33
kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa. Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa diberi
kesempatan
untuk
mengungkapkan
pemikirannya
dan
kemudian
mengembangkan pemikirannya tersebut. Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
34
Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II. Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa. Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete. 2) Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Maret-Juli ajaran 2009/2010. Tabel 1 Jadwal Penelitian No Kegiatan 1 Persiapan dan perencanaan 2 Observasi (studi lapangan) 3 Pelaksanaan pembelajaran 4 Analisis data 5 Laporan penelitian
Maret √ √
April
Mei
√
√
Juni
Juli
√
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. yaitu “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. 1 Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
1
ke-4, h. 3.
Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet
√
36
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (prapenelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah ”satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula”, 2 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: a. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal harian, lembar wawancara, lembar catatan lapangan dan soal tes untuk akhir siklus. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting) Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. c. Pengamatan (Observing) Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti 2
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian…, h. 20.
37
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, pengamatan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan memberi
penilaian
terhadap
peneliti
dalam
menerapkan
model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. d. Refleksi (Reflecting) Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.
2. Desain Penelitian Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut.
38
Bagan 1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK
Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)
Permasalahan
Pelaksanaan Tindakan
Selesai ?
Siklus I AnaslisisPerencanaan Data
Refleksi
Masalah belum selesai
Alternatif pemecahan Pengamatan dan (Rencana Tindakan)
pengumpulan data
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Selesai ?
Siklus II
Perencanaan II Refleksi
Anaslisis Data
Masalah belum selesai
Observasi
Siklus selanjutnya
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan, bahwa hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata 70% diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.
39
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete, observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru matematika kelas VII-B sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai kolaborator. Pada saat pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran. Kerja sama antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. 3
3
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian…, h. 63.
40
F. Tahapan Intervensi Tindakan Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan seterusnya. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran di kelas 2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa 3. Wawancara dengan guru kelas 4. Wawancara dengan siswa
Siklus I
a.
b. c. d. e.
1. Tahap Perencanaan Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur Membuat pedoman observasi Membuat pedoman wawancara Membuat jurnal harian Membuat soal tes siklus I untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.
41
3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
4. Tahap Refleksi Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II
a. b. c. d. e.
1. Tahap Perencanaan Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur Menyiapkan pedoman observasi Menyiapkan pedoman wawancara Menyiapkan lembar jurnal harian siswa Membuat soal tes siklus II untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus II.
3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
42
4. Tahap Refleksi Mengevalusi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Bagan 2 Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Survei Awal a) Pengamatan keadaan kelas Waktu pelaksanaan : 8, 11, 15 Maret 2010 Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas VII-B SMP Islam Cipete. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika siswa.
b) Wawancara Waktu pelaksanaan : 5 Maret 2010 Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. c) Analisis dan refleksi Waktu pelaksanaan : 18 Maret 2010 Analisis dan refleksi dari kegiatan prapenelitian (pendahuluan) ini dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada survei awal dan kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk
43
mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.
2. Siklus I a) Tahap perencanaan Waktu Pelaksanaan : 3, 4, 5, 9 Maret 2010 Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, pedoman wawancara untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, dan soal untuk tes pada akhir siklus I ini. b) Tahap pelaksanaan Waktu Pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, 26, dan 29 April 2010 Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana tindakan menyampaikan gambaran umum materi yang akan dipelajari kemudian guru mengarahkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap anggota dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan tugas-tugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Misal, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dan mencari unsur-unsur yang berhubungan dengan soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 bertugas mencatat jawaban akhir penyelesaian soal dan siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas
44
kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. c) Tahap observasi Waktu pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, dan 26 April 2010 Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d) Tahap analisis dan refleksi Waktu Pelaksanaan : 8 Mei 2010 Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.
3. Siklus II a. Tahap perencanaan Waktu Pelaksanaan : 10, 11, 12, 13 Mei 2010 Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I . b. Tahap pelaksanaan Waktu Pelaksanaan : 17, 20, 24, 27, dan 31 Mei 2010
45
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti bermaksud meningkatkan aktivitas yang kurang pada siklus I, kemudian guru memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dibahas. Siswa dibuat kembali menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Masing-masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Hanya saja aktivitas yang lebih ditekankan berbeda sesuai dengan aktivitas yang kurang pada siklus I. Selain itu juga peneliti memberikan reward berupa tambahan nilai kepada kelompok yang menyelesaikan tugas LKS tepat waktu dan reward untuk siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS dan dalam menanggapi laporan kelompok. c. Tahap observasi Waktu pelaksanaan : 17, 20, 24, 27 Mei 2010
46
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tahap analisis dan refleksi Waktu pelaksanaan : 1, 2, 3, dan 4 Juni 2010 Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, hasil observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus. Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; diperoleh dari lembar observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan. 2. Observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.
47
3. Jurnal harian siswa; digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. 4. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 5. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus. 6. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian
selama
proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi. 7. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus. Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
I. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.
48
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I No 1.
Kompetensi Indikator Dasar Mengidentifikasi Mendefinisikan sifat-sifat
pengertian
segitiga
segitiga
berdasarkan sisi
jenis-jenis
dan sudutnya
segitiga
Kemampuan C1 C2 C3
Bentuk Soal
√
Nomor soal 1
dan
Essay 2
√
Menyebutkan sifat-sifat segitiga
√
Essay
3
√
Essay
4, 5
√
Essay
6
Essay
7, 8
istimewa. Menentukan jumlah sudutsudut segitiga Menentukan ketidaksamaan pada sisi segitiga Menentukan hubungan besar sudut dan
√
panjang sisi suatu segitiga Jumlah Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi
8
49
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II No 1.
Kompetensi Dasar Mengidentifikasi
Menentukan
sifat-sifat
sudut
segitiga
segitiga
Indikator
luar
Kemampuan C1 C2 C3 √
Bentuk Nomor soal Soal Essay
1, 2
berdasarkan sisi dan sudutnya 2.
Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Menemukan rumus
umum
keliling segitiga
dan
√
Essay
3, 4
menghitung keliling segitiga Menemukan rumus luas
√
5
umum
Essay √
segitiga
6
dan menghitung luas segitiga. Menentukan luas segitiga dengan alas
√
Essay
7, 8
dan tinggi sekawan Jumlah Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi
8
50
2. Instrumen Non Tes Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.
Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Nomor Item
1
2
3
4
Membaca
1
Memperhatikan
2
Mengajukan pertanyaan
3
Menanggapi laporan
4
Writing activities
Mencatat materi
5
Mental activities
Memecahkan masalah
6
Minat/antusias dalam belajar
7
Senang
8
Visual activities
Aktivitas
Oral activities
Emotional activities
51
b. Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kerjasama siswa dalam kelompok selama pembelajaran dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. c. Lembar jurnal harian siswa Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. d. Lembar catatan lapangan Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi. e. Lembar wawancara Peneliti mewawancarai guru dan siswa.
Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalahmasalah yang dihadapi di kelas.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Study Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu : 1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal. 2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara dengan guru.
52
3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalankejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya. 4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus”. 4 Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. 5 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan matematika. Hasil validitas isi atau hasil uji coba menyimpulkan siklus I terdiri dari 8 butir soal (lampiran 12) dan siklus II yang terdiri dari 8 butir soal (lampiran 14).
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil jurnal harian siswa, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap proses aktivitas belajar siswa. Setiap kategori pengamatan diinterpretasikan dengan sangat baik (5), baik (4), sedang (3), kurang (2), buruk (1). Begitu pula dengan hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang kategori pengamatannya diinterpretasikan dengan baik sekali (4), baik (3), cukup (2), kurang (1). 4
Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, h. 170. 5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 67.
53
Menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam kelompok berkomentar positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimatkalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan dan persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang dianjurkan oleh sekolah.
54
Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.
55
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Survei Pendahuluan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 8, 11, 15, 18 dan 19 Maret 2010 di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete. Pada tanggal 4 Maret 2010 peneliti menemui kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke SMP Islam Al-Ikhlas. Diperoleh informasi bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur belum pernah diterapkan di SMP Islam Al-Ikhlas karena biasanya guru matematika menerapkan pembelajaran konvensional dan belum pernah menerapkan pembelajaran berkelompok seperti Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu kelas VII-B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas VII-B karena berdasarkan pengamatan bidang kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk diantara 5 kelas lainnya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dalam survei pendahuluan didapat bahwa kemampuan siswa kelas VII B sama seperti kelas VII yang lain, ada siswa yang pintar, ada siswa yang biasa-biasa saja, dan ada juga siswa yang kurang. Pada saat pelajaran dimulai, terlihat sebagian siswa belum siap untuk memulai pelajaran. Guru pun berusaha untuk mengambil perhatian siswa dengan menjelaskan tentang materi ”Bangun Datar Segi Empat”. Metode yang guru gunakan pada saat mengajar adalah ekspositori, tanya jawab, dan penugasan. Selama proses pembelajaran, perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi
56
hanya sekitar 20-30 menit saja selama dua jam pelajaran, itupun masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Siswa terlihat mengobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga guru harus berkali-kali menegur siswa untuk tidak melakukan hal yang tidak bermanfaat selama proses pembelajaran. Hanya beberapa
siswa
saja
yang
duduk
dibagian
depan
yang
benar-benar
memperhatikan. Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan. Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Begitu pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan siswa acuh terhadap pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan teman atau guru. Bahkan dari 28 siswa hanya 16 siswa yang mencatat materi yang sudah guru sampaikan dan catatan merekapun kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa pada tanggal 18 dan 19 Maret 2010, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan alasan karena matematika itu pelajaran yang sulit dan memusingkan. Siswa terlihat bosan pada saat mengikuti pelajaran matematika. Dari observasi survei pendahuluan didapat bahwa hasil persentase aktivitas belajar siswa, rata-ratanya hanya mencapai 49,34%. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada survei pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
57
Gambar 1 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.
