BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Fungsi Produk Rancangan Produk berfungsi sebagai media belajar anak dalam pembatasan penggunaan media elektronik yang berbentuk buku interaktif. Jika dalam segi pengetahuan dan informasi biasanya buku interaktif sangat kurang ditonjolkan dan hanya menyajikan segi interaktif, maka dalam perancangan buku dampak negatif media elektronik aspek interaksi dan informasi dibuat saling melengkapi 1 sama lain. Beberapa jenis buku edukasi atau buku bertema pendidikan sesuai yang dilansir suherlicentre.blogspot.com(2008) klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tentang buku-buku pendidikan diungkapkan terdapat empat jenis, yaitu buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik (2004: 4). Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu 1. Buku Teks Pelajaran 2. Buku Pengayaan 3. Buku Referensi 4. Buku Panduan Pendidik. Dalam ketententuan tersebut dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan naskah, pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah. Buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat melengkapi pendalaman materi dan penambahan wawasan bagi pembaca dari pembahasan materi yang tidak tersaji dalam buku teks pelajaran. Selain itu, buku nonteks pelajaran memiliki pula kedudukan sebagai buku yang dapat menunjang materi atau isi buku teks pelajaran, baik secara filosofis, historis, etimologis, geografis, pedagogis, dan segi 12
lainnya dari materi yang tersaji dalam buku teks pelajaran. Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni akan memiliki kedudukan
sebagai buku
yang melestarikan
kekayaan
Ipteks yang telah
dikembangkan. Berbagai penemuan Ipteks, baik yang telah dikembangkan bangsa lain maupun oleh bangsa Indonesia dapat dilestarikan dalam dokumen tertulis, buku nonteks pelajaran. Sesuai dengan pengertian di atas maka buku nonteks pelajaran berfungsi sebagai bahan pengayaan, rujukan, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan fungsinya sebagai bahan pengayaan, buku nonteks pelajaran dapat memperkaya pembaca (termasuk peserta didik) dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa buku nonteks pelajaran jika diklasifikasikan berdasarkan fungsinya terdiri atas jenis buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik. Ketiga jenis buku nonteks pelajaran ini dapat dikembangkan kembali ke dalam beberapa karakteristik yang lebih khas, seperti uraian berikut ini.
1. Buku Pengayaan Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman ini diartikan buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan kepribadian. Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks pelajaran. Buku pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku pengayaan bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.
13
a. Buku Pengayaan Pengetahuan Sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar pengetahuan yang akan dikembangkan sebagai rencana pengayaan bagi pembaca. Dalam menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan isi atau materi buku. Selain itu, penulis buku pengayaan pengetahuan lebih bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan. Seorang
penulis
buku
pengayaan
pengetahuan
seharusnya
mempersiapkan konsep dasar pengetahuan ini sebagai titik awal penyusunan materi yang akan diperkaya. Materi yang diperkaya ini merupakan materi pengetahuan yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh pembelajar atau pembaca pada umumnya dalam bidang tertentu. Bidang yang dimaksud adalah materi-materi pelajaran yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah, namun belum secara utuh disajikan dalam materi pelajaran. Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni. Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya dapat menetapkan aspek kognitif yang dipandang perlu dikembangkan. Aspek kognitif yang dikembangkan itu jika ditinjau dari sisi edukasi memiliki nilai positif bagi perluasan kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman pembaca. Sebagaimana diungkapkan dalam Taxonomy Bloom (1979: 7), bahwa domain kognitif itu merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau mengorganisasikan
pengetahuan
dan
mengembangkan
kemampuan
intelektual dan keterampilan. Selanjutnya, Bloom (1991: 18) membagi aspek kognitif ke dalam knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create (berkreasi).
