7
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Berbicara Dalam Berpidato a. Pengertian Berbicara Hakikat berbicara merupakan pengetahuan yang sangat fungsional dalam memahami seluk beluk berbicara. Manusia hidup selalu berkelompok mulai dari kelompok kecil, misalnya keluarga, sampai kelompok yang besar seperti organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Di mana ada kelompok baru manusia, di situ pasti ada bahasa.
Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat moderen. Dalam setiap masyarakat diperlukan komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
cara,
diantaranya
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif. Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya: percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya. Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah,
7
8
sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan. Guntur Tarigan (2000:15) berpendapat bahwa “berbicara adalah kemampuan
mengucapkan
bunyi-bunyi
artikulasi
atau
kata-kata
untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”, sedangkan sebagai alat untuk mengomunikasikan gagasan yang di susun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Menurut
Lagousi
(2000:
25),
berbicara
adalah
kegiatan
menyampaikanpesan oleh seseorang kepada orang lain dengan memakai bahasa lisan atau bahasa verbalsebagai objek dalam pemyampaian (bahasa yang dikeluarkan oleh artikulasi)dan dibantu oleh bahasa nonverbal (bahasa yang dilakukan dengan menggunakan gerak tubuh). Menurut Semi, (2001: 2). Berbicara perlu dipelajari dan dilakukan melalui latihan, orang tidak mungkin dapat berbicara dengan benar bila ia tidak pernah maumencoba berbicara di depan orang banyak”. Berbicara
adalah
segala
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
tindakanmenyatakan sesuatu kepada seseorang dalam bentuk ujaran (bahasa
9
lisan). Pengertiantersebut memberikan gambaran bahwa berbicara atau aktivitas manusia denganbahasanya yang terwujud dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan.Oleh karenaitu, retorika pada hakikatnya senantiasa berkaitan dengan kegiatan manusia dalamberkomunikasi.Berkomunikasi yang dimaksud adalah kegiatan komunikasi yangdilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.
b. Tujuan Berbicara Berbicara
untuk
tujuan
menginformasikan,
untuk
melaporkan,
dilaksanakan bila seseorang ingin menjelaskan sesuatu proses; menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa. Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi. Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni : 1) berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal, 2) berbicara adalah proses individu berkomunikasi, 3) berbicara adalah ekspresi kreatif, 4) berbicara adalah tingkah laku, 5) berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,
10
6) berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman, 7) berbicara sarana memperluas cakrawala, 8) kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, 9) berbicara adalah pancaran kepribadian. (Logan dkk., 1972:104-105).
c. Proses Berbicara Ada dua proses terjadinya berbicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.Di dalam otak terdapat tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan.
2.1.2 Pengertian Pidato Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan pernyataan tentang suatu hal atau peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.Pidato juga sebagai suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak.Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain
11
sebagainya.Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orangorang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik/umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
a. Bahasa yang Digunakan dalam Pidato Dalam berpidato, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sopan dan santun serta mudah dipahami oleh khalayak. Seseorang yang berrpidato hendaknya mengetahui bahasa apakah yang akan digunakan untuk disampaikan agar nantinya khalayak bisa menerima isi pidato yang kita bawakan. Adapun fungsi yang terdapat dalam pidato yakni mempermudah komunikasiantar atasan dan bawahan, mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi, menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut, dan mempermudah komunikasi.
b. Metode dan Jenis-Jenis Pidato Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidato di depan umum: 1) Impromptu yaitu metode berpidato yang serta merta tanpa adanya persiapan. 2) Memoriter yaitu metode berpidato dengan menghapalkan naskah pidato terlebih dahulu. 3) Naskah yaitu metode berpidato dengan membacakan teks/naskah pidato.
