BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Media Massa
2.1.1.
Pengertian Media Massa Istilah media massa berasal dari bahasa Inggris, yaitu mass media.
Mass media ini adalah singkatan dari mass media communication atau media of mass communication. Sebab disebutnya mass media adalah karena adanya mass character yang melekat atau dimiliki oleh media itu.5 Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan ke pada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dari anonim melalui media cetak atau elektronik. Sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa juga dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber ke pada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, televisi, radio dan film.6 Dengan adanya media massa, masyarakat akan lebih mudah mendapatkan suatu informasi walaupun informasi tersebut berada jauh di sekitar mereka tinggal. Media massa banyak memberikan keuntungan. Siapa pun yang
5
Sunarjo dan Djonaesih. 1983. Himpunan Istilah Komunikasi: edisi kedua. Yogyakarta: Liberty, hlm 70-71. 6 Hafied Cangara. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 126.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
dekat dengan media massa pasti dia mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang tidak bersentuhan sama sekali dengan media. Dalam komunikasi massa, media sangat berperan penting karena menghubungkan antara sumber dengan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarkannya. Pada dasarnya media massa dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan salah satu media massa elektronik, yaitu film.
2.1.2
Jenis-Jenis Media Massa Media massa dibadi dua, yaitu media cetak dan media elektronik.
Media cetak yang memenuhi kriteria sebagai media massa berupa majalah, koran dan tabloid. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria sebagai media massa berupa televisi, radio, internet dan film.7 1
Majalah Edisi pertama majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar. Majalah tersebut membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika. Sedangkan di Indonesia keberadaan majalah sebagai media massa dimulai menjelang dan pada awal kemerdekaan Indonesia. Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan
7
Ardianto dan Komala, Lukiah. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm 4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
siapa yang akan menjadi pembacanya. Apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari anakanak sampai dewasa. Bisa juga sasaran pembacanya kalangan profesi tertentu seperti bertani, berternak dan memasak. 2.
Radio Radio adalah media massa elektronik tertua. Keunggulan radio adalah bisa dinikmati di mana saja seperti di kamar tidur, di dapur, di mobil, di kantor, di jalanan, dan di berbagai tempat lainnya. Radio memiliki kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu. a.
Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisi yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkan pembukaan pesta olahraga se-Asia atau Asean Games di Senayan.
b.
Film Film atau gambar gerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop dan film televisi. Film lebih dahulu menjadi hiburan dibandingkan radio dan televisi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.1.3.
Fungsi Media Massa Fungsi dari media massa adalah sebagai berikut:8 1.
Fungsi Memberikan Informasi (to Inform) Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi.
2.
Fungsi Memberikan Pendidikan atau Membimbing (to Educated) Media massa merupakan sarana bagi pendidikan untuk khalayak (mass education). Oleh karena itu media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satunya cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai-nilai dan opini serta aturan-aturan yang dianggap benar ke pada pemirsa atau pembaca. Artinya sebagian dari fungsi pendidikan (edukasi), media massa diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi.
3.
Fungsi Menghibur (to Entertain) Fungsi menghibur dari media massa bertujuan untuk mengurangi ketegangan pemikiran khalayak dikarenakan membaca berita-berita berat atau melihat tayangan dari televisi yang mempunyai bobot ilmiah.
8
Karlina Siti, Betty Soemirat dan Komala Lukiah. 1999. Komunikasi Massa. Universitas Terbuka, hlm 53-56.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
4.
Fungsi Mempengaruhi Khalayak (to Influence) Fungsi mempengaruhi khalayak dari media massa sangat penting artinya, karena hal tersebut menyebabkan media massa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari media massa secara emplisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan-iklan, artikel-artikel dan sebagainya.
2.2.
Film
2.2.1.
Pengertian Film Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).9 Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetanuntuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut cinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan atau oleh animasi. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Definisi film berbeda di setiap negara; di Prancis ada pembedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan dunia
9
http://kbbi.web.id/film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani, film dikenal dengan istilah cinema, yang merupakan singkatan dari cinematograph (nama kamera dari Lumiere bersaudara). Cinemathographie secara harafiah berarti cinema (gerak), tho atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar. Jadi, yang dimaksud dengan cinemathographie adalah melukis gerak dengan cahaya. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu movies; berasal dari kata move, artinya gambar bergerak atau gambar hidup. Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya ke pada komunikan. Dampak yang ditimbulkannya bisa positif atau negatif. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benarbenar diperhatikan oleh komunikator, apa lagi bila komunikator yang menggunakan media massa elektronik. Film misalnya, dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikan. Film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus dan produksinya bisa diterima dan diminati layaknya karya seni. Film sebagai sarana baru digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, menyajikan cerita, peristiwa dan sajian teknis lainnya ke pada masyarakat umum. Ada banyak sekali keistimewaan media film, yaitu antara lain: 1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal. 2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3. Film dapat berkomunikasi dengan penontonnya tanpa batas menjangkau luas ke dalam perspektif pemikiran. 4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan (bisa positif maupun negatif). 5. Film bisa sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar.
2.2.2.
Sejarah Film Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan
membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia. Karena lahir secara bersamaan inilah, maka saat awal-awal ini berbicara film artinya juga harus membicarakan bioskop. Meskipun usaha untuk membuat “citra bergerak” atau film ini sendiri sudah dimulai jauh sebelum tahun 1895, bahkan sejak tahun 130 masehi. Namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang menandai lahirnya film pertama di dunia. Pelopornya adalah dua bersaudara Lumiere Louis (1864-1948) dan Auguste (1862-1954). Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere bersaudara inilah yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903) dan di Italia (1905). Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata. Film tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan dengan home theater. Dengan perkembangan internet, film juga dapat disaksikan lewat jaringan superhighway ini. Film-film Indonesia selama dua dekade ini (1980-an dan 1990-an) terpuruk sangat dalam. Insan film Indonesia seperti tak bisa berkutik menghadapi arus film impor. Masalah yang dihadapi harus diakui sangatlah kompleks. Mulai dari persoalan dana, SDM, hingga kebijakan pemerintah. Persoalan ini dari tahun ke tahun semakin melebarkan jarak antara film, bioskop dan penonton, tiga komponen yang seharusnya memiliki pemahaman yang sama terhadap sebuah industri film. Di awal millenium baru ini tampaknya mulai ada gairah baru dalam industri film Indonesia. Karya-karya sineas seperti Garin Nugroho, Riri Reza, Rizal Mantovani, Jose Purnomo dan beberapa sineas lainnya seperti memberikan semangat baru pada industri film Indonesia. Kenyataan ini cukup memberi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
harapan, karena selain terjadi disaat bersamaan dengan bangkitnya film-film dari dunia ketiga, tak terasa bahwa industri perfilman sesungguhnya sudah seratus tahun dikenal di Indonesia. Di Indonesia, film pertamakali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep”. Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton. Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film cerita impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang. Karena pada tahun tersebut, di belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi. Film cerita lokal pertama yang berjudul Loetoeng Kasaroeng ini diproduksi oleh NV Java Film Company. Film lokal berikutnya adalah Eulis Atjih yang diproduksi oleh perusahaan yang sama. Setelah film kedua ini diproduksi, kemudian muncul perusahaan-perusahaan film lainnya seperti Halimun Film Bandung yang membuat Lily van Java dan Central Java Film Coy (Semarang) yang memproduksi Setangan Berlumur Darah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Industri film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara pada tahun 1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film Company bekerjasama dengan Kruegers Film Bedrif di Bandung dengan judul Atma de Vischer. Selama kurun waktu itu (1926-1931) sebanyak 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan pesat. Filmrueve (majalah film pada masa itu) pada tahun 1936 mencatat adanya 227 bioskop. Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30 Maret-5 April 1955, setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia). Film Jam Malam karya Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus terpilih mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II di Singapura. Film ini dianggap karya terbaik Usmar Ismail. Sebuah film yang menyampaikan kritik sosial yang sangat tajam mengenai para bekas pejuang setelah kemerdekaan. Di tahun ‘80-an, produksi film lokal meningkat. Dari 604 di tahun ‘70-an menjadi 721 judul film. Jumlah aktor dan aktris pun meningkat pesat. Begitu pula penonton yang mendatangi bioskop. Tema-tema komedi, seks, seks horor dan musik mendominasi produksi film di tahun-tahun tersebut. Sejumlah film dan bintang film mencatat sukses besar dalam meraih penonton. Warkop dan H. Rhoma Irama adalah dua nama yang selalu ditunggu oleh penonton. Film Catatan Si Boy dan Lupus bahkan dibuat beberapa kali karena sukses meraih untung dari jumlah penonton yang mencapai rekor tersendiri. Tapi yang paling monumental dalam hal jumlah penonton adalah film Pengkhianatan G-30S/PKI
