MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM
MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01
BUKU INFORMASI
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
2009
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI
1
BAB I KATA PENGANTAR
3
1.1.
Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi
3
1.1.1
Pelatihan berbasis kompetensi
3
1.1.2
Kompeten di tempat kerja
3
1.2.
Penjelasan materi pelatihan
3
1.2.1. Desain materi pelatihan
3
1.2.2. Isi modul
4
1.2.3. Pelaksanaan materi pelatihan
5
1.3.
Pengakuan kompetensi terkini (RCC)
5
1.4.
Pengertian-pengertian
6
BAB II STANDAR KOMPETENSI
8
2.1.
Peta paket pelatihan
8
2.2.
Pengertian unit standar
8
2.2.1
Unit standar kompetensi
8
2.2.2
Daftar unit kompetensi
9
2.2.3
Durasi pelatihan
9
2.2.4
Kesempatan mencapai kompetensi
9
2.3.
Unit kompetensi yang dipelajari
10
2.3.1. Judul unit
10
2.3.2. Kode unit
10
2.3.3. Deskripsi unit
10
2.3.4. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja
10
2.3.5. Batasan variabel
11
2.3.6. Panduan penilaian
12
2.3.7. Kompetensi kunci
13
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
14
3.1.
Strategi pelatihan
14
3.2.
Metode pelatihan
14
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 1 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
BAB IV MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
16
4.1
Perencanaan operasi SPAM
16
4.1.1
Kebutuhan pengelolaan operasi SPAM
16
4.1.1.1 Komponen sistem penyediaan air minum
18
4.1.1.2 Unit air baku
20
4.1.1.3 Unit produksi
22
4.1.1.4 Unit transmisi air baku
26
4.1.1.5 Unit distribusi
27
4.1.1.6 Unit pelayanan
30
4.2
Pelaksanaan operasi SPAM
35
4.2.1
Penerapan SOP
35
4.2.2
Pemeriksaan pemahaman SOP
36
4.2.3
Pengoperasian instalasi SPAM
36
4.2.3.1 Unit air baku
38
4.2.3.2 Unit produksi
38
4.2.4
41
Pengoperasian sistem transmisi dan distribusi
4.2.4.1 Unit transmisi dan distribusi
41
4.2.4.2 Unit pelayanan
43
4.3
45
Pengawasan dan pelaporan
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
48
5.1
Sumber daya manusia
48
5.2
Sumber-sumber perpustakaan
49
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 2 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
BAB I KATA PENGANTAR
1.1.
Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi
1.1.1
Pelatihan berbasis kompetensi
Pelatihan
merupakan
kumpulan
dari
unsur-unsur
yang
dinamis,
yang
saling
berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja. Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan. 1.1.2
Kompeten di tempat kerja
Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja). 1.2.
Penjelasan materi pelatihan
1.2.1. Desain materi pelatihan Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 3 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta
pelatihan.
Modul
ini
didisain
untuk
dapat
digunakan
pada
pelatihan
konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri. Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih. Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapantahapan latihan yang sistematis. 1.2.2
Isi modul
Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci. Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: a. Buku informasi Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan. b. Buku kerja Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : •
Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.
•
Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan.
•
Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 4 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
c. Buku penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja. Buku penilaian berisi : •
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan kemampuan.
•
Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pelatihan.
•
Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan.
•
Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja.
•
Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.
•
Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan.
1.2.3
Pelaksanaan materi pelatihan
Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan: •
Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.
•
Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan.
•
Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.
•
Memastikan
setiap
peserta
pelatihan
memberikan
jawaban
tanggapan
dan
menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja. Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : •
Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan.
•
Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja.
•
Memberikan jawaban pada buku kerja.
•
Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja.
•
Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan.
1.3.
Pengakuan kompetensi terkini (RCC)
Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC, recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 5 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4.
Pengertian-pengertian
Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standarisasi Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / uji kompetensi Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja). Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kompetensi
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menunjukkan
aspek
sikap,
pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar kompetensi Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Standar
Halaman : 6 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi. Sertifikasi kompetensi Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. Sertifikat kompetensi Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 7 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
BAB II STANDAR KOMPETENSI
2.1.
Peta paket pelatihan
Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan air minum diantaranya meliputi bidang manajemen. Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan dalam: •
Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi.
•
Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi.
•
Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi.
2.2.
Pengertian unit standar
2.2.1
Unit standar kompetensi
Standar kompetensi Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Unit kompetensi Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi. Elemen kompetensi Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Kriteria unjuk kerja (KUK) Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi
dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang
diinginkan.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 8 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
2.2.2
Kode modul PAM.MM02.007.01
Daftar unit kompetensi
Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum : A. Kelompok kompetensi umum 1. Menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Melaksanakan manajemen umum. B Kelompok kompetensi inti 1. Melaksanakan manajemen mutu 2. Melaksanakan manajemen strategik 3. Melaksanakan manajemen sumber daya manusia 4. Melaksanakan manajemen aset/barang 5. Melaksanakan manajemen keuangan dan akuntansi 6. Melaksanakan manajemen informasi 7. Melaksanakan manajemen operasi SPAM 8. Melaksanakan manajemen pemeliharaan SPAM 9. Melakukan komunikasi 10. Melaksanakan konseling 11. Melaksanakan negosiasi bisnis 12. Melakukan manajemen bisnis air minum 13. Melakukan manajemen investasi 14. Melakukan manajemen resiko 15. Melaksanakan kemitraan pemerintah badan usaha C Kelompok kompetensi khusus 1. Menerapkan prinsip pengadaan barang dan jasa 2. Melakukan hubungan masyarakat 2.2.3
Durasi pelatihan
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah 111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 8 JPL. 2.2.4
Kesempatan mencapai kompetensi
Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 9 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3.
Unit kompetensi yang dipelajari
2.3.1. Judul unit Judul unit kompetensi: Melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum 2.3.2. Kode unit Kode unit: PAM.MM02.007.01. 2.3.3. Deskripsi unit Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum (SPAM). 2.3.4. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum ELEMEN KOMPETENSI 01.
Melaksanakan perencanaan operasi SPAM.
KRITERIA UNJUK KERJA 1.1.
Perencanaan operasi SPAM yang telah ditetapkan oleh direksi, dijelaskan sesuai dengan kebutuhan pengelolaan perusahaan.
1.2.
Kebutuhan sumber daya untuk operasionalisasi perencanaan diidentifikasi dan dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan perencanaan.
1.3.
Fungsi-fungsi operasi sistem penyediaan air minum yang ada, dijabarkan kedalam standard operating procedure (SOP) bersama dengan staf terkait.
1.4.
Anggaran operasi tahunan untuk mendukung pengoperasian sistem disiapkan sesuai dengan prosedur keuangan yang berlaku.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 10 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
ELEMEN KOMPETENSI 02.
03.
Kode modul PAM.MM02.007.01
KRITERIA UNJUK KERJA
Melaksanakan pengoperasian SPAM.
Melaksanakan pengawasan dan pelaporan operasi SPAM
2.1.
Kebijakan operasional SPAM dan SOP yang diberlakukan disampaikan kepada seluruh staf/karyawan.
2.2.
Pengecekan terhadap pemahaman terhadap kebijakan dan SOP dari staf/karyawan dilakukan untuk menjamin operasi sistem SPAM berjalan sesuai dengan perencanaan.
2.3.
Pengoperasian instalasi SPAM dilaksanakan oleh masing-masing bagian sesuai SOP yang berlaku.
2.4.
Pengoperasian sistem transmisi dan distribusi dilaksanakan sesuai SOP yang berlaku.
3.1.
Pengawasan pengoperasian dilaksanakan.sesuai dengan fungsi manajemen.
3.2.
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap prosedur operasi yang tidak sesuai dengan SOP yang berlaku.
3.3.
Laporan harian operasi dibuat. dengan menggunakan format dan prosedur yang ditetapkan.
3.4.
Laporan bulanan operasi dibuat. dengan menggunakan format dan prosedur yang ditetapkan
2.3.5. Batasan variabel 1. Konteks variabel : Unit
ini
berlaku
untuk
melaksanakan
perencanaan
operasi,
melaksanakan
pengoperasian, melaksanakan pengawasan dan pelaporan operasi yang digunakan untuk melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum (SPAM). 2. Perlengkapan untuk melakukan manajemen operasi sistem penyediaan air minum pada pengelolaan air minum, mencakup: 2.1 Referensi/ literature. 2.2 SOP. 2.3 Worksheet. 3. Tugas pekerjaan untuk melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum pada pengelolaan air minum meliputi : 3.1
Melaksanakan perencanaan operasi.
3.2
Melaksanakan pengoperasian.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 11 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
3.3
Kode modul PAM.MM02.007.01
Melakukan pengawasan dan pelaporan operasi SPAM.
4. Peraturan untuk melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum pada pengelolaan air minum adalah : 4.1
Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 tentang pengembangan SPAM
4.2
Peraturan Menteri PU 18 tahun 2007
4.3
Keputusan direksi.
2.3.6. Panduan penilaian 1. Penjelasan prosedur penilaian : Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait : 1.1
PAM.MM01.002.01 : Melaksanakan manajemen umum.
2. Kondisi penilaian : 2.1
Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan perencanaan operasi,
pengoperasian,
pengawasan
dan
pelaporan
operasi
pada
pelaksanaan manajemen operasi sistem penyediaan air minum. 2.2
Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan: Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut: 3.1
Ilmu lingkungan.
3.2
Hidrolika.
3.3
Manajemen operasi.
3.4
Ilmu mesin dan listrik.
4. Keterampilan yang dibutuhkan: Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut: 4.1 Membuat format pengawasan. 4.2 Membuat format perencanaan. 4.3 Menyusun laporan. 5. Aspek kritis : Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut : 5.1
Pembiayaan.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 12 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
5.2
Penetapan waktu.
