BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa Komunikasi
massa
berasal
dari
istilah
bahasa
Inggris,
mass
communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media off mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpancar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama10. Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan ditemukannya. Tetapi, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan dari definisi lain. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada jumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim (tidak dikenal) melalui media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) atau elektronik (radio dan televisi), sehingga pesn yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat11.
10
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung; Remaja Rosdakarya. 2005. Hal 188 11 Ibid. Hal 189 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitner adalah “mass communication is massage communicated through a mass medium to large member of people”. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media pada sejumlah besar orang12. Lalu McQuail mengungkapkan ciri-ciri yang terdapat pada komunikasi massa13. 1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan satu organisasi formal, dan “sang pengirim” seringkali merupakan komunikator profesional. 2. Hubungan antar pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. 3. Pesan dari komunikasi massa merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan. 4. Komunikasi massa seringkali mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima. Penerima merupakan bagian dari khalayak luas. 5. Komunikasi massa dapat menciptakan pengaruh yang luas dalam waktu yang singkat dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang secara serentak.
12
Ibid. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994. Hal 188 13 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Hal 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
Sebenarnya komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan yang ditujukan pada sasaran. Tetapi komunikasi juga berarti makna dan proses. Oleh karena itu, ketika seseorang mengirim pesan sebenarnya ada makna yang terkandung didalamnya yang diharapkan dimengerti sasaran komunikasi tersebut. Karena ada pengirim pesan yang berupa makna tadi kepada sasaran, maka komunikasi juga merupakan sebuh proses yang mengkaitkan banyak pihak. Persepsi manusia merupakan sebuah proses interaksi atau negoisasi. Kita mencoba mencocokan stimulus eksternal dengan pola-pola internal pemikiran dan konsep. Bila kecocokan bisa dibuat, kita kemudian mempresepsi suatu dan kita memberinya makna. Kegagalan untuk melihat makna dari apa yang kita persepsi membawa kita pada keadaan mengalami disorientasi.Pencocokan tersebut dikontrol oleh kebudayaan kita yang didalamnya pola-pola atau konsep-konsep internal pemikiran dikembangkan sebagai hasil dari pengalaman kultural kita. Saat ini perkembangan media massa elektronik, khususnya televisi sangat pesat di Indonesia. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir, di Indonesia telah berdiri lebih dari sepuluh stasiun televisi swasta. Setiap stsiun televisi berlomba untuk terus mengudara dengan menayangkan program-program yang menarik. 2.1.1 Fungsi Komunikasi Massa Wilbur Schram menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan encoder. Komunikasi massa mendecode lingkaran sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan
dan
menginterpretasikan
juga
efek-efek
hal-hal
yang
dari di
hiburan.
decode
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Komunikasi
sehingga
dapat
massa menjaga
11
berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga mengencode pesan-pesan yang memelihari hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayan baru kepada anggota-anggota masyarakat14. Fungsi komunikasi massa dapat dibagi menjadi lima, yaitu15: 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Pengawasan Peringatan (Warning or Beware Surveillance) Pengawasan jenis ini terjadi jika media massa menyampaikan informasi kepda kita mengenai bencana alam, krisis ekonomi, ancaman terhadp negara, dan sebagainya. b. Pengawasan Instrumental (Instrumental Surveillance) Pengawasan jenis yang kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupansehari-hari. Contohnya berita tentang film – film di bioskop, harga kebutuhan pokok, ide – ide tentang mode, dan sebagainya. 2. Interpretation (Interpretasi) Fungsi ini erat sekali dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya seperti komentar radio atau siaran televisi, rencana surat kabar, dan sebgainya. Tujuan interpretasi media
14
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Orasindo, 2000. Hal 10 Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi Maasa suatu pengantar, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2004. Hal 15-22
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
ingin mengajak para pembca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (Hubungan) Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Kelompok – kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atas dihubungkan oleh media. 4. Sosialisasi Sosialisasi merupakan transmisi nilai – nilai (transmision of values) yang mengacu kepad cara – cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai – nilai suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai – nilai apa yang penting. 5. Entertaiment (Hiburan) Tampak jelas pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah memiliki rubrik hiburan seperti cerita pendek, cerita panjang, dan cerita bergambar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
