BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi Untuk dapat mengukur keberhasilan dan implementasi Rencana Strategis Tahun 2013-2018 ditetapkan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja. Rincian pengukuran kinerja berisi indikator kinerja, serta pencapaian target masing-masing kegiatan dan sasaran, yang disajikan dalam bentuk formulir Pengukuran Kinerja. Penetapan indikator kinerja kegiatan berdasarkan pada kelompok masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome). Untuk satuan pengukuran indikator ditetapkan dalam bentuk
kabupaten/kota, unit,
paket, kegiatan, lokasi dan lain sebagainya. Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan visi, misi dan tujuan pembangunan kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan, maka program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 dituangkan dalam bentuk formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Rencana Kinerja Tahun 2015 merupakan
implementasi
Rencana Strategis Pembangunan Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013–2018. Kegiatan ini mencakup kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2015 tersebut, kegiatan yang dilaksanakan mencakup pelaksanaan 47 (empat puluh tujuh) kegiatan/DPA-SKPD dan anggaran APBN
meliputi 1 (satu) DIPA 1
(satu) kegiatan untuk mendukung 5 (lima) sasaran strategis.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 28
Secara ringkas pencapaian kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015, yang meliputi 5 (lima) sasaran dapat digambarkan dalam tabel berikut: No. 1.
Sasaran (20132018) Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan
Indikator Kinerja (2015) - Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sebanyak 16 lokasi/tahun - Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi sebanyak 2 unit/tahun
2.
3.
Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu
Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa Lingkungan di Bidang Kehutanan
Target 16 lokasi/ tahun
Tingkat Capaian (%) 143,75
2 unit
400,00
- Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan seluas 250 Ha/tahun
250 Ha/ tahun
187,14
- Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 unit/tahun - Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan seluas 200 Ha/tahun
3 unit/tahun
100,00
200 Ha/ tahun
992,50
- Luas Hutan Tanaman seluas 60.000 Ha/tahun
60.000 Ha/tahun
121,67
4.
Meningkatkan Produktifitas sumber daya hutan
- Produksi Kayu dari Hutan Tanaman sebesar 4,125 Juta M3/tahun
4,125 Juta m3/ tahun
119,59
5
Meningkatkan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
- Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan sebesar Rp. 20,00 M/tahun
Rp. 20,00 M/tahun
156,70
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 29
Berdasarkan
pengukuran
kinerja
terhadap
sasaran
yang
dituangkan pada masing-masing sasaran pada tahun 2015, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sasaran 1: Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan. Indikator
kinerja
yang
digunakan
dalam
pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi
Satuan Lokasi/Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 16 23
Unit/Tahun
2
8
Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas
dan Jumlah Kelembagaan
Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi telah berhasil dicapai. Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 30
% 143,75
400,00
1.1. Jumlah Rencana Lokasi Permasalahan Kawasan Hutan yang Dapat Ditindaklanjuti dengan Tata Batas sebanyak 16 lokasi. Berkenaan dengan indikator kinerja jumlah
rencana
lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, kegiatan identifikasi dan rekonstruksi batas kawasan hutan terhadap permasalahan/kasus kawasan hutan yang merupakan salah satu tugas pokok
dan fungsi Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran
pertama serta target dan
capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas
Satuan Lokasi/ Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 16 23
% 143,75
Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 16 lokasi.
Realisasi Jumlah Rencana
lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sebanyak 23 lokasi, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 143,75%. Keberhasilan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 31
Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan ( sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi
antar
instansi/lembaga,
dan
kebijakan
dari
pemerintah.
Grafik Target dan Realisasi Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 Pada tahun 2015 pelaksanaan identifikasi permasalahan kawasan hutan di 16 (enam belas) lokasi dengan sumber dana APBD antara lain: 1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Bero Jaya Timur. . 2) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Beji Mulyo. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pulai Gading. 4) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Cogong di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 32
5) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Hulu Tumpah di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. 6) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Kungku Kabupaten Rawas. 7) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Galang Tinggi. 8) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Kota Baru. 9) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Sinar Marga. 10) Kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambu – Bukit Nanti – Mekakau Kabupaten Lahat di wilayah Desa Penindaian. 11) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Ulak Dabuk. 12) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Tanjung Ning. 13) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Dingin Kabupaten Muara Enim di Wilayah Desa Segamit 14) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Mulyo Sari. 15) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Lubuk Tua. 16) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Jajaran baru I dan Desa Jajaran Baru.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 33
Hasil kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Permasalahan Tenurial
Kawasan
Hutan
dengan
sumber
dana
APBN
dilaksanakan di 7 (tujuh) lokasi yaitu : 1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di wilayah Desa Way Cacahan. 2) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Teluk Beringin. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pangkalan Bayat. 4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pagar Desa. 5) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Muara Bahar. 6) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Banyuasin di wilayah Desa Teluk Tenggulang. 7) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Suka Damai, Desa Beji Mulyo dan Desa Tungkal Jaya.
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja
Satuan
1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas
Lokasi/ Tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Capaian 2015 (%)
Capaia n 2013 (%)
143,75
33,33
(%) ratarata capaian 88,54
Page 34
Ket
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas
Capaian Realisasi 2014 2015 Lokasi/ 16 23 Tahun
Satuan
Naik Ket (Turun) 7 Naik
Indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 sebanyak 23 lokasi, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 16 lokasi, mengalami peningkatan sebesar 7 lokasi.
Grafik
Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas tahun 2014-2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 35
Berdasarkan grafik jumlah
rencana lokasi permasalahan
kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata
batas
meningkat tajam dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015. Indikator kinerja Jumlah
rencana lokasi permasalahan
kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata sampai
dengan
tahun
2015
sebanyak
23
lokasi,
batas apabila
dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 20132018 dengan total 53 lokasi, maka Jumlah
rencana lokasi
permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas baru dicapai sebesar 43,40%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Rencana Lokasi Permasalahan Kawasan Hutan Yang Dapat Ditindaklanjuti dengan Tata Batas Tahun 2015 dan Target pada RPJMD Pencapaian sasaran kinerja tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 36
Kehutanan
Provinsi
Sumatera
Selatan
Tahun
2015
yang
mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a.
Program Pengukuhan Kawasan Hutan (APBD) a.1. Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah pelaksanaan identifikasi permasalahan kawasan hutan di 23 (dua puluh tiga) lokasi antara lain: 1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Bero Jaya Timur. . 2) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Beji Mulyo. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pulai Gading. 4) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Cogong di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. 5) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Hulu Tumpah di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. 6) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Kungku Kabupaten Rawas. 7) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Galang Tinggi. 8) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Kota Baru.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 37
9) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Sinar Marga. 10) Kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambu – Bukit Nanti – Mekakau Kabupaten Lahat di wilayah Desa Penindaian. 11) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Ulak Dabuk. 12) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Tanjung Ning. 13) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Dingin Kabupaten Muara Enim di Wilayah Desa Segamit 14) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Mulyo Sari. 15) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Lubuk Tua. 16) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Jajaran baru I dan Desa Jajaran Baru. 17) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di wilayah Desa Way Cacahan. 18) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK)
Sungai
Lilin
Bertak
Kabupaten
Musi
Banyuasin di wilayah Desa Teluk Beringin. 19) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pangkalan Bayat. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 38
20) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pagar Desa. 21) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Muara Bahar. 22) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Banyuasin di wilayah Desa Teluk Tenggulang. 23) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK)
Sungai
Lilin
Bertak
Kabupaten
Musi
Banyuasin di wilayah Desa Suka Damai, Desa Beji Mulyo dan Desa Tungkal Jaya. b. Program Inventarisasi Sumber Daya Hutan Tingkat Provinsi (APBD) b.1. Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: a) Laporan dan Data potensi Sumber Daya Hutan pada Kawasan Hutan di 5 (lima) Kabupaten berupa 8 dokumen laporan hasil ISDHTP Tahun 2015, sebagai berikut: 1. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL Mekakau di Kabupaten OKU Selatan seluas 37.396 Ha dengan sampling 37,4 Ha. 2. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL Peraduan Gistang dan HL Saka di Kabupaten OKU Selatan masing-masing seluas 167.593 Ha dan 10.425 Ha dengan sampling 167,59 Ha dan 10,43 Ha.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 39
3. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL. A. Telang, HL Muara Musi, HL P. Payung, HL Pulau Rimau di Kabupaten Banyuasin
seluas 30.168 Ha dengan
sampling 30,17 Ha. 4. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Air Tebangka dan HP Air Niru di Kabupaten OKU seluas 44.200 Ha dengan sampling 44,20 Ha. 5. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP dan HPT Lubuk Batang di Kabupaten OKU dan Muara Enim seluas 26.407 Ha dengan sampling 26,41 Ha. 6. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Mangsang Mendis di Kabupaten Musi Banyuasin
seluas
58.854 Ha dengan sampling 58,85 Ha. 7. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Martapura dan HP Air Laye di Kabupaten OKU Timur seluas 21.321 Ha dengan sampling 21,32 Ha. 8. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Meranti S. Merah dan HPT Merabti Dangku di Kabupaen Musi Banyuasin
seluas 39.231 Ha dengan sampling
39,23 Ha. b) Buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014
b.2. Kegiatan Pengelolaan Databesa, Internet dan Jaringan Data Spasial Kehutanan Daerah (JDSKD) Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: jumlah daerah
infrastruktur jaringan data spasial kehutanan berupa
Website
Dinas
Kehutanan
Provinsi
Sumatera Selatan sebanyak 1 set
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 40
c.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan Lingkungan
dan Evaluasi
Hidup dan Kehutanan
Indikator
kinerja
(output)
kegiatan
berupa
tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
1.2. Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang Beroperasi sebanyak 2 unit. Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan saat ini belum dikelola secara intensif dan dimanfaatkan secara optimal. Kondisi tersebut disebabkan karena belum adanya pengelolaan hutan pada tingkat tapak yaitu Kesatuan Pengelolaan
Hutan
(KPH),
baik
itu
berupa
Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi maupun Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota pada saat ini lebih bersifat pengadministrasian kegiatan-kegiatan kehutanan. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari maka seluruh kawasan hutan dibagi dalam KPH. KPH tersebut
dapat
berbentuk
Kesatuan
Pengelolaan
Hutan
Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL),
maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP). Hal ini menjawab permasalahan yang muncul saat ini, misalnya kondisi hutan yang memperihatinkan ditandai dengan meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 41
investasi
di
bidang
kehutanan,
rendahnya
kemajuan
pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal trade, merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, serta meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya
strategis
dalam
bentuk
deregulasi
dan
Sumatera
Selatan
telah
debirokratisasi. Kawasan ditetapkan
hutan
sebagai
Provinsi
KPH
sesuai
Keputusan
Menteri
SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010.
