56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Keterampilan mencuci sepeda motor peserta didik tunagrahita diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu pengamatan dalam satu fase 90 menit. Pada fase baseline A1 dilakukan pengamatan selama 5 kali pertemuan, pada fase ini subjek penelitian belum mendapatkan intervensi. Fase intervensi (B), subjek diberikan intervensi dengan metode demonstrasi. Fase intervensi (B) dilakukan selama 5 kali pertemuan. Selanjutnya untuk mengontrol ada tidaknya perubahan penguasaan keterampilan mencuci sepeda motor dilakukan pengamatan untuk fase baseline A2. Fase ini subjek tidak dikenakan intervensi. Hasil pengamatan pada fase A1, B1 dan A2 merupakan skor mentah, artinya data tersebut belum diolah sesuai dengan teknik dan analisa data. Intervensi (B) yang diberikan berupa pembelajaran mencuci sepeda motor menggunakan metode demontrasi, dimana pada awalnya guru menerangkan secara demontrasi kemudian peserta didik mempraktekkannya kembali. Proses pembelajaran yang terjadi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
56
57
Gambar 4.1 Guru mendemontrasikan alat-alat mencuci (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru menjelaskan alat-alat yang diperlukan untuk mencuci sepeda motor serta fungsinya dengan cara mendemontrasikan langsung kepada peserta didik (gambar 4.1). Bentuk dari alat harus peserta didik kenali sesuai namanya, agar tidak terjadi kelasahan dalam membawa alat mencuci.
Gambar 4.2 Guru mendemontrasikan penggunaan alat (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam penggunaan alat dengan cara mendemontrasikan cara memegang alat, memposiskan alat, penggunaan alat sesuai fungsinya, hingga penyimpanan alat (gambar 4.2). penggunaan alat ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pencucian terutama kualitas dari cat.
58
Gambar 4.3 Guru mendemontrasikan membasuh bagian bawah (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru mendemontrasikan proses pembasuhan bagian bawah dari sepeda motor, seperti roda, dan ban. Peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang nama komponen dari sepeda motor yang dicuci (gambar 4.3).
Gambar 4.4 Peserta didik mempraktekkan membasuh bagian bawah (Pengambilan data 9 Mei 2011) Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor yaitu membasuh bagian bawah dari sepeda motor. Peserta didik secara bergantian memberikan masukan dan arah satu sama lainnya, seperti ada bagian yang belum dibasuh, dan cara memegang alat (gambar 4.4).
59
Gambar 4.5 Guru mendemontrasikan cara membasuh bodi sepeda motor (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru mendemontrasikan cara membasuh bodi dari sepeda motor. Peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya bagian mana saja yang harus dibasuh (gambar 4.5).
Gambar 4.6 Peserta didik mempraktekkan membasuh bodi sepeda motor (Pengambilan data 9 Mei 2011) Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor yaitu membasuh bagian bodi. Peserta didik secara bergantian melakukannya dengan pengawasan dan arahan dari guru (gambar 4.6).
Gambar 4.7 Guru mendemontrasikan cara mencuci bagian bawah (Pengambilan data 9 Mei 2011)
60
Guru mendemontrasikan cara membersihkan bagian bawah dari sepeda motor menggunakan busa dan sikat dengan air sabun. Peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang penggunaan alat (gambar 4.7).
Gambar 4.8 Peserta didik mempraktekkan mencuci bagian bawah (Pengambilan data 9 Mei 2011) Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor yaitu membersihkan bagian bawah dari sepeda motor menggunakan busa dan sikat dengan air sabun. Peserta didik secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari guru (gambar 4.8).
Gambar 4.9 Guru mendemontrasikan cara mencuci bagian bodi (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru mendemontrasikan cara membersihkan bagian bodi dari sepeda motor menggunakan busa dengan air sabun. Guru menjelaskan penggunaan alat agar tidak merusak cat, peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya (gambar 4.9)
61
Gambar 4.10 Peserta didik mempraktekkan mencuci bagian bodi (Pengambilan data 9 Mei 2011) Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor yaitu membersihkan bagian bodi dari sepeda motor menggunakan busa dengan air sabun. Peserta didik secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari guru (gambar 4.10).
Gambar 4.11 Guru mendemontrasikan pembilasan (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru mendemontrasikan cara pembilasan menggunakan gayung dan air bersih pada seluruh bagian sepeda motor. Guru menjelaskan manfaat dari pembilasan, peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya (gambar 4.11).
