BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Komunikasi Massa 2.1.1 Definisi Komunikasi Massa Banyak pemaparan mengenai definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Namun, secara garis besar terdapat kesamaan mengenai maksud dari pengertian komunikasi massa itu sendiri. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people) (Rakhmat, 2003: 188). Menurut Nurudin (2011:4-5), pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran komunikasi massa. Nurudin juga menambahkan bahwa Dalam hal ini kita perlu membedakan massa dalam arti “umum” dengan massa dalam arti komunikasi massa. Misalnya, kita pernah mendengar seorang penyiar televisi mengatakan, “Pemirsa, massa yang jumlahnya ratusan itu bergerak menuju gedung DPR-RI untuk memprotes kebijakan pemerintah.” Kata massa dalam hal ini lebih mendekati arti secara sosiologis. Dengan kata lain, massa yang dimaksud dalam hal itu adalah kumpulan individu yang berada di suatu lokasi tertentu. Komunikasi massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu: Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies”. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandasan teknologi 10
11 dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimilik orang dalam masyarakat industri) (Rakhmat, 2003: 188). Dari definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Gebner, dapat dilihat bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarluaskan dan disalurkan kepada masyarakat luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dan bulanan. Proses memproduksi pesan ini dilakukan oleh sebuah lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Menurut Jay Back dan Federick C. Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication (1988) dikatakan bahwa komunikasi massa lebih menunjuk kepada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi massa yakni media massa (Nurudin, 2011: 5). Sedangkan menurut pendapat Tan Wright, dalam Liliweri (1991), menyebutkan
bahwa
komunikasi
massa
adalah
komunikasi
yang
menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Elvinaro & Komala, 2007:3). Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut : 1.
Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada
12 khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audiens dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikator tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik di mana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.
13 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa sebanding dengan jenis komunikasi lain adalah bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2011 : 9). Josep A. Devito dalam Nurudin (2011:11) menyebutkan bahwa “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazine, films, books, and tapes.”Jika di terjemahkan secara dapat diartikan bahwa “Pertama, komunikasi massa adalah komunkasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang berupa audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih luas bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membacaatau semua orang yang menonton
14 televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebuah proses komunikasi massa bersumber dari komunikator yang terorganisir, serta ditujukan untuk sekelompok individu dalam skala yang besar, heterogen, dan tidak memiliki spesifikasi tertentu. Proses ini mensyaratkan penggunaan media massa, entah itu media cetak maupun elektronik, dimana penggunaan media elektronik seperti televisi dan radio menggunakan sebuah pemancar audio dan/atau visual. Selain itu, Kurt Lang & Gladys Engel Lang melalui jurnal dengan judul “Mass Society, Mass Culture, and Mass Communication: The Meaning of Mass” mengatakan bahwa We begin with a quick look back at how “mass communication” came to denote characteristics that today most everyone takes for granted. When people speak of the media, they usually have in mind corporate bodies or government agencies whose access to modern technology enables them to disseminate the same uniform content to a geographically dispersed multitude. At first, this capability was confined to cheap print, and then later expanded to motion-pictures, both of which were still dependent on physical transport. This limitation did not extend to either radio or television, which, given their wide reach, were destined to become the media of mass communication par excellence. But to develop into mass communication, the new technology had to be employed to reach a large audience. As late as the end of the 1920s, Ernest W. Burgess (1886-1966), a University of Chicago sociologist whose interest was mostly in human ecology, could still write about the conquest of space by new forms of transportation and communication, such as the automobile, the motion picture, the airplane, and the radio, without even a
15 single reference to the expansion in the size of audiences and its consequences (1929, p. 1072). Two years later, David O. Woodbury devoted a book (1931) to “communication at a distance,” grouping mass media with personal communication forms, such as letters that rely on carriers, or with those which do not. Dari jurnal diatas dapat disimpulkan setelah diartikan secara bebas bahwa, komunikasi massa telah mempermudahkan pekerjaan setiap orang. Melalui
komunikasi
massa,
kita
dipermudah
dengan
tidak
hanya
mendapatkan referensi berdasarkan satu sumber saja. Perkembangan teknologi juga telah menjadikan komunikasi massa dapat menjangkau khalayak secara lebih luas.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk melihat fungsi-fungsi komunikasi massa. Sama dengan definisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa juga mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Perlu ditekankan bahwa ketika sedang membicarakan mengenai fungsi komunikasi massa maka seharusnya yang ada dipikiran kita adalah sedang membicarakan media massa, hal ini disebabkan karena tidak ada komunikasi massa tanpa adanya media massa. Menurut
Dominick
(Ardianto,
2004:15),
komunikasi
massa
mempunyai beberapa fungsi bagi masyarakat, diantaranya sebagai berikut :
1.
Pengawasan (Surveillance) Fungsi pengawasan ini dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan peringatan(warning and beware surveillance) yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman yang penting untuk diketahui
16 oleh khalayak, dan pengawasan instrumental (instrumental surveillance), yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Penafsiran (Interpretation) Penafsiran pada media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial).Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.Tujuan penafsiran media adalah untuk mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut. 3. Pertalian (Linkage) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dapat dipertalikan atau dihubungkan oleh media. 4. Penyebaran nilai-nilai (Transmission of Values) Fungsi ini disebut juga sebagai sosialisasi. Media mewakili sebagai model dan peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Hiburan (Entertainment) Melalui program-program di televisi dan radio, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendaki.Hiburan ini bisa berbentuk audio visual, seperti lagu, gambar tulisan yang bersifat menghibur, permainan seperti teka-teki silang, dan sebagainya.
