BAB II KJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Menulis Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu ( Tohri, 2012:24). Pendapat tersebut senada dengan pendapat Tarigan (2009:21)
yang
mengatakan
bahwa
“Menulis
ialah
menurunkan
atau
melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan gambaran tersebut”. Lain halnya dengan Murtono (2010:9) yang mengatakan bahwa “Menulis dapat diartikan sebagai suatu proses siswa sekolah dasar yang normal dapat mengikuti proses menulis dengan kecepatan relatif sama, bahwa setiap siswa yang normal dapat menyelesaikan masalah menulis dalam waktu yang berbeda-beda meskipun perbedaaannya tidak terlalu banyak”. Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami, Tarigan (dalam Semi (2007:4). Definisi menulis ini mengungkapkan bahwa menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami oleh orang lain, sedangkan Wiyanto (2004:1-2) menyebutkan bahwa menulis mempunyai mempunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang dirubah itu bunyi bahasa (bunyi yang berasal dari alat ucap manusia). Kedua, kata menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Gagasan yang telah ditulis kemudian ditampung oleh pembaca dengan cara membaca.
Akhadiah (2008:2) mengatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Untuk menulis karangan yang sederhana, secara teknis seseorang dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti menulis karangan yang rumit. Suprijono
(2010:13)
mendefinisikan
bahwa
menulis
sebagai
suatu
kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Hal tersebut senada dengan pendapat Solhan (2007:15) yang menyatakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan merupakan suatu kegiatan produkstif dan ekspresif. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan
suatu
gagasan
atau
pesan,
Rusyana
(
2008:191).
Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan,2009:21). Menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu dan yang terpenting adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuan (Triyanova, 2010 : 12). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dan untuk menyampaikan pesan (komunikasi) melalui bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu: penulis sebagai penyampai pesan, pesan
atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Mukodas, 2012 : 1).
2.1.2. Fungsi Menulis Dalam Mukodas, 2012:2) fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung.
Dengan
menulis
memudahkan
kita
mersakan
dan
menikmati
hubungan–hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkam masalah-masalah yang kita hadapi,menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan. Bernard Percy (dalam Mukodas, 2012:2)
secara rinci menjelaskan fungsi menulis
adalah sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan amarah. Menulis sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman) kedalam otaknya . Menulis dapat membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehinnga pengetahuannya menjadi luas Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukannya penerimaan yang pasrah, artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar
disekitarnya
sehinnga
ia
menjadi
seoarang
yang
kreatif.
Menulis
mampu
mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat pula. Tarigan (dalam Moito, 2011:10) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis memadukan struktur bahasa dan kosakata.
Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung yang dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati suasana diri seperti suasana bahagia, marah, sedih dan sebagainya. Menulis juga berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan amarah. 2.1.3 Tingkatan Menulis Ada lima tingkatan menulis (Alimudin, 2009:4) yaitu: 1. Timbulnya pemahaman baca tulis(emergent literacy),anak mulai menyadari adanya kegiatan baca tulis, anak mulai menyenangi jika ada orang melakukan baca tulis.semula anak hanya memandangi tapi lama kelamaan ia akan mencoba menirukan .Anak mulai memegang pensil,kemudian mencoret –coret pada kertas atau media lain.Tulisan yang dihasilkan pada tahap ini memang belum bermakna,tetapi pada diri anak sudah timbul rasa menyenangi kegiatan tersebut. Supaya tahap ini dapat timbul pada diri anak maka diharapkan sebelum memulai melatih menulis anak dikenalkan pada berbagai bahan bacaan ataupun tulisan yang dapat memberikan gambaran awal pada proses penulisan 2. Menulis permulaan (beginning writing). Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara merealisasikan simbol-simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik.Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret. 3. Pembinaan kelancaran menulis (building fluency).Pada tahap ini simbol-simbol bunyi bahasa misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara konkret mulai dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar dan memiliki makna. 4. Menulis untuk kesenangan dan belajar (writing for pleasure/reading to learn), sudah timbul kesenangan pada diri anak akan perlunya menulis, pada tahap ini anak melakukan kegiatan menulis dengan tujuan–tujuan tertentu yang disengaja misalnya mencatat pelajaran, mencatat kegiatan dibuku harian,menulis surat untuk teman dan sebagainya. Pada tingkatan