5.3
Motivasi dan komitmen SDM.
5.4
Kemampuan mengukur.
5.5
Kedisiplinan.
Kode modul PAM.MM02.007.01
2.3.7. Kompetensi kunci Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melaksanakan manajemen operasi sistem penyediaan air minum NO
KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT
TINGKAT
1.
Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisa informasi
3
2.
Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan
3
3.
Merencanakan dan mengorganisir kegiatan
3
4.
Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok
3
5.
Menggunakan ide serta tehnik matematika
2
6.
Memecahkan masalah
3
7.
Menggunakan teknologi
2
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 13 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1
Strategi pelatihan
Persiapan dan perencanaan pelatihan: Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan
•
tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. •
Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
•
Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda.
•
Permulaan dari proses pembelajaran: Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap
•
belajar. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.
•
Pengamatan terhadap tugas praktik: Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang
•
telah berpengalaman lainnya. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.
•
Implementasi dan penilaian: Penilai
•
akan
mengumpulkan
bukti
dan
membuat
pertimbangan
mengenai
pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan. •
Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar.
•
Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja.
3.2
Metode pelatihan
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Belajar secara mandiri: Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 14 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 15 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
BAB IV MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 4.1
Perencanaan operasi SPAM
4.1.1
Kebutuhan pengelolaan operasi SPAM
Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan nonfisik dari sarana dan prasarana air minum. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. Sebagian besar PDAM, sebagai penyelenggara SPAM, melakukan pelayanan SPAM dengan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah no. 6 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan, sebagai berikut: 1. Unit air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku, meliputi bangunan penampung air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. 2. Unit produksi merupakan sarana dan prasarana yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi. Dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. 3. Unit distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air dan kontinuitas pengaliran, dimana yang dimaksud dengan kontinuitas adalah pengaliran 24 jam per hari. 4. Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus dipasang suatu alat ukur berupa meter air, dimana meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang. 5. Unit pengelolaan terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan non teknis. a. Pengelolaan
teknis
terdiri
dari
kegiatan
operasional,
pemeliharaan
dan
pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. b. Pengelolaan non teknis terdiri dari administrasi dan pelayanan. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 16 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Bagi PDAM, kinerja keberhasilan aset infrastruktur air minum adalah untuk (i) mencapai sasaran teknis SPAM sesuai yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah no. 16 tahun 2005, berupa tingkat kontinuitas pasokan air minum dalam jangka panjang, tekanan yang cukup sehingga memberikan kuantitas yang mencukupi kebutuhan, dan kualitas yang memenuhi standar kesehatan, (ii) serta untuk pencapaian visi dan misi PDAM. Visi PDAM ke depan: •
Pelayanan prima pada kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta pencapaian cakupan pelayanan sesuai target MDG (80% pada 2015).
•
Pencapaian kualitas air minum.
•
Full cost recovery, dapat menutup seluruh biaya yang diperlukan termasuk depresiasi dan biaya pinjaman.
•
Mampu berkembang, meningkatkan kebutuhan cakupan pelayanan.
Misi PDAM: •
Pelayanan kepada masyarakat, menyediakan air minum dalam rangka memenuhi kebutuhan dan menunjang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
•
Memperoleh keuntungan usaha, yang akan berdampak pada pendapatan asli daerah (PAD) serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Tujuan yang diharapkan: •
Mampu memberikan pelayanan air minum kepada seluruh masyarakat secara prima.
•
Menghasilkan pendapatan yang dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan (full cost recovery).
Obyektif penyediaan air minum: •
Penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kegiatan manusia.
•
Agar masyarakat dapat hidup secara sehat dan higienis.
Sasaran yang ingin dicapai adalah masyarakat yang sehat mendukung produktivitas dan perkembangan ekonomi menuju masyarakat sejahtera. Sebagai kepanjangan tangan Pemda, PDAM berperan dalam melaksanakan sebagian tugas Pemda dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dan sebagai operator pelayanan air minum, maka pelayanan melalui SPAM yang dimiliki harus memenuhi kriteria dan obyektif tersebut di atas. Prinsip dasar operasi SPAM: •
Kehandalan (reliability, kuantitas dan kualitas).
•
Fleksibilitas (kelenturan terhadap perubahan input).
•
Kemampuan sumber daya manusia.
•
Kemampuan pengendalian sistem. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 17 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Dalam operasi SPAM/PDAM, diperlukan 4 fungsi pelaksanaan, yaitu: •
Metode dan teknik untuk mengubah input (air baku) menjadi output (air minum).
•
Perencanaan operasi.
•
Pengawasan dan pengendalian.
•
Sarana penunjang.
4.1.1.1 Komponen sistem penyediaan air minum Secara garis besar proses dalam penyelenggaraan SPAM meliputi elemen: masukan (input), proses transformasi, dan keluaran (output) yang ditampilkan dalam gambar 4.1. Dalam gambar 4.2 di atas terlihat jelas bahwa air baku adalah salah satu komponen input yang kemudian diatur dan dikoordinasikan bersama sumber daya lain melalui suatu proses transformasi menjadi sebuah output. Manajemen produksi berperan untuk mentransformasi input menjadi output berupa air minum. Bagan transformasi tersebut secara teknis dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu (i) sumber air baku, (ii) sistem produksi, (iii) sistem distribusi, atau yang disebut sebagai komponen utama sistem PAM, seperti digambarkan pada gambar 4.2. 1. Sumber air baku. Termasuk dalam komponen ini adalah sumber air baku dan bangunan penangkapnya (intake). Sumber air baku yang digunakan dapat digolongkan dalam mata air, air tanah, air permukaan, air hujan, dan terakhir adalah air laut.
TRANSFORMATION PROCESS
INPUT
Air baku Modal SDM Peralatan Energi Bahan kimia
Manajemen Produksi Transmisi dan distribusi Administrasi Keuangan
OUTPUT
Air minum 3 K Tekanan Pelayanan
Gambar 4.1 Bagan proses SPAM
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 18 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Sumber
Sumber air baku
Reser voir
IPA
Transmisi air baku
Kode modul PAM.MM02.007.01
Transmisi air bersih
Sistem produksi
Jaringan distribusi
Sistem distribusi
Gambar 4.2 Komponen sistem penyediaan air minum 2. Sistem produksi. Termasuk dalam sistem ini adalah sarana transport air baku keluar dari intake (pipa transmisi) dan instalasi pengolahan air (IPA), sebagai berikut: •
Transmisi air baku berfungsi untuk menyalurkan air baku dari sumber/intake ke IPA. Pengalirannya dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan menggunakan pompa.
•
Transmisi air bersih berfungsi untuk menyalurkan air hasil olahan dari IPA ke reservoir distribusi atau ke konsumen. Berupa pipa yang tertutup sehingga air hasil olahan tidak tercemar kembali. Pengalirannya dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan menggunakan pompa.
•
Instalasi pengolahan air (IPA) berfungsi untuk mengolah air baku melalui rangkaian proses pengolahan yang terjadi di dalam unit-unit pengolahan, sehingga menghasilkan air yang memenuhi persyaratan air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku.
3. Sistem distribusi. Bertujuan untuk menyalurkan air terolah yang telah memenuhi persyaratan sesuai Permenkes menuju ke konsumen. Termasuk dalam sistem ini adalah reservoir distribusi serta jaringan perpipaan distribusi, sebagai berikut: •
Reservoir distribusi diperlukan untuk mengatasi adanya fluktuasi (variasi) pemakaian air setiap jam, sehingga sistem tetap dapat memenuhi kebutuhan konsumen pada saat terjadi pemakaian serempak, misal pada pagi hari. Selain itu reservoir juga berfungsi sebagai tempat cadangan air untuk mengatasi terjadinya
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 19 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
kasus emergency, misalnya (i) intake atau IPA berhenti bekerja karena adanya kerusakan, PLN mati, atau pelaksanaan perawatan berkala, (ii) adanya kebakaran. •
Jaringan pipa distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari reservoir distribusi menuju ke konsumen.
4.1.1.2 Unit air baku Unit air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku, meliputi
bangunan
penampung
air,
bangunan
pengambilan/penyadapan,
alat
pengukuran, dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Sementara itu, yang disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengoperasian unit air baku meliputi kegiatan pengaturan jumlah debit air baku yang akan diambil serta pemantauan kualitas air baku yang diambil dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pengoperasian unit air baku air minum, meliputi pengoperasian bangunan dan perlengkapan penyadapan air baku, untuk mengalirkan air baku dari sumber ke unit produksi. 2. Jumlah air baku yang disadap tidak boleh melebihi izin pengambilan air baku dan sesuai dengan jumlah yang direncanakan pada tiap tahapan perencanaan. 3. Apabila kapasitas sumber berkurang dari kapasitas yang dibutuhkan, maka air yang disadap harus dikurangi sedemikian rupa sehingga masih ada sisa untuk pemeliharaan lingkungan di hilir sumber. Ketersediaan air baku dimaksudkan untuk mengetahui potensi sumber air baku yang masih tersedia, berupa sumber air permukaan, air tanah dalam atau mata air, yang saat ini masih dapat digunakan untuk proses produksi, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. 1. Kuantitas dan sumber air meliputi potensi debit sumber yang dapat dimanfaatkan untuk air minum dari sumber mata air, sumber air tanah dalam dan dari sumber air permukaan. 2. Kualitas dikaitkan dengan kemampuan instalasi pengolahan.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 20 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
A. Sumber air baku Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi : mata air, air tanah, air permukaan dan air hujan. Alternatif sumber air baku terpilih harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan sumber. Pemilihan alternatif sumber air didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut : •
Air sungai, umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan air minum, sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan dengan mata air, hanya apabila lokasi bangunan penyadap (intake) terletak dekat dengan daerah pelayanan.
