BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Rancangan Pengujian rancangan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem ini telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, pengujian ini dilakukan sesudah program pada PLC di masukan pada CPU dan semua konstruksi sudah selesai dibuat. Untuk pengujian manual atau otomatis hal pertama yang dilakukan ialah menghidupkan semua MCB power untuk semua motor pompa dan memastikan semua kontrol dalam kondisi ready karena merupakan persyaratan yang telah dibuat pada program PLC. 4.1.1 Pengujian Rancangan Mode Manual Mode manual ialah kondisi dimana semua motor pompa dioperasikan atas kehendak operator sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan dan hanya berprinsip on dan off saja. Tahapan pengoperasian dilakukan berdasarkan pada flowchart yang telah dibuat. Pada mode manual pertama yang harus kita lakukan ialah memastikan bahwa semua motor pompa dalam kondisi off yang terlihat dari lampu indikator yang tidak menyala pada local panel. Setelah hal tersebut dilakukan maka langkah selanjutnya ialah memindahkan selektor switch yang ada pada local panel ke mode manual dan selanjutnya hanya tinggal memilih motor pompa mana yang akan dihidupkan. Semua tahapan yang telah dilakukan diatas ialah syarat-syarat motor bisa dihidupkan secara manual karena pada program PLC yang telah dibuat dimasukan fungsi AND sehingga jika ada salah satu dari ketiga syarat tersebut belum terpenuhi maka motor pompa open cooling maupun close cooling tidak bisa dihidupkan. Tanda dari motor pompa open cooling dan close cooling belum beroperasi pada local panel ialah lampu indikator pompa yang tidak menyala.
55 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengujian mode manual yang dilakukan ialah untuk memastikan bahwa pada aktualnya mode ini berfungsi sesuai dengan yang diharapkan dan hasil dari pengujian mode manual ini terlihat dari tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Pengujian motor pompa ON untuk open dan close cooling pada mode manual
Tabel 4.2 Pengujian motor pompa OFF untuk open dan close cooling pada mode manual
Hasil pengujian diatas didapat dengan melakukan operasi on dan off pada setiap motor yang ada pada sistem open cooling dan close cooling dan berurutan dari motor pompa pertama sampai terakhir. Dari hasil pengujian tersebut maka kesimpulan yang didapat adalah program mode manual yang dibuat pada PLC dapat bekerja dengan baik. 4.1.2 Pengujian Rancangan Mode Otomatis Kondisi automatis adalah kondisi dimana tidak ada campur tangan operator dalam pengoperasian motor pompa dan operator hanya memonitor kerja dari motor pompa tersebut. Dalam kondisi atomatis ini ada yang berperan sebagai motor standy by yang berfungsi untuk backup apabila motor lainnya belum bisa mengatasi keseimbangan pendistribusian air, maka motor standby ini akan bekerja.
56 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengoperasikan mode auto ini adalah memindahkan posisi selector switch pada posisi auto. Prinsip kerja otomatis dari sistem ini adalah 1 motor akan bekerja jika level air ada pada level terendah dan bila level air naik pada level sedang maka 1 lagi motor akan bekerja maka motor yang bekerja menjadi 2 motor dan selanjutnya apabila level air naik lagi pada level tertinggi maka 1 lagi motor akan bekerja sehingga motor yang bekerja menjadi 3 motor. Jumlah motor yang bekerja akan bertambah jika level air yang ada pada bak penampungan terus bertambah sebaliknya jika level air berkurang maka jumlah motor yang bekerja pun akan berkurang mengikuti level air.