12
4) Ekstemporan yaitu metode berpidato dengan terlebih dahulu menyiapkan garis-garis besar konsep pidato yang akan disampaikan. Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi enam yakni: a) Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc. b) Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan. c) Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian. d) Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. e) Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan. f) Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban. Salah satu tujuan program pembinaan Pendidikan Dasar dan skala menurut Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 adalah meningkatkan kualitas yang memadai. Salah satu kegiatan pokok dalam upaya peningkatan kualitas adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar.Tujuan peningkatan mutu pendidikan terutama meningkatakan kompetensi peserta didik, sehingga bermoral tinggi berkemampuan adatif dan kompetitif untuk menghadapi perubahan zaman. Oleh karena itu peserta didik perlu memiliki kemampuan
13
metakognitif dan kompetensi untuk berpikir dan belajar sebagaimana dalam lingkungan belajar terpadu antara belajar di sekolah dan belajar di luar sekolah. Demikian pula peserta didik perlu mampu mengakses, memilih, menilai, pengetahun dan informasi yang diperoleh serta mampu mengatasi situasi yang rumit, mencari solusi terhadap masalah yang tidak dapat dipecahkan dan mampu mengatasi keadaan- keadaan yang terlihat secara kasat mata. Peningkatan mutu pendidikan pada subtansinya pendidikan yang meliputi kurikulum, penilaian , dan sumber pembelajaran merupakan bagian dari proses belajar mengajar termasuk di dalamnya cara-cara belajar Bahasa Indonesia. Pembelajaran pada dasarnya menciptakan suasana agar peserta didik mau belajar subtansi yang mau dipelajari. Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, terletak pada kemampuan peserta didik mengelola, belajar, dan membangun struktur kognitif, efektif dan psikomotor. Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru-guru dengan anak didik. Dalam interaksi tersebut guru melakukan kegiatan yang disebut mengajar. Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tergantung pada guru untuk memberikan informasi bagaimana semestinya belajar yang efektif.Keberhasilan pembelajaran yang efektif dalam membaca pidato akan menunjukkan tingkat pamahaman dan penyerapan bahan ajar yang telah diberikan, baik tidaknya hasil belajar dipengruhi oleh efektifitas dan efisiensi guru dalam mengajar. Sebagai peserta didik yang duduk dibangku Sekolah Dasar, khususnya kelas tinggi hendaklah diperhatikan
14
secara maksimal dalam memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia, karena Bahasa Indonesia dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui bagaimana mestinya belajar yang efektif dalam membaca pidato khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.Keberhasilan anak didik dalam mencapai sesuatu, harus butuh arahan guru. Guru sebagai fasilitator bisa memberikan yang terbaik bagi muridnya. Ketepatan dalam cara belajar siswa merupakan faktor belajar yang penting dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa khusunya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada umumnya kita melihat dan mengetahui bahwa orang berpidato, itu adalah berbicara didepan massa untuk menyampaikan sesuatu. Dalam KBBI (2002:776), pidato artinya (1) mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, (2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan pada pidato pertanggung jawaban presiden didepan sidang DPR/MPR, pidato pengukuhan yang diucapkan secara tradisional oleh seorang guru besar universitas pada saat diangkat secara resmi, pidato radio yang disiarkan melalui radio, pidato perkenalan dan pidato perpisahan. Berpidato adalah berbicara dengan tidak mengunakan kata-kata yang dipadukan dengan kata kenegaraan, sehinnga menjadi bicara kenegaraan, bicara pengukuhan, bicara radio, berbicara perkenalan, bicara perpisahan, dan berbicara jamuan makan malam. Disini tampak dengan jelas bahwa penggunaan kata “ Berbicara” lebih luas dibanding “Pidato”
15
Ada beberapa kiat praktis untuk meningkatkan rasa percaya diri. Utamanya meliputi aspek kemauan, pemahaman serta keterampilan. Untuk memenuhi aspek kemauan, Anda perlu melakukan berbagai usaha. Antara lain: a. Bekerjalah dengan ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala walau tidak enak untuk dikerjakan. b. Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai (vaIue) dan prinsip-prinsip yang kuat. c. Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki. d. Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan problem umat akan tumbuh. e. Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk membela hak-hak kita yang hilang. f. Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun. g. Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita. Sedangkan untuk aspek pemahaman dan keterampilan, barangkali beberapa langkah berikut bisa Anda usahakan: a) Milikilah catatan/referensi materi dan agenda yang rapi. b) Siapkan materi yang akan disampaikan. Naik panggung tanpa persiapan, maka turun panggung penuh dengan kehinaan c) Bacalah buku-buku referensi, ini sangat membantu meningkatkan pemahaman.