14
Ketujuh klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan untuk mengukur aspek kognitif dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang. Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengungkapkan kembali sesuatu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Aspek pemahaman merupakan kemampuan membedakan sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu hal. Aspek penerapan merupakan kemampuan menerapkan atau menggunakan konsep pengetahuan dalam suatu kegiatan. Aspek analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Aspek sintesis merupakan kemampuan meramu atau menggabungkan rincian atau uraian. Aspek evaluasi merupakan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu. Aspek kreasi merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas berdasarkan sesuatu yang telah dikuasainya. Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek yang masih perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena pengembangan aspek kognitif dalam buku teks pelajaran dibatasi oleh ketentuan dan tuntutan Standar Isi. Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku-buku yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge development) pembaca, bukan sebagai science (baik untuk ilmu pengetahuan alam maupun sosial) yang merupakan bidang kajian. Buku pengayaan pengetahuan berfungsi untuk memperkaya wawasan, pemahaman, dan penalaran siswa. Buku pengayaan pengetahuan bagi pelajar akan berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang mampu memberikan tambahan pengetahuan kepada pembacanya, baik yang bersentuhan langsung dengan materi yang dipelajari dalam lembaga pendidikan maupun di luar itu. Suzanne E. Mol, dalam bukunya Interactive book reading in early education: A tool to stimulate print knowledge as well as oral language.” bahwa kualitas membaca buku di ruang kelas sangat dibutuhkan. Dalam konteks lembaga pendidikan, buku pengayaan akan memposisikan peserta didik agar beroleh 15
tambahan pengetahuan dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku teks pelajaran tidak diperoleh informasi pengetahuan yang lebih lengkap dan luas sebagaimana tertuang dalam buku pengayaan.
b. Buku Pengayaan Keterampilan Istilah keterampilan seringkali diasosiasiasikan dengan kemampuan psikomotorik, sebagai suatu istilah yang mengarah pada makna penerapan dari kemampuan pengetahuan dan sikap seseorang. Dalam konteks pengembangan kemampuan seseorang terdapat empat bidang kemampuan utama manusia, yakni (l ) kemampuan dasar (2) kemampuan umum (3) kemampuan vocasional (4) kemampuan akademis. Keterampilan
merupakan
suatu
kemampuan
dasar
dalam
melaksanakan tugas. Kemampuan tersebut disebut sebagai keterampilanketerampilan awal yang sifatnya essensial yang harus dikuasai sebelum mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan menghitung, mencari hubungan antara ruang dan waktu; memberikan nama; mengkomunikasikan dengan yang lain adalah contoh kemampuan dasar (Semiawan, l988:17-18). Pada sisi lain istilah keterampilan juga mengarah pada kecakapan vokasional yang ditandai dengan penerimaan dan peningkatan kecakapan yang bersifat praktis. Kecakapan ini berhubungan dengan keterampilan pekerjaan, sekalipun dalam tahapan yang paling awal seperti pra-karya. Namun, lebih jauh kemampuan ini mengarah pada kekhususan atau kejuruan (Saodih: 2004:34). Dalam kaitan ini, yang dimaksud dengan buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam rangka
16
meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memperkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis. Buku pengayaan keterampilan tersebut dibuat untuk menjadi bahan bacaan bagi seluruh peserta didik, para pendidik, para pengelola pendidikan dan anggota masyarakat lainnya yang meminati dan menginginkan kemampuan dasarnya menjadi bertambah kaya, khususnya dalam kecakapan praktis yang dibutuhkan dalam hidupnya. c. Buku Pengayaan Kepribadian Sebelum menulis buku pengayaan kepribadian, seorang penulis seharusnya menetapkan terlebih dahulu konsep dasar kepribadian yang akan dikembangkan sebagai rencana pengayaan dan peningkatan kualitas kepribadian pembaca. Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan seharusnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan baik dari segi konsep dasar maupun perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar kepribadian yang dimaksud, harus dapat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, baik secara secara personal maupun kolektif. Nilainilai kemanusiaan maksudnya bahwa materi yang disajikan dapat membangun dan menguatkan mental-emosional pembacanya, mendorong kedewasaan pribadi, membangun kewibawaan dan percaya diri, mengembangkan keteladanan, mendorong sikap empati dan mengembangkan kecakapan hidup. Tentu saja hal ini harus sesuai dengan lingkungan sosial budaya Indonesia. Dalam konteks ini, “insan Indonesia cerdas dan kompetitif” merupakan pribadi yang cerdas spiritual dan kematangan beragama, cerdas emosional dan sosial, serta cerdas intelektual. Selain itu, buku yang ditulis juga mendorong kecerdasan kinestetik (karya) dan mampu membangun jiwa produktif dan kompetitif.
