BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1.Kajian Pustaka 2.1.1.Hasil Belajar 2.1.1.1.Pengertian Belajar Secara estimologis belajar memiliki arti berusaha memeroleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumnya. (KBBI). Biggs (Rahyubi, 2012: 4) belajar dicirikan oleh suatu perubahan yang bertahan lama dalam kehidupan individu dan tidak dilahirkan atau didahului oleh warisan keturunan. Karena diindikasikan oleh suatu perubahan yang bertahan lama, maka belajar bukanlah suatu proses yang instan merupakan suatu proses pergulatan dan internalisasi nilai-nilai dari
pengalaman yang matang dan
memerlukan cukup waktu. Gagne (Dahar, 2006:2) belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Slameto (2010:2) mengemukakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan. Sedangkan belajar sebagai hasil adalah akibat dari belajar sebagai proses, sehingga seseorang yang telah mengalami proses belajar akan memperoleh hasil berupa kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar. Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa
5
6
penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.
2.1.1.2.Hasil Belajar Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “hasil” dan “ belajar” . Hasil Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan ketrampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sudjana, 2001:21) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Menurut Hamalik (Jihad, 2010:14) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.
2.1.1.3.Cara mengukur hasil belajar Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal
7
yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik. Teknik penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan test tertulis. Yaitu dengan cara, guru memberikan test kepada siswa. Hasil belajar merupakan besarnya skor yang diperoleh dari instrumen test. Dalam pnelitian ini, instrumen test berupa 15 soal pilihan ganda dan 10 soal uraian pada siklus I. Dan pada siklus II instrumen test 20 soal pilihan ganda.
2.1.2.Problem Based Learning (PBL) 2.1.2.1.Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topiktopik,
siswa
belajar
mengorganisasikan
dan
bagaimana
mengkontruksi
menginvestigasi
masalah,
kerangka
masalah,
mengumpulkan
dan
menganalisa data, menyusun fakta, mengkontruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau berkolaborasi dalam pemecahan masalah (Rahyubi, 2012: 254). Pengertian metode problem based learning menurut Amir 2008:21) ialah lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah yaitu sebelum belajar mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga siswa menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut. Metode problem based learning ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
8
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. Dalam problem based learning hal yang terpenting, guru menyediakan scaffolding-perancah atau kerangka pendukung-yang meningkatkan inquiry (penyelidikan) dan pertumbuhan intelektual. PBL tidak mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi. Dalam hal ini banyak pararel diantara problem based learning (PBL), cooperative learning, dan diskusi kelas (Richard I. Arends, 2008:41).
2.1.2.2.Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL) Menurut Jatmiko (Solikhin, 2011:10) menegaskan ada lima tahap dalam pembelajaran PBL yaitu : 1. orientasi siswa pada masalah. 2. mengorganisasikan siswa untuk belajar. 3. membimbing individual maupun kelompok 4. mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Menurut Arends (Mahardika, 2011), pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahap yaitu: 1. Orientasi siswa terhadap masalah autentik Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah. 2. Mengorganisasi peserta didik Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
9
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai,
melaksanakan
eksperimen
dan
penyelidikan
untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya/diskusi Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. (Richard, 2008: 57) secara singkat kelima tahapan pembelajaran PBL adalah seperti pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pembelajaran Problem Based Learning Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap I Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap II Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap III Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
10
2.1.3.Pengertian Media CD Interaktif 2.1.3.1.Pengertian Media
Pengertian media berasal dari kata medium yang secara harafiah artinya perantara atau pengantar. Ada beberapa faktor yang memberikan definisi mengenai media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997:2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan menurut Djamarah (1995: 136) memberikan definisi bahwa “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”. Purnamawati dan Eldarni (2001: 4) juga mendefinisikan bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar. Arsyad ( Sukiman, 2012: 28) media adalah alat yang menyampaikan atau mengantar pesan-pesan pembelajaran. Schramm (Akhmad Sudrajat) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai definisi media maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan atau membantu untuk menyalurkan pesan dan informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta minat siswa sehingga terjadi proses pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.
2.1.3.2.Pengertian CD Interaktif CD Interaktif berasal dari dua istilah yaitu CD dan Interaktif. CD berasal dari bahasa Inggris merupakan singkatan dari Compact Disc, sedangkan interaktif dalam KBBI diartikan sebagai dialog antara komputer dan terminal atau komputer dengan komputer. CD Interaktif adalah salah satu media interaktif yang bisa tergolong baru. Media ini sebenarnya merupakan pengembangan dari teknologi internet yang
11
akhir-akhir ini berkembang pesat. Sebagaimana dimaklumi bahwa teknologi internet saat ini menjadi salah satu tolok ukur majunya suatu perusahaan. CD Interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disc) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan satusatunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD. Arsyad (2002) menyatakan bahwa media pembelajaran interaktif adalah suatu sistem penyampaian pengajaran yang menyajikan materi video rekaman dengan pengendalian komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Media ini disebut CD Interaktif. Disebut media dikarenakan memiliki unsur audio-visual (termasuk animasi). Disebut interaktif karena media ini dirancang dengan melibatkan respon pemakai secara aktif. Karena itu, media ini berupa CD, maka dapat dikelompokkan sebagai bahan ajar e-Learning (Arsyad,2002). Menurut Maroebeni (2008), kelebihan menggunakan CD Interaktif : 1. Menambah
pengetahuan.