2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Pada pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu mengenai jenis-jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut-sudut segitiga, ketidaksamaan pada sisi segitiga, dan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga. a) Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, alat dokumentasi, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Lembar soal tes siklus I dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan mengerjakan soal matematika. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas
58
siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan pembelajaran. Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, target yang ingin dicapai pada siklus 1 ini yaitu siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Aktivitas-aktivitas yang akan ditingkatkan diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam enam pertemuan yang terdiri dari 5x pertemuan untuk memberikan materi dan 1x pertemuan untuk tes siklus 1 dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung setiap hari Senin dan Kamis mulai tanggal 12 s.d 29 April 2010. Rencana Pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada lampiran 1. 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.50 sampai dengan 12.10 WIB, pokok bahasan yang dibahas adalah pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kegiatan ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi dengan mengingat kembali bangun datar segitiga. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir di kelas. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta
59
menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Peneliti memberi penjelasan bahwa setiap kelompok akan diberikan LKS yang di dalamnya terdapat perintah dan soal latihan, setelah siswa mengerjakan seluruh perintah dan soal latihan dalam LKS (1) kemudian siswa nomor 4 pada setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan siswa yang lain memberi tanggapan. Siswa nomor 3 dari kelompok tersebut mencatat tanggapan yang diungkapkan oleh kelompok lain. Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru matematika kelas membagi siswa menjadi 7 kelompok dari 28 siswa yaitu 14 perempuan dan 14 laki-laki. Pada awalnya peneliti bersama observer ingin menentukan setiap kelompoknya ada laki-laki dan ada perempuan tetapi banyak siswa yang menolak untuk disatukan antara laki-laki dan perempuan. Setelah dibuat kelompok ada 3 kelompok yang terdiri dari siswa perempuan, 3 kelompok terdiri dari siswa lakilaki, dan 1 kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama kelompok yang telah ditentukan. Keadaan kelas pada saat itu ribut dan gaduh karena ada beberapa siswa yang kurang setuju ditempatkan dengan teman yang bukan teman dekatnya. Berkat arahan guru matematika kelas siswa tersebut menjadi mengerti dan setuju untuk bergabung dengan kelompoknya. Siswa dari setiap kelompok mulai membagi tugas yang sesuai dengan langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat jawaban akhir penyelesaian soal, dan siswa nomor 4 melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas.
60
Masing-masing kelompok terlihat ribut karena berebutan tugas dengan teman sekelompoknya. Peneliti mencoba menjelaskan bahwa setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan tugas secara bergiliran sesuai dengan yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam setiap pertemuan tugas akan dirolling. Setelah semua siswa mendengar penjelasan peneliti, keributan di kelas sedikit demi sedikit berkurang dan semua siswa dalam kelompok sepakat atas tugas yang didapatnya Peneliti dibantu observer membagikan LKS (1) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi ”pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga”. Sebelum mengerjakan LKS (1) semua siswa dari masing-masing kelompok ditugaskan untuk membaca LKS terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Peneliti meminta setiap siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas LKS (1) dengan tidak mengandalkan salah satu siswa atau siswa yang pintar saja. Siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS (1) sesuai dengan nomor tugas yang telah disepakati. Selama siswa mengerjakan LKS (1), peneliti bersama observer berkeliling memantau aktivitas siswa dari satu kelompok kekelompok lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti dan pada saat itu pula peneliti bersama observer melakukan observasi pembelajaran terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan lembar yang sudah dipegang. Masing-masing kelompok membaca LKS yang diberikan oleh peneliti. Pada awal pertemuan hanya sedikit kelompok saja yang benar-benar membaca LKS yang diberikan peneliti. Yang lain masih terlihat bercanda dan mengobrol dengan teman kelompoknya, sehingga kelas terdengar berisik. Begitu pula pada saat mengerjakan LKS sebagian besar siswa terlihat kurang memperhatikan apa yang diperintahkan peneliti dan masih terlihat belum kompak dalam bekerja sama. Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok sibuk mengerjakan perintah yang terdapat dalam LKS tersebut. Tapi masih banyak siswa yang terlihat mengandalkan siswa pintar dalam mengerjakan LKS padahal dalam kelompok Kepala Bernomor Terstruktur siswa dituntut untuk bekerja sama walaupun dengan tugas yang berbeda-beda.
61
Setelah semua siswa membaca LKS, masing-masing siswa langsung mengerjakan tugas sesuai dengan nomor tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Siswa nomor 1 membaca soal dan mencari data yang berhubungan dengan penyelesaian soal dan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal. Ada siswa S06 dari kelompok 7 yang bertugas menyelesaikan soal bertanya tentang sudut segitiga kepada peneliti: ”Bu, ∠ ABC sama tidak dengan ∠ CBA?”. Peneliti menjawab, ∠ ABC = ∠ CBA. Dari pertanyaan tersebut ternyata masih ada beberapa siswa yang belum mengerti tentang sudut pada segitiga sehingga peneliti harus menjelaskan kembali kepada siswa mengenai sudut segitiga. Dalam menyelesaikan soal, terihat siswa nomor 2 dari 4 kelompok yaitu kelompok 2, 4, 6, 7 masih terlihat mengandalkan teman yang pintar saja. Mereka terlihat kurang bekerja sama walaupun pembagian tugas sudah dilakukan. Peneliti berusaha menegaskan kembali kepada siswa bahwa dalam diskusi kelompok dibutuhkan kerja sama antar anggota kelompok. Setelah siswa nomor 2 dari beberapa kelompok menyelesaikan LKS (1) dalam waktu kurang lebih 40 menit dan siswa nomor 3 mencatat hasil diskusi dari kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergiliran. Terlihat siswa nomor 4 dari semua kelompok kurang bersemangat dan malu pada saat mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas. Pada pertemuan pertama ini hanya sedikit siswa yang memberikan tanggapan atas laporan kelompok lain. Berikut ini contoh siswa S28 dari kelompok 3 yang menanggapi hasil laporan kelompok 4 pada saat siswa nomor 4 mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas: ”Bu, kelompok
4 ada yang salah. Kenapa dalam segitiga sama sisi setiap
sudutnya 180 0 ?, bukannya setiap sudut segitiga sama sisi 60 0 . Dan penelitipun menjawab, ”iya benar sekali”. Setiap sudut pada segitiga sama sisi adalah 60 0 , kalau 180 0 adalah jumlah besar sudut pada setiap segitiga.” Tanggapan kelompok 3 cukup bagus dalam menanggapi hasil laporan kelompok 4. Lalu siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat tanggapan yang diberikan oleh siswa S28 dari kelompok 3.
62
Setelah diskusi selesai, peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini dan peneliti membagikan jurnal harian kepada setiap siswa untuk diisi.
2) Pertemuan kedua Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa yang tidak masuk hari tersebut. Tercatat seluruh siswa hadir. Peneliti memotivasi siswa dengan mengingat kembali materi sebelumnya tentang jenis-jenis segitiga. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4 siswa (seperti pada pertemuan pertama). Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai sifat-sifat segitiga istimewa. Terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama kelompok yang telah ditentukan. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya suasana kelas masih nampak terlihat ribut. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Siswa pada setiap kelompok mulai membagi tugas. Pada pertemuan kedua ini, siswa saling berpindah tugas atau mendapatkan tugas yang berbeda dengan sebelumnya misal siswa yang pertemuan pertama mendapat tugas nomor 1, kini dipertemuan kedua mendapat tugas nomor 2. Begitu juga seterusnya, sehingga ada perollingan tugas pada setiap pertemuan. Hal ini bertujuan agar semua siswa pada setiap kelompok dapat merasakan tugastugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Walaupun masih ada beberapa siswa yang masih nampak bingung dengan tugas yang mereka dapat. Seperti pertemuan lalu, LKS (2) pun dibagikan, masing-masing kelompok membacanya. Terlihat masih ada saja siswa dari beberapa kelompok yang
63
mengobrol dan tidak melakukan apa yang diperintahkan peneliti. Ada 3 kelompok yaitu kelompok 2, 3 dan 5 yang terlihat bekerja sama dalam melakukan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam pertemuan kedua ini, masih terlihat belum banyak siswa yang aktif bertanya kepada peneliti, hanya beberapa saja diantaranya siswa S14 yang menanyakan, ”Bu, besar sudut siku-siku 90 0 ya?”. Peneliti menjawab, ”iya benar”. Dipertemuan kedua ini siswa nomor 2 juga sepertinya tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS (2), namum masih ada siswa yang masih mengandalkan siswa yang pintar. Setelah semua siswa menyelesaikan LKS (2), setiap siswa nomor 4 dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil laporan 7 kelompok terlihat sebagian besar kelompok dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS (2). Tapi ada 2 kelompok yang hasil laporannya berbeda dengan kelompok lain yaitu kelompok 2 dan 4. Sehingga ada siswa yang menanggapi perbedaan hasil laporan tersebut. Berkut ini salah satu contoh bagian hasil laporan kelompok 2 yang di tanggapi oleh siswa S13 dari kelompok 5: Hasil laporan kelompok 2: ΔABC sama kaki, maka:
C
sisi AC = sisi CA ∠BAC = ∠ CAB B
A
Tanggapan dari siswa S13 terhadap hasil laporan kelompok 2: ” Hasil laporan kelompok 2 ada yang salah Bu, masa AC=CA dan ∠BAC = ∠ CAB?. Seharusnya AC=BC dan ∠BAC = ∠ ABC, karena pada
segitiga sama kaki mempunyai 2 sisi yang sama panjang dan 2 sudut yang sama besar.” Peneliti menjawab, ”tanggapan dari siswa S13 benar, coba kalian baca lagi sifatsifat segitiga sama kaki pada LKS (2)”. Siswa nomor 4 pada kelompok 2 terlihat malu, tetapi peneliti memberikan semangat dan motivasi kepada kelompok 2 agar bisa lebih cermat dan teliti lagi dalam membaca dan menjawab soal.
64
Setelah semua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya, peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta diakhir pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.