16
d) Milikilah hafalan yang baik. Orang berbicara mengandalkan apa yang diingat. e) Ambillah selalu kesempatan untuk tampil dimuka umum kapan saja. Sebagai latihan melancarkan kemampuan bicara dan kontrol diri. f) Ikutilah beberapa pelatihan, semisal pelatihan Training for Trainer, atau sejenis pelatihan untuk pelatih dan fasilitator yang membekali skill mengajar. Dengan kecakapan dalam bidang pemahaman dan keterampilan, ditambah kemauan yang keras, insya Allah usaha perbaikan, mengajak manusia ke jalan yang diridhai Allah akan punya hasil dan rentang usia yang panjang. Adapun 3 cara khusus sebelum melakukan pidato yang antara lain sebagai berikut: a. Ada banyak orang yang takut berbicara di depan umum. Dalam pendapat saya, siswa perlu mempersiapkan sepenuhnya untuk presentasi atau pidato. Pastikan siswa tahu apa yang akan siswa katakan baik di muka. siswa harus „siap‟ pernah dan percaya bahwa sesuatu yang berguna akan keluar dari mulut Anda! Biasanya tidak kecuali siswa sangat percaya diri. b. Mencetak pidato atau presentasi dan menulis catatan sebelumnya. Jika siswa memberikan presentasi kemudian menulis catatan di samping gambar slide. Jangan menulis terlalu banyak meskipun atau siswa akan menjadi bingung dan kehilangan jejak. Hanya membuat beberapa poin-poin singkat yang bisa Anda ikuti dan menunjuk kembali selama presentasi. c. Praktik di depan siapa pun yang Anda dapat: anjing, kucing, cermin atau pasangan siswa (jika siswa memiliki saraf). Hal ini mungkin terlihat cukup menakutkan dan kadang-kadang memberikan presentasi atau pidato di depan
17
satu orang di rumah adalah lebih buruk daripada sebuah ruangan penuh orang. Tapi itu akan memberi siswa lebih percaya diri. Pengertian Pidato.Menurut Pateda dan Pulubuhu (2000:262) pidato adalah bahan yang disampaikan secara lisan oleh seseorang kepada pendengar yang dilaksanakan pada tempat dan waktu tertentu berdasarkan alasan dan tujuan tertentu. Menurut Evendhy Siregar (2000: 32) pidato adalah suatu proses komunikasi atau interaksi sosial antara si pembicara dengan para pendengarnya (komunikan). Sedangkan menurut Prof. W. James (http/www.geogle.com) tentang pengertian pidato adalah keterampilan yang berhubungan dengan kelompok atau massa yang dipimpinnya untuk dipengaruhi dan diajak berfikir. Dengan perkataan lain, dialog lahir dan batin antara si pembicara dengan para pendengarnya. Dalam proses seperti itu sering diperlukan unsur- unsur pidato yakni ide pidato, tema pidato, materi pidato, subjek pidato, objek pidato, dan efek dari pidato itu sendiri. Menurut Pateda dan Pulubuhu (2003:271), metode berpidato dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: a. Metode dadakan, seseorang tidak merencanakan untuk berpidato, tetapi tibatiba diminta untuk berpidato. b. Metode naskah, naskah pidato disiapkan, lalu dihafal sebelum di pidatokan. c. Metode menghafal, naskah pidato disiapkan, lalu dihafal sebelum di pidatokan.
18
d. Metode mampu, maksudnya pemberi pidato mempersiapkan melalui ingatan, lalu berpidato tanpa melihat naskah atau catatan dan membawanya secara mampu dan menarik. Membaca Teks Pidato dengan pengucapan, lafal, intonasi, gaya dan penjiwaan yang tepat sangat besar kemungkinannya dalam suatu kesempatan nanti, jika kamu akan diminta untuk menyampaikan suatu pidato, entah karena jabatan yang diduduki atau karena prestasi yang diraih. Namun, sering seseorang gundah dan berkelit ketika diminta memberikan pidato dalam suatu acara. Berbagai alasan dikemukakan, mulai dari kurang PD (percaya diri), demam panggung, belum berpengalaman, sampai tidak tahu apa yang harus dikatakan. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi karena ada bermacam-macam cara berpidato yang dapat dipilih sesuai kemampuan. Di antara metode- metode yang telah dikemukakan di atas, metode yang paling cocok bagi siswa atau yang baru belajar ataupun pertama kalinya melakukan, yaitu dengan metode naskah. Keuntungan metode ini adalah orator/siswa tidak perlu berpikir tentang materi yang akan disampaikan. Semua kata yang akan diucapkan, sudah ditulis dalam naskah dan tinggal membacakannya. Naskah ditulis biasanya sebelum berpidato dan dapat meminta bantuan orang lain atau guru untuk memberi masukan materi pidatonya. Bahkan
ada
yang sepenuhnya
dibuatkan oleh orang lain. Sementara
kelemahannya, yaitu seseorang harus mengeluarkan waktu lebih banyak untuk menyusun dan membacakannya. Karena terpaku pada teks, pidato menjadi tidak komunikatif.