Pengetahuan
di
sini
adalah
materi
pembelajaran yang dirancang kemudahannya dalam CD Interaktif bagi pengguna. 2. Tampilan audio visual yang menarik. Menarik di sini tentu saja jika dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dua dimensi lainnya. Kemenarikan di sini utamanya karena sistem interaksi yang tidak dimiliki oleh media cetak (buku) maupun media elektronik lain (film TV, audio).
2.1.4.Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya science berasal dari kata latin scientia yang berarti saya tahu. Kata science sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun
12
ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan science maka yang dimaksud adalah natural science atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA.
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dirumuskan secara umum, ditandai oleh penggunaan metode ilmiah dan munculnya sikap ilmiah (Wahyana, dkk 1999: 293). H.W. Fowler : “Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan , yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”. Definisi IPA ini tampaknya banyak diterima dan dipakai di sekolah-sekolah di Indonesia. Robert B.Sund : “Ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses“. Dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur, yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan tersebut. Definisi lainnya, yaitu menurut James B. Conant : “Ilmu pengetahuan alam adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperiment dan obeservasi dan bermanfaat untuk eksperimen serta observasi lebih lanjut”. Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Mata
pelajaran
IPA
adalah
program
untuk
menanamkan
dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI, mata Pelajaran IPA memiliki beberapa tujuan (Refandi, 2006), antara lain:
13
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-kosep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
2.2.Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk memperkuat alasan mengapa memilih model pembelajaran problem based learning dibutuhkan hasil penelitian yang sudah menunjukkan keberhasilan, berikut tiga penelitian yang dapat menjadi rujukan keberhasilan problem based learning dalam memperbaiki pembelajaran. Alim. 2012. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Teori Dienes dan Metode Pembelajaran Mekanistik. Skripsi. Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa PBL memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, yang terbukti pada Ketuntasan belajar klasikal meningkat dari siklus I, dan siklus II yaitu masing-masing 27,6% dan siswa yang tuntas pada siklus II sebesar 86,2%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Sukarman, 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 2/20112012. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 42.85% dengan rata-rata kelas 55 setelah dilakukan tindakan, pada siklus1 ketuntasan belajar siswa 71.42% dengan nilai rata-rata 61.45. Pada siklus 2
14
ketuntasan belajar siswa 85.71% dengan nilai rata-rata kelas 70.47 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasisi masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Mahardika, Linda. 2011. Penerapan Pendekatan Problem-Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi Bunyi untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Kranggan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung
Tahun 2010/2011. Skripsi.
Salatiga: UKSW. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil belajar dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu ≥ 70. Dari siswa yng berjumlah 41, sebelum diadakan penelitian 20 siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 49%. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar berjumlah 36 anak dengan persentase 87,8% dan pada siklus II siswa tuntas belajar berjumlah 41 siswa ddengan persentase 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan pendekatan problem based learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 1 Kranggan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Tahun 2010/2011.
2.3.Kerangka Berpikir Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA. Materi yang disampaikan hanya berupa informasi yang lebih mengaktifkan guru, sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin dalam buku catatan. Akhirnya terjadilah proses penghafalan konsep atau prosedur. Pemahaman rendah, dan tidak dapat digunakan untuk permasalahan kompleks yang melibatkan tingkat pemahaman dan logika berpikir yang lebih tinggi. Dengan rendahnya pemahaman siswa mengakibatkan hasil belajar yang tidak memuaskan.` Salah satu metode yang digunakan untuk membantu siswa dalam pemahaman konsep adalah metode pembelajaran problem based learning (PBL) dengan teori Dienes. Woods (Amir, 2009) menyebutkan PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. PBL dapat
15
membantu siswa membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim, dan berkomunikasi. Sehingga hasil belajar dapat meningkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran dan pembelajaran lebih bermakna. Perhatikan gambar 2.1 kerangka berpikir berikut.
Pembelajaran PAIKEM
Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat
Keterampilan siswa meningkat
Problem Based Learning(PBL) Hasil Belajar Meningkat CD Interaktif
Menambah pengetahuan dan memberikan kemudahan dalam pembelajaran
Pembelajaran Menarik
2.4.Hipotesis Tindakan Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis awal sebagai berikut : Dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan memanfaatkan media CD interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SDN Medayu 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang semester II tahun 2012/2013.