BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Komunikasi Massa Didalam buku Nurudin (2009:11-12) terdapat definisi komunikasi massa yang
dikemukakan oleh Josep A.Devito yakni yang pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau menonton televisi. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio visual. Sementara menurut Jay Black and Frederick C.Whitney (1988) disebutkan, “Mass Communications is process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal atau tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen)”.
2.1.1
Efek Pesan Komunikasi Massa Menurut Ardiyanto dan Erdinaya (2004:52) terdapat tiga efek pesan
komunikasi massa, yaitu: 1. Efek Kognitif Membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. 2. Efek Afektif Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberi tahu khalayak 12
13 tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu. Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. 3. Efek behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan, atau kegiatan.
2.1.2
Fungsi Komunikasi Massa Didalam buku (Effendy, 2006:27-28) terdapat pendapat menurut Sean
MacBride dan kawan-kawan mengenai fungsi komunikasi massa, diantaranya adalah: 1. Informasi: Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi (pemasyarakatan): Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat. 3. Motifasi: Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. 4. Perdebatan dan diskusi: Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan
14 pendapat mengenai masalah public, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama ditingkat internasional, nasional, dan local. 5. Pendidikan:
Pengalihan
ilmu
pengetahuan
sehingga
mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan: Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan mempeluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya. 7. Hiburan: Penyebarluasan sinyal, symbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, music, komedi, olah raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi: Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
2.2
Media Massa Kata “Media” adalah bentuk jamak dari medium yang berarti sesuatu yang
mengantarai. Jadi dapat dikatakan bahwa media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. (Bugin, 2006:72)
15 Sedangkan menurut Cangara (2003:134), media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. jadi definisi media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis. Maka dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa media massa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak yang berjumlah besar secara serempak.
2.2.1
Bentuk Media Massa Media massa terbagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan
media massa elektronik. Media cetak yang dapat mempengaruhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio, televisi, film, dan internet (Elvinaro, 2007:103).
Berikut ini adalah penjelasan bentuk-bentuk media massa menurut Elvinaro: A. Media Massa Cetak 1. Surat Kabar Merupakan media massa paling tua yang keberadaannya dimulai sejak ditemukannya media cetak oleh Johann Gutenberg di jerman. Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen Jerman pada tahun 1609. Di Indonesia surat kabar nasional diantaranya: Kompas, Suara Pembaharuan, Media Indonesia, Republika, dan Suara Karya. (Elvinaro, 2007:105)
16 Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Karena sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. (Elvinaro, 2007:111)
2.
Majalah Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat
kabar. Di Indonesia, sejarah keberadaan majalah sebagai media massa dimulai menjelang dan pada awal Kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto (MD) dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku Mentri Pendidikan pertama RI di Ternate. (Elvinaro, 2007:117)
B. Media Massa Elektronik 1. Radio Radio sebagai alat komunikasi ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Dimulai dari tahun 1982 oleh Dane denggan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat berlian listrik. Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal casset players. (Elvinaro, 2007:123)
17 2. Televisi Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan pada akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Di Indonesia, kegiatan penyiaran televisi oleh TVRI dimulai pada tanggal 24 agustus 1962, pada saat itu bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga di Senayan. Sejak itu pula TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call). Selama tahun 1962-1963 TVRI mengudara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. (Elvinaro, 2004:127)
3. Film Film ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The life of an American fireman dan film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama. Sementara di Indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926.
4. Komputer dan Internet Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan computer yang menjangkau jutaan orang diseluruh dunia. Asal mula internet adalah tercipta oleh suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu
18 proyek eksperimen Kementrian pertahanan Amerika Serikat. Misi awalnya sederhana,
yaitu
mencoba
menggali
teknologi
jaringan
yang
dapat
menghubungkan para peneliti dengan sumber daya jauh seperti sistem computer dan pangkalan data yang besar. 25 tahun kemudian sistem ini berevolusi menjadi suatu “Organisme” yang semakin luas perkembangannya, yang mencakup puluhan juta orang dan ribuan jaringan. Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi demikian besar.
