BAB III IDENTIFIKASI DATA
A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran 1. Tinjauan Umum Sayuran Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng, dan seterusnya. Kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak, selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas. Pro-vitamin A dalam sayuran diketahui berguna untuk pertumbuhan tulang, mata, rambut dan kulit anak-anak, disamping bermanfaat juga untuk mengganti sel-sel tubuh, mengganti selaput lendir mata, dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi. Pro-vitamin A hanyalah salah satu dari sekian banyak zat-zat berguna yang terdapat dalam sayuran, dimana semua vitamin dan mineral tersebut sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan baik. Peran
34
35
orang tua sangat diperlukan untuk membuat anak mau memakan makanan bergizi tersebut, namun seringkali orang tua dihadapkan pada masalah yang memang telah terjadi sejak dulu.
2. Fenomena Sulit Mengkonsumsi Sayuran di Indonesia Fenomena anak tidak suka makan sayur di Indonesia adalah masalah klasik yang sejak lama belum terungkap secara benar, yang menimbulkan berbagai opini dan pendapat spekulatif yang tidak sepenuhnya benar. Keadaan anak yang tidak mau makan sayur harus diamati secara teliti dan cermat. Secara nasional kekurangan asupan gizi pada anak masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 pada subjek rumah tangga dan anggota rumah tangga mewakili 33 provinsi yang tersebar di 441 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 3.1 Persentase Anak menurut Jenis Makanan serta Rata-rata (Median) Konsumsi Makanan dan Kelompok Usia (Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)
36
Tabel 3.2 Persentase Anak menurut Jenis Minuman serta Rata-rata (Median) Konsumsi Minuman Anak dan Kelompok Usia (Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)
Tabel 3.3 Distribusi Anak dilihat dari Tipe Sarapan dan Rata-rata (Median) Konsumsi Pangan Anak dan Kelompok (Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)
Tabel diatas menggambarkan tipe asupan gizi makanan subjek anak Indonesia berdasarkan konsep gizi seimbang menghasilkan data bahwa anak usia 3—5 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (36.2%); anak usia 6—12 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (34.4%). Tipe sarapan lengkap yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, sayur, buah, dan minuman hanya dikonsumsi oleh 0.5% anak usia 3—5 tahun dan 0.6% anak usia 6—12 tahun. Masih ditemukannya subjek yang memiliki kontribusi energi dan zat gizi yang rendah dapat disebabkan karena rendahnya sumber karbohidrat dan ragam
37
jenis pangan saat dikonsumsi, padahal zat gizi yang cukup hanya bisa dipenuhi dari makanan yang beragam terutama sayur atau buah-buahan.
3. Penyebab dan Dampak Kurang Konsumsi Sayuran Dari hasil penelitian dan pengalaman klinis1, didapatkan sekitar 30% anak yang mengalami gangguan proses makan di mulut yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan mengunyah dan menelan. Tampilan klinis yang terjadi adalah mengalami kesulitan dalam makan bahan makanan yang berserat atau bertekstur kasar seperti sayur atau daging sapi (empal). Analisa kejadian ini berkembang bahwa apakah anak memang “tidak mau” makan sayur atau memang “tidak bisa” makan sayur. Informasi diatas memang belum begitu banyak diketahui para orang tua, tapi ada baiknya orang tua mengetahui penyebab anak tidak mau makan sayur berdasarkan observasi sehari-hari. Berikut beberapa penyebab anak-anak menyisihkan sayuran pada piring makan mereka: a. Faktor fisik yakni terganggunya organ pencernaan anak atau bida karena infeksi dalam tubuh anak b. Faktor Psikis yakni yang berkaitan dengan psikologi anak. Seperti beberapa hal dibawah ini: 1) Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan. Menu makan saat bayi (>6 bulan) yang itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan, apalagi cara penyajian makanan yang campur aduk antara lauk pauk seperti makanan yang diblender jadi satu.
38
2) Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan. Makanan seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG yang dimakan anak-anak sebelum jam makan seringkali membuat anak merasa kenyang. 3) Minum susu terlalu banyak. Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar, atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu. Fakta menyebutkan setelah anak berusia satu tahun, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib karena secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor. 4) Terpengaruh kebiasaan orang tuanya. Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Perilaku orang tua memilih-milih makanan atau menyukai junk food, akan sangat mudah ditiru oleh anak. Perilaku lainnya seperti kebiasaan mengiming-imingi jajanan pada anak yang rewel, membuat anak lebih memilih makananmakanan yang memang lebih terasa lezat di lidah tersebut. 5) Munculnya sikap negativistik. Pada usia >2 tahun, Sikap negativistik merupakan fase normal yangg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk “independen”. Orang tua yang kurang memahami hal ini merasa
39
khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, sehingga dengan keras memaksa anaknya makan. Hal ini dapat berujung pada penolakan terhadap makanan tertentu, bahkan kadang sampai anak beranjak dewasa. 6) Pengenalan sayuran pada anak yang sangat rendah/kurang. Orang tua yang terlalu sibuk, seringkali melupakan pentingnya proses pengenalan berbagai hal baru pada anak. Kurangnya wawasan orang tua di era teknologi informasi sekarang ini sudah tidak bisa lagi menjadi alasan kurangnya pengenalan makananmakanan bergizi pada anak.