•
Danau atau rawa, pengisiannya (inflow) umumnya berasal dari satu atau beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat diperbandingan dengan air permukaan sungai apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran sungai-sungai yang bermuara ke dalamnya, sehingga waktu tinggal yang lama (long detention time) dari aliran sungai ke danau menghasilkan suatu proses pejernihan alami (self purification).
•
Mata air, sering dijumpai mengandung CO 2 agresif yang tinggi yang walaupun tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada bahan pipa (bersifat korosif).
•
Air tanah dalam, dapat diajukan sebagai alternatif sumber air dalam hal air permukaan (sungai) telah terkontaminasi berat, mengingat kualitas air tanah secara bakteriologis lebih aman daripada air permukaan.
B. Bangunan pengambilan air baku Bangunan pengambilan air baku (intake) adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk sungai, danau, situ, atau sumber air lainnya. Tipe bangunan intake, tergantung dari sumber air bakunya yaitu : 1. Tipe bangunan penyadap (intake) untuk sumber mata air : •
Bangunan
penangkap
mata
air
(broncaptering),
untuk
mata
air
yang
mengalir/muncul secara horizontal. •
Bangunan pengumpul (sumuran) untuk mata air yang muncul ke permukaan secara vertikal, dan untuk air baku yang berada di bawah permukaan tanah (sumur dangkal dan sumur dalam).
2. Tipe intake untuk sumber air permukaan •
Intake bebas, adalah tipe intake dimana air permukaan mengalir secara bebas ke bak/sumuran penampung.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 21 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
•
Kode modul PAM.MM02.007.01
Intake dengan bendung, adalah tipe dimana permukaan air di bagian hilir dari lokasi bangunan intake ditinggikan dengan bangunan bendung (dapat di samping intake atau di bagian hilir).
•
Intake ponton, adalah tipe intake untuk pengambilan air permukaan yang mempunyai fluktuasi muka air yang cukup tinggi.
•
Intake jembatan, adalah tipe intake pada air sungai/danau dengan bentuk tebing yang curam dan bantaran yang sempit.
•
Intake infiltration galleries, digunakan pada kondisi dimana air permukaan sungai sangat tipis, dengan tanah dasar yang cukup porous dan berpasir.
4.1.1.3 Unit produksi Untuk mengubah kualitas air baku (yang belum memenuhi kualitas air minum) menjadi air minum diperlukan suatu proses pengolahan air minum. Unit produksi merupakan sarana dan prasarana SPAM yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi. Dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. Tujuan pengoperasian unit produksi ini adalah mengolah air baku dengan debit yang sudah direncanakan, sampai menjadi air minum yang memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air minum. Termasuk di dalamnya adalah pelaksanaan pengoperasian bangunan penunjang dan alat peralatan kelengkapan meliputi pengoperasian kantor, ruang operator, ruang pompa, ruang kimia, gudang kimia, bengkel penunjang, serta bangunan-bangunan yang mendukung proses pengolahan yang terjadi di sedimentasi, filter, reservoir, dan ruang pompa. A.
Instalasi pengolahan air
Dalam perencanaan teknis pengembangan SPAM, unit produksi disusun berdasarkan kajian kualitas air yang akan diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang akan dicapai. Untuk meningkatkan kinerja unit produksi, maka manajemen PDAM harus terlebih dahulu memahami proses produksi dan variabel-variabel yang berpengaruh dalam proses produksi tersebut.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 22 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Unit produksi pada umumnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi. Unit produksi umumnya terdiri dari unit: 1. Pengadukan cepat (koagulasi) Pengaduk cepat merupakan bagian dari proses pengolahan lengkap, yaitu proses pencampuran koagulan dengan air baku. Reaksi koagulan dengan air baku berlangsung dengan cepat, agar dapat terjadi pencampuran yang merata di seluruh bagian air. 2. Pengadukan lambat (flokulasi) Proses pengadukan lambat adalah proses penggabungan flok-flok kecil sehingga terbentuk flok yang cukup besar dan berat, untuk dapat mengendap sendiri di bak pengendap. 3. Pengendapan (sedimentasi) Pengendapan berlangsung dengan memperlambat aliran air dalam bak, sehingga flok mengendap. Flok yang mengendap kemudian dikumpulkan dalam kantong lumpur, untuk selanjutnya secara periodik dibuang. Clarifier adalah gabungan dari proses koagulasi, flokulasi dan pengendapan yang terjadi dalam satu bak. Umumnya dilengkapi dengan peralatan mekanik spesifik. 4. Penyaringan (filtrasi) Penyaringan dimaksudkan memisahkan air secara fisik dari partikel/flok yang sangat kecil yang tidak terendapkan dalam bak pengendap. Sehingga kualitas air secara fisik memenuhi syarat air minum. 5. Desinfeksi Desinfeksi adalah proses terakhir dari pengolahan yaitu membunuh bakteri patogen di dalam air sehingga air yang sampai di pelanggan dijamin bebas bakteri (patogen). 6. Proses lain Aerasi adalah proses untuk menghilangkan kandungan kimia tertentu dalam air (besi, mangan) dengan cara oksidasi dan atau proses menghilangkan gas dalam air (degasisasi). Proses pengolahan air minum yang digunakan atau dipilih harus sesuai dengan kualitas air baku berdasarkan kebutuhannya untuk memenuhi syarat kualitas air minum, antara lain: 1. Proses pengolahan dengan sumber air baku dari air tanah (lihat gambar 4.3). • Untuk a ir tanah yang mengandung Fe dan Mn, maka diperlukan proses
penghilangan Fe dan Mn (Fe & Mn removal). Proses penghilangan Fe dan Mn pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga terbentuk presipitat
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 23 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
yang dapat disisihkan melalui pengendapan. Proses oksidasi dapat menggunakan proses antara lain aerasi, klorinasi, ozonisasi, dan lain-lain • Setelah proses oksidasi, biasanya diperlukan proses flokulasi, sedimentasi, dan
filtrasi, terutama untuk air baku dengan konsentrasi Fe ≥ 5 mg/L. • Untuk menghilangkan bau, rasa, warna, dan kekeruhan, dapat menggunakan
proses pengolahan aerasi, saringan pasir lambat, karbon aktif, pembubuhan PAC, atau kombinasinya. • De s infe kta n diguna ka n untuk m e nghila ngka n m ikroorga nis m e pa toge n.
2. Proses pengolahan dengan sumber air baku dari mata air (lihat Gambar 4.3). •
Untuk air baku dari mata air yang mengandung Fe dan Mn, maka diperlukan proses penghilangan Fe dan Mn (Fe & Mn removal). Proses penghilangan Fe dan Mn pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga dapat disisihkan. Proses oksidasi dapat menggunakan proses antara lain: aerasi, klorinasi, ozonisasi, dan lain-lain
•
Setelah proses oksidasi, biasanya diperlukan proses flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi, terutama untuk air baku dengan konsentrasi Fe ≥ 5 mg/L.
•
Untuk m e nghila ngka n ba u, ra s a , wa rna , da n ke ke ruha n, da pa t m e ngguna ka n proses pengolahan aerasi, saringan pasir lambat, karbon aktif, pembubuhan PAC, atau kombinasinya.
•
Desinfektan digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen.
3. Proses pengolahan dengan sumber air baku dari air permukaan (lihat Gambar 4.4). •
Untuk air permukaan dengan kandungan pasir atau material abrasif lainnya, dapat digunakan bak pengendap pasir atau grit chamber (sejenis bak sedimentasi, biasanya pengendapan dilakukan dengan sistem gravitasi). Proses lain yang dibutuhkan
Desinfektan
Air baku
Resevoir
Distribusi
Gambar 4.3 Skema kegiatan operasional SPAM dengan sumber air baku dari air tanah dan mata air • Untuk a ir pe rm uka a n ya ng m e nga ndung Fe da n Mn, m a ka dipe rluka n pros e s penghilangan Fe dan Mn (Fe & Mn Removal). Proses penghilangan Fe dan Mn Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 24 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga dapat disisihkan. Proses oksidasi dapat menggunakan proses antara lain: aerasi, klorinasi, ozonisasi, dan lain-lain • Setelah proses oksidasi, biasanya diperlukan proses flokulasi, sedimentasi, dan
filtrasi, terutama untuk air baku dengan konsentrasi Fe ≥ 5 mg/L. • Untuk menghilangkan bau, rasa, warna, dan kekeruhan, dapat menggunakan
proses pengolahan aerasi, saringan pasir lambat, karbon aktif, pembubuhan PAC, atau kombinasinya. • Untuk menghilangkan bahan organik, dapat digunakan teknologi seperti karbon
aktif (granular activated carbon), atau menggunakan proses aerasi, adsorpsi, atau kombinasi aerasi + adsorpsi. • Untuk menghilangkan kalsium dan magnesium (kesadahan/hardness) dapat
dilakukan pelunakan dengan kapur dan soda. • Untuk menghilangkan ion-ion yang tidak diinginkan dari air baku, dapat digunakan
proses pertukaran ion (ion exchange). • Desinfektan digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen.
Pembubuhan bahan kimia (koagulan)
Pengadukan cepat (koagulasi)
Air baku
Pengadukan lambat (flokulasi)
Bak pengendap (sedimentasi)
Saringan (filtrasi)
Desinfektan Proses lain bila dibutuhan
Resevoir
Distribusi
Gambar 4.4 . Instalasi pengolahan air B.
Operasional IPA
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 25 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Pengoperasian unit produksi dapat berupa rangkaian kegiatan aerasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi, dan desinfeksi bagi air baku yang berasal dari air tanah, mata air dan air permukaan, meliputi : 1.
Pengoperasian unit produksi, meliputi bengunan dan perlengkapan peralatan pengolahan air minum.
2.