Gambar 4.1 Indikator level air Gambar indikator level air diatas merupakan acuan untuk menentukan jumlah motor yang bekerja pada sistem close dan open cooling ini. Pengujian mode otomatis ini dilakukan pada saat kondisi mill atau pabrik off dan tanpa beban. Pengujian dilakukan dengan mencoba kondisi otomatis dari semua pompa dengan mengatur level transmitter dari level rendah, sedang dan maksimal. Motor pompa yang dalam kondisi standby menentukan motor mana yang pertama kali yang akan bekerja dari level terendah air. Dari pengujian yang telah dilakukan maka didapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Pengujian mode otomatis open cooling
57 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.4 Pengujian mode otomatis close cooling
Hasil diatas membuktikan bahwa program yang dimasukan pada PLC sudah sesuai dengan aktual dilapangan nya, maka dapat disimpulkan program tersebut bekerja dengan baik. 4.2 Perbandingan Sistem Setelah Modifikasi 4.2.1 Sistem Sebelum Modifikasi Dilihat dari sistem kerja, pada sistem yang lama hanya ada mode manual untuk pengoperasian motornya. Jadi operator menghidupkan dan mematikan motor melalui push button on off pada panel board yang terpasang diruang operator dengan indikasi level yang ada di panel board. Pengoperasian motor pompa mengacu pada SOP (Standard Operating Procedure) yang telah dibuat yaitu dimulai dari menghidupkan motor pompa pertama, selanjutnya motor pompa ke-2, berikutnya ke-3 dan terakhir menghidupkan motor pompa ke-4 jika diperlukan pada sistem open cooling. Pada sistem yang lama jika terjadi gangguan akan memakan lama dalam melacak sumber gangguan nya karena ada beberapa relay dan kontaktor yang terpasang. Jadi pada saat terjadi gangguan teknisi harus memeriksa tegangan tiap kontaktor atau relay untuk mengetahui bagian mana yang mengalami kerusakan. Kerusakan kontaktor yang paling sering terjadi ialah karena lidah kontak nya sudah tipis sehingga pada saat coil mendapat tegangan, lidah kontaknya tidak menempel dengan baik dan penyebab dominan lainnya karena per pegas main kontak pada kontaktor macet karena banyaknya kotoran. Waktu yang diperlukan untuk melakukan perbaikan rata-rata 3-4 jam.
58 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.2 Panel sebelum modifikasi menggunakan PLC Gambar diatas juga menunjukan bahwa sebelum modifikasi kontrol motor open cooling dan close cooling memakan banyak tempat dan terkesan tidak rapih. 4.2.2 Sistem Setelah Modifikasi PLC merupakan perangkat teknologi kontrol yang hadir dengan banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem kontrol konventional. Dengan menggunakan PLC pengguna dapat melakukan perubahan untuk sistem kontrolnya dengan mudah sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan yang selalu berubah serta keandalan dari PLC ini pun tinggi sehingga sering dipakai untuk berbagai macam keperluan kontrol pabrik. Setelah kontrol untuk motor open cooling dan close cooling diganti menggunakan PLC maka sistem yang semula hanya ada mode manual sekarang ditambahkan dengan mode auto dan stand by motor. Mode auto ini memudah operator dalam pengoperasian motor open cooling dan close cooling. Dalam mode auto kerja motor tergantung dari level air yang ada pada bak penampungan air.
59 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.3 Panel PLC ABB MP200 PLC ABB MP200 yang sudah terpasang di WTP Wire Rod Mill ini tidak memerlukan banyak tempat untuk installasinya seperti terlihat pada gambar diatas. Pada gambar cabinet PLC diatas terlihat ada 3 rak yaitu rak pertama diisi oleh CPU, Analog Input dan Output serta Comunication Bus dari ABB MP200, pada rak ke dua diisi oleh Digital Input card dan Comunication Bus dan rak terakhir diisi oleh Digital Output card dan Comunication Bus.
Gambar 4.4 CPU, Analog Input dan Output pada cabinet pertama
60 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.5 Digital Input Card pada cabinet ke-2
Gambar 4.6 Digital Output Card pada cabinet ke-3 Dengan menggunakan PLC maka trouble shooting akan cenderung lebih cepat karena indikasi-indikasi yang diperlukan dalam proses pemecahan masalah ada pada Master Aid atau komputer PLC ABB On Line Builder yang tersedia. Waktu rata-rata yang diperlukan dalam pemecahan masalah setelah modifikasi adalah 30-90 menit dari yang sebelumnya 3-4 jam.
Gambar 4.7 Komputer PLC ABB MP200 (On Line Builder)
61 http://digilib.mercubuana.ac.id/