Di lain pihak orang tua dipenuhi rasa cemas dan takut anak menjadi kurang gizi mengingat sayur adalah salah satu sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Jika anak kekurangan vitamin dan mineraltentunya akan mengalami masalah bagi pertumbuhanya. Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun. Kekurangan/ Nama Penyakit
Gejala dan Tanda Klinis Defiseiensi
Buta Senja 1
Vitamin A
Mata kabur atau buta
(xeroftalmia) Badan bengkak, tampak rewel, 2
Beri-beri
Vitamin B1 gelisah, pembesaran jantung kanan
40
Retak pada sudut mulut, lidah 3
Ariboflavinosis
Vitamin B2 merah jambu dan licin Cengeng, mudah kaget, kejang,
4
Defisiensi B6
Vitamin B6
anemia (kurang darah), luka di mulut Gejala 3 D (dermatitis /gangguan kulit, diare, deementia), Nafsu
5
Defisiensi Niasin
Niasin
makan menurun, sakit di lidah dan mulut, insominia, diare, rasa bingung.
Defisiensi Asam 6
Vasam Folat
Anemia, diare
Folat Anemia, sel darah membesar, lidah 7
Defisiensi B12
Vitamin B12
halus dan mengkilap, rasa mual, muntah, diare, konstipasi Cengeng, mudah mara, nyeri tungkai bawah, pseudoparalisis
8
Defisiensi C
Vitamin C (lemah) tungkai bawah, perdarahan kulit Pembekakan persendian tulang,
9
Defisiensi Fosfor
Vitamin D
deformitas tulang, pertumbuhan gigi melambat, hipotoni, anemia
41
Perdarahan, berak darah, 10
Defisiensi Lodium
Vitamin K perdarahan hidung dsb
Tabel 3.4 Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin (Sumber: Laporan Depkes 2012)
Kekurangan/ Nama Penyakit
Gejala dan Tanda Klinis Defiseiensi
Anemia Defisiensi 1
Zat besi
Pucat, lemah, rewel
Besi Mudah terserang penyakit, 2
Defisiensi Seng
Seng
pertumbuhan lambat, nafsu makan berkurang, dermatitis Pertumbuhan otak terganggu, rambut jarana dan mudah patah,
3
Defisiensi Tembaga
Tembaga kerusakan pembuluh darah nadi, kelainan tulang
4
Hipokalemi
Kalium
Lemah otot, gangguan jantung
5
Defisiensi Klor
Klor
Rasa lemah, cengeng Resiko karies dentis (kerusakan
6
Defisiensi Fluor
Fluor gigi)
7
Defisiensi Krom
Krom
Pertumbuhan kurang, sindroma
42
like diabetes melitus 8
Hipomagnesemia
Magnesium
Defisiensi hormon paratiroid
9
Defisiensi Fosfor
Fosfor
Nafsu makan menurun, lemas Pembesaran kelenjar gondok,
10
Defisiensi Lodium
Lodium
gangguan fungsI mental, perkembangan fisik
Tabel 3.5 Penyakit Akibat Kekurangan Mineral dan Elektrolit (Sumber: Laporan Depkes 2012)
Tabel diatas menunjukan macam-macam penyakit sebagai dampak dari kekurangan vitamin dan mineral. Padahal vitamin dan mineral dikenal sebagai mikronutrients, merupakan salah satu komponen yang penting dari nutrisi. Tanpa komponen tersebut, akan banyak anak-anak yang mengalami cacat lahir, kebutaan, dan mengalami ketidakmampuan untuk belajar dengan baik. Usia dua tahun pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan gizi cukup yang dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan faktor eksternal berupa asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Berdasarkan data WHO 2011, prevalensi anak gizi kurang di Indonesia mencapai 13% dan untuk angka kematian akibat gizi buruk mencapai 54%. Menurut data Riskesdas tahun 2010, prevalensi kasus gizi kurang pada anak di propinsi Jawa Tengah sebesar 17,9% dan untuk gizi buruk mencapai angka 4,9%. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah praktik pemberian makanan pada anak yang tidak tepat. Berdasarkan
43
data WHO 2010, 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak tepat dan 90% diantaranya terjadi di negara berkembang.
