitor Leadership Program), Arts and performances di luar negeri, Internet, dan kontak pribadi. Beberapa negara yang memiliki industri film sangat bagus adalah; USA, Jepang, Korea, Negara-negara Eropa, dan China. Bahkan untuk mendukung diplomasi publik, China Film Group mendirikan China Film Promotion International pada April 2004. Film, TV, musik, sports, video games dan sosial/kegiatan budaya menurut pemahaman internasional merupakan saluran penting untuk memahami satu sama lain. Film sebagai aset diplomasi publik, karena berperan besar dalam pembentukan sebuah Citra. Hal ini dapat dilihat pada film-film China, AS, Jepang, Korea, Eropa, Australia, dan Amerika Latin. Disamping itu, film juga dapat berperan untuk meningkatkan kerjasama dan hubungan p-to-p. Harus diakui bahwa negara yang paling sukses dalam memberikan pencitraan melalui film-filmnya adalah Amerika Serikat. Apa yang ditampilkan oleh Amerika dalam film-filmnya adalah berupa supremacy dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, power/ ability to fight the enemies, ethics and spirit dalam menghadapi krisis.
Berbagai instrumen diplomasi publik diantaranya adalah; film cerita dan film dokumenter, penyiaran TV dan radio (The Voice of America, Radio Free Europe, Radio Liberty), program pertukaran (Fulbright, the International Visitor Leadership Program), Arts and performances di luar negeri, Internet, dan kontak pribadi.
Negara-negara di dunia berusaha untuk secara formal menjadikan film sebagai alat diplomasi publik. Sebagai contoh adalah film Pershing’s Crusaders yang digunakan oleh Directorate of Public Information Amerika Serikat di tahun 1918 untuk menggalang dukungan publik terhadap partisipasi Amerika Serikat di Perang Dunia I. Hero merupakan salah satu film pilihan pemerintah China untuk dimasukkan ke dalam daftar Academy Award for Best Foreign Language. Setiap tahunnya, pemerintah China memilih dengan sangat hati-hati dan teliti, film-film yang akan diikutsertakan di seleksi Academy Award. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga citra China di mata dunia. Tahun 2010, China’s Vice Foreign Minister Fu Ying menyatakan rencana pihak pemerintah China untuk lebih mengeksplorasi dan menggunakan film sebagai alat untuk merepresentasikan citra negaranya di mata dunia, terutama mengingat kelemahan China dalam menciptakan hubungan yang baik dengan media maupun publik asing. Di awal tahun 2000-an, ketika film Kuch Kuch Hota Hai dan Kabhi Khushi Kabhie Gham booming, persepsi masyarakat terhadap India adalah bahwa kisah cinta orang India itu rumit, orang India hobby menari, dan Polisi India selalu datang terlambat, ketika jagoan sudah selesai menumpas orang-orang jahat. Tapi apa yang terjadi ketika film Slumdog Millionaire berhasil memenangkan 8 Academy Awards di tahun 2009? Banyak aktivis yang mengecam film ini sebagai bentuk eksploitasi kemiskinan di India, bahkan meng-
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Menyebabkan tingnya m anggap film ini adalah “poverty porn” (Poverty Porn bisa didefinisikan sebagai segala bentuk media yang mengeksploitasi kondisi kemiskinan untuk menarik simpati dan mendatangkan profit, baik berbentuk keuntungan maupun donasi sumbangan).
Film yang diproduksi oleh industri perfilman negara lain ternyata bisa merubah persepsi dunia tentang suatu negara. Contoh lain bagaimana film bisa membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu negara. Borat, film Amerika/Inggris, yang dengan sukses membentuk citra Kazakhstan dan juga negara-negara Stan (Asia Tengah).
Penciptaan hubungan p to p; Buzkashi Boys adalah film yang disutradarai oleh Sam French (seorang Amerika) dan mendapat nominasi Oscar. Difilmkan di Afghanistan dan disponsori secara penuh oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Dana yang diberikan di tahun 2010 mencapai $220,000 dan digunakan tidak hanya untuk membuat film tersebut, tetapi juga untuk melatih sineas Afghanistan. Dari kerjasama ini, terjalin hubungan people-to-people yang lebih erat antara sineas Amerika dan Afghanistan. Ada 32 negara tujuan berpotensi: Maroko, Jerman, China, Thailand, Italia, Belanda, Austria, Vietnam, Turki, Malaysia, Bulgaria, Rumania, Kirgistan, Republik Ceko,
Go internasional; Institut Kesenian Jakarta pemenang kategori The Best Film Program pada XXXIII VGIK International Student Film Festival di Moskow, Rusia. Habibie & Ainun menjadi Opening Film setelah upacara pembukaan 1st D-8 and ECO Film Festival di Istanbul, Turki. Ada apa dengan cinta?, Meraih Mimpi, Rumah Darah, Pintu Terlarang, Merah Putih II, Berbagi Suami, Merantau, Laskar Pelangi.
Potensi dan peluang; Andai 1 x 1 bulan, 132 Perwakilan RI x 12 bln = 1.584 kali/tahun dan + 1 Film documenter bidang ekonomi. Andai hadir 50 orang/show, 1.584 x 50 = 79.200 org (selected) Plus film documenter: 158.400 org/ thn. Pertunjukan Film Layar Lebar, Produksi Bersama lintas Negara, Distribusi CD, Film Indonesia, Rp 75.000 x 132 Pwk RI x 500 keeping CD = Rp 4.950.000.000. 500 x 25 org = 12.500 org x 132 Perwakilan RI = 1.650.000 orang penonton.
Film Slumdog Millionaire bukan Film Bollywood, film ini disutradarai oleh Danny Boyle seorang warga negara Inggris, dan fil ini didefinisikan sebagai “British Drama Film”, walaupun film ini diadaptasi dari novel yang ditulis oleh orang India dan co-directednya juga orang India.
Sedihnya, dalam berbagai kesempatan publik internasional tidak memberikan dukungan bagi pengembangan citra Indonesia yang baik. Salah satu contohnya adalah pembuatan dan peredaran film “The Act of Killing”. Saya mengajak rekan-rekan semua untuk dapat memikirkan, apa yang harus kita lakukan untuk merespons film-film seperti ini?
