BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1 Profil Perusahaan Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Semenjak didirikan, kinerja Bank Mandiri terus meningkat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 Triliun di tahun 2004. Selain itu, Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan 4 Milliar lembar saham. Transformasi Tahap Pertama Tahun 2005 menjadi titik balik bagi Bank Mandiri, dimana Bank Mandiri memutuskan untuk menjadi Bank yang unggul di regional atau menjadi Regional Champion. Bank Mandiri mencanangkan program Transformasi yang dilaksanakan melalui 4 (empat) strategi utama, yaitu : •
Implementasi budaya, melalui restrukturisasi organisasi berbasis kinerja, penataan ulang sistem penilaian berbasis kinerja, pengembangan leadership dan talent, serta penyesuaian sumber daya manusia dengan kebutuhan strategis. 39
40 •
Pengendalian Non Performing Loan secara agresif, dimana Bank Mandiri fokus pada penanganan kredit macet dan memperkuat risk management system.
•
Meningkatkan pertumbuhan bisnis yang melebihi rata-rata pertumbuhan pasar melalui strategi dan value preposition yang distinctive untuk masing-masing segmen.
•
Pengembangan dan pengelolaan program aliansi antar Direktorat atau Business Unit dalam rangka optimalisasi layanan kepada nasabah, serta untuk lebih menggali potensi bisnis nasabah-nasabah eksisting maupun value chain dari nasabah-nasabah dimaksud. Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion Bank, Bank Mandiri
melakukan transformasi secara bertahap melalui 3 (tiga) fase: •
Fase pertama "Back on Track" (2006 - 2007), yakni fokus untuk membenahi dan membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri di masa datang;
•
Fase kedua "Outperform the Market" (2008 - 2009), yakni fokus pada pertumbuhan bisnis Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan di seluruh segmen dan memiliki profitabilitas diatas rata-rata pasar;
•
Fase ketiga "Shaping the End Game" (2010), yakni fase dimana Bank Mandiri dapat memiliki peranan aktif dalam proses konsolidasi sektor Perbankan Indonesia. Proses transformasi yang telah dijalankan Bank Mandiri sejak tahun 2005 hingga
tahun 2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar 15,34% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.
41
Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai-nilai budaya untuk menjadi pedoman pegawai dalam berperilaku. Bank Mandiri menetapkan 5 (lima) nilai budaya perusahaan yang
disebut
"TIPCE"
yaitu
:
Kepercayaan
(Trust),
Integritas (Integrity),
Profesionalisme (Professionalism), Fokus pada pelanggan (Customer focus), dan Kesempurnaan (Excellence). Kinerja Bank Mandiri yang terus meningkat ini direspon positif oleh investor yang tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi terendah Rp 1.110 per lembar saham pada tanggal 16 November 2005 menjadi Rp 6.500 per lembar saham pada akhir tahun 2010. Dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahun, nilai kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 6 kali lipat dari sebelumnya hanya sebesar Rp 21,8 Triliun menjadi Rp 136,5 Triliun. Transformasi Lanjutan Bank Mandiri saat ini sedang dalam tahap pelaksanaan transformasi lanjutan tahun 2010-2014 dimana Bank Mandiri telah melakukan revitalisasi visinya untuk "Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif". Dengan visi tersebut Bank Mandiri mencanangkan untuk mencapai milestone keuangan di tahun 2014, yaitu nilai kapitalisasi pasar mencapai di atas Rp 225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan mendekati 16%, ROA mencapai kisaran 2,5% dan ROE mendekati 25%, namun tetap menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Pada tahun 2014, Bank Mandiri ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN. Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri mentargetkan untuk dapat masuk dalam jajaran Top 3 di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain utama di regional.
42
Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank Mandiri tahun 2010 2014 akan difokuskan pada 3 (tiga) area bisnis yaitu: •
Wholesale transaction: Bank Mandiri akan memperkuat leadership-nya dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate & commercial di Indonesia.
•
Retail deposit & payment: Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.
•
Retail financing: Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor 1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dan kartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di micro banking. Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan peningkatan
infrastruktur (cabang, IT, operation, risk management) untuk memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri memiliki dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secaraprudent dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang telah teruji. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan, Bank Mandiri melaksanakan Penawaran Umum Terbatas (right issue) pada awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan. Pada kuartal III tahun 2011, permodalan Bank Mandiri telah mencapai Rp 59,7 Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih predikat sebagai Bank Internasional sesuai kriteria Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada periode ini, Mandiri dapat menegaskan diri sebagai lembaga keuangan di Indonesia dengan asset terbesar mencapai Rp 501,9 Triliun, penyalur kredit
43
terbesar mencapai Rp 297,5 triliun, serta penghimpun dana masyarakat terbesar mencapai Rp 376,4 triliun. Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik yaitu sebesar 2,56% untuk NPL gross dan 0,66% untuk NPL netto. Bank Mandiri pada kuartal III tahun 2011 mempekerjakan 27.305 karyawan dengan 1.526
kantor
cabang
yang
tersebar
di
seluruh
Indonesia
dan
7
kantor
cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar negeri. Layanan distribusi Bank Mandiri juga dilengkapi dengan jaringan Electronic Data Capture sebanyak 70.616 unit, serta electronic channels yang meliputi Mandiri Mobile, Internet Banking, SMS Banking dan Call Center 14000. Bank Mandiri juga didukung 6 pilar bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang perbankan syariah, pasar modal, pembiayaan, asuransi jiwa, asuransi umum, serta bank fokus di segmen mikro.
IV.1.1 Visi & Misi Visi: “Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif” Misi: •
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
•
Mengembangkan sumber daya manusia professional
•
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
•
Melaksanakan manajemen terbuka
•
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan Sesuai dengan misi Bank Mandiri yaitu ingin menjadi perusahaan yang “peduli
terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan”, oleh karena itu perlu dipersiapkan strategi jitu dibidang teknologi informasi yang dapat membantu dalam
44
mensukseskan kepedulian Bank Mandiri terhadap masyarakat dan lingkungan. Salah satunya adalah “Green IT strategy pada data center yang ada di Bank Mandiri”. Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Bank Mandiri melayani seluruh nasabah dengan standar layanan internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Bank Mandiri ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik. IV.1.2 Struktur Organisasi Dalam menjalankan aktifitas bisnis setiap harinya, Bank Mandiri di support dengan organisasi yang terstruktur. Untuk saat ini Bank Mandiri memiliki sekitar 27 ribu karyawan profesional yang terbagi ke dalam struktur organisasi sebagai berikut.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Mandiri
45
IT dalam sebuah perusahaan merupakan bagian dari supporting group. Sama halnya pada Bank Mandiri. Departemen IT pada Bank Mandiri terbagi menjadi 4 Group besar. Yaitu IT Strategy Architecture and Planing, IT Strategic Business Solution, IT Aplication Services dan IT Operation. Struktur organisasi untuk ke empat group beserta departemennya dapat dilihat seperti dibawah ini :
Gambar 4.2 Struktur Organisasi IT Bank Mandiri
IV.2 Kondisi Data Center Saat Ini IV.2.1 Infrastruktur Data Center Bank Mandiri Data Center merupakan jantung operasional dari aspek sistem & teknologi yang berfungsi sebagai support utama bisnis Bank Mandiri, sementara itu Helpdesk & Command Center (HDCC) menjadi pusat komando bagi operasional sistem secara keseluruhan. Data Center adalah fasilitas utama pemrosesan data Bank yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk mendukung kegiatan operasional Bank secara berkesinambungan. Fasilitas / infrastruktur pendukung Data Center terdiri dari power, rack, cooling, service & management merupakan layer Network Critical
46
Physical Infrastructure (NCPI) sebagai pondasi yang mensupport agar kerja sistem senantiasa memiliki tingkat availability dan reliability yang tinggi serta dapat mendukung operasional selama 7x24 jam. Data Center Bank Mandiri terletak di lantai 4 kantor pusat Bank Mandiri yang berada pada gedung Plaza Mandiri, Jl. Jend Gatot Subroto Kav.35-38. Pemilihan letak data center Bank Mandiri tentunya melalui berbagai tahap perencanaan dan sesuai dengan strategi pengembangan. Jumlah aplikasi yang berada pada Data Center Bank Mandiri saat ini berjumlah sekitar 300 aplikasi. Aplikasi tersebut terbagi menjadi aplikasi critical, very critical sebanyak, dan non critical. Hardware yang digunakan juga bermacam-macam seperti AS400 untuk mendukung core banking, balde server untuk beberapa aplikasi sampai mini tower juga digunakan untuk beberapa aplikasi. Penataan mesin-mesin tersebut dikelompokkan oleh jenis mesin. Selain mesin-mesin server dan hardware pendukung lainnya, tentu data center Bank Mandiri membutuhkan alat infrastruktur yang dapat menjaga stabilitas data center seperti sumber daya listrik, keamanan dan pengaman kebakaran. Kondisi infrastruktur pendukung pada data center Bank Mandiri adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Infrastruktur Bank Mandiri Data Center Infrastructure
Current Condition
Main Supply
PLN, from 2 sources GI Mampang and GI Kebayoran
Source output & cable feeder
dual output and dual feeder
Under floor cable management
No trunking
Backup Power Supply
Auto Genset, Not Dedicated
UPS Configuration
Fault Tolerance 2(N+1) Parallel Redundant 6 x 80kVA + 3 x 200 kVA
Cooling System
2 Units Chill water cooling system, 15 AHU
Fire Fighting and alarm system
Smoke and Heat Detector, Fire Suppression FM200, Fire Extinguisher, Fire Hydrant
CCTV
DVR, 16 Channel, 25 fps, 16 static & 3 PTZ cameras for 11 Area
47 Access Control
12 unit access control w/ server, finger print, proximity card reader
Environment Monitoring System
Integrated Environment Monitoring System (EMS)
Layout and Partition
Zoning and Non Fire Rated material
Adapun SLA yang harus dijaga oleh Bank Mandiri dalam mengawasi kinerja data center adalah sebagai berikut. Tabel 4.2 SLA Data Center