Tujuan pengoperasian unit produksi adalah mengolah air baku sesuai dengan debit yang direncanakan, sampai menjadi air mimum yang memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, sehingga siap didistribusikan.
3.
Kegiatan pengoperasian meliputi kegiatan persiapan sebelum pengoperasian, pelaksanaan operasi serta pemantauan proses pengolahan.
4.
Persiapan operasi meliputi : •
Menyiapkan bahan kimia dalam bentuk larutan atau serbuk yang akan digunakan dalam proses pengolahan.
•
Menyiapkan bangunan dan perlengkapan peralatan pengolahan, sehingga siap dioperasikan
•
Menyiapkan daya dan perlengkapannya untuk mengoperasikan peralatan.
5. Pelaksanaan operasi meliputi operasi bangunan dan perlengkapan peralatan pengolahan, sehingga proses pengolahan berlangsung. 6. Pemantauan selama operasi harus dilakukan terhadap : •
Kuantitas dan kualitas masukan, kinerja proses serta hasil keluaran di setiap tahapan proses pengolahan
•
7.
Penggunaan bahan kimia dan sumber daya
Hasil pemantauan harus dicatat dalam buku harian (log book)
4.1.1.4 Unit transmisi air baku Unit trasmisi air baku adalah jaringan pipa atau saluran terbuka pembawa air dari sumber air sampai unit produksi. Pengaliran air dapat secara gravitasi atau karena keberadaannya di elevasi yang lebih rendah dari lokasi pengolahan, maka menggunakan sistem pemompaan. Unit transmisi harus mengoptimalkan jarak antara unit air baku menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju menuju reservoir/jaringan distribusi sependek mungkin, terutama untuk sistem transmisi (pipa transmisi dari unit produksi menuju reservoir).
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 26 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Hal ini terjadi karena jaringan distribusi pada dasarnya harus dirancang untuk dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan maksimum. 4.1.1.5 Unit distribusi A.
Sistem distribusi
Distribusi dalam SPAM adalah kegiatan penyaluran air hasil produksi ke wilayah pelayanan. Air yang dihasilkan IPA ditampung di reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk kebutuhan inslasi. Selanjutnya air dari reservoir didistribusi dialirkan melalui jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan yang lainnya. Jaringan perpipaan tersebut dapat membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari dua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. Unit distribusi dimulai dari pompa distribusi (untuk sistem distribusi yang memakai pompa). Pompa distribusi mengisap air dari reservoir penampung hasil olahan. Untuk pompa distribusi biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal. Untuk sistem distribusi yang tidak memakai pompa distribusi, atau cara gravitasi, maka air hasil olahan langsung mengalir dari reservoir melalui perpipaan: jaringan distribusi utama (distribusi primer), jaringan distribusi pembawa (distribusi sekunder), jaringan distribusi pembagi (distribusi tertier), dan melewati reticulation pipe menuju sambungan rumah. Debit pompa distribusi ditentukan berdasarkan fluktuasi pemakaian air dalam satu hari. Pompa harus mampu mensuplai debit air saat jam puncak dimana pompa besar berkerja, dan saat pemakaian minimum pompa kecil yang berkerja. Debit pompa besar ditentukan sebesar 50% dari debit jam puncak. Pompa kecil sebesar 25% dari debit jam puncak. B. Jaringan pipa distribusi Jaringan pipa distribusi harus terdiri dari beberapa komponen untuk memudahkan pengendalian kehilangan air, yaitu : 1. Zona distribusi
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 27 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Zona distribusi adalah suatu area pelayanan dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi utama (distribusi primer). Pembentukan zona distribusi
didasarkan
pada
batas
alam
(sungai,
lembah,
atau
perbukitan).
Pembentukan zona distribusi dimaksudkan untuk memastikan dan menjaga tekanan minimum agar relatif sama pada setiap zona. 2. Jaringan distribusi utama (JDU)/distribusi primer. Adalah rangkaian pipa distribusi yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan SPAM. 3. Jaringan distribusi pembawa/distribusi sekunder. Adalah jalur pipa yang menghubungkan antara JDU dengan sel utama. 4. Jaringan ditribusi pembagi atau distribusi tersier. Adalah rangkaian pipa yang membentuk jaringan tertutup sel utama. 5. Pipa pelayanan. Adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi pembagi dengan sambungan rumah. Pendistribusian air minum dari pipa pelayanan dilakukan melalui Clamp Sadle. 6. Sel utama (primary cell). Sel utama (primary cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona distribusi dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang membentuk suatu jaringan tertutup, sehingga memudahkan pemantauan kehilangan air. 7. Sel dasar (elementary zone) Sel dasar (elementary zone) adalah sautu area pelayanan dalam sebuah sel utama dan dibatasi oleh pipa pelayanan. Sel dasar adalah rangkaian pipa yang membentuk jaringan tertutup dan biasanya dibentuk bila jumlah sambungan rumah (SR) mencapai 1000-2000 SR. setiap sel dasar dilengkapi dengan sebuah meter distrik. C. Operasional unit distribusi Tujuan pengoperasian unit distribusi ini untuk mengalirkan air hasil olahan ke seluruh jaringan distribusi sampai di semua unit pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan, baik dari segi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas, yaitu: 1. Kuantitas: •
Jumlah air mencukupi minimal untuk mandi, makan, dan minum, atau sesuai yang telah ditetapkan dalam perencanaan;
•
Tekanan air di pelanggan (titik jangkauan pelayanan terjauh) minimum 1 atm.
2. Kuantitas : Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 28 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
3.
•
pH antara 6,0 – 7,5;
•
Bakteriologis, yaitu bakteri E-colli = 0;
•
Sisa chlor minimal 0,2 ppm.
Kode modul PAM.MM02.007.01
Kontinuitas : •
Air harus mengalir di pelanggan selama 24 jam perhari.
Pengoperasian unit distribusi meliputi kegiatan pengoperasian sistem perpompaan, jaringan transmisi dan distribusi, serta bangunan sarana pelengkapnya, alat ukur dan peralatan pemantauan, meliputi: 1. Pengoperasian pipa transmisi dan jaringan distribusi beserta perlengkapannya, bangunan penyimpanan (reservoir), dan alat ukur, serta pompa distribusi beserta perlengkapannya, apabila sistem distribusi menggunakan sistem pemompaan. 2. Kegiatan pengoperasian meliputi kegitan persiapan sebelum
pengoperasian,
pelaksanaan operasi serta pemantauan distribusi. 3. Persiapan operasi meliputi kegiatan: •
Pemeriksaan pipa transmisi dan jaringan distribusi beserta perlengkapannya;
•
Pemeriksaan reservoir dan alat ukur, serta pompa distribusi dan perlengkapannya untuk sistem distribusi dengan sistem perpompaan.
4. Pelaksanaan operasi meliputi operasi pompa distribusi, perlengkapan jaringan perpipaan, meter air, bangunan dan penampung (reservoir), sehingga air mengalir di seluruh jaringan distribusi. 5. Selama operasi harus dilakukan pemantauan terhadap: •
Debit aliran air yang masuk ke jaringan.
•
Tekanan serta aliran air di jaringan.
•
Kua litas air yang keluar dari jaringan.
•
Operasi pompa distribusi.
•
Daya yang dipergunakan.
6. Hasil pemantauan harus dicatat dalam buku harian (log book) D. Kehilangan air Kehilangan air atau lebih sering kita kenal sebagai kebocoran, kini dikenal juga dengan istilah jumlah air tidak berekening (ATR) atau non revenue water (NRW). Penyebab air tidak berekening pada umumnya diklasifikasikan sebagai kehilangan air non fisik dan kehilangan air fisik.
1. Kehilangan air non fisik. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 29 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Indikasi adanya kehilangan air non fisik dapat diketahui karena berbagai hal diantaranya yang utama adalah : • Adanya sambungan illegal. • Akurasi meter air ait tidak baik lagi atau meter tidak berfungsi. • Pembacaan meter tidak akurat. • Pemakaian air oleh masyarakat tanpa meter air. • Pemakaian air namum tidak tertagih (penunggakan pembayaran). • Periode pencatatan meter tidak jelas.
2. Kehilangan air fisik. Kehilangan fisik adalah kebocoran yang sifatnya nyata (fisik) yang menyebabkan air tidak dapat disalurkan (dijual) kepada pelanggan karena air keluar dari pipa, oleh sebab-sebab tertentu. Indikasi kemungkinan terjadinya kebocoran fisik diantaranya yaitu : • Adanya perbedaan antara volume yang tercatat didistribusikan melalui meter induk
dengan volume air yang tercatat pada meter pelanggan. • Adanya penurunan tekanan air pada sistem perpipaan. • Aliran ke pelanggan mengecil atau tersendat-sendat. • Kualitas air ke pelanggan menurun/kotor. • Adanya suara bising/ mendesis yang berlangsung secara menerus pada jalur
perpipaan air minum. 4.1.1.6 Unit pelayanan Pengoperasian unit pelayanan meliputi kegiatan pelayanan untuk (i) domestik yaitu sambungan rumah, sambungan halaman, hidran umum dan terminal air, dan (ii) non domestik yaitu industri kecil, industri besar, restoran, hotel, perkantoran, rumah sakit, dan hidran kebakaran. 1. Meter air. Pada setiap unit produksi dan unit distribusi, harus dilengkapi dengan meter air induk. Sedangkan unit pelayanan harus dilengkapi dengan meter air pelanggan. Meter air induk dan meter air pelanggan wajib ditera secara berkala oleh badan yang diberi kewenangan untuk melakukan tera. 2. Hidran umum. Pada setiap unit pelayanan harus dipasang hidran umum untuk memberikan pelayanan air minum bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun daerah yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan. 3. Hidran kebakaran. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 30 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Pada setiap unit pelayanan perlu dipasang hidran kebakaran dengan jarak antar hidran kebakaran maksimal 300 meter yang dimaksudkanuntuk mengatasi apabila terjadi kebakaran di daerah tersebut sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 4.1.2
Kebutuhan sumber daya
Jenis dan sistem dari sarana dan prasarana SPAM berbeda-beda, ditentukan oleh jenis sumber air baku, kualitas air baku, besaran kapasitas, dan teknologi yang digunakan. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan dari: •
Acuan teknik sistem operasi dan pemeliharaan.