Argentina, Yunani, Suriname, Australia, Korea Selatan, Kazakhztan, Amerika Serikat, Prancis, Iran, Belgia, Jepang, India, Madagaskar, Swedia, Singapura, Portugal, Rusia hingga Myanmar (Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya (INDB), Kemdikbud)
Film dan perwakilan RI; Program Kerja Perwakilan RI, Hari-hari Perayaan Nasional, resepsi dll. Promosi Ekonomi, Pertunjukan Sosial Budaya, Kuliah Umum, Presentasi, Menerima tamu-tamu, Kantor Pemerintah, swasta, think-thank, LSM, MNC, Kegiatan staf Perwakilan RI di kediaman, Souvenir
Film ini merubah pandangan dunia internasional terhadap India. Film ini memberikan persepsi baru: kemiskinan di India, permasalahan dengan sistem peradilan di India. Sebuah pencitraan yang sangat berbeda dengan yang ditampilkan di film-film Bolywood pada umumnya.
Ada banyak film Indonesia yang membanggakan dan mendapatkan pengakuan dari publik mancanegara seperti misalnya film The Raid, Pasir Berbisik, Daun di Atas Bantal, Laskar Pelangi dan sebagainya yang menampilkan keindahan alam Nusantara, semangat anak-anak Indonesia, seni budaya, seni beladiri dan sebagainya. Tapi kalau kita coba ketik “Indonesian Movie” atau “Film Indonesia” di Google, yang keluar adalah film-film seperti Nenek Gayung, Tiren, Akibat Pergaulan Bebas dan sebagainya. Lantas apakah citra ini yang ingin disampaikan Indonesia kepada dunia?
SOROT 17
Tantangan; UU RI No 33/2009 Pasal 32 tentang perfilman: pelaku usaha pertunjukan film wajib mempertunjukkan film Indonesia sekurang-kurangnya 60% dari seluruh jam pertunjukan film yang dimiliki. Hingga saat ini 70% film luar negeri mendominasi bioskop Indonesia.
Film yang diproduksi oleh industri perfilman negara lain ternyata bisa merubah persepsi dunia tentang suatu negara. Contoh lain bagaimana film bisa membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu negara. Borat, film Amerika/Inggris, yang dengan sukses membentuk citra Kazakhstan dan juga negara-negara Stan (Asia Tengah).
Sineas Indonesia sangat bagus dan berkembang. Empat film baru Indonesia/minggu dirilis. Namun, permasalahan ada pada kanal distribusi. Harus head to head dengan film luar negeri (Shelvy Arivin, Dirut Perum Produksi Film Negara). Tantangan perwakilan; Persediaan terbatas, Film Lama, Kualitas, Bahasa (negara2 tertentu), Sumber dari kantor sampai pinggir jalan, Anggaran (diatasi dengan kerjasama). Proposal; Kerjasama Produksi (Film Cerita dan Dokumenter): Kemenlu, Pwk RI dengan Sutradara dan Produser Film (DN/LN). Kerjasama Film Festival di LN dengan Kemenlu dan Perwakilan RI (Pekan Film Nasional Toronto KJRI, ada Toronto Int Film Fest). Shooting Film Internasional di Indonesia (film cerita dan documenter). Pekan Film Nasional Toronto KJRI Toronto, Agustus-September – Konjen RI) Whats next; Don’t give up …….Be an agent of diplomacy. Let’s work together. Jadi, Ada 3 (tiga) hal yang saya minta agar kita bersama-sama dapat lakukan: Kita semua jangan menyerah. Membuat film yang ideal, merepresentasikan nilai-nilai unggul Indonesia, memang banyak terbentur dengan masalah pendanaan. Jangan menyerah, banyak cara agar sebuah film bisa bertemu dengan penontonnya. Film-film yang menampilkan nilai-nilai unggul Indonesia itu sangat diperlukan. Ini adalah saatnya para sineas untuk menyadari dan lebih memainkan perannya sebagai agen diplomasi. Citra Indonesia berada di tangan para insan film semua.[]
18
SOROT
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Nia Dinata sINEAS
FILM INDONESIA SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA
S
aya pernah di undang oleh Kemlu ke Praha dan disana saya bisa melihat bagaimana film bisa menjadi alat diplomasi budaya dan bagaimana KBRI disana bisa membawa nama Indonesia ke sebuah pengertian yang lebih mendalam bagi negara tersebut. Berdasarkan pengalaman dari tahun 2000, ketika mulai mengirim film pertama saya ke festival film internasional, sampai sekarang ini, kami sebagai film maker sudah secara independen mengirimkan film kita ke berbagai festival film internasional. Selain saya, banyak sekali film maker-film maker Indonesia yang sudah melakukan ini secara independen, misalnya Riri Riza, Chiva, Tedy, dan juga pembuat film dokumenter seperti Lusi Agustin, Lucky Kuswandi yang telah mendapatkan tempat khusus di ajang festival film dunia. Mereka adalah para film maker Indonesia yang membuat film-film bagus. Hal ini harus kita fahami dan syukuri bersama bahwa itu telah dilakukan secara independen. Ini bisa terjadi karena adanya teknologi e-mail sehingga bahkan sekarang kita tidak perlu harus mengirim filmnya, cukup dengan memberikan link dari film tersebut dan code untuk menontonnya. Jadi untuk mengharumkan nama bangsa, kita sudah tidak perlu repot lagi atau bahkan membayar sejumlah uang untuk mengirim film ke luar negeri. Saya rasa hal ini sudah terjadi sejak era 90 an sampai sekarang, jadi sudah sekitar 20 tahun. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi di festival film internasional dan itu menjadi bahan diplomasi yang luar biasa efektif bagi para diplomat dan bagi negara dan bangsa Indonesia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa peran
pemerintah terkait hal ini sangat kecil sekali, ditengah besarnya CNN, BBC, dan channel dunia lainnya yang membombardir dunia bahwa Indonesia adalah negara terorisme, negara Islam garis keras yang memelihara terorisme dan sebagainya. Setiap kami hadir di sebuah festival film dan memutar film kami dalam sebuah kompetisi atau official selection, para audiens yang hadir akhirnya menyadari bahwa di Indonesia ternyata tidak semuanya adalah Islam garis keras. Hal ini terjadi di setiap negara dimana kami mengikuti ajang festival film internasional. Yang kedua, mereka sadar bahwa Indonesia ternyata pembangunannya sangat berkembang pesat, Indonesia ternyata sangat indah dan bukan hanya di Bali, Indonesia adalah negara yang demokratis. Selama ini mereka fikir masyarakat di Indonesia sangat terkungkung dan tidak bisa berekspresi, mereka heran melihat saya seorang perempuan Muslim tapi membuat film tentang kehidupan homo seksual dan transgender. Akhirnya mereka mengerti bahwa Indonesia adalah negara yang demokratis, dan walaupun dikenal sebagai negara Islam namun Indonesia sangat toleran. Jadi banyak hal positif di Indonesia yang baru mereka sadari setelah menonton film kita di ajang festival film internasional. Banyak pertanyaan yang mereka ajukan, misalnya tentang sebuah adegan, mereka bertanya tentang bagaimana kita akan mempertontonkan adegan itu di bioskop. Kami menjawab bahwa film ini adalah versi untuk festival, sedangkan dalam film untuk versi bioskop adegan itu tidak ada karena di sensor oleh BSF. Akhirnya mereka mengerti bahwa walaupun Indonesia adalah negara demokrasi yang sudah berkembang, toleransinya tetap kuat dan sangat
moderat tetapi sensor kita tetap sangat kuat. Hal ini selalu dibahas dalam sebuah festival film internasional karena disana pasti ada sesi tanya jawab antara produser dan sutradara dengan audiens dan pers. Hal-hal seperti ini sudah dirasakan sejak 90 an, apalagi sekarang sudah banyak film makerfilm maker muda Indonesia yang sangat berbakat, dimana kami yang sudah tua-tua ini ikut mementori mereka. Berikutnya bahwa dengan semakin banyaknya film-film Indonesia yang masuk di ajang festival film internasional, akhirnya sejak 2004 mulai bermunculan Focus on Indonesia Cinema. Yang pertama adalah di Pusan, Korea Selatan yang membuat Focus on Indonesia Cinema pada pelaksanaan Pusan International Film Festival. Direktur Pusan International Film Festival datang secara khusus ke Indonesia untuk mencari film-film Indonesia karena dia tidak mendapatkan dari kedutaannya. Dia langsung terbang ke Indonesia dan menemui beberapa sineas Indonesia seperti saya, Garin Nugroho, Mira Lesmana dan lain-lainnya. Setelah seminggu bertemu dan berdiskusi akhirnya diputuskan bahwa pada akhir Oktober 2014 dibuat Focus on Indonesia Cinema. Acara ini benar-benar di high light dan moderatornya adalah seorang penulis dari majalah film terkenal di Korea. Jadi jalan memang sudah dibuka secara independen oleh mereka yang memang jeli melihat perkembangan perfilman dunia. Setelah itu barulah bermunculan festival-festival lain yang juga membuat Focus on Indonesia Cinema, artinya di dalam festival tersebut mereka mengkhususkan sebuah sesi untuk mengupas film-film Indonesia dan membuat diskusi khusus tentang budaya Indonesia, film-filmnya dan bagaimana politik dalam membuat film serta
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
undang-undang tentang film. Acara ini dihadiri oleh ratusan orang dengan para pembicara para film maker Indonesia. Mereka yang hadir sangat tertarik untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan sinema di Indonesia seperti juga mereka mengikuti perkembangan sinema di negara-negara ASEAN yang sekarang ini tengah menjadi fokus karena film-filmnya original dan sangat berbeda dengan film-film Holywood yang selalu diadaptasi dari buku, komik, mainan atau apa saja yang telah ada. Ini adalah original story dari pengalaman hidup, reflection of life yang memiliki nilai seni budaya yang tinggi. Ini semua harus kita ketahui bersama. Ini telah bergulir sampai akhirnya kemarin saya ke Asiatica Mediale Film Festival di Roma yang merupakan Focus on New Indonesia Cinema bersama-sama dengan para film maker Indonesia yang mungkin nama-namanya tidak pernah kita dengar, karena film-film mereka jarang ada yang menonton di Jakarta. Penontonnya hanya dibawah 100 ribu penonton, tetapi film mereka mendapat apresiasi yang begitu baik di luar negeri karena menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya budaya, negara yang secara kontemporer sangat menarik untuk study karena film-film dan para film makernya memang bagus. Film saya yang tidak ada yang menonton disini juga diputar disana dan acara tersebut dibuka oleh Bernardo Bertuluci (sutradara The Last Emperor). Disini tidak ada yang tahu bahwa film kita sudah menjadi alat diplomasi. Namun demikian saya ingin angkat topi, dimana ada dua pengalaman yang sangat baik ketika saya ke luar negeri. Acara tersebut ditangani seluruhnya oleh
SOROT 19
KBRI dan Duta Besar RI di Vatikan. Focus on Indonesia Cinema tersebut disatukan dengan pameran lukisan dan karya seni budaya Indonesia lainnya di Museum of Modern Art Roma. Jadi ini seperti di Modern Art New York yang sulit sekali ditembus kalau kita ingin pameran disana.
duk Indonesia yang tinggal di negara bersangkutan. Pemutaran film ini tidak ditujukan untuk media internasional, kritikus film internasional, akademisi film internasional sehingga tidak menjadi alat diplomasi budaya maupun alat ekonomi kreatif yang efektif.
Tanpa dukungan KBRI Vatikan, seluruh artis yang terlibat dalam acara tersebut tidak mungkin hadir disana. Jadi memang harus ada kerjasama antara para diplomat dengan para artis, dan sebagai bangsa kita memang harus saling support.
Karya-karya film yang bermunculan belum konsisten, misalnya dua tahun lalu ada ‘Sang Penari’ yang masuk ke festival internasional tapi setelahnya tidak ada. Tahun setelahnya lagi ada beberapa film dokumenter yang masuk ke festival film dokumenter di Amsterdam tapi tahun setelahnya lagi tidak ada.
