BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi pelajaran tersebut.
Pemahaman merupakan suatu kegiatan
berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain (Poesprodjo, 2007:26). Pemahaman berasal dari kata „paham‟ yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Senja, 2008: 607). Memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan sesuatu); mengetahui benar, (2) memaklumi, sedangkan pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau mempelajari baik-baik supaya paham (Depdiknas, 2005: 74). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman merupakan suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham. Jika diamati lebih mendalam tentang sifat mata pelajaran akan diketahui bahwa hampir seluruhnya merupakan sesuatu yang abstrak. Hal ini berarti siswa yang belajar senantiasa berhadapan dengan sesuatu yang abstrak, yang menuntut mereka berpikir abstrak agar mampu memahami dan menjelaskan sesuatu yang ada di balik fenomena yang dipelajarinya (Hasan, 2006: 80). Untuk dapat berpikir dan mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak, siswa harus mempunyai
7
kemampuan berpikir imajinatif yang baik yang didasari oleh pemahaman terhadap apa yang dipelajari guna mencapai prestasi belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas, pemahaman dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir dalam memahami sesuatu agar penyelesaian sesuatu dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa adanya suatu keharusan menghubungkan dengan halhal yang lain (http://ian43.wordpress.com/pengertian-pemahaman, diakses
24
Juni 2012). Pemahaman (comprehension) merupakan tingkatan atau aspek kedua dari ranah kognitif. Sudradjat (2008:1) mengemukakan bahwa pemahaman, dapat pula disebut
dengan
istilah mengerti,
merupakan kegiatan intelektual
yang
mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Pada bagian lain dikemukakan bahwa tingkatan dalam pemahaman ini meliputi (1) translasi, (2) interpretasi, dan (3) ekstrapolasi (Sudradjat, 2008: 2). Ketiga tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
8
1) Translasi, yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau grafik. 2) Interpretasi, yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang yang telah memahami sesuatu
akan
mampu
membedakan,
memperbandingkan
atau
mempertentangkan dengan sesuatu yang lain. Misalnya, seseorang dapat dikatakan telah mengerti atau memahami konsep tentang ”perannya dalam keluarga” jika dia dapat membedakannya dengan peran ayah dalam keluarga”. 3) Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan keanggotaan suatu keluarga, misalnya kakek, nenek, ayah, maka dengan kemampuan ekstrapolasinya dia akan menyebutkan, ”ibu”, kakak, adik, dan seterusnya. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip keanggotaan dalam suatu keluarga, sehingga kelanjutannya dapat diorganisasikan berdasarkan prinsip tersebut. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pemahaman adalah aspek kedua dari kawasan atau ranah kognitif yang juga merupakan kegiatan mental intelektual untuk mengorganisasikan materi yang telah diketahui. 2.1.2 Pengertian Media Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan. Sebab masing-masing media itu mempunyai kelemahan dan kelebihan berdasarkan penggunaannya diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media diperbaharui digunakan dalam stiap kegiatan. Kata media berasal dari bahasa latin dan
9
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harafiah berarti “perantara atau penyalur”. Menurut Yusuf Hadi Miarso seperti dikutip Dwi Rianarwati (2006: 8), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Gagne (dalam Arief S. Sadiman, 2009: 6), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Selain itu media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar. Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya, salah satunya adalah media visual yaitu media gambar. Di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Menurut Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Menurut Arsyad (2009: 2), disamping mampu menggunakan alatalat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pengembangan media pembelajaran.
