BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kecerdasan Logika Matematika a. Pengertian Kecerdasan Logika Matematika Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Badudu & Mohammad Zain 2002 : 150) kecerdasan didefinisikan “kesempurnaan perkembangan akal dan budi serta ketajaman dalam berfikir” Dari definisi tersebut tampak bahwa kecerdasan bagi anak berkenaan proses pertumbuhan dan perkembangan otak dan cara berfikir yang harus diperhatikan sedini mungkin. Dalam hal ini kecerdasan mencakup perkembangan intelektual dan kognitif anak. Idris (2004 : 419) mengemukakan bahwa pengertian logika adalah “kegiatan otak yang berkenaan kaidah-kaidah berfikir atau jalan fikiran yang selalu berdasarkan pada sesuatu yang masuk akal” Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa logika merupakan pola berfikir yang konkret dan masuk akal serta dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka dan nyata. Logika berkenaan dengan kemampuan akal dan pikiran manusia sehingga bagi anak dapat memicu kecerdasan-kecerdasan lain dalam pertumbuhannya. Berkaitan dengan kecerdasan logika matematika,
Vancleaves (2005 : 1)
mngemukakan bahwa “matematika merupakan bahasa khusus yang menggunakan angkaangka dan simbol-simbol untuk mempelajari hubungan-hubungan kuantitas”. Matematika bersifat logis sehingga dalam penggunaannya bersifat nyata dengan sifat-sifat yang terbuka dan praktis.
Dari pendapat peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan logika matematika sangat penting karena matematika itu sendiri mempersoalkan kegitan operasi hitung-menghitung yang bersifat logis sehingga menjadi salah satu kecerdasan yang disebut kcerdasan logika matematika. Seiring dengan penjelasan ini Nuryanti (2008 : 57) menemukakan bahwa “kecerdasan anak adalah kemampuan berfikr anak menggunakan nalar dan kemampuan memecahkan masalah menggunakan logika”. Berkenaan dengan kecerdasan logika matematika, Bobi de Porter (dalam Suparlan, 2004 : 47) mengemukakan bahwa “kecerdasan logika matematika (logis mathematis) merupakan kecerdasan yang mencakup kemampuan menghitug, bereksperimen mengungkap fakta dan kemampuan memecahkan masalah-masalah matematika”. Dari pendapat ini dapat ditelaah secara ilmiah bahwa kecerdasan logika matematika mengndung pengertian kecerdasan dalam olah pikir kemampuan memecahkan masalah melalui matematika. Dari pendapat-pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan logika matematika merupakan salah satu kecerdasan yang berkaitan dengan berfikir logis dengan menggunakan angka-angka matematika. Kecerdasan logika matematika bagi anak usia dini menyangkut kemampuan anak dalam melakukan operasi hitung secara sederhana serta memecakan masalah dengan menggunakan angka-angka matematika. Dengan demikian kecerdasan ini memerlukan perhatian untuk ditingkatkan pada anak usia dini. b. Karakteristik Kecerdasan Logika Matematika Howard Garnerd (dalam Suparlan 2004 :38) membagi 7 tipe kecerdasan yaitu sebagai berikut: 1) kecerdasan linguistic, 2) kcerdasan logical mathematic, 3) kecerdasan bodyli kinestetik, 4) kecerdasan spatial, 5) kecerdasan musical, 6) kecerdasan interpersonal dan 7) kecerdasan intrapersonal.
Semiawan (2002 : 140) menjelaskan bahwa “pembelajaran logika matematika merupakan suatu materi dengan cara mengkaitkan matematika dengan logika anak”. Dari pendapat ini diartikan bahwa karakteristik kecerdasan logika matematika bagi anak berorientasi pada keberadaan materi-materi yang diajarkan pada anak usia dini dengan mempertimbangkan karakteristik kemampuan dan usianya. Kitano dan kirbi (dalam Semiawan, 2002 : 140) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kecerdasan matematika sebagai berikut: 1) konsep dasar pengetahuan matematika, 2) keterampilan mengatasi masalah mathematic dan 3) keterampilan berhitung. Dari pendapat tersebut yang perlu diperhatikan adalah batasanbatasan angka-angka sebagai rancang bangun matematika bagi anak. Berdasarkan batasan-batasan karakteristik kecerdasan di atas peneliti menggaris bawahi bahwa karakteristik kecerdasan logika matematika pada anak usia dini memperhatikan aspekaspek sebagai berikut : a. Angka-angka matematika di batasi pada angka 1 sampai 10. b. Operasi hitung masih terbatas pada penjumlahan dan pengurangan c. Pembelajaran berasal dari konkret ke abstrak Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa karakteristik kecerdasan logika matematika bagi anak usia dini memerlukan perhatian penting dari guru sebelum melakukan proses kegiatan bermain dan belajar.pijakan-pijakan kegiatan dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika sepenuhnya memperhatikan karakteristik- karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, sehingga kegiatan yang di laksanakan guru tidak akan sia-sia tetapi dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kecerdasan logika matematika.
c. manfaat peningkatan kecerdasan logika matematika Muliwan (2009 : 265) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika bagi anak usia pra sekolah diarahkan pada hitungan sederhana yaitu penambahan dan pengurangan. Dari pendapat ini tampak bahwa kecerdasan logika matematika bagi anak usia dini sangat bermanfaat dalam menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan menggunakan angka-angka dan symbol-simbol matematika dalam memecahkan masalah. Pada anak usia dini, walaupun angka-angka masih dalam taraf sederhana tetapi dapat memperhatikan pengembangan dan pertumbuhan kognitif anak secara signifikan terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dengan menggunakan angka-angka bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada jenjang pendidikan selanjutnya serta sebagai modal dalam memecahkan masalah dalam kehidupan kelak. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kecerdasan logika matematika dapat di manfaatkan dalam menumbuh kembangkan pola berpikir kognitif dan yang berhubungan dengan symbol dan angka serta dapat bermanfaat pula dalam pengembangan kecerdasankecerdasan lainnya termasuk kecerdasan emosi dan sosial anak karena pada akhirnya anak menggunakan kecerdasan logika matematika di lingkungan masyakat pada masa yang akan datang. 2.1.2
hakikat media permainan monopoli
a. pengertian media permainan Secara harfiah “media” berasal dari bahasa inggris yaitu “medium” yang artinya perantara. Sebagai perantara, media sangat berperan dalam menghubungkan antara pemberi informasi dan kepada penerima informasi sehingga kecerdasan media berpengaruh pada penerimaan materibpembelajaran kepada anak didik.
Media dalam dunia pembelajaran merupakan alat yang di gunakan dalam menghubungkan guru dan anak sebagai peserta didik. Dalam pembelajaran media merupakan alat peraga atau berbagai sumber belajar yang di gunakan dalam menyajikan materi kepada anak dengan tujuan meningkatkan hasil belajar bagi anak. Media tersebut berupa alat dan bahan yang dapat membantu guru dalam menyajikan materi dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan mediatidak terlepas dari aspek-aspek kebermanfaatan media itu sendiri. Pengunaan mediabelajar sehingga media diharapkan berpengaruh pada materi yang disampaikan guru dan penerimaan serta pemahaman anak tentang materi yang diberikan tersebut. Suparlan (2006 : 17) menjelaskan bahwa “media sangat berkaitan dengan penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikasi kepada konikan”. Dari pendapat ini tampak bahwa media merupakan alat bantu dalam menyampaikan informasi kepada siapa saja. Dari penjelasan ini tampak bahwa dalam proses pembelajaran media sangat diperlukan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dari urian tersebut di atas peneliti menyimpulkan bahwa permainan merupakan salah satu jenis media yang dapat digunakan guru kepada anak usia dini dalam menyelenggarakan pendidikan maupun proses pembelajaran. Artinya dengan media permainan anak akan belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar sesuai dengan prinsip pendekatan pembelajaran bagi anak usia dini. b. Jenis-jenis media permainan Media permainan sebagai media pembelajaran setiap saat berkembang sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Jenis dan ragamnya semakin bertambah sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan. Jenis-jenis media permainan berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
Dalam mengklasifikasi media-media permainan tetap berpijak pada penggolongan jenis media pembelajaran secara umum. Menurut Mukhtar (2006 : 113) media pembelajaran bagi anak terbagi atas beberapa jenis sebagai berikut : a.Media audio Media audio yaitu media pembelajaran yang hanya dapat di dengar tetapi tidak dapat dilihat antara lain, MP3, tape recorder dan radio. Dengan media audio guru dapat menciptakan permainan seperti melakukan gerakan-gerakan. b. Media visual Media visual berupa slide , gambar-gambar baik gambar diam maupun gambar bergerak. Media visual dapat diupayakan dapat di mainkan anak seperti kartukartu,monopoli,domino dan sebagainya. c. media Media audio visual yaitu perpaduan antara media audio yaitu dapat di dengar dan media visual dapat dilihat, misalnya VCD, televisi dan sebagainya. Klasifikasi media tersebut di atas dapat di kembangkan guru sesuai dengan materi yang di ajarkan serta karakteristik kemampuan anak. Di samping itu guru harus memahami factor keamanan dalam menggunakan media khususnya untuk anak-anak Paud. Media yang di gunakan guru pada dasarnya di upayakan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta ketuntasan belajar anak. c. Karakteristik Media permainan
Idris (2004 : 425) menjelaskan bahwa “permainan adalah barang atau sesuatu yang dapat dimainkan”. Dari pengertian ini tampak permainan merupakan media yang sangat bermanfaat bagi anak usia dini. Permainan berkenaan dengan kegiatan bermain anak. Artinya berbicara tentang permainan mencakup pula kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan senang hati tanpa beban. Dengan bermain kita akan merasakan suatu kepuasan yang berbeda dengan melakukan pekerjaan. Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dilakukan setiap saat sehingga perlu diperhatikan dan diarahkan dengan positif pada kegiatan pembelajaran di Paud. Seto Mulyadi (dalam Sumaatmaja 2002 : 34) mengemukakan lima karakteristik bermain sebagai berikut: 1) Bemain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak. 2) Bermain didasari dari motivasi yang muncul dari dalam diri anak yang melakukan kegiatan tersebut dan anak bebas memilih alternative kegiatan bermainnya. 3) Bermain sifatnya spontan dan suka rela, bukan merupakan kewajiban yang dibebankan kepada anak. 4) Bermain memerlukan peran aktif bagi anak secara fisik maupun mental. 5) Bermain dapat dihubugkan dengan sesuatu yang bukan bermain misalnya belajar memecahkan. masalah dan sebagainya Dalam pedoman teknis penyelenggaran Paud (Anonim, 2010 : 19) dikemukakan karakteristik proses kegiatan bermain di lembaga Paud sebagai berikut: 1) penataan tempat bermain sebagai pijakan awal, 2) menyambut kedatangan anak dalam bermain, 3) proses permainan itu sendiri yang harus dibuat aman bagi anak dan, 4) kegiatan refleksi kegiatan. d.Manfaat Permainan
Pelaksanaan kegiatan bermain bagi anak sangat bermanfaat dalam membiasakan anak berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya bermain ditengah keluarga, bermain dengan teman-teman sebaya maupun bermain lingkungan sekolah. Menurut Nuryanti (2008 : 67) brmain bagi anak bermanfaat menyediakan kesempatan dalam berbagai aspek seperti 1) mengui kemampuan 2)mengekspresikan emosi 3) berekspresikan dengan peran 4) meningkatkan pemahaman dan 5) melatih keterampilan untuk tahap selanjutnya. a. Permainan Monopoli Bagi Anak Paud Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu dan Zain, 2002 : 341) monopoli diartikan “ kegiatan berdagang tanpa memperhatikan kerugian dan keuntungan pihak lain”. Selanjutnya Idris (2004 :449) menjelaskan bahwa monopoli adalah orang yang selalu ingin berdagang dan orang lain tidak boleh ikut”. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa permainan monopoli dilator belakangi oleh kegiatan dalam berdagang. Dalam kegiatan berdagang muncul transaksi jual beli antar pedagang dan pembeli. Dalam kegitan transaksi ini digunakan uang sehingga kegiatan monopoli berkenaan dengan kegiatan membayar dan menghitung uang yang memerlukan kemampuan berfikir logis yang berhubungan dengan kegiatan matematika. Dalam permainan monopoli bagi anak Paud dapat disederhanakan guru dan disesuaikan dengan karakter kemampuan anak. Angka-angka dibatasi pada 1 sampai dengan 10 sesuai dengan karakteristik kemampuan anak pada usia dini. Akan tetapi penamoilan angka dan makna-makna dalam permainan monopoli diupayakan yang dapat merangsang anak-anak dalam bermain dan belajar. Di bawah ini peneliti memberikan contoh permainan monopoli sederhana yang dapat dimainkan anak usia dini sebagai berikut
Gambar 1 Permainan Monopoli Bagi Anak Usia Dini Membeli Buku Rp. 1000
Turun 2 Langkah
Terima Uang tas Rp.3000
Bayar Kue Buku Rp.500
Maju 2 Langkah
Membeli Mainan Rp.5000
Membeli Permen
Membeli Buku Rp.1000
Jual Komik Rp.5000
Terima Harga Oreo Rp.1000
Maju 1 langkah
Beli Tas Rp.5000
Membeli Komik Rp.1000
Bayar Ojek Rp.1000
Membeli Krupuk Rp.500
Membeli Pensil Rp.500
Gambar 2 Dadu Permainan Monopoli Bagi Anak Usia Dini
Catatan : gambar merupakan kreasi sendiri Pada gambar di atas, tampak bahwa jenis kegiatan pada permainan monopoli masih dalam bentuk sederhana dan sesuai dengan perkembangan anak. Walaupun angka-angka yang harus dikenalkan bagi anak dibatasi pada angka 1-10 tetapi karena menyangkut belanja maka digunakan uang nominal Rp. 500-5000 yang merupakan nominal mata uang kertas terendah di Indonesia. Dari kajian teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan logika matematika bagi anak Paud dapat ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan yang merangsang dan
memotivasi pertumbuhan dan perkembangannya melalui media permainan diantaranya permainan monopoli. 2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Permainan Monopoli Menurut Rahadi (2004 : 13) bahwa “setiap media yang digunakan guru dalam pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahannya”. Dengan demikian dalam penggunaan media monopoli dalam meningkatkan kecerdasan matematika terdapat pula keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan dan kelemahan ini yang dapat dipertimbangkan dalam menggunakan media monopoli. Adapun keungulan dan kelemahan media monopoli sebagai berikut: a. Keunggulan Media Monopoli Keunggulan media monopoliterdapat dalam bentuknya yang sederhana dan ringan sehingga mudah dibawa kemana-mana. Keunggulan lain bahwa permainan ini sangat dapat dirancang sendiri oleh guru dan mudah digunakan baik oleh guru maupun anak serta sangat aman jika digunakan anak Paud. b. Kelemahan Media Monopoli Kelemahan media permainan monopoli yaitu mudah rusak karena hanya terbuat dari kertas, harus disiapkan dalam bentuk banyak karena media ini hanya dapat dimainkan secara berpasangan. Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, disimpulkan bahwa media permainan monopoli dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan logika metematika, khususnya bagi anak Paud, karena dengan melakukan permainan ini anak Paud akan mengasah kecerdasan logika matematika secara signifikan serta dapat melatih operasi hitung sederhana. 2.2 Hipotesi
Hipotesisi tindakan dalam penelitian tindakan ini adalah “jika dilaksanakan kegiatan permainan monopoli, maka kecerdasan logika matematika anak Paud Mawar, Kecamatan Tilmuta Kabupaten Boalemo akan meningkat. 2.3 Indikator Kinerja Indikator kinerja yang menunjukkan keberhasilan penelitian ini apabila kecerdasan logika matematika anak Paud Mawar Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo meningkat dari 50% (10 anak) menjadi 80% (18 anak) sesuai dengan indicator-indikator kecerdasan logika matematika yang telah ditetapkan.