No.
Penetapan
Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan terbagi menjadi 24 Unit KPH terdiri dari 14 unit KPH Produksi seluas 2,059,461 ha dan 10 unit KPH Lindung seluas 498,941 ha.
Penetapan
tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaan pada setiap unit KPH. Menurut letak wilayah kerjanya, penetapan KPH tersebut terdiri atas lintas kab/kota 4 unit KPH dan 20 unit KPH terletak di dalam kabupaten/kota.
Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2011,
Kelembagaan
KPH yang wilayahnya lintas kab/kota dibentuk dengan Perda Provinsi dan KPH yang wilayahnya dalam kab/kota dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota. Kelembagaan KPH Model yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2014 sebanyak 6 unit, antara lain: 1. KPHL Model Unit I Pantai Timur Banyuasin 2. KPHP Model Unit III Lalan Mangsang Mendis Musi Banyuasin 3. KPHP Model Unit IV Meranti Musi Banyuasin 4. KPHP Model Unit V Rawas Musi Rawas Utara 5. KPHP Model Unit VI Lakitan Musi Rawas 6. KPHP Model Unit VII Benakat Bukit Cogong Provinsi Sumatera Selatan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 42
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran pertama serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi
Satuan Unit/Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi % 2 8 400,00
Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 2 unit. Realisasi
Jumlah
Kelembagaan
Kesatuan
Pengelolaan
Hutan/KPH yang beroperasi sebanyak 8 unit, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang
beroperasi telah berhasil dicapai dengan
tingkat capaian 400,00%.
Keberhasilan pencapaian ini tidak
terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan,
Dinas
Kehutanan
Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta),
koordinasi antar
instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
Dalam rangka memenuhi peraturan perundangan dan percepatan pembangunan KPH, maka kegiatan Pembentukan KPHP tahun 2015 antara lain fasilitasi pembangunan KPH berupa sosialisasi, koordinasi dan monitoring serta penyiapan prakondisi KPH pada unit-unit KPH di Provinsi Sumatera Selatan. Progres Pembangunan KPH sampai dengan tahun 2015 yaitu : LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 43
a. Pembentukan Kelembagaan KPH. Dari 22 Unit KPH, telah terbentuk 19 organisasi KPH yang berbentuk UPTD dan SKPD, yaitu : 1. UPTD KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009, ditingkatkan menjadi SKPD pada tahun 2012 2. SKPD KPHP Unit VI Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014 3. UPTD KPHP Unit V Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2010 4. SKPD KPHP Unit IV Meranti Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012 5. UPTD KPHL Unit I Banyuasin Kabupaten Banyuasin tahun 2013 6. UPTD KPHP Unit II Lalan Sembilang Kabupaten Banyuasin tahun 2013 7. UPTD KPHL Unit XII Ogan Ulu Kabupaten Muara Enim Tahun 2013, serta 8. SKPD KPHP Unit VII dan Unit VIII Benakat Bukit Cogong Provinsi Sumatera Selatan (Peraturan Daerah Provinsi Sumsel No.16 Tahun 2013) 9. SKPD KPHP Unit XIV dan Unit XX Subanjeriji Martapura Provinsi Sumatera Selatan (Peraturan Daerah Provinsi Sumsel Tahun 2013) 10. UPTD KPHL Unit VII Dempo Kota Pagar Alam 11. UPTD KPHL Unit XV Bukit Nanti Kabupaten OKI 12. UPTD KPHL Unit XVI Peraduan Gistang Kabupaten OKU Selatan 13. UPTD KPHL Unit XVII Mekakau Kabupaten OKU Selatan 14. UPTD KPHL Unit XVIII OKU Selatan 15. UPTD KPHL Unit XIX Saka Kabupaten OKU Selatan 16. UPTD KPHL Unit XXI Lempuing Kabupaten OKI LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 44
17. UPTD KPHL Unit XXII Mesuji Ilir Kabupaten OKI 18. UPTD KPHL Unit XXIII Sungai Lempur 19. UPTD KPHL Unit XIV Sungai Batang Riding
b. Penetapan KPH Model 1. KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2010 2. KPHP Unit VI Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 3. KPHP Unit V Rawas Kabupaten Musi Rawas Tahun 2012 4. KPHP Unit IV Meranti Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012 5. KPHP Unit VII Benakat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012 6. KPHP Model Unit I Pantai Timur Banyuasin
Penetapan wilayah KPH perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan pembentukan kelembagaan dan penyusunan rencana pengelolaan. Kabupaten yang belum membentuk Kabupaten Lahat dan Empat Lawang.
Pembentukan kelembagaan KPH
mengalami kendala antara lain Pemerintah Daerah yang belum membentuk kelembagaan KPH terkait dengan kondisi daerah masing-masing peserta sumber daya manusia, dana, serta kondisi penataan organisasi di dalam Kabupaten.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 45
Grafik Target dan Realisasi Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja
2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi
Satuan
Capaian 2015 (%)
Capaian 2013 (%)
Unit/Tahun
400,00
225,00
(%) ratarata capaian 312,50
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 46
Ket
Indikator Kinerja 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi
Satuan Unit/ Tahun
Capaian Realisasi 2014 2015 6 8
Naik (Turun) 2
Indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang
beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 8 unit,
apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 6 unit, maka indikator Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi mengalami peningkatan sebesar 2 unit.
Grafik Jumlah Kelembagaan KPH yang beroperasi tahun 2014-2015 Berdasarkan grafik beroperasi
tahun
Jumlah kelembagaan KPH yang
2014-2015,
pelaksanaan
pembentukan
kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dari tahun 2014 mengalami peningkatan pada tahun 2015 mencapai jumlah 2 unit. Dengan demikian maka pencapaian sasaran kinerja berupa LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 47
Ket Naik
terlaksananya jumlah kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang beroperasi tercapai dengan capaian kinerja 400,00%. Indikator
kinerja
Jumlah
Pengelolaan Hutan/KPH yang
Kelembagaan
Kesatuan
beroperasi pada tahun 2015
sebanyak 8 unit, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode
2013-2018 dengan total 13 unit, maka
Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi baru dicapai sebesar 61,54%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Kelembagaan KPH yang beroperasi tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
Pencapaian sasaran kinerja tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 48
a. Program
Pembentukan
Kelembagaan
Kesatuan
Pengelolaan Hutan/KPH (APBD) a.1. Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: 1. Terbentuknya kelembagaan KPH di Kabupaten OKU Selatan (3 unit KPHL dan 1 unit KPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan
Kabupaten
OKU
Selatan
dan
terbentuknya kelembagaan KPH di Kabupaten OKI (4 unit KPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten OKI . 2. Laporan hasil inventarisasi biogeofisik pada 4 (empat) plot di wilayah tertentu KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura di Kabupaten Muara Enim, untuk mendukung proses penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah II Palembang. 3. Laporan hasil Sosekbud pada 4 (empat) desa yang berada di sekitar wilayah tertentu KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura di Kabupaten Muara Enim, untuk mendukung proses penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah II Palembang.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 49
4. Data dan informasi terbaru tentang perkembangan pembangunan KPH di Provinsi Sumatera Selatan sebagai bahan untuk fasilitasi oleh Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan
mengenai
kebijakan pembangunan KPH.