B. Analisis Situasi Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu serta adanya dukungan keluarga dan lingkungan. Pengetahuan dan sikap ibu akan mempengaruhi asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama anak. Pendidikan gizi pada orang tua atau keluarga yang mempunyai anak dapat merubah perilaku dari keluarga terutama dalam pemberian makan. Pemberian asupan makan yang tepat akan banyak dipengaruhi oleh keluarga sehingga dapat mempengaruhi asupan makan dan status gizi anak. Pemberian makanan yang tepat meliputi pemberian makan utama dan camilan pada anak. Sikap ibu mengenai makanan pada anak akan mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian makan anaknya. Sikap ibu dalam pemberian makan pada anak dapat mempunyai risiko 2,7 kali terhadap praktik ibu, dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang tidak mempengaruhi perilaku.
Umur No
Subjek
Perilaku Ibu
(Bulan) Anak tidak suka mengkonsumsi sayur sehingga ibu akan 1
20 menyuapi anak dengan tambahan lauk dan kuah sayur. Ibu
44
tidak mau mencoba menyuapi anak dengan sayur, dengan alasan
anak
anak
tidak
suka.
Ibu
tidak
mencoba
memperkenalkan sayur pada anak, dengan anggapan anak akan suka sayur bila sudah besar. Anak
terbiasa
diberikan
makanan
camilan
sebelum
mengonsumsi makanan utama, sehingga anak tidak terlalu banyak menghabiskan makanan utamanya. Hal ini dilakukan 2
12 agar anak terpancing mengonsumsi makanan utama, walau terkadang makanan utama sering tidak habis dikarenakan anak sudah kenyang karena telah mengonsumsi makanan jajajanan. Anak terbiasa mengonsumsi bakwan setiap harinya. Hal ini dikarenakan anak hanya mau mengonsumsi sayur dalam bentuk bakwan. Namun sayur yang digunakan di dalam bakwan hanya berupa kubis dan wortel. Ibu tidak mencoba modifikasi
3
12 makanan lain dikarenakan ibu beranggapan ribet bila hanya mempersiapkan makanan untuk anak saja sedangkan tugas 11 rumah yang harus ibu lakukan cukup banyakk. Sehingga menurut ibu, bakwan merupakan pemilihan yang praktis. Anak lebih suka mengonsumsi makanan camilan sehingga anak susah untuk makan utama. Ibu hanya menyuapi anak tidak
4
16 lebih dari 3-4 sendok. Selebihnya anak diberikan makan krupuk, biskuit, roti yang biasa di jual di warung, Ibu tidak
45
pernah memaksa anak untuk makan dikarenakan anak suka untuk memberontak sehingga ibu akan menunggu anak untuk minta makan. Ibu hanya memberikan makan bila anak meminta, hal ini dikarenakan ibu menganggap bila anak tidak meminta makan berarti anak tidak lapar. Selain itu ibu hanya masak di pagi hari saja namun untuk dimakan dari pagi hingga malam. Ibu memberikan makan anak sesuai dengan saran dari tetangga 5
15
dikarenakan disekitar rumah mengatakan bahwa anak balita lebih suka mengonsumsi camilan dibandingkan mengonsumsi makanan utama. Sehingga ibu tidak melarang anak dalam memilih makanan yang diinginkan. Pemilihan makanan jajanan anak biasanya dilakukan sesuai dengan keinginan anak seperti coklat dan biskuit yang biasa di jual di warung. Anak susah untuk makan meskipun ibu sudah berusaha membujuk anak untuk makan. Ibu sudah berusaha menyuapi anak agar anak dapat menghabiskan makanannya. Anak
6
19 cenderung suka membeli camilan di warung dikarenakan tetangga rumah yang juga mempunyai anak seumuran suka mengajaknya untuk membeli jajanan di warung. Ibu hanya memberikan lauk ayam goreng pada anak, karena
7
15 anak hanya mau makan bila ada lauk ayam. Ibu pernah
46
mencoba memperkenalkan anak dengan lauk lain, tapi anak susah
untuk
menerimanya.
Sehingga
ibu
lebih
suka
memberikan anak makanan dengan lauk ayam dikarenakan ibu menganggap anak dapat makan dengan lahap. Ibu terbiasa membeli makan di warung untuk lauk, hal ini dikarenakan jumlah anak yang banyak di rumah sehingga ibu malas untuk masak dalam jumlah banyak. Anak susah makan, hanya mau makan 5-6 sendok makan saja.Sehingga ibu akan 8
14
membujuk anak agar dapat makan dengan jajanan yang ada di warung seperti coklat atau kue. Bila anak sudah kenyang dengan jajanan, anak biasa tidak makan siang dan ibu tidak mempermasalahkannya dikarenakan ibu menganggap anak sudah kenyang. Ibu membiasakan anak untuk makan dengan lauk yang seadanya seperti tahu atau tempe goreng, selain itu ibu
9
15 menambahkan sayur bayam walau anak hanya mau makan 2 suap saja. Anak susah makan sayur selain sayur bayam. Anak lebih suka mengkonsumsi mie goreng dengan telur goreng. Anak tidak suka mengkonsumsi makan sayur. Anak
10
16
mau makan nasi namun hanya habis 5-6 sendok saja. Ibu mengikuti
keinginan
anak
untuk
makan
mie
dikarenakan anak dapat menghabiskan makanannya.