2.3
Televisi 2.3.1
Pengertian televisi Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar, yang berupa audio
visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, karena pemirsa berada jauh dari studio tv. (Ilham Z, 2010:255) Sedangkan menurut Adi Badjuri (2010:39) Televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video serta suara yang berfungsi memberikan informasi dan hiburan kepada khalayak luas.
19 2.3.2
Karakteristik Televisi Didalam buku Elvinaro (2007:137-139) terdapat tiga macam karakteristik
televisi, yaitu: 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. 2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization)
yakni
kegiatan
merangkai
gambar-gambar
individual
sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoprasian lebih kompleks Dibaningkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
20 2.3.3
Kekuatan dan kelemahan televisi Menurut skomis (1985) kekuatan televisi salah satunya adalah
memberikan gambaran bila dibandingkan dengan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengan dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan bahkan gabungan antara ketiga unsur tersebut. Ada 4 kekuatan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70) 1.
Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggunakan elektromagnetik, kabel-kabel dan fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit.
2.
Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup cepat.
3.
Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).
4.
Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis.
Sedangkan kelemahan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70) 1. media televisi terikat waktu tontonan. 2. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar. 3. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory”, karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat
21 dimemori oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping.
2.4
Program Acara Televisi Secara teknis program televisi diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan
siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya (Soenarto, 2007:1). Sedangkan menurut Naratama dalam buku “Sutradara Televisi: Dengan Angle Dan Multi Camera” (2004:63), mengatakan bahwa program televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Maka dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa program televisi sangat berpengaruh pada keberhasilan sebuah acara televisi yang akan diproduksi. Program acara televisi juga menentukan siapa target yang akan menonton acara televisi tersebut dan bagaimana cara menyajikannya agar dapat diterima dan dinikmati oleh penonton yang menjadi target acara tersebut.
2.5
Jenis Program Televisi Menurut morissan (2008:207) program televisi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Program Informasi Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Dalam hal ini program
22 informasi terbagi menjadi dua bagian yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). -
Berita keras (Hard news) Sebuah berita yang sajiannya berisi tentang segala informasi penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak.
-
Berita lunak (Soft news) Sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan menarik ysng disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita.
Program informasi dalam kategori berita hard news dapat dibedakan dengan berita soft bews berdasarkan sifatnya sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Perbedaan Hard News dan Soft News Hard News 1. Harus ada peristiwa terlebih dahulu 2. Peristiwa harus aktual (baru terjadi) 3. Harus segera disiarkan 4. Mengutamakan informasi terpenting saja 5. Tidak menekankan sisi human interest 6. Laporan tidak mendalam/singkat 7. Teknik penulisan piramida tegak 8. Ditayangkan dalam program berita
Soft News 1. Tidak harus ada peristiwa terlebih dahulu 2. Tidak harus aktual 3. Tidak bersifat segera (timeless) 4. Menekankan pada detail 5. Sangat menekankan segi human interest 6. Laporan bersifat mendalam 7. Teknik penulisan piramida terbalik 8. Ditayangkan dalam program lainnya
23 2. Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang dibertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori ini adalah drama, music, dan permainan (game). Tabel 2.2 Jenis Program Televisi Program Televisi
Program Informasi Hard News Straight News Features Infotainment Soft News Current Affair Magazine Talk Show Documentary
Program Hiburan Musik Drama Sinetron Film Cartoon Permainan Quiz Ketangkasan Reality Show: 1. 2. 3. 4. 5.
Hidden Camera Competition Show Relationship Show Fly on the Wall Mistik
Pertunjukkan Sulap Lawak Tarian Dll
24 2.6
Infotainment Kata “infotainment” merupakan singkatan dari information dan entertainment
yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur (Morissan, 2005:284). Infotainment merupakan berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya, maka berita mengenai mereka disebut juga dengan infotainment (Morissan, 2008:27). Didalam buku Iswandi Syahputra yang berjudul Jurnalistik Infotainment (2006:153) menerangkan bahwa infotainment menjadi semacam lembaga yang siap menampung siapa saja yang ingin menyodorkan tontonan publik. Infotainment berhak meggunakan kata-kata publik karena infotainment sudah menjalankan misinya sebagai media massa yang berpihak dan mengabdi untuk kepentingan publik (Syahputra, 2006:122). Namun tanpa sadar, infotainment telah mengembangkan “sebuah jurnalisme yang membenarkan mengatasnamakan publik, tetapi publik tak memainkan peran apapun selain sebagai audiens”. (Syahputra, 2006:154)
2.7
Kode Etik Jurnalistik Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, Kode adalah
sistem aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang telah disetujui dan diterima oleh masyarakat atau kelas tertentu atau kelompok tertentu (Soehoet, 2002:9). Secara harafiah kata “etika” berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos yang berarti bantuan moral atau tradisi yang mengatur sebuat budaya. Jadi etika bisa disebut sebagai
25 peraturan atau standar yang mengatur prilaku seseorang (Biagi, 2010:418). Sedangkan jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat (Effendy 2006:151). Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan dalam melaksanakan tugasnya dalam mencari, mengumpulkan serta menyajikan berita. Kode etik jurnalistik memberi arahan tentang apa yang seharusnya dilakukan serta halhal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang jurnalis.
2.7.1
Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia Dalam menjalankan kegiatan kewartawanannya, para jurnalis dituntut
untuk mematuhi kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan oleh dewan pers. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, bab 1 ketentuan umum pasal 1 point 14 menjelaskan bahwa kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Kode etik jurnalistik ini merupakan pedoman oprasional dalam melaksanakan tugas wartawan atau jurnalis secara profesional dan tidak melanggar hukum. Adapun kode etik jurnalistik wartawan Indonesia yang menyangkut tentang tata cara pemberitaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pasal 5. Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia menyatakan bahwa: “Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan dari kecepatan serta tidak mencampuradukkan fakta dan opini. Tulisan
26 yang berisi interpretasi dan opini, disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.” Dari ketentuan yang ditetapkan oleh Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia bahwa dalam menyajikan sebuah berita haruslah cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain itu berita juga harus berimbang (balance) dan adil (fair), serta berita tidak boleh mencampurkan sebuah fakta dan opini si pembuat berita (wartawan). Berikut penjelasan mengenai Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia: 1. Yang dimaksud berita secara berimbang dan adil ialah menyajikan berita yang bersumber dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan, penilaian atau sudut pandang masing-masing kasus secara proporsional. 2. Mengutamakan kecermatan dari kecepatan, artinya setiap penulisan, penyiaran atau penayangan berita hendaknya selalu memastikan kebenaran dan ketepatan sesuatu peristiwa dan atau masalah yang diberitakan. 3. Tidak mencampuradukkan fakta dan opini, artinya seorang wartawan tidak menyajikan pendapatnya sebagai berita atau fakta. Apabila suatu berita ditulis atau disiarkan dengan opini, maka berita tersebut wajib disajikan dengan menyebutkan nama penulisnya.
2.7.2
Kode Etik Jurnalistik Televisi Dengan adanya kode etik jurnalistik, para wartawan atau seorang jurnalis
mempunyai
tanggung
jawab
dalam
menyampaikan
informasi
haruslah
berdasarkan fakta serta akurat dan wartawan tidak boleh menyampaikan berita yang bersifat dusta atau fitnah, melebih-lebihkan suatu peristiwa, serta
27 menyebarkan informasi yang tidak akurat kepada masyarakat. Seperti yang tertera pada Kode Etik Jurnalistik Televisi yang dibuat oleh “IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA” yaitu untuk menyampaikan beritanya haruslah mematuhi pasal 5 dalam hal cara pemberitaannya, adalah sebagai berikut: Pasal 5 Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat, jujur dan berimbang, jurnalis televisi Indonesia: 1.
Selalu mengevakuasi informasi semata-mata berdasarkan kelayakan berita, menolak sensasi, berita menyesatkan, memutarbalikkan fakta, fitnah, cabul, dan sadis.
2.
Tidak menayangkan materi gambar maupun suara yang menyesatkan pemirsa.
3.
Tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita.
4.
Menghindari berita yang memungkinkan benturan yang berkaitan dengan masalah SARA.
5.
Menyatakan secara jelas berita-berita yang bersifat fakta, analisis, komentar, dan opini.
6.
Tidak mencampur-adukkan berita dengan advertorial.
7.
Mencabut atau meralat pada kesempatan pertama setiap pemberitaan yang tidak akurat, dan memberikan kesempatan hak jawab secara proposional bagi pihak yang dirugikan.
8.
Menyajikan berita dengan menggunakan bahasa dan gambar yang santun dan patut, serta tidak melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.
28 9.
Menghormati embargo dan 0ff the record. Dari Kode Etik Jurnalistik Televisi yang tercantum dalam pasal 5 diatas,
peneliti hanya mengambil 5 ayat yang terdapat didalamnya, yaitu pada ayat 1, 2, 3, 4, 7 dan 8.
2.8
Definisi Konsep dan Operasionalisasi Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep Kode Etik Jurnalistik
Televisi untuk menganalisis isi program yang hendak ingin diteliti, yaitu pada program infotainment INTENS.
2.8.1
Kode Etik Jurnalistik Televisi Yang Digunakan Dari kode etik jurnalistik televisi yang telah disebutkan diatas, maka
peneliti menyimpulkan bahwa kode etik yang paling berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti adalah pada pasal 5 yang berbunyi “Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat, jujur dan berimbang”, dengan ayat yang berkaitan adalah sebagai berikut: Ayat 1: Selalu mengevakuasi informasi semata-mata berdasarkan kelayakan berita, menolak sensasi, berita menyesatkan, memutarbalikkan fakta, fitnah, cabul (porno), dan sadis. − Adanya berita sensasi: sebuah berita yang lebih menekankan unsur manusia "personality" secara berlebihan dalam pemberitaan, yaitu perasaan ataupun emosi. Berita sensasi yang isinya dan terutama cara penyampaiannya, terlalu didasarkan pada keinginan untuk menarik perhatian khalayak. Jadi berita sensasi
29 harus hebat, harus menimbulkan keheranan, ketakjuban dan bahkan juga kesedihan. Intinya berita tersebut harus meluapkan berbagai macam perasaan. Contoh: Berita tentang artis Intan Ayu yang foto-foto mesranya bersama para wanita berbusana terbuka tersebar di internet, diberitakan oleh beberapa infotainment bahwa ia penyuka sesama jenis, padahal kenyataannya ia saat ini sedang berpacaran dengan Banyu Biru. Kemudian berita mengenai Syahrini yang dituding bahwa ia merekayasa kekasihnya yang bernama
bubu,
bahkan diberitakan bahwa kekasihnya itu hanya pria yang dibayar oleh Syahrini untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. − Adanya berita yang menyesatkan: berita bohong, tanpa bukti yang relevan menyebarkan fitnah ke masyarakat. Biasanya berita yang dimuat tidaklah berimbang, memasukkan opini sebagai berita, mengurangi informasi dan konteks yang ada sehingga dapat mengubah cerita yang sebenarnya. Contoh: Berita mengenai ramalan akan terjadi kiamat yang disampaikan oleh seorang paranormal yang kemudian dibesar-besarkan oleh beberapa infotainment sehingga meresahkan masyarakat, namun pada kenyataannya berita tersebut belum tentu terjadi. Kemudian berita mengenai meletusnya gunung Merapi di Yogyakarta pada tanggal 8 November 2010 lalu, telah meresahkan warga sekitar lereng gungung Merapi. Namun pada kenyataannya berita tersebut tidak terjadi apa-apa pada tanggal yang telah ditentukan. − Adanya berita yang tidak sesuai dengan fakta: berita yang dibuat-buat atau karangan (fiksi) yang isinya bertolak belakang dengan fakta dan bukti nyata yang sebenarnya terjadi.
30 Contoh: berita mengenai Syahrini yang mengaku memiliki kuda besar berwarna putih yang diakuinya sebagai milik pribadi, ternyata hanyalah sebuah karangan. Pada kenyataannya adalah bahwa kuda tersebut merupakan kuda sewaan. − Adanya berita fitnah: Berita yang tidak mengandung unsur kebenaran dari suatu yang sesungguhnya terjadi. Dengan maksud menjelekkan orang seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang. Merupakan perbuatan yang tidak terpuji, karena hanya menduga seseorang atau sesuatu tanpa bukti yang nyata yang sifatnya mengacu pada sisi negatif. Contoh: Berita tentang Mulan Jamila yang hamil dan melahirkan anak perempuan dari Ahmad Dhani, yang pada kenyataannya belum dapat terbukti kebenarannya. − Adanya berita porno: Berita yang berisi pornografi baik itu melalui tindakan, isi beritanya, dan lain sebagainya. Dimana berita tersebut dapat membangkitkan nafsu syahwat seseorang karena disertai dengan tayangan adegannya. Contoh: Berita tentang video Ariel dengan Cut Tari yang tersebar di internet, kemudian media televisi khususnya infotainment menyiarkan berita tersebut dengan menyertakan adegan film tersebut secara berulang-ulang, meskipun adegan tersebut disamarkan (blur). − Adanya berita sadis: Berita yang berisi tentang kekerasan yang terkesan kejam, menyakiti salah satu pihak diluar batas kemanusiaan.
31 Contoh: Berita tentang pembunuhan berantai yang dilakukan dilakukan oleh Mujianto dan Ryan Jombang. Pembunuhan dilakukan dengan cara memutilasi korbannya, dan gambar-gambar korban disajikan meski secara blur. Ayat 2: Tidak menayangkan materi gambar maupun suara yang menyesatkan pemirsa. − Materi gambar yang menyesatkan: Gambar yang disajikan tidak sesuai dengan berita yang disiarkan. Atau gambar tersebut dapat menimbulkan asumsi lain bagi yang melihat, tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh: Gambar foto Daniel dengan Syahrini yang tersebar di internet, terlihat seperti tampak tangan Daniel memegang dada bagian atas Syahrini, padahal pada kenyataannya Daniel hanya menaruh tangannya di pundak Syahrini tanpa menyentuh bagian atas dadanya. − Materi suara yang menyesatkan: Suara yang disajikan tidak sesuai dengan berita yang disiarkan. Atau suara tersebut dapat menimbulkan asumsi lain bagi yang mendengar, tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh: Berita tentang suara terakhir pilot Adam Air sebelum pesawat tersebut mengalami kecelakaan dan hilang hingga kini. Ayat 3: Tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita. − Merekayasa peristiwa untuk dijadikan berita: Berita bohong yang sengaja dibuat untuk menimbulkan asumsi publik sesuai dengan harapan pembuat berita tersebut.
32 Contoh: berita mengenai Jesica Iskandar yang mengharapkan cinta dari Olga Syaputra hanyalah rekayasa, yang dibuat untuk menarik perhatian masyarakat agar rating program yang dibawakan mereka kembali naik. Kemudian kasus pertikaian antara dua selebriti Dewi Persik dan Julia Perez merupakan rekayasa, dibuat agar menarik minat masyarakat agar menonton film terbaru mereka berdua. − Merekayasa gambar untuk dijadikan berita: Gambar bohong yang sengaja dibuat untuk menimbulkan asumsi publik sesuai dengan harapan pembuat berita tersebut. Contoh: Foto Gayus Tambunan yang berada di tengah-tengah penonton Piala AFF yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, terlihat berada di belakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hanyalah rekayasa. − Merekayasa suara untuk dijadikan berita: Suara bohong yang sengaja dibuat untuk menimbulkan asumsi publik sesuai dengan harapan pembuat berita tersebut. Contoh: Suara-suara seperti di program live report radio, padahal berita tidak dilakukan secara langsung. Ayat 4: Menghindari berita yang memungkinkan benturan yang berkaitan dengan masalah SARA. − Mengandung unsur SARA: Berita yang didalamnya dapat menimbulkan propaganda antar suku, agama, ras, dan adat istiadat antara satu dengan yang lainnya.
33 Contoh: Berita mengenai tragedi berdarah di Sampit yang melibatkan 2 (dua) suku antara suku Madura dengan suku Dayak telah menewaskan banyak
orang.
Ayat 7: Mencabut atau meralat pada kesempatan pertama setiap pemberitaan yang tidak akurat, dan memberikan kesempatan hak jawab secara proposional bagi pihak yang dirugikan. − Tidak memberikan ralat pada berita yang tidak akurat : Pemberiaan yang salah, yang diberitakan tapi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada tapi kemudian pihak yang memberitakan tidak memberikan ralat pada berita yang terlanjur tersebar. Contoh: Ketika pesawat Adam Air jatuh di laut Majene, Sulawesi Barat, pada setelah pesawat itu jatuh, sebagian besar pers memberitakan bahwa pesawat tersebut jatuh di daerah tertentu. Tak hanya itu, ada pula pers yang langsung memberitakan
bahwa
rangka
pesawat
telah
ditemukan.
Namun
pada
kenyataannya setelah setahun peristiwa itu terjadi, semua berita tentang di mana jatuhnya pesawat itu dan jumlah korban yang hidup sama sekali tidak benar. Di mana pesawat jatuh pun tidak diketahui. Nasib korban juga tidak diketahui. Tetapi, saat itu ada pers yang sampai berani mengatakan
bahwa “para korban
sedang dievakuasi.” Black box pesawat ini baru ditemukan setahun kemudian di bawah kedalaman 2.000 meter laut. Namun sampai saat ini tidak pernah ada permintaan maaf dari pers terhadap peristiwa ini. Padahal, menurut Kode Etik Jurnalistik, apabila pers mengetahui bahwa berita yang disiarkannya keliru, maka mereka harus segera meralat dan meminta maaf. Ayat 8: Menyajikan berita dengan menggunakan bahasa dan gambar yang santun dan patut, serta tidak melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.
34 − Bahasa yang tidak santun dan tidak patut: bahasa yang digunakan tidak layak diberitakan, banyak menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti (bahasa gaul), serta bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Contoh: Berita mengenai artis Luna Maya yang memaki serta menulis katakata yang tidak sepantasnya di akun twitter miliknya. Dan kata-kata tersebut ditujukan kepada wartawan infotainment. Kemudian berita yang disampaikan oleh salah satu infotainment di RCTI mengenai meletusnya gunung Merapi di Yogyakarta, infotainment tersebut mengatakan bahwa Yogyakarta adalah kota malapetaka. − Gambar yang tidak santun dan tidak patut: gambar yang disajikan tidak sesuai dengan norma serta adat istiadat yang berku di Indonesia. Contoh: Berita mengenai beredarnya foto Daus Mini yang sedang memegang bagian dada atas Nikita Mirzani, dan foto tersebut diakui oleh Nikita Mirzani bawa memang benar di foto tersebut adalah dirinya. Dan infotainment secara terus menerus menayangkan secara berulang-ulang foto tersebut. − Melecehkan nilai-nilai kemanusiaan: pemberitaan yang didalamnya mengandung unsur pelecehan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Contoh: berita mengenai kekasih Syahrini yang bernama Bubu dituding merupakan lelaki bayaran Syahrini. Berita tersebut mengandung unsur pelecehan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
35 2.8.2 Operasionalisasi Konsep Variabel
Dimensi
Sub Dimensi
Indikator 1. Berita tidak mencari popularitas
Berita tidak ada sensasi
2. Penyampaian berita apa adanya 3. Gaya bahasa tidak berlebihan 1. Bukan berita bohong
Kode Etik
Berita tidak
Jurnalistik
menyesatkan
Televisi
Kelayakan
2. Berita dengan bukti-bukti yang jelas 3. Tidak memasukan opini
Berita
sebagai berita 1. Berita tidak mengada-ada Berita sesuai dengan fakta
2. Berita sesuai dengan bukti yang nyata 1. Berita mengandung unsur kebenaran
Berita tidak fitnah
2. Berita tidak menjelekan nama baik seseorang atau institusi tertentu
36 1. Berita tidak menampilkan unsur pornografi Berita tidak porno
2. Berita tidak membangkitkan nafsu syahwat 1. Bukan berita kekerasan 2. Berita tidak ditampilkan
Berita tidak sadis
secara vulgar adegan kekerasannya
Kode Etik
3. Tidak berprikemanusiaan
Jurnalistik
menyakiti salah satu pihak
Televisi
1. Gambar yang sesuai Gambar yang tidak menyesatkan
dengan materi berita 2. Gambar yang sesuai dengan kejadian sebenarnya
Gambar dan Suara yang Menyesatkan
1. Suara yang sesuai dengan Suara yang tidak menyesatkan
materi berita 2. Suara yang sesuai dengan kejadian sebenarnya 1. Peristiwa yang sebenarnya
Peristiwa,
Peristiwa yang
Gambar dan
tidak direkayasa
2. Bukan objektifitas pembuat beritanya
37 1. Gambar yang sebenarnya
Suara yang Direkayasa
Gambar yang tidak direkayasa
2. Bukan objektifitas pembuat beritanya 1. Suara yang sebenarnya
Suara yang tidak direkayasa
2. Bukan objektifitas pembuat beritanya 1. Berita tidak mengandung propaganda
Berita SARA Kode Etik
Berita yang tidak mengandung SARA
2. Berita seimbang, netral, tidak memihak golongan
Jurnalistik
tertentu
Televisi
3. Berita tidak mendeskreditkan suatu suku, agama, ras, atau golongan tertentu 1. Pemberitaan yang salah 2. Pemberitaan yang tidak Tidak memberikan
didasari dengan sumber
Ralat pada ralat pada berita
yang jelas
Berita yang tidak akurat
3. Penyiar salah mengucapkan sebuah kata, istilah, atau nama
38 1. Tidak menggunakan bahasa Bahasa yang santun dan patut
istilah yang sulit dimengerti 2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
Bahasa dan
benar
gambar yang santun dan
1. Penyajian gambar sesuai
patut, serta
Gambar yang
Kode Etik
tidak
santun dan patut
Jurnalistik
melecehkan
Televisi
nilai-nilai
dengan adat istiadat yang berlaku 2. Diblurkan gambar yang tidak layak ditampilkan
kemanusiaan
1. Pemberitaan tidak ada Tidak melecehkan
unsur melecehkan
nilai-nilai
seseorang
kemanusiaan
2. Berita tidak mempublikasikan aib seseorang
Keterangan: Yang menjadi acuan atau rujukan dalam menentukan oprasionalisasi konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Kode Etik Jurnalistik Televisi yang dibuat oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia dalam hal cara pemberitaannya yaitu pada pasal 5 ayat 1, 2, 3, 4, 7 dan 8.
39 2.9
Kerangka Berpikir
Analisis Isi Program Infotainment “INTENS” di RCTI dilihat dari Penerapan Kode Etik Jurnalistik Televisi
Televisi
Program Informasi
Program Hiburan
Infotainment “INTENS”
Kode Etik Jurnalistik Televisi Pasal 5, ayat 1, 2, 3, 4, 7 dan 8
“INTENS” = Apakah Sesuai Dengan Kode Etik Jurnalistik Televisi ?
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
40 Keterangan: Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai macam jenis program siaran yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya yang sangat beragam. Berbagai jenis program tersebut dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu program informasi dan program hiburan. Apabila kedua program tersebut digabungkan, maka dapat menghasilkan suatu program televisi yaitu program infotainment. Program INTENS di RCTI merupakan salah satu program infotainment yang menggabungkan kedua jenis program televisi tersebut. Program infotainment merupakan program yang paling banyak mengundang kontroversial. Dimana isi dari program infotainment banyak yang bertentangan dengan kode etik jurnalistik televisi, yang dibuat oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). Maka dari itu, untuk mengetahui apakah program infotainment INTENS sudah sesuai dengan kode etik jurnalistik televisi atau belum, maka peneliti menganalisa isi program infotainment INTENS menggunakan pasal kode etik jurnalistik televisi yang paling berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti dalam hal cara pemberitaannya yaitu pasal 5 yang berbunyi “Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat, jujur dan berimbang, jurnalis televisi Indonesia” dengan ayat 1, 2, 3, 4, 7 dan 8.