2. Sasaran 2: Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu Indikator
kinerja
yang
digunakan
dalam
pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan 2 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu Dari
tabel
menunjukkan
Satuan Ha/ Tahun Unit/ Tahun bahwa
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 250 467,86
3 Indikator
3 kinerja
100,00 Luas
Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan dan Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu telah berhasil dicapai.
Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
% 187,14
Page 50
2.1. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan seluas 250 Ha/Tahun. Sejalan
dengan
perkembangan
waktu
tekanan
terhadap kawasan hutan semakin tinggi yang antara lain disebabkan oleh gangguan penebangan liar (Illegal Logging), perambahan kawasan hutan, alih fungsi kawasan hutan, kebakaran hutan. Selain itu dampak dari pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan teknik konservasi tanah dan air yang baik sehingga menyebabkan masih banyaknya lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan. Lahan kritis wilayah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 seluas 137.532,500 Ha.
Lahan Kritis di Provinsi Sumatera Selatan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 51
Untuk mengatasi masalah lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan dilakukan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Rehabilitasi
lahan
hutan
dan
dimaksudkan
untuk
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung
sistem
penyangga
kehidupan
tetap
terjaga.
Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi hutan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada saat ini telah dilaksanakan melalui
kebijakan
masyarakat.
peningkatan
Dengan
meningkatnya
peran peran
serta/partisipasi serta/partisipasi
masyarakat, diharapkan akan terjadi pengurangan lahan kritis yang signifikan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Satuan Ha/ Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 250 467,86
Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 ditargetkan seluas 250 Ha. Realisasi Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan seluas 467,86 Ha, sehingga capaian indikator kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 187,14%. Keberhasilan pencapaian rehabilitasi lahan kritis tidak LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 52
% 187,14
terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan,
Dinas
Kehutanan
Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta),
koordinasi antar
instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
Grafik Target dan Realisasi Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melalui Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan. Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 53
Indikator Kinerja
Capaian Naik Ket Satuan Realisasi (Turun) 2014 2015 Ha/ 317 467,86 150,86 Naik Tahun
1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja
Satuan
1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Ha/ Tahun
Capaian Capaian 2015 2013 (%) (%) 187,14
182,61
(%) rataKet rata capaian 184,88
Indikator kinerja Luas Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 seluas 467,86 Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 seluas 317 Ha, mengalami peningkatan sebesar 150,86 Ha. Peningkatan Luas rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan disebabkan karena meningkatnya upaya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan kritis yang dilakukan oleh masyarakat, perusahaan dan pemerintah.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 54
Grafik Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan 2014-2015
Foto Bibit Tanaman Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 55
Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 seluas 467,86 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total luas 1.230 Ha, maka Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan baru dicapai sebesar 38,04%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas
Kehutanan Provinsi
Sumatera Selatan.
Grafik Luas lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan yang direhabilitasi tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018 Pencapaian sasaran kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 56
2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan (APBD) a.1. Kegiatan Rehabilitasi
Catchment Area di Kawasan
Hutan Lindung dan Pengkayaan di Luar Areal KPHL Indikator kinerja (output) kegiatan adalah: 1. Belanja Bahan Bahan Kimia dan Pupuk Kegiatan Rehabilitasi Catchment Area di Kawasan Hutan Lindung dan Pengkayaan Diluar Areal KPHL. 2. Belanja Barang yang akan diserahkan pada masyarakat / pihak ketiga meliputi belanja bibit tanaman untuk hutan lindung dan bekanja bibit tanaman
bantuan
untuk
masyarakat
sekitar
kawasan hutan lindung sebanyak 107.137 batang. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan 4. Belanja Modal gedung dan bangunan berupa pembangunan kantor resort Sungai Baung dan pagar pengaman kantor KPHP Benakat Bukit Cogong 5. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Kendaraan Dinas bermotor Perorangan 6. Belanja modal peralatan dan mesin kendaraan dinas bermotor perorangan berupa pengadaan kendaraan roda 2 merk Kawasaki sebanyak 2 (dua) unit. 7. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Peralatan Mini
Komputer
8. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan peralatan
Mini
Komputer
berupa
pengadaan
PC/komputer (GIS), Printer A3 dan printer portable. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 57
Kegiatan ini terealisasi sebesar 100,00%. a2. Kegiatan
Pengembangan
Sistem
Agroforestry
di
Kawasan Hutan Lindung Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah: 1.
Koordinasi
kegiatan
Pengembangan
Sistem
Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam dan Desa
Mengkenang
Kecamatan
Mulak
ulu
Kabupaten Lahat. 2.
Pengukuran areal kerja kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun
Tanjung
Beranting
Kelurahan
Burung
Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat. 3.
Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam seluas 25 Ha dengan koordinat X 297456 dan Y 9543861;
dan Desa Mengkenang
Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat seluas 25 ha dengan koordinat X 340106 dan Y 9549759. 4.
Bantuan
bibit
masyarakat
tanaman
jenis
bambang
10.500 batang dan durian
kehutanan lanang
kepada sebanyak
sebanyak 10.500
batang. Kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung terealisasi sebesar 100%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 58
a.3. Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Indikator kinerja (output) kegiatan
ini adalah
jumlah Luas demplot tanaman hasil hutan non kayu seluas 40 Ha pada (dua) lokasi : 1. Desa Jajaran Baru I, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas dengan koordinat X 278785 dan koordinat Y 9671709. 2. Desa Muara Megang I, Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas dengan koordinat lokasi X 284284 dan koordinat Y 9671924. 3. Pengadaan bibit kepada masyarakat dengan jenis gaharu
sebanyak
12.600
batang
dan
nangka
sebanyak 4.200 batang. Kegiatan terealisasi 100% .b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan Lingkungan
dan Evaluasi
Hidup dan Kehutanan
Indikator
kinerja
(output)
kegiatan
berupa
tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 59
2.2. Jumlah DAS/Sub DAS
yang dikelola secara terpadu
sebanyak 3 Unit/Tahun. Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi mencakup wilayah Provinsi Sumatera Selatan, sebagian wilayah Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Kegiatan pembangunan di DAS Musi tergolong intensif karena banyaknya aktivitas penduduk di sekitarnya. Sungai Musi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di sepanjang sungai, namun manfaat tersebut akhir-akhir
ini
dirasakan
semakin
berkurang
bahkan
mengandung potensi bencana karena rusaknya ekosistem DAS Musi tersebut.
DAS Musi mengalami kerusakan disebabkan
oleh peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai akibat dari
pertambahan
penduduk
dan
tuntutan
pemenuhan
kebutuhan masyarakat, konflik kepentingan dan kurangnya keterpaduan antar sektor, serta antar wilayah hulu dan hilir.
Kegiatan pembangunan DAS Musi cenderung mengarah kepada penurunan kemampuan lahan dalam meresapkan air. Berdasarkan data SPOT liputan tahun 2008 menunjukkan bahwa tutupan hutan hanya tinggal 19,75% dari wilayah DAS, luas lahan kritis dan sangat kritis hampir mencapai 45% dari luas DAS, serta meningkatnya frekuensi banjir di beberapa wilayah sekitar Sungai Musi, Sejak tahun 2005, secara merata banyak terjadi banjir di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Apabila
tidak
ada
upaya
perbaikan
lingkungan
maka
kecenderungan kerusakan ekosistem DAS Musi akan semakin meningkat, baik oleh faktor alam maupun tekanan penduduk dengan segala aktivitasnya.
