7
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1
Pengertian Keterampilan Menurut Arifin (2009:299) keterampilan adalah perbuatan atau tingkah
laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakan serta dikoordinasikan oleh system saraf. Berbeda dengan kebiasaan, keterampilan dilakukan secara sadar dan penuh perhatian, tidak seragam, dan memerlukan latihan yang berkesinambungan untuk mempertahankannya. Keterampilan sering melekat pada suatu pekerjaan tertentu yang dilakukan oleh seseorang. Semua kegiatan ataupun pekerjaan membutuhkan keterampilan, tetapi seorang belum dapat dikatakan terampil jika tidak memiliki keahlian dalam pekerjaannya. Sebagai contoh keterampilan berkomunikasi
atau
berbahasa,
keterampilan
menulis,
keterampilan
mengemudikan kenderaan, keterampilan bersandiwara, dan lain sebagainya, dimana semuanya lebih mendekati kepada keahlian yang dimiliki dengan mengabaikan kinerja / hasil yang diperoleh. Jika disimak pengertian dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Poerwadarminta, 2001:478) dijelaskan arti dari keterampilan yakni “kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (dengan keahlian)”. Kata dasar keterampilan adalah “Terampil” yang bermakna, “cekatan, cakap mengerjakan sesuatu”.
7
8
Keterampilan telah ada sejak manusia lahir. Menurut Makmun, (2000:97) sejak masa bayi terdapat dua macam keterampilan psikomotorik yang pertama kali muncul, yakni berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Jenis keterampilan ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang dikenal dengan sebutan “bermain”. Pada usia masa siswa sekolah, permainan “fantastic” berkembang kepada permainan yang “realistik” yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih kompleks disertai aturan-aturan ketat. Anak akan diubah perilaku psikomotorik kedalam keterampilan-keterampilan yang teratur dan terarah mengikuti pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis
siswa.
Keterampilan yang harus diatur seperti dimulai dengan keterampilan berbicara, menyanyi, berolahraga, sampai pada keterampilan menulis dan menggambar. Disamping sebagai makhluk sosial, makhluk bermoral, makhluk berfikir, dan
makhluk
berketerampilan.
religious,
hakekat
Pandangan
ini
manusia dipaparkan
juga dalam
sebagai
makhluk
buku
Wawasan
Kependidikan (Depdiknas 2003:14) yang menjelaskan bahwa manusia sudah mempunyai bakat dan minat masing-masing dalam mengembangkan keterampilannya. Tugas pendidikan adalah mengembangkan keterampilan yang ada pada masing-masing anak/manusia. Pendidikan dijadikan sarana untuk mengarahkan siswa untuk berkarya dan bertanggungjawab sendiri. siswa dapat mengembangkan ide-idenya sendiri, meneliti, berdialog dan berdiskusi sesuai dengan keinginannya.
8
9
Rumpun pelajaran keterampilan memiliki karakteristik pembelajaran yang khas. Dalam penjelasan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003:44) dijelaskan bahwa rumpun keterampilan adalah keterampilan penerapan pengetahuan, keahlian, dan sikap untuk menghasilkan produk guna memberikan pengalaman kepada siswa agar menjadi inovatif, adaptif, dan kreatif. Hasil belajar ini dicapai melalui proses (1) Menggambar (2) Merancang (3) Membuat (4) Mengkomunikasikan; dan (5) Mengevaluasi. Rumpun
pelajaran
yang
lainnya
adalah
pendidikan
Agama,
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lainnya, Pendidikan Jasmani, Kesenian, dan terakhir adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dalam rumpun pelajaran itu, disebutkan adanya rumpun kesenian. Keterampilan melukis tidak termasuk dalam rumpun kesenian, sekalipun melukis itu adalah seni dalam keahlian meniru sesuatu dan digambar pada wadah tertentu. perbedaan ini dijelaskan bahwa kesenian mengembangkan semua bentuk aktivitas cita rasa keindahan yang meliputi kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan apresiasi dalam bahasa, rupa, bunyi, gerak, tutur dan peran. (Depdiknas, 2003:P44). Terlepas dari kurikulum yang masih membutuhkan kajian lebih lanjut, hubungan antara keterampilan dan kesenian sangat erat. Orang yang memiliki keahlian seni sudah pasti orang tersebut terampil berseni sebagaimana makna leksikal (kamus) yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan demikian, keterampilan melekat pada semua aktivitas termasuk aspek kognitif (nalar/pengetahuan). Menurut Preisseisen (dalam Pannen, dkk.