10
Sesuai dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu alat atau bahan yang dipakai oleh pencetus idea atau pemberi informasi, dalam hal ini adalah guru sehingga idea dan informasi itu sampai pada penerima, yakni peserta didik. 2.1.3 Media Gambar Sebagai Penunjang Kegiatan Pembelajaran Pengembangan materi disini maksudnya adalah bahan pelajaran apa yang harus dipelajari oleh siswa atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan instruksional tercapai. Untuk dapat mengembangkan bahan instruksional yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Dengan cara ini akan diperoleh sub kemampuan dan sub keterampilan,(Sadiman, 2009:112). Bila semua sub kemampuan dan keterampilan telah teridentifikasi kita akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya tujuan itu. Setelah daftar pokok-pokok
bahan
pembelajaran
tersebut
diperoleh,
selanjutnya
ialah
mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari hal yang sederhana ke hal yang rumit atau dari yang konkrit ke yang abstrak. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat dipelajarinya kemampuan yang lain. Peran media sebagaimana disebutkan di atas memungkinkan bagi guru memaksimalkan proses pembelajaran di kelas. Keberadaan dan ketersediaan media pembelajaran sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran yang efektif. Namun demikian, penggunaan media yang efektif selalu berkaitan dengan kemampuan guru dalam menggunakan media tersebut. Kemampuan guru dalam
11
menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan belajar akan turut membantu dalam menciptakan pembelajaran yang dinamis serta menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Uraian di atas menunjukkan bahwa penggunaan media sebagai penunjang memungkinkan bagi guru memaksimalkan proses pembelajaran di kelas. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan dan kesiapan media sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Hal ini karena media selain dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar, juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karenanya, pemanfaatan media dalam menunjang pembelajaran perlu dioptimalkan, termasuk penggunaan media gambar dalam pembelajaran. Dewasa ini pemanfaatan media, termasuk pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran sudah hampir merata pada jenjang pendidikan formal dan sudah menjadi kebutuhan. Menurut Raharja (2008:22) mengemukakan bahwa pemanfaatan media gambar di sekolah mampu merubah proses pembelajaran lebih berkualitas. Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Djamarah (2006: 21) bahwa media gambar yang juga sering disebut dengan media yang dapat dilihat telah mempercepat upaya perubahan sistem pembelajaran di sekolah dari pembelajaran konvensional yang tidak menarik, dan membosankan, menjadi pembelajaran yang aktif dan interaktif, sehingga menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Sebagai alat bantu pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media gambar
12
juga mampu meningkatkan persepsi dan pengertian, pemberian penguatan, dan meningkatkan retensi (Djamarah, 2006: 47). Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa keberadaan dan ketersediaan media pembelajaran, misalnya media gambar sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran yang efektif. gambar merupakan suatu obyek tiruan berbentuk coretan atau visualisasi dan simbol-simbol yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran mampu merubah proses pembelajaran lebih berkualitas, yakni mampu meningkatkan persepsi dan pengertian siswa, memungkinkan guru memberikan penguatan, dan meningkatkan retensi, yakni menjadikan apa yang dipelajari bertahan lama dalam ingatan siswa. 2.1.4 Penggunaan Media Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Menurut Karimah (2009:7) bahwa media gambar menarik bagi siswa, karena dari media tersebut banyak tema yang dapat dipilih untuk dikembangkan. Melalui media gambar semua siswa memperoleh kesempatan memperhatikan setiap detail gambar yang ditampilkan. Gambar merupakan media yang memberi manfaat sebagaimana jenis-jenis media lainnya. Dalam berbagai hal gambar dapat diterapkan untuk menyampaikan pesan, terutama dalam kegiatan belajar. Uraian di atas menunjukkan bahwa secara teori, media gambar bermanfaat untuk membangkitkan minat dan menarik perhatian pada pelajaran. Sedangkan secara praktis, manfaat gambar menurut Erianawati (2005:15) adalah untuk memberikan daya tarik, merangsang kreatifitas, alat ungkapan ide,
13
perasaan, emosi dan kepekaan, memudahkan pemahaman, serta membantu untuk mengingat. Bertolak dari manfaat media gambar sebagaimana diuraikan di atas, maka media gambar yang digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang peran dan kedudukan anggota dalam keluarga adalah gambar berupa foto yang berisikan anggota-anggota dalam sebuah keluarga. Dengan ditunjang media gambar dimaksud dilakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. a.
Menyiapkan media gambar yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b.
Menumbuhkan motivasi siswa melalui pengenalan media gambar berupa foto keluarga yang akan digunakan.
c.
Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan: Apakah peran kamu dalam keluarga?, Apakah kedudukanmu dalam keluarga?
d.
Menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
e.
Memilih tempat meletakkan gambar yang dapat dilihat oleh seluruh siswa.
f.
Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa berkaitan dengan media yang akan digunakan.
g.
Secara perlahan guru memperlihatkan gambar/foto keluarga dan meminta siswa memperhatikan dengan baik.
h.
Menegaskan tentang peran masing-masing anggota dalam keluarga dari foto keluarga yang diperlihatkan.
i.
Menegaskan tentang kedudukan masing masing anggota dalam keluarga dari foto keluarga yang diperlihatkan.
14
j.
Memberikan penegasan tentang peran dan kedudukan anggota dalam keluarga yang divisualisasikan melalui media gambar.
k.
Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa berkaitan dengan materi yang telah divisualisasikan melalui gambar.
2.1.5. Manfaat Pengembangan Media Gambar Menurut Azhar Arsyad (2009: 25-27), manfaat praktis pengembangan media gambar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Media gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. b) Media gambar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. c) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu, maksudnya yaitu: 1. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung diruang kelas dapat diganti dengan gambar. 2. Objek atau benda yang terlalu kecil, yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan gambar. 3. Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui gambar atau foto. 4. Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara konkret melalui gambar 5. Kejadian atau percobaan yang membahayakan dapat disimulasikan melalui gambar.
15
6. Peristiwa alam yang memakan waktu lama dapat disajikan melalui gambar. 7. Dapat memberikan kesamaan pengalaman dan persepsi pada siswa. Adapun fungsi dari pengembangan media gambar menurut Levie dan Lentz (Azhar Arsyad, 2009: 16), mengungkapkan 4 fungsi media pembelajaran. Khususnya media visual yaitu: a) Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai materi pelajaran itu. Dengan demikian kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. b) fungsi afektif media visual dapat terlihat dari kenikmatan siswa saat belajar atau membaca teks yang bergambar. c) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d) Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konsep untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks.
16
2.1.6. Sasaran Pengembangan Media Gambar Setiap guru Sekolah Dasar (SD) mempunyai tugas yang kompleks. Tugas tersebut antara lain adalah memahami dengan baik materi yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar, memahami cara mengajarkan yang efektif dan menggunakan cara-cara pembelajaran yang efektif. Pada dasarnya proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai setrategi dan variasi sajian. Misalnya permainan, diskusi, pemecahan masalah, praktek dan lain-lain yang menarik, sesuai dengan pokok bahasan yang ditunjang dengan media yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak serta kebutuhan siswa. karena dalam proses pembelajaran, dua unsur yang paling penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode tertentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam memilih media, misalnya tujuan pembelajaran, respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Azhar Arsyad, 2009: 15). Tetapi pada kenyataannya menurut pengalaman, dalam memenuhi kebutuhan setiap siswa, seorang guru biasanya mengelola kelasnya secara klasikal. Idealnya cara ini harus dikurangi dan dicari alternatif lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda dari setiap siswa. Karena itulah maka dalam pembelajaran di SD masih diperlukan adanya media pembelajaran untuk
17
membantu memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda-beda, memberikaan pengalaman dan persepsi yang sama pada seluruh siswa dan untuk membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak. Karena mengingat karakteristik anak SD yang masih pada tahap berpikir operasional konkret yaitu, kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoprasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret (Heruman, 2007: 1). Anak-anak pada tahap berpikir ini dapat dikelompokan kedalam empat taraf berpikir yaitu: a) Taraf berpikir konkret, yaitu dalam belajar selalu memerlukan bendabenda konkret. b) Taraf berpikir semi konkret, yaitu dapat mengerti dalam belajarnya, bila dibantu dengan gambar benda konkret. c) Taraf berpikir semi abstrak dapat mengerti belajar matematika dengan bantuan diagram, torus, dan sebagainya. d) Taraf berpikir abstrak, yaitu sudah dapat memahami suatu konsep tanpa adanya media lagi. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkrit yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga siswa lebih mudah dalam memahaminya (Heruman, 2007: 2). Mengingat karakteristik siswa SD yang masih berada pada tahap berpikir operasional konkret, yaitu masih membutuhkan benda-benda konkret untuk memahami suatu konsep pembelajaran. Maka masih sangat perlu
18
adanya bantuan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu akan sangat tepat dan efektif guna membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih cepat memahami suatu konsep yang diajarkan oleh guru dengan adanya alat bantu pembelajaran berupa media pembelajaran. Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2009: 15), juga berpendapat bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman (Azhar Arsyad, 2009: 16). Maka berdasarkan uraian di atas, sasaran pengembangan media gambar yang paling tepat dalam penelitian ini adalah siswa SD, khususnya siswa kelas I maupun II kelas awal. Karena mengingat karakteristik siswa kelas awal yang masih membutuhkan benda-benda konkrit untuk membantu proses berpikir dalam memahami suatu konsep pembelajaran yang diajarkan. 2.2 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Jika digunakan media gambar, maka pemahaman siswa pada materi peran dan kedudukan anggota dalam keluarga pada pembelajaran IPS di Kelas II SDN 21 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo akan menigkat”.
19
2.3 Indikator Kinerja Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil bila terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang ditunjang media gambar dan berdampak pada peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran IPS tentang peran dan kedudukan anggota dalam keluarga. Dari jumlah siswa sebanyak 20 orang, 18 , orang atau (90%) yang telah memiliki perolehan nilai yang baik, maka indikator kinerja pada mata pelajaran IPS dianggap tuntas mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku pada mata pelajaran tematik SDN 21 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.
20