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
yang penontonnya (meskipun ada campur tangan pemerintah Orde Baru) sebanyak 699.282, masih sangat sulit untuk di tandingi oleh film-film lokal lainnya. Kalau di awal munculnya bioskop, satu bioskop memiliki beberapa kelas penonton, tahun ‘80-an ini bioskopnya yang menjadi berkelas-kelas. Seperti Cinemascope kemudian lebih dikenal sebagai Bioskop 21. Dengan kehadiran Bisokop 21, film-film lokal mulai tergeser peredarannya di bioskop-bioskop kecil dan bioskop-bioskop pinggiran. Apalagi dengan tema film yang cenderung monoton dan cenderung dibuat hanya untuk mengejar keuntungan saja, tanpa mempertimbangkan mutu film tersebut. Hal lain yang juga tak bisa dipungkiri turut berperan dalam terpuruknya film nasional ini adalah impor dan distribusi film yang diserahkan kepada pihak swasta. Bioskop 21 bahkan hanya memutar film-film produksi Hollywood saja, tidak mau memutar film-film lokal. Akibatnya, di akhir tahun ‘80-an, kondisi film nasional semakin parah dengan hadirnya stasiun-stasiun televisi swasta yang menghadirkan film-film impor dan sinema elektronik serta telenovela. Meski dalam kondisi “sekarat”, beberapa karya seperti Cinta dalam Sepotong Roti, Daun di atas Bantal karya Garin Nugroho mampu memenangkan berbagai penghargaan di festival film internasional. Pertengahan ‘90-an, film-film nasional yang tengah menghadapi krisis ekonomi harus bersaing keras dengan maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Praktis semua aktor dan aktris panggung dan layar lebar beralih ke layar kaca. Apalagi dengan kehadiran Laser
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Disc, VCD dan DVD yang makin memudahkan masyarakat untuk menikmati film impor. Namun di sisi lain, kehadiran kamera-kamera digital berdampak positif juga dalam dunia film Indonesia. Mulailah terbangun komunitas film-film independen. Film-film yang dibuat di luar aturan baku yang ada. Film-film mulai diproduksi dengan spirit militan. Meskipun banyak film yang kelihatan amatir namun terdapat juga film-film dengan kualitas sinematografi yang baik. Sayangnya film-film independen ini masih belum memiliki jaringan peredaran yang baik. Sehingga film-film ini hanya bisa dilihat secara terbatas dan di ajang festival saja. Kini film Indonesia telah mulai berderak kembali. Beberapa film bahkan booming dengan jumlah penonton yang sangat banyak. Sebut saja, Ada apa dengan Cinta, yang membangkitkan kembali industri film Indonesia. Beberapa film lain yang laris manis dan menggiring penonton ke bioskop seperti Petualangan Sherina, Jelangkung, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi maupun Naga Bonar Jadi 2. Genre film juga kian variatif, meski tema-tema yang diusung terkadang latah, jika sedang ramai horor, banyak yang mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja atau anak sekolah. Dengan variasi yang diusung, itu memberikan kesempatan media film menjadi sarana pembelajaran dan motivator bagi masyarakat. Seperti film King, Garuda di Dadaku, serta Laskar Pelangi. Bahkan, Indonesia sudah memulai masuk ke industri animasi. Banyak hasil karya anak bangsa yang bisa diperhitungkan, beberapa di antaranya adalah Huma, Meraih Mimpi, Battle of
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Surabaya, Homeland, Petualangan si Adi, Petualangan Singa Pemberani, dan lain-lain.
2.2.3.
Karakteristik Film Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film antara lain:10 1.
Layar yang Luas Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran lebih besar. Layar film yang besar telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan di dalam film. Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, layar film saat ini bisa dibuat menjadi tiga dimensi sehingga khalayak seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak.
2.
Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shoot dalam film dengan menggunakan extreme long shoot atau panoramic shoot, yakni pengambilan gambar secara menyeluruh. Shoot tersebut dipakai untuk memberikan kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya sehingga film menjadi lebih menarik.
3.
Konsentrasi Penuh Saat menonton film di bioskop, kita akan terbebas dari gangguan apapun karena semua mata khalayak atau penonton hanya tertuju pada
10
Ardianto dan Komala, Lukiah. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm 136-138.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
layar dan tempat yang memiliki ruangan kedap suara. Dalam keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyaksikan setiap adegan yang tampil dalam film tersebut. 4.
Identifikasi Psikologis Konsentrasi penuh saat kita menonton film di bioskop, tanpa kita sadari dapat membuat kita benar-benar menghayati apa yang ada di dalam film tersebut. Penghayatan yang dalam itu membuat kita secara tidak sadar akan menyamakan diri kita sebagai salah seorang pemeran dalam film tersebut. Menurut ilmu jiwa sosial, gejala seperti ini disebut sebagai identifikasi psikologis. Pengaruh film terhadap jiwa khalayak atau para penonton tidak hanya pada saat menonton, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan gaya hidup yang ditunjukkan oleh sebuah suku bangsa dalam menjalani kesehariannya. Tidak jarang gaya hidup dari penikmat film tersebutpun turut berubah mengikuti keunikan dari bangsa lain.
2.2.4.
Fungsi Film Film adalah salah satu alat komunikasi yang sangat mudah
disampaikan, mudah diterima dan dicerna oleh manusia. Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton terutama ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
film terdapat fungsi informatif dan fungsi edukatif, bahkan persuasif. Berikut beberapa fungsi film:11 1.
Sebagai Alat Penerangan Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio visual sehingga dapat mudah dimengerti.
2.
Sebagai Alat Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatanperbuatan yang baik.
3.
Sebagai alat hiburan Dalam mensejahterakan rohani manusia karena di sini kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan.
2.2.5.
Unsur-Unsur Film Produksi film melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif yang
menghasilkan bahasa film yang harus dikenali karena film bercerita tentang kehidupan dan segala hal di dunia, sehingga penting untuk mengenali dan memahami tehnik-tehnik visual. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam film antara lain : 1.
Penyutradaraan Sutradara adalah seseorang yang menterjemahkan bahasa naskah ke dalam ”bahasa” suara dan gambar secara spesifik. Seorang sutradara
11
Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pintar Bikin Film Dokumenter. Jakarta: PT Buku Kita, hlm 145.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
memvisualkan naskah atau script dengan memberikan konsep abstrak ke dalam bentuk yang kongkrit atau nyata. Sutradara membangun sebuah pandangan atau point of view ke dalam suatu gagasan dan menentukan pemilihan shot-shot, penempatan dan pergerakkan kamera, serta mengarahkan akting pemain. Sutradara bertanggung jawab pada struktur dramatis, alur cerita, yang tercakup dalam audio dan visual. Seorang sutradara harus mampu mempertahankan keingintahuan penonton. Sutradara bekerja bersama kru serta talent (aktris/actor), membangun plotting. Menurut Roman Polanski, penyutradaraan adalah sebuah gagasan di mana anda harus memiliki keseluruhan alur yang bisa dipaparkan dengan baik. Poin yang terpenting adalah bahwa sutradara harus bisa memimpin. 2.
Skenario Skenario itu adalah sebuah naskah cerita yang menguraikan uruturutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik. Seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Adapun fungsi dari skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam pembuatan film.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
3.
Pemeranan Pemeranan atau peran (pemain sandiwara), menurut pengertian dalam kamus Drama peran berarti proses, cara, perbuatan memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan seseorang. Sebenarnya asal kata pemeranan adalah “To Act” dalam Bahasa Indonesia artinya “bereaksi”.
Jadi
pengertian
pemeranan
tokoh
adalah
seni
mengekspresikan tubuh , suara dan sukma seseorang dalam sebuah peran. Oleh karena itu jika aktor ingin memainkan tokoh apapun dengan karakter yang sangat berbeda dengan karakter pribadi si aktor maka aktor harus memiliki dasar penguasaan. Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeranan tokoh adalah laku atau perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan karakter. 4.
Tata Sinematografi Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi
memanfaatkan
gambar
tunggal,
sedangkan
pada
sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.Jadi sinematografi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam senematografi disebut montase atau montage. 5.
