BAB III IDENTIFIKASI DATA
A. Candi Cetho
1.
Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah. Dengan jarak 40km dari Solo kita dapat menempuhnya dengan menggunakan kendaraan bermotor, baik itu roda dua maupun roda empat. Komplek Candi Cetho memanjang kebelakang dengan panjang 190m dan lebar 30m pada ketinggian 1496m dari permukaan laut.
Gambar 3.1. Suasana di dalam kawasan Candi Cetho ( Sumber : Dokumentasi pribadi )
20
21
2.
Sejarah Para pakar sejarah kepurbakalaan termasuk arkeolog hingga kini belum mengetahui tepat siapa dan kerajaan mana yang membangun Candi Cetho. Akan tetapi melalui relief – relief serta arca yang ada, mereka berspekulasi bahwa candi ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit menjelang keruntuhannya sekitar abad 14 sampai abad 15. Berdasarkan catatan pada arsip – arsip kuno, ketika ditemukan banyak sekali batu dan patung candi yang berserakan tidak terawat. Sedangkan pada prasasti dinding gapura teras VII terdapat prasasti dengan huruf jawa kuno yang berbunyi “ peringatan pembuatan buku Tirto Surya badannya hilang “
3.
Struktur Bangunan Candi Arsitektur Candi Cetho terlihat sederhana begitu juga dengan relief – reliefnya. Kesan sederhana ini menarik perhatian penulis berkebangsaan Belanda Dr. W.F. Sttuterheim yang bukunya diterjemahkan secara bebas oleh J.K Marto Subroto. Beliau berspekulasi arsitektur dan relief di Candi Cetho sangat sederhana karena pemahat Candi Cetho mungkin seorang pemahat kayu bukan pemahat batu, kemudian adanya kebutuhan yang mendesak untuk tempat pemujaan sehingga pembangunan candi dilakukan dengan tergesa – gesa. Selain itu beliau juga berpendapat jika pada masa itu adalah masa dimana situasi politik,perdagangan dan ekonomi menjelang keruntuhan Majapahit sehingga tidak memungkinkan untuk membangun candi yang besar dan monumental.
22
Komplek candi memiliki 13 teras yang disusun meninggi ke arah puncak dan menghadap ke barat. Masing – masing teras berupa halaman yang di kelilingi oleh tembok dan tangga yang menuju ke teras belakangnya. Namun pada umumnya arca – arca sudah tidak pada tempatnya semula. Selain itu bangunan – bangunan kerangka kayu dan bangunan batu yang sekarang adalah hasil pemugaran pada tahun 1975.
Gambar 3.2. Komplek Candi Cetho ( Sumber : Dokumentasi pribadi )
4.
Areal Candi Cetho a. Nista Mandala Pada saat masuk ke areal Candi Cetho dari pintu depan, akan dijumpai susunan batu berundak – undak atau tangga yang berjumlah 35 anak tangga.
Setelah itu terdapat 3 buah arca atau patung perempuan penjaga
pintu masuk pada teras pertama dan pada teras kedua terdapat arca atau
23
patung penjaga gapura bentar. Konsep gapura bentar pada Candi Cetho merupakan filososfi Hindu, yang memiliki arti suatu proses seorang manusia yang keluar dari rahim seorang ibu yang diharapkan setelah dilahirkan di dunia ini dapat berkarya dalam meniti hidupnya dan harus taat kepada ibunya.