3) Pertemuan ketiga Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
mengulang
sedikit
materi
sebelumnya, pada pertemuan ketiga ini terdapat 2 orang siswa diantaranya tidak hadir karena sakit yaitu siswa S16 dari kelompok 2 dan siswa S01 dari kelompok 6. Sehingga ada dua kelompok yang merangkap tugas menjadi dua. Prosedur model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pun dijelaskan. Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran sebelum berkumpul dengan kelompoknya, peneliti menyampaikan gambaran umum atau sedikit materi mengenai jumlah sudut-sudut segitiga. Setelah peneliti selesai menyampaikan materi, seperti biasa siswa berkumpul kembali dengan teman kelompoknya. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang lalu. Siswa terlihat sibuk membagi tugas Kepala Bernomor Terstruktur kepada teman-teman dalam kelompoknya dan perollingan tugaspun dilakukan. Peneliti membagikan LKS (3) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi jumlah sudut-sudut segitiga dan aktivitas membaca mulai dilakukan. Keadaan pada kelompok 2 dan 6 sedikit ribut karena siswa berebut untuk tidak merangkap tugasnya menjadi 2. Peneliti bersama observer bergegas menuju kelompok 2 dan 4. Peneliti memberi penjelasan kepada kelompok 2 dan observer memberi penjelasan kepada kelompok 4. Peneliti berusaha memberi penjelasan kepada kelompok 2 agar untuk tugas siswa nomor 1 dilakukan secara bersamasama saja, untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 silakan atur menurut kesepakatan kelompoknya. Akhirnya kelompok 2 pun mengerti dan mereka mulai membagi tugasnya seperti biasa. Secara bersamaan observer juga memberi penjelasan yang sama kepada kelompok 4 dan kelompok 4 pun mengerti. Selama mengerjakan LKS (3), peneliti bersama observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan LKS (3) dan peneliti senang
65
karena antusias siswa mulai kelihatan meningkat dan siswa mulai aktif bertanya kepada peneliti apa-apa yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik an masih ada siswa yang masih malu-malu untuk bertanya. Observer berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas dalam LKS (3) dan siswa terlihat lebih tenang. Pada saat kelompok siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada kelompok tersebut agar mereka menjadi paham. Kelompok siswa sudah ada yang mulai terbiasa dengan tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur, sehingga sebagian siswa sudah mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Sebagian siswa pada masing-masing kelompok sudah mulai terlihat kompak dalam bekerja sama seperti nampak walaupun siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tetapi siswa nomor 4 dapat membantu siswa nomor 1 dan 2 dalam mencari penyelesain soal pada LKS (3) seperti yang dilakukan pada kelompok 1, 3, 5, dan 7. Tetapi masih ada juga beberapa siswa dalam kelompok 4 dan 6 yang masih mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, dan observer mengambil tindakan yang lebih tegas dengan cara siswa yang berisik akan berdiri di depan kelas. Teguran tersebut membuat siswa diam dan melanjutkan aktivitas bersama kelompoknya. Setelah waktu habis untuk menyelesaikan LKS (3). Seperti biasa secara bergiliran siswa nomor 4 maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan siswa nomor 3 bersiap untuk mencatat tanggapan dari kelompok lain. Pada pertemuan ketiga ini, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung dengan soal latihan 3 nomor 2. Dan ini terlihat pada saat siswa nomor 4 dari kelompok 4 melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Ternyata kelompok 4 tidak mengerjakan soal latihan nomor 2. Sehingga ketika ada siswa nomor 4 dari kelompok 5 mempresentasikan hasil laporannya peneliti menyuruh siswa tersebut untuk menulis jawaban soal nomor 2 di white board agar siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat jawaban yang ditulis oleh kelompok 5. Berikut ini hasil jawaban soal nomor 2 yang ditulis oleh siswa nomor 4 dari kelompok 5: Jawaban nomor 2:
∠K + ∠L + ∠M = 180 0
66
2 x 0 + 90 0 + x 0 = 180 0 3 x + 90
= 180
3x
= 180 − 90 3x
= 90
x
=
x
= 30 0
90 3
Dibawah ini juga terdapat salah satu contoh hasil laporan kelompok 6 yang ditanggapi oleh siswa S18 dari kelompok 1: Hasil laporan kelompok 6 menyimpulkan bahwa, ”jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 60 0 ”.
Pernyataan tersebut ditanggapi oleh siswa S18 bahwa, ”kelompok 6 salah bu, karena jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180 0 ”.
Tanggapan peneliti terhadap tanggapan siswa S18 setuju. Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini. Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam menjawab maupun pada saat diskusi di depan kelas. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
4) Pertemuan keempat
Pertemuan keempat berlangsung pada pukul 07.10-08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada pertemuan keempat ini semua siswa hadir. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk ditempatnya masing-masing. Seperti biasa guru menjelaskan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan langkah-langkahnya. Siswa sudah begitu mengerti tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur sehingga guru tidak perlu banyak menjelaskan kepada siswa. Sebelum berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti menjelaskan materi mengenai ketidaksamaan pada sisi segitiga. Sebagian siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan tentang materi yang guru sampaikan.
67
Kemudian siswa mulai bergabung dengan kelompoknya. Masing-masing kelompok membagi tugas seperti yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Pergantian tugaspun dilakukan agar terjadi pemerataan tugas. Peneliti memberikan LKS (4) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi ”ketidaksamaan pada sisi segitiga”. Setiap kelompok harus membaca dengan cermat LKS tersebut. Proses Kepala Bernomor Terstruktur mulai dilakukan, siswa terlihat aktif dalam melakukan tugasnya dan kekompakanpun sudah mulai terlihat. Disela-sela diskusi timbul pertanyaan dari siswa S02 yang kurang paham dengan perintah ang terdapat pada LKS (4), berikut pertanyaannya: ”Bu, maksud dari tabel ini apa?” Bangun Segitiga
AB BC AC AB + AC AB + BC BC + AC
C
8
A
10
6
...
...
...
B
(i)
Peneliti menjawab: ”maksudnya kalian ditugaskan melengkapi tabel yang berisi titik-titik, misalnya untuk: AB+AC = 8+6 = 14 AB+BC = 8+10 = 18 Begitu seterusnya..”.
Ternyata tidak hanya siswa S02 saja yang belum mengerti tentang tabel yang terdapat pada LKS (4), siswa lainpun juga sama. Tetapi setelah guru menjelaskan, siswa menjadi mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi. Siswa nomor 3 sibuk mencatat apa yang diucapkan oleh siswa nomor 1 dan 2. Terlihat siswa tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal latihan 4, karena dalam LKS (4), terdapat contoh soal sehingga siswa tidak terlihat bingung dalam mmengerjakan. Setelah waktu selesai, seperti biasa siswa nomor 4 pada setiap kelompok mulai bersiap-siap untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
68
Terlihat siswa mulai antusias untuk memberikan tanggapan apabila ada jawaban hasil laporan kelompok lain yan berbeda dengan hasil laporan kelompoknya. Berikut contoh hasil laporan kelompok 7: ”Dari tabel tersebut diperoleh hubungan: 1. AB + AC selalu lebih besar dari BC, atau AB + AC › BC 2. AB + BC selalu lebih besar dari AC, atau AB + BC › AC 3. BC + AC selalu lebih besar dari AB, atau BC + AC › AB”.
Siswa S03 dari kelompok 1 bertanya kepada guru mengenai hasil laporan kelompoknya sebagai berikut: “Ibu, kalau laporan kelompok saya seperti ini: Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:
1. AB + AC selalu melebihi dari BC, atau AB + AC › BC 2. AB + BC selalu melebihi dari AC, atau AB + BC › AC 3. BC + AC selalu melebihi dari AB, atau BC + AC › AB.” benar tidak?
Peneliti menjawab: “iya benar, hasil laporan kelompok 4 sama benarnya dengan hasil laporan kelompok 7.” Dilihat dari hasil laporan setiap kelompok sudah cukup bagus. Seluruh kelompok sudah melaporkan hasil kerjanya di depan kelas. Seperti biasa peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi hari ini. Diakhir pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.
5) Pertemuan kelima
Pada pertemuan kelima ini terdapat 1 orang siswa yang tidak hadir tanpa keterangan yaitu siswa S01 dari kelompok 6. Peneliti mengulang pembelajaran pada pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk ditempatnya masing-masing dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Sebelum pelajaran dimulai, seperti biasa peneliti menginformasikan pembelajaran yang
69
akan digunakan yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan menyampaikan prosedurnya. Peneliti memberikan sedikit materi mengenai hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga kepada siswa. Kemudian siswa mulai berkumpul
dengan teman kelompoknya masing-masing. Pembagian tugaspun dilakukan, sama dengan pertemuan sebelumnya terjadi pertukaran tugas atau rolling. Masingmasing kelompok terlihat sudah siap untuk mengerjakan LKS (5). Peneliti bersama observer membagikan LKS (5) kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok sudah mulai sibuk membaca dan melakukan tugasnya masing-masing. Siswa nomor 1 sibuk membaca soal dan mencari unsur-unsur yang dapat membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal, begitu pula dengan siswa nomor 3 yang sibuk mencatat hal-hal yang akan dilaporkan oleh siswa nomor 4 ke depan kelas. Kejadian yang pada pertemuan ketiga terulang lagi, pada kelompok 6 ada siswa yang tidak masuk sehingga seperti pertemuan lalu tugas siswa nomor 1 dilakukan bersama-sama. Sedangkan untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 dapat didiskusikan oleh teman kelompoknya. Pada pertemuan ke lima ini terlihat siswa dari masing-masing kelompok sudah mengerti tentang tugas-tugasnya pada Kepala Bernomor Terstruktur. Ditengah-tengah diskusi berlangsung, siswa S16 dari kelompok 2 bertanya kepada peneliti: ”Ibu, ∠A itu sama tidak dengan sudut ∠ BAC atau ∠ CAB?”
Peneliti melempar pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan siswa S28 menjawab: ”Sama aja” dan peneliti pun mengiyakan atau membenarkan jawaban siswa S28. Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok terlihat sibuk mencari penyelesaian soal. Nampak siswa dari beberapa kelompok tidak mengandalkan siswa yang pintar saja dan kerja sama pun mulai terlihat. Dalam mengerjakan soal, masih ada saja kelompok yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Ini terlihat setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS. Salah satu kelompok yang kurang teliti pada saat mengerjakan soal latihan
70
LKS (5) yaitu siswa nomor 4 dari kelompok 2 mempresentasikan hasil laporan mereka di depan kelas. Berikut sebagian contoh jawaban latihan 5 dari kelompok 4 yang ditanggapi langsung oleh siswa S18: Laporan jawaban latihan kelompok 4:
1. a. Sisi terpanjang = QP b. Sisi terpendek = RP 2. a. Sudut terbesar = ∠A b. Sudut terkecil = ∠C
Tanggapan siswa S18 terhadap laporan jawaban kelompok 4: “Bukannya sisi terpanjang untuk soal nomor 1 adalah QR, karena sisi QR berada di hadapan sudut terbesar yaitu sudut ∠P = 750 . Sedangkan untuk jawaban soal nomor 2 itu terbalik, sudut terbesar = ∠C dan sudut terkecil = ∠A .”
Di bawah ini terdapat juga contoh hasil laporan kelompok 6: ”Hasil laporan kelompok 6: A 55
0
4 cm
3 cm B
75
0
50
3,5 cm
0
C
∠A = 55 0
BC = 3,5 cm
∠B = 75 0
AC = 4
cm
∠C = 50 0
AB = 3
cm
1. Tentukan sudut mana yang terbesar, terkecil, dan sedang! Jawab: terbesar = ∠B , terkecil = ∠C , sedang = ∠A 2. Tentukan juga sisi mana yang terpanjang, terpendek, dan sedang! Jawab: terpanjang = ∠AC , terpendek = ∠AB , sedang = ∠BC .
71
3. Berdasarkan hasil jawaban di atas, diperoleh kesimpulan tentang hubungan saling hadap dalam suatu segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di hadapannya, yaitu:
(i)
sudut terbesar menghadap sisi AC.