goreng
47
Ibu suka membujuk anak untuk makan dengan membelikannya camilan di warung seperti coklat atau makanan ringan. Apabila 11
20
anak sudah mengkonsumsi camilan, anak tidak menghabiskan makanan utamanya. Namun bila ibu tidak membelikan camilan, anak tidak mau makan. Ibu tidak dapat membeli lauk yang cukup dalam keluarga sehingga tidak ada lauk yang khusus untuk anak. Ibu akan
12
18 menyuapi anak dengan krupuk, bakwan atau kue yang ada di warung bila anak masih lapar. Tabel 3.6 Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Anak (Sumber: Laporan Penelitian 2002)
Hasil wawancara pada 12 ibu yang mempunyai anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas menunjukkan ibu masih berperilaku kurang dalam memberikan makan pada anak mereka. Sikap ibu mengenai pemberian makanan pada anak merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku memberikan makanan yang tepat untuk anak. Makanan yang tepat buat anak diberikan agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Sikap ibu yang yang di dapat dari interaksi sosial seperti lingkungan, dapat dengan mudah mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan makanan di rumah. Kebiasaan makan yang diajarkan ibu kepada anak akan mempengaruhi pola makan anak sehingga anak dapat memutuskan makanan yang dikonsumsinya. Data di Indonesia menunjukkan 13% baduta mengalami
48
keterlambatan perkembangan dikarenakan pendapatan yang kurang membuat keluarga tidak dapat membeli makanan yang dapat dimakan seluruh anggota keluarga. Namun status ekonomi pada keluarga kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak (31,5%). Status ekonomi pada keluarga akan berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian makanan yang tepat pada keluarga khususnya anak. Pada wawancara mendalam yang dilakukan, sikap ibu dalam memberikan makanan masih banyak dipengaruhi oleh keinginan anak mereka. Jika balita tidak mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan camilan, maka ibu menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. Hal ini juga di dukung dengan sikap ibu dalam memilih makanan camilan buat anak, pembelian camilan seperti makanan ringan, coklat atau krupuk dianggap dapat menggantikan posisi makanan utama karena anak akan merasa kenyang.
C. Dinas Kesehatan Kota Surakarta Perancangan cergam dan flashcard
Olin suka Sayur-sayuran ini akan
dipublikasikan dan diterbitkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan disebarkan ke beberapa PAUD di Surakarta sebagai bentuk kampanye mengenai pengenalan manfaat serta dampak dari kurangnya mengkonsumsi sayuran bagi anak usia prasekolah. Berikut adalah data dari Dinas Kesehatan Surakarta:
49
1. Logo
Gambar 3.1 Logo Dinas Kesehatan Kota Surakarta (Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta)
2. Visi dan Misi Dalam melaksanakan kegiatannya, Dinas Kesehatan Surakarta mempunyai visi dan misi. Visi Dinas Kesehata Surakarta adalah "Terwujudnya budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan untuk menyangsong Solo Sehat 2010", sedangkan misinya adalah: a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat b. Memberikan kontribusi nyata dalam perberdayaan masyarakat di bidang kesehatan c. Memelihara dan meningkatkan pelayaan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau d. Memelihara dan meningkatkan kesehatn individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. e. Meningkatkan mutu pelayanan menuju Surakarta Sehat.