17 Menurut Nurudin, dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (2011 :66-90), Fungsi komunikasi massa antara lain : 1. Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi masa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi adalah berita yang disajikan. Fakta yang dicari wartawan dilapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi.Fakta yang dimaksud adalah adanya kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta tersebut bisa diringkas dalam istilah 5 W + 1 H (What, Where, Who, When, Why, + How) atau Apa, Dimana, Siapa, Kapan, Mengapa, Bagaimana. Konsep 5 W + 1 H atau straight news(berita singkat) sudah dikembangkan dengan peliputan jurnalisme investigasi.Yakni, suatu bentuk peliputan yang dilakukan secara mendalam.Ada banyak data pendukung yang ada dalam berita tersebut, baik berupa angka maupun wawancara yang dilakukan pada beberapa sumber berita.Yang terpenting adalah harus menyajikan informasi berdasarkan fakta yang ada dan di kupas secara mendalam. Sekarang ini banyak media (terutama majalah) mengembangkan penulisan feature yang merupakan gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah jurnalistik. Dalam Paradigma lama, buku termasuk alam media Komunikasi massa yang juga mempunyai fungsi informasi. Buku yang dimaksud tentu bukanlah sekedar buku fiksi, tetapi buku yang ditulis berdasarkan fakta
18 pula. Karena informasi yang di maksud disini adalah informasi yang berdasarkan fakta. Film-film sejarah pun termasuk media komunikasi massa, karena faktanya ada hanya saja pembuatannya dilakukan dengan prinsip-prinsip pembuatan film. Jadi intinya adalah, fungsi dari komunikasi massa sebagai media pemberi informasi yang berdasarkan fakta. 2. Hiburan Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, karena masyarakat menjadikan televisi sebagai media hiburan. Selain itu, Charles R. Wright membuat table untuk memperjelasnya fungsi hiburan
Tabel 2.1 Fungsi Hiburan Masyarakat
Individu
Fungsi
Pelepasan lelah Pelepasan lelah bagi kelompokkelompok massa
Disfungsi
Mengalihkan Publik menghindarkan aksi sosial
Meningkatkan kepastian, memperendah citarasa, memungkinkan pelarian/persaingan diri
Subkelompok Tertentu (Mis: Kel.Politik) Memperluas kekuasaan, mengendalikan bidang kehidupan
Kebudayaan
Memperlemah estetik “budaya pop”
(Sumber: Nurudin, 2011: 71) 3. Persuasi Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan
19 sekilas hanya berbentuk informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan di tajuk rencana, artikel, dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif. Bagi Josep A. Devito (1997) fungpersuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa dating dari berbagai macam bentuk: a) Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. b) Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. c) Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu d) Memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu. 4. Transmisi Budaya Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakan dan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak terhadap setiap individu. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis.Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan, akantetapi mereka terjalin secara konstan. Apalagi media massa merupakan alat utama di dalam transmisi budaya pada kedua tingkatan tersebut. Di dalam tingkatan kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit bibit perubahan secara terus- menerus. Hal ini merupakan faktor yang memberi petunjuk yang memberi teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara serempak pengukuh status quo dan mesin perubahan.
20 Televisi, sebagai contoh, tidak hanya cermin, tapi juga pengikat waktu. Sebagaimana program televisi atau film yang mempertontonkan tematema tabu seperti telanjang dan seks, merefleksikan perubahan di dalam strukstur sosial (perubahan dimana televisi bertanggung jawab terhadap semua sebab itu). 5. Mendorong Kohesi Sosial Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Dimana media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai berai bukanlah keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi sosial. 6. Pengawasan Laswell menyebutkan bahwa Komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita.Fungsi pengawasan bisa di bagi dua, yaitu warning or beware surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau pengawasan instrumental. 7. Korelasi Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yangmenghubungkan bagian-bagian dari masyaraka agar sesuai dengan lingkungannya. Fungsi ini sangat erat hubungannya dengan peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat.
21 8. Pewaris Sosial Dalam hal ini, media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan ilmu pengetahuan, norma, nilai, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi. 9. Melawan kekuasaan dan Kekuatan Represif 10.
Menggugat Hubungan Trikotomi
2.1.3 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki beberapa ciri tertentu. Berikut adalah ciri-ciri komunikasi massa yang diungkapkan oleh Nurudin (2011:19-31): 1.
Komunikator dalam komunikasi massa lembaga Bukan hanya satu orang, artinya gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga (sekelompok orang, pedoman, dan media).
2.
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Sifatnya beragam, artinya komunikasi televisi beragam macamnya, berbeda dari jenis kelamin, pendidikan, umur, status, dll.
3.
Pesannya bersifat umum Pesannya tidak ditujukan kepada satu orang atau sekelompok masyarakat tertentu.
4.
Berlangsung satu arah Komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberikan konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda
22 atau tidak langsung (delayed feedback). Misalnya membaca Koran. 5.
Menimbulkan keserempakan. Khalayak dapat menikmati media massa tersebut hamper bersamaan. Misalnya menonton piala dunia.
6.
Mengendalikan peralatan teknis Peralatannya teknis yang dimaksud berupa pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
7.
Dikontrol oleh gatekeeper Orang yang berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.
2.1.4 Efek Komunikasi Massa Komunikasi
massa
memiliki
efek
atau
pengaruh
terhadap
penerimanya. Efek tersebut bersifat penting, karena merupakan hasil dari proses komunikasi, dan akan menentukan berjalan atau tidaknya sebuah proses komunikasi. Bentuk dari efek atau pengaruh tersebut bisa berupa perubahan sikap penonton dan juga pemahaman lebih mendalam terhadap isi sebuah pesan. Steven H. Chaffe dalam Rakhmat (2003: 220-222) menyebutkan ada lima hal tentang efek komunikasi massa dan keberadaannya sebagai benda fisik, yaitu : 1. Efek ekonomi Kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha produksi, distribusi konsumsi “jasa” media massa. Kehadiran surat kabar berarti
23 menghidupkan pabrik pensuplai kertas Koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, serta memberi pekerjaan pada wartawan, ahli perancang grafis, pengedar, pengecer, pencari iklan dan sebagainya. 2. Efek sosisal Berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi social akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi menghadirkan status sosial pemiliknya. Di pedesaan, televisi telah membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisisekarang menjadi pusat jaringan sosial yang menghimpun disekitarnya, tetangga dan penduduk desa sosiologi. 3.
Efek pada penjadwalan kegiatan Masuknya televisi ke kehidupan masyarakat mengakibatkan beberapa kegiatan sehari-hari dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali, karena waktunya dipakai untuk menonton televise.
4.
Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi, orang juga menggunakan media untuk menghilangkan rasa tidak enak. Misalnya kesepian, marah, kecewa dan sebagainya. Media digunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya, media digunakan hanya sekedar untuk menenangkan kembali perasaannya.
5.
Efek pada perasaan orang terhadap media Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Timbulnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media tersebut.
24 Steven M. Chaffee dalam Ardianto, (2007 : 50-58) juga menjelaskan bahwa efek media massa sebagai pesan dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada khalayak. Diantaranya sebagai berikut : 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya infomatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
mengembangkan
keterampilan kognitifnya. 2. Efek Afektif Efek Afektif kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut teori Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya.
2.2
Media Massa 2.2.1 Definisi Media Massa Media massa (mass media) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai
surat
kabar,
sedangkan
secara
luas
sebagai
media
25 pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televise yang mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins, 2004 :420). Pengertian lain, media massa itu adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen (Nurudin, 2007 : 9). Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang (khalayak) dalam jarak waktu yang ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga institusionalisasi dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain (Soyomukti, 2010 :198). Dari definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media massa memiliki kekuatan yang dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan memengaruhi kehidupan di masa kini dan masa datang.
2.2.2
Jenis-Jenis Media Massa Menurut buku pengantar ilmu komunikasi (Nurani, 2010: 200) terdapat beberapa jenis media massa, yaitu : 1.
Media Cetak, yang contohnya adalah surat kabar. Yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
26 -
pesan yang disampaikan
memuat unsur reproduksi
utama : simbol verbal gambar dan warna -
relatif nyaman, mudah dibawa kemana-mana,
-
unsur umpan balik yang ada juga bersifat verbal,
-
sumber kehidupan industri media cetak adalah iklan dan penjualan,
2.
Media audio, misalnya adalah radio. Yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-
unsur reproduksinya adalah suara
-
secara relatif bisa dibawa kemana-mana
-
tidak bisa dinikmati berulang-ulang alias tidak dapat didengar kembali
-
pesan bersifat serempak
-
proses komunikasinya menggunakan unsur umpan balik, baik verbal dan nonverbal
3.
Media audio-visual, misalnya televisi, memiliki ciriciri sebagai berikut :
-
unsur reproduksinya bersifat verbal, gambar, warna, suara dan gerakan.
-
tidak portable karena tidak bisa dibawa kemana-mana
-
pesan tidak bisa diulang karena tampilan pesan sekilas sehingga cepat berlalu.
-
bersifat serempak
-
umpan balik : verbal dan nonverbal
27 2.3
Televisi Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre berasal dari kamus latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah penerima. Televisi adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film (Effendy, 2003 : 124). Sementara itu dalam buku Komunikasi Massa karangan Elvinaro Ardianto, M Si, Lukiati Komala, M Si, dan Siti Karlinah, M Si, (2007 : 134) dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan menggunakan wireless cable yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Dari pernyataan diatas, peneliti memahami bahwa televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar, yang tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Televisi adalah bagian dari kebudayaan audio visual yang berperan sebagai alat yang dapat mempengaruhi dan membentuk sikap dan
28 kepribadian masyarakat dalam cakupan yang luas. Jaringan televisi dapat menjangkau masyarakat hingga daerah terpencil.
2.3.1
Karakteristik Televisi Peran media massa penyiaran amat menonjol, hal ini karena media
massa penyiaran, khususnya media massa televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Darwanto, 2007 : 42-44 ) : 1. Keserempakan Maksud dari keserempakan (simultaneusness) ialah dalam waktu yang relatif sama, khalayak dimana pun berada dapat menerima informasi dari media yang bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi media massa elektronik, sedangkan media cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. Salah satu ciri media massa adalah kemampuannya menyampaikan informasi sedini mungkin kepada khalayak. Itulah salah satu penyebab mengapa radio dan televisi sejak ditemukan pertama kali, dapat dengan cepat siarannya berkembang. Mampu meliput daerah yang tidak terbatas Media massa elektronik dapat
meliput dan mampu
menembus belahan bumi manapun tanpa gangguan yang berarti. 2. Bisa dimengerti yang buta huruf Kelebihan lain dari media massa elektronik, bisa dimengerti oleh mereka yang buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka tidak mengalami kesulitan saat menonton program siarannya, sebab televisi di dalam susunan gambarnya telah mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.