19
Tatapan mata kepada hadirin sebagai bentuk komunikasi tubuh menjadi kurang terjalin sehingga menjadi terlalu terikat dan kurang fleksibel beradaptasi dengan perkembangan situasi dan reaksi audiensi. Untuk mengimbangi kelemahan itu, orator/ siswa harus dapat menghidupkan naskah yang dibacanya dengan cara membacakan dengan pengucapan, lafal, intonasi, gaya, dan penjiwaan yang tepat dan baik. Oleh karena itu, selain mempersiapkan naskah pidato, penting sekali untuk berlatih terlebih dahulu sebelum siswa/orator membacakan naskah teks pidato. Jenis- Jenis Pidato. Menurut Pateda dan Pulubuhu (2003: 264), pidato dapat dibedakan menjadi: a. Pidato
Propaganda
adalah
pidato untuk
membalikkan,
meyakinkan,
mempengaruhi perasaan, sikap dan pikiran orang lain atau memasukkan suatu paham kepada pihak lain sehingga orang tersebut merubah pendiriannya. b. Pidato Agitasi adalah pidato yang menganjurkan, menghasut, akan suatu perbuatan sehingga menimbulkan pergerakan untuk tunjukkan kekerasan. Atau biasa disebut juga dengan pidato di depan massa dengan tujuan membakar semangat yang berkobar- kobar agar massa dapat ditarik untuk siap dapat digerakkan kepada suatu tindakan atau tujuan kekerasan. c. Pidato Penerangan adalah pidato yang mengandung penerangan terhadap sesuatu, keadaannya sesuai dengan apa adanya dan tidak menyimpang dari persoalan yang sebenarnya.
20
d. Pidato kampanye adalah pidato yang sengaja dilakukan terbuka dan berbentuk masal, untuk menarik hati rakyat pemilih agar menjadi pengikut sesuatu kontestan pada waktu pemungutan suara diadakan. e. Pidato Khotbah adalah pidato yang sering digunakan dalam acara- acara keagamaan. f. Pidato ilmiah adalah pidato yang disampaikan secara khusus dan mendalam oleh seseorang ahli sesuai bidang keahliannya. Menurut Evendhy Siregar (1984:79), langkah- langkah yang efektif dalam berpidato adalah sebagai berikut: a. Membuat persiapan naskah pidato. b. Berpenampilan yang baik, akan menentukan sukses tidaknya sebuah pidato. c. Mestinya menguasai massa dan situasinya. d. Mengendalikan diri. Langkah-langkah dalam berpidato yang baik dan benar yakni antara lain: 1) Menentukan Tujuan Pidato Tujuan dalam berpidato harulah jelas, untuk apa kamu berpidato, apakah memberitahu, menghibur atau membujuk. Selain itu juga harus merumuskan dengan jelas tujuan khususnya, yaitu tanggapan apa yang diharapkan setelah pidato itu selesai. 2) Memilih dan menyampaikan pokok persoalan Terkadang pokok persoalan sudah ditentukan oleh panitia sebelumnya, terkadang pun sang pembicara juga diberikan kebebasan untuk memilih pokok persoalan dalam berpidato. Tapi walaupun persoalan itu sudah ditentukan atau
21
belum, pembicara wajib menyempitkan pokok persoalan ini, untuk disesuikan dengan kesanggupannya atau kemampuannya, minatnya dan waktu yang disediakan untuk berpidato. 3) Menganalisis pendengar dan suasana Pembicara harus berusaha mengetahui siapa yang akan menjadi pendengarnya. Jumlah mereka banyak atau sedikit, mereka umumnya tergolong terpelajar atau tidak, bagaimana suasana dalam pidato nanti, apakah hadirin duduk atau berdiri, pagi atau siang, di salam ruangan atau di tanah lapang, dan sebagainya. Semua itu harus diperhitungkan agar pidatonya bisa berhasil 4) Mengumpulkan bahan Pembicara dapat mengumpulkan bahan yang sesuai dengan pokok masalah yang akan disampaikan melalui banyak cara, diantaranya adalah : (a) Membaca buku, majalah, Koran dan sumber sumber pengetahuan lain yang sesuai dengan pokok masalah yang akan di sampaikan. (b) Berusaha menambah wawasan atau bertanya kepada orang yang lebih tahu. (c) Mengingat kembali pengamalaman pribadi yang relevan. 5) Membuat kerangka Berdasarkan bahan bahan yang berhasil dikumpulkan itu lalu disusun pokokpokok yang akan dibicarakan menurut urutan yang baik. Di bawah pokokpokok utama tadi diadakan perincian lebih jauh, dengan itu pengertian bahwa bagian-bagian yang terperinci itu harus memperjelas pokok-pokok utama tadi.
22
6) Menguraikan secara mendetail Setelah kerangka selesai disusun, maka pembicara bebas memilih, yaitu berbicara bebas dengan sekali-kali melihat kerangka (metode ekstemporan), atau menggarap pidato secara lengkap kata demi kata, kemudian dibacakan atau dihafalkan (metode naskah atau metode menghafal). Jadi, cara menguraikan kerangka pidato itu tergantung pada metode apa yang dipilih. 7) Melatih dengan suara nyaring Setelah semua persiapan selesai, pembicara sudah bisa mulai latihan berpidato dengan suara keras seperti yang akan dilakukan dalam pidato sesungguhnya. Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam keseharian kehidupan kita sebagai manusia. Sehingga sejak dini melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa dilatih untuk belajar bicara. Tujuan dari belajar berbicara adalah menyampaikan buah pikiran, gagasan dan ide dengan bahasa yang dapat dipahami orang lain dengan tingkat kebahasaan sesuai dengan karakter umur dan kelompok kelas siswa bersangkutan. Dengan berbicara maka segala unek-unek, gagasan, ide dan pendapat akan tersampaikan. Apabila isi dari pembicaraan seseorang mendapat tanggapan yang baik dari si penyimak maka akan menciptakan efek kepercayaan diri yang lebih dari si pembicara untuk selanjutnya berkreasi menyampaikan gagasan lainnya. Melalui penyampaian gagasan akan berdampak pada daya imajinasi siswa dalam mengolah pikirannya sehingga akan meningkatkan daya pikir dan logika. Tak ayal lagi hanya melalui melatih siswa dalam berbicara mereka akan berkreasi tanpa batas menghasilkan manusia-manusia unggul dan berhasil kelak dikemudian hari.
23
Bahan Pembelajaran Berbicara di tingkat Sekolah Dasar. Sebagai pendukung upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran berbicara beberapa bahan pelajaran yang digunakan disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Kesesuaian itu diperlukan karna antara media/bahan pembelajaran dengan metode saling terkait. Bahan pembelajaran tersedia apabila tidak didukung oleh metode yang tepat maka pembelajaran menjadi tidak bermakna. Demikian pula jika metode pembelajaran dengan prosedur yang teratur dan baik tetapi tidak dilengkapi dengan media ataau bahan ajar yang baik maka proses pembelajaran menjadi tidak baik pula. Beberapa bahan atau media yang layak dipertimbangkan dalam membelajarkan berbicara kepada siswa SD adalah : a. Media bacaan sederhana baik fiksi maupun non fiksi yang dibaca habis oleh siswa yang diramu dengan metode tanya jawab diskusi dan bermain peran. b. Media audio visual yang disajikan oleh guru yang diramu dengan metode diskusi, tanya jawab dan bermain peran. Melalui tema yang disajikan pada media tersebut guru memancing siswa agar dapat berbicara. c. Cerita rekaan guru berdasarkan kejadian yang bersifat fiktif ataupun fakta, yang diakhiri dengan kegiatan diskusi yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berpendapat dan setiap pendapat adalah baik dan mendapat reward dari guru. d. Bahan dibawa sendiri oleh siswa melalui metode penugasan dimana siswa ditugaskan untuk menceritakan pengalamannya sendiri berdasarkan suatu tema yang selanjutnya disajikan oleh siswa dalam bentuk tulisan untuk
24
mempermudah guru dalam mengevaluasi. Dengan kegiatan ini akan didapatkan manfaat berganda selain siswa dibelajarkan tentang berbicara selebihnya mereka akan mendapat pembelajaran menulis pula. e. Kegiatan membahas puisi yang disajikan oleh siswa untuk kemudian di paraprase. Kegiatan diskusi dapat mengikutinya sehingga terjadi interaksi lebih baik antara siswa dan guru. Metode pembelajaran berbicara. Senada dengan pembahasan di atas bahwa tanpa metode yang tepat maka bahan pembelajaran dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa menjadi tidak berarti. Maka berikut akan diuraiakan beberapa metode pembelajaran yang layak dipertimbangkan dalam kegiatan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia SD. a) Metode Ulang Ucap. Kegiatan ini dapat dimulai dari kegiatan sederhana terutama untuk kelas awal SD yaitu dengan menugaskan siswa mengulang kata yang diucapakan oleh guru. b) Metode Lihat Ucap. Siswa ditugaskan untuk mengucapkan sesuatu kata atau kalimat yang berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh guru c) Metode Memberikan Deskripsi. Dengan metode ini siswa diberikan tugas untuk untuk mendeskripsikan suatu benda yang diperlihatkan oleh guru. Keterampilan yang dilatih selain kemampuan pokok yaitu mengungkapkan pendapat adalah megamati benda, memilih dan mencocokkan sehingga sangat cocok diterapkan pada siswa kelas awal sampai menengah di Sekolah Dasar. d) Metode Menjawab Pertanyaan. Metode ini sudah sangat umum sehingga dapat diterapkan pada kondisi dan jenis sembarang bahan ajar. Pertanyaan dapat
25
dikondisikan sedemian rupa oleh guru untuk merangsang kreatifitas berfikir dan menyampaikan tanggapan terhadap suatu masalah yang diajukan. e) Metode Bertannya. Metode bertanya juga sangat layak digunaka pada sembarang bahan ajar. Dengan menyajikan bahan ajar telebih dahulu kemudian siswa ditugaskan untuk membuat pertanyaan tentang sesuatu yang tidak dipahami oleh siswa atau bahkan dalam tataran menguji materi ajar itu sendiri. Dengan bertanya mereka akan mendapat jawaban dan tanggapan tersebut. Tanggapan dan jawaban tersebut yang diterima oleh siswa akan masuk dalam suatu kondisi benar dan tidak. Apabila siswa memang dasarnya adalah murni bertanya maka setelah mendengarkan jawaban/tanggapan dan menganalisanya akan menanggapi benar atau salah. Dan apabila siswa bermaksud menguji sudah barang tentu mereka sudah memiliki jawaban dan hal itu adalah proses berfikir yang selangkah lebbih maju. Sehingga siswa ini tergolong memiliki kecerdasan lebih dan layak mendapatkan penghargaaan yang lebih pula. Kondisi-kondisi unik lainnya dapat ditemui secara langsung dilapangan dengan tingkat variasi dan kompleksitas yang lebih tinggi. f) Metode Pertanyaan Menggali. Metode ini sangat baik digunakan jika kondisi siswa yang stagnan dan dengan rata-rata tingkat pemahaman bahkan iq biasabiasa saja. Karna untuk mengantarkan mereka kepada suatu pemahaman yang menjadi tujuan pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang menggiring siswa sehingga sampai pada suatu keadaan paham kepada tema atau permasalahan yang ingin kita sampaikan. Terkadang usaha ini agak sulit dan membuat kita jengkel karna harus berputar-putar mencari pengandaian dan
26
logika lain, akan tetapi disinilah letak seni kita sebagai guru.Akhirnya siswa akan dapat berbicara untuk menyampaikan gagasan, ide dan pendapat mereka. g) Metode Melanjutkan. Pada kegiatan ini siswa secara bergilir ditugaskan untuk membuat ide cerita dan siswa yang lainnya melanjutkan cerita tersebut. Dalam keadaan tertentu dapat dikondisikan suatu bentuk permainan dalam kegiatan ini. h) Metode Menceritakan Kembali. Kegiatan ini sudah sangat umum dilaksanakan terutama dalam pembelajaran yang menggunakan bahan ajar certai baik fiksi maupun non fiksi. Dimana siswa ditugaskan untuk membaca atau mendengar cerita untuk kemudian menceritakan kembali isi cerita tersebut secara lisan di depan teman-teman mereka yang berperan sebagai audien. Dengan kegiatan ini maka siswa akan tertantang untuk berlomba memahami cerita yang sudah pernah mereka dengar atau basa. i) Metode Percakapan atau Bermain Peran. Kegiatan ini sangat baik dilaksanakan untuk pemahaman tingkat lanjut tentang suatu cerita dimana dengan memerankan siswa akan lebih memahami bukan hanya kepada alur cerita akan tetapi akan lebiih kepada penjiwaan karakter masing masing tokoh. Dalam keadaan ini pemahaman siswa terhadap cerita akan utuh karna dengan berbicara mengucapkan naskah cerita atau drama mereka akan sangat menghayati setiap adegan dan untaian kata percakapan yang diucapkan. j) Metode Parafrase. Metode ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar menggunakan bahan ajar puisi yang selanjutnya dirubah menjadi prossa yang kemudian siswa ditugaskan menceritakan secara lisan hasil paraprase tersebut.
27
k) Metode Reka Cerita Gambar. Metode ini sangat kreatif dan layak untuk dicoba karna dengan menyajikan gambar acak siswa akan mereka kembali dengan susunan yang benar urutan gambar tersebut. Dalam kegiatan tersebut dengan sudah sangat pasti mereka akan berbicara setelah guru bertanya, “Anak anak, Bagaimanakah susunan yang benar dai gambar tersebut ?” . l) Metode Memberi Petunjuk. Metode ini layak juga untuk dicoba terutama untuk mempelajari bahan ajar tentang denah, petunjuk penggunaan obat dan alat tertentu. Dengan penugasan untuk menyampaikan hal tersebut siswa akan tertantang untuk berbicara dan menyampaikan penjelasan berdasarkan ide dan pendapat masing-massing melalui bahasa sederhana dan sesederhanapun penyampaian layak mendapat penghargaaan. m) Metode Pelaporan. Melalui pengamatan terhadap obyek pada kegiatan tertentu siswa kemudian melaporkan hasil pengamatan dengan penyampaian lisan yang didahului oleh konsep tulisan. Dalam hal ini terjadi proses mirip dengan proses pada metode identifikasi akan tetapi memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Sehingga sesederhana apapun penyampaian siswa layak dihargai karna sebagai awal mula yang baik untuk proses penelitian dan pelaporan dalam kegiatan ilmiah yang sangat mendukung proses meningkatkan kreatifitas siswa. n) Metode Wawancara. Kegiatan ini adalah kegiatan tingkat tinggi dari bertanya hingga menganalisa jawaban audien kemudian mengajukan pertanyaan berikutnya yang diikuti oleh proses pelaporan layaknya seorang wartawan. Proses berbicara dari nkegiatan ini adalah awal dari membentuk pribadi yang kritis dan santun.
28
o) Metode Diskusi. Kegiatan ini adalah proses interaksi tingkat tertinggi yang merangsang daya fikir, logika, kritis dan santun. Dalam kegiatan ini sejelek apapun pendapat, sanggahan dan klarifikasi siswa adalah hal yang maha baik dalam memulai suatu sikap peka terhadap lingkungan dan isu-isu tertentu dalam mencari jalan keluar. Dimana sudah barang tentu merupakan kreatifitas yang sangat layak mendapat penghargaan. p) Metode Bertelpon. Seiring dengan teknologi informasi yang kian maju maka keterampilan bertelpon sangat penting dalam membentuk sikap cepat, efektif dan sopan dalam berkomunikasi. Karna berbicara melalaui telpon tanpa hadirnya lawan bicara secara langsung memerlukan tingkat kepekaan yang tinggi dalam tata cara pergaulan sehari-hari dalam kegiatan bertelpon. q) Metode Dramatisasi. Metode ini adalah kelanjutan dari kegiatan bermain peran yang dilengkapi dengan tema, seting, perwatakan, seting dan naskah drama yang ditampilkan secara utuh. Keterampilan berbicara dapat diukur melalui berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan di kelas. Misalanya kegiatan-kegiatan: (1) berbicara tentang apa yang: diketahui, didengar, dibaca, dilihat, diamati, dingini, dipikirkan, ditonotn, dialami, dirasakan; (2) berpidato, berceramah; (3) bercerita; (4) berdiskusi, seminar; (5) berwawancara; (6) bertanya jawab; (7) bercakap-cakap; (8) berkampanye; (9) memperkenalkan, membawakan acara; (10) berbicara melalui telepon.