50
3. Lokasi, kontak, dan website Dinas Kesehatan Surakarta a. Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta b. Nomor Telepon. (0271) 642020, c. Website: www.surakarta.go.id/konten/profil-dinas-kesehatan-kota-surakarta
4. Website
Gambar 3.2 Website Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta (Sumber: www.surakarta.go.id/konten/profil-dinas-kesehatan-kota-surakarta. Di akses 15 Januari 2015)
D. Data Referensi Referensi adalah sumber berupa literatur yang berfungsi sebagai contoh serta pembanding dalam pembuatan objek perancangan. Berikut adalah data bukubuku yang dijadikan referensi pembuatan konsep ilustrasi dan cerita cergam “Olin Suka Makan Sayur”:
51
1. Aku Bisa Makan Sendiri
Gambar 3.3 Buku cerita “Aku Bisa Makan Sendiri” oleh Eka Wardhana (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Penulis
: Nasri Alam Rifani
b. Ilustrator
: Tim Ilustrator Dar! Mizan
c. Penerbit
: DAR! Mizan
d. Editor
: Ali Muakhir
e. Halaman
: 24 halaman
f. Teks Bahasa
: Indonesia, English
g. Tahun Terbit
: November 2009
h. ISBN
: 9789790661189
52
2. Aku Hebat dan Berbakat
Gambar 3.4 Buku cerita “Aku Hebat dan Berbakat” (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Penulis
: Zhizhi Siregar
b. Ilustrator
: Arrahmanrendi
c. Editor
: Wicha SB dan Suryaning Wulan
d. Layouter
: Omenemo Muhsinul Fajri
e. Penerbit
: Bestari Kids
f. Halaman
: 40 halaman
g. Tahun Terbit
: 2014
h. ISBN
: 978-979-063-649-1
53
3. Mengenal Sayuran
Gambar 3.5 Buku Pintar Mengenal Buah & Sayur Pertamaku (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Penulis
: Kak Intan Putri
b. Penerbit
: Idea World Kidz (Distributor Suka Buku)
c. Halaman
: 42 halaman
d. Tahun Terbit
: September - 2012
e. ISBN
: 978-602-7728-07-3
4. Hantu Lucu
Gambar 3.6 Buku cerita “Hantu Lucu” (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
54
a. Penulis
: A. J. Wood
b. Ukuran
: 22 x 27 cm
c. Tebal
: 40 halaman
d. Penerbit : Erlangga for Kids e. ISBN
: 978-979-075-729-5
E. Data Flash Card Glenn Doman adalah pendiri The Institutes for the Achievement of Human Potential ( IAHP ). Beliau telah mengembangkan cara untuk mengajar bayi dan anak-anak sejak usia dini, serta telah membantu anak yang normal, sehat, dan juga anak-anak yang menderita cedera otak atau berkebutuhan khusus. Glenn Doman percaya bahwa mengajar anak-anak sejak usia dini dan 6 tahun pertama kehidupan dapat sangat membantu meningkatkan IQ mereka. Metode Glenn Doman adalah metode yang berfungsi untuk menstimulasi otak anak dengan mengajarkan membaca, matematika, pengetahuan ensiklopedia dan aktifitas fisik sambil bermain. Metode ini dapat diterapkan sejak bayi lahir. Metode Glenn Doman menggunakan alat peraga yang disebut bits of intelligence atau biasa dikenal dengan nama flashcards. Flashcards ini diajarkan kepada anak dengan cara flashing dengan kecepatan yang sangat cepat sekali, yaitu 1 kartu = 1 detik ; dengan total waktu kurang lebih 5 - 10 menit / hari. Dan tujuan utama dari Metode Glenn Doman ini adalah menjadikan anak percaya diri, dan imajinatif.
55
Dalam buku Glenn Doman yang berjudul How to Teach Your Baby Math dan How to Teach Your Baby to Read, diungkapkan bahwa umur keemasan adlah 1-5 tahun. Usia ini adalah jenjang yang paling terbaik dalam mengajarkan membaca, bahasa, dan menghitung. Membaca, bahasa, dan menghitung dapat diberikan melalui media flash card. Semakin dini diberikan akan semakin cepat anak dalam memahami materi pembelajaran. Kartu baca atau flash card akan berfungsi dengan sangat baik hingga umur 4 tahun. Setelah itu akan mulai melambat. Karna fase umur 1-3 tahun pertumbuhan otak anak sangat cepat. Dalam menyerap informasi yang ada, otak anak seperti spons kering yang menyerap air, sangat cepat. Karna itulah usia balita sangat baik dalam memberikan pembelajaran baca dan bahasa. Glenn Doman juga menyatakan bahwa memberikan materi kepada anak melalui media flash card harus dengan konsep bermain. Jadi orang tua dapat bermain-main seperti tebak kata dengan anak-anak. Tim Pendidikan Nasional juga menyatakan agar anak pra-sekolahharuslah bermain, tidak dianjurkan untuk belajar Berikut adalah cara Bermain flashcard dalam metode Glenn Doman: 1. Persiapan a. Memastikan ruangan cukup terang, dan tidak ada suara-suara bising yang mengganggu. b. Untuk melatih kecepatan, sebaiknya orang tua berlatih cara memainkan flashcards sebelum menunjukkannya kepada anak.
56
c. Sebelum bermain flashcards, dianjurkan mengajak anak bermain permainan yang lain yang membuat anak rileks, seperti membaca buku, menyusun balok, mendengarkan musik/lagu anak, dsb. d. Permainan ini harus bisa dinikmati oleh orang tua dan anak anda dalam suasana yang menyenangkan. Jadi, bukan hanya anak. Namun orang tua juga harus dalam keadaan rileks tanpa stress dan rasa terpaksa. e. Jika sudah siap, orang tua harus menginstruksikan dengan antusias dan wajah senang bahwa ia mempunyai kartu flashcards, dan tanyakan apakah anak mau bermain bersama.
2. Belajar membaca a. Orang tua berhadapan dengan anda mereka dengan jarak kira-kira 1 s.d. 1,5 meter. b. Pastikan anak dalam keadaan rileks dan mau bermain flashcards. c. Menyiapkan 10 kartu dari kelompok yang sama, misalnya kelompok “buah”, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri. Halaman kartu yang bergambar berada di bagian depan menghadap ke anak anda. d. Untuk menarik perhatian anak (untuk tahap awal), tunjukkan halaman kartu yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan meletakkannya ke urutan paling depan, sambil mengucapkan dengan jelas nama gambar tersebut, misalnya “APEL”.
57
e. Kemudian baliklah gambar apel tersebut sehingga tulisan “apel” berada di bagian depan, sambil mengucapkan “APEL”. Lakukan tindakan ini dengan cepat, masing-masing tidak lebih dari 1 detik. f. Jangan meminta anak anda mengikuti/mengulang apa yang anda ucapkan. g. Setelah itu, ambil kartu kedua dari kartu yang di urutan paling belakang, kemudian lakukan seperti langkah no. e dan f. h. Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu kesepuluh, dengan kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang ditunjukkan. Menunjukkan kartu dengan cepat ini akan memicu otak kanan untuk bekerja menerima informasi yang ada di kartu. Jika anak anda sudah kelihatan mengerti nama-nama gambar dan juga hubungan antara gambar dengan tulisan, maka langkah no.5 tidak perlu lagi dilakukan, tapi langsung menunjukkan tulisan saja dengan kecepatan 1 detik/kartu. i. Tunjukkan rasa senang anda ketika permainan ini selesai dengan cara memuji anak anda atau memeluk dan menciumnya. j. Permainan bisa diteruskan dengan kelompok kartu yang lain, tetapi sebaiknya hentikan permainan ini ketika anak masih ingin bermain. Hal ini akan membuat anak mau bermain secara berkelanjutan.
3. Mengecek kemajuan anak a. Untuk anak yang belum bisa berbicara 1) Pilih 2 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya kartu “apel” dan “pepaya”. Pegang kedua kartu tersebut di tangan kanan
58
dan kiri anda, kemudian tunjukkan halaman tulisan kata “apel” dan “pepaya” di depan anak anda. 2) Mintalah anak anda mengambil salah satu nama kartu, misalnya, anda mengatakan, “Yang mana apel ?” 3) Tunjukkan rasa senang anda dengan cara memuji ataupun memeluknya, jika anak anda mengambil kartu yang benar. 4) Jika anak anda mengambil kartu yang salah, katakan “Ini pepaya”. Jangan mengatakan, “Salah !”.
b. Untuk anak yang sudah bisa berbicara 1) Ambil 1 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya kartu “apel”. 2) Tunjukkan di depan anak anda, dan tanyakan, “Ini apa ?” 3) Berikan waktu beberapa saat kepada anak untuk berpikir, tapi jangan terlalu lama (kira-kira 5 s.d. 10 detik). 4) Jika anak anda mengatakan dengan benar, tunjukkan rasa senang anda dengan cara memuji ataupun memeluknya. 5) Jika anak anda menyebutkan nama yang salah, katakan “Ini apel”. Jangan mengatakan, “Salah !”.
Catatan : 1. Permainan ini cukup singkat, hanya memerlukan sekitar 10 detik untuk 1 kali permainan. Jika dilakukan dengan benar
dan dalam suasana yang
59
menyenangkan, hasilnya akan sangat efektif untuk perkembangan otak kanan dan kemampuan membaca anak anda. 2. Sebaiknya lakukan permainan flashcards ini 3 kali dalam 1 hari, pagi, siang dan malam. 3. Jika anak anda kelihatan cepat bosan, lakukan 2 kali sehari, ataupun 1 kali sehari. Intinya, sedapat mungkin lakukan supaya anak tetap tertarik melakukannya secara konsisten. 4. Jika anak anda tidak memperhatikan kartu yang anda tunjukkan, kemungkinan dia sudah mengerti informasi kartu tersebut. Jadi, gantilah dengan seri/kelompok kartu yang lain. 5. Jika anak anda sudah kelihatan bosan dan tidak mau bermain lagi, hentikan untuk beberapa hari. 6. Setelah itu tawarkan untuk bermain lagi. Akan lebih baik jika anda punya seri/kelompok lain yang baru. 7. Jika anda punya dotcards, sebaiknya diberi jarak minimal sekitar 30 menit s.d. 1 jam, dan di antara waktu itu anda bermain dengan anak untuk menunjukkan rasa kasih sayang anda. Itu saran dari Glenn Doman, penggagas pertama permainan flachcards ini.
F. Target Cergam dan Flashcard “Olin Suka Makan Sayur” 1. Target Market a. Segmentasi Geografi Wilayah yang dicakup khususnya meliputi wilayah kota Surakarta.
60
b. Segmentasi Demografi 1) Umur(age)
: 22-40 tahun
2) Jenis kelamin
: Laki – laki dan perempuan
3) Status
: Guru
4) Ekonomi
: Semua kalangan
c. Segmentasi Psikografi Anak-anak tetap membutuhkan dorongan dan bimbingan dari orang dewasa untuk mengenalkan dan mengajarkan buku dan flashcard tersebut. Karena penyebaran buku dan flashcard ini dikhususkan pada TK dan Playgroup maka, guru dipilih sebagai target market.
2. Target Audience Target audiens merupakan masyarakat yang mempunyai minat terhadap cergam dan flashcard yaitu sebagai berikut: a. Segmentasi Geografis : Kota Solo b. Segmentasi Demografis 1) Umur(age)
: 3-5 tahun
2) Jenis kelamin
: Laki – laki dan perempuan
3) Pendidikan
: Anak usia pra-sekolah.
4) Ekonomi
: Semua kalangan
c. Segmentasi Psikografis Alasan memilih kelompok umur antara 3-5 tahun adalah dikarenakan anak-anak usia tersebut telah memiliki kecenderungan sulit mengkonsumsi
61
sayur sayuran. Selain itu, dengan disisipkannya metode flashcard atau kartu bergambar dalam perancangan ini akan menjadi pembelajaran yang sangat efektif dalam melatih serta meningkatkan pemahaman kata dan dan kemampuan baca anak.
G. Analisis SWOT Cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur” memiliki kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Data – data diperoleh berdasarkan observasi data dan konsep yang akan divisualisasikan ke dalam cergam dan flashcard untuk mengenalkan anak mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran. Berikut adalah tabel analisis SWOT kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki oleh cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur-sayuran. Analisis SWOT
Cergam & flashcard Olin Suka Makan Sayur 1. Tema cerita
yang
fiktif dan imajinatif dapat
mengembangkan imajinasi anak dan membuat anak lebih antusias mengetahui isi cerita. 2. Konsep storyline yang menggambarkan dampak dari kurangnya mengkonsumsi sayur, dapat memberikan Strength
kesadaran pada anak untuk merubah sikap serta perilakunya dalam mengkonsumsi sayuran. 3. Buku Cergam dilengkapi dengan flashcard yang dapat melatih pemahaman anak terhadap kata dan melatih serta meningkatkan kemampuan baca anak. 4. Manfaat sayuran yang ditampilkan pada flashcard sebagai wacana edukasi untuk menambah wawasan
62
anak mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran. 5. Flashcard menampilkan nama sayuran dalam 2 bahasa. Yaitu bahasa Inggris dan Indonesia yang dapat melatih kemampuan 2 bahasa (bilingual) anak sejak dini. 1. Penyampaian makna cerita melalui teks atau narasi dalam buku tergolong banyak untuk anak usia 3-5 tahun. Weakness
2. Flashcard
yang
disediakan
terbatas,
hanya
bertemakan sayur-sayuran. 3. Buku hanya sebagai materi peraga pembelajaran di sekolah, sehingga tidak diperjual belikan. 4. Tidak menonjolkan unsur budaya lokal. 1. Masyarakat masih membutuhkan buku sebagai media utama yang dipercaya sebagai sumber pembelajaran
Opportunity
(edukasi). 2. Beberapa TK dan Playgroup di kota Surakarta telah terbiasa dalam menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan buku cergam dan flashcard. 1. Buku edukasi sejenis yang menggunakan sarana media yang lebih interaktif, yang dapat ditemukan di tokotoko buku.
Threat
2. Tersedianya materi edukasi lain yang interaktif berbentuk CD program komputer yang menampilkan animasi, hal ini lebih menarik bagi anak-anak. Tabel 3.7 Analisis SWOT
Kesimpulan : Dari hasil analisis diatas, perancangan cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur” mendapatkan hasil yang bagus dalam pemasarannya.
63
Untuk itu, dengan dirancangnya Cergam dan flashcard ini diharapkan mampu mencapai tujuan awal media ini dibuat, yaitu untuk menanamkan kedaran anak sejak dini mengenai pentingnya mengkonsumsi sayur, sekaligus dapat melatih kemampuan baca anak melalui perancangan flashcard.