29 3. Bisa diterima mereka yang cacat tubuh Media massa radio dan televisi saling mengisi kekurangan dan kelebihannya, sehingga kekurangan masing – masing dapat diatasi, sehingga dapat dimanfaatkan mereka yang cacat tubuh pendengaran maupun penglihatan. Selain itu, berikut pendapat Tunjung Riyadi dalam artikelnya pada jurnal Humaniora mengenai televisi dalam media massa. “Mengupas televisi dari sisi media massa berarti berfokus pada aspek audiens yang menjadi kajiannya. Membandingkan media televisi dengan media lain merupakan salah satu jalan termudah untuk memahami karakteristiknya. Penonton televisi mempunyai karakteristik yang unik. Mereka tersebar dimanamana dan mempunyai selera yang beragam. Mereka punya pilihan menonton saluran yang disukai. Hal ini beda dengan penonton film di bioskop. Sekali datang ke biokop mereka harus berkonsentrasi penuh dalam ruang yang benar-benar disiapkan untuk menonton dalam kondisi senyaman mungkin. Dengan menyadari berbagai macam sifat para penonton ini, perancang program dituntut mampu memenuhi kebutuhan semua khalayak. Strategi yang dilakukan biasanya adalah menentukan satu sasaran pemirsa yang memiliki banyak kesamaan keinginan. Ini tercermin dari kesamaan usia penonton, gender, tingkat ekonomi dan insight psikografinya. Lebih mudahnya mengetahui target audien dari sisi geografi, demografi dan psikografi.”
2.3.2
Program Televisi Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme yang berarti
acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah acara, sementara kamus Webster International volume 2 lebih merinci lagi,
30 yakni program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di udara (Soenarto, 2007 : 1). Dari definisi mengenai program diatas, peneliti menyimpulkan bahwa program adalah sesuatu rangkaian acara yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran/ stasiun televisi untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Program dirancang sebagus mungkin oleh stasiun televisi untuk dapat menarik perhatian audiens.
2.3.3 Jenis Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Menurut Morissan (2005:105), berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu : 1. Program Informasi (berita) Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audience.Dengan demikian, program informasi tidak hanya program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termaksud talkshow (perbincangan) misalnya, wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
31 a. Berita Keras (hard news) Merupakan informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak.Sebagian orang menyebut berita keras dengan istilah straight news. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat. Dalam berita-berita mengenai konflik, televisi menjadi medium informasi yang paling dipercaya. Hal ini disebabkan televisi menyajikan gambar yang menjadi bukti yang cukup besar untuk kegiatan pemberitaan dalam porsi waktu siaran yang cukup besar. b. Berita Lunak (soft news) Berita lunak (soft news) lebih mengedepankan berita yang lebih menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pemirsa. soft news pun terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu current affair, magazine, talkshow, feature, documentary.
32 Tabel 2.2 Perbedaan hardnews dan softnews Hard news
Soft news
Harus ada peristiwaa terlebih dahulu
Tidak harus ada peristiwa terlebih dahulu
Peristiwa harus actual (baru terjadi)
Tidak harus actual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera
Mengutamakan informasi terpenting
Menekankan pada detail
Tidak menekankan sisi human interest
Sangat menekankan segi human interest
Laporan tidak mendalam (singkat)
Laporan bersifat mendalam
Teknik penulisan piramida tegak
Teknik penulisan piramida terbalik
Ditayangkan dalam program berita
Ditayangkan dalam program lainnya
Sumber : (Morissan, 2005 : 102)
2. Program Hiburan (entertainment) Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.Program yang termaksuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan. a. Program Drama Pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian program drama biasanya menampilakn sejumblah pemain yang memerankan tokoh tertentu.
33 b. Program Musik Dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video clip atau konser.Program musik berupa konser dapat dilakukan dilapangan (outdoor) ataupun didalam studio (indoor). Program musik ditelevisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audience. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimanna mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.
2.3.4 Format Program Drama dan Non Drama Menurut Soenarto (2007 : 62-63), format program drama dan non drama dibedakan menjadi : 1.
Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu : sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah. (Soenarto, 2007 : 62-63)
2.
Program Non Drama Program non drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita. Acara non drama diolah seperti apa adanya.
Program
jenis
dokumenter termasuk
program
nondramatik, ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa
34 mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007 : 62-63).
2.3.5
Desain Produksi Acara Televisi Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran stasiun televisi umum terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi dari sumber pendapat, realitas atau peristiwa yang terjadi (Muda, 2005 : 59). 1.
Program jurnalistik, yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan
jurnalistik,
yaitu
proses
produksi
yang
mengutamakan segi kecepatan, termasuk ke dalam proses penyajian kepada khalayak. Menurut Roland E. Wolesly dan Lawrence R. Campbell di dalam exploring journalism, yang dikutip oleh Askurifai Baksin dalam bukunya, “jurnalistik ialah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk orang
ramai
yang
sistematik
dan
dapat
dipercaya
kebenarannya melalui media komunikasi massa modern” . Program jurnalistik antara lain : 1. Berita Aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern 2. Berita Non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless 3. Penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti : (a). Dialog (wawancara, talkshow, diskusi panel)
35 (b). Monolog (pidato, pengumuman, khutbah dan lainlain) (c). Laporan 2.
Program Artistik, yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan artistik atau rasa keartistikan, yaitu proses produksi
yang
mengutamakan
segi
keindahan.
Siaran
(rangkaian mata acara) program artistik antara lain : 1. Pendidikan atau agama 2. Features 3. Dokumenter 4. Seni dan budaya 5. Hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron dan lain-lain) 6. Iklan / Public service 7. Penerangan umum 8. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya
2.4
Program Dokumenter Menurut Fred Wibowo (2009:146), program dokumenter adalah program
yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata. Program dokumenter berusaha menyajikan sesuatu sebagaimana adanya, meskipun tentu saja menyajikan sesuatu secara objektif itu hampir tidak mungkin. Fred Wibowo juga menambahkan bahwa “Bagaimana mungkin sesuatu dapat objektif seratus persen, sementara dari angle mana gambar diambil, sepenuhnya ditentukan menurut selera kamerawan. Gambar mana yang dipakai dan mana yang dibuang ditentukan oleh editor dan produser atau sutradara. Oleh karena itu,
36 objektivitas dalam hal iniberarti kejujuran atau ketulusan dari sutrada, produser, kamerawan dan editor.objektivitas berarti juga serangkaian gambar tentang kebenaran hasil pilihan dengan nilai atau makna yang paling tinggi dari apa yang dishooting dan bagaimana itu di-shooting. Laurensius Triandy dalam artikelnya yang berjudul “Perbedaan Dokumenter dan Penjabarannya” menjabarkan beberapa perbedaan karya dokumenter dengan fiksi, yaitu sebagai berikut : 1. Dokumenter -
Berdasarkan kejadian yang sebenarnya, nyata, realitas
-
Tidak imajinatif, latar belakang otentik
-
Melakukan observasi berdasarkan fakta
-
Melakukan perekaman apa adanya
-
Konsentrasi pada isi dan pemaparan
2. Fiksi -
Berdasarkan karangan. Imajinatif; direkayasa, dengan latar belakang dirancang
2.5
-
Interpretasi imajinatif
-
Melakukan observasi untuk menyesuaikan karangan imajinatif
-
Mengacu pada alur cerita
Teori Kognitif Sosial Pada dasarnya, teori kognitif sosial merupakan sebuah penamaan baru dari
teori belajar sosial (social learning theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama teori kognitif sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Bandura telah
37 mengelaborasi proses belajar sosial dengan factor-faktor kognitif dan behavioralyang mempengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial.Teori ini memiliki peran dalam mempelajari pengaruh dari isi media massa terhadap khalayak. Baranowski,
Perry,
dan
Parcel (1997
: 161)
menyatakan
bahwa
“reinforcement is the primary construct in the operant form of learning”. Proses penguatan merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial. Di dalam teori kognitif sosial, penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects). Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu. Sebagai contoh pada tayangan Jejak Petualang dimana presenter, narasumber, dan juga materi memaparkan akibat yang akan terjadi jika seseorang tidak menjaga kelestarian alam. Sebaliknya, Disinhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu, misalnya presenter memberikan reaksi yang positif terhadap kegiatan yang tidak merusak kelestarian alam, materi pada tayangan berisikan informasi yang bermanfaat mengenai penatingnya menjaga kelestarian alam, narasumber memberikan apresiasi terhadap pihak – pihak yang turut menjaga kelestarian alam, serta lokasi pada tayangan yang senantiasa memperlihatkan keindahan alam. Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura, vicarious reinforcement terjadi karena adanya pengaharapan
hasil
(outcome
expectations)
dan
harapan
hasil
konsep (outcome
38 expectancies). Outcome expectancies menunjukkan bahwa ketika kita melihat seseorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan model. Dalam hal ini, dapat dilihat pada tayangan Jejak Petualang bagaimana presenter, materi, narasumber dan lokasi yang memaparkan sesuatu sehingga bisa dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri, dan mendapatkan pengalaman tertentu dari apa yang telah mereka dilakukan. Seperti dikatakan oleh Baronowski dkk (1997 : 162), “People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their behavior before they actually encounter the situations”, orang akan mengembangkan pengharapan tentang suatu situasi dan pengharapan suatu hasil dari perilakunya sebelum benarbenar mengalami situasi tersebut. Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk outcome expectancies (harapan akan hasil). Harapan-harapan ini mempertimbangkan sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imbalan atau pengharapan atau hukuman. Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dan pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan mempengaruhi sejauh mana belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi. Menurut White (1972 : 252) identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga berusaha menjadi seperti model dengan beberapa kualitas yang lebih besar.
39 Teori Kognitif Sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang “pengamat” untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Menurut Bandura (1977:191) self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasyarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara menanam pohon di televisi. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan menanam pohon. Dalam hal ini orang tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar menanam pohon dari televisi. Teori Kognitif Sosial memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan oleh media massa. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari khalayak pada model tersebut, dan melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi diri tentang perilaku yang dicontohkan di media. Konsep Kognitif Sosial adalah penonton belajar dari apa yang mereka lihat (observational learning). Di dalam hal ini setiap dimensi tayangan Jejak Petualang yang terdiri dari presenter, materi, lokasi, dan narasumber adalah sebuah model. Penonton “Jejak Petualang” yang sebagian besar adalah anak muda sudah dapat di prediksi melakukan proses identification, yaitu penonton merasa ada kedekatan psikologis dan berusaha meniru yang dilakukan atau dipaparkan oleh model tersebut.
2.6
Definisi Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849)
yaitu “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.
40 Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku.Pada tingkat pengetahuan, pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Dalam hal ini, suatu daya yang dapat mengubah sesuatu adalah tayangan Jejak Petualang, terutama bagaimana komponen dari tiap dimensi yang akan digunakan pada penelitian ini seperti presenter, materi, narasaumber, dan lokasi memberikan pengaruh terhadap pemirsa. Sikap melibatkan 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan dan rupanya pendapat ini diterima sampai saat ini yaitu: a.
Komponen Cognitive
Berupa pengetahuan, kepercayaan arau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. b.
Komponen Affective
Menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan c.
Komponen Behavior atau Conative
Melibatkan salah satu preposisi untuk bertindak terhadap obyek. Pada penelitian ini, penelitian lebih fokus kepada efek yang diambil yaitu tingkat perhatian, afektif, konatif yang berkaitan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku itu diakibatkan oleh tayangan Jejak Petualang yang menjadi patokan tentang perilaku terhadap alam bagi audiens nya.
41 2.7
Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 2014). Perilaku juga berarti apa yang orang lakukan dan katakan (Miltenberger, 2004: 2). Perilaku menunjang apa yang akan manusia lakukan. Jika anada mengatakan bahwa seseorang marah, anda tidak dapat mengidentifikasi perilaku orang tersebut. Tetapi jika anda mengidentifikasi apa yang orang lakukan dan katakan saat sedang marah, maka anda telah mengidentifikasi perilakunya sebagai orang yang marah. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada personal dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor mengenai perilaku manusia (Rakhmat, 2008: 32), diantaranya yaitu : 1. Faktor Biologis Biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh
42 aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia. 2. Faktor Sosiopsikologis -
Komponen Kognitif Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
-
Komponen Afektif Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
-
Komponen konatif Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut. Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang dapat diamati, dan digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku sendiri bisa dikaitkan dengan efek dari isi pesen media massa. Dimana dapat menimbulkan suatu sikap yang terdiri dari Komponen Kognitif, Afektif, dan Konatif (behavioral).
2.8
Kelestarian Alam Makhluk hidup dimuka bumi ini tidak memiliki batasan untuk menikmati
seluruh isinya, mulai dari udara, tumbuhan air, tanah hingga lainnya. Hewan yang
43 hidup bebas di alam terbuka sangat bergantung pada kondisi alam sekitarnya. Baik itu hutan yang terdiri dari berbagai flora dan fauna dan juga perairan. Kondisi perairan yang menjadi konsumsi bagi banyak hewan sangat perlu untuk dijaga, begitu juga dengan ekosistem yang berada di bawah permukaan air, hewan –hewan dan tumbuhan didalamnya perlu dilestarikan, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap keberagaman biota laut. Menurut Hadi S. Alikodra, masalah sumber daya alam dan lingkungan hidup telah berkembang menjadi krisis lingkungan global yang berdampak serius terhadap keberlanjutan kehidupan manusia dan pembangunan. Untuk mendukung kehidupan secara layak, manusia melakukan eksploitasi SDA yang cenderung akan merusak kelestarian alam itu sendiri. Manusia sebagai aspek yang paling utama dalam menjaga ekosistem makhluk hidup lainnya bagaikan dua sisi mata uang. Terkadang manusia bisa sangat membantu, namun tidak jarang manusia juga datang sebagai pengganggu. Anne Ahira dalam artikelnya yang berjudul “Alam Dijaga Bencanapun Menjauh” mengatakan bahwa “Banyak sekali musibah yang berhubungan dengan alam yang terjadi di beberapa wilayah, khususnya di Indonesia. Mulai dari banjir, kebakaran, kepunahan hewan-hewan, pembakaran liar, hingga biota laut yang tercemar. Semua itu sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia. Manusia memiliki sifat serakah seakan-akan tidak pernah puas dengan apa yang telah dimiliki. Ketika memiliki banyak uang maka manusia yang bertanggung jawab akan merusak lingkungan alam dengan melakukan penebangan liar di hutan. Hasil tebangan tersebut akan dipakai untuk keuntungan manusia semata. Hal itu dipastikan akan menyebabkan banyak kejadian buruk menimpa, diantaranya kebakaran, mudah banjir, hingga beberapa hewan yang berhabitat di sana akan kekurangan makanan serta tempat tinggal. Beberapa waktu ke belakang bahkan telah terjadi kejadian yang sangat memilukan yang terjadi di kalimantan. Siapa yang tidak mengetahui dengan kejadian yang menimpa ibukota Jakarta setiap tahunnya di musim penghujan? Banjir besar hampir dipastikan akan menggenangi sebagian besar wilayah
44 tersebut. Lingkungan alam Jakarta yang sudah mulai rusak telah terjadi di sana-sini. Mulai dari banyaknya pembangunan gedunggedung bertingkat dengan tidak memperhatikan tata letak dan resapan. Selain itu, kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah bukan pada tempatnya. Terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan bantaran sungai maka dengan sangat mudahnya membuang sampah ke sungai. Hal itu tentu saja akan menyebabkan penyumbatan di sungai. Maka bukan hal aneh lagi jika Jakarta dengan mudahnya diserang banjir.”
Selain itu, Sunarto dalam artikelnya dengan judul “Merajut Asa di Tengah Porandia” pada majalah National Geographic edisi oktober 2012, mengatakan bahwa “Kurun dua puluh lima tahun terakhir disatu sisi bisa dilihat sebagai era kebangkitan ekonomi di Indonesia, khususnya Riau. Namun, pembangunan ekonomi yang dilakukan telah banyak mengorbankan sisi lain, yakni lingkungan dan khususnya kelestarian hutan, yang sesungguhnya sangat diperlukan sebagai penggerak ekonomi dan penyangga kehidupan itu sendiri. Kerusakan hutan di Riau telah mengakibatkan beragam bencana. Masyarakat asli seperti Suku Anak dalam, Sakai, dan Talang Mamak adalah pihak yang acap kali dirugikan akibat hutan yang rusak. Kehidupan suku asli yang sangat dekat dengan kondisi hutan yang alami menjadi tercerabut. Kebakaran lahan yang menyertai proses konversi hutan secara serampangan juga telah menimbulkan bencana asap yang kronis, merugikan ekonomi dan kesehatan tidak hanya masyarakat setempat serta provinsi-provinsi sekitar, namun juga mereka yang berada di negara tetangga. Kerusakan hutan juga telah memicu kondisi ekstrem yang semakin sering terjadi, seperti bencana banjir di musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau. Situasi hutan Riau kini memang kritis. Namun dengan tekad kuat dan langkah-langkah nyata, asa masih dapat dirajut. Sebelum kehancuran yang lebih parah terjadi, inilah saatnya untuk menentukan haluan baru bagi perahu Lancang Kuning: pemulihan bentang alam dan ekosistem untuk memastikan kestabilan sistem penyangga kehidupan di Riau pada khususnya dan Sumatera pada umumnya. Tanpa memperkuat pilar-pilar penyangga sistem kehidupan yang ada, tentunya akan sulit membayangkan ekonomi dan kehidupan di wilayah Riau dapat hidup dan tumbuh secara seha dan berkelanjutan. Bentang alam Riau dapat dikelola sebagai saujana yang dinamis namun seimbang, terawat, serta bermanfaat bagi kehidupan kita. Keseimbangan ekosistem tersebut dapat diwujudkan dengan merawat saujana multi-guna yang antara lain terdiri atas blok-blok dan jaringan kawasan lindung, yang satu dengan lainnya dihubungkan dengan beragam penghubung berupa koridor, matriks
45 habitat alami, maupun’batu loncatan’ berupa bercak-bercak hutan alam berukuran relatif kecil. Yang terpenting dan yang menjadi kunci dari semuanya adalah pemahaman serta keterbukaan hati masyarakat tentang pentingnya untuk ko-eksis dan saling mendukung antara satu organisme/makhluk dengan lainnya.” Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa daerah yang memiliki hutan beserta isinya merupakan pilar penyangga sistem kehidupan, terutama pada daerah yang memiliki kawasan hutan yang kompleks seperti daerah Riau. Hal tersebut dapat menjadi acuan bahwa kelestarian alam perlu dijaga, karena merupakan sumber pemasukan pada suatu daerah. Pembangunan ekonomi bangsa semestinya tidak dilakukan dengan kegiatan eksplorasi kekayaan alam yang berlebihan.
2.9
Hipotesis 2.9.1 Hipotesis Teori Teori sosial kognitif mengatakan bahwa perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan pada media massa. Pada penelitian ini, penonton mengamati presenter, materi, narasumber serta lokasi tayangan Jejak Petualang sebagai model lalu peneliti akan menilai akibat apa yang ditimbulkan dari apa yang penonton amati , dalam hal ini sikap dan kegiatan positif yang mereka tunjukan berdasarkan pada teori kognitif sosial..
2.9.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah diduga adanya pengaruh tayangan Jejak Petualang di Trans 7 terhadap perilaku menjaga kelestarian alam.
46 1. Ha :Terdapat pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap perilaku menjaga kelestarian alam. 2. Ho :Tidak terdapat pengaruh tayangan Jejak Petualang terhadap perilaku menjaga kelestarian alam.
2.10
Operasionalisasi Konsep Operasionalisasi adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk
yang dapat diukur (Kriyantono, 2004:12). Sementara itu, Konsep adalah istilah yang
mengekspresikan
sebuah
ide
abstrak
yang
dibentuk
dengan
menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin (2001:73) mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger (1986:28) menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Kriyantono, 2010:17). Di dalam penelitian ini ada dua konsep yang digunakan, yang merupakan variabel bebas dan variabel terikat.Menurut Hamidi (2007:03) Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai. Variabel tersebut terdiri atas : a. Variabel Independen (variabel bebas) Variabel pengaruh adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari dua variabel lain. Variabel ini secara sistematis divariasi oleh peneliti. Dengan kata lain, variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen (terikat) sering disebut sebagai variabel stimulus,
47 predictor, dan antecendent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas (X). Di dalam penelitian ini peneliti membuat operasionalisasi konsep untuk variabel independen yang terdiri dari 4 dimensi yaitu presenter, materi, narasumber, dan lokasi, dengan indikator berdasarkan beberapa konsep dari teori sosial kognitif yaitu observational learning yang merupakan pembelajaran yang didapat dari sebuah pengamatan, inhibitory effects yaitu sebuah sikap menghalangi terhadap suatu perilaku tertentu, disinhibitory effects terjadi ketika seseorang melihat model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu, vicarious reinforcement yaitu penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri, dalam hal ini bagaimana penonton bisa merasakan presenter menjelajah alam sebagai pengalamannya sendiri, juga mengetahui perilakunya dalam menjaga kelestarian alam, serta yang terakhir efikasi diri (self efficacy,) yaitu keadaan dimana penonton bisa menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut, Di dalam penelitian ini, tinggi rendahnya tingkat efikasi diri dilihat dari sejauh mana penonton akhirnya mengikuti apa yang ditampilkan oleh seluruh aspek tayangan,
seperti ingin
mengikuti kegiatan presenter
menjelajah daerah di lokasi alam terbuka. Jika penonton tidak melakukan peniruan terhadap presenter Jejak Petualang maka efikasinya rendah.
48 b. Variabel Dependen (Variabel pengikat) Variabel dependen adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Dengan kata lain variabel dependen merupakan variabel yang diobservasi dan nilainya diasumsikan tergantung pada efek dari variabel pengaruh. Dalam penelitian ini, variabel (Y) terdiri dari dimensi efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral, yang di dalamnya juga terdiri dari beberapa indikator. Indikator pada variabel (Y) jika diurutkan akan menjadi pengetahuan yang didapat penonton, perasaan tertentu setelah menonton tayangan, serta perilaku khusus yang ditimbulkan setelah menonton tayangan.
49 Tabel 2.3 Operasionalisasi Konsep Variabel Variabel X:
Dimensi a. Presenter
Program Jejak Petualang – Trans 7
b. Materi
Indikator 1. Pemirsa dapat belajar dengan menyaksikan aksi petualangan presenter menelusuri alam (Observational Learning) 2. Presenter memberikan reaksi positif terhadap kegiatan yang tidak merusak kelestarian alam (Disinhibitory Effect) 3. Presenter menjelaskan dampak buruk jika tidak menjaga kelestarian alam (Inhibitory Effect) 4. Presenter memberikan contoh kasus dari akibat jika tidak menjaga kelestarian alam (Vicarious Reinforcement) 5. Aksi presenter Tayangan Jejak Petualang membuat pemirsa ingin menelusuri serta menjaga kelestarian alam (Self Efficacy)
1. Materi yang disampaikan menambah wawasan pemirsa sehingga dapat menjadi acuan untuk menjaga kelestarian alam (Observasional Learning) 2. Materi acara berisikan informasi yang menarik dan bermanfaat (Disinhibitory) 3. Materi acara tidak menampilkan hal-hal yang dapat merusak
Skala
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju :4 Ragu-ragu :3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju :1 Skala Likert Interval :
50 lingkungan(Inhibitory Effects) 4. Berpetualang ke berbagai daerah serta menjaga kelestariannya merupakan pengalaman yang menyenangkan (Vicarious Reinforcement) 5. Materi tayangan Jejak Petualang membuat pemirsa ingin melestarikan alam (Self Efficacy)
c. Narasumber
1. Pemirsa dapat belajar dengan menyaksikan pemaparan narasumber tayangan Jejak Petualang (Observational Learning) 2. Narasumber memberikan contoh bila peduli menjaga alam maka flora dan faunanya akan lestari (Disinhibitory Effects) 3. Narasumber menjelaskan bahwa apabila tidak menjaga kelestarian alam maka flora & fauna akan punah (Inhibitory Effects) 4. Pemirsa mendengar pemaparan narasumber dan terinspirasi untuk ikut menjaga kelestarian alam dan lingkungan (Vicarious Reinforcement) 5. Pemaparan narasumber merupakan hal penting yang patut diperhatikan (Self Efficacy)
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju :4 Ragu-ragu :3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju :1 Skala Likert Interval :
51
d. Lokasi
Variabel Y : Perilaku Menjaga Kelestarian Alam
a. Efek Kognitif (Pengetahua n)
b. Efek Afektif (Perasaan)
1. Lokasi dalam tayangan Jejak Petualang memperlihatkan keindahan alam (Disinhibitory Effects) 2. Pemirsa merasa senang bisa mengunjungi serta turut menjaga kelestarian alam sesuai dengan lokasi yang ditayangkan (Vicarious Reinforcement) 3. Keindahan alam yang ditampilkan dalam tayangan Jejak Petualang, membuat pemirsa ingin berpetualang ke daerah tersebut (Self Efficacy)
1. Memiliki pengetahuan tentang keindahan alam yang dimiliki nusantara setelah menonton Jejak Petualang 2. Memiliki pengetahuan mengenai etika dalam memperlakukan alam setelah menonton Jejak Petualang 3. Memiliki pengetahuan mengenai konsekuensi jika tidak melestarikan alam setelah menonton Jejak Petualang
1. Memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam setelah menonton Jejak
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju :4 Ragu-ragu :3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju :1
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju :4 Ragu-ragu :3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju :1
52 Petualang 2. Memiliki perasaan khawatir jika keindahan alam nusatara tidak dijaga setelah menonton Jejak Petualang 3. Merasa terhibur setelah menonton tayangan Jejak Petualang
c. Efek Behavioral/ konatif (Perilaku)
2.11
1. Ikut menelusuri alam setelah menonton Jejak Petualang 2. Turut menjaga kelestarian alam setelah menonton tayangan Jejak Petualang.
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju :4 Ragu-ragu :3 Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju :1
Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel independen (X), dan
variabel dependen (Y). Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Penjelasan dan prediksi fenomena secara sistematis digambarkan dengan variabel-variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen. Bentuk hubungan antara variabel independen dengan dependen dapat berupa hubungan kkorelasional dan hubungan sebab akibat, sesuai dengan fenomena sosial yang dijelaskan. Bentuk hubungan antara varibel independen dengan dependen dapat bersifat positif atau negatif.
53 Secara garis besar, penelitian ini dapat digambarkan melalui sebuah model analisis, seperti pada gambar berikut:
Program Acara Jejak Petualang (X)
Perubahan Sikap dan Tingkah Laku (Y)
Gambar 2.1 Model Analisis Keterangan : 1. Variabel Independen (X) Dalam penelitian ini variabel independennya adalah (X) Program “Jejak Petualang” 2. Variabel dependen (Y) Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah (Y) Perilaku Menjaga Kelestarian Alam Anggota UKM KLIFONARA Angkatan 2012.