9
10
2005:108), yang melandasi penerapan strategi kognitif (metacognition) meliputi empat jenis keterampilan, yaitu (1) Keterampilan memecahkan masalah (Problem solving) (2) Keterampilan pengambilan keputusan (desicision making) (3) Keterampilan berpikir kritis (critical thinking), dan (4) Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking). Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan suatu keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cepat, tepat dan lancar.
2.1.2
Pengertian Seni Dalam bahasa Sansekerta, kata seni disebut chilpa. Sebagai kata sifat,
chilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-chilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah. Sebagai kata benda chilpa berarti pewarnaan, arti ini kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaaan yang artistik (dalam Sukarya, dkk, 2010:1.1.1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sukarya, dkk, 2010:1.1.1), seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya). Bentuk-bentuk (karya seni) yang memilki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator). Pengertian seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman Encyclopedia, yang menyebutkan bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan ataupun karena kebutuhan spritual. 10
11
Sendok misalnya, dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu dan lain sejenisnya. Walaupun demikian benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada pakaian tersebut itulah yang berkaitan dengan seni. (dalam Sukarya, dkk, 2010:1.1.4). Pengertian lain tentang seni dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut. Definisi Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memilki proses ’transfer of feeling’, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai sarana komunikasi perasaan manusia (dalam Sukarya, dkk, 2010:1.1.5).
11
12
Dari pengertian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa seni merupakan sesuatu yang memiliki nilai keindahan bagi yang melihatnya serta merasa nikmat dan senang bagi yang mendengarnya.
2.1.3
Fungsi Seni Menurut Keesing (dalam Sukarya, dkk, 2010:1.1.7), seni memiliki tujuh
fungsi sosial yang sangat penting. Ketujuh fungsi sosial itu adalah: a. Sarana kesenangan dan hiburan. Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang dapat menyalurkan energinya yang berlebih untuk memberikan kesenangan pribadi. b. Sarana pernyataan jati diri Seni berfungsi sebagai sarana penyertaan diri. Melalui karya seni memungkinkan seseorang menyatakan kepribadiannya secara leluasa. c. Sarana integratif Pernyataan dan perwujudan pemikiran, seorang seniman dapat disalurkan melalui karyanya, untuk merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. d. Sarana terapi/penyembuhan Orang-orang yang mengunjungi karaoke misalnya, selain mencari hiburan untuk kesenangan, tidak sedikit diantara mereka yang bertujuan untuk mengobati ketegangan (stress) akibat tekanan pekerjaan sehari-hari.
12
13
e. Sarana pendidikan Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sarana untuk pengembangan individu. f. Sarana pemulihan ketertiban Ungkapan keindahan yang mampu merangsang tanggapan emosional masyarakat sekitarnya, menyebabkan kesenian dapat dipergunakan sebagai sarana pemulihan ketertiban sosial. g. Sarana simbolis yang mengandung kekuatan magis Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu yang mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan Yogyakarta beberapa waktu yang lalu menggugah perasaan berjuta pemirsanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara.
