BAB III DATA & ANALISA PERANCANGAN
A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Perancangan buku anak bertema buah-buahan sebagai media baca dalam menambah wawasan dan pengetahuan seputar buah-buahan mulai dari nama buah, ciri fisik buah (bentuk, warna, rasa), kandungan vitamin, dan manfaat buah bagi kesehatan guna meningkatkan minat mengkonsumsi buah bagi masyarakat kota-kota besar di Indonesia terutama golongan usia anak-anak. 1.
Bacaan Anak Bacaan anak atau sastra anak (bahasa Inggris: children's literature) adalah
genre sastra yang ditulis dan diterbitkan untuk anak-anak. Walaupun demikian, bacaan anak bisa saja disukai serta dibaca remaja dan orang dewasa. Selain itu, sejumlah cerita yang sekarang dianggap klasik, dulunya ditulis untuk orang dewasa. Menurut definisi Asosiasi Perpustakaan Amerika, buku anak adalah buku yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca dan minat anak-anak dari kelompok umur tertentu atau tingkatan pendidikan, mulai pra-sekolah hingga kelas enam sekolah dasar. Termasuk kedalam kategori ini adalah buku nonfiksi dan novel untuk remaja, buku karton tebal (board book), buku lagu anak, buku mengenal alfabet, belajar berhitung, buku bergambar untuk belajar membaca, buku bergambar untuk belajar konsep (picture book), dan buku cerita bergambar (picture story book). Bacaan anak umumnya ditulis dengan kalimat yang singkat, serta pilihan kosakata dan tata bahasa yang lebih sederhana dibandingkan sastra dewasa. Selain dibaca di dalam hati, teks dimaksudkan agar bisa dibaca keras-keras oleh anak. Buku juga dibacakan keras-keras oleh orang dewasa untuk anak yang belum bisa membaca. Nancy Anderson mengelompokkan bacaan anak menjadi enam kategori yaitu:
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Buku bergambar pra-sekolah (pengenalan huruf, angka, bentuk, warna dan sebagainya, buku dengan kalimat yang berirama dan berulang, buku bergambar tanpa kata-kata/silent book) 2. Sastra tradisional (mitos, dongeng, cerita rakyat, legenda, sajak) 3. Fiksi (fantasi, fiksi modern, fiksi sejarah) 4. Biografi dan autobiografi 5. Ilmu pengetahuan 6. Puisi dan syair Menurut Haditono (1992) yang dikutip oleh Permata (2009:4), menyebutkan bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan mereka. Menurut Ikhsan (2009:9), pada masa belajar dasar, setiap anak diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan usia tiap tingkatannya. Pelajaran yang akan diajarkan mengenai hal-hal seperti agama, budi bahasa, berhitung, membaca (lebih tepatnya mengenal aksara dan ejaan), bernyanyi, bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan temanteman sepermainannya, dan berbagai macam keterampilan lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal bermacam-macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik/motorik, kognitif, bahasa, seni dan kemandirian. Menurut Daely (2007:16) mengutip dari Abin Syamsudin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Kependidikan (1991), pada masa ini anak sudah menguasai 2500 kata, dan mereka sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis, pada tingkat ini tingkat berpikirnya sudah lebih maju, mereka banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Dengan alasan inilah mengapa media pembelajaran berupa buku dapat menjadi media yang efektif untuk anak-anak.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Lift the Flap Andreas Vesalius (1514-1564), adalah seorang profesor anatomi dari
Brussels yang menerapkan movable book pada bukunya yang berjudul, De Humani Corporis Fabrica Librorum pada 1543. Para medis menyebut naskah ini dengan istilah lift the flap. Lift the flap dikemas dengan menyusun/menumpuk beberapa kertas, lalu mengunci salah satu sisi susunan kertas dan menyisakan sebagian besar bagian kertas agar dapat dibuka dan ditutup kembali. Lift the flap merupakan teknologi yang diciptakan dari material kertas yang mampu menjadi sarana para medis untuk menjelaskan bagaimana susunan anatomi tubuh manusia, sebelum adanya teknologi yang lebih canggih seperti saat ini. Andreas Vesalius memanfaatkan teknologi kertas ini untuk menjelaskan hasil pengamatannya mengenai anatomi tubuh manusia dengan melakukan pembedahan-pembedahan selama 4 tahun. Terdapat perguruan tinggi di bidang kesehatan yang masih menyimpan naskah ini. Bahkan beberapa diantaranya pernah mengadakan pameran koleksi lift the flap book tentang anatomi yang usianya telah mencapai ratusan tahun itu. Pameran ini mendapat respon yang sangat baik dari berbagai kalangan.
Gambar 3.1 Anatomical fugitive sheet, 1566 (sumber: dgi-indonesia.co.id)
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Teknologi buku semacam ini memiliki peranan yang sangat penting yang disertai pula dengan berkembangnya teknik cetak, sehingga buku dapat diproduksi
secara
massal.
Perpaduan
keduanya
menjadikan
ilmu
pengetahuan (salah satunya tentang anatomi) menjadi semakin luas dan mudah untuk dipelajari. Sampai sekarang pun lift the flap masih sering kita jumpai di pasaran, dengan istilah yang sama dengan awal kemunculannya di bidang medis. Istilah inilah yang akhirnya semakin akrab dikenal dengan mekanisme kertas yang menyerupai teknik membuka dan menutup jendela. Pada tahun 1765, penerbit Robert Sayer memproduksi lift the flap book sebagai media hiburan baik untuk anak-anak maupun dewasa. Lift the flap menjadi semakin berkembang dengan kekuatan ciri khas teknik yang dari dulu hingga kini masih dipertahankan. Mekanisme yang sederhana dan ramah kiranya menjadikan lift the flap lebih dekat dengan target pasar anak-anak. Manfaatnya besar, secara tidak langsung kegiatan melihat, membuka dan menutup gambar pada lift the flap dapat melatih perkembangan motorik pada anak-anak.
Gambar 3.2 Lift the flap (sumber: dgi-indonesia.co.id)
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lift the flap dan pop-up pada produksi buku di masa kini, entah disadari atau tidak keduanya seolah tampak berdiri sendiri-sendiri. Bahkan bisa saja istilah movable book juga menjadi lebih asing lagi, yang akhirnya membuat kita tidak tertarik untuk mengetahui apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya. Lift the flap dan pop-up merupakan satu garis dari kisah perjalanan movable book. Memang, pada perkembangannya masing-masing tampak memiliki ciri tersendiri. Namun, sebenarnya mereka adalah satu rangkaian proses perkembangan. Baik lift the flap maupun pop-up adalah satu keluarga dalam movable book. Lift the flap dapat kita nikmati pada saat kita membuka susunan kertas (bertumpuk) yang terdapat pada halaman kertas.
Gambar 3.3 Beberapa teknik dasar lift the flap yang dapat diterapkan (sumber: dgi-indonesia.co.id)
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.
Buah Menurut Utami (2006) yang dikutip oleh Permata (2009), buah adalah
suatu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari. Fungsi buah adalah bukan sebagai makanan pokok, melainkan sumber vitamin dan mineral, sumber serat, sumber zat fungsional, dan sumber memperoleh kesenangan. (Poerwanto, 2008). Menurut Anonim (2003) yang dikutip oleh Gardjito dan Saifudin (2011), tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia masih rendah yaitu sekitar 40 kg/kapita/tahun. Sementara standar yang ditetapkan FAO yaitu sekitar 60 kg/kapita/tahun. Jika dibandingkan dengan masyarakat Eropa dan Amerika yang telah mencapai 70 kg/kapita/tahun, bahkan penduduk Jepang telah mencapai 95 kg/kapita/tahun. Padahal jika dibandingkan dengan negara Indonesia, ketersediaan lahan di negara-negara tersebut sangat terbatas. Dari penjelasan diatas, terdapat masalah dimana ketika Indonesia termasuk kedalam negara penghasil buah yang cukup besar, hal ini tidak diimbangi dengan tingkat konsumsinya. Maka untuk itu diharapkan dengan perancangan buku ini akan dapat berdampak pada meningkatnya minat konsumsi buah karena masyarakat akan lebih paham mengenai kegunaannya. No. 1
Nama Buah
Struktur Buah Bentuk: bulat, bulat-oval Warna: kulit luar (hijau), daging buah (kuning mentega) Rasa: tidak manis, gurih, daging buahnya lunak Vitamin: A, B, B6, C, dan E
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Bentuk: bulat Warna: ungu, merah, dan hijau Rasa: manis, asam-manis Vitamin: A, B kompleks, C, dan K
3
Bentuk: bulat, lengkung atas dan bawah Warna: kulit luar (merah), daging buah (putih kekuningan) Rasa: manis, asam-manis, daging buahnya renyah dan sedikit berair Vitamin: A, B, dan C
4
Bentuk: bulat, lengkung atas Warna: kulit luar (hijau muda), daging buah (merah muda) Rasa: manis, daging buahnya lunak Vitamin: A, B kompleks, C, E, dan K
5
Bentuk: bulat Warna: kulit luar (hijau kekuningan dan oranye), daging buah (kuning dan oranye) Rasa: asam-manis, daging buahnya memiliki bulir-bulir Vitamin: A, B1, dan C
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Bentuk: bulat, agak runcing pada bagian bawah Warna: kulit luar (hijau muda dan hijau tua), daging buah (putih) Rasa: manis dan segar Vitamin: B3, B5, B6, dan C
7
Bentuk: bulat, bulat memanjang Warna: kulit luar (hijau kekuningan), daging buah (kuning dan oranye) Rasa: manis, asam-manis Vitamin: A, B kompleks, C, D, dan E
8
Bentuk: bulat Warna: kulit luar (hijau muda), daging buah (hijau muda kekuningan) Rasa: manis, daging buahnya berair Vitamin: A dan C
9
Bentuk: bulat memanjang Warna: kulit luar (oranye kecoklatan), daging buah (kuning cerah) Rasa: manis, asam-manis dan sedikit berair Vitamin: A, B1, dan B6
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Bentuk: bulat memanjang Warna: kulit luar (hijau kekuningan), daging buah (oranye kemerahan) Rasa: manis, daging buahnya lunak dan sedikit berair Vitamin: A, B1, B2, B3, B5, C, E, dan K
11
Bentuk: bulat, bulat-oval Warna: kulit luar (hijau kekuningan dan kuning), daging buah (putih kekuningan) Rasa: manis segar, daging buahnya berair Vitamin: B kompleks, C, dan K
12
Bentuk: bulat-panjang Warna: kulit luar (hijau kekuningan dan kuning), daging buah (putih kekuningan dan kuning) Rasa: manis, daging buahnya lunak Vitamin: A, B1, B2, B6, dan C
13
Bentuk: bulat Warna: kulit luar (larik-larik hijau), daging buah (merah) Rasa: manis segar, daging buahnya banyak mengandung air Vitamin: A dan C
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Bentuk: bulat, bulat-oval Warna: kulit luar (hijau), daging buah (putih) Rasa: manis, asam-manis, daging buahnya berserat dan berair Vitamin: B1, B2, dan C
15
Bentuk: bulat-oval Warna: merah cerah Rasa: asam-manis dan sedikit berair Vitamin: pro-vitamin A, vitamin B, B1, B2, B3, B6, E, dan K
Tabel 3.1 struktur buah (sumber: pribadi, 2017)
B. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Estetika Produk Rancangan Perancangan lift the flap book dengan tema buah-buahan menggunakan penyesuaian terhadap pemilihan jenis gambar/ilustrasi, warna, tipografi yang menggambarkan karakter usia anak-anak. Menata atau menyusun elemen grafis menjadi tampilan buku yang baik dan menarik juga dipertimbangkan dari aspek estetika (keindahan). 1.