Masalah lain yang cukup serius
adalah adanya ancaman kebakaran hutan dan okupasi kawasan hutan. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 60
Berdasarkan
uraian
di
atas
tampak
jelas
bahwa
pengelolaan DAS Musi harus dilakukan secara terpadu, karena : •
Terdapat
keterkaitan
antar
berbagai
kegiatan
dalam
pengeloaan sumberdaya dan pembinaan aktivitasnya. • Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup berbagai bidang kegiatan. • Batas DAS tidak selalu berhimpitan/bertepatan dengan batas wilayah administrasi pemerintahan. • Interaksi daerah hulu sampai hilir dapat berdampak negatif maupun positif sehingga memerlukan koordinasi antar pihak. Peran
kelembagaan
sangat
dibutuhkan
untuk
mewujudkan pengelolaan DAS terpadu. Kelembagaan dalam tulisan ini merujuk pada definisi dari Ruttan dan Hayami (1984), yaitu sebagai aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan bahwa setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Kelembagaan ini berperan untuk mengarahkan perilaku seluruh stakeholders agar sejalan dengan tujuan umum (public goal) yang ditetapkan. Beberapa
alternatif
bentuk
kelembagaan
dalam
pengelolaan DAS, antara lain memanfaatkan lembaga yang sudah ada. Bentuk kelembagaan bersama (dalam bentuk forum/badan koordinasi) merupakan salah satu alternatif yang paling
memungkinkan
dalam
pembentukan
kelembagaan
pengelolaan DAS saat ini. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa kondisi yang mendukung, antara lain: (1) Sesuai dengan perundangan-undangan yang ada (UU No 7 tahun 2004). (2) Kegiatan pengelolaan DAS melibatkan banyak stakeholders, lintas sektoral, multidisiplin dan lintas wilayah, oleh karena itu kelembagaan yang disusun hendaknya kelembagaan yang bersifat independent dan mewakili banyak pihak. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 61
Permasalahan yang paling menonjol dalam pengelolaan DAS saat ini adalah koordinasi, oleh karena itu pengelolan DAS ke depan perlu suatu wadah untuk mengikat, menyatukan dan menselaraskan
semua
sektor
dan
wilayah
agar
dapat
mewujudkan pengelolaan DAS terpadu yang berkelanjutan. Pengembangan kelembagaan di suatu wilayah harus memperhatikan atau mampu mengakomodasi kelembagaan yang sudah ada dan berkembang di wilayah tersebut. Hal ini juga
harus
dilakukan
dalam
rangka
pengembangan
kelembagaan DAS Musi. Agar DAS Musi dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak diperlukan penguatan kelembagaan pengelolaan DAS
terpadu.
Pengelolaan
DAS
terpadu
mensyaratkan
keterpaduan antara sektor, multi disiplin dan keterpaduan wilayah (hulu sampai hilir). Beragamnya stakeholders yang terlibat dan berbagai kepentingan yang berbeda menjadi masalah utama dalam pengelolaan DAS terpadu, oleh karena itu diperlukan suatu kelembagaan untuk mengatur perilaku seluruh stakeholder agar bersepakat untuk bersama-sama mewujudkan pengelolaan DAS terpadu secara berkelanjutan. Pengelolaan kelembagaan air dalam konteks DAS juga mensyaratkan apa yang disebut sebagai biaya transaksi (transaction cost). Pengelolaan meminimisasi
kelembagaan biaya
dilihat
transaksi.
sebagai Biaya
suatu
upaya
transaksi
dapat
didefinisikan sebagai seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran dengan pihak lain. Biaya transaksi ini cukup mahal karena banyaknya aktor yang terlibat di dalamnya serta kompleksitas
pengaturan
dan
biaya
pengawasan
yang
ditimbulkan (Fauzi, 2004). Adanya konsekuensi tersebut, timbul pertanyaan bagaimana biaya dan manfaat itu diatur dalam pembagian secara adil dan proporsional di antara pemerintah daerah yang terlibat, dunia usaha dan masyarakat. Sampai saat LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 62
ini belum ada mekanisme yang jelas untuk mengatur biayamanfaat. Indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu dapat dilihat pada tabel berikut: No.
Tahun
Jumlah DAS/Sub DAS (unit)
1.
2013
2
2.
2014
2
3.
2015
3
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
Satuan Unit/ Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 3 3
% 100,00
Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 ditargetkan seluas 3 unit. Realisasi Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 unit, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 100,00%. Keberhasilan pencapaian Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain:
sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 63
Grafik Target dan Realisasi Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melalui Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) telah
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
dalam
rangka
pengelolaan DAS/Sub DAS secara terpadu. Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
Indikator Kinerja
1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
Capaian Satuan Realisasi 2014 2015 Unit/ 2 3 Tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Naik Ket (Turun) 1 Naik
Page 64
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja
Satuan
1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
Unit Tahun
Capaian Capaian 2015 2013 (%) (%) 100,00
100,00
(%) rataKet rata capaian 100,00
Indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 2 unit, mengalami peningkatan sebesar 1 unit.
Grafik Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu 2014-2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 65
Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan jumlah 13 unit, maka Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu baru dicapai sebesar 23,08%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018 Pencapaian sasaran kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
tidak terlepas dari dukungan
program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 66
a. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi (APBD) a.1. Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan Indikator
kinerja
(output)
kegiatan
berupa
laporan hasil koordinasi penyelenggaran Reboisasi dan Penghijauan partisipatif
di 15
kabupaten/kota dan
pelaksanaan penilaian lomba penghijauan sebanyak 15 laporan terealisasi sebesar 100,00%. a.2. Kegiatan Pengadaan Bibit Pohon Penghijauan untuk Peringatan Bulan Bakti Menanam Indikator kinerja (output) kegiatan adalah jumlah pengadaan bibit pohon penghijauan Sumatera Selatan
di Provinsi
untuk Peringatan Bulan Bakti
Menanam sebanyak 9.000 batang yang terdiri dari tanaman kehutanan berupa mahoni, pulai dan salam di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Ilir, OKI, Kota Prabumulih, dan Kota Palembang terealisasi sebesar 100%. a.3. Kegiatan Pelatihan kelompok tani dan pembuatan Demplot teknik budidaya agroforestry dan konservasi tanah dan air. Indikator sebagai Budidaya Air
berikut:
kinerja
(output)
Pembuatan
Agroforestry
kegiatan
Demplot
adalah Teknik
dan Konservasi Tanah dan
seluas 25 Ha, serta bantuan bibit kepada
mayarakat berupa bibit Kayu Afrika sebanyak 10.500 batang dan bibit alpukat sebanyak 3.500 batang. Lokasi kegiatan di Kelurahan Jokoh Kecamatan Dempo LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 67
Tengah Kota Pagar Alam dengan koordinat 307500308000 BT dan 9543500-9544000 LS.
Kegiatan ini
terealisasi sebesar 100%. a.4. Kegiatan Fasilitasi Forum Rimbawan, Forum DAS dan Pokja Revitalisasi Lahan Gambut Indikator kinerja (output) kegiatan
ini adalah
frekuensi pertemuan Forum DAS dan Pokja Revitalisasi Lahan Gambut dalam rangka mendukung pengelolaan DAS Terpadu
dan Revitalisasi Lahan Gambut
Sumatera Selatan sebanyak 2 kali terealisasi sebesar 60%. a.5. Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah: 1. Luas tanaman Hutan Rakyat sebagai Tabungan Pendidikan seluas 30 Ha di Desa Pengentaan Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Koordinat lokasi: koordinat X 333931 dan koordinat Y 9551338. Jumlah bibit yang diserahkan kepada masyarakat (Kelompok Tani Kebina Ria) sebanyak 16.500 batang dengan jenis tanaman bambang lanang. 2. Luas tanaman Hutan Rakyat sebagai Tabungan Pendidikan seluas 30 Ha di Desa Lubuk Dendan Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Koordinat lokasi: koordinat X 336886 dan koordinat Y 9559811. Jumlah bibit yang diserahkan kepada masyarakat
(Kelompok
Tani
Karya
Indah)
sebanyak 16.500 batang dengan jenis tanaman bambang lanang. Kegiatan terealisasi sebesar 100%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 68
b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan Lingkungan
dan Evaluasi
Hidup dan Kehutanan
Indikator
kinerja
(output)
kegiatan
berupa
tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
Foto Kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 69
3. Sasaran 3:
Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa
Lingkungan di Bidang Kehutanan. Indikator
kinerja
yang
digunakan
dalam
pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan 2 Luas Hutan Tanaman
Satuan Ha/ Tahun Ha/ Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 200 1.985
% 992,5
60.000
121,67
72.999,54
Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.1. Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan sebesar 200 Ha/Tahun Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020. tantangan
bagi
Pemerintah
Komitmen tersebut menjadi Republik
Indonesia,
karena
berdasarkan laporan resmi Indonesia kepada United Nations Framework
Conventions
menunjukkan
bahwa
85
on
Climate
persen
Change (UNFCCC)
(2.563.000
GTon)
dari
keseluruhan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia berasal dari sektor kehutanan dan alih fungsi lahan. Sektor
kehutanan
diharapkan
penurunan emisi kurang lebih 14 persen
dapat
mencapai
melalui kegiatan
pengelolaan hutan seperti pencegahan deforestasi, degradasi, penurunan jumlah hot spot kebakaran hutan dan kegiatan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 70
penanaman kembali (reforestasi). Kita ketahui di Indonesia saat ini, tata kelola kehutanan masih belum cukup baik, kondisi ini dapat diukur dari masih banyaknya konflik lahan (tenure), sosial, ekonomi, politik dan hukum di sektor kehutanan yang sangat berpotensi meningkatnya deforestasi dan degradasi dalam skala besar. Terkait dengan komitmen diatas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan tata kelola sektor kehutanan di Indonesia secara menyeluruh, terintegrasi dan terkoordinasi antar sektor lainnya. Empat aspek penting dalam tata kelola kehutanan adalah perencanaan penataan
lahan/hutan,
penguasaan
hutan,
manajemen
kehutanan dan pendapatan/ ekonomi kehutanan. Kebakaran
hutan
adalah
kontributor
utama
dari
pembakaran hutan dan konversi lahan. Pemanasan global menyebabkan siklus yang sangat berisiko tinggi dengan mengeringkan hutan hujan dan rawa-rawa lahan gambut, dengan demikian meningkatkan risiko kebakaran hutan dan akan berdampak menurunkan tingkat kualitas dari fungsi hutan dan luas hutan, tentunya pelepasan emisi karbon dioksida ke udara ini turut mendorong terjadinya efek Gas Rumah Kaca (GRK) serta pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di
Indonesia
yang
rawan
kebakaran
hutan
dan
lahan.