Tata Artistik Tata artistik dalam komposisi film. Memahami komposisi dalam tata artistik adalah suatu keharusan, karena komposisi adalah suatu unsur yang sangat penting dalam penciptaan karya seni. Secara sederhana komposisi diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam objek, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Jadi, pengetahuan tentang komposisi dalam tata artistik akan berguna untuk mendapatkan keseimbangan pandangan yang harmonis.
6.
Penyuntingan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kerja menyunting memiliki tiga arti. Pertama, menyiapkan naskah siap cetak atau siap untuk diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Kedua, merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah). Dan ketiga, menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali. Adapun kata penyuntingan, menurut KBBI, memiliki arti: proses, cara, perbuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
7.
Editor Editor bertugas menyusun hasil syuting hingga membentuk rangkaian cerita. Seorang editor bekerja di bawah pengawasan seorang sutradara tanpa mematikan kreatifitas, sebab tugas dari seorang editor adalah berdasarkan konsepsi. Editor akan menyusun segala materi di meja editing menjadi pemotongan kasar (rought out) dan pemotongan halus (tine cut). Hasil pemotongan halus disempurnakan lagi dan akhirnya ditransfer bersama suara dengan efek-efek transisi optik untuk menunjukkan waktu maupun adegan.
8.
Tata Suara Suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Tata Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rapat dan lain lain. Tata Suara memainkan peranan penting dalam film. Tata Suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar kencang tanpa mengabaikan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
mikropon-mikropon, kabel-kabel, prosesor dan efek suara, pengaturan konsul mixer, kabel-kabel, dan juga audio power amplifier dan speaker-speakernya. 9.
Tata Musik Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam: Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai music. Dalam film, music sangat diperlukan agar film menjadi lebih menarik. Untuk itu diperlukan pengaturan music yang digunakan agar nada-nada yang dihasilkan harmonis dan berhubungan dengan jalan cerita dalam film tersebut. Dilihat dari segi teknis, unsur-unsur film terdiri dari:
1.
Audio (Dialog dan Sound Effect) a.
Dialog Dialog berisikan kata-kata. Dialog dapat digunakan untuk menjelaskan perihal tokoh atau peran, menggerakkan plot maju dan membuka fakta.
b.
Sound Effect Sound effect adalah bunyi-bunyi yang digunakan untuk melatar belakangi sebuah adegan yang berfungsi sebagai penunjang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
sebuah gambar untuk membentuk nilai dramatika sebuah adegan dalam film. 2.
Visual a.
Angle Angle kamera dibedakan menurut karakteristik dari gambar yang dihasilkan ada tiga, yaitu: 1)
High Angle, yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih tinggi dari obyek. Hal ini akan memberikan ke pada penonton sesuatu kekuatan atau rasa superioritas.
2)
Low Angle, yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih rendah dari obyek. Hal ini akan membuat seseorang nampak kelihatan mempunyai kekuatan yang menonjol dan akan kelihatan kekuasaannya.
3)
Stright Angle, yaitu sudut pengambilan gambar yang normal. Biasanya ketinggian kamera setinggi dada dan sering digunakan pada scane yang obyeknya tetap. Mengesankan situasi yang normal, dan bila mengambil straight angel secara zoom in menggambarkan ekspresi wajah obyek atau pemain dalam memainkan karakternya. Sedangkan pengambilan stright angle secara zoom out menggambarkan ekspresi dan gerak tubuh obyek secara menyeluruh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
b.
Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan adalah tata lampu dalam film. Ada dua macam pencahayaan yang digunakan dalam suatu produks film, yaitu Natural Light (matahari) dan Artifical Light (buatan). Jenis pencahayaan, antara lain: 1)
Cahaya Depan (Front Lighting), yaitu pencahayaan yang merata dan tampak natural.
2)
Cahaya Samping (Side Lighting), yaitu pencahayaan subyek lebih terlihat dinamis. Biasanya banyak digunakan untuk menonjolkan suatu benda karakter seseorang.
3)
Cahaya Belakang (Back Lighting), yaitu pencahayaan yang menghasilkan bayangan dan dimensi.
4)
Cahaya Campuran (Mix Lighting), yaitu pencahayaan yang
merupakan
gabungan
dari
gabungan
ketiga
pencahayaan sebelumnya. Efek yang dihasilkan lebih merata dan meliputi setting yang mengelilingi obyek. c.
Teknik Pengambilan Gambar Pengambilan gambar atau perlakuan kamera juga merupakan salah satu hal yang penting dalam proses penciptaan visualisasi simbolik yang terdapat dalam film. Proses tersebut akan dapat mempengaruhi hasil gambar yang diinginkan, apakah ingin menampilkan karakter tokoh, ekspresi wajah dan setting yang ada dalam sebuah film.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
d.
Setting Serring adalah tempat atau lokasi untuk mengambil sebuah visual dalam pembuatan film.
2.2.6.
Jenis Film Film dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu antara lain: 1.
Film Dokumenter (Documentary Films) Film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. Sebutan dokumenter pertama kali diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas. Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuantujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program documenter tentang keragaman alam dan budaya. Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita, Televisi Republik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Indonesia (TVRI). Beragam film documenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta menayangkan program film dokumenter, baik produksi sendiri maupun membelinya dari sejumlah rumah produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang banyak dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak Seribu Pulau (Miles Production, 1995. Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan sehingga sekitar enam tahun kemudian program yang hampir sama dengan judul Pustaka Anak Nusantara (Yayasan SET, 2001) diproduksi untuk konsumsi televisi. Dokudrama juga mengilhami para pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga mengambil gaya dokudrama seperti JFK (tentang presiden Kenedy), Malcom X, dan Schindler’s List. 2.
Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang atau kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi. 3.
Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit, bahkan ada yang berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
4.
Film Cerita (Story Film) Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazimnya dibintangi oleh bintang-bintang tenar. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya. dokumenter, dan film kartun.
5.
Film Berita (Newsreel) Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan ke pada publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu harus penting dan menarik. Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya atau film beritanya bisu atau pembaca berita uang membacakan narasinya. Bagi peristiwa–peristiwa tertentu, perang, kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, film berita yang dihasilkan kurang baik. Dalam hal ini yang terpenting adalah peristiwanya terekam secara utuh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
6.
Film Kartun (Cartoon Film) Film kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak. Dapat dipastikan kita semua mengenal tokoh Donal Bebek (Donal Duck), Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika Serikat Walt Disney. Sebagian besar film kartun di sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan para tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film kartun bisa juga mengandung unsur pendidikan. Minimal akan terekam bahwa kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik, maka tokoh baiklah yang selalu menang.
2.2.7.
Genre Film Berikut ini adalah beberapa genre film yang dapat dikatakan terkenal
dan sukses di pasaran, antara lain: 1.
Drama Sebuah film drama adalah ragam film yang sebagian besar tergantung pada pengembangan mendalam karakter realistis yang berurusan dengan tema emosional. Tema drama seperti alkoholisme, kecanduan obat, perselingkuhan, dilema moral, prasangka rasial, intoleransi agama, seksualitas, kemiskinan, pembagian kelas, kekerasan terhadap perempuan dan korupsi yang menempatkan karakter dalam konflik dengan diri mereka sendiri, orang lain, masyarakat dan bahkan fenomena alam. Drama adalah yang paling luas dari genre film dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
termasuk subgenre seperti drama romantis, film olahraga, drama periode, drama ruang pengadilan, dan kejahatan. Di pusat drama biasanya satu karakter atau lebih yang bertentangan pada saat yang genting dalam hidup mereka. Mereka sering berputar di sekitar keluarga;
film
yang
menggali
kehidupan
sehari-hari
untuk
mengajukan pertanyaan besar dan menyentuh emosi terdalam dari orang-orang normal. Drama sering, namun tidak selalu, memiliki resolusi tragis atau setidaknya menyakitkan dan menyangkut kelangsungan hidup dalam melewati beberapa krisis tragis, seperti kematian anggota keluarga, atau perceraian. Beberapa penampilan layar terhebat datang dari drama, karena adanya kesempatan yang luas bagi aktor untuk meregangkan diri ke dalam peran dimana genre lain tidak mampu. Film drama sering dinominasikan untuk penghargaan film, lebih sering dari genre film lainnya. Hampir seluruh aktor dalam dan luar negeri pernah berperan dalam film bergenre drama. 2.