•
Kualifikasi dan jumlah SDM yang dibutuhkan.
•
Kebutuhan bahan dan sumber daya lainnya.
•
Pembiayaan.
Untuk operasi yang baik dalam arti efektif dan efisien, maka (i) acuan teknik operasi harus sesuai dengan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana, (ii) SDM harus memadai baik dalam kualifikasi maupun jumlah, (iii) tersedianya pembiayaan untuk pengadaan bahan dan sumber daya lain. Keempat faktor tersebut harus dapat diselaraskan agar perusahaan mandiri dan mampu mengembangkan diri untuk memberikan pelayanan pada masyarakat. Operasional perusahaan pengelola SPAM/PDAM perlu disesuaikan untuk mencapai tuntutan kebutuhan pelayanan masyarakat (kualitas, kuantitas, kontinuitas) secara berkesinambungan. Manajemen harus mampu secara konsisten mengelola pembiayaan dan pendapatan yang berkaitan dengan tuntutan pelayanan tersebut. Keseimbangan harus dipertahankan secara hati-hati untuk menjamin solvabilitas keuangan perusahaan secara berkesinambungan, yaitu antara sisi pendapatan dan sisi pembiayaan. 1. Faktor yang mempengaruhi sisi pendapatan: •
Tarif.
•
Tagihan.
•
Penarikan pembayaran.
2. Faktor yang mempengaruhi sisi pembiayaan/pengeluaran: •
Biaya operasional (termasuk pemeliharaan).
•
Penyusutan (depresiasi).
•
Pembayaran hutang.
•
Pembayaran atas penyertaan modal (bila ada).
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 31 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Pada beberapa PDAM, dijumpai bahwa biaya operasional lebih besar dari pada pendapatan, yang bisa diinterpretasikan adanya inefisiensi dalam biaya operasi. Untuk mengetahui masalah yang menyebabkan keadaan inefisiensi tersebut, perlu dilakukan kajian dan evaluasi terhadap biaya operasi tersebut. Perbaikan sistem operasi dengan sasaran tercapainya tingkat efisiensi yang optimal akan menekan pembiayaan seminimal mungkin tanpa mengurangi pelayanan dan kehandalan sarana dan prasarana air SPAM. Untuk itu perlu dipahami : •
Kondisi sarana dan prasarana SPAM.
•
Cara pengoperasian yang efisien dan efektif terutama sekali dalam penggunaan bahan kimia dan enerji.
•
Kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang.
•
Sumber daya manusia yang mampu memenuhi kebutuhan dengan optimal.
Analisa biaya operasional merupakan instrumen penting bagi manajemen, guna menentukan kebutuhan pendapatan, penganggaran, dan pengembangan tarif. Selain itu analisa biaya operasional dapat digunakan sebagai perangkat untuk mengidentifikasi peningkatan efisiensi, bidang-bidang mana saja yang masih bisa ditingkatkan efisiensinya. Peningkatan efisiensi dapat menghemat biaya operasional, sehingga memungkinkan dilakukan penetapan tarif serendah mungkin. Atau penghematan biaya dapat dimanfaatkan untuk investasi baru, peningkatan pemeliharaan, atau pengeluaran bermanfaat lainnya. Biaya operasional terdiri dari beberapa jenis biaya, seperti tertera pada tabel 4.1. Terlihat bahwa besaran biaya operasi tergantung pada lokasi, sumber air baku, jenis teknologi/pengolahan yang digunakan, biaya bahan, dan banyak faktor lainnya. Dalam sistem skala kecil, biaya-biaya tenaga kerja dan administrasi umumnya cenderung dominan. Namun dengan semakin besarnya skala pelayanan, maka semakin besar pula porsi biaya enerji dan bahan kimia dalam komponen biaya operasional SPAM. Sebagian dari biaya operasi sangat dipengaruhi oleh volume produksi, dan sebagian lain tidak dipengaruhi. Sehingga biaya operasi dapat diklasifikasikan menjadi: •
Biaya tetap, merupakan biaya-biaya yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi, yaitu biaya tenaga kerja dan administrasi.
•
Biaya tidak tetap (variabel) merupakan biaya-biaya yang secara langsung dan secara keseluruhan tergantung pada volume air yang diproduksi, yaitu biaya enerji (khususnya untuk pemompaan), biaya air baku, dan biaya bahan kimia.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 32 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Tabel 4.1
Kode modul PAM.MM02.007.01
Komponen biaya operasi dan pemeliharaan SPAM
Komponen biaya
Deskripsi/rincian
Faktor yang mempengaruhi
Tenaga kerja
Upah dan manfaat-manfaat sosial bagi staf
Jumlah staf, skala gaji, biaya manfaat
Bahan-bahan / persediaan
Pipa, suku cadang, pelumas, dan bahanbahan lainnya yang digunakan dalam kegiatan O&M
Jenis program pemeliharaan yang dilaksanakan
Bahan kimia
Khlor, tawas, dan bahan kimia lain dalam pengolahan air
Kualitas sumber air, jumlah yang dimanfaatkan, volume air yang diolah, biaya satuan bahan kimia
Enerji
Enerji untuk pemompaan, peralatan operasi, dan fasilitas penerangan
Efisiensi pompa, kapasitas pemompaan, tekanan pompa
Transportasi
Perjalanan dan transportasi pelaksanaan tugas
dalam
Jumlah perjalanan yang dilakukan
Jasa-jasa
Kontrak jasa-jasa untuk teknisi, perbaikan, pengecekan meteran, atau pelayanan khusus lainnya yang berkaitan dengan O&M
Jasa-jasa yang diterima
Pembelian air
Biaya pembelian air dari pemasok lainnya
Volume air yang dibeli dan tingkat harga
Administrasi / manajemen
Tenaga kerja, biaya jasa-jasa, biaya lain untuk akuntansi, meteran/tagihan, pengawasan, manajemen, badan/ dewan pengawas
Jumlah sambungan, jumlah karyawan
staf
Bagian mendasar dari analisa biaya operasional adalah menghitung biaya per satuan, biasanya total biaya operasional per m³ air yang diproduksi (bukan kubikasi air yang disalurkan atau yang dikonsumsi), mengingat biaya-biaya tersebut lebih dipengaruhi oleh volume produksi dan bukan volume konsumsi. Dengan diketahui bahwa sebagian biaya operasional SPAM bersifat tetap dan sebagian lagi bersifat variabel, maka pelayanan SPAM yang beroperasi pada volume tinggi akan menghasilkan biaya satuan (biaya per unit produksi) yang lebih rendah. Pada volume tinggi, memang biaya variabel meningkat secara proposional sesuai dengan volume air yang diproduksi, namun biaya tenaga kerja dan biaya tetap lainnya tidak akan meningkat. Untuk menilai kinerja pembiayaan, maka biaya satuan operasi dalam suatu lokasi dan periode tertentu dapat dibandingkan dengan biaya satuan di lokasi lain pada waktu yang sama, atau pada lokasi yang sama tersebut namun pada waktu (periode) yang berbeda (sebelumnya). Misalnya, biaya operasional per unit antar periode dapat dibandingkan (setelah mengkoreksi secara tepat pengaruh inflasi), untuk mengetahui apakah biayabiaya mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap (stabil). Studi tentang perkembangan kinerja biaya operasi dapat mengungkapkan bidang-bidang yang memerlukan pemeriksaan lebih terinci, sehingga biaya-biaya dapat tetap terkendali. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 33 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Demikian juga perbandingan kinerja pelayanan antar operator SPAM (dengan skala pelayanan dan teknologi pengolahan yang sama) dapat memberikan informasi yang berharga
untuk
mengidentifikasi
apakah
biaya
tersebut
masih
dalam
batas
kewajaran/ketentuan yang berlaku. Dapat dikatakan bila suatu pelayanan SPAM menggunakan fasilitasnya secara efisien, maka biaya satuan akan menjadi lebih rendah, antara lain: 1. Biaya tenaga kerja. Untuk dapat melakukan evaluasi dengan baik diperlukan adanya parameter untuk mengukur efisiensi. Misal, biaya karyawan PDAM dinilai efisien bila rasio karyawan per seribu pelanggan < 6. 2. Biaya enerji. Pemakaian enerji terbesar biasanya digunakan untuk operasi perpompaan, baik di unit air baku, unit produksi, maupun unit distribusi. Apabila enerji yang dipakai pada operasi pompa lebih besar dari yang seharusnya, sebagaimana tertera pada brosur dan data teknis (spesifikasi teknis) dari pompa tersebut, maka perlu diduga bahwa efisiensi pompa menurun atau pompa tidak bekerja pada daerah karakteristik yang optimum. Untuk mendapatkan pemakaian pompa yang optimum, pompa harus dioperasikan pada daerah karakteristiknya yang optimum. Pengaturan pengoperasian pompa pada efisiensi yang optimal dapat dilakukan dengan berpedoman pada kurva karakteristik pompa sesuai yang diterbitkan oleh pabrik pembuatnya. Faktor lain yang dapat menurunkan efisiensi pompa: •
Adanya hambatan atau tahanan pada jaringan perpipaan (belokan, penyempitan, assessoris dan peralatan lain). Instalasi perpipaan harus baik dan benar.
•
Kualitas fluida yang dipompa (suhu, kekentalan, dll).