Berdasarkan peta rawan kebakaran Provinsi Sumatera Selatan dimana kelas rawan kebakaran dibagi menjadi 5 kelas rawan, maka prosentase luas kerawanan wilayah adalah tidak rawan 30,04 %, kerawanan rendah 39,86 %, sedang 19,74 %, rawan 20,94 dan sangat rawan 7,94%. Penyebab kebakaran hutan dan lahan diantaranya adalah aktifitas pembakaran yang dilakukan berbagai pihak untuk bermacam kepentingan utamanya adalah LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 71
pembakaran
lahan
untuk
pertanian
(sonor),
perkebunan,
mencari ikan dan lain sebagainya, kemudian juga disebabkan kondisi lahan gambut yang luas dan masih banyaknya lahan tidur, dimana pada musim kemarau panjang akan mengering dan rawan terbakar. Kedua faktor penyebab tersebut dipacu oleh adanya fenomena alam el-nino yang menyebabkan kemarau panjang dan bersifat kering. Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan dilaksanakan berupa operasi pengamanan hutan penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan terhadap pelanggaran hutan yang terjadi di kawasan hutan DAS Hulu
meliputi operasi
terhadap kegiatan penebangan kayu ilegal, perambahan liar, pencurian kayu, pengangkutan kayu tanpa dilengkapi dokumen pengangkutan yang sah dan kegiatan pelanggaran hutan lainnya. Kegiatan
operasi
pengamanan
hutan
penghentian
kegiatan deforestasi dan degradasi hutan dilaksanakan dengan tujuan untuk menghentikan kegiatan pelanggaran keamanan hutan khususnya pada kawasan hutan pada DAS Hulu pada areal tangkapan air (catchment area) sehingga diharapkan dapat menurunkan laju deforestasi dan degradasi. dilaksanakan
bekerja
sama
dengan
Dinas
Kegiatan ini Kehutanan
Kabupaten/Kota, POLDA dan atau POLRES Kabupaten /Kota dan atau Satuan SPORC Brigade Siamang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 72
Kegiatan Pemeriksaan Peredaran Hasil Hutan
Kegiatan tindak lanjut setelah operasi pengamanan hutan berupa penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan dilaksanakan dengan melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana di bidang kehutanan yang dilaksanakan oleh PPNS kehutanan dengan berkoordinasi sepenuhnya dengan penyidik kepolisian.
Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan di Hutan Lindung
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 73
Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut: No
Tahun
Luas (Ha/tahun)
1 2 3
2013 2014 2015
200 1.675 1.985
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan
capaian
sasaran
ketiga
serta
target
dan
capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
Satuan Ha/ Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 200 1.985
% 992,50
Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 ditargetkan seluas 200 Ha. Realisasi Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan seluas 1.985 Ha, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 992,50%. Keberhasilan pencapaian penurunan laju deforestasi
dan
degradasi hutan tidak terlepas dari
dukungan faktor antara lain:
sumberdaya manusia (Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan,
Dinas
Kehutanan
Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta),
koordinasi antar
instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 74
Grafik Target dan Realisasi Jumlah Penurunan Laju Deforestasi dan Degradasi Hutan tahun 2015
Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan di Hutan Lindung
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 75
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja
Satuan
1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
Ha/ Tahun
Capaian Capaian (%) 2015 2013 rata-rata Ket (%) (%) capaian 992,50
100,00
546,25
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja Satuan 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
Ha/ Tahun
Capaian Realisasi 2014 2015 1.675 1.985
Naik (Turun) 310
Indikator kinerja Jumlah penurunan laju deforestasi
Ket Naik
dan
degradasi hutan pada tahun 2015 seluas 1.985 Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 seluas 1.675 Ha, mengalami peningkatan sebesar 310 Ha. Peningkatan pencapaian tidak terlepas dari dukungan
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota,
Perguruan Tinggi, LSM, mitra kehutanan, dan
masyarakat dalam melaksanakan program dan kegiatan Penurunan Laju Deforenstasi dan Degradasi Hutan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 76
Grafik Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun 2014-2015 Apabila dilihat dari Grafik jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun 2014-2015, terjadi peningkatan luasan penghentian laju deforestasi dan degradasi hutan. Indikator kinerja jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 seluas 1.985 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total luas 1.000 Ha, maka jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan telah berhasil dicapai.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 77
Grafik Penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018 Pencapaian sasaran kinerja jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Penurunan Laju Deforestasi (APBD) a.1. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Output/keluaran yang dicapai adalah: 1. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui koran 15 hari 2. Koordinasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan 2 Kabupaten 3. Pelatihan Regu Kebakaran Desa Terlatih (RKDT) 9 Desa di 3 Kabupaten LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 78
4. Monitoring kesiapsiagaan pengendalian kebakaran hutan di 1 perusahaan IUPHHK 5. Sosialisasi/Lokakarya
pengendalian
kebakaran
hutan dan lahan di 3 Kabupaten 6. Supervisi aparatur pengelola sistem informasi kebakaran di 1 Kabupaten 7. Ground check hotspot di 6 kabupaten 8. Patroli pengendalian kebakaran hutan dan lahan di 6 Kabupaten Lokasi kegiatan di Kabupaten OKI, Ogan Ilir, Muba, Mura, Muratara, Banyuasin, Muara Enim, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, Lahat, Empat Lawang, dan PALI. Kegiatan terealisasi sebesar 100,00%. a.2. Kegiatan Pengamanan Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa jumlah pengamanan hutan berupa operasi pengamanan hutan sebanyak
3
kali,
identifikasi
pelanggaran
hutan
sebanyak 5 kali, patroli pengamanan hutan sebanyak 4 kali, dan supervisi pengamanan hutan sebanyak 3 kali, terealisasi sebesar 100%.
Lokasi kegiatan
pada 3
(tiga) kabupaten yaitu: 1) Desa Talang Tinggi dan Muara Payang Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat dengan luas 400 Ha. 2) Desa Muara Danau Kecamatan Semende Darat Ulu Kabupaten Muara Enim dengan luas 3)
600 Ha.
Desa Pulau Panggung, Desa Gunung Megang Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan seluas 145 Ha.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 79
a.3. Kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah peserta Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sebanyak 60 orang di Kabupaten Ogan Ilir, terealisasi sebesar 100%. a.4. Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah laporan hasil monitoring identifikasi kasus peredaran hasil hutan di Kabupaten Muba, Muara Enim, Lahat, OKI, dan Kota Pagar Alam, terealisasi sebesar 100%.
b. Program Penurunan Laju Degradasi Hutan (APBD) b.1. Kegiatan
Operasional
Pos
Pengamanan
Terpadu
Kawasan Hutan Tanjung Api-api Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah operasionalisasi fungsi Pos Pengamanan Terpadu sebanyak 1 unit terealisasi sebesar 100%. b.2. Pembinaan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Hutan Alam dan Hutan Tanaman Indikator a)
Koordinasi
kinerja
(output)
pengendalian
kegiatan
hama
dan
berupa: penyakit;
b) identifikasi gangguan hama dan penyakit di HPHTI; c) Identifikasi gangguan hama dan penyakit di hutan akam,; dan d) monitoring
pengelolaan kawasan
konsevasi di HPHTI.
kegiatan di Kabupaten
Muara Enim, Muba,
Lokasi Lahat,
dan OKI. Realisasi fisik
kegiatan sebesar 100%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 80
c. Program Penguatan Kelembagaan Implementasi REDD+ dan RAD GRK (APBD) c.1. Kegiatan Fasilitasi Kegiatan REDD+ dan Pendampingan Bioclime Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Fasilitasi Kegiatan
REDD+
dan
Pendampingan
Bioclime
sebanyak 12 kali, terealisasi sebesar 100,00%. c.2. Kegiatan In House Training Perencanaan Teknis dan Sistem Informasi Geografi Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah SDM yang terlatih Sistem Informasi Geografi Kehutanan sebanyak 30 orang, terealisasi sebesar 100,00%. c.3. Kegiatan Sinkronisasi dan Monitoring Evaluasi Kegiatan Pembangunan Kehutanan Indikator
kinerja
(output)
kegiatan
adalah
sinkronisasi kegiatan pembangunan kehutanan dan frekuensi monitoring dan evaluasi capaian target kinerja kegiatan secara berkala di Kabupaten OKI, Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin, Musi Rawas, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, PALI, dan Kota Pagar Alam, terealisasi sebesar 100,00%.
d. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan Lingkungan 1. Indikator tercapainya
dan Evaluasi
Hidup dan Kehutanan kinerja
(output)
sasaran
kegiatan
strategis
berupa
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 81
Kegiatan Patroli Udara dan Water Boombing Menggunakan Helicopter Mi-8
3.2. Luas Hutan Tanaman seluas 60.000 Ha.
Pengusahaan
HTI
merupakan
suatu
usaha
yang
berjangka panjang, sehingga perlu dikelola sebaik-baiknya dengan
menerapkan
prinsip-prinsip
ekonomi
dalam
pengusahaanya agar mampu memberikan keuntungan secara terus-menerus secara lestari. Pengusahaan HTI sangat bergantung pada keadaan alam dan memerlukan waktu panjang, serta mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil, terutama apabila tidak dilengkapi dengan sarana pengendalian yang memadai. Karena sifat usaha yang demikian itu, maka perencanaan yang matang yang meliputi seluruh tahap pengusahaan, merupakan salah satu persyaratan untuk bisa mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 82
Luas hutan tanaman tahun 2013 sampai tahun 2015 Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut: No
Tahun
Luas (Ha/tahun)
1 2 3
2013 2014 2015
102.701,02 62.037,25 72.999,54
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan
capaian
sasaran
ketiga
serta
target
dan
capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 2 Luas Hutan Tanaman
Satuan Ha/ Tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 60.000 72.999,54
% 121,67
Luas Hutan Tanaman pada tahun 2015 ditargetkan seluas 60.000 Ha. Realisasi Luas Hutan Tanaman seluas 72.999,54Ha, sehingga capaian indikator kinerja Luas Hutan Tanaman hanya dicapai dengan tingkat capaian 121,67%.
Grafik Target dan Realisasi Luas Hutan Tanaman Tahun 2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 83
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja
Satuan
2 Luas Hutan Tanaman
Ha/ Tahun
Capaian Capaian (%) 2015 2013 rata-rata Ket (%) (%) capaian 121,67
100,00
110,84
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja Satuan 2 Luas Hutan Tanaman
Ha/ Tahun
Capaian Naik Ket Realisasi (Turun) 2014 2015 62.037,25 72.999,54 10.962,29 Naik
Capaian indikator kinerja Luas Hutan Tanaman pada tahun 2015 seluas 72.999,54 Ha, apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 seluas 62.037,25Ha, mengalami peningkatan sebesar 10.962,29 Ha.
Grafik Luas Hutan Tanaman Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014-2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 84
Apabila dilihat dari Grafik Luas Hutan Tanaman Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2014-2015, terjadi
peningkatan
luasan hutan tanaman. Indikator kinerja Luas Hutan Tanaman pada tahun 2015 seluas 72.999,54 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total luas 385.000 Ha, maka Luas Hutan Tanaman baru dicapai sebesar 18,96%. kedua
Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Luas Hutan Tanaman Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 85
Pencapaian sasaran kinerja luas hutan tanaman terlepas
dari
dukungan
program
dan
kegiatan
tidak yang
dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Peningkatan Produksi Kayu dari HTI (APBD) a.1. Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa Indikator kinerja (output) kegiatan Jumlah lokasi yang
difasilitasi
dalam
rangka
pembentukan
kelembagaan HTR dan berkembangnya Hutan Rakyat sebanyak 11 lokasi, terealisasi 100,00%. a.2. Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) Indikator kinerja (output) kegiatan berupa: 1.
Koordinasi
fasilitasi
percepatan
pembangunan
HKm dan HD di 4 (empat) kabupaten yaitu Musi Rawas, Lahat, Musi Banyuasin dan Muara Enim. 2.
Fasilitasi percepatan pembangunan HKm dan HD di Kabupaten Musi Rawas (sebanyak 5 lokasi Hutan Desa), Kabupaten Lahat (sebanyak 1 lokasi Hutan
Kemasyarakatan),
Kabupaten
Musi
Banyuasin (sebanyak 1 lokasi Hutan Desa) dan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 86
Kabupaten Muara Enim (sebanyak 12 lokasi Hutan Desa)
b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan Lingkungan 1. Indikator
dan Evaluasi
Hidup dan Kehutanan kinerja
tercapainya
(output)
sasaran
kegiatan
strategis
berupa
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
4. Sasaran 4: Meningkatkan Produktifitas sumber daya hutan Indikator
kinerja
yang
digunakan
dalam
pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman
Satuan Juta m3/tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 4,125 4,935
% 119,64
Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Produksi Kayu dari Hutan Tanaman dicapai dengan tingkat capaian sebesar 119,64%. Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 87
4.1. Produksi Kayu dari Hutan Tanaman sebesar 4,125 juta M3/Tahun Hutan Tanaman Industri atau HTI adalah hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan berdasarkan prinsip pemanfaatan yang optimal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Penerapan kedua prinsip itu selalu diupayakan agar dapat berjalan selaras dan seimbang. Dalam pembangunan
nasional,
sebagai
yang
digariskan
dalam
Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1990, tujuan pengusahaan HTI adalah : 1. Menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa. 2. Meningkatkan produktivitas lahan dan lingkungan, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Tujuan tersebut dijabarkan lebih jauh sebagaimana yang diformulasikan oleh Ditjen Pengusahaan Hutan (1991), bahwa tujuan pembangunan HTI antara lain adalah untuk : 1. Membangunan hutan tanaman yang secara ekonomis menguntungkan, secara ekologis sehat, dan secara sosial bermanfaat bagi masyarakat setempat. 2. Meningkatkan produktivitas hutan dalam arti meningkatkan riap ( growth per ha/tahun), sehingga diperoleh volume akhir daur (yield) yang tinggi. 3. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang ada (existing industry), serta yang akan dikembangkan. Sasaran pada akhir jangka waktu pembangunan HTI, diarahkan pada pembentukan hutan yang tertata dengan baik, terutama dalam hal pengelolaannya, komposisi dan struktur hutannya, serta lingkungan biofisik dan sosial ekonominya. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 88
Sedangkan sasaran yang akan dicapai pada setiap periode lima tahun, adalah pembentukan penutupan lahan dengan tumbuhan hutan yang berkualitas, perampungan penataan kawasan, serta konsolidasi unit HTI dengan mengantisipasi pembangunan regional dan
pembangunan
kehutanan daerah,
termasuk
pembangunan dan pengembangan industri perkayuan. Pengusahaan HTI pada hakekatnya merupakan alokasi sumber daya antar waktu. Sumberdaya tersebut berupa sumber daya alam (hutan, tanah dan air) tenaga kerja, modal, sarana/prasarana dan kemampuan manejerial yang profesional. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran keempat serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman
Satuan Juta m3/tahun
Capaian Tahun 2014 Target Realisasi % 4,125 4,933 119,59
Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) pada tahun 2015 di targetkan sebesar 4.125.000,00 m3. Realisasi produksi HTI sebesar 4.933.474,28 m3. Produksi kayu ini seluruhnya berasal dari kegiatan penebangan hutan tanaman. Target penanaman HTI di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 seluas ± 60.000 Ha dengan realisasi penanaman seluas ± 72.999,54 Ha (121,67%).
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 89
Foto pembibitan tanaman HTI
Grafik Target dan Realisasi Produksi Kayu dari Hutan Tanaman tahun 2015 Pengusahaan/pemanfaatan hutan alam produksi sejak 1970 s/d 1990 memberikan devisa terbesar kedua setelah migas, mendukung pertumbuhan industri perkayuan nasional, menyerap tenaga kerja terutama tenaga-tenaga tidak terampil (Labor Intensive) dan membuka isolasi daerah-daerah pedalaman yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sejak tahun 1990, kebutuhan bahan baku industri perkayuan tersebut tidak mungkin lagi dipenuhi dari penebangan Hutan Alam LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 90
Produksi.
Oleh karena itu, perlu kebijakan Pemerintah untuk
meningkatkan produktivitas kawasan hutan produksi melalui pembangunan Hutan Tanaman (HTI) dan telah dimulai sejak tahun 1990. Produksi hutan tanaman industri disini dimaksudkan adalah produksi hasil hutan dari hutan tanaman (HTI). Kegiatan penanaman HTI di Provinsi Sumatera Selatan telah dimulai sejak tahun 1989.