DC & DRC Suhu
13 – 27 ⁰C
Humidity
45 – 65 %
UPS
< 80%
Availability
100 %
Monitoring
Setiap 2 jam
Health Check Perangkat
Setiap 1 bulan
IV.2.2 Sistem Pendingin Data Center Bank Mandiri Sistem pendingin yang digunakan pada data center Bank Mandiri menggunakan metode “Hot aisle/Cold aisle” dengan menyemprotkan udara dingin dari bawah lantai kearah sisi depan server, kemudian suhu panas yang dihasilkan oleh mesin server dihisap dari dinding langit-langit ruangan. Seperti yang terlihat pada gambar :
48
Gambar 4.4 Sistem Pendingin Data Center Bank Mandiri
IV.2.4 Jenis Server Yang Digunakan IV.2.4.1 Blade Server Salah satu jenis server yang banyak digunakan di Bank Mandiri adalah Blade Server. Konsep dari blade system sendiri adalah bagaimana menempatkan sebuah server dengan kemampuan tinggi pada ruangan dengan luas yang seminimal mungkin. Pada blade server prosesor-prosesor yang digunakan ditata pada sebuah rak yang tersusun secara vertikal. Vendor hardware yang memproduksi blade server di dunia saat ini antara lain adalah : HP, IBM, dan DELL. Bank Mandiri sejak tahun 2003 hingga tahun 2011 memiliki sekitar 900 blade server pada DC maupun DRC yang dibeli dari vendor HP. Jenis dan tipe blade server yang digunakan Bank Mandiri adalah sebagai berikut
49
Tabel 4.4 Blade Server Pada Data Center Bank Mandiri
Tabel 4.5 Blade Server Pada Data Center Bank Mandiri (Lanjt)
50
Dalam memantau dan melakukan konfigurasi server-server tersebut, Bank Mandiri menggunakan tools dari HP. Tools-tools tersebut adalah : •
HP System Insight Management (SIM) – tools untuk memonitor availability hardware blade server
•
HP Onboard Administration (OA) – tools untuk memonitor environment enclosure blade server
•
HP Integrated Light Out (ILO) – tools untuk meremote hardware blade server
•
HP Rapid Deployment Pack (RDP) – tools untuk deployment blade server
•
HP Performance Management Pack (PMP) – tools untuk manajemen performa blade server
•
HP Storage Essential (SE) – tools untuk membuat laporan performa blade server & storage infrastruktur
•
HP Openview Storage Mirroring (OVSM) – tools untuk replikasi data file pada blade server
•
HP Openview Data Protector (OVDP) – tools untuk membackup data file pada blade server
Aplikasi-aplikasi yang menggunakan blade server pada Bank Mandiri, total terdapat sekitar 100 aplikasi. Dengan pengkatagorian aplikasi dengan tingkat very critical dan katagori critical. IV.2.4.2 Non Stop Blade Server Pada Bank Mandiri, terdapat aplikasi-aplikasi yang tidak mentolerir sistem untuk mati walaupun dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu dibutuhkan server dengan fault tolerance mendekati 0. Dalam hal ini bank
51
mandiri mempercayakan pada non stop blade server atau yang sering disebut dengan tandem. Dengan non stop blade server, sistem dapat melakukan ekspansi, atau upgrade, tanpa harus mematikan sistem. Server Tandem pada Bank Mandiri digunakan sebagai ‘Host’ atas koneksi seluruh unit e-Channel yang dimiliki oleh Bank Mandiri. Dan juga sebagai ‘Host’ atas koneksi dengan pihak ke-3 seperti BSM (Bank Syariah Mandiri), Artajasa(ATM Bersama, Himbara, Payment Gateway), Multimedia, dan sebagainya. Selain itu non stop blade server digunakan juga sebagai penghubung dari koneksi tersebut ke sistem core banking yang dimiliki Bank Mandiri. Seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.5 Skema Non Stop Blade Server Pada Data Center Bank Mandiri
Monitoring yang dilakukan untuk menjaga stabilitas Non stop blade server diantaranya adalah : •
Monitoring DASD dan CPU
•
Monitoring Memory
•
Monitoring replikasi golden gate E/R
52
•
Monitoring Queueing transaksi
IV.2.4.3 HOST AS 400 AS/400 (Application System/400) pertama kali diperkenalkan IBM pada pertengahan 1988. AS/400 dikenal sebagai keluarga komputer mid-range untuk sistem komputer multi-user. Ini artinya suatu komputer tunggal yang bisa berinterakasi dengan lebih dari satu user pada saat bersamaan. Pada akhir 2000, IBM mengganti nama AS/400 menjadi IBM iseries 400. Sebagai suatu sistem pendukung bisnis melalui jaringan (network), komputer AS/400 dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan lingkungan kerjanya. Adapun mengenai keunggulan sistem ini adalah artitektur AS/400 memungkinkan pemakai untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi komputer baik perangkat keras maupun lunak terbaru tanpa mengganggu aplikasi yang telah ada. Selain itu, AS/400 memungkinkan pemakai untuk mengembangkan aplikasi yang diperlukan untuk membantu perkembangan usaha . Hampir seluruh bank besar saat ini menggunakan AS400 untuk dijadikan server core banking yang dimilikinya, sama halnya pada Bank Mandiri. Saat ini Bank Mandiri menggunakan IBM AS/400 sebagai server untuk mendukung core banking yang dimiliki. IV.2.4.4 Storage Server dan Backup Untuk menyimpan data-data yang diolah dari setiap aplikasi yang ada, selain menggunakan penyimpanan internal, Bank Mandiri juga menggunakan SAN (Storage Area Network). SAN terhubung dengan setiap server yang digunakan menggunakan jaringan fiber optic.
53
Komponen storage pada infrastruktur blade pada Bank Mandiri diantaranya: •
Storage Area Network : HP EVA5000, HP EVA 8100 dan HP EVA 8400
•
SAN Switch : HP Switch 4/256
•
Dan ATL
Untuk keperluan backup data, Bank Mandiri menggunakan Automated Taped Library (ATL). Mengingat jumlah server yang banyak maka backup data harus dilakukan dengan menggunakan beberapa drive secara bersamaan. ATL yang digunakan di Bank Mandiri adalah ATL MSL6060. Di dalamnya terdapat 4 tape drive dengan teknologi LTO (Linear Tape Openness).
Gambar 4.7 ATL Pada Data Center Bank Mandiri
Backup proses dilakukan oleh server backup management menggunakan HP OpenView Data Protector (OVDP). HP OVDP berfungsi sebagai gerbang lalu lintas data yang akan dibackup ke ATL serta memonitor seluruh kegiatan backup termasuk mengkonfigurasi proses backup.
54
IV.2.5 Konfigurasi DC & DRC Peraturan Bank Indonesia perihal penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi oleh Bank Umum, dimana Bank wajib memastikan Bussiness Contuinity Plan dan Disaster Recovery Plan dapat dilaksanakan secara efektif dan Bank wajib melakukan uji coba atas Bussiness Contuinity Plan dan Disaster Recovery Plan terhadap seluruh sistem/aplikasi dan infrastruktur yang kritikal. DRC merupakan fasilitas pengganti pada saat Data Center mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi antara lain karena tidak adanya aliran listrik ke ruang komputer, kebakaran, ledakan, atau kerusakan pada komputer, yang digunakan sementara waktu selama dilakukannya pemulihan data center. Konsep DRC yang dimiliki oleh Bank Mandiri terbagi 4 Platform berdasarkan infrastuktur (hardware dan os) yaitu : 1. I5, berdasarkan partisi system (Core dan Non Core) 2. Tandem, (delivery channel) 3. Blade Server, berdasarkan aplikasi (Very critical, critical, dan non critical) 4. Network, berdasarkan provider communication. Seluruh jaringan ATM maupun kantor cabang Bank Mandiri yang ada di Indonesia, terhubung oleh jaringan backbone yang disediakan oleh beberapa provider jaringan. Dari jaringan terserbut terhubung ke central switch data center kantor pusat. Semua data yang aktif ada pada data center. Dari data center pusat terhubung dan melakukan replikasi ke DRC yang ada di cikarang dan balikpapan. DC dan DRC terhubung oleh dua provider jaringan backbone.
55
IV.2.5 Environment Monitoring System Untuk dapat mengetahui kondisi lingkungan sekitar dari data center, diperlukan sistem yang dapat mengawasi kondisi dari lingkungan tersebut. Seperti cctv, pengukur suhu ruangan, sensor gerak, sensor gempa, sensor asap, dan pengawasan-pengawasan lainnya.
Gambar 4.9 EMS Pada Data Center Bank Mandiri
IV.3 Evaluasi Pemakaian Energi IV.3.1 Penggunaan Listrik Penggunaan listrik pada data center Bank Mandiri berasal dari pembangkit listrik PLN dan juga dengan backup genset. Dari sumber listrik tersebut terhubung menuju 6 MCB. Dari 6 MCB tersebut terhubung menuju 2 UPS dengan daya UPS1 3x200 kVA dan UPS2 6 x 80 kVA. UPS tersebut akan langsung terhubung pada data center yang ada di lantai 4. Skema detail dari alur listrik yang ada dapat dilihat pada gambar berikut :
56
Gambar 4.10 Konfigurasi Instalasi Listrik Pada Data Center Bank Mandiri
Untuk dapat menghitung besarnya konsumsi listrik yang dibutuhkan untuk perangkat IT yang ada dapat dihitung berdasarkan spesifikasi server yang ada dan sudah dijelaskan sebelumnya. Jumlah server dan besarnya listrik yang digunakan dapat dilihat pada table berikut,
57 Tabel 4.6 Perhitungan Kebutuhan Listrik Untuk Perangkat Server Keterangan HP BLADE SERVER BL20P BL30P BL40P BL25P BL465C BL685C BL460C NON STOP BLADE Tandem Server NB50002 IBM AS400 i740 i840 i270 i170 i530 i530 i515 i595 SAN Storage HP MSL6060 HP EVA5000 HP MSL6060 HP EVA8100 HP EVA8400 DSB8100 Non Blade Server Tower Server Others Network Equipment SAN Switch LAN Switch WAN Switch Router ATL HP MSL6060 TOTAL
Qty
Watt
25 40 30 30 35 35 35
750 750 750 750 750 750 750
18750 30000 22500 22500 26250 26250 26250
3
1000
3000
4 5 5 5 5 5 8 8
870 860 850 800 870 860 650 800
3480 4300 4250 4000 4350 4300 5200 6400
8
850 850 850 850 850 850
6800 6800 4250 8500 8500 4250
700 750
28000 22500
10
200 200 200 200
5000 5000 2000 2000
50
800
40000
8 5 10 10 5
40
30 25 25 10
Sub Total (W)
355380 Watt
58 Tabel 4.7 Perhitungan Kebutuhan Listrik Pada Data Center Bank Mandiri
Kebutuhan energi untuk perangkat listrik Beban untuk Data beban untuk setiap perangkat IT berdasarkan tingkat kritikalnya perangkat IT )* Beban untuk perangkat non-IT
Data beban untuk setiap perangkat non-IT (termasuk perangkat fire, keamanan, dan sistem monitoring) Dalam satuan VA (dihitungan untuk perangkat IT dan non-IT)
355,38
kW
5.80
kW
Perkiraan 10.5 penambahan beban Terjadinya beban Total dari beban kritikal 373.53 perangkat dalam keadaan puncak karena variasi stabil pada beban kritikal Inefesiensi UPS dan Beban aktual dan beban 118.93 Cadangan charging baterai Penerangan Penerangan pada area data center 0.6 Beban total kebutuhan listrik 493.07 Kebutuhan Energi untuk Perangkat Pendingin Sistem Pendingin Chiller dan PAC 390.92 Kebutuhan Energi Total Kebutuhan energi total 883,99 untuk perangkat listrik dan pendingin Kebutuhan Energi Generator Generator untuk beban 640.99 kritikal Generator untuk 586.37 pendingin Ukuran generator 1227.37 sesuai dengan beban *): Standar penentuan beban dalam VA bermacam-macam biasanya diambil dari website APC
kW kW
kW kW kW kW kW
kW kW kW
IV.3.2 Power Usage Effectiveness (PUE) Perhitungan PUE diperoleh dengan membagi jumlah total listrik yang digunakan untuk fasilitas pendukung data center dengan jumlah total listrik yang digunakan untuk perangkat server (IT Equipment Power). IT Equipment power merupakan jumlah listrik yang digunakan untuk menghidupkan perangkatperangkat server termasuk jaringan dan storage unit.
