29
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya semi variabel pemisahan biaya nya ke dalam unsur variabel dan unsur tetap. Metode pemisahan biaya semi variabel perusahaan menggunakan: 1. Metode Titik tertinggi dan titik terendah (high-low-method) Dalam metode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tesebut pada tingkat kegiatan terendah di masa lalu, biaya semi variabel terdiri dari : 1. Biaya Listrik, air, telp 2. Biaya Administrasi dan Umum Rumus metode titik tertinggi dan titik terendah adalah : Y=a+bx Biaya volume tertinggi – Biaya volume terendah Biaya Variabel (b)
= Volume tertinggi - volume terendah
Biaya Tetap
=
Total Biaya – Biaya Variabel
30
31
Dari data diatas biaya semi variabel diatas maka akan dapat dipisahkan kedalam unsur tetap dan unsur variabel dengan perhitungan sebagai berikut : Biaya Listrik Air, Telp Tahun 2008 92.017.800 – 84.118.461 Biaya variabel/unit
= 8.880 – 7.572 7.899.339 = 1.308 = 6.039 / Ton
Biaya Tetap
= Total Biaya - Biaya Variabel = 1.061.062.092 – ( 6.039 x 100.133 ) = Rp. 456.335.080
Tahun 2009 111.633.700 – 94.347.915 Biaya variabel/unit
= 11.384 – 9.182 17.285.785 = 2.202 = 7.850/ ton
Biaya Tetap
= Total Biaya-Biaya Variabel = 1.213.953.200 - ( 7.850 x 122.043 ) = Rp. 222.911.064
32
Tahun 2010 127.166.700 – 105.311.900 Biaya variabel/unit
= 12.673 – 9.960 21.854.800 = 2.713 = 8.056 / Ton
Biaya Tetap
= Total Biaya - Biaya Variabel = 1.425.404.320 – ( 8.056 x 131.680 ) = Rp. 364.644.989
Biaya Administrasi kantor Tahun 2008 346.430.611 – 323.122.420 Biaya variabel/unit
= 8.880 – 7.572 23.308.191 = 1.308 = 17.820 / ton
Biaya Tetap
= Total Biaya - Biaya Variabel = 3.973.541.063 – ( 17.820 x 100.133 ) = Rp. 2.189.202.815
Tahun 2009 430.878.400 – 383.963.452 Biaya variabel/unit
= 11.384 – 9.182 36.914.948 = 2.202 = 21.309 / ton
33
Biaya Tetap
= Total Biaya-Biaya Variabel = 4.905.606.250 – ( 21.309 x 122.043 ) = Rp. 2.304.929.296
Tahun 2010 474.887.411 – 446.700.129 Biaya variabel/unit
= 12.673 – 9.960 28.187.282 = 2.713 = 10.390 / ton
Biaya Tetap
= Total Biaya - Biaya Variabel = 5.513.484.606 – ( 10.390 x 131.680 ) = Rp. 4.145.367.653
Dari metode pemisahan biaya semi variabel dengan metode titik tertinggi dan titik terendah yang digunakan perusahaan, maka penulis menilai hasil metode nya kurang akurat, karena metode ini hanya menggunakan dua titik saja dan terkadang tinggi rendah nya tingkat aktivitas tidak sesuai dengan tinggi rendah nya biaya. Oleh karena itu penulis mengajukan pemisahan biaya semi variabel menggunakan : 2. Metode kuadrat terkecil / regresi, Metode ini dinilai lebih akurat dibandingkan metode titik tertinggi dan titik terendah, karena metode kuadrat terkecil menggunakan seluruh data yang ada tanpa ada data yang tersembunyi. Berikut ini uraian penerapan metode kuadrat terkecil/ regresi sebagai berikut :
34
35
Dari data diatas biaya semi variabel diatas maka akan dapat dipisahkan kedalam unsur tetap dan unsur variabel dengan perhitungan sebagai berikut : Y = a + bx ∑Y – b ∑X Biaya Tetap (a)
= n n ∑XY - ∑X ∑Y