3. Bahan kimia. Dosis pemakaian bahan kimia untuk pengolahan air harus didasarkan pada hasil percobaan laboratorium yang paling optimal. Percobaan laboaratorium harus dilakukan dua kali sehari dan setiap ada perubahan kualitas air baku. Hasil percobaan harus didokumentasikan dengan baik. 4.1.3
Prosedur operasi (tata laksana)
Sistem operasi dan pemeliharaan umumnya dijabarkan dalam bentuk prosedur operasi standar (SOP, standard operation procedures). Prosedur (tata laksana) dapat
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 34 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
didefinisikan sebagai pedoman kerja yang telah ditetapkan, yang akan membantu mempermudah dan mempercepat pelaksanaan kegiatan. Manfaat adanya prosedur atau pedoman kerja: •
Kegiatan dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat.
•
Hal yang tidak perlu dilakukan dapat dihindarkan.
•
Pelaksanaan kegiatan mudah diawasi.
Prosedur atau pedoman kerja yang baik adalah: •
Sederhana.
•
Mudah dilaksanakan.
•
Mengandung unsur pengecekan internal yang cukup baik.
•
Ekonomis.
Referensi mengenai SOP (prosedur/tata laksana) operasional SPAM harus tersedia dan dipelihara dengan baik untuk menjamin agar proses operasional sarana dan prasarana SPAM dapat dijalankan dengan baik dan benar. Fungsi-fungsi operasi SPAM yang ada dijabarkan ke dalam SOP bersama dengan staf terkait. Referensi terkait lainnya dalam operasional SPAM antara lain: gambar nyata pelaksanaan (as built drawing), gambar sistem keseluruhan, rencana pengelolaan SPAM, standar kualitas air minum, standar pelayanan, standar air buangan, dan lain-lain. 4.1.4
Kebutuhan anggaran operasi SPAM
Perencanaan kebutuhan operasi dan penganggaran bukanlah merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam perencanaan operasi SPAM. Anggaran operasi tahunan disusun untuk mendukung pengoperasian SPAM, dan disiapkan sesuai dengan prosedur keuangan yang berlaku. 4.2 Pelaksanaan operasi SPAM 4.2.1
Penerapan SOP
Kegiatan operasi sarana dan prasarana SPAM dilakukan pada unit air baku, unit produksi dan jaringan, unit distribusi dan unit pelayanan berdasarkan manual fabrikan serta prosedur operasi standar (SOP) yang telah ditetapkan perusahaan. Setiap unit tersebut harus memiliki SOP yang mudah dipahami dan diletakkan dekat unit terkait. Selain itu, SOP tiap unit harus disampaikan kepada karyawan di unit pelaksana terkait, guna
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 35 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
menjamin agar operasional sistem/unit dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya. Perlu dibuat SOP yang mendorong percepatan pelaksanaan. SOP harus benar-benar difahami oleh para petugas terkait agar dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Untuk menjamin agar kegiatan operasi berjalan sesuai SOP dan peraturan standar yang berlaku, maka pelaksanaan kegiatan operasional SPAM dilakukan oleh sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan unit-unit SPAM. Pengoperasian seluruh atau sebagian prasarana dan sarana SPAM dilaksanakan oleh penyelenggara SPAM untuk memenuhi pelayanan secara kontinu selama 24 jam per hari. Hal ini dimaksudkan agar pipa distribusi selalu terisi air dalam tekanan tertentu agar tidak terjadi infiltrasi air tanah dari luar. Dalam hal ini pada unit pelayanan harus dapat dilayani 24 jam penuh. Pengoperasian SPAM harus dapat memenuhi kebutuhan standar pelayanan yang bergantung pada sumber daya masing-masing wilayah. Standar pelayanan SPAM dapat mengacu pada peraturan yang berlaku. 4.2.2
Pemeriksaan pemahaman SOP
Setiap pimpinan dalam melaksanakan tugasnya, wajib melakukan pengecekan pemahaman petugas terhadao kebijakan dan SOP dari tugasnya, sehingga dapat menghindari terjadinya salah pengertian dalam upaya pencapaian tujuan. Petugas terkait akan lebih memahami peran, tugas, dan tanggungjawab masing-masing. Selain itu, hal ini akan menjamin operasional SPAM berjalan sesuai dengan perencanaan. 4.2.3
Pengoperasian instalasi SPAM
Kegiatan pengoperasian dilaksanakan untuk sekurang-kurangnya memenuhi kebutuhan standar pelayanan minimum air minum kepada masyarakat. Pengoperasian sarana sistem penyediaan air minum dengan jaringan bertujuan untuk menjalankan, mengamati dan menghentikan unit-unit agar berjalan secara bekesinambungan pada sebagian dan/atau keseluruhan unit. Penjabaran tujuan dan sasaran dari tiap sarana dan prasarana inti SPAM terdapat pada Tabel 4.1. Kegiatan operasional sarana dan prasarana SPAM meliputi antara lain penyediaan dan pengendalian enerji, personil, bahan habis pakai, pemantauan, sebagai berikut: 1. Memantau kondisi dan kinerja setiap unit. Melakukan pemeriksaan setiap muncul
gejala penurunan kinerja sehingga berada di luar batas parameter/kriteria yang Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 36 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
ditetapkan. Selanjutnya dilakukan identifikasi mengenai tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Kegiatan pemantauan ini misalnya: •
Pemantauan debit aliran.
•
Analisis keluhan pelanggan dan catatan gangguan pelayanan.
2. Memantau kualitas air di instalasi produksi dan di jaringan distribusi. Perbaikan proses
pengolahan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas air. Koreksi terutama harus dilakukan bila ada teguran dari Departemen Kesehatan atau keluhan dari pelanggan. 3. Meminimalkan biaya, dengan cara misalnya:
•
Menyelenggarakan audit penggunaan enerji, untuk mengidentifikasi kemungkinan penggantian peralatan dengan peralatan lain atau dengan metoda yang lebih hemat enerji.
•
Mengidentifikasikan, mengevaluasi dan mempertimbangkan teknologi yang lebih mutakhir, serta memantau dan mengendalikan peralatan yang akan meningkatkan efisiensi operasional maupun manajemen.
•
Memantau
penggunaan
air
dan
bila
diperlukan
melakukan
pedoman
penanggulangan kebocoran untuk mengidentifikasikan sumber kebocoran. 4. Melakukan pengurangan resiko, dengan cara misalnya:
Menerapkan sistem deteksi terhadap gangguan, dan melakukan antisipasi yang efektif dan dengan segera terhadap setiap kegagalan sistem dan terjadinya polusi.
Tabel 4.1 Tujuan dan sasaran dari instalasi produksi SPAM KOMPONEN
1
Sumber air : •
Mata air
•
Sungai
•
Danau/waduk
•
Air tanah
TUJUAN
Untuk menurap – mengambil – mengalirkan air dari sumber-sumber air dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang; dengan cara yang memenuhi persyaratan teknis, kelestarian lingkungan, dan sosial budaya, serta memperhatikan peran dan penggunaan lain dari sumber tersebut untuk kepentingan lainnya.
2
Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Secara handal mampu untuk memproduksi air minum dengan kualitas yang memenuhi persyaratan dan kuantitas yang sesuai kriteria perencanaan.
3
Perpompaan
Mampu menyediakan tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan air ke reservoir distribusi, atau mengalirkan air dari sumber ke IPA.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 37 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
4.2.3.1 Unit air baku Pengoperasian intake mulai dilakukan pada alat ukur yang dipasang, untuk memonitor dan menjamin bahwa debit air yang disadap sesuai dengan yang sudah diizinkan dan direncanakan. Bilamana ada penyimpangan kapasitas debit, maka diambil langkahlangkah untuk perbaikan dan penyesuaian. Selain pemantauan pada alat ukur, khusus untuk intake yang menggunakan pompa, dilakukan pemantauan
terus menerus atas kondisi pompa selama beroperasi agar
kinerja pompa diketahui terus menerus. Bilamana ada gangguan dapat dilakukan tindakan penyetopan sementara untuk perbaikan dan penyesuaian seperlunya. Pada unit pompa air baku harus selalu diperhatikan: •
Manometer untuk indikator head/tekanan discharge pompa.
•
Amperemeter, voltmeter, frekuensi/Hertz dari generator (power supply) dan putaran (rpm) pompa.
4.2.3.2 Unit produksi Persiapan operasi selalu dimulai dengan : 1. Pengukuran, yaitu debit air baku dan kualitas air baku terutama derajat keasaman pH, kekeruhan, dan beberapa kandungan mineral lain. Ketinggian muka air di sumber air baku, bak-bak sedimentasi, filtrasi dan resevoir, sangat penting untuk dimonitor sebelum operasi berjalan. 2. Pemeriksaan semua alat peralatan, mekanikal, elektrikal. 3. Pemeriksaan bahan-bahan kimia : larutan-larutan yang harus dibuat, cadangan bahan kimia. Persiapan operasi suatu unit pengolahan air minum meliputi kegiatan-kegiatan: 1. Pembuatan larutan bahan kimia. •
Pembuatan larutan alum sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ) 10% atau koagulan lain seperti PAC.
•
Pembuatan larutan soda abu (Na 2 CO 3 ) 10%.
•
Pembuatan larutan kaporit 1% atau bahan desinfektan lain seperti: gas chlor, ozon, dan ultra violet.
2. Pengaturan kapasitas alat pembubuhan. •
P e nga tura n ka pa sitas pompa pembubuhan larutan bahan kimia untuk sistem pembubuhan dengan pompa.
