BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakekat Membaca 2.1.1
Pengertian Membaca Klein, dkk (Rahim 2005:3), mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup, pertama; membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam bentuk makna, kedua; membaca adalah strategi. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strtegi membaca yang sesuai dengan teks dan pengetahuan dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Menurut Danial (2008:1), bahwa membaca adalah perbuatan yang agung dan mulia. Apabila manusia ingin mulia maka ia harus membaca. Membaca merupakan gerbang segala ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan merupakan sumber perkembangan peradaban di dunia sekaligus di akhirat. Oleh karenanya, pentinglah bagi kita untuk menanamkan bahwa membaca adalah simbol kemajuan sebuah peradaban. Setelah memahami pengertian membaca, maka pada prinsipnya membaca adalah memahami apa yang dibaca, dan pada tujuannya membaca di sekolah ialah untuk meningkatkan kompetensi kebahasaan atau pemerolehan kemampuan berbahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, membaca merupakan suatu perbuatan yang agung, dan juga mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat menyerap 6
berbagai informasi yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat. 2.1.2
Tujuan Membaca Tujuan membaca
di
sekolah
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan kebahasaan atau pemerolehan kemampuan berbahasa. Memahami tujuan membaca ( Danial,2008:27), terdapat tiga tujuan yaitu : 1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras. 2. Membaca memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah mencari dan memahami ilmu yang terkandung dalam bacaan. 3. Membaca kritis artinya dengan membaca kita mencari ilmu. Sedangkan tujuan membaca dalam (kurikulum 1994) disesuaikan dengan tingkat kelas masing-masing, yakni : 1. Untuk kelas 1 dan 2 pada dasarnya hanya membaca permulaan yang tujuannya mengetahui simbol dan lambang-lambang huruf. 2. Mampu menyerap cerita dari cerita yang didengar atau dibaca dan dapat mengungkapkan kembali. 3. Mampu melaksanakan tindakan sesuai pesan yang didengar. 4. Mampu membaca teks dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri. 5. Mampu membaca teks bacaan serta dapat mengutarakan pendapat dan tanggapan mengenai isinya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan dapat menghibur bagi pembaca itu sendiri. 2.1.3
Jenis-jenis Membaca Ada beberapa jenis membaca yang perlu diketahui oleh kita semua yang antaranya adalah: 1). Membaca teknik : adalah jenis membaca yang diberikan di SD dengan tujuan agar para siswa dapat melafalkan kata-kata bahasa Indonesia, dapat mengintonasikan ftase, kalimat-kalimat bahasa Indonesia secara benar. 2). Membaca nyaring : adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampikan oleh penulis baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis. 3). Membaca intensif : adalah membaca secara sungguh-sungguh dan terus menerus dalm membaca sehingga diperoleh hasil yang optimal. 4). Membaca memindai : adalah membaca membaca wacana eksposisi dengan cara melihat dan lama memandangi. 5). Membaca dalam hati : adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. 6). Membaca sekilas : adalah kegiatan membaca dengan melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya.
7). Membaca bersuara : adalah menyuarakan bacaan secara wajar (tidak bertegun-tegun,volume suara tetap, kecepatan membaca tepat). 8). Membaca pustaka : adalah menumbuhkan kegemaran siswa dan bacaan yang dibaca siswa hanya secara garis besarnya dan bacaan yang menarik untuk dibaca. 9). Membaca estesis : adalah cara membaca yang lebih difokuskan pada pemertalian
pengalaman kehidupan melalui membaca buku-buku
yang relevan dengan pengalaman yang menyentuh perasaan pembaca. (Depdikbud,2006 : 107-110) 2.1.4
Manfaat Membaca Menurut ahli riset tentang jaringan otak, manfaat khusus dari membaca adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan otak dimasa tua, dan juga membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan sarap-sarap baru di otak. Manfaat kegiatan membaca menurut (Danial 2008:7) antara lain : 1. Sebagai media rekreatif 2. Media aktualisasi diri 3. Media informatif. 4. Media penambah wawasan 5. Media untuk mempertajam penalaran. 6. Media belajar suatu keterampilan. 7. Media pembentuk kecerdasan dan spritual.
Demikian pula beberapa manfaat membaca yang dikemukakan oleh Al-Qarani ( Internet 27 juni 2013 ), yaitu : a). Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan. b). Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan. c). Kebiasaan membaca membuat orang tersibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja. d). Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. e). Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernikan cara berfikir. f). Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman. g). Dengan membaca orang dapat mengambil manfaat dari orang lain. h).
Dengan
sering
membaca,
orang
dapat
mengembangkan
kemampuannya. i). Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak terbuang sia-sia. j). Dengan sering membaca orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat dan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan memahami apa yang ditulis di antara baris demi baris.
Disamping beberapa manfaat membaca yang telah diuraikan, maka ada banyak manfaat membaca cepat yang antaranya adalah sebagi berikut : 1.
Membaca cepat menghemat waktu.
2.
Membaca cepat menciptakan efisiensi.
3.
Membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan atau menghibur.
4.
Membaca cepat dapat memperluas cakrawala mental.
5.
Membaca cepat membantu berbicara secara efektif.
6.
Membaca cepat meningkatkan pemahaman.
7.
Membaca cepat menjamin kita selalu mutakhir.
8.
Membaca cepat dapat dikatakan sebagi penjamin kepekaan mental. (Sulistiawati 2008 : 3-5)
2.1.5
Kelemahan Membaca Beberapa kelemahan membaca menurut Lukman Hakim (dalam suara Merdeka “Semiloka Keterbatasan buku pelajaran”) antara lain adalah: 1. Buku pelajaran yang tidak konsisten. 2. Kompetensi yang ingin dikembangkan pun tidak sesuai dengan desain buku. 3. Penulis tidak mengakomodasi kondisi siswa yang membaca buku. 4. Penulis menyajikan materi dengan bahasa yang kompleks. 5. Terlalu serius membaca dapat membuat lupa waktu.
2.2 Hakekat Tanda Baca 2.2.1 Pengertian Tanda Baca Dalam buku Merah Putih tentang Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(dalam
Pateda
dan
Pulubuhu,
2005
:
79)
bahwa
penyempurnaan ejaan bertolak dari keperluan sebagai berikut : 1. Menyelesaikan Ejaan Bahasa Indonesia dengan perkembangan Bahasa Indonesia. 2. Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca. 3. Memulai usaha pembukuan Bahasa Indonesia. 4. Mendorong pengembangan Bahasa Indonesia. 2.2.2 Jenis-jenis Tanda Baca Berikut ini akan diambil sampul Ejaan Yang Disempurnakan berdasarkan sistematika penulisan EYD ( dalam Peteda dan Pulubuhu, 2005 : 85 – 103 ). Adapun sampul EYD tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Tanda Koma ( , ). 1). Tanda Koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya : - Saya membeli kertas, pena, dan tinta. - Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan prangko. - Satu, dua, .....tiga!.
2). Tanda Koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, atau melainkan. Misalnya :
- Saya ingin datang, tetapi hari ini hujan. -
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak
Kasim. 3)
Tanda Koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya : -
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapa pun.
2. Tanda Tanya ( ? ). 1)
Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya. Misalnya :
-
Kapan ia berangkat ?
-
Saudara tahu, bukan ?
2) Tanda Tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya : -
Ia dilahirkan pada tahun 1683 ( ? ). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah ( ? ) hilang.
3. Tanda Titik ( . ). 1) Pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya :
-
Ayahku tinggal di Solo.
-
Biarlah mereka duduk di sana.
-
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
-
Hari ini tanggal 4 April 2013.
-
Marilah kita mengheningkan cipta.
2) Dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya :
a. III. Departemen Dalam Negeri. A. Direktorat Jenderal Pembangunan Desa. B. Direktorat Jenderal Agraria.
b.
1. Patokan Umum. 1.1 Isi Karangan. 1.2 Ilustrasi. 1.2.1 Gambar Tangan. 1.2.2 Tabel. 1.2.3 Grafik.
Catatan : Tanda titik tidak dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar
jika angka atau huruf itu
merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3) Untuk
memisahkan
menunjukkan waktu.
angka,
jam,
menit,
dan
detik
yang
Misalnya : - Pukul 1.35.20 ( pukul 1 lewat 35 detik atau pukul 1,35 menit, 20 detik ). Catatan : Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut. 1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, atau malam. Misalnya : -
Pukul 9.00 pagi
-
Pukul 11.00 siang
-
Pukul 5.00 sore
-
Pukul 8.00 malam
2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
2.2.3
Misalnya : -
Pukul 00.45
-
Pukul 07.30
-
Pukul 11.00
-
Pukul 17.00
-
Pukul 22.00
Tujuan dan Manfaat Tanda Baca Berdasarkan EYD ( Permendiknas : 2009 ) tujuan dan manfaat penggunaan tanda baca adalah sebagai berikut. 1.
Untuk memberikan penjelasan dalam suatu kalimat.
2.
Sebagai penghubung, pemisah dan jeda dalam menulis dan melakukan proses membaca.
3.
Berfungsi sebagai penjelas penggunaan kalimat, kalimat tanya, kalimat penegas, kalimat penjelas, dan kalimat perintah.
2.3 Hakekat Wacana 2.3.1 Pengertian Wacana Menurut Douglas dalam Mulyana (2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Kridalaksana dalam Yoce (2009: 69) membahas bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirearki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, cerpen, atau prosa dan puisi, seri ensiklopedi dan lain-lain serta paragraph, kalimat, frase, dan kata yang membawa amanat lengkap. Menurut Kamus Linguistik Dewan Bahasa dan Pustaka (1997) dalam Sinar (2008: 5), wacana diterjemahkan sebagai discourse yaitu unit bahasa yang lengkap dan tertinggi yang terdiri daripada deretan kata atau kalimat, sama ada dalam bentuk lisan atau tulisan, yang dijadikan bahan analisis linguistik. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap yang disajikan secara teratur dan membentuk suatu makna.
2.2.2 Jenis – jenis Wacana Menurut Wina ( 2009 ), mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut ini : 1. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato; 2. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta; 3. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa; 4. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu; 5. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah. Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan. Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana
naratif,
wacana
deskriptif,
wacana
ekspositoris,
wacana
argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan wacana prosedural.
2.4 Kajian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Titin Tomayahu dengan judul : Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan Tanda Baca melalui tulisan cerpen Anak pada siswa kelas III SDN No. 66 Kota Timur. Fokus permasalahan adalah apakah melalui tulisan cerpen Anak kemampuan siswa menggunakan tanda baca dapat ditingkatkan di kelas III SDN No. 66 Kota Timur. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas, metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan tanda baca dapat dilihat
dari nilai kemampuan
siswa menggunakan tanda baca
mencapai 70% pada siklus I dan 85% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka relevansinya terletak pada penggunaan tanda baca. 2.5 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian tindakan ini dirumuskan sebagai berikut : “Jika melalui membaca wacana, maka kemampuan siswa menggunakan tanda baca di kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo akan meningkat”. 2.6 Indikator Keberhasilan Berdasarkan
hasil
observasi
peneliti,
siswa
yang
memiliki
kemampuan menggunakan tanda baca dengan baik hanya sebanyak 40% dari 20 orang siswa. Oleh karenanya yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika kemampuan siswa dalam menggunakan tanda baca
meningkat menjadi 75%, dari 20 orang siswa yang ada di Kelas III SDN 11 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.