10 BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1 Komunikasi Massa Definisi Komunikasi massa berasal dari bahasa inggris yaitu media of mass communication atau media komunikasi massa. Komunikasi massa adalah sebuah kajian ilmu atau studi ilmiah tentang media massa (Nurudin, 2013: 2), sehingga komunikasi massa diartikan sebagai suatu proses pengiriman pesan melalui media massa, baik media elektronik mapun cetak. Komunikasi massa tidak terlepas dari dasar-dasar tahapan proses komunikasi, sehingga pada praktiknya peran-peran penting yang ada dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan tetap berfungsi. Massa dalam komunikasi massa memberikan pengertian bahwa pesan yang ditujukan merupakan informasi untuk si penerima pesan dengan sikap dan perilakunya yang berkaitan dengan peran media massa, bukan massa dalam arti kerumunan atau sekelompok orang, namun massa disini diartikan sebagai khalayak luas. (Nurudin, 2013: 4) Menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986), komunikasi massa merupakan proses penyebaran pesan kepada audience dalam jumlah besar dan heterogen dengan menggunakan media massa sebagai alat penyebaran pesannya. Menurut mereka, ada enam poin penting, dimana poin-poin tersebut dapat membedakan komunikasi massa dengan komunikasi lainnya, yaitu: 1.
Komunikator dalam komunikasi massa menggandalkan peralatan modern dalam penyebaran pesannya. Hal ini dikarenakan, pesan yang
10
11 disampaikan ditujukkan untuk khalayak luas, sehingga pesan harus dapat diterima secara cepat dan serentak. 2.
Pengirim pesan dan penerima pesan atau yang biasa disebut komunikator dan komunikan dalam komunikasi massa, tidak saling mengenal satu sama lain. Hal ini biasa disebut dengan Anonimitas.
3.
Peranan komunikator dalam komunikasi massa berupa sebuah lembaga formal.
4.
Pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa merupakan pesan yang didapat dan diterima oleh masyarakat.
5.
Sebelum pesan sampai kepada khalayak atau masyarakat luas, dalam komunikasi massa pesan harus melewati kontrol yang ada didalam lembaga formal penyebar informasi, biasa dikenal dengan gatekeeper.
6.
Pada komunikasi massa, komunikator tidak dapat merasakan secara langsung umpan balik atau feedback yang diberikan oleh komunikan.
Selain enam poin diatas, Alaxis S. Tan (1981), berpendapat bahwa komunikator di dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang dalam jumlah banyak dan terpisah satu dengan yang lainnya. organisasi sosial tersebut biasa dikenal dengan sebutan media massa, dimana setiap individu didalamnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang sudah dirumuskan dan disusun layaknya sebuah organusasi yang terstruktur. selain itu Alaxis S. Tan juga berpendapat bahwa ciri khusus komunikasi massa terletak pada penerima pesan atau komunikan yang biasa disebut dengan audience.
12 Herbert Blumer (1939) menambahkan, audience komunikasi massa setidaknya memiliki tiga ciri utama, yaitu: 1. Penerima pesan merupakan bagian masyarakat dari berbagai lapisan. 2. Penerima pesan tersebar di berbagai wilayah, tidak saling mengenal dan tidak berinteraksi satu dengan yang lainnya. 3. Penerima pesan bukanlah sebuah organisasi formal, sehingga tidak memiliki pemimpin.
Menurut John R Bittner (1996), dalam proses komunikasi massa, selain melibatkan
unsur-unsur komunikasi
sebagai umumnya,
komunikasi massa
membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan dan menyebarkan informasi. John R Bittner berpendapat bahwa media massa tidak berdiri sendiri melainkan ada beberapa individu didalamnya yang bertugas dalam mengolah informasi sebelum informasi tersebut sampai pada audience. Salah satu individu yang bertugas mengolah informasi adalah gatekeeper. Suatu lembaga media massa sangat membutuhkan peranan penting seorang gatekeeper. gatekeeper sendiri adalah "palang pintu" dimana peran gatekeeper diisi oleh beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari inividu ke individu yang lain melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Jadi , informasi yang diterima oleh audience merupakan informasi yang telah disaring dan diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan visi,misi, atau kepentingan media yang bersangkutan. Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang ditujukan kepada massa, yaitu khalayak yang luar biasa banyak, dan merupakan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio maupun visual. Definisi
13 ini tak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) dimana, mereka mendefinisikan komunikasi massa sebagai sebuah proses, dimana pesan-pesan yang di produksi secara massal, disebarkan kepada penerima pesan yang luas, heterogen, dan anonim. Dari berbagai macam definisi komunikasi massa yang sudah dijabarkan diatas, dapat diartikan bahwa komunikasi massa bukanlah proses penyampaian pesan yang mudah, namun komunikasi massa membutuhkan individu-individu yang berperan penting didalamnya, untuk mencari dan mengolah informasi serta membutuhkan saluran komunikasi yang dapat menghubungkan dan menyampaikan pesan kepada komunikan, dan dengan perkembangan zaman serta perkembangan teknologi, alat-alat yang digunakan dalam komunikasi massa pun ikut mengalami perubahan. Sehingga, penyampaian pesan dalam proses komunikasi massa dapat lebih singkat dan mempercepat waktu penyampaian, serta dapat menjangkau cakupan yang lebih luas.
2.1.1.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan jenis komunikasi lainnya. berikut beberapa ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin, 2013: 19-31): 1. Komunikator berbentuk lembaga. Pada dasarnya komunikator merupakan sumber informasi yang akan menyampaikan pesan kepada komunikan, namun dalam komunikasi massa, yang berperan sebagai komunikator bukanlah individu melainkan lembaga.
14 2. Komunikan bersifat heterogen. Penerima pesan dalam komunikasi massa terdiri dari beragam individu yang tersebar luas yang berasal dari berbagai macam suku, ras, etnis, bangsa, gender, dan dari berbagai lapisan sosial, tidak saling mengenal dan tidak terikat satu dengan yang lainnya. Komunikan media massa tersebar dimana-mana dan memiliki selera yang beragam. 3. Pesan yang disampaikan bersifat umum. Umum disini artinya adalah pesan yang disampaikan tidak ditujukan untuk satu orang saja melainkan untuk masyarakat luas atau khalayak yang bersifa plural. Sehingga, pesan yang disampaikan adalah pesan yang dapat diterima oleh banyak orang. 4. Komunikasi berlangsung satu arah. Dimana komunikan tidak dapat langsung memberikan respon kepada komunikator. Kalaupun bisa, respon yang disampaikan bersifat tertunda (delayed feedback). 5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Saat
menyebarkan
pesan
oleh
komunikator,
ada
keserempakan
penerimaan pesan terhadap komunikan. Dimana, para komunikan yang menerima pesan yang disebarkan tidaklah sendirian, melainkan ada banyak individu lainnya yang juga menerima pesan sama yang disampaikan oleh komunikator yang sama. Sehingga, pesan yang diterima oleh individu yang berbeda merupakan informasi yang sama dan diterima dengan waktu yang bersamaan.
15 6. Komunikasi massa membutuhkan saluran berupa peralatan teknis. Dalam proses penyebaranya, komunikasi massa membutuhkan media sebagai alat utama saluran penyampai informasi. Seperti pemancar, satelit, dan perangkat lainnya yang menjadi media pengiriman pesan. 7. Memiliki pengontrol pesan yang disebut dengan gatekeeper. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menyebarkan pesan untuk khalayak dalam jumlah banyak. untuk itulah dibutuhkan peran gatekeeper yang bertugas menyaring pesan sebelum disebarkan. gatekeeper juga berperan sebagai pihak yang ikut serta menentukan pengemasan sebuah pesan. Gatekeeper berhak untuk mengurangi dan menyederhanakan pesan. Tanpa adanya gatekeeper maka pesan yang disampaikan tidak terkontrol dan dapat menyebabkan akibat yang dapat mengancam lembaga komunikasi massa penyebar pesan tersebut.
Ciri-ciri yang telah dijabarkan diatas, dapat menggambarkan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi dengan jangka waktu pengiriman pesan yang singkat dan dapat menjadikan khalayak yang terdiri dari individu dalam jumlah besar, sebagai penerima pesannya.
2.1.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Ketika membahas tentang komunikasi massa, maka hal ini merupakan bahasan yang berkaitan dengan media massa. Pasalnya, komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang membutuhkan media untuk menyebarkan pesannya.
16 Sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat dan teknologi komunikasi, fungsi dari komunikasi massa juga berkembang dan bertambah. Fungsi komunikasi massa tidak sebatas menjadi proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, tetapi juga ada fungsi-fungsi lainnya bagi komunikator atau institusi media maupun bagi audience sebagai penerima pesan. Jay Black dan Frederick C. Whitney menjelaskan tentang empat fungsi utama komunikasi massa, yaitu fungsi informasi, fungsi hiburan, fungsi persuasif, dan fungsi transmisi budaya. Pertama adalah fungsi informasi. Fungsi informasi merupakan komponen terpenting yang terdapat dalam komunikasi massa. Pesan yang disampaikan oleh media massa mengandung unsur informasi didalamnya. Sehingga para komunikan yaitu para audience yang menerima pesan akan mendapatkan tambahan informasi dan pengetahuan dari pesan-pesan yang disebarkan oleh media massa. Informasi yang didapatkan bisa dari berbagai bidang. Contohnya adalah informasi yang tersirat di media cetak seperti surat kabar dan koran. Tulisan yang diasjikan disetiap artikelnya merupakan pesan yang hendak disampaikan oleh media tersebut kepada para pembacanya, namun pesan tersebut berbentuk informasi yang dapat menambah pengetahuan si pembacanya. Begitu juga dengan media elektronik seperti radio dan televisi. Siaran dan tayangan yang disajikan memiliki informasi tertentu yang bisa didapatkan oleh audience. Kedua adalah fungsi hiburan. Komunikasi massa memiliki fungsi hiburan, dimana pesan yang disampaikan menjadi sarana untuk menghibur diri disela-sela kepadatan dan kesibukan. Charles R. Wright menjelaskan, proses komunikasi massa dapat menjadi pelepasan lelah bagi kelompok-kelompok massa. Hiburan tersebut diperoleh dari apa yang disampaikan oleh media komunikasi massa, sehingga dapat
17 disimpulkan bahwa media massa menyajikan layanan hiburan untuk memanjakan para audience-nya. Namun selain bertujuan sebagai pelepas lelah, fungsi hiburan saat ini telah menjadi fungsi komersil dan menjadi pemenuh kebutuhan beberapa kepentingan. Didukung dengan minat audience yang menginginkan fungsi hiburan menjadikan media komunikasi massa sebagai alat komunikasi yang cepat diterima oleh masyarakat, sehingga iklan sebagai alat promosi menggunakan media komunikasi massa sebagai saluran mempromosikan produknya. Dengan begitu, maka media komunikasi massa menjadi tempat mencari keuntungan. Selain itu Charles R. Wright juga berpendapat bahwa fungsi hiburan yang diberikan oleh media komunikasi massa, dapat dijadikan alat perluasan kekuasaan, dan pengendali kehidupan masyarakat. Ketiga, komunikasi massa memiliki fungsi sebagai alat persuasi. Banyak informasi yang didapat dari apa yang dibaca, didengar dan dilihat oleh khalayak, tanpa sadar memiliki fungsi persuasi didalamnya. Aktifitas promosi dan tujuan mempengaruhi yang terdapat didalam sebuah pesan media komunikasi massa tidak dapat disadari dengan cepat jika diperhatikan sepintas dan tidak diperhatikan dengan jeli. Fungsi persuasif media massa mampu mengukuhkan nilai-nilai yang sudah diyakini sebelumnya oleh khalayak. Media komunikasi massa juga dapat merubah pemikiran serta
tingkah laku
khalayak hanya
dengan informasi yang
disampaikannya. Media komunikasi massa juga dapat menggerakan seseorang untuk dapat yakin dan percaya pada informasi yang disampaikanya, sehingga media komunikasi massa dapat dengan mudah menggerakan seseorang untuk dapat berbuat sesuatu ataupun sebaliknya. Josep A. Devito (1997) menganggap fungsi persuasi dari proses komunikasi massa sebagai fungsi terpenting yang dapat memberikan berbagai macam dampak, seperti: memperkuat dan mengubah sikap, kepercayaan atau nilai
18 seseorang,
dapat
menggerakan
seseorang
untuk
melakukan
sesuatu,
dan
memeperkenalkan etika atau nilai-nilai tertentu. Etika disini dapat terlihat dari beberapa kasus dimana media komunikasi massa dapat menunjukkan mana etika yang benar dan tidak baik serta etika yang salah maupun tidak baik. Keempat adalah fungsi transmisi budaya. Berbagai jenis komunikasi yang dilakukan merupakan hasil refleksi dari pengalaman dan pengetahuan pelaku komunikasi, dan kemudian hasil refleksi yang berupa pesan tersebut menjadi pengalaman dan pengetahuan baru untuk penerima pesannya. Budaya komunikasi tersebut secara rutin dimodifikasi oleh pengalaman baru yang terus didapatkan. Transmisi budaya memiliki dua tingkatan yaitu kontemporer dan historis. Dalam tingkat kontemporer, media massa memperkuat nilai-nilai masyarakat, dengan memperkenalkan bibit-bibit perubahan secara terus menerus. Alfred Korzybski menggunakan istilah time-binding untuk menggambarkan kemampuan manusia yang didasarkan pada ingatan. Kemampuan manusia yang dapat menyimpan secara sadar dan melupakan sesuatu ini membimbing terjadinya transmisi budaya. Sementara itu, secara historis umat manusia dapat melewati dan menambahkan pengalaman baru dar sekarang untuk membimbingnya kemasa depan. Karena, manusia dapat menyortir, mengakumulasi, dan membuktikan ingatan akan pengalamannya yang kemudian di transmisikan kepada orang lain. Dalam proses komunikasi massa, pesan yang disampaikan kepada khalayak sebenarnya merupakan transmisi budaya berupa informasi, hiburan, dan edukasi. Transmisi budaya yang berikan oleh media komunikasi massa dapat menjadi pengalaman dan pengetahuan baru audience-nya. Namun, dampak negatif yang dapat timbul dari fungsi transmisi budaya adalah, pengaruh kebudayaan luar yag dapat
19 merusak dan merubah kebudayaan asli yang dimiliki oleh si penerima pesan atau audience. Selain empat fungsi utama dari Jay Black dan Frederick C. Whitney, komunikasi massa juga memiliki fungsi lainnya yaitu: (1) Mendorong kohesi sosial dimana media komunikasi massa dapat menjadi alat pemersatu masyarakat. Pada praktiknya, media massa mampu mengarahkan dan menggerakan masyarakat untuk maju dan bersatu, namun jika media massa tidak dikelola dengan baik dan bijak, maka kemampuan yang bersifat positif tersebut dapat berdampak negatif pada masyarakat. Dimana, fungsi penyatuan atau integrasi tersebut dapat menciptakan konflik dan membuat disintegrasi yang memisahkan dan memecahkan serta menghilangkan rasa persatuan masyarakat. (2) Komunikasi massa sebagai fungsi pengawasan. Menurut Laswell, komunikasi massa merupakan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai peristiwa yang terjadi di sekitar masyarakat. Fungsi pengawasan ini dapat dilihat dari pesan media massa yang menyampaikan pemberitaan tentang peristiwa bencana alam. Selain itu fungsi pengawasan lainnya dapat berupa informasi tentang perubahan yang terjadi disekitar masyarakat, dimana perubahan tersebut dapat menjadi sebuah patokan atau perbandingan. Contohnya seperti, perubahan harga cabai yang terjadi di pasar. Fungsi pengawasan terebut dikenal dengan istilah beware surveillance, dan fungsi pengawasan seperti pemberitahuan tentang bencana alam disebut juga dengan istilah warning. (3) Korelasi. Fungsi korelasi dari komunikasi massa adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya, serta menjadi penghubung antar berbagai komponen masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peran media massa yang dapat menjadi penghubung antara aspirasi masyarakat dengan
20 pemerintah. (4) Pewarisan sosial. Media komunikasi massa menjadi alat penerus yang mewariskan suatu ilmu pengetahuan, norma, nilai, dan etika dari generasi ke generasi selanjutnya. (5) Melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Pada prosesnya, komunikasi massa berperan dalam menyebarkan informasi, namun dibalik informasi tersebut pelaku komunikasi massa dapat memasukkan motif-motif tertentu yang dapat memperkuat kekuasaan ataupun sebaliknya. Komunikasi massa juga dijadika ajang untuk melawan kekuasaan, dimana dalam hal ini bisa meliputi kekuasaan pemerintah maupun lembaga. Jika hal ini terjadi, biasanya komunikasi massa tersebut memiliki motif-motif tertentu seperti motif politik maupun motif-motif yang menginginkan perubahan.