17
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin pembaca. Buku pengayaan kepribadiranyaan berfungsi sebagai bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lain pada umumnya yang dapat memperkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin.
2. Buku Referensi Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang sesuatu hal. Penyajian materi jenis buku ini disusun secara sistematis sehingga pembaca dapat menemukannya secara cepat dan tepat. Buku referensi biasanya memberikan informasi dasar yang menjadi rujukan ketika orang berusaha memahami suatu istilah atau konsep, baik tentang sesuatu yang umum atau sesuatu yang bersifat khusus (dalam suatu bidang keilmuan tertentu). Jenis buku-buku referensi bermacam-macam. Namun, pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok buku referensi yaitu kamus, ensiklopedia, dan peta atau atlas. Beberapa jenis lainnya seperti standar instalasi kelistrikan, mesin otomotif, tabel logaritma, kumpulan data-data statistik, dan sebagainya juga dapat dikelompokkan sebagai buku referensi. suherlicentre.blogspot.com(2008)
B. Kelompok Data Berkaitan Dengan Estetika Produk Rancangan Buku mengadaptasi gaya gambar dan warna colourfull dari kebanyakan buku anak. Jenis ilustrasi yang dipakai adalah gaya kartun yang tidak terlalu rumit dan juga menyesuaikan karakteristik anak. Menata, menyusun dan memadukan unsur-unsur grafis menjadi media belajar anak yang menarik dan mendukung pencapaian tujuan secara cepat dan tepat.
18
Menurut Baldinger (1986:120), ilustrasi adalah seni membuat gambar yang berfungsi untuk memperjelas dan menerangkan naskah. Sedangkan menurut Jan D. White (1982:110) ilustrasi adalah sebuah tanda yang tampak di atas kertas, yang mampu mengkomunikasikan permasalahan tanpa menggunakan kata. Ia dapat menggambarkan suasana, seseorang, dan bahkan objek tertentu agar dapat menarik penggambaran suasana yang dapat membawa pembacanya ke alam cerita. Gambar ilustrasi adalah gambar atau bentuk visual lain yang menyertai suatu teks, tujuan utama dari ilustrasi adalah memperjelas naskah atau tulisan dimana ilustrasi itu dikumpulkan (Ensiclopedia Americana, 1977,No;14:787). Perry Nodelman dalam bukunya “Words about pictures: The narrative art of children's picture books”, menjelaskan ilustrasi merupakan salah satu unsur informasi. Wojirsch berpendapat, ilustrasi merupakan gambaran pesan yang tak terbaca yang dapat menguraikan cerita, berupa gambar dan tulisan, yaitu bentuk grafis informasi yang memikat. Sehingga dapat menielaskan makna Yang terkandung didalam pesan tersembunyi (1995). Ilustrasi bisa dengan mudah menampilkan komponen kecil dari atom, bahkan ilustrasi merupakan cara yang efektif untuk menunjukkan ide atau konsep yang abstrak. Ilustrasi dapat bersifat humoris, dekoratif, sesuai dengan kenyataan atau serius. (Lisa Graham, Basic of Design Layout and Typhography, 2002 : 175-176). Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut. Ilustrasi In-context adalah Ilustrasi yang menggambarkan adegan-adegan penting dalam kaitannya dengan cerita, mewakili keseluruhan isi cerita dalam bentuk yang ringkas dan padat. Jamye Brookshire dalam bukunya "The influence of illustrations on children's book preferences and comprehension." dan Lee Galda “The Reading Teacher”, menjelaskan bahwa ilustrasi berpengaruh besar terutama pada pemahaman anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Phaidon (dalam Pratiwi, 2011:33) bahwa tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan suatu cerita, diharapkan dengan bantuan visual tulisan tersebut lebih mudah dicerna.
19
Sedangkan ilustrasi out-context yaitu ilustrasi yang menggambarkan adeganadegan yang tidak penting dalam kaitannya dengan cerita, tidak mewakili keseluruhan isi cerita. Gambar ilustrasi adalah gambar yang sifatnya menerangkan atau visualisasi dari suatu uraian, baik berupa berita, cerita, karangan atau naskah. Berdasarkan penampilannya, gambar ilustrasi memiliki bentuk yang bermacam – macam. Diantaranya : 1. Gambar Ilustrasi Naturalis Gambar ilustrasi naturalis adalah gambar yang memiliki bentuk dan warna yang sama dengan kenyataan (realis) yang ada di alam tanpa adanya pengurangan atau pun penambahan.
` Gambar 3.1 Peter karya Arthur Rackham sumber : https://flavorwire.com/306958/ the-20-most-beautiful-childrens-books-of-all-time.html
2. Gambar Ilustrasi Dekoratif Gambar ilustrasi dekoratif adalah gambar yang berfungsi untuk menghiasi sesuatu dengan bentuk yang disederhanakan atau dilebih – lebihkan (dipergaya).
20
Gambar 3.2 PetitPrince oleh Antoine de Saint-Exupéry sumber : https://flavorwire.com/306958/ the-20-most-beautiful-childrens-books-of-all-time.html
3. Gambar Kartun Gambar kartun adalah gambar yang memiliki bentuk – bentuk yang lucu atau memiliki cirri khas tertentu. Biasanya gambar kartun banyak menghiasi majalah anak dan cerita bergambar.
Gambar 3.3 The Forest Breeze Childrens oleh Evan Raditya Pratomo sumber : http://shadowness.com/evanrp/airplane-captain
21
Untuk membuat gambar ilustrasi, seseorang perlu menguasai gambar bentuk (tumbuhan dan alam benda), gambar anatomi (manusia dan hewan), serta teknik desain tata letak dengan baik yang nantinya akan berguna untuk menambah pemahaman maksud ilustrasi. Dalam menentukan sebuah ilustrasi yang baik untuk anak, kita juga harus memahami unsur-unsur ilustrasi seperti :
a. Gambar Menurut Haralick & Shapiro, gambar adalah sebuah representasi spasial dari fenomena objek, adegan, atau lainnya. Sedangkan menurut James B. Pawley, Gambar adalah sesuatu yang bisa dilihat dan terdiri dari beberapa pertemuan ruang antara beberapa fitur. Komposisi yang terkait juga dengan tata letak atau layout, kemudahan ditangkap dan dibaca maksud ataupun pesan yang terkandung didalamnya, termasuk kemampuan membangun kesan, persuasif dan bahkan sugestif baik gambar maupun teks di dalam buku.
b. Typografi Tipografi atau bahasa Inggris Typography (berasal dari kata bahasa Yunani typos= bentuk dan graphein = menulis) merupakan teknik dan seni mengatur huruf menggunakan gabungan bentuk huruf cetak, saiz fon, ketebalan garis, garis pandu (line leading), jarak aksara, dan ruang huruf untuk menghasilkan hasil seni aturan huruf dalam bentuk fizikal atau digital. Menurut Danton Sihombing di dalam bukunya yang berjudul Tipografi Dalam Desain Grafis (2001:2), huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Dari segi Typografi penggunaan huruf disesuaikan dengan kemampuan anak dalam membaca. Beberapa font sans sheriff digunakan karena huruf ini biasa diaplikasikan
dalam media belajar anak
untuk membaca.