Biaya variabel/unit (b) = n∑X² - (∑X)² Biaya Listrik Air, Telp Tahun 2008 Biaya variabel/unit : 12 × 8.864.453.888.864 – (100.133 × 1.061.062.092 ) = 12 × 837.609.216 – (100.133)² 126.328.420.550 = 24.732.956 = 5.108 / ton Biaya Tetap = Total Biaya - Biaya Variabel = 1.061.062.092 – ( 5.108 x 100.133 ) = Rp. 549.614.193
36
Tahun 2009 Biaya variabel/unit : 12 × 12.393.950.141.302 – (122.043 × 1.213.953.200) = (12 × 1.213.953.200) – (122.043)² 572.668.517.389 = 72.640.540 = 7.884 / ton Biaya Tetap
= Total Biaya - Biaya Variabel = 1.213.953.200 - ( 7.884 x 122.043 ) = Rp. 251.815.753
Tahun 2010 Biaya variabel/unit : 12 × 15.691.200.523.010 – (131.680 × 1.425.404.320) = 12 × 1.450.741.820 – (131.680)² 597.165.418.520 = 69.279.440 = 8.620 / ton Biaya Tetap = Total Biaya –- Biaya Variabel = 1.425.404.320 – ( 8.620 x 131.680 ) = Rp. 290.367.110
37
Biaya Administrasi dan Umum Tahun 2008 Biaya variabel/unit : (12 × 33.166.778.951.228) – (100.133 × 3.973.541.063) = (12 × 837.609.216) – (100133)² 119.554.861.570 = 24.732.956 = 4.834 / ton Biaya Tetap
= Total Biaya – Biaya Variabel = 3.973.541.063 – ( 4.834 x 100.133 ) = Rp. 3.489.516.308
Tahun 2009 Biaya variabel/unit : (12 × 49.948.532.438.724) – (122.043 × 4.905.606.250) = (12 × 1.247.269.768) – (122.043)² 685.523.453.433 = 72.645.737 = 9.437 / ton Biaya Tetap
= Total Biaya – Biaya Variabel = 4.905.606.250 – ( 9.437 x 122.043 ) = Rp. 3.753.940.416
38
Tahun 2010 Biaya variabel/unit (12 × 60.562.690.967.105) – (131.680 × 5.513.484.606) = (12 × 1.450.741.820) – (131.680)² 736.638.687.180 = 69.279.440 = 10.633/ ton Biaya Tetap
= Total Biaya –- Biaya Variabel = 4.905.606.250 –- ( 10.633 x 131.680 ) = Rp. 4.113.349.410
Dari dua metode pemisahan biaya semi variable diatas maka dapat dilihat perbedaaan nya sebagai berikut :
39
Tabel 4.3 Perbedaaan Pemisahan Biaya Semi Variabel Tahun 2008 - 2010
Periode
Metode Titik Tertinggi
Metode Kuadrat
dan titik terendah
Terkecil / Regresi
Selisih
Tahun 2008 Biaya Adm dan Umum Biaya tetap Biaya Variabel
2.189.202.815
3.489.516.308
1.300.313.493
17.820
4.834
12.986
456.335.092
549.614.193
93.279.101
6.039
5.108
931
2.304.929.296
3.753.940.416
1.449.011.120
21.309
9.437
11.872
222.911.064
251.815.753
28.904.689
7.850
7.884
34
4.145.367.653
4.113.349.410
32.018.243
10.390
10.633
243
364.644.989
290.367.110
74.277.879
8.056
8.620
564
Biaya Air, Listrik, Telepon Biaya tetap Biaya Variabel Tahun 2009 Biaya Adm dan Umum Biaya tetap Biaya Variabel Biaya Air, Listrik, Telepon Biaya tetap Biaya Variabel Tahun 2010 Biaya Adm dan Umum Biaya tetap Biaya Variabel Biaya Air, Listrik, Telepon Biaya tetap Biaya Variabel Sumber : PT. Jaya Beton Indonesia
40
B. Perhitungan Break Even Point Berikut ini diuraikan rincian biaya PT. Jaya Beton Indonesia, untuk lebih jelasnya biaya – biaya tersebut dapat disusun atau dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel seperti format berikut ini : 1. Biaya Variabel Biaya Produksi Variabel Biaya bahan baku utama
Rp. xxx
Biaya Upah Langsung
Rp. xxx
Biaya Pemancangan
Rp. xxx
Biaya Bahan Pembantu
Rp. xxx
Biaya Angkut Penjualan
Rp. xxx
Biaya Komisi Penjualan
Rp. xxx
Jumlah biaya produksi variabel
Rp. xxx
Biaya Penjualan Variabel Biaya administrasi dan umum pabrik