ini anak sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya. 5. Menulis matang (mature writing) pada tahap ini anak sudah mampu menuangkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah mampu memilih kata dengan tepat,menyusun kalimat dengan runtut,dan mengembangkan paragraf dengan baik,tahap inilah yang memberikan kebebasan berekspresi pada anak untuk menghasilkan tulisan – tulisan kreatif yang sangat mencengangkan hasilnya. Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk mengetahui sampai dimana hasil menulis yang dicapai perlu dilakukan terus menulis kepada siswa. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai keterampilan menulis yang baik setiap anak harus melewati beberapa tingkatan menulis serta banyak berlatih menulis secara terus menerus agar kemampuan menulis yang dimilikinya benar-benar dapat diimplementasikan dalam kehidupan. 2.1.4 Tujuan Menulis Menurut Rusyana (2008:46) tujuan menulis adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat. Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j,dan dapat berupa suku kata seperti su-ka,ma-ta,ha-rus, lu-kaserta dalam bentuk kalimat sederhana. Kegiatan menulis permulaan dapat menggunakan berbagai teknik pembelajaran atau juga menggunakan berbagai seperti metode abjad, metode suku kata, metode global dan metode SAS. Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus menerus. Selain itu anakpun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dipikirannya. Namun demikian hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran menulis di sekolah dasar adalah siswa mempunyai modal yang cukup tentang menulis terutama penguasaan huruf, kata dan kalimat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis yang efektif perlu dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa hingga akhirnya ke yang sukar. Tentu saja hal ini melalui tahapan yang paling sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa tujuan menulis adalah melatih siswa untuk memproduksi tulisan baik tulisan itu merupakan hasil suasana hati dan perasaannya ataupun tulisan tersebut sebagai wadah komunikasi yang ingin ia sampaikan kepada khalayak ramai. 2.1.5 Menyusun Kata Menjadi Kalimat Menyusun kata menjadi kalimat adalah salah satu bagian dari menulis permulaan yang diajarkan pada siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas II. Karena untuk melatih keterampilan dasar menulis dimulai dari kelas awal dan untuk melatih mereka ditubuhkan bimbingan dan keterampilan khusus. a. Pengertian Kata Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang dibentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem baru kita akui sebagai kata bila bentukan mempunyai makna, Finoza (1998:75). Sejalan dengan pendapat tersebut, Putrayasa (2007:116) mengemukakan bahwa kata adalah gabungan huruf yang dapat dipahami maknanya. Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya juga tidak akan tepat, sehingga menimbulkan keganjilan dan salah tafsir. Sedangkan menurut keraf (2001:123) mengemukakan bahwa kata adalah gabungan huruf yang memakai tolok ukur kalimat karena gabungan kata dapat membentuk kalimat. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kata adalah gabungan huruf atau gabungan morfen yang memiliki makna sehingga dapat membentuk kalimat. b. Pengertian Kalimat Kalimat secara luas dapat diartikan sebagai gabungan dari dua kata atau lebih yang memiliki arti dan pola inotasi akhir. Yang dimaksud pola intonasi adalah pola yang dimiliki suatu kalimat yang dibentuk oleh unsur-unsur kalimat. Kalimat terdiri dari beberapa unsur seperti subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Dengan memperhatikan unsur-unsur kalimat kita bisa membedakan apakah kalimat tersebut kalimat lengkap atau tidak lengkap dan apakah kalimat tersebut kalimat aktif atau kalimat pasif, Linda (2011:43).