Di
laman
senschgraph.wordpress.com(2013) dijelaskan tentang Sintaksis dalam tipografi yang memiliki pengertian sebagai sebuah proses penataan elemen-elemen visual ke dalam kesatuan bentuk yang kohesif. Studi terhadap sintaksis tipografi dimulai 22
dari elemen komposisi yang terkecil yaitu huruf, kata, garis, kolom dan margin. Sintaksis tipografi tidak memiliki aturan yang baku. Namun, dalam proses perancangan tipografi, penggunaan logika-logika dan prinsip-prinsip persepsi visual yang diterapkan dalam setiap pendekatan kreatif akan secara bertahap melahirkan suatu sistematika penataan elemen-elemen visual huruf. 1) Focal Point Tugas perancang grafis adalah menarik perhatian penglihat dengan menciptakan suatu pola rancangan visual yang secara cepat dapat menstimulasi penglihat lewat pokok penekanan (focal point). Namun, sebagai catatan, focal point yang gamblang tidak merupakan keharusan untuk menciptakan sebuah rancangan yang berhasil. Dalam desain tipografi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan focal point dengan berbagai kemungkinan sebagai contoh berikut ini. a) Ketika sebuah elemen terisolasi dari kelompok elemen yang lain maka elemen itu akan menjadi focal point. Dengan melakukan pemisahan, sebuah elemen akan menjadi properti visual yang penting. b) Pada desain sampul buku ini focal point terletak pada nama penulisnya dengan mengubah parameter pada ukuran huruf. c) Headline pada salah satu dari lembaran buku laporan tahunan (annual report) disamping ini merupakan focal point lewat cara mengisolasi headline serta penggunaan kontras pada huruf yang dicetak negatif (reversed type). Semenjak focal point terlalu umum digunakan sebagai salah satu dari perangkat artistik, kadang untuk menarik perhatian penglihat, kehadiran focal point dihilangkan. Pada akhirnya focal point hanya digunakan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dari rancangan serta pesan yang akan disampaikan. 2) Grid System Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai
23
perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid systems seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik. Walaupun tidak ada aturan-aturan yang baku mengenai penentuan besarnya margin, namun, pemanfaatan ukuran margin yang tepat memberikan dalam visual terhadap keseluruhan rancangan. Margin yang berbeda-beda ukuran dapat menciptakan ruang asimetris yang lebih dinamis. Sebagai catatan, grid systems sangat diperlukan sebagai dasar pola dalam menyusun huruf dan gambar dalam jumlah yang banyak, seperti buku, brosur, majalah, dan lain sebagainya. Untuk rancangan yang berjumlah satu halaman atau sedikit, penerapan grid systems kadang sering diabaikan. 3) Alignment Dalam sebuah perancangan tipografi penataan baris (alignment) memiliki peranan penting sebagai penunjang legibitility serta estetika dari rancangan. Huruf-hirif dalam beberapa baris dapat disejajarkan dengan lima cara sebagai berikut. a. Rata Kiri (flush left) Layak digunakan untuk naskah yang panjang atau pendek. Bagian kanan susunan huruf menghasilkan bentuk iregular yang memberi kesan dinamis.
Gambar 3.4 Rata kiri Sumber : Risca (2015)
24
b. Rata Kanan (flush right) Hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf-huruf per barisnya hampir setara.
Gambar 3.5 Rata kiri Sumber : Risca (2015)
c. Rata Tengah (centered) Hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf yang seimbang pada tiap barisnya.
Gambar 3.6 Rata tengah Sumber : Risca (2015)
d. Rata Kiri-Kanan (justified) Layak digunakan untuk naskah yang panjang. Keteraturannya memberikan kesan bersih dan rapi. Namun, jarak antar kata harus diperhatikan bila jumlah huruf tidak sebanding dengan lebar kolom.