•
Pengaturan katup pembubuhan larutan dengan sistem gravitasi.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 38 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
3. Penentuan dosis bahan kimia. Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap: pH, kekeruhan warna, dan alkalinitas air baku. Pengoperasian unit produksi meliputi pengoperasian seluruh komponen bangunan, dan sarana penunjang yang masuk dalam unit produksi yaitu dimulai dari inlet air baku, biasanya di bak prasedimentasi (untuk sumber air permukaan dengan kekeruhan tinggi atau aerator biasanya untuk air tanah /mata air) sampai air hasil olahan ditampung di reservoir yang sudah diberi desinfektan. 1. Bak prasedimentasi: •
Baca debit air yang masuk pada alat ukur yang tersedia.
•
Be rs ihka n ba k da ri kotora n/s a m pa h ya ng m ungkin te rba wa .
•
P e riks a ke ke ruha n a ir ba ku ya ng m a s uk da n ke lua r ba k pra s e dim e nta s i, pH da n dosis bahan koagulan.
•
Lakukan pembuangan lumpur dari bak prasedimentasi sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan, atau tergantung pada kondisi air baku.
•
Amati ketinggian muka air dalam bak agar sesuai yang direncanakan.
•
Perhatikan aliran dalam bak, apakah merata, atau ada bagian yang terlalu lambat/cepat. Bilamana ada aliran tidak merata, maka hal ini merupakan indikasi adanya pembebanan yang tidak merata pada seluruh bidang bak prasedimentasi.
2. Pengaduk cepat: •
Operasikan pompa pembubuh alum/soda dan stel stroke pompa sesuai dengan perhitungan debit yang diperlukan (ada jenis pompa kimia lain yang penyetelan strokenya dilakukan pada saat pompa tidak dioperasikan).
•
Atur pH sehingga sama dengan pH pada waktu jar test, dengan menambah atau mengurangi stroke pompa.
•
Am a ti unjuk ke rja pompa pe m bubuh, pe rs e dia a n da n a lira n la ruta n ba ha n kim ia .
•
Pertahankan keadaan seperti pada awal operasi, dan lakukan penyesuaian bila diperlukan.
3. Pengaduk lambat: •
Amati flok–flok yang terbentuk, apakah terbentuk dengan baik.
•
Apabila tidak, periksa kembali pH air di pengaduk lambat dan lakukan penyesuaian-penyesuaian pembubuhan.
•
Periksa pembentukan buih-buih yang terjadi di permukaan air dan bersihkan apabila terdapat buih-buih.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 39 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
4. Bak sedimentasi: •
Setelah proses koagulasi dan pembentukan flok-flok, maka air masuk ke dalam bak sedimentasi.
•
Harus diperhatikan apakah terjadi pembebanan merata (surface loading merata).
•
Bilamana tidak merata, maka kinerja bak sedimentasi menjadi tidak optimal. Untuk itu harus diperiksa, apakah inlet (yang memakai baffle) berfungsi dengan baik, atau apakah plate settler/tube settler dalam keadaan baik, tidak ada yang pecah atau tersumbat.
•
Periksa kekeruhan air yang keluar dari bak sedimentasi. Biasanya efluen dari bak sedimentasi mempunyai kekeruhan di bawah 10 NTU, agar saringan pasir dapat berkinerja tidak terlalu berat.
•
La kuka n pe m bua nga n lum pur s e s ua i de nga n ya ng te la h dire nca na ka n.
•
Be rs ihka n buih-buih atau bahan-bahan yang terapung.
•
Periksa fungsi katup–katup.
5. Bak filtrasi (penyaring) •
Saringan pasir (lambat dan cepat) pada umumnya untuk menyaring efluent dari bak sedimentasi yang mempunyai kekeruhan di bawah 10 NTU.
•
Tutup katup penguras, katup pencucian dan katup outlet penyaring.
•
Alirkan air sampai ketinggian yang telah ditentukan.
•
Buka katup outlet penyaring dan atur kapasitasnya sesuai dengan perencanaan.
•
P e riksa kekeruhan air pada inlet dan outlet penyaring.
•
Amati debit outlet pada alat ukur yang tersedia.
•
Lakukan pencucian penyaring bila debitnya menurun sampai batas tertentu. Penurunan kecepatan menyaring merupakan indikator bahwa media filter sudah mulai
tersumbat/clogging.
Sebagian
indikator
bahwa
media
filter
sudah
memerlukan pencucian bilamana kecepatan penyaringan filter untuk: - Saringan pasir lambat < 2 m3/m2/jam. - Saringan pasir cepat < 5 m3/m2/jam. - Saringan pasir bertekanan < 9 m3/m2/jam. Indikasi tersebut dapat dilihat bila air pada permukaan penyaring naik sampai melampaui batas ketinggian yang sudah ditetapkan dalam perencanaan. Pencucian dilakukan dengan dengan cara: i) Tutup katup inlet dan outlet penyaring. ii) Buka katup outlet buangan pencucian dan inlet air pencuci. iii) Operasikan pompa pencuci dan atur debitnya. iv) Amati penyebaran air pada permukaan penyaring. Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 40 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
v) Atur debit pencucian dengan mengatur katup, sehingga media tidak terbawa. vi) Hentikan pencucian jika air pencucian sudah jernih. 6. Bak reservoir •
Periksa pH air yang masuk ke bak penampung air bersih/reservoir.
•
Ukur de bit a ir ya ng m a s uk
•
Bubuhka n la ruta n netralisator (larutan soda ash 10% atau larutan kapur jenuh), apabila pHnya < 7, sesuai perhitungan.
•
Bubuhkan larutan desinfektan, seperti larutan kaporit sesuai perhitungan.
•
Periksa pH, kekeruhan dan sisa khlor dari air bersih di bak penampung setiap jam, yaitu pH antara 6,0 – 7,5; kekeruhan di bawah 5 NTU dan sisa chlor 0,2 ppm, serta bakteri e-coli = 0 (negatif).
•
Periksa kualitas air secara lengkap (fisika, kimia, dan bakteriologi) di laboratorium Departemen Kesehatan setempat minimal setiap bulan.
4.2.4
Pengoperasian sistem transmisi dan distribusi
Kegiatan pengoperasian dilaksanakan untuk sekurang-kurangnya memenuhi kebutuhan standar pelayanan minimum air minum kepada masyarakat. Pengoperasian sarana sistem penyediaan air minum dengan jaringan bertujuan untuk menjalankan, mengamati dan menghentikan unit-unit agar berjalan secara bekesinambungan pada sebagian dan/atau keseluruhan unit. Penjabaran tujuan dan sasaran dari sistem transmisi dan distribusi terdapat pada Tabel 4.1. 4.2.4.1 Unit transmisi dan distribusi Pengoperasian pipa transmisi air minum dan jaringan pipa distribusi air minum meliputi kegiatan–kegiatan: 1. Inspeksi jaringan pipa Dilakukan minimal seminggu sekali meliputi: •
Pemeriksaan kondisi katup, termasuk pemeriksaan fungsi katup udara dan katup wash out.
•
Pemeriksanaan jalur pipa, apakah ada kebocoran/kerusakan, atau antisipasi terhadap kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh akar tanaman, perbaikan jalan, dan tanah longsor.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 41 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Tabel 4.1 Tujuan dan sasaran dari instalasi produksi SPAM KOMPONEN
TUJUAN
1
Reservoir
Mampu menyediakan cadangan air yang terbebas dari kontaminasi, untuk menjamin tingkat pelayanan yang ditetapkan serta meniadakan resiko gangguan pelayanan yang terjadi akibat adanya gangguan pengaliran (gangguan di unit pengolahan, kebocoran, atau pembersihan pipa), termasuk antisipasi penggunaan air untuk kebakaran.
2
Jaringan distribusi
Mampu mengalirkan air yang bebas dari kontaminasi ke setiap titik pelayanan sesuai dengan debit, tekanan dan kontinuitas menurut rencana yang telah ditetapkan.
3
Jaringan transmisi
Mampu mengalirkan air dari sumber ke IPA, atau dari IPA ke reservoir distribusi.
4
Perpompaan
Mampu menyediakan tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan air melalui jaringan distribusi, atau mengalirkan air ke reservoir distribusi/IPA, dan menjamin tercapainya kriteria teknis pengaliran dan standar pelayanan minimum.
2. Pengurasan pipa. Pengurasan pipa (wash out) dimaksudkan untuk membuang kotoran yang terakumulasi dalam pipa pada saat tidak ada aliran. Pengurasan dapat dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 3 bulan sekali atau sesuai kebutuhan. 3. Pengaturan buka tutup katup. Pada kondisi tertentu dimana debit pengolahan menurun, kemungkinan diperlukan pengaturan buka tutup katup pada jaringan distribusi untuk mengatur pengaliran air yang merata ke semua wilayah pelayanan. 4. Pemompaan distribusi. Pemompaan air ke dalam jaringan pipa distribusi dilakukan pada daerah pelayanan yang tidak memungkinkan pengaliran terus menerus secara gravitasi, dan untuk menjaga tekanan air di pelanggan (titik jangkauan pelayanan terjauh) minimum 1 atm. Tekanan air yang cukup dapat menghambat infiltrasi air tanah dari luar yang dapat menyebabkan kontaminasi terhadap air hasil olahan. Untuk efisiensi pemompaan, maka instalasi pemompaan dilengkapi dengan hydrophor yang bekerja secara otomatis, sehingga selalu dapat mempertahankan tekanan air yang dikehendaki dalam jaringan pipa utama.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 42 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Pengamatan saat pompa beroperasi dilakukan untuk: •
Menjamin muka air dalam bak tetap pada ukuran yang disyaratkan.
•
Mengatur katup untuk menjaga tinggi muka air.
•
Membaca nilai tekanan air pada manometer yang dipasang pada pipa tekan.
•
Membaca angka pada meter air yang terpasang pada sistem output pompa.
•
Memperhatikan adanya bunyi dan getaran yang tidak biasa.