Gambar 3.3. Arca atau patung – patung di area Nista Mandala ( Sumber : Dokumentasi pribadi )
b. Madya Mandala Pada area ini terdapat sebuah bangunan yang berbentuk bujur sangkar yang di dalamnya terdapat susunan batu yang berundak – undak dengan atap yang terbuat dari ijuk atau serabut dari pohon kolang – kaling. Bangunan ini diyakini sebagai tempat persemayaman Eyang Krincing Wesi yang kemudian disakralkan dan dikeramatkan. Setiap hari Anggoro Kasih atau Selasa Kliwon Wukuh Mandosia, penduduk setempat yang
24
mayoritas beragama Hindu mengadakan upacara Pitrayadya (upacara untuk menghormati para leluhur). Selain itu pada area Madya Mandala juga terdapat patung atau arca lain seperti arca Samudra Manthana dan Garudeya, yang digambarkan dengan bentuk burung yang sedang mengembangkan sayapnya dan diatasnya terdapat kura – kura. Arca lainnya berbentuk lingga (alat kelamin laki – laki) yang bersentuhan dengan Yoni (alat kelamin perempuan) yang disatukan dengan bentuk garuda. Kemudian terdapat susunan balok -balok batu yang memiliki relief penggambaran tokoh – tokoh dalam pewayangan.
Gambar 3.4. Arca dan bangunan di area Madya Mandala ( Sumber : Dokumentasi pribadi )
25
c. Bangunan Pada teras ke 8 dan ke 9 terdapat pendopo berbentuk joglo dengan atap bersirap kayu dan kerangkanya terbuat dari kayu jati. Bangunan ini merupakan hasil pemugaran pada tahun 1975/1976.
Gambar 3.5. Bangunan di teras VIII dan IX ( Sumber : dokumentasi pribadi )
d. Utama Mandala Pada teras ke 10 terdapat 6 bangunan yang terbuat dari kayu dan 2 diantaranya terdapat arca Sabdo Palon dan Naya Genggong. Kemudian
26
pada teras ke 11, 12, dan 13 terdapat dua arca Phallus. Pada area Utama Mandala ini juga terdapat candi induk yang bentuknya sama seperti candi induk di Candi Sukuh.
Gambar 3.6. Bangunan dan arca yang ada di area Utama Mandala ( Sumber : dokumentasi pribadi )
27
Gambar 3.7. Candi utama di area Utama Mandala ( Sumber : dokumentasi pribadi )
B. Target Market dan Target Audience Target Market adalah bagian dari pasar yang tersediahi syarat untuk dituju oleh sebuah perusahaan ( Kotler, 2012 ).Dalam konsep pemasaran, pasar merupakan sasaran utama yang dituju oleh perusahaan. Target Market dari coffee table book Candi Cetho adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan segmentasi geografis : Primer
: Solo, Karanganyar, dan sekitarnya
Sekunder
: seluruh Indonesia
2. Berdasarkan segmentasi demografis : Kategori
: umum
Usia
: 25 – 60 tahun
28
Jenis Kelamin
: laki – laki dan perempuan
Sosial Ekonomi
: menengah ke atas
3. Berdasarkan Psikografis : Masyarakat yang menyukai travelling , pecinta fotografi, pecinta alam kolektor karya seni, dan wisatawan baik luar maupun dalam negeri yang ingin mengenal Candi Cetho.
C. Komparasi Dalam sebuah perancangan, perlu adanya komparasi atau pembanding agar dalam perancangan nanti didapatkan hasil yang lebih sempurna dan bermanfaat. Dalam perancangan coffee table book ini penulis menggunakan buku “Borobudur Majestic Mysterious Magnificent” karya Miksic dan John N kemudian buku “Kota Gede : Life Between Walls” karya Revianto Budi Utomo sebagai komparasi. Buku Borobudur Majestic Mysterious Magnificent dipilih karena mempunyai kesamaan dalam menampilkan sebuah situs peninggalan sejarah dan budaya. Sedangkan buku Kota Gede : Life Between Walls yang isinya merupakan gambaran dari keadaaan di sekitar Kota Gede, kehidupan dan arsitektural yang ada di Kota Gede dipilih dari segi kesamaan style fotografi dokumenter yang bertujuan menggambarkan keadaan sebuah wilayah dan bangunan-bangunan bersejarahnya. 1. Coffee Table Book Borobudur Majestic Mysterious Magnificent Data Coffee Table Book ”Borobudur Majestic Mysterious Magnificent “ Penyusun
: Miksic, John N
29
Penerbit
: Tuttle Publishing
Tahun Terbit
: 2011
Harga
: Rp 550.000,00
Cetakan
: Hardcover 272 halaman
Sebuah buku yang mengulas banyak hal tentang Candi Borobudur lewat karya – karya fotografi yang bagus, mulai dari mengenalkan Borobudur sebagai candi Budha terbesar di dunia sampai penceritaan relief – relief dan sejarahnya.