59
Power Usage Effectiveness (PUE) = Total Facility Power IT Equipment Power Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 883,99 kW
•
IT Equipment Power : 355,38 kW
Power Usage Effectiveness (PUE) = 883,99kW 355,38kW = 2.48 IV.3.3 Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) Perhitungan kedua adalah DCIE yang akan menghitung besarnya efisiensi dari fasilitas infrastructure data center. Parameter yang digunakan tidak berbeda jauh dengan menghitung PUE, hanya saja posisinya terbalik. Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) = IT Equipment Power Total Facility Power Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 883.99 kW
•
IT Equipment Power : 335.38 kW
Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) = 335.38 kW 883.99 kW = 40,20 % DCIE IV.3.4 Compute Power Efficiency (CPE) Perhitungan CPE digunakan untuk dapat mengevaluasi pemakaian listrik data center dengan cara membandingkan jumlah pemakaian overhead listrik dan memfaktorkan dengan utilisasi penggunaan CPU server
60
Compute Power Efficiency (CPE) = IT Equipment Utilization x IT Equipment Power Total Facility Power Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 883.99 kW
•
IT Equipment Power : 335.38 kW
•
IT Equipment Utilization : 10 %
Compute Power Efficiency (CPE) =
10% x 335.38 kW 883.99 kW
= 4.02 % CPE IV.3.5 Technology Carbon Efficiency (TCE) Perhitungan TCE digunakan untuk dapat menghitung efisiensi listrik berdasarkan jumlah carbon yang dihasilkan dari perangkat pendukung maupun perangkat IT data center. Technology Carbon Efficiency (TCE) = Total Facility Power x Electricity Carbon Emmision Rate IT Equipment Power
Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 883.99 kW
•
IT Equipment Power : 335.38 kW
•
Carbon Emmision Rate : 0.728 kg CO2 / kWh
Technology Carbon Efficiency (TCE) = 883.99 kW x 0.728 335.38 kW = 1.81 TCE Dari berbagai pengukuran yang ada di atas maka dapat dilihat posisi pemakaian dan efisiensi energi pada data center Bank mandiri. Seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini :
61 Tabel 4.8 Pengukuran Efisiensi Listrik Pada Data Center Bank Mandiri
Pengukuran Power Usage Effectiveness (PUE)
Nilai 2,48
Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE)
40,2 %
Compute Power Efficiency (CPE)
4.02 %
Technology Carbon Efficiency (TCE)
1.81
IV.4 Perancangan Strategi IV.4.1 Kemungkinan Penghematan IV.4.1.1 Desain Ulang Sistem Pendingin Sistem pendingin pada data center dibuat untuk menjaga kestabilan temperatur yang cocok untuk data center. Disain sistem pendingin harus terencana dengan baik agar aliran udara dari perangkat pendingin mengalir dengan arah paralel ke barisan kabinet / rak. Kriteria umum disain sistem pendingin pada data center yang harus dipenuhi, adalah sebagai berikut : •
Memiliki skalabilitas dan adaptabilitas yang sangat baik
•
Sudah terstandardisasi
•
Sederhana namun cerdas
•
Manajemen yang baik.
Menurut Neil Rasmusen, yang perlu diperhatikan dalam mendesain sistem pendingin adalah jalur yang jelas dari sumber pendingin ke server/perangkat pada data center. Ada 3 jenis aliran distribusi udara yang terjadi, yaitu : flooded, locally ducted, dan fully ducted. Dapat dilihat pada penjelasan berikut :
62
Gambar 4.11 Flow Pendingin Pada Data Center (Neil Rasmusen, 2010)
Menentukan kebutuhan sistem pendingin yang dibutuhkan untuk sebuah data center diperlukan input berupa jumlah panas yang dihasilkan dari perlengkapan IT dan sumber panas lainnya di data center. Pengukuran kebutuhan menggunakan standar watts. Kemudian setelah output panas didefinisikan maka pertimbangan-pertimbangan berikut juga diperhatikan : 1. Ukuran beban pendingin dari perangkat 2. Ukuran beban pendingin untuk gedung
63
3. Sistem pendingin harus dapat mengantisipasi efek humudifikasi, redundansi bila diperlukan dan untuk kebutuhan masa mendatang. Metode pendinginan pada data center saat ini sangat variatif. Beberapa metode yang sering digunakan adalah room oriented cooling system, row oriented cooling system, dan rack oriented cooling system. Tabel 4.9 Jenis Pendingin Pada Data Center
Room Oriented Cooling System
Sistem pendingin ini merupakan sistem pendingin yang paling mendasar. Karena sistem pendingin ini berorientasi pada suhu ruangan data center. Tujuan utamanya adalah mendinginkan suhu seluruh ruangan dengan menggunakan pendingin ruangan yang disebar di pinggir ruangan data center. Dari sistem pendingin tersebut terdapat beberapa kekurangan •
Sistem pendingin masih konvensional dan kurang efektif karena udata panas dan udara dingin bercampur serta aliran udara dingin yang dibutuhkan oleh perangkat kurang tepat, dikarenakan beberapa area bisa sangat dingin sedangkan beberapa area lainnya sangat panas.
•
Menimbulkan udara hangat akibat bertemunya udara panas dan dingin berdampak
pada
meningkatnya
humiditinya jadi lebih lembab
proses
kondensasi
sehingga
64 •
Lebih rumit jika ada keperluan penambahan kapasitas di posisi tertentu.
•
Secara anggaran, sering melewati batas karena performa sistem sulit diprediksi dan tidak efektif penggunaan udara dingin ke perangkat IT Row Oriented Cooling System
Row oriented cooling system atau yang sering disebut hot aisle and cold aisle adalah sistem pendingin yang membuat 2 jalur udara yaitu jalur udara panas dan jalur udara dingin. Udara dingin disalurkan di cold aisle ke bagian depan rack server. Kemudian dihisap oleh server untuk menurunkan panas di dalam server dan udara panasnya dibuang ke belakang rack server setelah itu udara panas akan naik ke atas lalu dihisap oleh CRAC/PAC. Posisi CRAC/PAC berada pada jalur hot aisle agar udara panas yang naik bisa dihisap oleh CRAC/PAC tanpa bercampur dengan udara dingin. Dengan cara ini lebih efisien karena udara dingin yang dihisap oleh server tidak tercampur oleh udara panas. Penggunaan CRAC/PAC di setiap baris bisa dikatakan modular karena bisa menggunakan CRAC/PAC yang kapasitasnya lebih kecil dan cukup untuk mendinginkan 2 baris rack server saja.
65
Rack Oriented Cooling System
Sitem pendingin rack oriented cooling system tidak lagi menggunakan CRAC / PAC yang disebarkan di sisi-sisi ruang data center tapi sudah disebar di tiap barisan rak server. Didalam barisan rack server ini disisipkan cooling system
yang
mendinginkan
udara
panas
di
belakang
server
dan
menghembuskan ke sisi depan server. Jalur udara panas yang dihasilkan oleh server langsung disalurkan secara tertutup ke alat pendingin yang disisipkan di samping rack server. Oleh karena itu udara panas yang dihasilkan tidak bercampur dengan udara sekitar maupun mencemari udara dingin yang dihasilkan. Sistem pendingin ini merupakan sistem pendingin yang tingkat efisiensinya paling tinggi.
Dari beberapa sistem pendingin yang telah dijabarkan diatas, dengan kondisi pendingin yang ada pada data center Bank Mandiri saat ini yaitu
66
row oriented cooling system dapat lebih efisien jika sistem pendingin tersebut diganti dengan sistem pendingin rack oriented cooling system. Dengan begitu diharapkan tingkat konsumsi atas pendingin pada data center Bank Mandiri dapat turun secara signifikan. Sehingga pemakaian listrik atas pendingin tersebut juga dapat turun. IV.4.1.2 Virtualisasi Virtualisasi adalah tren yang belakangan banyak dibicarakan dan juga merupakan cara tepat untuk menurunkan biaya pengadaan server maupun biaya operasional server. Virtualisasi secara umum dapat diartikan sebagai pembuatan abstraksi dari perangkat keras. Jika pada umumnya suatu aplikasi di plot menggunakan 1 operating sistem dan menggunakan 1 hardware tertentu, dengan bantuan virtualisasi server memungkinkan suatu hardware dipakai bersama-sama lebih dari 1 operating system maupun lebih dari 1 aplikasi. Untuk melihat perbedaannya dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 4.12 Sistem Arsitektur Pada Komputer Traditional
67
Gambar 4.13 Sistem Arsitektur Pada Virtual Server
Berikut beberapa alasan menggunakan teknik virtualisasi : •
Konsolidasi server Konsolidasi server dapat membuat beberapa server fisik untuk dijadikan kedalam sistem virtualisasi dan hanya menjalankan satu server fisik yang di dalamnya terdapat beberapa virtual server yang dijalankan di atas satu server fisik.
•
Dukungan terhadap aplikasi Menyediakan upgrade aplikasi dan sistem operasi ke server baru tanpa menimbulkan masalah seperti tidak kompatibel dengan perangkat keras yang baru.
•
Dukungan terhadap beberapa sistem operasi
68
Memiliki kemampuan untuk menjalankan beberapa sistem operasi dalam
satu
physical
server.
Berguna
untuk
melakukan
pengembangan dan pengetesan beberapa sistem operasi. •
Demonstrasi perangkat lunak Dengan menggunakan teknik virtualisasi maka dapat memudahkan dalam melakukan
demonstrasi beta software. Pengguna dapat
mencoba terlebih dahulu pada komputer virtual sebelum dijalankan pada physical server yang telah menjalankan aplikasi versi lama yang
telah
stabil.
Selain
itu
seorang
penjual
dapat
mendemonstrasikan perangkat lunaknya dalam beberapa sistem operasi hanya dengan mengoperasikan satu physical server. •
Pengembangan, pengetesan Karena dalam sistem virtualisasi setiap komputer virtual terisolir antara satu
dengan
yang lainnya maka
dapat dilakukan
pengembangan dan pengetesan terhadap suatu aplikasi atau sistem operasi tanpa mengganggu layanan yang dijalankan komputer virtual lainnya. •
Pelatihan teknisi dan e-learning Dengan menggunakan teknik virtualisasi, tempat pelatihan dapat memberikan hak akses administrator pada setiap komputer virtual ke peserta latihan. Peserta dapat melakukan uji coba konfigurasi tanpa mengganggu aplikasi lain yang berjalan pada komputer virtual lainnya.