Gambar 3.7 Rata kiri-kanan Sumber : Risca (2015)
25
A. Warna Warna termasuk salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur–unsur visual yang lain (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 4). Sadjiman Ebdi Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan.Ali Nugraha (2008:
34)
mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan
oleh benda–benda yang dikenai
cahaya tersebut. Selanjutnya,
Endang Widjajanti Laksono (1998: 42) mengemukakan bahwa warna merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga unsur yang penting dari pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Lebih lanjut, warna dibagi menjadi dua menurut asal kejadian warna, yaitu warna additive dan subtractive (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005: 17–19). Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Teori Brewster membagi warna–warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster dipaparkan sebagai berikut: 1). Warna Primer Warna primer adalah warna dasar yang tidak berasal dari campuran dari warna–warna lain. Secara teknis, warna merah, kuning, dan biru bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning, dan cyan. Oleh karena itu, apabila menyebut merah, kuning, biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta, sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan.
Gambar 3.8 Warna Primer Sumber : Risca (2015)
26
2). Warna Sekunder Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna–warna primer menghasilkan warna–warna sekunder. Warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning. Warna hijau adalah campuran biru dan kuning. Warna ungu adalah campuran merah dan biru.
Gambar 3.9 Warna Sekunder Sumber : Risca (2015)
3). Warna Tersier Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna–warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Pengertian tersebut masih umum dalam tulisan tulisan teknis.
Gambar 3.10 Warna Tersier Sumber : Risca (2015)
4). Warna Netral Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau
27
cat akan menghasilkan coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna–warna kontras di alam.
Gambar 3.11 Warna Netral Sumber : Risca (2015)
C. Kelompok Data Berkaitan Dengan Teknis Produk Rancangan Dalam segi teknis buku memiliki beberapa sistem interaktif. Dari studi banding di buku lain, beberapa buku hanya memiliki 1 sistem, misalnya hanya pop up saja dan sebagainya. Dari segi ukuran dan berat, buku lebih untuk dibaca dilantai atau meja jika hanya dibaca sendiri oleh anak-anak, namun jika dibaca bersama oleh orang dewasa buku bisa diangkat sambil dibacakan untuk anak-anak. Dalam segi produksi dipilih dengan menggunakan material yang kuat dan tidak mudah sobek, agar saat dipakai terutama dibagian interaktif buku tidak cepat rusak. Selain itu pertimbangan atau referensi dalam membuat buku adalah mengetahui jenis dan macam-macam Teknik Cetak, seperti yang dilansir chairini.blogspot.com (2013) antara lain :
1. Cetak Tinggi (Relief) Produk khas cetak tinggi antara lain : stempel, embos (tulisan timbul), hot leafsteam. Jadi bisa dikatakan teknik cetak tinggi paling tua. Pengguna cetak paling banyak cetak offset (cetak datar). Cetak tinggi (relief) adalah proses cetak timbul atau menonjol artinya dimana bagian mencetak (BM) dan bagian tidak mencetak (BTM) dalam acuan cetaknya adalah tidak sama datar atau tinggi di acuan cetak dan bersentuhan langsung pada bahan cetak.
28
2. Cetak Datar (Offset) Cetak offset adalah salah satu teknik cetak secara tidak langsung karena menggunakan media perantara dimana bagian mencetak (BM) bertinta ditransper lebih dahulu dari plat ke lembaran karet (blanket) lalu ke bahan cetak. Cetak datar/offset adalah cetak yang dimana bagian mencetak (BM) dan bagian tidak mencetak (BTM) pada acuan cetak berada sama datar 3. Cetak Dalam Hampir ada persamaan dengan cetak datar dan cetak digital dengan segala peralatannya serta kapasitas mesinnya hingga menghasilkan prosuk cetakannya. Seperti : benang emas, hologram, uang, materai, dan lain-lain. 4. Cetak Sharing (Sablon) Cetak sharing adalah cetak secara langsung dimana acuan cetak dan bahan cetaknya ketemu lanngsung dengan tinta oleh gaya tekan (degel) kuas/rakel dengan bersifat pencurahan tinta secara sharing/rembes keatas bahan cetak, cetak ini biasanya disebut sablon. Cetak ini terhitung cetak secara manual dengan kapasitas cetakan sedikit standar atau tidak terlalu banyak. Contohya : berupa kaos, spanduk, bet nama, stiker, dan lain-lain. 5. Cetak Digital Cetak digital adalah cetak secara send to print berpusat dari perintah data dari komputer. Cetak digital adalah sebuah teknologi cetak saat ini terbilang modern yang memungkin lebih sedikit tenaga kerja karena sebuah teknologi yang sudah canggih hingga beberapa teknis kerja dapat dilakukan oleh komponen mesin cetak tersebut. Saat ini contoh produk digital adalah baleo yang menggunakan media MMT, baner, poster, bahkan cetak-cetak full color lainnya. Namun biasanya cetak digital tidak terlalu dalam atau banyak dari pada cetak offset.
29
Selain pertimbangan atau referensi dalam Teknik Cetak, pembuatan sebuah buku juga perlu mengetahui jenis dan macam-macam teknik jilid atau binding. Dalam pembuatan sebuah buku, beberapa teknik –teknik jilid yang biasa diterapkan antara lain: 1. Teknik jilid kawat Teknik ini umumnya digunakan untuk buku dengan ketebalan yang tipis antara 4 sampai 80 halaman. Jilid kawat mengharuskan jumlah halaman berkelipatan 4 agar tidak ada halaman kosong. 2. Jilid spiral Teknik jilid ini menggunakan kawat spiral. Biasa digunkan untuk agenda, annual report, buku note. Ukuran spiral sendiri paling kecil 6,4 mm dan paling besar 31,8 mm. 3. Jilid benang Teknik ini sering digunkan dalam pembuatan buku hard cover. Untuk jumlah hlaman dijahit biasanya dihitung berdasarkan jenis dan gramatur bahan, adapula jumlahnya trdiri dari per 8, 16, 24, dan 32 halaman. 4. Jilid Lem panas Teknik jilid ini paling banyak digunakan dalam proses finalisasi sebuah buku. Teknik ini dinilai paling gampang dan kuat untuk sebuah buku. Contoh paling banyak digunakan untuk buku novel, komik, dan buku nonfiksi lainnya sampai buku company profile, portofolio dan lainnya.
30
D. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Ekonomi Produk Rancangan
Dalam pemilihan bahan atau material buku dipilih yang kuat dan kaku agar buku tidak mudah rusak. Dari segi ekonomi, memang bahan terhitung lebih mahal. Tapi dari segi kekuatan pastinya lebih berpengaruh banyak dalam pembuatan buku Interaktif. Bahan duplex tidak bisa langsung di print di mesin cetak offset, sehingga tidak memungkinkan untuk proses pencetakan biasa. Maka itu proses cetak dipakai pada penggunaan kertas stiker yang dipilih untuk ditempel di kertas duplex. Ditambah lagi harga buku edukatif dipasaran yang memang terbilang lumayan mahal. Untuk harga buku lokal dipasaran bisa mencapai angka puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah antara 45.000 ribu sampai 100.000 rupiah. Ditambah lagi, jika buku memiliki sistem interaktif yang memang terbilang sulit di bagian pembuatannya, maka harga akan lebih mahal. Dan jika buku tersebut adalah produk impor, maka harga akan diatas 200 ribu per eksemplar. Maka itu dari segi biaya memang lebih mahal, namun stiker sudah memiliki tekstur yang bagus , yaitu tekstur yang halus dan licin sehingga sudah tidak perlu ditambahkan biaya laminasi lagi. Selain itu kisaran harga buku edukasi-interaktif dipasaran memang terbilang mahal, sehingga target konsumen lebih kepada kalangan menengah keatas.
31