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Musaba (2004:48) mengemukakan bahwa kalimat adalah bentuk pengungkapan yang dituangkan melalui kata atau kata-kata yang selesai dan menunjukkan pikiran yang lengkap. Sementara Keraf (2001:185) mengemukakan bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesiapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa ujaran itu sudah lengkap. Sedangkan menurut Arifin (2003:58) bahwa pengertian kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah ujaran yang berisi pikiran yang utuh yang dituangkan melalui kata-kata yang tersusun dari subyek, predikat, objek dan keterangan. c. Ciri-ciri Kalimat Menurut Linda (2011:83) Ciri-ciri dari sebuah kalimat yaitu harus berpola S, P, O dan Ket. Keempat unsur itu memang tidak selalu bersama-sama ada dalam satu kalimat. Kadang-kadang satu kalimat hanya terdiri dari S – P, S – P – O, S – P – Ket, dan S – P – O – Ket. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan masing-masing unsur kalimat tersebut dengan ciri-cirinya. d. Ciri-ciri subjek Subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri dan tentangnya diberitakan sesuatu. Subjek mempunyai ciri-ciri diantaranya : a) sesuatu yang menjadi pokok pembicaraaan, b) dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, c) dapat bertanya dengan kata tanya apa atau siapa dihadapn predikat. e. Ciri-ciri predikat Predikat adalah bagian keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri, yaitu menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaa apakah subjek itu. Sebab itu predikat biasanya terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Jika dalam bertanya memakai kata tanya mengapa, bagaimana dan mengerjakan apa? (Gunarboy : 2012). f. Ciri-ciri Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat berupa perda transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu langsung setelah predikat. Ciri objek adalah (a) jenis predikat yang dilengkapinya dan (b) ciri khas obek itu sendiri. g. Ciri-ciri Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah tempat. Keterangan dapat di akhir, di awal dan bahkan di tengah kalimat. Keterangan mempunyai ciri diantaranya: a) sebagai keterangan tempat, b) keterangan waktu, c) keterangan alat, d) keterangan tujuan. 2.1.6 Hakekat Teknik Pembelajaran Dalam proses kegiatan belajar mengajar dikenal istilah teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran seringkali susah dibedakan dengan beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut menurut Sudrajat (2008:1) adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Menurut Sudrajat (2008:1) teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sedangkan menurut Senjaya
(2008:14)
teknik
pembelajaran
adalah
cara
yang
digunakan
guru
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan teknik pembelajaran sangat berpengaruh terhadap jalannya kegiatan belajar mengajar. Dalam memilih teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan unsur-unsur teknik pembelajaran itu sendiri. Adapun unsur-unsur teknik pembelajaran menurut Sudrajat (2008:2) yaitu: 1.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai.
2.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Teknik pembelajaran menurut Sudrajat (2008:1) adalah cara kongkret yang dipakai saat
proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Suatu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yakni perubahan tingkah laku siswa. Menurut Husain (2002:6) ada empat macam teknik pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengubah tingkah laku siswa SD yaitu : 1. Fading yaitu merupakan teknik pembelajaran yang menitikberatkan pada pemberian bantuan (prompt) secara penuh kepada siswa, bantuan diberikan secara penuh dengan tujuan agar siswa dapat mengubah tingkah laku mereka kemudian bila siswa sudah mampu melakukannya maka secara bertahap bantuan yang diberikan mulai dihilangkan secara perlahan-lahan hingga pada akhirnya siswa akan mampu melaksanakan sendiri dengan mandiri tanpa bantuan dari orang lain. 2. Shaping yaitu kebalikan dari fading. Dalam menggunakan teknik ini pada awalnya siswa diberikan kebebasan atau mereka aktif melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan. Siswa diberi kebebasan penuh untuk mengekspresikan dirinya akan tetapi bila mana ia mengalami kendala atau kesulitan maka guru memberikan bantuan penuh kepada siswa. Jadi pada teknik shaping guru hanya sewaktu-waktu memberikan bantuan kepada siswa tidak secara penuh sebagaimana pada teknik fading. 3. Behavior contract yaitu teknik yang menitikberatkan pada ikatan kontrak dengan siswa. Misalnya saja seorang siswa yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata maka untuk memotivasinya guru membuat kontrak dengan siswa tersebut. Bila mana ia mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya tepat waktu dan dengan hasil pekerjaan yang memuaskan maka guru akan memberikan hadiah kepada siswa tersebut. Jadi siswa dan guru membuat kontrak dalam pembelajaran.
4. Reinforcement yaitu pemberian pujian. Pemberian pujian dapat diberikan kepada siswa bila mana siswa tersebut berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tepat pada waktunya. 2.1.7 Hakikat Teknik Fading Menurut Martin dalam Winkel (1996:124) menyatakan bahwa Fading adalah pengubahan pengendalian stimulus terhadap suatu respon secara bertahap, akhirnya respon tersebut muncul karena diubah secara parsial atau stimulus baru yang secara lengkap. Prosedur fading dapat digunakan dalam banyak situasi terutama dalam program bagi anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental atau autis, (Winkel, 1996:123). Dalam kegiatan pembelajaran melatih siswa untuk menulis menyusun kata menjadi kalimat dengan mula-mula guru membantu siswa menentukan unsur-unsur kalimat kemudian menyusun kata-kata menjadi kalimat berdasarkan pola kalimatnya (Husain, 2002:4). Kegiatan lain adalah membantu siswa menyusun kata-kata yang diacak yang sudah disediakan guru kemudian menyusunya dalam kalimat yang padu. Contoh-contoh di atas sangat sesuai dengan manfaat dari teknik fading untuk mengajarkan kemampuan menjiplak, menyalin, menggambar, serta menulis dan sebagainya. Dalam penelitian ini prosedur fading digunakan untuk membantu siswa yang lamban dan memiliki kemampuan rendah dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menyusun kata menjadi kalimat. a. Langkah-Langkah Penerapan Teknik Fading Menurut Husain (2002:4) bahwa langkah-langkah penerapan teknik fading dilakukan secara terencana, terstruktur dan terukur dengan melalui empat langkah yaitu: (1) mengidentifikasi tingkah laku atau masalah prestasi belajar yang paling perlu diubah, kemudian menentukan ingkah laku atau prestasi belajar yang bagaimana ingin dibentuk atau ingin dicapai melalui perubahan itu. Agar mudah melakukan perubahan, maka tingkah laku atau masalah prestasi belajar itu perlu dirumuskan ke dalam bentuk opersional, yang dapat diamati dan dapat diukur; (2) mengidentifikasi berbagai kemampuan penyebab timbulnya tingkah laku yang bermasalahatau penyebab timbulnya masalah prestasi belajar itu. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi lingkungan atau kejadian-kejadian dalam lingkungan pada saat tingkah laku bermasalah atau prestasi belajar yang kurang itu muncul; (3) merencanakan dan melaksanakan suatu strategi pengubahan dengan
memilih dan menggunkan teknik pengubahan tingkah laku yang tepat; (4) mengevaluasi proses dan hasil strategi pengubahan tersebut. Teknik fading dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menyusun kata menjadi kalimat yaitu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun kata menjadi kalimat diberikan bantuan secara penuh dengan jalan membimbing siswa bermain pias kata yang diacak secara berulang-ulang kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengulang-ulang sehingga siswa dapat memiliki kemampuan menyusun kata menajdi kalimat dengan mandiri. Memperhatikan pendapat tersebut data disimpulkan bahwa penggunaan teknik fading merupakan proses pengubahan tingkah laku secara bertahap yang senantiasa dibimbing dan dikontrol oleh guru, dan bila siswa dianggap telah mampu untuk melakukan sendiri maka bantun tersebut dihilangkan. b. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fading Setiap teknik pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demikian pula dengan teknik fading memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Husain (2002:8) kelebihan teknik fading adalah : 1) Mampu membimbing siswa yang lamban dalam berfikir, 2) Lebih mendekatkan keakraban siswa dan guru, 3) Dapat melaksanakan sekaligus dengan pendekatan kelompok juga pendekatan individual. Sedangkan kekurangan dari teknik ini adalah : 1) Butuh waktu yang lebih untuk mampu membimbing seluruh siswa dalam kelas, 2) Penguasaan kelas jadi tidak terkontrol. 2.1.8 Penggunaan Teknik Fading dalam Menyusun Kata Menjadi Kalimat Untuk meningkatkan keterampilan menulis bagi siswa kelas II SDN 1 Limboto Barat, maka dipilihlah teknik fading sebagai salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyusun kata menjadi kalimat, karena merupakan salah satu pokok bahasan yang perlu ditingkatkan. Penerapan teknik fading dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menyusun kata menjadi kalimat yaitu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun kata menjadi kalimat diberikan bantuan secara penuh dengan jalan membimbing siswa bermain pias kata yang diacak secara berulang-ulang kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengulang-ulang