2.1.1.3 Elemen Komunikasi Massa Para pelaku komunikasi pada jenis komunikasi massa, tidak berbeda jauh dengan para pelaku komunikasi pada umumnya. Terdapat lima elemen penting dalam proses komunikasi massa, yaitu: 1. Komunikator Dalam komunikasi massa, Komunikator berupa lembaga sosial yang disebut dengan media massa. Media massa tersebut terdiri dari kumpulan individu yang bekerja bersama, dimulai dari pengumpulan informasi dan pembentukan pesan, hingga proses penyebaran pesan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa merupakan sebuah organisasi, lembaga, atau institusi dimana para anggota organisasi tersebut bertugas mengirim pesan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.
21 Menurut
Hiebert,
Ungurait,
dan
Bohn,
komunikator
dalam
komunikasi massa memiliki lima karakteristik, yaitu: (1) competitivines, dimana komunikator memiliki daya saing terhadap komunikator lainnya. Membangun daya saing dilakukan melalui penegelolaan lembaga media dan perluasan jangkauan dan cakupan pengiriman pesan. (2) Size and complexity.
Ukuran erat kaitannya
dengan jumlah orang yang
dipekerjakan didalam saluran komunikasi massa. Semakin besar media massa, maka semakin banyak pula orang yang dipekerjakan didalamnya, dan semakin banyaknya anggota lembaga media massa, maka komunkator dalam komunikasi massa akan semakin kompleks. (3) Industrialization. Dunia komunikasi massa telah menjadi sebuah industri, dimana para komunikator harus dapat mengelola dan bersaing antar media komunikasi massa (4) Specialization. Dalam menyampaikan pesan, media komunikasi massa atau media massa tidak boleh sembarangan memberikan informasi, untuk itulah dibutuhkan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk mencari, merangkai, dan menyebarkan informai. Karakteristik yang terakhir adalah (5) Representation. komunikator dalam komunikasi massa membutuhkan peranan koresponden atau biro-biro di luar daerahnya untuk mewakilkan perananya sebagai media komunikasi massa. Misalnya, koresponden yang berada di luar kota, yang bertugas untuk mengumpulkan dan menyebarkan pesan.
2. Isi Isi adalah apa yang terdapat didalam sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator. Isi dalam komunikasi massa, merupakan informasi
22 yang terkandung dalam pesan tersebut. Informasi tersebut bisa berupa informasi yang bersifat informatif, edukatif, hiburan, maupun persuasif.
3. Komunikan Dalam komunikasi massa, komunikan biasa disebut dengan istilah audience. Hiebert mengemukakan karakteristik yang dimiliki oleh audience. Ada lima hal yang mencirikan peran komunikan dalam komunikasi massa, yaitu: (1) audience terdiri dalam jumlah besar yang tersebar di berbagai wilayah. (2) audience bersifat heterogen, dimana para penerima pesan berasal dari berbagai lapisan sosial masyarakat. (3) audience bersifat anonim, dimana mereka tidak saling mengenal satu dengan lainnya. (4) audience terpisahkan oleh komunikator baik secara fisik, ruang, maupun waktu, dan terakhir adalah (5) audience berisikan orang-orang yang memiliki rasa untuk berbagi pengalaman. audience pada komunikasi massa juga saling dipengaruhi oleh hubungan sosial antar mereka, sehingga audience tersebut dapat memilih produk media yang akan mereka gunakan secara sadar, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.
4. Umpan balik atau feedback Dalam proses komunikasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu langsung maupun tidak langsung. Immediated feedback atau umpan balik langsung merupakan umpan balik yang langsung terjadi setelah pesan selesai disampaikan. biasanya ini terjadi saat komunikasi berlangsung secara berhadap-hadapan atau tatap muka. Seperti yang terjadi dalam
23 komunikasi antarpersona. Sedangkan umpa balik yang terjadi dalam proses komunikasi massa adalah delayed feedback atau umpan balik tidak langsung. Sehingga, antara komunikator dengan komunikan tidak terjadi kontak langsung, dimana komunikan tidak dapat menunjukan feedback berupa reaksi atas pesan yang diterima, serta komunikator juga tidak dapat mengetahui secara langsung efek atau dampak dari pesan yang disampaikan. Namun, dalam perkembangannya, komunikasi massa memungkinkan komunikan mengirimkan feedback kepada komunikator walau dalam bentuk tertunda seperti surat pembaca yang dikirimkan oleh para pembaca, telepon interaktif yang digunakan dalam siaran radio maupun tayangan televisi. Saat ini, para komunikator juga dapat melihat reaksi atau feedback yang dikirimkan oleh para komunikasn. Biasanya hal ini dilakukan oleh dunia pertelevisian dimana mereka mengandalkan rating sebagai acuan seberapa besar umpan balik yang diberikan oleh para komunikan.
5. Gangguan Gangguan atau noise selalu terjadi di setiap proses komunikasi berlangsung. Menurut buku pengantar komunikasi massa karangan Nurudin, M.Si. terdapat dua jenis gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi massa, yaitu: Pertama,
gangguan
saluran
komunikasi.
Komunikasi
massa
merupakan jenis komunikasi yang membutuhkan saluran sebagai perantara agar pesan dapat sampai kepada khalayak yang menjadi komunikan dalam proses komunikasi massa. Dalam proses penyampaian
24 pesannya, gangguan dapat saja terjadi didalam saluran yang menjadi pengantar pesan tersebut. Terdapat dua faktor yang dapat mengganggu saluran komunikasi massa, yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. Faktor internal dapat terjadi pada media cetak maupun media elektronik, seperti kesalahan dalam cetakan surat kabar atau koran, dimana kesalahan cetak dapat mengganggu proses penyampaian makna pesan yang hendak disampaikan komunikator. Gangguan saluran internal juga terjadi pada media yang mengandalkan jaringan pemancar seperti frekuensi maupun jaringan internet seperti yang terjadi pada media radio dan televisi. Gangguan yang terjadi pada gelombang frekuensi radio dapat memperburuk kualitas suara siaran, begitupun gangguan frekuensi yang terjadi pada media televisi. gangguan tersebut dapat memperburuk kualitas tayangan baik suara maupun gambar. Terlebih dengan perkembangan zaman yang kini menghasilkan saluran media baru yaitu internet. Jaringan internet yang terukur dari kecepatan dalam mengakses, dapat mengalami gangguan yang membuat para komunikator atau komunikan tidak dapat mengakses media tersebut. Jika gangguan saluran internal ini terjadi maka proses pengiriman pesan tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Karena gangguan saluran internal lebih merujuk kepada gangguan yang terjadi pada media komunikasi massa. Selanjutnya adalah gangguan saluran yang terjadi karena faktor eksternal. Gangguan eksternal lebih merujuk kepada gangguan yang terjadi pada komunikan sebagai penerima pesan. Hal ini terjadi dikarenakan faktor komunikan yang tidak dapat menerima pesan secara
25 jelas. Misalkan, adanya gangguan saat menonton TV seperti terjadi kegaduhan atau terjadi komunikasi lain saat komunikan mencoba menerima informasi yang disampaikan media komunikasi massa, sehingga komunikan menerima dua pesan sekaligus secara bersamaan, seperti mengobrol saat menonton TV. Kemudian untuk media radio, dimana radio menjadi teman saat berpergian, komunikan harus membagi konsentrasi dalam mendengarkan radio sambil memperhatikan jalanan. Terakhir, untuk media cetak, keterbatasan melek huruf yang dimiliki komunikan atau sifat malas membaca yang dimiliki dapat menjadi faktor yang membuat pesan tidak sampai pada komunikan. Hal ini juga yang membuat
media cetak tidak lagi menjadi sumber utama saluran
komunikasi massa yang diminati. Dengan adanya faktor eksternal, media komunikasi massa harus dapat meningkatkan loyalitas komunikan terhadap media tersebut, agar gangguan eksternal tidak lagi menjadi sebuah masalah yang berarti. Kedua adalah gangguan semantik. Gangguan ini berhubungan dengan bahasa. Bahasa merupakan simbol komunikasi dimana pesan dapat diberi makna yang nantinya akan di artikan oleh komunikan. Namun, bila penggunaan simbol terebut salah, maka akan memberikan arti yang berbeda dari apa yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Seperti yang terjadi pada media cetak. Kesalahan penulisan atau terlalu banyak menggunakan
kalimat
ambigu
membuat
pembaca
susah
dalam
mengartikan apa yang dimaksud oleh si komunikator. Sama halnya yang terjadi pada media elektronik seperti radio dan televisi. Penggunaan banyak bahasa yang tidak familiar pada siaran radio, membuat pendengar
26 tidak mengerti apa yang dimaksud oleh komunikan. Dalam dunia pertelevisian, gangguan semantik biasa terjadi pada penulisan judul dan gelar dalam chargen tayangan, serta kesalahan ucap yang sering terjadi pada reporter. Hal-hal tersebut menjadi hambatan yang serius, pasalanya cara berpikir dan cara mendeskripsikan antar satu individu dengan individu lainnya pasti berbeda, sehingga jika kesalahan bahasa terjadi maka akan terjadi perbedaan dan penyalah artian pesan yang disampaikan. Sehingga pesan yang sampai tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikator.
6. Gatekeeper Menurut John R. Bittner (1996), gatekeeper adalah individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi massa. Peran gatekeeper dalam komunikasi massa sangatlah penting, pasalnya pesan yang hendak dikirimkan dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif kepada pihak penyampai pesan (dalam hal ini adalah media komunikasi massa). Sehingga, jika pesan yang disampaikan tidak melalui gatekeeper, maka media komunikasi massa tersebut sangat rentan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikannya. Ray Eldon Hiebert berpendapat bahwa gatekeeper merupakan suatu kekuatan kreatif, karena pada praktiknya gatekeeper mampu menghapus, menambahkan, dan memodifikasi pesan. Kekuatan terbesar gatekeeper adalah mampu menghentikan informasi yang akan dikeluarkan oleh media komunikasi massa. Maka tak heran jika gatekeeper dapat menjadi
27 penentu kelayakan suatu pesan yang akan disampaikan kepada khalayak luas.
7. Pengatur. Peranan pihak lain dalam mengatur dan menetapkan regulasi para pelaku komunikasi massa, menjadi bagian pengawasan dalam kegiatan komunikasi. Pengatur dalam media massa adalah pihak luar yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa, dan mampu menentukan kebijakan redaksional. Pengatur tersebut antara lain pemerintah, konsumen, pengadilan, lembaga masyarakat, dan kelompok penekan seperti narasumber, dan pengiklan. Bentuk aturan yang dijalankan berisi hukum, aturan, pelarangan, dan tekanan informal. Peraturan ini berfungsi untuk mengontrol isi media dan mengontrol struktur yang ada dalam media tersebut.
2.1.2. Media Massa 2.1.2.1. Perkembangan Media Massa Pada dasarnya, pembahasan tentang perkembangan media massa, secara otomatis mengarah pada konteks komunikasi massa. Karena media massa merupakan bentuk saluran dari proses komunikasi massa. Manusia merupakan mahluk yang memiliki kebutuhan akan informasi, media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Berkembangnya media massa, memudahkan manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi. Sampai pada akhirnya, manusia kini ketergantungan dengan berbagai jenis media massa baik cetak maupun
28 elektronik. Selain menjadi pemenuh kebutuhan informasi manusia, media massa juga memiliki dampak yang sangat mempengaruhi para penggunanya. Dampak yang ditimbulkan pun terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang mempengaruhi inovasi manusia sehingga manusia dapat mengembangkan teknologi sesuai
dengan
kebutuhannya.
Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
perkembangan media massa sejalan dengan perkembangan sejarah manusia. Berdasarkan buku pengantar komunikasi massa karya Nurudin, sebelum memasuki zaman media elektronik dimana penggunaan peralatan modern sangat berpengaruh, manusia terlebih dulu memasuki zaman media cetak. Zaman ini ditandai dengan proses pembuatan cetakan dengan memakai tanah liat sebagai medianya. Kemudian proses ini berkembang dengan mencetak di dalam balok kayu lunak, hingga akhirnya perkembangan era cetak ini menggunakan kertas sebagai bahan untuk merekam tulisan. Mesin cetak pertama kali diciptakan oleh Johan Gutenberg. Banyak percobaan yang telah ia lakukan hingga akhirnya ia menciptakan mesin baja yang mampu mencetak sesuai dengan huruf-huruf yang terdapat di alat tersebut secara benar dan jelas. Hasil proyek cetakan pertama Gutenberg berupa Injil, hingga akhirnya ia dapat mencetak dan melipatgandakan Injil tersebut hingga 200 salinan. Namun, dalam mengembangkan proyeknya tersebut Gutenberg harus dihadapkan dengan beberapa masalah yang mengakibatkannya terpuruk dan meninggal dalam kemiskinan. Padahal, penemuan percetakan ini sesungguhnya menjadi titik awal berkembangnya era komunikasi massa. Perkembangan zaman percetakan kemudian melahirkan pengembangan surat kabar dimana proses komunikasi ini memungkinkan penyebaran informasi dalam bentuk tulisan. Pada abad ke-19, mulai bermunculan media cetak berupa buku,
29 majalah, dan surat kabar. Dengan kemunculan media cetak ini, maka dapat dikatakan telah ditemukannya bentuk baru dalam berkomunikasi. Menurut Charles Horton Cooley, ahli Sosiologi dari Amerika berpendapat bahwa, media baru ini telah mengatasi ruang dan waktu dalam proses komunikasi, media baru ini juga telah membawa perluasan gagasan dan perasaan, serta menjadi jalan masuk kedalam berbagai lapisan masyarakat. Faktor kebutuhan manusia akan informasi yang terus meningkat, telah membuat para ahli mengembangkan teknologi yang akhirnya menjadi dorongan utama terciptanya media komunikasi massa elektronik. Ditandai dengan penemuan gelombang radio pada tahun 1887 oleh Heinrich Hertz yang membuka peluang pada berkembangnya dunia penyiaran. Kemudian peluang tersebut dikembangkan oleh Marconi
yang
berhasil
mengirim
sinyal
menyebrangi
Samudra
Atlantik
menggunakan gelombang elektromagnetik pada tahun 1901. Tidak berhenti sampai disitu, era komunikasi massa elektronik ini terus berkembang hingga saat ini. Setelah ditemukannya radio dan mengalami titik jenuh pada tahun 1950-an, kemudian para ahli mencoba untuk menciptakan media elektronik lainnya yaitu televisi. Televisi menjadi media massa yang komplit, dimana didalam media massa tersebut dapat mencangkup dua unsur sekaligus yaitu audio (suara) maupun visual (gambar), maka dari itu televisi disebut sebagai media audio visual. Namun, dengan beberapa keterbatasan dan permintaan informasi yang kian tinggi, memacu manusia untuk terus mengeksplorasi, meneliti dan mengembangkan media yang dapat memudahkan proses komunikasi. Hingga akhirnya ditemukanlah media massa internet. Media massa internet yang kini sedang berkembang, menjadi alternatif dalam berkomunikasi, terutama komunikasi massa. Internet sebagai alat penyebaran
30 informasi yang bersifat cepat dan tak terbatas ini mampu mengatasi ruang dan waktu. Kini, internet menjadi media yang dapat di integrasikan dengan media lain seperti media cetak, radio, maupun televisi. Hal ini dapat dilihat dari media cetak online yang kian marak, serta penyiaran radio maupun TV yang berbasis streaming.
2.1.2.2. Sifat Media Massa Saluran komunikasi massa memiliki sifat dasar periodik. Artinya media massa tersebut bersifat teratur dan hadir sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Namun, jenis media massa memiliki sifatnya masingmasing. Sifat-sifat inilah yang dapat membedakan antara media massa cetak maupun media massa elektronik. Berikut ini merupakan penjelasan tentang perbedaan antara media cetak (visual), radio (audio), dan televisi (audio visual) berdasarkan rangkuman Morisan dari bukunya yang berjudul Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi. Media cetak bersifat visual, dimana media cetak hanya dapat dibaca dan tidak dapat didengar. Media cetak dapat dibaca dimana saja, kapan saja, dan dapat diulangulang. Sehingga membuat media tersebut sebagai media yang memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Daya rangsang yang dimiliki oleh media cetak relatif rendah, sehingga dampak persuasif yang ditimbulkan tidaklah besar. Biaya yang relatif rendah menjadikan media ini sebagai media massa yang mudah didapatkan. Namun, daya jangkau media ini masih terbatas. Hanya masyarakat yang sudah 'melek huruf' saja yang dapat menikmatinya. Sehingga, masyarakat yang masih memiliki latar belakang pendidikan rendah dengan keterbatasan dibidang membaca, tidak dapat dijangkau oleh media massa cetak.
31 Berbeda dengan media cetak yang mengharuskan penggunanya untuk dapat membaca, radio merupakan media massa bersifat audio dimana penikmatnya cukup mengandalkan indra pendengarannya sebagai alat untuk menerima pesan yang dikirimkan. Radio yang dikenal sebagai media massa auditif, sangat mengandalkan suara sang penyiar untuk menyampaikan pesan kepada pendengarnya. Radio bersifat elektris dengan mengandalkan gelombang frekuensi untuk mengirimkan pesannya serta membutuhkan peralatan elektronik untuk menerimanya. Daya rangsang yang rendah juga dimiliki oleh radio, sehingga pesan persuasif dirasa kurang efektif jika disampaikan melalui media radio. Daya jangkau yang besar dan biaya yang relatif murah membuat media ini mudah dimiliki dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Media massa televisi merupakan media penyempurna dalam proses komunikasi massa. Hal ini terlihat dari sifat media televisi yang dapat dinikmati secara audio maupun visual. Televisi telah mencangkup kedua sifat media cetak dan radio, dimana penikmat tayangan televisi dapat melihat tayangan tersebut dengan indra pengelihatan serta mendengar suara siaran melalui indra pendengaran secara bersamaan. Televisi tidak hanya menyuguhkan format tulisan yang hanya dapat dibaca seperti media cetak, namun para pengguna televisi juga dapat melihat gambar bergerak disertai suara yang mendukung informasi tersebut. Informasi yang disampaikan sebelumnya oleh media televisi dapat diperoleh kembali apabila stasiun TV tersebut menyiarkan tayangan yang sama, dalam dunia pertelevisian disebut dengan siaran ulang. Sifat lainnya yang dimiliki oleh media televisi adalah, daya rangsang yang sangat tinggi. Tingkat daya rangsang yang tinggi menjadikan televisi sebagai media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan yang bersifat persuasif. Dengan menggunakan gelombang frekuensi untuk menyalurkan siaranya kepada audience serta membutuhan peralatan elektronik dalam proses penyampaian
32 dan penerimaan pesannya, maka televisi bersifat elektris. Daya jangkau yang besar menjadikan televisi sebagai media favorit yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Namun, biaya yang sangat mahal dalam proses produksi penyiaran maupun harga televisi yang tidak murah menjadikan media massa ini sebagai media massa yang esklusif.
2.1.3 Telivisi Kata televisi merupakan gabungan dari bahasa Yunani, yaitu tele yang berarti jauh dan visio yang berarti pengelihatan. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Indah Rahmawati dan Dodoy Rusnandi (2011) menerangkan bahwa televisi merupakan sebuah telekomunikasi yang dikenal sebagai penerima siaran berupa gambar bergerak baik berwarna maupun hitam putih (monokrom) yang disertakan suara. Menurut Indah Rahmawati dan Dodoy Rusnandi dalam bukunya 'Berkarier di Dunia Broadcast Televisi dan Radio' menyampaikan bahwa kemunculan televisi mampu mengubah peradaban dunia. Penyiaran televisi biasanya disebarkan melalui pancaran radio VHF dan UHF yang telah ditetapkan dalam jalur frekuensi. Gelombang televisi juga kini dipancarkan dengan suara stereo di banyak negara. Dulu, siaran televisi dipancarkan melalui gelombang analog, namun dengan berkembangnya teknologi, kini industri penyiaran televisi telah beralih ke penyiaran gelombang digital. (Rahmawati & Rusnandi, 2011: 3)
33 2.1.3.1 Perkembangan Telivisi Televisi
tidak
muncul
begitu
saja.
Morissan
menjelaskan
tentang
perkembangan media massas, khususnya televisi. Pada tahun 1884, Paul Nipkow yang berasal dari Jerman menemukan prinsip-prinsip televisi. Kemudian pada tahun 1928, Vladimir Zworkyn dari Amerika Serikat berhasil menemukan alat berupa tabung kamera atau iconoscope yang dapat menangkap dan mengirim gambar ke dalam kotak yang disebut televisi. Alat tersebut bekerja dengan cara mengubah gambar dari bentuk gambar optis ke dalam sinyal elektronis berupa gelombang. Pada tahun 1939, pesawat televisi berhasil diciptakan oleh Zworkyn dan Philo Farnsworth dan dipertunjukkan kepada masyarakat umum pada pertemuan World's Fair. Pada saat itu, televisi masih menjadi barang mahal yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Program-program yang disajikan pun tidak banyak. Sehingga televisi pada saat itu dianggap biasa saja oleh masyarakat. Setelah perang dunia ke dua usai, kemajuan televisi berhasil didorong oleh penciptaan teknologi yang terus dikembangkan. Mulai dari ukuran layar televisi yang menjadi lebih besar, banyaknya program tayangan yang tersedia, hingga jaringan yang mulai dibentuk oleh sejumlah stasiun televisi lokal. Hal ini mengakibatkan pemakaian pesawat televisi berkembang pesat. Pada awalnya, semua program televisi ditayangkan dalam siaran langsung atau live. Dimana pada saat itu belum ditemukan videotape yaitu alat penyimpan gambar dan suara, sehingga siaran tersebut harus diulang berkali-kali. Pada saat itu, pertunjukan opera New York, menjadi siaran favorit di Amerika. Pada tahun 1956, videotape berhasil dikembangkan oleh Ampex Corporation. Alat tersebut dijadikan sebagai sarana menyimpan suara dan gambar untuk
34 kepentingan siaran program televisi. Fungsi videotape ini sangat dimanfaatkan pada tahun 1960-an, dimana siaran langsung diubah dan disimpan didalam alat tersebut. Dunia teknologi yang terus berkembang telah berhasil merubah televisi yang tadinya hanya menyiarkan tayangan hitam putih, menjadi siaran berwarna pada tahun 1960-an. Siaran berwarna pertama kali dilakukan oleh stasiun televisi NBC. Di Indonesia, siaran televisi pertama kali dimulai tahun 1962. Stasiun televisi pada saat itu baru ada satu, yaitu saluran televisi pemerintah, TVRI. Kemudian pada tahun 1989, barulah muncul televisi swasta RCTI yang disusul dengan stasiun televisi swasta lainnya seperti SCTV, Indosiar, TPI, dan ANTV. Sejak tahun 1990 televisi di Indonesia bekembang pesat. Dalam jangka waktu 16 tahun, tercatat sepuluh stasiun televisi swasta yang melakukan siaran nasional. Hal ini dikarenakan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan informasi, sejalan dengan berkembangnya bidang penyiaran di Indonesia sehingga melahirkan stasiun penyiaran baru lainnya seperti Metro TV, Trans TV, Trans7, Global TV, TV One, dan stasiun TV swasta lainnya. Perkembangan televisi ini memberikan dampak positif bagi kemajuan pengetahuan dan proses adopsi inovasi teknologi di kalangan pemirsa khususnya masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan televisi, stasiun penyiaran menjadi bagian penting didalamnya. Karena tanpa sebuah saluran televisi, maka tidak ada pihak yang menjadi penyebar informasi kepada masyarakat. Selain stasiun pemerintah dan stasiun swasta, kini terdapat stasiun berlangganan, dan stasiun komunitas. Saluransaluran televisi inilah yang menjadi bukti lain dari berkembangnya dunia pertelevisian. Morissan menggolongkannya kedalam empat jenis stasiun televisi yaitu:
35 1. Stasiun pemerintah Stasiun pemerintah atau stasiun publik merupakan saluran televisi yang hak siarnya dipegang oleh pemerintah. Stasiun ini bersifat independen dan netral. Bertujuan untuk pembangunan dan bukan untuk mencari keuntungan, serta isi siaran berfungsi sebagai layanan kepentingan masyarakat. 2. Stasiun televisi swasta Stasiun ini melakukan siaran dengan orientasi mencari keuntungan atau komersil. 3. Stasiun berlangganan. Jika dibandingkan dengan stasiun TV pemerintah dan swasta, audience stasiun TV berlangganan tidak dapat menikmati seluruh tayangan yang disediakan oleh stasiun televisi tersebut, karena stasiun ini bersifat payperview, dimana penonton hanya dapat menikmati tayangan sesuai dengan program-program yang dibayarkannya. Stasiun televisi ini disebut juga dengan televisi kabel. 4. Stasiun Komunitas Ini merupakan saluran televisi yang diciptakan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersil sehingga stasiun ini tidak menjadi bagian untuk mencari keuntungan.
Namun, dengan terus berkembangnya teknologi penyiaran, kini fasilitas internet dapat dijadikan media baru untuk siaran televisi. Sehingga, dunia penyiaran televisi dapat dirasakan melalui media online. Siaran televisi ini disebut juga dengan TV streaming.