Gambar 3.8. Cover buku Borobudur Majestic Mysterious Magnificent ( Sumber : Google image )
2. Coffee Table Book “ Kota Gede : Life Between Walls “ Buku ini disusun oleh Revianto Budi Santoso dan Bambang Tri Atmojo. Buku ini menggambarkan kehidupan di sekitar Kota Gede dan arsitektural yang ada. Data Coffee Table Book “ Kota Gede : Life Between Walls “ Penyusun
: Revianto Budi Santoso dan Bambang Tri Atmojo
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun Terbit : 2007
30
Harga
: Rp 125.000,00
Cetakan
: Hardcover 172 halaman
Dalam buku ini terdapat tiga ratus frame foto yang diambil mulai drai tahun 1999 sampai tahun 2006. Isi dari buku ini menggambarkan bagaimana kehidupan sehari – hari masyrakat di sekitar Kota Gede dan menyusuri bangunan atau arsitektur yang ada
Gambar 3.9. Cover buku kota gede ( Sumber : Google Image )
D. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Stength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah salah satu cara untuk menganalisis potensi coffee table book “Candi Cetho”. Analisis SWOT coffee table book Candi Cetho menurut penulis adalah :
31
1. Strength ( Kekuatan ) a. Foto yang disajikan pada buku ini cukup menarik sebagai bagian promosi dari Candi Cetho dibandingkan media promosi yang sudah ada. 2. Weakness ( Kelemahan ) a. Informasi yang disajikan pada buku ini kurang lengkap karena sumber informasi yang terbatas. b. Harga buku yang kurang terjangkau bagi masyarakat umum. 3. Oportunity ( Kesempatan ) a. Belum ada coffee table book yang mengangkat tentang Candi Cetho sebelumnya, sehingga menjadi awal promosi Candi Cetho melalui coffee table book. 4. Threat ( Ancaman ) a. Kurangnya minat masyarakat untuk membeli dan membaca buku ini.
Sedangkan untuk tabel analisis SWOT dari komparasi Coffee Table Book Candi Cetho adalah sebagai berikut :
32
Strength
Coffee Table Book
Coffee Table Book
Kota Gede
Borobudur
Life Between Wall
Majestic Mysterious Magnificent
a. Merekam salah satu kota a. Menceritakan kebesaran Candi tua yang pernah menjadi ibu Borobudur yang merupakan candi
( Kelebihan )
kota Keraton Mataram. a.
Hanya
bahasa Weakness ( Kelemahan )
ditulis
inggris
kurang
Budha terbesar di dunia. dalam a. Hanya ditulis dalam bahasa
sehingga inggris sehingga kurang
menjangkau
pasar menjangkau pasar lokal.
lokal
b. Harga buku mahal sehingga kurang
terjangkau
bagi
masyarakat umum.
Oportunity
a. Penggunaan bahasa inggris a. Penggunaan bahasa inggris sehingga dapat menjadi daya sehingga dapat menjadi daya tarik
( Kesempatan )
tarik pasar internasional. a.
Threat
Kurangnya
masyarakat
lokal
pasar internasional.
minat a. Kurangnya minat masyarakat untuk lokal untuk membeli buku ini
membeli buku ini karena karena ( Ancaman )
buku ini ditulis dalam bahasa inggris. inggris.
Tabel 3.1. Analisis SWOT
ditulis
dalam
bahasa