69
Dengan menggunakan teknologi virtualisasi banyak sekali keuntungan yang didapat
oleh perusahaan. Beberapa keuntungan yang didapat
diantaranya adalah : •
Hemat biaya Virtualisasi dapat menghemat biaya yang signifikan. Karena jumlah server yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Dari yang sebelumnya satu aplikasi menggunakan satu server, menjadi satu server dapat dipakai oleh beberapa aplikasi. Sehingga pembelian server baru akan menurun.
•
Hemat energi Tentu saja dengan semakin sedikit server yang digunakan, maka semakin sedikit energi yang digunakan untuk menghidupkan server. Oleh karena itu virtualisasi merupakan solusi tepat untuk menghemat energi dan meredam pengeluaran perusahaan.
•
Meningkatkan fleksibilitas Dengan teknologi virtualisasi, maka berbagai aplikasi dapat dijalankan pada hardware yang berbeda-beda. Sebagai contoh, apabila suatu perusahaan ingin melakukan penggantian server maka komputer virtual tersebut dapat dengan mudah dipindahkan ke server yang baru walaupun perangkat keras yang ada pada server tersebut berbeda.
IV.4.1.2.1 Tantangan Virtualisasi Arsitektur x86 menyediakan empat tingkat privileges, yaitu Ring 0, Ring 1, Ring 2 dan Ring 3. Sistem operasi berjalan pada Ring 0 dikarenakan perlu mengakses sumber daya server secara langsung
70
seperti mengakses memori dan CPU sedangkan aplikasi yang berjalan akan ditempatkan pada Ring 3. Ada beberapa masalah dalam pengaplikasian teknik virtualisasi yaitu teknik virtualisasi pada arsitektur x86 mengharuskan perangkat lunak virtualisasi berada pada layer sistem operasi yaitu Ring 0 untuk membuat dan melakukan menejemen komputer virtual. Namun dalam beberapa situasi tertentu, suatu instruksi sensitif tidak dapat divirtualiasikan karena harus berada pada Ring 0. Hal ini membuat teknik virtualiasi pada arsitektur x86 tidak dimungkinkan, namun pada tahun 1998 permasalahan ini dapat teratasi dengan mengembangkan teknik pengkodean binary sehingga membuat suatu Virtual Machine Monitors (VMMs) berjalan pada Ring 0.
Gambar 4.14 Level privilege tanpa menggunakan teknik virtualiasi Secara umum Ada 4 teknik untuk menangani suatu instruksi sensitif tersebut agar dapat berjalan pada CPU virtual dalam artsitektur x86 yaitu dengan Full Virtualization, Operating System Virtualization,
71
Paravirtualization dan Hardware Assisted Virtualization. (Vmware, 2007) IV.4.1.2.2 Full Virtualization Cara ini adalah dengan melakukan kombinasi dari binary translation dan teknik eksekusi secara langsung yaitu dengan menterjemahkan kode kernel untuk menggantikan insturksi – instruksi yang tidak dapat divirtualisasikan dengan
instruksi baru untuk
perangkat keras virtual. Sementara itu, instruksi yang diberikan pada tingkat user akan langsung di eksekusi oleh processor agar didapat proses virtualiasi yang cepat. Setiap mesin virtual nantinya akan diberikan seluruh fitur seperti yang ada pada komputer fisik seperti virtual BIOS, virtual devices dan virtual memori manajemen. (Vmware, 2007) Kombinasi dari binary translation ini dan teknik eksekusi langsung ini memberikan
metode Full Virtualization ini di
abstraksikan penuh atau diduplikasi secara langkap dari perangkat keras. Sistem operasi yang dijalankan pada komputer virtual ini tidak akan menyadari bahwa sedang berjalan pada sistem virtualisasi karena tidak diperlukan modifikasi. Metode Full Virtualization ini tidak memerlukan perubahan pada sisi hardware atau sistem operasi untuk mengvirtualiasikan privileged dan instruksi sensitif karena perangkat lunak virtualiassi (hypervisor) akan menterjemahkan seluruh instruksi sistem operasi secara langsung (Vmware, 2007).
72
Gambar 4.15 Full Virtualization pada arsitektur x86 (Vmware, 2007) Full Virtualization dapat membuat setiap komputer virtual sangat fleksibel. Sistem operasi akan mengemulasikan seluruh perangkat keras menjadi dapat terbaca oleh sistem operasi yang dijalankan komputer virtual. Software emulator akan membuat lapisan diatas perangkat keras komputer agar komputer virtual dapat bekerja bersama-sama walaupun dalam server dan arsitektur yang yang berbeda. Kelebihannya adalah dapat dengan mudah memindahkan beberapa komputer virtual dari server satu ke server yang lain. Salah satu contoh dari Full Virtualization adalah Microsoft Virtual PC dan Vmware Workstation. IV.4.1.2.3 Operating System Virtualization Operating
System
Virtualization
berbeda
dengan
Full
Virtualization dimana sistem operasi yang tidak dimodifikasi tidak mengetahui sistem virtualisasi sehingga membuat kompabilitas dan portabilitas nya menjadi buruk. Kelebihannya adalah
Operating
73
System Virtualization dapat memberikan performa yang lebih cepat yaitu sama seperti performa dengan komputer fisik.
Namun
kelemahannya adalah metode ini mengharuskan sistem operasi pada komputer virtual harus sama dengan sistem operasi yang dijalankan pada komputer fisik. Salah satu contoh dari Operating System Virtualization adalah OpenVZ dan Linux-VServer yaitu hasil modifikasi opensource dari kernel Linux. IV.4.1.2.4 Paravirtualization Paravirtualization mengacu pada komunikasi antara sistem operasi komputer virtual dan hypervisor untuk menambah performa dan efisiensi. Paravirtualization melibatkan modifikasi pada kernel sistem operasi untuk menggantikan instruksi–instruksi yang tidak dapat divirtualisasikan dengan hypercall yang akan berkomunikasi langsung dengan lapisan perangkat lunak virtualisasi. Hypervisor juga akan menyediakan hypercall untuk operasi kernel penting lainnya seperti manajemen memori, interrupt handling, dan time keeping. (Vmware, 2007)
74
Gambar 4.16 Paravirtualization pada arsitektur x86 (Vmware, 2007) Paravirtualization berbeda dengan Full Virtualization karena memerlukan sistem operasi virtualisasi untuk melihat sumber daya pada server fisik dan pada server virtual. Metode Paravirtualization ini akan meningkatkan performa yang lebih baik dan kemudahan dalam hal fleksibilitas. (Rosenblum M, 2005) Salah satu contoh dari Paravirtualization adalah Xen, Paralell Bare-Metal
dan
Paravirtualization
VMware adalah
ESX. performa
Keuntungan yang
dari
mendekati
metode performa
komputer fisik namun kerugiannya adalah membutuhkan sistem operasi yang dimodifikasi untuk hypervisor. IV.4.1.2.5 Hardware Assisted Virtualization Vendor perangkat keras dengan cepat mendukung teknik virtualisasi
dan
menyerdehanakan
mengembangkan teknik
virtualisasi.
fitur-fitur
baru
guna
Generasi
pertama
yang
melakukan pengembangan ini adalah Intel Virtualization Technology
75
(VT-x) dan AMD dengan AMD-V yang keduanya memberikan instruksi baru ke eksekusi CPU dimana memperbolehkan VMM untuk berjalan dibawah ring 0. Kemudian privileged dan instruksi sensitif akan secara otomatis dipaksa ke hypervisor.
Gambar 4.17 Hardware Assisted Virtualization pada arsitektur x86 (Vmware, 2007)
Salah satu contoh dari Hardware Assisted Virtualization adalah Hyper-V, VirtualBox, Virtual Server, Vmware ESX, dan VMware Server. IV.4.1.3 Produk-Produk Virtualisasi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, teknik virtualisasi terbagi menjadi
empat
yaitu
Full
Virtualization,
Operating
System
Virtualization, Paravirtualization dan Hardware Assisted Virtualization. [V02]. Pembagian teknik ini juga
menyebabkan para vendor
meluncurkan berbagai solusi virtualisasi dengan teknik-teknik yang ada. Berikut produk-produk virtualisasi yang lebih umum dipakai untuk diimplementasikan di physical server :
76
IV.4.1.3.1 Microsoft Virtual Server Microsoft Virtual Server adalah solusi virtualisasi untuk server satusatunya dari Microsoft sebelum Microsoft Hyper-V. Microsoft Virtual Server merupakan perangkat lunak virtualisasi bertipe hosted dan bisa melakukan virtualisasi dengan pendekatan full virtualization atau hardware-assisted virtualization. Saat ini Microsoft Virtual Server sudah dapat dipakai secara gratis. Microsoft Virtual server dapat berjalan pada CPU dengan arstitektur x86 atau x86-64, tetapi hanya bisa menjalankan sistem operasi dengan arsitektur x86. Microsoft Virtual Server mendukung sistem operasi sejak Windows XP hingga Windows Server 2008 sebagai host, sedangkan untuk guest Microsft Virtual Server mendukung sistem operasi server sejak Windows NT Server 4.0 hingga Windows Server 2003. IV.4.1.3.2 OpenVZ OpenVZ adalah salah satu solusi virtualisasi yang memberikan kemampuan Operating System Virtualization pada kernel Linux. OpenVZ didistribusikan secara open source dan dikembangkan oleh suatu komunitas. Dalam pengembangannya OpenVZ didukung oleh perusahaan Parallels yang kemudian diberi nama Parallels Virtuozzo. IV.4.1.3.3 Linux-Vserver Sama seperti OpenVZ, Linux VServer adalah salah satu solusi virtualisasi
yang
memberikan
kemampuan
Operating
System
Virtualization pada kernel Linux. Linux-VServer didistribusikan secara open source dan dikembangkan oleh suatu komunitas. Linux-Vserver
77
dapat berjalan pada arsitektur yang didukung kernel Linux pada arsitektur x86 dan x64. IV.4.1.3.4 Xen Xen merupakan perangkat lunak virtualisasi yang dikembangkan di universitas Cambridge. Xen dapat berjalan pada arsitektur x86 atau x64 dan menjalankan sistem operasi di dalam virtual machine dengan arsitektur
yang
sama.