36 2.1.3.2 TV Streaming Perkembangan pesat terus terjadi pada teknologi, dan salah satunya adalah media massa televisi. Perkembangan medium berupa televisi sebagai penerima informasi juga berkembang dari masa ke masa. Dulu, televisi tampil dengan tabung dan ukuran yang besar, tapi kini televisi hadir dengan layar datar, tipis, dengan kualitas gambar dan suara yang bagus. Hal seperti ini berdampak pada inovasi yang terus dikembangkan para ahli, dan salah satunya adalah fasilitas konvergensi media. Fasilitas konvergensi media membuat sebuah perubahan besar terhadap dunia penyiaran
televisi.
Pasalnya,
dengan adanya
fasilitas konvergensi media,
memungkinkan para penikmat siaran televisi memanfaatkan jaringan internet untuk menyaksikan tayangan program-program televisi yang disebut dengan live video streaming atau disebut juga dengan online TV. Kata streaming sendiri berasal dari kata dasar stream yang artinya sungai. Sungai disini menggambarkan proses streaming yang diibaratkan seperti aliran air sungai yang tidak pernah terputus, terkecuali jika sumber mata airnya mengering. Itu artinya, aliran air sungai diibaratkan seperti aliran data streaming dilakukan tanpa ada interupsi dan dilakukan secara kontinyu hingga data yang dimiliki habis. Artinya data tersebut dikirim secara kontinyu dan ditampilkan dalam komputer si penggun (Fachruddin, 2012: 198). Streaming sebenarnya adalah proses pengiriminan data secara terus menerus dengan melakukan broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada audience atau pengguna media streaming. Pengguna fasilitas streaming ini membutuhkan media berupa komputer, dan komputer yang digunakan tersebut biasa disebut dengan istilah personal computer atau client (klien). Media
37 streaming merupakan pengiriman media digital berupa video, suara, dan data yang dapat langsung diterima secara terus menerus (stream). Pada prosesnya, streaming akan menjalankan file berupa video maupun audio. Video dan audio tersebut terletak pada server yang dapat langsung dijalankan pada komputer client setelah dapat perintah dari user. Ketika client melakukan streaming, maka streaming tersebut dapat dilakukan secara live, dimana seluruh pengguna internet yang mengakses streaming dari channel yang sama akan menerima data yang sama pula, dan proses ini bersifat real-time. Perpaduan beberapa program dibutuhkan untuk menunjang siaran dan meningkatkan kualitas siaran streaming tersebut. Seperti menggunakan beberapa komponen penunjang siaran untuk proses capture, merekam stream audio dan video, serta memperhalus tampilan media player untuk streaming, dan yang terpenting adalah penggunaan aplikasi yang akan dipakai untuk proses streaming broadcasting televisi itu sendiri. Perpaduan dari beberapa aplikasi program diatas menghasilkan siaran televisi yang dapat disaksikan pada layar komputer client dengan menggunakan akses jaringan internet. Namun, kelancaran siaran juga ditentukan dari kecepatan internet yang digunakan oleh client itu sendiri. Hal ini menentukan hasil output siaran, dimana proses decoding sedang terjadi sebelum hasil siaran dapat dinikmati. Proses ini disebut dengan istilah loading dan Buffering. Buffering sendiri adalah proses dimana sebuah player yang digunakan untuk menjalankan media streaming sedang menyimpan bagian-bagian file media streaming ke tempat penyimpanan local (Fachruddin, 2012: 199). Proses Buffering ini dapat terjadi dimanapun saat player digunakan. Buffering bisa terjadi di awal siaran maupun di tengah-tengah siaran. Hal ini berkaitan dengan kapasitas internet atau yang biasa dikenal dengan istilah bandwidth. Bandwidth menentukan kecepatan sebuah siaran
38 yang berbasiskan internet. Buffering yang terjadi saat client ingin menyaksikan tayangan TV streaming, disebabkan karena bandwidth yang diperlukan untuk memainkan streaming kurang sesuai atau kurang memenuhi besar bandwidth dari yang seharusnya. (Fachruddin, 2012: 200). Proses dasar streaming melalui empat tahapan dalam pengiriman video streaming, agar pesan yang hendak disampaikan dapat diterima oleh audience atau client. (Fachruddin, 2012: 200).
Gambar 2.1 Proses Dasar Streaming
Tahap pertama, user sebagai pengguna perangkat komputer, mengunjungi website yang tersedia di server dan mencari file yang ingin dilihat dan didengar. Kemudian tahap kedua, server mengirimkan pesan ke server media streaming terhadap
file
tertentu
yang
diinginkannya.
Selanjutnya
streaming
server
memperlihatkan file yang akan di-streaming kepada pengguna komputer melalui server website, dan ini merupakan tahap ketiga dari proses dasar penyiaran streaming, dan tahap keempat, software client pengguna komputer mengkodekan file tersebut dan memutarnya.Data-data berupa audio maupun video yang dikirimkan merupakan data yang bisa ditransmisikan dalam ukuran waktu yang telah pasti.
39 Pemilihan jalur penyiaran secara online ini didukung oleh perkembangan teknologi multimedia yang memiliki encoding dan decoding gambar maupun suara yang sesuai dengan kecepatan komputer maupun jaringan. Media server yang menerima file audio dan video streaming merupakan media berkapasitas bandwidth yang besar. Aliran data streaming seutuhnya dikendalikan oleh para ahli dibidang Indormation Technology (IT). Dalam hal siaran streaming ini, pihak IT juga menjaga data-data yang ada di server agar terhidar dari serangan virus yang dapat membahayakan server. Seluruh hasil siaran via streaming akan terekam oleh server sebagai bukti dokumentasi. Penyimpanan ini membutuhkan sistem mass storage, yang dapat menyimpan seluruh kebutuhan baik on air maupun dokumentasi. Dimana, data-data yang telah tersimpan tersebut dapat diambil kembali sesuai dengan kode yang telah diberikan berdasarkan rundown harian untuk disiarkan. Dalam proses penyimpanan tersebut dibutuhkan sistem penyimpanan dokumentasi televisi secara digital atau library yang aman dan berkapasitas besar tak terbatas. Sistem ini disebut juga dengan LTO atau Linier Tap Open. Biasanya rentan waktu penyimpanan adalah selama enam bulan, kemudian data tersebut akan terhapus secara otomatis (Fachruddin, 2012: 201). Selain kebutuhan bandwidth pada siaran streaming itu sendiri, para pengguna internet yang ingin menikmati siaran streaming juga harus memiliki bandwidth yang sesuai dengan spesifikasi file yang dikirimkan. Hal ini diperlukan agar pesan yang dikirim dapat diperoleh dengan mudah oleh audience. Sistem streaming broadcast televisi merupakan sebuah media server yang terhubung dengan master control room (MCR) atau Technical Operation Center suatu stasiun televisi. Output dari MCR stasiun televisi yang menuju pada transmission antennas (TX) dan broadcasting satellite atau satelit komunikasi untuk
40 broadcast, diberikan kepada divisi IT, yang bertanggung jawab pada system streaming broadcasting, sehingga output siaran berbasis streaming persis dengan sistem terrestrial dan satelit. Kini media streaming menjadi populer di tengah masyarakat. Dengan teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video, dan real-time melalui internet ini, masyarakat dapat dengan mudah menonton tayangan-tayangan yang disiarkan melalui streaming. Sehingga masyarakat tidak harus menonton televisi melalui pesawat televisi. Bahkan, mereka dapat menikmati tayangan televisi tanpa beranjak dari depan komputer. Bukan hanya komputer saja yang kini menjadi alat untuk menyaksikan tayangan televisi streaming, namun kini sudah banyak perangkat telekomunikasi lainnya yang menyediakan beragam fasilitas konvergensi media streaming. Teknologi berbasis internet yang menggunakan sistem free to air ini disediakan oleh beberapa stasiun televisi untuk meningkatkan pelayanan dan agar dapat bersaing di dunia penyairan. Di Indonesia, kini telah memiliki tiga bentuk layanan menonton TV melalui internet dengan tujuan tertentu (Fachruddin, 2012: 205-206), yaitu: 1. Website Stasiun Televisi Layanan tayangan televisi dalam sebuah website yang disediakan oleh televisi yang bersangkutan. Website ini dibuat sebagai tempat promosi program-program yang ditayangkan di stasiun TV tersebut, jadwal acara, synopsis acara, dan lain sebagainya. Biasanya dalam website ini disediakan juga video streaming yang memungkinkan audience untuk menyaksikan cuplikan maupun siaran live unggulan yang sudah diunggah dalam website
41 tersebut.
Contohnya
adalah
www.transtv.com,
www.metrotv.com,
www.rcti.com. 2. Website Online TV Layanan televisi dalam sebuah website yang memfasilitasi seluruh siaran televisi online dengan video streaming. Sehingga para audience tidak harus menggunakan media televisi untuk menonton program-program yang ditayangkan di stasiun televisi tersebut. Contohnya adalah www.binusaccess.com, dan www.mivo.tv 3. Website Online TV (khusus televisi internet) Layanan khusus televisi dimana sistem siarannya bergantung sepenuhnya pada layanan streaming atau internet dan tidak memiliki siaran terrestrial serta satelit komunikasinya. Format program dan informasi yang disuguhkan didalam TV ini pun terbatas. Contohnya adalah www.idenesia.tv, www.binus.tv.
Dengan adanya sistem penyiaran berbasis streaming ini dapat menjadi sebuah tren teknologi modern yang lebih efektif dan efisien bagi produsen dan konsumennya. Sehingga para penikmat tayangan televisi dapat menggunakan berbagai perangkat pendukung siaran streaming untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
2.1.4 Program Siaran Telivisi Program berasal dari bahasa inggris programme yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran untuk
42 memenuhi kebutuhan audience-nya. Program disebut juga dengan istilah acara (Morissan, 2009: 209). Program atau acara merupakan faktor yang menarik minat audience untuk mengikuti siaran yang dipancarkan melalui media elektronik, dalam konteks ini adalah media televisi. Suatu program televisi dapat membawa audience untuk mengenal suatu stasiun penyiaran. Program dapat digambarkan sebagai sebuah produk atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain. Pihak disini adalah audience dan pemasang iklan. Sehingga program tergambar seperti produk yang dibutuhkan orang sampai mereka bersedia mengikutinya (Morissan, 2009: 210). Suatu program siaran dapat menjadi alat pengukur selera atau cita rasa audience dalam menonton tayangan televisi. Jenis program dibedakan menjadi dua yaitu program news (berita) dan program entertainment (hiburan).
2.1.4.1 News (berita) Kebutuhan akan informasi dan rasa keingintahuan yang dimiliki oleh manusia menuntut peranan media massa dalam menyajikan berbagai tayangan yang mengandung nilai informasi didalamnya. Program news merupakan jenis program televisi yang bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan kepada khalayak yang menontonnya (Morissan, 2009: 218). Program ini mengedepankan isi tayangan dimana informasi sebagai nilai jual utama agar dapat menarik minat menonton khalayak. Program news disebut juga sebagai program informasi, sehingga format informasi yang diberikan tidak selalu berupa tayangan berita, tapi program semacam
43 talkshow juga termasuk kedalam program informasi ini. Program berita ini dibagi menjadi dua jenis yaitu hard news dan soft news. Hard news adalah suatu informasi yang bersifat segera, cepat, dan menarik (Morissan, 2009: 219). Sehingga suatu peristiwa yang dianggap penting, menarik dan memiliki unsur informasi dapat digolongkan sebagai bagian dari hard news. Namun, jika peristiwa tersebut tidak disiarkan secara cepat dan segera, maka berita tersebut tidak dapat lagi disebut sebagai hard news, karena hard news mengandalkan unsur kesegeraan. Karena faktor gambar yang disajikan dan ditayangkan program berita khususnya hard news menjadi sebuah bukti terjadinya suatu peristiwa, maka program televisi menjadi media yang paling dipercaya oleh khalayak. Hard news terbagi menjadi beberapa jenis dan diantaranya adalah breaking news, straight news, dan infotainment. Breaking news adalah tayangan berita yang disajikan dengan durasi singkat dan bersifat sepintas. Sedangkan straight news menyajikan informasi terpenting dan bersifat terikat oleh waktu sehingga jika tidak disiarkan secara cepat dan langsung maka berita tersebut sudah dianggap tidak layak tayang karena berita tersebut sudah lewat dari masa waktunya atau basi. Lalu yang berikutnya adalah infotainment. Infotainment berasal dari kata information yang artinya informasi dan entertainment yang artinya hiburan. Namun, bukan berarti infotainment adalah berita hiburan yang hanya sekedar memenuhi kebutuhan khalayak akan hiburan tetapi didalam tayangan tersebut juga memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Infotainment erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di kalangan tokoh masyarakat yang bekerja di dunia industri hiburan (Morissan, 2009: 219-221). Berbeda dengan hard news, program berita yang menyajikan tayangan berformat soft news adalah program berita yang menayangkan hal-hal yang menarik
44 dan mendalam, namun tidak bersifat segera, sehingga berita tersebut tidak terikat waktu dan tidak harus segera ditayangkan (Morissan, 2009: 221). Bahkan tayangan tersebut dapat diputar kembali sehingga soft news tidak bersifat basi. Soft news terbagi menjadi beberapa jenis yaitu current affair, dokumenter, talkshow, dan features.
2.1.4.1.1 Current affair Current affair merupakan program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita dan dibahas secara lengkap dan mendalam. Current affair menjadi pelengkap, dari berita aktual yang sebelumnya disiarkan. Program ini lebih mengarah pada pengupasan analisa berita dan latar belakang berita tersebut.
2.1.4.1.2 Talkshow Talkshow, program ini adalah program bincang-bincang yang menampilkan satu atau beberapa orang yang membahas topik tertentu dan didalamnya dipandu oleh seorang pembawa acara. Mereka yang menjadi narasumber dalam program tersebut bukanlah orang biasa, tetapi orang yang mengerti dan memahami topik yang dibahas.