Rp. xxx
Biaya listrik, air, telepon
Rp. xxx
Jumlah biaya penjualan variabel
Rp. xxx
Total Biaya Variabel
Rp. xxx
2. Biaya Tetap Biaya Operasi Biaya Gaji
Rp. xxx
41
Biaya kendaraan
Rp. xxx
Biaya sewa alat
Rp. xxx
Biaya listrik, air, telpon
Rp. xxx
Biaya administrasi dan umum
Rp. xxx
Jumlah biaya overhead pabrik tetap
Rp. xxx
Biaya Pabrik tak langsung tetap Biaya penyusutan
Rp. xxx
Biaya pemeliharaan
Rp. xxx
Biaya PBB
Rp. xxx
Jumlah biaya pabrik tak langsung tetap
Rp. xxx
Total Biaya Tetap
Rp. xxx
Agar perusahaan berada pada titik break even point dapat ditentukan dengan dua pendekatan, pendekatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Persamaan Pendekatan ini berupa rumus – rumus atau formula – formula yang digunakan dalam penentuan titik impas (BEP) : Total Biaya Tetap Titik Break Event (Rp. penjualan) = Biaya Variabel 1Harga Jual 2. Pendekatan Grafik Titik Break Even Point (BEP) dapat pula ditentukan dengan pendekatan grafik, dengan melihat grafik para pengambil keputusan akan dapat mengetahui pada volume berapa perusahaan mencapai titik impas hal ini
42
dapat dilihat dalam grafik yaitu perpotongan antar garis total penjualan dengan garis total biaya. Untuk menerapkan kedua pendekatan diatas dalam penentuan titik break even points, maka terebih dahulu disiapkan data – data pendukung yang tersedia seperti : biaya variabel, biaya tetap, harga per unit, pemisahan biaya semi variabel ke dalam unsur tetap dan unsur variabel. Pemisahan biaya variabel ke dalam unsur tetap dan unsur variabel dapat dilihat sebagai berikut : Pemisahan biaya semi variabel ke dalam unsur tetap dan unsur variabel dengan metode kuadrat terkecil / regresi. Selain dari biaya semi variabel diatas juga dapat dirinci biaya variabel yang terjadi tahun 2008 – 2010 sebagai berikut Tabel 4.4 Tabel Biaya Variabel Tahun 2008 s/d 2010 Periode
2008 (Rp)
2009 (Rp)
2010 (Rp)
51,697,766,703
63,824,339,538
71,164,138,585
981,003,001
1,211,154,732
1,367,490,585
Biaya Pemancangan
1,506,905,548
1,860,377,220
2,163,618,707
By Angkut Penjualan
4,463,054,640
5,509,944,000
6,079,506,911
Upah Langsung
3,695,808,897
4,562,699,598
5,099,729,341
662,079,396
817,321,971
913,520,767
Harga Jual / ton
899.112
911.697
1.002.436
Unit Produksi (ton)
100,133
122,043
131.680
Biaya Bahan Utama Biaya Bahan Pembantu
Biaya Komisi Penjualan
PT. Jaya Beton Indonesia
43
Dari data yang tersedia di atas maka dapat diketahui jumlah biaya operasi variabel per unit sebagai berikut : Total Biaya Biaya Per unit
= Unit Produksi
Tahun 2008 51.697.743.833 Biaya Bahan Utama
= 100.133 = Rp. 516.291 981.014.123
Biaya Bahan Pembantu
= 100.133 = Rp. 9.797
1.506.905.548 Biaya Pemancangan
= 100.133 = Rp. 15.049
3.695.828.551 Biaya Upah Langsung
= 100.133 = Rp. 36.909 662.070.928
Biaya Komisi Penjualan
= 100.133 = Rp. 6.612 4.463.054.640
Biaya Angkut Penjualan
= 100.133 = Rp. 44.571
44
Tahun 2009 63.824.337.954 Biaya Bahan Utama
= 122.043 = Rp. 522.966
1.211.128.546 Biaya Material Bantu
= 122.043 = Rp. 9.924
1.860.377.220 Biaya Bahan Pemancangan
= 122.043 = Rp. 15.245
4.562.751.298 Biaya Upah Langsung
= 122.043 = Rp. 37.386