Teknik
virtualisasi
pada
Xen
adalah
paravirtualization, namun sejak versi 3.0 Xen juga mendukung hardware-assisted virtualization. Xen merupakan perangkat lunak virtualisasi dengan tipe bare-metal. (OpenSolaris, 2009) IV.4.1.3.5 Vmware Vsphere/ESXi4 VMware VSphere adalah lanjutan dari VMware ESX/ESXi 3, penggantian nama menjadi VMware VSphere atau ESXi 4 adalah karena pada VMware Vsphere sudah mendukung arsitektur x64, sedangkan VMware ESX/ESXi 3 masih menggunakan arstitektur x86. Namun dalam VMware VSphere sistem operasi yang dapat dijalankan di virtual machine dapat mendukung arstitektur x86 dan x64. VMware Vsphere adalah salah satu perangkat lunak virtualisasi yang bertipe bare-metal. VMware Vsphere dapat melakukan teknik virtualisasi full virtualization, paravirtualization dan hardware-assisted virtualization (hanya pada sistem operasi 64 bit). IV.4.1.3.6 Microsoft Hyper-V Microsoft Hyper-V adalah lanjutan dari Microsoft Virtual Server. Microsoft Hyper-V adalah solusi virtualisasi dari Microsoft yang tersedia bersama dengan sistem operasi Windows Server 2008 Core
78
Edition. Microsoft Hyper-V merupakan perangkat lunak virtualisasi dengan bertipe bare-metal yang memerlukan CPU x64 dan berteknologi Intel VT-x atau AMD-V untuk mendukung teknik hardware-assisted virtualization). Microsoft Hyper-V mendukung sistem operasi desktop dan server sejak Windows 2000 hingga Windows Server 2008 dan beberapa distribusi Linux. IV.4.1.3.7 Sun xVM Virtual Box Virtual Box adalah perangkat lunak virtualisasi bertipe hosted. VirtualBox didistribukan secara gratis oleh Sun Microsystem. Sun xVM Virtual Box dapat berjalan pada CPU dengan arsitektur x86 atau x64 dan mendukung sistem operasi Windows, Linux, Mac OS X atau Solaris sebagai host nya. Sun xVM Virtual Box menggunakan teknik full virtualization
maupun
hardware-assisted
virtualization.(Sun
Microsystem, 2008). IV.4.1.3.8 VMware Server VMware Server sebelumnya bernama VMware GSX Server dan merupakan produk utama dari VMware. VMware mendistribusikan VMware Server secara gratis. VMware Server bertipe hosted dan mendukung CPU dengan arsitektur x86 atau x64 dengan sistem operasi Linux dan Windows sebagai host nya. VMware dapat melakukan teknik virtualisasi full virtualization, paravirtualization dan hardware-assisted virtualization
79
IV.4.1.3 Sumber Daya Alternatif IV.4.1.3.1 Solar Panel Indonesia sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadikan sel surya sebagai salah satu sumber energi masa depan mengingat posisi Indonesia pada garis khatulistiwa yang memungkinkan sinar matahari dapat optimal diterima di hampir seluruh Indonesia sepanjang tahun. Dalam kondisi puncak atau posisi matahari tegak lurus, sinar matahari yang jatuh di permukaan panel surya di Indonesia seluas satu meter persegi akan mampu mencapai 900 hingga 1000 Watt. Bahkan, total intensitas penyinaran perharinya di Indonesia mampu mencapai 4500 watt hour per meter persegi yang menjadikan Indonesia tergolong kaya sumber energi matahari. Sehingga tidak heran jika banyak perusahaan ataupun pribadi beramai-ramai menggunakan solar panel sebagai sumber daya alternatif. Solar panel atau sering juga disebut dengan panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya menjadi listrik. Mereka sering disebut sel photovoltaic, photovoltaic dapat diartikan sebagai
“cahaya-listrik”.
Solar
panel
bergantung
pada
efek
photovoltaic untuk menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan. Arus listrik tersebut kemudian akan disalurkan ke baterai. Dengan menambah solar cells panel (memperluas) berarti menambah konversi tenaga surya. Umumnya solar cells panel dengan ukuran tertentu memberikan hasil tertentu pula. Contohnya ukuran a cm x b cm menghasilkan listrik DC (Direct Current) sebesar x Watt per hour/ jam.
80
Jenis-jenis solar panel : •
Polikristal (Poly-crystalline) Merupakan solar cells panel yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat menghasilkan listrik pada saat mendung.
•
Monokristal (Mono-crystalline) Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak
akan
berfungsi
baik
ditempat
yang
cahaya
mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan. Dalam memanfaatkan Solar Panel (SP) sebagai sumber energi listrik, perlu dilakukan perencanaan untuk proses pemasangan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mengurangi energi yang terbuang. Dalam hubungannya dengan sistem sumber listrik yang lain, maka instalasi dibagi menjadi dua, yaitu sistem Instalasi Mandiri dan sistem Instalasi Terhubung Jaringan. •
Sistem Instalasi Mandiri. Sistem instalasi mandiri adalah instalasi SP di mana tidak dihubungkan dengan sumber listrik dari jaringan umum. Oleh karena itu, pada sistem ini pemenuhan kebutuhan beban sangat tergantung pada SP. Padahal, intensitas cahaya matahari tidak
81
selalu sama dan fluktuatif. Untuk menjaga ketersediaan pasokan daya listrik sistem ini membutuhkan baterai. Baterai digunakan untuk menyimpan daya yang dikonversi oleh SP yang kemudian dihubungkan dengan beban.
Gambar 4.18 Sistem Instalasi Solar Panel Mandiri
•
Sistem Instalasi terhubung jaringan. Sistem terhubung jaringan merupakan sistem instalasi yang dihubungakan dengan sumber listrik dari jaringan listrik umum. Di Indonesia jaringan ini disediakan oleh PLN. Pada sistem ini tidak terlalu diperlukan adanya baterai karena pada saat sistem kekurangan daya, maka untuk memenuhi kekurangan daya beban tersebut disuplai dari listrik jaringan yang ada. Sistem SP akan bekerja pada saat siang hari dengan ketersediaan intensitas surya yang memenuhi. Sedangkan kekurangan daya pada saat malam hari atau cuaca mendung, disuplai dari jaringan. Dengan demikian kapasitas beban yang terpenuhi tidak tergantung sepenuhnya pada SP.
82
Gambar 4.19 Sistem Instalasi Solar Panel Terhubung
IV.4.1.3.2 Wind Turbin Wind turbin adalah pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan energi angin. Di Indonesia, angin dapat berhembus dari pagi hari, siang hari bahkan malam hari. Sehingga untuk pembangkit listrik tenaga angin ini tidak terbatas oleh waktu. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi. Dengan tingginya permintaan energi alternatif saat ini membuat turbin angin menjadi salah satu sumber daya alternatif yang diminati. Jenis turbin angin terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Turbin angin sumbu horizontal Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memilik poros utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin yang sederhana, sedangkan
turbin
berukuran
besar
pada
umumnya
menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox
83
yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi dibelakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Karen turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resistensi angin dari bilah-bilah itu. Kelebihan TASH Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki gesekan angin. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20% (Herlina, 2009, p1215)
84
Kekurungan TASH •
Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin
•
Dikarenakan pemasangan sangat tinggi oleh karena itu dibutuhkan alat berat yang lebih tinggi dari posisi pemasangan.
•
TASH yang tinggi bisa mempengaruhi radar airport
•
TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokan kincir angin
2. Turbin angin sumbu vertikal. Turbin angin sumbu vertikal (TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke arah angin berhembus. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. TASV mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi tidak perlu menyokong konstruksi baling-baling, dan lebih mudah dalam melakukan perawatan.
85
Kelebihan TASV •
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar
•
Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw
•
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
•
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik hanya dengan kecepatan 5km/jam
•
TASV tidak harus berubah posisinya jika arah angin berubah
•
Kincir TASV lebih mudah dilihat dan dihindari oleh burung.
Kelemahan TASV •
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi
•
Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah dan membutuhkan energi untuk mulai berputar
IV.4.1.3.3 Bloom Energy Sebuah perusahaan yang didirikan oleh K.R Sridar, Bloom Energy, telah menemukan terobosan teknologi baru di dunia energi alternatif yang disebut bloom box. Pada awalnya bloom box merupakan
86
perangkat tenaga surya untuk menghasilkan oksigen dan hidrogen yang digunakan dalam kendaraan NASA di Mars yang kini telah dihapuskan. Jika prosesnya dibalik, maka alat tersebut tentunya bisa menghasilkan listrik. Bloom Box adalah sebuah pembangkit listrik fuel cell yang bisa dibilang berbeda dengan fuel cell yang banyak digunakan saat ini. Jika fuel cell saat ini banyak menggunakan elektroda yang terbuat dari logam yang mahal, maka Bloom Box hanya menggunakan salah satu bahan keramik yang murah yaitu pasir.
Gambar 4.20 Cara Kerja Bloom Energy
Bloom box merupakan bahan bakar yang selalu bekerja, seperti baterai. Alat tersebut terdiri dari 3 bagian lempengan yaitu elektrolit, anoda dan katoda. Piringan tersebut bertindak sebagai elektroda dengan bahan bakar hidrokarbon, seperti ethanol,biodiesel, metan atau gas alam, yang pada suhu tinggi akan bereaksi menarik ion oksigen yang berada di sisi lain piringan. Saat ion tersebut bergerak memasuki piringan, maka akan dihasilkan listrik yang menurut K.R. Sridhar merupakan listrik yang bisa diandalkan.
87
Meskipun prosesnya mengkonsumsi hidrokarbon, tetapi Sridhar menjelaskan bahwa emisi karbon yang dihasilkan hanya setengah dari sumber energi konvesional lainnya karena Bloom Box tidak melibatkan pembakaran pada prosesnya. Produk sampingan lainnya yang bisa dimanfaatkan adalah hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan fuel cell masa depan. Bloom Energy sudah mempunyai klien yang beberapa di antaranya tentu tidak akan ceroboh memilih pembangkit listrik yang akan mendukung bisnisnya. Dua di antaranya adalah Google dan eBay. Menurut eBay yang berhasil dikonfirmasi oleh CBS, dalam sembilan bulan Bloom Box sudah menghemat 100.000 dolar AS. Sedangkan pusat data Google ternyata listriknya sudah disuplai selama 18 bulan. IV.4.1.3.4 Pembangkit Listrik Hybrida Sistem pembangkit listrik hybrida adalah suatu sistem yang memadukan beberapa jenis pembangkit listrik. Umumnya terdiri atas modul tenaga surya, turbin angin, generator diesel, baterai, dan peralatan kontrol terintegrasi. Tujuan dari pembangkit listrik tenaga hybrid (PLTH) adalah mengkombinasikan keungulan dari setiap pembangkit pembangkit
sekaligur untuk
menutupi
kondisi-kondisi
kelemahan tertentu.
masing-masing Sehingga
secara
keseluruhan sistem dapat beroperasi lebih ekonomis dan efisien. Konsep PLTH yang sesuai dengan kondisi geografis bank mandiri adalah PLTH yang dirangkai secara paralel. Antara pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, bloom energy, generator diesel dan juga di back up dengan pembangkit listrik PLN.
88
Gambar 4.21 Sistem Pembangkit Listrik Hybrid
Seperti yang dilihat pada skema pembangkit listrik hybrida bahwa berbagai sumber daya energi akan dikontrol melalui satu kendali kontrol. Prioritas utama adalah menggunakan pembangkit listrik dengan sumber daya tergantikan. Sedangkan jika memang tenaga yang dihasilkan tidak dapat mengakomodir kebutuhan saat itu dikarenakan suatu kondisi maka controller dapat mengakomodir kebutuhan dari pembangkit listrik PLN ataupun genset. IV.4.1.4 Menggunakan Perangkat Ramah Lingkungan Terus berkembangnya bisnis yang ada pada Bank Mandiri tidak bisa ditahan taupun dibendung. Dengan begitu permintaan akan server barupun terus meningkat. Selain penghematan diberbagai aspek yang diambil tentu harus diiringi juga dengan pembuatan standart perangkat-perangkat yang digunakan. Kedepannya perangkat-perangkat IT yang akan dibeli harus merupakan perangkat ramah lingkungan.
89
Perangkat-perangkat pendukung seperti lampu penerangan selasar data center juga akan menggunakan lampu ramah lingkungan, diantaranya adalah menggunakan lampu LED. IV.4.2 Strategi Implementasi Implementasi strategi green data center pada Bank Mandiri mengalami tantangan yang cukup berat. Sebagai perusahaan BUMN tidak mudah untuk dapat langsung merubah keseluruhan data center yang ada. Banyak peraturan BI yang harus diikuti, dan juga banyak aplikasi-aplikasi yang sangat kritikal yang tidak boleh mati. Oleh karena itu strategi penerapan green data center pada Bank Mandiri akan dibagi menjadi beberapa fase.
Gambar 4.22 Fase Implementasi Green IT Strategy
Fase pertama adalah dengan mendata keseluruhan pemakaian energi. Pendataan ini dilakukan secara detail untuk melihat berapa banyak listrik yang dikonsumsi oleh data center, berapa banyak tingkat carbon yang dihasilkan dan berapa banyak listrik yang dikonsumsi oleh perangkat-perangkat pendukung lainnya. Di fase pertama ini akan lebih menitik beratkan pada pengadaan alat-alat pengukuran.
90
Sehingga data-data yang didapat akurat dan dapat melihat perbedaan dari saat sebelum melakukan penghematan dan sesudah melakukan penghematan. Fase kedua fokus pada redesign sistem pendingin. Pendingin yang ada saat ini di data center Bank Mandiri adalah dengan menggunakan konsep row oriented cooling system. Dengan literatur yang ada, maka sistem pendingin pada data center Bank Mandiri akan perlahan-lahan dirubah menuju sistem pendingin dengan konsep rack oriented cooling system. Tentunya perubahan ini tidak akan langsung merubah keseluruhan sistem pendingin. Akan tetapi pertama-tama akan dikelompokkan terlebih dahulu server-server mana saja yang merupakan server aplikasi yang sangat kritikal. Kemudian, akan dikelompokkan lagi berdasarkan server-server mana yang menghasilkan suhu panas tertinggi. Dari pengelompokkan tadi maka penggantian sistem pendingin akan dimulai dari server yang merupakan server aplikasi yang terendah dari sisi kritikalnya dan tertinggi dari sisi suhu panas yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada aplikasiaplikasi kritikal. Lalu akan berlanjut pada tingkat berikutnya, hingga keseluruhan pendingin terganti menjadi rack oriented cooling. Fase ketiga adalah dengan mengimplementasi virtualisasi server. Pada fase ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada fase ini server-server akan dikelompokkan juga berdasarkan tingkat kritikal aplikasi. Aplikasi-aplikasi yang akan dilakukan virtualisasi dimulai dari aplikasi-aplikasi yang non kritikal. Sebelum melakukan virtualisasi, akan dipikirkan juga bagaimana skenario untuk pengalihan sementara server-server yang sedang dilakukan virtualisasi. Akan dibuatkan server sementara yang akan menampung aplikasi tersebut untuk sementara waktu selagi server utama aplikasi tersebut dirubah menjadi virtual. Implementasi virtual server
91
akan dilakukan pada data center utama terlebih dahulu. Baru kemudian akan diimplementasi pada DRC. Fase keempat adalah dengan mencari sumber daya alternatif yang ramah lingkungan untuk meringankan penggunaan sumber daya listrik utama yang berasal dari PLN. Pada fase ini akan mengimplementasi solar panel pada atap-atap gedung data center. Dan pada DRC akan dikaji jika menggunakan pembangkit listrik tenaga angin. Selain itu juga akan digunakan pembangkit listrik alternatif yang tidak mengkonsumsi banyak sumber daya alam, seperti bloom box energy. Fase kelima adalah membuat standart perangkat-perangkat ramah lingkungan yang harus diikuti ketika akan melakukan pengadaan perangkat-perangkat baru. Serta mengganti perangkat-perankat lama yang sudah sangat tertinggal dan menghasilkan sampah carbon tinggi dengan perangkat baru yang lebih ramah lingkungan. Hal ini juga dilakukan untuk fasilitas-fasilitas pendukung data center yang ada, seperti lampu pada lorong-lorong data center. IV.4.2.1 Timeline Strategi Agar strategi dapat diimplementasi secara sempurna, dibutuhkan timeline penerapan strategi sebagai acuan dalam implementasi. Dalam hal ini untuk dapat membuat green data center pada Bank Mandiri akan memakan waktu kurang lebih 3 tahun dengan timeline sebagai berikut :
92 2012 Q1
Q2
2013 Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2014 Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Joint Discussion F.1 Pengumpulan data Pemasangan Alat Ukur F.2 Redesign pendingin F.3 Virtualisasi Server F.4 Sumber daya alternatif F.5 Perangkat ramah lingkungan Project Clossing
Gambar 4.23 Timeline Implementasi Green IT Strategy Pada Bank Mandiri
IV.4.2.2 SWOT Analysis Analisis SWOT merupakan alat yang dapat mengetahui keberadaan perusahaan dan lingkungannya. Untuk dapat mengetahui strategi yang tepat untuk diterapkan, perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana suatu strategi dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan. Berikut merupakan analisis SWOT dari strategi green IT pada data center Bank Mandiri.
93 Tabel 4.10 Analisa SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang
Kekuatan • •
Sudah
memiliki
backbone
Dapat
dilakukan
yang dapat diandalkan.
penghematan
Lokasi Data Center, dan DRC
penerapan strategi. •
yang strategis. •
•
dengan
Meningkatkan
kepercayaan
Sumber daya manusia yang
masyarakat terhadap Bank
siap mensupport data center
Mandiri. •
24 jam nonstop.
Peran serta dalam menjaga kelestarian alam.
Kelemahan •
Ancaman
Ketergantungan
dengan
•
penyedia listrik yang ada. •
Ketergantungan akan mesin
Sistem
tidak
boleh
tingkat
pemanasan global. •
server yang sudah ada. •
Meningkatnya
Terbatasnya energi
yang
daya
selama
ini
digunakan
mati
walaupun dalam waktu yang
sumber
•
singkat.
Tingginya
tingkat
pengawasan
terhadap
pemakaian energi baik dari pemerintah
ataupun
organisasi masyarakat. •
Kepres mengenai perusahaan BUMN untuk dapat menekan pemakaian
listrik
hingga
30%.
Teknik Perhitungan SWOT Matriks strategi external EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) digunakan untuk merumuskan faktor-faktor strategis eksternal pada perusahaan yang berupa peluang dan ancaman yang dihadapi
94
Penilaian Bobot : 0,0
= Tidak penting
0,05 = Kurang penting 0,1
= Cukup penting
0,15 = Penting 0,2
= Sangat penting
Penilaian Rating Peluang : 1
= Peluang kecil
4
= Peluang besar
Penilaian Rating Ancaman : -1
= Ancaman kecil
-4
= Ancaman besar Tabel 4.11 Perhitungan EFAS
Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Peluang - Dapat dilakukan penghematan biaya dengan penerapan green IT strategi. - Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mandiri. - Peran serta dalam menjaga kelestarian alam TOTAL PELUANG Ancaman - Meningkatnya tingkat pemanasan global - Terbatasnya sumber daya energi yang selama ini digunakan - Tingginya tingkat pengawasan terhadap pemakaian energi baik dari pemerintah ataupun organisasi masyarakat - Kepres mengenai perusahaan BUMN untuk dapat menekan pemakaian listrik hingga 30%. TOTAL ANCAMAN TOTAL EFAS
Rating
0,2 0,1 0,15 0,45 0,15 0,15 0,1 0,15 0,55 1
Bobot x Rating
4 3 3
0,8 0,3 0,45 1,55
‐2 ‐3
‐0,3 ‐0,45
‐2
‐0,2
‐3
‐0,45 ‐1,4 0,15
95
Dari tabel di atas juga dapat dibuat analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) yang digunakan untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal perusahaan yang berupa kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada perusahaan dengan menghitung bobot dan rating. Tabel 4.12 Perhitungan IFAS
Faktor Strategi Internal Kekuatan ‐ Sudah memiliki backbone yang dapat diandalkan
- Lokasi Data Center, dan DRC yang strategis - Sumber daya manusia yang siap mensupport data center 24 jam nonstop. TOTAL KEKUATAN Kelemahan
Bobot x BOBOT Rating Rating 0,2 3 0,6 0,2 3 0,6
- Ketergantungan dengan penyedia listrik yang ada. - Ketergantungan akan mesin server yang sudah ada. - Sistem tidak boleh mati walaupun dalam waktu yang singkat. TOTAL KELEMAHAN TOTAL IFAS
0,15 0,55 0,2 0,15 0,1 0,45 1
2
0,3 1,5
‐4 ‐3 ‐2
Tahap Analisi Tahap ini digunakan untuk mengetahui posisi Bank Mandiri terhadap faktor strategi eksternal dan internal. Oleh karena itu setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsunngan perusahaan maka dirumuskan suatu strategi untuk mengurangi ancaman dan kelemahan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang. Setelah diketahui nilai dari tabel EFAS dan IFAS maka dapat dilihat pada diagram SWOT dimana letak Bank Mandiri saat ini. Untuk mencari posisi Bank Mandiri dapat dilihat dengan mencari selisih EFAS dan IFAS
‐0,8 ‐0,45 ‐0,2 ‐1,45 0,05
96
Titik X (Internal) = Kekuatan – Kelemahan = 1,5 – 1,45 = 0,05 Titik Y (Eksternal) = Peluang – Ancaman = 1,55 – 1,5 = 0,15 Jadi posisi perusahaan terdapat pada (0,05 ; 0,15). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.24 Diagram Analisis SWOT IV.4.2.3 Tantangan Implementasi Dalam melakukan implementasi strategi green IT pada data center Bank Mandiri, pasti akan menghadapi berbagai tantangan baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Oleh karena itu, perlu dianalisa juga kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan dihadapi dalam proses implementasi, dan juga bagaimana dalam menghadapinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti aspek politik, geografis, ekonomi, dan aspek lainnya. IV.4.2.3.1 Aspek Politik Diasumsikan bahwa ketika dalam masa implementasi, terjadi gejolak politik. Seperti penggantian presiden RI, atau penggantian Mentri keuangan yang menyebabkan kondisi keamanan nasional tidak stabil dan berpotensi
97
untuk menghambat proses implementasi. Dikarenakan Bank Mandiri merupakan perusahaan BUMN sehingga kondisi politik yang ada dapat sangat
mempengaruhi
kondisi
dalam
pengambilan
keputusan
pada
perusahaan. Yang perlu dipersiapkan jika kondisi ini terjadi adalah kesiapan dokumen-dokumen legal terhadap pihak-pihak terkait. Seperti dokumen perjanjian dengan vendor pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak yang dapat mencakup perlindungan terhadap proses pengadaan jika terjadi ancaman keamanan nasional. IV.4.2.3.2 Aspek Geografis Dikarenakan pada strategi ini juga akan menggunakan sumber daya alternatif yang akan bergantung pada kondisi alam, maka perlu diperhatikan juga aspek-aspek geografis dari kondisi sekitar data center Bank Mandiri. Seperti halnya sumber daya alternatif yang menggunakan tenaga surya. Jika terjadi kondisi iklim musim hujan yang sangat ekstrem yang mengakibatkan sinar matahari sangat sedikit menyinari solar panel dalam seharinya, dapat menyebabkan kurangnya pasokan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga surya. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, sumber daya alternatif tidak bisa bergantung hanya pada satu sumber daya saja. Melainkan memanfaatkan sumber daya alternatif yang dapat dilakukan secara hybrid. Jika sumber daya matahari sedang susah didapatkan maka sistem pembangkit listrik harus bisa mendapatkan listrik dari sumber daya lainnya seperti angin atau air.
98
IV.4.2.3.3 Aspek Ekonomi Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah kondisi ekonomi dari Indonesia. Jika terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia seperti pada tahun 1998 dapat mengancam kelangsungan project strategi Green data center. Hal ini disebabkan kebanyakan dari komponen yang didatangkan untuk penerapan strategi ini menggunakan mata uang asing. Sehingga jika mata uang asing mengalami kenaikan secara drastis hal ini dapat menyebabkan pembengkakan pada anggaran project. Hal ini dapat diantisipasi, jika pada kontrak pengadaan terhadap pihak ke tiga dapat ditentukan bahwa pengadaan harus dibayarkan dalam mata uang Indonesia rupiah. Sehingga walaupun mata uang asing mengalami kenaikan, tidak akan berpengaruh terhadap anggaran project. Dan jika kenaikan ini terjadi, akan terjadi dampak positif terhadap implementasi strategi ini. Dikarenakan tarif dasar listrik juga pasti akan mengalami kenaikan. Sehingga sebenarnya nominal yang berhasil dihemat juga akan semakin besar. IV.4.3 Estimasi Penghematan Energi Estimasi penghematan dari penerapan green data center pada Bank Mandiri dapat menekan konsumsi listrik hingga 50%, meningkatkan efisiensi utilisasi server hingga 30%, dan menurunkan tingkat emisi sebesar 30%. Pemakaian listrik untuk mesin pendingin saat ini adalah sekitar 390.91 kW. dengan penerapan sistem pendingin yang baru, maka diperkirakan dapat menurunkan konsumsi listrik pendingin sekitar 60%. Sehingga nantinya pemakaian listrik untuk sistem pendingin data center adalah sekitar 140.94 kW. Dengan perubahan sistem pendingin maka semakin kecil juga kemungkinan server menjadi
99
over heat dikarenakan suhu yang kurang ideal. Sehingga umur perangkat keras juga semakin panjang Dengan begitu, maka perhitungan pemakaian listrik menjadi sebagai berikut. Tabel 4.14 Perhitungan Pemakaian Listrik Setelah Penghematan
Kebutuhan energi untuk perangkat listrik Beban untuk Data beban untuk setiap perangkat IT berdasarkan tingkat kritikalnya perangkat IT )*
355.38
kW
5.80
kW
Perkiraan 10.5 penambahan beban Terjadinya beban Total dari beban kritikal 373.53 puncak karena variasi perangkat dalam keadaan stabil pada beban kritikal Inefesiensi UPS dan Beban aktual dan beban 118.93 Cadangan charging baterai Penerangan Penerangan pada area data center 0.6 Beban total kebutuhan listrik 493.07 Kebutuhan Energi untuk Perangkat Pendingin Sistem Pendingin Chiller dan PAC 140.91 Kebutuhan Energi Total Kebutuhan energi total 633.99 untuk perangkat listrik dan pendingin Kebutuhan Energi Generator Generator untuk beban 640.98 kritikal Generator untuk 211.37 pendingin Ukuran generator 853.37 sesuai dengan beban *): Standar penentuan beban dalam VA bermacam-macam biasanya diambil dari website APC
kW
Beban untuk perangkat non-IT
Data beban untuk setiap perangkat non-IT (termasuk perangkat fire, keamanan, dan sistem monitoring) Dalam satuan VA (dihitungan untuk perangkat IT dan non-IT)
Power Usage Effectiveness (PUE) Power Usage Effectiveness (PUE) = Total Facility Power IT Equipment Power Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : • Total Facility Power : 633.99 kW • IT Equipment Power : 355.38 kW Power Usage Effectiveness (PUE) = 633.99 kW 355.38 kW = 1.78
kW
kW kW kW kW kW
kW kW kW
100
Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) = IT Equipment Power Total Facility Power Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 633.99 kW
•
IT Equipment Power : 355.38 kW
Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) = 355.38 W 633.99 kW = 56,05 % DCIE Compute Power Efficiency (CPE) Compute Power Efficiency (CPE) = IT Equipment Utilization x IT Equipment Power Total Facility Power Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 633.99 kW
•
IT Equipment Power : 355.38 kW
•
IT Equipment Utilization : 15 %
Compute Power Efficiency (CPE) =
15% x 355.38 kW 633.99 kW
= 8.41 % CPE Technology Carbon Efficiency (TCE) Technology Carbon Efficiency (TCE) = Total Facility Power x Electricity Carbon Emmision Rate IT Equipment Power
Dengan menggunakan rumus diatas, data yang di dapat adalah : •
Total Facility Power : 633.99 kW
•
IT Equipment Power : 355.38 kW
•
Carbon Emmision Rate : 0.728 kg CO2 / kWh
Technology Carbon Efficiency (TCE) = 633.99 kW x 0.728 355.38 kW = 1.28 TCE
101
Sehingga jika nilai tersebut dibandingkan antara sebelum strategi ini diimplementasi dan perkiraan setelah diimplementasi adalah sebagai berikut : Tabel 4.15 Perhitungan Efisiensi Listrik Setelah Penghematan
Pengukuran
Nilai Sebelum
Nilai Setelah
Persantase
Implementasi
implementasi
perubahan
2,48
1,78
28 %
40,2 %
56.05 %
39%
4.02 %
8.41%
109%
1.81
1.29
28%
Power Usage Effectiveness (PUE) Data Center Infrastructure Efficiency (DCIE) Compute Power Efficiency (CPE) Technology Carbon Efficiency (TCE)
Selain peghematan pemakaian energi listrik yang digunakan, total pemakaian listrik pada data center yaitu sekitar 633.99 kW sekitar 60% akan menggunakan sumber daya alternatif. Sehingga sumber daya alam tak tergantikan yang selama ini digunakan untuk pembangkit listrik data center, dapat ditekan hingga 60%. Untuk menghitung secara detail seberapa banyak sumber daya alternatif yang digunakan untuk mendukung data center yang ada dapat dihitung sebagai berikut : 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya •
Panel surya yang digunakan merupakan tipe 120 Wp yang dapat menghasilkan listrik 120Watt Hour Per Panel. Dengan luas 1,4M x 0,6M x 0,04M per solar panel, maka area parkir dan bagian atap gedung Plaza Mandiri dapat dipasangkan sekitar 300 Panel.
•
Jumlah solar panel yang akan dipasang pada lahan terbuka bank mandiri adalah sekitar 300 Panel. Dengan rata-rata penyerapan matahari yang maksimal 5 jam sehari, maka di dapat jumlah listrik yang dihasilkan adalah 300 x 5 x 120 = 180 kWh perharinya.
102
2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin erat kaitannya dengan besarnya tenaga yang dihasilkan oleh hembusan angin. Perbandingan antara kecepatan angin dengan energi listrik yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.16 Tabel Perbandingan Kecepatan Angin Dengan Daya Maksimum
Kecepatan Angin (m/s) 3 4 5 6 7 8 9 10
Daya Maksimum (W) 128.8 305.3 597.3 1031 1639 2446 3484 4780
Kec Rotor (rad/s) 140 196 238 280 336 378 434 476
Dengan letak geografis data center yang ada saat ini, besar angin yang berhembus di sekitar area data center adalah 7-9 m/s. Pada area data center Bank Mandiri akan dipasang 10 unit wind turbin. Sehingga jika wind turbin itu berfungsi selama 24 jam, listrik yang dihasilkan adalah 10 x 2446 x 24 = 587,04 kWh setiap harinya. 3. Bloom Energy / Fuel Cell Setiap unit Bloom Energy dapat menghasilkan energi listrik sebanyak 200kW. direncanakan Bank Mandiri akan menggunakan 2 server Bloom Energy. Sehingga jika bllom energy ini digunakan 24 jam maka dapat menghasilkan energi sebanyak 2 x 200 x 24 = 9600kWh perhari. Dengan ketiga sumber daya alternatif diatas maka dapat dihitung berapa banyak jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga terbarukan.
103 Tabel 4.17 Tabel Perhitungan Jumlah Listrik Sumber Daya Alternatif
Nama
Watt Yang Dihasilkan / Hari Solar Panel 600 W Wind Turbin 58,70 kW Bloom / Fuel Cell 4800 kW Total Energi yang dihasilkan
Jumlah Unit 300 10 2
Sub Total per hari 180,00 kWh 587,56 kWh 9600,00 kWh 10.367,04 kWh
Jumlah listrik yang dibutuhkan data center untuk dapat beroperasi selama 24 jam nonstop adalah sekitar 633.99 kW x 24 Jam = 15.215,86 kWh per hari. Sehingga dengan menggunakan pembangkit listrik sumber daya alternatif, akan mengcover sekitar 68% dari kebutuhan listrik data center. IV.4.5 Cost and Benefit Analysis Dalam merancang strategi diperlukan evaluasi untuk mengukur besarnya keuntungan yang didapat dengan jumlah harga yang diinvestasikan. Sama halnya dalam merancang Green Data Center pada Bank Mandiri. Perlu dihitung berapa besar biaya yang dikeluarkan dalam menerapkan strategi tersebut, dan berapa banyak nominal yang dapat dihemat dari penerapan tersebut. Komponen - komponen yang merupakan cost dalam penerapan strategi ini adalah : 1. Solar Panel 2. Wind Turbin 3. Fuel Cell 4. Rack Based Cooling System 5. Virtualisasi Solar Panel Pada strategi yang diusulkan solar panel yang akan digunakan sebanyak 500 unit panel surya. Selain panel tersebut, dibutuhkan komponen lainnya yaitu
104
controller dan juga baterai. 1 controller dapat digunakan untuk 5 solar panel. Dan agar efektif, 1 solar panel disalurkan ke 2 baterai yang masing-masing berkapasitas 12 V 65Ah. Sehingga dibutuhkan biaya investasi sebagai berikut : Tabel 4.18 Tabel Perhitungan Jumlah Investasi Solar Panel
Panel Surya Keterangan Panel Surya Controller Baterai TOTAL
Qty 300 60 600
Price/unit Rp. 2.898.000 Rp. 4.320.000 Rp. 1.800.000
Sub Total Rp. 869.400.000,Rp. 259.200.000,Rp. 1.080.000.000,Rp. 2.208.000.000,-
Wind Turbin Wind turbin yang digunakan pada strategi ini sebanyak 10 unit. Hal ini mengingat space yang digunakan wind turbin cukup besar, dan menarik perhatian. Sehingga tidak bisa sebanyak solar panel. Dan untuk wind turbin juga membutuhkan controller. 1 Controller dapat mengakomodir 5 Wind turbin. Dan dikarenakan watt yang dihasilkan lebih besar dari solar panel, maka baterai untuk penyimpanan juga dibutuhkan lebih banyak. Untuk satu wind turbin membutuhkan empat buah baterai 12V 65Ah. Sehingga dibutuhkan biaya investasi sebagai berikut : Tabel 4.19 Tabel Perhitungan Jumlah Investasi Wind Turbin
Wind Turbin Keterangan Wind Turbin Controller Baterai TOTAL
Qty 10 3 60
Price/unit Rp. 67.500.000,Rp. 4.500.000,Rp. 1.800.000,-
Rp. Rp. Rp. Rp.