2.1.4.1.3 Dokumenter Dokumenter, didalam program ini informasi disajikan secara menarik dengan tujuan sebagai pembelajaran dan pendidikan. Isi program dokumenter berupa cerita mengenai suatu tempat, sejarah, tokoh, dan kehidupan baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
45 2.1.4.1.4 Features Program features televisi adalah salah satu format tayangan yang menyajikan kegiatan manusia sehari-hari yang membutuhkan interaksi, rekreasi, pengetahuan, dan informasi (Fachruddin, 2012: 221). Menurut Jim Atkins Jr., program features adalah sesuatu yang dapat membuat penonton berlompat dan berpindah untuk menyaksikannya,
kemudian
mereka
membicarakannya,
meresponnya,
dan
mengingatnya. Program features membahas tentang suatu pokok bahasan dengan satu tema, bersifat menjelaskan, menguraikan, menyoroti dan diungkapkan lewat berbagai sudut pandang. Features dikemas secara mendalam dan luas dengan cara mengeksplorasi elemen manusiawi atau human interest. Berbagai bidang kehidupan dapat diangkat menjadi materi untuk membuat program features. Seperti tayangan tentang kuliner dan kebudayaan suatu negara. Informasi yang terkandung dalam program ini pun merupakan informasi yang dapat menambah pengetahuan. Sehingga, selain menghibur, tayangan features juga dapat mendidik audience-nya. Features merupakan program yang tidak terikat akan waktu sehingga program ini dapat disiarkan kapan saja. Pengertian program features hampir serupa dengan pengertian softnews (Fachruddin, 2012: 222). Ini dikarenakan program features adalah salah satu jenis berita ringan. Pengertian berita ringan yang terkandung dalam program features bukan pada materinya, tetapi dari segi teknik penyajiannya. Sehingga, seberat apapun materi yang diangkat, penonton masih dapat menikmatinya. Program features merupakan gabungan antara unsur opini, dokumenter, dan ekspresi. Unsur dokumenter disini berupa kejadian dan fakta-fakta yang dapat memberikan bukti dan memperkuat argumentasi mengenai suatu pokok bahasan.
46 Argumentasi tersebut merupakan unsur opini yang terkandung dalam sebuah program features. Opini ini berupa voxpop, dan wawancara. Sebuah program features tidak akan dapat dibedakan dengan hardnews apabila tidak memasukkan unsur ekspresi. Unsur ekspresi disini berguna untuk menciptakan sebuah suasana, sehingga informasi yang dibawakan tidak terlihat kaku dan berat. Unsur ekspresi dapat membuat sebuah tayangan menjadi lebih rileks dan menyenangkan untuk dinikmati. Seperti gambar dan atmosfer yang terekam, dapat memberikan gambaran tentang informasi sesungguhnya dan dapat menghidupkan suasana.
2.1.4.1.4.1 Karakterisik Features Program
features memiliki beberapa karakteristik yang terkandung
didalamnya. berikut merupakan karakteristik yang terkandung didalam sebuah program features berdasarkan buku Dasar-dasar Produksi Televisi karangan Fachruddin, yaitu: 1. Informatif Program features menyajikan informasi didalamnya, dimana informasi tersebut bersifat mendidik dan menambah pengetahuan penontonnya. Informasi yang disuguhkan beragam, seperti aspek kehidupan atau human interest. Features dapat mengambil perhatian dan menyentuh perasaan penonton dengan informasi yang disajikannya. 2. Menghibur Sajian informasi yang ada didalam program features, mengandung nilai hiburan didalamnya. Nilai hiburan tersebut biasanya dibuat dalam proses penggarapan programnya dimana program features adalah program informasi yag dapat disajikan dengan berbagai kreasi. Kreasi disini dapat
47 berupa narasi, wawancara, musik, fragmen (sandiwara pendek), sisipan puisi maupun pesan moral. Kemasan features pun dibuat berbeda dengan jenis program informasi lainnya. Dimana program features mengandung unsur artistik didalamnya, baik dari sudut pengambilan gambar, maupun alur acara itu sendiri. Pengemasan informasi inilah yang menjadikan program features dapat menjadi tayangan yang menghibur. 3. Kreatifitas Program features digambarkan sebagai karya kreatif individual seorang jurnalis. Dalam sebuah tayangan features sebuah kreatifitas sangatlah diperlukan. Ide yang kreatif dalam menciptakan tayangan features dapat menyentuh emosi dan menarik minat menonton khalayak. 4. Timeless Program features bersifat awet, sehingga dapat disiarkan kapan saja dan berulang kali tanpa takut informasinya menjadi basi. Inilah ciri-ciri lainnya yang dapat membedakan features dengan program news lainnya. Dimana, informasi yang terdapat didalam program features tidak mudah musnah dimakan oleh waktu. Karena informasinya yang tidak cepat basi, maka pemutaran program ini berulang-ulang tidak mengurangi perhatian penontonnya. 5. Subjektivitas Dalam program features, jurnalis dapat memasukkan emosi dan pikirannya sendiri. Namun penonjolan gaya penulisan bersifat personal atau disebut juga penulisan dengan gaya "aku" ini dapat menjadikan program features tidak enak ditonton.
48 Program features adalah tayangan yang mengandung informasi, namun dikemas secara kreatif sehingga penonton merasa terhibur dan tidak jenuh ketika menontonnya. Untuk itulah kelima karakteristik diatas sangat dibutuhkan dalam membuat sebuah program features.
2.1.4.1.4.2. Fungsi Features Program features kini menjadi salah satu pilihan tontonan program informasi dengan gaya yang menghibur. Berikut merupakan lima fungsi program features (Fachruddin, 2012: 227-228): 1. Sebagai variasi program berita. Dalam jurnalistik, tidak hanya dibutuhkan keterampilan, tetapi juga membutuhkan seni untuk memproduksi sebuah tayangan tersebut. Unsur seni yang terdapat dalam penyajian informasi dapat meningkatkan daya tarik menonton khalayak dalam memenuhi kebutuhan mereka akan informasi. 2. Sebagai program yang menyajikan informasi dengan cara non-formal. Features menyajikan serpihan informasi yang belum terangkat dalam program berita yang bersifat formal. Non-formal disini adalah karena adanya perspektif jurnalis dan pendekatan human interest didalamnya. 3. Sebagai
sarana
hiburan
dan
pengembangan
imajinasi
yang
menyenangkan. 4. Sebagai sarana pemberi makna dan nilai terhadap suatu peristiwa yang belum diketahui secara luas. Karena features merupakan program yang memandang suatu peristiwa dengan perspektif kemanusiaan, seperti aspek perasaa, gagasan, kejiwaan, kasih sayang, harapan, dan kecemasan.
49 5. Sebagai sarana ekspresi. Program berita yang berisikan Informasi, telah memberikan aspek pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran (kognitif) kepada penontonnya. Namun, dengan adanya program feature, penonton tidak hanya mendapatkan aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif. Dimana program ini memberikan aspek empati, perasaan, dan ketenangan kepada penontonnya.
Kelima fungsi tersebut dapat memberikan warna dalam dunia penyiaran televisi terutama dalam bidang news. Sehingga, penonton dapat memilih jenis tayangan informasi seperti apa yang dibutuhkannya.
2.1.4.1.4.3. Jenis Features Banyak aspek kehidupan yang dapat diangkat menjadi sebuah tayangan features. Materi dalam membuat program features dapat diperoleh dari berbagai bidang. Fachruddin dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Produksi Televisi Mengelompokkan features menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Features Profil. Features Profil berisi tentang rangkaian cerita dari perjalanan seseorang. Tayangan jenis ini juga memberikan sejumlah informasi tentang identitas, kepribadiaan, kehidupan dan riwayat seorang tokoh, maupun seseorang yang memiliki cerita menarik yang patut untuk diangkat. Dalam feature profil ini, lebih memfokuskan pada riwayat perjalanan seseorang dalam mencapai sesuatu. Informasi yang didapatkan haruslah akurat, karena ini menyangkut latar belakang kehidupan seseorang. Sehingga untuk mendapatkan data-data yang akurat, tim produksi atau
50 jurnalis harus melakukan pengamatan terhadap aktivitas subjek seharihari. Kemudian wawancara dengan beberapa narasumber yang terkait dengan cerita kehidupan tokoh tersebut dibutuhkan untuk menambah informasi serta memperjelas gambaran tokoh tersebut. 2. Features Sejarah. Features sejarah berisi tentang ulasan peristiwa-peristiwa penting yang pernah
terjadi di
tengah-tengah
masyarakat.
Peristiwa
tersebut
merupakan peristiwa besar yang meninggalkan dampak dan perubahan hingga tercatat dalam sejarah. Tayangan features ini biasanya ditayangkan untuk memperingati tanggal-tanggal dan peristiwa penting tersebut. Sehingga tayangan ini menjadi perangkum dan penyimpan serta penyebar sejarah yang baik. Features sejarah juga menyajikan ulasan cerita yang melukiskan landmark seperti tempat, monumen, gedung, dan bangunan. Selain itu juga mengulas tentang sejarah agama, industri, makanan, dan lain sebagainya. 3. Features musiman. Menyajikan tayangan yang berkitan dengan aktivitas musiman masyarakat yang didasarkan pada gaya hidup dan budaya masyarakat itu sendiri. Aktivitas musiman adalah fenomena rutin yang menjadi tren di setiap masanya. Contohnya adalah hari raya natal, musim libur sekolah, dan yang berkaitan dengan cuaca seperti musim kemarau, dan musim hujan. Fenomena-fenomena tersebut memang tidak datang dengan skala waktu sering, sehingga disebut juga dengan "musiman", namun fenomena musiman ini terbilang rutin karena akan terjadi kembali di
51 setiap masanya. Masa disini adalah periode, yaitu hitungan tahun. Jadi fenomena tersebut akan terulang di setiap tahunnya. 4. Features Interpretatif. Tayangan features ini mencoba untuk mendeskripsikan dan memberikan penjelasan lebih detail tentang topik yang telah diberitakan. Sehingga topik yang diangkat berkaitan dengan isu yang menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Isu tersebut bisa berupa organisasi, aktivitas, tren, dan gagasan. Misalkan, sebelumnya telah diberitakan tentang aksi terorisme. Maka dalam tayangan features interpretatif yang akan dibahas adalah kajian tentang identitas, taktik, dan tujuan gerakan terorisme. 5. Features ilmiah. Menyajikan tayangan yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, seperti perkembangan teknologi, penemuan-penemuan dan inovasi baru di dunia teknologi, beserta seluruh perangkatnya. Features jenis ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang luas tentang high technology masa kini. 6. Features Minat Insani. Menyajikan tayangan berupa cerita yang menyentuh kebutuhan dan kebiasaan dalam kehidupan manusia sehari-hari beserta lingkungannya. Tayangan ini memberikan informasi, motivasi, dan menyentuh aspek emosional penontonnya. Materi yang dibahas dapat berupa kisah kesabaran seseorang yang mengalami berbagai ujian. 7. Features Kiat. Menyajikan tayangan berupa petunjuk praktis dengan pola pikir yang praktis dan pragmatis. Dimana penonton dituntun dan diajari untuk
52 melakukan sesuatu hal. Tayangan ini dapat dijadikan alternatif jalan keluar yang sesuai dengan kondisi khalayak saat ini. Informasi yang diberikan berasal dari sumber ahli yang memang memiliki pengalaman dibidangnya. Contoh tayangan ini seperti kiat bagaimana membeli rumah, beternak hewan peliharaan, dan lain sebagainya. 8. Features Petualangan. Menyajikan cerita tentang pengalaman-pengalaman yang istimewa dan mencengangkan serta menyajikan momen-momen yang menarik dan dramatis. Tayangan ini melibatkan saksi hidup sebagai narasumber terpercaya yang dapat merekontruksi pengalaman-pengalaman tersebut. Contoh tayangan ini seperti kesaksian seseorang dalam penyelamatan dirinya saat berada dalam bencana tsunami. 9. Features Traveloque. Menyajikan kisah perjalanan wisata jurnalis atau seseorang ke sejumlah tempat yang memiliki unsur kebudayaan dan tempat-tempat populer yang sudah dikenal oleh banyak orang atau bahkan ke tempat-tempat yang belum dikenal namun memiliki keindahan tersendiri. Wisata yang dilakukan merupakan sebuah perjalanan yang memiliki nilai daya tarik sehingga penonton seakan diajak bertamasya dan berekreasi melalui layar kaca. Selain menjadi ajang hiburan, features jenis ini dapat menambah cakrawala pengetahuan tentang berbagai tempat dan nilainilai yang terdapat didalamnya, serta meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan
serta
kecintaan
terhadap
alam
dan
lingkungannya.
Contohnya adalah program koper dan ransel yang ditayangkan oleh Trans TV.
53 10. Features Kuliner. Menyajikan berbagai informasi dari dunia kuliner, mulai dari ulasan rasa makanan, komponen yang terkandung didalamnya, bentuk dan teksturnya, serta cara pembuatannya. Biasanya tayangan kuliner juga memberikan informasi tentang lokasi dan tempat makan dimana informasi tentang makanan itu sendiri akan dibahas. Saat presenter mencicipi makanan, penonton seakan dilibatkan didalamnya, dengan trik menjelaskan secara detail rasa yang ditunjang dengan gambar eksotis yang memikat sehingga tayangan wisata kuliner dapat menggugah selera makan penontonnya.
2.1.4.2. Entertainment (hiburan). Program entertainment atau program hiburan adalah jenis tayangan yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk program musik, permainan, dan cerita (drama) (Morissan, 2009: 223). Program drama merupakan program yang menyajikan cerita tentang kehidupan yang diperankan oleh para pemain atau artis dimana dalam cerita tersebut para tokoh yang memainkan peran memiliki alur ceritanya masing-masing dan melibatkan konflik serta emosi. Contoh dari program drama adalah sinetron dan film. Selanjutnya adalah program permainan, dimana didalam program ini melibatkan sejumlah orang baik individu maupun kelompok yang saling berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah hadiah dan merebut gelar juara. Contoh dari program permainan adalah acara kuis dan ketangkasan. Terakhir adalah program musik, program ini merupakan program yang menayangkan musik-musik baik berupa videoclip maupun pertunjukan atau konser. Dalam program ini, tidak hanya cara
54 pengemasan yang menjadi unsur penting, tetapi suara dan kemampuan artis dalam membawakan sebuah lagu juga menjadi unsur penting dalam sebuah program music (Morissan, 2009: 223-330).
2.1.5. Standar Penyiaran Telivisi Dalam sebuah kegiatan penyiaran penting halnya untuk memperhatikan sistem dan standar penyiaran yang digunakan. Perubahan yang terjadi dalam sistem penyiaran dapat merubah standar sebuah siaran stasiun televisi. Apabila dulu siaran televisi masih menggunakan sistem penyiaran analog, kini sistem penyairan bergeser meninggalkan analog dan merubahnya menjadi sistem digital. Selain itu sebuah organisasi penyiaran harus memperhatikan standar penyiaran yang berlaku di dunia telekomunikasi baik secara umum maupun khusus. Hal ini sangat penting, karena standar penyiaran menyangkut dapat atau tidaknya sebuah siaran diselenggarakan. Beberapa hal yang menyangkut standar suatu penyiaran adalah kebutuhan akan peralatan seperti kamera, transmisi, dan pesawat televisi. dimana berbagai peralatan tersebut harus sesuai satu dengan yang lainnya. Standarisasi penyiaran yang diterapkan di suatu negara dapat berbeda dengan negara lainnya. Saat ini ada tiga standar sistem penyiaran di dunia, yaitu: 1. NTSC (national television standards committe) NTSC di gunakan di negara amerika serikat, kanada, jepang, korea, dan meksiko. 2. PAL (phase alternating by line) PAL di gunakan di sebagian wilayah asia, termasuk indonesia, australia, cina, amerika selatan, dan sebagian eropa.
55 3. SECAM (Sequential couleur avec memoire) SECAM di gunakan di wilayah prancis, asia tengah, dan beberapa negara afrika.
Tiga standar sistem penyiaran ini ditetapkan karena perbedaan antar wilayah negara yang memproduksi peralatan yang terkait dengan siaran sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan masing-masing. Hal pokok yang membedakannya adalah 1) frame per second (fps) yaitu jumlah gambar per detik yang menjadi syarat suatu gambar terlihat bergerak (motion picture). Kelompok PAL dan SECAM menentukan fps sebanyak 25fps, sedangkan kelompok NTSC sebanyak 30fps. 2) jumlah garis pada tiap frame-nya. Garis-garis tersebut menentukan tingkat resolusi sebuah gambar. 3) jumlah frekuensi yang digunakan. Hal ini terkait dengan bandwith atau lebar pita frekuensi. Selain itu standarisasi sebuah sistem penyiaran tidak terlepas dari format video yang digunakan. Penggunaan peralatan teknik dalam pengambilan gambar seperti kamera, menghasilkan dua jenis format video. Jenis tersebut adalah format analog dan digital. Format video tersebut membedakan kualitas gambar masingmasing format. Video yang dihadirkan dalam bentuk format analog lebih sering mengalami kendala pada hasil gambar, seperti adanya noise dan penurunan kualitas gambar. Berbeda dengan hasil video digital. Ini dikarenakan, format analog yang dihasilkan dari peralatan konvensional, perlu di konversi terlebih dahulu kedalam format digital. Selain sistem penyiaran, standarisasi penyiaran juga dilihat dari aspek sistem yang terdapat pada media penyiaran itu sendiri khususnya televisi. Sistem televisi merupakan kumpulan dari sejumlah elemen yang saling bekerja sama untuk
56 mencapai tujuan tertentu. Sistem televisi terdiri atas peralatan dan manusia yang mengoperasikan peralatan untuk memproduksi sebuah program. Memproduksi sebuah program membutuhkan peralatan dan prosedur yang digunakan dalam 1) memilih berbagai sumber gambar dan suara, 2) melakukan kontrol dan monitor terhadap kualitas gambar dan suara, 3) melakukan perekaman, pemutaran ulang serta transmisi gambar dan suara, serta 4) mengintegrasikan berbagai sumber gambar dan suara tambahan lainnya. Televisi membutuhkan beberapa peralatan dalam menjalankan sistemnya. Hal ini berkaitan dengan standarisasi standar penyiaran yang membutuhkan berbagai perangkat keras, yang dapat menunjang terciptanya suatu siaran. Peralatan tersebut diantaranya adalah: kamera, CCU (camera control unit), preview monitor, switcher, line monitor, videotape recorder, microfon, audiomixer, speaker, dan sistem editing. Selain perangkat dan peralatan kebutuhan siaran tersebut, sistem televisi juga membutuhkan pusat produksi televisi seperti: studio televisi, dan ruang master control.
2.2
Teori Khusus
2.2.1 Strategi Produksi Program Televisi Strategi didefinisikan sebagai suatu program umum untuk mencapai tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata "program" di definisikan sebagai suatu peranan aktif, sadar, dan rasional, yang dimainkan oleh pelaku organisasi dalam merumuskan strategi-strategi. Strategi juga di definisikan sebagai pola tanggapan organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Setiap organisasi selalu memiliki strategi yang menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya. Strategi dijadikan sebagai sebuah pedoman dan pengarahan yang
57 digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini juga berlaku pada bidang penyiaran. Semua kegiatan penyiaran selalu dilakukan melalui tahapan dan proses pelaksanaan yang sudah ditentukan, sehingga suatu program dapat tercipta dan layak untuk disiarkan. Dalam memproduksi sebuah program televisi juga dibutuhkan keahlian dalam menyusun strategi atau disebut juga manajemen strategis (Morissan, 2009: 273), baik dalam tahapan produksi maupun strategi penyusunan tim atau kru produksi. Ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam proses produksi program televisi, yaitu: pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
2.2.1.1 Tahap Produksi Program Televisi 2.2.1.1.1 Pra Produksi Proses pra produksi merupakan tahapan yang dilalui sebelum kegiatan produksi program televisi berlangsung. Segala persiapan dan penyusunan program terjadi di tahap ini. Tanpa melalui tahap ini maka kegiatan produksi tidak akan terlaksana. Ada tiga tahapan utama yang terdapat dalam proses pra produksi, yaitu: Pertama adalah tahap penemuan ide. Ide atau gagasan tersebut ditemukan oleh seorang produser, dimana ide tersebut akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Kedua adalah tahap perencanaan. Disini perencanaan harus dibuat secara teliti dan hati-hati, sehingga perlu mengadakan meeting bersama kru produksi. Diskusi dengan beberapa kru yang terlibat dalam produksi siaran televisi merupakan tahap awal dalam pra produksi. Diskusi ini dilakukan untuk membicarakan perencanaan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dalam tahap ini, terdapat beberapa kegiatan perencanaan seperti pembuatan konsep program, pembagian job desk masing-masing kru, dan shooting schedule.
58 Konsep sebuah program berawal dari sebuah gagasan, dimana sebuah program produksi dapat tercipta dari orang-orang yang memiliki sebuah ide atau gagasan. Pada tahap pembuatan konsep, seorang produser harus menentukan program seperti apa yang ingin dibuat, karakteristik atau perwatakan si presenter, dan alur program di setiap segmennya dalam bentuk rundown. Setelah proses perancangan konsep jadi, barulah dibuat sebuah proposal atau yang biasa disebut dengan desain produksi. Dalam desain produksi, tidak hanya terdapat rancangan konsep program, tetapi juga terdapat tujuan program dan sasaran yang ingin dicapai. Setelah rancangan tersebut selesai, barulah dikembangkan konsep tersebut dengan pembuatan skenario dan perancangan adegan per-adegan. Rancangan ide dan gagasan skenario serta adegan sulit untuk digambarkan melalui tulisan, sehingga tenaga illustrator dibutuhkan didalam tim produksi untuk membuat storyboard dan layout sebagai gambaran alur program di setiap segmennya. Dalam sebuah produksi acara televisi, dibutuhkan seseorang yang akan menjadi pengisi acara atau pemain pada program televisi yang disebut talent. Talent merupakan seseorang yang memainkan sebuah tokoh yang memiliki peran dalam sebuah acara atau program televisi. Biasanya pemilihan talent dapat dilakukan dengan cara mengadakan casting terlebih dahulu, dimana casting berfungsi untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki para talent. Selanjutnya pada tahap ini, setiap kru diberikan pembagian tugas atau job desk sesuai dengan keperluan produksi. Pada dasarnya, proses produksi membutuhkan sejumlah orang yang bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim yang disebut dengan tim produksi. Tim produksi adalah orang-orang yang membantu berjalannya sebuah produksi. Tim produksi terdiri dari:
59 1. programme director programme director (PD) adalah orang yang berperan dalam mengarahkan acara/program. Seorang programme director memiliki tanggung jawab secara teknis atas kelancaran suatu acara televisi. Sehingga ia bertugas sebagai orang yang mengintegrasikan unsur-unsur pendukung produksi yaitu mengkoordinasikan seluruh tim produksi, seperti mengarahkan pengambilan gambar, mengarahkan suara dan tata cahaya, dan aspek pendukung lainnya. Seorang PD harus mampu menjalankan produksi sesuai dengan rundown yang sudah disusun oleh produser. Agar program yang diciptakan sesuai dengan apa yang di inginkan produser. Seseorang yang menduduki posisi ini bukanlah orang sembarangan, melainkan orang yang memiliki kemampuan tentang kepemimpinan dan pengetahuan teknis. Jiwa kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh seorang PD, ini dikarenakan PD harus mampu mengontrol dan mengkoordinasikan sejumlah orang yang membantu jalannya produksi. Seorang PD juga harus dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Pengetahuan tentang teknis dapat menjadi penunjang dalam mengkoordinasikan sejumlah orang yang memiliki peranan dalam pengoperasian peralatan teknis. 2. Floor Director Seorang PD akan membutuhkan bantuan Floor Director (FD) sebagai wakilnya untuk menyampaikan perintahnya kepada para pemain. Ia mengarahkan para pemain dan kru yang ada didalam satu area dengannya. FD biasanya bekerja diruangan yang terpisah dengan PD, sehingga peranannya sangat penting untuk menjadi wakil seorang PD.
60
3. Cameraman Cameraman
atau
juru
kamera
adalah
orang
yang
bertugas
mengoperasikan kamera untuk keperluan pengambilan gambar. Tanpa adanya Cameraman, maka tidak akan ada gambar yang terambil, pasalnya proses produksi adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar. Cameraman juga dikenal dengan istilah Camera person. Seorang juru kamera bertanggung jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera sesuai dengan keinginan dan panduan dari seorang programme director. Seorang
juru
kamera
biasanya
membutuhkan
seseorang
yang
membantunya dalam pengoperasian kamera dan pengambilan gambar. Orang itu disebut sebagai asistant Cameraman. 4. Vtr-man Orang yang bertugas dalam pengoperasian VTR (Video Tape Recorder) selama proses produksi berlangsung. VTR sendiri merupakan video tape recorder dimana didalamnya terdapat berbagai kebutuhan syuting, seperti video, musik, dan lain sebagainya. 5. Switcherman Switcherman merupakan orang yang bertugas menampilkan perpaduan dari beberapa sumber gambar ke dalam satu tampilan visual program televisi, sehingga program tersebut memiliki nilai estetika. Switcherman disebut juga sebagai pemandu gambar dimana ia mengoperasikan mesin switcher yang merupakan alat untuk memilih gambar dari beberapa sumber untuk disiarkan. Perpindahan gambar yang dilakukan oleh Switcherman adalah atas perintah dari seorang programme director.
61
6. Audioman Seorang
Audioman
bertugas
untuk
memilih
suara
yang
akan
dimunculkan. Sumber suara tersebut berasal dari beberapa sumber salah satunya
adalah
microphone.
Audioman
atau
teknisi
suara
mengoperasikan alat yang disebut audiomixer, dimana alat tersebut dapat menerima sinyal suara dan mengeluarkannya kembali untuk mendukung jalannya siaran. 7. Lighting director Penata cahaya atau Lighting director adalah orang yang bertugas mengatur dan menyesuaikan intensitas cahaya yang ada di lokasi shooting, sesuai dengan keinginan programme director. 8. Art director Art director atau penata seni merupakan orang yang bertanggung jawab dalam merambaang dan membangun set panggung. Ia bertanggung jawab dalam penentuan warna, properti, dan latar belakang yang akan digunakan untuk syuting. 9. Make-up dan wardrobe Kehadiran tim Make-up dan wardrobe sangat dibutuhkan dalam produksi sebuah program televisi. Televisi merupakan media audio visual, sehingga tidak hanya mengandalkan kekuatan suara tetapi juga kekuatan gambar. Salah satu kekuatan gambar yang sangat mendukung adalah penampilan. Disinilah tugas para tim Make-up dan wardrobe untuk membuat penampilan sang talent tampil lebih menarik dan tampil sesuai dengan tema program. Didukung dengan dandanan tim Make-up
62 dan kostum yang disediakan serta dipilih oleh tim wardrobe, membuat tampilan program televisi lebih berwarna.
Shooting schedule atau working schedule merupakan kegiatan penjadwalan kapan produksi akan dilakukan. Shooting schedule dapat di rencanakan setelah melakukan survei tempat, penentuan perlengkapan apa saja yang akan digunakan dan berbagai tahapan pra produksi lainnya selesai direncanakan sebelumnya. Survei ini sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui medan syuting yang nantinya akan dilaksanakan di tempat tersebut. Sehingga produser dan tim produksi mendapatkan gambaran proses produksi yang akan berlangsung. Dalam mencari lokasi syuting, perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan, dan perizinan. Biasanya, tempat-tempat tertentu tidak mau diambil gambarnya dan tidak mau dijadikan tempat syuting. Sehingga perizinan sangat dibutuhkan dalam menjalin kerja sama terhadap pihak yang memiliki lokasi tersebut. Selanjutnya ialah membuat anggaran atau budgeting. Ada dua pendekatan dalam merencanakan budgeting biaya produksi, yaitu financial oriented dan quality oriented (Rahmawati & Rusnandi, 2011: 75) Financial oriented mengacu pada keuangan yg tersedia. Sehingga perencanaan anggaran harus disesuaikan dengan kondisi keuangan yang tersedia. Jadi apabila keuangan terbatas, maka kebutuhan produksi juga harus dibatasi. Karena semua kegiatan produksi bergantung pada jumlah anggaran yang ada. Berbeda dengan quality oriented. Dimana perancangan anggaran mengacu pada kualitas hasil produksi. Sehingga kegiatan produksi tidak bergantung pada jumlah anggaran yang ada, tetapi anggaranlah yang menyesuaikan dengan keperluan
63 produksi. Dengan demikian, produser dapat mengajukan anggaran yang sesuai dengan kualitas produksi yang akan dicapainya. Dalam pembuatan budgeting, produser harus dapat mengidentifikasi hal-hal yang perlu di biayai atau hal-hal apa saja yang dapat ditekan pengeluarannya tanpa harus mengurangi kualitas produksi. Sehingga, tuntutan seorang produser dalam membuat anggaran biaya adalah kemampuan dalam merencanakan anggaran seefektif dan seefisien mungkin. Maka dari itu, biasanya seorang produser mengambil jalan tengah dengan menggunakan dua pendekatan tersebut secara simultan. Tahap ketiga adalah persiapan. Tahap ini meliputi pemberesan kontrak, perijinan (permits and clearances), serta persiapan alat dan teknis. Agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan ide dan konsep yang telah dibuat, maka dibutuhkan sarana produksi berupa peralatan yang mampu menghasilkan gambar dan suara. Untuk menghasilkan gambar yang bagus maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Maka dari itu produser biasanya menunjuk seseorang yang memiliki tanggung jawab atas tersedianya seluruh peralatan yang diperlukan. Pertimbangan penggunaan peralatan beserta jumlahnya bergantung pada program yang akan diproduksi. Peralatan yang dibutuhkan biasanya dicatat dalam daftar peralatan atau equipment list. Daftar tersebut digunakan untuk mengecek kelengkapan peralatan. Daftar tersebut juga digunakan untuk mengetahui perlengkapan apa saja yang dikeluarkan dan apa saja yang harus dikembalikan dengan lengkap. Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan untuk kegiatan produksi, yaitu peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan
64 pencahayaan. Beberapa peralatan dan perlengkapan yang biasa digunakan saat proses produksi berlangsung adalah (Fachruddin, 2012: 33-35): 1. Kamera Sebuah alat elektronik yang berfungsi mengambil serta merekam gambar dan suara. 2. Microphone Alat untuk menangkap gelombang suara. Jenis microphone beraneka ragam, seperti wireless mic dan hand held mic. Jenis-jenis microphone digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi. 3. Lighting Pencahayaan sangat penting dalam proses produksi. Lampu merupakan peralatan
yang
dapat
menerangi,
menimbulkan
atau
bahkan
menghilangkan bayangan dari sebuah objek. Berbagai jenis lampu juga digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi. 4. Switcher Alat untuk memilih gambar dari beberapa sumber untuk disiarkan. 5. VTR (Video Tape Recorder) Merupakan alat dimana didalamnya terdapat berbagai kebutuhan syuting, seperti video, musik, dan lain sebagainya. 6. Audiomixer Selain alat-alat diatas, juga terdapat peralatan teknis lainnya seperti tripod dan berbagai alat elektronik lainnya, dekorasi, dan peralatan make-up serta perlengkapan dan peralatan lainnya yang membantu berlangsungnya proses produksi.
65 Peralatan dan perlengkapan lainnya adalah alat transportasi untuk produksi diluar studio, dan unit studio beserta dekorasinya sebagai peralatan penunjang produksi.
2.2.1.1.2 Produksi Proses produksi merupakan tahap pengambilan gambar. Kegiatan ini disebut juga dengan shooting. Tahap produksi dapat dilakukan di dalam studio maupun diluar studio. Dalam proses produksi dikenal dua istilah, yaitu live dan tapping. Produksi live merupakan kegiatan terakhir dalam tahap pembuatan sebuah program. Karena program tersebut disiarkan secara langsung sehingga tidak dapat diulang. Sedangkan produksi tapping merupakan kegiatan pembuatan program yang dibantu dengan alat perekam dan tidak disiarkan secara langsung, sehingga pada proses pengambilan gambar masih dapat mengulang kesalahan adegan. Berlangsungnya proses produksi sangat bergantung pada tim produksi. Selain itu proses produksi program televisi juga bergantung pada seseorang atau beberapa orang yang mejadi talent atau host untuk memandu jalannya acara. Serta melibatkan juga beberapa narasumber untuk beberapa program acara seperti talkshow dan program diskusi lainnya. Proses produksi sangat terpaku pada peralatan yang digunakan dalam pembuatan sebuah program televisi. Peralatan yang digunakan untuk produksi acara TV di studio dan diluar studio memiliki sedikit perbedaan. Karena, tidak semua peralatan yang digunakan saat produksi didalam studio, digunakan juga pada saat produksi diluar studio.
66 Dalam pelaksanaan produksi, tim produksi bertugas membuat perencanaan ide, gagasan, dan konsep menjadi sebuah gambar yang layak untuk ditonton. Maka dari itu, diperlukan penentuan jenis shoot yang akan diambil dalam tiap adegannya. Berdasarkan hasil tinjauan dari beberapa buku tentang produksi siaran televisi disimpulkan jenis-jenis pengambilan gambar yang dapat dilakukan saat produksi diantaranya adalah: A.
Menurut ukuran gambar: 1. Extreme long shoot (ELS) Tipe pengambilan gambar yang menetapkan suatu objek dengan ukuran jarak yang sangat-sangat jauh, panjang, luas dan lebar. Biasanya digunakan
untuk
mengambil
sebuah
gambar
panorama
atau
pemandangan. 2. Very long shoot (VLS) Biasanya digunakan untuk gambar-gambar opening scene dimana gambar yang disajikan berupa visualisasi adegan kolosal, kota metropolitan dan sebagainya. Pengambilan gambar tipe ini bisa dilakukan melalui helikopte. 3. Long shoot (LS) Tipe pengambilan gambar jarak jauh dari sudut panjang dan lebar, dimana keutuhan objek dapat terambil. Seperti objek manusia yang disorot secara keseluruhan dari kepala hingga kali sehingga manusia tersebut tergambar secara seutuhnya. 4. Medium long shoot (MLS) Pengambilan gambar yang mengambil objek dari jarak yang panjang dan jauh. Sedikit berbeda dengan tipe long shoot, dimana tipe pengambilan
67 gambar ini menarik garis imajiner dari tipe long shoot, kemudian di zoom in sehingga gambar terlihat lebih padat. 5. Medium shoot (MS) Pengambilan gambar dengan jarak sedang, dimana setengah bagian objek terlihat. Tipe pengambilan gambar ini biasanya digunakan untuk wawancara. 6. Middle close up (MCU) Pengambilan gambar dari jarak yang cukup dekat, dimana keleluasaan background masih dapat dinikmati. Sehingga tipe ini memperdalam gambar dengan menunjukan profil dari objek yang direkam. 7. Close up Pengambilan gambar dari jarak dekat. Objek menjadi titik perhatian yang utama dalam pengambilan gambar, sehingga fokus pengambilan gambar tipe ini tertuju pada komposisi gambar yang dapat menggambarkan emosi atau suatu reaksi sehingga objek yang disorot mampu mengeksplorasi daya tarik tersembunyi. 8. Big close up (BCU) Lebih tajam dan mendalam dari pengambilan gambar tipe close up. Tipe ini mampu mengungkapkan kedalaman suatu objek seperti pandangan mata, raut muka, dan emosional wajah. 9. Extreme close up Tipe pengambilan gambar ini terfokus pada kedekatan dan ketajaman suatu objek.
68 B.
Menurut camera angle: 1. High angle Tipe pengambilan gambar yang dilakukan dari atas objek. 2. Eye level (normal/standard) Pada tipe ini, gambar yang diambil adalah gambar dari sudut pandang kamera dari posisi normal/standar. Dimana pengambilan gambar diambil secara sejajar dengan garis mata objek yang dituju. 3. Low angle Pengambilan gambar dari bawah objek.
C.
Berdasarkan komposisi gambar: komposisi gambar sendiri merupakan penempatan unsur-unsur gambar kedalam frame atau bingkai gambar dengan tujuan agar dapat menempatkan objek pada komposisi yang baik. Sehingga beberapa elemen seperti keseimbangan, keindahan, ruang dan warna harus diperhatikan. Berikut adalah tipe pengambilan gambar berdasarkan komposisi gambar: 1. Triangulasi Pengambilan gambar dengan menyeimbangkan sisi kiri, kanan, dan atas objek dengan background sehingga mengesankan objek enak dipandang. 2. The rule of thirds Penempatan objek gambar dalam frame yang dibagi menjadi tiga bagian secara vertikal dan tiga bagian secara horizontal. Perpotongan garis ini membuat sebuah titik temu, dimana setiap titiknya menjadi perhatian pemirsa terhadap objek yang dilihatnya.
69 3. Walking room/lead room Ruang yang menunjukkan arah jalan objek dari ujung sampa tepi frame. Dimana, ruang depan objek lebih luar dua kali lipat dibanding ruang belakang objek. Sehingga, teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah dengan cara memberikan sisa jarak untuk objek bergerak kearah tertentu. 4. Looking room Jarak pandang objek kedepan dengan belakang objek sehingga ketika objek melihat kesuatu arah, tersedia ruang kosong pada arah yang dituju. Hal ini dilakukan agar gambar tidak terlihat janggal. 5. Head room Head room adalah ruang kosong yang berada diatas objek. Dimana ruangan tersebut membuat jarak antara objek dengan tepi atas frame. 6. Aerial shoot Pengambilan gambar daratan dari udara untuk memperlihatkan suasana dibawah daratan secara menyeluruh. Biasanya diambil melalui pesawat udara. 7. Over the shoulder shoot Pengambilan gambar suatu objek dari belakang bahu salah satu objek lainnya. Sehingga fokus utama objek kamera berada didepan bahu tersebut. 8. Establishing shoot Pengambilan gambar yang menampilkan keseluruhan objek beserta ruang disekitarnya sebagai unsur penekanan dimana kondisi adegan itu terjadi.
70 9. Point of view Teknik pengambilan gambar yang menghasilkan arah pandang objek dalam frame. 10. Canted shoot Pengambilan gambar dengan cara meletakkan kamera dalam posisi miring ke kiri atau ke kanan secara statis, sehingga objek yang dituju terkesan atraktif. 11. Crazy shoot Pengambilan gambar secara dinamis dengan cara menggerakan kamera ke kiri dan ke kanan. Pengambilan gambar ini tidak lazim digunakan untuk program acara yang formal atau normal. Biasanya tipe ini digunakan untuk menyesuaikan pergerakan gambar dengan ritme atau tempo sebuah musik. 12. Subjective shoot dan objective shoot Subjective shoot adalah teknik pengambilan gambar yang melibatkan penonton sebagai pelaku pada scene tersebut. Sedangkan objective shoot adalah teknik pengambilan gambar yang memberikan kesan pada penonton, bahwa mereka hanya menjadi pengamat saja. 13. Type of shoot Type of shoot adalah tipe pengambilan gambar yang menjadi dasar pembuatan berbagai program acara televisi. Tipe ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu: Simple shoot, merupakan tipe pengambilan gambar tanpa adanya pergerakan kamera. Complex shoot, yaitu proses pengambilan gambar secara bervariasi dengan kombinasi antara statis dengan pergerakan lensa. Sehingga menghasilkan komposisi gambar yang
71 beragam. Developing shoot, yaitu pengambilan gambar secara dinamis, dengan menggunakan seluruh pergerakan kamera dari berbagai angle. Ini dilakukan untuk menciptakan gambar yang dramatis. 14. Object in frame Pengambilan gambar sebuah object dalam satu frame, seperti one shoot, two shoot, three shoot, atau group shoot.
D.
Berdasarkan pergerakan kamera: Untuk menghasilkan gambar yang bervariatif dibutuhkan beraneka ragam jenis dan tipe pergerakan kamera yang lazim digunakan demi memperkaya gambar dan mempermudah penyusunan alur berita. Pergerakan kamera ini juga dapat menghasilkan kualitas program yang dapat memuaskan kreatornya. Berikut pergerakan kamera yang lazim digunakan, yaitu: 1. Crab/truck Pergerakan badan kamera kearah horizontal, kanan dan kiri. Hal ini digunakan untuk mempertahankan komposisi awal keberadaan objek dan menunjukkan perubahan latar belakangnya. 2. Swing Pergerakan seluruh badan kamera ke kiri dan ke kanan membentuk oval dengan tujuan untuk mempertahankan komposisi awal objek. 3. Zoom in dan zoom out. Zoom in merupakan teknik pengambilan gambar dengan merubah jarak pandang gambar yang ditangkap oleh lensa, dimana terjadi proses pergerakan lensa yang merubah pengambilan gambar dari luar menjadi lebih sempit. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa objek yang
72 disorot merupakan sesuat yang dinilai pentin. Sedangkan zoom out adalah kebalikannya. Dimana pada teknik ini terjadi pergerakan lensa dari gambar sempit menjadi gambar yang lebih luas. Hal ini dilakukan untuk menyajikan suasana dimana objek utama berada. 4. Panning (left, right) Pengambilan gambar dengan cara menggeser atau menggerakkan kamera secara horizontal baik ke kiri maupun kekanan. Biasanya ini dilakukan menggunakan poros tripod sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. 5. Tilt up dan tilt down. Tilt up adalah cara pengambilan gambar dengan menggerakan kamera dari bawah ke atas untuk menggambarkan ketinggian suatu objek. Sedangkan tilt down adalah proses pengambilan gambar dengan cara menggerakan kamera dari atas ke bawah untuk menunjukkan keberadaan suatu objek yang berada dibawah.
2.2.1.1.3 Pasca Produksi Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam proses produksi sebuah program televisi. Dalam proses pasca produksi terdapat beberpa tahap sebelum akhirnya menjadi sebuah tayangan yang layak untuk disiapkan. Ada dua tahapanya yaitu: proses editing dan evaluasi. Proses editing masa kini berbeda dengan proses editing dulu. Kini proses editing menggunakan teknologi digital dimana proses editing yang dilakukan lebih mudah dan efisien. Berbeda dengan sistem editing analog yang lebih rumit. Sebelum proses editing video secara digital dimulai, terdapat tahap capturing. Tahap capturing merupakan kegiatan mentransfer audio visual yang terekam dalam
73 kaset digital kedalam komputer. Sehingga materi yang nanti akan masuk kedalam editing sudah dalam bentuk file. Setelah seluruh materi yang akan digunakan selesai dipindahkan, barulah proses editing dapat dilakukan. Proses editing merupakan kegiatan penyusunan dan perangkaian seluruh materi hasil syuting sehingga menjadi sebuah produk akhir (product final) yang layak dan siap untuk ditayangkan. Orang yang mengerjakan tahap ini disebut sebagai seorang editor (Fachruddin, 2012: 394).. Dalam tahap editing, terdapat tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Editing offline disebut juga dengan editing kasar, dimana materi hasil syuting langsung dipilih dan disusun menjadi sebuah rangkaian cerita sesuai dengan rundown. Selanjutnya dilakukan proses screening, dimana bahan yang sudah diproses didalam editing offline diperiksa kembali, sehingga apabila masih ada gambar yang ingin ditambah dan dikurangi masih dapat dilakukan. Setelah tahap editing offline selesai dilakukan, selanjutnya masuk kedalam tahap editing online. editing online merupakan penyempurnaan hasil editing offline. editing online biasanya dilakukan sekaligus dengan proses mixing. Dimana pada tahap ini, editor memasukkan musik, efek gambar, dan suara seperti sound effect serta rekaman narasi atau dubbing yang diselaraskan dengan gambar. Proses editing digital bergantung pada aplikasi program editing yang digunakan. Salah satu program editing yang dapat digunakan adalah adobe premier. Setelah tahap editing selesai, barulah dilakukan evaluasi program. Evaluasi program merupakan kegiatan penilaian apakah program yang telah di produksi telah sesuai dengan perencanaan program yang dilakukan ditahap awal, yaitu pada tahap pra produksi. Hal ini juga dilakukan untuk dapat memperbaiki program di kesempatan lainnya, yaitu pada tahap produksi program selanjutnya.
74 2.2.2 Komunikasi Organisasi Komunikasi berasal dari bahasa latin 'communis' atau dalam bahasa inggris 'common' yang berarti sama. Sehingga kegiatan komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesamaan makna. Melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, maupun sikap dengan lawan komunikasi (Rohim, 2009: 109). Sedangkan organisasi adalah satu kumpulan atau sistem individual yang melalui satu hierarki jenjang dan pembagian kerja, dengan berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan (Rohim, 2009: 110). Organisasi merupakan sebuah struktur dengan batasan-batasan yang pasti. Organisasi sendiri terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi juga diartikan sebagai sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek, dimana mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang sama. (Pace & Faules, 2004: 11). Komunikasi merupakan faktor penting untuk dapat melaksanakan fungsi suatu organisasi secara efektif. Berdasarkan pandangan objektif, organisasi dianggap sebagai sebuah struktur, sedangkan pandangan subjektif menganggap organisasi sebagai sebuah proses (Pace & Faules, 2004: 11). Menurut Katz dan Khan, komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi (Rohim, 2009: 110). Komunikasi organisasi diartikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi, yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Dimana tiap organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace & Faules, 2004: 31).
75 Komunikasi menjadi sebuah cara yang digunakan seorang pemimpin organisasi agar anggotanya mengetahui dan menyadari tujuan dan rencana dari organisasi tersebut, sehingga mereka dapat berperan secara penuh dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika komunikasi berjalan secara teratur, maka informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengontrol, menyesuaikan diri dengan lingkungan organisasi, dan sebagai suatu sinyal yang digunakan untuk mengurangi ketidakpastian. Tujuan utama membahas tentang definisi komunikasi organisasi adalah agar mengetahui dan memahami kehidupan organisasi, dan menemukan bagaimana kehidupan terwujud melalui komunikasi (Pace & Faules, 2004: 25). Sehingga dapat diketahui bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konsep gaya komunikasi organisasi, dimana didalamnya terdapat arus komunikasi organisasi yang digunakan selama proses produksi berlangsung.
2.2.2.1 Gaya-gaya komunikasi dalam organisasi Gaya komunikasi atau communication style merupakan sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dan dalam situasi tertentu (Rohim, 2009: 115). Ada enam gaya komunikasi, yaitu: 1. The controlling style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk memaksa, membatasi, dan mengatur baik pikiran, perilaku, maupun tanggapan orang lain. Gaya komunikasi ini dikenal dengan sebutan one-way communicators.
76 2. The equalitarian style Gaya komunikasi yang dilakukan secara terbuka, dimana setiap anggotanya dapat mengungkapkan gagasan atau pendapat dalam suasana yang santai, rileks, dan informal. Gaya komunikasi ini bersifat dua arah, sehingga disebut dengan istilah two-way traffic of communication. 3. The structuring style Gaya komunikasi yang dilakukan dengan cara mengirimkan pesan dengan lebih menitik beratkan pada informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Sehingga gaya komunikasi ini lebih terstruktur untuk menetapkan perintah yang harus dilaksanakan,
termasuk penjadwalan
tugas,
pekerjaan,
dan
struktur
organisasi. 4. The dynamic style Gaya komunikasi yang bersifat dinamis, dimana gaya ini cenderung agresif. Gaya komunikasi ini digunakan untuk merangsang para pekerja untuk bekerja lebih berat dan lebih baik. 5. The Relinquishing style Gaya komunikasi yang dilakukan dengan cara menerima saran, pendapat, dan gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun si pengirim peran punya hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Gaya komunikasi ini biasa dilakukan dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan luas, berpengalaman, teliti, dan mau bertanggung jawab atas pekerjaanya.
77 6. The withdrawal style Gaya komunikasi yang digunakan untuk memberikan pernyataan untuk mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab dan untuk menghindari kegiatan komunikasi dengan orang lain. Gaya komunikasi ini tidak layak dipakai dalam sebuah organisasi
2.2.2.2 Arus Komunikasi Organisasi Arus komunikasi organisasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu vertikal dan horizontal. Ronald Alder dan George Rodman menguraikan vertikal komunikasi dalam dua tipe yaitu downward communication dan upward communication (Rohim, 2009: 111). Downward communication adalah arus komunikasi yang berjalan dari atas kebawah dimana tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi dari arus komunikasi ini adalah: pemberian dan penyampaian instruksi kerja, penjelasan dari pemimpin tentang mengapa tugas tersebut perlu dilaksanakan, penyampaian informasi tentang segala peraturan yang berlaku didalam organisasi, serta pemberian motivasi kerja kepada karyawannya. Upward communication adalah komunikasi yang terjadi saat bawahan mengirim peran kepada atasannya. Fungsi dari arus komunikasi ini adalah penyampaian informasi tentang seluruh pekerjaan maupun tugas yang sudah dilaksanakan, serta penyampaian informasi tentang segala persoalan dan hambatan yang terjadi saat proses kerja berlangsung sehingga tugas maupun pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik, serta penyampaian saran dan keluhan dari bawahan tentang dirinya maupun pekerjaanya.
78 Sedangkan horizontal communication terjadi saat kegiatan komunikasi antar karyawan yang memiliki kedudukan setara berlangsung.
2.2.2.3 Fungsi komunikasi Organisasi Kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi memiliki empat fungsi utama, yaitu: fungsi normatif, regulatif, persuasif, dan integratif. 1. Fungsi normatif Komunikasi dapat menyampaikan informasi kepada setiap anggota organisasinya, agar dapat melaksanakan pekerjaanya secara pasti 2. Fungsi regulatif Komunikasi berperan dalam menyampaikan instruksi dan perintah yang dibuat oleh pemegang kewenangan kepada bawahannya, agar mereka dapat melaksanakan perintah-perintah tersebut sebagaimana mestinya. 3. Fungsi persuasif Komunikasi berfungsi sebagai alat yang dapat mempengaruhi sifat anggotanya, untuk mau melakukan semua yang diperintahkan. Fungsi persuasif ini dilakukan untuk menghasilkan kepedulian anggotanya terhadap pekerjaan yang diberikan, sehingga dapat menumbuhkan para sukarela dan pemimpin tidak perlu menggunakan kekuasaan dan kewenangannya untuk memerintahkan banyak hal. 4. Fungsi integratif Komunikasi digunakan sebagai saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang digunakan, yaitu komunikasi formal dan informal.
79 2.2.3 Mutu program Pada acara televisi, mutu program dilihat dari dua aspek, yaitu mutu teknik dan mutu produksi.
2.2.3.1 Mutu Teknik Mutu teknik dibagi menjadi dua aspek yaitu audio dan video. 1. Audio Mutu audio dalam suatu siaran ditentukan oleh beberapa unsur, antara lain: a) Volume Volume merupakan keras lunaknya suara. b) Balances Balances berkaitan dengan keseimbangan antara frekuensi rendah dan tingginya sinyal audio. c) Noise Merupakan gangguan sinyal suara yang dikirimkan.
2. Video Video juga menjadi tolak ukur mutu suatu program. Dalam aspek ini, terdapat beberapa unsur yang dapat menentukan kualitas sebuah tayangan, yaitu: a) Contras Merupakan perbedaan antara warna hitam dan puttih maupun antar warna lainnya. b) Brightness Menyangkut terang gelapnya sebuah gambar.
80 c) Fokus Merupakan ketajaman sebuah gambar. d) Noise Gangguan dari sinyal yang bukan merupakan bagian dari informasi gambar.
2.2.3.2 Mutu Produksi Ada beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur serta meningkatkan mutu program pada aspek produksi yaitu: ide, konsep produksi, naskah, presenter, rundown, produser, asisten produser, dan tim kreatif. 1. Ide Ide merupakan buah pikiran dari seorang perencana acara siaran, dimana perencana tersebut adalah seorang produser. Ide merupakan pesan yang hendak disampaikan kepada pemirsa melalui media televisi. Siaran televisi tercipta karena dilandasi dari munculnya sebuah ide atau gagasan. Ide yang nantinya diimplementasikan hingga menjadi sebuah program acara haruslah ide yang sesuai dengan tujuan program dan tujuan dari siaran. 2. Konsep produksi Setiap program acara televisi memiliki konsep yang berbeda-beda. Perbedaan konsep ini membuat adanya perbedaan proses produksi di tiap programnya. Konsep produksi harus mengkaji klasifikasi target penonton yang terdiri dari usia, status sosial, dan jenis kelamin. Ketiga unsur tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi agar tidak melenceng jauh dari tujuan program tersebut.
81 3. Naskah Keselarasan antara gambar dan narasi menjadi tuntutan utama dalam memproduksi sebuah program. Hal tersebut dikarenakan keduanya merupakan aspek yang saling mendukung. 4. Presenter Presenter merupakan anggota atau bagian dari produksi yang menjadi ujung tombak sebuah program televisi. Presenter merupakan orang yang membawakan acara sebuah program acara dengan perwatakannya masing-masing. 5. Rundown Rundown merupakan susunan detail program persegmen. Rundown berisikan urutan isi acara berdasarkan perencanaan gambar, suara, dan durasi waktu. Dalam rundown, akan terlihat alur acara yang akan menggambarkan isi acara untuk satu episode. Bentuk rundown setiap program sangat bervariasi sesuai dengan konsep dan format produksi program acara tersebut. 6. Produser Produser adalah orang yang bertanggung jawab untuk merubah ide/hiasan kreatif kedalam sebuah konsep. Produser memiliki tugas dalam memimpin seluruh tim produksi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Seorang produser, bertanggung jawab secara umum terhadap seluruh kegiatan produksi. 7. Asisten produser Asisten produksi merupakan orang yang memiliki suara penentu terhadap segala perubahan konten yang terjadi. Secara umum asisten produksi
82 bertugas dalam membantu produser, sutradara dan membantu kelancaran jalannya sebuah acara. 8. Tim kreatif. Tim kreatif bertanggung jawab untuk menangani proses penciptaan karya-karya kreatif dimana tim kreatif mengembangkan berbagai macam ide menjadi bentuk skenario yang siap untuk di produksi. Tim kreatif bekerja sama dengan bidang-bidang lainnya untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dengan acara menciptakan terobosan ide baru baik itu pada aspek konten maupun berbagai fitur dalam program acara yang digarap.
2.2.4 Konsep Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan
dan
peluang,
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT sendiri merupakan singkatan dari Streght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threat (ancaman) (Rangkuti, 2006: 18-19). Menurut Nadine pahl dan Anne Ritcher (2007), Pengertian dari keempat elemen SWOT tersebut adalah: Streght (kekuatan) adalah kemampuan
yang dapat dilakukan oleh
perusahaan atau organisasi dari hasil kinerja yang baik. Weakness (kelemahan) adalah sesuatu yang menghalangi perusahaan atau unit dikarenakan kinerja yang kurang baik. Hal ini menjadi faktor yang perlu ditangani oleh perusahaan atau organisasi.
83 Opportunities (peluang) adalah tren, gaya, peristiwa, dan gagasan yang tercipta dari kemampuan perusahaan atau organisasi itu sendiri. Threat (ancaman) adalah sesuatu peristiwa atau kekuatan atau diluar kendali perusahaan atau organisasi, dimana ancaman membuat perusahaan membutuhkan perencanaan serta keputusan yang tepat untuk menguranginya. Analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan eksternal yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor peluang, dan ancaman, serta analisis lingkungan internal untuk mengetahui faktor kekuatan serta kelemahan. Analisis ini dilakukan untuk meneliti satu persatu hal-hal yang dapat dimanfaatkan, hal-hal yang harus dihindari dan hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi segala macam tindakan yang akan dilakukan (Suharyadi et al, 2007: 191).
84 2.2.4 Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir