BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Aktivitas Belajar Siswa 2.1.1 Pengertian Aktivitas Belajar Siswa adalah suatu organisme yang hidup dalam lingkungan sekolah. Dalam dirinya terkadang banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut dapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Menurut Hamalik (2007:7) belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai. Dengan demikian belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Dua aktivitas (psikis-fisik) memang harus dipandang sebagai hubungan yang erat. Menurut J. Piaget (dalam Rohani,2005:7) bahwa seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak berfikir. Agar ia berfikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Aktivitas belajar banyak macamnya, Deerich Paul (dalam Hamalik, 2007:47) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut: 1. Visual activities, kegitan-kegiatan visual membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, mengamati orang-orang lain bekerja atau bermain.
1
2. Oral activities, kegiatan-kegiatan lisan: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat berwawancara, diskusi 3. Listening
activities,
kegiatan-kegiatan
mendengarkan:
mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. 4. Writing activies, kegiatan-kegiatan mennulis: menulis cerita menulis laporan, memeriksa karangan,bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisis angket. 5. Drawing activicies, Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. 6. Motor activicies, kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi) menari, berkebun. 7. Mental activicies, kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubunganhubungan, membuat keputusan 8. Emotional activicies, kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas, dan bersifat tumpang tindih. Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Prinsip aktivitas yang diuraikan diatas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa,
2
segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan belakang masing-msing. Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif. 2.2 Hakekat Belajar 2.2.1 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010:6) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut J. Brunner (dalam Slameto,2010:16) menyatakan belajar tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Sebab itu brunner mempunyai pendapat alangkah baiknya sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Didalam proses belajar brunner mementingkan partisipasi aktif dari siswa dan mengenai dengan baik adanya perbedaan kemampuan untuk meningkatkan proses belajar perlu dilingkungan yang dinamakan “discovery learning environment” ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu
3
ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa secara berbeda pada usia yang berbeda. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Sedangkan Menurut Traves (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, Sedangkan Morgan (dalam Walgito,2006:167) memberikan definisi mengenai belajar ialah bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan dibutuhkan usaha dari individu yang bersangkutan, sedangkan pada pengertian pengalaman usaha tersebut tidak tentu diperlukan. Dari beberapa definisi di atas, dapat menarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. 2.2.2 Jenis-jenis Belajar Menurut Slameto (2010:5-8) jenis-jenis belajar adalah sebagai berikut: 1. Belajar Bagian Umumnya belajar dilakukan oleh seorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensi, dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. 2. Belajar Dengan Wawasan
4
Menurut Geslant (dalam Slameto, 2010:5) teori wawasan merupakan proses merorganisasikan pola-pola tingkah laku yang terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubuganya dengan penyelesaian suatu persolan. 3. Belajar Diskriaktivitasif Belajar diskriaktivitasif diartikan sebagai suatu usaha intuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. 4. Belajar Global/Keseluruhan Disini bahan pelajaranya dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya, metode belajar ini sering disebut juga metode geslant. 5. Belajar Incidental Belajar disebut incidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelas 6.
Instrumental Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
7. Belajar Intensional Belajar dalam arah tujuan, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut. 8. Belajar Laten Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.
5
9. Belajar Mental Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak hanya terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kongnitif karena ada bahan yang dipelajari. 10. Belajar Produktif Menurut Berguis (dalam Slameto, 2010:8) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. 11. Verbal Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. 2.2.3 Teori Belajar Menurut Slameto (2010:9) mengemukakan bahwa ada beberapa teori belajar antara lain sebagai berikut: 1.
Teori Gestalt Dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu
memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi, belajar yang penting bukan menanggulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
6
2.
Teori Belajar Menurut J.Brunner Kata Brunner belajar tidak hanya untuk mengubah tingkah laku seseorang
tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dengan mudah. 3.
Teori belajar dari Piaget Pendapat Piaget mengenal perkembangan proses belajar pada anak-anak
adalah sebagai berikut: a. Anak
mempunyai
struktur
mental
yang berbeda
dengan
orang
dewasa.Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cirri khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya.Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar. b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap terttentu, menurut suatu ururan yang sama bagi semua anak. c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih diri satu tahap ketahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak. d. Perkembangan mental anak melalui 4 faktor yaitu: 1. kemasakan. 2.
Pengalaman
3. .interaksi social 4. Equilibration (proses dari ketiga factor diatas bersama-sama untuk membangun memperbaiki struktur mental)
7
e. Ada tiga tahap perkembangan yaitu: 1. Berfikir secara intuitif 2. Beroperasai secara kongkrit 3. Beroperasi secara formal 4. Teori dari R.Gagne Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi yaitu 1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi. 2.3 Model Pembelajaran Reward (Ganjaran) 2.3.1. Pengertian Reward Menurut Amir Daien Indra Kusuma berpendapat ganjaran adalah merupakan alat pendidikan represif yang bersifat positif atau penilaian yang bersifat positif terhadap belajar siswa. Amir Daien Inrakusuma, (2007:159). Ngalim Purwanto, ganjaran (reward) adalah salah satu alat pendidikan. Jadi dengan sendirinya maksud ganjaran itu ialah sebagai alat untuk mendidik siswa supaya siswa dapat merasa senang, karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Ngalim purwanto, (2006:182). Pendapat lain mengatakan ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid. Mukhlisfahruddin, http://www.mukhlisfahruddin.web.id/2009/04/stra tegipembelajaran. html, diakses 20 Maret 2013
8
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ganjaran (reward) adalah salah satu alat pendidikan, yang dapat membuat siswa senang karena perbuatannya mendapatkan penghargaan sehingga siswa termotivasi dalam belajar. Peranan reward dalam pembelajaran cukup penting, karena dengan adanya reward siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki prestasinya. Siswa umumnya mengetahui bahwa perbuatan yang menyebabkan ia mendapat reward adalah perbuatan baik. Seperti ketika siswa dapat memecahkan permasalahan, kemudian ia diberi reward, maka siswa tersebut akan mengulang hal yang sama supaya ia mendapatkan reward kembali. Motivasi yang timbul dalam hal ini adalah motivasi ekstrinsik, tetapi jika hal ini berlanjut akan menimbulkan kesenangan tersendiri bagi siswa, sehingga dari kesenangan itu timbullah keinginan siswa untuk meningkatkan prestasinya walaupun tanpa reward sehingga timbul motivasi intrinsik yang akan dibawa siswa sampai dewasa. Senada dengan hal tersebut adalah teori koneksionisme yang ditemukan dan dikembangkan oleh Thorndike berdasarkan eksperiman yang dilakukan pada tahun 1890an. Eksperimen tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa belajar adalah hubungan stimulus dan respon yang dikenal dengan “SR Bond Theory”. Muhibbin Syah, (2005:104). Di sini stimulus tersebut adalah reward yang diberikan pada siswa, dan responnya adalah prestasi dan motivasi siswa di kelas. Oleh karena itu selain sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi dan kreativitas, reward juga sebagai alat untuk mengajarkan siswa supaya lebih
9
menghargai kebaikan, prestasi, atau kelebihan orang lain seperti yang diajarkan dalam PKn. 2.3.2. Macam-Macam Reward Ganjaran dapat diberikan pada siswa dalam bentuk yang bermacammacam. Namun pada garis besarnya kita dapat membedakan ganjaran itu dalam empat jenis, yaitu: a. Pujian Pujian adalah suatu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali, dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa katakata yang bersifat sugestif. Misalnya: ”nah, lain kali akan lebih baik lagi, kiranya kau sekarang telah rajin belajar.” Di samping yang berupa katakata, pujian dapat pula isyaratisyaratatau tandatanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari, dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya. Pujian juga dapat berupa katakata yang menggembirakan seperti “rupanya sudah baik pula tulisanmu, min. kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi.” b. Penghormatan Ganjaran yang berupa penghormatan ini dapat berbentu dua macam yaitu: pertama,
berbentuk
semacam
penobatan.
Yaitu
anak
yang
mendapat
penghormatan diumumkan dan ditampilkan di hadapan teman-temannya. Misalnya pada malam perpisahan yang diadakan pada akhir tahun, kemuadian ditampilkan muridmurid yang telah berhasil menjadi bintang kelas. Kedua,
10
penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya kepada siswa yang berhasil menyelesaikan suatu soal sulit, disuruh mengerjakan di papan tulis untuk dicontoh teman-temannya. c. Hadiah Yang dimaksud dengan hadiah di sini adalah ganjaran yang berbentuk pemberian yang berupa barang. Ganjaran yang berupa pemberian barang ini disebut juga ganjaran materil. Ganjaran materil ini dapat berupa barang yang terdiri dari alat-alat keperluan sekolah (pensil, penggaris, dan buku tulis). Pemberian ganjaran yang berupa barang ini sering mendatangkan pengaruh negative kepada belajar siswa, yaitu bahwa hadiah itu lalu menjadi tujuan dari belajar siswa. Oleh karena itu pemberian hadiah berupa barang jangan terlalu sering dilakukan. Berikanlah hadiah barang ini jika dianggap memang perlu, dan pilihlah pada saat yang tepat misalnya, kepada anak yang orang tuanya tidak mampu, tetapi siswa itu memiliki prestasi yang bagus. d. Tanda penghargaan Jika hadiah adalah ganjaran yang berupa barang, maka tanda penghargaan adalah sebaliknya. Tanda penghargaan disebut juga ganjaran simbolis yang berupa surat-surat tanda jasa, sertifikatsertifikat, piala dan sebagainya. Ngalim Purwanto, (2006: 232) Dari keempat reward diatas pendidik dapat memilih mana saja ganjaran yang sesuai dengan kondisi, situasi, dan karakter siswa, atau pendidik. Seperti kondisi sosial siswa yang meliputi siswa pegunungan, pesisir, ataupun pinggiran
11
kota. Ataupun kondisi pendidik seperti keuangan, jika berhubungan dengan keuangan. 2.3.3. Syarat-Syarat Reward (Ganjaran) Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan ganjaran (reward), siapa saja yang perlu mandapatkan ganjaran, dan apa saja macammacamnya, jelas sekali bahwa memberikan ganjaran bukanlah persoalan mudah. Menurut Purwanto, (2006: 233) ada beberapa syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh pendidik yaitu: 1. Guru harus betul-betul mengenal muridnya dan bisa menghargai dengan tepat. Ganjaran yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diingini. 2. Hendaklah tidak menimbulkan sifat iri hati atau kecemburuan murid lain, yang merasa pekerjaannyajuga lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran. 3. Hendaknya dalam memberi reward (ganjaran) dengan hemat. Dalam arti tidak terlalu sering atau terus menerus dalam memberikannya, karena dapat menghilangkan arti ganjaran sebagai alat pendidikan. 4. Jangan menjanjikan terlebih dahulu 5. Harus berhati-hati dalam memberikannya, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari pada jerih payahnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian reward itu tidak mudah, dibutuhkan kebijaksanaan bagi pendidik untuk menentukan siapa saja yang berhak mendapatkannya tanpa menimbulkan iri hati siswa lainnya. Begitu pula pemilihan reward yang tepat karena kesalahan pemberian reward akan menjadikan siswa menganggapnya sebagai upah atas kerja kerasnya.
12
Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau jasa. Besar kecilnya upah tergantung dari beratringannya pekerjaan atau banyaksedikitnya pekerjaan. Jika ganjaran sudah bersifat menjadi upah, maka ganjaran tidak lagi mendidik supaya reward yang digunakan sesuai dengan tujuan digunakannya reward dalam pembelajaran 2.4. Hipotesis Tindakan Model reward adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa senang karena perbuatannya mendapatkan penghargaan sehingga siswa termotivasi dalam belajar sehingga diharapkan penerapan model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaan Reward pada mata pelajaran PKn siswa kelas I SDN 03 Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 2.5. Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila 75% ke atas dari jumlah siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaan Reward.
13