Laga (Action) Film laga adalah genre utama dalam film yang satu atau beberapa tokohnya terlibat dalam tantangan yang memerlukan kekuatan fisik ataupun kemampuan khusus. Pemain yang dilibatkan umumnya adalah kaum pria, walaupun sekarang bermunculan pula berbagai tokoh heroik wanita. Beberapa aktor laga Indonesia yang pernah meramaikan perfilm-an nasional maupun internasional, antara lain Barry Prima (Jaka Sembung Sang Penakluk, Pasukan Berani Mati,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Jampang), Advent Bangun (Bangkitnya Si Mata Malaikat, Mat Pelor), Iko Uwais (The Raid), Joe Taslim (The Raid, Fast and Furious 6). Bahkan kita juga memiliki aktor laga wanita seperti Julie Estelle yang baru-baru ini bermain dalam film The Raid 2. 3.
Horor Film horor adalah film yang berusaha untuk memancing emosi berupa ketakutan dan rasa ngeri dari penontonnya. Alur cerita mereka sering melibatkan tema-tema kematian, supranatural, atau penyakit mental. Banyak cerita film horor yang berpusat pada sebuah tokoh antagonis tertentu yang jahat. Film horor menjadi genre yang paling populer di Indonesia belakangan ini. Karena dari tahun 2000 sampai sekarang, hampir 40% dari produksi film Indonesia adalah horor. Bukan hanya menjual “hantu”, tapi juga kemolekan tubuh para artis. Dan rupanya trik itu bisa mendongkrak antusias masyarakat untuk menonton. Terbukti dengan seringnya film horor berbau seks ini masuk dalam daftar sepuluh besar film Indonesia dalam perolehan jumlah penonton. Almarhum Suzanna adalah artis Indonesia yang banyak membintangi film bergenre horor seperti Sundel Bolong, Malam Jumat Kliwon, Bangunnya Nyi Roro Kidul, Hantu Ambulance, dan masih banyak lagi. Tidak heran diapun juluki "The Queen of Indonesian Horror". Pengikut jejaknyapun tidak sedikit. Di antaranya ada Dewi Persik (Paku Kuntilanak), Julia Perez (Hantu Jamu Gendong), dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
4.
Komedi Film komedi adalah genre film di mana penekanan utama adalah pada humor. Film dalam gaya tradisional ini memiliki akhir yang bahagia (komedi hitam yang pengecualian). Salah satu genre tertua dalam film, beberapa film bisu pertama adalah komedi. Komedi, tidak seperti genre film lainnya, menempatkan fokus lebih pada individu bintang, dengan banyak mantan komedian berdiri transisi ke industri film karena popularitas mereka. Sementara banyak film komik cerita ringan tanpa maksud lain selain untuk menghibur, yang lain mengandung komentar politik atau sosial. Group lawak legendaris yang berasal dari Indonesia adalah Warkop DKI, yang personelnya terdiri dari Dono, Kasino, Indro. Mereka banyak membintangi film komedi, di antaranya Malu Malu Mau (1988), Depan Bisa Belakang Bisa (1986), Bebas Aturan Main (1993), dan lain-lain.
5.
Petualangan (Adventure) Film Petualangan adalah sebuah genre film yang menampilkan suatu film yang banyak tantangan. Contoh film bergenre petualangan, antara lain 5cm (2012), Petualangan Sherina (2000), Lost in Papua (2011), dan lain-lain.
6.
Musikal Film musikal adalah genre film dimana didalamnya lagu dinyanyikan oleh para karakter terjalin ke dalam narasi, kadang-kadang disertai dengan menari. Lagu-lagu biasanya plot maju atau mengembangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
karakter film tersebut, meskipun dalam beberapa kasus mereka melayani hanya sebagai istirahat dalam alur cerita, seringkali sebagai rumit "angka produksi". Sebuah subgenre dari film komedi musik adalah musik, yang juga mencakup elemen kuat dari humor. Film musikal adalah perkembangan alami dari panggung musik setelah munculnya teknologi film suara. Biasanya, perbedaan terbesar antara musik film dan panggung adalah penggunaan latar belakang pemandangan yang mewah dan lokasi yang akan praktis dalam teater. Film musikal khas mengingatkan mengandung unsur teater; pemain sering memperlakukan lagu mereka dan nomor tari sebagai jika ada penonton tinggal menonton. Dalam arti, penampil menjadi penonton deictic, sebagai pelaku terlihat langsung ke kamera dan melakukan untuk itu. Film musikal yang pernah di buat di Indonesia, antara lain Joshua Oh Joshua (2000), Dawai 2 Asmara (2010), Rumah Tanpa Jendela (2011), Langit Biru (2011), dan lain-lain. 7.
Sains Fiksi Sebuah film fiksi ilmiah atau film fiksi sains adalah ragam film yang menggunakan tema fiksi sains: spekulatif, penggambaran fenomena berbasis ilmu pengetahuan yang belum tentu diterima oleh ilmu pengetahuan saat itu, seperti bentuk kehidupan di luar bumi, dunia asing, persepsi ekstra-indrawi, dan perjalanan waktu, sering bersama dengan unsur futuristik seperti wahana, robot, cyborg, perjalanan ruang angkasa antarbintang atau teknologi lainnya. Ilmu film fiksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
sering digunakan untuk fokus pada politik atau masalah sosial, dan untuk mengeksplorasi isu-isu filosofis seperti kondisi manusia. Dalam banyak kasus, kiasan yang berasal dari fiksi ilmiah tertulis dapat digunakan oleh sineas yang mengabaikan atau tidak peduli dengan standar ilmiah yang masuk akal dan logika alur cerita yang ada dalam versi tertulisnya. Ragam ini sudah ada sejak tahun-tahun awal film bisu, ketika film A Trip to the Moon (1902) karya Georges Méliès, memukau penonton dengan efek trik fotografi. Contoh utama berikutnya dalam ragam adalah film Metropolis (1927). Dari 1930-an hingga 1950-an, ragam ini terutama terdiri dari film-B beranggaran rendah. Setelah film terkenal Stanley Kubrick 2001: A Space Odyssey (1968), ragam film fiksi sains dianggap lebih serius oleh penggemar film. Pada akhir tahun 1970, anggaran besar film fiksi sains yang penuh dengan efek khusus menjadi populer dengan khalayak setelah keberhasilan Star Wars dan membuka jalan untuk film-film blockbuster pada dekade berikutnya. Di Indonesia sendiri belum yang pernah membuat film bergenre ini. 8.
Perang Film perang adalah genre film yang berkaitan dengan perang, biasanya sekitar angkatan laut, angkatan udara atau angkatan darat, kadang-kadang fokus pada tawanan perang, operasi rahasia, pendidikan dan pelatihan militer atau topik terkait lainnya. Kadang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
film perang juga fokus pada kehidupan sehari-hari militer atau sipil dalam masa perang tanpa menggambarkan pertempuran. Kisah-kisah mereka mungkin fiksi, berdasarkan sejarah, dokumenter drama, biografi, atau bahkan fiksi sejarah alternatif. Istilah film anti-perang kadang-kadang
digunakan
untuk
menggambarkan
film
yang
menyajikan ke pemirsanya rasa sakit dan kengerian perang, sering dari perspektif politik atau ideologis. Beberapa film Indonesia yang bergenre perang, antara lain Serangan Fajar (1982), Perawan di Sektor Selatan (1971), Pengkhianatan G 30 S PKI (1984), Merah Putih (2009), dan lain-lain. 9.
Biografi Hanya segelintir produser di Indonesia yang mau dan berani mengangkat genre film biografi ini, mungkin hampir tidak ada. Karena tentunya harus bisa memberikan gambaran yang nyata mengenai sosok yang akan diangkat dalam film ini. Film biografi umumnya mengambil kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh sebelum ia menjadi orang besar. Film biografi yang banyak di buat di Hollywood, antara lain The Social Network (2010), Lincoln (2012), Mandela: Long Walk to Freedom (2013), The King’s Speech (2010), dan lain-lain.
10.
Sosial Budaya dan Agama Film yang berlatar belakang sosial budaya di Indonesia cukup banyak diproduksi. Indonesia memiliki berbagai macam suku dan budaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
maupun agama. Biasanya genre film ini mengandung unsur sejarah maupun komedia. Karena Indonesia banyak memiliki bahasa dan logat terkadang bisa mengundang tawa tanpa maksud merendahkan. Siapa yang tidak tersenyum dengan logat Batak, Jawa, Sunda, Minang, Betawi, dan lain-lain. Banyak sineas muda yang tidak melupakan unsur kebudayaan Indonesia dalam membuat sebuah film. Ini mencerminkan budaya Indonesia masih memiliki pesona untuk menarik minat masyarakat luas dalam mencari hiburan. Film yang berlatar belakang sosial budaya dan agama yang pernah dibuat di Indonesia, antara lain Sang Penari, Gending Sriwijaya, Sang Pencerah, Laskar Pelangi, Demi Ucok, Mursala, Tanah Air Beta, dan masih banyak lagi.
2.3.
Budaya
2.3.1.
Pengertian Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Jadi budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Menurut Deddy Mulyana, budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut
Andreas
Eppink,
kebudayaan
mengandung
keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.3.2.
Unsur-Unsur Budaya C. Kluckhohn mengemukakan ada tujuh unsur kebudayaan secara
universal (universal categories of culture), yaitu:12 1.
Bahasa
12
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat.2006. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm 25.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Bahasa adalah produk dari manusia sebagai Homo Longuens yang merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. 2.
Sistem Pengetahuan Sistem ini merupakan produk dari manusia sebagai Homo Sapiens. Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
3.
Sistem Teknologi dan Peralatan Sistem ini meerupakan produk dari manusia sebagai Homo Faber. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
4.
a.
Alat-alat produktif
b.
Senjata
c.
Wadah
d.
Alat-alat menyalakan api
e.
Makanan
f.
Pakaian
g.
Tempat berlindung dan perumahan
h.
Alat-alat transportasi
Sistem Kesenian Sistem ini merupakan hasil manusia sebagai Homo Esteticus. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
5.
Sistem Mata Pencarian Hidup Sistem ini merupakan produk manusia sebagai Homo Economicus. Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
6.
1)
Berburu dan meramu
2)
Beternak
3)
Bercocok tanam di ladang
4)
Menangkap ikan
Sistem Religi Sistem ini merupakan hasil manusia sebagai Homo Religius. Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta. Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut: Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadangkadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian. 7.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Kemasyarakatan Sistem kekerabatan adalah hasil manusia sebagai Homo Spcius yang merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
2.3.3.
Karakteristik Budaya Beberapa karakteristik budaya adalah, antara lain:13 1.
Komunikasi dan Bahasa Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Meskipun bahasa tubuh mungkin universal, perwujudannya berbeda secara lokal. Contoh: - Dalam bahasa Jawa kata Jangan berarti sayur, sedangkan dalam bahasa Indonesia berarti tidak boleh. - Di Indonesia menggelengkan kepala berarti menolak. Sedangkan di India berarti setuju.
2.
Pakaian dan Penampilan Pakaian, dandanan (aksesoris/perhiasan), penampilan luar, cenderung berbeda secara kultural. Misalnya kebaya dan batik Jawa(Indonesia), kimono Jepang, payung Inggris, sarung Polynesia.
13
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm 58.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
3.
Makanan dan Kebiasaan Makan Cara memilih, menyiapkan, menyaikan, dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Misalnya: - Orang Cina makan menggunakan sumpit, sedangkan negara lain pada umumnya menggunakan sendok. - Pada umumnya orang-orang menggemari daging sapi, tetapi orangorang Hindu dilarang memakan daging sapi.
4.
Waktu dan Kesadaran Akan Waktu Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. Contoh: - Di sebuah perusahaan jika mengadakan rapat maka para staf (bawahan) diharapkan hadir tepat waktu, tetapi atasan datang terakhir. Hal tersebut terjadi terus menerus secara kontinu sehingga menjadi sebuah kebiasaan (budaya).
5.
Penghargaan dan Pengakuan Suatu area tertentu mempunyai cara tersendiri dalam memberi penghargaan dan pengakuan. Contoh :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
– Salah satu suku di Tibet, cara mereka memberi penghargaan terhadap orang lain dengan menjulurkan lidahnya yang artinya mereka memberikan rasa hormat terhadap orang tersebut. – Dalam sebuah organisasi(perusahaan), seseorang yang menduduki jabatan tertentu diberikan penghargaan berupa mobil atau rumah dinas. 6.
Hubungan Budaya juga mengatur hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan. Contoh:
:
– Dalam budaya Indonesia, hubungan orang tua dengan anak terdapat batasan. Dimana orang tua sangat dihormati oleh anaknya. Sedangkan dalam budaya amerika, hubungan orang tua dengan anak seperti interaksi hubungan antara teman. - Di Indonesia, khusunya kota Padang menganut sistem Matrilineal. Dimana perempuan (ibu) lebih dominan perannya dalam meneruskan garis keturunan hubungan keluarga. 7.
Nilai dan Norma Nilai dan Norma manusia juga dipengaruhi oleh kebutuhan hidup masing-masing. Seseorang yang menginginkan kelangsungan hidup, menghargai usaha-usaha pengumpulan makanan, penyediaan pakaian dan rumah yang memadai. Sedangkan mereka yang mempunyai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
kebutuhan lebih tinggi menghargai materi, uang, gelar-gelar pekerjaan, hukum, dan keteraturan. Contoh:
:
– Pada umumnya di negara-negara barat (misalnya : Amerika, Eropa), orang-orang mendambakan nilai-nilai yang lebih tinggi, seperti kualitas kehidupan, prestasi diri, dan makna dalam pengalaman. 8.
Rasa Diri dan Ruang Kenyamanan seseorang dengan dirinya dapat terlihat secara berbeda oleh budaya. Contoh : -
Orang-orang yang hidup dan tinggal di pedesaan umumnya,
identitas diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengan sikap yang sederhana. Sedangkan orang-orang yang hidup dan tinggal di perkotaan biasanya ditunjukkan dengan perilaku lebih agresif. -
Orang-orang
barat
(misalnya,
Amerika)
mempunyai
sifat
individualisme yang tinggi, artinya memiliki rasa ruang yang membutuhkan jarak (gap) lebih besar antara individu dengan individu lainnya. 9.
Proses Mental dan Belajar Setiap budaya mempunyai suatu proses berpikir, namun setiap budaya mewujudkan proses tersebut dengan cara yang berbeda. Kehidupan dalam suatu tempat tertentu menetapkan hukum-hukum untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
mempelajari atau tidak informasi tertentu, dan ini ditegaskan dan diperkuat oleh budaya di sana. Contoh: – Sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia yakni membaca, mendengar, dan mencatat. Hal ini membuat siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, Di negara-negara barat (misalnya Eropa, Amerika) guru hanya memberi pengarahan saja dan siswa diharapkan lebih aktif. 10.
Kepercayaan dan Sikap Dalam semua budaya tampaknya orang-orang mempunyai perhatian terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktik-praktik agama mereka. Agama dipengaruhi oleh budaya dan budaya pun dipengaruhi oleh agama. Sistem kepercayaan agama sekelompok orang agak bergantung pada tingkat perkembangan kemanusiaan mereka. Contoh: - Budaya primitif mempunyai kepercayaan pada makhluk-makhluk spiritual yang kita sebut “animisme”. - Sebagian masyarakat Indonesia jika ingin membangun sebuah gedung tetapi ada yang masih mempunyai kepercayaan tanah keramat. Maka, biasanya mereka mengadakan ritual upacara terlebih dahulu atau mereka tidak jadi membangun di tanah tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
2.3.4.
Nilai Budaya
2.3.4.1.
Pengertian Nilai Budaya Nilai budaya adalah nilai yang dikandung oleh suatu kebudayaan dan
unsur-unsurnya, yang membedakannya dari kebudayaan lain. Nilai budaya merupakan tingkat tertinggi dan abstrak dari adat-istiadat serta memberikan ciri dan karakter bangsa, suku bangsa, bahkan kelompok-kelompok masyarakat. Dengan demikian, ada perbedaan nilai dan sistem budaya dalam setiap kebudayaan. Nilai budaya tersebut meresapi hidup anggota masyarakat sejak dini sehingga mengakar di dalam jiwa, sehingga nilai budaya yang terdapat dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti begitu saja dalam waktu singkat dengan nilai budaya lain walauoun dengan dalih rasionalitas. Kalaupun ada nilai budaya yang sudah bergeser pada bangsa tertentu itu semua melewati beberapa proses, sebab akibat dan membutuhkan waktu yang panjang.14
2.3.4.2.
Jenis-Jenis Nilai Budaya Jenis-jenis nilai budaya, antara lain:
1.
Nilai Budaya Timur Macam-macam kebudayaan pertama adalah berbicara tentang nilai budaya Timur yang pada intinya banyak bersumber dari agama. Inti kepribadian manusia timur terletak pada hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi, intuisi, intelegensi, dan perasaan.
14
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hlm 137.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Pemikiran Timur lebih menekankan unsur terdalam jiwa. Macammacam kebudayaan yang memiliki nilai Timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, dan tidak mementingkan dunia. Sesuatu yang baik menurut budaya Timur tidak terdapat hanya dalam dunia benda (materialisme), tidak dengan memanipulasi alam (eksploitasi), atau mengubah masyarakat dan mencari kesenangan dirinya (hedonisme). 2.
Nilai Budaya Barat Macam-macam kebudayaan yang dimiliki oleh budaya Barat cenderung merupakan sisi kebalikan dari nilai-nilai budaya Timur. Budaya Barat lebih menekankan dunia obyektif dibandingkan perasaan sehingga hasil pola pemikirannya membuahkan sains dan teknologi. Nilai budaya Barat lebih ditekankan pada akan pikiran. Barat hanya meyakini sesuatu yang masuk akal saja, sehingga ritual keagamaan dipandang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal (irasional). Kehidupan Barat lebih terpikat pada kemajuan material dan hidup. Barat hidup dalam dunia teknis dan iliah sehingga mereka menganggap pikiran nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati sebagai sesuatu yang tidak bermutu.
3.
Percampuran Nilai Budaya Barat dan Timur Perdebatan
terhadap
budaya
modern
dan
tradisional
dalam
pergumulan kebudayaan Barat dan Timur pada era yang disebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
globalisasi tidak habis-habisnya hingga hari ini, bahkan tidak mungkian
pernah
selesai.
Kebudayaan
Barat
kadang-kadang
dipandang sebagai budaya haram yang menghancurkan nilai-nilai kebudayaan timur yang tradisional yang dianggap luhur. Kebudayaan modern yang menumbuhkan kebudayaan baru yang disebut budaya populer sepertinya telah mampu menembus celah-celah kehidupan berbudaya bangsa timur. Penggabungan dua budaya ini disebut akulturasi (percampuran). Biasanya budaya yang dihasilkan oleh kedua budaya ini disebut budaya hibrida (hybrid).
2.4.
Budaya Hibrida Mendengar kata hibrida kita pasti langsung menduga ini merupakan
istilah dalam ilmu biologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hibrida adalah turunan yang dihasilkan dari perkawinan antara dua jenis yang berlainan; dwifungsi; antar jenis individu atau kelompok individu tumbuhan atau hewan yang merupakan hasil perkawinan silang atau individu yang berbeda jenisnya.15 Ada juga yang menjelaskan hibrida merupakan generasi hasil persilangan antara dua atau lebih populasi yang berbeda, baik fenotipe maupun genotipenya. Pengertian ini dapat mencakup generasi langsung (dekat) hasil persilangan, ataupun generasi lanjut hasil segregasi dari persilangan tersebut.
15
http://kbbi.web.id/hibrida
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Persilangan telah dimulai sejak manusia mulai mengenal pertanian dan melakukan seleksi terhadap tumbuhan dan hewan yang dipelihara untuk memberikan hasil. Selama masa pengembang biakan selama ribuan tahun tersebut sambil melakukan introduksi varietas dari tempat lain, persilangan dapat terjadi secara tidak sengaja dan menghasilkan varietas yang baru. Seperti yang terjadi pada sapi Madura, yang merupakan hibrida dari banteng dan Zebu, beberapa mengatakan hibrida banteng dengan sapi Ongole. Varietas ini muncul kurang lebih 1500 tahun yang lalu. Lalu apa hubungannya hibrida dengan budaya? Dalam perkembangan lebih lanjut, kata ini digunakan dalam beberapa istilah teknis dari disiplin ilmu yang berbeda, yaitu antara lain: -
Hibrida yang mengacu pada jenis kultivar tanaman atau strain ternak.
-
Hibrida yang dipakai dalam bidang automotif.
-
Hibrida yang dipakai dalam bidang informatika.
-
Hibrida untuk menunjukkan ragam kebudayaan yang merupakan perpaduan dari dua atau lebih ragam budaya standar. Budaya hibrida terbentuk karena adanya akulturasi (percampuran)
yaitu yang merupakan suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku. Akulturasi budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan kebudayaan yang disebabkan “perkawinan“ dua kebudayaan bisa juga terjadi akibat adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan unsur kebudayaan mereka. Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena kontak dengan budaya lain, system pendidikan yang maju yang mengajarkan seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan. Indonesia sebagai bagian dari wilayah yang menganut kebudayaan Timur, harus mementingkan kerohanian, perasaan, gotong royong, dan menjaga keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Itulah sebabnya macam-macam kebudayaan yang dimiliki Indonesia memiliki kriteria yang sama dengan nilai-nilai budaya Timur. Permasalahan yang kemudian muncul adalah pengaruh budaya Barat yang mulai mengena. Unsur budaya Barat hendaknya diserap secara selektif dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
hati-hati. Kemajuan Barat di bidang ilmu pengetahuan dan taknologi patut kita tiru. Adapaun bentuk budaya Barat
berupa sikap gaya hidup mewah,
individualisme, dan jauh dari kehidupan agama tidak patut untuk dicontoh. Budaya Barat menganggap bahwa manusia adalah ukuran untuk segalanya. Maksudnya, manusia mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya sendiri berdasarkan akal, intelektual, dan pengalaman. Sedangkan budaya Timur menganggap bahwa Barat itu negara kebebasan. Segala sesuatunya serba mungkin terjadi. Namun kebebasan ini ternyata menyebabkan orang menjadi tidak bebas lagi. Sebagai akibat dari kebebasan itu pulalah nilai-nilai tradisional semakin pudar. Tidak ada lagi rasa kebersamaan dan gotong royong. Nilai yang tumbuh subur adalah nilai-nilai untuk kepentingan diri sendiri, kepentingan kelompok kecil atau kelas masyarakat tertentu. Macam-macam kebudayaan tersebutlah yang membuat kehilangan nilai rasa yang indah, menurut budaya Timur. Adapun dampak positif dan negatif dari masuknya budaya Barat, yaitu: 1.
Dampak positif masuknya budaya Barat, antara lain: a. Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsabangsa yang maju sehingga mampu mendorong kita untuk lebih baik lagi dan maju seperti mereka. b. Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
c. Terjadinya akulturasi budaya yang mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yang unik (budaya hibrida/hybrid). 2.
Dampak negatif masuknya budaya Barat, antara lain: a. Masuknya budaya asing yang lebih mudah diserap dan ditiru oleh masyarakat baik tua maupun muda, dan sayangnya yang ditiru biasanya hal-hal yang buruk. Contoh: cara berpakaian dan sex bebas di yang sudah tidak tabu lagi di kalangan anak muda. b. Adanya
globalisasi
bisa
memungkinkan
hilangnya
suatu
kebudayaan karena adanya percampuran antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan dari luar dan itu bisa karena memang tidak ada generasi penerus yang melestarikan budaya tersebut. c. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau Barat. Generasi muda lupa akan identitasnya sebagai bangsa Indonesia karena perilakunya banyak meniru budaya Barat. d. Menumbuhkan sikap dan sifat individualisme, tidak adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Di mana bangsa Indonesia terkenal dengan azas gotong royongnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
MODERN
+
TRADISIONAL
HYBRID
Gambar 1: Budaya Hybrid
2.4.1.
Budaya Hibrida pada Suku Batak Berikut penulis akan menjelaskan apakah budaya hibrida telah masuk
dalam kebudayaan Indonesia? Dalam karya ilmiah ini penulis memakai suku Batak Toba sebagai contoh tulisannya tentang proses budaya hibrida.
2.4.1.1.
Suku Batak Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Dari Pusuk Buhit keturunan Batak tersebut melakukan perpindahan ke seantero tanah Batak sejak ribuan tahun lalu. Migrasi yang terinformasi secara lebih jelas dan terpercaya dimulai sekitar pertengahan abad ke-19 hingga akhir abad ke-20.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
2.4.1.2.
Unsur-Unsur Budaya Batak Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam budaya Batak, antara
lain: 1.
Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan
yang disebut Huta. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klan kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klan besar yang anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya. Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin. 2.
Sistem Adat Istiadat Keseluruhan hidup orang Batak diatur oleh dan di dalam adat.
Fungsinya yang utama adalah menciptakan keteraturan di dalam masyarakat. Aktivitas sehari-hari, bila berhubungan sesama Batak, selalu diukur dan diatur berdasarkan adat. Bila hubungan official dalam pekerjaan, baik pemerintahan, perusahaan, pendidikan, perniagaan, maupun hubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
organisasi di dalam suatu lembaga yang dilakukan secara resmi oleh sesama Batak ditutup dengan bahasa dan partuturan Batak.16 3.
Sistem perkawinan Sistem perkawinan adalah tidak eksogami yang tidak simetris.
Perkawinan harus dengan marga lain dan tidak boleh bertukar langsung di antara dua keluarga yang berbeda marga. Dengan kata lain sistem lingkaran. Dalam hal jumlah istri, prinsip masa kini adalah monogami. Pada zaman Batak Toba dahulu prinsip yang dianut adalah poligami. Situasi peperangan memerlukan tenaga tentara dan tenaga untuk bekerja di ladang agar kebutuhan hidup terpenuhi. Karenanya parbalga tubu (keluarga besar) merupakan kehormatan dan kuasa. Itulah sebabnya banyak istri merupakan persyaratan untuk memenuhi keinginan tersebut. Akan tetapi, adat melarang untuk mengambil adik kandung istri menjadi istri kedua atau ketiga. Demikian juga dua orang laki-laki bersaudara kandung dilarang mengambil istri dua orang perempuan kakak beradik. Dewasa ini prinsip perkawinan yang dianut sudah berubah dari sistem poligami menjadi monogami. Agama Kristen mendorong orang untuk meninggalkan kebiasaan nenek moyang lewat larangannya yang keras. Anggota yang melanggar akan dikeluarkan dari keanggotaan dan diumumkan secara terbuka. Perkawinan yang ideal bagi orang Batak Toba adalah antara seorang pemuda dengan putri saudara laki-laki ibunya. Sistem ini dinamakan 16
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hlm 95.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
marboru ni tulang. Demikian juga bila seorang pemudi kawin dengan putra saudara perempuan dari ayah (pasapea, fasiso) atau maranak ni namboru. Kedua sistem ini disebut juga kawin pariban. Namun, sistem perkawinan semacam ini sudah tidak begitu diminati lagi. Perkawinan yang lebih bebas dengan marga lain yang tidak ada hubungan darah bahkan dengan etnis lain justru lebih digemari. Namun demikian, belum pernah dikaji secara ilmiah seberapa jauh sistem perkawinan pariban sudah ditinggalkan. 4.
Sistem Kepercayaan Tradisional Menurut kepercayaan orang Batak dulu, dunia dibagi menjadi tiga,
yakni: dunia atas (banua ginjang), dunia tengah (banua tonga), dan dunia bawah (banua toru). Hubungan ketiga tingkatan dunia itu erat. Ketiganya mempunyai dewa penguasa yang disebut Tritunggal, yakni: Batara Guru (penguasa dunia atas), Batara Sori atau Soripada (penguasa dunia tengah), dan Bala Bulan atau Mangala Bulan (penguasa dunia bawah). Walaupun nama ketiga dewa menunjukkan adanya pengaruh agama Hindu. Namun menurut konsepsi agama Batak Toba, Ompu Mulajadi Na Bolon (Tuhan yang maha tinggi pencipta langit dan bumi serta isinya), yang menciptakan ketiga dewa itu. Kepercayaan
tradisional
Batak
Toba
ditambah
lagi
dengan
kepercayaan pada kekuatan-kekuatan jahat yang dinamakan hantu atau begu. Roh-roh jahat itu berasal dari jiwa orang mati mendadak (mate
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
satongkin), mati tanpa punya keturunan (punu), atau perempuan yang mati melahirkan anak (mate maranakhon). Mayoritas orang Batak Toba sekarang menganut agama Kristen. Meskipun
sebagian besar mengaku telah meninggalkan kepercayaan
tradisional yang berasal dari nenek moyangnya, namun hingga kini masih ada orang Kristen yang tetap percaya pada roh nenek moyang. Mereka berusaha memelihara hubungan dengan roh-roh tersebut melalui upacaraupacara pada saat mendirikan tugu sebagai lambang penghormatan ke pada nenek moyang. Ada juga kelompok masyarakat yang tidak beragama Kristen atau Islam namun tergabung dalam aliran kepercayaan dan tetap percaya pada kekuatan hantu serta masih memuja dewa-dewa Ompu Mulajadi Na Bolon, Batara Guru, Soripada, Balabulan, Debata Asiasi dan roh-roh nenek moyang. Kelompok ini dinamakan penganut agama Malim atau agama Raja Batak. Penganutnya dinamakan Parmalim.17 5.
Kesenian dan Kerajinan Etnik Batak Toba merupakan salah satu dari banyak etnik yang
bermukim di Provinsi Sumatera Utara. Etnik yang mendiami wilayah yang relatif luas, mulai dari daerah di sekitar tepian Danau Toba dan Pulau Samosir, hingga ke dataran tinggi Silindung dan Pahae ini, memiliki budaya yang unik dengan ragam kesenian yang menarik. Sehingga, budaya Batak Toba cukup banyak mendapatkan perhatian, baik oleh para akademisi maupun wisatawan. 17
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hlm 116-119.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Beragam kesenian tersebut, mulai dari seni tari, seni musik, seni kerajinan, seni sastra, hingga seni rupa, hidup menyatu dalam adat istiadat dan sisi religi masyarakat Batak Toba. Semua kesenian tradisional tersebut menjadi bagian kehidupan mereka, bahkan hingga saat ini. Meskipun dunia sudah berkembang semakin modern, ragam kesenian tradisional itu tetap bisa bertahan, bahkan malah menjadi bagian penting dalam dunia pariwisata. Berikut kesenian dan kerajinan dari suku Batak: a. Seni Tari Tari Tortor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba) merupakan lambang bentuk syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta alam semesta, dan rasa hormat kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual, ataupun dalam upacara adat, seperti acara pernikahan. b. Seni Musik Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik tradisional yang paling sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan permohonan kepada sang dewa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
c. Seni Kerajinan Martonun atau keterampilan dalam membuat kais ulos dengan alat tenun tradisional, merupakan salah satu seni kerajinan dalam tradisi adat Batak Toba, yang hingga saat ini masih bisa dijumpai di pedalaman Pulau Samosir dan daerah-daerah lainnya di sekitar Danau Toba. Masyarakat Batak Toba melakukan berbagai seni kerajinan sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur adat dan religi yang mereka percaya. d. Seni Sastra Ada banyak seni sastra yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, meliputi sastra lisan dan sastra tulisan. Beragam cerita rakyat, seperti terjadinya Danau Toba dan Batu Gantung, menjadi legenda yang sampai saat ini masih bisa kita dengar. Pantun-pantun yang disebut umpasa juga ada dalam kebudayaan Batak Toba, yang menjadi kearifan lokal etnik tersebut. Semua seni sastra itu memiliki makna filosofis dalam kehidupan mereka. e. Seni Rupa Seni pahat dan seni patung menjadi keterampilan utama dalam seni rupa tradisional yang hidup di Batak Toba. Ukiran-ukiran yang terdapat gorga atau ornamen rumah adat mereka, menjadi bukti keindahan dari seni pahat masyarakat Batak Toba. Sedangkan, seni patung bisa dilihat dari banyak peralatan tradisional, seperti sior dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
hujur (panah), losung gaja (lesung besar), serta parpagaran dan sigalegale (alat untuk memanggil kekuatan gaib). 6.
Bahasa dan Logat Dalam
kehidupan
dan
pergaulan
sehari-hari,
orang
Batak
menggunakan beberapa logat, ialah: (1) Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing. Aksara / huruf Batak atau disebut ‘Surat Batak’ adalah huruf-huruf yang
dipakai
dalam
naskah-naskah
asli
suku
Batak
(Toba,
Angkola/Mandailing, Simalungun, dan Karo). Kelompok bahasa sub suku ini mempunyai kemiripan satu sama lain dan sebenarnya adalah cabang dari suatu bahasa Batak tua (Proto Batak). Naskah asli itu sebagian besar berupa pustaha (laklak), sebagian kecil lainnya dituliskan pada bambu dan kertas. Hampir semua orang Batak yang menulis buku tentang Batak selalu memasukkan satu bab atau bagian bukunya tentang Surat Batak atau paling tidak ia membuat sebuah tabel abjad Batak. Ini menunjukkan mereka bangga akan warisan budaya leluhurnya itu. Tetapi sayang sekali karena kurangnya pemahaman kerap kali salah kaprah dan tidak jelas. Kekeliruan ini akan nyata kalau kita terapkan untuk membaca suatu naskah asli pustaha. 7.
Rumah Adat Rumah adat ini disebut sebagai “Si Baganding Tua” oleh suku Batak,
yaitu makhluk seperti ular yang panjangnya sekira dua jengkal. Dahulu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
nenek moyang orang Batak percaya bahwa nasib mujur dan rezeki yang melimpah dibawa “Si Banganding Tua”. Ruma gorga atau sering disebut ruma bolon atau “Si Baganding Tua” adalah rumah adat suku Batak yang sekaligus menjadi simbol status sosial masyarakat yang tinggal di Tapanuli, Sumatera Utara. 8.
Pakaian Adat Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang
melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat batak yang berbunyi: “Ijuk pengihot ni hodong.” Ulos penghit ni halong, yang artinya ijuk pengikat pelepah pada batangnya dan ulos pengikat kasih sayang diantara sesama. Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk halhal lain dlam segala aspek kehidupan orang Batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. 9.
Upacara Adat Upacara adat Batak Toba beserta fungsinya terbagi atas tujuh macam,
yaitu antara lain: a. Mangirdak / Mangganje / Mambosuri (Tujuh Bulanan) Upacara adat Mangirdak adalah upacara yang diperuntukkan ke pada seseorang ibu yang sedang mengandung bayi yang usia kandungannya sudah tujuh bulan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
b. Martutu Aek Upacara adat Martutu Aek adalah upacara yang diperuntukkan untuk pemberian nama dari bayi yang sudah seharusnya diberi nama oleh pihak keluarga. Sayangnya upacara ini sudah jarang dilakukan oleh orang Batak karena bertentangan dengan ajaran agama. c. Mangharoan (Kelahiran) Upacara adat Manharoan adalah upacara yang dilakukan setelah kelahiran seorang bayi yang sudah berumur dua minggu untuk menyambut bayi tersebut ke satu keluarga yang baru. d. Hamatean (Kematian) Upacara adat Hamatean adalah suatu upacara adat Batak untuk kematian. Upacara adat ini disesuaikan dengan kematian seseorang tersebut. Jenis upacara adat ini ada beberapa macam, yakni: Sari Matua, Saur Matua, Maulibulung, dan lain-lain. e. Manulangi (Menyuapi) Upacara adat Manulangi adalah upacara yang diperuntukkan ke pada orang tua yang sudah lanjut usianya. Upacara ini dilakukan oleh anak dan cucu dari orang tua yang sudah lanjut usia tersebut. Makanan yang diberikan merupakan makanan yang disukai orang tua tersebut atau makanan terbaik yang bisa diberikan oleh anak cucunya. f. Mangongkal Holi Upacara adat Mangongkal Holi adalah upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang sudah meninggal. Lalu tulang belulang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
tersebut akan dimasukkan ke dalam tugu atau monumen untuk menghormati orang tua yang telah meninggal dunia. g. Marhajabuan (Berumah Tangga) Upacara adat Marhajabuan adalah upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba. Marhajabuan artinya berumah tangga. Maksud dan tujuannya adar setiap masyarakat Batak Toba yang berumah tangga harus melalui sebuah pesta adat dan tidak hanya diberkati di gereja atau hanya sekedar akad nikah saja. 10.
Mata Pencaharian Daerah Sumatera Utara dikenal dengan tanahnya yang subur, hal
inilah yang menyebabkan masyarakat didaerah ini sebagian besar bermata pencarian sebagai petani, manggulis (menyadap getah pohon karet), dan parengge-rengge (menjual hasil dari perkebunannya, seperti sayuran, buah dan sebagainya). Pada umumnya masyarakat Batak bercocok tanam di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku Batak, antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang, misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata. Sekarang suku Batak sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Mata pencarian mereka pun lebih beragam, seperti pengacara, dokter, dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
11.
Teknologi Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat
sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Masyarakat batak juga memiliki sebuah kelender batak pada zaman dahulu. 12.
Nilai Budaya Batak Menurut pandangan orang Batak Toba, kebudayaannya memiliki
sistem nilai budaya yang amat penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka secara turun-temurun, yakni kekayaan (hamoraon), banyak keturunan (hagabeon) dan kehormatan (hasangapon). Yang dimaksud kekayaan ialah harta milik berwujud materi maupun non-materi yang diperoleh melalui usaha atau melalui warisan. Keturunan juga termasuk ke dalam kategori kekayaan. Banyak keturunan adalah mempunyai banyak anak, cucu, cicit dan keturunan-keturunannya, termasuk kepemilikan tanaman serta ternak. Kehormatan merupakan pengakuan dari orang lain atas wibawa dan martabat seseorang.18
18
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hlm 142.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
2.5.
Semiotika Secara estimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“semeion” yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.19 Semiotika adalah
ilmu tentang tanda-tanda
dan segala
yang
berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.20 Pengertian semiotika yang lain adalah tanda dan segala yang berhubungan dengan sebuah istilah umum yang meliputi pendekatan-pendekatan khusus terhadap pengkajian kebudayaan sebagai bahasa. Ia berakar yang dalam sekali pada teoriteori lingustik Ferdiand Saussure dan ia mempergunakan bahasa sebagai model untuk berbagai fenomena. Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi seperti halnya studi basis komunikasi adalah proses komunikasi dan intinya adalah makna. Dengan kata lain mempelajari media adalah mempelajari makna, dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Maka itu 19
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm 95. 20 Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm 265.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
penelitian dalam komunikasi semestinya mampu mengungkapkan makna yang terkandung dalam materi pesan komunikasi.21 Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Setiap tanda atau sinyal yang dapat diterima oleh seluruh panca indera kita, maka tanda-tanda tersebut pada akhirnya membentuk sistem kode yang secara sistematis menghasilkan suatu informasi atau makna pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.22. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things), memaknai (to signify), dalam hal ini tidak dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai tidak hanya berarti bahwa obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonsitusi sistem struktur dari tanda.23
2.5.1
Semiotika Roland Barthes Menurut
Barthes,
semiologi
hendak
mempelajari
bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai, dalam hal ini tidak dapat disamakan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Barthes dengan demikian melihat signifikansi sebahai sebuah proses yang total dengan suatu susuna yang sudah terstruktur. Signifikansi tak terbatas pada bahasa, 21 22
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm 110. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, hlm
6. 23
Ibid, hlm 15.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
tetapi juga pada hal-hal lain di luar bahasa. Barthes menganggap kehidupan sosial sebagai sebuah signifikansi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apa pun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri (Kurniawan, 2001:53). Teori semiotik Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure. Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur, 2009:63). Selanjutnya, Barthes (1957, dalam de Saussure, yang dikutip Sartini) menggunakan teori signifiantsignifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi. Istilah significant menjadi ekspresi (E) dan signnifie menjadi isi (C). Namun, Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) tertentu, sehingga membentuk tanda (sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengembangan ini disebut kesinoniman (synonymy). Sebagaimana pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat arbiter. Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
1.Signifier (penanda)
2.Signified (pertanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Connotative Signifier (penanda konotatif)
5. Connotative Signified (pertanda konotatif)
. Connotative Sign (tanda konotatif)
Gambar 2: Peta tanda Roland Barthes
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas. Tanda konotatif merupakan tanda yang penandaannya mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung dan tidak pasti. Artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-penafsiran baru. Dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sedangkan konotasi merupakan sistem signifikansi tingkat kedua. Denotasi dapat dikatakan merupakan makna obyektif yang tetap, sedangkan konotasi merupakan makna subyektif dan bervariasi. Contohnya, jika kita membaca kalimat seperti ‘Mawar sebagai Bunga Desa’,
secara denotasi orang akan memaknai bahwa
mawar adalah bunga yang tumbuh di desa, tetapi secara konotasi maknanya berubah, bunga berarti seorang gadis dan Mawar adalah nama gadis tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
Bunga dan gadis awalnya tidak ada hubungannya sama sekali, tetapi dapat diinterpretasikan memiliki sifat kesamaan, yaitu cantik dan indah. Contoh lainnya, yaitu penjahat itu di bawa ke meja hijau. Secara konotatif, meja hijau berarti “pengadilan” Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai
dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi, yaitu: penanda, pertanda, dan tanda. Namun, sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah pertanda dapat memiliki beberapa penanda. Mitos dalam pandangan Barthes berbeda dengan konsep mitos dalam arti umum. Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka mitos adalah sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Dalam uraiannya, ia mengemukakan bahwa
mitos dalam pengertian khusus
ini
merupakan
perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama di masyarakat itulah mitos. Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia. Mitos dapat dikatakan sebagai produk kelas sosial yang sudah dimiliki suatu dominasi. Mitos Barthes dengan sendirinya berbeda dengan mitos yang kita anggap tahayul, tidak masuk akal,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
ahistoris, dan lain-lain. Tetapi mitos menurut Barthes adalah sebagai type of speech (gaya bicara) seseorang.24
24
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia (Anggota IKAPI), hlm 27-29.
http://digilib.mercubuana.ac.id/