sehingga siswa dapat memiliki kemampuan menyusun kata menajdi kalimat dengan mandiri hingga pada akhirnya siswa diharapkan sudah dapat dengan benar menyusun kata menjadi kalimat di papan tulis dan apabila berhasil maka guru memberikan reinforcement. Pada pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kata menjadi kalimat diawali dengan menggali prakonsepsi siswa terhadap unsur-unsur kalimat dalam kata-kata yang diacak. Hal ini sangat penting karena menjadi dasar dalam menentukan tindakan. Prakonsepsi adalah konsep (tafsiran dari suatu konsep ilmu) yang dimiliki siswa sebelum menerima pelajaran walaupun mereka sudah pernah mendapatkan pelajaran formal (Berg, 1991:10). Selanjutnya pembelajaran dilaksanakan dengan mengupayakan pada situasi belajar siswa. Guru (peneliti) sebagai fasilitator menyiapkan berbagai fasilitas yang dapat mendukung situasi belajar siswa seperti penyiapan ruangan belajar, media dan alat-alat peraga, Hamalik (2004:87). Adapun kegiatan siswa diarahkan pada situasi belajar yakni aktivitas menyusun kata menjadi kalimat dengan jalan bermain pias kata yang diacak untuk disusun menjadi sebuah kalimat padu. Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar. 1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan. 2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat. 3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar juga di tengah pelajar. 4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. Para siswa belajar melalui pengalaman yang difasilitasi guru. sehingga, siswa mampu melakukan apa yang dinginkan dan yang menjadi tujuan pembelajaran dan mereka menjadi percaya
diri. Peningkatan pendidikan bahasa Indonesia untuk semua siswa disemua tingkatan kelas memerlukan pembelajaran yang efektif di semua kelas. Menurut Martin dalam Winkel (1996:128) menyatakan bahwa pemilihan target perilaku merupakan langkah awal yang dilakukan dalam menerapkan teknik fading dalam suatu pengubahan perilaku. Sangat penting menyeleksi target stimulus (stimulus yang diinginkan untuk mengendalikan tingkah laku), sehingga terjadi respons karena stimulus tertentu yang mungkin terpelihara di lingkungan alami. Namun banyak juga faktor fading yang membuat kesalahan, sehingga terjadi penghentian dalam sutu target stimulus bagi diri siswa. Oleh karena itu, adalah penting untuk menyeleksi stimulus awal yang diyakini dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan. Apabila respons yang diinginkan sedang terjadi terhadap suatu prompt (bantuan) yang diberikan pada program latihan prompt kemudian dapat secara bertahap dihilangkan. Langkah-langkah yang mengurangi prompt (bantuan) harus dipilih secara hati-hati. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dismpulkan bahwa untuk menerapkan teknik fading dalam menyusun kata menjadi kalimat siswa diberikan bimbingan penuh mulai dari menentukan unsur-unsur kalimat, kemudian menyusun kata menjadi kalimat melalui kegiatan menyusun pias-pias kata, kemudian secara bertahap dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan siswa bimbingan tersebut dihilangkan secara bertahap sampai akhirnya siswa akan mampu menyusun kata menjadi kalimat dengan mandiri. 2.2
Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian ini sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya telah
dilaksanakan oleh : 1. Erlinawati pada tahun 2009 dengan judul penelitian “Meningkatkan pembelajaran menulis permulaan dengan model kartu huruf di kelas I SDN Kemiri Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan, dibmbimbing oleh : Muhana Gipayana sebagai pembimbing I dan Ahmad Badawi sebagai pembimbing II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis tegak bersambung dengan model kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan menulis dasar siswa
sehingga mempermudah untuk menulis suku kata, kata, dan kalimat. Penelitian dilakukan pada 40 siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40,2% pada hasil observasi awal meningkat menjadi 63,25% pada siklus I. Pada siklus II menunjukkan peningkatan prosentase dari 63,25% menjadi 72,10%. 2. Selain itu pula penelitian yang sama telah diksanakan oleh Eka Agustina pada tahun 2011 dengan judul penelitian “Penggunaan media gambar dan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat pada siswa kelas 1 SDN Pagentan 01 Singosari Kabupaten Malang”. Penelitian dilakukan pada 20 siswa dengan hasil observasi awal 46% kemudian pada siklus I meningkat menjadi 62% dan pada siklus II menjadi 71% dari tetapan indikator 70 %. Beberapa penelitian tersebut adalah merupakan penelitian tindakan kelas yang terfokus pada peningkatan keterampilan menulis siswa. Hal tesebut relevan dengan penelitian yang saya lakukan dimana saya memfokuskan penelitian pada peningkatan keterampilan menulis siswa. Akan tetapi dari ketiga penelitian tersebut juga memiliki perbedaan masing-masing yakni pada materi yang dibahas serta alat yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis tersebut. Khusus penelitian yang saya lakukan menggunakan teknik fading untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam menyusun kata menjadi kalimat. 2.3
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
“jika guru mengimplementasikan teknik fading dalam menyusun kata menjadi kalimat pada siswa kelas II SDN 1 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo maka kemampuan siswa meningkat”. 2.4 Indikator Kinerja Penelitian dikatakan berhasil apabila selama proses pembelajaran terjadi peningkatan kemampuan siswa menyusun kata menjadi kalimat. Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa meningkat minimal mencapai 75% siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 ke atas.