Sub Total 675.000.000,9.000.000,72.000.000,756.000.000,-
105
Bloom Energy Bloom Energy atau yang sering diketahui dengan nama fuel cell, saat ini belum banyak ditemu dipasar saat ini. Salah satu yang sudah pernah digunakan pada perusahaan-perusahaan besar adalah Bloom Energy dengan harga yang cukup mahal yaitu $ 350.000 untuk setiap satu server fuel cell. Sehingga didapat perhitungan investasi sebagai berikut Tabel 4.20 Tabel Perhitungan Jumlah Investasi Bloom Energy
Bloom Energy / Fuel Cell Keterangan Bloom Energy ES-5700 TOTAL
Qty Price/unit 2 Rp.8.100.000.000,-
Sub Total Rp. 16.200.000.000,Rp. 16.200.000.000,-
Rack Based Cooling System Sistem pendingin yang mendinginkan berdasarkan rack server. Atau yang biasa di sebut rack based cooling system. Untuk tahap awal, akan diterapkan pada server-server blade server yang berjumlah sekitar 100 server. Sehingga didapat perincian biaya sebagai berikut : Tabel 4.21 Tabel Perhitungan Jumlah Investasi Rack Cooling System
Rack Based Cooling System Keterangan Rack Cooling System Implementasi TOTAL
Qty 100 100
Price/unit Rp. 40.000.000,Rp. 5.000.000,-
Sub Total Rp. 4.000.000.000,Rp. 500.000.000,Rp. 4.500.000.000,-
Virtualisasi Virtualisasi yang akan diterapkan pada tahap awal adalah virtualisasi terhadap blade server, dan yang menggunakan platform Microsoft Windows. Hal ini dikarenakan server tersebut yang tercatat paling banyak digunakan di Bank Mandiri. Untuk biaya licensi, implementasi, dan juga migrasi akan menghabiskan dana sekitar kurang lebih Rp. 1.500.000.000,-
106
Sehingga total biaya investasi yang dihabiskan untuk penerapan green IT strategy pada data center Bank Mandiri adalah sebagai berikut : Tabel 4.22 Tabel Perhitungan Jumlah Investasi Sumber Daya Alternatif
Investasi Keterangan Panel Surya Wind Turbin Bloom Energy / Fuel Cell Rack Based Cooling System Virtualisasi Server Maintenance, dll TOTAL
Harga Rp. 2.208.600.000,Rp. 756.000.000,Rp. 16.200.000.000,Rp. 4.500.000.000,Rp. 1.500.000.000,Rp. 3.774.690.000,Rp. 28.939.290.000,-
Biaya investasi diatas tidak langsung dikeluarkan dalam satu waktu. Biaya investasi tersebut disesuaikan dengan timeline project yang telah tergambarkan pada Gambar 4.23. Jika disesuakan dengan jadwal tersebut, maka detail pengeluaran investasi adalah sebagai berikut : Tahun 2012 2013 2013
Bulan Desember Januari Juli
Item Redesign sistem pendingin Virtualisasi Server Sumber Daya Alternatif
Biaya Rp. 4.500.000.000,Rp. 1.500.000.000,Rp. 19.164.600.000,-
Akan tetapi untuk dapat menghitung manfaat yang didapat tetap akan dihitung dari saat project closing. Dikarenakan ini merupakan satu kesatuan project, sehingga baru dapat dihitung depresiasi dan nilai investasi jika project telah dinyatakan selesai. Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan yang didapat dapat diukur dengan menghitung berapa besar jumlah listrik yang berhasil dihemat kemudian dikalikan dengan tarif dasar listrik yang ada saat ini yaitu Rp. 1.380,-/kWh. Berdasarkan perhitungan penghematan listrik yang telah dihitung sebelumnya maka didapat perhitungan biaya yang dapat dihemat setiap harinya sebagai berikut :
107 Tabel 4.23 Tabel Perhitungan Jumlah Pendapatan Perhari
Penghematan per Hari Keterangan Penghematan Sumber daya Alternatif Penghematan sistem pendingin TOTAL
kWh/Hari Sub Total 10.367,04 kWh Rp. 14.306.515,6000,00 kWh Rp. 8.280.000,Rp. 22.586.515,-
Dari data yang ada, maka dapat dihitung nilai proyek penerapan Green IT strategi pada data center Bank Mandiri dan juga waktu BEP yang dibutuhkan. Dengan asumsi suku bunga saat ini 7% maka didapat perhitungan sebagai berikut : Investasi Pendapatan (Rp. 24.813.173 x 365 Hari) IRR
Rp. 28.939.290.000,Rp. 8.244.078.048,7%
Simple Payback Period Payback = Rp. 28.939.290.000,Rp. 8.244.078.048,= 3,5 Tahun NPV Tahun
Free Cash Flow
PVIF
Discounted payback peroid
Cumulative
0 1 2 3 4 5 6
(Rp28.939.290.000) Rp8.244.078.048 Rp8.244.078.048 Rp8.244.078.048 Rp8.244.078.048 Rp8.244.078.048 Rp8.244.078.048
1,00 0,93 0,87 0,82 0,76 0,71 0,67
(Rp28.939.290.000) Rp7.704.745.839 Rp7.200.697.046 Rp6.729.623.408 Rp6.289.367.671 Rp5.877.913.711 Rp5.493.377.300
(Rp28.939.290.000) (Rp21.234.544.161) (Rp14.033.847.115) (Rp7.304.223.707) (Rp1.014.856.037) Rp4.863.057.674 Rp10.356.434.974
Payback Period = 4 Tahun 7 Bulan
108
IV.5 Benchmarking Strategi Dari hasil benchmarking atas case study yang terdapat pada lampiran dapat dilihat bahwa banyak perusahaan yang sudah berlomba-lomba untuk menciptakan strategi green IT pada data center yang dimiliki. Dari beberapa case study yang ada, dapat dilihat dari beberapa sudut pandang dalam melakukan penghematan. 1. Internal Proses / Optimalisasi System Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam melakukan penghematan pemakaian listrik adalah dengan cara melihat kembali flow program, atau proses-proses yang ada pada setiap aplikasi, dan juga melihat seberapa banyak resources yang dibutuhkan ketika menjalankan aplikasi. Dari informasi yang didapat, banyak aplikasi-aplikasi yang sudah menyiapkan resources server untuk dapat menampung data atau proses yang mungkin baru digunakan beberapa waktu yang mendatang. Hal ini menyebabkan banyaknya konsumsi listrik yang digunakan oleh server-server yang mana server tersebut sebenarnya idle atau tidak bekerja. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa perusahaan memanfaatkan teknologi virtualisasi. Dengan teknologi virtualisasi, resources yang dibutuhkan oleh
109
suatu aplikasi dapat disesuaikan dengan mudah. Sehingga dengan bantuan virtualisasi jumlah server idle dapat dikurangi. Dan secara tidak langsung hal tersebut dapat menurunkan konsumsi listrik pada data center. 2. Infrastruktur Pendukung Data Center Dalam data center selain perangkat IT / Server terdapat perangkat-perangkat lain yang mensupport data center 24 jam, mulai dari penerangan, fire suppresion, CCTV, dan pendingin ruangan. Dari beberapa infrastruktur pendukung, perangkat yang mengkonsumsi listrik paling banyak adalah pendingin ruangan. Kebanyakan dari data center, jumlah listrik yang digunakan untuk mendinginkan ruangan hampir sama perbandingannya dengan jumlah listrik yang dikonsumsi oleh perangkat IT. Sehingga menyebabkan beban listrik melonjak 2 kali lipat. Oleh karena itu, berbagai pihak dalam melakukan pengehematan listrik pada data center, akan menitikberatkan dalam efisiensi pendingin ruangan. Hal paling krusial dari pendingin perangkat IT adalah bagaimana menjaga hawa panas yang dikeluarkan oleh perangkat IT dapat diserap secara sempurna,
dan
tidak
bercampur
dengan
udara
sekitar
sehingga
mempengaruhi temperatur perangkat IT sekitarnya. Dapat dilihat pada case study diatas, bahwa Hitachi menghemat konsumsi listrik dengan merubah sistem pendingin ruangan menjadi rack oriented cooling. Rack oriented cooling dapat menjaga hawa panas yang dikeluarkan oleh server diserap langsung oleh pendingin yang berasa di sisi server. Dan dengan konsep pendingin ini maka pendingin bekerja mendinginkan server berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan suhu ruangan secara keseluruhan.
110
3. Sumber Daya Energi Listrik Tidak bisa dipungkiri bahwa data center pasti mengkonsumsi sumber daya listrik yang cukup banyak. Sehingga beberapa perusahaan setelah melakukan penghematan di berbagai sisi, maka mulai berpikir bagaimana agar listrik yang digunakan untuk menghidupkan data center bukan merupakan listrik mahal. Sehingga beberapa perusahaan mulai mencari cara bagaimana menciptakan listrik dengan sumber daya alam yang mudah didapat dan tergantikan. Oleh karena itu bermunculan berbagai sumber daya listrik alternatif yang dapat digunakan untuk menghidupkan data center. Baik itu menggunakan Fuel Cell seperti FNBO atau Apple yang menggunakan solar panel dan fuel cell sebagai sumber daya listrik alternatif. Hal ini sudah sejalan dengan perencanaan strategi yang akan dilakukan Bank mandiri dalam merancang green IT strategy pada data center yang dimiliki. Seperti yang sudah ditulis sebelumnya bahwa Green IT Strategy yang akan diterapkan pada Bank Mandiri terdiri dari 4 besaran perubahan yaitu (1) Redesign sistem pendingin, (2) Virtualisasi, (3) Sumber daya energi alternatif, dan (4) Penggunaan perangkat ramah lingkungan.