2.1.4 Pengertian Melukis Menurut Deva (2012:1) pada hakikatnya melukis merupakan kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan dapat berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan bisa bermacam-macam dengan syarat bisa memberikan kesan tertentu kepada media yang digunakan. Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Medium rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, 13
14
cat/pigmen, tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan untuk mewujudkan medium rupa. Pengertian dan definisi seni lukis sangat beragam, namun kadang terjadi kesimpangsiuaran pengertian antara seni lukis dan menggambar atau seni gambar. Lukisan dan gambar tidak dapat dibedakan dengan sekedar memilahkan material yang digunakan, tetapi lebih jauh dari itu yang lebih memerlukan pertimbangan tentang estetik, latar belakang pembuatan karya, dan sebagainya. (dalam Dharsono, 2004:36) Menggambar pada intinya adalah memindahkan suatu objek kedalam sebuah bidang atau media. Dalam menggambar unsur “ide” dan “perasaan” sangat jarang sekali atau hampir tidak berperan. Misal jika kita menggambar sebuah Meja atau Kursi maka akan menjadi sebuah gambar meja kursi. Sedangkan Melukis adalah proses mencurahkan ide, gagasan dan perasaan yang dituangkan kedalam media dua dimensi. Ketika melukis objek yang dilukis tidak harus sama dengan aslinya, bisa dibumbui ide-ide kreatif dari sang pelukis. Sebuah lukisan wajah atau objek lain misal bisa diberi berbagai gaya misal deformasi, stilasi, ekspressif, naif dan yang lainnya (dalam Eka, 2011:1) Dalam seni, istilah melukis merupakan tindakan untuk menghasilkan karya yang disebut lukisan. Permukaan yang biasa digunakan untuk melukis ialah kanvas, kertas, tembok, kayu, kaca, tembikar serta obyek-obyek lainnya yang bisa digunakan untuk melukis. Melukis merupakan penyaluran ekspresi dan bentuknya bermacam-macam. Gambaran, komposisi atau abstraksi serta estetika lainnya bisa membantu
14
15
memanifestasikan ekspresi dan maksud konseptual pelukis. Lukisan bisa bersifat naturalistik dan mewakili (sebagaimana dalam foto atau lukisan pemandangan), fotografik, abstrak, mengandung isi naratif, simbolisme, emosi atau politis. (dalam Anonim, 2011:2). Dari pengertian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa melukis adalah menyalurkan ekspresi melalui kegiatan mengolah medium dua dimensi dengan ide-ide kreatif.
2.1.5
Tujuan dan Manfaat Melukis Sejak awal masa kehidupannya manusia gemar menggores-gores, baik
dengan benda yang keras, dengan ujung jari tangan di permukaan tanah. Tujuannya adalah untuk memperjelas pengungkapan atau uraian pikiran, ide, perasaan, dan lain-lain. Menampilkan suatu pemikiran secara visual melalui gambar adalah suatu kegiatan yang relatif mudah dan dapat dilakukan semua orang, termasuk siswa SD. Seni lukis siswa dapat menjadi media bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dengan karakteristik masing-masing siswa. Pendidikan melukis bagi siswa tidak hanya melatih ketrampilan tangan, tetapi juga melatih mata, pembentukan persepsi serta menumbuhkan rasa estetika. Pendidikan dan kursus gambar/melukis tidak mutlak menjadikan seorang siswa berprofesi sebagai pelukis, tetapi ia dapat menjadi “pelukis” dalam kehidupannya sehari-hari, menjadi seorang yang kreatif, inovatif, dinamis, berjiwa besar dalam keberagaman profesi yang dipilih oleh siswa tersebut.
15
16
Metode pendidikan dari tempat pendidikan bertujuan membantu siswa mengembangkan bakat dan kreativitas melukis, menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri. Dengan sistem kelas non formal, siswa dapat belajar melukis secara santai, bebas berekspresi mengungkapkan ide, dan adanya interaksi dengan teman sebaya akan menciptakan suatu iklim kompetisi yang sehat, saling belajar dari kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan terus mengasah keterampilan sehingga ia dapat menjadi “pelukis” sejati dalam kehidupannya. (dalam Bluu, 2009:1) Perkembangan persepsi siswa kelas IV yang rata-rata berada Pada umur 9-11 tahun, mereka sudah mengenal benda nyata dengan bentuk-bentuk yang benar. Perhatian pada objek sudah mendetail, demikian pula kemampuan dalam mengamati ruang. Menurut pelukis senior sekaligus pengajar lukis Asri Nugroho, usia yang paling baik bagi anak untuk belajar melukis atau ikut kursus gambar adalah empat tahun. Pada masa tersebut, anak-anak paling suka bermain-main. Karena itu, gambar-gambar kartun yang mereka hasilkan bisa beragam, bergantung kesukaan masing-masing anak. “Ketika anak usia empat tahun belajar melukis atau kursus gambar, mereka harus dibiarkan dan terus dipuji. Tindakan tersebut bisa memancing kreativitas anak. Memasuki usia sekolah dasar, gambar yang dihasilkan mulai berbentuk. Pada usia 11 sampai 12 tahun, fantasi siswa yang dituangkan dalam gambar lebih terlihat. “Bisa dibilang pada usia ini, gambar kartun mereka itu sedang bagusbagusnya,” Menurut Asri, saat ini ada banyak alternatif peralatan melukis.
16
17
Namun, yang paling tepat bagi siswa usia TK hingga SD adalah krayon atau pensil warna. ”Karena mereka belum tahu materi dan sifat dari peralatan menggambar tersebut,” Penggunaan cat air lebih disarankan bagi mereka yang sudah menginjak bangku SMP. Melukis memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaat yang paling terlihat adalah membantu mengembangkan fungsi otak kanan. ”Kalau sejak dini sudah belajar melukis, perkembangan otak kanannya juga cepat sehingga kreativitasnya bisa berkembang dengan baik.”
2.1.6
Warna dalam Seni Lukis Menggambar dan mewarnai adalah kegiatan yang menyenangkan bagi
siswa. Lewat menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan menunjukkan tingkat kreativitas masing-masing siswa. Aktivitas mewarnai sudah menjadi bagian dari kehidupan siswa, bukan hanya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong siswa, tapi juga sebagai aktualisasi diri anak dalam bidang seni. Mewarnai Merupakan Media Berekspresi Seperti halnya orang dewasa, aktifitas mewarnai terutama mewarnai bidang kosong merupakan cara siswa untuk mengungkapkan perasaaan dirinya. Melalui gambar yang dibuatnya dapat terlihat apa yang sedang dirasakannya apakah itu perasaan gembira atau malah perasaan sedih. Sebagai contoh, bila siswa menggambar bentuk-bentuk suram seperti tengkorak dan sebagainya, hal tersebut dapat dijadikan pertanda bahwa siswa sedang ada masalah dan butuh bantuan anda. Sebaliknya gambar-gambar ceria 17
18
seperti matahari, dan sebagainya menandakan siswa sedang bahagia dan merasa senang. a. Membantu Mengenal Perbedaan Warna Membiasakan siswa untuk melakukan aktifitas mewarnai baik dengan krayon, pensil warna maupun spidol warna sejak dini dapat membantu mereka mengenal warna, sehingga mereka dapat membedakan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Hal ini juga dapat mempermudah mereka dalam mencampur dan memadukan warna. Kemampuan inilah yang akan membantu anak dalam berkreasi seiring dengan perkembangan usia mereka. b. Warna Merupakan Media Terapi Warna merupakan sebuah media terapi bagi banyak orang, bahkan warna kerapkali digunakan sebagai bahasa global untuk membaca emosi seseorang. Seorang siswa yang mewarnai matahari dengan warna-warna gelap seperti hitam atau abu-abu bisa jadi menandakan kemarahan mereka saat itu. Selain itu cara siswa menorehkan warna juga dapat mengekspresikan sifat dasar mereka, sebagai contoh jika siswa mewarnai dengan cara menorehkan garis-garis teratur pada gambar menunjukan bahwa siswa memiliki kecenderungan gaya hidup teratur. c. Mewarnai Melatih Kemampuan Koordinasi Kemampuan berkoordinasi merupakan manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktifitas mewarnai. Dalam mewarnai diperlukan koordinasi yang
18
19
bagus antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam krayon, hingga memilih warna dan menajamkan krayon. Kemampuan dasar berkoordinasi inilah yang dapat mengembangkan kemampuan dasar anak hingga mereka besar nanti. d.
Mewarnai Mengembangkan Kemampuan Motorik Aktifitas
mewarnai
merupakan
aktifitas
yang
dapat
membantu
meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktifitasnya kelak, seperti dalam mengetik, mengangkat benda dan aktifitas lainnya dimana dibutuhkan kinerja otot lengan dan tangan dalam prosesnya. e. Mewarnai Meningkatkan Konsentrasi Aktifitas mewarnai dapat melatih konsentrasi anak untuk tetap fokus pada pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak aktifitas lain yang terjadi di sekelilingnya. Seorang anak yang sedang menyelesaikan tugas mewarnai akan fokus pada lembar gambar yang sedang diwarnainya, sehingga sekalipun pun di sekelilingnya ribut dengan aktifitas anak-anak lain, ia akan tetap fokus menyelesaikan tugas mewarnainya. Kemampuan berkonsentrasi inilah yang kelak berguna bagi anak dalam menyelesaikan soal matematika atau pelajaran lainnya yang membutuhkan konsentrasi tinggi. (dalam Seni, 2010:1).
19
20
2.1.7 Pengertian Metode Demonstrasi Sanjaya, Sumantri, dan Pernama (dalam Abimanyu, dkk, 2010:6-10) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya: proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. Menurut Sumiati dan Asra (2008:101) demonstrasi berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukan suatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas. Proses yang di demonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya. Menurut Fathurrohman (2007:62) metode demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu. Metode demonstrasi ini adalah metode metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.
20
21
Tujuan penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Dari pendapat para ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan proses memperagakan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat melihat secara langsung apa maksud dan tujuan dari peragaan tersebut.
2.1.8 Tujuan Metode Demonstrasi Menurut Abimanyu, dkk (2010:6-11) tujuan digunakannya metode demonstrasi adalah sebagai berikut, a. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa b. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa. c. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama.
2.1.9 Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi Menurut Abimanyu, dkk (2010:6-11) alasan digunakannya metode demonstrasi adalah sebagai berikut, a. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang atau konkrit melalui penjelasan atau diskusi. b. Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi.
21
22
c. Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya. d. Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja e. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.
2.1.10 Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi a. Kelebihan Metode Demonstrasi Menurut Abimanyu, dkk (2010:6-11) kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut, 1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme. 2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan itu. 3) Proses pembelajaran akan sangat menraik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri. 5) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
b. Kelemahan Metode Demonstrasi Menurut Abimanyu, dkk (2010:6-11) kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut, 1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.
22
23
2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu. 3) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan Tanya jawab. 4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang.
2.1.11 Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi Menurut Abimanyu, dkk (2010:6-12) upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : a. Guru harus terampil melakukan demonstrasi. b. Melengkapi sumber, alat, dan media yang diperlukan untuk demonstrasi. c. Mengatur waktu sebaik mungkin. d. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.
2.1.12 Langkah-langkah Pelaksanaan Demonstrasi. Menurut Abimanyu, dkk (2010:6-12) langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi meliputi hal-hal berikut : a. Kegiatan Persiapan 1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. 2) Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 3) Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan.
23
24
4) Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan. b. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran SBK 1) Kegiatan Pembukaan Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pembukaan pelajaran: a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru. b) Tanyakan pelajaran sebelumnya. c) Timbulkan motivasi siswa dengan menggunakan anekdot atau kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. d) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugastugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti. 2) Kegiatan Inti Pembelajaran a) Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh guru. b) Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-baiknya. c) Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan.
24
25
d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. 3) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya adalah : a) Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi. b) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. c) Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. d) Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Adapun kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Poppy M. Abdul dengan Judul Meningkatkan Keterampilan Melukis Pada Siswa Kelas VI SDN 2 Pantungo Kecamatan Telaga Biru Melalui Teknik Fading. Program Studi S1 BK. Universitas Negeri Gorontalo. 2006. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Poppy M. Abdul menunjukan bahwa penggunaan Teknik Fading terbukti dapat meningkatkan keterampilan melukis pada siswa kelas VI SDN 2 Pantungo Kecamatan Telaga Biru. Hal ini 25
26
ditujukan dengan perolehan persentase yaitu pada siklus I terjadi peningkatan 6,17% dari observasi awal sebesar 5,33%. Selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 7,23%, dan pada siklus III meningkat menjadi 90,91%. Penelitian yang dilakukan oleh Poppy M. Abdul lebih menggunakan teknik Fading, dengan indikator penilaian bentuk obyek (kemiripan obyek dengan obyek asli), proses pewarnaan (penggunaan alat-alat melukis, pemilihan dan perpaduan warna), dan posisi atau letak obyek (perspektif pandangan jarak). Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menggunakan metode demonstrasi dengan indikator capaian yaitu kebersihan gambar, perpaduan warna (keindahan dan ketepatan mewarnai), dan hasil lukisan (keindahan objek yang digambar).
2.3
Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi: “Jika digunakan
metode demonstrasi maka keterampilan siswa melukis alam pada siswa kelas IV SDN 2 Pantungo Kecamatan Telaga Biru akan meningkat.”
2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah dikatakan berhasil apabila 75% siswa memperoleh nilai minimal 70 dari perolehan skor indikator keterampilan yang diukur dari 24 siswa yang ada di kelas IV SDN 2 Pantungo diharapkan 18 siswa mengalami peningkatan dalam keterampilan melukis alam.
26