Pada tahun 2015
pemegang izin Hak
terdapat 20 (dua puluh)
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
(HPHTI) dengan luas konsesi 1.347.478 Ha. Data produksi hasil hutan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: No.
Tahun
1 2 3 4 5 6 7
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Luas Tebangan (Ha) 34.023,21 43.686,09 42.123,42 48.824,89 56.264,29 52.587,66 47.442,83
Volume Tebangan (M³) 3.620.896,19 4.737.139,38 4.590.177,73 3.918.514,30 4.140.881,96 4.125.984,15 4.933.474,28
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja
1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman
Capaian Satuan Realisasi 2014 2015 Juta 4,13 4,933 m3/tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Naik Ket (Turun) 0,80 Naik
Page 91
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman
Satuan Juta m3/tahun
Capaian Capaian (%) 2015 2013 rata-rata Ket (%) (%) capaian 119,59
51,76
85,68
Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) pada tahun 2015 sebesar 4,933 Juta m3/tahun, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 4,13 Juta m3/tahun, mengalami peningkatan sebesar 0,80 Juta m3/tahun. Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan
pada Tahun 2015,
disebabkan karena: 1. Pada HTI telah dilakukan perubahan jenis tanaman dari Acasia menjadi Eucalyptus yang sudah mulai dapat ditebang. Perubahan jenis ni untuk memutuskan rantai makanan hama monyet. 2. Potensi produksi kayu tiap hektar meningkat dari semula ± 78,5 m3/Ha menjadi ±109 m3/ha.
Hal ini menunjukkan
semakin baiknya pengelolaan hutan tanaman di Provinsi Sumatera Selatan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 92
Grafik
Produksi Kayu Hutan Tanaman dari Tahun 2014-2015
Produksi Hutan Tanaman
pada tahun 2015 sebesar
4,933 Juta m3/tahun, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total produksi 25,25 Juta m3/tahun, maka Produksi Hutan Tanaman
baru dicapai
sebesar 19,54%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik
Produksi Kayu Hutan Tanaman Tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 93
Upaya pencapaian sasaran kinerja produksi hasil hutan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran sbb: a. Program Peningkatan Target Penanaman Hutan (APBD) a.1. Kegiatan Pembinaan pengembangan hutan tanaman industri dan produksi kayu Indikator kinerja (output)
yang dicapai adalah
Jumlah lokasi dan luas IUPHHK-HT yang dibina untuk ditingkatkan luas areal penanaman
15 IUPHHK-HT
dan ditingkatkan produksi 4,125 juta m3 sebanyak 15 IUPHHK-HT.
5. Sasaran 5: Meningkatkan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Indikator
kinerja
yang
digunakan
dalam
pengukuran
keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
Satuan Rp M/tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 20,00 31,34
% 156,70
Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
dicapai sebesar
156,70%. Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 94
4.1.
Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
sebesar
Rp. 20,00 M/Tahun Dalam
kurun
waktu
tiga
dasawarsa
terakhir,
sumberdaya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, dengan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan penerimaan pemerintah, penyerapan tenaga kerja
dan
mendorong
pengembangan
wilayah
dan
pertumbuhan ekonomi. Penerimaan Negara dari Sub Sektor Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan meliputi
di
Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR), dan IIUPHH. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan
capaian
sasaran
kelima
serta
target
dan
capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
Satuan Rp M/tahun
Capaian Tahun 2015 Target Realisasi 20,00 31,34
% 156,70
Penerimaan negara dari sub sektor kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp. 31.342.706.781,09,- Penerimaan ini berasal dari: - PSDH
: Rp. 29.097.326.885,00
- DR
: Rp. 2.186.354.896,09 US$ 164.988,38
- IIUPHH
: Rp.
59.025.000,00
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 95
Penerimaan Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2015 mencapai Rp.31.342.706.781,09,- yang terdiri dari penerimaan yang berasal dari PSDH sebesar Rp.29.097.326.885,00; DR sebesar Rp. 2.186.354.896,09 atau US$. 164.988,38; dan IIUPHH subsektor
sebesar
Rp.59.025.000,00.
kehutanan
pada
Target
tahun
2015
penerimaan sebesar
Rp.20.000.000.000,- sehingga capaiannya sebesar 156,71%.
Proses Pembuatan Kayu menuju Log Pound
Grafik Target dan Realisasi Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Tahun 2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 96
Penerimaan negara hasil hutan pada tahun 2009 sampai dengan 2015 adalah sebagai berikut:
Tahun
IIUPHH
PSDH
Rp.
Rp.
DR Rp.
US $
2009 734.787.200
17.257.081.175,50
42.253.499.582,12 4.046.202,82
2010
-
30.109.665.004,00
77.083.313.593,00 8.536.782,18
2011
-
30.843.250.559,50
68.543.765.669,71 7.805.641,82
2012
-
40.103.868.082,89
53.117.085.710,54 5.671.807,48
2013
-
11.860.982.290,30
14.619.300.845,98 1.491.812,62
2014 933.750.000
15.205.312.809,40
2.027.234.575,90
169.132,69
2015
29.097.326.885,00
2.186.354.896,09
164.988,38
59.025.000
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
Satuan Rp M/tahun
Capaian Capaian (%) 2015 2013 rata-rata Ket (%) (%) capaian 156,70
0,00
78,35
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja
1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
Capaian Satuan Realisasi 2014 2015 Rp 18,17 31,34 M/tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Naik Ket (Turun) 13,17
Page 97
Naik
Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp. 31,34 M/tahun, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp. 18,17 M/tahun, mengalami peningkatan sebesar Rp.13,17 M.
Grafik Penerimaan Sub Sektor Kehutanan dari tahun 2014-2015 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp. 31,34 M/tahun, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total Rp.96,86 M/tahun, maka Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan baru dicapai sebesar 32,36%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 98
Grafik
Penerimaan Sub Sektor Kehutanan tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018 Pencapaian
sasaran
kinerja
tahun
2015
berupa
meningkatnya penerimaan hasil hutan dari hutan tanaman tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 99
a. Program Peningkatan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan (APBD) a.1. Kegiatan Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah lokasi/
laporan
hasil
rekonsiliasi
administrasi
pemungutan dan penyetoran PSDH dan DR sebanyak 6 (enam) lokasi/ laporan. Lokasi kegiatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, OKI, Muara Enim, Musi Rawas, dan Kota Prabumulih. Realisasi fisik mencapai 100,00%. a.2. Kegiatan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Indikator
kinerja
Jumlah laporan hasil
(output)
kegiatan
berupa
pengendalian peredaran hasil
hutan (rekonsiliasi dokumen TUHH) sebanyak 5 (lima) lokasi/ laporan. Lokasi kegiatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas, dan Lahat, Realisasi fisik kegiatan sebesar 100%. a.3. Kegiatan Sriwijaya Expo dan Pameran Kehutanan Indikator
kinerja
(output)
kegiatan
berupa
Sriwijaya Expo dan pameran kehutanan sebagai akses layanan informasi pembangunan kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 2 kali terealisasi sebesar 100,00%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 100
b. Program Peningkatan Produksi Industri Kayu Hulu (APBD) b.1. Kegiatan
Inventarisasi,
Registrasi,
Monitoring
dan
Evaluasi Perkembangan Industri Hasil Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah tertib administrasi dan tata usaha industry hasil hutan di 9 (sembilan) kabupaten/ kota, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, OKI, OKU, Ogan Ilir, Lahat, Musi Rawas, Muara Enim, dan Empat Lawang. Realisasi fisik mencapai 100,00%. b.2. Kegiatan
Fasilitasi
Pokja
Pengembangan
Industri
Pengolahan Kayu Rakyat Indikator
kinerja
terselenggaranya
(output)
rapat
kegiatan
berupa
Fasilitasi
Pokja
Pengembangan Industri Pengolahan Kayu Rakyat sebanyak 2 kali, terealisasi sebesar 100,00%.
c. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (APBN) c.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan Lingkungan 1. Indikator tercapainya
dan Evaluasi
Hidup dan Kehutanan kinerja
(output)
sasaran
kegiatan
strategis
berupa
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 101
B. Realisasi Anggaran Pelaksanaan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) pada tahun 2015 dibiayai dari anggaran APBD Provinsi Sumatera Selatan dan APBN. Jumlah anggaran yang dikelola Dinas Kehutanan tersebut adalah Rp.25.450.134.900,- yang terdiri dari APBD Provinsi Sumatera Selatan
sebesar
Rp.22.247.461.900,-
dan
APBN
sebesar
Rp.3.202.673.000,Anggaran belanja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) yang berasal dari APBD Provinsi Sumatera Selatan pada Tahun
Anggaran
2015 sebesar Rp.22.247.461.900,- sampai dengan 31 Desember 2015 terealisasi sebesar Rp.21.401.234.576,- atau
96,20%.