4.2.4.2
Unit pelayanan
Pemanfaatan air minum hasil pengoperasian SPAM harus dilakukan secara efisien dan efektif yang terdiri dari kegiatan pemanfaatan sarana sambungan rumah, hidran umum dan hidran kebakaran. Pemanfaatan bertujuan untuk memenuhi pelayanan air minum kepada masyarakat untuk kebutuhan domestik dan non domestik. Pemanfaatan dilaksanakan oleh penyelenggara SPAM untuk kebutuhan pelayanan air minum masyarakat. Pemanfaatan dilaksanakan untuk memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar air minum seperti mandi, cuci, dan masak, serta kebutuhan lainnya sesuai dengan standar pelayanan kualitas dan kuantitas. Kegiatan ini meliputi: 1. Pemeriksaan instalasi perpipaan dan perlengkapannya; 2. Pemeriksaan meter air di unit-unit pelayanan; 3. Memantau aliran air dan jumlah pemakaian air, kualitas air, dan kontinuitas. SPAM harus dimanfaatkan seoptimal mungkin melalui kegiatan: 1. Pemasangan sambungan rumah. 2. Pemasangan hidran umum. 3. Pemasangan hidran kebakaran. Pemasangan
sambungan
rumah
harus
melalui
proses
pendaftaran
di
kantor
penyelenggara SPAM, dan membayar biaya pemasangan sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan penyambungan sesuai daftar urut dan biasanya harus dapat diselesaikan kurang dari 1 minggu. Pemasangan hidran umum diprioritaskan pada kawasan yang belum terjangkau jaringan perpipaan dan kawasan permukiman padat dan kumuh dan rawan air. Lokasi pemasangan hidran umum minimal seluas 4m x 4m serta ada bukti tertulis atas ijin penggunaan tanah dari pemilik. Masyarakat pemakai hidran umum harus menyiapkan
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 43 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
pengelolaan yang akan bertanggung jawab atas pemungutan penjualan air dan menyetor biaya retribusi kepada penyelenggara SPAM (PDAM). Diperlukan adanya upaya dalam percepatan penyambungan baru,
untuk (i)
mempercepat peningkatan cakupan pelayanan, (ii) memberikan kepuasan bagi pelanggan, serta (iii) mempercepat tambahan pendapatan PDAM. Upaya dalam percepatan penyambungan baru: 1. Pemasaran/marketing. Diperlukan agar masyarakat mengetahui pentingnya air minum yang memenuhi syarat kesehatan, dan bahwa masih tersedia produksi air minum yang dapat didistribusikan pada masyarakat yang memerlukan. 2. Membuat SOP. Perlu dibuat SOP yang mendorong percepatan pelaksanaan. SOP harus benar-benar difahami oleh para petugas terkait agar dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, misal: •
Waktu pendaftaran/usulan penyambungan: 1 hari.
•
Survey lapangan oleh petugas: 1 hari.
•
Pembayaran penyambungan oleh calon pelanggan: 1 hari.
•
Persiapan penyambungan (peralatan/bahan) dan pelaksanaan penyambungan selesai dalam 2 hari setelah pembayaran oleh pelanggan.
•
Total waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan: 5 hari.
3. Menseleksi tim pelaksana. Kesiapan, ketrampilan, dan kedisiplinan karyawan sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan penyambungan dengan baik. Untuk itu perlu dipilih karyawan yang memiliki kompetensi serta bisa bekerjasama dengan baik dalam tim. 4. Mempermudah dan mempercepat proses. Para calon pelanggan harus diberi kemudahan dalam memproses usulan dan melaksanakan transaksi untuk penyambungan, dengan memperbanyak tempattempat pelayanan dan memperpendek waktu penyambungan. Untuk mempercepat pencarian data lapangan, misalnya memastikan adanya tekanan dsb, dapat menggunakan alat bantu GIS. 5. As built drawing. Semua penyambungan baru harus dibuatkan as built drawing secara lengkap dan baik untuk keperluan dokumentasi, serta untuk memudahkan perbaikan di kemudian hari.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 44 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
6. Monitoring dan pengawasan. Perlu dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan oleh para petugas sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4.3
Pengawasan dan pelaporan
Pengawasan atau monitoring adalah sebuah usaha untuk memastikan berjalannya kegiatan operasi dan proses sebuah aktivitas dicatat dengan baik. Hasil monitoring adalah serangkaian data yang akan digunakan untuk evaluasi dan penilaian kinerja unit SPAM. Pengawasan operasional dilakukan pada setiap hari, dan dibandingkan terhadap manual dan SOP yang telah ditetapkan, serta target kinerja unit SPAM yang bersangkutan. Bila terdapat penyimpangan terhadap prosedur operasi yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan tindakan koreksi. Jadi, manajemen pengendalian adalah suatu proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Hasil monitoring adalah serangkaian data yang akan digunakan
untuk
evaluasi,
penilaian
ataupun
pengembangan
aksi
perbaikan
sebagaimana yang diminta. Tujuan pengawasan adalah : 1. Memperoleh informasi, dalam hal ini tentang kegiatan operasional unit, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. 2. Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan. 3. Sebagai
bahan
untuk
mengambil
keputusan
dalam
mengembangkan
program/kegiatan sebagai tindak lanjut, misal tindakan koreksi, masukan untuk program pemeliharaan. Langkah-langkah pokok untuk melakukan pengawasan adalah sebagai berikut. : 1. Terdapat prosedur pendokumentasian yang menjamin bahwa semua kegiatan operasional harian yang dilakukan telah dilaporkan 2. Merancang sistem pelaporan kegiatan operasi rutin yang spesifik untuk tiap unit. Dapat dilakukan dengan pembuatan format check list/ daftar isian dari kegiatan operasional harian dan bulanan yang perlu dilakukan di tiap unit, berdasarkan manual fabrikan dan SOP yang telah ditetapkan. Selanjutnya laporan harian direkapitulasi dalam format laporan bulanan. Laporan operasional rutin, antara lain meliputi: •
Debit harian air baku melalui pencatatan alat ukur di intake atau kapasitas pemompaan.
•
Debit produksi melalui pencatatan meter induk di transmisi.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 45 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
•
Pemakaian bahan kimia.
•
Pemakaian listrik PLN.
•
Pemakaian bahan bakar dan pelumas untuk generator.
•
Hasil pemeriksaan kualitas air di produksi dan distribusi.
•
Pencatatan perbaikan pipa.
•
Pencatatan keluhan pelanggan.
•
Dan lain-lain kegiatan operasional.
Kode modul PAM.MM02.007.01
Laporan pemanfaatan rutin, antara lain meliputi: •
Debit distribusi melalui pencatatan meter induk distribusi.
•
Pencatatan pemakaian air pelanggan sesuai meter air.
•
Pencatatan pemasangan SR baru.
•
Pencatatan pelanggaran.
•
Pencatatan pencucian pipa.
•
Dan lain-lain kegiatan pemanfaatan.
3. Terdapat prosedur tindakan darurat yang dilakukan jika terdapat perubahan kondisi, misal adanya perubahan kekeruhan air baku. 4. Prosedur pelaporan yang tepat waktu harus ditetapkan untuk evaluasi lebih lanjut serta meningkatkan kinerja sarana dan prasarana SPAM. Perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menentukan adanya penyimpangan antara kegiatan operasi yang telah dilakukan terhadap manual dan SOP yang telah ditetapkan, untuk mengambil tindakan koreksi dan perbaikan guna menghindari penurunan kinerja produksi (lihat skema pada Gambar 4.5), sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya penurunan kinerja (ouput) unit. 2. Menyelidiki ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan mengambil tindakan untuk menghindari terjadi kembali. 3. Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk menjaga agar ketidaksesuaian tidak terjadi. 4. Mengkaji ulang keefektifan tindakan operasional yang digunakan.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 46 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
Tindakan koreksi
Tentukan standar dan pengukuran kinerja
Mengukur prestasi kinerja
Apakah prestasi = standar
tidak
ya Langkah berikut
Gambar 4.5
Langkah pengendalian manajemen operasi
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 47 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
Kode modul PAM.MM02.007.01
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
5.1.
Sumber daya manusia
1. Pelatih Peran pelatih adalah untuk: •
Membantu anda dalam merencanakan proses belajar.
•
Membimbing anda dalam melakukan tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belaja.
•
Membantu anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab pertanyaan anda mengenai proses belajar anda.
•
Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang anda perlukan untuk belajar anda.
•
Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
•
Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.
2. Penilai Penilai bertugas melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan: •
Melaksanakan penilaian apabila anda telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan anda.
•
Menjelaskan kepada anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan mendiskusikan rencana pelatihan selanjutnya dengan anda.
•
Mencatat pencapaian / perolehan anda.
3. Teman kerja/sesama peserta pelatihan Teman kerja anda/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja Anda dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 48 dari 49
Materi pelatihan berbasis kompetensi SEKTOR AIR MINUM BIDANG PENGELOLAAN SUB BIDANG MANAJEMEN
5.2.
Kode modul PAM.MM02.007.01
Sumber-sumber perpustakaan
Pengertian
sumber-sumber
adalah
material
yang
menjadi
pendukung
proses
pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan pedoman belajar ini. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi : 1. Buku referensi (text book)/ buku manual servis 2. Lembar kerja 3. Contoh form-form check list. Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi. Prinsip-prinsip dalam pelatihan berbasis kompetensi adalam mendorong pada fleksibilitas dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik, atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasi dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada. Buku-buku referensi untuk bahan pelatihan yang telah direkomendasi: •
Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 tentang pengembangan SPAM.
•
Peraturan Menteri PU 18 tahun 2007.
•
Manual dan SOP pemeliharaan yang ditetapkan perusahaan.
•
Manual fabrikan dan referensi lain.
Judul modul : Manajemen operasi sistem penyediaan air minum Buku informasi Versi 2009
Halaman : 49 dari 49