BAB 2 LANDASAN TEORI
2. 1
Teori-teori Dasar Dalam penelitian ini, penulis telah memilih beberapa teori umum yang hendak digunakan sebagai konsep dan penjelasan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Definisi Komunikasi dan Teori Komunikasi Massa 2. Uses and Gratification
Dengan berpatokan pada ke dua teori tersebut, diharapakan akan mampu menjabarkan peranan sebuah komunikasi terhadap objek penelitian. Peneliti turut akan menjabarkan bagaimana pemahaman dari tiap-tiap teori melalui keterangan yang ada dibawah ini.
2. 1. 1 Definisi Komunikasi dan Teori Komunikasi Massa Mendalami pemahaman komunikasi itu sendiri, banyak yang mempertanyakan kebenaran dari ilmu komunikasi sebagai ilmu, dan tidak sedikit pula yang memberikan definisi mengenai komunikasi itu sendiri secara mendalam. Dalam bukunya yang berjudul “Teori Komunikasi”, Sasa Djuarsa Senjaya, dan kawan-kawan mengumpulkan sekiranya lima belas definisi mengenai komunikasi dari beberapa ahli
13
14 yang didasari pada komponen konseptual pokok dalam pemahaman komunikasi: 1. Simbol-simbol/verbal/ujaran “Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal” (Hoben, 1954). 2. Pengertian/pemahaman “Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami olrang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku” (Anderson, 1959). 3. Interaksi/hubungan/proses sosial “Interaksi, juga dalam tingkat biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi,
karena
tanpa
komunikasi
tindakan-tindakan
kebersamaan tidak akan terjadi” (Mead, 1963). 4. Pengurangan rasa ketidakpastian “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa
ketidakpastian,
bertindak
secara
efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego” (Branlund, 1964). 5. Proses “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kat, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain” (Berelson dan Steiner, 1964).
15 6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran “Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena itu, komunikasi juga menuntut adanya partisipasi.” (Ayer, 1955). 7. Menghubungkan/menggabungkan “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya.” (Ruesch, 1957). 8. Kebersamaan “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.” (Gode, 1959). 9. Saluran/alat/jalur “Komunikasi
adalah
alat
pengirim
pesan-pesan
kemiliteran
perintah/order, dan lain-lainnya, seperti telegraf, telepon, radio, kurir, dan lain-lainnya.” (America College Dictionary). 10. Replikasi memori “Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dnegn tujuan mereplikasi memori.” (Cartier dan Harwood, 1953).
16 11. Tanggapan diskriminatif “Komunikasi adalah tanggpan diskriminasi dari suatu organisasi terhadap stimulus.” (Stevens, 1950). 12. Stimuli “Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminasi, dari suatu sumber terhadap penerima.” (Newcomb, 1966). 13. Tujuan/kesengajaan “komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima.” (Miller, 1966). 14. Waktu/situasi “Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan.” (Sondel, 1956). 15. Kekuasaan/kekuatan “Komunikasi
adalah
suatu
mekanisme
yang
menimbulkan
kekuatan/kekuasaan.” (Schacter, 1951). Melalui kelima belas komponen konseptual tersebut, peneliti bisa menyusun sebuah kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai alat dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi. Komponenkomponen tersebut, baik secara tersendiri maupun tergabung, bisa dijadikan sebagai titik fokus perhatian dalam sebuah penelitian.
17
Dalam penelitian ini, peneliti turut memusatkan pada bagaimana konseptual pemikiran seorang individu terhadap suatu media, yang kemudian akan berlanjut pada tahap antar individu. Dan pada tahap tersebut peranan dalam pemahaman sebuah media akan semakin berkembang dan mencapai tahap pada bentuk komunikasi massa. Menurut Sasa Djuarsa Senjaya, dan kawan-kawan dalam buku Teori Komunikasi, komunkasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditunjukan kepada sejumah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya mefokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atas hasil komunikasi massa terhadap individu. (Senjaya, dkk. 2007: 1.28) Dalam buku Ilmu Pengantar Komunikasi, Deddy Mulyana menerangkan bahwa teori Komunikasi Massa Merupakan teori menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise), berbiaya relative mahal, yang dikelolah oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat,
18 serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Meskipun khalayak ada kalanya meyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk saransaran yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya (Mulyana, 2008, hal. 83-84). Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada komunikan
yang berjumlah banyak, heterogen, tidak dikenal, atau
ditujukan kepada masyarakat umum, dan proses komunikasinya dilakukan melalui media yang mampu digunakan untuk komunikasi massa, yaitu media massa, baik yang berupa media cetak, audio visual, film, dan media luar ruang (Barata, 2000, hal. 107). Jadi secara garis besar, peneliti mencoba untuk menggali bagaimana peranan media penelitian yang berupa film, dalam menyebarkan nilai dan pesannya terhadap para penontonnya yang tergolong para penggemar anime di universitas Binua Nusantara. Karena dengan melihat seberapa besar pesan yang mampu ditangkap oleh para penonton, akan
membantu terbentukanya proses mendasar dari
tercapainya tujuan mendasar penelitian ini.
2. 1. 2 Teori Kegunaan and Gratifikasi Menurut Richard West dan Lynn H. Turner dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, teori kegunaan dan gratifikasi merupakan teori yang menjelaskan bahwa orang
19 aktif memilih dan menggunakan media tertentu untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Menekankan posisi pengaruh yang terbatas, teori ini melihat media mempunyai pengaruh terbatas karena pengguna mampu memilih dan mengendalikan. Orang memiliki kesadaran diri, dan mereka mampu memahami dan menyatakan alasan mereka menggunakan media. Mereka meilhat media sebagai salah satu cara memuaskan kebutuhan yang mereka miliki. Teori kegunaan dan gratifikasi sendiri mencoba berfokus pada poin yang menekankan pendapat apa yang orang lakukan dengan media. Dalam teori ini, komunikasi yang ada pada media lebih mengarah pada apa yang bisa dilakukan orang pada media, sehingga dalam teori ini khalayak dinilai lebih aktif dalam menggunakan media dalam memenuhi kebutuhannya. Teori ini turut menjadi bagian dari perluasan teori kebutuhan
dan
motivasi
Abraham
Maslow,
yang menerangkan
bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya berdasarkan tingkatantingktan tertentu yang terdiri dari:
Physiological, merupakan pemenuhan kebutuhan biologis atau fisik yang terdiri dari kebutuhan makan, minum, oksigen, dan kesehatan.
Safety, merupakan tahap dimana seorang individu merasakan keamanan atas lingkungan tempat ia berada
Love and Belongingness, dimana seorang individu merasa bahwa dirinya memerlukan kasih sayang dan tempat dimana ia tidak merasa sendirian.
20
Self-Esteem, merupakan tahap dimana seseorang ingin dihargai atas keberadaannya dan tindakannya di dalam jalinan sosial.
Selft-Actualization, tahap tertinggi manusia dimana ia telah mampu mengktualisasikan dirinya atas apa tujuan hidupnya (Gea, A. A. 2003: 216). Dengan memenuhi kebutuhannya pada satu tahap, maka individu
tersebut akan mampu melangkah ketahap pemenuhan kebutuhan lainnya. Secara umum kita bisa memahami teori kegunaan dan gratifikasi sebagai teori yang menjelaskan motivasi yang mendorong tiap orang memenuhi kebutuhannya melalui media. Alan Rubin (1981) mengemukakan bahwa motivasi yang medorong khalayak menggunakan media, terutama televisi, dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori: untuk melewatkan waktu, untuk menemani, kesenangan, pelarian, kenikmatan, interaksi sosial, relaksasi, informasi, dan untuk mempelajari muatan tertentu. Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun. Dari hal tersebut munculah berbagai asumsi mengenai teori kegunaan dan gratifikasi memegang perannya dalam media. Asumsiasumsi itu diantaranya berdasarkan pencetus dari teori ini (Katz, Blumler,
21 & Gurevitch, 1974), dimana mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar atas teori kegunaan dan gratifikasi, diantaranya: •
Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan, yaitu dengan anggota khalayak individu dapat membawa tingkat aktivitas yang berbeda untuk penggunaan media mereka, anggota khalayak juga berusaha untuk menyelesaikan tujuannya melalui media. Dalam mengidentifikasi klasifikasi kebutuhan dan kepuasan khalayak, McQuail menerangkan klasifikasi tersebut mencakup pengalihan (diversion), yang bisa diidentifikasi sebagai keluar dari rutinitas atau masalah sehari-hari; hubungan personal (personal relationship), yang terjadi ketika orang menggunakan media sebagai temannya; identitas personal (persona identitiy), atau cara untuk menekan nilai-nilai individu; dan pengawasan (surveillance), atau informasi mengenai bagaimana media akan membantu individu mencapai sesuatu. Berikut ini table kebutuhan yang dipuaskan oleh media:
TIPE
DESKRIPSI
CONTOH MEDIA
Memperoleh informasi,
Televisi, video, dan film
KEBUTUHAN Kognitif
pengetahuan, pemahaman Afektf
Pengalaman emosional, menyenangkan, atau estetis
Film, televisi
22 Integrasi personal
Meningkatkan kredibilitas,
Video
percaya diri, dan status Integrasi sosial
Meningkatkan hubungan
Internet (e-mail, chat
dengan keluarga, teman, dan room, Listserv, IM) lainnya Pelepasan ketegangan
•
Pelarian dan pengalihan
Televisi, film, video, radio, internet
Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilhan media tertentu terdapat pada anggota khalayak, karena orang pada dasarnya adalah agen yang katif, mereka mengabil inisiatif. Kita memilih acara seperti The Simsons ketika kita ingin tertawa dan CNN World News Tonight ketika kita ingin mendapatkan informasi, tetapi tidak seorangpun memutuskan untuk apa kita inginkan dari sebuah media atau bagian isinya. Kita mungkin akan memilih CNN karena kita ingin dihibur. Implikasi yang ada disini adalah khalayak mempunyai banyak sekali otonomi dalam proses komunikasi massa.
•
Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan, yang berarti bahwa media dan khalayak dipengaruh oleh masyarakat. Pada kencan pertama, contohnya, pergi ke bioskop merupakan penggunaan media yang lebih mungkin daripada menyewa sebuah video dan menontonnya di rumah. Seseorang yang jarang menggunakan media contohnya , menggunakan kepuasan
23 lebih dalam perbincangan dnegan teman dan keluarg, mungkin akan lebih sering beralih pada media dengan frekuensi yang tinggi ketika mencari informasi selama pemilu. •
Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti, sehingga menyatakan kembali keyakinan akan khalayak aktif; hal ini juga mengimplikasikan bahwa orang sadar akan aktivitas ini. Bahkan peneliti awal mengenai kegunaan dan gratifikasi mencakup menanyakan kepada responden mengenai mengapa mereka mengkonsumsi media tertentu. Pendekatan kualitatif ini, termasuk mewawancarai responden dan secara langsung mengamati reaksi mereka selama pembicaraan mengenai media tertentu. Pemikiran secara teknik pengumpulan data ini adalah bahwa orang berada pada posisi terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukan itu.
•
Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak, yaitu dimana sedikti berbicara mengenai khalayak daripada mengenai mereka yang melakukan studi mengani ini. Hal ini menyatakan
bahwa
peneliti
harus
mampu
mempertahankan
penilaiannya mengenai hubungan natara kebutuhan khalayak akan media atau muatan tertentu. Teoritikus kegunaan dan gratifikasi beragumen bahwa karena individu khalayak yang memutuskan untuk
24 menggunakan isi tertentu untuk tujuan akhirnya, nilai muatan media dapat dinilai hanya oleh khalayak. Menurut teoritikus dalam kegunaan dan gratifikasi, bahkan muatn murahan yang ditemukan dalam beberapa acara bincang-bincang seperti Jerry Springer mungkin berfungsi jika muatan ini memberikan kepuasan untuk khalayaknya. Orang adalah konsumen yang kritis. Menurut J.D. Rayburn dan Philip Palmgreen (1984), “orang mungkin membaca surat kabar tertentu karena surat kabar itu hanya satu-stunya yang ada, tetapi ini tidak menyiaratkan bahwa ia terpuaskan secara penuh oleh surat kabar tersebut. Bahkan ia mungkin cukup merasa tidak puas untuk menghentikan langganan jika ada alternative surat kabar lain” (hal. 542). (West & Turner, 2008: 101-106) Melalui teori ini, peneliti mencoba untuk menelah pemahaman yang muncul pada para audience yang berpartisipasi dengan objek penelitian yang berupa media komunikasi, yaitu film yang berjudul “Persona 4 Animation”, terhadap bagaimnan alasan dan pengharapan meraka ketika memilih media tertentu sebagai pemuas kebutuhan mereka.
2. 2
Teori-teori Khusus Berikut ini peneliti telah memilih beberapa konsep teori yang akan dikaitkan langsung dengan objek penelitian ini, berikut teori-teori yang dugunakan: 1. Teori Analitis Carl Jung
25 2. Teori Persespsi Diri 3. Teori Identitas 4. Teori Khalayak Aktif
2. 2. 1 Teori Analitis Carl Jung Jung percaya bahwa akar dari kepribadian berasal dari keberadaan manusia itu sendiri (King, 2008: 413). Jung juga percaya bahwa jiwa manusia merupakan kesatuan yang didalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Menurut Jess Feist dan Gregory J. Feist dalam bukunya yang berjudul Theories of Personality menerangkan konsep struktur jiwa menurut Jung yang terbagi atas beberapa bagian, yaitu: 1. Ego, yaitu jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious. Dari ego lahir perasaan identitas dan keberlangsungan seseorang. Ego merupakan gugusan tingkah laku yang pada umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Jadi secara garis besar, ego merupakan bagian dari manusia yang membuat ia sadar akan siapa dirinya.
2. Personal Unconscious, merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Pada dasarnya terdiri atas pengalaman-pengalaman yang pernah
26 disadari tetapi dipilih untuk dilupakan atau diabaikan dengan cara penekanan. Penglaman-pengalaman yang kurang mendalam turut disimpan ke dalam personal unconscious. Penekanan pada kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara makanik, namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang lebih kuat. Dalam Personal Unconscious kita turut mengenal kompleks, yaitu kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam Personal Unconscious. Setiap kompleks memiliki atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki
inti
yang
menarik
atau
mengumpulkan
berbagai
pengalaman yang memiliki inti yang menarik atau mengumpulkan pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, dimana semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan, dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.
3. Collective Unconscious, merupakan wilayah kekuatan jiwa yang paling luas dan dalam, serat turut mengatur akar dari empat fungsi psikologis, yaitu sensasi, intuisi, pemikiran, dan perasaan. Tidak hanya itu, Collective Unconscious juga merupakan tempat ingatan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri, tetapi juga leluhur para manusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective
27 Unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambarangambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan yang dianut oleh generasi tertentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah: a. Persona, merupakan topeng yang dipakai setiap manusia sebagai respon terhadap tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat terhadap kebutuhan
archetypal
sendiri.
Persona
adalah
wajah
yang
ditampilkan oleh individu. Persona merupakan kepribadian yang sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego. Dalam mimpi, ia muncul dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam suasana tertentu. Kadang-kadang, dapat berupa seorang tua yang keras, wanita bijak, orang gagah, badut, atau anak kecil. Inilah perilaku dari dari pikiran penghasil mimpi kita. Kadang kala, dalam mimpi, hal ini akan diimbangi dengan sebuah karakter yang memainkan peran yang berlawanan. Contohnya, seseorang yang dalam keadaan sadar sebagai sosok yang bermoral, ketika di dalam mimpi bisa jadi berupa seorang bajingan atau sebaliknya.
28 b. Shadow, merupakan archetype kegelapan dan penekanan, yang mewakili hal lain dari diri kita yang hendak kita tidak ingin ketahui tetapi mencoba bersembunyi dari diri kita dan orang lain. Shadow sendiri dapat kita pahami sebagai aspek-aspek yang lebih lemah dominasinya
hanya
menjadi
baying-bayang
diri.
Jung
mengistilahkannya dengan autonomous complex atau archetype yang lain, yang muncul ke permukaan di dalam mimpi. Kadang-kadang, naluri dan desakan diwujudkan dalam bentuk bayang-bayang, bersama perasaan perasaan negatif dan destruktif. Ia dapat berupa satu sosok yang mengancam, yang menyamar sebagai seseorang yang tidak disukai oleh orang-orang yang bermimpi. Satu cara untuk mengenali bayang-bayang figur di dalam sebuah mimpi adalah dengan mengamati reaksi dan perasaan kita yang paling negatif terhadap seseorang atau suasana tertentu, karena hal yang paling tidak kita sukailah yang membentuk inti dari bayangan tersebut. c. Anima pada laki-laki merupakan kondisi dimana hal yang mewakili sebuah pemikiran irasional pada suasana hati dan perasaan seorang laki-laki akan sisi feminim yang terdapat dalam diri mereka. Secara garis besar, Anima adalah pusat kasih sayang, emosi, naluri, dan intuisi dari sisi kepribadian laki-laki. Archetype ini merupakan bentuk kolektif dari seluruh perempuan yang dikenali oleh seorang laki-laki dalam hidupnya, khususnya ibunya sendiri. Bergabungnya sifat tersebut ke dalam kepribadiannya memungkinkan seorang laki-
29 laki untuk mengembangkan sisi sensitif dari tabiatnya, sehingga memungkinkannya untuk menjadi individu yang tidak terlalu agresif, baik hati, hangat dan penuh pengertian. Tidak mengakui atau menekan anima mengakibatkan timbulnya sifat keras kepala, keras, kaku, dan bahkan kejam secara fisik maupun emosi. d. Animus merupakan elemen kepribadian maskulin yang terdapat dalam diri wanita. Secara garis besar Animus bisa dipahami sebagai sisi praktis, independen, percaya diri, dan keberanian mengambil resiko dari kepribadian wanita. Sebagai sebuah archetype, hal ini merupakan bentuk kolektif dari seluruh laki-laki yang dikenal oleh seorang wanita di dalam hidupnya, terutama ayahnya sendiri. Bergabungnya sifat ini ke dalam memungkinkan dirinya untuk menjadi seorang pemimpin, pengelola yang baik, dan pencari nafkah. Namun, jika seorang wanita mengabaikan aspek-aspek ini dalam dirinya, maka ia menjadi cengeng, tergantung, cerewet, dan tidak aman. Dengan teori ini, peneliti mencoba untuk bisa memahami bagaimana keterkaitan konsep pribadi selalu mendasari tindakan dan pemikiran manusia terhadap hasil dari penelitian yang hendak dilakukan oleh peneliti, terutama mengenai bagaimana teori ini menekankan alasanalasan dasar terbentuknya sebuah tanggapan dari pada narasumber yang menjadi objek penelitian ini.
30 2. 2. 2 Teori Persepsi Diri Pemahaman mengenai teori ini berdasar pada sebuah proses psikologis yang diasosiasikan dengan interprestasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu yang bisa kita sebut persepsi. Dalam buku Teori Komunikasi, Sasa Djuarsa Senjaya, dkk. Menjelaskan bagaimana definisi dari sebuah persepsi itu sendiri dengan mengutip pandangan Cohen, Fisher (1987: 118) yang menerangkan bahwa persepsi merupakan interprestasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita. Definisi ini sendiri melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi. Konsep dari syarat berlangsungnya sebuah persepsi sendiri dapat kita pahami melalui tiga tahap, yaitu: •
Suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Dalam hal persepsi terhadap pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata, tetapi keberadaannya jelas dapat kita rasakan.
•
Adanya informasi untuk diinterprestasikan. Informasi yang dimaksud disini adalah segla sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki.
•
Berhubungan
dengan
sifat
representative
dari
pengindraan.
Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatu objek secara
31 langsung karena kita sebenarnya hanya mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa meskipun sebuah persepsi didasari hanya pada pengamatan langsung, hal ini bukanlah sesuatu yang “sebenarnya” dalam artian kita dapat menangkap atau menguasai objek tersebut. Kita melihat, membaui, mendengar, mencicipi, dan meraba, tetapi apa yang harus kita interprestasikan adalah penampakan, bau, rasa, dan bentuk yang mewakili sesuatu, dan kita tidak akan pernah dapat “merasakan”
objek
itu
sendiri.
Konsekuensinya
adalah
bahwa
pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek, melainkan apa yang tampak sebagai objek tersebut. Adakalanya penampakan dapat menyesatkan seperti yang kita alami dalam ilusi optis, special effects dalam film, dan sebagainya. Sebuah persepsi merupakan hal yang terjadi dalam benak individu yang mempersepsikan suatu objek, dan bukan didalam objek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami tataran intra pribadi dari komunikasi antarpribadi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi sebagai berikut: •
Persepsi adalah pengalaman, dimana untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk melakukan interprestasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada
32 pengalaman masa lalu kita dengan orang, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupai. Tanpa landasan pengalaman
sebagai
pembanding,
tidak
mungkin
untuk
mempersepsikan suatu makan, sebab ini akan membawa kita kepada suatu kebingungan. •
Persepsi adalah selektif, dimana ketika kita mepersepsiakan sesuatu, kita cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari suautu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan
orang
lain.
Dalam
hal
ini
biasanya
kita
mempersepsikan apa yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut. •
Persepsi adalah penyimpulan, dimana ketika kita menilai proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interprestasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua, persepsi adalah selektif karena keterbatasan kapasitas otak maka kita hanya dapat
33 mempersepsikan
sebagian
karakteristik
dari
objek.
Melalui
penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsiakn atas dasar sebagian karakteristik dari objek tertentu. •
Persepsi tidak akurat, dimana setiap persepsi yang kita lakukan, akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu, hal ini disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas, dan penyimpulan. Biasanya ketidakakuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah, atau menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat karena orang menganggap sama sesuatu yang sebenarnya hanya mirip. Dan semakin jauh jarak antara orang mempersepsi dnegan objeknya maka semakin tidak akurat persepsinya, meskipun demikian kita biasanya mengabaikan ketidak akuratan tersebut dalam kegiatan persepsi kita sehari-hari, dan ketidakakuratan persepsi tidak selalu menjadi/menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi.
•
Persepsi adalah evaluative, dimana persepsi tidak akan pernah objektif karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada di dalam diri kita, maka cenderung bersifat subyektif. Fisher (1987: 125) bahkan mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses intrapribadi, tetapi juga sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak
34 terhindarkannya keterlibatan pribadi dalam tindakan persepsi menyebabkan persepsi sangat subyektif. Pada dasarnya, bagaimana kita hendak menilai sesuatu obyek atau pun sebuah pristiwa, tanggapan dari diri kita lah yang akan mempengaruhi bagaimana kita menanggapi atau menindak keputuasn yang kita pilih. Hal tersebut bisa kita sebut sebagai persepsi, suautu hal yang muncul dalam pemikiran kita ketika kita hendak menilai sesuatu berdasarkan bagaimana suatu objek mempengaruhi pemikiran kita, sehingga terkadang kita menilai sesuatu secara subyektif. (Senjaya, dkk., 2007: 2.13-2.16). Dengan mempertimbangkan hal ini, peneliti mencoba menggali bagaimana para narasumber yang menjadi penonton film “Persoan 4 Animation” memberi tanggapan mereka terhadap film yang telah mereka lihat, walalupun terkadang tanggapan tersebut cenderung bersifat subyektif, namun peneliti akan menekankan hal tersebut sebagai hasil penelitian yang penting untuk mencapai tujuan penelitian ini.
2. 2. 3 Teori Identitas Onong Uchjana Effendy menekankan bahwa dalam ilmu jiwa sosial terdapat gejala yang disebut identifikasi psikologis, dimana dalam menghayati sebuah film kerap kali penonton menyamakan seluruh pribadinya dengan salah satu karakter dalam film. Tidak hanya memahami atau merasakan, melainkan layaknya baik sang karakter film
35 dengan penonton ada dalam satu kondisi yang sama. Penonton yang menyukai suatu film akan cenderung terbawa dalam alur cerita film tersebut, sehingga ia merasa seakan-akan dirinya turut ada dalam film yang bersangkutan dan menjadi pemain itu sendiri. (Effendy, 2003: 207208) Media cenderung menampilkan sosok figure secara eksplisit dengan disertai kondisi dramatis yang melibatkan respon-respon menarik dan memberikan bahan identitas peranan untuk memperkaya konsep diri. Isi yang bersifat fiktif eksplisit menampilkan orang dalam perananperanan yang secara tipikal dirancang untuk dikagumi dan seringkali diwarnai glamour dengan fantasi yang memudahkan khalayak untuk mengambil peran pendorong ego melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh. Ketika orang-orang yang disajikan media memainkan peranan “rakyat biasa”,
maka penyajian media tetap menegaskan dan meninggikan
makna peran-peran tersebut, yang sebenarnya secara meluas diperankan oleh kebanyakan anggota khalayak. (Rakhmat, 2008: 215-216). Dengan mempertimbangkan bagaimana pola pikir seorang individu terhadap tanggapannya mengenai seorang karakter yang terdapat dalam film yang ia lihat. Karena berdasarkan hal itu akan mempengaruhi bagaimana penilaian dan alasan mereka membuat keputusan dalam memilih film tersebut sebagai media alternative mereka.
36 2 .2. 4 Teori Khalayak Aktif Menurut Ricard West dan Lynn H. Turner dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, teori khalayak aktif merupakan teori yang didasarkan pada asumsi bahwa konsumen media adalah aktif harus menjelaskan apa yang dikatakan sebagai “Khalayak Aktif.” Mark Levy dan Sven Windahl (1985) menjawab masalah ini dengan cara: Sebagaimana dipahami secara umum oleh penelitian gratifikasi, istilah “aktivitas khalayak” merujuk pada orientasi sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi. Singkatnya, hal ini menyatakan bahwa penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang didefinisikan oleh khalayak itu sendiri, dan bahwa partisipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin difasilitasi, dibatasi, atau memengaruhi kepuasan dan pengaruh yang dihubungkan dengan eksposur. Pemikiran terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas khalayak paling baik dikonseptualisasikan sebagai sebuah variable konstruk, dengan khalayak mempertunjukan berbagai jenis dan tingkat aktivitas. (hal.110) Jay G. Blumler (1979) juga menawarkan beberapa saran jenis aktivitas khalayak yang dapat dilakukan oleh konsumen media. Termasuk di dalamnya kegunaan, kesengajaan, selektivitas, dan kesulitan untuk mempengaruhi, dengan penjelasan sebagai berikut: •
Kegunaan (utility), yaitu dimana media memiliki kegunaan bagi orang, dan orang dapat menempatkan media pada kegunaan tersebut. Seperti ketika saat orang mendengarkan radio karena mereka ingin mendapatkan informasi lalu lintas. Mereka membeli CD Online. Mereka membaca majalah mode untuk mengetahui gaya terbaru.
•
Kesengajaan (intentionality), yaitu dimana ketika motivasi orang menentukan konsumsi mereka akan isi media. Ketika orang hendak
37 dihibur, mereka akan menonton komedi. Ketika ingin mengetahui suatu berita dengan lebih mendalam, terdapat Charlie Rose atau Nightline. •
Selektivitas (selectivity), yaitu bahwa khalayak menggunakan media dapat merefleksikan ketertarikan dan preferensi mereka. Jika anda penggemar Jazz, anda mungkin mendengarkan program Jazz pada stasiun NPR local.
•
Kesulitan untuk mempengaruhi (imperviousness to influence), yaitu bahwa khalayak membentuk pemahaman mereka sendiri dari isi dan bahwa makna memengaruhi apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Mereka sering secara aktif menghindari jenis pengaruh media tertentu. Contohnya, beberapa orang membeli produk berdasarkan kualitas dan nilai daripada berdasarkan kampanye periklanan. Atau mereka tidak memperlihatkan serangan terhadap orang lain, tidak peduli seberapa banyak mereka menikmati film laga/ petualangan dan acara televisi. Melalui pemahaman ini peneliti mencoba untuk menegaskan
bahwa sebagaimana tujuan proses ini adalah untuk mengetahui tanggapan dari pada narasumber mengenai film “Persona 4 Animation”, maka peneliti tidak meneliti pada tahap pemahaman bagaimana pengaruh secara nyata dalam objek penelitian pada para narasumber. Namun secara garis besar, para narasumber bebas dalam memberi keputusan atas media yang mereka gunakan sebagai kebutuhan.