Anggaran ini
terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp.13.695.389.000,- dengan realisasi Rp.13.404.888.220,- atau 97,88% dan belanja langsung dengan anggaran
sebesar
Rp.8.552.072.900,-
dengan
realisasi
Rp.7.996.346.356,- atau 93,50%. Alokasi dan Realisasi Anggaran menurut Belanja pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat sebagai berikut: No
Uraian
1.
Belanja Tidak langsung Belanja Langsung Jumlah
2.
Pagu Anggaran (Rp) 13.695.389.000
Realisasi Keuangan (Rp) 13.404.888.220
97,88
8.552.072.900 22.247.461.900
7.996.346.356 21.401.234.576
93,50 96,20
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
%
Page 102
a. Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung APBD Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2015 pada SKPD Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) adalah Rp.13.695.389.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 13.404.888.220,- atau 97,88% dan realisasi fisik sebesar 97,88%. Adapun perincian anggaran
dan
realisasinya
adalah
sebagai
berikut: 1). Gaji dan Tunjangan Gaji dan tunjangan dengan anggaran Rp.8.458.871.000,- dengan realisasi Rp.8.206.840.720,- atau 97,02 % dan realisasi fisik 97,02%. 2). Tambahan Penghasilan PNS Tambahan
penghasilan
PNS
dengan
anggaran
Rp.5.236.518.000,- dengan realisasi sebesar Rp.5.198.047.500,atau 99,27% dan realisasi fisik 99,27%. b. Belanja Langsung Anggaran Belanja Langsung pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) adalah Rp.8.552.072.900,- yang meliputi 47 (empat puluh tujuh) kegiatan/DPA, dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 7.996.346.356,- atau 93,50% dan realisasi fisik sebesar 98,65%. Sedangkan yang dikelola oleh UPTD Pelayanan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan adalah Rp.349.360.000,- yang meliputi 2 (dua) kegiatan, dengan realisasi keuangan Rp.311.660.634,- atau 89,00% dan realisasi fisik sebesar 100,00%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 103
Tabel akuntabilitas keuangan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 disajikan dalam tabel berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 104
Dari 5 (lima) sasaran yang harus dicapai tersebut, kelima sasaran berhasil dicapai yang terdiri dari : 1. Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan. Pada sasaran pertama terdapat 2 (dua) indikator kinerja sasaran yang dicapai, yaitu: a. Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, indikator sasaran tercapai dengan tingkat capaian 143,75%. b. Jumlah
Kelembagaan
Kesatuan
beroperasi, indikator sasaran
Pengelolaan
Hutan/KPH
yang
tercapai dengan tingkat capaian
400,00%. Pencapaian sasaran Kawasan Hutan,
ini didukung oleh Program
Pengukuhan
Program Pembentukan Kelembagaan Kesatuan
Pengelolaan Hutan/KPH, Program Inventarisasi Sumber Daya Hutan Tingkat Provinsi, dan
Program
Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(APBN).
Program Pengukuhan Kawasan Hutan meliputi 1 (satu) kegiatan dengan
anggaran
Rp.
184.500.000,-
Realisasi
keuangan
adalah
Rp.168.130.000,- atau 91,13% dan realisasi fisik 100,00 %. Program
Pembentukan
Kelembagaan
Kesatuan
Pengelolaan
Hutan/KPH meliputi 1 (satu) kegiatan dengan anggaran Rp. 143.244.000,Realisasi keuangan adalah Rp.123.937.300,- atau 86,52 % dan realisasi fisik 100,00%. Program Inventarisasi Sumber Daya Hutan Tingkat Provinsi meliputi 2 (dua) kegiatan dengan anggaran Rp.295.000.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp.294.030.000,- atau 99,67% dan realisasi fisik 100,00%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 105
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meliputi 1 (satu) kegiatan dengan anggaran Rp.3.202.673.000.000,-. Realisasi keuangan program ini adalah Rp. 2.742.113.122,- atau 85,62% dan realisasi fisik 97,86%.
2. Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu. Pada sasaran ke-2 (kedua) terdapat 2 (dua) indikator kinerja sasaran yang dicapai, yaitu: a. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan, indicator sasaran tercapai dengan tingkat capaian 187,14%. b. Jumlah DAS/ Sub DAS yang Dikelola Secara Terpadu, indikator sasaran tercapai dengan tingkat capaian sebesar 100,00%. Pencapaian sasaran
ini didukung oleh Program Kelembagaan
Pengelolaan DAS Terpadu Musi, Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan, dan Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) . Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi meliputi 5 (lima) kegiatan dengan anggaran Rp. 720.775.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp.688.978.528,- atau 95,59% dan realisasi fisik 98,63%. Program Rehabilitasi Lahan Kritis Dalam Kawasan Hutan meliputi 3 (tiga) kegiatan dengan anggaran Rp. 2.361.301.200,- Realisasi keuangan adalah Rp.2.229.347.800,- atau 94,41% dan realisasi fisik 100,00%. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meliputi 1 (satu) kegiatan dengan anggaran Rp.3.202.673.000.000,-. Realisasi keuangan program ini adalah Rp. 2.742.113.122,- atau 85,62% dan realisasi fisik 97,86%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 106
3. Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa Lingkungan di Bidang Kehutanan. Pada sasaran ke-3 (ketiga) terdapat 2 (dua) indikator kinerja sasaran yang dicapai, yaitu: a. Jumlah penurunan laju deforestasi
dan
degradasi hutan, indikator
sasaran tercapai dengan tingkat capaian 992,50%. b. Luas Hutan Tanaman, indikator sasaran
dicapai
dengan tingkat
capaian 121,67%. Pencapaian sasaran
ini didukung oleh Program Penurunan laju
Deforestasi, Program Penurunan Laju Degradasi Hutan, Program Penguatan Kelembagaan Implementasi REDD+ dan RAD GRK, Program Peningkatan Produksi Kayu dari HTI,
dan Program
Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(APBN) .
Program Penurunan Laju Deforestasi meliputi 4 (empat) kegiatan dengan
anggaran
Rp.688.860.000,-
Realisasi
keuangan
adalah
Rp.620.588.634,- atau 90,09% dan realisasi fisik 100,00%. Program Penurunan Laju Degradasi Hutan meliputi 2 (dua) dengan anggaran Rp.170.000.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp.160.037.600,atau 94,14% dan realisasi fisik 100,00%. Program Penguatan Kelembagaan Implementasi REDD+ dan RAD GRK meliputi 3 (tiga) kegiatan dengan anggaran Rp.269.000.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp.241.249.074,- atau 89,68% dan realisasi fisik 100,00%. Program Peningkatan Produksi
Kayu
dan HTI meliputi 2 (dua)
kegiatan dengan anggaran Rp. 347.870.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp. 334.637.650,- atau 96,20% dan realisasi fisik 100,00%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 107
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meliputi 1 (satu) kegiatan dengan anggaran Rp.3.202.673.000.000,-. Realisasi keuangan program ini adalah Rp. 2.742.113.122,- atau 85,62% dan realisasi fisik 97,86%.
4. Meningkatkan Produktifitas sumber daya hutan. Pada sasaran ke-4 (keempat) terdapat 1 (satu) indikator kinerja sasaran yang akan dicapai, yaitu: a. Produksi Kayu dari Hutan Tanaman, indikator sasaran dicapai dengan tingkat capaian 119,59%. Pencapaian sasaran Target
ini didukung oleh Program Peningkatan
Penanaman Hutan.
Penanaman
Program Peningkatan
Target
Hutan meliputi 1 (satu) kegiatan dengan anggaran
Rp.161.400.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp.143.313.500,- atau 88,79% dan realisasi fisik 99,05%. 5. Meningkatkan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan. Pada sasaran ke-5 (kelima) terdapat 1 (satu) indikator kinerja sasaran yang akan dicapai, yaitu: a. Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan , indikator sasaran dicapai dengan tingkat capaian 156,70%. Pencapaian sasaran
ini didukung oleh Program Peningkatan
Penerimaan Sub Sektor Kehutanan, Program Peningkatan Produksi Industri Kayu Hulu, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN).
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 108
Program Peningkatan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan meliputi 3 (tiga) kegiatan dengan anggaran Rp. 344.938.000,-. Realisasi keuangan adalah Rp.341.438.957,- atau 98,99% dan realisasi fisik 100,00%. Program Peningkatan Produksi
Industri
Kayu Hulu meliputi 2
(dua) kegiatan dengan anggaran Rp. 136.572.500,-. Realisasi keuangan adalah Rp.132.102.950,- atau 96,73% dan realisasi fisik 100,00%. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meliputi 1 (satu) kegiatan dengan anggaran Rp.3.202.673.000.000,-. Realisasi keuangan program ini adalah Rp. 2.742.113.122,- atau 85,62% dan realisasi fisik 97,86%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 109
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 121
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Page 124