(ii)
sudut terkecil menghadap sisi AB.
(iii)
sudut yang sedang menghadap sisi BC.”
Dari hasil laporan kelompok 6, ada beberapa tanggapan diantaranya: •
Tanggapan dari siswa S05: ”Untuk soal nomor 2 itu salah, seharusnya sisi terpanjang = sisi AC, sisi terpendek = sisi AB dan sisi sedang = sisi BC.
•
Tanggapan dari siswa S15: ”Ibu, bukannya kesimpulan tentang hubungan saling hadap dalam suatu segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di hadapannya, yaitu:
(i)
sudut terbesar menghadap sisi terpanjang.
(ii)
sudut terkecil menghadap sisi terpendek.
(iii)
sudut yang sedang menghadap sisi sedang.”
Peneliti menjawab: ”Tanggapan dari siswa S05 dan siswa S15 sangat bagus sekali dan benar.”
Dari tanggapan di atas terlihat siswa nomor 3 dari kelompok 6 mencatat tanggapan yang diberikan siswa S05 dan S15. Begitu juga dengan siswa lainnya mencatat tanggapan yang diberikan kelompok lain. Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa bahwa hari Kamis, 29 April 2010 akan diadakan tes siklus I. Siswa harus lebh giat belajar agar tes siklus I nanti mendapat nilai yang baik. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
6) Pertemuan keenam
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan
72
dilaksanakan tes akhir siklus I. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian siswa.
c) Tahap Observasi dan analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus I
No
1
Jenis Aktivitas
Indikator yang diamati
Pert.1
Pert.2
Pert.3
Pert.4
Pert.5
Rata-rata
Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
60%
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
3 (60%)
60%
40%
60%
60%
70%
70%
60%
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
56%
Visual Activities
Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi Rata-rata aktivitas visual Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi
73
Oral Activities
2
Menanggapi laporan hasil kerja kelompok
Rata-rata aktivitas oral Writing Activities
3
Mencatat materi yang guru sampaikan
Rata-rata aktivitas menulis
Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS Rata-rata aktivitas mental Minat/antusias siswa Emotional selama beajar Activities Senang selama belajar Rata-rata aktivitas emosional Mental Activities
4
5
2 (40%)
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
52%
40%
50%
60%
60%
60%
54%
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
64%
60%
60%
60%
60%
80%
64%
2 (40%)
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
3 (60%)
52%
40%
40%
60%
60%
60%
52%
2 (40%)
2 (40%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
60%
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
64%
40%
50%
60%
80%
80%
62%
Rata-rata Aktivitas Total
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 1.
Visual activities Visual activities terdiri atas akitivitas membaca LKS pada saat kegiatan
diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi. Rata-rata persentase aktivitas visual mencapai 60%. Siswa yang membaca LKS pada saat diskusi sebanyak 60%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi sudah cukup banyak. Namun, masih ada siswa yang bercanda dan mengobrol dengan teman kelompoknya maupun kelompok lain. Begitu pula dengan siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi sebanyak 60%. Persentase ini sudah terbilang cukup baik karena sudah banyak siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi, walaupun masih saja ada siswa yang suka mencari kesibukan sendiri seperti menggambar dan bercanda dengan teman sebangkunya. Hal ini dapat dikatakan
58,4%
74
belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II mengenai aktivitas membaca LKS pada saat kegiatan diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi. 2. Oral activities Oral activities terdiri atas mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi
dan menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain. Rata-rata persentase aktivitas oral sebanyak 54%. Siswa yang mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi hanya sebanyak 56%. Persentase ini terbilang kurang, karena masih banyak siswa belum berani bertanya kepada guru atau teman pada saat diskusi berlangsung, walaupun terkadang masih ada beberapa siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan temannya. Rata-rata persentase siswa pada aktivitas menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 52%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya berani memberikan tanggapan terhadap hasil laporan kelompok lain. Berdasarkan penilaiaan observer siswa masih banyak yang takut dan ragu pada saat mengemukakan pendapatnya jadi masih banyak siswa yang hanya diam saja. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II dengan membuat suasana belajar yang lebih santai dan menyenangkan, dan peneliti juga memberikan motivasi yang lebih baik lagi agar siswa lebih semangat dalam belajar. 3. Writing activities Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru
sampaikan. Rata-rata siswa yang mencatat sebanyak 64%. Dalam membuat catatan siswa dinyatakan cukup baik karena siswa tidak hanya menulis apa yang telah guru jelaskan dan tulis dipapan tulis tetapi siswa melihat dari LKS yang telah guru bagikan. Hanya beberapa dari mereka yang menambahkan catatannya dari LKS padahal selain dari LKS siswa juga dapat menambahkan catatannya dari buku cetak matematika sekolah. 4. Mental activities Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah yang diberikan guru di dalam LKS, persentase aktivitas siswa memecahkan masalah masih kurang, karena hanya mencapai 52% saja, hal ini disebabkan soal yang ada di
75
dalam LKS terbilang susah menurut siswa karena siswa terlihat bingung pada saat mengerjakan LKS. 5. Emotional activities Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 62% diantaranya minat siswa dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mencapai 60%, menurut observer siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat mengerjakan tuga-tugas yang ada di LKS karena menurut siswa pembelajaran yang diterapkan sangat menarik, siswa dilatih untuk memahami materi sendiri dan bekerjasama dengan kelompoknya. Siswa cukup senang dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dengan persentase yang diperoleh 64%. Walaupun masih banyak siswa yang terlihat mengantuk dan bosan dengan diterapkannya Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur karena bingung mengerjakannya. Tetapi karena setiap kelompok terdapat siswa yang pandai jadi siswa yang kurang pandai jadi bersemangat karena dibantu siswa yang lebih pandai. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus I rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 58,4%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ini meningkat dibandingkan pada saat pra penelitian yang hanya mencapai 49,34% tetapi rata-rata aktivitas siswa pada siklus I masih banyak yang kurang yaitu keaktifan bertanya, menanggapi laporan hasil laporan kelompok, dan memecahkan masalah. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena aktivitas belajar siswa belum mencapai 70%. Untuk
melihat
kerjasama
siswa
dalam
kelompok,
peneliti
juga
menggunakan lembar observasi kerjasama kelompok. Lembar observasi ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kerjasama siswa dalam kelompok Kepala Bernomor Terstruktur pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, kelompok 5 memiliki persentase rata-rata tertinggi dalam kerjasama siswa dalam kelompoknya sebesar 66,67%. Sedangkan persentase rata-rata kerjasama siswa dalam kelompoknya yang terendah ada pada kelompok 4, sebanyak 52,22%. Hasil ini didapat dari lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang telah
76
diisi oleh observer pada saat penelitian berlangsung, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus I
Kerjasama Siswa pada Pertemuan KeKelompok
1
2
3 4
5
6
7
1
2
3
4
5
21
23
23
24
25
(58,3%)
(63,9%)
(63,9%)
(66,7%)
(69.4%)
17
20
20
22
22
(47,2%)
(55,6%)
(55,6%)
(61,1%)
(61,1%)
21
23
24
25
25
(58,3%)
(63,9%)
(66,7%)
(69,4%)
(69,4%)
15
16
18
22
23
(41,7%)
(44,4%)
(50%)
(61,1%)
(63,9%)
21
23
25
25
26
(58,3%)
(63,9%)
(69,4%)
(69,4%)
(72,2%)
16
19
20
22
21
(44,4%)
(52,8%)
(55,6%)
(61,1%)
(58,3%)
17
19
20
23
24
(47,2%)
(52,8%)
(55,6%)
(63,9%)
(66,7%)
Rata-rata Total
Rata-rata
64,44%
56,12%
65,54%
52,22%
66,64%
54,44%
57,24% 59,52%
Keterangan: 1. Skor aktivitas kelompok siswa: a. Skor maksimum = 36
2.
b. Skor minimum
=9
c. Skor rata-rata
= 22,5 atau 62,5%
Skor rata-rata 22,5 atau 62,5% dijadikan sebagai patokan ketercapaian.
77
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat aktivitas rata-rata kerjasama siswa dalam kelompok sebanyak 59,52%. Hal ini berarti bahwa aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok pada siklus I ini terbilang kurang. Dapat dilihat pada tabel 2, hanya 3 kelompok saja yang mencapai persentase rata-rata diatas 62,5% yaitu kelompok 1, 3 dan 5. Ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan lagi seperti pada saat presentasi di depan kelas, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat teman dan mencatat tanggapan dari kelompok lain. Sedangkan terdapat 4 kelompok yang persentase rata-ratanya dibawah 62,5% yaitu kelompok 2, 4, 6, dan 7 sehingga hampir seluruh aspek ditingkatkan lagi. Berdasarkan hasil observasi dari seluruh kelompok pada saat pembelajaran siklus I didapatkan bahwa rata-rata aktivitas kelompok siswa masih kurang dalam bekerjasama dengan anggota kelompoknya masing-masing, menyampaikan pendapat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru atau teman, keaktifan bertanya kepada guru atau teman, menyampaikan pendapat, menjawab atau menanggapi pendapat teman lain, dan mencatat tanggapan dari kelompok lain. Hal inilah yang perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran harus dilanjutkan karena baru tiga kelompok yang dapat dikatakan baik aktivitasnya. Sedangkan kelompok lain masih perlu ditingkatkan agar aktivitas kelompok pada siklus II lebih baik lagi. Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstrukur pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang memberi respon positif 62,22%, siswa yang memberi respon negatif 24,72%, siswa yang bersikap netral 10,92%, dan siswa yang tidak berkomentar sebanyak 5,35%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
78
Tabel 7 Respon Siswa terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I
No
Kategori
Respon Siswa -
Seru, enak, dan asik
-
Cara mengajarnya enak dan lebih mudah dipahami
1.