817.371.516 Biaya Komisi Penjualan
= 122.043 = Rp. 6.697 5.509.944.000
Biaya Angkut Penjualan
= 122.043 = Rp. 45.148
Tahun 2010 73.493.726.978 Biaya Bahan Utama
= 131.680 = Rp. 558.124
45
1.488.606.058 Biaya Bahan Bantu
= 131.680 = Rp. 11.305
2.163.618.707 Biaya Bahan Pemancangan
= 131.680 = Rp. 16.431
5.282.237.325 Biaya Upah Langsung
= 131.680 = Rp. 40.114
913.520.767 Biaya Komisi Penjualan
= 131.680 = Rp. 6.937 5.509.944.000
Biaya Angkut Penjualan
= 122.043 = Rp. 45.148
Setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel di atas ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, selanjutnya biaya yang terjadi atau yang ada di kelompokan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
46
Tabel 4.5 Total Biaya Variabel dan Biaya Tetap Tahun 2008 - 2010 Biaya Tetap
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Biaya Gaji Karyawan
2,374,674,570
2,931,697,000
3.693.938.220
Biaya Sewa Alat
2.219.404.396
2.552.161.971
3.311.713.559
Biaya Asuransi
208.725.000
260.906.250
292.215.000
Biaya Bunga
253.098.941
318.325.264
522.529.108
Biaya Listrik, Air, Telepon
549.614.193
990.500.179
290.367.110
Biaya Administrasi dan umum
3.489.516.308
3.753.940.416
4.113.349.410
Penyusutan Aktiva Tetap
2,043,519,111
2,922,863,100
3.295.528.145
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
1,376,325,500
1,825,116,700
2.274.095.408
59,875,120
171,377,942
174.805.501
12.112.929.198
15.147.657.308
17.153.797.353
516.291
522.966
558.124
9.797
9.924
11.305
Biaya Pemasangan/ Pemancangan
15.049
15.245
16.431
Biaya Upah Langsung
36.909
37.386
40.114
Biaya Komisi Penjualan
6.612
6.697
6.937
Biaya Angkut Penjualan
44.751
45.148
45.148
Biaya Administrasi dan umum
4.834
9.437
10.633
Biaya Air. Listrik, Telpon
5.108
7.992
8.620
639.351
654.795
697.312
Biaya PBB Total Biaya Tetap Biaya Variabel per Unit Biaya Bahan Utama Biaya Bahan Pembantu
Total Biaya Variabel Per Unit Sumber : PT Jaya Beton Indonesia
47
Dari data yang tersedia di atas maka dapat ditentukan titik break even point (BEP) selama tahun 2008, 2009, dan 2010 Pendekatan Persamaan Tahun 2008 Total Biaya Tetap Titik Break Event (Rp. penjualan) = Biaya Variabel 1Harga Jual 12.112.929.198 Titik Break Event (Rp. penjualan) = 639.351 1899.112 = Rp. 41.926.540.243 Selain itu juga bisa dicari jumlah satuan produk yang harus dijual agar penjualan perusahaan mencapai titik impas (BEP), yaitu dengan cara membagi hasil penjualan pada tingkat break even dengan harga jual per satuan produk tersebut yaitu :
Rp.41.926.540.243 Jumlah Unit Penjualan = Rp.899.112 = 46.631 ton
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa titik break even point PT. Jaya Beton Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 41.926.540.243 atau
48
sebesar 46.631 ton beton praktekan, ini berarti bahwa jika perusahaan hanya mampu menjual produknya sebanyak 46.631 ton atau senilai Rp.41.926.540.243 maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba dan tidak mengalami rugi, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
Penjualan (46.631 x Rp.899.112)
Rp. 41.926.540.243
Biaya Variabel (46.631.x Rp. 639.351.)
Rp. 29.813.610.993
Kontribusi Margin
Rp. 12.112.929.198
Biaya Tetap
Rp. 12.112.929.198
Laba / Rugi
Rp. 0
Tahun 2009 Total Biaya Tetap Break Even Point (Rp. Penjualan)
= Biaya Variabel 1– Harga Jual
15.147.657.308 = 654.795 1911.697 = Rp. 53.756.193.897 Sedangkan jumlah satuan produk yang dijual agar mencapai titik impas (BEP) dapat pula dicari sebagai berikut : Rp. 53.756.193.897 Jumlah Unit Penjualan Impas = Rp. 911.697 = 58.963 ton
49
Dari perhitungan diatas dapat pula diketahui titik impas tahun 2009 dalam rupiah penjualan dan dalam unit penjualan produk, yaitu Rp. 53.756.193.897 atau setara dengan 58.963 ton, maka hal ini berarti bahwa jika PT. Jaya Beton Indonesia hanya mampu menjual produknya sebesar Rp. 53.756.193.897 atau 58.963 ton maka perusahaan tidak akan memperoleh laba atau tidak menderita rugi, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut : Penjualan (58.963 x Rp. 911.697 )
Rp. 53.756.193.897
Biaya Variabel (58.963 x Rp. 654.795 )
Rp. 38.608.536.589
Kontribusi Margin
Rp. 15.147.657.308
Biaya Tetap
Rp. 15.147.657.308
Laba / Rugi
Rp. 0
Tahun 2010 Total Biaya Tetap Break Even Point (Rp. Penjualan)
= Biaya Variabel 1– Harga Jual 17.153.797.353 = 697.312 11.002.436 = Rp. 56.356.051.975
Sedangkan jumlah satuan produk yang dijual agar mencapai titik impas (BEP) dapat pula dicari sebagai berikut : Rp. 56.356.051.975 Jumlah Unit Penjualan Impas = Rp. 1.002.436 = 56.219 ton
50
Dari perhitungan diatas dapat pula diketahui titik impas tahun 2010 dalam rupiah penjualan dan dalam unit penjualan produk, yaitu Rp. 56.356.051.975 atau setara dengan 56.219 ton, maka hal ini berarti bahwa jika PT. Jaya Beton Indonesia hanya mampu menjual produknya sebesar Rp. 56.356.051.975 atau 56.219 ton maka perusahaan tidak akan memperoleh laba atau tidak menderita rugi, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut : Penjualan (56.219 x Rp. 1.002.436 )
Rp. 56.356.051.975
Biaya Variabel (56.219 x Rp. 697.312 )
Rp. 39.202.254.622
Kontribusi Margin
Rp. 17.153.797.353
Biaya Tetap
Rp. 17.153.797.353
Laba / Rugi
Rp. 0
Dari keseluruhan data di atas dapat disusun secara ringkas penentuan titik break even point (BEP) pada tahun 2008, 2009 dan 2010 pada PT. Jaya Beton seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Penentuan Titik Break Even Point (BEP) Pada PT. Jaya Beton Indonesia
Keterangan
Tahun 2008
Tahun 2009
(Rp)
(Rp)
Tahun 2010 (Rp)
Penjualan
41.926.540.243
53.756.193.897
56.356.051.975
Biaya Variabel
29.813.610.993
38.608.536.589
39.202.254.622
Kontribusi Margin
12.112.929.198
15.147.657.308
17.153.797.353
Biaya Tetap
12.112.929.198
15.147.657.308
17.153.797.353
Laba / Rugi
0
0
0
Sumber : PT. Jaya Betom Indonesia
51
Gambar 4.7. Laporan laba/ rugi
52
C. Perencanaan Laba PT. Jaya Beton Indonesia Pada dasarnya perencanaan laba yang baik sangat mendukung tercapainya target laba perusahaan yang telah direncanakan. Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan secara sistematis, disertai dengan perkiraan – perkiraan atau asumsi – asumsi tentang keadaan dimasa yang akan datang, penyusun secara sistematis kegiatan yang dianggap penting dalam pengambilan keputusan serta hasil yang dicapai dari keputusan yang diambil terhadap harapan yang diperkirakan sebelumnya. Perencanaan lebih identik dengan suatu bidang tertentu seperti penjualan. Dengan penentuan titik Break Even Point (BEP) maka sangat membantu dalam proses perencanaan laba perusahaan, yaitu dengan merencanakan berapa penjualan yang harus dicapai agar perusahaan mendapatkan laba yang diinginkan pada masa mendatang. Hal ini memungkinkan perusahaan mengetahui pengaruh kegiatan yang dilakukan terhadap laba yang diinginkan. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan titik Break Even Point (BEP) perencanaan laba perusahaan dapat dilakukan dengan cara menambahkan laba yang diinginkan perusahaan pada persamaan titik Break Even Point (BEP) sebagai berikut : Biaya Tetap + Laba Penjualan yang diinginkan = Biaya Variabel 1– Harga Jual
Dari data dan informasi yang diperoleh bahwa target laba PT. Jaya Beton Indonesia untuk tahun 2008 direncanakan peningkatan 15 % dari realisasi laba
53
tahun 2007 yaitu menjadi sebesar Rp.13.000.000.000, atau penjualan sebesar Rp. 88.652.271.914 sedangkan untuk tahun 2009 direncanakan peningkatan sebesar 20 % dari tahun 2008 yaitu menjadi sebesar Rp. 16.698.914.232, begitu juga untuk tahun 2010 direncanakan peningkatan 28 % dari relisasi laba tahun 2009 yaitu menjadi sebesar Rp. 21.705.758.399 Berdasarkan tingkat titik break even point tahun 2009. Dari persamaan diatas, maka untuk menentukan penjualan yang harus dicapai PT. Jaya Beton Indonesia adalah sebagai berikut : Tahun 2009
12.112.929.198 + 16.698.914.232 Penjualan yang ingin dicapai
= 639.351 1899.112 = Rp. 99.726.572.385
Bila dihitung dengan satuan produk dalam ton adalah : 99.726.572.385 Unit penjualan yang harus dicapai
= 899.112 = 110.912 ton
Berdasarkan perhitungan di atas untuk mencapai laba yang direncanakan perusahaan sebesar Rp.16.698.914.232 maka PT. Jaya Beton Indonesia harus mencapai penjualan sebesar Rp. 99.726.572.385 atau dalam satuan produk adalah 110.912 ton, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
54
Penjualan yang ingin dicapai
Rp. 99.726.572.385
Biaya Variabel (Rp.639.351 x 110.912) Rp. 70.914.728.955 Biaya Tetap
Rp. 12.112.929.198 Rp. 83.027.658.153
Laba yang di rencanakan
Rp. 16.698.914.232
Tahun 2010 15.147.657.308 + 21.705.758.399 Penjualan yang ingin dicapai = 654.795 1911.697 = Rp. 130.785.858.186 Bila dihitung dengan satuan produk dalam ton adalah : 130.785.858.186 Unit penjualan yang harus dicapai = 911.697 = 143.453 ton
Berdasarkan perhitungan di atas untuk mencapai laba yang di rencanakan perusahaan sebesar Rp.21.705.758.399 maka PT. Jaya Beton Indonesia harus mencapai penjualan sebesar Rp. 130.785.858.184
atau dalam satuan produk
adalah 143.453 ton, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
Penjualan yang ingin dicapai
Rp. 130.785.858.184
Biaya Variabel (Rp.654.795 x 143.453) Rp. 93.932.442.477 Biaya Tetap
Rp. 15.147.657.308 Rp. 109.080.099.785
Laba yang di rencanakan
Rp. 21.705.758.399
55
Tabel 4.8 Tabel Pejualan dan laba Tahun 2008 – 2010 Target Penjualan
Realisasi
Target Laba
Periode
Selisih Realisasi Laba
Selisih Laba
Berdasarkan BEP
Penjualan
Berdasarkan BEP
penjualan
Tahun 2008
88.652.271.914
90.030.781.896
13.000.000.000
13.915.761.860
1.378.509.982
915.761.860
Tahun 2009
99.726.572.385
111.266.236.971
16.698.914.232
16.957.623.749
11.539.664.586
258.709.517
Tahun 2010
130.785.858.184
132.000.835.767
21.705.758.399
22.153.617.140
1.214.977.583
447.858.741
Sumber : PT. Jaya Beton Indonesia
Sehingga dapat dilihat bahwa untuk tahun 2008 PT. Jaya Beton Indonesia telah mencapai target laba yang direncanakan hal ini terlihat dengan realisasi laba tahun 2008 sebesar Rp.13.915.761.860 Sedangkan untuk tahun 2009 perusahaan telah memenuhi target laba yang telah direncanakan dengan realisasi laba tahun 2009 sebesar Rp. 16.957.623.749. Untuk tahun 2010 juga mengalami hal yang sama telah mencapai target laba yang telah direncanakan dengan realisasi laba tahun 2010 sebesar RP. 22.153.617.140. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan titik impas pada PT. Jaya Beton Indonesia dirasakan sangat membantu manajemen perusahaan dalam mencapai target laba yang direncanakan. D. Pendekatan Grafik Dalam penentuan titik break even point (BEP) dapat juga dilakukan dengan grafik atau bagan. Dengan pembuatan grafik break even point akan dapat diketahui hubungan antara biaya, penjual (volume penjualan) dan laba, dapat juga diketahui biaya – biaya yang tergolong ke dalam biaya tetap dan biaya variabel serta tingkat – tingkat penjualan tertentu.
56
Berikut ini penulis akan menyajikan penentuan titik break even point (BEP) dengan menggunakan grafik break even point pada PT. Jaya Beton Indonesia berdasarkan perhitungan titik break even point sebelumnya. Maka pada gambar dibawah ini akan terlihat suatu kondisi dimana perusahaan tidak menderita kerugian dan juga tidak mendapatkan laba. Gambar 4.1 Grafik Titik Break Even Point Tahun 2008 PT. Jaya Beton Indonesia
Penjualan dan Biaya (dalam Ribuan Rp)
100.000.000
90.030.782 80.000 .000
Keuntungan Penghasilan Penjualan
Daerah
Laba 60.000.000 BEP Total Biaya 41.926.540 40.000.000
Biaya Variabel
20.000.000 Daerah
12112.929
Rugi
Biaya Tetap
20.000
40.000
46.631 60.000
Volume Penjualan (ton)
80.000
100.133 100.000
57
Gambar 4.2 Grafik Titik Break Even Point Tahun 2009 PT. Jaya Beton Indonesia Penjualan dan Biaya (dalam Ribuan Rp)
120.000.000 111.266.237 100.000.000
Keuntungan
Total Penjualan 80.000.000
60.000.000
Daerah Laba
BEP Total Biaya
Biaya Variabel
53.756.194 40.000.000
20.000.000 Daerah
15.147.657 Rugi
20.000
58.963 40.000 60.000
Biaya Tetap 122.043 80.000 100.000
58
Gambar 4.3 Grafik Titik Break Even Point Tahun 2010 PT. Jaya Beton Indonesia Penjualan dan Biaya (dalam Ribuan Rp)
132.000.836 120.000.000 Laba Daerah Laba
100.000.000 Total Penjualan 80.000.000
BEP 60.000.000
Total Biaya
Biaya Variabel
56.356.052
40.000.000
20.000.000 17.153.797
Volume Penjualan (dalam ton) Daerah
Rugi
20.000
56.219 40.000 60.000
80.000
Biaya Tetap 131.680 100.000 120.000
Dengan melihat grafik break even point (BEP) pada gambar diatas, maka dapat kita ketahui bahwa titik break even point terjadi pada perpotongan antara garis total penjualan dan garis total biaya, dan titik break even point tersebut bila
59
ditarik ke kiri maka diketahui tingkat penjualan impas perusahaan, pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 41.926.540.243 dan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 53.756.193.897 juga untuk tahun 2010 sebesar Rp. 56.356.051.975 Sedangkan apabila ditarik garis ke bawah dapat pula diketahui volume penjualan yang mengalami impas dalam satuan produk (ton), yang harus dicapai tahun 2008 adalah sebanyak 46.631 ton dan untuk tahun 2009 sebanyak 58.963 ton, begitu juga untuk tahun 2010 sebanyak 56.219 ton.
Tabel 4.1 Biaya Semi Variabel Tahun 2008 s/d 2010 Metode Titik Tertinggi - Terendah
Periode
Tahun 2008 Biaya Biaya Listrik, Administrasi Air, Telp dan Umum
Unit Produksi (ton)
Tahun 2009 Biaya Unit Biaya Listrik, Administrasi dan Produksi Air, Telp Umum (ton)
Tahun 2010 Biaya Administrasi Biaya Listrik, dan Umum Air, Telp
Januari
86.657.416
335.269.800
8.066
95.558.477
399.356.455
9.672
105.965.175
451.417.927
Februari
87.949.470
331.270.421
8.001
97.497.331
408.227.144
9.758
105.515.650
446.700.129
Maret
88.740.624
332.695.400
8.422
96.466.500
383.963.452
9.909
126.976.445
474.887.411
April
91.452.841
329.875.150
8.677
94.347.915
412.794.400
10.075
127.166.700
449.643.300
Mei
87.998.051
327.506.311
8.480
95.355.150
399.677.880
9.314
105.311.900
469.801.100
Juni
85.155.711
323.122.420
7.609
105.932.400
413.203.692
11.058
113.098.100
451.550.450
Juli
92.017.800
328.700.450
8.714
110.024.575
430.878.400
11.384
126.998.725
470.311.115
Agustu
91.250.130
335.955.000
8.880
104.090.900
416.262.314
10.059
109.450.000
453.871.500
September
84.118.461
326.559.300
7.572
97.400.328
408.527.000
9.182
126.434.400
465.154.274
Oktober
86.335.870
330.421.950
8.518
111.633.700
416.814.362
11.253
126.943.125
473.170.600
November
90.021.161
325.734.250
8.672
110.387.886
407.356.236
10.638
126.898.800
454.499.700
Desember
89.364.557
346.430.611
8.523
95.258.038
408.544.915
9.741
124.645.300
452.477.100
1.061.062.092
3.973.541.063
100.133
1.213.953.200
4.905.606.250
122.043
Jumlah
1.425.404.320
5.513.484.606
Sumber : PT. Jaya Beton Indonesia
30
Unit Produksi (ton) 10.021 9.960 12.673 10.803 11.014 10.290 11.215 10.987 10.855 11.519 11.217 11.126 131.680
30