Menurut saya ini merupakan lanjutan dari apa yang dilakukan di Pusan, dan seharusnya banyak lagi venue-venue lainnya yang dapat dibuka, misalnya di festival film Cannes, karena kita tidak pernah tembus di official selection dan di main competitionnya. Dalam hal ini negara-negara lain melakukan diplomasi, dimana para diplomat bersama-sama dengan para film maker bertemu dengan direktur Cannes film festival. Kita perlu bertemu dengan direktur Cannes film festival untuk menyampaikan film-film yang kita punya seperti apa. Agar bisa tembus di main section nya tentu diperlukan diplomasi karena festival film internasional juga menyangkut politik. Saya ingin mengatakan bahwa PR kita masih banyak dan tidak bisa kita bahas hanya dalam waktu sekarang ini, tapi yang penting dan perlu di petakan sebenarnya adalah bahwa kita masih bisa untuk memaksimalkan ini semua. Perlu ada pemahaman yang kuat mengenai pemetaan festival film dunia, seminar film dunia dan marketmarket film internasional. Ketika film Indonesia diputar di KBRI diluar film festival biasanya hanya melibatkan pendu-
Mungkin ini disebabkan karena film maker Indonesia yang masuk ke festival film internasional orangnya itu-itu lagi. Tahun ini ada beberapa nama baru yang masuk ke festival internasional, tapi tidak begitu dikenal di Indonesia. Belum adanya pemahaman bahwa film Indonesia yang sukses di pasaran lokal belum tentu akan sukses di ajang internasional sebagai alat diplomasi budaya.��������������������������� Semua harus tahu bahwa sebuah negara memang perlu film komersil yang laku di negaranya, tetapi kita juga perlu film yang mungkin tidak terlalu komersil tetapi diketahui banyak orang dan bisa menjadi media diplomasi, alih-alih sangat artistik dan eksperimentalis yang juga bisa menjadi media diplomasi budaya untuk menunjukkan bahwa kita adalah orang yang berbudaya dan mengikuti trend seni kontemporer dunia. Jadi tidak usah terlalu memikirkan bahwa film ini tidak akan ada yang nonton karena kita memang tidak bisa memaksakan sejauh mana taste orang Indonesia berkembang. Jadi pada tahap dan kondisi ini, yang bisa kita lakukan adalah melakukannya dengan seefektif dan semaksimal mungkin karena kita punya potensi.
Indonesia Akan Mengarusutamakan Isu Pencurian Ikan dan Kejahatan Lingkungan Lain dalam Forum PBB “Indonesia akan memprioritaskan pencegahan dan pemberantasan illegal, unregulated, unreported fishing, perdagangan satwa liar dan hasil hutan serta pembalakan liar, dalam kerangka kerja sama multilateral di bawah payung Konvensi PBB Menentang Kejahatan Transnasional Terorganisir (UNTOC),” demikian disampaikan oleh Hasan Kleib, Direktur Jenderal Multilateral, Kementerian Luar Negeri pada pembukaan Seminar Nasional Refleksi Presidensi Indonesia pada Konferensi Para Pihak pada Konvensi PBB Menentang Kejahatan Transnasional Terorganisir Serta Tantangan dan Proyeksi ke Depan, yang diadakan di Jakarta, tanggal 26 November 2014. “Upaya pengarusutamaan kriminalisasi isu-isu ini di tingkat internasional akan diperjuangkan oleh Indonesia menjelang pelaksanaan Crime Congress di Doha tanggal 12-19 April 2015 mendatang.” demikian ditambahkan Hasan Kleib dalam kesempatan tersebut. Kegiatan seminar nasional yang diselenggarakan bersama antara Direktorat Jenderal Multilateral, Kemlu dengan Kedutaan Besar RI di Wina, juga menghadirkan Duta Besar/Wakil Tetap RI, Rachmat Budiman sebagai narasumber. “Pengalaman Indonesia sebagai Presiden Konferensi Para Pihak sesi keenam UNTOC tahun 2012-2014 menjadi modal untuk semakin memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama internasional untuk memberan-
tas kejahatan transnasional terorganisir yang menjadi prioritas nasional,” ujar Rachmat di sela-sela seminar. Hadir pula sebagai pembicara Country Manager Programme Office of the United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), Mr. Troels Vester dan Kombes Agus Mustofa dari Bareskrim, Polri. Sementara, Andy Rachmianto, Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, Kemlu bertindak sebagai moderator. Kerja sama multilateral pemberantasan kejahatan transnasional terorganisir di bawah payung UNTOC menjadi landasan dan modal (enabler) bagi agenda pembangunan dunia melalui Post-2015 Development Agenda. Selain, melingkupi kejahatan lingkungan, Konvensi ini juga menangani pencegahan dan pemberantasan penyelundupan manusia dan perdagangan orang, pencegahan dan pemberantasan korupsi, perlindungan benda dan cagar budaya dari perdagangan ilegal, pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pemeliharaan keamanan siber. (Sumber: Dit. KIPS)
20
sorot
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Memasuki Diplomasi Kebudayaan Melalu Film kelompok manusia, biasanya akan damai dan saling mengerti jika ada dialog. Hal ini juga dirumuskan oleh seorang filsuf kontemporer Amartya Sen yang mengatakan pentingnya dialog budaya untuk menghindari konflik dan membangun saling pengertian. Beliau menyadari bahwa dialog budaya ini menjadi kata kunci bagi masalah perdamaian. Ada empat pilar penting terkait film, yaitu; permodalan, teknologi perfilman, tenaga kreatif dan masalah distribusi. Masalah distribusi tidak saja menjadi masalah antar pemerintah tetapi juga masalah people to people antara para pelaku dan pembuat film.
A
Marseli Sumarno Sineas
da diplomasi politik, ekonomi, olahraga termasuk diplomasi kebudayaan. Tapi dalam catatan sejarah Indonesia, kebudayaan adalah pintu diplomasi yang belum pernah cacat. Dalam politik kita mengalami naik turunnya diplomasi yang begitu hebat, begitupun di bidang ekonomi ataupun olah raga terjadi fluktuasi, sedangkan kebudayaan belum mengalami hal itu. Saya mengutip Aristoteles, salah seorang filsuf yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang berakal budi, dan dari akal budi tersebut kemudian terbentuklah intelektual khas manusia. Jadi, apapun rumusannya, kebudayaan merupakan gejala yang sangat manusiawi dalam pencarian makna hidup. Kebudayaan itu sendiri dipisahkan menjadi culture dan civilization. Dalam culture ada kegiatan kreatif dan hidup dari nilai-nilai baru. Sedangkan civilization adalah karya-karya, alat-alat, dan adat kebiasaan yang mengacu pada tingkat kemajuan secara material. Jadi ini berbeda, tetapi terkadang kita menganggap bahwa culture dan civilization sama. Culture lebih kepada kemampuan kreatif kita untuk menembus batas, untuk menawar keterbatasan dan untuk terus melangsungkan kehidupan. Saya kutipkan juga pendapat seorang sejarawan yang telah wafat pada 2005, Prof. Kuntowidjojo yang mengatakan bahwa kebudayaan sekurang-kurangnya memiliki tiga hal, yaitu bentuk luar dari perasaan-perasaan yang ada di dalam diri kita. Yang sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari adalah perasaan religius dan
Yang menjadi masalah di Indonesia adalah bagaimana mengembalikan kebiasaan menonton seperti dulu. Seperti orang-orang di India pada 80-90 an yang masih merasakan pergi ke bioskop dengan berbondong-bondong. Ini tentunya menyangkut segi ekonomi dan juga hasrat untuk menonton yang semakin menurun, dimana tahun lalu hanya ada 16 juta penonton dari 230 juta penduduk yang ada. kemanusiaan kita. Apapun keyakinan dan agama yang kita anut, ada suatu perasaan terhubung dengan yang transenden. Berikutnya ada rasa kemanusiaan, yaitu rasa ingin sesuatu, ingin bertemu, berkumpul dengan sesama manusia. Kemudian kebudayaan sebagai jati diri bangsa, dan juga sebagai perekat bangsa. Rumusan lain yang saya petik dan juga sangat penting adalah apa yang disampaikan oleh Dr. Umar Kayam. Beliau mengatakan ada dua jalur transformasi budaya. Jalur pertama adalah proses transformasi budaya dari budaya kawasan atau lingkungan budaya menjadi bagian dari suatu negara kebangsaan. Proses ini rumitnya luar biasa, tidak ada yang membayangkan bahwa ada saudara-saudara kita yang masih telanjang di Papua, yang masih hidup di pepohonan di Kalimantan dan itu menjadi bagian dari Indonesia. Tentunya ini tidak mudah untuk menjelaskannya. Jalur kedua transformasi budaya yang dirumuskan oleh para bapak pendiri bangsa kita adalah transformasi status kita sebagai negara yang terbelakang ekonominya menjadi negara industri yang modern. Jadi, ada rumusan-rumusan budaya lalu ada juga potret budaya kita, yaitu masalah dua transformasi itu. Inilah yang nanti akan kita temui, katakanlah kalau kemudian kita pecah kebudayaan itu sebagai alat diplomasi. Didalam pengertian Umar Kayam ada satu kata kunci, yaitu dialog budaya. Siapapun yang menyadari bahwa kita ini adalah kelompok-
Ada masalah yang cukup urgent kalau dikaitkan antara kebudayaan dengan etnik, sosiologis dan antropologis. Ada enam contoh yang ingin saya bicarakan, pertama Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia menjadi poros maritim dunia. Sebetulnya ini belum jelas maksud dan bentuknya apa dan akan di diplomasikan seperti apa. Tentunya ada banyak pilihan. Ini membutuhkan kerja keras kita, kira-kira film seperti apa yang dibutuhkan untuk bisa menggambarkan hal itu. Kedua, soal isu HAM, dimana pada tanggal 10 Desember merupakan Hari HAM internasional. Menjadi tantangan bagaimana kita menjelaskan kepada dunia internasional mengenai tragedi yang sudah 50 tahun belum juga selesai. Kalau kita lihat di Jerman misalnya, ada genosid dan musuhnya jelas, sedangkan di Indonesia siapa yang menjadi musuh tidak jelas, kita sama-sama menjadi korban dan luka itu belum tersembuhkan hingga sekarang, lalu bagaimana kita menjelaskan kepada publik internasional mengenai penegakan HAM di Indonesia, meskipun sudah ada beberapa film yang mencoba menjelaskan bahwa masalah ini cukup pelik. Ketiga, tentang Islam dan demokratisasi di Indonesia. Pihak Barat selalu mencap bahwa Islam adalah fundamentalis dan radikal dan di Indonesia juga ada kelompok yang demikian. Tetapi kita harus bisa menjelaskan bahwa ada dua modal sosial besar kita yang tidak pro dengan itu, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah punya film ‘Sang Pencerah’ sedangkan NU punya ‘Sang Kiai’. Paling tidak film ini untuk menjelaskan bahwa mereka adalah Is-
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
sorot 21
15 desember 2014 - 14 januari 2015
lam moderat yang mencoba mengatasnamakan bahwa kepentingan bangsa lebih penting dari urusan perbedaan pandangan dalam agama. Keempat, mengenai Pancasila. Kita sudah bicara berbusa-busa tapi Pancasila tidak kunjung menjadi ideologi, padahal di negara yang sudah maju ideologi itu penting. Ketika reformasi belum tuntas benar Pancasila telah terbenam, dan tentu saja itu harus kita jelaskan. Ini tidak mudah dan tergantung dari nilai-nilai etika, sehingga barangkali kita perlu mencari film-film tentang keteladanan. Pancasila sebetulnya adalah suatu etika, jadi harus dapat dijelaskan dengan caracara yang menarik dan sebetulnya kita memiliki itu. Mudah-mudahan di pemerintahan yang baru
ini Pancasila bisa menjadi dasar bersama yang kita pakai dalam kehidupan bersama. Kelima, masalah masyarakat terpencil kita yang ingin mentransformasikan diri menjadi bagian dari Indonesia, misalnya suku Bajo di Sulawesi. Begitu banyak saudara-saudara kita yang masih menghadapi problem-problem seperti itu dan harus kita jelaskan bahwa mereka adalah bagian dari Indonesia. Terakhir adalah mengenai etika lingkungan hidup dan pemanasan global, dimana negaranegara pelepas emisi karbon menuntut kita untuk menjaga hutan kita, padahal sebetulnya kita bukan negara pelepas emisi karbon yang besar.
Dalam hal ini masih banyak masalah, misalnya hutan-hutan yang tergusur oleh perkebunan kelapa sawit dan sebagainya. Jadi ada enam topik yang dari turunannya bisa dibuat banyak film dan paling tidak dapat dijadikan sebagai alat diplomasi yang kongkrit terhadap berbagai permasalahan yang akan kita hadapi. Kita memang perlu mempromosikan film Indonesia ke dunia internasional melalui berbagai jalur. Kita juga perlu menciptakan pusat-pusat kebudayaan Indonesia di luar negeri dan menunjuk konsultan strategis di bidang diplomasi kebudayaan melalui film.
Diplomasi Film Dapat Merubah Paradigma dan kehidupan sosial mereka, dan bagaimana mereka menghargai alam. Anak-anak di Jakarta mungkin memilih kucing sebagai hewan peliharaan, sedangkan anak-anak disana mereka memelihara penyu. Yang saya maksud dengan perubahan arah kehidupan adalah dalam hal ideologi, sikap, bahasa dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Hal ini menjadi perhatian kami semua karena memang setiap individu tentu memiliki pengaruh sosial, budaya, dan agama, dan hal ini akan melahirkan sebuah kehidupan yang baru. Reza Rahardian sINEAS
F
ilm adalah sebuah perubahan arah kehidupan yang kembali kepada kehidupan itu sendiri melalui sebuah proses kreatif. Ketika saya berada di Wakatobi dan melihat bagaimana kehidupan suku Bajo yang tinggal di rumah-rumah kayu terapung, dan dulunya mereka masih berpindahpindah, saya tergerak untuk membuat film tentang mereka. Saya melihat hal ini sebagai salah satu alat, yang kemudian dinilai berhasil untuk menyampaikan dan memaparkan kepada dunia luar, melalui ajang festival-festival film, bahwa ada kondisi seperti ini yang terjadi di Indonesia. Yang paling menyedihkan menurut saya adalah ketika situasinya memasuki wilayah pendidikan, saya merasa concern terhadap hal ini dan merasa harus ada cara-cara untuk bisa menyampaikan hal ini, dan ini bisa juga dijadikan alat untuk menyampaikan bahwa para pemerhati pendidikan yang datang kesana ternyata adalah orang-orang asing. Kami datang kesana untuk membuat film seputar kehidupan mereka, terutama anak-anak
Film adalah refleksi dari kehidupan, oleh sebab itu Amerika Serikat dan Rusia sudah cukup lama menjadikan film sebagai alat diplomasi untuk membuat sebuah pengaruh yang lebih besar terhadap negara-negara lain tentang bagaimana mereka mendirikan sebuah negara dan membentuk teknologi apapaun yang pada akhirnya berkembang di negara masing-masing. Itu semua lahir melalui film, karena memang itulah salah satu cara yang dianggap paling efektif. Baik di AS ataupun Rusia hal ini sudah terjadi, mereka sangat faham sekali bagaimana merubah paradigma, melahirkan atau mem-brainstorming orang banyak dengan ideologi mereka melalui sebuah film. Saya rasa di Indonesia sudah ada beberapa film yang berbicara mengenai hal ini, seperti film yang menampilkan tentang keberagaman, lingkungan hidup, bagaimana kehidupan orangorang yang berjuang mempertahankan kehidupan mereka di pedalaman sana untuk tidak tergusur oleh pembangunan atau penebangan pohon secara liar. Film-film seperti ini juga bisa dijadikan alat untuk melakukan diplomasi kepada dunia luar bahwa sebenarnya itulah yang kita hadapi pada saat ini, dan itu menjadi sangat penting ketika film tersebut secara fakta, yang sangat menyedihkan, adalah sangat kurang mendapat apresiasi
dari masyarakat film Indonesia, atau orang-orang yang rajin menonton film Indonesia. Sehingga hal ini menimbulkan pendapat bahwa film bagus di Indonesia jarang ada yang menonton. Saya ambil contoh film ‘Sang Penari’, saya rasa ini adalah film yang sangat bagus, kemudian juga film ‘Sokola Rimba’ dan sebagainya, tapi penontonnya tidak lebih dari 200 ribu penonton. Ini menyedihkan, dan bagaimana mungkin kita bisa memaparkan sesuatu yang memiliki nilai besar ketika apresiasi dari penontonnya juga kurang. Lantas bukanlah waktu yang tepat untuk menyalahkan pihak manapun yang seharusnya bertanggung jawab terhadap hal ini, tapi marilah kita bersama-sama berupaya untuk bisa menjadikan film sebagai alat untuk berkomunikasi terhadap banyak orang. Banyak sekali pihak yang dapat terlibat, pemerintah melalui kementeriankementerian juga bisa turun langsung karena film adalah sebuah struktur yang bisa mencakup seluruh bidang kehidupan. Terkait dengan diplomasi, film merupakan salah satu alat untuk mengkomunikasikan berbagai macam hal, termasuk isu-isu politik dan agama. Di Indonesia hal ini sudah disampaikan melalui beberapa film. Perlu di ingat bahwa film ‘The Art Killing’ dan ‘Senyap’ adalah sebuah film yang dihasilkan oleh seorang sutradara yang bukan warga negara Indonesia sehingga kita perlu juga untuk melihat dan mengupas film itu agar kita tahu seperti apa sebenarnya tantangan di Indonesia bagi orang-orang seperti mereka yang sudah melakukan sesuatu cukup lama di Indonesia. Kemudian untuk para diplomat, ada satu film yang dibuat oleh warga negara asing yang sudah cukup lama bekerja sebagai jurnalis di Indonesia, dia membuat film tentang anak-anak jalanan. Film ini sangat menarik dalam struktur bercerita dan bisa dijadikan sebagai salah satu referensi.
22
lensa
No. 83 TAHUN VII
15 desember 2014 - 14 januari 2015
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
UNDANG-UNDANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DIUSULKAN UNTUK DIRUBAH Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) bertempat di Kampus Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang pada 17 November 2014 mengadakan Seminar Nasional membahas rencana perubahan Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Seminar Nasional yang dibuka oleh Rektor Universitas Pelita Harapan Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc ini menghadirkan Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri, Duta Besar Ferry Adamhar sebagai pembicara utama. Selain itu juga dihadirkan sejumlah pembicara dari kalangan akademisi, pemerintah dan praktisi hukum yaitu Dr. Eddy Pratomo (mantan Duta Besar RI untuk Jerman), Prof. Dr. Bintan R. Saragih (Dekan Fakultas Hukum UPH), Dr. Damos Dumoli Agusman (Dosen UPH), Prof. Dr. Harjono (Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi), Abdulkadir Jailani (Direktur Perjanjian Ekososbud, Kemlu), dan Novianti (Peneliti Setjen DPR RI). Seminar Nasional ini dihadiri oleh para ahli, wakil-wakil dari kalangan pemerintahan, akademisi, praktisi, dan mahasiswa.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2012, DPR RI telah mengusulkan Rancangan Undangundang Perjanjian Internasional (RUU PI) untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000. RUU PI tersebut dicanangkan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat dalam Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Seminar nasional ini diselenggarakan dalam upaya menelaah isi RUU PI tersebut serta mengkaji lebih lanjut persoalan yang timbul dalam implementasi UU PI yang ada saat ini. Dalam paparannya, Duta Besar Ferry Adamhar, menyampaikan bahwa sebagai bagian dari masyarakat dunia yang menjunjung tinggi prinsip - prinsip dalam hukum internasional, Indonesia perlu memastikan bahwa peraturan perundangan nasional tentang perjanjian internasional senantiasa konsisten dengan prinsipprinsip hukum internasional. “Pada sisi lain kitapun tidak menafikan adanya dinamika yang berlangsung dalam ranah ketatanegaraan kita untuk melihat dan mengkaji ketentuan positif yang mengatur tata cara pembuatan dan pengesahan perjanjian internasio-
nal.” kata Duta Besar Ferry Adamhar. Lebih lanjut Duta Besar Ferry Adamhar mengemukakan bahwa perkembangan ini tentunya perlu disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak dalam rangka mencari suatu formula yang dapat mengawal lebih baik jalannya roda pemerintahan dan keberadaan Indonesia dalam percaturan masyarakat dunia yang sangat dinamis, selain pada akhirnya mencegah timbulnya persoalan praktis dan yuridis di kemudian hari. Selain membahas mengenai perlu tidaknya RUU PI untuk menggantikan UU PI yang masih berlaku saat ini, seminar nasional ini juga mendiskusikan berbagai permasalahan yang perlu diselesaikan guna membentuk dasar hukum yang kuat dalam penyusunan perjanjian internasional. Beberapa persoalan penting yang menjadi topik pembahasan di antaranya adalah status perjanjian internasional dalam sistem hukum nasional, wewenang DPR untuk memberikan persetujuan atas perjanjian internasional serta hubungan Undang – undang Perjanjian Internasional dengan Undang – undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan.[]
perkenalkan Indonesia kepada masyarakat Azerbaijan, Kemlu adakan public lecture di Baku
Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar RI di Baku, Azerbaijan bekerja sama dengan Azerbaijan Diplomatic Academy University (ADA University) dan The Center of Indonesian Studies, Azerbaijan University of Languages pada tanggal 11 dan 12 November 2014 menyelenggarakan public lecture dengan tema Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Nasional: Pengalaman Indonesia . Narasumber public lecture adalah Ibu Sjamsiah Achmad, seorang pakar gender dan HAM perempuan yang telah dikenal di forum-forum internasional. Public lecture di kedua universitas
di Baku tersebut dihadiri oleh 150 orang, yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, anggota Parlemen, Perwakilan Diplomatik, LSM, aktivis HAM dan pejabat pemerintah setempat. ”Kegiatan public lecture selain bertujuan untuk lebih memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Azerbaijan, juga untuk berbagi informasi dan pengalaman Indonesia, khususnya dalam pemajuan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender“, Duta Besar Prayono Atiyanto menyatakan dalam sambutannya pembukaan di ADA University. Dalam paparan yang berjudul The Empo-
werment of Women as a Global Commitment and the Indonesia Experience, Ibu Sjamsiah Achmad menjelaskan mengenai 70 tahun (1945-2015) pengalaman Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. “Perjuangan perempuan Indonesia untuk memperoleh hak yang setara dengan laki-laki telah dimulai sejak jaman kolonial”, Ibu Sjamsiah Achmad menyatakan. Dijelaskannya bahwa perempuan Indonesia telah menikmati hak politik yang sama dengan laki-laki satu tahun sebelum Indonesia meratifikasi the Convention on the Political Rights of Women pada tahun 1956. Komitmen Indonesia dalam pemajuan HAM perempuan telah diwujudkan dengan meratifikasi dan mengimplementasikan the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), pembentukan KOMNAS Perempuan, dan bersama-sama dengan negara anggota ASEAN mendirikan ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children. Public lecture yang dilaksanakan untuk pertama kalinya sejak KBRI Baku dibuka pada tahun 2010. Mayoritas peserta menyatakan bahwa public lecture sangat bermanfaat untuk dapat mengenal Indonesia dengan lebih baik.
Jakarta , 17 November 2014 Direktorat Diplomasi Publik
Diplomasi No. 83 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 desember 2014 - 14 januari 2015
LENSA 23
Perkenalkan Kemlu Dan Pelaksanaan Tugasnya, Kemlu Gelar Open House 2014 Untuk Pelajar SMA Se-Jabodetabek Cinere Depok, SMAN 1 Bekasi, SMA Marsudirini Bekasi, SMAN 1 Tangerang Selatan, dan SMA Plus Pembangunan Jaya Tangerang menghadiri acara Open House Kemlu 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 19 November 2014 bertempat di Ruang Nusantara. Para pelajar dan guru yang orang hadir menyambut antusias acara yang digelar Kemlu. Para guru yang mendampingi para pelajar menyatakan bahwa undangan kunjungan ke Kemlu adalah pengalaman yang sangat langka dan berharga bagi para pelajar. Selain karena baru pertama kali ini mereka diundang secara khusus oleh Kemlu, kunjungan juga sangat bermanfaat untuk memperluas wawasan para pelajar mengenai hubungan luar negeri Indonesia.
Seratus lima puluh pelajar dari 10 SMA se-Jabodetabek, yakni SMAN 70 Jakarta, SMAK I BPK Penabur Jakarta, SMAN 3 Bogor, SMA Plus YPHB Bogor, SMA Lazuardi GIS Depok, SMA Avicenna
Dalam acara Open House para pelajar mendapat paparan mengenai hubungan luar negeri dan diplomasi publik RI, dan Komunitas ASEAN 2015, yang disampaikan oleh Ari Wardhana, pejabat Fungsional Diplomat di Direktorat Diplomasi Publik, dan Heru Hartanto Subolo, Acting Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. “Diplomasi publik pada intinya adalah untuk mencari teman, untuk bergaul. Pelaksana diplomasi ibaratnya adalah sales marketing of-
ficer, karena yang mereka lakukan adalah untuk mempromosikan Indonesia kepada publik internasional agar mereka mengenal, tertarik untuk berkunjung dan berbisnis di Indonesia“, Ari Wardhana menjelaskan. “Para pelajar merupakan salah satu pelaksana diplomasi publik Indonesia. Begitu kalian berada di luar negeri, maka kalian adalah pelaksana diplomasi publik Indonesia”, lanjut Ari Wardhana. Dalam paparannya Heru Subolo menyatakan “ASEAN adalah lingkaran pertama politik luar negeri Indonesia. Dibentuknya Masyarakat ASEAN adalah untuk mewujudkan kawasan ASEAN yang stabil, kompetitif dan sejahtera”. Heru Subolo lebih lanjut menjelaskan “Indonesia sudah siap untuk menghadapi Masyarakat ASEAN 2015. Kesiapan Indonesia didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang progresif dan komposisi penduduk yang mayoritas dalam usia produktif sehingga mempunyai potensi besar dalam meningkatkan daya saing”. Acara Open House diakhiri dengan kunjungan ke Gedung Pancasila, salah satu gedung di tanah air yang banyak merekam peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan dan diplomasi Indonesia.[]
Akademisi dan mahasiswa di Afrika Selatan apresiasi kuliah umum mengenai sejarah hubungan RI-Afrika Selatan dan KAA 1955 Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar RI Pretoria bekerjasama dengan Wits University, Johannesburg dan University of Pretoria, Pretoria, Afrika Selatan pada tanggal 20-21 Mei 2014 menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “The Asian-African Spirit of Partnership: The Optimization of Relationship between Indonesia and South Africa within the Framework of the New Asian African Strategic Partnership (NAASP)” “Semangat Kemitraan Asia Afrika: Optimalisasi Hubungan Indonesia-Afrika Selatan Dalam Kerangka New Asian African Strategic Partnership (NAASP)”. Kuliah umum merupakan outreach program KemIu dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Indonesia dan sejarah konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 kepada publik di Afrika Selatan, khususnya di kalangan akademisi, mahasiswa, thin tanks, dan media massa. Narasumber dalam kuliah umum adalah Hikmawan Saefullah S.IP., MAIR (Hons), Dosen Tetap Program Studi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran dan Dr. Mzukisi Qobo
– Dosen Department of Political Sciences, University of Pretoria. Duta Besar RI untuk Republik Afrika Selatan, Suprapto Martosoetomo dalam sambutannya pada kuliah umum di University of Pretoria antara lain menyampaikan bahwa Indonesia dan Afrika Selatan mempunyai hubungan yang sangat baik, dimana Afrika Selatan merupakan mitra strategis Indonesia. Kuliah umum merupakan salah satu cara untuk lebih mempererat persahabatan dan menjalin saling pengertian antara rakyat kedua negara. Dari paparan kedua narasumber dapat disimpulkan bahwa Indonesia dan Afrika Selatan dapat saling belajar dari pengalaman dan kelebihan yang dimiliki masing-masing negara untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat kedua negara. Kedua negara juga perlu memajukan kerjasama yang lebih terstruktur di bidang politik, ekonomi dan sosial budanya, termasuk dalam memajukan demokrasi dan menciptakan perdamaian sehingga NAASP tidak sekedar menjadi retorika. Bidang kerjasama yang harus dioptimalkan adalah di bidang sosial dan budaya
sehingga rakyat kedua negara dapat lebih saling mengenal satu sama lain dengan baik. Kuliah umum mendapat apresiasi yang sangat baik dari kalangan akademisi dan mahasiswa serta sejumlah perwakilan diplomatik yang hadir karena mereka dapat mengetahui dengan lebih baik mengenai Indonesia dan kebijakan luar negeri Indonesia.
http://www.tabloiddiplomasi.org 15 desember 2014 - 14 januari 2015
No. 83 Tahun ViI, Tgl. 15 desember 2014 - 15 Januari 2015
No. 83 TAHUN VII
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Direktorat Diplomasi Publik Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035 www.tabloiddiplomasi.org
Menlu RI Dorong Delegasi Misi Bisnis Singapura Investasi Langsung di Indonesia
M
enteri Luar Negeri RI, Retno L. P. Marsudi mendorong para pebisnis Singapura untuk menjajagi kerja sama investasi secara langsung dengan mitra potensial mereka di Indonesia, terutama untuk proyek di bidang infrastruktur, termasuk pelabuhan, jalan tol, pembangkit listrik, dan bidang maritim, serta keamanan pangan dan energi. Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan sejumlah Kementerian dan Lembaga terkait juga akan memfasilitasi masuknya investor Singapura di Indonesia. Pernyataan Menlu RI ini disampaikan ketika menerima Menteri Negara pada Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura Teo Ser Luck, dan Chief Executive Officer International Enterprise Teo Eng Cheong serta 50 anggota delegasi misi bisnis Singapura yang sedang melakukan lawatan ke Indonesia. Duta Besar RI untuk Singapura, Dr. Andri Hadi turut mendampingi para investor potensial dari Singapura selama melakukan kunjungan misi bisnis di sejumlah daerah di Indonesia yaitu Jakarta, Cikarang dan Semarang dari tanggal 24 November – 27 November 2014. Diharapkan keberhasilan misi bisnis Singapura ini akan membawa dampak bagi peningkatan investasi Singapura ke Indonesia di masa datang. Singapura dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi penanam modal asing terbesar di Indonesia. Nilai investasi Singapura tahun 2013 lalu berjumlah 4,7 miliardolar AS, sementara nilai investasi Singapura sampai kuartal III 2014 (Januari – September) telah mencapai 4,9 miliar dollar AS. Salah satu hasil konkrit yang dapat segera di lihat hasilnya dari kunjungan bisnis tersebut adalah rencana penandatanganan MoU mengenai “Global Collaboration for Packaged Power Generating Sets and Heat Recovery Solu-
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
Penyelenggaraan misi bisnis Singapura ke Indonesia diorganisir oleh Federasi Bisnis Singapura (SBF), International Enterprise (IE), Federasi Manufaktur Singapura (SMF), dan Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah Singapura (ASME), serta didukung oleh Kedutaan Besar RI (KBRI) di Singapura, BKPM, dan KADIN Indonesia.
tions” antara Cyclect Energy Pte Ltd Singapura dengan Berkat Manunggal Jaya (BMJ) Indonesia, di Semarang, tanggal 27 November 2014. Penandatanganan ini bersifat Business to Business. Penyelenggaraan misi bisnis Singapura ke Indonesia diorganisir oleh Federasi Bisnis Singapura (SBF), International Enterprise (IE), Federasi Manufaktur Singapura (SMF), dan Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah Singapura (ASME), serta didukung oleh Kedutaan Besar RI (KBRI) di Singapura, BKPM, dan KADIN Indonesia. Selama berada di Jakarta, selain bertemu dengan Menlu RI, misi bisnis Singapura juga akan melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, dan Deputi Kepala BKPM, serta mengunjungi sejumlah industri manufaktur yang berada Kawasan Industri Lippo Cikarang. Di samping itu, delegasi misi bisnis Singapura juga akan menjajaki peluang investasi ‘beyond Jakarta’ melalui peninjauan kesejumlah kawasan industri di Jawa Tengah, antara lain Kawasan Industri Candi di Semarang, dan Kawasan Industri Kendal yang merupakan proyek kerja sama antara perusahaan Indonesia, Jababeka, dengan perusahaan Singapura, Sembcorp. Di Semarang, rombongan misi bisnis Singapura juga akan diterima oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Sumber: BAM).