-
Merasa lebih pintar
-
Merasa lebih senang, karena mendapat pembelajaran baru
Positif
-
Latihan
bersama
kelompok
lebih
dibanyakin lagi -
Jadi nggak ngantuk
-
Belajar jadi lebih semangat
-
Sangat inovatif dan fleksibel
-
Belajar menjadi lebih santai dan tidak tegang
2
Netral
-
Ilmunya menjadi bertambah
-
Semakin tertarik dengan matematika
-
Biasa-biasa saja
-
Sedikit membingungkan
-
Malu
untuk
tampil
ke
depan
mempresentasikan hasil kerja kelompok 3
Negatif
-
Kelas menjadi ribut
-
Capek dan agak malas karena ruangan pembelajaran panas dan terlalu berisik
4
Kelompoknya diganti
Tidak Berkomentar
Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama siklus I dapat dilihat pada Tabel 8 berikut
79
Tabel 8 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus I
No
Kategori
1
Persentase pada Pertemuan Ke-
Rata-rata (%)
1 (%)
2 (%)
3 (%)
4 (%)
5 (%)
Positif
42,9
53,6
65,4
71,4
77,8
62,22
2
Netral
14,3
10,7
11,5
10,7
7,4
10,92
3
Negatif
35,7
32,1
23,1
17,9
14,8
24,72
7,1
3,6
0
0
0
5,35
4
Tidak Berkomentar
Dilihat dari tabel di atas, bahwa rata-rata persentase respon positif siswa sebesar 62,22% pada pembelajaran siklus I lebih besar dibandingkan dengan ratarata persentase respon yang negatif, netral maupun yang tidak berkomentar. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Pendapatpendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif, netral maupun yang tidak berkomentar akan dijadikan bahan refleksi untuk tindakan pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan lembar observasi aktivitas yang diperoleh pada pembelajaran siklus I aktivitas siwa memperoleh hasil yang cukup baik, hanya saja kendalanya adalah kurang mengoptimalkan waktu pada saat diskusi dan mengerjakan LKS, siswa masih terlihat bingung dengan tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur, dan belum terbiasanya siswa mengerjakan secara berkelompok serta masih banyak juga siswa yang hanya mengandalkan teman yang pintar saja sehingga menyebabkan kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok. Selama proses diskusi, peneliti mengamati aktivitas belajar di dalam kelompok siswa sebagaimana pada gambar berikut:
80
Gambar 2 Guru sedang Memberi Pengarahan Kepada Kelompok
Gambar 2 menunjukkan guru sedang mengarahkan kelompok siswa yang sedang mengalami kesulitan dalam memahami isi LKS. Hal ini bertujuan agar siswa lebih terarah dan lebih mengerti apa yang harus mereka kerjakan di dalam LKS.
Gambar 3 Siswa Nomor 2 (dari kanan ke dua) sedang Menjelaskan Penyelesaian Soal kepada Teman Kelompoknya
Gambar 3 menunjukkan pada saat siswa kelompok berdiskusi terlihat serius dan tampak pada gambar di atas bahwa siswa nomor 2 dari sebelah kanan ke dua sedang berusaha menjelaskan penyelesaian soal dalam LKS kepada teman kelompoknya. Dan teman yang lainpun nampak serius memperhatikan penjelasan siswa nomor 2.
81
Gambar 4 Siswa Nomor 3 (dari kiri ke dua) sedang Mencatat Jawaban LKS yang Diarahkan oleh Siswa Nomor 2 (dari kanan ke dua)
Gambar 4 menunjukkan siswa nomor 3 dari kelompok 4 sedang mencatat jawaban LKS yang diarahkan oleh siswa nomor 2 yang bertugas menyelesaikan soal. Saat itu peneliti sedang memantau aktivitas siswa pada setiap kelompok. Pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa dalam menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur siswa masih terlihat kaku dan bingung dalam pembagian tugas maupun dalam melaksanakan tugas, karena belum pernah diajarkan belajar secara berkelompok apalagi berusaha membagi tugas-tugas kepada anggota kelompoknya dan mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Pada gambar di bawah ini terlihat siswa nomor 4 dari kelompok yang nampak malu dan berusaha mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Gambar 5 Aktivitas Siswa Nomor 4 pada saat Presentasi di Depan Kelas
Diakhir pelaksanaan siklus I, peneliti melakukan tes dengan hasil sebagai berikut:
82
Tabel 9 Nilai Tes Akhir Siklus I
Interval
F
f relatif
f relatif kumulatif
53-60
3
10,7%
100%
61-68
5
17,9%
89,3%
69-76
7
25%
71,4%
77-84
3
10,7%
46,7%
85-92
6
21,4%
35,7%
93-100
4
14,3%
14,3%
Keterangan: Nilai tertinggi
= 100
Jumlah siswa = 28
Nilai terendah
= 53
Rata-rata
= 76,82
Berdasarkan tabel 9 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 76,82. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini cukup baik, namun masih ada 8 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70.
d) Tahap refleksi Berdasarkan hasil jurnal harian, lembar observasi aktivitas siswa dan wawancara dengan guru, peneliti melakukan refleksi dan rencana perbaikan dengan hasil sebagai berikut: Tabel 10 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I Refleksi 1. Pengaturan waktu kurang optimal pada saat diskusi dan mengerjakan LKS
2. Soal dalam LKS dan tes siklus I sulit dipahami
Rencana Perbaikan 1. Peneliti harus lebih tegas dalam mengatur waktu diskusi dan mengerjakan LKS. Hal ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sesuai dengan waktu yang telah di tentukan 2. Peneliti harus memperbaiki soal-soal dalam LKS dan tes siklus agar mudah
83
3. Pengelolaan kelas kurang maksimal sehingga kelas menjasi rebut dan berisik
3.
4. Siswa masih bingung dan berebut dalam pembagian tugas Kepala Bernomor Terstruktur 5. Siswa masih malu dalam melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas
4.
6. Kurangnya kerjasama siswa pada saat mengerjakan LKS
6.
7. Siswa kurang aktif dalam bertanya dan menanggapi laporan kelompok lain
7.
8. Beberapa siswa masih kurang lengkap dalam mencatat materi yang sudah dipelajari 9. Kelompok siswa tidak tepat waktu dalam menyelesaikan LKS
8.
5.
9.
dipahami siswa. Soal-soal yang dibuat harus jelas dan bervariasi, terdiri dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit Peneliti harus lebih tegas lagi dalam mengelola kelas dan membimbing siswa selama proses pembelajaran. Suasana kelas harus dibuat lebih santai lagi agar siswa tidak tegang dan bosan dalam pembelajaran matemati Peneliti harus memberi penjelasan penuh dalam membimbing siswa melakukan pembagian tugas Kepala Peneliti memberi motivasi agar kelompok yang mendapat giliran presentasi berani dan lebih semangat lagi Peneliti harus lebih menjelaskan lagi tentang tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini bertujuan agar siswa mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang didapatnya tanpa harus bergantung pada siswa yang pintar saja Dalam bertanya dan menanggapi laporan kelompok, siswa pada setiap kelompok mendapat porsi yang sama dalam berbicara sehingga siswa berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu guru juga memberikan reward bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok Peneliti harus memotivasi siswa dalam membuat catatan dari berbagai sumber. Peneliti harus memotivasi kelompok siswa agar menyelesaikan LKS tepat waktu yaitu dengan memberikan reward berupa nilai tambah bagi kelompok siswa yang menyelesaikan LKS tepat waktu
84
3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II
a) Tahapan Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses pembelajaran harus lebih diarahkan dalam setiap kegiatan yang ada pada Kepala Bernomor Terstruktur. Peneliti harus mampu mengoptimalkan waktu yang digunakan agar seluruh tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat selesai sesuai dengan waktu yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti akan memberikan reward berupa tambahan nilai kepada kelompok siswa yang menyelesaikan tugas LKS tepat pada waktunya. Peneliti membuat soal-soal yang bervariasi dalam LKS dan tes siklus II. Peneliti harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang dan tidak membosankan. Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah sudut luar segitiga, menemukan rumus keliling segitiga dan menghitung keliling segitiga, menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga, serta luas segitiga dengan alas dan tinggi sekawan. Target pada siklus II ini siswa semakin baik dalam menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas siswa semakin meningkat melalui lembar observasi dibandingkan dengan siklus I dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70%. Tes hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target pencapaian peneliti dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan 80% siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 70.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan selama lima pertemuan dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya yang berlangsung setiap hari Senin dan Kamis mulai tangal 17 s.d 31 Mei 2010. RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 1.
85
1) Pertemuan ketujuh
Pada pertemuan ketujuh ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew soal tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar menjadi paham. Peneliti mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa lebih disiplin. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan pengarahan mengenai prosedur pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur agar proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin aktif . Selanjutnya, peneliti menjelaskan materi tentang sudut luar segitiga. Dalam menjelaskan materi sudut luar segitiga, siswa nampak tenang dan memperhatikan penjelasan peneliti. Siswa sudah mulai terbiasa dengan prosedur yang terdapat dalam Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, dimana siswa mulai membagikan tugas-tugas yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur kepada anggota kelompoknya. Peneliti menginformasikan bahwa pembagian tugas di siklus II ini berjalan dari awal lagi, tidak kontinu dari pertemuan pada siklus I dan siswapun mengerti. Peneliti bersama observer membagikan LKS (6) yang berisi materi “ sudut luar segitiga” kepada setiap kelompok. Tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membaca LKS (6), selanjutnya siswapun mulai mengerjakan LKS (6) sesuai dengan tugasnya masing-masing. Aktivitas siswa mulai terlihat membaik ketika mengerjakan LKS (6). Keadaan kelas pada saat itu lebih tenang dibanding pertemuan pada siklus 1. Siswa sudah mulai bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Sebagian besar siswa nomor 1 dari setiap kelompok terlihat aktif membaca soal dan mencari unsur-unsur yang akan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal. Siswa nomor 4 pun membantu siswa nomor 3 dalam mencatat hasil diskusi kelompoknya dengan mendikte dari jawaban siswa nomor 2. Walaupun sebenarnya siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, namun kerjasama dalam kelompok juga diperlukan. Hal ini terlihat pada kelompok 1, 3, 5, dan 7.
86
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan LKS 6, pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dipertemuan 6 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, walaupun masih ada saja dalam kelompok siswa yang hanya diam saja. Peneliti menegur siswa tersebut dengan memberi pengertian kalau siswa yang tidak ikut mengerjakan akan dikeluarkan dari kelas dan tidak mendapatkan nilai. Pada saat berkeliling, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung dengan sudut luar segitiga. Penelitipun mulai menjelaskan kembali sudut luar segitiga secara singkat karena takut waktu yang diperlukan siswa untuk mengerjakan LKS berkurang. Soal-soal dalam LKS (6) dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan walaupun masih ada satu kelompok yaitu kelompok 2 yang belum tuntas tetapi peneliti harus menutup sesi mengerjakan LKS sesuai perjanjian. Setelah selesai mengerjakan LKS (6), seperti biasa siswa nomor 4 dari masing-masing kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Berikut ini salah satu contoh bagian laporan kelompok 5 mengenai kesimpulan sudut luar segitiga yang ditanggapi oleh siswa S28 dari kelompok 3 sebagai berikut: “Kesimpulan dari sudut luar segitiga adalah besar sudut luar suatu segitiga = jumlah dua sudut yang tidak berpelurus dengan sudut luar. Jawaban Latihan 6:
1. ∠CBD = ∠BAC + ∠ACB 140 0
= 60 0 + ∠ACB
∠ACB = 140 0 − 60 0 ∠ACB = 80 0
Jadi, besar ∠ACB adalah 80 0 . 2. a. ∠RST
= ∠RQS + ∠QRS
b. ∠PQR
= 7x
5x 0
= (180 0 − 7 x 0 ) + 3x 0
= 7 × 20 0
5x 0
= 180 0 − 7 x 0 + 3x 0
= 140 0
5
= 180 – 4x
5x + 4x = 180
87
9x
= 180
x
= 20 0
Tanggapan siswa S28 terhadap hasil laporan kelompok 5: “Kesimpulan kelompok 5 kurang lengkap, saya ingin menambahkan saja bahwa besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar itu.