2.2 Media Massa Media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting16. Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern. Karena mereka memperoleh banyak informsi tentang dunia dari media massa, dimana pada saat yang sama pula, mereka sukar untuk mengecek kebenaran yang disajikan media17. Selain itu media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebgai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, media massa berperan18: 1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yakni sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pemikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. 2. Media massa juga menjadi media informasi, media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sehingga masyarakat kaya akan informasi. Selain itu menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. 3. Yang terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalistor perkembangan budaya. 16
Ibid. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja Rodakarya, Bandung, 2005. Hal 200 17 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdina, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005. Hal 53 18 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, 2006. Hal 85
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
2.2.1 Jenis Media Massa Media massa yang dimaksud dlam proses komunikasi massa yaitu media massa yang dimiliki ciri khas, dan memiliki kemampuan dalam memikat perhatian khalayak secra serempak pada waktu yang bersamaan. Media massa sebenarnya dibagi menjadi dua yaitu, media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yeng memenuhi kriteria media massa adalah radio, televisi, film dan media online (internet)19. Media massa cetak yaitu media yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi format dan ukuran kertas, media massa dicetak secara perinci meliputi: koran atau surat kabar, tabloid, majalah, buku, news dan bulletin. Media massa elektronik yaitu jenis media massa yang isinya diperluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti: radio, televisi dan film. 2.2.2 Dampak Media Massa Dampak adalah pengaruh yang timbul pada khalayak setelah mendapat terpaan media massa. Teori “norma-norma kultural” yang diungkapkan De Fleur (1996) menyebutkan, media massa tidak berpengaruh secara langsung pada individu-individu, melainkan mempengaruhi kebudayaan, pengetahuan, norma19
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdina, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005. Hal 103
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
norma, dan nilai suatu masyarakat.20 Teori ini berasumsi, isi pesan media massa bisa mengubah atau memperbarui dalam suatu masyarakat yang pada akhirnya akan mengubah atau memperbarui sikap dan perilaku individu-individu dalam masyarakat tertentu. Seiringnya terpaan televisi, menimbulkan kekhawatiran dari berbagai kalangan terutama mengenai dampak buruk terhadap audiencenya. Meskipun tidak dapat mengelak juga bahwa dampak dari hadirnya televisi-televisi swasta telah menggairahkan roda perekonomian nasional.karena dengan media televisi, segala informasi, pengetahuan, hiburan, teknologi, perindustrian, perekonomian akan dapat disiarkannya yang tentunya sedikit banyak akan menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat. 2.3 Program Televisi 2.3.1 Pengertian Program Televisi Kata ‘program’ berasal dari bahasa inggris Programe atau program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memnuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian program memiliki pengertian yang sangat luas.Program atau acara televisi yang disajikan adalah yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang di pancarkan stasiun televisi tersebut. Program dapat disamakan dengan produk atau barang
20
Denis MCQuail dan Sven Windahl, Metode Model Komunikasi, sekolah tinggi publistik, Jakarta, 1985, hal 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang, sehingga mereka bersedia mengikutinya21. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini pemirsa dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran, yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar ataupun penonton22. Berdasarkan penjelasan diatas, program dapat diartikan yakni sebuah faktor yang membuat pemirsa mersa tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan oleh stasiun penyiaran, baik radio maupun televisi. Karena program adalah segala sesuatu yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya, maka keberadaan televisi tidak akan lengkap tanpa kehadiran program televisi. Dengan sifat televisi yang dapat menghasilkan output berupa audio-visual, program – program televisi mampu mengidentifikasi khalayak pada pesan, informsi dan cerita serta adegan – adegan yang membuat mereka merasa ‘masuk’ kedalam situasi secara emosional yang sengaja dibangun
21
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan televisi, Ramdina Prakasa, Jakarta: 2005. Hal 266-268 22 Ibid. Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan televisi, Ramdina Prakasa, Jakarta: 2005. Hal 200
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
oleh adegan – adegan yang ada didalam program tersebut. Fungsi utama bagian program adalah23: 1. Memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang menarik audien yang dituju. 2. Menyusun jadwal penayangan program atau scheduling program untuk menarik audien yang diinginkan. 3. Memproduksi layanan publik dan promosi sert produksi iklan lokal. 4. Produksi dan akuisisi program – program lainnya untuk memuasjan ketertarikan publik. 5. Menciptakan keuntungan bagi pemilik media penyiaran. Agar suatu program siaran dapat menarik dan dimengerti oleh audiens, maka empat hal yang harus diperhatikan ketika program siaran adalah24: 1. Product, artinya materi program yang dipilih harus bagus dan diharapkan akan sesuai audiens. 2. Price, artinya biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi program – program tersebut harga diharapkan tidak mahal namun menghasilkan keuntungan yang maksimal. 3. Place, artinya kapan waktu siaran yang tepat bagi program. Pemilihan waktu program yang tepat akan membantu keberhasilan program tersebut.
23
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramadina Prakasa, Tangerang, 2005. Hal 201 24 Ibid. Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramadina Prakasa, Tangerang, 2005. Hal 201-202
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
4. Promotion, artinya bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu hingga dapat mendatangkan iklan. 2.4 Reality Show Program ini menyajikan situasi seperti konflik, persaingan hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Jadi, menyajikan situsi sebagaimana apa adanya. Dengan kata lain, program ini mencoba menyajikan suatu keadaan nyata (real) dengan cara lain sealamiah mungkin tanpa rekayasa25. Tingkat realitas yang disajikan dalam reality shoe ini bermacam-macam. Mulai dari yang betul-betul realistis misalnya hidden camera hingga yang terlalu banyak rekayasa namun tetap menggunakan nama reality show26. Tapi kemudian reality show tidak sekedar memotret kehidupn orang. Reality show pun menjadi ajang kompetisi. Reality show genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan – akan benar – benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak biasa. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi – lokasi eksotis atau situasi – situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan dan melalui penyuntingan dan teknik – teknik pasca produksi lainnya.
25
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakasa, Tangerang, 2005. Hal 217 26 Ibid Morissan. Hal 217
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
2.4.1 Karakteristik Reality Show Sesuai dengan namanya, program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya dengan cara sealamiah mungkin tanpa rekayasa27. Kelompok masyarakat Indonesia yang hidupnya butuh hiburan yang lebih banyak memberikan kesenangan bagi pemirsa. Reality show saat ini telah berkembang dalam sisi psikologi atau target menjadi sasaran menstimulasi kearah marah, jengkel, sedih, dan kesal. Tayangan ini juga harus bersifat dramatis. Sebaliknya tayangan reality show juga memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pemeran dalam cerita yang disajikan. Dalam program reality show itu dengan jelas tingkah laku dan dapat melihat apa yang dilakukan oleh pemeran yang bersangkutan dengan skenario yang dihidangkan. Apa yang dilihat pada layar kaca televisi seolah – olah kejadian yang nyata terjadi dihadapan mata. Untuk merubah karakter penonton Indonesia agar tidak dimanfaatkan oleh industri televisi. Karakter penonton Indonesia adalah suka tontonan yang tidak banyak memikir. Yang namanya industri harus mencaci untung dengan cara menjual yang hingga laku keras di masyarakat.
27
Morissan, Media Penyiaran Strategi Radio dan Televisi. Ramdina Prakarsa. Tangerang 2005. Hal 106
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
2.5 Persepsi 2.5.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang kemudian dikenal dengan persepsi. Persepsi kita sering tidak cermat, salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsikan sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita28. Kesadaran mengenai betapa pentingnya persepsi dalam diri manusia ini kemudian menuntut para ahli untuk mendalami cara dalam merubah paksa persepsi seseorang. Salah satu diantaranya adalah hipnotis, yakni seni penerpaan sugesti untuk membentuk pandangan baru terhadap seseuatu yang bahkan dapat secara ajaib menentang realitas. Dalam konteks persepsi, posisi benar dan salah itu akan terasa hambar dan membingungkan, karena berkaitan dengan kemampuan masing – masing orang dalam memandang dan menyimpulkan, sehingga tentu sangatlah diperlukan cara bagi kita untuk memaksakan persepsi. Dari sinilah kemudian sangat terasa pentingnya pendidikan, pergaulan, pengajian dan pengkajian terhadap suatu bidang pemahaman. Persepsi yang timbul dari sebuah tayangan terlebih sahulu akan melalui berbagai macam indikator. Sedangkan persepsi itu sendiri didefinisikan sebagai proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasikan dan mengasumsikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Peristiwa atau hubungan
28
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya, 2005. Hal 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang kemudian dikenal dengan persepsi. Persepsi kita sering tidak cermat, salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Kita mempersepsikan sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita29.
2.5.2 Macam – macam Persepsi Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua yaotu: 1. Persepsi Terhadap Objek (Lingkungan Fisik) Persepsi tehadap objek (lingkungan fisik) adalah proses penafsiran terhadap objek – objek yang tidak bernyawa disekitar. Dalam mempersepsikan lingkungan fisik, terkadang indera kita melakukan kekeliruan. Indera kita tidak jarang menipu kita, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas sebenarnya. Ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi persepsi terhadap objek, yaitu: latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, suasana psikologis, pengharapan dan kondisi faktual panca indera30. 2. Persepsi Terhadap Manusia (Sosial) Persepsi terhadap manusia (sosial) adalah proses menangkap arti objek – objek sosial dan kejadian – kejadian yang kita alami dalam lingkungan
29
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Hal 51 30 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Hal 184 – 190
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
sekitar. Setiap manusia memiliki gambaran berbeda mengenai realitas disekelilingnya31. 2.5.3 Prinsip – prinsip Persepsi Berikut ini adalah beberapa prinsip mengenai persepsi32: 1. Persepsi Berdasarkan Pengalaman Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal – hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masalalu yang berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. 2. Persepsi Bersifat Selektif Atensi dipengaruhi oleh faktor – faktor internal: faktor biologis (lapar dan haus), faktor fisiologis (gemuk, kurus, tinggi, pendek, sehat, sakit), faktor psikologis (kesedihan, kemarahan), dan faktor sosial budaya (gender, agama, pekerjaan, penghasilan). 3. Persepsi Bersifat Dugaan Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari satu sudut pandang manapun. Dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. 4. Persepsi Bersifat Evaluatif Persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata – kata Andrea L. Rich, “Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologi
31 32
Ibid. Hal: 191 Ibid. Hal: 191 – 207
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
individu untuk menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. 5. Persepsi Bersifat Kontekstual Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh dalam persepsi, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan persepsi kita. 2.5.4 Faktor – faktor Yang Menentukan Persepsi Ada dua faktor yang menentukan persepsi yaitu sebagai berikut33: 1. Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu. 2. Faktor Struktural Faktor struktural berasal semata – mata dari sifat stimulus fisik dan efek – efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. 2.5.5 Proses Terjadinya Persepsi Proses persepsi terjadi dua tahap yaitu tahap atensi dan tahap penafsiran. Tahap atensi adalah tahap dimana kita memperhatikan stimuli (tahap penyaringan perhatian) yang didahului oleh tereksposnya seseorang pada rangsangan tertentu.
33
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Hal 54 – 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
Oleh karena itu proses ini terjadi dalam alam sadar, maka sebelumnya ia harus menyadari adanya rangsangan itu melalui mekanisme panca indera. Atensi ataupun perhatian berarti sebelum manusia merespons atau menafsirkan objek atau kejadian atau rangsangan apapun, manusia atau kita terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Jadi persepsi masyarakat kehadiran suatu objek untuk di persepsi, termasuk orang lain atau diri sendiri34. Faktor – faktor fungsional yang menentukan persepsi. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal yang lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor – faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Menurut Jalaluddin Rakhmat, persepsi ditentukan oleh beberapa factor yang berasal dari stimulus, yaitu35: 1. Perhatian (Attention) Proses mentak ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Sedangkan atensi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu atribut – atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, kontras kebaruan, prulangan objek yang dipersepsi. Faktor yang mempengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian (attention).
34
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Hal 167 35 Ibid. Hal 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran yang membutuhkan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian yaitu:36 a. Perhatian Selektif (Selective Attention) Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai – nilai. Penerima informasi
mengharapkan
sebuah
sumber
tertentu
menyediakan
informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling prnting. b. Perhatian Terfokus (Focused Attention) Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input namun harus fokus pada satu intput saja selama selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber atau input dan tidak terdistraksi oleh gangguan – gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya. 36
Bjorklund. D.F. 2000. Children’s Thinking: Developmental Function and Individual Differences. 3rd ed.Bellmont. Diakses pada tanggal: 11 Januari 2015. Pukul 21.45 WIB.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
c.
Perhatian Terbagi (Divided Attention) Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber.
d.
Perhatian Yang Terus Menerus (Sustained Attention) Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.
e. Kurang Perhatian (Lack Of Attention) Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap informasi yang diberikan. 2. Penafsiran (Interpretation) Penafsiran merupakan proses dimana penerima arti terhadap pesan – pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan konteksnya, dan mengisinya dengan penafsiran yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi37. Penafsiran sendiri merupakan suatu proses untuk mengorgnisasikan informasi, sehingga arti bagi individu. Penafsiran di golongkan oleh dua dimensi yaitu:
Sistem Nilai dan Pengalaman Masa Lalu a. Sistem nilai disini dapat diberikan sebagai penilaian individu dalam mempresepsi suatu objek yang di persepsi, apakah stimulus tersebut
37
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Hal 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
akan diterim atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan demikian sebaliknya. b. Pengalaman masa lalu disini dapat diartikan suatu pengalaman langsung antara individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif. 3. Pengetahuan (Kognitif) Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Tingkat pengetahuan meliputi 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu:38 a. Tahu (Know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami
(Comprehention),
memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemmpuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebgainya terhadap objek yang dipelajari.
38
Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
c. Aplikasi (Application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakn materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (Analysys), suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek. Kemampuan analisa ini dapt dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. e. Sintesa
(Syntesis),
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu brntuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi – informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaliation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Persepsi sosial atau persepsi orang terhadap orang lain adalah proses menangkap arti objek – objek sosial dn kejadian – kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena manusia mempunyai aspek emosi, maka persepsi atau penilaian kita terhadap orang akan mengacung resiko. Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya dan pada gilirannya persepsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
anda terhadap saya juga akan mempengaruhi persepsi saya terhadap anda. Dan begitu seterusnya39. 2.6 Teori Stimulus Organisme Response (S-O-R) Teori stimulus organisme response menjelaskan bahwa efek merupakan reaksi terhadap stimuli (rangsangan tertentu). Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi – reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata – kata verbal, simbol – simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif40. Perubahan serta pengukuran, yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: 1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan
39
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Hal 176 40 Sendjaja Sasa Djuarsa. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2003. Hal 154
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
Bagan 2.1 Model S-O-R (Stimulus – Organism – Respons)
Organism STIMULUS Tayangan Reality Show Katakan Putus
Siswa & Siswi SMKN 5 Tangerang Angkatan 2016/2017
Response(Persepsi Khalayak) -
Perhatian Pengertian Penerimaan
Gambaran diatas bahwa perubahan sikap bergantung pada proses terjadinya pada individu. Stimulus/pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin di terima atau mungkin ditolak. Komunikan akan berlangsung jika ada perhatian komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti maka kemampuan komunikan mengolah nya dan menerimanya, maka akan terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.41 Dalam penelitian ini menggunakan teori SOR, karna ingin melihat bagaimana persepsi media televisi khususnya pada tayangan reality show katakan putus yang dapat mempengaruhi atau mengubah sikap dan prilaku masyarakat/khalayak.
41
Onong effendi uchjana. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung:PT.Citra aditya bakti, 2003. Hal 254.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses berikutnya dimana komunikan menjadi mengerti. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 2.7 Remaja Perkembangan kepribadian remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja menempato tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa atau orang tua. Remaja ada diantara anak – anak dan dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun psikis. Ditinjau dari kondisi tersebut, mereka masih masuk dalam golongan kanak – kanak. Mereka masih harus menemukan tempat dimasyarakat. Pada umumnya mereka masih belajar disekolah menengah ataupun perguruan tinggi42. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa43. Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Secara psikologi masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan pada tingkatan yang sama.
42
Monk. F.J dan A.M.P. Kmores, Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001. Hal 258 – 259. 43 Sri Rumini, dkk, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, 2006. Hal 32.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
Pertumbuhan dan perkembangan remaja masa yang menjadi perhatian adalah ketika masa pubertas itu datang. Pertumbuhan secara jasmani pastilah sangat mudah dilihat ketika terjadi ketidakseimbangan berbagai anggota badan yang seringkali didukung oleh perekembangan secara hormonal. Jenjang pertumbuhan secara jasmani tersebut dapat dipakai sebagai ciri pertumbuhan remaja ditingkat awal yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan masa ketika remaja mengalami fase penyesuaian diri antar pribadi dan lingkungan sosial yang lebih luas.Namun dalam hal ini, berdasarkan data yang tersedia, penulis memilih responden dengan rentan usia antara 15 – 17 tahun, yang berstatus sebagai siswa SMK. 2.7.1 Remaja dalam Rangka Perkembangan Jiwa Manusia Manusia berbeda dari makhluk – makhluk lainnya mempunyai form yang khusus. Ia mempunyai fungsi mengingat (fungsi mnemic) dan ia mempunyai fungsi realisasi diri (dinamakan entelechi) yang menyebabkan manusia bisa berkembang ke arah yang di kehendakinya sendiri. Walaupun demikian, Aristoteles tetap beranggapan bahwa hubungan badan (matter) dan jiwa (form) sangat erat. Keduanya saling memengaruhi dn berkembang bersama – sama. Atas dasar tanggapan ini Aristoteles membagi jiwa manusia, yang dikaitkan dengan perkembangan fisiknya, kedalam tiga tahap yang masing – masing berlangsung dalam kurun usia 7 tahunan. Tahap – tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles adalah sebagai berikut: 1.
0 – 7 tahun : masa kanak – kanak (infancy) Yang termasuk dalam golongan ini adalah bayi, batita, balita, dan anak masa peralihan dari kondisi ‘bayi’ ke ‘anak-anak’.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
2.
7 – 14 tahun : masa anak – anak (boyhood) Fase anak sekolah (masa belajar), dimulai dengan tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin (seksual).
3. 14 – 21 tahun : masa dewasa muda (young manhood)44 Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa , yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memasuki masa dewasa. Pandangan Aristoteles ini sampai sekarang masih berpengaruh pada dunia modern kita, anatara lain dengan tetap dipakainya batasan usia 21 tahun dalam kitab – kitab hukum di berbagai negara, sebagai batas usia dewasa. Akan tetapi, yang lebih penting dalam pembicaraan kita tentang jiwa remaja adalah pendapat Aristoteles tentang sifat – sifat orang muda, yang juga masih dianggap benar sampai sat ini, yaitu: “ Orang – orang muda mempunyai hasrat – hasrat yang sangat kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat – hasrat itu semua tanpa membeda – bedakannya. Dari hasrat – hasrat yang ada pada tubuh mereka, hasrat seksual yang paling mendesak dalam hal inilah mereka menunjukan hilangnya kontrol diri ” Kontrol diri pada manusia menurut Aristoteles dilakukan oleh rasio (akal), yaitu fungsi mnemic. Rasio inilah yang menentukan arah perkembangan manusia45.
44 45
Sarlito W. Sarwono. Psikologi Remaja, 2015. Hal 26 Ibid Sarlito W. Sarwono. Hal 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/z