Gambar/Ilustrasi
Wojirsch (1995) berpendapat bahwa ilustrasi merupakan gambaran pesan yang tak terbaca yang dapat menguraikan cerita, berupa gambar dan tulisan, yaitu sebagai bentuk grafis yang memikat. Sehingga dapat menjelaskan makna yang terkandung di dalam pesan tersembunyi. Kelompok gambar/ilustrasi berdasarkan gaya ilustrasi terbagi menjadi tiga yaitu:
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Realistis Gambar ilustrasi bergaya realistis yaitu penggambaran ilustrasi makhluk hidup, benda mati, dan objek lainnya semirip mungkin menyerupai bentuk aslinya. b. Kartunal Gambar ilustrasi bergaya kartunal yaitu penggambaran ilustrasi makhluk hidup, benda mati, dan objek lainnya tidak terlalu mirip menyerupai bentuk aslinya sehingga terkesan lebih lucu. c. Dekoratif Gambar ilustrasi dekoratif adalah gambar yang berfungsi untuk menghias sesuatu dengan bentuk yang disederhanakan atau bahkan dilebih-lebihkan.
2.
Warna
Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Teori Brewster membagi warna-warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster yang dipaparkan sebagai berikut: a. Warna primer Warna primer adalah warna dasar yang tidak berasal dari campuran warnawarna lain. Secara teknis, warna merah, kuning, dan biru bukan pigmen dari warna primer. Tiga pigmen warna primer adalah magenta, yellow dan cyan. Oleh karena itu, jika menyebut warna merah, kuning, dan biru sebagai pigmen warna primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebut magenta, biru kurang akurat untuk menyebut cyan. b. Warna sekunder Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989:18) membuktikan bahwa campuran warna-warna primer menghasilkan warna-warna sekunder. Sebagai contoh, warna jingga merupakan hasil campuran dari warna merah
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan kuning, warna hijau merupakan hasil campuran dari warna biru dan kuning, dan warna ungu adalah hasil campuran dari warna merah dan biru. c. Warna tersier Warna tersier merupakan hasil campuran dari satu warna primer dengan satu warna sekunder. Sebagai contoh, warna jingga kekuningan didapat dari percampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna-warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. d. Warna netral Warna netral adalah hadil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dengan sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen akan menghasilkan warna coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras. (Sulasmi Darmaprawira W.A, 2002:56), teori lingkaran warna dari Munsell mengambil tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah dengan kode (M), kuning dengan kode (K), dan biru dengan kode (B). Apabila dua warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder, maka akan dihasilkan warna netral. Beberapa hasil penelitian menurut Maitland Graves dari bukunya yang berjudul The Art of Color and Design, menyebutkan bahwa: 1. Warna panas/hangat adalah keluarga dari warna kuning, jingga, dan merah. Sifatnya positif, agresif, aktif, dan merangsang. 2. Warna dingin/sejuk adalah keluarga dari warna hijau, biru, dan ungu. Sifatnya negatif, mundur, tenang, tersisih, dan aman.
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.
Tipografi Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul Tipografi
dalam Desain Grafis (2001:2), huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Tipografi sebaiknya tidak dipahami sebatas memilih jenis huruf. Tipografi adalah soal mengorganisasikan huruf. Pengorganisasian tersebut tak sebatas memilih jenis huruf yang cocok untuk headline, subheadline, body text, caption, dan lain-lain. Pengorganisasian di sini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk/anatomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka. Pemilihan jenis huruf juga dengan memerhatikan kelengkapan seri huruf seperti regular, bold, bold italic, italic. Tipografi pun termasuk ke dalam prinsip konstanta dan variabel. Misalkan, body text surat kabar atau jurnal umumnya merupakan konstanta, baik jenis maupun ukuran. Sedangkan untuk headline selain memiliki konstanta pada jenis huruf biasanya memiliki variabel ukuran dengan alasan pertimbangan keseimbangan ruang. Disamping itu, body text yang konstanta berkaitan dengan hitungan jumlah karakter yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ruang/kolom.
4. Layout Dalam buku berjudul Layout, Dasar & Penerapannya (Surianto Rustan, 2008), layout diartikan sebagai: “Tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya. Definisi layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan me-layout itu sama dengan mendesain”. Prinsip layout antara lain urutan, penekanan, keseimbangan, kesatuan, dan konsistensi. Urutan menunjuk pada aliran membaca. Penekanan menunjuk
pada
objek-objek
penting
dalam
urutan
pembacaan.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Keseimbangan menunjuk pada pembagian berat ruang, termasuk ruang isi dan ruang kosong. Kesatuan menunjuk pada usaha menciptakan kesatuan objek, termasuk ruang secara keseluruhan. Konsistensi menunjuk pada kontrol estetik tampilan keseluruhan. Konsistensi kian terasa pada penerbitan berkala. Konsistensi selain sebagai kontrol estetik terutama berguna bagi koordinasi keseluruhan material yang di-layout. Disamping lima prinsip di atas, terdapat dua prinsip lagi yang penting terutama untuk layout penerbitan berkala. Dua prinsip tersebut yaitu konstanta dan variabel. “Konstanta adalah elemen-elemen yang konstan, elemen yang selalu dipertahankan, sedangkan variabel adalah elemenelemen yang berubah” (Koskow, Merupa Buku, hlm 171-172).
C. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Teknis Produk Rancangan Dari segi teknis buku ini menghadirkan lift the flap atau lipatan jendela kertas. Ukuran dan berat buku ini memiliki ukuran medium (sedang) dan berat bukunya cukup ringan, sehingga buku ini bisa dibaca oleh anak-anak dengan cara sambil duduk atau bisa diletakkan di atas meja. Sedangkan dari segi produksi material kertas yang dipilih adalah jenis kertas yang cukup tebal dan kuat, dan pastinya yang tidak kalah penting adalah pemilihan teknik cetak untuk produksi cetak buku. 1.
Teknik Cetak a. Cetak tinggi (relief) Cetak tinggi (relief) adalah proses cetak timbul atau menonjol, artinya dimana bagian mencetak dan bagian tidak mencetak dalam acuan cetaknya adalah tidak sama datar atau tinggi di acuan cetak dan bersentuh langsung pada bahan cetak. b. Cetak datar (offset) Cetak offset adalah salah satu teknik cetak secara tidak langsung karena menggunakan media perantara dimana bagian yang mencetak bertinta ditransfer terlebih dahulu dari plat ke lembaran karet (blanket) lalu ke bahan cetak. Cetak datar (offset) adalah teknik cetak dimana bagian
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mencetak dan yang tidak mencetak berada sama datar pada acuan cetaknya. c. Cetak dalam Hampir ada persamaan terhadap teknik cetak digital maupun cetak datar (offset) dengan segala peralatan serta kapasitas mesinnya. d. Cetak saring (sablon) Cetak saring adalah teknik cetak secara langsung dimana acuan cetak dan bahan cetaknya bertemu langsung dengan tinta oleh gaya tekan kuas/rakel bersifat pencurahan tinta secara saring ke atas bahan cetak, jenis cetak ini biasa disebut sablon. Cetak ini terhitung cetak secara manual dengan jumlah kapasistas cetakan sedikit atau standar. e. Cetak digital (digital print) Cetak digital adalah teknik cetak secara send to print berpusat pada perintah data dari komputer. Cetak digital adalah sebuah teknologi cetak saat ini terbilang modern yang memungkinkan lebih sedikit tenaga kerja karena teknologi yang sudah canggih hingga beberapa teknis kerja dapat dilakukan oleh komponen mesin cetak tersebut.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Teknik Jilid a.
Jilid kawat
Gambar 3.4 jilid kawat (sumber: printondemand.co.id)
Jilid buku ini umumnya digunakan untuk buku dengan ketebalan yang tipis antara 4-80 halaman. Jika memilih teknik jilid ini harus memperhatikan jumlah halaman buku. Jilid kawat mengharuskan jumlah halaman buku berkelipatan 4, jadi sesuaikan jumlah halaman agar tidak ada halaman yang kosong.
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Jilid spiral
Gambar 3.5 jilid spiral (sumber: printondemand.co.id)
Teknik jilid spiral sesuai dengan namanya menggunakan kawat spiral, yang perlu diperhatikan dalam memutuskan penggunaan jilid spriral pada sebuah buku adalah sisi dalam buku untuk diberi margin (jarak) lebih lebar dari sisi atas dan bawah. Hal ini untuk menghindari bagian dalam buku agar tidak terambil dari posisi lubang spiral.
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c.
Jilid benang
Gambar 3.6 jilid benang (sumber: printondemand.co.id)
Teknik ini sangat berkaitan erat dengan buku hardcover karena tekniknya yang banyak digunakan dalam pembuatan buku hardcover. Jahit buku merupakan salah satu teknik penjilidan pada buku selain jilid kawat, spiral dan lem panas (perfect binding). Untuk jumlah halaman yang dijahit bisa berapa saja tapi biasanya dihitung berdasarkan jenis dan gramatur bahan. Maksudnya adalah semakin besar gramatur bahan maka semakin sedikit halaman yang di jahit, hal ini dikarenakan terkadang jika terlalu tebal, jahitannya jadi kurang bagus dan membuat buku terlihat kurang rapih setelah di lem panas.
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Jilid lem panas (perfect binding)
Gambar 3.7 jilid lem panas (sumber: printondemand.co.id)
Jilid lem panas mungkin adalah teknik jilid yang paling banyak digunakan dalam proses finalisasi sebuah buku. Selain teknik jilid ini dinilai paling gampang dan kuat untuk sebuah buku, teknik jilid lem panas (perfect binding) hampir cocok digunakan untuk berbagai macam jenis buku. Jenis buku yang paling banyak menggunakan teknik jilid lem panas adalah buku-buku cerita seperti novel, komik, dan buku non fiksi lainnya sampai buku company profile, portofolio dan masih banyak lagi.
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
D. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Ekonomi Produk Rancangan Kenya Hara, Designing Design, terjemahan Maggie Kinser Hohle dan Yukiko Naito (Baden: Lars Muller, 2007:201), menyebutkan bahwa jika media elektronik dianggap sebagai peralatan praktis untuk pengungkapan informasi, buku adalah pahatan informasi. Sejak saat ini, buku mungkin akan dinilai menurut seberapa baik mereka membangkitkan materialitas tersebut karena keputusan untuk menciptakan sebuah buku akan didasarkan pada pilihan pasti, yaitu pada kertas sebagai medianya. Terhadap pemilihan jenis material kertas untuk buku ini dipilih jenis kertas art carton yang terbilang lebih tebal dan kuat dari jenis kertas art paper. Dari segi ekonomi, biaya produksi cetak terbilang cukup mahal karena menggunakan material kertas art carton dan teknik jilid hardcover, sehingga biaya yang dibutuhkan cukup besar. Namun jika ditinjau dari segi kekuatan buku ini akan berpengaruh terhadap daya tahan lama. Kisaran harga pasar dari buku-buku anak yang menggunakan full color pada setiap halaman dan dijilid hardcover terbilang mahal yaitu sekitar Rp 150.000 s/d Rp 200.000 per eksemplar. Target market lift the flap book “buah itu sehat” adalah masyarakat yang tinggal di kota-kota besar sehingga tingkat konsumennya lebih mengarah kepada tingkat menengah sampai tingkat ke atas.
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/