Berikut juga bagian dari hasil laporan kelompok 4 pada latihan 6: 1. ∠CBD = ∠BAC + ∠ACB 140 0
= 60 0 + ∠ACB
∠ACB = 140 0 − 60 0 = 80 0
2. ……………………………………………?? Laporan kelompok 4 tidak lengkap, hal ini terlihat dari soal latihan 6 yang hanya dikerjakan 1 soal dan itupun tidak lengkap pula. Peneliti menyuruh kelompok 4 untuk memperbaiki dan melengkapi jawaban nomor 2 latihan 6 seperti yang ditulis kelompok 5 pada saat presentasi. Karena jawaban latihan 6 kelompok 5 baik dan benar. Waktu sudah hampir habis, peneliti bersama observer memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, dan peneliti bersama siswa menyimpulkan materi hari ini secara bersama-sama. Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam menanggapi maupun pada saat diskusi. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
2) Pertemuan kedelapan
Pada pertemuan kedelapan terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit yaitu siswa S20 dari kelompok 1. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dibangkunya masing-masing dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Arahan prosedur Kepala Bernomor Terstruktur pun dilakukan. Kemudian peneliti memberikan sedikit materi kepada siswa mengenai keliling segitiga sebagai pengantar untuk memulai diskusi kali ini. Tidak ada kesulitan bagi peneliti dalam menjelaskan materi keliling segitiga karena sebagian siswa sudah
88
tahu dan mengerti tentang keliling suatu segitiga. Setelah itu, tanpa perintah siswa mulai bergabung dengan kelompoknya. Suasana kelas saat itu tidak terdengar ribut seperti pertemuan lalu. Perollingan tugas Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan. Dalam perollingan tugas, sepertinya tidak ada masalah, hanya saja pada kelompok 1 hanya memiliki tiga anggota karena satu dari mereka tidak hadir karena sakit. Tapi karena kejadian seperti ini pernah terjadi di siklus I sehingga tanpa bimbingan peneliti atau observer kelompok 2 bisa mengatasinya sendiri dengan baik. Ada siswa nomor 2 yang merangkap tugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Kesepakatan itu sangat bagus karena sudah ada kerjasama yang baik dalam kelompok 2. Peneliti bersama observer membagikan LKS (7) yang berisi materi “menemukan rumus dan menghitung keliling segitiga” kepada setiap kelompok. Siswa mulai membaca LKS yang sudah peneliti berikan. Lalu, siswa langsung bekerja sama menurut tugasnya masing-masing. Aktivitas siswa mulai terlihat membaik ketika mengerjakan LKS (7). Disela-sela diskusi, ada siswa dari kelompok 1 yang bertanya tentang latihan 7 nomor 3. Sepertinya tidak hanya kelompok 1 yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan nomor 3, kelompok lain pun sama halnya dengan kelompok 1. Akhirnya peneliti menjelaskan dipapan tulis latihan 7 nomor 3, walaupun tidak sampai selesai. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk melanjutkan dan tidak tergantung sepenuhnya kepada guru. Dan sebagian besar siswapun mengerti sehingga peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut dari awal. Setelah selesai mengerjakan LKS (7) dan siswa nomor 3 sudah mencatat hasil laporan kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 dari setiap kelompok mempresentasikan hasil laoran kelompoknya di depan kelas. Sebagian besar laporan kelompok sudah cukup baik. Berikut salah satu petikan hasil laporan kelompok 2 yang ditulis di papan tulis: Keliling ΔABC = AB + AC + BC
C
b cm
A
K
a cm
= c + b +A =a
c cm
B
+ B +c
89
Rumus keliling segitiga (K) dengan panjang sisi sisi a cm, b cm, dan c cm adalah: K= a+b +c
Dari hasil laporan kelompok 2 di atas, siswa S19 dari kelompok 4 menanggapi hasil laporan tersebut, sebagai berikut: “Kok, rumus keliling segitiga ditulis pake huruf besar bukan huruf kecil?”.
Sepertinya kelompok 2 kurang mengerti tanggapan yang diberikan siswa S19, sehingga peneliti menyuruh siswa S19 untuk ke depan menulis apa yang salah dari laporan kelompok 2, berikut petikan tulisan siswa S19 di papan tulis: K
= c + b +a = a + b +c
“A pa yang ditanggapi siswa S19 benar dan bagus”, kata peneliti. Kelompok 2
pun menyadari kesalahannya. Ternyata kelompok 2 kurang teliti dalam menulis rumus keliling segitiga. Siswa nomor 3 dari kelompok 2 terlihat mulai mencatat apa yang ditanggapi oleh siswa S19. Peneliti memotivasi siswa dalam menyebutkan rumus keliling segitiga. Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam menanggapi maupun pada saat diskusi. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
3) Pertemuan kesembilan
Kegiatan absensi dilakukan, pada pertemuan kesembilan ini terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit, yaitu siswa S20 dari kelompok 1. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dibangkunya masing-masing, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Peneliti memberikan penjelasan menegenai rumus luas segitiga. Sebagian besar siswa nampak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan peneliti. Tanpa waktu lama, peneliti langsung memberi aba-aba kepada siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pembagian tugas pun dilakukan, seperti pada pertemuan sebelumnya perollingan tugaspun dilakukan dari kelanjutan pertemuan lalu. Terlihat kelompok 1 yang memiliki tiga anggota pada pertemuan kali ini kembali membagikan tugas kepada anggotanya
90
dengan salah satu dari mereka ada yang merangkap tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pertemuan lalu, siswa nomor 2 merangkap tugas melaporkan hasil kerja kelompoknya. Kali ini kelompok 1 sepakat untuk siswa nomor 1 merangkap tugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peneliti bersama observer membagikan LKS (8) yang berisi materi “menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga” kepada setiap kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam LKS tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk melakukan aktivitas membaca. Aktivitas siswa sudah membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya. Peneliti berkeliling memantau siswa dalam mengerjakan LKS (8), terlihat tidak ada kesulitan bagi siswa dalam menyelesaikan soal yag terdapat dalam LKS (8). Pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dipertemuan 9 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Siswa sudah tidak begitu ribut, masing-masing kelompok sudah terlihat aktif dan kompak sehingga peran penelitipun sudah mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan sendirinya. Dengan waktu yang sudah ditentukan, semua kelompok dapat mengerjakan LKS (8) dengan tuntas. Setelah selesai mengerjakan LKS 8, dengan cara acak peneliti memilih siswa
nomor
4
dari
masing-masing
kelompok
untuk
maju
kedepan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sebagian besar presentasi dari masing-masing kelompok sudah bagus, siswa tidak lagi terlihat malu-malu walaupun masih ada siswa dari kelompok 2 yang masih kurang semangat dalam melaporkan hasil kerja kelompoknya sehingga suara siswa nomor 4 dari kelompok 2 kurang jelas terdengar oleh siswa lain. Peneliti memberikan masukan kepada kelompok 2 agar dalam presentasi jangan malu-malu dan suaranya harus jelas sehingga terdengar oleh siswa lain. Di bawah ini contoh hasil laporan kelompok 6 yang disanggah oleh kelompok 7:
91
E
C
F
C
A
A
B
D
B
D
(ii)
(i) Gambar 8.1
Luas ΔABC =
1 × luas persegi panjang ADCE 2
Luas ΔABC =
1 × luas persegi panjang BDCF 2
Luas ΔABC = luas Δ ADC + luas Δ CDB =
1 1 × luas persegi panjang ADCE + × luas persegi panjang ABFE 2 2
=
1 × luas persegi panjang ABEF 2
=
1 × ADCE × BDCF 2
Luas ΔABC =
1 × BA × CD (karena BF = CD) 2
Pada ΔABC Gambar 8.1, AB disebut alas dan CD disebut tinggi, sehingga diperoleh rumus berikut : Luas segitiga =
1 × AB × CD 2
Pada ΔABC Gambar di samping tinggi
C
segitiga adalah CD, dan alasnya adalah AB. Luas ΔABC =
t cm A
D
B
1 × AB x CD 2
Jika AB = a cm dan CD = t cm, maka rumus luas (L) segitiga adalah:
a cm
L=
1 1 × BA × CD atau L = at 2 2
92
Tanggapan kelompok 7: “Laporan kelompok 6 ada yang salah Bu. Dibagian : Luas ΔABC =
1 1 × luas persegi panjang ADCE + × luas persegi panjang ABFE 2 2
Seharusnya bukan persegi panjang ABFE tapi persegi panjang DBCF Bu.”
“Apa yang dikatakan kelompok 7 benar”, kata peneliti. Kelompok 6 harus lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal LKS, begitu juga dengan kelompok lainnya. Siswa nomor 3 sibuk mencatat tanggapan yang diberikan oleh kelompok 7 dan memperbaiki jawaban yang di koreksi oleh kelompok 7. Laporan dari kelompok lain sudah bagus dan tidak ada yang salah. Pembelajaran telah selesai, kini waktunya peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini. Terdengar siswa menyebutkan rumus luas segitiga dengan benar. Dan terakhir peneliti membagikan jurnal harian kepada siswa.
4) Pertemuan kesepuluh Kelas sudah mulai rapih dan seluruh siswa hadir. Tanpa penjelasan panjang lebar, siswa sudah mengerti sekali tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur sehingga peneliti langsung membahas luas segitiga
dengan alas dan tinggi sekawan. Untuk materi kali ini peneliti siswa agak nanpak bingung antara mana yang alas dan tinggi sekawan pada segitiga, sehingga peneliti harus mengulang lagi penjelasan mengenai alas dan tinggi sekawan pada segitiga. Setelah itu, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pembagian tugas Kepala Bernomor Terstruktur pun dilakukan. Seperti biasa siswa harus merolling tugas tersebut seperti yang dilakukan pada pertemuan lalu. Peneliti bersama observer membagikan LKS (9) yang berisi materi “luas
segitiga dengan alas dan tinggi sekawan” kepada setiap kelompok. Siswa pun langsung membaca isi LKS yang sudah dibagikan. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam bahan diskusi tanpa perintah peneliti siswa langsung mengerjakan LKS (9) sesuai dengan tugasnya masing-masing. Aktivitas
93
siswa sudah sangat membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya. Peneliti bersama observer hanya memantau dari depan tidak lagi berkeliling seperti biasanya karena semua siswa sudah sangat mengerti akan tugasnya. Pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur di pertemuan 10 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Setelah selesai mengerjakan LKS (9), siswa nomor 4 dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Dari hasil presentasi kelompok siswa, terlihat pada LKS halaman pertama nomor 3, ada beberapa kelompok yang masih bingung dengan mencari alas dan tinggi sekawan. Di bawah ini sebagian petikan dari hasil laporan kelompok 7: 1. a. Tinggi AD sekawan dengan alas BC, maka: Luas ΔABC =
C
1 × BC × AD 2
D
b. Tinggi CA sekawan dengan alas AB, maka: Luas ΔABC =
1 × AB × BC 2
B
A
2. a. Tinggi CD sekawan dengan alas AB, C
1 maka: Luas ΔABC = × AB × CD 2
E F
b. Tinggi AE sekawan dengan alas BC, maka: Luas ΔABC =
1 × BC × AE 2
c. Tinggi BF sekawan dengan alas AC, maka: Luas ΔABC =
1 × AC × BF 2
A
R
3. a. Tinggi PR sekawan dengan alas PQ, maka: Luas ΔPQR =
T
1 × PQ × PR 2
b. Tinggi PT sekawan dengan alas QR, maka: Luas ΔPQR =
B
D
1 × QR × PT 2
S
Q
P U
94
c. Tinggi QU sekawan dengan alas RU, maka: Luas ΔPQR =
1 × RU × QU 2
Setelah semua siswa nomor 4 sudah presentasi di depan kelas. Peneliti mengkoreksi hasil presentasi kelompok siswa secara bersama-sama dengan menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang mengerti dalam mencari alas dan tinggi sekawan pada segitiga. Sebagian besar siswa terlihat sudah memahami benar mana alas dan tinggi sekawan pada suatu segitiga. Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas hari ini dan tidak lupa pula peneliti menyampaikan informasi bahwa pada hari Senin, 31 Mei 2010 akan diadakan tes siklus II. Peneliti menugaskan siswa untuk belajar lebih rajin agar mendapat nilai yang lebih bagus dites sklus II ini. Diakhir pertemuan peneliti membagikan jurnal harian kepada setiap siswa untuk diisi.
5) Pertemuan kesebelas Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir siklus II. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas isinya, soal berjumlah 8 yang terdiri dari sudut luar segitiga, menemukan rumus keliling dan menghitung keliling segitiga, menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga, dan luas segitiga dengan alas dan tinggi sekawan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian siswa.
95
c) Tahap Observasi dan analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas
(observer)
melakukan
pengamatan
langsung
tentang
pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus II
No
1
2
Jenis Aktivitas
Indikator yang diamati
Pert.1
Per.2
Pert.3
Pert.4
Rata-rata
Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
80%
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
80%
80%
80%
80%
80%
80%
Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
70%
Menanggapi laporan hasil kerja kelompok
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
70%
60%
60%
80%
80%
70%
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
75%
60%
80%
80%
80%
75%
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
70%
60%
60%
80%
80%
70%
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
80%
Visual Activities
Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi Rata-rata aktivitas visual
Oral Activities
Rata-rata aktivitas oral
3
4
5
Writing Activities
Mencatat materi yang guru sampaikan
Rata-rata aktivitas menulis Memecahkan Mental yang Activities masalah terdapat dalam LKS Rata-rata aktivitas mental Emotional Minat/antusias siswa Activities selama beajar
96
Senang selama belajar Rata-rata aktivitas emosional Rata-rata Aktivitas Total
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
80%
80%
80%
80%
80% 80% 75%
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Visual activities Rata-rata persentase visual activities pada siklus II ini adalah 80%. Siswa yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang membaca LKS sudah cukup banyak dan memperoleh nilai baik. Sedangkan aktivitas siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I. 2) Oral activities Rata-rata persentase aktivitas oral mencapai 70%. Siswa pada aktivitas mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi berlangsung mencapai 70%. Persentase ini terbilang sudah cukup baik karena siswa sudah berani bertanya kepada guru atau teman pada saat diskusi, meskipun masih terlihat ada siswa yang masih malu dalam bertanya kepada guru. Rata-rata siswa yang menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 70%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat memberi presentasi siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan pendapatnya. Kedua aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I.
97
3) Writing activities
Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru sampaikan. Rata-rata siswa yang membuat catatan sebanyak 75%. Dalam membuat catatan siswa dinyatakan sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, karena sebagian besar siswa tidak hanya mencatat dari materi yang guru jelaskan di papan tulis dan LKS, tetapi siswa sudah menambah catatannya dari buku paket matematika sekolah. 4) Mental activities Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah dalam LKS. Rata-rata persentase aktivitas mental mencapai 70%. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah mampu mengerjakan soal-soal yang ada di dalam LKS karena tingkatan soal sudah dibuat bervariasi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I. 5) Emotional activities Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 80% diantaranya minat siswa dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mencapai 80%, menurut observer siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat mengerjakan tugas-tugas yang ada di LKS karena menurut siswa pembelajaran yang diterapkan sangat seru dan menarik, siswa dilatih untuk memahami materi sendiri dan belajar mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Siswa cukup senang dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dengan persentase yang diperoleh 80%. Kedua aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus II rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 75%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II ini meningkat dibandingkan pada siklus I yang hanya mencapai 58,4%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa ketika proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur sudah cukup baik.
98
Hasil pengamatan aktivitas kelompok siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: Tabel 12 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus II
Kerjasama Siswa pada Pertemuan KeKelompok
1
2
3
4 5
6
7
7
8
9
10
25
26
27
29
(69,4%)
(72,2%)
(75%)
(80,6%)
23
23
24
25
(63,9%)
(63,9%)
(66,7%)
(69,4%)
26
27
28
30
(72,2%)
(75%)
(77,8%)
(83,3%)
23
23
24
24
(63,9%)
(63,9%)
(66,7%)
(66,7%)
26
26
29
30
(72,2%)
(72,2%)
(80,6%)
(83,3%)
23
23
25
26
(63,9%)
(63,9%)
(69,4%)
(72,2%)
25
25
26
27
(69,4%)
(69,4%)
(72,2%)
(75%)
Rata-rata Total
Rata-rata
74,3%
65,98%
77,08% 65,3%
77,08%
67,35%
71,5% 71,23%
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata total aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 4 mengalami peningkatan sebesar 13,08% apabila dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I yaitu 52,22% pada siklus II ini menjadi 65,3%. Aktivitas kelompok 2 juga mengalami peningkatan sebesar 9,86% bila dibandingkan dengan siklus I, persentase aktivitas kelompok ini pada siklus II mencapai 65,98% sedangkan pada siklus I sebesar 56,12%. Persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 6 pada siklus I sebesar 54,44%
99
sedangkan persentase pada siklus II sebesar 67,35%. Persentase tersebut memperlihatkan kenaikan aktivitas siswa sebesar 12,91%. Perolehan persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 3 dan 5 masih menunjukkan persentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain yaitu sebesar 77,08%. Persentase kelompok 3 pada siklus I sebesar 65,54% dan persentase kelompok 5 sebesar 66,64% sehingga kelompok 3 mengalami peningkatan 11,54% sedangkan kelompok 5 mengalami peningkatan sebesar 10,44%. Aktivitas kelompok 1 dan 7 meningkat bila dibandingkan dengan aktivitas belajar kelompok pada siklus I, hal ini dapat dilihat dari perbandingan persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 1 pada siklus I yaitu sebesar 64,44% menjadi 74,31%. Sedangkan persentase pada kelompok 7, dari 57,24% menjadi 71,5%. Persentase rata-rata kerjasama siswa dalam kelompok pada siklus II ini sudah cukup bagus. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata total kerjasama siswa dalam kelompok sebesar 11,71% dari 59,52% pada siklus I menjadi 71,23% pada siklus II. Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada Tabel 13 berikut: Tabel 13 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus II
No
Kategori
1
Persentase pada Pertemuan Ke-
Rata-rata
7 (%)
8 (%)
9 (%)
10 (%)
(%)
Positif
75
77,8
81,5
82,1
79,1
2
Netral
0
0
0
0
0
3
Negatif
25
22,2
18,5
17,9
20,9
0
0
0
0
0
4
Tidak Berkomentar
100
Dilihat dari tabel 13, terlihat siswa merespon dengan baik proses pembelajaran yang telah diterapkan. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan penggunaan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada pertemuan kesembilan. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 14 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II
Interval
Frekuensi
frelatif
frelatif Kumulatif ≥
65 – 70
6
21,4%
100%
71 – 76
3
10,7%
78,6%
77 – 82
5
17,9%
67,9%
83 – 88
8
28,6%
50%
89 – 94
4
14,3%
21,4%
95 – 100
2
7,1%
7,1%
Keterangan : Xmin = 65
Jumlah siswa
= 28
Xmax = 100
Rata-rata
= 81,5
d) Tahap Refleksi Dalam pelaksanaan proses pembelajaran metode yang digunakan oleh peneliti pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siswa mencapai 75%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas
101
belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70%. Berdasarkan tes hasil belajar matematika yaitu tes akhir siklus II ini mencapai rata-rata 81,5 dengan nilai terendah 65. Hal ini juga menunjukkan bahwa tes hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan 80% siswa sudah mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 70. Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan informasi bahwa siswa sangat merespon baik model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini telah dilaksanakan dengan sangat baik sehingga dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, yaitu bahwa kedua indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran berupa soal latihan pada LKS. Tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap siklus sebagai implikasi dari PTK. Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi, jurnal harian dan wawancara yang ditujukan untuk guru dan siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan pada akhir siklus II. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya dan dapat dipastikan kebenaran data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data yang absah
102
dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa
apakah
menunjukkan
peningkatan
dengan
diterapkannya
model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini bertujuan untuk menggali data dari sumber yang sama yaitu siswa, dengan menggunakan cara yang berbeda. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru kolaborator mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mengetahui apakah hasil wawancara dengan siswa tentang persepsi siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, bagaimana aktivitas belajar siswa dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa didapat informasi dari keadaan yang sebenarnya, wawancara dilakukan kepada 6 siswa yang diambil berdasarkan prestasi belajarnya yang rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dapat mewakili siswa dalam kelas secara keseluruhan.
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, yang diperoleh dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut: 1. Aktivitas Belajar Lembar observasi terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa untuk mengetahui persentase aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok untuk mengetahui persentase kerjasama siswa dalam kelompoknya. Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus. Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
103
Tabel 15 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II
No
Jenis Aktivitas
1
Visual Activities
2
3
4
5
Indikator yang diamati Membaca LKS kegiatan diskusi
pada
saat
Memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi da pada saat diskusi Rata-rata Visual Activities Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi Oral Activities Menanggapi laporan hasil kerja kelompok Rata-rata Oral Activities Mencatat materi yang guru Writing Activities sampaikan Rata-rata Writing Activities Memecahkan masalah yang Mental Activities terdapat dalam LKS Rata-rata Mental Activities Minat/antusias siswa selama Emotional belajar Activities Senang selama belajar
Rata-rata Emotional Activities Rata-rata Aktivitas Total
Siklus I
Siklus II
(60%)
(80%)
(60%)
(80%)
60%
80%
(56%)
(70%)
(52%)
(70%)
54% (64%)
70% (75%)
64%
75%
(52%)
(70%)
52%
70%
(60%)
(80%)
(64%)
(80%)
62% 58,4%
80% 75%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 58,4% menjadi 75%. Peningkatan aktivitas terbesar pada tabel di atas terjadi pada aktivitas visual yaitu sebesar 20%, dari 60% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran yang telah terjadi selama penelitian. Sebagian besar siswa lebih terfokus dalam aktivitas membaca dan memperhatikan. Kedua aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh siswa dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas yang lain seperti bertanya, menanggapi laporan, mencatat, dan
104
memecahkan masalah. Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II telah dapat memperbaiki atau meningkatkan sebagian besar aspek aktivitas yang masih rendah pada siklus I, seperti aktivitas membaca LKS, memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menanggapi laporan, mencatat materi, memecahkan masalah, dan antusias siswa. Perbandingan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan
Persentase
siklus II disajikan dalam diagram sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I Siklus II
1
2
3
4
5
Aspek Aktivitas
Diagram 1 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar
Ket: Aspek
1. Visual Activities 2. Oral Activities 3. Writing Aactivities 4. Mental Activities 5. Emotional Activities
Dari kelima aspek aktivitas tersebut terlihat bahwa peningkatan setiap aspeknya memiliki rata-rata kenaikan hampir sama, dan aspek peningkatan tertinggi terjadi pada indikator visual activities yaitu membaca LKS dan memperhatikan guru, dan indikator emotional activities yaitu antusias dan senang selama belajar matematika yang meningkat sampai 80%. Peningkatan aspek aktivitas yang belum maksimal terjadi pada oral activities yaitu masih kurangnya siswa pada saat mengajukan pertanyaan pada saat diskusi dan menanggapi laporan kelompok lain, hal ini terjadi karena siswa masih malu-malu dan takut
105
salah dalam mengungkapkan pendapatnya tetapi siswa sudah terlihat maksimal walaupun belum sepenuhnya maksimal. Seluruh indikator sudah mengalami ketercapaian penelitian yaitu aktivitas siswa mencapai 75% dan sudah melebihi batas ketercapaian 70%. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dengan 6 orang siswa dalam waktu yang berbeda. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa pada siklus II (lampiran 22 dan lampiran 23), didapat informasi bahwa siswa sangat merespon baik model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan guru juga menganggap bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena siswa dituntut untuk menggali kemampuannya dalam belajar dan aktivitas siswa menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil.
Tabel 16 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok Nama Kelompok
Siklus I (%)
Siklus II (%)
1
64,44
74,3
2
56,12
65,98
3
65,54
77,08
4
52,22
65,3
5
66,64
77,08
6
54,44
67,35
7
57,24
71,5
Rata-rata (%)
59,52
71,23
Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan sebesar 11,71% karena terjadi peningkatan pada setiap kelompoknya. Semua kelompok sudah menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuannya. Kelompok yang paling meningkat terjadi pada kelompok 3 dan 5 hal itu disebabkan karena kelompok tersebut merupakan kelompok yang paling aktif dalam berdiskusi maupun dalam mengerjakan LKS.
106
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ternyata dapat disenangi siswa, karena siswa dapat bertukar pikiran langsung dengan teman-teman kelompoknya sehingga bagi siswa pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Diagram 2 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok 80
Persentase
70 60 50 40
Siklus 1
30
Siklus 2
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
Nama Kelompok
2. Hasil Belajar Matematika Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran yaitu berupa soal latihan pada bahan diskusi. Adapun hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 17 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Statistik
Siklus I
Siklus II
Nilai tertinggi
100
100
Nilai terendah
53
65
Rata-rata
76,82
81,5
Berdasarkan tabel 17, diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan 4,68, yaitu dari yang sebelumnya
107
76,82 menjadi 81,5. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 8 siswa dan pada siklus II nilai terendahnya adalah 65 dan masih ada 3 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Walaupun demikian, hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan hasil belajar siswa jika disajikan dalam diagram batang adalah sebagai berikut:
Diagram 3 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa 100 90
Nilai Rata-rata
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Tes Hasil Belajar
3. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting untuk disajikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan rencana pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir tindakan pembelajaran. Respon yang dikemukakan siswa beragam, ada yang berkomentar positif, komentar negatif, komentar netral bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung persentase jenis pendapatnya dan hasilnya dirangkum pada Tabel 18 berikut:
108
Tabel 18 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II Kategori
Rata-rata Persentase Pada Siklus ke-
Rata-rata(%)
I(%)
II(%)
Positif
62,22
79,1
70,66
Netral
10,92
0
10,92
Negatif
24,72
20,9
22,81
5,35
0
5,35
Tidak Berkomentar
Berdasarkan tabel 18 persentase rata-rata dikonversikan dalam diagram 6:
Diagram 4 Diagram Garis Persentase Respon Siswa
Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa siswa senang mengikuti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini terlihat dari hasil persentase respon siswa pada tabel 18 yang kemudian dikonversikan pada diagram 6. Rata-rata persentase respon positif yang diberikan siswa selama proses pembelajaran, sebesar 70,66%. Rata-rata persentase ini sudah terbilang baik dibanding dengan rata-rata persentase negatif, netral dan tidak berkomentar yang hanya mendapat tanggapan sebesar 22,81%, 10,92%, dan 5,35%.
109
D. Pembahasan Temuan Penelitian
Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa temuan penelitian yang unik yang ditemukan peneliti, diantaranya: 1. Pembelajaran
Kooperatif
tipe
Kepala
Bernomor
Terstruktur
menumbuhkan rasa solidaritas dan rasa tanggung jawab siswa
Diskusi kelompok Kepala Bernomor Terstruktur membuat sebagian besar siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang telah disepakati oleh anggota kelompoknya. Dalam diskusi, setiap anggota kelompok saling membantu untuk memahami materi pelajaran matematika walaupun dengan tugas-tugas yang saling berbeda namun saling berkaitan. Hal ini menumbuhkan rasa solidaritas pada setiap anggota kelompok Kepala Bernomor Terstruktur. 2. Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif
tipe
Kepala
Bernomor
Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, maka hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari tes hasil belajar siklus I dan siklus II yang nilai rata-ratanya meningkat, yaitu dari yang sebelumnya 76,82 menjadi 81,5. 3. Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif
tipe
Kepala
Bernomor
Terstruktur mendapat respon positif dari siswa
Selama diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur siswa terlihat antusias dan senang mengikuti pelajaran matematika. Hal ini terlihat dari peningkatan respon positif siswa pada siklus I sebesar 62,22% menjadi 79,1% pada siklus II. 4. Pembelajaran
Kooperatif
tipe
Kepala
Bernomor
Terstruktur
membuat siswa berani dalam mengemukakan pendapat
Pembelajaran
Kooperatif
tipe
Kepala
Bernomor
Terstruktur
menjadikan siswa yang sebelumnya cenderung pendiam dan pasif, kini menjadi aktif berbicara mengungkapkan pendapatnya pada saat diskusi maupun pada saat di depan kelas.
110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Aktivitas-aktivitas siswa yang meningkat selama proses pembelajaran diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dari kelima aktivitas tersebut yang paling besar peningkatannya adalah aktivitas visual. Aktivitas visual yang diambil dalam penelitian ini adalah aktivitas membaca dan memperhatikan. Kedua aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh siswa dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas yang lainnya seperti bertanya, menanggapi, menulis, dan memecahkan masalah. Peningkatan aktivitas belajar matematika siswa ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 58,4% dan setelah dilakukan perbaikan selama pembelajaran pada siklus II rata-rata persentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 75%.
B. Saran 1. Model pembelajaran ini memerlukan persiapan yang matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan beberapa hal diantaranya: a. Mempersiapkan RPP, LKS, lembar observasi aktivitas siswa, jurnal harian untuk mengetahui respon siswa tersebut, catatan lapangan, dan soal tes akhir siklus. b. Dalam membuat kelompok siswa sebaiknya membentuk kelompok yang heterogen untuk mempermudah dalam diskusi. 2. Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui keinginan siswa sebagai bahan pertimbangan perencanaan yang akan dipakai.
111
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan dalam belajar matematika terutama dalam bekerjasama dan kolaborasi sehingga siswa dapat lebih aktif lagi dalam memahami materi baik secara individu maupun berkelompok. 4. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti keterkaitan antara penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dalam
pembelajaran
matematika
terhadap
kemampuan-kemampuan
matematika yang lain seperti koneksi, penalaran, pemecahan masalah, berpikir kreatif dan penalaran.
112
DAFTAR PUSTAKA Anitah, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ciswandi. 2008. ”Pembelajaran Kooperatif Model SNH (Structured Numbre Head) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djamarah, Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. http://muttaqinhasyim,wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajar...on, 14 Juni 2009 by Hadi Muttaqin Hasyim.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Padmowihardjo, Soedijanto. 2008. Psikologi belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Nomor 22 Tentang Standar Isi, Nomor 23 Tentang Standar Kompetensi Kelulusan, Nomor 24 Tentang Pelaksanaan PP No. 22 dan 23. Badan Standar Nasional pendidikan. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
113
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. Saputra, Yudha M dan Iis Marwan. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif. Bandung: CV. Bintang Warli Artika. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Soedjadi, R dan Djoko Musno. 1996. Matematika 2: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka. Subarkah, Reny. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran matematika kontemporer, Bandung: UPI. Sujono. 1998. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta. Susilawati, Wati. Belajar & Pembelajaran Matematika. Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Syarf Hidayatullah Jakarta. UU Sistem Pendidikan Nasional. 2008. (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta: Sinar Grafika. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara. Wiranataputra, S, Udin, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka. Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.