H. Riset 3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data 1) Data Primer a) Penyebaran angket Angket diseberkan kepada 20 orang tua balita terkait perihal konsumsi masalah anak dalam mengkonsumsi sayur-sayuran di wilayah surakarta dengan mengajukan daftar pertanyaan berikut: ANGKET PERTANYAAN Nama:
Umur:
Pekerjaan:
Alamat:
Ya/ Tidak 1. Apakah anak anda mengalami sulit makan ? a.Ya
b. Tidak
2. Apakah anak anda mau mengkonsumsi sayur-sayuran ? a.Ya
b. Tidak
64
3. Apakah anak anda mengetahui nama sayur-sayuran yang biasa mereka konsumsi ? a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda sudah mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak anda? a . Sudah
b. Belum
5. Apakah anda telah menanamkan manfaat sayuran pada anak anda? a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda sudah mengenal metode Glenn Doman? a. Sudah
b. Belum
7. Sudah pernahkah anda mengajak anak anda bermain sambil belajar menggunakan flashcard ? a. Sudah
b. Belum
NAMA
PERTANYAAN
NO RESPONDEN
1 Y
1
Yuni Irawan
2
Astrini Wijayanti
3
Deliana Pradita
2 T
Y
3 T
Y
4 T
S
5 B
Y
6 T
S
7 B
S
B
65
4
Desi Nursita
5
Dwi Wulan
6
Dewi Ruth
7
Fatikatul Inayah
8
Sandra Dewi
9
Yosi Erviana
10
Pandu Satria
11
Erwin Febrianto
12
Andri Rahmat
13
Triswanto Susilo
14
Wulan Roudatul
15
Anisa Rahma
16
Uswatun Khasanah
17
Ani Susilowati
18
Rudy Setiawan
19
Wiwid Juliani
66
20
Chandra Wayani Tabel 3.8 Jawaban dari 20 Responden
Jawaban Pertanyaan Variabel
Ya/
(Pertanyaan)
Sd
No
Simpulan
Presentase
Terbanyak
Terbanyak
Tidak/ Abstein Blm h Dari 20 responden terdapat 14 Apakah anak memilih YA. anda
1
14
6
-
Jadi kesimpulannya
70%
mengalami anak-anak sulit makan ? mengalami sulit makan. Apakah anak
Dari 20 responden
anda mau
terdapat 3 memilih
mengkonsumsi
YA.
2
3
17
-
15%
sayur-sayuran
Anak-anak tidak
?
menyukai sayursayuran.
67
Apakah anak
Dari 20 responden
anda
terdapat 5 memilih
mengetahui
YA.
nama sayur-
Anak-anal belum
3
5
15
-
25%
sayuran yang
mengetahui nama
biasa mereka
sayur sayuran.
konsumsi ?
Dari 20 responden Apakah anda terdapat 10 sudah memilih SUDAH. mengenalkan Orangtua banyak 4
manfaat
10
10
-
50% yang belum
sayuran mengenalkan kepada anak manfaat kepada anda ? anak mereka Apakah
5
Dari 20 responden
anda
telah
terdapat 8 memilih
menanamkan
SUDAH.
manfaat sayuran
8 pada
anak anda?
12
-
Masih banyak orang tua yang belum menanamkan
40%
68
manfaat sayuran pada anak mereka. Apakah anda
Dari 20 responden
sudah
terdapat 3 memilih
mengenalkan
SUDAH.
metode belajar
Orang tua belum
6
3
17
-
15%
menggunakan
mengetahui metode
flashcard
belajar
untuk anak
menggunakan
anda?
flashcard. Dari 20 responden
Sudah terdapat 4 memilih pernahkah YA. anda mengajak Orang tua belum anak anda 7
4
16
-
pernah
bermain menggunakan flash sambil belajar card sebegai menggunakan metode bermain flashcard ? sambil belaja Tabel 3.9 Rekapitulasi Angket
20%
69
Pertanyaan 7 Pertanyaan 6 Pertanyaan 5 Tidak/Belum
Pertanyaan 4
Ya/Sudah Pertanyaan 3 Pertanyaan 2 Pertanyaan 1 0
5
10
15
20
Grafik 3.1 Jawaban Ya/Sudah Tidak/Belum
Hal tersebut terbukti dari hasil pengumpulan data melalui kuisoner, menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah termasuk usia 35 tahun, sebanyak 70% anak mengalami sulit makan, sedangkan 15% yang menyukai sayur-sayuran. Dari pengumpulan data ini juga terbukti hanya 25% anak sudah mengetahui nama sayur-sayuran yang mereka konnsumsi, 50% orang tua belum mengenalkan bahasa inggris kepada anak mereka dan hanya 15% yang mengetahui tentang metode Gleen Doman, sedangkan yang sudah mengenalkan cara belajar sambil bermain menggunakan flashcard pada anak mereka hanya ada 20%. Maka dari itu, perlu media informasi guna untuk memberikan metode belajar bahasa inggris kepada anak usia dini sekaligus dapat
70
sebagai pengenalan nama sayur-sayuran sehingga anak dapat lebih tertarik mengkonsusi sayyur-sayuran yang baik bagi tubuh mereka. b) Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan terhadap laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013.
2) Data sekunder Data dari internet berupa artikel pada situs berita online.
b. Sumber data 1) Literatur dari buku, artikel, jurnal, maupun internet yang mencangkup tentang perihal obesitas pada anak dan segala resiko penyakit yang menyertainya, serta kajian teori yang mendukung judul penelitian ini. 2) Kuisioner adalah sumber data yang digunakan dalam pencarian data dari pihak ahli maupun target konsumen mengenai respon mereka terhadap masalah sulitnya anak mengkonsumsi sayuran.