62
Gambar 4.12 Peserta didik mempraktekkan pembilasan (Pengambilan data 9 Mei 2011) Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor yaitu pembilasan seluruh bagian dari sepeda motor. Peserta didik secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari guru (gambar 4.12)
Gambar 4.13 Guru mendemontrasikan penggunaan canebo (Pengambila data 9 Mei 2011) Guru mendemontrasikan cara penggunaan canebo dalam proses pengeringan seluruh bagian dari sepeda motor. Guru menjelaskan fungsi dari canebo. Peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya (gambar 4.13).
63
Gambar 4.14 Peserta didik mempraktekkan penggunaan canebo (Pengambilan data 9 Mei 2011) Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor yaitu mengeringkan seluruh bagian dari sepeda motor menggunakan canebo. Peserta didik secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari guru (gambar 4.14)
Gambar 4.15 Guru mendemontrasikan pembersihan canebo (Pengambilan data 9 Mei 2011) Guru
mendemontrasikan
langkah
pembersihan
canebo
setelah
digunakan. Guru menjelaskan pentingnya membersihkan canebo setelah digunakan. Peserta didik memperhatikan dan sekali-kali bertanya (gambar 4.15).
Gambar 4.16 Peserta didik mempraktekkan pembersihan canebo (Pengambilan data 9 Mei 2011)
64
Peserta didik mempraktekkan kembali proses mencuci sepeda motor, yaitu membersihkan canebo setelah digunakan untuk mengeringkan seluruh bagian dari sepeda motor. Peserta didik secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari guru (gambar 4.16). Data yang diolah merupakan skor keterampilan mencuci tiap pertemuan. Analisis data visual yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Komponen analisis dalam kondisi meliputi enam komponen, diantaranya: Panjang kondisi, estimasi kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentang, serta level perubahan. Lebih jelasnya tabel berikut merupakan data tentang keterampilan mencuci sepeda motor pada fase baseline dan intrervensi sebagai berikut :
B. Analisis Visual Kemampuan Keterampilan Mencuci Sepeda Motor 1. Analisis Dalam Kondisi Pada Kondisi Baseline A1 terdiri dari 5 fase, sedangkan pada kondisi intervensi 5 fase dan pada fase baseline A2 5 fase . Analisis dalam kondisi meliputi: (1) panjang kondisi; (2) estimasi kecenderungan arah; (3) kecenderungan stabilitas; (4) jejak data; (5) level stabilitas dan rentang; dan (6) level perubahan. Hasil analisis dalam kondisi sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengamatan keterampilan mencuci sepeda motor (KT) diperoleh data seperti pada tabel berikut:
65
Tabel 4.1 Kemampuan Mencuci Sepeda Motor Peserta Didik 1 Fase A1 – B – A2
A1
NO
FASE 1 2 3 4 5
B
FASE 1 2 3 4 5
A2
FASE 1 2 3 4 5
TANGGAL PENELITIAN 2 Mei 2011 3 Mei 2011 4 Mei 2011 5 Mei 2011 6 Mei 2011 RATA-RATA TANGGAL PENELITIAN 9 Mei 2011 10 Mei 2011 11 Mei 2011 12 Mei 2011 19 Mei 2011 RATA-RATA TANGGAL PENELITIAN 23 Mei 2011 24 Mei 2011 25 Mei 2011 26 Mei 2011 30 Mei 2011 RATA-RATA
SKOR KT 10.00 9.00 9.00 8.00 8.00 8.80 SKOR KT 16.00 15.00 15.00 16.00 17.00 15.80 SKOR KT 13.00 13.00 14.00 14.00 13.00 13.40
Data pada tabel 4.1 dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
skor
Grafik 4.1 Keterampilan mencuci sepeda motor peserta didik 1 Fase A1 – B – A2 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 Fase
1 2 3 4 5
66
Berdasarkan grafik 4.1, pada Baseline A1 permasalahan keterampilan mencuci sepeda motor pada peserta didik 1 rata-rata skor 8,80.
Hal ini
menunjukkan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor pada peserta didik 1 masih kurang dari nilai KKM. Tabel 4.2 Kemampuan Mencuci Sepeda Motor Peserta Didik 2 Fase A1 – B – A2
A2
B
A1
NO
FASE 1 2 3 4 5 FASE 1 2 3 4 5 FASE 1 2 3 4 5
TANGGAL PENELITIAN 2 Mei 2011 3 Mei 2011 4 Mei 2011 5 Mei 2011 6 Mei 2011 RATA-RATA TANGGAL PENELITIAN 9 Mei 2011 10 Mei 2011 11 Mei 2011 12 Mei 2011 19 Mei 2011 RATA-RATA TANGGAL PENELITIAN 23 Mei 2011 24 Mei 2011 25 Mei 2011 26 Mei 2011 30 Mei 2011 RATA-RATA
SKOR KT 13.00 14.00 14.00 16.00 17.00 14.80 SKOR KT 21.00 21.00 22.00 19.00 20.00 20.60 SKOR KT 19.00 19.00 17.00 18.00 20.00 18.60
Data pada tabel 4.2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
67
skor
Grafik 4.2 Keterampilan mencuci sepeda motor peserta didik 2 Fase A1 – B – A2 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Fase
Berdasarkan grafik 4.2 pada Baseline A1 permasalahan keterampilan mencuci sepeda motor pada peserta didik 1 rata-rata skor 14,80. Hal ini menunjukkan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor pada peserta didik 2 kurang dari nilai KKM. a.
Panjang Kondisi Tabel 4.3 Panjang Kondisi KONDISI PANJANG KONDISI
Baseline
Intervensi
Baseline
A1
B
A2
5
5
5
Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa dalam penelitian ini panjang kondisi seluruh 15 terdiri dari : 5 fase Baseline A1, 5 fase pada intervesi (B) berupa tindakan penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar, dan 5 fase Baseline A2. b.
Estimasi Kecenderungan Arah Mengestimasi kecenderungan arah dengan menggunakan metode belah dua (split-middle), langkah-langkah mengestimasi kecenderungan arah menurut Sunanto (2005:115) sebagai berikut:
68
1) Membagi data pada fase Baseline menjadi dua bagian. 2) Membagi bagian kanan dan kiri dari hasil langkah 1, menjadi dua bagian. 3) Menentukan median media posisi masing-masing masing belahan. 4) Menarik garis gari sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara median masing-masing masing belahan. Estimasi stimasi kecenderungan arah keterampilan mencuci sepeda motor dapat di jelaskan j pada grafik berikut ini:
Skor
Grafik 4.3 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Baseline (A1) Peserta Pes Didik 1 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
KT
1
2
3
4
5
Fase
Grafik 4.4 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Baseline (A1) Peserta Didik 2 20.00
Skor
15.00 10.00 5.00
KT
0.00 1
2
3 Fase
4
5
69
Skor
Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Intervensi (B) Peserta Didik 1 17.50 17.00 16.50 16.00 15.50 15.00 14.50 14.00
KT
1
2
3
4
5
Fase
Skor
Grafik 4.6 Estimasi Kecenderungan Kecend Arah Fase Intervensi (B) Peserta Didik 2 23.00 22.00 21.00 20.00 19.00 18.00 17.00
KT
1
2
3
4
5
Fase
Skor
Grafik 4.7 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Baseline (A2) Peserta Didik 1 14.20 14.00 13.80 13.60 13.40 13.20 13.00 12.80 12.60 12.40
KT
1
2
3 Fase
4
5
70
Grafik 4.8 Estimasi Kecenderungan Arah Fase Baseline (A2) Peserta Didik 2 21.00
Skor
20.00 19.00 18.00
KT
17.00 1
2
3
4
5
Fase
Tabel 4.4 Estimasi Kecenderungan Arah Peserta Didik 1 KONDISI
A/1
B
A/2
Estimasi Kencenderungan Arah
Kecenderungan arah pada fase baseline A1 menunjukkan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor menurun sedangkan pada fase intervensi B1 menunjukkan arah estimasi meningkat, dan fase Baseline A2 arah estimasi meningkat. Berdasarkan analisis estimasi kecenderungan arah dapat disimpulkan bahwa setelah intervensi dilakukan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor meningkat. Tabel 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Peserta Didik 2 KONDISI Estimasi Kencenderungan Arah rah
A/1
B
A/2
71
Kecenderungan arah pada fase baseline A1 menunjukkan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor menurun sedangkan pada fase intervensi B1 menunjukkan arah estimasi meningkat, dan fase Baseline A2 arah estimasi meningkat. Berdasarkan analisis estimasi kecenderungan arah dapat disimpulkan bahwa setelah intervensi dilakukan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor meningkat. c. Kecenderungan Stabilitas Kecenderungan stabilitas berfungsi untuk melihat variabel yang diteliti pada kondisi stabil atau tidak. Dengan kriteria stabilitas 15% Variabel dinyatakan stabil apabila menunjukkan persentase stabilitas 85%-90%. Menurut Sunanto (2005 :110), mencari kecenderungan stabilitas dengan menggunakan kriteria stabilitas 15% langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut: 1) Mencari skor maksimum 2) Mencari rentang stabilitas dengan cara skor maksimum x 0,15. 3) Menghitung Mean Level ( jumlah skor : jumlah banyaknya data) 1 x 4) Menghitung Batas Atas dengan cara : Mean Level + ( 2 rentang stabilitas). 1 5) Menghitung Batas Bawah dengan cara : Mean Level - ( x 2 rentang stabilitas). 6) Membuat grafik kecenderungan stabilitas 7) Menghitung persentase stabilitas = banyaknya point yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah dibagi banyaknya data point x 100
72
Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diolah untuk mencari kencenderungan stabilitas sebagai berikut : 1) Fase Baseline A1 Peserta Didik 1 Skor Maksimum
= 10
Rentang Stabilitas
= 10 x 0,15 % = 1,5
= 10 + 9 + 9 + 8 + 8
Mean Level
5
= 8,80
1 = 8,80 + ( x1,5) 2
Batas Atas
= 9,55 Batas Bawah
1 = 8,80 - ( x1,5) 2 = 8,05
Grafik 4.9 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Peserta Didik 1 12.00 10.00 8.00 Skor
KT 6.00
BB
4.00
BA ML
2.00 0.00 1 Keterangan : KT = Keterampilan BB = Batas Bawah BA = Batas Atas ML = Mean Level
2
3 Fase
4
5
73
Berdasarkan grafik 4.9 banyaknya data yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah 2 point, maka kecenderungan stabilitas =
2 x100 = 40% , artinya pada fase Baseline A1 tidak 5
stabil. 2) Fase Baseline A1 Peserta Didik 2 Skor Maksimum
= 17
Rentang Stabilitas
= 17 x 0,15 % = 2,55
Mean Level
= 17 + 16 + 14 + 14 + 13 = 14,80 5
Batas Atas
1 = 14,80 + ( x 2,55) 2 = 16,08
Batas Bawah
1 = 14,80- ( x 2,55) 2 = 13,53
Grafik 4.10 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Peserta Didik 2 18.00 16.00 14.00 12.00 Skor
KT 10.00 BB
8.00 6.00
BA
4.00
ML
2.00 0.00 1
2
Keterangan : KT = Keterampilan BB = Batas Bawah BA = Batas Atas ML = Mean Level
3 Fase
4
5
74
Berdasarkan grafik 4.10 banyaknya data yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah 3 point, maka kecenderungan stabilitas =
3 x100 = 60% , artinya pada fase Baseline A1 tidak 5
stabil. 3) Fase Intervensi B Peserta Didik 1 Skor Maksimum
= 17
Rentang Stabilitas
= 17 x 0,15 % = 2,55
Mean Level
= 16 + 15 + 15 + 17 + 16 5
= 15,80
1 = 15,80 + ( x 2,55) 2
Batas Atas
= 17,08 Batas Bawah
1 = 15,80 - ( x 2,55) 2 = 14,53
Grafik 4.11 Kecenderungan Stabilitas Faese Intervensi B Peserta Didik 1 18.00
Skor
17.00 16.00
KT
15.00
BB
14.00
BA
13.00
ML 1
2
3 Fase
4
5
75
Berdasarkan grafik 4.11 banyaknya data yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah 5 point, maka kecenderungan stabilitas =
5 x100 = 100% , pada fase intervensi B menunjukkan 5
stabil. 4) Fase Intervensi B Peserta Didik 2 Skor Maksimum
= 22
Rentang Stabilitas
= 22 x 0,15 % = 3,30
Mean Level
= 20 + 19 + 22 + 21 + 21 = 20,60 5
Batas Atas
1 = 20,60 + ( x3,30) 2 = 22,25
Batas Bawah
1 = 20,60 - ( x3,30) 2 = 18,95
Grafik 4.12 Kecenderungan Stabilitas Faese Intervensi B Peserta Didik 2 23.00 22.00
Skor
21.00 KT
20.00
BB 19.00 BA 18.00 ML 17.00 1
2
3
4
5
Fase
Berdasarkan grafik 4.12 banyaknya data yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah 5 point, maka kecenderungan
76
stabilitas =
5 x100 = 100% , pada fase intervensi B menunjukkan 5
stabil. 5) Fase Baseline A2 Peserta Didik 1 Skor Maksimum
= 14
Rentang Stabilitas
= 14 x 0,15 % = 2,1
Mean Level
= 13 + 13 + 14 + 14 + 13 5
= 13,40
1 = 13,40 + ( x2,1) 2
Batas Atas
= 14,45 Batas Bawah
1 = 13,40 - ( x2,1) 2 = 12,35
Skor
Grafik 4.13 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Peserta Didik 1 15.00 14.50 14.00 13.50 13.00 12.50 12.00 11.50 11.00
KT BB BA ML 1
2
3 Fase
4
5
77
Berdasarkan grafik 4.13 banyaknya data yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah 5 point, maka kecenderungan
5 x100 = 100% , artinya pada fase Baseline A2 stabil. 5
stabilitas =
6) Fase Baseline A2 Peserta Didik 2 Skor Maksimum
= 20
Rentang Stabilitas
= 20x 0,15 % = 3
Mean Level
= 19 + 18 + 19 + 19 + 20 5
= 19
1 = 19 + ( x3) 2
Batas Atas
= 20,50 Batas Bawah
1 = 19 - ( x3) 2 = 17,50
Skor
Grafik 4.14 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Peserta Didik 2 15.00 14.50 14.00 13.50 13.00 12.50 12.00 11.50 11.00
KT BB BA ML 1
2
3 Fase
4
5
78
Berdasarkan grafik 4.14 banyaknya data yang berada pada rentang batas atas dan batas bawah 5 point, maka kecenderungan stabilitas =
Kondisi
Baseline A1 Intervensi B Baseline A2
Kondisi
Baseline A1 Intervensi B Baseline A2
5 x100 = 100% , artinya pada fase Baseline A2 stabil. 5 Tabel 4.6 Persentase Stabilitas Peserta Didik 1 Banyak Nilai yang Banyaknya Persentase Keterangan ada pada data point stabilitas rentang Variabel 2 5 40% (tidak stabil) 5
5
100%
Stabil
5
5
100%
Stabil
Tabel 4.7 Persentase Stabilitas Peserta Didik 2 Banyak Nilai yang Banyaknya Persentase Keterangan ada pada data point stabilitas rentang Variabel 3 5 60% (tidak stabil) 5
5
100%
Stabil
5
5
100%
Stabil
d. Jejak Data Memperhatikan grafik 4.1 (estimasi kecenderungan arah) maka dapat dianalisis kecenderungan jejak data sebagai berikut :
79
Tabel 4.8 Kecenderungan Jejak Data Peserta Didik 1 Kecenderungan Kodisi/Fase Fase Analisis Jejak Kemampuan Baseline ( - ) keterampilan cuci 1–5 (A1) sepeda motor menurun Kemampuan Intervensi keterampilan cuci 1–5 (B) ( + ) sepeda motor membaik Kemampuan Baseline keterampilan cuci (A2) 1–5 (+) sepeda motor membaik
Memperhatikan grafik 4.2 (estimasi kecenderungan arah) maka dapat dianalisis kecenderungan jejak data sebagai berikut : Tabel 4.9 Kecenderungan Jejak Data Peserta Didik 2 Kecenderungan Fase Analisis Kodisi/Fase Jejak Kemampuan ( - ) keterampilan cuci Baseline 1–5 (A1) sepeda motor menurun Kemampuan Intervensi keterampilan cuci 1–5 (B) ( + ) sepeda motor membaik Kemampuan Baseline keterampilan cuci (A2) 1–5 (+) sepeda motor membaik
80
e. Level Stabilitas dan Rentang Analisis level stabilitas dan rentang pada fase baseline A1 peserta didik 1 menunjukkan data tidak stabil rentang nilai 8 – 10, untuk fase intervensi B data menunjukkan stabil dengan rentang nilai15 – 17. Fase baseline A2 data menunjukkan stabil
rentang
nilai13 – 14. Tabel 4.10 Level Stabilitas Rentang Peserta Didik 1 Kondisi A1 B Level stabilitas dan Rentang
Tidak Stabil 8 - 10
Stabil 15 – 17
A2 Stabil 13 – 14
Analisis level stabilitas dan rentang pada fase baseline A1 peserta didik 2 menunjukkan data tidak stabil rentang nilai 13 – 17, untuk fase intervensi B data menunjukkan stabil dengan rentang nilai 19 – 21. Untuk fase Baseline A2 data menunjukkan stabil rentang nilai 18 – 20. Tabel 4.11 Level Stabilitas Rentang Peserta Didik 2 Kondisi A1 B Level stabilitas dan Rentang
Tidak Stabil 13 – 17
Stabil 19 – 21
A2 Stabil 18 – 20
f. Level Perubahan Analisis perubahan variabel daya konsentrasi menunjukkan arah naik baik sebelum intervensi maupun sesudah dilakukan intervensi. Hasil analisis dapat dijelaskan sebagai berikut ;
81
Tabel 4.12 Level Perubahan Peserta Didik 1 Data Kodisi/Fase Data Awal Terakhir
Persentasi Stabilitas
Baseline A1
8
-
10
-2
Intervensi B
17
-
16
+1
Baseline A2
13
-
13
0
Level perubahan pada fase baseline A1 menunjukkan perubahan yang menurun dengan tanda (-), begitu juga level perubahan pada fase intervensi dengan tanda (+) menunjukkan perubahan yang membaik tentang daya konsentrasi, fase Baseline A2 menunjukkan sama dengan (=) yang artinya tidak ada perubahan. Tabel 4.13 Level Perubahan Peserta Didik 2 Data Kodisi/Fase Data Awal Terakhir
Persentasi Stabilitas
Baseline A1
13
-
17
-4
Intervensi B
21
-
20
+1
Baseline A2
20
-
19
+1
Level perubahan pada fase baseline A1 menunjukkan perubahan yang menurun dengan tanda (-), begitu juga level perubahan pada fase intervensi B dengan tanda (+) menunjukkan perubahan yang membaik tentang daya konsentrasi, fase Baseline A2 (+) menunjukkan perubahan yang membaik meskipun tidak diberikan intervensi.
82
g. Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi Hasil analisis dalam kondisi yang ditempuh peneliti mencakup : panjang kondisi, Estimasi kecenderungan Arah, Kecenderungan Stabilitas, Jejak Data, Level Stabilitas dan Rentang serta Perubahan Level. Rangkuman hasil analisis dalam kondisi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi Peserta Didik 1 KONDISI A B A 1 2 2 1. Panjang kondisi
5
5
2. Estimasi
(-)
(+)
5
(+)
Kecenderungan Arah 3. Kecenderungan Stabilitas 4. Jejak Data 5. Level Stabilitas dan Rentang 6. Perubahan Level
Tidak stabil (-)
Stabil (+)
Stabil (+)
Tidak stabil 8 – 10
Stabil 15 – 17
Stabil 13 – 14
8 - 10 -2
17 – 16 +1
13 – 13 0
83
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi Peserta Didik 2 B A KONDISI A 1 2 2 1. Panjang kondisi
5
2. Estimasi
5
(-)
(+)
5
(+)
Kecenderungan Arah 3. Kecenderungan Stabilitas
Tidak stabil
4. Jejak Data 5. Level Stabilitas dan Rentang
(-)
Stabil (+)
Stabil (+)
Tidak stabil 13 – 17
Stabil 19 – 21
Stabil 18 – 20
13 - 17 -4
21 – 20 +1
20 – 19 +1
6. Perubahan Level 2. Analisis Data Antar Kondisi
Analisis data antar kondisi meliputi: (1) jumlah variabel yang diubah, (2) perubahan kecenderungan dan efeknya, (3) perubahan stabilitas (4) perubahan level, dan (5) data overlap. Analisis data antar kondisi dapat peneliti jelaskan sebagai berikut : a. Jumlah Variabel Yang Diubah Jumlah variabel yang diubah dalam penelitian dari kondisi Baseline (A1) ke intervensi (B) sampai fase Baseline (A2) adalah satu target behavior berupa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor. Seperti terlihat pada format berikut :
84
Tabel 4.16 Jumlah Varibel Yang Diubah pada peserta didik 1 Perbandingan Kondisi
A1/B/A2
Jumlah variabel yang diubah
1
Tabel 4.17 Jumlah Varibel Yang Diubah pada peserta didik 2 Perbandingan Kondisi
A1/B/A2
Jumlah variabel yang diubah
1
b. Perubahan Kecenderungan Arah Menentukan perubahan kecenderungan arah dan efek dengan mengambil data pada analisa dalam kondisi, seperti pada tabel berikut : Tabel 4.18 Perubahan Kecenderungan Arah peserta didik 1 Perbandingan Kondisi
A1/B1A2
Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (-)
(+)
(+)
Positif
Kondisi Baseline A1 terjadi penurunan sedangkan pada Kondisi Intervensi B terjadi peningkatan, menjelaskan target behavior berupa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor terjadi perubahan
85
setelah mendapat intervensi. Pada fase Baseline A2 garis menunjukkan arah meningkat. Tabel 4.19 Perubahan Kecenderungan Arah peserta didik 2 Perbandingan Kondisi
A1/B/A2
Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (-)
(+)
(+)
Positif
Kondisi Baseline A1 terjadi penurunan sedangkan pada Kondisi Intervensi B terjadi peningkatan, menjelaskan target behavior berupa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor terjadi perubahan setelah mendapat intervensi. Pada fase Baseline A2 garis menunjukkan arah meningkat. c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan efeknya Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dilihat dari kecenderungan stabilitas pada fase Baseline dan intervensi pada analisa dalam kondisi. Tabel 4.120 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan efeknya peserta didik 1 Perbandingan Kondisi
Baseline/Intervensi
Perubahan Kecenderungan Stabilitas
Variabel ke stabil
86
Tabel 4.21 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan efeknya peserta didik 2 Perbandingan Kondisi
Baseline/Intervensi
Perubahan Kecenderungan Stabilitas
Variabel ke stabil
d. Level Perubahan Level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi Baseline pada fase terakhir dan fase pertama pada kondisi intervensi
kemudian
dihitung
selisih
antara
keduanya.
Hasil
perhitungan nampak pada format berikut : Tabel 4.22 Level Perubahan peserta didik 1 Perbandingan Kondisi
B/A1
B/A2
Perubahan Level
(16 – 8) +8
(16 – 13) +3
Hasil analisis data menunjukkan perubahan positif dari fase Baseline A1 ke fase intervensi sebesar +8 Perubahan positif fase intervensi dengan fase Baseline A2 sebesar +3 artinya terjadi perubahan meningkat pada target behaviour berupa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor. Tabel 4.23 Level Perubahan peserta didik 2 Perbandingan Kondisi
B/A1
B/A2
Perubahan Level
(21 – 17) +4
(21 – 20) +1
87
Hasil analisis data menunjukkan perubahan positif dari fase Baseline A1 ke fase intervensi sebesar +4 Perubahan positif fase intervensi dengan fase Baseline A2 sebesar +1 artinya terjadi perubahan meningkat pada target behavior berupa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor. e. Overlap Analisis Overlap berguna untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap target behavior. Langkah analisis overlap dilakukan dengan cara menghitung ada berapa nilai pada kondisi intervensi (B) yang berada pada rentang kondisi (A1) atau rentang kondisi (A2). Banyaknya data yang berada pada rentang A1 dan A2 dibagi dengan jumlah data pada kondisi intervensi (B) kemudian dikalikan 100. Analisis dapat peneliti gambarkan sebagai berikut : Tabel 4.24 Tabel Overlap peserta didik 1 Perbandingan Kondisi
B/A1
B/A2
Persentase Overlap
0 x100 = 0% 5
0 x100 = 0% 5
Hasil analisis data intervensi (B) yang berada pada rentang Baseline A1 atau A2 = 0 sehingga hasilnya = 0%, ini membuktikan bahwa semakin kecil persentase overlap menunjukkan makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.
88
Tabel 4.25 Tabel Overlap peserta didik 2 Perbandingan Kondisi
B/A1
B/A2
Persentase Overlap
0 x100 = 0% 5
1 x100 = 20% 5
Hasil analisis data intervensi (B) yang berada pada rentang Baseline A1 = 0, B terhadap A2 = 1 sehingga hasilnya = 20%, ini membuktikan bahwa semakin kecil persentase overlap menunjukkan makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior. e. Rangkuman Analisis Data Antar Kondisi Hasil analisis data antar kondisi yang mencakup jumlah variabel yang diubah, perubahan kecenderungan dan efeknya, perubahan stabilitas, perubahan level dan data overlap dapat peneliti rangkum dalam tabel berikut : Tabel 4.26 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi peserta didik 1 B B Kondisi Yang A1 A2 Dibandingkan (2:1) (2:3) 1. Jumlah Variabel
1
1
2. Perubahan Arah dan Efeknya
(-)
(+)
(+)
(+)
Variabel Ke Stabil
Stabil Ke Stabil
4. Perubahan Level
+8
+3
5. Persentase Overlap
0%
0%
3. Perubahan Stabilitas
89
Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi peserta didik 2 B B Kondisi Yang A1 A2 Dibandingkan (2:1) (2:3) 1. Jumlah Variabel
1
1
2. Perubahan Arah dan Efeknya
(-)
(+)
(+)
(+)
Variabel Ke Stabil
Stabil Ke Stabil
4. Perubahan Level
+4
+1
5. Persentase Overlap
0%
20 %
3. Perubahan Stabilitas
C. Pembahasan Analisis Dalam Kondisi dan Analisis Antar Kondisi Hasil analisis dalam kondisi seperti tergambar dalam tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam penelitian panjang kondisi penelitian sebanyak 15 5 fase untuk fase Baseline A1, 5 fase untuk Intervensi B, dan 5 fase untuk Baseline A2. Estimasi Kecenderungan arah menunjukkan perubahan awalnya pada fase Baseline A1 kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor menunjukkan kurang, setelah diberikan intervensi fase B menunjukkan perubahan yang baik pada kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor, selanjutnya pada fase A2 tanpa intervensi menunjukkan hasil estimasi kecenderungan naik walau nilai tidak sebaik pada fase intervensi. Stabilitas data nampak pada fase intervensi B dan fase Baseline A2 menunjukkan bahwa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor selama
90
diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi menunjukkan kestabilan. Pada jejak data menujukkan arah positif (+) mengandung makna bahwa perubahan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor ke arah positif atau membaik. Perubahan
Level
menunjukkan
arah
yang
meningkat
artinya
kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor tiap fase pada intervensi menggambarkan peningkatan. Perubahan ini menunjukkan bahwa intervensi penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor. Pada analisis antar kondisi analisis overlap dengan membandingkan fase B dengan A1 serta B dengan A2 menunjukkan nilai 0 % semakin kecil nilai overlap mengandung makna bahwa intervensi (penggunaan metode demontrasi) berpengaruh terhadap target behavior berupa kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor. Pada grafik 4.1 dan grafik 4.2 jelas tergambar dimana besarnya penggunaan metode demonstrasi akan sebanding dengan peningkatan kemampuan keterampilan mencuci sepeda motor pada subjek penelitian.
D. Pembahasan Hasil Implementasi Pembelajaran 1.
Implementasi pembelajaran yang telah dilakukan diantaranya dapat menimbulkan interaksi kemampuan sosial emosi, dimana antara peserta didik 1 dan peserta didik 2 dapat bekerjasama pada saat pembelajaran baik di kelas maupun saat praktek. Terlihat pada gambar di bawah ini:
91
Gambar 4.17 Kerjasama antar peserta didik (Pengambilan data 9 Mei 2011) 2.
Pengelolaan pembelajaran Pengelolaan proses pembelajaran keterampilan mencuci sepeda motor sesuai dengan kebutuhan peserta didik menggunakan metode demontrasi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan stabilitas yang terjadi dimana selama diberikan intervensi (B) menunjukkan kestabilan pada masing-masing subjek. Tabel 4.28 Kebutuhan Peserta Didik Indikator Siswa 1 Siswa 2 1. Dapat menyiapkan alatDapat menyiapkan Dapat menyiapkan alat cuci sepeda motor. alat-alat dengan alat-alat yang sesuai bantuan petunjuk dari dengan kebutuhan. bentuk alatnya. 2. Dapat menggunakan alatalat cuci sepeda motor. 3. Dapat melakukan pembasuhan bodi sepeda motor dengan air bersih.
4. Dapat menggunakan lap/busa dengan air sabun pada seluruh bagian bodi sepeda motor
Dapat menggunakan alat (cara memegang alat) .
Dapat menggunakan alat sesuai fungsi.
Dapat menggunakan air bersih dengan bantuan gayung.
Dapat melakukannya sesuai langkahlangkah.
Dapat menggunakan busa dengan air sabun.
Dapat melakukannya sesuai langkahlangkah.
92
3.
5. Dapat membersihkan bodi sepeda motor dengan air bersih
Dapat menggunakan air bersih dengan bantuan gayung.
Dapat melakukannya sesuai langkahlangkah.
6. Dapat menggunakan lap canebo pada seluruh bodi sepeda motor sampai bersih
Dapat menggunakan canebo dan fungsinya.
Dapat melakukannya sesuai langkahlangkah.
Interaksi belajar mengajar Interaksi belajar mengajar keterampilan mencuci sepeda motor menjadi aktif. Peserta didik berani bertanya kepada guru dan saling melengkapi satu sama lainnya serta dapat melakukan tugasnya tanpa ragu setelah proses belajar mengajar menggunakan metode demontrasi. Terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.18 Interaksi belajar mengajar guru dengan peserta didik (Pengambilan data 9 Mei 2011)