29
Secara khusus aspek yang dinilai di dalam ujian berbicara adalah didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pengajarannya yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum. Secara umum aspek yang dapat dinilai di dalam ujian berbicara di antaranya adalah sebagai berikut ini. 1. Aspek kebahasaan, di antaranya: 1) Ketetapan pengucapan/pelafalan: vokal, konsonan, intonasi, dan tekanan. 2) Ketetapan penempatan tekanan kata/ungkapan. 3) Ketetapan penggunaan: nada/irama, pilihan kata, ungkapan istilah, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, ragam kalimat, majas. 2. Aspek pengungkapan, di antaranya: 1) kelancaran (tidak banyak mengulang kata-kata yang sama), 2) tempo bicara (lambat, sedang, cepat, terlalu cepat), 3) menirukan/mengkopi kebiasaan pembicara lain atau tidak, 4) kenyaringan suara, 5) gerak-gerik dan mimik, 6) nada (tidak monoton) 7) fasih, jelas, sederhana, dan mudah dipahami, 8) terampil tidaknya untuk mengatasi kesulitan bila kehilangan jalan pikiran, 9) gaya menyampaikan/berbicara. 3. Aspek penampilan dan sikap, di antaranya: 1) keberanian dan semangat, menghormati, menghargai, percaya diri, memikat lawan bicara, akrap, memberi dorongan/motivasi;
30
2) pandangan mata; 3) terkontrol tidaknya gerak-gerik anggota badan; 4) posisi tangan, anggota badan (seperti menggaruk-garuk telinga, kumis, jenggot, menggigit bibir, mempermainkan kancing baju); 5) rasa takut, cemas, kurang konsentrasi, tegang, gugup, hati-hati emosi; 6) ketepatan waktu yang diberikan; 7) keterbukaan/kejujuran; 8) dapat merasakan reaksi pendengar/lawan bicara. 4. Aspek materi yang dibicarakan, misalnya: 1) tingkat penguasaan materi/topik yang dibicarakan; 2) tingkat penguasaan bahan pendukung; 3) kesesuaian/relevansi dengan topik yang dibicarakan; 4) tingkat penalaran (berpikir sistematis, ajek/konsisten, logis, tepat, dan benar); 5) mampu menangkap maksud dan arah pembicaraan. Untuk menilai dengan tepat suatu kemampuan berbahasa lisan seseorang dalam berpidato biasanya diperlukan paling sedikit 3 orang penguji. Setiap penguji tersebut menguji peserta ujian yang sama. Hal-hal yang dinilai dalam berpidato tersebut ditentukan secara musyawarah di antara penguji berdasarkan tujuan ujian dibaca itu sendiri. Ada 2 hal yang penting yang perlu diperhatikan para penguji dalam berpidato yaitu (1) menentukan hal-hal-segi-segi yang akan dinilai, (2) menentukan skala penilaiannya.
31
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang meningkatkan kemampuan berpidato sudah pernah diteliti oleh Ruhmin (2009) dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Berpidato Siswa Melalui Metode Bermain Peran Di Kelas IV SDN 28 Kota Selatan Kota Gorontalo”. Hasil penelitiannya menunjukkan pada observasi awal yaitu secara klasikal keterampilan berbicara melalui metode bermain peran memperolah persentase rata-rata 52,92% dan berada pada karegori “kurang baik”. Kemudian pada kegiatan siklus I keterampilan berbicara siswa melalui metode bermain peran mengalami peningkatan 16,59% sehingga persentase rata-rata mencapai 69,51% dan termasuk dalam katagori “ Cukup”. Pada siklus II keterampilan berbicara siswa melalui metode bermain peran telah mencapai kriteria keberhasilan karena telah mencapai targer yang telah ditentukan yakni 78,09% dan kategori “baik”. Adapun perbedaan penelitiaan ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian di atas menyangkut keterampilan berpidato melalui metode bermain peran, sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada kemampuan berpidato melalui metode ekstemporan. Melalui metode ekstomporan yang dipilih oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN I Bongo dalam berpidato.
1.4 Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah; jika guru menggunakan metode ekstemporan maka kemampuan berpidato siswa kelas V SDN 1 Bongo Kabupaten Gorontalo dapat meningkat.
32
1.5 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpidato melalui metode ekstemporan meningkat dari 8 orang siswa atau 36.36% menjadi minimal 17 orang siswa atau 77.27% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan.